Bab IV Pemodelan dan Pembahasan
|
|
- Susanti Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab IV Pemodelan dan Pembahasan 4.1. Pemodelan Self-potential Aliran fluida tunak, panas, listrik, dan kimia disimbolkan oleh J dapat dideskripsikan sebagai potensial gradient sebagai berikut : (3) Di mana adalah gradient potensial dan L adalah sifat material, seperti konduktivitas hidrolik atau konduktvitas listrik. Berdasarkan teori resiprokal Onsager (Onsager, 1931), total arus listrik yang mengalir per unit area J (A/m 2 ) yang disebabkan oleh listrik dan gradient hidrolik dapat digambarkan pada persamaan di bawah ini. (4) Di mana = konduktivitas cross-coupling tekanan (A/Pa m) P σ = tekanan (Pa) = konduktivitas listrik (ohm/m) = potensial listrik (V) Persamaan di atas (4) dapat juga dituangkan dalam konsep medan kecepatan fluida dan cross-coupling kecepatan menjadi persamaan sebagai berikut ini. (5) = konduktivitas cross-coupling kecepatan (A s/m 3 ) u = medan kecepatan (m/s) -E = = medan listrik (V/m) 50
2 Konduktivitas cross-coupling kecepatan dalam arah aliran horizontal 1 dimensi dapat dikonversi dari konduktivitas cross-coupling tekanan dengan konduktivitas hidrolik K (Sill, 1982). Di mana hubungan yang digunakan, yaitu L v = L p /K. Pada medium di mana tidak terdapat sumber arus eksternal seperti elektroda arus, divergensi dari arus total adalah nol;. Dengan melakukan divergensi pada persamaan 5, maka arus S yang disebabkan oleh aliran fluida dapat diekspresikan sebagai berikut : (4) Persamaan 4 di atas memperlihatkan bahwa sumber potensial listrik terjadi apabila pada sumber tersebut terjadi perubahan konduktivitas cross-coupling, pada arah aliran, atau dapat disebabkan juga karena adanya pemompaan buatan. Sehingga divergensi aliran fluida tidak bernilai nol,. Apabila pemompaan buatan tidak terjadi, divergensi kecepatan tidak akan bernilai nol. Hal itu terjadi hanya pada daerah yang mengalami perubahan permeabilitas. Sebagai konsekuensinya, untuk aliran alami bawah permukaan, sumber potensial terjadi hanya pada daerah di mana permeabilitas dan atau L v berubah. Dengan diketahui medan kecepatan, persamaan 4 dapat dipergunakan untuk menghitung sumber potensial titik di setiap titik. Dalam pemodelan self-potential untuk sistem hidrotermal Kawah Domas ini program yang digunakan adalah program yang di buat oleh Sufyana (2008). Di mana program yang dibuat di sini menggunakan Matlab yang berbasiskan pada finite difference. Adapun diagram alur program tersebut adalah sebagai berikut : 51
3 Gambar IV.1 Diagram alur program pemodelan self-potential (Sufana, 2008) Dalam penentuan kecepatan aliran fluida, program yang digunakan adalah program Comsol Multiphysics. Di mana asumsi yang digunakan adalah bahwa self-potential memilikii tingkat sensitivitas terhadap pola kecepatan Darcy (Revil, 2008). Pola kecepatan Darcy dituangkan dalam persamaan berikut ini. (7) Dengan u = kecepatan Darcy = keberadaan tekaanan di atas atau di bawah level hidrostatik 52
4 = rapat massa fluida (Kg m -3 ) g = kecepatan gravitasi (m s -2 ) Dengan memecahkan persamaan pada persamaan (7) dengan melibatkan syarat batas pada sisi-sisi geometri, maka akan didapatkan distribusi nilai medan kecepatan Darcy. Sehingga nilai u x (kecepatan aliran fluida dalam arah x) dan u y (kecepatan aliran fluida dalam arah y) dapat diketahui dan dapat digunakan dalam input program pemodelan self-potential Pembahasan Hasil yang diperoleh dari bab III yaitu data yang berupa kontur dari elevasi, selfpotential, suhu permukaan, dan emisi gas CO 2. Apabila kontur tersebut di komparasi satu sama lainnya, maka akan tampak seperti gambar di bawah ini. 53
5 Gambar IV.2 Komparasi kontur elevasi, self-potential, temperatur permukaan dan emisi gas CO 2 Dari kontur pada Gambar IV.2 memperlihatkan adanya korelasi positif antara selfpotential, suhu permukaan, dan emisi gas CO 2. Pada daerah yang terdapat manifestasi hidrotermal dipermukaan, pada kontur-kontur tersebut ditandai dengan nilai emisi gas CO2 yang tinggi, suhu permukaan yang tinggi, dan anomali self-potential yang mendekati nilai ke arah positif (data self-potential sebelum dilakukan koreksi topografi). 54
6 Rentang nilai dari kontur-kotur di atas adalah sebagai berikut : - elevasi (1524 m hingga 1816 m di atas permukaan laut) - self-potential sebelum dilakukan koreksi topografi (-50 mv hingga 140 mv) - self-potential setelah dilakukan koreksi topografi (-20 mv hingga 320 mv) - suhu permukaan (16 o C hingga 52 o C) - emisi gas CO 2 (0 % hingga 70%). Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam maka kontur-kontur tersebut di slicing, lalu disusun satu sama lainnya dengan profil 2D DC resistivity. Adapun slicing yang akan ditampilkan, yaitu slicing dari line 1, line 2, line 3 dan line 4. 55
7 Gambar IV.3a. Komparasi data elevasi, self-potential, temperatur permukaan, emisi gas CO 2, dan 2D DC resistivity line 1 56
8 Pada Gambar IV.3a memperlihatkan komparasi dari semua data pada line 1 yang berorientasikan selatan-utara (1-1 ). Pada bagian sebelah utara data, nilai selfpotential sebelum dilakukan koreksi topografi, nilai self-potential mengalami penurunan. Sedangkan dari grafik elevasi nilainya cenderung menurun jaga. Hal ini mengindikasikan bahwa pada bagian sebelah utara, nilai self-potential tidak mengalami gangguan dari efek topografi yang cukup signifikan tetapi lebih didominasi oleh altivitas hidrotermal. Setelah dilakukan koreksi topografi, nilai self-potential masih mengalami penurunan di bagian utara namun dari segi amplitudo self-potential mengalami kenaikan. Apabila dikorelasikan dengan data suhu permukaan dan emisi gas CO 2, ternyata nilai suhu permukaan dan emisi gas CO 2 mengalami kenaikan. Sedangkan apabila dilihat dari data profil 2D DC resistivity pada bagian utara line 1 terdapat nilai resistivitas yang sangat kecil, bernilai antara 1 ohm.m hingga 10 ohm.m. Bagian ini dapat diindikasikan sebagai daerah yang telah mengalami alterasi. Penurunan nilai self-potential dan kenaikan suhu permukaan, dan emisi gas CO 2 di permukaan ditandai dengan adanya sumber mata air panas dan juga adanya uap air panas dalam debit yang sangat besar. Selain itu pada daerah tersebut terdapat banyaknya zona rekahan yang terisi oleh fluida (fumarol), yang menyebabkan nilai self-potential turun, sedangkan suhu permukaan, dan emisi gas CO 2 mengalami kenaikan. 57
9 Gambar IV.3b. Komparasi data elevasi, self-potential, temperatur permukaan, emisi gas CO2, dan 2D DC resistivity line 2. 58
10 Gambar IV.3b memperlihatkan komparasi data line 2 yang berorientasikan selatanutara (2-2 ). Pada line 2 ini daerah yang sangat menarik untuk dianalisa, yaitu pada daerah yang berjarak 200 m dari titik acuan. Daerah ini memiliki nilai self-potential yang turun sedangkan suhu permukaan dan emisi gas CO 2 yang nilainya naik. Apabila dilihat dari profil 2D DC resistivity, pada line 2 tersebut sudah termasuk pada daerah kawah, di mana dari nilai resistivitas bekisar antara 1 ohm.m hingga 15 ohm.m. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa di daerah tersebut sudah terjadi alterasi. Nilai self-potential yang turun, suhu permukaan dan emisi gas CO 2 yang mengalami kenaikan, apabila di korelasikan dengan kondisi di lapangan yang merupakan daerah dengan permeable tinggi di mana pada daerah tersebut terdapat solfatara dan fumarol. 59
11 Gambar IV.3c. Komparasi data elevasi, self-potential, tempertur permukaan, emisi gas CO2 dan 2D DC resistivity line 3. 60
12 Pada Gambar IV.3c. merupakan profil data line 3 yang berorientasikan barat-timur (3-3). Nilai self-potential mengalami kenaikan sedangkan elevasi mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya kontribusi topografi yang menghasilkan nilai self-potential mengalami kenaikan sehingga diperlukan koreksi topografi. Adapun besar nilai koreksi untuk line 3 ini sebesar mv/m. Hasil koreksi topografi tersebut menghasilkan self-potential mengalami penurunan sedangkan suhu permukaan dan emisi gas CO 2 mengalami kenaikan pada daerah sebelah barat. Penurunan nilai self-potential dan kenaikan nilai suhu permukaan dan emisi gas CO 2 tersebut apabila dikorelasikan dengan kondisi dilapangan, yaitu dikarenakan pada bagian barat line 3 terdapat banyak manifestasi panas bumi, seperti uap air panas dan fumarol. Hal ini yang banyak memiliki kontribusi dalam menurunkan nilai selfpotential dan menaikkan suhu permukaan, dan emisi gas CO 2. Namun apabila dilihat dari profil data 2D DC resisitivity, ada bagian yang sangat resistif terutama pada bagian yang paling bawah. Apabila dilihat dari error yang dicantumkan pada bab III, ternyata error dari profil resistivitas line 3 ini sebesar %. Sehingga data ini tidaklah valid untuk digunakan. Error yang besar ini disebabkan karena pada proses akuisisi arus yang diijeksikan terlalu kecil, sehingga nilai resistivitas semu yang terbaca sangatlah besar. Proses tersebut terjadi karena adanya kesalahan dalam proses setting pada alat geolistrik multichannel. Oleh sebab itu, ini menjadi pelajaran agar pada proses setting pada alat geolistrik multichannel perlu diperhatikan sebaik mungkin. Selain itu jumlah datum yang sedikit (yang layak untuk diolah) menyebabkan proses inversi tidak begitu smooth. Sehingga korelasi antar datum sangat kecil dan error yang dihasilkan menjadi besar sekali. Meskipun proses iterasi dilakukan standar sekitar 19 iterasi. 61
13 Gambar IV.3d. Komparasi data elevasi, self-potential, tempertur permukaan, emisi gas CO2 dan 2D DC resistivity line 4. 62
14 Profil data line 4 memiliki orientasi barat-timur (4-4). Pada jarak 100 m dari titik acuan nilai self-potential mengalami kenaikan tetapi elevasi mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan koreksi topografi. Adapun besar koreksi tersebut sebesar mv/m. Hasil koreksi tersebut menyebabkan nilai amplitudo self-potential sebelah barat mengalami kenaikan sedangkan amplitude sebelah timur mengalamiu penurunan. Pada profil data tersebut terdapat 2 daerah yang sangat menarik, yaitu pada daerah bagian barat dan bagian timur dari data suhu permukaan dan emisi gas CO2. Nilai pada daerah barat dan timur memiliki kenaikan, sedangkan dari data self-potential kecenderungan nilainya memiliki nilai yang kemenerusannya mengikuti kecenderungan elevasinya. Apabila dikorelasikan dengan kondisi di lapangan, ternyata di bagian sebelah barat terdapat fumarol dan solfatar. Sedangkan pada bagian timur terdapat sumber mata air panas dengan debit yang sangat kecil dan juga ditemukan daerah fumarol dan solfatar dengan debit yang kecil. Meskipun dari data suhu permukaan dan emisi gas CO 2 nilainya tinggi, tetapi dari self-potential nilainya tidak mengikuti pola suhu permukaan dan emisi gas CO 2. Hal ini ada kemungkinan karena aliran arus fluida pada bagian timur, tidak sebesar pada bagian utara. Dari profil data 2D DC resistivity, sebagian besar profil tersebut didominasi oleh resistivitas yang bernilai 1 ohm.m hingga 20 ohm.m. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut sudah mengalami proses terarterasi. Dari hasil pengukuran ph sumber mata air panas di kawasan Kawah Domas dan sekitarnya, ternyata dapat dikategorikan sebagai sumber mata air asam. Di mana sumber mata air panas ini banyak mengadung H 2 S. Dengan kata lain, pada daerah tersebut konsentrasi H 2 S cukuplah tinggi. H 2 S yang keluar ke permukaan melalui 63
15 daerah rekahan akan beroksidasi dengan udara luar, sehingga akan membentuk H 2 SO 4 dan akan bereaksi dengan tanah di permukaan yang ada disekitarnya. Hasil reaksi tersebut menjadikan tanah menjadi teralterasi. Apabila dilihat di lapangan banyak sekali daerah alerasi, terutama yang dekat dengan sumber mata air panas. Secara umum, dari data yang telah disajikan pada profil data line 1, 2, 3 dan 4 bahwa pada daerah kawasan Kawah Domas lebih banyak didominasi oleh daerah alterasi hidrotermal, yang diindikasikan dengan rentang resistivitas antara 1 ohm.m 10 ohm.m. Hal ini disebabkan karena adanya perpindahan kapasitas kation dari mineral lempung atau zeolit (Revil, 2002). Nilai emisi gas CO 2 dan temperatur yang tinggi mengindikasikan adanya daerah rekahan, di mana daerah tersebut berkaitan dengan jalan keluarnya fluida dari bawah permukaan ke permukaan, akibat aktivitas sistem hidrotermal bawah permukaan (Revil 2008). Selain itu, nilai self-potential yang rendah dibandingan nilai di sekitarnya dan berkorelasi negatif dengan nilai temperatur serta CO 2 mengindikasikan bahwa pada daerah tersebut terdapat aliran fluida dari bawah permukaan yang dipengaruhi oleh panas dari bawah permukaan. Adapun efek yang memengaruhi rendahnya nilai selfpotential pada daerah tersebut adalah efek elektrokinetik. Efek tersebut berasosiasi dengan aliran fluida pada lapisan akuifer untuk membawa muatan positif. Sumber arus positif berada pada zona transisi cair dan uap. Karena efek elektrokinetik berhenti pada fasa uap, maka anomali self-potential dapat terukur dipermukaan melalui celah atau daerah rekahan (Hase, 2005). Pemodelan self-potential untuk struktur dangkal Kawah Domas diambil berdasarkan data resistivitas dari line 4. 64
16 Gambar IV.4. Profil resistivitas 2D DC resistivity line 4 untuk pemodelan self-potential Berdasarkan nilai resistivitas pada profil 2D resistivity line 4, satuan material yang digunakan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu fractured lava tipe 1 dengan nilai resistivitas berkisar ohm.m, fractured lava tipe 2 dengan nilai resistivitas ohm.m, dan altered clay yang berkisar 1-10 ohm.m. Data resistivitas ini digunakan juga dalam menentukan nilai permeabilitas dan Lv (konduktivitas cross-coupling) melalui hubungan interpolasi terhadap data yang digunakan oleh Yasukawa (2003). Tabel 2. Material gunung api Kawah Domas pada profil 2D DC resistivity line 4 Material Resistivitas (ohm.m) Permebilitas (m 2 ) Lv (ma s/m3) fractured lava tipe x x fractured lava tipe x x altered clay x x Adapun skema pemodelan self-potential tersebut adalah sebagai berikut : 65
17 Gambar IV.5. Skema pemodelan self-potential Dari pemodelan software Comsol Multiphysics, didapatkan profil kontur medan kecepatan sebagai berikut : Gambar IV.6. Profil pemodelan medan kecepatan dengan menggunakan Comsol Multiphysics 66
18 Pemodelan yang dilakukan pada Comsol Multiphysics adalah untuk mendapatkan nilai kecepatan air tanah pada arah x dan y. Besar nilai kecepatan arah x dan y tersebut kemudian dijadikan input untuk program pemodelan self-potential. Adapun profil dari hasil pemodelan self-potential tersebut adalah sebagai berikut : Gambar IV.7a. Profil pemodelan self-potential pada line 4 Gambar IV.7b. Profil pemodelan rapat arus pada line 4 67
19 Dengan menggunakan persamaan : (8) Di mana N = jumlah data = nilai self-potential terukur = nilai self-potential pada model Nilai RMS dari model tersebut, yaitu sekitar 40%. Angka ini menunjukan bahwa selisih nilai antara self-potential terukur dengan model sangat jauh. Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah sebagai berikut ini. 1. Adanya kemungkinan nilai permeabilitas yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. 2. Nilai konduktivitas cross-coupling yang digunakan tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. 3. Pemakaian syarat batas yang tidak tepat penempatannya dan juga besar dari syarat batas yang digunakannya, baik pada program pemodelan kecepatan aliran air maupun pada program pemodelan self-potential. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan model yang sesuai maka perlu dilakukan pengambilan sampel di lapangan, guna dianalisa nilai permeabilitas dan konduktivitas cross-coupling. Selain itu, perlu adanya modifikasi syarat batas yang disesuaikan dengan kondisi eksisting di lapangan. 68
Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data
Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1. Akuisisi Data 3.1.1. Kawah Domas Kawah Domas merupakan salah satu dari sekumpulan kawah yang ada di Gunung Tangkuban Perahu. Berdasarkan data GPS, Kawah Domas
Lebih terperinciTESIS. ADHITYA SUMARDI SUNARYA NIM : Program Studi Fisika
PEMODELAN SELF-POTENTIAL UNTUK INVESTIGASI STRUKTUR DANGKAL BAWAH PERMUKAAN DAERAH VULKANIK STUDI KASUS KAWAH DOMAS GUNUNG TANGKUBAN PERAHU-JAWA BARAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 metode geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Dimana kedua metode tersebut saling mendukung, sehingga
Lebih terperinciBab II Teori Dasar Self-potential
Bab II Teori Dasar Transfer energi dan panas pada gunung api aktif memiliki peranan yang sangat penting dalam mengontrol gunung api, yang dikaitkan dengan keadaan sistem hidrotermal pada gunung tersebut.
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi
BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan
Lebih terperinciBAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS
BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pengolahan dan interpretasi data geofisika untuk daerah panas bumi Bonjol meliputi pengolahan data gravitasi (gaya berat) dan data resistivitas (geolistrik)
Lebih terperinciPotensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.
Lebih terperinciMetode Geolistrik (Tahanan Jenis)
Metode Geolistrik (Tahanan Jenis) Kata kunci : Pemodelan Inversi, Resistivitas, Tahanan Jenis. Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang mempelajari sifat kelistrikan di bawah permukaan Bumi untuk
Lebih terperinciPENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE
PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE Try Fanny Poerna Maulana 115.140.058 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan
Lebih terperinciBAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi
BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi Metode geologi yang dipakai adalah analisis peta geologi regional dan lokal dari daerah penelitian. Untuk peta geologi regional, peta yang dipakai adalah peta geologi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Pengolahan Data 1 Dimensi Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data terhadap 21 titik pengamatan yang tersebar pada tiga lintasan, yaitu Lintasan 1, Lintasan 2 dan
Lebih terperinciAbstrak
PENENTUAN KARAKTERISTIK ENDAPAN MINERAL LOGAM BERDASARKAN DATA INDUCED POLARIZATION (IP) PADA DAERAH PROSPEK CBL, BANTEN Wahyu Trianto 1, Adi Susilo 1, M. Akbar Kartadireja 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Kelistrikan Suatu Batuan Sifat kelistrikan yang terdapat di bumi dapat dimanfaatkan untuk membantu penelitian geolistrik. Aliran arus listrik di dalam
Lebih terperinciANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA
ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA Muh. Taufik Dwi Putra ˡ, Syamsuddin ˡ, Sabrianto Aswad ˡ. Program
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geologi Daerah Penelitian Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N. Ratman dan S. Gafoer. Tahun 1998, sebagian besar berupa batuan gunung api,
Lebih terperinciGambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data apparent resistivity dan apparent chargeability dengan menggunakan perangkat lunak Res2dInv dan Rockwork 15 sehingga
Lebih terperinciPROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2009 PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
47 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kajian Pendahuluan Berdasarkan pada peta geohidrologi diketahui siklus air pada daerah penelitian berada pada discharge area ditunjukkan oleh warna kuning pada peta,
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan lokal. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut.
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung mulai dari Hulu sampai hilir. Lokasi Penelitian meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor dan Kota Administratif
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN
BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN III.1 Teori Dasar III.1.1 Sistem Panasbumi Sistem geotermal merupakan sistem perpindahan panas dari sumber panas ke permukaan melalui proses konveksi air meteorik
Lebih terperinciBAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI
BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI 4.1 Hilang Panas Alamiah Besar potensi panas bumi dapat diperkirakan melalui perhitungan panas alamiah yang hilang melalui keluaran manifestasi panas bumi (natural heat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem panas bumi umumnya berkembang pada daerah vulkanik dan non vulkanik. Seting tektonik Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan aktif menjadikan Indonesia
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT
BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT 4.1 Tinjauan Umum Manifestasi permukaan panas bumi adalah segala bentuk gejala sebagai hasil dari proses sistem panasbumi
Lebih terperinciIdentifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)
Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data geolistrik resistivitas dengan menggunakan perangkat lunak AGI EARTH IMAGER 3D sehingga diperoleh penampang resistivitas
Lebih terperinciPENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV
PENGGAMBARAN PSEUDOSECTION BAWAH PERMUKAAN DARI SUATU PROSES EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN PROGRAM RES2DINV Teguh Suroso, Tony Yulianto, Gatot Yuliyanto Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika
Lebih terperinciGEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata
GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI Satria Kinayung 1, Darsono 1, Budi Legowo 1 ABSTRAK. Telah
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR
BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume
Lebih terperinciMAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH 1. Tutik Annisa (H1E007005) 2. Desi Ari (H1E00700 ) 3. Fatwa Aji Kurniawan (H1E007015) 4. Eri Widianto (H1E007024) 5. Puzi Anigrahawati
Lebih terperinciBAB II Perkembangan Geolistrik
BAB II Perkembangan Geolistrik II.1. Metoda Geolistrik Studi medan listrik dan arus dalam bumi masih tergolong disiplin ilmu geofisika yang muda. Meskipun demikian, metoda geolistrik pada geologi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah Indonesia. Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan industri di Indonesia yang bertambah
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN
BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN 6. 1 Hilang Panas Alamiah Dalam penentuan potensi panas bumi disuatu daerah diperlukan perhitungan kehilangan panas alamiah. Hal ini perlu dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2016 sampai dengan Juni 2016. Lokasi pengambilan data berada di Kecamatan Karangdowo Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA
BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA IV.1 TINJAUAN UMUM Pengambilan sampel air dan gas adalah metode survei eksplorasi yang paling banyak dilakukan di lapangan geotermal.
Lebih terperinciINVERSI 1-D PADA DATA MAGNETOTELLURIK DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE OCCAM DAN SIMULATED ANNEALING
Inversi 1-D... INVERSI 1-D PADA DATA MAGNETOTELLURIK DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE OCCAM DAN SIMULATED ANNEALING R. Aldi Kurnia Wijaya 1), Ayi Syaeful Bahri 1), Dwa Desa Warnana 1), Arif Darmawan 2)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.
BAB II TINJAUAN GEOLOGI 2.1. Struktur Geologi Proses terjadinya sumber panas bumi di Indonesia merupakan hasil dari interaksi tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan
Lebih terperinciMODUL METODE MAGNETOTELLURIK
MODUL METODE MAGNETOTELLURIK Asnin Nur Salamah, Rizandi Gemal Parnadi, Heldi Alfiadi, Zamzam Multazam, Mukhlis Ahmad Zaelani, Nanda Tumangger, Surya Wiranto Jati, Andromeda Shidiq 10210045, 10210001, 10210004,
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG
APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) merupakan bagian dari rangkaian gunung api aktif di Pulau Jawa yang berada di bagian selatan ibukota Surabaya, Jawa Timur.
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA
BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA 3.1 Data Geokimia Seperti yang telah dibahas pada bab 1, bahwa data kimia air panas, dan kimia tanah menjadi bahan pengolahan data geokimia untuk menginterpretasikan
Lebih terperinciBAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI
BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan kemajuan suatu negara, bilamana suatu negara kekurangan energi maka akan memperlambat perkembangan kemajuan
Lebih terperinciBab IV Sistem Panas Bumi
Bab IV Sistem Panas Bumi IV.1 Dasar Teori Berdasarkan fluida yang mengisi reservoir, sistem panas bumi dibedakan menjadi 2, yaitu sistem panas bumi dominasi air dan sistem panasbumi dominasi uap. 1. Sistem
Lebih terperinciBAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI
Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI IV.1 Kehilangan Panas Alamiah Dalam penentuan potensi panas
Lebih terperinciPEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak
PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO Eko Minarto* * Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Akuisisi Data Mulai Pengukuran Resistivitas Pengukuran
Lebih terperinciV. INTERPRETASI DAN ANALISIS
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena
Lebih terperinci8.4 Self-potential (SP) method Introduction
8.4 Self-potential (SP) method 8.4.1 Introduction Self potensial adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang di
Lebih terperinciPendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)
Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP) Ariski Juli Pramana 1 ; Muhammad Akbar K. S.Si. 2, Dr. Sunaryo, S.Si.M.Si. 3 (1) Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi temperatur tinggi yang berkaitan dengan gunung api (Layman, 2002). Sistem panas bumi ini dapat dibagi
Lebih terperinciPENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN
PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN Syamsuddin1, Lantu1, Sabrianto Aswad1, dan Sulfian1 1 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor adalah tingkat ketebalan tanah yang tinggi dengan kekuatan antar material yang rendah. Salah satu pembentuk
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN Eka Ayu Tyas Winarni 1, Darsono 1, Budi Legowo 1 ABSTRAK. Identifikasi
Lebih terperinciMETODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER
METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER Pribadi Mumpuni Adhi, Almas Hilman Muhtadi, Panji Achmari, Zamzam Ibnu Sina, Iwan Jaya Aziz, Petrus Fajar Subekti 00, 00, 000, 00, 00, 000 Program Studi Fisika,
Lebih terperinciYoungster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 41-48
INTERPRETASI POLA ALIRAN FLUIDA PANASBUMI MENGGUNAKAN METODE SPONTANEOUS-POTENTIAL (SP) DAN SUHU PERMUKAAN DANGKAL PADA SISTEM PANASBUMI PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES Yayan Yuliananto dan Agus Setyawan Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panas bumi (Geotermal) adalah sumber daya alam berupa air panas atau uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah permukaan oleh
Lebih terperincie-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika
STUDI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER (Study kasus Stadion Universitas Brawijaya, Malang) ABSTRAK: Arif Rahman Hakim 1, Hairunisa 2 STKIP
Lebih terperinciMETODE EKSPERIMEN Tujuan
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER NURFAIZAH AMATILLAH IMTISAL (1127030055) FISIKA SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2014 Email : nurfaizah.ifa@gmal.com
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Sambengwetan Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dan Laboratorium Fisika Eksperimen MIPA Unsoed pada bulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Data geomagnet yang dihasilkan dari proses akusisi data di lapangan merupakan data magnetik bumi yang dipengaruhi oleh banyak hal. Setidaknya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam pencapaian tujuan. Berikut adalah gambar diagram alir dalam menyelesaikan penelitian ini: Data lapangan (AB/2, resistivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,
Lebih terperinciAKUISISI DATA SELF POTENTIALS (SP) UNTUK MENENTUKAN KEDALAMAN POTENSI MASSIVE SULFIDA DI DESA BABAN KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI.
AKUISISI DATA SELF POTENTIALS (SP) UNTUK MENENTUKAN KEDALAMAN POTENSI MASSIVE SULFIDA DI DESA BABAN KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh HANGGA LEVI LINDA MAWAR DANI NIM 041810201073 JURUSAN FISIKA
Lebih terperinciDETEKSI ALIRAN AIR DALAM MEDIA PORI PEMODELAN FISIK DENGAN METODE SELF-POTENSIAL ABSTRAK
DETEKSI ALIRAN AIR DALAM MEDIA PORI PEMODELAN FISIK DENGAN METODE SELF-POTENSIAL 1,3 Muhammad Hamzah, S., 1 Djoko, S., 1 Wahyudi, W.P., 2 Budi, S. 1 Department Geophysics Engineering ITB, 2 Department
Lebih terperinciPEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY
20 ISSN 0854-2554 PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY Wrego Seno Giamboro 1, Wahyu Hidayat 1 1 Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tambang bawah tanah adalah salah satu metoda penambangan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tambang bawah tanah adalah salah satu metoda penambangan yang dapat digunakan pada penambangan bijih. Sistem penambangan bawah tanah memerlukan pengelolaan yang lebih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III 1.1. Lokasi METODE PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di kecamatan Bekasi Utara yang mempunyai letak geografis 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan, kemiringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas (Au) telah dimanfaatkan sejak era prasejarah sebagai mineral ekonomis yang bernilai tinggi. Mineral emas dianggap berharga karena kilauan cahaya yang dipantulkan
Lebih terperinciPemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 3, NOMOR JUNI 007 Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko Eko Minarto Laboratorium Geofisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan energi di Indonesia khususnya energi listrik semakin berkembang. Energi listrik sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
Lebih terperinciSURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung
SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT Muhammad Kholid, Harapan Marpaung KPP Bawah Permukaan Pengukuran Magnetotelurik (MT) telah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Daerah penelitian terletak di Bukit Indah, Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Jambu Ciwidey, Kabupaten Bandung. Jumlah lintasan dalam penelitian
Lebih terperinciMETODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL
METODE BEDA HINGGA DALAM PENENTUAN DISTRIBUSI TEKANAN, ENTALPI DAN TEMPERATUR RESERVOIR PANAS BUMI FASA TUNGGAL TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan tahap sarjana pada
Lebih terperinciBAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching
BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching Penampang hasil pengolahan dengan perangkat lunak Ipi2win pada line 08 memperlihatkan adanya struktur antiklin. Struktur ini memiliki besar tahanan jenis
Lebih terperinciSURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA
SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA Asep Sugianto, Tony Rahadinata, dan Yadi Supriyadi Kelompok Penyelidikan
Lebih terperinciSTUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR
STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR Rahma Hi. Manrulu 1, Aryadi Nurfalaq 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 rahma_manrulu@yahoo.com 1 Telah dilakukan penelitian untuk
Lebih terperinciPenyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Oleh : Sri Widodo, Edi Suhanto Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Sari Daerah penyelidikan
Lebih terperinciPENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)
PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Geofisika Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep ilmu fisika untuk mempelajari bumi. Selain untuk keilmuan, studi geofisika juga bermanfaat untuk eksplorasi
Lebih terperinciAir Tanah. Air Tanah adalah
Air Tanah Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Air Tanah adalah pergerakan air dalam rongga pori batuan di bawah permukaan bumi dan merupakan bagian integral dari sistem hidrologi air yg
Lebih terperinci4.1 INDENTIFIKASI SISTEM
BAB IV ANALISIS 4.1 INDENTIFIKASI SISTEM. 4.1.1 Identifikasi Pipa Pipa gas merupakan pipa baja API 5L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28 % [15]. Pipa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang
Lebih terperinci(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.
` BAB IV ALTERASI HIDROTHERMAL 4.1 Pendahuluan Mineral alterasi hidrotermal terbentuk oleh adanya interaksi antara fluida panas dan batuan pada suatu sistem hidrotermal. Oleh karena itu, mineral alterasi
Lebih terperinciPEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU
PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU M. Imron Rosyid *), Siti Zulaikah **), Samsul Hidayat **) E-mail: imronpoenya@yahoo.com
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Daerah Sumatera merupakan salah satu daerah yang memiliki tatanan geologi sangat kompleks, baik dari segi sedimentologi, vulkanologi, tektonik dan potensi sumber daya
Lebih terperinciSURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)
SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakasanakn pada bulan Februari 2015 hingga Maret 2015 dan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakasanakn pada bulan Februari 2015 hingga Maret 2015 dan bertempat di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia,
Lebih terperinciSurvei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara
Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara Ahmad Zarkasyi, Yadi Supriyadi, Sri Widodo Pusat Sumber Daya Geoogi, Badan Geologi,
Lebih terperinciUntuk mengetahui ketelitian dari hasil groundtruth dan diperoleh 83.67% maka klasifikasi dianggap benar. (Purwadhi, 2001) Pembahasan
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciSURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN
SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh: Yadi Supriyadi, Asep Sugianto, dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Panas
Lebih terperinciBAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA
BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA Tujuan metode geokimia digunakan dalam penelitian eksplorasi energi panasbumi adalah untuk mengkaji kemungkinan pengembangan sumber daya panasbumi. Parameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan rumusan masalah Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang berbeda-beda, diantaranya mantel bumi dimana terdapat magma yang terbentuk akibat
Lebih terperinci