Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN). Laporan Kinerja merupakan pertanggungjawaban kinerja suatu instansi/organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Beberapa aturan yang mendasari Laporan Kinerja yaitu Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian dan Peraturan MenPAN & RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan target Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah: 1) terhadap rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu, mengalami penurunan sebesar (-11,01%) dari target sebesar 10,03% atau baru mencapai 88,99% (2,222 juta ton dari target 2,749 juta ton GKP) ; 2) terhadap ratarata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya, mencapai 1,36% dari target 2,45%. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan beberapa Tahun sebelumnya adalah: 1) terhadap Kinerja Tahun 2014 rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 80,00% dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 94,75%; 2) terhadap kinerja Tahun 2015, rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 89,58% dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 99,25%. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan target Renstra Ditjen Perkebunan Tahun adalah: 1) produksi tebu mencapai 61,63% dan 2) produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 76,14%. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2016 sebesar Rp ,- atau mencapai 87,44% dari total pagu anggaran sebesar Rp ,- atau 90,00% jika dibandingkan dengan pagu setelah selfbloking Rp ,- dengan realisasi fisik 97,73%. Pelaksanaan Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari permasalahan, hambatan dan kendala, namun dengan upaya percepatan dan penanganan serta langkah-langkah strategis permasalahan tersebut dapat diminimalisir dampaknya bagi pembangunan perkebunan. Dokumen Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan. i

3 IKHTISAR EKSEKUTIF ini dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Laporan ini disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Per Men-PAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat diklasifikasikan yaitu: 1. Ketersediaan benih dan sarana produksi 2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan ii

4 3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan) 4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua dan tanaman dengan produktivitas rendah) 5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan berkelanjutan yang berwawasan 6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah) 7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan, kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi) Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang menjadi tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan dengan sasaran produksi gula Tahun 2019 mencapai 3,8 juta ton. Selain itu agenda prioritas terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan dengan sasaran produksi Tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit sebesar 36,42 juta ton CPO; komoditas karet sebesar 3,81 juta ton karet kering; komoditas kakao sebesar 961 ribu ton biji kering; komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton daun kering; komoditas kopi sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan komoditas kelapa sebesar 3,49 juta ton setara kopra. Sesuai hasil analisis terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan Tahun yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi iii

5 dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan". Adapun proyeksi Indikator Kinerja Program Ditjen. Perkebunan Tahun , disajikan sebagaiu berikut: Target IKP per tahun No. Indikator Rata- rata Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78 2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49 Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan terhadap indikator makro, selama lima tahun terakhir ( ) mengalami peningkatan pada semua indikaor khususnya PDB berdasarkan harga berlaku mencapai 11,27% dan berdasarkan harga konstan Tahun 2011 juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, Keterlibatan tenaga kerja di sektor perkebunan yang diperkirakan untuk Tahun 2016 berjumlah 23,38 juta orang mengalami peningkatan sebesar 3,24%. Neraca perdagangan untuk komoditi perkebunan Tahun 2016 mencapai US$ 20,72 milyar, mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,59% sejak Tahun Pada Tahun hasil ekspor perkebunan mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,51% setiap tahun, sedangkan Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada bulan Januari 2016 sebesar 104,41 dan pada bulan September 2016 mencapai 107,85 dan mengalami kenaikan sebesar 3,57% dibandingkan dengan Tahun 2013 sebesar 104,13. Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 6 tahun ( ) mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 3,51% per tahun, secara berurutan yaitu sagu (42,37%), cengkeh (14,75%), pala (9,26%), kelapa sawit (7,58%), jambu iv

6 mete (2,71%), karet (1,15%), tembakau (0,83%) dan kopi (0,11%). Namun sebaliknya beberapa komoditas mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan (-20,00%), kapas (-14,47%), nilam (-7,03%), kelapa (-1,84%), lada (-1,08%), kakao (-1,10%), teh (-0,58%) dan tebu (-0,07%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat menstimulasi peningkatan produksi tanaman melalui penerapan IPTEK dan 4-ASI (intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi), yang didukung dengan sistem penyuluhan, pengawalan, pendampingan yang intensif dan keterkaitan antara seluruh aspek budidaya dan penyiapan benih, perlindungan tanaman, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan serta aspek penelitian dan pengembangan sehingga teknologi mudah diakses. Sedangkan terjadi penurunan produksi secara umum disebabkan oleh anomali iklim dan terjadinya penurunan luas areal tanaman. Khusus untuk kemiri sunan produksi sangat minim karena sebagian besar tidak dipanen akibat belum tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan target Perjanjian Kinerja Tahun 2016 adalah: 1) terhadap rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu, mencapai 88,99% atau (-11,01% dari target 10,03%; 2) terhadap rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya, mencapai 1,36% dari target 2,45%. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan beberapa Tahun sebelumnya adalah: 1) terhadap Kinerja Tahun 2014 rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 80% v

7 dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 98,84%; 2) terhadap kinerja Tahun 2015, rata-rata pertumbuhan produksi tebu mencapai 89,58% dan rata-rata peningkatan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 103,54%. Hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dibandingkan dengan target Renstra Ditjen Perkebunan Tahun adalah: 1) produksi tebu mencapai 61,63% dan 2) produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai 76,14%. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2016 sebesar Rp ,- atau mencapai 87,44% dari total pagu anggaran sebesar Rp ,- atau 90,00% jika dibandingkan dengan pagu setelah self-bloking Rp ,- dengan realisasi fisik 97,73%. Pelaksanaan Pembangunan perkebunan tidak terlepas dari permasalahan, hambatan dan kendala, namun dengan upaya percepatan dan penanganan serta langkah-langkah strategis permasalahan tersebut dapat diminimalisir dampaknya bagi pembangunan perkebunan. vi

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Organisasi Aspek Strategis Organisasi Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Global Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perkebunan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perke- Bunan Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun vii

9 Agenda Prioritas NAWACITA Tahun Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran Kinerja Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Kinerja Pencapaian Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Pencapaian Kinerja terhadap Sasaran Program Tahun Ini Pencapaian Kinerja terhadap Pencapaian Kinerja Beberapa Tahun Terakhir Pencapaian Kinerja terhadap sasaran Renstra Capaian Kinerja Lainnya Pencapaian Kinerja Indikator Makro Pencapaian Indikator Mikro Produksi Produktivitas Luas Serapan Anggaran Program Direktorat Jenderal Perkebunan viii

10 3.4.1 Serapan Anggaran Berdasarkan Kegiatan Utama Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Penyerapan Anggaran Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar Pengembangan Tanaman Semusim Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha Dukungan Perlindungan Perkebunan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan Penyerapan Anggaran Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen Perkebunan Permasalahan Umum dan Isu Strategis Tahun BAB IV PENUTUP Kesimpulan Saran Rekomendasi ix

11 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produk- si dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelan- jutan Tahun Tabel 2 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Tabel 3 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Dilihat Dari Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tabel 4 : Analisis Pencapaian Kinerja Sasaran Program Komoditas Strategis Ditjen Perkebunan Tahun Tabel 5 Tabel 6 : Rekomendasi Solusi Akar Permasalahan Produksi Gula Tebu : Kegiatan Dukungan Pencapaian Target Peningkatan Produksi Gula APBN Ditjen Perkebunan Tahun Tabel 7 : Rekomendasi Akar Permasalahan Komoitas Perkebunan Unggulan Lainnya Tabel 8 : Kegiatan Pengembangan Tanaman Kakao Tahun Tabel 9 : Kegiatan Pengembangan Teh Tahun Tabel 10 : Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit Tahun Tabel 11 : Rekomendasi Akar Permasalahan Komoditas Perkebunan Unggulan Lainnya Tabel 12 : Kegiatan Pengembangan Karet Tahun Tabel 13 : Kegiatan Pengembangan Kelapa Tahun Tabel 14 : Pengembangan Tanaman Kopi Tahun x

12 Tabel 15 : Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun Tabel 16 : Pengembangan Tanaman Kapas Tahun Tabel 17 : Pengembangan Tanaman Nilam Tahun Tabel 18 : Pengembangan Tanaman Tembakau Tahun Tabel 19 : Pengembangan Tanaman Lada Tahun Tabel 20 : Pengembangan Tanaman Pala Tahun Tabel 21 : Pengembangan Tanaman Cengkeh Tahun Tabel 22 : Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Tahun Tabel 23 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan Terhadap Pencapaian Kinerja Tahun 2014 dan Tahun Tabel 24 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Tahun 2015 Dan Tahun 2014 per Komoditas Tabel 25 : Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Sasaran Renstra Tahun Per Komoditas Tabel 26 : Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun Tabel 27 : Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun Tabel 28 : Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun Tabel 29 : Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun xi

13 Tabel 30 : Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Kegiatan Utama Tabel 31 : Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja Tabel 32 : Daftar Capaian Efisiensi Satker Provinsi Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun Tabel 33 : Daftar Capaian Efisiensi Satker Kabupaten Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun Tabel 34 : Capaian Efisiensi Satker Ditjen Perkebunan dan Satker UPT Pusat Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah Tahun xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Perjanjian Kinerja Tahun Lampiran 2 : Realisasi Peroutput Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun Lampiran 3 : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Ditjen Perkebunan Tahun Lampiran 4 Lampiran 5 : Analisis Permasalahan Indikator Kinerja Program (IKP) Ditjen Perkebunan Tahun : Analisis Permasalahan Program/Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun xiii

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke-gen erasi. Pada Tahun , sub sektor perkebunan masih menjadi sub sektor penting dalam peningkatan perekonomian nasional. Peran strategis sub sektor perkebunan baik secara ekonomis, ekologis maupun sosial budaya ini digambarkan melalui kontribusinya dalam penyumbang PDB; nilai investasi yang tinggi dalam membangun perekonomian nasional; berkontribusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan komoditas pertanian nasional; sumber devisa negara dari komoditas ekspor; berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara dari cukai, pajak ekspor dan bea keluar; penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri; penyerap tenaga kerja; sumber utama pendapatan masyarakat pedesaan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal; pengentasan kemiskinan; penyedia bahan bakar nabati dan bioenergy yang bersifat terbarukan, berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca serta berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan mengikuti kaidah-kaidah konservasi. Sejalan dengan 1

16 berbagai kontribusi sub sektor perkebunan tersebut maka segala bentuk usaha budidaya perkebunan harus mengedepankan keseimbangan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan alat/sarana prasarana input produksi melalui kegiatan penyelenggaraan perkebunan yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014, juga menyatakan bahwa perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan. Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan mengemban amanat yang berat dalam mendukung pembangunan nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan lestari, dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan. 2

17 Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal perencanaan dan penganggaran diamanatkan mengikuti pembagian kewenangan pusat dan daerah sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dalam pembangunan. Undang-undang tersebut memasukkan bidang-bidang terkait sub sektor perkebunan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah seperti tenaga kerja, statistik, pemberdayaan masyarakat dan desa, pangan, lingkungan hidup dan pertanahan sebagai urusan wajib yang tidak terkait pelayanan. lmplikasi penetapan urusan pertanian sebagai urusan pemerintah bersifat pilihan khususnya sub sektor perkebunan yang memiliki kekhasan komoditas sesuai potensi unggulan daerah adalah akan membuka peluang negosiasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk menentukan pembagian kewenangan sub sektor perkebunan yang tepat dan disesuaikan dengan kebijakan program, anggaran dan regulasi yang efektif dan efisien. Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah, diwujudkan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang memadai. SAKIP yang memadai harus mengandung unsur Perencanaan Kinerja (Renstra, RKT, PK), Pengukuran Kinerja, Laporan Kinerja dan Evaluasi Pemanfaatan Informasi Kinerja. Hal ini tertuang di dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). 3

18 Laporan Kinerja (LAKIN) sebagai salah satu unsur penting dalam SAKIP disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format yang terdiri dari: 1) Ikhtisar Eksekutif; 2) Bab I Pendahuluan; 3) Bab II Perencanaan Kinerja; 4) Bab III Akuntabilitas Kinerja yang meliputi: (a) Capaian Kinerja Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi dengan melakukan analisis capaian kinerja; (b) Realisasi Anggaran yang digunakan dan telah digunakan sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja; 5) Bab IV Penutup dan Lampiran. Didalam Bab III diwajibkan membahas 1) capaian terhadap target tahun ini; 2) capaian kinerja dibandingkan dengan tahun lalu/beberapa tahun sebelumnya; 3) capaian kinerja terhadap Rentra dan PK; 4) membandingkan capaian kinerja dengan standar Nasional; 5) analisis keberhasilan dan penyebab kegagalan; analisis atas efesiensi penggunaan sumberdaya; 7) analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian terkait nomenklatur organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan, dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas 4

19 perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi dan produktivitas tebu dan tanaman perkebunan standarisasi teknis di bidang perkebunan. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan, pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan, pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan, pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan, pengolahan, pemasaran hasil, pengembangan bahan baku bio energi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 5

20 5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan; 6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perbenihan, Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi, penyusunan rencana dan program, anggaran, serta kerjasama di bidang perkebunan; b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan; c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, dan pelaksanaan hubungan masyarakat serta informasi publik; d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan serta pemberian layanan rekomendasi di bidang perkebunan; 6

21 e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal Perkebunan. 2) Direktorat Perbenihan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih tebu dan tanaman perkebunan lain. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Perbenihan Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar serta penguatan kelembagaan benih; b) Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penguatan lembaga benih; c) Menyusun norma, standar, prosedur, dan kreteria di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penguatan lembaga benih; d) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penguatan lembaga benih; e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, peningkatan penyediaan 7

22 benih tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penguatan lembaga benih; f) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Perkebunan. 3) Direktorat Tanaman Semusim dan rempah, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang peningkatan produksi tanaman tebu, semusim dan rempah lain. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Semusim menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya; b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya; d. Pengembangan bahan baku bio energi tanaman tebu; e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya; 8

23 f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan produksi, tanaman tebu dan pemanis lainnya, serat dan atsiri, lada, pala dan cengkeh, serta rempah dan semusim lainnya; dan g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim dan rempah. 4) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang peningkatan produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar; d. Pengembangan bahan baku bio energi kelapa sawit; e. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan produksi tanaman karet dan tanaman tahunan lain, tanaman 9

24 kelapa sawit, tanaman kelapa dan palma lain, serta tanaman penyegar; f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar. 5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi : a. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu tumbuhan; b. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; d. Pelaksanan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta 10

25 penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; f. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan dibidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, serta penanggulangan gangguan usaha, dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; h. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan. 6) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan; 11

26 b. Pelaksanan kebijakan di bidang peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan; e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pasca panen, pengolahan, standardisasi, penerapan standar mutu, dan pembinaan usaha, serta pemasaran hasil perkebunan; f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan standar mutu di bidang perkebunan; dan g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. 7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 08,09,10,11/Permentan /OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBPPTP Surabaya, BBPPTP Medan, dan BBPPTP Ambon. yang statusnya setara Eselon II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a. 12

27 Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim dan rempah, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Tugas pokok BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, BBPPTP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional; 13

28 b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika; c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas; d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas; e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar; f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi; g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee fest); h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting; l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; 14

29 n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan; p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida; r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai Besar. Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; 15

30 c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; i. Pelaksanaan pengujian dan pemanfaatan pestisida nabati; j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai Aspek Strategis Organisasi Mencermati isu-isu strategis sebagaimana diungkapkan dalam Rancangan Teknokratik RPJMN yang meliputi bidang 16

31 ekonomi, sumber daya alam dan lingkungan hidup, kesejahteraan rakyat, kewilayahan dan kedaerahan serta bidang politik, hukum, pertahanan dan keamanan, maka tantangan ke depan yang akan dihadapi dalam membangun perkebunan secara garis besar dikelompokkan menjadi 1) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup global; 2) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup sektor pertanian dan 3) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Global Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan dalam ruang lingkup global terutama berkaitan dengan liberalisasi pasar global yang dapat diklasifikasikan yaitu: 1. Liberalisasi perdagangan global (implikasi pertemuan WTO, APEC, G20 dan kerjasama bilateral/multilateral/regional lainnya); 2. Kondisi perekonomian global yang menimbulkan gejolak harga dunia (implikasi negatif era pasar bebas ASEAN/AEC 2015); 3. Tuntutan terhadap atribut mutu/kualitas produk (implikasi dari tuntutan daya saing komoditas); 4. Perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT); 5. Dukungan terhadap optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup (implikasi terhadap pembangunan perkebunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan); 17

32 6. Tingginya tingkat permintaan akibat ledakan jumlah penduduk dan urbanisasi (implikasi terhadap ketersediaan bahan baku); 7. Aspek distribusi/pengangkutan dan pemasaran (implikasi dari globalisasi produksi dan pasar) Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan dalam ruang lingkup sektor pertanian terutama berkaitan dengan kondisi pertanian secara umum dapat diklasifikasikan yaitu: 1. Kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun); 2. Penurunan minat generasi muda terhadap budidaya pertanian/ perkebunan (implikasi terbatasnya sumber daya insani (SOl) pertanian/perkebunan); 3. Kondisi permodalan dan akses kredit usaha (implikasi pengembangan usaha agribisnis pertanian/ perkebunan); 4. Dukungan ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana pertanian/ perkebunan (implikasi terhadap daya dukung usaha agribisnis pertanian/ perkebunan); 5. Penurunan kehilangan hasil (implikasi penanganan pascapanen yang baik); 6. Kecukupan pangan bergantung impor (implikasi kebijakan ketahanan dan kedaulatan pangan); 18

33 7. Desentralisasi pengembangan pertanian/ perkebunan (implikasi dari pemusatan pembangunan pertanian/ perkebunan di Pulau Jawa); 8. Tuntutan atas penerapan otonomi daerah (implikasi terhadap pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota); 9. Ketidaksinambungan kebijakan/ regulasi serta koordinasi lintas sektoral dan daerah (implikasi tumpang tindih kebijakan/ regulasi lintas sektor) Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perkebunan Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan ke depan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat diklasifikasikan yaitu: 1. Ketersediaan benih dan sarana produksi (implikasi peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan); 2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan (implikasi permasalahan umum sumber daya lahan berkelanjutan); 3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan); 4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua dan tanaman dengan produktivitas rendah); 19

34 5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (implikasi dari pemberlakuan ISPO); 6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah); 7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan, kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi). 20

35 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Rencana Strategis (Renstra) Ditjen. Perkebunan Tahun disusun dengan mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Arah kebijakan umum pembangunan nasional Tahun adalah 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; 2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam yang berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5) penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9 Agenda Prioritas NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA yang wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan 21

36 perkebunan Tahun sebagaimana tercantum dalam RPJMN mencakup 2 agenda prioritas diantaranya 1) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub agenda prioritas akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan pangan. Selain itu agenda prioritas terkait membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah (perbatasan, daerah tertinggal dan daerah kawasan timur Indonesia) dan desa dalam kerangka negara kesatuan menjadi salah satu arah kebijakan yang akan diprioritaskan Ditjen. Perkebunan melalui kegiatan sistematik. Sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan agroindustry adalah peningkatan produksi komoditas andalan dan prospektif ekspor perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dan kelapa serta mendorong berkembangnya agroindustri di perdesaan. Sedangkan sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan dari tebu yang bersumber dari produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi gula rumah tangga dan industri rumah tangga. Secara umum pengembangan komoditas perkebunan difokuskan pada 16 komoditas unggulan yaitu Tebu, Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam. Penentuan komoditas tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/

37 tentang jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang perubahan lampiran I dari Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Arah pengembangan komoditas-komoditas tersebut dicapai melalui program peningkatan produksi dan produktivitas dengan implementasi kegiatan seperti rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan, pembangunan dan pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha, pengolahan produksi, pemasaran produksi dan perlindungan perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas di bidang manajemen dan kesekretariatan. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang masih dalam tahap inisiasi tetap dikembangkan dan difasilitasi Ditjen. Perkebunan yang diarahkan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) yang meliputi penyediaan benih/ varietas unggul, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih (demplot, kebun induk, kebun entres dan lain-lain), pengendalian OPT, pasca panen, pengolahan dan pemasaran, pemberdayaan pekebun, peningkatan kapasitas sumber daya insani (SDI) dan penguatan kelembagaan. Sasaran strategis Ditjen. Perkebunan Tahun yang selaras dengan kebijakan Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian Pertanian Tahun adalah mendukung: 1) peningkatan produksi gula; 2) pengembangan komoditas bernilai 23

38 tambah; 3) penyediaan bahan baku bioindustri dan bio energi; 4) peningkatan sumberdaya insani; 5) peningkatan kualitas aparatur dan layanan kelembagaan pertanian; 6) peningkatan akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian; 7) peningkatan pendapatan petani Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Dalam rangka mendukung Visi Pembangunan Nasional Tahun yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong" dan Visi Kementerian Pertanian Tahun yaitu terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yaitu "Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejahteraan pekebun Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut: 1) Mewujudkan peningkatan produksi tanaman perkebunan secara berkelanjutan. 2) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas dibidang manajemen dan kesekretariatan. 24

39 3) Mewujudkan peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan secara berkelanjutan. 4) Menyediakan fasilitas pembinaan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan. 5) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan dampak perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. 6) Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan pendekatan kawasan. 7) Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani. 8) Mendorong upaya penerapan budidaya tanaman perkebunan dengan baik dan berwawasan lingkungan. 9) Mewujudkan sistem pertanian bio-industry berbasis pengembangan komoditas perkebunan. 10)Mendorong pengembangan produk perkebunan di tataran domestik dan internasional yang berkualitas dan berdaya saing Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia kedepan, maka tujuan pembangunan nasional diimplementasikan ke dalam arah kebijakan umum untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan 25

40 pembangunan pertanian pada periode jangka menengah Tahun , maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan Tahun yang akan dicapai sesuai dengan penetapan Visi, Misi serta tugas dan fungsi organisasi sebagai berikut : 1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin pertanian/pengolahan/pascapanen serta pembangunan kebun sumber benih tanaman perkebunan. 2) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas. 3) Memfasilitasi penyediaan/ pengadaan alat pascapanen dan alat pengolahan tanaman semusim dan rempah, serta tanaman tahunan dan penyegar yang spesifik lokasi dan fungsi yang didukung penyediaan teknologi berkualitas dan aplikatif bagi pekebun. 4) Melakukan upaya strategis dalam mempfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan, usaha perkebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan. 26

41 5) Memfasilitasi ketersediaan teknologi perlindungan pekebunan, pengamatan, Pemantauan dan pengendalian organisme pengangu tanaman (OPT), pencegahan kebakaran lahan/kebun dan penanganan dampak perubahan iklim. 6) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada lahan-lahan eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan lokal, kebutuhan pengembangan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi antar sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi, agroekosistem, sosial, pasar dan pengembangan/ potensi berkelanjutan. 7) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan kelompok petani tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar melalui pelatihan penumbuhan kebersamaan/dinamika kelompok, pelatihan penguatan kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi pembiayaan dan permodalan serta kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. 8) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada pekebun dalam mendorong usaha agribisnis perkebunan dibudidayakan melalui sistem budidaya perkebunan yang baik, berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida). 9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bioenergy, sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi 27

42 tanaman perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste management. 10)Melakukan upaya dalam memfasilitasi pengembangan pemasaran produk unggulan perkebunan yang meliputi bidang informasi, pemantauan dan stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar, jaringan pemasaran, analisis dan pengembangan ekspor, pemasaran bilateral/regional/multilateral dan kerjasama komoditas Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Arah kebijakan Pembangunan Perkebunan ditetapkan Dalam rangka mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional Tahun dan kebijakan Kementerian Pertanian Tahun Arah kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun sebagai dasar pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun ditetapkan menjadi Arah Kebijakan Umum dan Arah Kebijakan Khusus. Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, Arah kebijakan umum Pembangunan Perkebunan Tahun yaitu: 1. Pengembangan komoditas perkebunan strategis a. Kebijakan pengembangan komoditas unggulan perkebunan berdasarkan fungsi b. Kebijakan penerapan budidaya yang abaik (GAP) 28

43 c. Kebijakan perkaretan Internasional (ITRC) d. Kebijakan sinergitas BPDP kelapa sawit dan peremajaan kelapa sawit rakyat e. Kebijakan moratorium Alih Fungsi Hutan Alam dikonversi menjadi lahan perkenbunan kelapa sawit f. Kebijakan penanganan standarisasi mutu dan pembinaan usaha perkebunan. 2. Pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan Arah kebijakan ini dimaksudkan sebagai implementasi dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/OT.140/8/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian yang mengamatkan penetapan kawasan pertanian nasional termasuk kawasan perkebunan. Arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan perkebunan Tahun yang ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun yaitu: 1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional. 2. Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan. 3. Pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry. 4. Pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan. 29

44 5. Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan. 6. Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintahan yang baik. 7. Peningkatan pendapatan keluarga pekebun Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Dalam RPJMN Tahun ditetapkan 9 agenda prioritas NAWACITA yang menunjukkan sasaran prioritas pembangunan nasional dalam mewujudkan jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang menjadi tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan dengan sasaran produksi gula Tahun 2019 mencapai 3,8 juta ton. Selain itu agenda prioritas terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan dengan sasaran produksi Tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit sebesar 36,42 juta ton CPO; komoditas karet sebesar 3,81 juta ton karet kering; komoditas kakao sebesar 961 ribu ton biji kering; komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton daun kering; komoditas kopi sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan komoditas kelapa sebesar 3,49 juta ton setara kopra. Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis nasional dan sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun , sesuai tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan sasaran 30

45 strategisnya untuk periode yang difokuskan pada peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional perkebunan. Implementasi dukungan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun dalam pencapaian 7 sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun yaitu: a. Sasaran Startegis Utama meliputi: 1) pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan yang difokuskan pada pengembangan produk segar dan olahan dari 16 komoditas unggulan perkebunan; 3) pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry dengan fokus pengembangankomoditas kelapa sawit baik melalui kegiatan budidaya dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas maupun kegiatan integrasi tanaman perkebunan dengan ternak dan tumpangsari dengan komoditas pertanian lainnya serta penyediaan benih kemiri sunan. b. Sasaran Strategis pendukung meliputi: 1) peningkatan kualitas sumberdaya insani perkebunan; 2) penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan; 3) Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang bauk dengan menerapkan prinsip keterbukaan, akuntabiitas, efektifitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, integrasi/komitmen kejujuran, konsistensi dan bebas KKN dilingkungan organisasi Ditjen Perkebunan; 4) peningkatan 31

46 pendapatan keluarga pekebun yang merupakan resultan dari pencapaian sasaran strategis. Strategi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap pencapaian arah dan kebijakan pembangunan perkebunan Tahun yang ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan. Strategi pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang dapat dibagi menjadi Strategi Umum dan Strategi Khusus. 8. Strategi umum dirumuskan dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, sedangkan strategi khusus adalah strategi pembangunan perkebunan Tahun yang dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun Strategi Ditjen. Perkebunan Tahun dalam pencapaian 7 sasaran strategis Kementerian Pertanian Tahun diantaranya meliputi: 1) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) strategi Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan; 3) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bioenergy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 4) Strategi pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan; 5) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan; 6) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur 32

47 pemerintahan yang baik; 7) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun. Strategi umum pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah: 1) Strategi pengembangan komoditas perkebunan strategis; 2) Strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan unggulan nasional; 3) Strategi pengembangan dann penguatan sistem pembiayaan perkebunan; 4) Strategi pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur pendukung usaha perkebunan; 5) Strategi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup; 6) Strategi peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlindungan perkebunan; 7) Strategi peningkatan penerapan dan penanganan pascapanen, pengolahan dan fasilitasi pemasaran komoditas perkebunan 8) Strategi dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik pembangunan perkebunan; 9) Strategi penguatan tata ketota kepemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi sebagai dasar petayanan prima; Strategi khusus pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah: 1) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 33

48 2) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas perkebunan; 3) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 4) Strategi pengembangan sumberdaya insani pekebunan (SDI); 5) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan; 6) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; 7) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pembangunan perkebunan saat ini dan di masa yang akan datang menghadapi tantangan yang cukup berat baik dalam tataran liberalisasi perdagangan global maupun lingkup regional. terutama memasuki era AEC (Asean Economic Community) Tahun Tuntutan pembangunan perkebunan di era AEC adalah bagaimana strategi pengembangan komoditas perkebunan yang berkelanjutan, berdaya saing baik kuantitas maupun kualitas dan ramah lingkungan serta mampu memecahkan masalah kesenjangan ekonomi (kemiskinan dan pengangguran). Selain itu bagaimana masalah pemerataan pembangunan perkebunan dan kesejahteraan pekebun perlu benarbenar menjadi prioritas program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Keberhasilan pembangunan perkebunan di era AEC yang penuh persaingan ini tidak hanya memerlukan "keterpaduan" seluruh potensi sumber daya (SDI dan SDA) yang ada 34

49 untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan tetapi yang justru lebih penting adalah bagaimana "kebersamaan dan keterbukaan" dari para stakeholder Pusat-Daerah dan masyarakat pekebun dalam menjaga "kedaulatan dan kemandirian" NKRI di tengah serbuan investasi asing dan produk-produk negara lain sehingga diperlukan pengamanan pasar domestik yang "berefisiensi keadilan" dan berbasis "kearifan lokal" untuk meningkatkan daya saing dan penguatan ekspor komoditas perkebunan agar mampu mencapai tujuan "kebermanfatan dan keberlanjutan" bagi perekonomian nasional dan "kelestarian lingkungan hidup". Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output. Sesuai hasil analisis terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan Tahun yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan" dengan 2 Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu 1) laju peningkatan produksi 35

50 tanaman tebu dan 2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya. Adapun proyeksi Indikator Kinerja Program Ditjen. Perkebunan Tahun , disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan tahun Target IKP per tahun No. Indikator Rata- rata Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78 2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49 Sumber: Ditjen. Perkebunan, Pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa rata-rata proyeksi IKP laju peningkatan produksi tanaman tebu diproyeksikan selama Tahun sebesar 7,78%, sedangkan rata-rata proyeksi IKP laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya diproyeksikan selama Tahun sebesar 5,49%. Untuk mencapai proyeksi tersebut, program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun lebih diprioritaskan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman unggulan perkebunan melalui intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan petani dan penguatan kelembagaan, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas. Fasilitasi dan pembinaan baik dukungan kegiatan, pembinaan/ pengawalan/pendampingan, regulasi dan pendanaan di daerah perlu 36

51 didukung oleh Pemerintah Daerah setempat melalui SKPD yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota terhadap komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing masing selain dukungan terhadap pengembangan 16 komoditas unggulan perkebunan yang ditetapkan dalam Renstra ini yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Tebu dan Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam Agenda Prioritas NAWACITA Tahun NAWACITA sebagaimana tercantum dalam RPJMN mengamanatkan Kementerian Pertanian untuk berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap pencapaian sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri Tahun Dari Agenda Prioritas NAWACITA sebagaimana diketahui yang dijabarkan lebih lanjut kedalam kegiatan prioritas dimana Ditjen. Perkebunan mendapat amanat untuk melaksanakan kegiatan prioritas Tahun sebagai berikut: 1) Pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan Sasaran kegiatan prioritas ini adalah tercapainya 150 desa pertanian pertanian organik berbasis komoditas perkebunan yang berhasil tersertifikasi sampai dengan Tahun 2019 oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang terakreditasi. Berdasarkan hal tersebut, mulai Tahun 2016, Ditjen. Perkebunan memprioritaskan kegiatan desa organik ini 37

52 pada tahap awal dengan melakukan pembinaan pada kelompok tani tentang bagaimana melakukan budidaya tanaman perkebunan organik sampai dengan fasilitasi sertifikasi organik berbasis kelompok tani pada lahan perkebunan tertentu. 2) Perluasan areal perkebunan hektar di lahan kering Perluasan areal perkebunan di lahan kering bertujuan untuk mengembangkan komoditas perkebunan di lahan-lahan bukaan baru yang sesuai dengan agroekosistemnya dan dilahan-lahan sub optimal. Komoditas perkebunan yang diproyeksikan sampai dengan tahun 2019 seluas hektar adalah komoditas cengkeh, kakao, kopi, lada, pala, tebu, jambu mete, karet, kelapa, kelapa sawit dan kemiri sunan. 3) Pengembangan food estate Pengembangan food estate bertujuan untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan/sentra pangan berbasis komoditas pertanian dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Pengembangan food estate dilaksanakan di daerah yang belum dapat dikategorikan sebagai daerah lumbung-lumbung pangan dan belum secara mandiri memenuhi pangan masyarakatnya. Pelaksanaan food estate bersamaan dalam mendukung kegiatan pengembangan 1 juta hektar kawasan pangan Merauke dan pengembangan rice estate dengan di Provinsi Kalimantan Barat (8 Kabupaten/Kota) seluas hektar; Provinsi Kalimantan Tengah (14 Kabupaten/Kota) seluas hektar; Provinsi Kalimantan Utara 38

53 (Kabupaten Bulungan) seluas hektar dan Provinsi Maluku (Kab. Kepulauan Aru) seluas hektar. 4) Pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan Sasaran kegiatan ini adalah pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat pada areal eksisting dan perluasan areal perkebunan kelapa sawit seluas 1 juta hektar di perbatasan negara terutama di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur melalui pola PIR (perkebunan inti rakyat). Diharapkan melalui kegiatan ini dapat menarik investor untuk membangun industri hilir kelapa sawit di daerah perbatasan. 5) Pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru Pengembangan tebu dimaksudkan dalam mendukung pemenuhan bahan baku tebu untuk peningkatan produksi gula nasional 3,82 juta ton pada Tahun 2019 (pemenuhan gula Kristal putih/ GKP) melalui perluasan areal tebu hektar di Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan kegiatan inisiasi pembangunan pabrik gula baru dilakukan dengan merekomendasikan Kementerian/Lembaga terkait (BUMN, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan) dalam hal pemanfaatan lahan pengembangan tebu yang belum dilengkapi pabrik gula dengan target membangun/rehabilitasi 14 PG baru di Jawa & Luar Jawa. 6) lntegrasi tanaman perkebunan dengan ternak sapi di lahan perkebunan kelapa sawit dan integrasi tanaman pangan di lahan perkebunan kelapa sawit 39

54 Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 9 (sembilan) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: (1) Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah dengan kegiatan pengembangan tanaman semusim dan rempah; (2) Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan kegiatan pengembangan tanaman tahunan dan penyegar; (3) Direktorat Perbenihan Perkebunan dengan kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan; (4) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran hasil Perkebunan dengan kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan; (5) Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan kegiatan dukungan perlindungan perkebunan; (6) Sekretariat Ditjen. Perkebunan dengan kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya; (7) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan dengan kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan; (8) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan; (9) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan. 40

55 Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun Kaitan antara kegiatan pembangunan perkebunan yang menjadi tanggung jawab masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan dengan fokus kegiatan yang ditetapkan tercantum dalam Renstra Eselon II Lingkup Ditjen Perkebunan sebagai berikut: A. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Prioritas pengembangan tanaman semusim dan rempah difokuskan pada 7 komoditas unggulan perkebunan yaitu Tebu, Lada, Pala, Cengkeh, Kapas, Tembakau dan Nilam. Selain itu difasilitasi pengembangan komoditas spesifik lokal seperti tanaman pemanis lain, tanaman serat, tanaman atsiri, tanaman rempah dan semusim lainnya. Sasaran peningkatan produksi tanaman semusim dan rempah adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim dan rempah dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun adalah: 1) Pengembangan areal produktif tanaman tebu, yang menjadi tugas pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan Pemanis Lain; 2) Pengembangan areal produktif tanaman rempah (Lada, Pala, Cengkeh, tanaman rempah dan tanaman atsiri lainnya), yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain; dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri. 41

56 3) Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (kapas, tembakau, nilam, tanaman pemanis lain, tanaman serat dan semusim lain); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain; dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri. 4) Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain; Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; dan Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri. 5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Tebu dan Pemanis Lain; Sub Direktorat Tanaman Rempah dan Semusim Lain; Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Sub Direktorat Tanaman Serat dan Atsiri; dan Sub Bagian Tata Usaha serta kelompok jabatan fungsional. B. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar Prioritas pengembangan tanaman tahunan dan penyegar difokuskan pada 9 komoditas unggulan perkebunan yaitu kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete, kemiri sunan, sagu, kakao, kopi dan teh. Selain itu difasilitasi pengembangan komoditas spesifik lokal seperti tanaman palma lain, tanaman penyegar lain dan tanaman tahunan lainnya. Sasaran peningkatan produksi tanaman tahunan dan penyegar adalah 42

57 terlaksananya pengembangan tanaman tahunan penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun adalah: 1) Pengembangan areal produktif tanaman kakao; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Penyegar. 2) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan (Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Jambu Mete, Kemiri sunan dan Sagu); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; dan Sub Direktorat Tanaman Kelapa dan Palma lain. 3) Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya (Kopi dan Teh); yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Penyegar. 4) Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; Sub Direktorat Tanaman Penyegar dan Sub Direktorat Tanaman Kelapa dan Palma lain. 5) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Tanaman Karet dan Tanaman Tahunan lainnya; Sub Direktorat Tanaman Kelapa Sawit; Sub Direktorat Tanaman Penyegar; Sub Direktorat Tanaman Kelapa dan Palma lain; Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. 43

58 C. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan Sasaran kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan adalah terlaksananya penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun adalah; 1) Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan dan Penyegar. 2) Pengawasan mutu benih tanaman perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih. 3) Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Kelembagaan Benih. 4) Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Benih Tanaman Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Benih Tanaman Tahunan dan Penyegar; Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih; Sub Direktorat Kelembagaan Benih, Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. D. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Sasaran kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan adalah terlaksananya pengembangan pengolahan dan pemasaran 44

59 hasil perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun adalah: 1) Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pascapanen. 2) Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pengolahan. 3) Pembinaan usaha perkebunan, yang menjadi tugas pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha. 4) Pembinaan penerapan standar dan sistem jaminan mutu keamanan pangan bagi pelaku usaha perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha. 5) Pengembangan pemasaran hasil perkebunan, yang menjadi tugas pokok dan fungsi dari Sub Direktorat Pemasaran Hasil. 6) Fasilitasi Teknis Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pascapanen; Sub Direktorat Pengolahan; Sub Direktorat Standarisasi, Mutu dan Pembinaan Usaha; Sub Direktorat Pemasaran Hasil; Sub Bagian Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional. E. Dukungan Perlindungan Perkebunan Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam, Dampak Perubahan Iklim dan Gangguan/ Konflik Usaha Perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun adalah: 45

60 1) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman Semusim dan Rempah; dan Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman Tahunan dan Penyegar. 2) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT. 3) Antisipasi dampak perubahan iklim; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran. 4) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran. 5) SL-PHT tanaman perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT. 6) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan; yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT. 7) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran. 8) Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan, yang menjadi tugas dan fungsi dari Sub Direktorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman Semusim dan Rempah; Sub Direktorat Pengendalian OPT Tanaman 46

61 Tahunan dan Penyegar; Sub Direktorat Gangguan Usaha, Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran; Sub bagian Tata Usaha dan kelompok jabatan fungsional. F. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah Terlaksananya Pelayanan Teknis dan Administrasi Seluruh Unit Organisasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun adalah: 1) Jumlah Dokumen Perencanaan, Keuangan dan Perlengkapan, Umum, serta Evaluasi dan Layanan Rekomendasi, yang menjadi tugas dan fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan Perlengkapan; Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan Bagian Umum. 2) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya, yang menjadi tugas dan fungsi dari Bagian Perencanaan; Bagian Keuangan dan Perlengkapan; Bagian Evaluasi dan Layanan Rekomendasi; dan Bagian Umum. G. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun adalah: 47

62 1) Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan; 2) Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi tanaman perkebunan; 3) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; 4) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan; 5) Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian mutu benih dan teknologi proteksi tanaman perkebunan. Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan Tahun adalah 1) rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; dan 2) eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 merupakan bagian dari program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yaitu: Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 adalah Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman 48

63 perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian bioindustry berkelanjutan. Dalam mengukur kinerja Ditjen Perkebunan ada 2 (dua) indikator yang dipergunakan yaitu: (1) Laju peningkatan produksi tanaman tebu sebesar 10,03%; (2) Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya sebesar 2,45%. Sedangkan sasaran kegiatan pada unit kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 ditetapkan sesuai dengan Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yang diterbitkan bulan Oktober 2016 adalah: 1) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dan rempah adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim dan rempah dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan areal produktif tanaman tebu seluas ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman rempah seluas ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya seluas ha; d) Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering seluas ha; e) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah selama 12 bulan. 2) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan dan penyegar adalah terlaksananya pengembangan tanaman 49

64 tahunan dan penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan areal produktif tanaman kakao seluas ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan seluas ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya seluas ha; d) Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering seluas ha; e) Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar selama 12 bulan. 3) Sasaran Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan seluas ha; b) Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan selama 12 bulan. 4) Sasaran kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan adalah meningkatnya penerapan pascapanen dan pembinaan usaha dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan pascapanen komoditas perkebunan sebanyak 190 KT; 50

65 b) Pengembangan pengolahan hasil perkebunan sebanyak 56 Unit; c) Pembinaan usaha perkebunan sebanyak 32 provinsi; d) Pembinaan penerapan standar dan sistem jaminan mutu keamanan pangan bagi pelaku usaha perkebunan sebanyak 53 kegiatan; e) Pengembangan pemasaran hasil perkebunan sebanyak 197 provinsi; f) Fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan selama 12 bulan. 5) Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah menurunkan luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan seluas ha; b) Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan sebanyak 77 Unit; c) Antisipasi dampak perubahan iklim sebanyak 94 KT; d) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun sebanyak 26 Dokumen; e) SL-PHT Perkebunan sebanyak 93 KT; f) Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan 42 kasus; g) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan sebanyak 150 desa; 51

66 h) Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan selama 12 bulan. 6) Sasaran dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah terlaksananya pelayanan teknis dan administrasi seluruh unit organisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Jumlah Dokumen Perencanaan, Keuangan dan Perlengkapan, Umum, serta Evaluasi dan dan Layanan Rekomendasi sebanyak 12 Dokumen. b) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya selama 12 Bulan. 7) Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah: a) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 147,74 Juta batang; b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 16 Unit; c) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 27 Paket Teknologi; 52

67 d) Eksplorasi pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 13 Jenis; e) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan sebanyak 12 Dokumen. Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah: a) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 45 Paket Teknologi; b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 7 Unit; c) Fasilitasi teknis penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan selama 12 bulan Perjanjian Kinerja Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun keluaran (output). Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 disusun setelah 53

68 DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2016 dan telah mengikuti Pedoman Permen-PAN dan RB Nomor 53 Tahun PK Direktorat Jenderal Perkebunan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian pada bulan Januari PK tersebut berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam dimensi produksi tanaman perkebunan. Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret 2016) sebesar Rp ,- mengalami refokusing pada bulan April, sehingga menjadi Rp ,-. Kemudian pada bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah sehingga terjadi penghematan sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi ,-. Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan Pemerintah dilakukan selfbloking sebesar Rp ,-, sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp ,-. Self-Bloking adalah salah satu upaya membatasi terealisasinya anggaran melalui pemblokiran sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih harus dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja (capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran dalam PK setelah self-bloking. Anggaran tersebut terdiri dari dana Dekonsentrasi, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan Tugas Pembantuan (TP) Kabupaten untuk melaksanakan kegiatan utama pembangunan perkebunan yang tersebar 54

69 di 84 satker yang meliputi 1 satker pusat, 4 satker UPT pusat, 33 satker Provinsi dan 46 satker Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun dalam Format Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 Sasaran program dan kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2016 yang ditetapkan dalam DIPA/POK dan selanjutnya menjadi Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 untuk 55

70 melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama dengan total anggaran sebesar Rp ,- dengan rincian sebagai berikut: (1) Kegiatan pengembangan tanaman semusim dan Rempah dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- (2) Kegiatan pengembangan tanaman tahunan dan penyegar dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- (3) Kegiatan dukungan perbenihan tanaman perkebunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- (4) Kegiatan dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- (5) Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- (6) Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- (7) Kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- 56

71 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Setiap akhir Tahun Anggaran dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan Pengukuran Kinerja untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja. Hal ini sesuai yang diamanatkan dalam permen-pan dan RB Nomor 53 Tahun Kriteria Ukuran Keberhasilan Secara nasional ukuran Keberhasilan unit instansi Pemerintah bisa diukur dengan mengunakan kriteria keberhasilan Sub Sektor tertentu. Ditjen perkebunan dalam hal ini menggunakan indikator makro dan indikator mikro. Tingkat kinerja ini, tidak bisa di klaim sebagai keberhasilan secara substantif karena banyak pihak yang turut berperan dalam pencapaiannya. Namun demikian Ditjen Perkebunan memiliki peran yang sangat besar dalam pencapaian indikator tersebut khususnya sub sektor perkebunan. 57

72 Sesuai tugas dan fungsinya, Kriteria ukuran keberhasilan Ditjen perkebunan ditentukan oleh pencapaian terhadap target indikator kinerja Program yang diukur terhadap Perjanjian Kinerja (PK), dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir dan dibandingkan dengan target yang tertuang dalam Renstra Ditjen Perkebunan. Pengukuran kinerja tersebut akan mengacu pada sasaran program (outcomes) sebagai berikut: 1. Indikator kinerja rata-rata pertumbuhan produksi tebu Tahun 2016 sebasar 10,03%. 2. Indikator kinerja rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya Tahun 2016 sebasar 2,45. Pengukuran kinerja tersebut disertai analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja; efesiensi penggunaan sumberdaya dan analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan/kegagalan. Untuk mengukur efisiensi (E) di gunakan formula berdasarkan PMK 249 Tahun 2011, sebagai berikut: Sedangkan untuk mengukur nilai efisiensi (NE) digunakan formula berikut : 58

73 Dari formula tersebut berarti suatu kegiatan di katakan efisien jika memiliki nilai efisiensi lebih besar sama dengan 50% dan jika lebih besar dari 100% dikatakan efisien tetapi perlu penjelasan lebih lanjut karena dianggap anomali Pencapaian Kinerja Pencapaian Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Sasaran program (Outcomes) diwujudkan dalam bentuk produksi tanaman perkebunan. Hal tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi perdebatan simpul kritis sebagai berikut: (1) Mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal 4 (empat) tahun ke depan; (2) Sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, dan pendampingan, serta kebijakan maupun dukungan manajemen dan adminsitrasi. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai 59

74 ketentuan yang berlaku maka produksinya (outcomes) adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnya minimal 4 (empat) tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi dan produktivitas pada tahun berjalan ditetapkan sebagai outcomes dengan menggunakan target dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan Tahun sebagai acuannya. Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Dan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 Tahun 2015 dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian dan Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu: (1) laju peningkatan produksi tanaman tebu; dan (2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya. Adapun proyeksi IKP Ditjen Perkebunan Tahun 2016 adalah 1) laju peningkatan produksi tanaman tebu yang ditargetkan sebesar 10,03% dan 2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya dengan target sebesar 2,45%. 60

75 Dalam upaya terwujudnya laju peningkatan produksi tanaman tebu dan tanaman unggulan perkebunan lainnya tersebut, pada Tahun 2016 diakukan melalui pengembangan tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar dengan dukungan penanganan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan, penyediaan benih unggul bermutu tanaman perkebunan, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas 16 komoditas unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, tembakau, nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, cengkeh, teh, pala, sagu dan kemiri sunan Pencapaian Kinerja terhadap Sasaran Program Tahun Ini Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebuan pada Tahun 2016 jika dihitung berdasarkan sasaran program Tahun 2016 sesuai dengan perjanjian kinerja Dirjen Perkebunan dengan Menteri Pertanian seperti pada tabel 3 dan 4. Tabel 3. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Dilihat Dari Rata-rata Pertumbuhan Produksi Indikator Kinerja Program Target PK Realisasi 2016 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu (%) Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya (%) 10,03 (-11.01) 2,45 1,36 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah) 61

76 Tabel 4 diperoleh dari analisis pencapaian target PK yang dikonversikan ke dalam produksi 16 komoditas strategis Direktorat Jenderal Perkebunan pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis Pencapaian Kinerja Sasaran Program Komoditas Strategis Ditjen Perkebunan Tahun 2016 No Komoditas Produksi (Ton) Target PK Capaian % Pertbhn (%) Produksi (Ton) Kinerja (%) :3x100% A Komoditas Tebu 88,99 10,03 80,88 1 Tebu ,99 10, ,10 80,88 B Komoditas Perkebunan Unggulan Lainya 101,36 2,45 98,94 2 Kakao ,70 2, ,61 108,05 3 Teh ,60 2, ,07 106,00 4 Kelapa Sawit ,95 2, ,37 104,39 5 Sagu ,91 2, ,68 101,42 6 Pala ,07 2, ,92 99,63 7 Tembakau ,22 2, ,86 98,80 8 Lada ,82 2, ,77 98,41 9 Karet ,39 2, ,25 97,99 10 Kopi ,98 2, ,59 97,59 11 Cengkeh ,91 2, ,20 97,53 12 Kemiri Sunan ,74 2, ,81 97,35 13 Kelapa ,98 2, ,29 96,61 14 Nilam ,39 2, ,66 96,04 15 Jambu Mete ,54 2, ,71 92,28 16 Kapas ,20 2,45 777,60 91,95 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah) Berdasarkan Tabel 3 dan 4 dapat dijelaslan sebagai berikut: A. Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Tebu (GKP) Dibanding dengan target Tahun 2016 capaian pertumbuhan produksi tebu mencapai 80,88% atau mengalami penurunan sebesar (-11,01%) dari target yang diharapkan dalam PK sebesar 10,03%. Capaian ini berarti dengan target rata-rata pertumbuhan produksi tebu sebesar 10,01% ( ton GKP) atau 2,749 juta ton GKP pada Tahun 2016 baru mencapai 88,99% (2,222 juta ton GKP), produktivitas rata-rata sebesar 5,004 ton/ha hablur (gula) dengan luas areal sebesar ha. 62

77 Akar permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu dikelompokkan ke dalam 10 (sepuluh) domain permasalahan, yaitu perubahan iklim atau anomali ilkim, Inovasi teknologi budidaya terbarukan belum optimal, terbatasnya varietas unggul baru yang adatif di lahan kering, dukungan pengolahan belum optimal, petani meragukan transparansi rendemen, dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, distabilitas Harga petani, minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, Sumber Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, Minimnya investasi terhadap industri gula berbasis tebu. 1. Perubahan iklim atau anomali ilkim, menyebabkan petani tidak memiliki pola tanam yang tetap berakibat pada masa tanam, pemeliharaan dan panen tidak sesuai standar teknis, pertumbuhan tebu stagnan dan kering. Hal ini terjadi karena usaha tani tebu mayoritas (90%) di lahan kering sulit pengairan sehingga waktu tanam, pemeliharaan dan panen tidak sesuai dengan pola tanam yang direkomendasikan. 2. Inovasi teknologi budidaya tebu terbarukan belum optimal, menyebabkan sebagian besar petani masih menggunakan teknologi yang belum tepatguna (rendemen dan produktivitas masih rendah), akibatnya penerapan inovasi teknologi budidaya tebu belum optimal, pengelolaan lahan tebu sempit dan terpencar, dan modernisasi melalui mekanisasi pertanian belum diterapkan secara optimal. 63

78 3. Terbatasnya varietas unggul baru yang adatif di lahan kering, menyebabkan produktivitas tebu dan rendemen rendah. Akibatnya petani menanam tebu dengan varietas asalan atau varietas unggul yang tidak sesuai spesifikasi lokasi. 4. Dukungan Pengolahan belum Optimal, menyebabkan sistem pasar belum berjalan dengan baik, kehilangan produksi karena rendahnya efisiensi industri pengolahan, persaingan industri kurang sehat dan lain-lain. Hal ini disebabkan kondisi PG di Indonesia rata-rata sudah berumur tua, dengan kapasitas giling kecil di bawah TCD, sehingga berdampak pada kinerja PG untuk menghasilkan rendemen gula tidak optimal. 5. Petani meragukan transparansi rendemen, menyebabkan minat petani untuk meningkatkan rendemen lebih kecil dan lebih besar kemungkinan berminat meningkatkan berat tebu, hal ini berakibat pada sistem budidaya yang kurang spesifik meningkatkan produktivitas. 6. Dukungan Kebijakan dan regulasi belum tepat, menyebabkan alih fungsi lahan tebu ke lahan marginal/lahan kering, tanpa dukungan kebijakan lanjutan khusus tebu, kebijakan harga masih belum menguntungkan petani, stakeholders gula tebu sangat heterogen. 7. Distabilitas Harga petani disebabkan sistem pasar gula misalnya dengan beredarnya gula kristal putih impor, distorsi gula rafinasi di pasaran, harga Patokan Petani (HPP) yang ditentukan oleh 64

79 Kementerian Perdagangan masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) yang ditentukan Kementerian Pertanian. Hal ini menyebabkan kurang menariknya pengembangan tebu, sehingga existing tanaman tebu tidak bertambah bahkan sebaliknya. Jika hal ini dibiarkan maka luasan areal tebu akan semakin berkurang. 8. Minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan, menyebabkan sulitnya memperoleh tenaga kerja baik petani/pengusaha tebu, penyuluh/pembina pertebuan dan SDM lainnya yang menangani langsung gula berbasis tebu di Indonesia hal ini tercermin dari pengelolaan pertanian di daerah dilakukan secara desentralisasi, banyak petugas teknis pertanian yang ditugaskan tidak sesuai dengan bidang teknis keahliannya dan kurangnya jumlah petugas penyuluh tanaman tebu, sehingga menyebabkan budidaya tebu tidak sesuai standar teknis. 9. Sumber Daya Alam (SDA) terbatas untuk tebu, karena tebu sangat cocok di daerah berpengairan yang cukup maka alam yang sesuai adalah iklim yang stabil, daerah cukup air dan atau daerah berpengairan modern. Hal ini sulit di temukan jika dilakukan oleh petani secara spot-spot dan harus di lahan hamparan yang sudah sulit ditemukan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh persaingan komoditas, ketersediaan lahan dan minat petani/pengusaha itu sendiri. 10. Minimnya investasi terhadap industri gula berbasis tebu, menyebabkan pengembangan tebu tidak konsisten. Hal ini 65

80 tercermin dari banyaknya rencana pengembangan industri gula berbasis tebu oleh investor yang mengalami kesulitan bahkan mengakhiri niatnya tanpa hasil, padahal kunci pengembangan tebu adalah tersedianya pabrik Gula (PG). Hal ini disebabkan investasi di industri gula berbasis tebu relatif besar sementara dukungan regulasi, sarana infrastruktur dan sosial ekonomi kemasyarakatan masih sangat kurang. Permasalahan tersebut di atas sangat berpengaruh besar terhadap eksistabilitas pergulaan nasional. Oleh karena solusi dan rekomendasinya adalah terselesaikannya permasalahan yang sangat komplek tersebut. Berdasarkan analisis akar permasalahan yang telah dilakukan terkait permasalahan tidak tercapainya produksi gula tebu, maka rekomendasi solusi perbaikan kinerja yang diberikan berdasarkan akar permasalahan tersebut secara ringkas disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rekomendasi Solusi Akar Permasalahan Produksi Gula Tebu No Akar masalah Rekomendasi solusi 1 Pengembangan Tebu 90% di lahan Kering/marginal 1. Penyediaan sumur dalam, embung, sumur dangkal, permukaan 2 Sistem Budidaya belum Optimal 3 Sulitnya memperoleh benih unggul 4 Rendemen tidak Optimal 2. Meningkatkan pembinaan, pendampingan dan penyuluhan 3. Rehabilitasi Tanaman melalui bongkar ratoon dan rawat ratoon 4. Adopsi inovasi terbarukan dari studi banding, penelitian dan percontohan atau demplot. 5. Koordinasi dan kerjasama dengan lembaga penelitian dan sumber benih 6. Pembangunan benih unggul secara berjenjang dan terencana 7. Revitalisasi PG 8. Mengggunakan varietas unggul 9. Sistem budidaya sesuai rekomendasi teknis 66

81 No Akar masalah Rekomendasi solusi 5 Transparansi rendemen 10. Fasilitasi pengawas rendemen 11. Membentuk Tim Transparansi Rendemen 12. Pengawalan rendemen melibatkan petani, dinas terkait, Perguruan tinggi dan PG 13. Pengukuran rendemen individu menggunakan Core Sampler 14. melakukan managemen tebang muat angkut yang benar 6 Sulit melakukan perluasan areal tebu 15. Meningkatkan Koordinasi dengan K/L terkait dengan pembebasan lahan 16. Melatih petani baru 17. Perluasan di lahan pengembangan 18. Melakukan regrouping lahan minimal 10 ha, bekerja sama dengan pemda dan BPN 7 Lahan sempit dan terpencar 8 Transparansi rendemen 19. Pengawalan rendemen melibatkan petani, dinas terkait, Perguruan tinggi dan PG 9 Harga Gula tidak Stabil 20. Menekan biaya produksi dengan full mekanisasi, regrouping lahan, manajemen tebang muat angkut, subsidi pupuk, insentif produksi gula tebu dan profesionalitas petani tebu 21. Membentuk Tim pengawasan pasar gula 22. Penguatan lembaga pemasaran bentukkan petani/klp tani tebu 10 Minimnya kuantitas dan kualitas SDM pertebuan 23. Melatih tenaga kerja pertebuan 24. Meningkatan kapabilitas SDM petugas teknis dan penyuluh dan petani tebu melalui pelatihan/traning 25. Profesionalisasi kelembagaan petani melalui pelatihan dan training 26. Asosiasi tebu Indonesia di optimalkan 11 Terbatasnya SDA 27. Optimalisasi lahan 28. Optimalisasi penggunaan sumber daya air 29. Memanfaatkan iklim sebagai sumberdaya yang efisien 30. Menggunakan sarana dan prasarana yang mendukung 12 Dukungan lembaga riset pengembangan tebu kurang 31. Pemberdayaan lembaga riset tebu yang sudah ada secara optimal 13 Minimnya investasi 32. Sosialisasi dan koordinasi dengan investor 33. Meningkatkan koordinasi sinergi dengan pihak-pihak terkait 34. Memfasilitasi investor baik secara administrasi maupun insfrastruktur Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017 (Diolah) Secara keseluruhan terdapat 10 akar masalah yang perlu diselesaikan secara sinergisitas baik lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, lingkup Kementerian Pertanian dan Kementerian/Lembaga terkait. Hal ini disebabkan produksi gula tebu sangat terkait dengan stakeholders 67

82 pergulaan secara luas. Masing-masing akar permasalahan telah dirumuskan rekomendasi solusi yang sesuai dan relevan dengan konteks akar masalah yang dihadapi, dimana dihasilkan 34 rekomendasi solusi tindak lanjut upaya perbaikan kinerja ke depan. Dalam upaya pencapaian target kinerja, Direktorat Jenderal Perkebunan melakukan kegiatan pembinaan, koordinasi dan pengembangan tanaman tebu yang tersentral di 9 provinsi yaitu Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Sedangkan rencana pengembangan ada di provinsi Aceh, Jambi, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat dan Papua. Pada Tahun 2016, untuk mendukung kinerja pencapaian target PK Ditjen Perkebunan dilakukan kegiatan utama peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusin dan rempah melalui kegiatan pengembangan tebu seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Kegiatan Dukungan Pencapaian Target Peningkatan Produksi Gula APBN Ditjen Perkebunan Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Bongkar Ratoon Ha , Ha 100,00 60,89 3 Prov. 3 Kab. 2 Rawat Ratoon Ha , Ha 99,57 62,00 9 Prov. 18 Kab. 3 Perluasan tebu dilahan kering Ha , Ha 97,40 48,65 5 Prov. 5 Kab. 4 Pembangunan KBD Ha , Ha 83,84 24,10 5 Prov. 5 Kab. 5 Operasional Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Petugas Lapangan Pembantu TKP (PLP-TKP) Org , Org 100,00 76,59 15 Provinsi 6 Pengembangan Database Tebu Sistem Keg ,42 9 Keg 100,00 148,96 9 Provinsi Online 7 Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Keg ,04 6 Keg 100,00 89,90 6 Provinsi Rendemen tebu 8 Penguatan Kelembagaan Petani Org , Pkt 100,00 51,54 10 Provinsi 9 Monev Tebu dan Pengawalan di daerah Keg ,00 14 Keg 100,00 92,51 14 Provinsi 10 Bantuan Peralatan Unit , Unit 96,77 54,51 15 Provinsi Pompa Air Unit , Unit 100,00 50,00 4 Provinsi Fertilizer Aplikator Unit ,97 39 Unit 88,64 63,17 3 Provinsi Grab Loader Unit ,86 3 Unit 100,00 50,36 15 Provinsi 11 Pemberian Penghargaan Petani/Klp Keg ,24 11 Unit 100,00 50,03 1 Provinsi Tani Berprestasi 12 Pengendalian OPT Tebu Ha , Ha 100,00 56,98 9 Provinsi 13 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan Keg ,52 8 Prov 93,99 51,19 15 Provinsi kegiatan di Pusat TOTAL/RATA-RATA ,42 66,76 Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah,

83 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pengembangan tebu Tahun 2016 di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi per kegiatan diperoleh nilai efisiensi sebesar 66,76%, dengan rincian pencapaian kegiatan sebagai berikut: 1. Kegiatan bongkar ratoon seluas 100 ha (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 95,64% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 60,89% (efisien). 2. Kegiatan rawat ratoon seluas ha (99,57%) dengan penyerapan anggaran sebesar 94,79% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 48,65% (kurang efisien), ini berarti serapan anggaran lebih tinggi dari realisasi fisik disebabkan adanya self-bloking anggaran. 3. Kegiatan perluasan tebu di lahan kering seluas 750 ha (94,40%) dengan penyerapan anggaran sebesar 97,93% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 24,10% (kurang efisien), ini berarti serapan anggaran lebih tinggi dari realisasi fisik disebabkan adanya self-bloking anggaran. 4. Kegiatan pembangunan Kebun Bibit Datar (KBD) seluas 310 ha (83,84% dengan penyerapan anggaran sebesar 92,53% dari pagu anggaran, dengan nilai efisiensi sebesar 24,10% (kurang efisien), ini berarti serapan anggaran lebih tinggi dari realisasi fisik disebabkan adanya self-bloking anggaran. 5. Operasional TKP dan PL-TKP sebanyak 556 Orang (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 89,36% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 76,59% (efisien). 69

84 6. Kegiatan pengembangan data base tebu system on line 9 Kegiatan (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 60,42% dari pagu anggaran. dengan nilai efisiensi sebesar 148,96% (efisien tetapi anomali). Hal ini berarti dengan serapan anggaran lebih kecil dari 80% dapat mencapai target fisik 100%. Hal ini disebabkan adanya self-bloking anggaran dalam target satuan fisik yang sama. 7. Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen Tebu 6 Kegiatan (100%) dengan penyerapan sebesar 84% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 89,90% (efisien). 8. Penguatan kelembagaan petani 660 Orang petani (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 99,38% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 51,54% (efisien). 9. Monev tebu dan pengawalan di daerah 14 kegiatan (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 83,00% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 92,51% (efisien). 10. Bantuan peralatan 150 unit (96,77%) dengan penyerapan anggaran sebesar 93,50% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 54,51% (efisien). 11. Pemberian penghargaan petani 100 kegiatan (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 93,24% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 50,03% (efisien). 12. Pengendalian OPT tebu ha (100%) dengan penyerapan anggaran sebesar 97,21% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 56,98% (efisien). 70

85 13. Fasilitasi, pembinaan, pengawalan kegiatan pengembangan tebu di pusat 8 keg (100%) dengan penggunaan anggaran sebesar 93,99% dari pagu anggaran dengan nilai efisiensi sebesar 51,19% (efisien). Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengembangan tebu tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Keragunan dalam pelaksanaan kontrak karena isu revisi dan pemotongan anggaran menyebabkan pelaksanaan kegiatan terlambat. 2. Perubahan pola tanam menyesuaikan anomali iklim, menyebabkan pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara hati-hati karena di khawatirkan gagal tanam. 3. Perubahan CP/CL yang disebabkan minat petani menurun sehingga untuk menanan tebu berkurang. 4. Terlambatnya penerbitan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sehingga mengganggu proses pengadaan barang jasa. 5. Keterlambatan penyediaan benih, pupuk dan peralatan sehingga kegiatan pengembangan tebu tertunda. 6. Keterbatasan penyedia parasitoid untuk kegiatan demfarm pengendalian OPT tebu menyebabkan pelaksaanaan kegiatan tertunda. 7. Harga gula yang kurang stabil menyebabkan minat petani di areal pengembangan baru kurang antusias dalam mengembangkan tebu. B. Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya 71

86 Beberapa komoditas unggulan perkebunan lainnya yaitu Nilam, tembakau, kapas, kakao, kopi cengkeh, teh, karet, kelapa sawit, kelapa, pala, lada, jambu mete, sagu dan kemiri sunan. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai sebesar 1,36% atau 98,94% jika dibandingkan target PK Tahun 2016 sebesar 2,45%. Komoditas perkebunan unggulan lainnya yang mengalami peningkatan, khususnya komoditas strategis Kementerian Pertanian (kakao, teh, kelapa sawit, karet dan kopi). Pencapaian terbesar adalah komoditas kakao sebesar 108,05%, diikuti oleh komoditas teh (106%), kelapa sawit (104,39%) dan sagu (101,42%). Sedangkan capaian kinerja komoditas lainnya antara 91,95 % sampai 99,63%. Beberapa Permasalahan yang dihadapi komoditas perkebunan unggulan lainnya yaitu: a. Anomali iklim sebagai permasalahan umum terhadap tumbuh kembangnya tanaman perkebunaan unggulan dan khususnya sulitnya tanaman untuk menyesuaikan dengan perubahan alam. b. Dukungan teknologi belum optimal khususnya komoditas yang dikembangkan di daerah tertentu. c. Harga kurang stabil misalnya karena tidak adanya jaminan pemasaran, sistem pemasaran yang rumit dan lain-lain. d. Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidak ada pabrik pengolahan, industri peningkatan nilai tambah belum optimal. e. Minimnya dukungan industri hulu misalnya pupuk relatif mahal, ketersediaan mekanisasi kurang mendukung pengembangan komoditas strategis; 72

87 Berdasarkan analisis akar permasalahan yang telah dilakukan terkait permasalahan tidak tercapainya target pertumbuhan komoditas perkebunan unggulan lainnya, maka rekomendasi solusi perbaikan kinerja yang diberikan berdasarkan akar permasalahan tersebut secara ringkas disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rekomendasi Akar Permasalahan Komoitas Perkebunan Unggulan Lainnya No Akar masalah Rekomendasi solusi 1 Menurunnya produktivitas 2 Harga yang tidak stabil 3 Industri pengolahan masih kurang 1. Penerapan teknologi budidaya (Intensifikasi, Rehabilitasi dan pemanenan) 2. Perbaikan pasca panen 3. Menanam benih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim 4. Intensifitas penanganan OPT 1. Menciptakan kepastian pasar 2. Perbaikan sistem pemasaran 3. Menciptakan peluang dengan menfasilitasi industri pengolahan di Indonesia 4. Membatasi impor produk turunan 5. Memperkuat kelmbagaan petani untuk pemasaran 6. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk pengturan sistem pemasaran 7. Memanfaatkan peluang ekspor dengan penguatan kelembagaan petani 1. Melatih petani untuk meningkatkan nilai tambah melalui pasca panen dan pengolahan produk teh 4 SDM masih lemah 1. Pembinaan dan Pelatihan petugas lapangan 2. Pembinaan dan Pelatihan petani 3. Koordinasi dan konsultasi terkait pengembangan teh dengan perusahaan 5 Lemahnya inovasi teknologi 6 Minimnya industri pengolahan produk kakao 7 Lemahnya Modal Petani 1. Pembinaan dan pelatihan terhadap tenaga teknis dilapangan dan petani untuk memperbaiki pola budidaya, pasca panen dan pemasaran 2. Penyediaan benih unggul yang adaptif 1. Pembinaan, pelatihan, Studi banding kepada kelompok tani 2. Mengundang investor untuk pengolahan produk kakao di Indonesia 1. Pembinaan, pengawalan suvervisi dan sosialisasi pemanfaatan bantuan pemerintah 2. Memanfaakan fasilitas kredit yang di sediakan oleh perbankan dan lembaga lain 3. Mendorong perbankan dan lembaga keuangan lain untuk memberikan fasilias kredit kepada petani Sumber: Ditjen Perkebunan,

88 Dalam upaya mendukung pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya dilakukan kegiatan Pengembangan Tanaman unggulan perkebunan lainnya melalui alokasi APBN Tahun 2016, Kegiatan Ditjen Perkebunan yang mendukung upaya meningkatkan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya tersebut sebagaimana dijelaskan pada kegiatan pendukung pengembangan komoditas perkebunan berikut ini. 1. Kegiatan Pengembangan Kakao Kegiatan Pengembangan Kakao dilaksanakan di 22 provinsi dan lebih dari 100 kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia. Kegiatan yang dilakukan antara lain intensifikasi kakao seluas ha di 17 provinsi dan 66 kabupaten, peremajaan kakao seluas ha di 8 provinsi dan 24 kabupaten, perluasan kakao seluas ha di 7 provinsi, Pembangunan kebun induk dan entres seluas 43 ha dan 11 kabupaten dan kegiatan dukungan lainnya dengan menggunakan angaran sebesar 40,328 milyar. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kakao tersebut seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Kegiatan Pengembangan Kakao Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI (%) Rp.(000) Rp.(000) VOLUME SAT VOLUME SAT % (%) 1 Intensifikasi Tanaman Kakao Ha , Ha 100,00 51,32 2 Peremajaan Tanaman Kakao Ha , Ha 100,00 53,91 3 Perluasan Tanaman Kakao Ha , Ha 93,42 110,63 4 Pembanguan Kebun Induk dan Ha ,63 43 Ha 100,00 60,93 Entres 5 Kegiatan Pendukung Lainnya ,32 56,79 (Satuan) Pengawalan dan pendampingan Paket , Paket 100,00 58,68 tananan kako TKP dan PL-TKP Org , Org 100,00 53,67 Penaggungjawab pelaksanaan , OB 96,79 50,05 kegiatan kakao Pengembangan desa kakao Keg ,70 1 Keg 100,00 50,74 Integrasi tanaman kakao-ternak KT ,88 8 KT 100,00 50,31 Pengawalan dan pendampingan Keg ,94 4 Keg 100,00 75,16 integrasi tanaman kakao-ternak Operasional Substantion Keg ,84 4 Keg 100,00 70,39 Pelatihan penumbuhan kebersamaan Org , Org 100,00 57,63 petani kakao Pelatihan penguatan kelembagaan Org ,22 90 Org 100,00 56,95 petani kakao Pelatihan penguatan kelembagaan Org , Org 100,00 57,77 lanjutan petani kakao Pengawalan dan pendampingan Keg ,94 1 Keg 100,00 50,15 kelembagaan petani Peningkatan mutu kakao Keg ,00 1 Keg 100,00 50,00 6 Pengendalian OPT Kakao Ha , Ha 100,00 54,27 7 SL-PHT Tan. Perkebunan (Kakao) KT ,42 87 KT 100,00 76,44 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan Keg ,76 55 Keg 100,00 58,10 8 kegiatan Kopi, Teh, Kakao di Pusat TOTAL ,17 65,30 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar,

89 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%) bahwa kegiatan pengembangan kakao mencapai nilai efisiensi sebesar 65,30% (efisien). Kegiatan yang anomali adalah kegiatan perluasan tanaman kakao (nilai efisiensi 110,63%) dengan serapan sebesar 70,76% dan realisasi fisik sebesar 93,42%. 2. Kegiatan Pengembangan Teh Kegiatan Pengembangan teh dilaksanakan di 4 provinsi dan 6 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi teh seluas ha, rehabilitasi tanaman teh seluas 650 ha dan kegiatan dukungan lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman teh pada Tahun 2016 tersebut seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Kegiatan Pengembangan Tanaman Teh Tahun 2016 NO KEGIATAN TARGET REALISASI KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % NILAI EFISIENSI (%) KETERANGAN 1 Intensifikasi Tanaman Teh Ha , Ha 100,00 99,92 4 Prov. 6 Kab. 2 Rehabilitasi Tanaman Teh Ha , Ha 100,00 52,44 4 Prov. 6 Kab. 3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) ,78 95,32 Pengawalan dan pendampingan tananan teh Paket ,89 15 Paket 100,00 100,26 1 Prov. 1 Kab Operasional Pendamping Teh OB ,85 2 OB 100,00 90,37 1 Prov. 2 Kab TOTAL ,31 82,56 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%), nilai efesiensi kegiatan pengembangan teh adalah 82,56% (efisien). Terjadi anomali pada kegiatan pengawalan dan pendampingan dengan nilai efisiensi sebesar 100,26% disebabkan realisasi 75

90 anggaran sangat rendah (79,89%) sedangkan realisasi fisik 100% dikarenakan adanya self-bloking pada item pekerjaan dalam satuan volume yang sama. 3. Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit Kegiatan Pengembangan kelapa sawit dilaksanakan di 24 provinsi dan 82 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan tanaman kelapa sawit seluas 820 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kelapa sawit tersebut seperti pada tabel 10. Tabel 10. Kegiatan Pengembangan Kelapa Sawit Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN (%) FISIK EFISIENSI KETERANGAN Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Perluasan Tanaman Kelapa Sawit Ha , Ha 100,00 53,26 3 Prov. 4 Kab. 2 Kegiatan Pendukung Lainnya ,70 84,13 (Satuan) Operasinal TKP dan PL-TKP untuk K Ha , Ha 100,00 81,33 24 Provinsi sawit, Kakao dan Karet Pembinaan dan Pengawalan program Keg ,47 75 Keg 100,00 96,33 24 Prov. 82 K. revitalisasi perkebunan (K. sawit, Kakao dan Karet) Penilaian Kebun Revitalisasi Keg ,38 10 Keg 76,92 116,77 11 Provinsi Perkebunan Pengawalan Perluasan Kelapa Sawit Keg ,33 7 Keg 100,00 104,18 3 Prov. 7 Kab. Pengembangan Kelembagaan dan Usaha Petani Kelapa Sawit Fasilitasi Pertemuan dan Koordinasi Penetapan Harga TBS Org , Pkt 100,00 51,20 1 Prov. 1 Kab Keg ,01 14 Keg 100,00 54,98 14 Prov. 14 k. 3 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan Keg ,00 5 keg 100,00 50,00 Pusat kegiatan di Pusat TOTAL ,92 62,46 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan di atas, dapat dijelaskan nilai efisiensi (0%-100%), nilai efisiensi kegiatan pengembangan kelapa sawit adalah 62,46% (efisien) kegiatan yang anomali antara lain penilaian kebun revitalisasi 116,77% dan pengawalan perluasan kelapa sawit 76

91 104,18%. Hal ini disebabkan realisasi penggunaan anggaran jauh lebih kecil dari realisasi fisik dikarenakan adanya pengurangan biaya terhadap item pekerjaan dalam satuan volume yang sama. 4. Kegiatan Pengembangan Tanaman Sagu Kegiatan Pengembangan tanaman sagu dilaksanakan di 3 provinsi dan 12 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan tanaman sagu seluas 300 ha, penataan tanaman sagu seluas ha, pembangunan kebun sumber benih sagu dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan sagu tersebut seperti pada Tabel 11. Tabel 11. Kegiatan Pengembangan Sagu Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Perluasan Tanaman Sagu Ha Ha 100,00 64,06 1 Provinsi 2 Penataan Tanaman Sagu Ha Ha 100,00 49,81 3 Prov. 9 Kab. 3 Pembangunan Kebun Suber Benih Ha Ha 100,00 83,50 3 Prov. 9 Kab. sagu 4 Kegiatan Pendukung Lainnya ,77 (Satuan) Pengawalan perluasan tanaman sagu Keg Keg 100,00 60,87 1 Prov. 2 Kab Pengawalan penataan varietas sagu Keg Keg 100,00 71,43 3 Prov. 12 Kab Pelatihaan penumbuhan Org Keg 100,00 50,00 4 Prov. 4 Kab kebersamaan petani sagu TOTAL ,53 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pada Tabel 11, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan sagu adalah sebesar 64,53% (efisien). 77

92 5. Kegiatan Pengembangan Tanaman Karet Kegiatan Pengembangan tanaman karet dilaksanakan di 10 provinsi dan 18 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu peremajaan tanaman karet seluas ha, perluasan tanaman karet seluas 450 ha, pembangunan sumber benih karet seluas 21 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan karet tersebut seperti pada Tabel 12. Tabel 12. Kegiatan Pengembangan Karet Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Peremajaan Tanaman Karet Ha , Ha 100,00 56,29 10 Prov.18 Kab 2 Perluasan Tanaman Karet Ha , Ha 100,00 51,21 3 Prov 3 Kab 3 Pembangunan Sumber Benih Karet Ha ,60 21 Ha 87,50 61,15 10 Prov.18 Kab 4 Kegiatan Pendukung Lainnya ,04 71,03 (Satuan) Pengawalan peremajaan karet Keg ,20 28 Keg 100,00 92,00 10 Prov18 Kab Pengawalan perluasan karet Keg ,63 5 Keg 100,00 73,43 5 Prov 5 Kab Pelatihan penumbuhan kebersamaan Org , Paket 100,00 58,15 6 Prov. 7 Kab petani karet Pengembangan kelembagaan dan Org ,00 30 Org 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab usahatani karet Pembinaan dan pengawalan pemberdayaan kelembagaan petani Keg ,37 6 Keg 100,00 81,57 6 Prov 6 Kab 5 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan Keg ,12 3 keg 100,00 57,21 Pusat kegiatan (Karet, Kelapa dll) di Pusat TOTAL ,61 59,38 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pengembangan karet, dapat dijelaskan bahwa nilai efesiensi kegiatan pengembangan karet adalah sebesar 59,38% (efisien). 6. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kelapa Kegiatan Pengembangan tanaman kelapa dilaksanakan di 15 provinsi dan 61 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu peremajaan tanaman kelapa seluas ha, perluasan tanaman 78

93 kelapa seluas ha, pembangunan kebun benih kelapa seluas 232 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan karet tersebut seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Kegiatan Pengembangan Kelapa Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Peremajaan Tanaman Kelapa Ha Ha 100,00 66,02 12 Prov. 39 Kab. 2 Perluasan Tanaman Kelapa Ha Ha 100,00 60,54 7 Prov. 19 Kab. 3 Pembangunan Kebun Sumber Ha Ha 100,00 92,41 7 Prov. 19 Kab. Benih Kelapa 4 Kegiatan Pendukung Lainnya ,91 (Satuan) Pengawalan peremajaan tanaman Keg Keg 100,00 88,23 15 Prov. 61 Kab karet Pelatihan penumbuhan keberhasilan Org Org 100,00 58,19 15 Prov. 61 Kab kebersamaan petani kelapa Pembinaan dan pengawalan Keg Keg 100,00 97,33 4 Prov. 4 Kab pemberdayaan kelembagaan petani kelapa Pengawalan perluasan kelapa Keg Keg 100,00 55,87 7 Prov. 19 Kab. TOTAL ,47 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pengembangan kelapa, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan kelapa adalah sebesar 73,47% (efisien). 7. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kopi Kegiatan Pengembangan tanaman kopi dilaksanakan di 4 provinsi dan 6 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi kopi arabika seluas ha dan intensifikasi tanaman kopi robusta seluas ha, perluasan Tanaman kopi seluas 80 ha, pembangunan kebun induk kopi dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kopi tersebut seperti pada Tabel

94 Tabel 14. Pengembangan Tanaman Kopi Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Intensifikasi Tanaman Kopi arabika Ha , Ha 100,00 50,83 7 Prov. 15 Kab. 2 Intensifikasi Tanaman Kopi robusta Ha , Ha 100,00 50,71 8 Prov. 11 Kab. 3 Perluasan Tanaman Kopi Ha ,08 80 Ha 80,00 65,39 1 Prov. 1 Kab 4 Peembangunan Kebun Induk Kopi Ha ,68 19 Ha 90,48 43,91 8 Prov. 11 Kab. 5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) ,49 99,64 Pengawalan dan pendampingan Paket ,89 36 Paket 100,00 87,78 12 Pro. 17 Kab tananan kopi Penaggungjawab pelaksanaan kegiatan kopi , OB 100,00 61,96 9 Pro. 15 Kab Pelatihan penumbuhan kebersamaan Org , Org 100,00 127,75 1 Pro. 3 Kab petani kopi Pelatihan penguatan kelembagaan Org , Org 100,00 110,76 1 Pro. 2 Kab petani kopi IG Tanaman kopi Org ,03 5 Org 100,00 109,93 3 Prov. 5 kab TOTAL ,23 62,09 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pengembangan kopi, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan kopi adalah sebesar 62,09% (efisien). 8. Kegiatan Pengembangan Tanaman Jambu Mete Kegiatan Pengembangan tanaman jambu mete dilaksanakan di 3 provinsi dan 14 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan tanaman jambu mete seluas ha, pembangunan kebun benih jambu mete seluas 26 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan jambu mete tersebut seperti pada tabel

95 Tabel 15. Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun 2016 NO KEGIATAN 1 Perluasan Tanaman Jambu Mete 2 Pembangunan Kebun Sumber Benih Jambu Mete TARGET REALISASI NILAI KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) Ha , Ha 100,00 55,96 3 Prov 11 Kab Ha ,60 26 Ha 100,00 116,00 3 Prov 11 Kab 3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) Keg ,42 66,44 Pengawalan perluasan Keg ,42 14 Keg 100,00 66,44 3 Prov 14 Kab tanaman jambu mete TOTAL/RATA-RATA ,28 79,47 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pengembangan jambu mete, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan jambu mete adalah sebesar 79,47% (efisien). 9. Kegiatan Pengembangan Tanaman Kapas Kegiatan Pengembangan tanaman kapas dilaksanakan di 4 provinsi dan 20 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman tanaman kapas seluas 450 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kapas tersebut seperti dalam Tabel 16. Tabel 16. Pengembangan Tanaman Kapas Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Penanaman Kapas Ha , Ha 100,00 54,87 2 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) ,56 50,98 Pemberdayaan petani kapas Org , Ha 80,95 (2,79) Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Keg ,75 20 Org 100,00 85,62 TKP dan PLP-TKP Kapas Keg ,96 89 Keg 100,00 70,11 TOTAL/RATA-RATA ,99 52,93 81

96 Sumber: Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pengembangan kapas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan kapas adalah sebesar 52,93% (efisien). 10. Kegiatan Pengembangan Tanaman Nilam Kegiatan Pengembangan tanaman nilam dilaksanakan di 9 provinsi dan 22 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman nilam seluas 25 ha, pembangunan kebun benih sebar nilam seluas 20 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan nilam tersebut seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Pengembangan Tanaman Nilam Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Penanaman Nilam Ha ,64 86 Ha 81,13 (0,88) 9 Prov. 22 Kab. 2 Pembangunan Kebun Benih Sebar Ha ,69 20 Ha 90,91 69,84 9 Prov. 22 Kab. Nilam 3 Kegiatan Pendukung Lainnya ,95 20,58 (Satuan) Pemberdayaan Petani Nilam Org , Ha 93,75 34,60 6 Prov. 14 Kab. Monitoring, evaluasi dan pelaporan Keg ,03 15 Org 68,18 6,55 8 Prov. 16 Kab. kegiatan TOTAL/RATA-RATA ,85 29,85 Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pengembangan nilam, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan nilam adalah sebesar 29,85% (efisien). 82

97 11. Kegiatan Pengembangan Tanaman Tembakau Kegiatan Pengembangan tanaman tembakau dilaksanakan di 8 provinsi dan 16 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman tembakau seluas 195 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tembakau tersebut seperti pada Tabel 18. Tabel 18. Pengembangan Tanaman Tembakau Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Penanaman Tembakau Ha , Ha 100,00 72,24 7 Prov. 11 Kab. 2 Kegiatan Pendukung Lainnya ,81 62,41 (Satuan) Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan Org , Org 100,00 64,60 3 Provinsi Monitoring, evaluasi dan Keg ,06 11 Keg 64,71 60,21 8 Prov. 16 Kab. pelaporan kegiatan TOTAL/RATA-RATA ,41 67,33 Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan pengembangan tembakau, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan tembakau adalah sebesar 67,33 (efisien). Keadaan anomali terjadi pada kegiatan monitoring dan pelaporan kegiatan disebabkan karena terjadi self-bloking pada satuan volume kegiatan yang sama. 12. Kegiatan Pengembangan Tanaman Lada Kegiatan Pengembangan tanaman lada dilaksanakan di 4 provinsi dan 13 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi tanaman lada seluas ha, pembangunan kebun induk tanaman 83

98 lada seluas 11 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan lada tersebut seperti pada Tabel 19. Tabel 19. Pengembangan Tanaman Lada Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Intensifikasi Tanaman Lada Ha , Ha 99,73 59,33 4 Prov. 9 Kab. 2 Pembangunan Kebun Induk ,94 13 Ha 92,86 44,40 4 Prov. 9 Kab. Lada 3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) ,92 127,09 Perencanaan Paket ,26 1 Paket 100,00 186,85 1 Provinsi Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan Keg ,07 13 Keg 100,00 67,33 4 Prov. 13 Kab. TOTAL/RATA-RATA ,73 76,94 Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan lada adalah sebesar 76,94% (efisien). Terjadi anomali pada kegiatan perencanaan pengembangan tanaman lada karena terjadi self-bloking pada paket kegiatan. 13. Kegiatan Pengembangan Tamanan Pala Kegiatan Pengembangan tanaman pada dilaksanakan di 5 provinsi dan 12 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi tanaman pala seluas ha, rehabilitasi tanaman pala seluas 200 ha, perluasan tanaman pala di lahan kering seluas 700 ha, Pemeliharaan kebun induk pala seluas 6 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan pala tersebut seperti pada Tabel

99 Tabel 20. Pengembangan Tanaman Pala Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Intensifikasi Tanaman Pala Ha , Ha 95,90 55,18 4 Prov. 6 Kab. 2 Rehabilitasi Tanaman Pala Ha , Ha 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab 3 Perluasan Pala di Lahan Kering Ha , Ha 100,00 51,83 1 Prov. 1 Kab 4 Pemeliharaan Kebun Induk Pala Ha ,29 6 Ha 100,00 66,77 1 Prov. 1 Kab 5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) ,35 77,36 Penilaian BlokPenghasil Tinggi Pala Paket ,97 1 Paket 100,00 52,58 1 Prov. 1 Kab Indikasi Geografis Tanaman Pala Paket ,00 2 Paket 100,00 50,00 1 Prov. 1 Kab Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada Keg ,20 12 Keg 100,00 129,50 5 Prov 12 Kab TOTAL/RATA-RATA ,52 60,23 Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan pala adalah sebesar 60,23% (efisien). 14. Kegiatan Pengembangan Tanaman Cengkeh Kegiatan Pengembangan tanaman cengkeh dilaksanakan di 6 provinsi dan 16 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu rehabilitasi tanaman cengkeh seluas ha, perluasan tanaman cengkeh dilahan kering seluas 200 ha, intensifikasi tanaman cengkeh seluas ha, pemeliharaan kebun induk cengkeh seluas 8 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman cengkeh tersebut seperti pada Tabel

100 Tabel 21. Pengembangan Tanaman Cengkeh Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Rehabilitasi Tanaman Cengkeh Ha , Ha 100,00 129,62 4 Prov. 5 Kab 2 Perluasan Cengkeh di Lahan Ha , Ha 100,00 75,88 1 Prov. 1 Kab Kering 3 Intensifikasi Cengkeh Ha , Ha 100,00 51,70 2 Prov. 4 Kab 4 Pemeliharaan Kebun Induk Ha Ha 100,00 67,07 2 Prov. 4 Kab Cengkeh 5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan) ,30 93,57 Penilaian Blok Penghasil Tinggi Cengkeh Paket ,31 3Paket 100,00 59,22 2 Prov. 4 Kab Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada Keg ,83 16 Keg 100,00 127,92 6 Prov 15 Kab TOTAL/RATA-RATA ,81 83,57 Sumber: Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, 2017 Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan tanaman cengkeh adalah sebesar 83,57% (efisien). Terjadi anomali terhadap kegiatan rehabilitasi tanaman cengkeh dengan nilai efisiensi sebesar 129,62% disebabkan ada self-bloking beberapa spesifikasi kegiatan dalam paket kegiatan yang sama. Sedangkan terjadi anomali pada kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan pengembangan lada (127,92%) disebabkan adanya self-bloking pada kegiatan tersebut namun target fisik tetap sama. 15. Kegiatan Pengembangan Kemiri Sunan Kegiatan Pengembangan tanaman kemiri sunan dilaksanakan di 3 provinsi dan 3 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu pengembangan tanaman kemiri sunan seluas 15 ha, pemeliharaan kebun induk kemiri sunan seluas 5 ha dan kegiatan pendukung 86

101 lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kemiri sunan tersebut seperti pada Tabel 22. Tabel 22. Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Tahun 2016 TARGET REALISASI NILAI NO KEGIATAN KEUANGAN FISIK KEUANGAN FISIK EFISIENSI KETERANGAN (%) Rp.(000) VOLUME SAT Rp.(000) VOLUME SAT % (%) 1 Pengembangan Tanaman Ha , Ha 100,00 69,70 3 Prov 3 Kab Kemiri Sunan 2 Pemeliharaan Kebun Sumber Ha ,00 5 Ha 100,00 50,00 3 Prov 3 Kab Benih Kemiri Sunan 3 Kegiatan Pendukung Lainnya Keg ,83 1 Keg 100,00 115,43 (Satuan) Pengawalan pengembangan Keg ,83 3 Keg 100,00 115,43 2 Prov 2 Kab tanaman keniri sunan TOTAL/RATA-RATA ,58 78,38 Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah) Jika mengacu pada PMK 249 Tahun 2011, dari analisis pencapaian kinerja kegiatan diatas, dapat dijelaskan bahwa nilai efisiensi kegiatan pengembangan kemiri sunan adalah sebesar 78,38% (efisien) Pencapaian Kinerja terhadap Pencapaian Kinerja Beberapa Tahun Terakhir Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan terhadap pencapaian kinerja Tahun 2014 dan Tahun 2015 ditunjukkan pada Tabel 23. Tabel 23. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan Terhadap Pencapaian Kinerja Tahun 2014 dan Tahun 2015 Indikator Kinerja Program Capaian Kinerja 2014 (%) Capaian Kinerja 2015 (5) Capaian Kinerja 2016 (%) 2016 dibanding Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % 2014 (%) 2016 dibanding 2015 (%) Rata-rata Pertumbuhan 100,00 101,10 101,10 112,91 101,94 90,28 110,03 88,99 80,88 80,00 89,58 produksi tanaman tebu (%) Rata-rata Pertumbuhan 100,00 104,32 104,32 105,89 105,45 99,58 102,45 101,36 98,84 94,75 99,25 produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya (%) Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah) 87

102 Berdasarkan Tabel 23 di atas dapat dijelaskan bahwa: 1. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman tebu Tahun 2016 dibanding rata-rata pertumbuhan produksi Tahun 2015 dan Tahun 2014 sebagai berikut: a. Kinerja Tahun 2016 adalah sebesar 80,88% atau turun sebesar (-20,00%) atau 80,00% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun 2014 sebesar 101,10%. b. Kinerja Tahun 2016 adalah 80,88% atau turun sebesar (-10,42%) atau 89,58% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun 2015 sebesar 90,28%. 2. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya Tahun 2016 dibanding rata-rata pertumbuhan produksi Tahun 2015 dan Tahun 2014 sebagai berikut: a. Kinerja Tahun 2016 adalah sebesar 98,84% atau turun sebesar (-5,25%) atau 94,75% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun 2014 sebesar 104,32%. b. Kinerja Tahun 2016 adalah 98,84% atau turun sebesar (-0,75)% atau 99,25% jika dibandingkan dengan kinerja Tahun 2015 sebesar 99,58%. Perbandingan kinerja Tahun 2016 dan kinerja Tahun 2015 dan kinerja Tahun 2014 per komoditas perkebunan unggulan lainnya dapat disajikan pada Tabel

103 Tabel 24. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Tahun 2015 Dan Tahun 2014 per Komoditas NO KOMODITAS 2014 KINERJA (%) Kinerja (%) Target (%) Kinerja (%) Target (%) Kinerja (%) KINERJA 2016 DIBANDING 2014 KINERJA 2016 DIBANDING Kakao 101,05 116,35 70,01 102,45 108,05 106,93 154,34 2 Teh 106,12 116,35 73,84 102,45 106,00 99,88 143,56 3 Kelapa Sawit 105,39 116,35 91,21 102,45 104,39 99,06 114,46 4 Sagu 200,34 116,35 117,29 102,45 101,42 50,62 86,47 5 Pala 116,20 116,35 88,53 102,45 99,63 85,74 112,54 6 Tembakau 120,59 116,35 83,99 102,45 98,80 81,93 117,63 7 Lada 96,06 116,35 80,10 102,45 98,41 102,45 122,85 8 Karet 97,40 116,35 85,74 102,45 97,99 100,61 114,30 9 Kopi 95,26 116,35 85,35 102,45 97,59 102,45 114,34 10 Cengkeh 111,34 116,35 98,27 102,45 97,53 87,59 99,24 11 Kemiri Sunan 300,00 116,35 325,17 102,45 97,35 32,45 29,94 12 Kelapa 98,50 116,35 83,51 102,45 96,61 98,08 115,68 13 Nilam 101,01 116,35 81,17 102,45 96,04 95,08 118,32 14 Jambu Mete 113,08 116,35 90,06 102,45 92,28 81,61 102,47 15 Kapas 40,67 116,35 85,72 102,45 91,95 226,07 107,27 Sumber: Statistik Ditjen Perkebunan, 2017 (diolah) Berdasar Tabel 24 di atas dapat dijelaskan bahwa: 1. Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan dengan Tahun 2015 secara umum mengalami kenaikan sebesar 3,54%. Jika di lihat per komoditas kinerja tertinggi secara berurutan yaitu kakao (154%), teh (143%), lada (122%), nilam (118%), tembakau (117%), kelapa (116%), kelapa sawit (114%), kopi (114%), karet (114%), pala (112%), kapas (107%) dan jambu mete (102%). Sedangkan kinerja yang mengalami penurunan yaitu cengkeh (99%), sagu (86%) dan kemiri sunan 29%. 2. Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan dengan Tahun 2014 secara umum mengalami penurunan sebesar 1,16%. Jika di 89

104 lihat per komoditas kinerja tertinggi secara berurutan yaitu kapas (226%) kakao (107%), lada (103%), kopi (103%), karet 101% dan teh 100%. Sedangkan beberapa komoditas perkebunan unggulan mengalami penurunan antara 32% komoditas kemiri sunan dan 99% komoditas kelapa sawit Pencapaian Kinerja terhadap sasaran Renstra Pencapaian kinerja Tahun 2016 jika dibandingkan terhadap sasaran Renstra Ditjen Perkebunan Tahun ditunjukkan pada Tabel 25. Tabel 25. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 terhadap Sasaran Renstra Tahun Per Komoditas NO INDIKATOR TARGET IKP PER TAHUN RATA-RATA AKUMULASI S.D Rata-rata Pertumbuhan Produksi 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78 - Tanaman Tebu 2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49 - TARGET IKP SAMPAI DENGAN TAHUN INI 1 Rata-rata Pertumbuhan Produksi 112,91 124,23 132,97 139,05 145,12-145,12 Tanaman Tebu 2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya 116,35 119,20 122,66 126,20 129,81-129,81 REALISASI IKP SAMPAI DENGAN TAHUN INI 1 Rata-rata Pertumbuhan Produksi 89,30 80, ,63-61,63 Tanaman Tebu 2 Rata-rata Pertumbuhan Produksi Tanaman Perkebunan Unggulan Lainnya 95,46 98, ,14-76,14 Sumber: Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan , 2015 Target sasaran program (outcomes) sesuai Renstra Ditjen Perkebunan Tahun merupakan target jangka menengah yang ditunjukkan oleh capaian produksi pada Tahun Oleh karena itu sesuai dengan target IKP Per Tahun dan di konversi menjadi target IKP sampai dengan tahun ini sedangkan pengukurannya ditentukan oleh tahun dasar dalam 90

105 penentuan target IKP yaitu capaian produksi Tahun Berdasarkan analisis ini diperoleh capaian kinerja Tahun 2016 dibandingkan sasaran Renstra (target IKP sampai dengan Tahun 2019) sebagai berikut: 1. Pencapaian kinerja Tahun 2016, Rata-rata pertumbuhan produksi tebu sebesar 80,88% dibanding Tahun 2014 sebesar 80,00%, kinerja ini jika dibanding dengan sasaran Renstra Tahun 2019 mencapai 61,63%. Ini berarti dengan waktu 3 tahun yang tersisa Ditjen perkebunan masih memiliki tanggung jawab 38,37% untuk mencapai target Renstra. 2. Pencapaian kinerja Tahun 2016, Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya 103,11%, dibanding Tahun 2014 sebesar 98,84%, kinerja ini jik= dibanding dengan sasaran Renstra Tahun 2019 mencapai 76,14%. Ini berarti dengan waktu 3 tahun yang tersisa Ditjen perkebunan masih memiliki tanggung jawab 23,86% untuk mencapai target Renstra Capaian Kinerja Lainnya Pencapaian Kinerja Indikator Makro Komoditas perkebunan merupakan sumber devisa Negara karena banyak komoditasnya yang diekspor keluar negeri dan sebagai indikator pendapatan pemerintah pada sektor pertanian termasuk sub sektor perkebunan. Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan terhadap indikator makro, selama lima tahun terakhir ( ) mengalami peningkatan pada semua indikaor khususnya PDB berdasarkan harga berlaku mencapai 11,27% dan berdasarkan harga konstan Tahun

106 juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, Keterlibatan tenaga kerja di sektor perkebunan yang diperkirakan untuk Tahun 2016 berjumlah 23,38 juta orang mengalami peningkatan sebesar 3,24%. Neraca perdagangan untuk komoditi perkebunan Tahun 2016 mencapai US$ 20,72 milyar, mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,59% sejak Tahun Pada Tahun hasil ekspor perkebunan mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,51% setiap tahun, sedangkan Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada bulan Januari 2016 sebesar 104,41 dan pada bulan September 2016 mencapai 107,85 dan mengalami kenaikan sebesar 3,57% dibandingkan dengan Tahun 2013 sebesar 104,13. Perkembanganan capaian Indikator makro Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun NO. INDIKATOR 1 Pertumbuhan PDB CAPAIAN Laju Pertumbuhan Th (%) - harga berlaku (Rp milyar) ,99 - harga konstan 2010 (Rp milyar) , Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 20,94 21,12 22,51 22,16 22,43 1,78 29,36 25,77 22,63 22,84 20,72 (8,19) 4 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 32,22 29,96 26,77 26,78 23,93 (7,07) 5 NTP Perkebunan Rakyat 109,58 108,34 106,38 100,86 97,03 (2,98) Sumber : BPS, 2016 Keterangan : Di luar perikanan dan kehutanan 92

107 Pencapaian Kinerja Indikator Mikro Sesuai dengan tugas dan fungsinya Ditjen Perkebunan mempunyai tugas meningkatkan produksi dan produktivitas perkebunan. Pencapaian kinerja ini digambarkan melalui capaian produksi dan produktivitas secara nasional 16 komoditas unggulan Direktorat Jenderal Perkebunan Produksi Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 6 tahun ( ) mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 3,51% per tahun. Beberapa komoditas unggulan utama selama 6 tahun terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yaitu sagu (42,37%), cengkeh (14,75%), pala (9,26%), kelapa sawit (7,58%), jambu mete (2,71%), karet (1,15%), tembakau (0,83%) dan kopi (0,11%). Namun sebaliknya beberapa komoditas mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan (-20,00%), kapas (-14,47%), nilam (-7,03%), kelapa (-1,84%), lada (-1,08%), kakao (-1,10%), teh (-0,58%) dan tebu (-0,07%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat menstimulasi peningkatan produksi tanaman melalui penerapan IPTEK dan 4-ASI (intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi), yang didukung dengan sistem penyuluhan, pengawalan, pendampingan yang intensif dan keterkaitan antara seluruh aspek budidaya dan penyiapan benih, perlindungan tanaman, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan serta aspek penelitian dan pengembangan 93

108 sehingga teknologi mudah diakses. Sedangkan terjadi penurunan produksi secara umum disebabkan oleh anomali iklim dan terjadinya penurunan luas areal tanaman. Khusus untuk kemiri sunan produksi sangat minim karena sebagain besar tidak dipanen akibat belum tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya. Rincian produksi per komoditas dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun No. Komoditas Perkebunan Realisasi Produksi Perkebunan ( T o n ) Laju Pertum buhan *) (%) I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Hablur) ,07 2. Kapas (Serat Kering) ,47 3. Tembakau (Daun Kering) ,83 4. Nilam (Daun Kering) **) ,03 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Karet Kering) ,15 6. Kelapa Sawit (CPO) ,58 7. Kelapa (Kopra) ,84 8. Kopi (Kopi Berasan) ,11 9. Kakao (Biji Kering) , Jambu Mete (Gldg Kering) , Lada (Lada Kering) , Cengkeh (Bunga Kering) , Teh (Daun Kering) , Pala (Biji Kering) , Sagu (Tepung Sagu) , Kemiri Sunan (Biji Kering) Jumlah I dan II ,51 Catatan : *) Angka Sementara **) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri Sumber: Data Statistik Perkebunan, Produktivitas Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 6 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami peningkatan dengan laju rata-rata sebesar 2,56% per tahun. Laju peningkatan produktivitas tertinggi 94

109 adalah komoditas sagu sebesar 19,61%, cengkeh 12,98%, nilam 4,82%, pala 4,77%, jambu mete 2,67%, teh 2,22%, lada 1,64%, kelapa sawit 1,37%, tembakau 0,93%, tebu 0,26%, kopi 0,16%. Sedangkan yang mengalami penurunan adalah komoditas kapas (-8,14%), kelapa (-0,96%), kemiri sunan (-0,14%), kakao (-0,80%) dan karet (-0,48%). Rincian produktivitas per komoditas dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun Capaian Produktivitas (Kg/Ha) Laju No. Komoditas Perkebunan Pertum *) buhan (%) II. TANAMAN SEMUSIM 13. Tebu (Hablur) , Kapas (Serat Kering) , Tembakau (Daun Kering) , Nilam (Daun Kering) ,82 I. TANAMAN TAHUNAN 1. Karet (Karet Kering) ,48 2. Kelapa Sawit (CPO) ,37 3. Kelapa (Kopra) ,96 4. Kopi (Kopi Berasan) ,16 5. Kakao (Biji Kering) ,80 6. Jambu Mete (Gldg Kering) ,67 7. Lada (Lada Kering) ,64 8. Cengkeh (Bunga Kering) ,98 9. Teh (Daun Kering) , Pala (Biji Kering) , Sagu (Tepung Sagu) , Kemiri Sunan (Biji Kering) ,14 Jumlah I dan II ,56 Catatan : *) Angka Sementara Sumber: Data Statistik Perkebunan, Luas Perkembangan luas areal komoditas perkebunan selama 6 tahun terakhir (Tahun ) cenderung mengalami peningkatan ratarata sebesar 1,27%. Peningkatan tertinggi adalah komoditas sagu 16,80%, kelapa sawit 5,81%, pala 6,79%, kemiri sunan 3,74%, cengkeh 2,26%, dan karet 1,04%. Sedangkan komoditas yang mengalami 95

110 penurunan luas areal yaitu nilam (-7,51%), kapas (-1,95%), kelapa (-1,09%), teh (-1,08%), lada (-1,04%), tembakau (-0,60%) kakao (-0,35%), tebu (-0,23%) dan kopi (-0,08%). Peningkatan luas areal disebabkan antara lain oleh meningkatnya minat perluasan karena faktor harga dan teknologi yang mendukung. Sedangkan penurunan disebabkan oleh semakin lemahnya minat karena anomali iklim, dukungan pasar dan kurangnya dukungan teknologi untuk mengantisipasinya. Tabel 29. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun Luas Areal Perkebunan (Hektar) No. Komoditas Perkebunan Laju *) Pertumbuhan (%) I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Sugar cane) ,23 2. Kapas (Cotton) ,95 3. Tembakau (Tobacco) ,60 4. Nilam (Patchouli ) ,51 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Rubber) ,04 6. Kelapa sawit (Oil Palm) ,81 7. Kelapa (Coconut) ,09 8. Kopi (Coffee) ,08 9. Kakao (Cocoa) , Jambu mete (Cashewnut) , Lada (Pepper) , Cengkeh (Clove) , Teh (Tea) , Pala (Nutmeg ) , Sagu (Sago ) , Kemiri Sunan ,74 Jumlah I dan II Catatan: *) angka sementara Sumber: Data Statistik Perkebunan, , Serapan Anggaran Program Direktorat Jenderal Perkebunan Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret 2016) sebesar Rp ,- mengalami refokusing pada bulan April sehingga menjadi Rp ,-. Kemudian pada 96

111 bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah sehingga terjadi penghematan sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi ,-. Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan Pemerintah dilakukan self-bloking sebesar Rp ,-, sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp ,-. Self-bloking adalah salah satu upaya membatasi terealisasinya anggaran melalui pemblokiran sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih harus dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja (capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran dalam PK setelah self-bloking. Serapan anggaran program/kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan pada Tahun 2016 adalah sebesar 87,44% dibanding pagu anggaran Rp ,- atau 96,00% dibandingkan dengan pagu setelah self-bloking sebesar Rp ,-dengan capaian fisik sebesar 99,74%. (selanjutnya yang digunakan adalah serapan setelah selfbloking, hal ini disebabkan pembahasan akan terkait dengan capaian fisik kegiatan). Serapan anggaran ini dapat dilihat berdasarkan kegiatan Utama dan Kegiatan (output) Eselon II lingkup Ditjen Perkebunan, berdasarkan jenis belanja, berdasarkan kewenangan dan berdasarkan satker lingkup Ditjen Perkebunan. 97

112 Serapan Anggaran Berdasarkan Kegiatan Utama Serapan anggaran berdasarkan kegiatan utama Direktorat Jenderal Perkebunan dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Kegiatan Utama No Nama Kegiatan / Output Pagu Block Amount Pagu setelah Blokir Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan RP % PAGU % Blokir % Fisik ,44 96,00 97,73 1 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar ,34 94,88 96,61 2 Pengembangan Tanaman Semusim ,85 99,87 99,99 3 Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar ,77 97,31 98,67 4 Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha ,44 97,51 97,86 5 Dukungan Perlindungan Perkebunan ,65 97,11 98,80 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen ,05 93,45 95,19 Perkebunan 7 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan ,72 93,36 96,08 Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 8 Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah ,37 97,13 99,23 9 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan ,87 93,67 95,37 10 Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan ,09 93,18 97,54 Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah) Berdasarkan Tabel 30 dapat dijelaskan bahwa capaian serapan Ditjen Perkebunan dikelompokkan berdasarkan kegiatan utama adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar dengan penyerapan anggaran sebesar 94,88% dan capaian fisik sebesar 96,61%. 2. Pengembangan Tanaman semusim dengan penyerapan anggaran sebesar 99,87% dan capaian fisik sebesar 99,99%. 3. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar dengan penyerapan anggaran sebesar 97,31% dan capaian fisik sebesar 98,67%. Realisasi 98

113 4. Peengembangan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha dengan penyerapan anggaran sebesar 97,51% dan capaian fisik sebesar 97,86%. 5. Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan penyerapan anggaran sebesar 97,11% dan capaian fisik sebesar 98,80%. 6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan penyerapan sebesar 93,45% dan capaian fisik sebesar 95,19%. 7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan serapan anggaran sebesar 93,36% dan capaian fisik sebesar 96,08%. 8. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan serapan anggaran sebesar 97,13% dan capaian fisik sebesar 99,23%. 9. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan angaran sebesar 93,67% dan capaian fisik sebesar 95,37% 10. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan dengan serapan anggaran sebesar 93,18 dan capaian fisik sebesar 97,54% Penyerapan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Penyerapan anggaran berdasarkan jenis belanja dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Realisasi keuangan dan fisik kegiatan berdasarkan jenis belanja dapat dilihat pada tabel

114 Tabel 31. Serapan dan Capaian Fisik Kegiatan Ditjen Perkebunan Tahun 2016 Berdasarkan Jenis Belanja UNIT KERJA/JENIS BELANJA PAGU SETELAH SELFBLOKING REALISASI PAGU SELFBLOKING % SETELAH RP % PAGU % FISIK SELFBLOKING DITJEN. PERKEBUNAN ,44 96,00 97,73 51 BELANJA PEGAWAI ,68 95,44 96,77 52 BELANJA BARANG ,05 96,04 97,80 53 BELANJA MODAL ,56 96,26 97,81 Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah) Capaian serapan berdasarkan jenis belanja dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Belanja Pegawai terealisasi sebesar 95,44% dengan capaian fisik sebesar 96,77%. 2. Belanja Barang terealisasi sebesar 96,04% dengan capaian fisik sebesar 97,80%. 3. Belanja Modal terealisasi sebesar 96,26% dengan capaian fisik sebesar 97,81% Penyerapan Anggaran Berdasarkan Output Kegiatan Ditjen Perkebunan Penyerapan Anggaran berdasarkan output kegiatan mencerminkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang biasanya menjadi kegiatan yang masuk dalam perjanjian Kinerja (PK) Eselon II Lingkup Ditjen Perkebunan. Penyerapan berdasarkan Output Kegiatan secara terinci dijelaskan pada Lampiran 3. Secara umum capaian output kegiatan Ditjen Perkebunan adalah sebagai berikut: 100

115 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar yaitu: 1. Pengembangan tanaman rempah dengan serapan sebesar 100% dan capaian fisik 100%. 2. Pengembangan tanaman penyegar dengan serapan sebesar 94,78% dan capaian fisik 97,74%. 3. Penyediaan benih unggul tanaman perkebunan dengan penyerapan sebesar 100% dan capaian fisik sebesar 100%. 4. Fasilitasi teknis pengembangan tanaman rempah dan penyegar dengan serapan sebesar 99,34% dan capaian fisik sebesar 99,97%. 5. Layanan Perkantoran dengan serapan anggaran sebesar 92,18% dan capaian fisik sebesar 94,61% Pengembangan Tanaman semusim Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Semusim antara lain yaitu: 1. Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan sebesar 99,82% dan capaian fisik 99,99%. 2. Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan sebesar 99,91% dan capaian fisik 100%. 3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 99,84% dan capaian fisik 99,99% Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar 101

116 Serapan dan capaian fisik kegiatan pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar yaitu: 1. Pengembangan tanaman tahunan dengan serapan sebesar 96,65% dan capaian fisik 97,83%. 2. Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar 99,99% dan capaian fisik 100%. 3. Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar Perkebunan dengan serapan sebesar 95,03% dan capaian fisik 95,75%. 4. Pengembangan Tanaman Penyegar dengan serapan sebesar 98,28% dan capaian fisik 99,91%. 5. Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering dengan serapan sebesar 93,84% dan capaian fisik 93,99%. 6. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 99,25% dan capaian fisik 99,96% Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha Serapan dan capaian fisik kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha yaitu: 1. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar 100% dan capaian fisik 100%. 2. Fasilitasi Teknis Penanganan dan Gangguan Usaha dengan serapan sebesar 93,81% dan capaian fisik 94,69%. 3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 100% dan capaian fisik 100%. 102

117 Dukungan Perlindungan Perkebunan Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan yaitu: 1. Penanganan OPT Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar 98,08% dan capaian fisik 98,90%. 2. Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun dengan serapan sebesar 95,16% dan capaian fisik 96,76%. 3. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan dengan serapan sebesar 97,28% dan capaian fisik 99,86%. 4. SL-PHT Perkebunan dengan serapan sebesar 97,57% dan capaian fisik 99,88%. 5. Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan serapan sebesar 96,84% dan capaian fisik 97,84%. 6. Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan sebesar 92,77% dan capaian fisik 94,64%. 7. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 96,37% dan capaian fisik 99,82% Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknsi Lainnya yaitu: 1. Pelayanan dan Pembinaan Umum dengan serapan sebesar 88,99% dan capaian fisik 89,45%. 103

118 2. Pelayanan dan Pembinaan Perencanaan dengan serapan sebesar 95,44% dan capaian fisik 97,77%. 3. Pelayanan dan Pembinaan Keuangan dan Perlengkapan dengan serapan sebesar 92,78% dan capaian fisik 94,64%. 4. Pelayanan dan Pembinaan Evaluasi dan Layanan Rekomendasi dengan serapan sebesar 91,63% dan capaian fisik 94,58%. 5. Pelayanan dan Pembinaan Manajemen dan Teknis Lainnya dengan serapan sebesar 94,80% dan capaian fisik 96,74%. 6. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 92,81% dan capaian fisik 94,64%. 7. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan serapan sebesar 96,35% dan capaian fisik 98,82% Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Serapan dan capaian fisik kegiatan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan yaitu: 1. Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar 84,64% dan capaian fisik 89,23%. 2. Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar 90,82% dan capaian fisik 94,54%. 3. Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar 84,04% dan capaian fisik 89,20%. 4. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 95,70% dan capaian fisik 97,79%. 104

119 5. Kendaraan Bermotor dengan serapan sebesar 99,73% dan capaian fisik 99,99% 6. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi dengan serapan sebesar 94,26% dan capaian fisik 96,71%. 7. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan serapan sebesar 92,25% dan capaian fisik 99,61%. 8. Gedung/Bangunan dengan serapan sebesar 99,18% dan capaian fisik 99,96% Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Serapan dan capaian fisik kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah yaitu: 1. Pengembangan Tanaman Semusim dengan serapan sebesar 97,18% dan capaian fisik 99,86%. 2. Pengembangan Tanaman Rempah dengan serapan sebesar 97,96% dan capaian fisik 99,90%. 3. Perluasan Tanaman Semusim dan Rempah di Lahan Kering dengan serapan sebesar 99,32% dan capaian fisik 99,97%. 4. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan serapan sebesar 93,74% dan capaian fisik 94,69%. 5. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 93,85% dan capaian fisik 99,69%. 105

120 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan yaitu: 1. Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar 96,24% dan capaian fisik 97,81%. 2. Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dengan serapan sebesar 89,33% dan capaian fisik 91,47%. 3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 91,01% dan capaian fisik 94,55% Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan Serapan dan capaian fisik kegiatan Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan yaitu: 1. Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar 93,24% dan capaian fisik 97,66% 2. Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan dengan serapan sebesar 93,77% dan capaian fisik 97,69%. 3. Layanan Perkantoran dengan serapan sebesar 89,02% dan capaian fisik 92,45% Penyerapan Anggaran Berdasarkan Satker Lingkup Ditjen Perkebunan Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan 106

121 ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2013 dan 2014); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola di bawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan Tahun Berdasarkan kriteria tersebut, pada Tahun 2016 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 84 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (33 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (46 satker). Bila diurut berdasarkan efisiensi satker provinsi yang dihitung dengan cara membandingkan capaian fisik dan serapan anggaran yang 107

122 digunakan maka diperoleh secara berurutan sebagaimana pada Tabel 32. Tabel 32. Daftar Capaian Efisiensi Satker Provinsi Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016 ` KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING RP % PAGU % SELFBLOKIN G % FISIK % FISIK/ %SERAPAN 1 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KET. PANGAN PROv KALTARA ,09 45,54 65,00 142,74 2 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PETERNAKAN PROV. KEPRI ,66 88,62 99,08 111,81 3 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ,98 78,02 82,36 105,56 4 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN ,20 94,87 100,00 105,40 5 DINAS PERKEBUNAN & HORTIKULTURA PROP. SULAWESI TENGGARA ,77 93,82 98,89 105,40 6 DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA UTARA ,36 88,64 93,14 105,07 7 DINAS PERKEBUNAN PROP.KALIMANTAN SELATAN ,75 87,13 91,24 104,71 8 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ,67 96,30 100,00 103,84 9 DINAS PERKEBUNAN PROV. NUSA TENGGARA BARAT ,84 96,13 99,09 103,08 10 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA ,69 92,80 95,62 103,04 11 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI ACEH ,88 97,11 100,00 102,98 12 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT ,54 97,20 100,00 102,89 13 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAMBI ,76 92,48 95,00 102,72 14 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI ,69 97,36 100,00 102,71 15 DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA BARAT ,02 89,67 91,90 102,49 16 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAWA TENGAH ,66 94,15 95,92 101,88 17 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA BARAT ,13 97,10 98,89 101,85 18 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU ,65 98,51 100,00 101,51 19 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT ,61 95,56 97,00 101,51 20 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI UTARA ,43 98,59 99,99 101,42 21 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR ,82 96,53 97,85 101,37 22 DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN ,06 94,56 95,73 101,24 23 DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU UTARA ,08 98,78 100,00 101,24 24 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROV D.I.YOGYAKARTA ,02 99,15 100,00 100,86 25 DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU ,86 98,46 99,15 100,70 NO KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING (RP) PAGU SELFBLOKING (RP) RP % PAGU REALISASI % SELFBLOKIN % FISIK % FISIK/ %SERAPAN 26 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROV. BABEL ,47 99,18 99,84 100,67 27 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI LAMPUNG ,08 99,45 100,00 100,55 28 DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROV. NUSA TENGGARA TIMUR ,86 94,87 95,33 100,49 29 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH ,48 98,05 98,43 100,39 30 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BENGKULU ,73 99,34 99,72 100,38 31 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROP. BANTEN ,75 98,94 99,06 100,12 32 DINAS PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI GORONTALO ,49 99,60 99,65 100,05 33 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI BARAT ,20 99,19 99,20 100,01 TOTAL/RATA-RATA ,73 95,88 96,58 103,66 Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah) Sedangkan bila diurut berdasarkan efisiensi satker kabupaten yang dihitung dengan cara membandingkan capaian fisik dan serapan anggaran yang digunakan maka diperoleh secara berurutan sebagaimana Tabel 33. REALISASI 108

123 Tabel 33. Daftar Capaian Efisiensi Satker Kabupaten Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tahun 2016 NO NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING (RP) RP % PAGU REALISASI % SELFBLOKING % FISIK %Fisik/ %Serapan 1 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB TASIKMALAYA ,61 88,23 93,44 105,91 2 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. LUWU UTARA ,91 88,45 92,00 104,02 3 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN ALOR ,43 91,43 95,00 103,90 4 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN GARUT ,85 95,48 99,09 103,78 5 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB ACEH TIMUR ,65 96,65 100,00 103,46 6 DINAS PERKEBUNAN KAB. PASAMAN BARAT ,86 96,67 100,00 103,44 7 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB BENER MERIAH ,12 93,12 96,00 103,09 8 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. SINTANG ,75 97,57 100,00 102,49 9 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB PIDIE ,99 92,47 94,38 102,07 10 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PANDEGLANG ,94 96,12 98,00 101,96 11 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TABALONG ,75 95,75 97,60 101,93 12 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. BULUKUMBA ,59 93,26 95,00 101,86 13 DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KAB. KAPUAS HULU ,42 91,42 93,00 101,72 14 DINAS PERKEBUNAN KAB. TOLI-TOLI ,96 98,15 99,37 101,24 15 DINAS PERKEBUNAN KAB. OGAN KOMERING ILIR ,77 97,80 99,00 101,23 16 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUARA ENIM ,82 91,89 93,00 101,21 17 DINAS PERTANIAN KAB KONAWE ,83 97,83 99,00 101,20 18 DINAS PERKEBUNAN KAB MUSI RAWAS ,23 99,06 100,00 100,95 19 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MOROWALI ,19 98,07 99,00 100,94 20 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KET.PANGAN KAB. POHUWATO ,61 98,57 99,50 100,94 21 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. CIANJUR ,56 99,09 100,00 100,92 22 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT ,13 99,17 100,00 100,84 23 DINAS PERTANIAN KAB. HALMAHERA UTARA ,24 99,24 100,00 100,76 24 DINAS PERKEBUNAN KAB. HALMAHERA TENGAH ,27 99,27 100,00 100,74 25 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN SIKKA ,04 99,04 99,54 100,50 26 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. HULU SUNGAI TENGAH ,41 99,41 99,81 100,40 27 DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KOTA PALU ,37 98,37 98,70 100,34 28 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOTABARU ,78 99,44 99,77 100,33 29 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. ACEH UTARA ,18 96,18 96,46 100,29 30 DINAS PERTANIAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT ,94 99,71 100,00 100,29 NO NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING PAGU SELFBLOKING (RP) RP % PAGU % SELFBLOKING % FISIK %Fisik/ %Serapan 31 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB MAMUJU ,74 99,74 100,00 100,27 32 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB.SOPPENG ,07 99,63 99,85 100,23 33 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. LEBAK ,99 99,80 100,00 100,20 34 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. MERANTI ,32 99,70 99,89 100,19 35 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB BONDOWOSO ,57 98,44 98,57 100,13 36 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. NAGAN RAYA ,68 99,68 99,80 100,12 37 DINAS PERTANIAN KABUPATEN TAKALAR ,96 99,83 99,87 100,04 38 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB SIGI ,94 99,94 99,98 100,04 39 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. BENGKAYANG ,54 99,00 99,00 100,00 40 DINAS PERKEBUNAN KAB. MINAHASA SELATAN ,61 99,61 99,61 100,00 41 DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOLAKA ,05 98,05 98,05 100,00 42 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MAJENE ,51 99,63 99,63 100,00 43 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. SANGGAU ,72 100,00 100,00 100,00 44 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR ,00 100,00 100,00 100,00 45 DINAS PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA KAB. KONAWE SELATAN ,85 96,85 96,85 100,00 46 DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA KAB MAMASA ,97 100,00 100,00 100,00 TOTAL/RATA-RATA ,22 98,16 98,43 100,27 Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah) REALISASI 109

124 Untuk Satker UPT Pusat dan Satker Ditjen Perkebunan dengan capaian efisiensi tertinggi sampai dengan yang terendah dapat diurutkan sebagaimana Tabel 34. Tabel 34. Capaian Efesiensi Satker Ditjen Perkebunan dan Satker UPT Pusat Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah, Tahun 2016 PAGU SELFBLOKING REALISASI NO KODE/NAMA SATKER PAGU (RP) SELFBLOKING (RP) RP % PAGU % % FISIK SELFBLOKIN 1 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK ,38 88,49 93,37 2 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN ,89 92,77 97,14 3 BALAI BESAR PERBENIHAN & PROTEKSI TAN.BUN (BBP2TP) SURABAYA ,89 93,51 97,64 4 BALAI BESAR PERBENIHAN & PROTEKSI TANBUN (BBP2TP) AMBON ,67 97,00 99,68 5 BALAI BESAR PERBENIHAN &PROTEKSI TANBUN (BBP2TP) MEDAN ,56 93,72 94,48 TOTAL/RATA-RATA ,59 93,18 99,74 Sumber: SMART Kemenkeu, 2017 (diolah) Permasalahan Umum dan Isu Strategis Tahun 2016 Dalam mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan ke depan diperlukan Analisis Permasalahan dan mengidentifikasi isue strategis dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan. Permasalahan secara umum pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan yang sudah menjadi isu strategis adalah sebagai berikut: 1. Tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam; 2. Dampak perubahan iklim menyebabkan anomali iklim yang berakibat pada kurang dipahaminya pola budidaya yang baik oleh pekebun; 3. Permodalan petani yang masih belum memadai, sehingga pekebun swadaya murni sulit ditemukan; 110

125 4. Jaringan irigasi dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai; 5. Keraguan pelaksanaan kegiatan di satker karena adanya isu revisi POK/DIPA dan pemotongan anggaran; 6. Keterbatasan dan perubahan SDM di Satker; 7. Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dinas Kabupaten atau Kota (khususnya TP Provinsi); 8. Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi perkebunan mengantri dalam waktu yang lama; 9. Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak mengikuti ROPAK; 10. Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kurang optimalnya manajemen pelaksanaan kegiatan; 11. Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim); 12. Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi dalam penentuan kegiatan kurang optimal; 111

126 13. Unit cost yang terlalu kecil dan terlalu besar untuk daerah-daerah tertentu; 14. Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan belum sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman- Pedoman lainnya; 15. Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; 16. Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam; 17. Rencana Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum sinergis dengan rencana pengembangan tebu secara keseluruhan, karena ditangani oleh Instansi yang berbeda; 18. Penyelesaian masalah tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK yang belum selesai; 19. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; 20. Minimnya SDM Penyuluh Perkebunan padahal sangat dibutuhkan pekebun dalam pengembangan dan proses budidaya; 21. Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; 22. Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan; 23. Lembaga Penjaminan Kredit Petani belum memadai; 24. Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 25. Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; 112

127 26. Pengetahuan dan keterampilan sebagian besar petani belum memadai; 27. Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 113

128 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan yang disusun merupakan salah satu pertanggungjawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-2 (kedua) pada periode Pembangunan Perkebunan Tahun Kesemuanya itu merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun dalam Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada Tahun Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yang menjadi tanggung jawab adalah: Peningkatan produksi, produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui peremajaan, perluasan, rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya. Program tersebut dilaksanakan dalam kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dan rempah, tanaman tahunan dan penyegar, perlindungan perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan, perbenihan perkebunan, dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan, serta dukungan pengujian 114

129 dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman. Pada Tahun 2016 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (Maret 2016) sebesar Rp ,- mengalami refokusing pada bulan April sehingga menjadi Rp ,-. Kemudian pada bulan Agustus 2016 sesuai kebijakan Pemerintah terjadi penghematan, sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp ,-. Kemudian pada bulan November sesuai kebijakan Pemerintah dilakukan self-bloking sebesar Rp ,-, sehingga anggaran Ditjen Perkebunan menjadi Rp ,-. Selp-Bloking adalah salah satu upaya membatasi terealisasinya anggaran melalui pemblokiran sendiri sehingga secara pelaporan keuangan masih harus dipertanggungjawabkan. Dengan adanya penghematan anggaran maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan dalam perjanjian kinerja, sehingga kinerja (capaian fisik) yang dipertangungjawabkan adalah penggunaan anggaran dalam PK setelah self-bloking. Serapan anggaran program/kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan pada Tahun 2016 adalah sebesar 87,44% dibanding pagu anggaran Rp ,- atau 96,00% dibandingkan dengan pagu setelah selfbloking sebesar Rp ,-dengan capaian fisik sebesar 97,73%. Anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di 84 satker terdiri dari 1 satker Pusat, 4 satker UPT pusat, 33 satker provinsi 115

130 dan 46 satker kabupaten. Capaian kinerja fisik dan keuangan Tahun 2016 untuk 7 kegiatan utama Ditjen Perkebunan sebagai berikut: 1. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim dan rempah mencapai 99,22% dengan serapan keuangan sebesar Rp ,- atau 97,16% dari pagu setelah self-bloking; 2. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan dan penyegar mencapai 98,45% dengan serapan keuangan sebesar Rp atau 98,34% dari pagu anggaran setelah selfbloking; 3. Dukungan perlindungan perkebunan mencapai 98,80% dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- atau 97,11% dari pagu anggaran setelah self-bloking; 4. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan mencapai 95,37% dengan serapan anggaran sebesar Rp atau 93,67% dari pagu anggaran setelah self-bloking. 5. Dukungan Perbenihan Perkebunan mencapai 97,54% dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- atau 93,20% dari pagu anggaran setelah self-bloking. 6. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya mencapai 95,19% dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- atau 93,45% dari pagu anggaran setelah self-bloking. 7. Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan mencapai sebesar 96,08% dengan serapan anggaran sebesar RP ,- atau 93,36% dari pagu anggaran setelah self-bloking. 116

131 Pencapaian kinerja program Ditjen Perkebunan tahun 2016 yang di tunjukkan melalui capaian kinerja indikator program dalam perjanjian kinerja Dirjen perkebunan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dibanding dengan target Tahun 2016 capaian pertumbuhan produksi tebu (GKP) mencapai 80,88% atau mengalami penurunan sebesar (-11,01%) dari target meningkat sebesar 10,03% (110,03%). Capaian ini berarti dengan target produksi tebu meningkat 10,01% ( ton GKP) atau 2,749 juta ton GKP pada Tahun 2016 baru mencapai 88,99% (2,222 juta ton). Beberapa permasalahan tidak tercapainya sasaran program sebagai berikut: a. Anomali iklim yang belum dikenali pekebunan secara benar menyebabkan pola tanam dan pola panen tidak sesuai dengan kebutuhan PG, Standar teknis yang sulit diikuti dan kekeringan lahan. b. Pemanfaatan teknologi belum optimal antara lain: inovasi teknologi budidaya belum diterapkan secara optimal, terbatasnya varietas unggul baru yang adaptif terhadap lahan kering, pengelolaan lahan tebu masih terpencar, pemanfaatan mekanisasi belum optimal dan teknologi pasca panen yang belum optimal. c. Dukungan PG belum Optimal antara lain beberapa PG kurang efisien karena sudah tua, kapasitas PG masih kecil dan kurang dukungan ketersediaan PG di areal pengembangan. d. Alih fungsi lahan tebu di beberapa daerah seperti berganti dengan komoditas lain yang dianggap memiliki nilai ekonomis 117

132 tinggi, berubah menjadi lahan perumahan dan bergesernya lahan tebu dari lahan sawah ke lahan kering. e. Sumberdaya manusia yang menangani pertebuan sangat terbatas antara lain: Sulit memperoleh tenaga kerja pertebuan karena kecilnya minat petani maupun TK upahan mengakibatkan mahalnya ongkos produksi, kurangnya jumlah penyuluh perkebunan khususnya tebu, tenaga kerja tebu umumnya pemain lama dan sulit menumbuhkan SDM baru. f. Harga Patokan Petani (HPP) tebu ditentukan oleh Kementerian Perdagangan masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) yang ditentukan Kementerian pertanian. 2. Rata-rata pertumbuhan produksi tanaman perkebunan unggulan lainnya mencapai sebesar 1,36% atau dibawah target sebesar 2,45%. Beberapa Permasalahan yang dihadapi komoditas perkebunan unggulan lainnya yaitu: a. Anomali iklim sebagai permasalahan umum terhadap tumbuh kembangnya tanaman perkebunaan unggulan dan khususnya sulitnya tanaman untuk menyesuaikan dengan perubahan alam. b. Dukungan teknologi belum optimal khususnya komoditas yang dikembangkan di daerah tertentu. c. Harga kurang stabil misalnya karena tidak adanya jaminan pemasaran, sistem pemasaran yang rumit dan lain-lain. d. Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidak ada pabrik pengolahan, industri peningkatan nilai tambah belum optimal 118

133 e. Minimnya dukungan industri hulu misalnya pupuk relatif mahal, ketersediaan mekanisasi kurang mendukung pengembangan komoditas strategis Saran Rekomendasi Laporan ini merupakan sistem yang sangat aspiratif dalam mendukung penilaian kinerja suatu unit kerja seperti Direktorat Jenderal Perkebunan. Berdasarkan pengalaman penyusunan laporan yang telah dibuat, perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses penilaian mulai dari penyusunan perencanaan, monitoring penyelenggaraan kegiatan, sampai dengan kompilasi pelaporan penyelenggaraan maupun cara penilaiannya. Berdasarkan permasalahan dan target yang ditetapkan, maka direkomendasikan sebagai berikut: 1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu untuk produksi gula, perlu disiapkan secara cermat dengan penyediaan benih unggul bermutu melalui pembangunan Kebun Benih Induk (KBI) dan Kebun Benih Datar (KBD) menggunakan teknik kultur jaringan, bantuan alat dan mesin pertanian, bongkar ratoon, rawat ratoon dan perluasan areal pada daerah potensial pengembangan tebu; 2. Selain permasalah teknis penyediaan bahan baku sangat diperlukan ketersediaan dukungan pasca panen dan perlakuan pasca panen (tebang, muat angkut) secara intensif, dukungan pabrik gula (PG), harga yang seimbang, kelembagaan dan peningkatan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. 3. Pengembangan komoditas perkebunan unggulan lainnya perlu mendapat perhatian yang memadai terutama dibidang peningkatan 119

134 produktivitas dan mutu produk serta nilai tambah. Peningkatan produktivitas dapat melalui perbaikan sistem budidaya, pasca panen dan pengolahan hasil. Sedangkan mutu dan nilai tambah dapat memfasilitasi pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil baik produk pokok maupun produk turunannya. 4. Komoditas yang ditujukan untuk pengembangan ekspor perlu dicermati fluktuasi harga di tingkat petani yang cenderung merugikan petani, sehingga dapat lebih menggairahkan petani dalam melaksanakan usahataninya; 5. Kinerja Tim SPI baik pusat maupun satker daerah perlu dioptimalkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 6. Laporan ini sangat berguna sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja pada tahun-tahun berikutnya. 7. Revisi, refokusing, penghematan maupun selfbloking menunjukkan kelemahan dalam perencanaan. Oleh karena itu revisi hendaknya diminimalisir sehingga kepastian pelaksanaan kegiatan yang direncanakan progresnya dapat dipastikan positif. 120

135 PERJANJIAN KINERJA TAHUN

136 122

137 123

138 124

139 125

140 126

141 REALISASI PER OUTPUT KEGIATAN DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2016 No Nama Kegiatan / Output Target Realisasi Pagu (Rp.) Volume (Sat) Blokir (Rp) Pagu setelah Blokir (Rp) Rp. % Pagu % Blokir Vol % Vol % Fisik Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan ,44 96,00 97,73 1 B Pengembangan k l j Tanaman Rempah dan Penyegar ,34 94,88 96,61 Pengembangan Tanaman Rempah ha ,74 100, ,00 100,00 Pengembangan Tanaman Penyegar ha ,05 94, ,00 97,74 Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan ha ,13 100, ,00 100,00 Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Rempah dan bulan ,34 99, ,00 99,97 Penyegar Layanan Perkantoran bulan ,18 92, ,00 94,61 2 Pengembangan Tanaman Semusim ,85 99,87 99,99 Pengembangan Tanaman Semusim ha ,75 99, ,00 99,99 Fasiitasi Teknis Pengembangan Tanaman Semusim bulan ,91 99, ,00 100,00 Layanan Perkantoran bulan ,84 99, ,00 99,99 3 Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar ,77 97,31 98,67 Pengembangan Tanaman Tahunan ha ,56 96, ,00 97,83 Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan ha ,99 99, ,00 100,00 Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar bln ,09 95, ,00 95,75 Pengembangan Tanaman Penyegar ha ,46 98, ,00 99,91 Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering ha ,71 93, ,00 93,69 Layanan Perkantoran bulan ,72 99, ,00 99,96 4 Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha ,44 97,51 97,86 Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan KT ,94 100, ,00 100,00 Fasilitasi Teknis Penanganan dan Gangguan Usaha bln ,72 93, ,00 94,69 Layanan Perkantoran bln ,00 100, ,00 100,00 5 Dukungan Perlindungan Perkebunan ,65 97,11 98,80 Penanganan OPT Tanaman Perkebunan ha ,11 98, ,00 98,90 Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan KT ,73 95, ,00 96,76 Kebakaran Lahan/Kebun Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas desa ,54 97, ,00 99,86 Perkebunan SL-PHT Perkebunan KT ,17 97, ,00 99,88 Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan bln ,73 96, ,00 97,84 Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan kasus ,46 92, ,00 94,64 Layanan Perkantoran bulan ,99 96, ,00 99,82 127

142 Target Realisasi No Nama Kegiatan / Output % Vol % Fisik Pagu (Rp.) Volume (Sat) Blokir (Rp) Pagu setelah Blokir (Rp) Rp. % Pagu % Blokir Vol Fisik Progres 6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan ,05 93,45 100,00 95,19 Pelayanan dan Pembinaan Umum dok ,51 88, ,00 89,45 Pelayanan dan Pembinaan Perencanaan dok ,28 95, ,00 97,77 Pelayanan dan Pembinaan Keuangan dan Perlengkapan dok ,65 92, ,00 94,64 Pelayanan dan Pembinaan Evaluasi dan Layanan Rekomendasi dok ,30 91, ,00 94,58 Pelayanan dan Pembinaan Manajemen dan Teknis Lainnya dok ,13 94, ,00 96,74 Layanan Perkantoran bulan ,65 92, ,00 94,64 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran unit ,28 96, ,00 98,82 7 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan ,72 93,36 96,08 Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan batang ,78 84,64 90,486,149 61,25 89,23 Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pkt tek ,59 90, ,00 94,54 Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman bulan ,50 84, ,00 89,20 Perkebunan Layanan Perkantoran bulan ,88 95, ,00 97,79 Kendaraan Bermotor unit ,21 99, ,00 99,99 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi unit ,25 92, ,00 94,61 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran unit ,84 94, ,00 96,71 Gedung/Bangunan m ,11 99, ,00 99,96 8 Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah ,37 97,13 99,23 Pengembangan Tanaman Semusim ha ,61 97, ,35 99,86 Pengembangan Tanaman Rempah ha ,50 97, ,00 99,90 Perluasan Tanaman Semusim dan Rempah di Lahan Kering ha ,89 99, ,00 99,97 Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim bulan ,30 93, ,00 94,69 dan Rempah Layanan Perkantoran bulan ,19 93, ,00 99,69 9 Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan ,87 93,67 95,37 Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan KT ,09 96, ,00 97,81 Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan bulan ,96 89, ,00 91,47 Pemasaran Hasil Perkebunan Layanan Perkantoran bulan ,69 91, ,00 94,55 10 Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan ,09 93,18 97,54 Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan ha ,68 93, ,13 97,66 Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan bulan ,33 93, ,00 97,69 Layanan Perkantoran bulan ,30 89, ,00 92,45 128

143 No 1 REALISASI INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2016 Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Volume keluaran Anggaran Sat Target Realisasi % Pagu Realisasi Pengembangan areal produktif tanaman kakao ha , Terlaksananya Pengembangan areal produktif tanaman penyegar lainnya ha ,00 Pengembangan Pengembangan areal produktif tanaman tahunan ha ,00 Tanaman Tahunan Perluasan tanaman tahunan dan penyegar di lahan kering ha , dan Penyegar Fasilitasi teknis pengembangan tanaman tahunan dan penyegar bulan , Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana alam y Pelayanan dan Administrasi Seluruh Unit Organisasi di Terlaksananya Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan dan Terlaksananya Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Terlaksananya Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Penanganan organisme penganggu tanaman perkebunan ha , Pemberdayaan perangkat perlindungan perkebunan unit ,00 Antisipasi dampak perubahan iklim KT ,88 Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun Dok ,15 SL-PHT tanaman perkebunan KT , Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan Kasus , Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan Desa ,00 Fasilitasi teknis dukungan perlindungan perkebunan bulan , Jumlah dokumen perencanaan, keuangan dan perlengkapan, umum serta evaluasi dan layanan rekome bulan , Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya bulan , Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan ha , Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan Paket , Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi tanaman perkebunan Unit ,00 Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan Jenis ,00 Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian benih dan teknologi proteksi tanaman perkebunabulan , Pengembangan areal produktif tanaman tebu ha , Pengambangan areal produktif tanaman semusim lainnya ha ,65 Perluasan tanaman semusim dan rempah di lahan kering ha , Pengambangan areal produktif tanaman rempah ha ,32 Fasilitasi teknis pengembangan tanaman semusim dan rempah bulan , Pengembangan pascapanen komoditas perkebunan KT ,00 Pengembangan pengolahan hasil perkebunan Unit ,00 Pembinaan usaha perkebunan Provinsi ,00 Pengembangan pemasaran hasil perkebunan Keg ,00 Pembinaan penerapan standar dan sistem manajemen mutu keamanan pangan bagi pelaku usaha perk Keg ,00 Fasilitasi teknis dukungan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan bulan , Terlaksananya Pengembangan sumber benih unggul tanaman perkebunan ha , Penyediaan Benih Fasilitasi teknis penyediaan benih tanaman perkebunan bulan ,

144 ANALISIS PERMASALAHAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) TAHUN 2016 No PERMASALAHAN PENYEBAB DAMPAK UPAYA YG DILAKUKAN SARAN REKOMENDASI PENANGGUNG JAWAB A RATA-RATA PENINGKATAN PRODUKSI TEBU 1 Pengembangan tebu sebagaian besar dilahan kering alih fungsi lahan dalam pemanfaatan lahan marginal untuk komoditi perkebunan Produksi dan produktivitas dan rendemen rendah pembinaan, fasilitasi dan pengawalan sistem budidaya dengan baik Penyediaan sumur dalam, embung, sumur dangkal, irigasi air permukaan Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 2 Sulit melakukan perluasan areal tebu (1) Keterbatasan lahan, (2) ketergantungan dengan PG, Luasan tebu giling tidak bertambah bahkan terjadi penurunan fasilitasi pelaksanaan perluasan areal tebu di wilayah existing PG Koordinasi dengan instansi terkait Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 3 Lahan sempit dan terpencar pengembangan tebu oleh petani dgn luasan kecil, atau dengan sitem sewa Pengelolaan kurang efektif 4 Transparansi rendemen Sistem pengukuran Ketidakpercayaan dan munculnya rendemen belum kecurigaan serta ketidakadilan menggunakan teknologi yang rendemen tepat 5 Harga gula tidak stabil dan tidak menguntungkan 1) HPP ditentukan tidak petani baru kurang antusias petani sesuai BPP, 2) adanya menanam tebu karena kurang penjualan dan konsumsi gula menarik rafinasi 6 teknologi pengembangan tebu belum tersosialisasi tepat sasaran Sistem komunkasi belum baik antara pengusaha/petani besar dengan petani pemula Petani lebih percaya dengan cara budidaya secara turun temurun pemetaan wilayah pengembangan tebu pengukuran rendemen individu Mengupayakan menahan adanya kebocoran gula rafinasi di pasaran dan mengawal HPP Sosialisasi dan pembinaan oleh pihak terkait baik pemerintah, lembaga penelitian maupun PG Melakukan regrauping lahan (pemetaan daerah binaa) Pengawalan rendemen melibatkan petani, Instansi terkait, Perguruan Tinggi dan PG, memperlakukan sistem budidaya dengan baik dan benar meningkatkan skala usahatani tebu, memperbaiki sistem budidaya, melakukan sistem pengawalan HPP dan BPP meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 7 Sumber daya manusia kurag memadai 1) minimnya penyuluh; 2) minimnya biaya pelatihan; 3) petani tidak bertambah; 4) petugas tidak sesuai bidangnya tenaga kerja tebu sulit didapatkan perekrutan, pembinaan dan pelatihan meningkatkan pembinaan dan pelatihan meningkatkan kapsisat penyuluh, dan tenaga kerja tebu Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 130

145 No PERMASALAHAN PENYEBAB DAMPAK UPAYA YG DILAKUKAN SARAN REKOMENDASI PENANGGUNG JAWAB 8 Kelembagaan petani masih lemah terbatasnya pembinaan terhadap kelompo tani terutama di wilayah luar jawa Kelompok tani kurang solit dan mudah goyah oleh terpaan isu negatif pertebuan Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan petani Meemperkuat kelembagaan petani dengan gapoktan atau Koperasi Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 9 Ketersediaan benih unggul yang sesuai lokasi dengan produktivitas tinggi 10 Lemahnya jaringan pasca panen sulitnya mengfektifkan proses muat tenag angkut tebu Penyedia benih masih kurang sulitnya memperoleh benih unggul yang inovatif kehilangan rendemen cukup tinggi menfasilitasi berbenihan tebu baik kepada kelompok tani maupun PG Perlu adanya pengembang teknologi yang inovatif sehingga diperoleh benih unggul yang memadai pola panen secara bergilir dan tepat bantuan alat pasca panen waktu untuk mengefektofkan ditingkatkan penggunaan TK dan alat pasca panen Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 11 PG yang sudah tua dan PG baru sulit di bangun Besarnya investasi dan kurangnya minat investor di usaha pergulaan berbasis tebu B RATA-RATA PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN UNGGULAN LAINNYA 1 Perubahan Pola budidaya dan kurang siapnya Anomali Iklim petani dalam menyesuaikan perubahan iklim 2 Dukungan teknologi belum optimal khususnya Minimnya teknologi dan komoditas yang dikembangkan di daerah inovasi terbarukan tertentu. Petani merasa kurang adanya penjaminnan pemasaran hasil Keepastian musim tanam dan musim panen bergeser dimusim penghujan atau musim kering sehingga produktivitas menjadi turun Alih Teknologi kurang menjadi daya tarik rehabilitasi PG yang lama serta mengundang investor baru menyesuaikan perubahan iklim Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi Fasilitasi pembangunan PG baru di kaji ulang dan perlu adanya PG yang dibangun oleh Pemerintah penyesuaian pola tanam dan pola panen serta penyesuaian benih unggul yang lebih adaptif Meningkatkan penelitian dan pengembangan teknologi secara tepat guna Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan 1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan 3 Harga kurang stabil misalnya karena tidak Sistem pemasaran yang rumit Harga tidak stabil adanya jaminan pemasaran, sistem pemasaran yang rumit dan lain-lain. Koordinasi, konsolidasi dan pengawalan harga komoditas perkebunan Meningkatkan koordinasi dan Direktorat Pengolahan dan konsulidasi dengan instansi terkait Pemasaran Hasil Perkebunan dengan pengolahan pemasaran dan harga komoditas perkebunan 4 Minimnya dukungan Industri hilir misalnya tidak kurangnnya inovasi dan ada pabrik pengolahan, industri peningkatan nilai teknologi pendukung serta tambah belum optimal minimnya industri hilir 5 Minimnya dukungan industry hulu misalnya kurangnnya inovasi dan pupuk relatif mahal, ketersediaan mekanisasi teknologi pendukung serta kurang mendukung pengembangan komoditas minimnya industri hulu strategis; Petani hilang arah dan kurang antusias karena prospek komoditi yang dikembangkan kurang menarik Ketersediaan saprodi kurang mendukung, biaya produksi tinggi Fasilitasi industri pengolahan dan menarik investor untuk mendirikan pabrik pengolah atau industri lanjutan Koordinasi dengan penyedia saprodi Meningkatkan koordinasi dengan investor Fasilitasi dan koordinasi dibidang sarana produksi dengan industri Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan 1). Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah; 2) Diraktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar; 3)Direktorat Perbenihan Perkebunan 131

146 ANALISIS PERMASALAHAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2016 No. Permasalahan Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung Jawab 1 Keraguan terhadap alokasi anggaran Penghematan anggaran dan isu pemotongan anggaran 2 Keterlambatan proses pelelangan Keterlambatan dalam penetapan Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan adanya perubahan perangkat ULP 3 Pemotongan anggaran bantuan barang (fisik), padahal Surat Perjanjian Kerja (SPK) Pengadaan telah disepakati 4 Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) belum maskimal mendukung pengembangan tanaman lada, pala dan cengkeh pada tahun 2016 (melalui APBD) Penghematan anggaran Kegiatan tertunda/terlambat Kegiatan tertunda Belanja minus (melebihi pagu) Pendapatan asli daerah (PAD) Program dan kegiatan beberapa tahun belakangan ini pengembangan rempah mengalami penurunan, yang mana belum dapat sepenuhnya sumber daya alam yang tidak dapat didukung oleh APBD dapat diperbarui (Unrenewable Resources) yang selama ini menjadi andalan sudah berkurang dan bahkan habis, karena terus menerus die Koordinasi pusat dan daerah secara efektif Mengawal dan koordinasi intensif satker dengan ULP dalam mempercepat proses pelelangan Koordinasi pusat dan daerah secara efektif Mensosialisasikan ke Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mendukung Program/Kegiatan Pengembangan Rempah Nasional (yang tercantum dalam Rencana Strategis Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah) melalui APBD, jika tidak terakomodir di APBN tahun berjala - Segera terbitkan revisi DIPA terbaru dan isu pemotongan jangan berlarut-larut - Mengupayakan perangkat ULP terbentuk bulan Januari (awal tahun anggaran) - Menyampaikan surat edaran dari Menteri Pertanian/Dirjen tentang Target/Kontrak Kinerja yang disepakati, yang mana target tersebut akan tercapai apabila didukung dengan Kinerja ULP yang baik - Pemotongan anggaran perlu dikawal dengan memperhatikan seluruh aspek teknis dan non teknis secara komprehensif, dengan alokasi yang proporsional, seperti unit cost, harga pasar, lokasi dan luas areal, sehingga pengembangan tanaman rempah mencapai sasaran - Segera menindaklanjuti usulan revisi DIPA dari daerah - Mensinkronkan Program/Kegiatan pusat dan daerah dalam rapat koordinasi, rapat kerja dan/atau Focus Group Discussions (FGD) secara intensif dan berkala - Pentingnya sinergitas antar stakeholder perkebunan pusat dan daerah dalam pengembangan industri kreatif yang berasal dari tanaman perkebunan sebagai sumber daya terbarukan (Renewable Resources) Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh; Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Bagian Perencanaan Ditjen Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh 132

147 No. Permasalahan Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung Jawab 5 Harga jual lada, pala dan cengkeh berfluktuasi dan pada saat panen cenderung turun - Petani belum mempunyai gudang penyimpanan - Petani belum menerapkan resi gudang - Panjangnya rantai pasar/distribusi Keuntungan petani belum optimal Pembinaan, pengawalan, pengendalian dan pendampingan dalam menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) Pelatihan GAP, pemberdayaan (petani/kelompok tani), penguatan kelembagaan petani secara berkesinambungan, dan usulan penerapan resi gudang Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh 6 Modal usaha yang dimiliki petani masih terbatas - Posisi tawar petani yang masih lemah terhadap pedagang - Belum solidnya peran kelembagaan petani dalam menghadapi pedagang (pedagang pengepul dan pedagang besar) - Ketergantungan petani terhadap tengkulak - Kesulitan mengakses pinjaman (seperti Kredit Usaha Rakyat/KUR) melalui lembaga pembiayaan Pelaksanaan kegiatan budidaya belum maksimal Sosialisasi program KUR, sehingga petani dapat mengetahui prosedur dan ketentuan untuk memperoleh KUR Penguatan kelembagaan petani, khususnya dari aspek modal melalui penguatan modal usaha kelompok (PMUK), pengembangan Lembaga Ekonomi Mandiri (LEM) Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh - Usaha tani belum mencapai marjin keuntungan yang tinggi (High Profit Margin) 7 Keterbatasan ketersediaan benih unggul produksi benih terbatas produksio dan produktivitas penyediaan benih berjenjang Penguatan kelembagaan petani, khususnya Subdit Tanaman Lada, Pala dan bermutu dan bersertifikat di beberapa wilayah pengembangan tidak mencapai sasaran dari aspek modal melalui penguatan modal usaha kelompok (PMUK), pengembangan Lembaga Ekonomi Mandiri (LEM) Cengkeh; Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan 8 Penyedia benih tembakau terbatas Keterlambatan dalam penetapan Unit Kegiatan tertunda Mengawal dan koordinasi intensif - Mengupayakan perangkat ULP terbentuk Dinas Perkebunan dan/atau Dinas 9 Kegiatan pengembangan tembakau tidak terlaksana di daerah-daerah sentra - Menyampaikan surat edaran dari Menteri Pertanian/Dirjen tentang Target/Kontrak Kinerja yang disepakati, yang mana target tersebut akan tercapai apabila didukung dengan Kinerja ULP yang baik 133

148 No. Permasalahan Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung Jawab 10 Mempermudah pengajuan benih lokal agar dapat disertifikasi menjadi benih unggul nasional Penghematan anggaran Belanja minus (melebihi pagu) Koordinasi pusat dan daerah secara efektif - Pemotongan anggaran perlu dikawal dengan memperhatikan seluruh aspek teknis dan non teknis secara komprehensif, dengan alokasi yang proporsional, seperti unit cost, harga pasar, lokasi dan luas areal, sehingga pengembangan tanaman rempah mencapai sasaran Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Bagian Perencanaan Ditjen Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh 11 Dukungan APBD masih lemah dan tidak sinergis Pendapatan asli daerah (PAD) beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan, yang mana sumber daya alam yang tidak dapat dapat diperbarui (Unrenewable Resources) yang selama ini menjadi andalan sudah berkurang dan bahkan habis, karena terus menerus die Program dan kegiatan pengembangan rempah belum dapat sepenuhnya didukung oleh APBD Mensosialisasikan ke Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mendukung Program/Kegiatan Pengembangan Rempah Nasional (yang tercantum dalam Rencana Strategis Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah) melalui APBD, jika tidak terakomodir di APBN tahun berjala - Mensinkronkan Program/Kegiatan pusat dan daerah dalam rapat koordinasi, rapat kerja dan/atau Focus Group Discussions (FGD) secara intensif dan berkala; Pentingnya sinergitas antar stakeholder perkebunan pusat dan daerah dalam pengembangan industri kreatif Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh 12 Petani sering mengalami kerugian - Petani belum mempunyai gudang penyimpanan 13 Adanya penghematan anggaran, sementara dalam pelaksanaannya sudah pada tahap kontrak dan pembayaran uang muka 14 Harga dan Kualitas tembakau di tingkat petani Penghematan anggaran tidak memperhatikan capaian fisik di masing-masing satker, tetapi melihat SPAN Belum semua Petani ikut kemitraan dengan pabrik rokok Keuntungan petani belum optimal Beberapa kegiatan mengalami keterlambatan, dan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan Pembinaan, pengawalan, pengendalian dan pendampingan dalam menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) Mengalokasikan kegiatan pada tahun berikutnya dan Mendorong Pemerintah daerah untuk mengalokasikan melalui APBD Posisi tawar produk petani Membangun kemitraan pabrik lemah sehingga harga dan roko kualitas ditentukan oleh pedagang besar/pengumpul Pelatihan GAP, pemberdayaan (petani/kelompok tani), penguatan kelembagaan petani secara berkesinambungan, dan usulan penerapan resi gudang - Kedepan penghematan anggaran dilakukan dengan mempertimbangkan capaian fisik di Satker. Membangun kemitraan dengan pabrik rokok Dinas Perkebunan dan/atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Menangani Perkebunan; Subdit Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh Dinas Perkebunan setempat Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah 134

149 No. Permasalahan Penyebab Dampak Upaya Yang Dilakukan Saran Rekomendasi Penanggung Jawab 15 Kegiatan Perluasan Kelapa Sawit di daerah banyak yang terlaksana pada akhir tahun 1. Terjadinya pemotongan/penghematan anggaran di tahun 2016 ;2. Penetapan SK CP/CL dilokasi lahan yang diusulkan sering terlambat; 3. seluruh kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender, keterbatasan ULP di daerah dan 4. Sebagi Kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit terhambat pelaksanaan pengadaannya karena sering menunggu hasil revisi POK 1.Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannnya;2. - Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 2. Percepatan proses pengadaan barang/jasa;3. Saat menerima POK, perlu penelahaan, koordinasi serta sosialisasi baik untuk TP Propinsi maupun TP Kabupaten serta s Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten 16 Mundurnys beberapa TKP karena telah menjadi PNS dan bekerja swasta Adanya kesempatan bekerja di tempat lain Bertambahnya lokasi jangkauan pembinaan bagi TKP yang ada Mengefektifkan kinerja TKP dan mengupayakan penggantian TKP yang mengundurkan diri - Mengevaluasi kinerja TKP dan mendorong TKP yang sudah menjadi PNS dapat bekerja di tempat semula Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten 17 Koordinasi Dinas yang membidangi propinsi dengan kabupaten belum berjalan dengan baik Pengajuan penilaian fisik kebun terlambat bahkan tidak dilakukan;2. biaya penilaian fisik kebun di tingkat Pusat tidak memadai sehingga usulan yang masuk tidak semua dapat di laksanakan Pemahaman tentang manfaat pembinaan dan pengawalan belum sama 1. Belum siapnya mitra usaha;2. Belum patuhnya mitra usaha; 3. Belum terinformasinya secara utuh mitra usaha Beberapa petani yang tidak Sosialisasi kepada Dinas yang terbina membidangi perkebunan baik propinsi maupun kabupaten 1. Standar Pembangunan kebun kelapa sawit tidak dapat diketahui;2. Pembagian hasil ke petani belum dapat diketahui 1. Menyurati mitra usaha agar segera mengajukan penilaian fisik kebun;2. Melakukan koordinasi bersama instansi terkait khususnya untuk mitra usaha yang belum pernah sama sekali mengajukan fisik kebun - Meningkatkan koordinasi kepada Dinas yang membidangi perkebunan propinsi dan kabupaten - Meningkatkan koordinasi kepada Dinas yang membidangi perkebunan propinsi dan kabupaten Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten 19 Kegiatan Pengembangan Kelembagaan dan Usaha Petani Kelapa Sawit di daerah yang terlaksana pada tri wulan III 1. Terjadinya pemotongan/penghematan anggaran di tahun 2016 ;2. Penetapan SK Petani Kelapa Sawit yang mengikuti pelatihan yang diusulkan sering terlambat; 3.seluruh kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender, keterbatasan ULP Kegiatan pengembangan kelembagaan dan usaha tani kelapa sawit terhambat pelaksanaan karena sering menunggu hasil revisi POK 1.Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannnya;2. - Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 2. Percepatan proses pengadaan barang/jasa;3. Saat menerima POK, perlu penelahaan, koordinasi serta sosialisasi baik untuk TP Propinsi maupun TP Kabupaten serta s Dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat Propinsi maupun kabupaten 20 Keterbatasan kesediaan benih unggul bermutu di beberapa wilayah pengembangan 21 Adanya multitafsir/perbedaan pendapat dalam menginterpretasikan Permentan Nomor 50, yaitu Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Terpilih (PIT) 22 Kebijakan pemerintah daerah penerima bantuan fisik ke petani harus berbadan hukum Produksi benih terbatas Kehati-hatian terhadap Permentan Nomor 50 Tahun 2015 Kelembagaan petani/kelompok tani di beberapa daerah ada yang belum berbadan hukum Kegiatan tidak dilaksanakan Kegiatan tidak dilaksanakan Kegiatan tidak dilaksanakan Agar lebih cermat dalam perencanaan kegiatan Telah dilakukan sosialisasi oleh Direktorat Perbenihan Menyurati Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk klarifikasi penerima bantuan fisik - Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) kelapa dan Pohon Induk Terpilih (PIT) - Revisi terhadap Permentan Nomor 50 Tahun 2015 Dinas Perkebunan setempat Direktorat Perbenihan - Agar cermat dalam perencanaan Dinas Perkebunan setempat 23 Adanya penghematan anggaran, sementara dalam pelaksanaannya sudah pada tahap kontrak dan pembayaran uang muka Penghematan anggaran tidak memperhatikan capaian fisik di masing-masing satker, tetapi melihat SPAN Beberapa kegiatan mengalami keterlambatan, dan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan Mengalokasikan kegiatan pada tahun berikutnya dan Mendorong Pemerintah daerah untuk mengalokasikan melalui APBD - Kedepan penghematan anggaran dilakukan dengan mempertimbangkan capaian fisik di Satker. Dinas Perkebunan setempat 135

150

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii iv v vi DAFTAR TABEL vii viii DAFTAR GAMBAR ix x DAFTAR LAMPIRAN xi xii 1 PENDAHULUAN xiii xiv I. PENDAHULUAN 2 KONDISI UMUM DIREKTOAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2005-2009

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015-2019 MANUAL IKU (INDIKATOR KINERJA UTAMA) KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR BAB II PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Direktorat Pengolahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja kesepakatan/perjanjian kinerja antara atasan

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017 Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, 26-27 Januari 2017 Prioritas Nasional KETAHANAN PANGAN dengan 2 Program Prioritas yaitu: 1) PENINGKATAN PRODUKSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... I. Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... I. Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i iii BAB I. Pendahuluan... 1 Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1 II. Kontribusi Perkebunan Terhadap Perekonomian Nasional.... 5 2.1. Kinerja Makro Pembangunan

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Sasaran... 1.4 Dasar

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2016 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2015 adalah laporan kinerja

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} Ilirektorat lenderal Perkebunan Tahun 2013 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian = :3 =3 ra = g l' ]' It 3 it = =3 =t 5 =t 3 3 I I :t =t I =t g =t =t =t I =t

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabititas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015 Dinas Provinsi Jawa Barat 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global, antara lain berperan

Lebih terperinci

Program Pembangunan Perkebunan 2018

Program Pembangunan Perkebunan 2018 Program Pembangunan Perkebunan 2018 PENYELENGGARAAN PERKEBUNAN PERKEBUNAN= Segala kegiatan pengelolaan SDA, SDM, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Perkebunan Berdasarkan Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) 2005-2025 bahwa tahun 2015-2019 memasuki

Lebih terperinci

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012 Hal i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam mencapai tujuan atau sasaran

Lebih terperinci

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 disusun

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama pemerintahan, kelembagaan yang efektif dan effisien dengan tata laksana

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan R E N S T R A Draft Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan 2010-2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pelaksanaan lima tahunan pembangunan hortikultura yang diamanahkan kepada Direktorat Jenderal Hortikultura dari tahun 2010-2014 telah memberikan beberapa manfaat dan dampak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009-2014 bidang pertanian tertuang program prioritas untuk meningkatkan percepatan

Lebih terperinci

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pascapanen dan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 2 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 3 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar...

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. Tinjauan Substansi RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI LAHAN GAMBUT

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI LAHAN GAMBUT STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI LAHAN GAMBUT Oleh : Direktorat Jenderal Perkebunan *) Kementerian Pertanian ---------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pendahuluan Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui perannya dalam pembentukan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE 2015-2019 MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN Disampaikan pada : Musrenbangtan Nasional Tahun 2014 Jakarta, 13 Mei 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

, ,56 99, , ,05 96,70

, ,56 99, , ,05 96,70 LAPORAN KONSOLIDASI PER PROGRAM/KEGIATAN/SUB.KEGIATAN/GROUP TAHUN ANGGARAN 2016 DANA DEKON DAN TUGAS PEMBANTUAN LINGKUP DITJEN PERKEBUNAN, P2HP DAN PSP Posisi : DESEMBER 2016 Sasaran Fisik Sasaran Keuangan

Lebih terperinci

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (1) (2) (3) 1) Jumlah produksi (ton) komoditas tebu minimal memenuhi 90% dari kebutuhan

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 LOG O Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian Gedung A, Lantai 4, Ruang 442-447 Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga. Laporan Kinerja Direktorat Perbenihan Perkebunan Tahun 2016. ini disusun dalam rangka pertanggungjawaban

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon 1 Prakata Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Standar Pelayanan Publik Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. BAB. I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini merupakan salah satu alat instrument untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. Pendekatan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU,

KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU, KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Dokumen ini memuat tentang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH KEMENTERIAN PERTANIAN Direktorat Jenderal Perkebunan DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH Jakarta, Januari 2017 KATA

Lebih terperinci

FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA A. KEMENTRIAN : (18) KEMENTERIAN PERTANIAN FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 215 B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan umum pembangunan perkebunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan 2010 sd 2014, yaitu mensinergikan seluruh sumber

Lebih terperinci

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1 Page 1 KATA PENGANTAR Kinerja Instansi Pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah yang mengindikasikan tingkat

Lebih terperinci

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA 2011 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci