BAB IV PEMBAHASAN. revisi (1994) dengan PSAK 34 sesudah revisi (2010). Kedua, pembahasan dilanjutkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. revisi (1994) dengan PSAK 34 sesudah revisi (2010). Kedua, pembahasan dilanjutkan"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, pertama penulis akan menjelaskan perbedaan PSAK 34 sebelum revisi (1994) dengan PSAK 34 sesudah revisi (2010). Kedua, pembahasan dilanjutkan dengan penerapan persentase penyelesaian (percentage of completion) yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) dengan menggunakan pendekatan fisik. Ketiga, penulis akan mencoba menggunakan pendekatan biaya untuk membandingkan kedua pendekatan tersebut. Keempat, akan membahas tentang bagaimana perusahaan dalam mengungkapkan kontrak konstruksi di dalam laporan keuangan. IV.1. Biaya Kontrak Pada tahun 2012 ini adalah tahun dimana perusahaan-perusahaan mengadopsi peraturan yang baru, yaitu PSAK 34 yang telah direvisi. Dalam PSAK 34 (revisi 2010), seperti yang telah dijelaskan dan dipublikasikan oleh IAI pada tanggal 22 November 2010, bahwa terdapat perubahan dari PSAK 34 (1994) ke PSAK 34 (revisi 2010). Secara umum, perubahan yang terjadi tidak terlalu banyak. Perubahan hanya terjadi pada konsep biaya, yaitu atribusi dan alokasi biaya. Berikut adalah tabel perbedaan antara PSAK 34 (1994) dengan PSAK 34 (revisi 2010). 55

2 Perbedaan PSAK 34 (1994) dengan PSAK 34 (2010) Tabel 4.1 Perihal PSAK 34 (revisi 2010) PSAK 34 (1994) Atribusi dan Alokasi Biaya ke Kontrak Biaya Peminjaman dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak Tidak mengatur hal tersebut Tertentu Pembebanan Termasuk biaya administrasi Tidak mengatur hal tersebut biaya kepada Pelanggan umum dan biaya pengembangan yang penggantiannya ditentukan dalam persyaratan kontrak Sumber: PSAK 34 (revisi 2010) Perbedaan pertama antara PSAK 34 (revisi 2010) dengan PSAK 34 (1994) adalah tentang atribusi dan alokasi biaya ke kontrak. Yang termasuk ke dalam biayabiaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tertentu adalah: a. Asuransi b. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tertentu. c. Overhead konstruksi. Pada PSAK 34 (revisi 2010) menjelaskan bahwa pada saat ini dan pada aturan yang terbaru, biaya pinjaman akan masuk sebagai biaya yang dapat diatribusikan dan dialokasikan pada kontrak tertentu. Biaya pinjaman dari bank ada yang bersifat khusus ada yang bersifat umum. Pinjaman yang bersifat khusus adalah perusahaan meminjam uang kepada bank, lalu perusahaan menggunakan pinjaman uang tersebut hanya untuk 56

3 kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas kontrak yang telah disetujui. Sedangkan pinjaman yang bersifat umum adalah perusahaan meminjam uang kepada bank, lalu perusahaan menggunakan pinjaman uang tersebut bukan hanya untuk kepentingan dan kegiatan-kegiatan kontrak, tapi digunakan untuk kepentingan yang lain, seperti penggajian karyawan perusahaan konstruksi, biaya administrasi perusahaan, dan lainnya. Pada PSAK 34 (1994) tidak mengatur hal-hal tersebut. Pada PT. PP (Persero), biaya-biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tertentu sudah diatur dengan baik. PT. PP (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang dimiliki pemerintah, perusahaan BUMN dan go public, maka untuk perusahaan yang berskala besar seperti PT. PP (Persero), aturan-aturan yang ada di PSAK 34 sudah dijalankan. Pengelompokkan biaya asuransi, biaya rancangan, dan juga overhead konstruksi sudah dikelompokkan oleh PT. PP (Persero) dalam prakteknya di lapangan. Pinjaman kepada bank juga bisa menjadi modal suatu perusahaan konstruksi untuk membangun sebuah aset, seperti gedung atau rumah. Maka dari bunga bank hasil dari peminjaman tersebut akan menjadi aset dari perusahaan konstruksi. Selanjutnya, perbedaan yang kedua antara PSAK 34 (revisi 2010) dengan PSAK 34 (1994) adalah biaya administrasi umum dan biaya pengembangan seperti perubahan pekerjaan yang bertujuan untuk lebih mengembangkan proyek yang dalam proses pengerjaan termasuk ke dalam penyimpangan dari kontrak yang telah dibuat. Namun, dalam PSAK 34 (revisi 2010) mengatakan bahwa apabila biaya pengembangan tersebut sudah dimasukkan kedalam perjanjian kontrak, maka biaya-biaya tersebut akan dibebankan sepenuhnya kepada pelanggan/klien. Dalam hal penggantian biaya-biaya tersebut, seperti mengenai penggantian terhadap biaya-biaya pengembangan tersebut 57

4 dapat dicantumkan di dalam perjanjian kontrak yang telah disetujui sebelumnya. Apabila biaya adminstrasi umum ataupun biaya pengembangan dan riset tidak dicantumkan atau tidak ditentukan didalam perjanjian suatu kontrak, maka biaya tersebut tidak dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak, lalu tidak dapat dialokasikan pada suatu kontrak, dan juga biaya tersebut tidak bisa dibebankan kepada pelanggan/klien. Untuk bagian biaya yang secara spesifik dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak juga telah dijalankan, karena untuk poin ini apabila sudah tercantum dikontrak, maka sudah pasti akan dijalankan. Hal ini juga dikarenakan kontrak adalah sebuah perjanjian yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Untuk biaya administrasi umum dan biaya pengembangan yang penggantiannya ditentukan dalam kontrak, biasanya PT. PP (Persero) akan menerapkannya apabila tercantum di dalam kontrak. Menjalankan sesuai dengan apa yang tertulis di dalam kontrak dan tergantung dari isi kontrak tersebut. Pada IFRS dan US GAAP dalam hal pengaplikasian metode persentase penyelesaian juga terdapat perbedaan yaitu, dalam penghitungan IFRS hanya terfokus kepada revenue atau pendapatan lalu dikalikan dengan persentase penyelesaian yang telah didapat melalui estimasi biaya yang telah ditentukan oleh perusahaan. US GAAP juga menggunakan cara tersebut, tetapi US GAAP memiliki pembeda dibandingkan dengan IFRS, yaitu pada metode selanjutnya dengan laba kotor yang dikalikan dengan persentase penyelesaian yang telah didapat melalui estimasi biaya yang telah ditentukan oleh perusahaan. IV.2. Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak Metode pengakuan pendapatan yang digunakan PT. PP (Persero) adalah metode persentase penyelesaian dengan menggunakan kemajuan fisik (progress). Yang 58

5 dimaksud dengan pendekatan kemajuan fisik (progress) adalah pendekatan yang berdasar kepada hasil unit keluaran (output measures) atau kemajuan fisik yang telah dicapai dan dilakukan di lapangan pekerjaan atas suatu pelaksanaan proyek. Pada PT. PP (Persero), persentase penyelesaian konstruksi berdasarkan atas tingkat kemajuan fisik proyek. Bobot persentase setiap kemajuan fisik adalah hasil opname pekerjaan yang ada di lapangan yang dilakukan oleh pengawas lapangan. Petugas pengawas lapangan membuat laporan progres fisik harian berdasarkan prestasi fisik yang telah dicapai. Setelah itu, petugas pengawas lapangan membuat laporan progres fisik mingguan dan kemudian akan digunakan pada Laporan Prestasi Proyek. Selanjutnya, laporan prestasi proyek dilaporkan dalam progress report yang telah diketahui dan disetujui oleh manajer proyek dan pihak yang terkait. Pencatatan pengakuan pendapatan perusahaan dilakukan berdasarkan penyelesaian proyek yang dilaporkan dalam laporan perkembangan pekerjaan yang telah diketahui dan disetujui oleh manajer proyek dan pihak terkait. Pencatatan pengakuan pendapatan dilakukan pada saat diterbitkannya invoice dan laporan prestasi proyek atas pekerjaan kontrak dan ditandatangani oleh pihak pemberi kerja. Sedangkan untuk pengakuan dan pencatatan dan beban-beban yang berkaitan dengan proyek konstruksi dilakukan pada saat terjadinya atau saat terutang atas masing-masing beban tersebut. PT. PP (Persero) melakukan perhitungan pendapatan yang diakui pada periode berjalan atau pada periode yang bersangkutan dengan cara mengalikan persentase penyelesaian fisik yang sudah disetujui dengan nilai kontrak bersih, lalu hasil dari perkalian tersebut akan dicatat sebagai pendapatan atau penjualan konstruksi (piutang konstruksi). Pada PT. PP (Persero) pendapatan atau penjualan konstruksi (piutang 59

6 konstruksi) diakui pada saat keluar atau terbitnya invoice penagihan atas pekerjaan kontrak kepada pemberi kerja. Pada tahun ini, tahun 2012, PT. PP (Persero) sudah menerapkan aturan pada PSAK 34 (revisi 2010). Karena PT. PP (Persero) adalah salah satu dari perusahaan BUMN yang besar, maka dari itu, perusahaan ini dituntut untuk menjalankan aturanaturan yang sudah seharusnya diterapkan. IV.2.1. Kontrak Pada PT. BF Pada tahun 2010, PT. PP (Persero) mengadakan sebuah perjanjian dan kontrak dengan PT. BF untuk membangun sebuah gedung yang berguna untuk fasilitas produksi, penelitian dan pengembangan, pemasaran serta administrasi. Dalam kontrak yang telah dibuat, PT. PP (Persero) dengan PT. BF telah menyetujui bahwa proyek yang dijalankan akan berlangsung selama 150 hari atau selama 5 bulan. Dengan keseluruhan kontrak yang telah disetujui, maka diketahui nilai kontrak atau nilai pekerjaan yang akan didapatkan oleh PT. PP (Persero), yaitu sebesar Rp Jumlah kontrak tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10% dan juga keuntungan pemborongan sebesar 7%. Kedua perusahaan antara PT. PP (Persero) dengan PT. BF telah menyetujui besarnya persentase uang muka sebesar 20% dari nilai kontrak yang telah dianggarkan, sebesar Rp dan besarnya persentase retensi atau jaminan pelaksanaan pekerjaan sebesar 5% dari nilai kontrak yang telah dianggarkan, sebesar Rp Pembayaran dapat dilaksanakan secara progres bulanan (monthly progress payment) dengan pencapaian prestasi pekerjaan minimal 10% yang dinyatakan dalam berita acara pemeriksaan prestasi pekerjaan dan memperhitungkan potongan angsuran uang muka dan retensi 5% dari nilai pekerjaan 60

7 secara proporsional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada kontrak terhadap PT. BF ini, PT. PP (Persero) menggunakan kontrak harga tetap (kontrak lump sum). IV Metode Persentase Penyelesaian Metode yang digunakan oleh PT. PP (Persero) untuk mengakui pendapatan pada kontrak PT. BF adalah dengan menggunakan metode persentase penyelesaian dan dengan menggunakan pendekatan fisik. Terdapat kelemahan dalam menggunakan pendekatan fisik seperti apa yang sudah ditulis pada bab II, maka dari itu penulis ingin menggunakan pendekatan biaya pada PT. PP (Persero). Dalam pendekatan biaya yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan cost to cost basis. Untuk menggunakan pendekatan cost to cost basis, perusahaan harus bisa mendapatkan data dan juga menggolongkan atau mengkategorikan biaya, seperti costs to date, estimated costs to complete, progress billings during the year/month, cash collected during the year/month. Dalam menjalani sebuah proyek, terdapat biaya-biaya yang akan muncul pada proyek tersebut. Maka PT. PP (Persero) telah mengelompokkan biaya tersebut: 1. Biaya proyek, terdiri dari: a. Biaya material langsung adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian material yang digunakan secara langsung dalam pelaksanaan suatu proyek. Termasuk didalam biaya material langsung adalah biaya bahan pokok maupun biaya bahan pembantu. b. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar tenaga kerja atau karyawan yang berhubungan langsung 61

8 dengan pelaksanaan proyek. Biaya ini terdiri dari, biaya tenaga kerja lepas, biaya tenaga kerja borongan, dan biaya tenaga kerja/karyawan harian tetap. c. Biaya sub kontraktor adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar atas prestasi penyelesaian pekerjaan sub kontraktor yang membantu pelaksanaan pekerjaan proyek perusahaan untuk menjamin kualitas dan jadwal penyelesaian kontrak. d. Biaya overhead adalah biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam kelompok biaya material langsung maupun tenaga kerja langsung. 2. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan operasional yang terdiri dari: a. Biaya gaji karyawan. b. Biaya administrasi dan umum. c. Biaya depresiasi. d. Biaya penjualan. e. Biaya pemeliharaan. 3. Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak termasuk didalam biaya operasional maupun biaya proyek diantaranya biaya pajak atas bunga bank. Pada PT. PP (Persero) biaya-biaya yang terjadi selama kontrak terhadap PT. BF, dari mulai penandatanganan kontrak hingga selesai, sudah dikelompokkan sesuai dengan jenis-jenis biaya yang telah diatur oleh PSAK 34. Pengelompokkan biaya tersebut antara lain adalah biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu, yaitu: Beban sewa alat ringan :

9 50401 Beban sewa alat berat : Biaya operasional alat berat : Selanjutnya adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitias umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tertentu. Berikut ini adalah biaya-biaya yang terjadi: a. Asuransi Beban asuransi proyek : b. Overhead konstruksi Gaji : Tunj fungsional : Tunj transpor : Tunj hari raya : Tunj iuran astek, kecelakaan : Tunj iuran pensiun : Tunj PPh pasal 21 : Gaji : Tunj PPh pasal 21 : Biaya pengobatan : Beban pemeliharaan fisik : Beban perjalanan dinas : Beban alat tulis : Beban listrik, air & gas : Beban telp, telegram & telex : Beban rumah tangga : Sumbangan sosial : Beban sewa kendaraan : Beban perlengkapan kerja : Beban relasi :

10 c. Biaya Pinjaman Beban bunga bank : Pada saat pembangunan gedung PT. BF berjalan, salah satu aktivitas-aktivitas biaya yang terjadi adalah costs to date. Berikut adalah data dari perusahaan mengenai costs to date. Biaya Yang Dikeluarkan Selama Pengerjaan Proyek (Pendekatan Biaya) Tabel 4.2 Costs To Date Percentage Mei % Juni % Juli % Agustus % September % Oktober % November % Desember % Januari % Sumber: PT. PP (Persero). Data diolah Biaya yang ada didalam tabel 4.2 adalah biaya yang dibutuhkan dan juga biaya yang digunakan pada masa pengerjaan proyek PT. BF selama 150 hari atau 5 bulan sesuai dengan kontrak. Namun, di bulan Mei sudah ada biaya-biaya yang keluar, sehingga untuk pencatatan costs to date tidak dimulai dari bulan Juni, tetapi di bulan Mei. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan costs to date PT. PP (Persero) terhadap PT. BF berdasarkan pendekatan fisik. 64

11 Biaya Yang Dikeluarkan Selama Pengerjaan Proyek (Pendekatan Fisik) Tabel 4.3 Costs To Date Percentage Mei 0 0% Juni % Juli % Agustus % September % Oktober % November % Desember % Januari % Sumber: PT. PP (Persero). Data diolah Berikut ini adalah tabel yang menyajikan tentang estimasi-estimasi atau perkiraan-perkiraan biaya yang dibutuhkan sampai kontrak antara PT. PP (Persero) dengan PT. BF selesai, dan juga tagihan termin yang terjadi perbulan, serta kas yang diperoleh PT. PP (Persero) dari awal kontrak hingga kontrak selesai. Estimasi Biaya, Termin, Kas Yang Diperoleh Tabel 4.4 Estimated Costs to Complete Progress Billing During The Month Cash Collected During The Month Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Sumber: PT. PP (Persero). Data diolah. 65

12 Berdasarkan tabel 4.4 yang sudah ditampilkan diatas, maka bisa diartikan bahwa estimated costs to complete adalah RAB dalam sebuah proyek atau kontrak. RAB itu sendiri adalah Rencana Anggaran Biaya. RAB biasanya dibuat oleh perusahaan diawal proyek tersebut dijalankan. Suatu perusahaan harus membuat RAB yang seimbang, dimana RAB adalah salah satu elemen terpenting didalam sebuah kontrak konstruksi. Berdasarkan tabel 4.4 yang sudah ditampilkan diatas, progress billing during the month bisa disebut juga dengan termin yang ditagih tiap bulannya. Pada bulan Mei 2010 berjumlah 0 karena di bulan tersebut belum ada termin yang akan ditagih atas proyek yang dijalankan. Lalu pada bulan November 2010, Desember 2010, dan bulan Januari 2011 juga berjumlah 0, karena pada bulan Oktober 2010, proyek sudah selesai dan sudah tidak ada lagi progres yang bisa dicatat dan termin yang ditagih. Berdasarkan tabel 4.4 yang telah ditampilkan diatas, maka bisa diartikan bahwa cash collected during the month adalah kas atau uang yang diterima oleh PT. PP (Persero) selama bulan tersebut atau bulan berjalan. Pada bulan Mei 2010 terdapat jumlah sebesar Rp Jumlah tersebut adalah uang muka yang didapat oleh PT. PP (Persero), yang berarti uang tersebut menjadi pemasukan kas dalam perusahaan. Pada bulan Agustus 2010, kas yang diperoleh berjumlah 0, karena termin yang ditagih tidak selalu cair di bulan yang sama, maka tagihan pada bulan Agustus 2010 cair pada bulan berikutnya, yaitu bulan September 2010 sebesar Rp Begitu juga dengan bulan September Kas yang masuk ke dalam perusahaan dari proyek yang terkait adalah Rp , tetapi kas yang masuk tersebut adalah uang yang cair dari tagihan pada bulan Agustus Pada bulan Oktober 2010 pada saat kontrak seharusnya selesai, keluar tagihan sebesar Rp , namun tidak langsung cair di bulan tersebut. Cairnya termin tersebut adalah pada dua bulan berikutnya, yaitu pada 66

13 bulan Desember Di bulan yang sama, yaitu bulan Oktober 2010, terdapat kas yang masuk sebesar Rp Jumlah tersebut adalah cairnya tagihan pada bulan kesembilan, yaitu bulan September Dan pada bulan Oktober 2010, kegiatan perusahaan sudah selesai, namun ada kebijakan bahwa termin retensi akan cair selama 3 bulan dari kontrak selesai. Maka pada bulan Januari tahun 2011, terdapat transaksi sebesar Rp IV Penerapan Metode Persentase Penyelesaian Menggunakan Pendekatan Fisik dan Biaya Pada lampiran 1, menyajikan bagaimana perlakuan perusahaan seharusnya dalam mencari atau menentukan progres pekerjaan tiap periode. Progres yang dimaksud adalah bukan progres fisik, tetapi progres biaya. Karena PT. PP (Persero) sudah menggunakan pendekatan fisik, dan pada penelitian terdahulu menyebutkan bahwa ada beberapa kelemahan pada pendekatan fisik. Maka, penulis menampilkan perhitungan persentasi penyelesaian dengan pendekatan biaya. Karena kontrak kepada PT. BF tidak mencapai satu tahun, maka PT. PP (Persero) tidak menggunakan progres tahunan (annually progress), melainkan menggunakan progres bulanan (monthly progress). Dalam lampiran tersebut dapat terlihat bagaimana urutannya, yaitu pada bulan Mei 2010 progres sudah mencapai 12% karena pekerjaan belum dimulai, tetapi biayabiaya pada bulan Mei 2010 sudah keluar, sehingga persentase pada bulan Mei 2010 adalah 12%. Pada bulan Mei 2010 hanya terjadi pembayaran uang muka sebesar 20% dari total nilai kontrak yang tidak termasuk PPN sebesar 10%. Di bulan Juni 2010 sudah dimulai pekerjaan dan peningkatan pada bulan adalah yang paling signifikan dari peningkatan-peningkatan yang lainnya. Terjadi peningkatan sebesar 33%, yakni dari 67

14 12% ke 45%. Di bulan Juli 2010, persentase yang didapat oleh perusahaan adalah 70%. Begitu juga di bulan Agustus 2010, perusahaan telah mencapai progres prestasi sebesar 94%. Pada bulan September 2010, peningkatan terjadi tidak begitu banyak, yakni dari 94% ke 99%. Peningkatan tidak terlalu besar ini karena perusahaan sudah hampir menyelesaikan proyek ini. Pada bulan berikutnya, yaitu bulan Oktober 2010, perusahaan hanya mengalami kenaikan sebesar 1%, yakni dari 99% menjadi 100%. Hal ini dikarenakan proyek yang hampir selesai, hanya menyisakan sedikit pekerjaan, mengerjakan apa yang disebut dengan finishing. Pada lampiran 1 juga ditampilkan perhitungan dari bulan Novemeber 2010 sampai bulan Januari Hal ini tidak terlalu berpengaruh karena prestasi pekerjaan sudah mencapai 100%. Penambahan kolom sampai bulan Januari dikarenakan setelah persentase prestasi mencapai 100%, persentase PT. PP (Persero) dengan PT. BF tidak langsung selesai. Akan tetapi uang retensi yang ada di PT. BF tidak langsung cair. Cairnya uang retensi adalah 3 bulan setelah pekerjaan atau kontrak selesai. Pada lampiran 2, menyajikan bagaimana perlakuan perusahaan dalam mencari progres atau persentase prestasi pekerjaan dengan menggunakan atau berdasarkan pendekatan fisik. Diketahui bahwa pada bulan Mei 2010 progres yang didapat adalah sebesar 0%, dikarenakan fisik pada bulan ini belum ada. Uang muka pun cair pada akhir bulan Mei 2010, sehingga pekerjaan yang dikerjakan dan yang diakui adalah setelah uang muka tersebut cair. Pada bulan berikutnya, bulan Juni 2010, progres persentasenya telah mencapai 12%. Pada bulan ini sudah bisa ditagih karena sudah melewati termin sebesar 10%. Bulan Juli 2010, peningkatan prestasi fisik adalah peningkatan yang paling signifikan sebesar 30%, yaitu menjadi 42%. Pada bulan Agustus 2010, progres persentasenya telah melebihi setengah dari pekerjaan, yaitu sebesar 65%. Pada bulan 68

15 September 2010, dimana persentase perusahaan telah mendekati penyelesaian, yaitu sebesar 92%. Pada tahun Oktober 2010, dimana pada bulan itu adalah bulan habisnya kontrak dengan PT. BF, perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan berdasarkan fisik, sebesar 100%. Apabila pada akhir pekerjaan atau pada saat pekerjaan sudah selesai, persentase antara pendekatan fisik dan biaya berbeda. Terjadi over atau under, maka kemungkinan yang terjadi ada tiga. Pertama, terjadi pekerjaan tambahan atau pengurangan pekerjaan dalam suatu kontrak. Kedua, terjadi kesalahan perhitungan estimasi. Ketiga, terjadi pemborosan dalam pembelian bahan-bahan konstruksi. Untuk kasus pertama, semua biaya ditanggung oleh pelanggan, sesuai dengan kontrak. Untuk kasus kedua dan ketiga, semua biaya ditanggung oleh PT. PP (Persero) atau oleh perusahaan konstruksi. IV Jurnal Biaya Konstruksi Jurnal-jurnal ini adalah jurnal yang mencatat biaya konstruksi dengan menggunakan pendekatan biaya: Mei 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank Juni 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha

16 20100 Hutang Usaha /10301 Kas/Bank Juli 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank Agustus 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank September 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank Oktober 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank Untuk bulan November 2010, Desember 2010, dan Januari 2011 tidak ada jurnal pencatatan, karena pekerjaan atau kontrak sudah selesai (100%) di bulan Oktober Jurnal-jurnal dibawah ini adalah jurnal yang mencatat biaya konstruksi dengan menggunakan pendekatan fisik: 70

17 Juni 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank Juli 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank Agustus 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank September 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank Oktober 2010: Biaya Konstruksi Hutang Usaha Hutang Usaha /10301 Kas/Bank

18 Untuk bulan Mei 2010, tidak ada pencatatan yang terjadi di dalam PT. PP (Persero). Hal ini dikarenakan tidak ada prestasi fisik yang terjadi di bulan Mei IV Jurnal Tagihan Termin Juni 2010: Piutang Konstruksi Karya Yang Difakturkan Juli 2010: Piutang Konstruksi Karya Yang Difakturkan Agustus 2010: Piutang Konstruksi Karya Yang Difakturkan September 2010: Piutang Konstruksi Karya Yang Difakturkan Oktober 2010: Piutang Konstruksi Karya Yang Difakturkan Untuk bulan Mei 2010, belum ada tagihan termin karena pekerjaan belum dimulai pada bulan tersebut. Begitupun untuk bulan November 2010, Desember 2010, dan Januari 2011 yang tidak ada jurnal pencatatan untuk tagihan termin, karena pekerjaan sudah selesai (100%) pada bulan Oktober Untuk jurnal pencatatan termin berdasarkan pendekatan fisik, terminnya adalah sama dengan berdasarkan pendekatan biaya. 72

19 IV Jurnal Perolehan Kas Mei 2010: Kas/Bank Piutang Konstruksi Juni 2010: Kas/Bank Piutang Konstruksi Juli 2010: Kas/Bank Piutang Konstruksi September 2010: Kas/Bank Piutang Konstruksi Oktober 2010: Kas/Bank Piutang Konstruksi Desember 2010: Kas/Bank Piutang Konstruksi Januari 2011: Kas/Bank Piutang Konstruksi Untuk bulan Agustus 2010, tidak ada pencatatan atas perolehan kas, karena pada bulan tersebut termin yang ditagihkan kepada PT. BF tidak langsung cair. Termin yang ditagihkan pada bulan Agustus 2010 cair pada bulan September Pada bulan 73

20 September 2010 juga terjadi tagihan termin sebesar Rp , tetapi tagihan tersebut baru cair pada bulan berikutnya, yaitu bulan Oktober Tagihan pada bulan Oktober 2010 baru cair di dua bulan berikutnya, yaitu di bulan Desember 2010 sebesar Rp Di bulan Januari 2011 ada perolehan kas yang masuk sebesar Rp Jumlah tersebut adalah cairnya uang retensi selama tiga bulan dari selesainya kontrak pada bulan Oktober Untuk jurnal pencatatan kas yang diperoleh PT. PP (Persero) berdasarkan pendekatan fisik sama dengan kas yang diperoleh PT. PP (Persero) berdasarkan pendekatan biaya. IV Laporan Pendapatan dan Laba Kotor (Gross Profit) Pada lampiran 3, yaitu perusahaan mengakui pendapatan atau laba kotor di satu periode dengan menggunakan pendekatan biaya, menggambarkan bahwa pada saat bulan Mei 2010, perusahaan telah mencapai persentase sebesar 12%, maka dari itu, hasil dari perkalian antara persentase dikurangi dengan biaya yang keluar adalah adalah laba kotor (Gross Profit) dari perusahaan sebesar Rp Pada bulan Juni 2010, perlakuannya sama dengan bulan Mei 2010, tetapi perbedaannya adalah laba kotor bulan Juni 2010 dikurangi dengan laba kotor di bulan sebelumnya, yaitu bulan Mei Jadi, laba kotor yang sebenarnya diperoleh di bulan Juni 2010 adalah Rp Peningkatan yang terjadi dari bulan Mei 2010 sampai bulan Juni 2010 adalah peningkatan yang paling signifikan dibandingkan dengan peningkatan dari bulan satu ke bulan yang lainnya, yaitu sebesar Rp Pada bulan berikutnya, yakni bulan Juli 2010, perlakuannya dan perhitungannya sama dengan bulan Juni 2010, laba kotor bulan Juli 2010 dikurangi dengan laba kotor bulan Juni Dari hasil perhitungan tersebut telah menghasilkan laba kotor sebesar Rp di bulan Juli Bulan 74

21 Agustus 2010 laba kotor yang diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp Laba kotor pada bulan berikutnya, yaitu bulan September 2010 adalah Rp Perolehan laba kotor pada bulan Oktober 2010 adalah suatu penurunan laba kotor. Selisih penurunan dari bulan sebelumnya sangat besar, yaitu senilai Rp Laba kotor yang didapat pada bulan Oktober 2010 terhitung sangat kecil dibandingkan dengan laba kotor di bulan yang lainnya. Hal ini tercermin dari peningkatan persentase prestasi dari bulan September 2010 ke bulan Oktober 2010 hanya sebesar 1%. Pada lampiran 4, yaitu perusahaan mengakui pendapatan atau laba kotor di satu periode dengan menggunakan pendekatan fisik, menggambarkan bahwa di bulan Mei 2010 tidak terdapat laba kotor yang di dapat oleh PT. PP (Persero). Hal ini dikarenakan pada saat bulan Mei 2010, belum ada progres yang bisa dijadikan tagihan oleh PT. PP (Persero) kepada PT. BF. Pada bulan berikutnya, yaitu bulan Juni 2010, PT. PP (Persero) mendapatkan laba kotor sebesar Rp yang prestasi persentasenya sebesar 12%. Di bulan Juli 2010 dengan prestasi sebesar 42%, PT. PP (Persero) telah mendapatkan laba kotor sebesar Rp Peningkatan dari bulan Juni 2010 ke Juli 2010 adalah peningkatan yang paling signifikan dalam metode pendekatan fisik. Peningkatan ini akan berpengaruh kedalam laporan laba rugi (income statement) PT. PP (Persero). Pada bulan Agustus 2010, PT. PP (Persero) mendapatkan laba kotor sebesar Rp dari persentase sebesar 65%. Pada bulan berikutnya, yaitu bulan September 2010, PT. PP (Persero) mendapatkan progres sebesar 92% yang berarti mendapat laba kotor sebesar Rp Di masa akhir kontrak dengan PT. BF, yaitu di bulan Oktober 2010, PT. PP (Persero) telah menyelesaikan pekerjaan atau telah mencapai persentase 100% dimana laba kotor yang didapatkan oleh PT. PP (Persero) adalah sebesar Rp

22 IV Jurnal Pengakuan Pendapatan dan Laba Kotor Menurut buku Kieso, Weygandt, dan Warfield, jurnal untuk mengakui pendapatan dan laba kotor adalah sebagai berikut: Construction in Process Construction Expense Revenue from Long-Term Contract xxx xxx xxx Pada PT. PP (Persero) menamakan jurnal ini sebagai Matching Cost. Berikut adalah jurnal-jurnal dari perusahaan untuk mengakui pendapatan dan mencatat laba kotor berdasarkan pendekatan biaya: Mei 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi Juni 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi Juli 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi Agustus 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi

23 September 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi Oktober 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi Berikut ini adalah jurnal-jurnal dari perusahaan untuk mengakui pendapatan dan mencatat laba kotor berdasarkan pendekatan fisik: Juni 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi Juli 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi Agustus 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi September 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi

24 Oktober 2010: Biaya Konstruksi Laba Kotor Pendapatan Konstruksi IV Jurnal Kontrak Yang Sudah Selesai Jurnal ini dibuat atau dicatat apabila perusahaan telah selesai melakukan pekerjaan kontrak atau telah mencapai persentase prestasi pekerjaan sebesar 100%. Berikut adalah pencatatan jurnalnya. Oktober 2010: Karya Yang Difakturkan Prestasi Yang Akan Menjadi Piutang IV Perbandingan Pendekatan Biaya dengan Pendekatan Fisik Pada penelitian sebelumnya telah dikemukakan bahwa pada metode persentase penyelesaian memiliki dua pendekatan, yaitu pendekatan biaya dan pendekatan fisik. Penelitian sebelumnya juga mengemukakan bahwa pada masing-masing metode pendekatan tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membandingkan pendekatan biaya dengan pendekatan fisik, dan dengan suatu kontrak yang sama. Perbedaan perhitungan antara metode pengakuan pendapatan dengan pendekatan fisik dengan pendekatan biaya adalah karena dasar yang digunakan dalam perhitungan untuk menentukan persentase selesai. Metode pendekatan fisik adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menentukan besarnya persentase penyelesaian hanya berdasarkan kemajuan fisik atau hasil yang dicapai (output measure) 78

25 dengan mengabaikan usaha-usaha atau biaya yang dicurahkan dalam pelaksanaan pekerjaan (input measure). Sedangkan metode pengakuan pendapatan dengan menggunakan pendekatan biaya adalah suatu pendekatan yang menentukan besarnya persentase penyelesaian berdasarkan pada ukuran masukan (input measure). Metode ini menentukan besarnya persentase dengan cara membandingkan total biaya aktual yang dikeluarkan pada periode tersebut dengan taksiran total biaya keseluruhan untuk menyelesaikan proyek. Jadi dalam menghitung pendekatan biaya, dibutuhkan sebuah estimasi atau RAB dari setiap kontrak. Perbandingan Antara Pendekatan Biaya dan Fisik Gambar 2 Pada gambar 1 diatas, bisa terlihat perbedaan antara pendekatan biaya dengan pendekatan fisik. Berdasarkan pendekatan fisik, di bulan Mei 2010 prestasi masih 0%, sedangkan berdasarkan pendekatan biaya sudah mencapai 12%. Hal ini dikarenakan apabila menggunakan pendekatan biaya, persentase prestasi berdasarkan biaya yang telah keluar selama kontrak tersebut berjalan. Apabila menggunakan pendekatan fisik, 79

26 persentase prestasi berdasarkan hasil atau karya fisik yang telah dihasilkan. Jadi, pada bulan Mei 2010, prestasi pendekatan fisik dari kontrak kepada PT.BF adalah masih 0%, sedangkan untuk prestasi pendekatan biaya 12%, karena awal untuk memulai sebuah proyek, di lapangan pekerjaan harus membeli peralatan kerja, persiapan untuk pekerjaan, dan lainnya. Untuk grafik pada kontrak tersebut juga telah menggambarkan bahwa pendekatan biaya mengalami kenaikan terus-menerus pada periode awal, setelahnya lebih stabil. Sebaliknya, pada pendekatan fisik, di periode awal terlihat lambat untuk kenaikan grafik, setelah itu meningkat secara drastis. Pada hal ini dikarenakan, di periode awal pengerjaan suatu proyek, perusahaan konstruksi harus membeli bahan yang cukup banyak dan awal mula pengerjaan adalah pembuatan pondasi. Untuk membuat pondasi yang kuat, membutuhkan biaya yang cukup besar dan memakan waktu yang lebih lama. Maka bisa di lihat pada periode awal pengerjaan kontrak diatas untuk pendekatan biaya sudah mencapai 12%, sedangkan untuk pendekatan fisik masih 0% IV Laporan Keuangan Parsial Pada laporan keuangan parsial yang dicantumkan pada lampiran 5 dan 6, sudah terlihat bahwa bagian-bagian yang berpengaruh adalah pada bagian laporan rugi laba (income statement). Seperti yang telah diketahui, inti dari laporan rugi laba adalah seluruh pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan PT. PP (Persero) dikurangi dengan seluruh biaya yang ada pada periode tersebut. Untuk jumlah dan bilangan yang ada di laporan rugi laba pada lampiran 5 dan 6 sudah didapat dari pencarian laba kotor (gross profit) perusahaan pada lampiran 3 dan 4. Maka, hasil dari lampiran 3 dan 4 sama dengan hasil lampiran 5 dan 6 pada bagian laporan rugi laba. 80

27 Dalam posisi laporan keuangan (statement of financial statement) yang telah dicantumkan pada lampiran 5 dan 6, maka yang berpengaruh adalah bagian aset lancar (current asset) apabila biaya dan laba yang diakui oleh perusahaan telah melebihi dari tagihan atau termin yang ada pada periode tersebut. Pada PSAK 34 (revisi 2010), kasus ini telah dicantumkan pada paragraf 41, yang dinamakan jumlah tagihan bruto kepada pelanggan sebagai aset. Apabila tagihan atau termin melebihi dari biaya dan laba yang diakui oleh perusahaan, maka akan berpengaruh kepada hutang/kewajiban lancar perusahaan. Hal ini telah dicantumkan pada PSAK paragraf 41, yaitu jumlah hutang bruto dari pelanggan sebagai liabilitas. Untuk kontrak yang dilakukan oleh PT. PP (Persero) dengan pelanggan PT. BF, ada tagihan atau termin yang melebihi biaya dan laba yang diakui oleh perusahaan. Hal ini terdapat pada lampiran 6 di bulan Mei 2010, Juni 2010, dan September Masing-masing jumlahnya adalah Rp , Rp , dan Rp Sedangkan dalam bulan Mei 2010 hingga Juli 2010, PT. PP (Persero) memiliki hutang terlebih dahulu karena mendapatkan uang muka. Pada saat Agustus 2010 sampai Oktober 2010, baru akan mendapatkan piutang. Piutang pada bulan Oktober 2010 tidak berjumlah 0 karena masih ada termin yang cair pada bulan Desember 2010 dan juga uang retensi yang cair tiga bulan setelah kontrak selesai, yaitu bulan Januari Untuk lampiran 5, yaitu laporan dengan pendekatan biaya, terlihat bahwa pembagian persentase lebih merata dan lebih akurat. Karena berdasarkan biaya yang keluar dan usaha yang dilakukan. Pada bagian hutang dan piutang di lampiran 5 sama dengan lampiran 6, yaitu dari Mei 2010 sampai Juli 2010 memiliki hutang, baru dari Agustus 2010 sampai Oktober 2010 PT. PP (Persero) memiliki piutang. Di dalam 81

28 lampiran 5 juga tidak memiliki yang dinamakan hutang bruto, karena tidak ada tagihan termin yang melebihi biaya atau laba yang diakui oleh perusahaan. IV.3 Pengungkapan Dalam PSAK 34 (revisi 2010) menyebutkan bahwa sebuah entitas atau perusahaan konstruksi harus mengungkapkan sebuah informasi dalam laporan keuangan. Pertama yang harus ditampilkan dan diungkapkan adalah jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada suatu periode. Kedua adalah metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui pada periode yang terkait. Ketiga adalah metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak. Setelah melihat dokumentasi dari perusahaan PT. PP (Persero), maka bisa dilihat bahwa perusahaan telah mengungkapkan di dalam laporan keuangan jumlah pendapatan kontrak yang diperoleh. Pendapatan ini dengan jelas dituliskan dalam laporan keuangan perusahaan tahun 2010, sebesar Rp Namun, sebesar Rp atau sebesar 71,24% pada periode tahun 2010, dari pendapatan usaha merupakan pendapatan usaha dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Di dalam laporan keuangan perusahaan, pada bagian catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement) telah disajikan metode yang digunakan perusahaan untuk menentukan pendapatan kontrak. Metode yang digunakan perusahaan adalah metode persentase penyelesaian. Pengungkapan atas metode ini dapat dilihat pada bagian kebijakan akuntansi dengan poin pengakuan pendapatan dan beban. Untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak, perusahaan telah menyajikan metode yang digunakan pada laporan keuangan, pada bagian catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement). Hal ini dapat dilihat pada bagian kebijakan akuntansi. Metode yang 82

29 digunakan oleh perusahaan adalah metode pendekatan fisik atau berdasarkan kemajuan fisik proyek yang dituangkan dalam Laporan Prestasi Proyek (LPP). Maka, untuk pengungkapan ini, PT. PP (Persero) sudah sesuai dengan PSAK 34. Entitas atau perusahaan juga harus mengungkapkan jumlah agregat biaya yang terjadi dan laba yang diakui sampai tanggal pelaporan, jumlah uang muka yang diterima dan jumlah retensi untuk pekerjaan dalam proses penyelesaian pada akhir periode pelaporan. Untuk pengungkapan jumlah agregat biaya dan laba yang diakui, PT. PP (Persero) sudah mengungkapkannya pada catatan laporan keuangan perusahaan di nomor 8, sebesar Rp Tetapi, PT. PP (Persero) tidak menampilkan secara terpisah antara biaya dan laba yang diakui. Yang ditampilkan langsung gabungan antara biaya dan laba yang diakui. Jadi, pembaca tidak mengetahui secara spesifik biaya konstruksi dan laba yang diakui masing-masing. Untuk pengungkapan jumlah uang muka, perusahaan telah mengungkapkannya di dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan pada nomor 12. PT. PP (Persero) telah mengungkapkan uang muka selama tahun 2010 secara transparan, dimana uang muka tersebut dijabarkan kembali menjadi tiga bagian, yaitu uang muka supplier/pemasok, uang muka subkontraktor, dan uang muka dinas. Untuk pengungkapan jumlah retensi, PT. PP (Persero) juga telah mengungkapkannya didalam catatan atas laporan keuangan perusahaan pada nomor 7, dengan jumlah retensi sebesar Rp Maka untuk pengungkapan ini, PT. PP (Persero) juga telah sesuai dengan ketentuan PSAK 34. Di dalam PSAK 34 (revisi 2010) juga menyebutkan bahwa entitas atau perusahaan harus menyajikan jumlah tagihan bruto kepada pelanggan sebagai aset dan juga jumlah hutang bruto dari pelanggan sebagai liabilitas atau kewajiban. 83

30 Dalam hal menyajikan jumlah tagihan bruto, PT. PP (Persero) sudah mengungkapkan di dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan pada nomor 8, dengan jumlah Rp Jumlah tersebut adalah selisih antara biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (Rp ), dikurangi dengan jumlah kerugian dan termin yang diakui (Rp ). Untuk jumlah hutang bruto, pada tahun 2010 PT. PP (Persero) tidak memiliki jumlah hutang bruto, karena PT. PP (Persero) sudah mendapatkan jumlah tagihan bruto pada tahun Maka, untuk pengungkapan ini, PT. PP (Persero) sudah sesuai dengan ketentuan dari PSAK

31 85

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontrak Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontrak Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini, Pertama penulis akan membahas mengenai apakah pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan fisik yang digunakan oleh PT.

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pada bab ini, pertama penulis akan membahas penerapan persentase

BAB 4 PEMBAHASAN. Pada bab ini, pertama penulis akan membahas penerapan persentase BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini, pertama penulis akan membahas penerapan persentase penyelesaian (percentage of completion) yang dilakukan PT. TPHE dengan menggunakan pendekatan fisik. Penulis juga akan

Lebih terperinci

BAB IV. yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam

BAB IV. yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam penelitian ini. Adapun penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan yang Digunakan oleh PT. TBP Tbk PT. Total Bangun Persada Tbk ( PT.TBP Tbk ) menerapkan metode persentase penyelesaian untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN

EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN Novi Nugrahani Politeknik Negeri Malang nugrahani19@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja PT Aikovito 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Metode Pengakuan Pendapatan yang Digunakan oleh PT. Mekarindo Mitrasarana PT. Mekarindo Mitrasarana menerapkan metode persentase penyelesaian untuk mengakui pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Seperti yang terlah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa terdapat 3 (tiga) metode pengajuan pendapatan. Yaitu: metode selesai produksi,

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 tentang Kontrak Konstruksi disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi

Lebih terperinci

Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 Metode presentase penyelesaian untuk kontrak jangka panjang

Lebih terperinci

01 Pernyataan ini harus diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi di dalam laporan keuangan kontraktor.

01 Pernyataan ini harus diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi di dalam laporan keuangan kontraktor. PSAK No. 34 - AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI PENDAHULUAN Tujuan Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Karena

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE

ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE MEGA AYU KARTIKA Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk Raya No 27, Telp: (021) 53696969 Email: megaayu.kartika@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan konstruksi adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan konstruksi adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan konstruksi adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan dimana pekerjaan mereka secara umum adalah membangun, membuat, memperbaiki, atau

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan metode kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang digunakan adalah PT TPHE

Lebih terperinci

PERUSAHAAN KONSTRUKSI & INFRASTUKTUR. Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

PERUSAHAAN KONSTRUKSI & INFRASTUKTUR. Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia PERUSAHAAN KONSTRUKSI & INFRASTUKTUR Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Konstruksi dan Infrastruktur Infrastruktur: Jalan Tol Jasa Marga Listrik PLN Kereta api PT. KA Komunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup (going concern) melalui usahanya dalam mencari laba yang sebesarbesarnya

I. PENDAHULUAN. hidup (going concern) melalui usahanya dalam mencari laba yang sebesarbesarnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) melalui usahanya dalam mencari laba yang sebesarbesarnya (profit oriented).

Lebih terperinci

MAKALAH PSAK 34: KONTRAK KONSTRUKSI

MAKALAH PSAK 34: KONTRAK KONSTRUKSI MAKALAH PSAK 34: KONTRAK KONSTRUKSI Kelompok : 2 (Dua) Program Studi : Akuntansi Mata Kuliah Dosen : Standar Akuntansi Keuangan Indonesia : Yunan Helmi., Ak. Disusun Oleh : Raihan Prasetyo (023134122)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah : BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendapatan 2.1.1. Definisi Pendapatan Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah : Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas yang normal dari

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. jasa atas penjualan tunai, penjualan kredit, dan penjualan kontrak. Ketiga pendapatan

BAB IV PEMBAHASAN. jasa atas penjualan tunai, penjualan kredit, dan penjualan kontrak. Ketiga pendapatan BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi atas Pendapatan Perusahaan Pendapatan PT. Infimedia Solusi Pratama terbagi menjadi tiga, yaitu pendapatan jasa atas penjualan tunai, penjualan kredit, dan penjualan kontrak.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. tugas akhir ini. Hal ini sangat penting karena teori-teori tersebut digunakan BAB II LANDASAN TEORI Landasan Teori Tentang Permasalahan Pada bab ini akan dijelaskan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dan juga menjelaskan sistem yang digunakan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses Perkenalan / Prakualifikasi. ditandatangani oleh direktur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses Perkenalan / Prakualifikasi. ditandatangani oleh direktur. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontrak Kerja Konstruksi PT. X 1. Prosedur Kontrak Kerja Prosedur di dalam suatu proyek secara garis besar mempunyai beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: a. Proses Perkenalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah Perusahaan yang baru didirikan maupun yang sedang berjalan mempunyai sebuah tujuan atau target yang akan dicapainya baik untuk jangka pendek, jangka

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pengakuan pendapatan dan pengungkapan pada laporan keuangan ketika ISAK 21 diterapkan di PT Alam Sutera Realty Tbk yang menajdi objek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pendapatan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) Gross inflow of

BAB II LANDASAN TEORI. pendapatan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) Gross inflow of BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pendapatan Terdapat banyak pengertian pendapatan menurut para ahli, pengertian pendapatan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) Gross inflow of economic benefits

Lebih terperinci

Standar Akuntansi Keuangan. Tanggapan atas exposure draft ini diharapkan dapat diterima paling lambat tanggal 30 November 2010 oleh

Standar Akuntansi Keuangan. Tanggapan atas exposure draft ini diharapkan dapat diterima paling lambat tanggal 30 November 2010 oleh ED PSAK No. Oktober 00 (revisi 00) exposure draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Kontrak Konstruksi Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan atas exposure draft

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 34 (REVISI 2010) ATAS PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI PT. TPHE

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 34 (REVISI 2010) ATAS PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI PT. TPHE ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 34 (REVISI 2010) ATAS PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI PT. TPHE Fina Prayerty Silitonga (1301021324) Universitas Bina Nusantara 081281534320 fina.prayerty@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. International Accounting Standards (IAS) / International Financial. Reporting Standards (IFRS)

BAB II LANDASAN TEORI. International Accounting Standards (IAS) / International Financial. Reporting Standards (IFRS) BAB II LANDASAN TEORI II.1. International Accounting Standards (IAS) / International Financial Reporting Standards (IFRS) Menurut Raja Adri Satriawan Surya (2012:4), akuntansi adalah persoalan praktis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi keuangan Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis (bussnines language). Akuntansi menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi dan Persediaan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada

Lebih terperinci

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN A. UMUM 1. Definisi Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan. 2. Klasifikasi Konstruksi Dalam Pengerjaan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1. Uraian Umum S-Curve atau Kurva S adalah suatu grafik hubungan antara waktu pelaksanaan proyek dengan nilai akumulasi progres pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga proyek

Lebih terperinci

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022)

DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) / Fax (022) CURRENT LIABILITIES By : DR. Dudi Rudianto, SE, MSi. Jl. Raya Ekonomi B/16 Komp. YPKP Bandung (022) 7232288/ 08122488071 Fax (022) 7201756 Email : duddyrudianto@telkom.netdd di t Financing Decisions :

Lebih terperinci

BAB 9 KEWAJIBAN. Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh

BAB 9 KEWAJIBAN. Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh BAB 9 KEWAJIBAN A. Pengertian Kewajiban Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh Kewajiban adalah utang yang harus dibayar

Lebih terperinci

PENDAPATAN. PSAK 23 (revisi 2010) Hari 3 - Sesi 2

PENDAPATAN. PSAK 23 (revisi 2010) Hari 3 - Sesi 2 Departemen Akuntansi dan PPA FEUI Workshop PSAK Terbaru dan Pengajaran Akuntansi FEUI Depok, 6-9 Juni 2011 Hari 3 - Sesi 2 PSAK 23 (revisi 2010) PENDAPATAN Tujuan Penghasilan Pendapatan Keuntungan Standar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendapatan Menurut Kieso, Weygant, dan Warfield (Intermediate Accounting, 2011: 955) Pendapatan adalah gross inflow of economic benefits during the period arising in the ordinary

Lebih terperinci

PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN PENDEKATAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. BENTAN SONDONG TANJUNGPINANG

PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN PENDEKATAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. BENTAN SONDONG TANJUNGPINANG PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN PENDEKATAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. BENTAN SONDONG TANJUNGPINANG AYU PRATIWI PANGESTU WINDYANTO 100462201264 Jurusan Akuntansi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan Kebijakan yang diterapkan oleh PT. Prudential Life Assurance dalam metode pengakuan pendapatan dan beban perusahaan yaitu

Lebih terperinci

PENYIAPAN TRANSAKSI: PENGIDENTIFIKASIAN, PENGUKURAN, DAN PENDOKUMENTASIAN

PENYIAPAN TRANSAKSI: PENGIDENTIFIKASIAN, PENGUKURAN, DAN PENDOKUMENTASIAN PENYIAPAN TRANSAKSI: PENGIDENTIFIKASIAN, PENGUKURAN, DAN PENDOKUMENTASIAN 1. ARTI PENTING PENYIAPAN TRANSAKSI Penyiapan transaksi merupakan tahap penginputan, yaitu menjadikan transaksi siap untuk diolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Pendapatan 1.1 Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan unsur penting bagi kelangsungan suatu perusahaan mengharapkan laba bagi kegiatan

Lebih terperinci

PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN A. Pengertian Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode yang mengakibtakan kenaikan

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

Sisilia M. Ratunuman, Analisis Pengakuan Pendapatan.

Sisilia M. Ratunuman, Analisis Pengakuan Pendapatan. ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN PERSENTASE PENYELESAIAN DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PT. PILAR DASAR Oleh: Sisilia Merry Ratunuman Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Sistematika pembahasan yang dilakukan terhadap KOPKAR ADIS adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan dengan melakukan analisis dan evaluasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga

BAB IV PEMBAHASAN. Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Kerjasama Produksi dan atau Penyiaran dengan Pihak Ketiga Penerimaan kerjasama produksi dan penyiaran dengan pihak ketiga merupakan penerimaan yang diperoleh dari jasa penayangan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - Teori 1. Pengertian Pendapatan Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:236) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada pelanggan/pihak

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010 LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 ASET Catatan 30 Juni 2011 31 Desember 2010 Kas dan Setara Kas 2.d, 2.e.,2.n, 3, 29 887.194.955 758.054.399 Investasi Saham 2.c,

Lebih terperinci

BAB VII PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB VII PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN BAB VII PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN A. PENGERTIAN (Dewi Ratnaningsih, 1998 : 66) Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

PSAK 26 Biaya Pinjaman

PSAK 26 Biaya Pinjaman PSAK 26 Biaya Pinjaman Ikhtisar Perubahan 2011 No Perihal PSAK 26 Rev 2011 PSAK 26 Rev 2008 1 Ruang lingkup Tidak berlaku untuk: aset kualifikasian yang diukur pada nilai wajar; atau persediaan yang dipabrikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian dari harta kekayaan perusahaan yang memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode akuntansi. Manfaat menunjukkan

Lebih terperinci

AKUNTANSI KONSTRUKSI UNTUK PERUSAHAAN PROPERTY DAN DEVELOPER. Andriani Widiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta

AKUNTANSI KONSTRUKSI UNTUK PERUSAHAAN PROPERTY DAN DEVELOPER. Andriani Widiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta AKUNTANSI KONSTRUKSI UNTUK PERUSAHAAN PROPERTY DAN DEVELOPER Andriani Widiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Seiring dengan terkenalnya kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, maka semakin banyak bermunculan

Lebih terperinci

AKUNTANSI KONSTRUKSI UNTUK PERUSAHAAN PROPERTY DAN DEVELOPER. Andriani Widiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta

AKUNTANSI KONSTRUKSI UNTUK PERUSAHAAN PROPERTY DAN DEVELOPER. Andriani Widiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta AKUNTANSI KONSTRUKSI UNTUK PERUSAHAAN PROPERTY DAN DEVELOPER Andriani Widiarti STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Seiring dengan terkenalnya kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, maka semakin banyak bermunculan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PEMBAHASAN. A. Analisa Pengakuan Total Omzet Pada SPT Tahunan Badan

BAB IV ANALISA HASIL PEMBAHASAN. A. Analisa Pengakuan Total Omzet Pada SPT Tahunan Badan BAB IV ANALISA HASIL PEMBAHASAN A. Analisa Pengakuan Total Omzet Pada SPT Tahunan Badan Dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan jasa kontraktor memiliki konsep tersendiri dalam pengakuan pendapatannya.

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER dan DAFTAR ISI Halaman LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Laporan Posisi Keuangan... 1. Laporan Laba Rugi Komprehensif...

Lebih terperinci

Suci Anggreani Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

Suci Anggreani   Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN PADA PT NUSA KONSTRUKSI ENJINIRING, Tbk. DAN ENTITAS ANAK TERHADAP KEWAJARAN PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI BERDASARKAN PSAK NO. 23 & NO. 34 ABSTRAK Suci Anggreani email : sucianggreani17@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan unsur penting bagi kelangsungan suatu perusahaan mengharapkan laba bagi kegiatan operasionalnya. Besar kecilnya laba perusahaan ditentukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan BAB II DASAR TEORI A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Setiap perusahaan tentunya menginginkan agar usahanya berjalan dengan baik. Oleh karena itu perusahaan dapat memberi kepuasan kepada konsumen melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI II.1 II.1.1 Kerangka Teori dan Literatur Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) Pada dasarnya, sebuah perusahaan baru akan mengakui pendapatannya pada saat penjualan terjadi (proses

Lebih terperinci

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN LAMPIRAN IX PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Konstruksi Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah badan atau organisasi yang didirikan untuk menyediakan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Globalisasi perekonomian di

Lebih terperinci

2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) Standar Akuntansi Keuangan

2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) Standar Akuntansi Keuangan BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weigandt, Kimmel dan Kieso (2011): Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan baik perusahaan yang bergerak dibidang industri, dagang, dan jasa pasti memiliki harta kekayaan

Lebih terperinci

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR

Lebih terperinci

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya. Untuk menunjang tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva tetap tertentu untuk memperlancar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) mendefinisikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) mendefinisikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Akuntansi Weygandt et al (2011:4) mengungkapkan karakteristik dari akuntansi adalah identifikasi, pengukuran, dan komunikasi dari informasi keuangan mengenai entitas ekonomi kepada

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEWAJIBAN LANCAR DAN PENGGAJIAN

AKUNTANSI KEWAJIBAN LANCAR DAN PENGGAJIAN AKUNTANSI KEWAJIBAN LANCAR DAN PENGGAJIAN Kewajiban adalah salah satu elemen dalam persamaan akuntansi Beberapa jenis kewajiban telah kita kenal pada industri jasa maupun industri dagang yang telah kita

Lebih terperinci

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Pengertian dan Ruang Lingkup Jasa Konstruksi A. 1 Pengertian Jasa Konstruksi Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam operasi suatu perusahaan baik perusahaan profit maupun perusahaan non profit (nirlaba)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Liabilitas Menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian

Lebih terperinci

PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI 1 PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI Titi Sari titi_sari89@yahoo.co.id Astri Fitria Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder yang didapat dari PT.Kimia Farma Tbk, Bursa Efek Indonesia (BEI), www.kimiafarma.co.id

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Barata Indonesia (Persero) UUM Medan GENERAL MANAGER BAGIAN OPERASIONAL BAGIAN PENJUALAN & ENJ. PENGADAAN PPP ENJINIRING AKUNTANSI BENGKEL & DALTAS PENJ. & ADPEM ADMIKUM

Lebih terperinci

Siti Maimunah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan. Deta Uli Anggreni Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan

Siti Maimunah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan. Deta Uli Anggreni Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan TINJAUAN PELAKSANAAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DAN KESESUAIAN DENGAN STANDAR AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI (PSAK TAHUN 2012) PADA PT IMPERIAL MEDIA PANENMAS Siti Maimunah Dosen Tetap

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Dalam Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan terdapat kebijakan akuntansi perusahaan yang diterapkan terhadap seluruh transaksi

Lebih terperinci

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN PSAP No.0 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJTBU) Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Managemen Aliran Kas

Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJTBU) Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Managemen Aliran Kas Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJTBU) Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Managemen Aliran Kas Denies Priantinah SE., M.Si., Ak Pendahuluan Laporan Akuntansi bersifat Akrual Basis. transaksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian pendapatan Pendapatan secara sederhana merupakan arus masuk aktiva ke dalam perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan konsep-konsep dasar yang telah dibahas dalam bab II dan latar belakang permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini akan dibahas dari sudut pandang standart

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 SAK merupakan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II AKUNTANSI SEWA BAB II AKUNTANSI SEWA 2.1. PENGERTIAN SEWA Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN

BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN BAB IX. AKUNTANSI PENGERTIAN Akuntansi adalah pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi bisnis, serta penginterprestasian informasi yang telah disusun. Banyak perusahaan menggunakan catatan-catatan

Lebih terperinci

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI. Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul Modul menjelaskan arus biaya dalam perusahaan manufaktur,

Lebih terperinci

.KONSEP PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN UNTUK KONTRAK KONSTRUKSI. Sri Supadmini *) Abstrak

.KONSEP PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN UNTUK KONTRAK KONSTRUKSI. Sri Supadmini *) Abstrak .KONSEP PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN UNTUK KONTRAK KONSTRUKSI Sri Supadmini *) Abstrak Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi

Lebih terperinci

Materi: 4 PERSAMAAN AKUNTANSI

Materi: 4 PERSAMAAN AKUNTANSI Materi: 4 PERSAMAAN AKUNTANSI TUJUAN PEMBELAJARAN 2 1. Menjabarkan perkembangan prinsip-prinsip akuntansi dan bagaimana praktiknya, 2. Menetapkan persamaan akuntansi, 3. Menentukan setiap unsur dari persamaan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci