BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang
|
|
- Yenny Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang masuk di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). PNBP timbul karena adanya pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan dalam pelayanan, pengaturan, perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan negara termasuk pemanfaatan sumber daya alam. PNBP mempunyai peranan yang penting terhadap tercapainya target APBN yang diharapkan pemerintah. Untuk mencapai target PNBP, diperlukan langkahlangkah strategis oleh pemerintah di bidang pendapatan negara. Sesuai dengan UU No.20 Tahun 1997 tentang PNBP, PNBP dapat dikelompokkan menjadi : 1. Penerimaan yang berasal dari pengelolaan dana pemerintah; 2. Penerimaan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam; 3. Penerimaan yang berasal dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah; 4. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi; 5. Penerimaan yang berasal dari hibah yang menjadi hak pemerintah; dan 6. Penerimaan yang diatur dalam undang-undang tersendiri.
2 Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sehubungan dengan jenis PNBP yang bersangkutan dan aspek keadilan dalam pengenaan beban terhadap masyarakat. Seluruh PNBP dikelola dalam sistem APBN. Siklus pengelolaan PNBP dimulai dari tahap perencanaan (penetapan target dan pagu penggunaan PNBP), pelaksanaan (penentuan jumlah PNBP terhutang, pemungutan dan penagihan atas jumlah PNBP terhutang, serta pembayaran dan penyetoran atas jumlah PNBP terhutang) dan pertanggungjawaban PNBP. Karena luasnya lingkup pengelolaan PNBP maka tidak sedikit masalah yang timbul dalam pengelolaan PNBP. BPK dalam hasil pemeriksaan atas pengelolaan PNBP sering menemukan masalah pengelolaan PNBP seperti pungutan PNBP tanpa dasar hukum dan/atau dikelola di luar mekanisme APBN, PNBP terlambat/belum disetor ke kas negara dan PNBP digunakan langsung tanpa disetor ke kas Negara. Peranan PNBP SDA masih mendominasi khususnya yang berasal dari SDA minyak dan gas bumi serta SDA non migas. Hal ini dapat dilihat dari data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2008 s.d 2012 dan UU No.15 Tahun 2013 tentang APBN-P Tahun 2013 dimana kontribusi rata-rata SDA migas dan SDA non-migas mencapai 65% dari total PNBP. Gambar 1 menunjukkan kontribusi masing-masing per jenis PNBP sedangkan tabel 1 menunjukkan realisasi per jenis PNBP sejak 2008 s.d 2012 dan rencana per jenis PNBP Tahun
3 Tabel 1 Realisasi PNBP Tahun 2008 s.d 2012 dan Postur PNBP APBN-P Tahun 2013 (Dalam triliun rupiah) Penerimaan Negara Bukan Pajak Realisasi APBN-P Pendapatan SDA Migas 224,50 139,00 168,00 213,80 225,80 203,70 Pendapatan SDA Non Migas 12,80 13,20 16,10 20,30 20,00 23,10 Pendapatan Bagian Laba BUMN 29,10 26,00 30,00 28,20 30,80 36,50 PNBP Lainnya 63,30 53,80 59,40 69,40 73,50 85,50 Pendapatan BLU 3,70 8,40 10,60 20,10 21,70 23,50 Total 333,40 240,40 284,10 351,80 371,80 372,30 Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2014 Gambar 1 Kontribusi rata-rata masing-masing jenis PNBP tahun 2008 s.d Pendapatan SDA Migas 5% Pendapatan SDA Non Migas 21% Pendapatan Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya 9% 60% 5% PNBP dikelola oleh setiap Kementerian/Lembaga (K/L) sesuai dengan tugas dan fungsi yang diamanatkan dalam UU No.39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Perpres No.94 Tahun 2006 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah yang mengatur jenis dan tarif atas jenis 3
4 PNBP pada masing-masing Kementerian/Lembaga. Kementerian ESDM selaku instansi pemerintah mempunyai tugas mengelola PNBP di bidang energi dan sumber daya mineral (ESDM). Jenis PNBP yang berlaku pada KESDM diantaranya PNBP yang berasal dari SDA mineral dan batubara, SDA panas bumi, iuran badan usaha yang bergerak di usaha hilir migas, bagian pemerintah dari kerjasama pengelolaan dan pemanfaatan data migas, bonus penandatandatangan Wilayah Kerja (WK) migas, dokumen bidding Wilayah Kerja migas, jasa pendidikan, jasa pelatihan, jasa laboratorium, dan jasa kegelogian. Berdasarkan data laporan keuangan Kementerian ESDM tahun 2008 s.d. 2012, PNBP SDA mineral dan batubara memberikan kontribusi 92% dari PNBP yang berlaku Kementerian ESDM. Besarnya kontribusi PNBP SDA mineral dan batubara disebabkan oleh : 1. Indonesia merupakan negara produsen batubara no.5 terbesar di dunia dengan produksi batubara di Tahun 2013 mencapai 449,1 juta ton; 2. Indonesia merupakan negara produsen mineral terbesar no.7 didunia terutama untuk produk nikel, bauksit, besi, mangaan, dan tembaga dengan produksi di tahun 2013 mencapai 135,58 juta ton. Tabel 2 menunjukkan realisasi PNBP pada Kementerian ESDM sedangkan gambar 2 menunjukkan persentase kontribusi masing-masing jenis PNBP yang ada di Kementerian ESDM sejak 2008 s.d dan rencana per jenis PNBP Tahun
5 Tabel 2 Realisasi PNBP pada Kementerian ESDM Tahun 2008 s.d 2012 (Dalam milyar rupiah) Uraian Tahun Pendapatan SDA mineral dan batubara 7.643, , , , ,03 Pendapatan Penjualan Hasil Tambang 4.855, , , , ,65 Penerimaan Penjualan dan Sewa 9,98 4,86 10,10 7,19 723,85 Penerimaan Jasa 1.844,85 863,22 467,54 968,31 73,32 Penerimaan Pendidikan 19,10 16,08 23,43 20,80 27,89 Penerimaan Iuran Badan Usaha (Gas Bumi) 477,92 459,63 459,39 783,45 990,11 Penerimaan Lainnya 7,64 5,29 32,44 28,49 51,70 Penerimaan Badan Layanan Umum ,71 44,78 Jumlah , , , , ,33 Gambar 2 Persentase Kontribusi masing-masing jenis PNBP yang ada di Kementerian ESDM Pendapatan SDA mineral dan batubara Pendapatan Penjualan Hasil Tambang Penerimaan Penjualan dan Sewa Penerimaan Jasa Kontribusi per jenis PNBP 4% 0% 3% 1% 31% 0% 0% 61% Pemungutan PNBP SDA mineral dan batubara yang terdiri atas iuran tetap dan iuran produksi didasarkan atas pasal 128 UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dimana Setiap perusahaan tambang diwajibkan membayar pendapatan negara dan pendapatan daerah yang meliputi ; 1. Penerimaan pajak berupa pajak-pajak yang menjadi kewenangan pemerintah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan, bea masuk dan cukai. 5
6 2. PNBP berupa iuran tetap, iuran produksi, 4% keuntungan bersih dari pemegang IUPK operasi produksi dan kompensasi data dan informasi. 3. Pendapatan daerah yang terdiri atas pajak daerah dan retribusi daerah. Beberapa pihak menilai pengelolaan PNBP SDA mineral dan batubara masih belum optimal. Hasil kajian Direktorat Penelitian dan Pengembangan Deputi Bidang Pencegahan KPK, ditemukan beberapa kekurangan dalam pengelolaan PNBP SDA Mineral dan Batubara di antaranya : 1. Proses penghitungan kewajiban PNBP, penyebabnya antara lain : Tidak akuratnya perhitungan volume dan kualitas mineral dan batubara yang akan dijual perusahaan tambang sebagai dasar penghitungan kewajiban iuran produksi/royalti. Hal ini disebabkan karena : a. Ditjen Minerba tidak melakukan pengecekan ulang terhadap penghitungan volume dan kualitas mineral dan batubara yang dilakukan oleh surveyor; b. Kurangnya pengawasan mineral dan batubara yang dikapalkan dan diangkut; c. Adanya kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dalam pelaksanaan tugas surveyor; d. Tidak adanya akses terhadap sistem pelaporan surveyor oleh Ditjen Minerba; e. Tersebarnya pelabuhan ekspor mineral dan batubara diberbagai titik; 6
7 f. Terdapat perbedaan Peraturan Menteri Perdagangan terkait tataniaga minerba; 2. Proses Penagihan kewajiban PNBP, penyebabnya antara lain : Tidak semua piutang iuran tetap dan iuran produksi tertagih. Hal ini disebabkan karena : a. Ditjen Minerba tidak memiliki database untuk mengawasi besarnya kewajiban iuran tetap dan iuran produksi pada wajib bayar KK, PKP2B dan IUP oleh karena data produksi dan penjualan tidak disampaikan secara realtime atau hanya disampaikan dalam laporan reguler (bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan); b. Belum semua IUP yang izinnya telah memenuhi syarat teknis, administratif, dan keuangan sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku; c. Terbatasnya jumlah KK, PKP2B, dan IUP yang telah diaudit Kantor Akuntan Publik (KAP); d. Kementerian Keuangan selaku BUN belum memiliki daftar wajib bayar PNBP SDA mineral dan batubara termasuk tidak semua pelaku tambang tercatat sebagai wajib pajak (hanya 30% IUP tercatat sebagai wajib pajak); e. Lemahnya pengawasan metode self-assesment dalam penghitungan kewajiban PNBP; 7
8 f. Tidak diisyaratkan pembayaran iuran produksi/royalti sebagai syarat dikeluarkannya laporan surveyor untuk komoditas batubara; dan g. Belum terbitnya Permen ESDM tentang Penagihan dan Pembayaran PNBP. Kelemahan pengawasan pembayaran PNBP SDA mineral dan batubara juga diperkuat dengan hasil pemeriksaan BPKP-RI dan BPK-RI dalam pemeriksaannya ditemukan potensi kerugian negara oleh BPK-RI sebesar Rp938,36milyar dan oleh BPKP-RI sebesar Rp6,7 triliun seperti yang tersaji dalam tabel 3 dan tabel 4. Tabel 3 Saldo Piutang PNBP SDA mineral dan batubara BPK-RI (dalam rupiah) Tahun Iuran Tetap Iuran Produksi Jumlah Jumlah % Potensi kerugian iuran tetap 5,25% % Potensi kerugian iuran produksi 94,75% BPKP-RI (dalam rupiah) Tahun Iuran tetap Iuran produksi Jumlah ( ) Jumlah % Potensi kerugian iuran tetap 0,05% % Potensi kerugian iuran produksi 99,95% 8
9 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, PNBP SDA mineral dan batubara memberikan kontribusi 92% terhadap PNBP KESDM. Dalam pengelolaannya, masih ditemukan permasalahan-permasalahan diantaranya, pengawasan atas pembayaran PNBP SDA mineral dan batubara dan berpotensi merugikan negara. Oleh sebab itu, masalahnya adalah perlunya evaluasi pembayaran PNBP SDA mineral dan batubara yang berasal iuran produksi mineral dan batubara. Masalah tersebut perlu dievaluasi karena potensi kerugian negara dari iuran produksi mencapai 99,95% menurut hasil pemeriksaan BPKP-RI dan 95% menurut hasil pemeriksaan BPKP- RI dari total potensi kerugian negara. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara dilaksanakan oleh pemerintah? 2. Apa sajakah masalah-masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara? 3. Apa sajakah upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan efektifitas pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara? 9
10 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi pelaksanaan pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara yang dilakukan oleh pemerintah; 2. Mengevaluasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara; dan 3. Menganalisa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk meningkatkan efektifitas pengawasan pembayaran iuran produksi mineral dan batubara. 1.5 Kontribusi Penelitian Kontribusi dari penelitian ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan sebagian permasalahan pengawasan atas pembayaran PNBP dari iuran produksi mineral dan batubara dan dapat memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan PNBP SDA mineral dan batubara kepada pimpinan di lingkungan KESDM. 1.6 Sistematika Penulisan berikut : Sistematika atau kerangka penulisan dari penelitian ini dijelaskan sebagai BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 10
11 Bab ini berisi kumpulan uraian teori yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian ini. Teori-teori ini diperoleh dari kumpulan buku teks, jurnal, dan literatur lainnya. BAB III : LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL PENELITIAN Bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian, aplikasi teori-teori yang dimuat dalam studi literatur di lingkungan dimana instansi yang menjadi obyek penelitian. BAB IV : RANCANGAN PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang akan digunakan. Metodologi penelitian ini terdiri atas jenis penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisa data serta teknik pengujian data. BAB V : PEMAPARAN TEMUAN Dalam bab ini akan diuraikan temuan-temuan hasil penelitian kemudian dirumuskan temuan tersebut sebagai materi analisis atau diskusi hasil investigasi studi kasus. BAB VI ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan analisa dan pembahasan atas hasil penelitian kemudian dijadikan dasar dalam perumusan kesimpulan dan rekomendasi. BAB VII : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 11
12 Bab ini menyajikan kesimpulan dari seluruh bahasan dan hasil penelitian dan rekomendasi penelitian. 12
BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan untuk menerapkan standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual dalam penyusunan dan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Iuran Produksi mineral dan batubara memberikan kontribusi 62% dari
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.4 Kesimpulan Iuran Produksi mineral dan batubara memberikan kontribusi 62% dari PNBP yang ada di Kementerian ESDM dalam kurun waktu 2008 s.d. 2012. Pengawasan atas
Lebih terperinciLaporan Hasil Kajian Sistem Pengelolaan PNBP Minerba 2013 PENGANTAR
PENGANTAR Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral dan Batubara adalah salah satu bentuk pelaksanaan tugas monitor Komisi Pemberantasan Korupsi kepada lembaga negara dan pemerintah,
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PNBP DAN TANTANGAN KEDEPAN
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN DAN TANTANGAN KEDEPAN JAKARTA, 30 NOVEMBER 2017 Landasan Filosofis Pengelolaan Tujuan negara dalam
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM
PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT PEMBINAAN PROGRAM MINERAL DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi tidak terkecuali pemerintah memerlukan suatu alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi tidak terkecuali pemerintah memerlukan suatu alat pengendalian yang berfungsi sebagai alat untuk mengelola organisasi secara efektif dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tujuan negara dibiayai dari penerimaan negara yang berasal dari pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak
Lebih terperinciPENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) I. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur
Lebih terperinciMEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA
MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara
Lebih terperinciSOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA
SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA Oleh : Direktur Pembinaan Program Minerba Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM Denpasar, 25
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak. penerimaan negara terbesar adalah pajak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak juga merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap warga negara. Dengan terpenuhinya
Lebih terperinci- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018
- 2-2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penerimaan Negara Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tahun 2003, penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. Penerimaan negara berasal dari penerimaan
Lebih terperinciKebijakan PNBP KL dan Temuan-Temuan Pelaksanaan PNBP yang Tidak Optimal
Kebijakan PNBP KL dan Temuan-Temuan Pelaksanaan PNBP yang Tidak Optimal Direktorat Jenderal Anggaran Jakarta, Mei 2018 Perkembangan Realisasi PNBP 351,80 354,75 398,59 255,63 262,35 311,23 275,40 PNBP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara menyebutkan bahwa dalam rangka transparansi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN SOSIALISASI PERATURAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN IMPLEMENTASI SEGMEN AKUN PNBP BARU DALAM BAS
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN IMPLEMENTASI SEGMEN AKUN PNBP BARU DALAM BAS 18 Oktober 2017 2016 LATAR BELAKANG Perubahan Segmen Akun PNBP dalam BAS 1. Latar belakang
Lebih terperinciKata Sambutan Kepala Badan
Kata Sambutan Kepala Badan Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Ringkasan dan Telaahan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK
Lebih terperinciTarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :
CATATAN ATAS PENGELOLAAN PNBP BERDASARKAN TEMUAN BPK PADA LKPP 2010 PENDAHULUAN PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan Tarif atas Jenis PNBP ditetapkan
Lebih terperinciKINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS
KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS Pendahuluan Undang-undang No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak mendefinisikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam proses pembangunan suatu negara, terlebih bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Lebih terperinciInception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan
Inception Report Pelaporan EITI Indonesia 2015 KAP Heliantono & Rekan AGENDA Pendekatan dan Metodologi Ruang Lingkup Laporan EITI 2015 Hasil Kerja dan Tanggal Kunci Permasalahan dan Rekomendasi Status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pajak merupakan iuran dari rakyat kepada negara tanpa kontraprestasi langsung yang dapat dipaksakan guna memenuhi kebutuhan rutin negara. Pajak yang telah dibayarkan
Lebih terperinciKEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN
KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN Disampaikan pada Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Batam, Juli 2011 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MELALUI KPPN DAN BUN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN APATAN NEGARA DAN HIBAH APATAN NEGARA DAN HIBAH KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MELALUI KPPN DAN BUN 15 KEMENTERIAN KEUANGAN - - UNTUK TRIWULAN YANG BERAKHIR 31 MARET 216 APATAN KD.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Salah satu bentuk apresiasi terhadap pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan yang disampaikan pada bagian sebelumnya,
98 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang disampaikan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan jawaban dari pertanyaan penelitan sebagai berikut: Apakah Implementasi
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Palangka Raya, 28 April 2017 RAPAT KOORDINASI PENGENDALIAN (RAKORDAL) Triwulan I, Tahun 2017 REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah
Lebih terperinciPELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR Disampaikan dalam acara : Sosialisasi Standar EITI 2013 dlam kaitan Pelaksanaan UU 23/2014 tentang
Lebih terperinciTRANSPARANSI USULAN PENYALURAN PNBP SDA (SISI TUGAS, FUNGSI DAN PERAN BIRO KEUANGAN KESDM)
TRANSPARANSI USULAN PENYALURAN PNBP SDA (SISI TUGAS, FUNGSI DAN PERAN BIRO KEUANGAN KESDM) Oleh: Basuki Rahmad Saleh Jogjakarta, 7 Agustus 2017 1 I. Tupoksi Biro Keuangan KESDM II. III. IV. Dasar Hukum
Lebih terperinciKEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015 KEMENTERIAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN PELAKSANA : - - HAL PROG. ID : lui_pend01 % REAL. PEND
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 15 KEMENTERIAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN PELAKSANA : - - KODE U R A I A N 1 2 LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciOleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum
PENGATURAN MENGENAI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DALAM BIDANG PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA Oleh : Subdit Analisis Hukum, Ditama Binbangkum A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka
Lebih terperinciEkonomi Bisnis dan Financial
Tugas Kuliah Matrikulasi Ekonomi Bisnis dan Financial Dosen : Dr. Prihantoro, Msc Rangkuman Jurnal/Makalah Judul Makalah : Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara Penulis Makalah : Suminto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolahan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintahan untuk mengatur penerimaan dan
Lebih terperinciPENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA. Oleh : Indra Syahputra Lubis
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA Oleh : Indra Syahputra Lubis 1. LATAR BELAKANG Salah satu fungsi utama sebuah negara adalah melaksanakan pembangunan, dalam melaksanakan fungsi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DBH SUBDIT DBH DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DBH SUBDIT DBH DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DASAR HUKUM DBH UU No. 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Lebih terperinciKEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN
LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN A. PENDAPATAN-LO 1. Definisi dan Pengakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dan kemajuan suatu organisasi. Pengelolaan piutang yang
BAB I PENDAHULUAN Piutang merupakan salah satu bagian terpenting dalam mendukung kelangsungan hidup dan kemajuan suatu organisasi. Pengelolaan piutang yang efektif dan tepat akan memberikan dampak pada
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.16,2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI
Lebih terperinciKontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI
Kontribusi Ekonomi Nasional Industri Ekstraktif *) Sekretariat EITI *) Bahan disusun berdasarkan paparan Bappenas dan Kemen ESDM dalam Acara Sosialisasi EITI di Jogjakarta, Agustus 2015 2000 2001 2002
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan. Artinya setiap kehidupan berbangsa dan bernegara kita telah diatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah tertuang dengan jelas dan tegas pada konstitusi kita yaitu undang-undang dasar 1945 setelah perubahan. Artinya setiap
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA) Surabaya, 8 Oktober 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KERANGKA PENYAJIAN 1. INDONESIA KAYA SUMBER DAYA ALAM?
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI TAHUN ANGGARAN 2009 MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciRENCANA KERJA TAHUN 2006 DJAPK A. Bidang Ekonomi Makro. 1. Melakukan pembentukan dan pengembangan sistem informasi dan analisa ekonomi makro; 2.
RENCANA KERJA TAHUN 2006 DJAPK A. Bidang Ekonomi Makro. 1. Melakukan pembentukan dan pengembangan sistem informasi dan analisa ekonomi makro; 2. Menyempurnakan analisa kebijakan fiskal (dana pendukung);
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Prosedur Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang. Pembayar pajak tidak mendapat
Lebih terperinciANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH
ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH Pendapatan, Hibah, Belanja Pemerintah Sesi 4 Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. SIKLUS APBN & ASUMSI DASAR EKONOMI Tujuan Pembelajaran
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARAN BUKAN PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARAN BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ( Disampaikan dalam rangka Bimbingan Teknis Penganggaran
Lebih terperinciPelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia. Sekretariat EITI Indonesia 8 Oktober 2015
Pelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia Sekretariat EITI Indonesia 8 Oktober 2015 Outline Presentasi Gambaran Umum Industri Ekstraktif di Indonesia EITI Indonesia
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.563, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PNBP. Kegiatan Panas Bumi. Konservasi Energi. Penerimaan. Penyetoran. Pemungutan. Pengenaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG BIDANG KEUANGAN NEGARA YANG SEDANG DIBAHAS PEMERINTAH DENGAN DPR RI TAHUN 2016
RANCANGAN UNDANG UNDANG BIDANG KEUANGAN NEGARA YANG SEDANG DIBAHAS PEMERINTAH DENGAN DPR RI TAHUN 2016 NO RANCANGAN UNDANG-UNDANG 1. Rancangan Undang-Undang tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan 2. 3.
Lebih terperinciBUKU PEGANGAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM
BUKU PEGANGAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM DIREKTORAT DANA PERIMBANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat
Lebih terperinciPENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Biro Keuangan Kementerian ESDM
PENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Biro Keuangan Kementerian ESDM Dasar Hukum UU 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU 33 Tahun
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.512, 2014 KEMEN ESDM. Rekomendasi. Penjualan Mineral. Luar Negeri. Hasil Pengolahan. Pemurnian. Tata Cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2003
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2003 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Pajak Daerah. Pemungutan. Tata Cara. Ketentuan. Pencabutan (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 244). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.
No.1366, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum. pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL. Novotel, Bogor, 06 September 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA) Novotel, Bogor, 06 September 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KERANGKA PENYAJIAN 1. INDONESIA KAYA SUMBER
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Ketentuan Pengelolaan
Lebih terperinciSosialisasi: Peraturan Menteri ESDM No. 48/2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor ESDM (Revisi atas Permen ESDM No.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi: Peraturan Menteri ESDM. 48/2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor ESDM (Revisi atas Permen ESDM. 42 Tahun 2017) Jakarta, 7 Agustus 2017 #EnergiBerkeadilan
Lebih terperinciPENGELOLAAN PNBP SDA KEHUTANAN. Jakarta 9 Oktober 2015
PENGELOLAAN PNBP SDA KEHUTANAN Jakarta 9 Oktober 2015 1 Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 3. Undang-Undang Nomor 33
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2003 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:
108 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut: 1. Perlindungan Hukum dari Pemerintah Daerah terhadap Hak-Hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Migas) di Cepu merupakan salah satu instansi yang mempunyai tugas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi (Pusdiklat Migas) di Cepu merupakan salah satu instansi yang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pendidikan
Lebih terperinciKementerian Keuangan Republik Indonesia PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA
Kementerian Keuangan Republik Indonesia PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK Jakarta, November 2016 PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK Dasar Hukum Pengelolaan PNBP (1) UU No.20 Tahun 1997 serta paket UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud pengelolaan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang
Lebih terperinciMinerba One Map Indonesia
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Minerba One Map Indonesia DASAR HUKUM PP NO. 22/2010 Pasal 36 Ayat (1), (2), (3) dan (4) (1) Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Pertambangan Panas Bumi. Perkiraan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Pertambangan Panas Bumi. Perkiraan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 /PMK.07/2011 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI
Lebih terperinciMembedah Laporan EITI KAP SUKRISNO SARWOKO & SANDJAJA
Membedah Laporan EITI KAP SUKRISNO SARWOKO & SANDJAJA Agenda 1 2 3 4 Apa itu EITI Komponen dalam Laporan EITI Penerapan Standar EITI 2013 dan Dampak Terhadap Laporan Signifikansi Laporan EITI terhadap
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciTabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja
Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4313) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciDATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : dan.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1994/1995.........
Lebih terperinci21 Universitas Indonesia
BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia
Lebih terperinciDATA POKOK APBN
DATA POKOK - DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan...... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan
Lebih terperinciMekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional
Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional 12 Mei 2010 Dipresentasikan dalam In-depth discussion yang diselenggarakan oleh: Jatnika Legal Research & Training Centre Oleh : Heri Nurzaman
Lebih terperinciBerikut penataan regulasi yang disederhanakan/dicabut Jilid II oleh Kementerian ESDM (belum termasuk peraturan lain pada SKK Migas):
Berikut penataan regulasi yang disederhanakan/dicabut Jilid II oleh Kementerian ESDM (belum termasuk peraturan lain pada SKK Migas): REGULASI (SEBELUM) REGULASI (SESUDAH) SUBSTANSI MIGAS = 7 1. Peraturan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2003 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1002, 2014 KEMENDAG. Batubara. Ekspor. Produk. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/7/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR BATUBARA
Lebih terperinciKAJIAN SISTEM PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) MINERAL DAN BATUBARA
KAJIAN SISTEM PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) MINERAL DAN BATUBARA 1 DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Sistem Pengelolaan PNBP Mineral dan Batubara C. Permasalahan dalam Proses Pengelolaan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelaksanaan tugas dan
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Penerimaan Laba Badan Usaha Milik Negara
- 1366-1 NAMA JABATAN : Kepala Subdirektorat Penerimaan Laba Badan Usaha Milik Negara 2 IKHTISAR JABATAN : Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standardisasi, dan evaluasi di bidang PNBP dari laba
Lebih terperinciPelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia. Sekretariat EITI Indonesia 25 Agustus 2015
Pelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia Sekretariat EITI Indonesia 25 Agustus 2015 Outline Presentasi Gambaran Umum Industri Ekstraktif di Indonesia EITI Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang sedang berkembang baik dari segi pendidikan, infrastruktur, perekonomian, dan sebagainya. Untuk dapat terus berkembang,
Lebih terperinci2011, No Memperhatikan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nom
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.123, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Pertambangan Umum. Perkiraan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.07/2011 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciB. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN
B. PENJELASAN ATAS POSPOS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.01/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.01/2013 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ATAS BIAYA PERIZINAN, BIAYA PERSETUJUAN,
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA DALAM RAPBNP 2011
OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA DALAM RAPBNP 2011 Pendahuluan Perkembangan pada perekonomian domestik dan eksternal menyebabkan perkembangan ekonomi makro tidak sesuai lagi dengan asumsi yang digunakan
Lebih terperinci1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah.
LAMPIRAN IV KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan
Lebih terperinci