BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan PT Mitra Kargo Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan dan pengurusan atas kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengangkutan, pengiriman, dan penerimaan barang ekspor/impor melalui angkutan darat, laut maupun udara. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 31 Desember 2009 di Semarang, Jawa Tengah yang didirikan oleh Supriyono Direktur di PT Mitra Kargo Indonesia. PT Mitra Kargo Indonesia mempunyai 17 karyawan, setiap karyawan mempunyai tugas masing-masing.ada 3 tempat/bagian untuk mengenali pekerjaan yang dikerjakan masing-masing karyawan. Salah satunya yang berada di lantai bawah bagian kanan, mengurus dokumen-dokumen impordan mengurus dokumen ekspor (PEB Surat Keterangan Asal (SKA) dan karantina). Kinerja karyawan sangat di andalkan dalam menyelesaikan dokumendokumen impor karena pelayanan terbaik oleh perusahaan kepada konsumennya.jika ada kesalahan atau tidak terselesaikan maka itu menjadi tanggung jawab karyawan yang mengurus dokumen tersebut. 38

2 Visi dan Misi PT Mitra Kargo Indonesia 1) Visi PT Mitra Kargo Indonesia mempunyai visi yakni menjadi perusahaan logistik terpercaya dan terbaik dalam melayani konsumennya. 2) Misi PT Mitra Kargo Indonesia memiliki beberapa misi yakni sebagai berikut, a) memberikan pelayanan yang terbaik dalam logistic untuk para konsumennya dengan cara yang sangat baik; b) mempertahankan prestasi pelanggan dengan kinerja yang professional; c) membangun kualitas sumber daya manusia dengan sikap yang positif; d) perlu sinergi dengan para stakeholder Lokasi PT Mitra Kargo Indonesia PT Mitra Kargo Indonesia berlokasi di Kawasan Kota Lama, Semarang tepatnya di Rukan Graha Suari Indah Jl. Kepodang No.17 Semarang Telepon : (024) dan Nomor Fax : (024) , Website : http//: Lokasi tempat berdirinya perusahaan sangat strategis karena berada dekat dengan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.Kantor PT Mitra Kargo Indonesia ini berbentuk Rumah Kantor (Rukan) yang di 39

3 dalam ruangannya tertata rapi sesuai dengan kewajibannya dalam bekerja Struktur Organisasi Struktur organisasi pada PT Mitra Kargo Indonesia adalah struktur organisasi yang berbentuk line (garis). Struktur organisasi diperlukan sebagai suatu kerangka atau pola yang berhubungan terhadap fungsi, kedudukan, wewenang dan tanggung jawab padapt Mitra Kargo Indonesia. Kekuasaan tertinggi pada PT Mitra Kargo Indonesia adalah pimpinan perusahaan.segala perintah dari pimpinan perusahaan mengalir garis lurus sampai dengan bawahannya. Ketegasan perintah dan pengawasan pimpinan perusahaan akan lebih jelas sehingga mampu meningkatkan kedisiplinan karyawannya (PT Mitra Kargo Indonesia,2016).Struktur organisasi PT Mitra Kargo Indonesia sebagai berikut: 40

4 Direktur Divisi Dokumen Divisi Marketing Divisi Keuangan Divisi Operasional Kasir Kurir Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Mitra Kargo Indonesia Sumber: PT Mitra Kargo Indonesia, 2016 Keterangan gambar dan tugasnya : a. Direktur Direktur adalah orang yang bertanggung jawab dan berwenang atas maju mundurnya sebuah perusahaan. Tugas dan tanggung jawab direktur perusahaan pada PT Mitra Kargo Indonesia yaitu : 1) Mengatur dan mengambil keputusan atas jalannya perusahaan; 2) Mengadakan perencanaan kerja dengan bawahannya; dan 3) Mengadakan pembagian tugas kepada para karyawan yang mencakup bidangnya masing-masing untuk melaksanakan kerja. 41

5 b. Divisi Dokumen Divisi dokumen mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama tetapi yang membedakan adalah konsumen-konsumen pada perusahaan di tangani langsung oleh 7 customer service dan 1 orang sebagai pimpinan di divisi dokumen. Tugas dari pimpinan divisi dokumen ini adalah memimpin dan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kelancaran dokumen yang dibuat serta memberikan kepuasan terhadap pelanggan atas pelayanan yang diberikan oleh PT Mitra Kargo Indonesia. Tugas dan tanggung jawab Customer service adalah sebagai berikut, 1) Mengurus semua dokumen ekspor; 2) Memberikan pelayanan yang baik terhadap pelanggan; 3) Menerima Shipping Instruction, seperti menerima telepon dari pelanggan yang akan melakukan ekspor barang; 4) Melakukan booking space kapal untuk keperluan ekspor; 5) Membuat SI (Shipping Intruction) shipping intruction dibuat berdasarkan Invoice dan Packing list dari eksportir dengan atas nama PT Mitra Kargo Indonesia; 6) Membuat House Bill of Lading membuat house bill of lading atas nama PT Mitra Kargo Indonesia; 42

6 7) Mengoreksi COO (Certificate of Origin) mengoreksi COO yang sudah di buat oleh bagian operasional berdasarkan packing list dan Invoice. c. Divisi Marketing Divisi Marketing mempunyai tugas mengendalikan program yang dimiliki oleh perusahaan karena bergantung berhasil atau tidaknya program perusahaan tergantung dari kemampuan dalam memperkenalkan program perusahaan kepada masyarakat. d. Divisi Keuangan Divisi Keuangan bertugas mencatat laporan keuangan pemasukan maupun pengeluaran setiap harinya dan bertanggung jawab atas laporan keuangan PT Mitra Kargo Indonesia. e. Divisi Operasional Bagian operasional adalah bagian yang sering untuk langsung terjun ke lapangan, dan sudah ada bagian masing-masing untuk bagian ekspor dan impor. Ada beberapa bagian dalam operasional beserta tugasnya, antara lain sebagai berikut: 1) Pimpinan Operasional Pimpinan ini bertugas sebagai pengatur jadwal karyawan-karyawan mengurus pengiriman barangyang sudah ditentukan oleh pihak eksportir maupn importir yang akan melakukan stuffing. Pimpinan operasional juga melakukan 43

7 pengawasan di lapangan untuk melihat kinerja dari masingmasing karyawan yang mengurus pengiriman barang seperti pemesanan kontainer, juga mengambil container ke depo. 2) Bagian Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Mempunyai tugas yakni membuat dokumen PEB yang ditujukan ke pihak Bea dan Cukai supaya dalam ekspor agar dipungut pajak atas barang yang akan di ekspor tersebut kemudian ditujukan ke pihak eksportir bahwa barang tersebut sudah sesuai dengan dokumennya. 3) Bagian Certificate of Origin (COO) Bagian COO bertugas untuk mengisi data COO yang dibuat secara online, jika sudah sesuai maka kemudian dokumen COO yang Original di ambil dari pihak yang menerbitkan dan membayar sesuai dengan klasifikasi COO dengan menggunkan copy B/L. 4) Bagian Lapangan Bagian lapangan ditugaskan untuk bertanggung jawab dengan pengurusan di luar kantor, seperti mengurus pemesanan container, mencatat nomer container, melaporkan semua kegiatan yang sudah dilakukan di luar kepada pimpinan operasional. Kemudian memerintahkan sopir yang sudah membawa truk untuk mengambil container ke depo, PT Mitra Kargo tidak bekerja sama lagi dengan perusahaan 44

8 truckingkarena perusahaan sudah memiliki truck sendiri untuk mengangkut barang yang akan di ekspor dan barang yang diimpor. Ada 5 orang yang bertanggung jawab untuk pengurusan diluar kantor. Salah satu dari karyawan ini bertugas untuk mengambil dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh pihak Sucofindo dan pihak Fumigasi kemudian ada juga yang mengurus pembayaran-pembayaran yang dibutuhkan untuk memperlancar proses pengiriman barang ekspor dan impor. Berdasarkan struktur organisasi tersebut, bahwa setiap tugas masing-masing karyawan saling berkaitan dan berpengaruh dalam penyelesaian permintaan jasa pengurusan ekspor dan impor. Apabila ada salah satu karyawan yang tidak masuk,maka karyawan yang lain harus menggantikan tugasnya sehingga karyawan yang menggantikan tersebut bekerja lebih keras untuk menutup kewajiban dari karyawan yang tidak masuk tersebut dan juga melakukan kewajiban tugasnya. Biasanya karyawan yang saat itu sedang tidak terlalu sibuk dalam kewajibannya atau dia sedang dapat tanggungjawab pimpinan tidak banyak Jasa yang ditawarkan oleh PT Mitra Kargo Indonesia a. Laut / Ocean Freight PT Mitra Kargo Indonesia menyediakan jasa pengiriman barang melalui laut. PT Mitra Kargo Indonesia 45

9 menjalin kerjasama dan hubungan kepada perusahaanperusahaan pelayaran yang beroperasi di Pelabuhan Semarang. b. Inland Transport PT Mitra Kargo Indonesia menyediakan jasa transportasi melalui darat. Armada dari Trucking yang dimiliki PT Mitra Kargo Indonesia mencakup 50 truck trailer, 1truck box, juga dilengkapi dengan teknologi sistem pelacak GPS, sehingga PT Mitra Kargo Indonesia mampu menangani kebutuhan distribusi konsumen dan memantau barang sampai dimana saat barang sudah diangkut oleh truck. c. Ekspor/Impor Pelayanan Ekspor/Impor pada PT Mitra Kargo Indonesia meliputi pengurusan dokumen ekspor/impor sampai dengan barang sampai di pelabuhan muat/bongkar.pt Mitra Kargo Indonesia tidak sembarangan dalam menjalankan ekspor/impor, semua dilakukan dengan teliti dan hati-hati karena sudah banyak pelanggan yang percaya untuk menyerahkan tugasnya kepada perusahaan ini. PT Mitra Kargo Indonesia mempunyai sistem EDI (Electronic Data Interchange) merupakan sistem untuk mempermudah kelancaran dalam proses ekspor/impor, dan juga dapat menangani layanan dokumentasi Custom Clearance dengan cepat dan efisien. 46

10 Kinerja PT Mitra Kargo Indonesia Kinerja PT Mitra Kargo Indonesia dalam menangani menangani Nota Hasil Intelijen. Berikut tabel data impor yang terkena Nota Hasil Intelijen (NHI) : Gambar 4.2 Data Impor PT Mitra Kargo Indonesia Terkena NHI Periode Tahun Sumber: PT Mitra Kargo Indonesia, 2016 Keterangan : Tahun 2011 adalah awal PT Mitra Kargo Indonesia sering menangani impor dan pada tahun 2011 terdapat 2 (dua) pengurusan impor yang terkena NHI yaitu impor olahan sapi karena kesalahan kode HS dan impor vitamin ternak karena harga beli terlalu murah dibandingkan dengan harga beli di pasar dalam negeri. Tahun 2012 terdapat 1 (satu) pengurusan impor yang terkena NHI yaitu impor mesin penyaring air dikarenakan kesalahan kode HS. Tahun 2013 dan 2014, PT Mitra Kargo Indonesia tidak adanya pengurusan impor yang terkena NHI. Hal ini dikarenakan kasus terkenanya NHI sudah dapat diatasi dengan pengisian kode HS sesuai dengan 47

11 pengklasifikasiannya dan staff impor yang mengurusi sudah mengikuti pelatihan PPJK sehingga sudah ahli dalam pengisian kode HS. Tahun 2015 mengalami penurunan dalam hal pengurusan impor. PT Mitra Kargo Indonesia mendapat 1 (satu) pengurusan impor yang terkena NHI yaitu mesin pemotong kayu. Hal ini dikarenakan adanya pergantian karyawan pada staff impor. Staff impor yang sudah mengikuti pelatihan PPJK sebelumnya telah berganti jabatan menjadi Kepala Divisi Operasional dan yang menggantikan posisi staff impor adalah dari karyawan staff PEB sehingga masih belajar dalam hal pengurusan impor dan pengisian kode HS. Tahun 2016 terdapat 1 (satu) pengurusan impor yang terkena NHI yaitu impor gandum pakan ternak karena kesalahan kode HS yang menjadi studi kasus untuk diteliti dalam Tugas Akhir ini. 48

12 4.2. Pembahasan Tindakan yang dilakukan PT Mitra Kargo Indonesia untuk penyelesaian impor gandum pakan ternak yang terkena Nota Hasil Intelijen (NHI) adalah sebagai berikut: Bea dan Cukai 9 Negara , 5, 6,10 8 Pelindo III PT Mitra Kargo Indonesia Bank Devisa Gambar 4.3 Skema Tindakan Penyelesaian NHI oleh PT Mitra Kargo Indonesia Sumber : Hasil Pengamatan,2016 Keterangan : PT Japfa Comfeed Indonesia 1. Negosiasi dengan KPBC Tipe Madya Tanjung Emas Semarang Banyaknya jumlah kontainer pada impor gandum ini adalah alasan negosiasi harus dilakukan. Dua puluh kontainer tidak jumlah yang sedikit. Dilakukanlah negosiasi agar tidak semua kontainer yang dilakukan pemeriksaan fisik barang dikarenakan untuk menghemat biaya sewa kontainer, biaya repo/gerakan ekstra, biaya demurrage, dan biaya lain-lainnya. Hasil dari negosiasi tersebut hanya 1 (satu) kontainer saja yang diperiksa dan 19 (sembilan belas) kontainer lainnya dapat dikeluarkan dari Container Yard 49

13 (CY) berupa diberikannya Surat Ijin Pengeluaran Kontainer (terlampir) kepada General Manager TPKS. Sembilan belas kontainer yang dikeluarkan dari CY dapat dikirim ke gudang PT Japfa Comfeed Indonesia. Ini merupakan tindakan tambahan yang dilakukan diawal pengurusan NHI. 2. Repo/Gerakan Ekstra Mencetak Job Order untuk dilakukannya BHLI (Behandle Impor) pada website Pelindo III dan membayarnya pada bank yang telah ditunjuk oleh Pelindo III (Bank Mandiri) (Nota Penjualan Jasa Kepelabuhan dan Job Order BHLI terlampir). Gerakan Ekstra merupakan gerakan tambahan yang dilakukan Pelindo III untuk mengangkut kontainer dari Container Yard (CY) ke Lapangan Pemeriksaan Fisik Barang atau sebaliknya. 3. Antri Pemeriksaan Fisik Barang Awalnya antri terlebih dulu hingga diundang untuk dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan Fisik Barang dilakukan untuk mengecek kesesuaian dokumen dan barang. 4. Pemeriksaan Fisik Barang dan Pengambilan Barang Contoh Pemeriksaan Fisik Barang dilakukan oleh Petugas Pemeriksa dan Penyidik (P2) oleh pihak Bea dan Cukai. Pemeriksaan fisik barang dilakukan untuk mengecek kesesuaian antara dokumen dengan barang. Apabila sudah sesuai antara dokumen dengan barangnya maka dapat dilanjutkan prosedur 50

14 selanjutnya, sedangkan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian antara dokumen dengan barang maka dilakukan penyidikan lebih lanjut atas ketidaksesuaian tersebut (Foto Pemeriksaan Fisik Barang terlampir). Pengambilan barang contoh dilakukan sebagai laporan petugas Pemeriksa dan Penyidik (P2) Bea dan Cukai kepada negara bahwa barang yang diperiksa seperti yang telah diambil (Berita Acara Pengambilan Barang Contoh terlampir). 5. Mengisi berita acara pemeriksaan fisik barang dan pengambilan barang contoh Setelah dilakukannya pemeriksaan fisik barang dan pengambilan barang contoh oleh petugas Pemeriksa dan Penyidik (P2) maka pihak PT Mitra Kargo Indonesia mengisi berita acara pemeriksaan fisik barang dan pengambilan barang contoh. 6. Keluarnya Surat Penetapan Tarif dan/ atau Nilai Pabean (SPTNP) (terlampir) Ditemukan ketidaksesuaian antara Harmonized System (dokumen) dengan barangpada impor gandum pakan ternak yang dikuasakan PT Mitra Kargo Indonesia yang terkena Nota Hasil Intelijen (NHI). Sehingga dikeluarkannya Surat Penetapan Tarif dan/ atau Nilai Pabean (SPTNP). Surat Penetapan Tarif dan/ atau Nilai Pabean (SPTNP) tersebut berisikan kekurangan pembayaran 51

15 Bea Masuk sebesar 5% dan harus dibayarkan selambat-lambatnya 11 April. 7. Pembayaran kekurangan Bea Masuk ke Bank Devisa Kekurangan pembayaran yang tercantum pada SPTNP harus dibayarkan selambat-lambatnya 11 April Jika melebihi waktu tersebut, maka dikenakan bunga 2% setiap bulan untuk paling lama 24 bulan dari jumlah kekurangan pembayaran. Apabila melebihi 24 bulan tersebut kemungkinan PT Japfa Comfeed Indonesia (importir) dapat terkena blacklist dari Bea dan Cukai sehingga tidak dapat melakukan kegiatan ekspor dan impor lagi. Selama belum dibayarkan kekurangan pembayarannya maka barang yang berada di Kawasan Pabean tidak dapat keluar. Pembayaran dilakukan di Bank CIMB Niaga. 8. Bank devisa meneruskan ke kas negara Setelah melakukan pembayaran kekurangan Bea Masuk ke bank devisa maka bank devisa meneruskan pembayaran tersebut ke kas negara atas sebagai pemasukan negara melalui pajak impor. 9. Bank devisa mengirim respon ke Bea Cukai Selanjutnya bank devisa mengirim respon ke Bea Cukai bahwa pembayaran kekurangan Bea Masuk pada impor gandum pakan ternak PT Japfa Comfeed Indonesia telah terbayarkan. 52

16 10. Keluarnya Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) Setelah dibayarkan kekurangan pembayaran Bea Masuk maka keluar Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB terlampir). Barang dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean dan dapat segera dikirim ke gudang PT Japfa Comfeed Indonesia. 11. Barang dikeluarkan dan dikirim ke Gudang PT Japfa Comfeed Indonesia Barang dikeluarkan dari Kawasan Pabean berdasarkan SPPB terakhir yang diberikan Bea Cukai lalu barang dikirim ke gudang PT Japfa Comfeed Indonesia dengan menggunakan transportasi darat (trucking) Penyebab terkenanya Nota Hasil Intelijen (NHI) pada impor gandum pakan ternak Impor gandum pakan ternak ini pertama kalinya yang ditangani oleh PT Mitra Kargo Indonesia dan yang sebelumnya diimpor oleh PT Japfa Comfeed Indonesia yaitu pakan ternak jagung dan vitamin yang dicampurkan ke pakan ternaknya. Biasanya untuk perusahaan yang impor suatu barang untuk pertama kalinya akan dikenai jalur kuning atau merah. Impor gandum pakan ternak ini masuk pada jalur kuning dikarenakan PT Japfa Comfeed Indonesia baru pertama kalinya impor gandum untuk pakan ternak. Namun setelah proses clearence selesai dan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) keluar (SPPB terlampir), barang yang ada pada pelabuhan tidak dapat dikeluarkan dan 53

17 tidak dapat diserahkan kepada pihak PT Japfa Comfeed Indonesia karena keluar Surat Penangguhan Pengeluaran Kontainer oleh KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas kepada General Manager TPKS (Surat Permohonan Penangguhan Pengeluaran Kontainer terlampir). Barang tidak dapat keluar dikarenakan semua barang dihentikan oleh Bea Cukai dan keluarlah NHI (berupa Surat Permohonan Penangguhan Pengeluaran Kontainer). NHI keluar dikarenakan adanya indikasi atas kesalahan Harmonized System (HS) kode dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ataupun pelanggaran kepabeanan dan cukai. Mungkinpada proses pemeriksaan dokumennya terlewatkan atau kurangnya ketelitian oleh petugas pemeriksa dokumen. Diketahui adanya pelanggaran kepabeanan ketika sudah dikeluarkannya Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). NHI dapat keluar kapan saja ketika itu memang dibutuhkan tindak lanjut yang cepat atau dalam kondisi yang mendesak agar negara tidak merugi karena pelanggaran kepabeanan tersebut. Menurut KPPBC Tipe Madya Tanjung Emas Semarang, Harmonized System (HS) yang diisikan oleh pihak PT Mitra Kargo IndonesiaHS tidak benar dan ditunjukkannya kode HS sebagai HS untuk gandum pakan ternak. Tidak semua orang dapat membaca HS, dikarenakan dalam pengisian kode HS harus paham membaca HS dan mengklasifikasikannya. 54

18 Berdasarkan uraian diatas maka penyebab-penyebab keluarnya NHI pada impor gandum pakan ternak adalah sebagai berikut, 1. Impor yang pertama kali NHI dapat keluar apabila pertama kali impor suatu barang karena barang dan dokumennya masih dipertanyakan kesesuaiannya; 2. Kurang telitinya petugas pemeriksa dokumen Karena keadaan mendesak untuk mengatasi kurangnya ketelitian petugas pemeriksa dokumen maka NHI dapat dikeluarkan walaupun barang sudah tidak berada pada Kawasan Pabean; 3. Kesalahan kode Harmonized System Kesalahan pengisian kode HS terjadi dikarenakan barang yang diimpor baru pertama dan ini dapat terjadi dikarenakan orang yang mengisikan HS kurang berkompeten dalam bidang pengklasifikasian HS atau juga karena kurangnya koordinasi oleh importir tentang detail barang yang diimpor. Kesalahan kode HS dapat merugikan negara karena pada HS telah tercantumkan jumlah Bea Masuk, PPn, PPh, PPnBM, Cukai, dan Larangan / dan Pembatasan yang berkaitan dengan pemasukan negara dan karantina pada Larangan /dan Pembatasan Kendala yang dialami PT Mitra Kargo Indonesia dalam menangani Nota Hasil Intelijen (NHI) Ada beberapa kendala yang dialami PT Mitra Kargo Indonesia untuk menangani Nota Hasil Intelijen yaitu, 55

19 1. Biaya Biaya merupakan salah satu kendala yang dialami oleh PT Mitra Kargo Indonesia dalam menangani impor gandum pakan ternak yang terkena Nota Hasil Intelijen (NHI). Berikut adalah perbandingan biaya yang dikeluarkan PT Mitra Kargo Indonesia antara biaya impor gandum pakan ternak sebelum terkena NHI dan impor gandum pakan ternak yang terkena NHI: Tabel 4.1 Perbandingan Biaya Impor Gandum Pakan Ternak Sebelum Terkena NHI dan Impor Gandum Pakan Ternak Terkena NHI Biaya Dokumen Customs Clearance Impor Gandum Pakan Ternak Sebelum Terkena NHI Impor Gandum Pakan Ternak Terkena NHI Rp ,00 Rp ,00 Bea Masuk - Rp ,00 PPh Pasal 22 Rp ,00 Rp Stuffing - Rp ,00 Stripping - Rp ,00 2 x Gerakan Ekstra - Rp ,00 PPn (Stuffing, Stripping, 2 x Gerakan Ekstra) Storage Administrasi Pemeriksaan (behandle) - 1 x 20 HC (1 hari) =Rp ,00 (Stuffing + Stripping + (2 x Gerakan Ekstra)) x 10%= Rp ,00 x 10% = Rp ,00 1 x 20 HC (5hari) = Rp ,00 x 5 hari = Rp ,00 - Rp Jumlah Rp ,00 Rp ,00 Sumber : PT Mitra Kargo Indonesia, 2016 Keterangan: Biaya-biaya pada tabel diatas berdasarkan pada Lampiran Tugas Akhir ini yang didapat dari PT Mitra Kargo Indonesia. Total 56

20 biaya yang dikeluarkan PT Mitra Kargo Indonesia untuk menangani impor gandum pakan ternak sebelum terkenanya NHI yaitu sebesar Rp ,00 (Delapan Juta Tiga Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu Rupiah). Sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk menangani impor pakan ternak yang terkena NHI sebesar Rp ,00 (Sembilan Puluh Satu Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Tujuh Ribu Delapan Ratus Rupiah). Selisih yang sangat jauh antara total biaya impor pakan ternak gandum yang terkena NHI dengan impor gandum pakan ternak sebelum terkena NHI yaitu sebesar Rp ,00 (Delapan Puluh Tiga Juta Tiga Ratus Tujuh Puluh Sembilan Ribu Delapan Ratus Rupiah). Kekurangan pembayaran bea masuk yang membuat selisih antara biaya impor pakan ternak sebelum terkena NHI dan impor pakan ternak yang terkena NHI sangat jauh. Hal ini dikarenakan penyesuaian HS Code dengan fisik barang dan bea masuk yang awalnya 0% berdasarkan HS yang kurang sesuai, menjadi 5% berdasarkan HS telah sesuai dengan fisik barang. Selisih yang sangat jauh menjadi kendala PT Mitra Kargo Indonesia dalam hal biaya karena PT Mitra Kargo Indonesia melakukan pembayaran total biaya pengurusan impor gandum pakan ternak menggunakan uang dari PT Mitra Kargo Indonesia terlebih dahulu. Setelah barang dikirim ke gudang PT Japfa Comfeed Indonesia maka PT Mitra Kargo Indonesia mengajukan 57

21 tagihan total biaya jasa pengurusan impor gandum pakan ternak. PT Japfa Comfeed Indonesia melakukan kewajibannya yaitu membayar yang telah ditagihkan oleh PT Mitra Kargo Indonesia. Sedangkan biaya-biaya pengurusan impor yang lainnya masih banyak yang menjadi tanggung jawab PT Mitra Kargo Indonesia. 2. Waktu dan Tenaga Waktu dan tenaga merupakan kendala yang dialami oleh PT Mitra Kargo Indonesia dalam menangani impor gandum pakan ternak yang terkena Nota Hasil Intelijen (NHI). Berikut adalah tabel perbandingan waktu yang dibutuhkan staff impor untuk melakukan penyelesaian impor biasa dan impor yang terkena NHI: Tabel 4.2 Perbandingan Lama Waktu Pengurusan Impor (Jalur Hijau) dan Impor Yang Terkena NHI Impor (Jalur Hijau) 1 hari Impor yang terkena NHI 5 hari Hari Pertama = Kapal datang, Dokumen Masuk Bea Cukai, Penjaluran, SPPB, Barang Keluar Hari Pertama = Kapal datang, Dokumen masuk Bea Cukai, Penjaluran, SPPB (Customs Clearance) Hari Kedua = Terkena NHI, Negosiasi dengan Bea Cukai Hari Ketiga = Pemeriksaan fisik Hari Keempat = Pembayaran SPTNP dan menunggu hasil keputusan Bea Cukai Hari Kelima = SPPB, Barang Keluar Sumber: PT Mitra Kargo Indonesia, 2016 Keterangan: Lama waktu pengurusan impor yang masuk pada jalur hijau tidaklah membutuhkan waktu lama hanya butuh 1 (satu) hari saja 58

22 pengurusan dari kapal. Hal ini dikarenakan masuk jalur hijau dan tidak ada kendala dalam proses pengurusannya. Sedangkan lama waktu pengurusan untuk impor yang terkena NHI selama 5 (lima) hari dari hari pertama pengurusan Customs Clearance, hari kedua negosiasi dengan pihak Bea Cukai, hari ketiga pemeriksaan fisik barang, hari keempat pembayaran kekurangan yang berdasarkan SPTNP dan menunggu hasil keputusan Bea Cukai setelah diperiksa fisik, hari kelima SPPB dikeluarkan dan barang dapat keluar dari pelabuhan. Hal ini dikarenakan adanya tindakan tambahan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pengurusan impor yang terkena NHI. PT Mitra Kargo Indonesia hanya memiliki satu karyawan yang bertugas untuk mengurus impor. Sedangkan permintaan untuk pengurusan impor sedang banyak dan adanya suatu masalah pada impor gandum pakan ternak yang terkena NHI, maka impor yang lainnya akan terbengkalai sementara. Kebijakan dari PT Mitra Kargo Indonesia akan menyelesaikan yang lebih penting dan darurat yaitu impor gandum pakan ternak yang terkena NHI untuk diselesaikan terlebih dahulu, lalu selanjutnya impor yang lainnya. Kendala waktu dan tenaga ini juga sangat berkaitan dengan kendala biaya yang dikeluarkan PT Mitra Kargo Indonesia dikarenakan biaya sewa kontainer dan biaya denda sewa kontainer setiap hari akan semakin bertambah. 59

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan BAB III DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mitra Kargo Indonesia merupakan salah satu forwarder besar di wilayah Semarang yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP Prosedur Pelaporan Pajak Impor Barang Di PT. Lintas Niaga Jaya. sampai dengan clearance documenct. Seperti B/L, PIB, dll.

BAB 4 PENUTUP Prosedur Pelaporan Pajak Impor Barang Di PT. Lintas Niaga Jaya. sampai dengan clearance documenct. Seperti B/L, PIB, dll. 45 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan Pembahasan mengenai Prosedur Pelaporan Pajak Impor barang pada PT. Lintas Niaga Jaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 4.1.1. Prosedur Pelaporan Pajak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT GHINA ANUGERAH LESTARI merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi (Freight Forwarder) di Jakarta yang melayani jasa pengiriman barang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT Bahtera Satria Adidaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengurusan jasa kepabeanan yang juga sudah mulai

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Utama, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia Telp (62 21) 2908 2908, Fax (62 21) 2908

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Utama, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia Telp (62 21) 2908 2908, Fax (62 21) 2908

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada PT.SAMUDERA INDONESIA cabang bandung Jawa Barat penulis ditempatkan di bagian pemasaran dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil Wawancara 1. Jabatan: Manajer Operasional PT. BARUGA CARGOTRANS. 1. PT. BARUGA CARGOTRANS perusahaan yang bergerak di bidang

LAMPIRAN. Hasil Wawancara 1. Jabatan: Manajer Operasional PT. BARUGA CARGOTRANS. 1. PT. BARUGA CARGOTRANS perusahaan yang bergerak di bidang L1 LAMPIRAN Hasil Wawancara 1 Dengan: Sandi Kurniawan Jabatan: Manajer Operasional PT. BARUGA CARGOTRANS Tanggal: 24 September 2012 1. PT. BARUGA CARGOTRANS perusahaan yang bergerak di bidang apa? dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 BISNIS PROSES KEGIATAN LOGISTIK A.

LAMPIRAN 1 BISNIS PROSES KEGIATAN LOGISTIK A. L1 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1 BISNIS PROSES KEGIATAN LOGISTIK A. Bisnis Proses Kegiatan Pemindahan Lokasi Penumpukan ke Lapangan 215x L2 L3 L4 Bisnis Proses Kegiatan Pemindahan Lokasi Penumpukan (PLP)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Tinjauan Tentang PT. Lentera Buana Jaya 3.1.1 Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang Freight Forwarder yang

Lebih terperinci

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 30 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER-16/BC/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER-16/BC/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER-16/BC/2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI DIREKTUR JENDERAL BEA

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-14/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT UNTUK DIIMPOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 42/BC/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, -1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-02/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN PABEAN UNTUK DITIMBUN DI PUSAT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum. 1. Sejarah Perusahaan. PT Puninar Jaya didirikan pada tahun 1969 sebagai perusahaan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum. 1. Sejarah Perusahaan. PT Puninar Jaya didirikan pada tahun 1969 sebagai perusahaan BAB IV PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum 1. Sejarah Perusahaan PT Puninar Jaya didirikan pada tahun 1969 sebagai perusahaan Customs Brokerage. Puninar membantu pelanggan clearance cargo mereka untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 2.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan PT. DMR adalah salah satu dari anak perusahaan PT. SSU. PT. SSU adalah perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-08/BC/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT Satrya Perkasa Esthetika Film merupakan salah satu importir film-film

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT Satrya Perkasa Esthetika Film merupakan salah satu importir film-film BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat PT Satrya Perkasa Esthetika Film merupakan salah satu importir film-film Hollywood tertua di Indonesia yang melakukan impor

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-13/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN PABEAN UNTUK DITIMBUN DI TEMPAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-15/BC/1999 TENTANG PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-15/BC/1999 TENTANG PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-15/BC/1999 TENTANG PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Proses Perdagangan Luar Negeri, Mahasiswa akan dapat menjelaskan proses perdagangan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat PT. Itochu Logistics Indonesia Itochu Logistics Indonesia dibentuk pada tahun 2002, menyediakan solusi logistik sepenuhnya untuk pelanggan dan mengurus

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2017 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI PUSAT LOGISTIK BERIKAT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Menimbang DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, perdagangan lokal maupun internasional mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Setiap negara memiliki kebutuhan

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 10

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK/DESAIN PENELITIAN. PT. Valindo Global didirikan pada Juni 2010 yang berkedudukan di BSD City,

BAB 3 OBJEK/DESAIN PENELITIAN. PT. Valindo Global didirikan pada Juni 2010 yang berkedudukan di BSD City, BAB 3 OBJEK/DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat PT. Valindo Global didirikan pada Juni 2010 yang berkedudukan di BSD City, menempati lahan seluas 200 meter persegi. Diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebelum laporan Tugas Akhir yang penulis kerjakan, telah banyak penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang sama mengenai ekspor dan impor, hal ini

Lebih terperinci

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor Sekilas Tentang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Memberikan sedikit gambaran tentang Bea dan Cukai Indonesia di bawah Kementerian Keuangan RI Macam- macam Pemberitahuan Pabean Dalam rangka melayani pengurusan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 57 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah perusahaan Sun Pacific dibangun sejak tahun 2001. dan telah bertumbuh menjadi terencana, aktif, ahli, dan lebih secara

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 61 /BC/2000 TENTANG TATACARA PENYERAHAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Latar Belakang Perusahaan P.T. Mitra Mulya Sejati adalah perusahaan bergerak di bidang jasa EMKL(Expedisi Muatan Kapal Laut) maupun PPJK (Penguasa Pengurusan Jasa Kepabeanan)

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 83 /BC/1999 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN

Lebih terperinci

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean ABSTRAK Pengajuan dokumen pemberitahuan impor barang (PIB) bersifat self assessment. Oleh karena itu pihak pabean melakukan penelitian atas kebenaran informasi

Lebih terperinci

ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak

ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak UU nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006 Kapebeanan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR PENYAMPAIAN PEB KE KANTOR PABEAN PEMUATAN Data elektronik atau tulisan diatas formulir PDE

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER SOSIALISASI PERBAIKAN KEMUDAHAN BERUSAHA 2017 CROWNE PLAZA HOTEL JAKARTA, 22 MARET 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI GAMBARAN UMUM

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JL. Jenderal A. Yani Telepon : 4890308 Jakarta - 13320 Faksimili : 4890871 Kotak Pos 108 Jakarta - 10002 Kepada : 1. Sekretaris

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. menempati lahan seluas 200 meter persegi. Diantaranya jasa yang dilayani sendiri adalah

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. menempati lahan seluas 200 meter persegi. Diantaranya jasa yang dilayani sendiri adalah BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Valindo Global didirikan pada Juni 2010 yang berkedudukan di BSD City, menempati lahan seluas 200 meter persegi. Diantaranya jasa yang dilayani

Lebih terperinci

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS Nama : Dinda Ningrum Gusliyati NPM : 52213554 Program Studi : DIII Manajemen Keuangan Pembimbing : Dr. Sri Murtiasih LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-09/BC/2009 TENTANG PETUNJUK PENYELESAIAN URUSAN PUNGUTAN EKSPOR DIREKTUR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN IMPOR BARANG KIRIMAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP- 07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pengiriman data online disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh

BAB V PENUTUP. pengiriman data online disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Adanya blokir atau penolakan oleh sistem satelit Kepabeanan terhadap pengiriman data online disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh pada tertundanya pengiriman barang

Lebih terperinci

TATAKERJA PEMBERIAN PERSETUJUAN DAN EKSPOR BARANG DENGAN MENGGUNAKAN PEB BERKALA

TATAKERJA PEMBERIAN PERSETUJUAN DAN EKSPOR BARANG DENGAN MENGGUNAKAN PEB BERKALA LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-151/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR TATAKERJA PEMBERIAN PERSETUJUAN DAN EKSPOR BARANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Latar Belakang Perusahaan PT. Inti Duta Dwitama Transindo adalah perusahaan yang dapat memberikan jasa pelayanan/pengurusan atas seluruh kegiatan yang diperlukan

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KMK.05/1997 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. FREIGHT SOLUTION INDONUSA merupakan suatu perusahaan Jasa PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yang bergerak di bidang Jasa Pengangkutan Barang atau disebut

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1899, 2015 Keuangan. Kepabeanan. Mitra Utama. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.04/2015 TENTANG MITRA UTAMA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor 1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Nomor : KEP- 75 /BC/1996

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Nomor : KEP- 75 /BC/1996 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI Nomor : KEP- 75 /BC/1996 T E N T A N G TATACARA PEMERIKSAAN PABEAN ATAS BARANG EKSPOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari dokumen perusahaan dan tinjauan lapangan dan wawancara langsung dengan para sumber di lapangan. Adapun

Lebih terperinci

PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT

PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT PERAN PENGUSAHA PENGURUSAN JASA KEPABEANAN (PPJK) DALAM PROSES IMPOR BARANG BESERTA DOKUMEN YANG TERKAIT Abstract Oleh: Yusi Rahmawati 1 dan Riana Uji Westi 2 (Akademi Pelayaran Niaga Indonesia) yusi@akpelni.ac.id

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-10/BC/1997 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-10/BC/1997 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-10/BC/1997 TENTANG PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK.04/2002 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.108, 2017 EKONOMI. Pelanggaran HKI. Impor. Ekspor. Pengendalian. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6059) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (5), Pasal 14, dan Pasal 18 Peraturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi 2.1.1 Pengertian Efisiensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,

Lebih terperinci

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEMUDAHAN IMPOR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seiring perkembangan jaman, pajak sangat dibutuhkan baik di perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seiring perkembangan jaman, pajak sangat dibutuhkan baik di perusahaan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Seiring perkembangan jaman, pajak sangat dibutuhkan baik di perusahaan maupun masyarakat. Dibawah ini dikutip beberapa definisi yang diberikan para ahli perpajakan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 24 /BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang :

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-29/BC/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-29/BC/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-29/BC/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-32/BC/2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan

BAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pemajakan PPh Pasal 23 atas Transaksi Pemakaian Jasa Trucking Selama Ini Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan yang bergerak dalam pengurusan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEWAJIBAN PABEAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Logistik dan Tata Niaga Impor. mulai dari menekan biaya logistik dan mengatur seluruh proses dalam

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Logistik dan Tata Niaga Impor. mulai dari menekan biaya logistik dan mengatur seluruh proses dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Logistik dan Tata Niaga Impor Dalam perdagangan internasional manajemen logistik akan berpengaruh terhadap kelancaran arus perdagangan dan tata niaga impor, mulai dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR BARANG YANG MENGALAMI KERUSAKAN, PENURUNAN MUTU, KEMUSNAHAN, ATAU PENYUSUTAN VOLUME DAN/ATAU BERAT,

Lebih terperinci

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR DENGAN PIB SECARA ELEKTRONIK MELALUI JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK

TATAKERJA PENYELESAIAN BARANG IMPOR DENGAN PIB SECARA ELEKTRONIK MELALUI JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK LAMPIRAN SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-19/BC/2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-07/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.04/2015 TENT ANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 139/PMK. 04 /200 7 TENTANG PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2012 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah : 1) Menurut Mulyadi (2001:5), prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI DASAR HUKUM UU KEPABEANAN PASAL 3 UU NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN UU NOMOR 17 TAHUN 2006 PERATURAN MENTERI KEUANGAN PMK NOMOR 139/PMK.04/2007 TENTANG PABEAN DI BIDANG

Lebih terperinci

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KEPABEANAN DI BIDANG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di dalam bidang transportasi kargo dan pelayanan logistik yang

Lebih terperinci

Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Abstrak

Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Abstrak 1 Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Oleh : Rita Dwi Lindawati Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan fasilitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG DAN AWAK SARANA PENGANGKUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KAWASAN YANG TELAH DITUNJUK SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE

148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE 148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE Contributed by Administrator Wednesday, 07 September 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 21/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. yang menjadi bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. yang menjadi bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini. BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Tinjauan Singkat Perusahaan Dalam tinjauan singkat perusahaan ini penulis menjelaskan mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan uraian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1894, 2015 KEMENKEU. Impor. Barang. Larangan. Pembatasan. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224/PMK.04/2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PERUSAHAAN. bergerak di bidang jasa Freight Forwarder dan berdiri pada tanggal 26

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PERUSAHAAN. bergerak di bidang jasa Freight Forwarder dan berdiri pada tanggal 26 BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan PT Internusa Hasta Buana merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa Freight Forwarder

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN BARANG KIRIMAN

Lebih terperinci

Kewajiban Pabean Atas Impor- Ekspor Tenaga Listrik

Kewajiban Pabean Atas Impor- Ekspor Tenaga Listrik Kewajiban Pabean Atas Impor- Ekspor Tenaga Listrik ABSTRAK Impor tenaga listrik sebagaimana impor barang/komoditi lainnya wajib menyelesaikan kewajiban pabean berupa penyampaian dokumen pemberitahuan impor

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-152/BC/2003 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-152/BC/2003 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-152/BC/2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-15/BC/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-15/BC/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-15/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG DARI TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT KE TEMPAT LAIN DALAM

Lebih terperinci