MAKALAH PEMODELAN ALIRAN LAVA BERDASARKAN PADA CELLULAR AUTOMATA
|
|
- Dewi Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKALAH PEMODELAN ALIRAN LAVA BERDASARKAN PADA CELLULAR AUTOMATA Oleh : Irfana Diah Faryuni, S.Si JURUSAN/PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2010
2
3
4 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi multimedia, terdapat berbagai sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan. Berbagai berita dan peristiwa yang terjadi dapat disampaikan menjadi lebih cepat, lebih akurat dan kapasitas yang lebih besar. Berbagai peristiwa yang terjadi di alam dapat dimodelkan dengan mengetahui lebih terlebih dahulu berbagai parameter-parameter yang mempengaruhi peristiwa tersebut. Salah satu obyek kajian yang menarik adalah memodelkan berbagai fenomena alam seperti gempa bumi, gunung berapi, banjir dan gerakan lempeng bumi. Salah satu obyek kajian yang cukup menarik adalah pemodelan fenomena gunung api. Indonesia yang terletak dikawasan cincin api (fired ring) yang ditandai dengan tingginya aktifitas vulkanis dan terdapat banyak gunung berapi, merupakan tantangan tersendiri bagi peneliti untuk mempelajari berbagai seluk beluk tentang gunung berapi dan membuat berbagai pemodelan gunung berapi sebagai sarana belajar bagi masyarakat dan pelajar (Dep ESDM RI, 2008). Pemodelan yang dapat dilakukan diantaranya pemodelan letusan gunung api, pemodelan gerakan lempeng dan pemodelan aliran lava. Obyek berbasis fluida dapat dimodelkan menggunakan cellular automata. Dimana space dari suatu area dianggap sebagai kombinasi keadaan sejumlah sel yang merepresentasikan keberadaan suatu area apakah terdapat penumpukan lava atau tidak. Keadaan sel berevolusi dalam langkah waktu diskret sesuai dengan beberapa aturan lokal, yang mengidentifikasi CA yang dapat digunakan dalam pemodelan aliran lava. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan topik Pemodelan Cellular Automata dirumuskan sebagai berikut : Aliran Lava Berdasarkan Pada
5 1. pemodelan terhadap aliran lava dengan simplifikasi parameter-parameter yang ada 2. implementasi cellular automata dalam pemodelan aliran lava berdasarkan kontur topografi daerah yang dimodelkan. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. simulasi aliran lava yang mempunyai parameter fisis kerapatan, tekanan, viskositas, suhu dan gaya gravitasi. 2. simulasi aliran lava yang dapat berinteraksi dengan gaya eksternal.
6 BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Analisis Aliran Lava Aliran lava merupakan aliran berbagai material yang berasal dari dapur magma. Suhu yang tinggi membuat material didalamnya meleleh terutama material yang mempunyai titik didih rendah seperti bahan silikat dan alumunium. Lelehan material ini membuat lava berprilaku sebagai fluida yang dapat mengalir. Pemprediksian alur aliran lava adalah termasuk permasalahan kompleks karena suhu, rheology dan rerata fluks semuanya bervariasi terhadap ruang dan waktu. Masalah menjadi lebih sulit untuk diselesaikan ketika lava bergerak menuruni suatu topografi. Hubungan antar parameter-parameter karakteristik aliran lava adalah bertipikal nonlinier (Negro, C. dkk, 2005). Gambar 2.1 Parameter fisis yang dimiliki oleh aliran lava. Gambar 2.1 menyatakan berbagai parameter fisis yang dimiliki oleh aliran lava yang dapat dipandang sebagai fluida dinamis. Aliran lava sebagai fenomena alam merupakan sistem yang rumit, komplek dan melibatkan banyak parameter fisika dan kimia. Untuk mensimulasikan aliran lava, berbagai parameter yang ada disederhanakan dan parameter yang kontribusinya sedikit dapat diabaikan. Parameter fisis yang dimiliki oleh lava adalah sebagai berikut :
7 1. Nilai viskositas tergantung komposisi kimia material lava yang dikeluarkan dari dapur magma. Untuk kandungan kimia yang sama, nilai viskositas akan berkurang secara eksponensial saat temperatur menurun menurun (Stora, dkk,1999). Gambar 2.2 Kenaikan nilai viskositas akibat penurunan suhu (Stora, dkk.,1999) Gambar 2.2 menjelaskan hubungan antara suhu dan nilai viskositas, penurunan suhu menyebabkan nilai viskositas menjadi naik. 2. Kerapatan yang dimiliki oleh lava dipengaruhi oleh material yang ada di dalamnya. Aliran lava mengandung lelehan silikat dan alumunium yang mencair akibat suhu yang tinggi. Material ini membuat kerapatan lava menjadi tinggi. Nilai kerapatan massa lava basaltik adalah 2500 kg.m-3 (Hamdi,2008). 3. Suhu lava yang paling tinggi saat lava baru dikeluarkan dari kawah. Suhu lava dalam keadaan ini berkisar antara C (ESDM, 2010). Suhu yang tinggi ini berkurang secara eksponensial yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Energi termal lava diserap oleh lingkungan sekitar seperti tanah pegunungan dan udara. Laju pendinginan lava sebanding
8 gradien suhu antara lava tersebut dengan lingkungan sekitar. Salah satu aspek dalam pemodelan lava adalah simulasi suhu lava setiap kali terjadi letusan. Lava yang baru keluar dari kawah mempunyai suhu yang sangat panas, temperatur lava akan berkurang secara berangsur-angsur bila telah mencapai kaki gunung. Lava yang telah mendingin akan memadat dan membeku. Lava yang mempunyai temperatur yang tinggi mempunyai warna yang lebih cemerlang dibanding lava dengan temperatur yang lebih rendah. Menurut hukum Newton mengenai pendinginan, ketika sebuah obyek mempunyai temperatur yang lebih tinggi dibanding temperatur sekitarnya, obyek tersebut akan mengalami pendinginan yang sebanding dengan perbedaan temperatur antara obyek tersebut dengan suhu sekitarnya ( 2010) dengan : T (t) = suhu objek saat t T 0 T f = suhu objek mula-mula = suhu lingkungan Gambar 2.3 Grafik eksponensial penurunan temperatur lava
9 4. Warna lava tergantung suhu yang dimilikinya. Menurut hukum Pergeseran Wien ( Wien s displacement law) bila suhu berkurang maka kurva radiasi benda hitam akan berpindah ke arah intensitas yang lebih rendah dan panjang gelombang yang lebih panjang. (wikipedia,2010) Persamaan di atas diilustrasikan dalam Gambar 2.4 : Gambar 2.4 Kurva pergeseran intensitas dan panjang gelombang Dalam Gambar di atas, warna garis kurva menyatakan suhu dalam kondisi tersebut. Suhu 3000 K, benda hitam memancarkan radiasi yang mempunyai intensitas yang tinggi dengan panjang gelombang 700 nm yang menghasilkan warna merah. Untuk lava, suhu awal 1200 C akan membuat lava berpijar dan berwarna orange kemerahan, disuhu rendah warna lava semakin meredup menjadi merah kehitaman (wikipedia,2010)
10 Gambar 2.5 Lava yang berwarna orange kemerahan menandakan suhu yang tinggi 5. Gaya Eksternal Gaya eksternal yang mempengaruhi pergerakan lava diantaranya adalah gaya gravitasi dan gaya dorongan oleh arah angin. Gaya gangguan oleh arah angin dapat diabaikan karena pengaruhnya yang kecil. Gaya gravitasi akan mempengaruhi pergerakan lava yang membuat aliran lava menuju area yang lebih rendah. 2.2 Gaya Akibat Tekanan dan Viskositas Fluida mempunyai parameter tekanan dan viskositas. Tekanan yang dialami oleh sebuah partikel terjadi akibat akumulasi tekanan partikel tetangga. Besarnya pengaruh tekanan pertikal tetangga tergantung kepada jarak partikel tersebut terhadap partikel referensi. Partikel dengan jarak terdekat mempunyai pengaruh paling signifikan sedangkan partikel yang tidak masuk dalam daftar partikel tetangga terdekat tidak mempunyai pengaruh sama sekali (Sariel, 2008). Gaya yang dialami sebuah partikel akibat tekanan dinyatakan dalam persamaan berikut :
11 Gaya viskositas tergantung perbedaan kecepatan dan tidak tergantung kecepatan asbsolut. Gaya akibat viskositas dirumuskan oleh Muller sebagai berikut (B.C.Vemuri, Y. Cao & Chen, L., 1998) : 2.3 Tegangan Permukaan Fluida mengalami tegangan permukaan akibat resultan gaya yang tidak seimbang di permukaan bebas. Tegangan permukaan bekerja dalam arah normal fluida yangmeminimalkan lengkungan permukaan. Semakin luas lengkungan permukaan,semakin besar gaya yang bekerja. Persamaan tegangan permukaan dirumuskan oleh Muller sebagai berikut(b.c.vemuri, Y. Cao & Chen, L., 1998) : dengan dan 2.4 Metode Cellular Automata Cellular Automata (atau dalam bentuk tunggalnya disebut cellular automaton) adalah modelmodel matematika (hasil penyederhanaan) untuk interaksiinteraksi spasial-temporal suatu entitas (fisis, biologis, kimiawi, sosial, ekonomi dan lainnya). Keadaan entitas tersebut (yang diimplemetasikan dalam sel maupun grid)
12 pada waktu yang akan datang ditentukan oleh keadaan intrinsiknya pada saat sekarang dan interaksinya dengan sel-sel tetangganya (Wolfram, S. 1994). Cellular automata dikarakterisasi oleh transisi fasa yang dapat menghasilkan pola-pola kompleks suatu sistem terutama dari perilaku self-organization sistem tersebut. Teknik CA ini telah banyak diterapkan untuk memahami berbagai sistem seperti prediksi zona-zona aktif di sekitar gunung berapi, prediksi penjalaran kebakaran hutan, pemodelan aliran air tanah, pemodelan perkembangbiakan spesies biologi, prediksi urbanisasi daerah perkotaan dan lain sebagainya Lima Elemen Dasar Cellular Automata Berdasarkan definisi sebelumnya, cellular automata terdiri dari lima elemen dasar: a. Sel, yang merupakan satuan spasial dasar dalam ruang cellular. Sel cellular automata disusun dalam pembagian spasial. Grid dua-dimensi dari sel merupakan bentuk umum cellular automata yang digunakan untuk memodelkan evolusi dinamik suatu sistem. pertumbuhan. Ruang sel dapat juga dibagi ke dalam susunan lain, seperti bentuk sarang lebah atau bahkan tiga-dimensi. b. Keadaan, mendefinisikan atribut suatu sistem. Pada suatu waktu, tiap sel hanya mempunyai satu keadaan. Keadaan tersebut merepresentasikan satu sifat sel. c. Tetangga, sekumpulan sel yang berinteraksi dengan sel yang dikaji. Dalam ruang duadimensi, terdapat dua jenis tetangga, yaitu von Neumann yang terdiri dari empat sel tetangga, dan Moore yang terdiri dari delapan sel tetangga. (a) Gambar 2.6. (a) tetangga von Neumann (b) tetangga Moore (b)
13 d. Aturan transisi, yang menentukan bagaimana keadaan suatu sel dapat berubah, sebagai suatu respon dari keadaan sel itu sendiri dan keadaan tetangganya. Aturan transisi merupakan komponen kunci dari cellular automata. Aturan tersebut menentukan proses bagaimana suatu sistem dimodelkan dan merupakan dasar keberhasilan pemodelan yang baik. Untuk cellular automata yang ketat, aturan transisinya seragam dan berlaku serempak pada seluruh sel dalam sistem tersebut. e. Waktu, yang menspesifikasi dimensi temporal dimana cellular automata berada. Berdasarkan definisi cellular automata, keadaan semua sel di-update secara simultan dalam setiap iterasi sepanjang waktu Representasi Matematis Cellular Automata Misalkan adalah keadaan sel pada lokasi ke-(i, j) dan waktu t dan berada dalam rentang nilai-nilai keadaan yang berhingga dalam ruang cellular. Jika menyatakan keadaan sel pada waktu t + 1, maka: di mana merupakan semua sel tetangga dari sel, merupakan keadaan sel-sel ada waktu t dan f sebagai fungsi yang menunjukkan aturan transisi. Jika sel itu sendiri dianggap sebagai anggota dari tetangganya, maka persamaan persamaan di atas dapat ditulis sebagai : Persamaan di atas dapat diekspresikan dalam bentuk verbal yang menggambarkan prinsip cellular automata, seperti berikut: IF menyatakan jika sesuatu terjadi pada lingkungan tetangga suatu sel THEN menyatakan sesuatu yang lain terjadi pada sel tersebut. Model cellular automata selalu terdiri dari pernyataan IF-THEN sebagai implikasi aturan transisi khusus. Sebagai contoh, untuk model Game of Life diekspresikan menjadi tiga pernyataan IF-THEN :
14 IF THEN IF THEN IF THEN terdapat dua atau tiga sel hidup dalam Moore Neighbourhood dari suatu sel hidup, sel akan bertahan hidup pada generasi berikutnya; terdapat kurang dari dua atau lebih dari tiga sel hidup dalam Moore Neighbourhood dari suatu sel hidup, sel hidup tersebut akan mati pada generasi selanjutnya; tepat ada tiga sel hidup dalam Moore Neighbourhood dari suatu sel mati, sel mati tersebut akan menjadi hidup pada generasi selanjutnya. 2.5 Metodologi Simulasi aliran lava dapat dipandang sebagai cairan fluida yang mempunyai berbagai sifat fisis dan tersusun dari partikel-partikel sebagai elemennya. Simulasi aliran lava dimodelkan dengan hanya melihat pada pola alirannya Pemodelan menggunakan metode Cellular Automata 2D. Aturan transisi yang diterapkan pada pemodelan aliran lava adalah sebagai berikut (Mirek Wojtowicz,2010): Aturan tetangga menggunakan aturan tetangga Moore dengan aturan transisinya adalah: 1. Sel yang mati akan tetap mati pada state selanjutnya 2. Sel yang mati akan menjadi hidup pada state selanjutnya jika memiliki 4, 5, 6, 7, atau 8 tetangga yang hidup 3. Sel yang hidup akan tetap hidup pada state selanjutnya jika memiliki 1,2,3,4, atau 5 tetangga yang hidup
15 2.6 Hasil Pemodelan dan Analisa Dengan menggunakan pemrograman menggunakan bahasa program MATLAB dihasilkan pemodelan aliran lava dengan CA sebagai berikut: Gambar 2.7. Tampilan GUI hasil pemrograman sebelum dieksekusi Pada pemodelan aliran lava ini dibagi menjadi dua kondisi awal. Kondisi pertama pemodelan dilakukan dengan tanpa memberikan syarat batas atau penghalang pada aliran lava. Lava diasumsikan mengalir pada suatu lereng pegunungan tanpa hambatan. Setiap kisi dianggap mewakili suatu luasan tertentu yang ditinjau dan semua permukaan dianggap dapat dialiri lava berapapun volumenya. Pada simulasi ini lava dialirkan dari bagian atas kisi dan mengalir bebas sesuai dengan mekanisme alirannya. Pada pemodelan kedua, kondisi awal diberikan daerah kisi yang dapat dilalui aliran lava yang merepresentasikan daerah topografi rendah dan daerah yang tidak dapat dialiri lava yang merepresentasikan daerah bertopografi tinggi.
16 Pada pemodelan ini hanya meninjau pola aliran lava tanpa memperhatikan parameter-parameter yang mempengaruhi aliran disebabkan karena aliran lava merupakan gerak non linear yang berdimensi tinggi sehingga digolongkan pada permasalahan sistem komplek. Sistem Kompleks adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian atau agen-agen yang saling berinteraksi disertai kemampuan untuk menghasilkan perilaku kolektif makroskopik yang baru yang manifestasinya merupakan formasi spontan dari struktur temporal, spasial atau fungsional individuindividu tersebut. Untuk menyelesaikan permasalahan sistem kompleks, seringkali hanya dapat diamati pola perubahan fasanya tanpa memperhatikan faktor-faktor penyebabnya disebabkan terlalu tingginya dimensi yang mempengaruhinya Pemodelan Aliran Lava Tanpa Penghalang berikut: Kondisi awal yang diberikan untuk pemodelan pertama ini adalah sebagai Gambar 2.8 Kondisi awal tipe pemodelan pertama
17 Penampang di atas mewakili suatu lereng pegunungan dimana lava akan mengalir dari bagian atas lereng menuju bagian bawah lereng dengan volume tertentu. Setelah dieksekusi dihasilkan penampang untuk beberapa kali iterasi sebagai berikut: (a) Untuk 10 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: (b) Gambar 2.9 pemodelan 10 x iterasi Untuk 50 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.10 pemodelan 50 x iterasi
18 (c) Untuk 100 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: (d) Gambar 2.11 pemodelan 100 x iterasi Untuk 150 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.12 pemodelan 150 x iterasi
19 (e) Untuk 200 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: (f) Gambar 2.13 pemodelan 200 x iterasi Untuk 250 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.14 pemodelan 250 x iterasi
20 (g) Untuk 300 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.15 pemodelan 300 x iterasi Pada pemodelan ini kondisi sel hanya diwakili oleh dua warna yakni gelap yang merepresentasikan daerah yang belum teraliri lava dan daerah orange yang mewakili daerah yang telah teraliri lava. Pada pemodelan ini hanya meninjau pola aliran lava tanpa memperhatikan tingkat panas lava yang direpresentasikan oleh warna lava. Pada tipe pertama ini lava cenderung mengalir membentuk luasan yang meruncing di bagian depan tengahnya.
21 2.6.2 Pemodelan Aliran Lava dengan Penghalang berikut: Kondisi awal yang diberikan untuk pemodelan kedua ini adalah sebagai Gambar 2.16 Kondisi awal tipe pemodelan kedua Penampang di atas mewakili suatu lereng pegunungan dimana lava akan mengalir dari bagian atas lereng yang telah tersekat oleh suatu kontur topografi tinggi menjadi dua bagian di sebelah kanan dan kiri. Lava mengalir dari bagian atas menuju bagian bawah lereng dengan volume tertentu. Setelah dieksekusi dihasilkan penampang untuk beberapa kali iterasi sebagai berikut:
22 (a) Untuk 10 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.17 Kondisi 10 x iterasi pemodelan kedua (b) Hasil Untuk 50 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.18 Kondisi 50 x iterasi pemodelan kedua
23 (c) Untuk 100 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: (d) Gambar 2.19 Kondisi 100 x iterasi pemodelan kedua Untuk 150 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.20 Kondisi 150 x iterasi pemodelan kedua
24 (e) Untuk 200 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: (f) Gambar 2.21 Kondisi 200 x iterasi pemodelan kedua Untuk 250 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.22 Kondisi 250 x iterasi pemodelan kedua
25 (g) Untuk 300 x iterasi dihasilkan penampang sebagai berikut: Gambar 2.23 Kondisi 300 x iterasi pemodelan kedua Pada pemodelan ini, sama dengan pemodelan yang pertama, kondisi sel hanya diwakili oleh dua warna yakni gelap yang merepresentasikan daerah yang belum teraliri lava dan daerah orange yang mewakili daerah yang telah teraliri lava. Pada pemodelan ini hanya meninjau pola aliran lava tanpa memperhatikan tingkat panas lava yang direpresentasikan oleh warna lava. Pada pemodelan ini lava mengalir menjadi dua aliran. Di sebelah kiri aliran lava dibatasi oleh kontur topografi tinggi di sebelah kanan alur dan di sebelah bawah alur sehingga lava mengalir dari atas ke kiri bawah. Sementara di sebelah kanan lava mengalir bebas dari atas ke bawah kecuali sedikit penghalang di bagian tengahnya dan hanya dibatasi oleh kontur topografi tinggi di sebelah kirinya.
26 Gambar 2.24 Aliran lava tipe basaltik pada kondisi sebenarnya
27 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan 1. Permasalahan aliran lava merupakan permasalahan kompleks yang parameter-parameternya bersifat non linear 2. Pemodelan dilakukan berdasarkan cellular automata 2D 3. Dilakukan penyederhanaan dimana sisi yang ditinjau hanya pada pola aliran lava dimana kisi yang digunakan hanya menyatakan ada atau tidaknya lava di kisi tertentu tanpa menyertakan parameter-parameter detailnya. 4. Pada pemodellan aliran lava tanpa penghalang pola aliran cenderung membentuk kerucut yang mengarah ke bawah. 5. Pada pemodellan aliran lava dengan penghalang pola aliran cenderung mengikuti batas aliran untuk kemudian mengalir pada daerah bertopografi rendah. 3.2 Saran Pemodellan ini masih jauh dari sempurna dan belum bisa mewakili kondisi aliran sebenarnya di alam, maka diperlukan pengembangan dengan memasukan parameter-parameter detail aliran lava. Beberapa parameter yang dapat dimasukan sebagai pengembangan dari model ini antara lain: peta topografi gunung, gradien warna lava, volume lava yang mengalir dalam satu kali letusan dll, sehingga pemodellan ini benar-benar merepresentasikan kondisi aliran lava yang sebenarnya di alam.
28 DAFTAR PUSTAKA Vemuri, B.C., Cao, Y., Chen, L. (1998) Fast collision detection algorithms with applications to particle flow. Computer Graphics Forum, hal Hamdi, K., 2008, Implementasi Sistem Partikel Menggunakan Metoda Smoothed Particle Hydrodynamics (Sph) Untuk Simulasi Aliran Lava, ITB (Tesis) Har-Peled, Sariel (2008), Quadtrees Hierarchical Grids, Creative Commons, San Francisco, California., Black Body Radiation, WIKIPEDIA, 20 mei 2010, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Pengenalan Gunung Api, Departemen ESDM RI, , Differential Equations, Linear Equation Application. Lecturer Note mei 2010 Wojtowicz, M., 20 mei 2010 Negro, C. Del, Fortuna,L., Vicari,A., 2005, Modelling lava flows by Cellular Nonlinear Networks (CNN):preliminary results, Nonlinear Processes in Geophysics, 12, , 2005 Stora, D., Agiati, P.O., Cani, M.P., Neyret, F. & Gascuel, J.D., Animating lava flows. In Graphics Interface, pages , 1999, Paris. Wolfram, S., 1994, Cellular automata and complexity: collected papers. Reading, MA:Addison-Wesley.
Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga
Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang
BAB II TEORI DASAR 2.1 Besaran-besaran Fisis Batuan Sifat fisis struktur makro dari batuan dipengaruhi oleh bentuk struktur mikro batuan tersebut [Palciauskas et al., 1994]. Dua buah besaran fisis yang
Lebih terperinciBab 10. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika
Bab 10 MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika 10.2 Difusi Difusi Panas Energi panas ditransfer oleh konduksi panas di dalam atau antar objek di mana terdapat perbedaan suhu. Partikel atau kelompok partikel
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :
Pemodelan Penyebaran Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Mempawah Menggunakan Metode Cellular Automata Maria Sofiani a, Joko Sampurno a *, Apriansyah b a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,
Lebih terperinciMinggu 13. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika
Minggu 13 MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika 10.2 Difusi Difusi Panas Energi panas ditransfer oleh konduksi panas di dalam atau antar objek di mana terdapat perbedaan suhu. Partikel atau kelompok
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciAPLIKASI METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEMPERATUR KONDISI TUNAK
APLIKASI METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEMPERATUR KONDISI TUNAK APPLICATION OF CELLULAR AUTOMATA METHOD TO DETERMINATION OF STEADY STATE TEMPERATURE DISTRIBUTION Apriansyah 1* 1*
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xv DAFTAR
Lebih terperinciT E K N O S I M 2008 Khairul Hamdi, Emil Mauludi Husni dan Tunggal Mardiono. Abstrak
Implementasi Sistem Partikel Menggunakan Metoda Smoothed Particle Hydrodynamics (SPH) untuk Simulasi Aliran Lava Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No.10, Bandung
Lebih terperinciIMPLEMENTASII SISTEM PARTIKEL MENGGUNAKAN METODA SMOOTHED PARTICLE HYDRODYNAMICS UNTUK SIMULASI ALIRAN LAVA TESIS
IMPLEMENTASII SISTEM PARTIKEL MENGGUNAKAN METODA SMOOTHED PARTICLE HYDRODYNAMICS (SPH) UNTUK SIMULASI ALIRAN LAVA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciTEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI
TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI ARINI ROSA SINENSIS SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) NURUL HUDA 2017 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki
Lebih terperinciAngin Meridional. Analisis Spektrum
menyebabkan pola dinamika angin seperti itu. Proporsi nilai eigen mempresentasikan seberapa besar pengaruh dinamika angin pada komponen utama angin baik zonal maupun meridional terhadap keseluruhan pergerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panas merupakan suatu bentuk energi yang ada di alam. Panas juga merupakan suatu energi yang sangat mudah berpindah (transfer). Transfer panas disebabkan oleh adanya
Lebih terperinci2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.620, 2015 BAPETEN. Instalasi Nuklir. Aspek Kegunungapian. Evaluasi. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK
Lebih terperinciPenentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduyanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansyah b)
POSITRON, Vol. VI, No. 1 (1), Hal. 17 - ISSN : 1-9 Penentuan Distribusi Suhu pada Permukaan Geometri Tak Tentu Menggunakan Metode Random Walk Balduanus Yosep Godja a), Andi Ihwan a)*, Apriansah b) a Jurusan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang
Lebih terperinciGambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Resistance Spot Welding (RSW) atau Las Titik Tahanan Listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan plat yang disambung ditekankan satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan
Lebih terperinciSolusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)
Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) 1) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Tanjungpura 2)Program Studi Ilmu Kelautan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada salah satu cabang ilmu fisika yaitu kosmologi merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Kosmologi merupakan ilmu yang mengulas alam semesta beserta dinamikanya.
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK INSTALASI NUKLIR UNTUK ASPEK KEGUNUNGAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas, dengan komponen utamanya adalah metana (CH 4 ) yang merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya parameter dan banyaknya jenis mekanisme sumber yang belum diketahui secara pasti, dimana parameter tersebut ikut mempengaruhi pola erupsi dan waktu erupsi
Lebih terperinciMateri Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial
Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2013 Materi Bahasan Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial 2 1 Definisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar
BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer
Lebih terperinciBab IV Pemodelan dan Pembahasan
Bab IV Pemodelan dan Pembahasan 4.1. Pemodelan Self-potential Aliran fluida tunak, panas, listrik, dan kimia disimbolkan oleh J dapat dideskripsikan sebagai potensial gradient sebagai berikut : (3) Di
Lebih terperinciMEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA
MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola
Lebih terperinciBab IV Analisis dan Diskusi
Bab IV Analisis dan Diskusi IV.1 Hasil Perhitungan Permeabilitas Pemodelan Fisis Data yang diperoleh dari kelima model fisis saluran diolah dengan menggunakan hukum Darcy seperti tertulis pada persamaan
Lebih terperinciSimulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan
Lebih terperinciPengantar Automata Seluler
B 2 Pengantar Automata Seluler 2.1 Automata Seluler Dua Dimensi Pada umumnya, model penyebaran kebakaran hutan dibagi dalam dua tipe, yaitu model stokastik dan model deterministik. Model stokastik untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena konveksi merupakan fenomena akibat adanya perpindahan panas yang banyak teramati di alam. Sebagai contohnya adalah fenomena konveksi yang terjadi di
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) pertama kali muncul pada tahun 1858 ketika minyak mentah ditemukan oleh Edwin L. Drake di Titusville (IATMI SM STT MIGAS
Lebih terperinciGetaran Dalam Zat Padat BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Getaran atom dalam zat padat dapat disebabkan oleh gelombang yang merambat pada Kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digelombang yang digunakan dan dibandingkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Umum
1.1. Umum BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan ekonomi Indonesia yang cukup stabil setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena konveksi dapat dijumpai dalam banyak hal, seperti perubahan cuaca akibat konveksi gas pada atmosfer planet, dan peristiwa konveksi lapisan fluida inti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi panas merupakan salah satu wujud energi yang masuk ke dalam kategori energi kinetis dalam dunia fisika. Ketika suatu benda terbilang panas, benda tersebut mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan rumusan masalah Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang berbeda-beda, diantaranya mantel bumi dimana terdapat magma yang terbentuk akibat
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir - Juli 2013
Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN CRANK-NICHOLSON COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.
BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PRODUK 4.1.1 Fenomena dan penyebab terjadinya case hardening Pada proses pengeringan yang dilakukan oleh penulis khususnya pada pengambilan data
Lebih terperinciBAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI
BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai
Lebih terperinciAnalisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi
Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi Simon Sadok Siregar 1), Suryajaya 1), dan Muliawati 2) Abstract: This research is conducted by using physical model
Lebih terperinciKlasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)
Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Didasarkan pada tinjauan tertentu, aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Dalam ulasan ini, fluida yang lebih banyak dibahas
Lebih terperinciINFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN
INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut
Lebih terperinciSTUDI MODEL NUMERIK KONDUKSI PANAS LEMPENG BAJA SILINDRIS YANG BERINTERAKSI DENGAN LASER NOVAN TOVANI G
1 STUDI MODEL NUMERIK KONDUKSI PANAS LEMPENG BAJA SILINDRIS YANG BERINTERAKSI DENGAN LASER NOVAN TOVANI G74104018 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi
BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan
Lebih terperinciPengaruh Temperatur terhadap Pembentukan Vorteks pada Aliran Minyak Mentah dengan Metode Beda Hingga
Pengaruh Temperatur terhadap Pembentukan Vorteks pada Aliran Minyak Mentah dengan Metode Beda Hingga Yuant Tiandho1,a), Syarif Hussein Sirait1), Herlin Tarigan1) dan Mairizwan1) 1 Departemen Fisika, Fakultas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan
Lebih terperinciKonsep Dasar Pendinginan
PENDAHULUAN Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi (pendingin) merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin penyegaran udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai
Lebih terperinciSoal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut
Lebih terperinciMATA KULIAH ANALISIS NUMERIK
BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS NUMERIK Oleh: M. Muhaemin Muhammad Saukat JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2009 Bahan Ajar Analisis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga tercapainya kesetimbangan
Lebih terperinciV. INTERPRETASI DAN ANALISIS
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciMETODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL
METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan tahap sarjana pada
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini lahan untuk pembangunan gedung yang tersedia semakin lama semakin sedikit sejalan dengan bertambahnya waktu. Untuk itu, pembangunan gedung berlantai banyak
Lebih terperinciPengantar Oseanografi V
Pengantar Oseanografi V Hidro : cairan Dinamik : gerakan Hidrodinamika : studi tentang mekanika fluida yang secara teoritis berdasarkan konsep massa elemen fluida or ilmu yg berhubungan dengan gerak liquid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan
Lebih terperinciMAKALAH KOMPUTASI NUMERIK
MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK ANALISA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA SIRKULAR DAN PIPA SPIRAL UNTUK INSTALASI SALURAN AIR DI RUMAH DENGAN SOFTWARE CFD Oleh : MARIO RADITYO PRARTONO 1306481972 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi perangkat mikro berkembang sangat pesat seiring meningkatnya teknologi mikrofabrikasi. Aplikasi perangkat mikro diantaranya ialah pada microelectro-mechanical
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gelombang laut merupakan fenomena menarik dan merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gelombang laut merupakan fenomena menarik dan merupakan salah satu komponen yang perlu diperhatikan dalam mendesain suatu bangunan laut. Gelombang laut memiliki sifat
Lebih terperinciTRANSFER MOMENTUM FLUIDA DINAMIK
TRANSFER MOMENTUM FLUIDA DINAMIK Fluida dinamik adalah fluida dalam keadaan bergerak atau mengalir. Syarat bagi fluida untuk mengalir adalah adanya perbedaan besar gaya antara dua titik yang dijalani oleh
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan Langkah awal dalam penelitian ini adalah mencari dan mengumpulkan sumbersumber seperti: buku, jurnal atau penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian.
Lebih terperinciSIMULASI TUMBUKAN PARTIKEL GAS IDEAL DENGAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DUA DIMENSI
Jurnal Neutrino Vol., No. April 00 SIMULASI TUMBUKAN PARTIKEL GAS IDEAL DENGAN MODEL CELLULAR AUTOMATA DUA DIMENSI Annisa Mujriati (), Abdul Basid () Abstrak : Telah dilakukan simulasi tumbukan partikel
Lebih terperinciDistribusi Temperatur Pada Microwave menggunakan Metode CFD
Distribusi Temperatur Pada Microwave menggunakan Metode CFD Rosyida Permatasari1, a *, M. Sjahrul Annas2,b, Bobby Ardian3,c Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 1 Grogol Jakarta Indonesia a prosyida@yahoo.com,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model
Lebih terperinciBAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR
BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR Tujuan Intruksional Umum (TIU) Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konsep mekanika fluida, teori hidrostatika dan hidrodinamika. Tujuan Intruksional
Lebih terperinciBAB 50. Pengantar Ekologi dan Biosfer. Suhu Suhu lingkungan. dalam pesebaran. membeku pada suhu dibawah 0 0 C,dan protein.
BAB 50 Pengantar Ekologi dan Biosfer Faktor abiotik dalam Biosfer Iklim dan faktor abotik lainnya adalah penentu penting persebaran organisme dalam biosfer lingkungan merupakan faktor penting dalam pesebaran
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANAS DAN MASSA
DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciSOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus
Lebih terperinciSIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)
SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI Dian Savitri *) Abstrak Gerakan air di daerah pesisir pantai merupakan kombinasi dari gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1980-an para peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spasial maupun temporal. Kenaikan temperatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Material baja pada struktur baja juga tersedia dalam berbagai jenis ukuran
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Struktur baja telah banyak digunakan di seluruh pelosok dunia untuk perencanan suatu bangunan. Struktur baja menjadi salah satu pilihan terbaik dalam sudut pandang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun
Lebih terperinciKALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.
KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda
Lebih terperinci/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.
/BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air (PBI-2,1971). Seiring dengan penambahan umur, beton akan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul
Lebih terperinciPEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu
BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dewasa ini sangat mempengaruhi jumlah ketersediaan sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yang ada di permukaan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciKALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
KALOR A. Pengertian Kalor Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda
Lebih terperinciDitemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744
A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. serta menggambarkan kasus uji coba yang digunakan Fluida fase tunggal dalam D3Q19
BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Analisa Objek Bagian berikut membahas keadaan sel, gaya, dan massa pada simulasi serta menggambarkan kasus uji coba yang digunakan. 3.1.1 Fluida fase tunggal dalam D3Q19 Ilustrasi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia yang 75% luas wilayahnya merupakan lautan memiliki potensi kekayaan yang tak ternilai. Oleh karenanya diperlukan perhatian serta penanganan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Schieferdecker (1959) maar adalah suatu cekungan yang umumnya terisi air, berdiameter mencapai 2 km, dan dikelilingi oleh endapan hasil letusannya.
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah : Fisika Kode/SKS : FIS 100 / 3 (2-3) Deskrisi : Mata Kuliah Fisika A ini diberikan untuk mayor yang berbasis IPA tetapi tidak memerlukan dasar fisika yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manometer Manometer adalah alat untuk mengukur tekanan fluida. Manometer tabung bourdon adalah instrument yang digunakan untuk mengukur tekanan fluida (gas atau cairan) dalam
Lebih terperinciBAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI
II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi selalu memainkan peranan penting dalam perkembangan hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat. Contohnya, bahan bakar kayu telah digunakan
Lebih terperinciFORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI
BAB VI FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI VI.1 Pendahuluan Sebelumnya telah dibahas pengetahuan mengenai konversi reaksi sintesis urea dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersumber dari ledakan besar gunung berapi atau gempa vulkanik, tanah longsor, atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tsunami Tsunami biasanya berhubungan dengan gempa bumi. Gempa bumi ini merupakan proses terjadinya getaran tanah yang merupakan akibat dari sebuah gelombang elastis yang menjalar
Lebih terperinciMEKANIKA FLUIDA BAB I
BAB I I.1 Pendahuluan Hidraulika berasal dari kata hydor dalam bahasa Yunani yang berarti air. Dengan demikian ilmu hidraulika dapat didefinisikan sebagai cabang dari ilmu teknik yang mempelajari prilaku
Lebih terperinci