BAB IV PEMBAHASAN. Berikut adalah profil perusahaan PT. Karunia Persada Kalimantan. Menjadi Perusahaan Pertambangan yang terintegrasi dan berwawasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Berikut adalah profil perusahaan PT. Karunia Persada Kalimantan. Menjadi Perusahaan Pertambangan yang terintegrasi dan berwawasan"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Berikut adalah profil perusahaan PT. Karunia Persada Kalimantan Visi Misi Perusahaan Visi : Menjadi Perusahaan Pertambangan yang terintegrasi dan berwawasan lingkungan Misi : Perusahaan yang berpatisipasi dalam memproduksi dan mensuplai kebutuhan energi keseluruh dunia untuk industri dalam pencapaian kesejahteraan hidup bersama Detail Perusahaan Berikut data-datanya : (disajikan dalam bentuk format asli berdasarkan permintaan Perusahaan) 45

2 46 PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN COAL TRADING & MINING TAHUN 2012

3 47 PROFIL PERUSAHAAN Nama Perusahaan : PT.KARUNIA PERSADA KALIMANTAN Direktur Utama : IR.H.IWAN REDHANI AZIZ, MBA,MM Kantor Pusat : Jl.Sultan Adam Mandiri IV no.151 Banjarmasin : Kantor perwakilan : Sampoerna Strategic Squere Kav : Jl.Jendral.Sudirman Jakarta, : / kpk_coaltrader@yahoo.co.id & kpk_coaltrader@yahoo.com No Akte Pendirian : 29 Tanggal, Nama Notaris : H. HADARIAN NOPOL, SH No Akte Perubahan : 1 Tanggal, SIUP No. : 510/ MB /Perindag NPWP : Tanda Daftar Perusahaan : Surat Keterangan Tempat Usaha : 503/33/ITU/2008 Coal Traders : 835/Perindag/PTBB/VII/2010 IUP OP KHUSUS : NO: 739.K/30/DJB/ Mei 2011

4 Bank : (IDR) DANAMON SYARIAH : (USD) ICBC INDONESIA : (IDR) BCA : (IDR) BII 48

5 49 EXECUTIVE SUMMARY A. NAMA PERUSAHAAN PEMILIK KP Nama Lengkap Perusahaan : PT. BATU GUNUNG MULIA ( BGM ) Negara Perusahaan : Indonesia Provinsi : Kalimantan Selatan B. ASPEK HUKUM PERUSAHAAN C. HEAD OFFICE : Jl. Raya Pasar Binuang Rt.09 Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan D. DIREKTUR, KEY OFFICERS a. DIREKTUR : Drs.H.M.ZAINI MAHDI, Bsc b. MANAJER : H.M.LUKMAN HAKIM E. KUASA PERTAMBANGAN EKSPLOITASI Nama : PT. BATU GUNUNG MULIA Nomor : No. 063 Tahun 2005 Lokasi : Desa Pantai Cabe Kecamatan Salam Babaris Kabupaten Tapin Propinsi Kalimantan Selatan Kode Wilayah : TPN. 05 APR.PL 007 Luas : 498,4 Ha kalori Kcal/Kg (curah) Standing Ratio : 1 : 5 Produksi Perbulan : Minimum MT Estimasi Deposit : Alat 2 Berat yang Digunakan : 6 (ENAM) unit Excavator PC (DELAPAN) unit Excavator PC (ENAM) unit Buldozer 150 (SERATUS LIMA PULUH) unit Truk Tronton

6 50 A. NAMA PERUSAHAAN PEMILIK KP Nama Lengkap Perusahaan : CV. GUNUNG SAMBUNG ( GS ) Negara Perusahaan : Indonesia Provinsi : Kalimantan Selatan B. ASPEK HUKUM PERUSAHAAN Nomor Akte Notaris : 48 Tanggal Akte Notaris : 24 Januari 2001 Nama Notaris : Robensjah Sjachran, SH. NPWP : SIUP : 056/637/16-01/PM/XI/05 C. HEAD OFFIC : Jl. A.Yani Km. 74,200 Desa Batu Balian Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan D. DIREKTUR, KEY OFFICERS 1. DIREKTUR : H. Mansyur 2. MANAJER : Arbiansyah, SE. E. KUASA PERTAMBANGAN EKSPLOITASI Nama : CV. Gunung Sambung (GS) Nomor : No. 159 Tahun 2005 Lokasi : Desa Gunung Batu Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan Kode Wilayah : KW P.BJR.2005 Luas : 199,8 Ha kalori Kcal/Kg (curah) Standing Ratio : 1 : 5 Produksi Perbulan : Minimum MT Estimasi Deposit : Alat 2 Berat yang Digunakan : 3 (TIGA) unit Excavator PC (ENAM) unit Excavator PC (LIMA) unit Buldozer 100 (SERATUS) unit Truk Tronton

7 51 A. NAMA PERUSAHAAN PEMILIK KP Nama Lengkap Perusahaan : CV. DASAR KARYA Negara Perusahaan : Indonesia Provinsi : Kalimantan Selatan B. ASPEK HUKUM PERUSAHAAN Nomor Akte Notaris : - Tanggal Akte Notaris : - Nama Notaris : - NPWP : - SIUP : 510/031-PERDAG/PM/XII/2005. C. HEAD OFFICE : Jl.A.Yani Km.63 Mataram - Martapura Kalimantan Selatan D. DIREKTUR, KEY OFFICERS a. DIREKTUR : H.ROEDYANNOR HMM E. KUASA PERTAMBANGAN EKSPLOITASI Nama : CV. DASAR KARYA Nomor : No. 428 Tahun 2004 Lokasi : Desa 5 Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan Kode Wilayah : KW P.BJR 2002 Luas : 230,4 Ha kalori Kcal/Kg (curah) Standing Ratio : 1 : 5 Produksi Perbulan : Minimum MT Estimasi Deposit : Alat 2 Berat yang Digunakan : 6 (ENAM) unit Excavator PC (DELAPAN) unit Excavator PC (ENAM) unit Buldozer 100 (SERATUS ) unit Truk Tront

8 52 Kalori Batubara Kcal/Kg Kcal/Kg Kcal/Kg Kcal/Kg Kcal/Kg Kcal/Kg F. STOCKPILE Kabupaten Tapin (Binuang) KM. 93 (CV. Binuang Mitra Mandiri), jarak dari tambang + 31 km KM. 94 (PT. USAHA BERKAT TANAGA ), jarak dari tambang + 30 km G. JETTY BARGE Kabupaten Tapin PT. Kalimantan Prima Persada (Sungai Putting), DAN ( Sungai Salai ) jarak dari stockpile + 33 km. Dari Jetty Tongkang ( Sei Putting & Sei Salai ) ke M.Vessel + Dengan Jarak tempuh Jam H. JETTY VESSEL 1. Taboneo 2. Jorong 3. Muara Satui 4. Tanjung Peutang 5. Tanjung Pemancingan I. KUASA SUPPLY Name Mining and Supplier / Cantractor : PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN Location Of Mining : Binuang Rantau ( Kalimatan Selatan ) Production Capacity / Month : / mt Stockpile Area : Km 92 Binuang Mitra Membangun ( BMM ) Km 94 Binuang Usaha Berkat Tenaga ( UBT ) Mining Location From Stockpile : Km Stockpile Location From Port : 33 Km Loading Rate / Day : 8000 / mt Bareg Feet : 330 / 300 / 270 Feed Port Of Loading : 4 Jetty PT.Kalimantan Prima Persada ( KPP) Sungai Puting (koordinat ,68 E ,37 S ) Vessel Anchor Port : Taboneo ( Koordinat S / long E ) Turn Time : 2 X 24 Hours

9 Analisis Kondisi Pengangkutan Batu Bara Proses Pengangkutan Batu Bara Dapat dilihat pada bagan berikut : Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan Gambar 4.1 Proses Pengangkutan Batu Bara

10 54 1. MINING SITE (PRODUCER) / Purchasing Dalam tahap ini PT. KPK mengumpulkan (membeli) batu bara yang masih berupa batuan dari beberapa tambang yang sesuai harga serta kandungan mineralnya. (Biasanya PT. KPK mendapat permintaan kurang lebih s/d ton untuk tiap-tiap proyeknya). Jika tidak mendapatkan kandungan mineral yang diminta oleh sang calon pembeli (single coal, tidak perlu dicampur atau melewati proses blending) PT. KPK, Mereka akan membeli batu bara yang kandungan mineralnya mendekati untuk kemudian dicampurkan (blending coal) namun jika memang spesifikasi batu bara yang diinginkan pembeli tidak memungkinkan untuk dipenuhi semisal calon pembelinya tersebut memesan kandungan mineral batubara yang biasa saja namun dengan tingkat kekeringan tinggi, maka itu akan sangat sulit untuk dipenuhi jika pesanan tersebut diperuntukkan saat musim hujan. Jadi sebelum PT. KPK akan kesulitan untuk menyiapkan pesanan milik calon pembelinya, Mereka akan sangat selektif dalam masalah perundingan awal yang mencakup harga, spesifikasi batu bara, sampai masalah pembayaran guna memperlancar kinerja mereka nantinya & agar citra mereka tetap baik di mata para calon pembeli juga oleh pihak-pihak yang sudah bekerja sama dengan PT.KPK.

11 55 Gambar 4.2 Tambang batu bara Sumber: Gambar 4.3 Proses pengambilan batu bara Sumber: /2012/06/Tambang.jpg

12 56 Gambar 4.4 Proses pengisian truk Sumber: tambang%20batu%20bara.jpg 2. HAULING TO STOCKPILE Batu bara yang sudah dibeli dengan harga yang disepakati lalu diantarkan ke tempat pengumpulan dan penumpukan yang sekaligus tempat prosesing / penghancuran penggilingan batu bara (Stockpile). Namun itu akan dilakukan setelah batu bara yang akan dibeli diuji dulu keabsahan kandungan mineralnya (uji free sampling) oleh badan surveyor independen pemeriksa kandungan mineral yang ditunjuk oleh PT. KPK agar tidak terjadi kesalahan pembelian (tidak membeli kucing dalam karung) dan agar PT. KPK mendapat masukkan untuk membeli yang tingkat kandungannya cocok untuk proses pencampuran guna mencapai hasil kandungan yang diminta oleh pembeli.

13 57 Gambar 4.5 Proses pengangkutan batu bara menggunakan truk Sumber: Gambar 4.6 Proses pengangkutan menuju stockpile Sumber:

14 58 Gambar 4.7 Proses bongkar muat di stockpile Sumber: gallery/16_45_tambang-b.jpg 3. STOCKING, CRUSHING Setelah selesai dikumpulkan di tempat yang sudah ditentukan lalu kemudian batu bara mulai dimasukkan ke dalam mesin penghancur (crusher) agar menjadi sebasar batu kerikil dan dapat diteruskan ke proses selanjutnya. (Biasanya mesin crusher sanggup beroperasi selama 16 jam yang berarti 1 mesinnya mampu mengolah sebanyak 3000 s/d 4000 mt /hari). Saat di stockpile sudah menjadi hal yang harus diterima bahwa para penyewa stockpile itu tidak berada sendirian, jadi PT. KPK akan berbagi tempat dan bergantian dalam melakukan proses ini dengan perusahaan lain yang juga menyewa stockpile ini, Mereka (para pengguna jasa stockpile) diharuskan mengantri, jadi di dalam proses ini diharapkan ketepatan waktu agar saat harus sudah melakukan proses Crushing batu bara milik PT. KPK

15 59 sudah siap di tempat guna selesai tepat waktu & menghindari dikenakannya denda karena keterlambatan yang akhirnya bisa menyebabkan keterlambatan beruntun. 4.8 Proses bongkar muatan di stockpile oleh excavator Sumber: Gambar 4.9 Proses pengangkutan batu bara ke mesin crushing Sumber:

16 60 Gambar 4.10 Proses Crushing dan hasilnya Sumber: 4. BLENDING, ANALIZING Dalam proses ini batu bara yang telah dilebur kemudian dicampur dengan batu bara yang memiliki kadar mineral yang berbeda guna mendapat kadar yang diinginkan oleh pihak konsumen (biasanya batu bara berkadar mineral tinggi dicampur dengan batu bara berkadar mineral rendah), lalu kemudian hasil proses Blending tadi diambil sampelnya dan diberikan kepada surveyor independen, badan usaha yang bertugas sebagai badan yang memastikan kandungan mineral dan mengeluarkan sertifikat yang menjaminkan keabsahan produk kita (Prashipment analysis). Ada pun jenis kalori terbagi menjadi 2 bagian yaitu komposisi kalori tinggi dan kalori rendah dan untuk proses blending ada 3 macam alternatif tempat untuk melakukan proses tersebut yaitu di stockpile dengan menggunakan alat berat seperti loader

17 61 atau excavator, di hover pada saat pemuatan ke tongkang dimasukkan ke dalam corong besar dan dicampur lalu tumpahkan ke tongkang melalui conveyor belt, dan di palka (saat sudah dimuat ke) mother vessel. Perlu diperhatikan juga ketepatan asumsi pemuatan batu bara dalam proses ini karena jika terlalu lama ditimbun (terlebih itu untuk batu bara yang telah selesai diblending) jika terkena hujan yang berkepanjangan maka akan membuat kandungan air terlalu tinggi dalam batu baranya dan jika terkena panas yang berkepanjangan batu bara bisa terbakar, yang sangat pasti untuk dua kemungkinan tersebut akan membuat penurunan kwalitas batubara yang akhirnya akan membuat pekerjaan terhambat atau mesti diulang kembali, dan memakan biaya tambahan yang tidak sedikit dan kembali pada resiko keterlambatan yang membuat kita bisa dikenakan denda. Gambar 4.11 Batu bara hasil proses crushing yang siap untuk di blending Sumber:

18 62 Gambar 4.12 Proses blending oleh loader jika dilakukan di stockpile Sumber: Gambar 4.13 Proses blending jika dilakukan di hover saat pemuatan tongkang Sumber:

19 63 Gambar 4.14 Proses tempat Blending jika dilakukan di palka vessel Sumber: Gambar 4.15 Proses Pengambilan Sample Batu Bara untuk sample Analisa Sumber:

20 64 Gambar 4.16 Batu bara yang terbakar karena terlalu lama terkena panas Sumber: Gambar 4.17 Batu bara yang terpaksa dimasukkan dalam kemasan karena terendam air Sumber:

21 65 5. TRUCKING TO PORT Setelah sesuai kandungan mineral hasil dari proses sebelumnya dan telah dikeluarkan sertifikatnya oleh lembaga surveyor independent yang ditunjuk oleh PT. KPK, proses berikutnya adalah pengangkutan semua batu bara tadi ke pelabuhan yang diangkut oleh truk yang berkapasitas 25 ton secara berkala menempuh jarak yang kurang lebih 33 km perjalanan. Biasa dalam proses ini truk yang digunakan adalah sampai dengan 40 unit untuk mempercepat waktu pengangkutan. Masing-masing unit truk memiliki kapasitas atau daya angkut sebesar 25 ton, total perhari 5000 MT PT. KPK pun dituntut mempekerjakan driver yang handal dan menetapkan rute yang efektif dan efisien guna mencapai pelabuhan yang merupakan tujuan berikutnya sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. Gambar 4.18 Batu bara setelah di blending diangkut kembali Sumber:

22 66 Gambar 4.19 Truk berangkat dari stock pile Sumber: Gambar 4.20 Truk menuju pelabuhan Sumber: 6. LOADING TO BARGE

23 67 Setelah sampai di pelabuhan, batu bara-batu bara tadi langsung dikumpulkan pada satu alat (conveyor belt) yang akan dengan otomatis memuat batu bara pada kapal tongkang yang telah tersedia. Itu jika fasilitas yang digunakan bersama tersebut sedang mampu beroperasi atau tidak digunakan oleh pihak yang lain, jika 2 kemungkinan tadi terjadi maka PT. KPK harus memindahkan batu bara dari dalam truk langsung ke tongkang dengan cara masuk sampai ke lambung tongkang secara manual yang jelas akan memakan waktu lebih lama dibandingkan jika memakai ban berjalan (conveyor belt). Gambar 4.21 Conveyor belt di pelabuhan tongkang Sumber: Gambar 4.22 Truk memasukkan batu bara ke corong conveyor belt Sumber:

24 68 Gambar 4.23 Conveyor belt mengucurkan batu bara ke dalam tongkang Sumber: Gambar 4.24 Truk memasuki bibir pelabuhan untuk pemuatan secara manual Sumber:

25 69 Gambar 4.25 Batu bara dimasukkan ke dalam tongkang dengan excavator Sumber: Gambar 4.26 Pemuatan batu bara secara manual selesai dikerjakan Sumber:

26 70 7. TRANSHIPMENT Setelah memenuhi kapasitas tiap-tiap tongkang yang berjumlah kurang lebih 8000 Metrik Ton (satuan batubara yang umumnya digunakan) ukuran tongkang 300 Feet dan berlayar mengarungi sungai menuju muara laut tempat dimana kapal Mother Vessel (kapal besar yang akan membawa keseluruhan batubara tersebut sekaligus dalam 1 waktu menuju tempat yang telah ditetapkan) Tongkang-tongkang tersebuat akan melewati sebuah alur yang dinamakan chanel fee (jalan bebas hambatan / tol di air) guna mencapai lautan lepas untuk menuju koordinat anchored kapal Mother Vessel / loading point. Gambar 4.27 Tongkang telah terisi penuh dengan batu bara Sumber: Gambar 4.28 Tugboat kapal penarik tongkang Sumber:

27 71 Gambar 4.29 Tongkang siap berlayar bersama kapal tugboat Sumber: Gambar 4.30 Tongkang menuju laut lepas bersama tugboat Sumber:

28 72 8. LOADING TO MOTHER VESSEL Setelah tongkang (barge) sampai di tempat lokasi dimana Kapal Mother Vessel menunggu (biasanya lepas pantai) atau lebih baik dari sisi biaya jika kapal tongkang yang menunggu ditempat yang sudah disepakatkan, maka proses selanjutnya adalah merapatkan kapal tongkang dan melakukan pemindahan batu bara ke kapal Mother Vessel menggunakan alat berat yang telah tersedia crab dan crane dibantu loader exapator dan bulldozer (untuk triming waktu pemuatan), Proses disini diharapkan berjalan sesuai waktu yang telah dijadwalkan karena dari semua denda yang bisa tercipta, nominal denda terbesar dari keseluruhan proses pengangkutan ini adalah jika membuat kapal Mother Vessel menunggu lebih lama dari jadwalnya dan tentu itu sangat merugikan dan tidak diinginkan oleh PT. KPK selaku pelaksana yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di lapangan. Gambar 4.31 Tongkang mencapai meeting point dengan Vessel Sumber: 2009/02/nat_vessel-53.jpg

29 73 Gambar 4.32 Tongkang merapat ke Vessel Sumber: Gambar 4.33Batu bara diangkat dengan crane langsung dari Vessel Sumber:

30 Batu bara dari tongkang diangkut menggunakan jasa crane yang disewa Sumber: Cargo_Vessel.jpg 9. Document & Coo Setelah selesai semua proses pemindahan maka proses akhir adalah mengurus semua kelengkapan dokumen yang diperlukan oleh kedua belah pihak (PT.KPK & Pembeli) dengan semua pihak yang terkait selama proses pengangkutan dari awal agar kapal bisa lepas dan segera berlayar menuju tempat tujuan. Seperti yang diketahui karena proses pengurusan dokumen ini sangat penting dan mencakup semua proses baik itu proses awal sampai dengan akhir maka PT. KPK akan sangat teliti dan sigap terhadap setiap kelengkapan dan syarat yang dibutuhkan untuk selesainya suatu dokumen (yang itu berarti fokus kepada keseluruhan proses khususnya fokus ditiap-tiap kegiatan yang sedang dijalankan) agar semua proses bisa selesai pada waktu yang ditentukan atau

31 75 setidaknya untuk meminimalisir keterlambatan yang disebabkan oleh kelengkapan dokumen. Gambar 4.35 COA Mother Vessel Genco Wisdom Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan

32 Gambar 4.36 Surat Pemberitahuan Ekspor Barang Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan 76

33 CLEARENCE OUT / SAILING Setelah proses Document & Coo rampung secara keseluruhan dan semua kapal tongkang beserta perangkat alat berat dan pengoperasinya serta alat-alat pendukung dan kru lokal lainnya telah keluar dari kapal Mother Vessel, pernah ada kasus yang Perusahaan x dengan pihak Mother Vessel yang mayoritas adalah kapal yang dikirim oleh pihak yang membeli (misal : China) karena kurang koordinasi dengan pihak Mother Vessel dan pihak TKBM (tenaga kerja bongkar muat) serta owner tongkang, maka tertinggalah 1 unit loader exapator di Mother Vesssel yang telah berlayar menuju tempat asalnya ternyata Perusahaan x juga menyewa loader exapator tersebut dari pihak pelabuhan bagian bongkar muat batu bara pelabuhan (bukan milik sendiri) dan saat diketahui loader exapator yang dimaksud telah jauh dari daerah kewenangan dimana mereka bisa menyuruh Mother Vessel tersebut berbalik arah, akhirnya Perusahaan x harus mengganti sejumlah uang kepada pihak pemilik loader exapator yang tentunya tidak sedikit, jadi semua proses baik itu di awal atau akhir mau pun proses yang dianggap penting atau tidak, harus tetap dikerjakan dengan fokus penuh guna menghindarkan Perusahaan dari kerugian yang bisa saja berasal dari segala macam arah yang disebabkan oleh keteledoran yang semestinya bisa diminimalisir.

34 Gambar 4.37 Mother Vessel Genco Wisdom siap berlayar Sumber: 78

35 Biaya yang dibutuhkan untuk pengangkutan Batubara Dapat dilihat pada bagan berikut : Gambar 4.38 Biaya dari tiap proses pengangkutan batu bara Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan 1. MINING SITE (PRODUCE) Jika kita ambil saja rata-rata pemesanan di PT.KPK yang berkisar kurang lebih ton maka PT. KPK akan membeli dari beberapa tambang yang pada akhirnya mereka akan membuat perjanjian bahwa barang yang akan dikirimkan kurang atau lebih 10% dari jumlah yang diminta (jika optimisnya adalah ton & pesimisnya ton) jika diatas ton

36 80 yang PT.KPK setorkan ke vessel mereka akan tetap membayar seharga ton dan jika dibawah maka pihak PT.KPK akan dikenai denda, PT.KPK membeli lebih banyak dari pada jumlah pesanan konsumennya karena untuk menangguli susut (berkurangnya) jumlah batubara saat proses pengangkutan yang akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya (karena batu bara tidak berada dalam suatu kemasan) dan harga pembelian dari para produsen awal batu bara diatas sudah termasuk biaya antarnya ke stockpile yang telah PT.KPK sediakan, Harga rata-rata per ton batu bara adalah Rp sampai dengan RP (tergantung kualitas) (ton) x Rp (harga dari transaksi terakhir PT.KPK) = Rp / Dua puluh satu empat ratus lima puluh juta rupiah. Namun perlu diingat bahwa biaya yang diambil hanyalah dari transaksi terakhir PT.KPK, karena seperti yang kita ketahui batu bara terdiri dari banyak spesifikasi yang salah satu indikator terpentingnya adalah tinggi dan rendahnya kandungan mineral yang terkandung di dalam batu bara, semakin tinggi kandungan mineralnya maka semakin tinggi pula harga jualnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah kandungan mineralnya, maka akan semakin rendah pula harga jualnya di pasaran.

37 81 2. CRUSHING Biaya Crushing adalah Rp /MT (ton) x Rp = Rp / Satu milyar enam ratus lima puluh juta rupiah. Biaya Crushing batu bara ini berdiri sendiri tidak tergabung dengan biaya Stocking karena biaya stocking sudah termasuk biaya awal pengangkutan batu bara dari tambang tempat PT. KPK membelinya pertama kali. 3. BLENDING & ANALIZING Biaya Blending & Analizing tergabung dalam 1 paket, yaitu Rp 5.000/MT (ton) x Rp = Rp / Dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah. Terlepas PT. KPK akan menggunakan metoda pencampuran batu bara (blending) saat masih di stockpile, di hover pada saat pemuatan ke tongkang, atau di palka mother vessel. Harga yang dikenakan akan tetap sama seperti yang tertera di atas.

38 82 4. TRUCKING TO PORT Biaya pengangkutan batu bara dari stockpile menuju pelabuhan adalah Rp /MT (ton) x Rp = Rp / Satu milyar enam ratus lima puluh juta rupiah. Biaya yang dimaksudkan disini adalah biaya untuk penyewaan transportasi (alat angkut) batu bara yang dibutuhkan untuk mengangkutnya dari stockpile menuju pelabuhan untuk dibawa oleh kapal tongkang. Alat Transportasi yang digunakan dalam tahap ini adalah Truk. 5. LOADING BARGING (Port of Loading) Setelah sampai pelabuhan lalu batu bara langsung dimuat ke kapal tongkang yang masing-masing berkapasitas ton, biaya yang dibutuhkan untuk tiap kapal tongkangnya adalah Rp /MT-nya, (ton) x Rp = Rp / Enam milyar delapan ratus tujuh puluh lima juta rupiah. Setelah sampai di pelabuhan dan dibongkar muat lalu dimasukkan ke dalam kapal tongkang baik dengan menggunakan conveyor belt (ban berjalan) mau pun cara manual, batu bara siap dikirim ke tengah laut menggunakan kapal

39 83 tongkang yang telah tersedia dan terisi penuh oleh produk milik PT. KPK tersebut. 6. TRANSHIPMENT Biaya pelayaran dari pelabuhan menuju kapal Mother Vessel pun dikenai biaya karena kita melewati jalur tol yang disebut dengan Channel Fee, disini biaya yang perlu dibayarkan adalah /MT-nya (termasuk biaya sewa tongkangnya) (ton) x Rp = Rp / Tiga milyar seratus sembilan puluh juta rupiah. Channel Fee disini yang dimaksudkan adalah sejenis jalan bebas hambatan (tol) yang dikelola oleh pihak baik itu swasta mau pun negara yang harus dilalui untuk mencapai lepas pantai dan menuju meeting point dengan kapal Mother Vessel, bedanya jalur ini adalah jalur air bukan darat seperti yang lumrah diketahui banyak orang. 7. LOADING TO MOTHER VESSEL Pada tahap pemindahan batu bara dari kapal tongkang ke kapal Mother Vessel tidak dikenai biaya karena sudah termasuk pada biaya awal pemakaian kapal tongkang tersebut. Ini pun termasuk Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) & alat kerja bongkar muat yang termasuk 1 paket dalam biaya

40 84 penyewaan tongkang yang membantu & mempercepat prosesi pemindahan batu bara dari kapal tongkang ke kapal Mother Vessel. 8. EXPORT DOCUMENT Biaya yang dikenakan untuk proses pengurusan dokumen ekspornya adalah 5.000/MT (ton) x Rp = Rp / Dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah. Untuk lebih diperjelas dokumen yang dikenakan biaya sesuai tarif yang di atas adalah hanya dokumen untuk tahap terakhir saat batu bara sudah siap berlayar dengan kapal Mother Vessel menuju tempat pembeli (karena kebanyakan konsumennya adalah negara lain, maka yang diurus disini adalah dokumen ekspor) ini bukan dokumen yang dari proses awal karena masing-masing proses memiliki kelengkapan dokumen sendiri-sendiri yang mayoritas sudah termasuk dengan harga yang tertera ditiap-tiap proses. 9. CLEARENCE OUT & SAILING Setelah pemindahan batu bara dari tongkang selesai & semua dokumen perijinan lengkap maka kapal Mother Vessel bisa segera berlayar menuju tempat tujuan.

41 Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengangkutan batu bara Disini PT. KPK telah memberikan data dari waktu ideal yang ingin PT. KPK capai dengan waktu realisasinya saat di lapangan, berikut data-datanya : Tabel 4.1 Waktu Ideal dan Waktu Realisasi <> Waktu Ideal <> Waktu Realisasi CONTRACT 2 Hari CONTRACT 2 Hari PREPARATION 14 Hari PREPARATION 12 Hari PAYMENT / FUNDING 20 Hari PAYMENT / FUNDING 29 Hari CONTRACT WITH MINER 3 Hari CONTRACT WITH MINER 5 Hari CONTRACT STOCKPILE 3 Hari CONTRACT STOCKPILE 4 Hari CONTRACT HAULING ( TRUCKING ) 3 Hari CONTRACT HAULING ( TRUCKING ) 3 Hari CONTRACT PORT (SLOT) 3 Hari CONTRACT PORT (SLOT) 6 Hari CONTRACT BARGE ( TRANSHIPMENT) 3 Hari CONTRACT BARGE ( TRANSHIPMENT) 3 Hari COAL COLLECTING 19 Hari COAL COLLECTING 13 Hari CRUSHING 10 Hari CRUSHING 10 Hari HAULING 8 Hari HAULING 14 Hari LOADING BARGE 5 Hari LOADING BARGE 15 Hari TRANSHIPMENT 9 Hari TRANSHIPMENT 24 Hari LOADING VESSEL 6 Hari LOADING VESSEL 21 Hari DOCUMENT 11 Hari DOCUMENT 30 Hari Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan

42 86 Waktu Ideal Pengangkutan Gambar 4.39 Waktu Target Proses Pengangkutan Sumber: PT. Karunia Persada Kalimantan Waktu Realisasi Pengangkutan Gambar 4.40 Waktu Realisasi Proses Pengangkutan Sumber : PT. Karunia Persada Kalimantan

43 87 Penjelasan : Sebelumnya disini harus diketahui bersama bahwa dalam melakukan pelayanan pengangkutan batu bara adalah hal yang sudah tidak bisa dihindarkan lagi untuk mengalami beberapa keterlambatan yang ada hanyalah penempatan presisi waktu yang baik guna meminimalisir keterlambatan, berdasarkan hal tersebut Peneliti tidak akan mencoba untuk menghilangkan resiko namun menekan resiko sampai titik paling kecil sehingga kerugian yang didapatkan sangat kecil jika dibadingkan dengan keuntungan yang mampu diperoleh PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN dan semua kegiatan disini dilakukan tidak harus menunggu proses sebelumnya selesai dulu, bisa dikerjakan secara bersamaan, dan bisa juga dikerjakan saat proses sudah berjalan minimal 30% (proses kerja paralel tidak serial, flexibel). 1. Contract (Kontrak) Pada tahap ini PT. KPK dan pihak pembeli membahas tentang kesepakatan yang meliputi kualitas batu bara yang dihendaki pembeli dan yang bisa disanggupi oleh PT. KPK, waktu pengantaran batu bara beserta tahapannya, dan yang terpenting adalah pembahasan tentang cara pembayaran yang memiliki 3 opsi yaitu kas bertahap, L/C (Letter Of Credit), atau SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri). Waktu Ideal Waktu Realisasi : 2 hari : 2 hari

44 88 Tidak ada selisih waktu maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. 2. Preparation (Persiapan) Pada tahap ini PT. KPK melakukan persiapan setelah kontrak pada tahap sebelumnya selesai, persiapan disini mencakup persiapan secara keseluruhan proses-proses yang diperlukan selama pengangkutan batu bara (dari pembelian bahan mentah batu bara sampai dengan selesai diangkut ke kapal Mother Vessel dan berlayar menuju tempat pembeli). Waktu Ideal Waktu Realisasi : 14 hari : 12 hari Waktu persiapan selesai 2 hari lebih cepat dari hari yang telah ditentukan ini menandakan baiknya kesiapan dari PT. KPK dan adanya waktu untuk menjadikan proses persiapan lebih sempurna (jika PT. KPK menghendakinya). 3. Payment / Funding (Pembayaran / Pendanaan) Pada tahap ini PT. KPK akan mengurus hal penting yang akan menjadi faktor yang sangat berpengaruh cukup signifikan untuk kelancaran prosesproses selanjutnya, yaitu uang baik itu dari pihak bank mau pun non-bank.

45 89 Ada pun dikatakan pencairan pembayaran adalah jika dibayar menggunakan cara kas bertahap atau pendanaan jika dibayar menggunakan L/C atau SKBDN, berikut adalah perincian tahap pembayaran : Jika dibayar dengan kas bertahap maka akan diurus di bank, dengan mengurus kelengkapan administrasi yang mencakup untuk tahapan pertama adalah langsung bersama pembeli namun untuk tahapan ke 2 dan seterusnya dibutuhkan invoice + bukti penyerahan sejumlah ton batu bara dari Bhanda Graha Reksa (badan koleteral manajamen BUMN anak perusahaan di bawah kementrian perdagangan yang bertugas untuk mengecek keabsahan kuantitas batu bara yang hendak diserahkan PT. KPK kepada pembelinya, jika untuk masalah kualitas PT. KPK bekerja sama dengan SUCOFINDO ). setelah lengkap 2 dokumen tersebut maka turunlah dana dari bank yang tiap turunnya pun memiliki termin (tahapan) masing-masing, berikut adalah gambaran dari pembayaran konsumen PT. KPK pada periode akhir tahun 2011 : (Komposisi pembayaran 10% - 40% - 40% - 10% )

46 90 Tabel 4.2 Tahapan Pembayaran dari pembeli (sesuai kesepakatan) Termin / Tahapan Syarat 10% 1 Setelah Pengecekan Barang, Legalitas, & tandatangan kontrak 40% 2 Bukti penyerahan dari pihak BGR untuk 5000 MTstock, dana yang bisa dicairkan adalah setengah dr 5000 MT yang saat itu per tonnya seharga Rp (5000 x Rp : 2 = Rp ) 3 - sama seperti tahapan no sama seperti tahapan no sama seperti tahapan no.2-40% 6 Bukti penyerahan dari pihak BGR untuk 5000 MTstock, dana yang bisa dicairkan adalah setengah dr 5000 MT yang saat itu per tonnya seharga Rp (5000 x Rp : 2 = Rp ) 7 - sama seperti tahapan no sama seperti tahapan no sama seperti tahapan no.6-10% 10 Dokumen Lengkap Total 100% Sumber : PT. Karunia Persada Kalimantan Jika dibayar menggunakan L/C (pembayaran oleh bank luar negri) atau pun SKBDN (pembayaran dalam negri), pembayaran jenis ini akan dibayarkan di akhir periode pengerjaan, dikarenakan besarnya cash flow yang harus diputar maka PT.KPK perlu Funder yang menjembatani (danai) proses pendanaan

47 91 secara menyeluruh (mayoritas funder akan memberi pinjaman dana sampai dengan 80% nilai L/C mau pun SKBDN) dan kita bisa mendapat funder ini dari lembaga bank mau pun yang non-bank (perorangan atau kelompok investor) Setelah itu proses pencairan L/C atau pun SKBDN akan dicairkan kurang lebih sama seperti proses pembayaran kas bertahap seperti contoh diatas (namun tetap mengacu pada kesepakatan pihak pembeli, funder, dan PT. KPK). Waktu Ideal Waktu Realisasi : 20 hari : 29 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Pihak pendana yang ternyata mendanai kostumer PT. KPK saat itu, memperlambat proses pencairan dananya karena permasalahan administrasi antara pihak pendana (bank) dan si kostumer PT. KPK, jadi disini PT. KPK terkena imbas dari keterlambatan tersebut. 4. Contract with Miner (Kontrak dengan pemilik tambang) Pada tahap ini PT.KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan para pemilik tambang untuk mendapat bahan mentah dengan memiliki berbagai pertimbangan seperti, tambang manakah yang memiliki batu bara dengan kandungan mineral seperti yang PT. KPK inginkan, tambang manakah yang

48 92 memiliki harga yang sesuai dengan keinginan PT. KPK, tambang manakah yang memiliki akses terdekat dengan stockpile dan pelabuhan, dan sebagainya. Waktu Ideal Waktu Realisasi : 3 hari : 5 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Mesti mencari tambang yang memiliki kandungan mineral yang sesuai yang diinginkan pembeli dan harga yang sesuai serta lokasi yang tidak jauh dari fasilitas untuk pendukung proses selanjutnya. 5. Contract Stockpile (Kontrak dengan pihak Stockpile) Pada tahap ini PT. KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan pihak stockpile dengan pertimbangan stockpile mana yang memiliki tempat penumpukan yang masih tersedia atau tidak sedang melayani proses pengangkutan perusahaan lain yang akan menyebabkan terjadinya antrian, stockpile mana yang memiliki akses atau jarak tempuh terdekat dengan tambang (strategis), stockpile mana yang memiliki fasilitas yang memadai, stockpile mana yang menawarkan harga yang sesuai, dan sebagainya.

49 93 Waktu Ideal Waktu Realisasi : 3 hari : 4 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Mesti mencari lokasi stockpile yang strategis (tidak jauh dari pelabuhan) yang masih tersedia tempatnya (slot) dan tidak sedang melayani proses pengangkutan perusahaan lain secara massal (banyak dan bersamaan) dengan waktu saat kita membutuhkan untuk diprioritaskan karena untuk mengantisipasi keterlambatan yang mungkin bisa terjadi. 6. Contract Hauling (Trucking) Pada tahap ini PT. KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan pihak yang menyediakan jasa pengangkutan truk untuk mengangkut batu bara yang sudah diolah menuju pelabuhan, dengan pertimbangan biaya yang ditawarkan, ketersediaan unit truk sejumlah yang dibutuhkan pada tanggal yang sudah disesuaikan dengan jadwal PT. KPK, kondisi fisik dan daya angkut truk, dan sebagainya.

50 94 Waktu Ideal Waktu Realisasi : 3 hari : 3 hari Tidak ada selisih waktu maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. 7. Contract Port, Slot (Kontrak dengan pihak Pelabuhan, slot) Pada tahap ini PT. KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan pihak Pelabuhan dengan pertimbangan pelabuhan mana yang masih memiliki slot (ruang untuk kapal tongkang merapat), pelabuhan mana yang memiliki jarak tempuh terdekat dengan stockpile yang telah disewa oleh PT.KPK, pelabuhan mana yang menawarkan harga yang sesuai juga fasilitas yang memadai, dan sebagainya. Waktu Ideal Waktu Realisasi : 3 hari : 6 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Mesti mencari lokasi Pelabuhan yang strategis (tidak jauh dari stockpile) yang masih tersedia tempatnya (slot) dan tidak sedang melayani proses pengangkutan perusahaan lain secara massal (banyak dan bersamaan) dengan

51 95 waktu saat kita membutuhkan untuk diprioritaskan karena untuk mengantisipasi keterlambatan yang mungkin bisa terjadi. 8. Contract Barge, Transhipment (Kontrak Kapal Tongkang, Pengapalan) Pada tahap ini PT. KPK akan mencari dan mengurus kontrak dengan pihak yang menyediakan jasa pengangkutan kapal tongkang untuk membawa batu bara dari pelabuhan menuju kapal Mother Vessel, dengan pertimbangan biaya yang ditawarkan, ketersediaan unit kapal tongkang sejumlah yang dibutuhkan pada tanggal yang sudah disesuaikan dengan jadwal PT. KPK, kondisi fisik dan daya angkut kapal tongkang, dan sebagainya. Waktu Ideal Waktu Realisasi : 3 hari : 3 hari Tidak ada selisih waktu maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini. 9. Coal Collecting (Pengumpulan Batu Bara) Pada tahap ini PT. KPK sudah memulai proses pengerjaan (tidak lagi hanya mempersiapkan), kegiatan pada tahap ini adalah pengumpulan dan pengangkutan batu bara sesuai spesifikasi yang dibutuhkan menuju stockpile yang telah disediakan (disewa oleh PT. KPK) menggunakan truk yang masih merupakan tanggungan pemilik tambang.

52 96 Waktu Ideal Waktu Realisasi : 19 hari : 13 hari Waktu persiapan selesai 6 hari lebih cepat dari hari yang telah ditentukan ini menandakan baiknya kesiapan dari PT. KPK dan adanya waktu untuk menjadikan proses ini lebih sempurna (jika PT. KPK menghendakinya). 10. Crushing (Penghancuran batu bara) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah penghancuran (peleburan) batu bara menggunakan mesin crusher agar menjadikan batu bara yang tadinya berupa bongkahan batu yang memiliki berbagai jenis ukuran menjadi serpihan batu layaknya butiran halus pasir, penggunaan mesin crusher diperuntukkan untuk tiap-tiap penyewa stockpile sebanyak 1 buah namun bisa disesuaikan dengan kebutuhan (jika mendekati tenggat waktu, maka pihak stockpile bisa memberikan ijin untuk mempergunakan lebih banyak lagi mesin crusher). Waktu Ideal Waktu Realisasi : 10 hari : 10 hari Tidak ada selisih waktu maka disimpulkan tidak ada masalah pada tahapan ini.

53 Hauling (Pengangkutan) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah Pengangkutan batu bara setelah proses crushing dan blending (jika proses blending hendak dilakukan di stockpile) menggunakan sejumlah truk yang dibutuhkan dari stockpile menuju pelabuhan. Waktu Ideal Waktu Realisasi : 8 hari : 14 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Disini terjadi keterlambatan yang dikarenakan imbas keterlambatan pendanaan pada proses payment tadi (inilah yang sering dimaksudkan dengan keterlambatan beruntun yang berarti biaya atau denda tambahan). 12. Loading Barge (Pemuatan ke tongkang) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah memuat batu bara yang telah diangkut sampai dengan pelabuhan menggunakan truk ke dalam tongkang baik menggunakan cara otomatis (conveyor belt / ban berjalan) mau pun cara manual (dikeruk dengan buldozzer dan dibantu Tenaga Kerja Bongkar Muat).

54 98 Waktu Ideal Waktu Realisasi : 5 hari : 15 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Disini terjadi keterlambatan juga dikarenakan imbas keterlambatan pendanaan pada proses payment tadi (inilah yang sering dimaksudkan dengan keterlambatan beruntun yang berarti biaya atau denda tambahan). 13. Transhipment (Pengapalan) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah mengurus proses pengangkutan batu bara dan pengaturan-pengaturan yang dibutuhkan agar kapal tongkang dari awal berangkat dari pelabuhan, melewati fee channel, sampai dengan merapat ke kapal mother vessel bisa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Waktu Ideal Waktu Realisasi : 9 hari : 24 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan

55 99 Dampak dari keterlambatan yang beruntun tadi membuat keterlambatan terus merembet ke berbagai proses pengangkutan dan waktunya pun berakumulasi. 14. Loading Vessel (Pemuatan ke Vessel) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah memuat batu bara yang telah diangkut oleh kapal tongkang menuju laut lepas tepat pertemuan dengan kapal Mother Vessel, batu bara dipindahkan menggunakan crab & crane yang telah disediakan oleh pihak pembeli dan dibantu oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang mengoperasikan loader exapator dan bulldozer yang disewa PT. KPK dari pihak pelabuhan. Waktu Ideal Waktu Realisasi : 6 hari : 21 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Dampak dari keterlambatan yang beruntun tadi membuat keterlambatan terus merembet ke berbagai proses pengangkutan dan waktunya pun berakumulasi. Begitu pula dengan proses ini.

56 Document (Dokumen) Kegiatan PT. KPK pada tahap ini adalah membenahi kelengkapan dokumen dari kegiatan persiapan awal sampai dengan batu bara telah selesai dimuat di kapal Mother Vessel demi mempercepat dan memperlancar proses pengangkutan juga untuk meminimalisir resiko yang menyebabkan keterlambatan dikarenakan dokumen yang belum lengkap. Waktu Ideal Waktu Realisasi : 11 hari : 30 hari Ada selisih waktu antara waktu ideal & waktu pada realitanya, maka disimpulkan ada masalah pada tahapan ini. Keterangan keterlambatan dari pihak PT. KPK dikarenakan Dikarenakan keterlambatan pada hampir setiap prosesnya maka begitu juga dengan dokumen-dokumen dari setiap proses pun akan mengalami keterlambatan karena sebagian besar dokumen hanya akan bisa dirampungkan jika pengerjaan dari proses yang bersangkutan selesai.

57 Dokumen-dokumen yang dibutuhkan Untuk proses di Stockpile Free Sampling Analysis Warehouse Raport Pernyataan Jaminan Penyerahan Batubara Untuk proses saat di Barge Kontrak Transhipment Schudule & Nominasi Shipping Intruction Untuk proses saat Loading Port Konfirmasi Slot Izin Hauling Surat Kirim Rekomendasi Dis Tam Ben SKAB Berita Acara Serah Terima Dokumen Tongkang Sandar Draf Inisial Loading Cargo to Barge Final Draf

58 102 COA COW DSR B/L Cargo Manifes Untuk proses saat Transhipment Shipping Intruction Laporan Survey Draf Inisial Statement of Fact (SOF) Final Draf COA COW COO DSR B/L Cargo Deglaration Commercial Invoice

59 Analisa Kendala Pengangkutan Batubara Kendala Biaya Karena cashflow Perusahaan yang perputarannya belum lancar, maka jika ada keterlambatan pembayaran tagihan atau pencarian dana baik dari pihak pembeli maupun pihak funder kemungkinan pekerjaan yang sedang dikerjakan tidak bisa berjalan adalah sangat besar. Karena modal yang dibutuhkan relatif besar (tak terhingga), maka PT. KPK sangat memperhatikan sistem pembayaran calon pembeli atau pun sistem pendanaan yang ditawarkan oleh funder yang jika dana terputus atau terlambat ditengah pengerjaan sudah pasti akan berimbas besar kepada proses pengerjaan yang akan menjadikan keterlambatan dan menimbulkan denda keterlambatan di semua sektor yang artinya sama dengan biaya bertambah (kerugian di semua pihak). Keterlambatan yang menyebabkan biaya tak terduga yang relatif besar, karena memang resiko keterlambatan tidak bisa dihindarkan tapi bisa ditekan, untuk itulah keterlambatan karena pembiayaan sangat dihindarkan karena menjadikan adanya biaya tambahan bagi PT. KPK namun pada akhirnya akan sangat membebani bagi pihak pembeli itu sendiri (PT. KPK ingin semua berjalan lancar agar pembeli puas dan loyal serta PT. KPK pun mendapat untung). *keterlambatan yang disebabkan oleh segala peristiwa yang masih dibawah tanggung jawab PT. KPK (adapun semua denda keterlambatan akan ditagihkan kepada PT. KPK karena semua kontrak diatas namakan pihak PT. KPK namun jika itu bukan disebabkan kesalahan PT. KPK maka akan ditanggung oleh

60 104 pihak pembeli atau yang bersangkutan yang menyebabkan keterlambatan tersebut) Kendala Ketepatan Waktu Force Merger (cuaca ekstrim, gelombang besar, gempa bumi), adalah dimana kondisi alam baik itu iklim mau pun kondisi bumi sedang berada dalam keadaan ekstrim yang di masyarakat umum disebut dengan bencana alam, kondisi ini menyebabkan proses pengangkutan terhambat tanpa bisa dilakukan pencegahan sebelumnya dan tidak akan bisa dihentikan sampai dengan kejadian ini berhenti dengan sendirinya, saat seperti ini semua proses pengangkutan terpaksa dihentikan. Gambar 4.41 Force Merger Gempa Bumi Sumber :

61 105 Gambar 4.42 Force Merger Badai di laut Sumber: Gambar 4.43 Tongkang terdampar di pantai karena ombak besar Sumber: =tbn:and9gcrermlneqzpmvwgbrb5vuvcr4

62 106 Gambar 4.44 Tambang Terendam air Sumber: Kesiapan produk harus diolah terlebih dahulu (harus melalui tahapan proses sebelum dijual kembali, bukan barang yang bisa langsung dipindah tangankan) Kendala Kelengkapan Dokumen Ada ijin yang mati / belum lengkap, dikarenakan belum diperpanjangnya masa perijinan atau ada ijin yang belum dibuat atau diurus. Hasil analisis belum selesai, dikarenakan banyak perusahaan lain juga yang melakukan pengecekan di badan surveyor yang sama atau mungkin juga karena masalah pembayaran untuk jasa pengecekan yang belum ada. Kepabeanan, adalah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta

63 107 pemungutan bea masuk dan bea keluar. Adalah jadi kendala jika kita belum mendapat ijin atau memenuhi syarat yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai agar kita bisa melakukan kegiatan ekspor-impor dengan berbagai pihak. Rata-rata semua kepengurusan dokumen membutuhkan waktu pengurusan antara 3 7 hari, dan kenaikan bbm tidak menjadi kendala yang berarti karena dari awal perusahaan telah menggunakan solar industri non subsidi. Tabel Lean untuk mengidentifikasi pemborosan yang telah diisi oleh PT. KPK : Tabel 4.3 E-DOWNTIME table Sumber : Vincent Gaspersz (lean six sigma)

64 108 Keterangan : E = Enviromental, Health, and Safety (EHS) adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS. D = Defects adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan produk (barang dan atau jasa). O = Overproduction adalah jenis pemborosan yang terjadi karena produksi berlebih dari kuantitas yang dipesan oleh pelanggan. W = Waiting adalah jenis pemborosan yang terjadi karena menungu. N = Not utilizing employees knowledge, skills and abilities adalah jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan secara optimal. T = Transportation adalah jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang berlebihan sepanjang proses value stream (proses dari awal produksi sampai kepada tangan konsumen). I = Inventories adalah jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan. M = Motion adalah jenis pemborosan yang terjadi karena banyaknya pergerakan dari yang seharusnya sepanjang value stream.

65 109 E = Excess Processing adalah jenis pemborosan yang terjadi karena langkahlangkah proses yang panjang dari yang seharusnya sepanjang proses value stream. Penjelasan Dari pengisian tabel oleh PT. KPK di atas dapat dapat diketahui bahwa : 1. Pada proses Mining Site pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan EHS, Defects, dan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah kurangnya ketelitian masalah kualitas batu bara sangat berpengaruh terhadap harga, karena komposisinya jadi berbeda. 2. Pada proses Hauling to Stockpile pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Transportation karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah susut di perjalanan dan penumpukan terpisah di stockpile mengakibatkan pembengkakan biaya. 3. Pada proses Stocking, Crushing pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Motion karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah semakin lama penumpukan akan berpengaruh terhadap kualitas bahkan untuk batu bara kalori rendah bisa sampai terbakar, susut pada saat crushing juga pemborosan.

66 Pada proses Blending, Analizing pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah kurangnya ketelitian pada saat menentukan komposisi campuran sangat mempengaruhi harga modal. 5. Pada proses Trucking to Port pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Motion karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah susut diperjalanan, pemindahan penumpukan yang berulangulang di stockpile. 6. Pada proses Loading to barge pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Waiting dan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah susut saat pemuatan, naiknya tingkat kelembaban (total moisture) mempengaruhi harga, dan tertundanya jadwal pemuatan. 7. Pada proses Transhipment pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Waiting karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah keterlambatan proses bongkar muat mengakibatkan denda (demurrage) pemakaian tongkang.

67 Pada proses Loading to Mother Vessel pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah susut saat bongkar muat & keterlambatan (demurrage). 9. Pada proses Document pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities dan Excess Processing karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah kesalahan input data berakibat keterlambatan proses penyelesaian dokumen selanjutnya berakibat keterlambatan termin pembayaran. 10. Pada proses Clearence Out (Sailing) pemborosan yang terjadi adalah jenis pemborosan Waiting dan Not utilizing employees knowledge, skills and abilities karena pada saat proses ini berlangsung yang terjadi di lapangan adalah terlambatnya penyelesaian seluruh dokumen berakibat kapal tidak bisa berlayar. 4.4 Usulan perbaikan bagi peningkatan kualitas pengangkutan batu bara di PT.KPK Untuk Perbaikan dari tiap-tiap proses pengangkutan yang pemborosan masingmasingnya telah teridentifikasi, maka ada baiknya PT. KPK melakukan hal-hal sebagai berikut :

68 Pada proses Mining Site, kelalaian terhadap lingkungan tanpa penanganan yang baik pada saat geeting coal berakibat pada penambahan biaya juga kerusakan permanen pada alam dan produksi tanpa penanganan yang baik juga akan berakibat cacat produksi. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK dan para pemilik tambang memiliki kesamaan tujuan yang selain hendak mendapat profit dengan menjaga kualitas hasil tambangnya tapi juga menjaga kelestarian alam dengan cara menambang dengan perhitungan yang baik (PT.KPK bisa turut aktif dalam mengawasi proses penambangan) dan merekonstruksi kembali bekas galian hasil eksplorasinya dengan tanah atau tumbuhan baru guna menghindarkan kerusakan alam seperti longsor, banjir dan sebagainya yang pada akhirnya akan merugikan semua pihak. 2. Pada proses Hauling to Stockpile, semakin panjang (jauh) jarak antara tambang batu bara dan stockpile maka semakin tinggi biayanya. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK memiliki koneksi tambang batu bara yang jaraknya relatif lebih dekat dengan berbagai fasilitas pendukung seperti stockpile, pelabuhan, dan lain-lain agar terjadi penghematan waktu juga biaya. 3. Pada proses Stocking dan Crushing, penempatan barang di layout stockpile mempengaruhi biaya. Jadi alangkah baiknya jika PT. KPK menugaskan seorang yang memiliki gambaran baik tentang tata letak (berpengalaman) untuk melakukan koordinasi dengan pihak stockpile guna mengatur tata letak batu bara yang akan dikirim dari tambang agar berdekatan dengan alat-alat

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan di negeri yang memiliki kekayaan alam seperti negeri kita

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan di negeri yang memiliki kekayaan alam seperti negeri kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan di negeri yang memiliki kekayaan alam seperti negeri kita tercinta Indonesia ini sudah pasti menjadi lahan yang sangat ingin diberdaya gunakan oleh bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil pembahasan yang dilakukan pada bab empat maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Kondisi pengangkutan batu bara di PT. Karunia Persada Kalimantan jika dilihat

Lebih terperinci

PERJANJIAN JUAL BELI BATUBARA ANTARA PT... DAN TUAN X (TRADER) No:..

PERJANJIAN JUAL BELI BATUBARA ANTARA PT... DAN TUAN X (TRADER) No:.. PERJANJIAN JUAL BELI BATUBARA ANTARA PT... DAN TUAN X (TRADER) No:.. Pada hari ini, ( ) tanggal ( ) ( ) 2010, bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan dibawah ini: I. Tn. X yang berkedudukan di dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menyediakan solusi terhadap masalah rantai pasok yang dihadapi oleh Perusahaan, maka diagram kerja terstruktur dari McKinsey digunakan untuk menghasilkan hipotesis berdasarkan

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MITRA ALAM SEGARA SEJATI (d/h PT USAMA ADHI SEJAHTERA) OLEH PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI TBK LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PT MORES PRIMA INDONESIA

PT MORES PRIMA INDONESIA PERJANJIAN JUAL BELI TUNAI BATUBARA CRUSHING INDONESIA 6300 6100 kcal/kg ( Perjanjian Tunai Tongkang No.: XX.XX/PJBT-MPI/BT/II/11 ) ANTARA PT MORES PRIMA INDONESIA (KALTIM, INDONESIA) (Sebagai PENJUAL)

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS) Halaman : 1 dari 9 (RKS) JASA KEPABEANAN, HANDLING, ANGKUTAN DAN PEMBONGKARAN DI GUDANG CIKAMPEK UNTUK PUPUK KALIUM CHLORIDE (KCL) FINE GRADE DARI PELABUHAN TANJUNG PRIOK KE GUDANG PT. PUPUK KUJANG (CIKAMPEK)

Lebih terperinci

JASA ANGKUTAN PUPUK ZA (AMMONIUM SULFATE) DARI PELABUHAN TANJUNG PRIOK KE GUDANG PT. PUPUK KUJANG - CIKAMPEK

JASA ANGKUTAN PUPUK ZA (AMMONIUM SULFATE) DARI PELABUHAN TANJUNG PRIOK KE GUDANG PT. PUPUK KUJANG - CIKAMPEK Halaman : 1 dari 9 (RKS) JASA ANGKUTAN PUPUK ZA (AMMONIUM SULFATE) DARI PELABUHAN TANJUNG PRIOK KE GUDANG PT. PUPUK KUJANG - CIKAMPEK LOKASI : CIKAMPEK-KARAWANG, INDONESIA 0 JASA, ANGKUTAN PUPUK ZA (AMMONIUM

Lebih terperinci

ANALISIS PENGANGKUTAN BATU BARA PADA PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN

ANALISIS PENGANGKUTAN BATU BARA PADA PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN ANALISIS PENGANGKUTAN BATU BARA PADA PT. KARUNIA PERSADA KALIMANTAN Muhammad Renaldy Akbar BINUS University Jl. Kebun Jeruk Raya No.27, Kebun Jeruk, Jakarta Barat 11530 Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21)

Lebih terperinci

PBR INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM PROSEDUR PEMUATAN BATUBARA KE DALAM TONGKANG

PBR INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM PROSEDUR PEMUATAN BATUBARA KE DALAM TONGKANG DAFTAR ISI Halaman : 2 dari 7 Halaman 1 Judul 1 2 Kolom Pengesahan & Riwayat Revisi 1 3 Daftar Isi 2 4 Tujuan 3 5 Ruang Lingkup 3 6 Definisi 3 7 Tanggung Jawab 4 8 Diagram Alur 5 9 Uraian Prosedur... 6

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018 - 2-2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

Lebih terperinci

CV. PERMATA AL ZAHRA A BRIEF HISTORY

CV. PERMATA AL ZAHRA A BRIEF HISTORY A BRIEF HISTORY CV. PERMATA AL ZAHRA didirikan pada tahun 2003 bergerak dalam bidang usaha pertambangan dan pertambangan batubara. CV. PERMATA AL ZAHRA adalah salah satu perusahaan pertambangan swasta

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

PERSYARATAN ADMINISTRATIF UNTUK PEMBELIAN BATU BARA

PERSYARATAN ADMINISTRATIF UNTUK PEMBELIAN BATU BARA PENGANTAR CEPOT GROUP melayani pembelian dari pihak pembeli mancanegara [end buyer / end user] dengan kesepatakan penerapan pengendalian mutu, kuantitas, kelengkapan dokumen serta manajemen transhipment,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Lokasi tambang Perusahaan terletak di daerah Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas areal Kuasa Pertambangan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 966, 2014 KEMENKEU. Bea Keluar. Pemungutan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

DATA TAKE OVER (TO) TAMBANG BATUBARA

DATA TAKE OVER (TO) TAMBANG BATUBARA LOKASI KABUPATEN BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH NAMA KP LOKASI TAMBANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) LUAS KODE WILAYAH KALORY BATUBARA JARAK HAULING KE PELABUHAN PELABUHAN MUAT KAPASITAS MUAT HARGA TAKE

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

PROSES PENAMBANGAN BATUBARA

PROSES PENAMBANGAN BATUBARA PROSES PENAMBANGAN BATUBARA 1. Pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA

BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA 132 BAB 3 GAMBARAN PROSES BISNIS BIDANG USAHA 3.1 Pembatasan Area Bisnis Secara umum struktur organisasi dari perusahaan operating lease alat-alat berat terbagi menjadi tiga divisi, yaitu divisi pemasaran,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) 1 Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) Made Ary Januardana, Tri Achmadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL Jl. Soekarno Hatta Km.4 Brangsong, Telp (0294) 381490 Fax (0294) 384044 Kendal-51371 Website : www.pa-kendal.go.id SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN:

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 146/PMK.04/2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA

142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA 142/PMK.04/2011 IMPOR SEMENTARA Contributed by Administrator Thursday, 25 August 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis lakukan di PT. Alenatex Bandung. Disana penulis ditempatkan pada bidang ekspor, dibawah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pengiriman data online disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh

BAB V PENUTUP. pengiriman data online disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Adanya blokir atau penolakan oleh sistem satelit Kepabeanan terhadap pengiriman data online disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh pada tertundanya pengiriman barang

Lebih terperinci

Paparan Publik PT Trans Power Marine Tbk

Paparan Publik PT Trans Power Marine Tbk Paparan Publik PT Trans Power Marine Tbk 1 Disclaimer Informasi dalam presentasi ini adalah informasi umum mengenai PT Trans Power Marine Tbk ( Perusahaan ) yang disiapkan oleh Perusahaan untuk paparan

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM

KAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM KAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM M. Zaini Arief 1*, Uyu Saismana 2, Ahmad Juaeni 3 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.517, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan. Ekspor. Produk. Pertambangan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/5/2012 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

THE MANSION, BF - FLOOR 51 G2 Jl. Trembesi, Komplek Kemayoran, Jakarta Utara Telephone Number : Fax Number :

THE MANSION, BF - FLOOR 51 G2 Jl. Trembesi, Komplek Kemayoran, Jakarta Utara Telephone Number : Fax Number : THE MANSION, BF - FLOOR 51 G2 Jl. Trembesi, Komplek Kemayoran, Jakarta Utara 14410 Telephone Number : +6221-29563826 Fax Number : +6221-29563789 Website : http://camindo.co.id E-mail : info@camindo.co.id

Lebih terperinci

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Servo Meda Sejahtera yang selanjutnya disingkat SMS merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan perkembangan yang pesat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Riwayat Perusahaan PT. Mega Segara merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi di Jakarta Utara yang bergerak di bidang jasa pengiriman

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In No.1817, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bongkar Muat. Barang. Kapal. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2017 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI PUSAT LOGISTIK BERIKAT

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Organisasi PT PANCAYASA PRIMATANGGUH berdiri pada awal tahun 1990 oleh Budi Arifandi, Yohanes Kaliman dan Soegiarto Simon. PT PANCAYASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 61 /BC/2000 TENTANG TATACARA PENYERAHAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10212 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10212 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10212 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MITRA BAHTERA SEGARA SEJATI TBK OLEH PT INDIKA ENERGY INFRASTRUCTURE I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1523, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Laut. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2002 BPHN UU 10/1995, KEPABEANAN *9048 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 10 TAHUN 1995 (10/1995) Tanggal: 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber: Tentang: KEPABEANAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan

Lebih terperinci

NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan

Lebih terperinci

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL.

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO JL. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6 8, Telp. 031-5501011-1013, Fax. 031-5022068, 5028735. SURABAYA - 60286 SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN JUAL BELI NOMOR : SPJB/03/II/2017/RUMKIT

SURAT PERJANJIAN JUAL BELI NOMOR : SPJB/03/II/2017/RUMKIT POLRI DAERAH JAWA TIMUR BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LUMAJANG Jalan Kyai Ilyas 7 Lumajang 67311 NOMOR : SPJB/03/II/2017/RUMKIT ------ Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Satu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN SYARAT UMUM SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 1. LINGKUP PEKERJAAN Penyedia yang ditunjuk berkewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang ditentukan, sesuai dengan volume, spesifikasi teknis

Lebih terperinci

Paparan Publik. PT Trans Power Marine Tbk

Paparan Publik. PT Trans Power Marine Tbk Paparan Publik PT Trans Power Marine Tbk Disclaimer Informasi dalam presentasi ini adalah informasi umum mengenai PT Trans Power Marine Tbk ( Perusahaan ) yang disiapkan oleh Perusahaan untuk paparan publik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Mitra Sinergi merupakan salah satu bentuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan pipa dan bahan bangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 32 TAHUN 2013

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 32 TAHUN 2013 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 32 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN KHUSUS DI BIDANG PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Daerah Pabean Indonesia. Uang Tunai. Instrumen Pembayaran Lain. Pembawaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Mitra Kargo Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan dan pengurusan atas kegiatan yang

Lebih terperinci

Jauhari Alafi

Jauhari Alafi Jauhari Alafi - 4106.100.045 Latar Belakang Produksi batubara Indonesia meningkat dari 2 juta ton pada 1985, 155 juta ton pada 2005, menjadi lebih dari 350 juta ton pada 2011. Kalimantan memiliki kondisi

Lebih terperinci

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang BAB III Objek Penelitian III.1. Sejarah singkat Perusahaan PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang furniture / meubel. Kegiatan utama dari perusahaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 178/PMK.011/2007 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.901, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Garam. anganperaturan MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang No. 21, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Ekspor. Produk. Pemurnian. Hasil Pengolahan. Pertambangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/M-DAG/PER/12/2015

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 10 TAHUN 1995 (10/1995) Tanggal: 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber:

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 10 TAHUN 1995 (10/1995) Tanggal: 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber: Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 10 TAHUN 1995 (10/1995) Tanggal: 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber: Tentang: KEPABEANAN Indeks: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1976 TENTANG PERPAJAKAN DAN PUNGUTAN-PUNGUTAN LAIN ATAS USAHA PERTAMBANGAN BUKAN MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan manufaktur industri pengolahan yang memproduksi berbagai jenis produk karet teknik untuk keperluan

Lebih terperinci

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2015 KEMEN ESDM. Bahan Bakar Nabati Pembiayaan Badan Pengelola. Kelapa Sawit. Pemanfaatan. Penyediaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat PT. Itochu Logistics Indonesia Itochu Logistics Indonesia dibentuk pada tahun 2002, menyediakan solusi logistik sepenuhnya untuk pelanggan dan mengurus

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEWAJIBAN PABEAN

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU

CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU CONTOH SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU SURAT PEMBORONGAN PEKERJAAN PENGADAAN DAN PENGIRIMAN BUKU PELAJARAN DAN BUKU PEGANGAN GURU MATA PELAJARAN --------------------------------------

Lebih terperinci

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pemberia No.687, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penjualan Mineral ke Luar Negeri. Pensyaratan dan Pemberian Rekomendasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017 I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017 Pada tanggal 4 Desember 2017 telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017 tentang Persyaratan

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.464, 2015 KEMENKEU. Bea Masuk. Impor Barang Modal. Industri Pembangkitan Tenaga Listrik. Umum. Pembebasan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 /PMK.010/2015

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK.04/2002 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR

PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) Halaman 1 dari 1 PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR PENGADILAN AGAMA MUARA BULIAN NOMOR DAN TANGGAL SPK : Nomor : W5-A2/401.a/PL.08/V/2013 Tanggal 08 Mei 2013 NOMOR DAN TANGGAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. No.156, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR - 57 /BC/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR - 57 /BC/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR - 57 /BC/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sebuah negara besar yang sedang berkembang, konsumsi energi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, termasuk konsumsi energi listrik. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Efisiensi biaya sewa pengangkutan pada PT. ANINDO PUTERA PERKASA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Efisiensi biaya sewa pengangkutan pada PT. ANINDO PUTERA PERKASA BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efisiensi biaya sewa pengangkutan pada PT. ANINDO PUTERA PERKASA Selama ini PT. ANINDO PUTERA PERKASA menyewa alat angkut truk kecil engkel, truk trailer, dan truk tronton

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1002, 2014 KEMENDAG. Batubara. Ekspor. Produk. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/7/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR BATUBARA

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR - 57 /BC/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang

Lebih terperinci