BAB IV HASIL PENELITIAN. jarak antara koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. jarak antara koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper"

Transkripsi

1 64 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data hasil pengukuran lebar daerah (zona) bening atau zona hambat pertumbuhan. Daerah (zona) hambat yaitu jarak antara koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper disc pada medium NA (Nutrient Agar) yang mengandung ekstrak daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.). Pengukuran dilakukan pada saat kultur Staphylococcus aureus yang di tumbuhkan pada Medium NA (Nutrient Agar) yang berumur 1x24 jam, 2x24 jam, 3x24 jam, dan 4x24 jam dengan keadaan suhu yang telah dikondisikan yaitu 35 o C, karena bakteri Staphylococcus aureus ini merupakan bakteri yang hidup di daerah suhu optimum antara 25 o C - 40 o C, atau dapat juga disebut Bakteri Mesofil Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1x24 Jam. Data hasil pengukuran lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.1 dan 1.2, adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.1. pada halaman 65: 77 Sayuti Tamher, Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta timur: Trans info media, 2008, h

2 65 Tabel 4.1 Rata-rata Lebar Daerah (Zona) Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata S 0 0% 0 0,0 2,121 0,707 S 1 10% 0 0,0 2,121 0,707 S 2 20% 0 0,0 2,121 0,707 S 3 30% 2,05 0,7 3,175 1,058 S 4 40% 1,8 0,6 3,074 1,025 S 5 50% 3,45 1,2 3,853 1,284 S 6 60% 0,85 0,3 2,576 0,859 Data pada Tabel 4.1 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak Daun Meniran, dengan setiap taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar daerah penghambatan yang terkecil adalah 0,859 mm pada perlakuan S 6 60%, dan hasil rata-rata daerah hambatan terbesar adalah 1,284 mm pada perlakuan S 5 (50%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1x24 Jam setelah ditransformasikan ke Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Perlakuan ,151 4,398* 2.85 Galat ,034 Total 20 1,384 Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) 5%

3 66 Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,398*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak pada taraf signifikan 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus umur 1x24 Jam. Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 20,412%, mendukung nilai F hitung (4,398*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ektrak Daun Meniran terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada umur 1x24 jam didapatkan hasil sebesar 20,412% dalam kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BJND 5% pada umur 1x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Uji Beda Jarak Duncan (BJND) 5%, untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1x24 jam setelah ditransformasikan ke No Perlakuan Rerata Beda Riel Pada Jarak P = BJND ,05 1 S 0 0% 0,707 a 2 S 1 10% 0,707 0 a 3 S 2 20% 0, a 4 S 6 60% 0,859 0,152 0,152 0,152 a 5 S 4 40% 1,025 0,166 0,318 0,318 0,318 ab 6 S 3 30% 1,058 0,033 0,199 0,351 0,351 0,351 ab

4 Rata-rata lebar daerah (zona) penghambatan (mm) 67 7 S 5 50% 1,284 0,226 0,259 0,425 0,577 0,577 0,577 b P 0,05 (p7, 14) 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 BJND 0,05 (p7, 14) = ( ) 0,323 0,339 0,348 0,355 0,359 0,361 Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5 %). Berdasarkan hasil dari Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, bahwa perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 5 (50%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 3 (30%), dan S 4 (40%), dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 5 (50%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak Daun Meniran terdapat pada taraf perlakuan S 3 (30%), S 4 (40%) dan S 5 (50%). Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Umur 1x24 jam Konsentrasi KETERANGAN : S 0 0% = 0,707 S 1 10% = 0,707 S 2 20% = 0,707 S 3 30% = 1,058 S 4 40% = 1,025 S 5 50% = 1,284 S 6 60% = 0, % 10% 20% 30% 40% 50% 60% Konsentrasi Perlakuan Ekstrak Gambar Grafik 4.1, menunjukan bahwa adanya pengaruh dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan adanya zona hambat. Lebar zona hambat dari setiap konsentrasi taraf

5 68 perlakuan cukup bervariasi. Pengaruh ekstrak daun meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus di umur 1x24 jam ini menunjukan hasil rata-rata sebagai berikut: Hasil Rata-rata lebar zona hambat pada taraf konsentrasi perlakuan S 0 (0%), S 1 (10%), S 2 (20%) didapatkan hasil 0,707, selanjutnya pada taraf konsentrasi perlakuan S 3 (30%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 1,058, kemudian pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 (40%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 1,025, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil rata-rata dari taraf konsentrasi perlakuan S 3, Selanjutnya pada taraf konsentrasi S 5 (50%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 1,284, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 5 ini merupakan hasil rata-rata tertinggi dari hasil rerata perlakuan yang lainnya, selanjutnya pada taraf konsentrasi S 6 (60%) didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,859, taraf perlakuan konsentrasi S 6 ini merupakan hasil rata-rata terendah dibandingkan dengan hasil rata-rata S 3, S 4, S Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 2x24 Jam. Data hasil pengukuran lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.1 dan 2.2, adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.4

6 69 Tabel 4.4 Rata-rata Lebar Daerah (Zona) Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 2x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata S 0 0% 0 0,0 2,121 0,707 S 1 10% 0 0,0 2,121 0,707 S 2 20% 0 0,0 2,121 0,707 S 3 30% 1,8 0,6 3,070 1,023 S 4 40% 1,65 0,6 3,008 1,003 S 5 50% 3,3 1,1 3,793 1,264 S 6 60% 0,8 0,3 2,554 0,851 Data pada Tabel 4.4 diatas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak Daun Meniran, dengan setiap taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar daerah penghambatan yang terkecil adalah 0,851 mm, pada perlakuan S 6 60%, dan hasil rata-rata daerah hambatan terbesar adalah 1,264 mm pada perlakuan S 5 (50%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2x24 Jam setelah ditransformasikan ke Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Perlakuan 6 0,815 0,136 4,511* 2.85 Galat ,030 Total 20 1,237 Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) 5%

7 70 Tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,511*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak pada taraf signifikan 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus umur 2x24 Jam. Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 19,394%, mendukung nilai F hitung (4,511*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ektrak Daun Meniran terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada umur 2x24 jam didapatkan sebesar 19,394% dan dalam kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BJND 5% pada umur 2x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Uji Beda Jarak Duncan (BJND) 5%, untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2x24 jam setelah ditransformasikan ke No Perlakuan Rerata Beda Riel Pada Jarak P = BJND ,05 1 S 0 0% 0,707 a 2 S 1 10% 0,707 0 a 3 S 2 20% 0, a 4 S 6 60% 0,851 0,144 0,144 0,144 a 5 S 4 40% 1,003 0,152 0,296 0,296 0,296 ab 6 S 3 30% 1,023 0,020 0,172 0,316 0,316 0,316 ab

8 71 7 S 5 50% 1,264 0,241 0,261 0,413 0,557 0,557 0,557 b P 0,05 (p7, 14) 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 BJND 0,05 (p7, 14) = ( ) 0,303 0,318 0,327 0,333 0,337 0,339 Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5 %). Berdasarkan hasil dari Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, bahwa perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 5 (50%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 3 (30%), dan S 4 (40%), dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 5 (50%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak Daun Meniran terdapat pada taraf perlakuan S 3 (30%), S 4 (40%) dan S 5 (50%). Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Umur 2x24 jam Konsentrasi KETERANGAN : S 0 0% = 0,707 S 1 10% = 0,707 S 2 20% = 0,707 S 3 30% = 1,023 S 4 40% = 1,003 S 5 50% = 1,264 S 6 60% = 0, % 10% 20% 30% 40% 50% 60% Konsentrasi Perlakuan Ekstrak

9 72 Gambar Grafik 4.2 menunjukan bahwa adanya pengaruh dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan adanya zona hambat. Lebar zona hambat dari setiap konsentrasi taraf perlakuan cukup bervariasi, pengaruh ekstrak daun meniran pada umur 2x24 jam ini menunjukan penurunan lebar zona hambat disetiap konsentrasi. Hasil Rata-rata lebar zona hambat pada taraf konsentrasi perlakuan S 0 (0%), S 1 (10%), S 2 (20%) didapatkan hasil 0,707, hasil ini tidak ada perubahan dibandingkan dengan hasil rata-rata pada umur 1x24 jam sebelumnya, selanjutnya pada taraf konsentrasi perlakuan S 3 (30%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 1,023, hasil rata-rata ini menunjukan penurunan dibandingkan dengan hasil rerata pada umur 1x24 jam, kemudian pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 (40%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 1,003, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 ini juga menurun dibandingkan dengan hari pertama, dan hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil rata-rata dari taraf konsentrasi perlakuan S 3 di umur 2x24 jam ini, Selanjutnya pada taraf konsentrasi S 5 (50%) diperoleh hasil ratarata sebanyak 1,264, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 5 ini juga menurun dibandingkan dengan hari pertama dan pada taraf konsentrasi perlakuan S 5 ini merupakan hasil rata-rata tertinggi dari hasil rerata perlakuanperlakuan yang lainnya di umur 2x24 jam dihari kedua ini, selanjutnya pada taraf konsentrasi S 6 (60%) didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,851, hasil ratarata pada taraf perlakuan konsentrasi S 6 ini juga mengalami penurunan dibandingkan dengan hari pertama, dan hasil rata-rata pada taraf perlakuan

10 73 konsentrasi S 6 merupakan hasil rata-rata terendah dibandingkan dengan hasil rata-rata S 3, S 4, dan S Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 3x24 Jam. Data hasil pengukuran lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.1 dan 3.2, adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Rata-rata Lebar Daerah (Zona) Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 3x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata S 0 0% 0 0,0 2,121 0,707 S 1 10% 0 0,0 2,121 0,707 S 2 20% 0 0,0 2,121 0,707 S 3 30% 1,3 0,4 2,851 0,950 S 4 40% 1,3 0,4 2,852 0,951 S 5 50% 2,4 0,8 3,419 1,140 S 6 60% 0,7 0,2 2,510 0,837 Data pada Tabel 4.7 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak Daun Meniran, dengan setiap taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar daerah penghambatan yang terkecil adalah 0,837 mm, pada perlakuan S 6 60%, dan hasil rata-rata daerah hambatan terbesar adalah 1,140 mm pada perlakuan S 5 (50%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.8

11 74 Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3x24 Jam setelah ditransformasikan ke Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Perlakuan 6 0,494 0,082 4,146* 2.85 Galat ,020 Total 20 0,772 Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) 5% Tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,146*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak pada taraf signifikan 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus umur 3x24 Jam. Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 16,446%, mendukung nilai F hitung (4,146*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ektrak Daun Meniran terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3x24

12 75 jam sebesar 16,446% dan dalam kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BJND 5% pada umur 3x24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Uji Beda Jarak Duncan (BJND) 5%, untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3x24 jam setelah ditransformasikan ke No Perlakuan Rerata Beda Riel Pada Jarak P = BJND ,05 1 S 0 0% 0,707 a 2 S 1 10% 0,707 0 a 3 S 2 20% 0, a 4 S 6 60% 0,837 0,130 0,130 0,130 a 5 S 3 30% 0,950 0,113 0,243 0,243 0,243 ab 6 S 4 40% 0,951 0,001 0,114 0,244 0,244 0,244 ab 7 S 5 50% 1,140 0,189 0,190 0,303 0,433 0,433 0,433 b P 0,05 (p7, 14) 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 BJND 0,05 (p7, 14) = ( ) 0,247 0,260 0,267 0,272 0,275 0,277 Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5 %). Berdasarkan hasil dari Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, bahwa perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 5 (50%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 3 (30%), S 4 (40%), dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 5 (50%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S 3 (30%), S 4 (40%) dan S 5 (50%).

13 76 Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Umur 3x24 jam Konsentrasi KETERANGAN : S 0 0% = 0,707 S 1 10% = 0,707 S 2 20% = 0,707 S 3 30% = 0,950 S 4 40% = 0,951 S 5 50% = S 6 60% = 0, % 10% 20% 30% 40% 50% 60% Konsentrasi Perlakuan Ekstrak Gambar Grafik 4.3 di atas menunjukan bahwa adanya pengaruh dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan adanya zona hambat. Lebar zona hambat dari setiap konsentrasi taraf perlakuan cukup bervariasi, pengaruh ekstrak daun meniran pada umur 3x24 jam ini juga menunjukan penurunan lebar zona hambat disetiap konsentrasi. Hasil Rata-rata lebar zona hambat pada taraf konsentrasi perlakuan S 0 (0%), S 1 (10%), S 2 (20%) didapatkan hasil 0,707, hasil ini tidak ada perubahan dibandingkan dengan hasil rata-rata pada umur 1x24, 2x24 jam sebelumnya, selanjutnya pada taraf konsentrasi perlakuan S 3 (30%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 0,950, hasil rata-rata ini menunjukan penurunan dibandingkan dengan hari kedua, kemudian pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 (40%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 0,951, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi

14 77 perlakuan S 4 ini juga menurun dibandingkan dengan hari kedua, dan hasil ratarata pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil rata-rata dari taraf konsentrasi perlakuan S 3 di umur 3x24 jam ini, Selanjutnya pada taraf konsentrasi S 5 (50%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 1,140, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 5 ini juga menurun dibandingkan dengan hari kedua, adapun pada taraf konsentrasi perlakuan S 5 ini merupakan hasil rata-rata tertinggi dari hasil rerata perlakuan-perlakuan yang lainnya di umur 3x24 jam dihari ketiga ini, selanjutnya pada taraf konsentrasi S 6 (60%) didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,837, hasil rata-rata pada taraf perlakuan konsentrasi S 6 juga mengalami penurunan dibandingkan dengan hari kedua, adapun hasil rata-rata pada taraf perlakuan konsentrasi S 6 merupakan hasil rata-rata terendah dibandingkan dengan hasil rata-rata S 3, S 4, dan S 5, dan hasil rata-rata S 6 ini juga merupakan hasil rata-rata yang terendah setelah S 0 (0%), S 1 (10%) dan S 2 (20%). 4. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 4x24 Jam. Data hasil pengukuran lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4x24 jam, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1 dan 4.2, adapun hasil rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.10

15 78 Tabel 4.10 Rata-rata Lebar Daerah (Zona) Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 4x24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata S 0 0% 0 0,0 2,121 0,707 S 1 10% 0 0,0 2,121 0,707 S 2 20% 0 0,0 2,121 0,707 S 3 30% 1,2 0,4 2,805 0,935 S 4 40% 1,25 0,4 2,828 0,943 S 5 50% 1,9 0,6 3,194 1,065 S 6 60% 0,6 0,2 2,463 0,821 Data pada Tabel 4.10 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah (zona) hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak Daun Meniran, dengan setiap taraf perlakuan yang bervariasi. Hal ini terlihat pada hasil rata-rata lebar daerah penghambatan yang terkecil adalah 0,821 mm, pada perlakuan S 6 60%, dan hasil rata-rata daerah hambatan terbesar adalah 1,065 mm pada perlakuan S 5 (50%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.11 Tabel 4.11 Sumber Keragaman Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4x24 Jam setelah ditransformasikan ke Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Perlakuan 6 0,369 0,061 3,613* 2.85 Galat ,017 Total 20 0,607 Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) 5%

16 79 Tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (3,613*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak pada taraf signifikan 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus umur 4x24 Jam. Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4x24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 15,508%, mendukung nilai F hitung (3,613*) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ektrak Daun Meniran terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4x24 jam sebesar 15,508% dan dalam kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BJND 5% pada umur 4x24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12

17 80 Tabel 4.12 Uji Beda Jarak Duncan (BJND) 5%, untuk Pemberian Ekstrak Daun Meniran Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4x24 jam setelah ditransformasikan ke No Perlakuan Rerata Beda Riel Pada Jarak P = BJND ,05 1 S 0 0% 0,707 a 2 S 1 10% 0,707 0 a 3 S 2 20% 0, a 4 S 6 60% 0,821 0,114 0,114 0,114 ab 5 S 3 30% 0,935 0,114 0,228 0,228 0,228 ab 6 S 4 40% 0,943 0,008 0,122 0,236 0,236 0,236 ab 7 S 5 50% 1,065 0,122 0,130 0,244 0,358 0,358 0,358 b P 0,05 (p7, 14) 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 BJND 0,05 (p7, 14) = ( ) 0,228 0,239 0,246 0,251 0,254 0,255 Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5 %). Berdasarkan hasil dari Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 5%, bahwa perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 5 (50%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan S 3 (30%), S 4 (40%), S 6 (60%) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 5 (50%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak Daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S 3 (30%), S 4 (40%) S 5 (50%) dan S 6 (60%).

18 81 Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Umur 4x24 jam Konsentrasi KETERANGAN : S 0 0% = 0,707 S 1 10% = 0,707 S 2 20% = 0,707 S 3 30% = 0,935 S 4 40% = 0,943 S 5 50% = S 6 60% = 0, % 10% 20% 30% 40% 50% 60% Konsentrasi Perlakuan Ekstrak Gambar Grafik 4.4 di atas menunjukan bahwa adanya pengaruh dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan adanya zona hambat. Lebar zona hambat dari setiap konsentrasi taraf perlakuan cukup bervariasi, pengaruh ekstrak daun meniran pada umur 4x24 jam ini menunjukan penurunan lebar zona hambat disetiap konsentrasi, dan pada hari keempat ini merupakan tahap pengukuran terakhir dari Pengaruh ekstrak daun meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hasil Rata-rata lebar zona hambat pada taraf konsentrasi perlakuan S 0 (0%), S 1 (10%), S 2 (20%) didapatkan hasil 0,707, hasil ini tidak ada perubahan dibandingkan dengan hasil rata-rata pada umur 1x24, 2x24, 3x24 jam sebelumnya, selanjutnya pada taraf konsentrasi perlakuan S 3 (30%) diperoleh

19 82 hasil rata-rata sebanyak 0,935, hasil rata-rata ini menunjukan penurunan dibandingkan dengan hari ketiga, kemudian pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 (40%) diperoleh hasil rata-rata sebanyak 0,943, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 ini juga menurun dibandingkan dengan hari ketiga, dan hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 4 ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil rata-rata dari taraf konsentrasi perlakuan S 3 di umur 4x24 jam ini, Selanjutnya pada taraf konsentrasi S 5 (50%) diperoleh hasil ratarata sebanyak 1,065, hasil rata-rata pada taraf konsentrasi perlakuan S 5 ini juga menurun dibandingkan dengan hari ketiga, adapun pada taraf konsentrasi perlakuan S 5 ini merupakan hasil rata-rata tertinggi dari hasil rerata perlakuanperlakuan yang lainnya di umur 4x24 jam dihari keempat ini, selanjutnya pada taraf konsentrasi S 6 (60%) didapatkan hasil rata-rata sebanyak 0,821, hasil ratarata pada taraf perlakuan konsentrasi S 6 ini juga mengalami penurunan dibandingkan dengan hari ketiga, adapun hasil rata-rata pada taraf perlakuan konsentrasi S 6 merupakan hasil rata-rata terendah dibandingkan dengan hasil rata-rata S 3, S 4, dan S 5, dan hasil rata-rata S 6 ini juga merupakan hasil rata-rata yang terendah setelah S 0 (0%), S 1 (10%) dan S 2 (20%). 5. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Zona Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam. Rangkuman dari hasil analisis pengaruh ektrak daun meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, dapat dilihat pada tabel 4.13

20 83 Tabel 4.13 Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam. Umur Pertumbuhan Staphylococcus aureus F tabel Perlakuan F hitung 5% 1x24 jam 2x24 jam 3x24 jam 4x24 jam S 4,398* 4,511* 4,146* 3,613* 2,85 Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung F tabel 5% ) Tabel 4.13 diatas merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil analisis pengaruh ekstrak daun meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam karena dilihat dari hasil F hitung dan hasil F hitung yang hasilnya lebih besar dari Syarat Ketentuan dari F tabel 5%, sehingga hasil hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis penelitian (H 0 ) ditolak. Ringkasan tabel 4.13 dapat di lihat pengaruh ekstrak daun meniran terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24, dapat diketahui dari hari pertama hingga hari terakhir terjadi penurunan daya hambat dari senyawa-senyawa yang ada didalam daun meniran. Senyawa-senyawa tersebut memberikan pengaruh yang nyata disetiap hari pengukuran lebar zona hambat ektrak daun meniran.

21 84 Gambar 4.5 Pengaruh Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pada umur 1x24, 2x24, 3x24 dan 4x24 Jam x24 Jam 2x24 Jam 3x24 Jam 4x24 Jam Umur pertumbuhan Konsentrasi Ekstrak S0 (0%) S1 (10%) S2 (20%) S3 (30%) S4 (40%) S5 (50%) S6 (60% Pengaruh ektrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus disebabkan oleh senyawa antibakteri yang terkandung didalamnya. Adanya senyawa antibakteri yang bersifat bakteriostatik yang terdapat di dalam daun Meniran, terbukti dengan penurunan lebar zona hambat yang dihasilkan dari taraf perlakuan konsentrasi optimal yaitu pada taraf S 5 (50%) dengan hasil 1,284mm pada umur kultur 1x24 jam, kemudian pada umur 2x24 jam menurun dengan nilai rata-rata 1,264 mm, selanjutnya pada umur 3x24 jam dengan nilai rata-rata yang kembali menurun 1,140mm, dan pada hari terakhir atau pada umur 4x24 jam dengan nilai rata-rata 1,065. Hal ini menunjukan bahwa senyawa antibakteri yang terdapat di dalam daun meniran dipengaruhi oleh

22 85 waktu daya penghambatan, yang menyebabkan daya hambatnya semakin hari semakin menurun. B. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan Antibakteri merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan, penggolongannya antibakteri dikenal dengan antiseptic dan antibiotik. Berbeda dengan antibiotik yang tidak merugikan sel-sel jaringan manusia, daya kerja antiseptic tidak membedakan antara mikrooganisme dengan jaringan tubuh. Tumbuhan Meniran merupakan tumbuhan semak yang tumbuh liar, dan berpotensi dapat mengobati beberapa penyakit. Tumbuhan ini masih di ambil dari alam karena belum dibudidayakan, namun banyak dicari masyarakat sebagai bahan untuk obat-obatan tradisional. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan beberapa perlakuan berupa ekstrak. Perlakuan ini diberikan untuk mengetahui lebar zona hambat dari ekstrak daun Meniran terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa Daun Meniran memiliki senyawasenyawa yang berpotensi sebagai antibakteri, hal ini membukikan bahwasanya semua ciptaan Allah di langit dan di bumi tidak ada yang sia-sia. Sebagaimana yang tercantum dalam Firman-Nya dibawah ini:

23 86 Artinya: Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuhtumbuhan yang baik. 78 Berdasarkan Ayat di atas menunjukan bahwasanya tumbuhan yang baik adalah tumbuhan yang bermanfaat bagi makhluk hidup, termasuk tumbuhan Meniran yang bermanfaat sebagai antibakteri. Senyawa yang berperan sebagai antibakteri diantaranya yaitu Saponin. Hasil Penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran, dan sarana menunjang materi yang disusun serta dikembangkan pada materi praktikum mata kuliah mikrobiologi. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena dengan menggunakan pendekatan ini, mahasiswa mampu memperoleh pendidikan kecakapan hidup. Allah menyeru untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan berusaha memahami ilmu kekuasaan dan Kreasi seni-nya yang tak terhingga ini dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab Allah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna tanpa cacat yang pastinya bermanfaat bersar bagi umat manusia, sebagaimana dijelaskan dalam Firman- Nya dibawah ini: h Arif Rifhan, Al-Quran Tiga Bahasa. Depok: Al-Huda, QS. Asy Syu araa [26]: 7,

24 87 Artinya: Dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-nya, Maka kamu akan mengetahuinya. dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan". 79 h Arif Rifhan, Al-Quran Tiga Bahasa. Depok: Al-Huda, QS. An-Naml [27]: 93,

BAB IV HASIL PENELITIAN. penghambatan pertumbuhan. Daerah hambat yaitu jarak antara koloni

BAB IV HASIL PENELITIAN. penghambatan pertumbuhan. Daerah hambat yaitu jarak antara koloni 52 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian berupa data hasil pengukuran lebar daerah penghambatan pertumbuhan. Daerah hambat yaitu jarak antara koloni Staphylococcus aureus dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data hasil pengukuran lebar zona hambat pertumbuhan atau zona bening. Zona bening yaitu jarak antara koloni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada

BAB IV HASIL PENELITIAN. penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data yang diambil berdasarkan dari penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada objek penelitian berkisar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus. 87 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Taraf perlakuan ekstrak Daun Meniran dengan berbagai konsentrasi menunjukan hasil

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan 73 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Konsentrasi ekstrak daun panamar gantung yang digunakan pada uji aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dibuat dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil pengukuran berat segar tubuh buah (dengan satuan gram) dan jumlah tubuh buah pada setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona 51 BAB IV HASIL PENELITIAN Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil pengukuran tingkat ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona nata de banana yang terbentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (TREATMENT) TERHADAP OBJEK PENELITIAN SERTA ADANYA KONTROL PENELITIAN. 50

BAB III METODE PENELITIAN. (TREATMENT) TERHADAP OBJEK PENELITIAN SERTA ADANYA KONTROL PENELITIAN. 50 BAB III METODE PENELITIAN. (TREATMENT) TERHADAP OBJEK PENELITIAN SERTA ADANYA KONTROL PENELITIAN. 50 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen

Lebih terperinci

Lampiran 2. Daftar Analisis Ragam dan Uji LSR Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia coli

Lampiran 2. Daftar Analisis Ragam dan Uji LSR Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia coli Lampiran 2. Daftar Analisis Ragam dan Uji LSR Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia coli Daftar Analisis Ragam Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa jumlah akar dan hasil

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa jumlah akar dan hasil 43 BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data diambil dari semua unit penelitian, berupa jumlah akar dan hasil pengukuran panjang akar (dengan satuan cm) pada tiap-tiap cangkokan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah 60 BAB IV HASIL PENELITIAN Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah bakteri Coliform pada medium Kaldu Laktosa (KL), jumlah total bakteri Coliform fecal pada medium Brilliant

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), karena faktor kondisi lingkungan dapat diseragamkan (homogen),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN DAN KULIT BATANG JAMBU MAWAR

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN DAN KULIT BATANG JAMBU MAWAR SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN DAN KULIT BATANG JAMBU MAWAR (Syzygium jambos (L.) Alston) TERHADAP Staphylococcus aureus IFO 13276 DAN Escherichia coli ATCC 8739 Disusun oleh: Gabie Yuanita

Lebih terperinci

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI JUNITA MAYARISTA SIMANULLANG 080822036 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L ) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L ) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO 1 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L ) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) Nurhidayati Febriana, Fajar Prasetya, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

SKRIPSI. AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus IFO 13276

SKRIPSI. AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus IFO 13276 SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus IFO 13276 Disusun oleh : DENNY KURNIAWAN NPM : 070801017 UNIVERSITAS ATMA JAYA

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman obat adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit. Sejak dahulu, tanaman obat telah digunakan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa pada akar tomat memang benar terdapat nematoda setelah dilakukan ekstraksi pertama kali untuk mengambil

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya AKTIVITAS ANTIBAKTERI

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan

Lebih terperinci

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1 DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI Muhamad Rinaldhi Tandah 1 1. Laboratorium Biofarmasetika, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c)

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c) Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka (a) (b) (c) (d) (e) Keterangan : (a) Daun nangka segar dicuci kemudian dikeringkan (kering udara). (b) Daun nangka kering dihaluskan dengan cara diblender. (c)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50% BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian peredaan efektifitas daya antibakteri ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50% dan 75% terhadap bakteri Enterococcus faecalis

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923, Shigella sonnei ATCC 9290, DAN Escherichia coli ATCC 25922 SKRIPSI Oleh: YUNITA DINAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Daun Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides (L.) Presl) dan Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Allah menganjurkan kepada umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan bahan alam yang berasal dari tumbuhan sebagai obat tradisional telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk menangani berbagai masalah kesehatan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan berbagai jenis penyakit infeksi sampai sekarang ini adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik merupakan substansi atau zat yang dapat membunuh atau melemahkan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU FRAGMENTASI KOLONI SPONS Petrosia sp. TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF

PENGARUH WAKTU FRAGMENTASI KOLONI SPONS Petrosia sp. TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF PENGARUH WAKTU FRAGMENTASI KOLONI SPONS Petrosia sp. TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF Oleh : Siti Aisyah Cinthia Indah Anggraini C64103025 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui 3 kali pengulangan perlakuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN POHPOHAN (Pilea trinervia W.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. Disusun oleh: Abdulloh Khudry NPM: 100801163 UNIVERSITASS ATMA JAYA YOGYAKARTAA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. pada Droshopilla sp pada strain white (W) dan strain Normal (N), yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. pada Droshopilla sp pada strain white (W) dan strain Normal (N), yang BAB IV HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian pengaruh waktu kopulasi terhadap jumlah keturunan pada Droshopilla sp pada strain white (W) dan strain Normal (N), yang dikelompokkan menurut lama kopulasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri, L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri, L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri, L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: MUHAMAD

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Identifikasi Fitokimia Uji identifikasi fitokimia hasil ekstraksi lidah buaya dengan berbagai metode yang berbeda dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kandungan senyawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Jumlah Akar Batang Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) Data hasil pengamatan jumlah akar stek batang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana) Diketahui ciri-ciri dari tanaman manggis (Garcinia mangostana yaitu, Buah berwarna merah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan (Harborne,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan (Harborne, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa metabolit sekunder dengan bantuan pelarut. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya 1 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1. Subjek Penelitian Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya hambat Streptococcus mutans secara in vitro maka dilakukan penelitian pada plate

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6. 1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terhadap Awal Kebusukan Daging Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi daun salam sebagai perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Staphylococcus aureus merupakan salah satu kelompok bakteri gram positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari flora normal kulit

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. STAIN Palangka Raya. Sedangkan pengukuran atau penimbangan berat

BAB V PEMBAHASAN. STAIN Palangka Raya. Sedangkan pengukuran atau penimbangan berat BAB V PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian ini selama pembuatan pakan, pemeliharaan mencit, pemberian perlakuan, dilaksanakan di Rumah Kaca Prodi Tadris Biologi STAIN Palangka Raya. Sedangkan

Lebih terperinci

VIVI DESFITA BIOLOGI/MIKROBIOLOGI

VIVI DESFITA BIOLOGI/MIKROBIOLOGI AKTIVITAS ANTIMIKROBA HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri L.) TERHADAP BAKTERI DAN KHAMIR PATOGEN TESIS VIVI DESFITA 087030029 BIOLOGI/MIKROBIOLOGI PROGRAM MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila Noorkomala Sari 1506 100 018 Dosen pembimbing : N.D Kuswytasari, S.Si, M.Si Awik Puji Dyah N., S.Si,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang subur dan kaya akan sumberdaya alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan terluas di dunia, Indonesia

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS Jeryanti Tandi Datu 1,*, Nur Mita 1, Rolan Rusli 1,2, 1 Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perubahan gaya hidup saat ini, masyarakat menginginkan suatu produk pangan yang bersifat praktis, mudah dibawa, mudah dikonsumsi, memiliki cita rasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kosentrasi Garam (NaCl) Terhadap Daya Kecambah Wijen (Sesamum indicum L.)

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kosentrasi Garam (NaCl) Terhadap Daya Kecambah Wijen (Sesamum indicum L.) BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Daya Kecambah Wijen (Sesamum indicum L.) 4.1.1.1 Pengaruh Kosentrasi Garam (NaCl) Terhadap Daya Kecambah Wijen (Sesamum indicum L.) Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Ekstrak pelepah pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki kemampuan untuk menghambat

BAB V PENUTUP. 1. Ekstrak pelepah pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki kemampuan untuk menghambat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwaekstrak pelepah pisang (Musa paradisiacal.) : 1. Ekstrak pelepah pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki kemampuan untuk

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI Oleh : ANGELINA THIODORA MONE NPM : 0933010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi data merupakan pemaparan dan penggambaran data yang dihasilkan selama proses penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Lebih dari 2000 jenis tumbuhan obat tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun, 1000 jenis saja yang sudah didata dan sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkn untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare masih menjadi penyebab lebih dari 2 juta kematian di dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan 211 juta sampai 375 juta kejadian diare akut terjadi setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Konsentrasi Asidulan (%) ,12 ± 0,18 bc

Konsentrasi Asidulan (%) ,12 ± 0,18 bc 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Karakteristik Fisik 3.1.1. Volume Pengembangan Roti Manis Hasil pengujian volume pengembangan roti manis dengan penambahan asidulan dan substitusi tepung gaplek dapat dilihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan pesat dan banyak dijadikan alternatif oleh sebagian masyarakat. Efek samping obat tradisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Produk pangan harus tetap dijaga kualitasnya selama penyimpanan dan distribusi, karena pada tahap ini produk pangan sangat rentan terhadap terjadinya rekontaminasi, terutama dari mikroba

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : INDRA MIFTAHUL HUDA A 420 090 023 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan global yang marak dihadapi akhir akhir ini adalah resistennya bakteri terhadap antibiotik. Hal ini terjadi baik pada negara berkembang maupun negara maju.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah masyarakat. Dari Survei Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme normal yang bisa ditemukan di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. , Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Palembang: USB, 2010.

DAFTAR PUSTAKA. , Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Palembang: USB, 2010. 117 DAFTAR PUSTAKA Akhmadi, Analisis Data Berdasarkan Rancangan Percobaan, Makalah, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya, 1999. Ali Hanafiah, Kemas, Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Jakarta:

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah (daerah) yang beriklim panas (tropis) di dunia memiliki keragaman sumberdaya tanaman buah-buahan cukup banyak untuk digali dan didayagunakan potensinya. Potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit, mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Uji Identifikasi Fitokimia Hasil uji identifikasi fitokimia yang tersaji pada tabel 5.1 membuktikan bahwa dalam ekstrak maserasi n-heksan dan etil asetat lidah buaya campur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terkenal akan kekayaan alamnya dengan berbagai macam flora yang dapat ditemui dan tentunya memiliki beberapa manfaat, salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 23

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Experiment) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01, 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dari sebuah penyakit, salah satunya yaitu penyakit infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri patogen, salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian dan Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan biji manggis (Garcinia mangostana) terhadap penghambatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh daya antibakteri ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro dengan

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU i HALAMAN SAMPUL UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) DAN RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sawo (Manilkara zapota) adalah tanaman buah yang termasuk dalam famili Sapotaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko (Puspaningtyas, 2013). Tanaman sawo

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar analisis sidik ragam kadar air tepung daun bangun-bangun

Lampiran 1. Daftar analisis sidik ragam kadar air tepung daun bangun-bangun Lampiran 1. Daftar analisis sidik ragam kadar air tepung daun bangun-bangun SK db JK KT F hit. F.tabel,5,1 Perlakuan 2,628198,3199 3,184 tn 5,14 1,92 Galat 6,629,1148 Total 8 Keterangan : FK = 365,5446

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun-temurun. Keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Diare secara klinis didefinisikan sebagai berubahnya konsistensi feses (menjadi lembek atau cair) disertai bertambahnya frekuensi defekasi (buang air besar)

Lebih terperinci

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06 6 HASIL Kadar Air dan Rendemen Hasil pengukuran kadar air dari simplisia kulit petai dan nilai rendemen ekstrak dengan metode maserasi dan ultrasonikasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Hasil perhitungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih Tanaman sirih Daun sirih segar 9 Lampiran 2. Gambar daun sirih kering serta serbuk simplisia daun sirih Daun sirih kering Serbuk daun sirih 60 Lampiran 3. Hasil

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK LAOS PUTIH (ALPINIA GALANGAS) TERHADAP BAKTERI Escericia coli DAN Salmonella sp. Lely Adel Violin Kapitan 1

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK LAOS PUTIH (ALPINIA GALANGAS) TERHADAP BAKTERI Escericia coli DAN Salmonella sp. Lely Adel Violin Kapitan 1 AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK LAOS PUTIH (ALPINIA GALANGAS) TERHADAP BAKTERI Escericia coli DAN Salmonella sp Lely Adel Violin Kapitan 1 1 Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang (*Jurusan Farmasi, Telp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman dahulu manusia menggunakan bahan alam untuk pengobatan, baik dari tumbuhan, hewan ataupun mineral. Pengobatan dengan menggunakan bahan alam diperkirakan

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Uji Larvasida Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap larva Aedes aegypti instar III yang dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan,

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan, sebagian diantaranya bermanfaat

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri A 2 lup biakan bakteri padat Inkubasi+shaker (suhu kamar, 18-24 jam) a b b b 0.1 ml 0.1 ml 0.1ml 1:10-1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jumlah total bakteri pada berbagai perlakuan variasi konsorsium bakteri dan waktu inkubasi. 2. Nilai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci