KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian/Penetapan Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Laporan Kinerja Tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Oleh karena itu Laporan Kinerja (LAKIP) Direktorat Jenderal Perkebunan disusun dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Pada Bulan Januari 2014 telah disyahkan Perjanjian/Penetapan Kinerja (PK) yang merupakan dokumen pernyataan kinerja antara Menteri Pertanian dan Direktur Jenderal Perkebunan untuk mewujudkan target kinerja meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan yang meliputi 7 (tujuh) kegiatan utama yaitu: (1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; (2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; (3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan; (7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2014 sebesar Rp ,- dari total pagu anggaran sebesar Rp ,- atau mencapai 88,05% dengan capaian fisik seluruhnya 92,90%. Capaian per kegiatan utama secara berurutan adalah untuk kegiatan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 95,35%, kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,17%, kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 92,59%, kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 91,86%, kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 88,92%, kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebesar 86,39% dan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 80,67% Dokumen Laporan Kinerja (LAKIP) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta, Februari 2015 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS Nip i

3 Kementerian Pertanian IKHTISAR EKSEKUTIF ini dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Laporan ini disusun sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 yang diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Per Men-PAN & RB) Nomor 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 yang diperbaharui dengan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.. Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun , Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tujuan: (1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan; (2) Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian, dan ii

4 Kementerian Pertanian profesionalisme pelaku usaha perkebunan, hubungan sinergis antar pelaku usaha perkebunan; (3) Memfasilitasi peningkatan kontribusi perkebunan dalam mengembangkan perekonomian wilayah melalui pendekatan kawasan pengembangan perkebunan; (4) Memfasilitasi peningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekebun; (5) Memfasilitasi peningkatan penerimaan dan devisa negara; (6) Memfasilitasi penyediaan pangan di wilayah perkebunan; (7) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan konsumsi dan penyediaan bahan baku industri dalam negeri; (8) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan; (9) Mendukung pengembangan penyediaan bahan bakar nabati; (10) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan perkebunan; (11) Meningkatkan ketersediaan dan penerapan teknologi pascapanen budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim serta meningkatkan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; (12) Memfasilitasi penyediaan lapangan kerja; (13) Menyusun perencanaan program dan anggaran, pelayanan perbendaharaan, sistem akutansi dan verifikasi, penatausahaan barang milik negara, pemutakhiran data dan informasi perkebunan, legislasi, advokasi, dan penyelenggaraan hubungan masyarakat; penataan organisasi dan tata laksana serta kepegawaian; mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan perkebunan. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 yaitu: Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, iii

5 Kementerian Pertanian tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumberdaya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efesien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala prioritas tersebut pada tahun 2014 ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan yaitu: (1) Revitalisasi Perkebunan; (2) Swasembada Gula Nasional; (3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio-Energy); (4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional; (5) Pengembangan Komoditas Ekspor; (6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri; (7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. Pengukuran Kinerja berdasarkan capaian kinerja tingkat nasional di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir ( ), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (10,14%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap iv

6 Kementerian Pertanian pembangunan ekonomi, dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 3,21% per tahun. Selain itu, pendapatan pekebun juga mengalami kenaikan rata-rata 4,31% per tahun, dan pada tahun 2014 telah mencapai US$ per kepala keluarga. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil bahwa capaian produksi 15 komoditas mencapai 40,32 juta ton dari target sebesar 40,29 juta ton atau mencapai 100,09% yang dibandingkan dengan target dalam Rencana Kinerja Tahunan/perjanjian kinerja tahun Capaian tersebut meningkat menjadi 103,97% dibandingkan capaian produksi tahun 2013 yang besarnya 38,78 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,97%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 2014 mencapai 99,32%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2014 yang luasnya 21,61 juta hektar, maka terealisasi 23,25 juta hektar yang capaiannya sebesar 107,59%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,22% atau mencapai 102,22% dari 22,75 juta hektar menjadi 23,25 juta hektar untuk tahun Terhadap target Renstra yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2014 sudah mencapai 107,59%. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2014 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp ,- dan setelah adanya penghematan v

7 Kementerian Pertanian anggaran dari Inpres No. 4 tahun 2014 sehingga menjadi sebesar Rp ,- yang dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2014 sebesar Rp ,- dari total pagu sebesar Rp ,- atau mencapai 88,05% dengan capaian fisik seluruhnya 92,90%. Capaian kinerja per kegiatan utama secara berurutan adalah kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 95,35%, kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,17%, kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 92,59%, kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 91,86%, kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 88,92%, kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 86,39% dan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 80,67%. Pada Tahun 2014 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh 93 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (56 satker). Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker (4,30%), berhasil berjumlah 70 satker vi

8 Kementerian Pertanian (75,27%), cukup berhasil berjumlah 16 satker (17,20%) dan tidak/kurang berhasil berjumlah 3 satker (3,23%). Apabila dilihat dari penyebaran satker, yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker yaitu (1) Dinas Perkebunan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, (2) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh, (3) Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara dan (4) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2014 secara umum adalah pengadaan barang dan jasa, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan terlambatnya penyediaan benih dan koordinasi yang belum optimal. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik, sehingga capaian fisik dapat terealisasi secara signifikan. vii

9 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Organisasi... 3 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Startegi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan Tahun Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun viii

10 Penjabaran Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Fokus Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran Kinerja Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Produksi Produktivitas Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Nasional Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Yang Dibiayai APBN Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Direktur Tanaman Semusim Direktur Tanaman Tahunan Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktur Perlindungan Perkebunan ix

11 Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes) Produksi Capaian Kinerja Terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Produktivitas Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran (Outputs) Tanaman Rempah dan Penyegar Tanaman Semusim Tanaman Tahunan x

12 Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Dukungan Perlindungan Perkebunan Dukungan Manajemen (Sekretariat) Perkebunan Dukungan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Akuntabilitas Keuangan Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman semusim Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Dukungan Perlindungan Perkebunan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan Per Satker Tahun xi

13 Penilaian Kinerja Per Satker Tahun Capaian Kinerja Atas Kegiatan Yang Dipantau Oleh UKP Permasalahan dan rencana Tindak Lanjut Permasalahan Administrasi Teknis Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Administrasi Teknis Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Saran Rekomendasi xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Tabel 2 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Tabel 3 : Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun Tabel 4 : Perkembangan Produksi Komoditas perkebunan Tahun Tabel 5 : Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun Tabel 6 : Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun Tabel 7 : Capaian Kinerja Produksi Tahun Tabel 8 : Capaian Kinerja Produktivitas Tahun Tabel 9 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun Tabel 10 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun Tabel 11 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun Tabel 12 : Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun Tabel 13 : Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun xiii

15 Tabel 14 : Capaian Kinerja BBP2TP medan, Surabaya dan Ambon Tahun Tabel 15 : Capaian Serapan Anggaran Tahun 2014 per Eselon I.. 81 Table 16 : Realisasi Serapan Keuangan Per Kegiatan Utama tahun Tabel 17 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun Tabel 18 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun Tabel 19 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun Tabel 20 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan Tahun Tabel 21 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun Tabel 22 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Tahun Tabel 23 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan tahun Tabel 24 : Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukup berhasil) Tahun Tabel 25 : Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau Oleh UKP4 Tahun xiv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 : Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Berdasarkan Dari RKT/Renstra) : Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Berdasarkan dari RKT/PK Tahun 2014) : Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Berdasarkan Capaian Sasaran Program / Outcomes) : Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Berdasarkan Capaian Sasaran Kegiatan / Outputs) : Capaian Kinerja Kegiatan Utama (Output) Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 (Posisi 31 Desember 2014) Lampiran 6 : Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan Per Satker Tahun Lampiran 7 Lampiran 8 : Penilaian Satker Provinsi, Kabupaten dan Balai Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun : Prioritas Nasional Kementerian Pertanian Yang Dipantau UKP4 Tahun xv

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi kegenerasi. Undang-Undang No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan Negara dan devisa Negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas; nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Undang-Undang tersebut telah diperbaharui dengan No.39 tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan. Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan mengemban amanat yang berat dalam mendukung pembangunan nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk (1) 1

18 meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan lestari, dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan. Sejalan dengan tuntutan otonomi daerah sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 dengan revisinya No. 32 dan 33 tahun 2004 serta peraturan pendukungnya, kebijakan pembangunan perkebunan kedepan harus mampu mengakomodir perubahan lingkungan stratejik yang ada serta memilah tugas dan fungsi yang akan dijalankan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di dalam memberikan pelayanan optimal kepada para pelaku usaha perkebunan. Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah, maka diperlukan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang memadai. Penyusunan Laporan Kinerja (LAKIP) didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Laporan ini disusun sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2

19 yang diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan dalam penyusunannya mengacu pada yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 29 Tahun 2010 yang diperbaharui dengan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format yang terdiri dari: 1) Ikhtisar Eksekutif; 2) Bab I Pendahuluan; 3) Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja; 4) Bab III Akuntabilitas Kinerja; 5) Bab IV Penutup dan Lampiran-lampiran Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perkebunan. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; 3

20 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; dan 5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Tanaman Semusim, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerjasama di bidang perkebunan; b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan; 4

21 c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik; d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang perkebunan; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Perkebunan. 2) Direktorat Tanaman Semusim, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman semusim. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Semusim menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan, sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; 5

22 d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pember-dayaan dan kelembagaan tanaman semusim; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim. 3) Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, pedoman, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman rempah dan penyegar. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar menye-lenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; 6

23 d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Rempah dan Penyegar. 4) Direktorat Tanaman Tahunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman tahunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; 7

24 d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan. 5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; c. Penyusunan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman 8

25 semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan. 6) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen dan pembinaan usaha. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; b. Pelaksanan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; 9

26 d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. 7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 08,09,10,11/Permentan /OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBP2TP Surabaya, BBP2TP Medan, dan BBP2TP Ambon. yang statusnya setara Eselon II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a. Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktur Tanaman Tahunan, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. 10

27 Tugas pokok BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional; b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika; c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas; d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas; e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar; f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi; 11

28 g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee fest); h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting; l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan; p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida; 12

29 r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai Besar. Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; 13

30 e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; i. Pelaksanaan pengujian dandan pemanfaatan pestisida nabati; j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai. 14

31 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Berdasarkan perencanaan yang telah disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Tahun yang merupakan payung bagi unit kerja eselon I dibawahnya, arah kebijakan dan strategi pembangunan pertanian disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Visi pembangunan nasional yang dikenal sebagai Visi Indonesia 2014 adalah: Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut: Kesejahteraan Rakyat adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Demokrasi adalah terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. Keadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Dari aspek sektoral, Visi Indonesia 2014 tersebut dirumuskan oleh Kementerian Pertanian sebagai focal point dalam pembangunan pertanian, menjadi: "Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal 15

32 untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani" Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan pertanian, visi pembangunan perkebunan harus selaras dengan visi pembangunan nasional dan visi pembangunan pertanian. Visi yang ingin diwujudkan melalui pembangunan perkebunan selama adalah "Terwujudnya peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkebunan". Dalam rangka mendukung visi pembangunan perkebunan tahun , maka Visi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "Profesional dalam memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan" Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut: 1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan; 2) Menfasilitasi penyediaan benih unggul bermutu serta sarana produksi; 16

33 3) Menfasilitasi penanganan perlindungan tanaman dan Gangguan Usaha Perkebunan (GUP); 4) Memfasilitasi pengembangan usaha perkebunan serta penumbuhan kemitraan yang sinergis antar pelaku usaha perkebunan secara berkelanjutan; 5) Mendorong penumbuhan dan pemberdayaan kelembagaan petani serta memfasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan harmonisasi antara aspek ekonomi, sosial dan ekologi; 6) Memberikan pelayanan di bidang perencanaan, peraturan perundang-undangan, manajemen pembangunan perkebunan dan pelayanan teknis lainnya yang terkoordinasi, efisien dan efektif. Untuk dapat berkontribusi secara efektif dalam misi pembangunan perkebunan , maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan misi sebagai berikut: 1) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, dan kerjasama teknis yang berkualitas; pengelolaan administrasi keuangan, dan aset yang berkualitas; memberikan pelayanan organisasi, tatalaksana, kepegawaian, humas, hukum, dan administrasi perkantoran yang berkualitas; dan melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas; 17

34 2) Meningkatkan kemampuan penyediaan benih unggul, dan penyediaan sarana produksi; 3) Mendorong upaya peningkatan produksi dan produktivitas usaha budidaya tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan; 4) Memfasilitasi terwujudnya integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan pendekatan kawasan, memotivasi penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi lokal, dan mendorong penumbuhan dan pemberdayaan petani dan kelembagaan petani; 5) Memfasilitasi ketersediaan teknologi, sistem perlindungan perkebunan, pengamatan dan pengendalian OPT dan penanganan gangguan usaha serta dampak perubahan iklim; 6) Memfasilitasi peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen budidaya tanaman semusim, tanaman rempah penyegar dan tanaman tahunan, memfasilitasi peningkatan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan seperti ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), PIR (Perusahaan Inti Rakyat), Rekomtek (Rekomendasi Teknis), memfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan. 18

35 Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Untuk dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan , maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Tujuan yang akan dicapai sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut : 1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas, mutu, tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar serta tanaman tahunan; 2) Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian dan profesionalisme pelaku usaha perkebunan serta hubungan sinergis antar pelaku usaha perkebunan; 3) Memfasillitasi peningkatan kontribusi perkebunan dalam mengembangkan perekonomian wilayah melalui pendekatan kawasan pengembangan perkebunan; 4) Memfasilitasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pekebun; 5) Memfasilitasi peningkatan penerimaan dan devisa negara; 6) Memfasilitasi penyediaan pangan di wilayah perkebunan; 7) Memfasilitasi pemenuhi kebutuhan konsumsi dan penyediaan bahan baku industri dalam negeri; 8) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan; 19

36 9) Mendukung pengembangan penyediaan bahan bakar nabati; 10) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan perkebunan; 11) Meningkatkan ketersediaan dan penerapan teknologi pascapanen budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim serta meningkatkan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; 12) Memfasilitasi penyediaan lapangan kerja; 13) Menyusun perencanaan program dan anggaran, pelayanan perbendaharaan, sistem akutansi dan verifikasi, penatausahaan barang milik negara, pemutahiran data dan informasi perkebunan, legislasi, advokasi dan penyelenggaraan hubungan masyarakat; penataan organisasi dan tata laksana serta kepegawaian; mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan perkebunan Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pembangunan perkebunan tahun lebih difokuskan pada 15 komoditas unggulan nasional yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kakao, Kelapa, Jarak Pagar, Teh, Kopi, Jambu Mete, Lada, Cengkeh, Kapas, Tembakau, Tebu, Nilam, dan Kemiri Sunan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan perkebunan selama 5 (lima) tahun adalah luas areal, produksi dan produktivitas pada ke-15 komoditas tersebut dengan rincian sebagai berikut: 20

37 1). Luas areal komoditas unggulan nasional diproyeksikan tumbuh ratarata sebesar 1,49% per tahun dari 20,36 juta hektar pada tahun 2010 menjadi 21,61 juta hektar pada tahun 2014, kecuali Tembakau yang luasnya diproyeksikan konstan yaitu sekitar 205 ribu hektar sampai dengan tahun Sasaran target luas areal komoditas unggulan perkebunan tahun 2014 sebesar 21,61 juta hektar. 2) Produksi 15 komoditas unggulan nasional (karet, kelapa sawit, kakao, kelapa, jarak pagar, teh, kopi, jambu mete, lada, cengkeh, kapas, tembakau, tebu, nilam, dan kemiri sunan) diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 4,19% per tahun dari 34,46 juta ton pada tahun 2010 menjadi 40,60 juta ton pada tahun Sasaran target produksi komoditas unggulan perkebunan tahun 2014 sebesar 40,60 juta ton. 3) Produktivitas komoditas unggulan nasional, kecuali kemiri sunan, diproyeksikan meningkat. Dengan kenaikan produktivitas rata-rata sebesar 2,10% per tahun, diharapkan pada tahun 2014 produktivitas tanaman perkebunan di lapangan mencapai 75% dari standar produktivitas yang dihasilkan lembaga penelitian Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan 21

38 merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis. Kebijakan umum Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Mensinergikan seluruh sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun kebijakan teknis Direktorat Jenderal Perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum yaitu: Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, sumber daya manusia (SDM), kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan Strategi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Untuk mencapai target dan sasaran, dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode , dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang dihadapi selama ini serta menjawab tantangan di masa mendatang maka diperlukan suatu strategi 22

39 pembangunan yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi yang akan menjadi strategi umum Direktorat Jenderal Perkebunan dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun Komponen 7 (tujuh) Gema Revitalisasi adalah: (1) Revitalisasi Lahan; (2) Revitalisasi Perbenihan dan Pembibitan; (3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (4) Revitalisasi Sumber daya Manusia; (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (6) Revitalisasi Kelembagaan Petani; (7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir. Strategi umum pembangunan perkebunan tahun merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus yang meliputi: (1) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan; (2) Pengembangan komoditas; (3) Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan; (4) Investasi usaha perkebunan; (5) Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan; (6) Pengembangan sumber daya manusia (SDM); (7) Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha; (8) Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan hidup; (9) Pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pembangunan perkebunan saat ini dan dimasa yang akan datang menghadapi tantangan yang cukup berat. Selain tuntutan pembangunan 23

40 yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, juga mampu memecahkan masalah kemiskinan dan pengangguran. Keberhasilan pembangunan perkebunan di era yang penuh persaingan ini adalah bagaimana kita dapat mensinergikan seluruh potensi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor: SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor: 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output. Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, 24

41 tanaman tahunan, dan tanaman rempah penyegar dengan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha serta dukungan pelaksanaan perlindungan perkebunan Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan Tahun Perencanaan pembangunan perkebunan dengan pendekatan komoditas unggulan menekankan motor penggerak pembangunan suatu daerah pada komoditas-komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan baik di tingkat domestik maupun internasional. Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Ada beberapa kriteria mengenai komoditas unggulan, diantaranya: 1). Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian yaitu dapat memberikan kontribusi yang signifikan baik pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran; 2). Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas-komoditas lainnya; 3). Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional maupun internasional baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspekaspek lainnya; 25

42 4). Komoditas unggulan di suatu daerah memeiliki keterkaitan dengan daerah lain baik dalam hal pasar maupun pasokan bahan baku; 5). Komoditas unguulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya; 6). Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan; 7). Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal; 8). Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Komoditas unggulan dapat ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sementara dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional. Komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial budaya) untuk dikembangkan di suatu wilayah. Dalam rangka pengembangan komoditas unggulan nasional, Kementerian Pertanian secara intensif telah melakukan berbagai langkah strategis dengan mengidentifikasi dan mengembangkan potensi komoditas unggulan tersebut diberbagai daerah di Indonesia. Salah 26

43 satunya adalah dengan menetapkan pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan. Dari 127 komoditas binaan Ditjen Perkebunan sesuai keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No Tahun 2009, untuk prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Jambu Mete, Teh, Cengkeh, Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Tebu, Kapas, Tembakau, dan Nilam. Sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: 1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim. Prioritas pengembangan tanaman semusim difokuskan pada 4 komoditas strategis yaitu Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam, dengan fokus kegiatannya yaitu: Swasembada Gula Nasional (Tebu), Pengembangan Komoditas Ekspor (Nilam dan Tembakau), 27

44 Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri (Kapas) dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar. Prioritas pengembangan tanaman rempah dan penyegar difokuskan pada 5 komoditas strategis yaitu kakao, Kopi, Lada, Teh dan Cengkeh dengan fokus kegiatannya yaitu: Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas Kakao), Pengembangan Komoditas Ekspor (Kopi, Lada, Teh dan Kakao), Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri (Cengkeh) dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan. Prioritas pengembangan tanaman tahunan difokuskan pada 6 komoditas strategis yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Jambu Mete, Jarak Pagar dan Kimiri Sunan dengan fokus kegiatannya yaitu : Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao dan Karet), Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati/Bio-Energi (Jarak Pagar, Kelapa Sawit, Kelapa dan Kemiri Sunan), Pengembangan Komoditas Ekspor (Kelapa, Kelapa Sawit, Karet dan Jambu Mete), dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Prioritas kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi peningkatan penanganan pascapanen tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan, bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan 28

45 serta memfasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; 5) Dukungan Perlindungan Perkebunan. Prioritas kegiatan ini adalah menurunkan luas areal perkebunan yang terserang OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan; 6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya, dengan prioritas kegiatan ini adalah jumlah Provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan; 7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon dengan prioritas kegiatan yaitu: Memfasilitasi pelayanan sertifikasi benih (jumlah bibit yang disertifikasi) dan peningkatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan; Untuk bidang Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak (BPTP Pontianak) memiliki tugas dalam melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan dalam identifikasi dan penanganan OPT Tanaman Perkebunan, pengembangan teknologi agens hayati OPT Perkebunan, eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT Perkebunan, pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu, pemanfaatan pestisida nabati serta pengelolaan data, informasi dan analisis teknis dalam bidang proteksi tanaman perkebunan. 29

46 Penjabaran Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Dari 4 target sukses Kementerian Pertanian dalam membangun pertanian selama periode , Direktorat Jenderal Perkebunan mendukung pencapaian target tersebut melalui penjabaran program dan kegiatan yang mengacu pada: 1). Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan yaitu melalui pencapaian swasembada gula nasional tahun 2014 pada komditi Tebu; 2). Peningkatan Diversifikasi Pangan dalam hal ini adalah kegiatan dalam rangka penganekaragaman komoditi pertanian untuk mencapai ketahanan pangan perkebunan dengan pangan lainnya seperti kegiatan integrasi kebun-ternak (contoh: Kelapa Sawit dan Sapi), sistem tumpang sari (tanaman pangan/hortikultura dan perkebunan) dan lain-lain. 3). Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor yaitu melalui fokus kegiatan diantaranya adalah: a. Pengembangan komoditi ekspor yang terdiri dari komoditi Kelapa Sawit, Karet, Kopi, Kelapa, Kakao, Jambu Mete, Lada, Tembakau, Teh dan Nilam; b. Revitalisasi perkebunan yang terdiri dari komoditi Kelapa Sawit, Karet dan Kakao; 30

47 c. Gerakan peningkatan produksi dan mutu Kakao nasional (Gernas kakao); d. Penyediaan bahan tanaman sumber Bahan Bakar Nabati/BBN (Bio-energy) yang terdiri dari komoditi Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Kelapa dan Kelapa Sawit; e. Pengembangan komoditas pemenuhan dalam negeri yang terdiri dari komoditi Kapas dan Cengkeh; f. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan yang terdiri dari dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan, dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perkebunan serta dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi tanaman perkebunan. 4). Peningkatan Kesejahteraan Petani yaitu mencakup semua program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan karena pada dasarnya program dan kegiatan pembangunan perkebunan yang dilaksanakan sematamata hanya untuk kepentingan masyarakat petani/pekebun dalam rangka meningkatkan pendapatannya menuju kesejahteraan petani/pekebun. Tujuh fokus kegiatan pembangunan perkebunan sebagai berikut: a. Revitalisasi Perkebunan; b. Swasembada Gula Nasional; 31

48 c. Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energy); d. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional; e. Pengembangan Komoditas Ekspor; f. Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri; g. Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 Program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 merupakan bagian dari program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun yaitu: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 Sasaran strategis pada unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan ditetapkan sesuai dengan Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun (Edisi Revisi II) bulan November 2012 adalah: 1) Peningkatan luas areal tanaman semusim; 2) Peningkatan luas areal tanaman rempah dan penyegar; 3) Peningkatan luas areal tanaman tahunan; 32

49 4) Penurunan luas areal yang terserang OPT; 5) Peningkatan mutu produk perkebunan dan usaha perkebunan berkelanjutan; 6) Peningkatan pelayanan dan pembinaan di bidang manajemen dan teknis pembangunan perkebunan; 7) Peningkatan pengawasan dan pengujian benih tanaman perkebunan dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP Medan, BBP2TP Surabaya dan BBP2TP Ambon). Untuk mengukur kinerja dari pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan telah ditetapkan indikator kinerja utama berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 49/Permentan/OT.140/3/2012 Tanggal 15 Agustus 2012 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan Kementerian Pertanian Tahun , maka Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu: 1) Tugas: Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perkebunan. 2) Fungsi: a) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 33

50 b) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; e) Pelaksanaan Administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan. 3) Sasaran dan Indikator Kinerja Utama (IKU): No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data 1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan. 1. Produksi tebu - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Produksi kapas - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 3. Produksi nilam - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 4. Produksi tembakau - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 5. Produksi kakao - Dinas yang membidangi Perkebunan 34

51 No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data Provinsi dan Kabupaten/Kota. 6. Produksi kopi - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 7. Produksi lada - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 8. Produksi teh - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 9. Produksi cengkeh - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 10. Produksi kelapa sawit - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 11. Produksi karet - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 12. Produksi kelapa - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 13. Produksi jambu mete - Dinas yang membidangi 35

52 No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 14. Produksi jarak pagar - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 15..Produksi kemiri sunan - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pada Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Edisi Revisi II telah ditetapkan indikator kinerja untuk mencapai sasaran program pada unit Eselon I berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi dan produktivitas tanaman perkebunan. Sedangkan indikator kinerja untuk mencapai sasaran kegiatan pada unit Eselon II berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditas unggulan tanaman perkebunan. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 yang disusun dengan Indikator kinerja dan target yang telah ditetapkan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Capaian sasaran program (oucomes) yaitu: a. Meningkatnya produksi komoditi unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, 36

53 kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar) dengan fokus kegiatan yang terdiri dari : (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target ton. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Kapas ton dan Cengkeh ton. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 10 (sepuluh) komoditas adalah: Tembakau ton, Nilam ton, Kopi ton, Teh ton, Kakao ton, Lada ton, Kelapa ton, Kelapa Sawit ton, Karet ton, dan Jambu Mete ton. (4) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk 4 (empat) komoditas adalah: Jarak Pagar ton dan Kemiri Sunan ton, kelapa sawit ton dan kelapa ton. b. Meningkatnya produktivitas komoditi unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar) dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target kg/ha. 37

54 (2) Pengembangan komoditas pemenuhan kebutuhan dalam negeri dengan target untuk Kapas kg/ha dan Cengkeh 295 kg/ha. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 10 (sepuluh) komoditas adalah: Tembakau 893 kg/ha, Nilam kg/ha, Kopi 756 kg/ha, Teh kg/ha, Kakao kg/ha, Lada 752 kg/ha, Kelapa kg/ha, Kelapa Sawit kg/ha, Karet 640 kg/ha, Jambu Mete kg/ha. (4) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk 2 (dua) komoditas adalah: Jarak Pagar kg/ha, dan Kemiri Sunan kg/ha. Rencana Kinerja Tahunan 2014 secara detail yang meliputi sasaran strategis, indikator kinerja dan target disajikan pada Formulir RKT berikut: 38

55 Tabel 1. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran : 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan I. Produksi tanaman Unggulan perkebunan (ribu ton) a Tebu (hablur) b Kapas (kapas berbiji) 63 c Cengkeh (bunga kering) 86 d. Tembakau (daun kering) 184 e. Nilam (daun kering) 124 f. Kakao (biji kering) g. Kopi (biji kering) 791 h. T e h (daun kering) 165 i. Lada (lada kering) 92 j. Karet (karet kering) k. Kelapa (setara kopra) l. Kelapa sawit (CPO) m Jambu mete (gelondong kering) 159 n Jarak pagar (biji kering) 35 o Kemiri sunan (biji kering) 6 II. Produktivitas tanaman unggulan perkebunan (kg/ha) a Tebu (hablur) b Kapas (kapas berbiji) c Cengkeh (bunga kering)

56 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) d. Tembakau (daun kering) 893 e. Nilam (daun kering) f. Kakao (biji kering) g. Kopi (biji kering) 756 h. T e h (daun kering) i. Lada (lada kering) 752 j. Karet (karet kering) 640 k. Kelapa (setara kopra) l. Kelapa sawit (CPO) m Jambu mete (gelondong kering) n Jarak pagar (biji kering) o Kemiri sunan (biji kering) ) Capaian sasaran kegiatan (outputs) yaitu: a. Luas Areal Tanaman Semusim dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target ha. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Kapas ha. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk Tembakau ha dan Nilam ha. 40

57 b. Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 4 (empat) komoditas yaitu: Kakao ha, Kopi ha, Teh ha dan Lada ha. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Cengkeh ha. (3) Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao untuk Rehabilitasi seluas ha. c. Luas Areal Tanaman Tahunan dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 4(empat) komoditas yaitu: Karet ha, Kelapa ha, Kelapa Sawit ha dan Jambu Mete ha. (2) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk Jarak Pagar ha dan Kemiri Sunan ha. (3) Revitalisasi Perkebunan dengan target untuk 3 (tiga) komoditas (Karet ha, Kelapa Sawit ha dan Kakao ha). d. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dengan fokus kegiatan yang meliputi: 41

58 (1) Jumlah areal pengendalian OPT Perkebunan melalui APBN, APBD dan sumber lainnya dengan target ha. (2) Jumlah areal pengendalian OPT Perkebunan melalui APBN Perlindungan Perkebunan dengan target ha. (3) Jumlah kelompok tani yang menerapkan penanganan pascapanen sesuai GHP dengan target 130 Kelompok Tani. (4) Jumlah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dengan target 334 Perusahaan. (5) Jumlah penanganan kasus gangguan usaha perkebunan dengan target 44 Perusahaan. (6) Jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan dengan target 32 Provinsi. (7) Jumlah bibit yang disertifikasi dengan target untuk BBP2TP Surabaya batang, BBP2TP Medan batang dan BBP2TP Ambon batang. (8) Jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan dengan target untuk BBP2TP Surabaya 6 Paket, BBP2TP Medan 10 Paket dan BBP2TP Ambon 9 Paket. 42

59 Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2014 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana dari APBN sebesar Rp ,- dan direvisi menjadi Rp ,- karena adanya penghematan anggaran secara nasional. Dana tersebut untuk melaksanakan 9 (sembilan) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di Pusat dan Daerah berupa dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kabupaten. Adapun kegiatan utama tersebut meliputi: 1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; 2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; 3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; 4) Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; 5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; 6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; 7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada BBP2TP Medan; 8) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada BBP2TP Surabaya; 43

60 9) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada BBP2TP Ambon Fokus Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 Fokus kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun 2014 merupakan bagian tak terpisahkan dengan fokus kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun , yang meliputi: 1) Revitalisasi Perkebunan 2) Swasembada Gula Nasional 3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energi) 4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 5) Pengembangan Komoditas Ekspor 6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri 7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan 2.3. Perjanjian Kinerja Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan 44

61 pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun keluaran (output). Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2014 disusun setelah DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2014 dan masih mengikuti Pedoman Permen-PAN dan RB No. 29 Tahun PK Direktorat Jenderal Perkebunan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian pada bulan Januari PK tersebut berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam dimensi produksi tanaman perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2014 dengan program utama yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan mendapat alokasi dana dari APBN semula sebesar Rp ,- namun berkurang akibat keluarnya Inpres No. 4 tahun 2014 tentang penghematan dan pemotongan belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan APBN tahun 2014 menjadi Rp ,-. Dana tersebut untuk melaksanakan kegiatan utama pembangunan perkebunan yang tersebar di 93 satker yang meliputi 1 satker pusat, 4 satker UPT pusat, 32 satker Provinsi dan 56 satker Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun dalam Format Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 dan telah direvisi berikut ini: 45

62 Tabel 2. Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 PENETAPAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran : 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan I. Produksi tanaman (Ribu ton) 1. Tebu (hablur) Kapas (serat berbiji) Nilam (daun kering) Tembakau (daun kering) Kakao (biji kering) Kopi (biji kering) Lada (lada kering) T e h (daun kering) Cengkeh (bunga kering) Kelapa sawit (CPO) Karet (karet kering) Kelapa (setara kopra) Jambu mete (gelondong kering) Jarak pagar (biji kering) Kemiri sunan (biji kering) 6 Jumlah Anggaran : Program Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan : Rp Jakarta, Agustus 2014 Menteri Pertanian Direktur Jenderal Perkebunan ( Suswono ) ( Gamal Nasir ) 46

63 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja Setiap akhir Tahun Anggaran dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan Pengukuran Kinerja untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian/Penetapan Kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi kinerja dengan menggunakan Format Pengukuran Kinerja yang ditetapkan dalam Permen-PAN dan RB No. 29 Tahun 2010 dan No.53 Tahun Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir ( ), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku 10,14% yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, investasi yang mencapai 12,83% dan ekspor komoditi perkebunan yang mengalami penurunan dengan capaian 3,21% per tahun. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada tahun 2014 mencapai 101,49 dan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 106,38 dengan capaian -1,16%. Selain itu, pendapatan pekebun pada tahun 2014 yang mencapai US$ per kepala keluarga yang mengalami peningkatan, sehingga rata-rata 4,31% per tahun. 47

64 Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2014 secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar petani (NTP) sebagai berikut: Tabel 3. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 NO. INDIKATOR 1 Pertumbuhan PDB CAPAIAN *) Laju Pertum b. Per th (%) - harga berlaku (Rp milyar) ,14 - harga konstan (Rp milyar) ,47 2 Keterlibatan tenaga kerja 20,58 20,94 21,29 22,33 22,71 2,50 (juta orang) 3 Investasi (Rp Triliun) 48,75 58,79 75,45 77,24 77,24 12,83 4 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 23,23 29,36 25,77 22,63 22,87 0,76 5 Pendapatan pekebun (US$/KK) ,31 6 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 24,73 32,22 29,95 26,77 26,83 3,21 7 NTP Perkebunan Rakyat 106,50 109,58 108,34 107,02 101,49-1,16 Catatan: *) angka sementara Selanjutnya untuk pengukuran kinerja hanya dilaksanakan pada indikator kinerja mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas tanaman unggulan nasional perkebunan. Perjanjian Kinerja (PK) untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi tanaman perkebunan. Terhadap outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi perdebatan simpul kritis sebagai berikut: (1) Mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun kedepan; (2) 48

65 Sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, dan pendampingan, serta kebijakan maupun surat-menyurat. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya (outcomes) adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnya minimal empat tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi dan produktivitas pada tahun berjalan ditetapkan sebagai outcomes dengan menggunakan target dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun sebagai acuannya Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Sasaran strategis dalam perjanjian kinerja tersebut adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan 49

66 yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete, jarak pagar, dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokkan kedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional, pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri, pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi). Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 dan No.53 tahun 2014, perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan perjanjian kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah produksi, sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 yang diukur hanyalah produksi. 50

67 Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2014 secara nasional sebesar 92,90% yang dilaksanakan oleh 93 satker di seluruh Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32 satker Provinsi dan 56 satker kabupaten/kota. Untuk mengukur keberhasilan kinerja sesuai kesepakatan di lingkup Kementerian Pertanian ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan yaitu: 1) Sangat Berhasil (capaian > 95%); 2) Berhasil (capaian 80%- 95%); 3) cukup berhasil (capaian 60%-79%), dan 4) tidak berhasil (capaian <59%) dari target sasaran Produksi Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun ( ) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,66% per tahun dari 32,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 40,32 juta ton pada tahun Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan OPT meningkat yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu tembakau (10,96%), kelapa sawit (7,56%), nilam (6,14%), cengkeh (5,59%), karet (3,74%), tebu (3,73%) dan lada (2,40%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu, kapas (-18,08%), jarak pagar (-10,43%), kakao (-3,82%), teh (-2,11%), kelapa (-1,07%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat menstimulasi 51

68 peningkatan produksi tanaman, seperti peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tanaman yang dikemas dalam fokus kegiatan antara lain Revitalisasi Perkebunan, Swasembada gula, Gernas kakao, dan yang lainnya. Khusus untuk kemiri sunan tidak ada angka produksinya tahun 2012, 2013 dan 2014, karena tidak dipanen akibat belum tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun No Komoditi Capaian produksi (ton) *) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet ,74 2 Kelapa ,07 3 Kelapa Sawit ,56 4 Kopi ,09 5 T e h ,11 6 Lada ,40 7 Cengkeh ,59 8 Kakao ,82 9 Jambu Mete ,19 10 Tebu ,73 11 Tembakau ,96 12 Kapas ,08 13 Jarak Pagar ,43 14 Nilam ,14 15 Kemiri Sunan Jumlah ,66 Catatan : *) Angka Sementara **) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri 52

69 Produktivitas Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata sebesar -3,27% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2014, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar -9,91%. Dibalik penurunan produktivitas secara umum, ternyata beberapa komoditi masih mengalami peningkatan produktivitas yang cukup menggembirakan yaitu cengkeh (4,68%), lada (2,22%). karet (1,74%), tembakau (1,57%), tebu (1,56%), nilam (1,05%), kakao (0,44%) dan Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun No Komoditi Capaian Produktivitas (kg/ha) * Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet ,74 2 Kelapa ,67 3 Kelapa Sawit ,11 4 Kopi ,39 5 T e h ,13 6 Lada ,22 7 Cengkeh ,68 8 Kakao ,44 9 Jambu Mete ,82 10 Tebu ,56 11 Tembakau ,57 12 Kapas ,27 13 Jarak Pagar ,47 14 Nilam ,05 15 Kemiri Sunan Catatan : *) Angka Sementara 53

70 Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Capaian kinerja capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam LAKIP tahun 2014 ini adalah capaian kinerja secara nasional dan capaian kinerja yang dibiayai APBN Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Secara Nasional Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa penetapan/perjanjian kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Target yang digunakan adalah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014 yang merupakan bagian dari target dalam Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun (Edisi Revisi II). Pengukuran kinerja capaian luas areal 15 komoditas yang pembangunannya menggunakan dana dari berbagai sumber diantaranya dari APBN, APBD I, APBD II, Swasta dan Swadaya Petani, diukur dengan membandingkan RKT tahun 2014 dengan realisasi berdasarkan capaian data statistik tahun Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 6. 54

71 Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun No Komoditi Capaian luas areal (ha) *) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet ,15 2 Kelapa ,71 3 Kelapa Sawit ,93 4 Kopi ,75 5 Teh ,38 6 Lada ,94 7 Cengkeh ,69 8 Kakao ,06 9 Jambu Mete ,85 10 Tebu ,30 11 Tembakau ,87 12 Kapas ,68 13 Jarak Pagar ,35 14 Nilam ,13 15 Kemiri Sunan ,62 Jumlah ,16 Catatan: *) angka sementara Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT yang disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 2. 55

72 Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan yang Dibiayai dengan APBN. Pada Tahun 2014 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang tertuang dalam DIPA/POK sebesar Rp ,-. Namun dalam pelaksanaannya terjadi penghematan anggaran akibat keluarnya Inpres No.4 tahun 2014 tentang langkah-langkah penghematan dan pemotongan belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan APBN, sehingga anggaran Ditjen. Perkebunan berkurang menjadi sebesar Rp ,-. Dengan adanya penghematan anggaran maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang diwujudkan dalam penurunan luas areal komoditas Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar adalah luas areal tanaman kopi, teh, kakao, lada dan cengkeh. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar yang meliputi kopi, teh, kakao, lada, cengkeh dan pala seluas ha. Realisasi fisiknya mencapai ha (99,05%). Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 56

73 1) Pengembangan tanaman kopi seluas ha yang terdiri atas Intensifikasi tanaman kopi arabika ha, intensifikasi tanaman kopi robusta ha dan perluasan tanaman kopi arabika 350 ha. Realisasi fisik seluas ha (100%) dari target seluas ha sesuai dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 2) Pengembangan tanaman teh seluas ha untuk kegiatan intensifikasi tanaman teh ha dan rehabilitasi tanaman teh ha. dengan realisasi fisik seluas ha atau mencapai 100% dari target seluas ha sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman kakao seluas ha yang terdiri atas Intensifikasi tanaman kakao ha, rehabilitasi tanaman kakao ha, peremajaan tanaman kakao ha. Realisasi capaian fisik seluas ha (98,74%) dari target seluas ha sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 4) Pengembangan tanaman lada seluas 600 ha, yang terdiri atas rehabilitasi tanaman lada 300 ha dan perluasan 300 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas 600 ha (100%) dari target 600 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 950 ha, untuk kegiatan rehabilitasi tanaman cengkeh 750 ha dan perluasan tanaman cengkeh 200 ha. Realisasi fisik mencapai 950 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman pala seluas ha, untuk kegiatan perluasan tanaman pala ha. Realisasi capaian fisik kegiatan 57

74 ini seluas ha (100%) dari target ha pada dokumen penetapan kinerja tahun Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Lampiran 2,4 dan 5) Direktur Tanaman Semusim Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Semusim adalah luas areal tanaman tebu, kapas, tembakau dan nilam. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim yang meliputi tebu, kapas, tembakau dan nilam seluas ha. Realisasi fisiknya mencapai ha (70,08%). Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu seluas ha yang terdiri atas kegiatan bongkar ratoon ha terealisasi ha (74,88%), rawat ratoon ha terealisasi ha (74,42%) dan perluasan tanaman tebu ha terealisasi ha (26,23%) serta pembangunan kebun bibit datar (KBD) ha terealisasi ha (88,27%). Sehingga realisasi seluruhnya seluas ha dengan capaiannya sebesar 66,72% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 58

75 2) Pengembangan tanaman nilam seluas 100 ha dalam rangka pengembangan komoditas ekspor. Capaian realisasi fisik 100 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman kapas seluas ha dalam rangka pemenuhan konsumsi dalam negeri. Capaian fisik seluas ha (100,00%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Lampiran 2, 4 dan 5) Direktur Tanaman Tahunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Tahunan adalah luas areal tanaman karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja 2014 adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak serta sagu dengan luas ha. Realisasi fisiknya mencapai ha (98,51%). Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet seluas ha meliputi kegiatan Peremajaan tanaman karet rakyat ha dan perluasan tanaman karet rakyat 880 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini 59

76 seluas ha (98,88%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 2) Pengembangan tanaman Kelapa seluas ha meliputi kegiatan Peremajaan seluas ha dan perluasan ha. Realisasi fisik mencapai ha (97,11%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 3) Pengembangan tanaman Kelapa sawit seluas 80 ha untuk kegiatan pengembangan model peremajaan 80 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 80 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman Jambu mete seluas ha yang terdiri atas kegiatan peremajaan tanaman Jambu mete 900 ha dan perluasan tanaman Jambu mete ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman sagu seluas 800 ha yang terdiri atas perluasan tanaman sagu 200 ha dan penataan tanaman sagu 600 ha. Realisasi fisik mencapai 800 ha (100,00%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2013 (Lampiran 2, 4 dan 5). 60

77 Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/ 8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah (1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP, (2) Jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dan (3) Jumlah perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya pengembangan penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan sebanyak 223 kelompok tani. Sedangkan jumlah perusahaan perkebunan yang mendapat sertifikat ISPO sebanyak 44 perusahaan. Realisasi fisiknya mencapai 222 kelompok tani (99,55%). Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman semusim sesuai GHP mencapai 57 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sesuai GHP mencapai 53 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman tahunan sesuai GHP mencapai 113 kelompok tani atau 100% dari 61

78 target 113 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 44 perusahaan atau 100% dari target 44 perusahaan sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Lampiran 2, 4 dan 5) Direktur Perlindungan Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah luas areal Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya penanganan organisme pengganggu tanaman perkebunan (OPT) seluas ha, dan pelaksanaan SL-PHT sebanyak 194 Kelompok Tani. Realisasi fisik untuk OPT mencapai ha (98,59%) dari target dan SL-PHT sebanyak 194 Kelompok Tani (100%) dari target. Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengendalian OPT seluas ha yang terdiri dari (a) Pengendalian OPT tanaman rempah dan penyegar seluas ha 62

79 untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman Lada seluas 101 ha, kopi seluas 931 ha, cengkeh seluas 535 ha, kakao seluas ha; (b) Pengendalian OPT tanaman semusim seluas ha untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman tebu seluas ha, tembakau seluas 100 ha, kapas seluas 150 ha dan Nilam 10 ha; (c) Pengendalian OPT tanaman tahunan seluas ha untuk kegiatan pengendalian OPT kelapa seluas ha, karet seluas 621 ha, Kelapa Sawit 200 ha dan jambu mete seluas 215 ha. Capaian realisasi fisik secara berurutan yaitu lada seluas 101 ha (100%), kopi seluas 921 ha (98,93%), cengkeh seluas 535 ha (100%), kakao seluas ha (100%), tebu seluas ha (100%), tembakau seluas 100 ha (100%), kapas seluas 150 ha (100%), nilam 8 ha (80,00%), kelapa seluas ha (96,05%), karet seluas 621 ha (100%), kelapa sawit 200 ha (100%) dan jambu mete seluas 215 ha (100%). Sehingga capaian realisasi fisik keseluruhan seluas ha (98,59%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 2) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 182 Kelompok Tani yang terdiri dari SL-PHT cengkeh sebanyak 8 KT, kakao 50 KT, karet 24 KT, kelapa 6 KT, kopi 14 KT, lada 8 KT, teh 4 KT, kapas 2 KT dan tebu 52 KT. Sedangkan SL-PHT gabungan yaitu SL-PHT kopi dan kakao 4 KT, kelapa dan karet 2 KT, karet dan kakao 4 KT, jambu mete dan kakao 2 KT, karet dan lada 2 KT. Capaian fisik dari kegiatan tersebut sebanyak 182 Kelompok Tani (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun

80 Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2013 (Lampiran 2, 4 dan 5) Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan adalah jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas dibidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan sebanyak 32 Provinsi. Adapun sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya pelayanan kesekretariatan dalam rangka menunjang pencapaian kinerja program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan dengan target 32 provinsi untuk 93 satker. Realisasi fisiknya mencapai 100% dari target dalam bentuk dokumen (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) 64

81 Kementerian Pertanian, IKU BBP2TP adalah (1) jumlah benih/bibit yang disertifikasi dan (2) jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 untuk Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan adalah (a) BBP2TP Medan untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi sebanyak batang dan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan 5 paket; (b) BBP2TP Surabaya sebanyak batang dengan 8 paket; (c) BBP2TP Ambon sebanyak 750 batang dengan 9 paket. Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2014 mencapai batang atau 80,91% dari target batang untuk 3 Balai Besar yaitu BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon. Sedangkan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan mencapai 100%, yaitu dari target 22 paket dapat terealisasi semuanya. Output kegiatan penting pada tahun 2014 dari masing-masing Balai berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2013 (Lampiran 2, 4 dan 5) Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 Hasil evaluasi pembangunan perkebunan dilihat dari aspek indikator mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas umumnya mengalami kenaikan. Namun demikian beberapa komoditas produksinya menurun, hal ini terjadi karena adanya banyak tanaman tua, pengelolaan tanaman yang tidak sesuai baku teknis dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim serta serangan OPT di beberapa sentra produksi. 65

82 Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes) Evaluasi dan pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program untuk tahun 2014 ini masih dilakukan terhadap produksi dan sekilas tentang produktivitas tanaman perkebunan karena penetapan kinerja (PK) Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian Tahun 2014 sebagaimana Tabel 2 masih mencantumkan kedua indikator dimaksud Produksi Evaluasi produksi perkebunan tahun 2014 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2014, (b) Capaian Kinerja tahun 2013 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja Tahun 2014 Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan mencapai 40,32 juta ton dari target sebesar 40,60 juta ton dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) atau mencapai 99,32% dan dibandingkan dengan target dari Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2014 sebesar 40,30 juta ton atau mencapai 100,09%. Capaian tertinggi terhadap RKT dan PK adalah pada komoditi cengkeh (128,58%) dan secara berurutan sebagai berikut karet (112,57%), nilam (108,47%), kelapa sawit (103,18%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga 66

83 mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu kapas (1,85%), kakao (60,42%), jambu mete (72,96%), kopi (86,61%), teh (87,12%). Sedangkan khusus tebu capaiannya berbeda antara RKT dengan PK yaitu pada RKT (84,83%) dan pada PK (94,35%). Selain itu untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah karena tidak/belum ada jaminan pasarnya adalah jarak pagar (17,27%) dan kemiri minyak/sunan (0%). Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi dibandingkan RKT/PK tahun 2014 sebagaimana pada Tabel 7. Tabel 7. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2014 NO KOMODITAS Realisasi 2013 Target Renstra RKT/PK 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK Karet ,40 112,57 112,57 2 Kelapa Sawit ,62 103,18 103,18 3 Kelapa ,34 89,68 89,68 4 Kopi ,36 86,61 86,61 5 Kakao ,40 60,42 60,42 6 Jambu Mete ,90 72,96 72,96 7 Lada ,99 99,94 99,94 8 Cengkeh ,80 128,58 128,58 9 Teh ,83 87,12 87,12 10 Jarak Pagar ,22 17,27 17,27 11 Kemiri Sunan ,00 0,00-12 Tebu ,18 84,83 94,35 13 Kapas ,27 1,85 1,85 14 Tembakau ,10 90,36 90,36 15 Nilam ,17 108,47 108,47 Total ,97 99,32 100,09 Catatan : * Angka sementara 67

84 Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2013 Pada tahun 2014, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 40,32 juta ton meningkat menjadi 103,97% dibandingkan capaian produksi tahun 2013 yang besarnya 38,78 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,97% seperti yang disajikan pada Tabel 7. Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan dan pengawalan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan iklim yang lebih kondusif. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi kelapa sawit (105,62%), tebu (103,18%), dan disusul secara berurutan komoditi kopi (101,36%), nilam (101,17%), tembakau (101,10%), lada (100,99%), cengkeh (100,80%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu kapas, karet, kakao, teh, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pada tahun 2014, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 40,32 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 2014 telah mencapai 99,32%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi cengkeh (128,58%), karet (112,57%), nilam (108,47%), kelapa sawit (103,18%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi lada (99,94%), tembakau (90,36%), 68

85 kelapa (89,68%), teh (87,12%), kopi (86,61%), dan tebu (84,83%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan/minyak (0,00%), kapas (1,85%), jarak pagar (12,76%), kakao (60,42%) dan jambu mete (72,96%). Pengukuran Kinerja Tahun 2014 berdasarkan capaian sasaran program (Outcomes) secara detail yang meliputi sasaran strategis, indikator kinerja, target dan realisasi serta anggaran disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja (Lampiran 1 dan 3) Produktivitas Evaluasi produktivitas perkebunan tahun 2014 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan tahun 2014, (b) Capaian Kinerja tahun 2013 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Beberapa komoditi selama lima tahun terakhir sangat terpengaruh oleh adanya perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada penurunan rata-rata produktivitas yang daoat dilihat dari laju pertumbuhan pada tabel 5 sebelumnya Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2014 Capaian produktivitas untuk 15 komoditas unggulan pada tahun 2014 tidak mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa produktivitas tahun 2014 ditargetkan sesuai dengan rencana strategis 69

86 tahun yang disusun tahun 2009 dengan asumsi kondisi normal. Namun dalam perkembangannya, pada tahun 2014 telah terjadi anomali iklim yang sangat berpengaruh nyata dalam menurunkan produktivitas tanaman perkebunan. Capaian produktivitas tanaman perkebunan secara berurutan yaitu karet (164,53%), cengkeh (119,32%), lada (109,57%), tembakau (104,59%), kopi (98,02%), kelapa (94,00%), teh (87,51%), nilam (82,58%), kelapa sawit (82,14%), dan tebu (81,78%). Untuk tanaman yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim, dan capaiannya dibawah 80% secara berurutan yaitu kakao (68,08%), jambu mete (35,23%) dan kapas (10,92%). Sedangkan untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan bakar nabati, produktivitasnya masih sangat rendah karena belum ditangani secara serius, yaitu jarak pagar (15,30%) dan kemiri sunan (0,00%) dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2013 Pada umumnya capaian produktivitas tanaman perkebunan tahun 2014 hanya sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013, secara berurutan yaitu tebu (101,72%), kelapa sawit (100,90%), lada (100,73%), tembakau (100,65%), cengkeh (100,57%), dan kopi (100,27%). Sedangkan yang tetap dan yang mengalami penurunan produktivitas adalah jambu mete (100,00%), nilam (100,00%), teh (99,93%), kelapa (99,82%), kakao (99,51%), karet (97,23%), dan Kapas (94,79%). Selain itu untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan bakar nabati, produktivitasnya yang mengalami penurunan yaitu jarak pagar (99,93%) dan yang masih sangat rendah dan cenderung 70

87 menurun karena belum ditangani secara serius, yaitu kemiri sunan (0,00%) dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Terdapat empat komoditas yang capaian produktivitasnya telah melebihi target RENSTRA yaitu karet (164,53%), cengkeh (119,32%), lada (109,57%), tembakau (104,59%). Sebaliknya produktivitas yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan (0,00%), kapas (10,92%), jarak pagar (15,30%) dan jambu mete (35,23%). Rincian secara detail dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Capaian Kinerja Produktivitas Tahun 2014 PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%) NO KOMODITAS Realisasi 2013 Target Renstra RKT/PK 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK Karet (Karet Kering) ,23 164,53 164,53 2 Kelapa Sawit (CPO) ,90 82,14 82,14 3 Kelapa (Kopra) ,82 94,00 94,00 4 Kopi (Kopi Berasan) ,27 98,02 98,02 5 Kakao (Biji Kering) **) ,51 68,08 68,08 6 Jambu Mete (Gldg Kering) ,00 35,23 35,23 7 Lada (Lada Kering) ,73 109,57 109,57 8 Cengkeh (Bunga Kering) ,57 119,32 119,32 9 Teh (Daun Kering) ,93 87,51 87,51 10 Jarak Pagar (Biji Kering) ,72 17,70 17,70 11 Kemiri Sunan (Biji Kering) #DIV/0! 0,00-12 Tebu (Hablur) ,72 81,78 81,78 13 Kapas (Serat Kering) ,36 10,92 10,92 14 Tembakau (Daun Kering) ,65 104,59 104,59 15 Nilam (Daun Kering) ,00 82,58 82,58 Catatan : * Angka sementara 71

88 Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Evaluasi Kinerja terhadap capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam LAKIP ini adalah capaian kinerja luas areal dan kegiatan dukungan untuk mencapai target nasional tersebut. Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata 3,16% dari 20,53 juta hektar pada tahun 2010 menjadi 23,25 juta hektar pada tahun Jika dibandingkan dengan RKT tahun 2014 yang nilainya 21,61 juta hektar, maka capaiannya sebesar 107,59%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2013, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,22% dari 22,74 juta hektar menjadi 23,25 juta hektar untuk tahun Terhadap target Renstra yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2014 sudah mencapai 107,59% Tanaman Rempah dan Penyegar Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar untuk 5 komoditi unggulan nasional mencapai 3,76 juta hektar dari target sebesar 3,99 juta hektar atau mencapai 94,08%. Capaian tertinggi pada komoditi cengkeh (103,84%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kakao (98,12%), teh (97,61%), lada (88,07%) dan kopi (86,40%). 72

89 Namun bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, maka capaian kinerja 2014 dengan kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar mengalami peningkatan sebesar 5,51% menjadi 99,59%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman kopi (100,41%), lada (100,40%), dan cengkeh (100,24%). Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu kakao (98,76%) dan teh (99,18%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra , kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar mencapai 94,08%. Hal ini sama dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014 yaitu hanya luas areal cengkeh yang telah melebihi target renstra yaitu 103,84%. Sedangkan capaian tanaman lainnya dibawah target yaitu: kopi (86,40%), kakao (98,12%), lada (88,07%) dan teh (97,61%). Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2014 sebagai berikut: Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2014 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi Realisasi 2013 Target Renstra RKT 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT Kopi ,40 86,40 86,40 2 Kakao ,76 98,12 98,12 3 Lada ,40 88,07 88,07 4 Cengkeh ,24 103,84 103,84 5 Teh ,18 97,61 97,61 Total ,59 94,08 94,08 Catatan : * Angka Sementara 73

90 Tanaman Semusim Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman semusim untuk 4 komoditi unggulan nasional mencapai hektar dari target sebesar hektar atau mencapai 100,43%. Capaian tertinggi pada komoditi nilam (156,97%) dan diikuti tebu (104,80%). Sedangkan yang tidak mencapai target adalah tembakau (95,25%) dan kapas (22,40%). Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,71% menjadi 101,14%. Hampir seluruh areal tanaman semusim mengalami peningkatan secara berurutan yaitu tanaman tebu (101,84%), tembakau (101,27%), dan nilam (100,10%), kecuali kapas turun menjadi 64,09%. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi tahun 2014 sebagaimana pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2014 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi Realisasi 2013 Target Renstra RKT 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT Tebu ,84 104,80 104,80 2 Kapas ,09 22,40 22,40 3 Tembakau ,27 95,25 95,25 4 Nilam ,10 156,97 156,97 Total ,14 100,43 100,43 Catatan : *) Angka sementara 74

91 Apabila dibandingkan dengan target Renstra , kinerja luas areal tanaman semusim yang sesuai target yaitu mencapai 100,43%. Sumbangan terbesar dari luas areal nilam (156,97%) dan tebu mencapai 104,80%. Sedangkan untuk tanaman kapas baru mencapai 22,40% dan tembakau (95,25%) Tanaman Tahunan Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman tahunan untuk 6 komoditi unggulan nasional mencapai 18,78 juta hektar dari target sebesar 16,91 juta hektar atau mencapai 111,09%. Capaian tertinggi pada komoditi jarak pagar (167,74%) diikuti kelapa sawit (121,91%), karet (103,42%), dan sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut jambu mete (95,58%), kelapa (94,75%), dan kemiri sunan/minyak (52,85%). Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, mengalami peningkatan sebesar 2,81% menjadi 102,81%. Sebagian areal tanaman tahunan mengalami sedikit peningkatan secara berurutan yaitu kelapa sawit (104,69%), karet (101,41%), kemiri sunan (100%). Sedangkan sebagian lagi mengalami penurunan yaitu kelapa (99,38%), jambu mete (99,49%) dan jarak pagar 92,61%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra , kinerja luas areal tanaman tahunan sudah sesuai target yaitu mencapai 111,09%. Sumbangan terbesar dari luas areal jarak pagar (167,74%), kelapa sawit 75

92 (121,61%) dan karet (103,42%). Sedangkan untuk tanaman kemiri sunan baru mencapai 52,85%, jambu mete (95,58%) dan kelapa mencapai 94,75%. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi tahun 2014 sebagaimana pada Tabel 11 berikut: Tabel 11. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2014 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi Realisasi 2013 Target Renstra RKT 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT Karet ,41 103,42 103,42 2 K. Sawit ,69 121,91 121,91 3 Kelapa ,38 94,75 94,75 4 Jambu Mete ,49 95,58 95,58 5 Jarak Pagar ,61 167,74 167,74 6 Kemiri Sunan ,00 52,85 52,85 Total ,81 111,09 111,09 Catatan : * Angka sementara Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2014, capaian kinerja jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sebanyak 222 kelompok tani atau 99,55% dari target 223 Kelompok Tani yang ditetapkan dalam PK. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO sampai akhir tahun sudah mencapai 376 perusahaan atau sebesar 112,57% dari target 334 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani 76

93 kasus gangguan usahanya sebanyak 44 kasus sudah terlaksana semuanya dan sudah mencapai 100%. Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, untuk jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP mengalami peningkatan sebesar 0,91% menjadi 100,91%. Untuk perusahaan yang layak mengajukan sertifikat ISPO mengalami peningkatan sebesar 241,82% menjadi 341,82% dan perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya mengalami peningkatan menjadi 104,76%. Rincian Capaian Kinerja Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2014 sebagai berikut: Tabel 12. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2014 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan Realisasi 2013 Target Renstra RKT /PK 2014 Realisasi 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK Penanganan panen sesuai GHP Perusahaan yang mengajukan sertifikat ISPO Penanganan gangguan usaha ,91 170,77 99, ,82 112,57 112, ,76 100,00 100,00 Apabila dibandingkan dengan target Renstra , jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sudah melebihi target yaitu mencapai 170,77%. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 77

94 112,57% dari target 334 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya sebanyak 44 kasus sesuai target Renstra sebanyak 44 kasus (100%) Dukungan Perlindungan Perkebunan Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2014, capaian kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai hektar dari target sebesar hektar atau mencapai 98,59%. Luas areal pengendalian OPT terbesar pada tanaman kelapa seluas ha, kemudian secara berurutan kakao seluas ha, tebu seluas ha, kopi seluas 921 ha, karet seluas 621 ha, cengkeh seluas 535 ha, jambu mete seluas 215 ha, kelapa sawit 200 ha, kapas seluas 150 ha, lada seluas 101 ha, tembakau seluas 100 ha dan nilam seluas 8 ha. Rincian Capaian Kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan tahun 2014 sebagai berikut: Tabel 13. Capaian Kinerja Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2014 No. Kegiatan Realisasi 2013 Target Renstra RKT/PK 2014 Realisasi 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK Pengendalian OPT ,91 279,75 98,59 Total ,91 279,75 98,59 78

95 Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, mengalami peningkatan menjadi 102,91%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra , pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai 279,75% dari target hektar pada tahun Dukungan Manajemen (Sekretariat) Perkebunan Realisasi fisiknya mencapai 100% dari target 32 provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas. Realisasi dalam bentuk dokumen: (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset Dukungan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2014 mencapai 202,92% dan hanya Balai Besar Medan yang dibawah target RKT/PK tahun 2014 yaitu 73,47%. Sedangkan Balai Besar Surabaya dan Ambon capaian realisasinya diatas target RKT/PK tahun Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, meningkat sebesar 22,11% yaitu dari 180,81% 79

96 menjadi 202,92%% dan pada Balai Besar Ambon yang terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 250,48%. Demikian juga apabila dibandingkan dengan target Renstra , secara nasional telah mencapai 150,76%, dimana Balai Besar Surabaya telah melebihi target sebesar 111,35%. Untuk indikator kegiatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan, secara nasional pada tahun 2014 mencapai 92,86% dan Balai Besar Surabaya dengan Ambon yang telah memenuhi target RKT/PK tahun Rincian Capaian Kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan tahun 2014 seperti tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon Tahun 2014 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan Realisasi 2013 Target Renstra RKT/PK 2014 Realisasi 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK Jumlah benih yang disertifikasi (ribu batang) BBP2TP Medan ,00 66,20 53,49 73,47 BBP2TP Surabaya ,00 87,83 111,35 111,35 BBP2TP Ambon ,74 250,48 72,10 257,16 2 Jumlah teknoilogi terapan perlindungan perkebunan (paket) Total ,74 68,25 56,91 76,60 BBP2TP Medan ,33 30,00 75,00 BBP2TP Surabaya ,00 100,00 100,00 BBP2TP Ambon ,44 44,44 100,00 Total ,17 52,00 92,86 80

97 3.3. Akuntabilitas Keuangan Berdasarkan pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga tahun 2014, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian Rp. 14,230 trilyun dan sebesar Rp 1,320 trilyun (9,27%) dialokasikan untuk Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2014 khususnya dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Serapan anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 mencapai 88,05% menduduki urutan ke 8 (delapan) di lingkup Kementerian Pertanian dan masih dibawah serapan anggaran secara nasional Kementerian Pertanian yang mencapai 89,57%. Perbandingan capaian per eselon I dapat dilihat pada Tabel 15 berikut: Tabel 15. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2014 per Eselon I No ESELON 1 Urutan Penyerapan Anggaran PAGU ANGGARAN (Rp. 000,-) REALISASI (Rp. 000,-) % 1 SETJEN ,17 2 ITJEN ,09 3 DITJEN TP ,97 4 DITJEN HORTI ,97 5 DITJEN BUN ,05 DITJEN NAK ,78 6 KESWAN 7 DITJEN PPHP ,79 8 DITJEN PSP ,89 9 BALITBANG ,59 10 BPPSDMP ,16 11 BKP ,43 12 BARANTAN ,75 TOTAL ,57 81

98 Capaian serapan anggaran tahun 2014 ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 4,32% dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 83,73% yaitu dari total pagu Rp ,- yang terealisasi sebesar Rp ,-. Dalam laporan akuntabilitas keuangan ini akan disajikan (a) Capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan (b) Capaian kinerja keuangan berdasarkan serapan per satker Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2014 Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker). Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2014 sebesar Rp. 1,162 trilyun atau 88,05% dari total pagu sebesar Rp.1,320 trilyun. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 95,35%, diikuti secara berturut-turut kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,17%, Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 92,59%, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 91,86%, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 88,92%, 82

99 Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 86,39% dan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 80,67%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2014 KODE PROGRAM/KEGIATAN Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Pengembangan Penanganan Pasca panen Komoditas Perkebunan PAGU (Rpjuta) ANGGARAN REALISASI (Rpjuta) % , , , , Dukungan Perlindungan Perkebunan , Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan , ,17 JUMLAH , Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SAU-Kementerian Keuangan sebesar Rp ,- (95,32%) dari pagu yang ada. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama 83

100 dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan tender serta penghematan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman kopi ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi, dan perluasan tanaman kopi. Terdapat dua jenis kopi yang dikembangkan meliputi (1). Intensifikasi kopi arabika seluas ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 5 provinsi yaitu Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, NTT, Sulawesi Barat; (2). Intensifikasi kopi robusta seluas ha yang dilaksanakan di 10 kabupaten 7 provinsi yaitu Aceh, Riau, Lampung, Bali, NTB, NTT dan Bengkulu; (3) Perluasan kopi arabika seluas 350 ha yang dilaksanakan di 3 kabupaten 3 provinsi yaitu Jawa Tengah, Papua dan Jawa Timur. Capaian serapan keuangan untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (91,47%). 2) Pengembangan Tanaman teh seluas ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi tanaman teh. Kegiatan intensifikasi teh seluas ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Sedangkan untuk rehabilitasi teh seluas ha dilaksanakan di 5 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (99,52%). 84

101 3) Pengembangan tanaman kakao seluas ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao. Kegiatan intensifikasi tanaman kakao seluas ha yang dilaksanakan di 31 kabupaten 7 provinsi di Indonesia yaitu Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT dan Sulawesi Barat. Untuk rehabilitasi tanaman kakao seluas ha yang dilaksanakan di 14 kabupaten 4 provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Sedangkan peremajaan tanaman kakao seluas ha yang dilaksanakan di 23 kabupaten 7 provinsi yaitu: D.I. Yogyakarta, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali dan NTB. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (95,40%). 4) Pengembangan tanaman lada seluas 600 ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan rehabilitasi dan perluasan tanaman lada. Kegiatan rehabilitasi tanaman lada seluas 300 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 1 provinsi yaitu Lampung dan perluasan tanaman lada seluas 300 ha yang dilaksanakan di 3 kabupaten 2 provinsi yaitu Bengkulu dan Kep. Bangka Belitung. Anggaran yang terserap untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (94,86%). 5) Pengembangan tanaman pala seluas ha dengan dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan perluasan tanaman pala yang dilaksanakan di 7 kabupaten 1 provinsi yaitu Maluku. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (87,14%). 85

102 6) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 950 ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan rehabilitasi dan perluasan. Kegiatan rehabilitasi tanaman cengkeh seluas 750 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 2 provinsi yaitu Sumatera Utara dan Maluku Utara. Dan perluasan tanaman cengkeh seluas 200 ha yang dilaksanakan di kabupaten Kaur provinsi Bengkulu. Serapan anggaran sebesar Rp ,- (98,27%). Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2014 No I Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Output/ Anggaran (Rp000) Fisik Pagu Realisasi % % ,35 99,25 1 PengembanganTanaman Kopi ,47 100,00 2 Pengembangan tanaman teh ,52 100,00 3 PengembanganTanaman Kakao ,40 98,74 4 PengembanganTanaman Lada ,86 100,00 5 PengembanganTanaman Cengkeh ,27 100,00 6 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah ,42 100,00 dan Penyegar 7 Pengembangan Tanaman Pala ,14 100,00 8 Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan Penyegar ,00 Koordinasi, Pembinaan dan Monev 9 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar ,87 100,00 10 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar ,67 100,00 11 Layanan Perkantoran ,37 100,00 86

103 Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Semusim sebesar Rp ,- (80,67%) dari target sebesar Rp ,-. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh masih mengalami sedikit kesulitan dalam penyediaan benih kultur jaringan dan kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dan pengadaan barang dan jasa yang banyak mengalami sanggahan dan ada beberapa kqgiatan tidak terealisasi. Selain itu beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan yang terdiri dari: (a) kegiatan bongkar ratoon seluas ha dilaksanakan di 55 kabupaten 6 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan; (b) Kegiatan rawat ratoon seluas ha yang dilaksanakan di 75 kabupaten 10 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo; (c) Kegiatan perluasan tanaman tebu seluas ha yang dilaksanakan di 52 kabupaten 11 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, 87

104 Sulawesi Selatan dan Gorontalo; dan (d) Pembangunan KBD seluas ha yang dilaksanakan di 68 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (79,43%). 2) Pengembangan tanaman nilam seluas 100 ha dengan anggaran Rp ,- untuk yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (94,00%). 3) Pengembangan tanaman kapas seluas ha dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 18 kabupaten 4 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (98,62%). Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim disajikan pada Tabel

105 Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim tahun 2014 No Program Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % II Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman ,67 77,15 Semusim 1 Pengembangan Tanaman Tebu ,43 66,72 2 Penanaman Tanaman Kapas ,62 100,00 3 Penanaman Tanaman Nilam ,00 100,00 4 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ,58 100,00 5 Koordinasi, Pembinaan dan Monev ,39 100,00 Pengembangan Tanaman Semusim 6 Layanan Perkantoran ,10 100, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2014 sebesar Rp ,- (80,67%) dari pagu sebesar Rp ,-. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2014 meliputi: 89

106 1) Pengembangan tanaman karet seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman karet seluas ha yang dilaksanakan di 65 kabupaten 16 provinsi yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur. Sedangkan kegiatan perluasan tanaman karet seluas 880 ha yang dilaksanakan di 6 kabupaten 3 provinsi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Bengkulu. Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut Rp ,- (91,33%). 2) Pengembangan tanaman kelapa seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman kelapa seluas 18,509 ha yang dilaksanakan di 90 kabupaten 19 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB, NTT, Maluku, Malut, dan Banten. sedangkan kegiatan perluasan tanaman kelapa seluas ha yang dilaksanakan di 6 kabupaten 4 provinsi yaitu Papua, Bengkulu, Gorontalo dan Papua Barat. Capaian serapan anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (92,04%). 90

107 3) Pengembangan tanaman kelapa sawit seluas 80 ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan peremajaan kelapa sawit yang dilaksanakan di 4 kabupaten 3 provinsi yaitu Jambi, Kalimantan Barat dan Bengkulu. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (98,32%). 4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan seluas 900 ha yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Balu, NTB dan NTT. Sedangkan untuk perluasan ha dilaksanakan di 6 kabuapten 5 provinsi yaitu Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Maluku Utara. Realisasi Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (94,19%). 5) Pengembangan tanaman sagu seluas 800 ha dengan anggaran Rp ,- yang dilaksanakan di 3 kabupaten 2 Provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (99,69%) Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan seperti pada Tabel

108 Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2014 No III Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,86 98,76 1 Pengembangan tanaman karet rakyat ,33 98,88 2 Pengembangan Tanaman Kelapa ,04 97,11 3 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit ,32 100,00 4 Pengembangan tanaman Jambu Mete ,19 100,00 5 Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) 6 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan 7 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan 8 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Tahunan 9 Pengembangan Kebun Benih TanamanTahunan 10 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan 11 Koordinasi Pengembangan Sagu di Pusat ,08 100, ,89 100, ,87 100, ,43 100, ,09 100, ,67 100, ,74 100,00 12 Pengembangan Tanaman Sagu ,69 100,00 13 Layanan Perkantoran ,94 100, Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan adalah sebesar Rp ,- (86,39%) dari pagu sebesar Rp ,-. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten masih belum berjalan dengan 92

109 baik, tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum terlaksana dengan baik dan sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No. 98 Tahun 2013 yang belum memadai. Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2014 meliputi: 1) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan sebanyak 44 Kasus dengan anggaran Rp ,- yang dilaksanakan di 56 kabupaten 26 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangaka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Riau dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (81,88%). 2) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan dilaksanakan di 32 provinsi dengan anggaran sebesar Rp ,- dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (82,87%). 93

110 3) Penilaian Usaha Perkebunan dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 213 kabupaten 27 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangaka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Riau dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (84,04%). 4) Penerapan standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan Indonesia (ISPO) untuk 223 Kelompok Tani dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 129 kabupaten 18 propinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Papua dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (92,86%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan seperti pada Tabel 20 berikut : 94

111 Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan tahun 2014 No IV Program Pengembangan Penanganan Pascapanen komoditas perkebunan 1 Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 2 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,39 99, ,88 100, ,87 100,00 3 Penilaian Usaha Perkebunan ,04 100,00 4 Penerapan Standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan 5 Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan 6 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan Pembinaan Usaha ,11 100, ,86 99, ,93 100,00 7 Layanan Perkantoran ,37 100, Dukungan Perlindungan Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar Rp ,- (92,59%) dari pagu anggaran sebesar Rp ,-. Output kegiatan penting untuk Dukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun 2014 meliputi: 1) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 182 Kelompok Tani yang terbagi atas: (a) SL-PHT Cengkeh 8 KT di 4 kabupaten 4 provinsi yaitu Jateng, Sulsel, Sultra, Bali; (b) SL-PHT Kakao 46 KT di 23 kabupaten 14 provinsi Jateng, DI Yogyakarta. Aceh, Lampung, 95

112 Sulteng, Sulsel, Sultra, Bali, NTB, NTT, Bengkulu, Malut, Gorontalo dan Sulbar; (c) SL-PHT Karet 24 KT di 12 kabupaten 7 provinsi yaitu Jabar, Aceh, Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar dan Banten; (d) SL-PHT Kelapa 6 KT di 3 kabupaten 2 propinsi yaitu DI Yogyakarta, dan Sulut; (e) SL-PHT Kopi 14 KT di 7 kabupaten 5 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulut, Sulsel dan Bali; (f) SL-PHT Lada 8 KT di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu Lampung, Babel dan Kaltim; (g) SL-PHT Teh 4 KT di 2 kabupaten 1 provinsi (Jabar); (h) SL-PHT Kapas KT di kabupaten Bulukumba provinsi Sulawesi Selatan; (i) SL-PHT Kopi dan Kakao 4 KT di 2 kabupaten provinsi NTB; (j) SL-PHT Kelapa dan Karet 2 KT di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalbar; (k) SL-PHT Jambu Mete dan Kakao 2 KT di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DI Yogyakarta; (l) SL-PHT Karet dan Lada 2 KT di Panajem Paser Utara Provinsi Kaltim; dan (m) SL-PHT Tebu 52 KT di 26 Kabupaten 6 provinsi yaitu Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Sumsel, Lampung dan Sulsel; Realisasi anggaran yang terserap untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (96,48%) dari pagu anggaran Rp ,-. 2) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman perkebunan seluas ha yang terdiri dari : a) Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar dilaksanakan seluas ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) OPT tanaman Lada seluas 101 ha di 11 kabupaten 5 propinsi yaitu Babel, Kalbar, Kaltim, Sumsel dan Sulsel; (2) OPT Tanaman Kopi seluas 931 ha di 12 kabupaten 7 propinsi yaitu Aceh, Sumsel, 96

113 Bengkulu, Lampung, Jabar, Bali dan NTB; (3) OPT Tanaman Cengkeh seluas 535 ha di 7 kabupaten 4 propinsi yaitu Jateng, Sulut, Bali, dan Maluku; (4) OPT Tanaman Kakao seluas ha di 11 kabupaten 6 propinsi yaitu Bali, NTB, Sulbar, Sulsel, Sulteng dan Sultra; b) Pengendalian OPT Tanaman Semusim seluas ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) OPT Tanaman Tebu seluas ha dilaksanakan di 21 kabupaten 8 propinsi yaitu DI Yogyakarta, Jateng, Jatim, Jabar, Lampung, Sumsel, sulsel dan Gorontalo; (2) OPT Tanaman Tembakau 100 ha di 3 kabupaten 3 privinsi yaitu Jateng, Jatim dan NTB; (3) OPT Tanaman Kapas 150 ha di 11 kabupaten 7 propinsi yaitu Jateng, Jatim, Sulsel, NTB, NTT, DIY dan Bali; dan (4) OPT Tanaman Nilam 10 ha di 5 kabupaten 5 provinsi yaitu Jateng, Aceh, Sumbar, Jambi dan Sultra. c) Pengendalian OPT Tanaman Tahunan seluas ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) OPT Tanaman Kelapa ha dilaksanakan di 25 kabupaten 14 propinsi yaitu Aceh, Riau, Kalteng, NTB, Sulut, Sulteng, Sulsel, Malut, Jateng, DIY, Jatim, NTT, Kalbar, dan Lampung; (2) OPT Tanaman Karet 621 ha dilaksanakan di 7 kabupaten 6 propinsi yaitu Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel dan Jabar; (3) OPT Tanaman Kelapa Sawit 200 ha dilaksanakan di kabupaten Kampar provinsi Riau (4) OPT Tanaman Jambu Mete 215 ha dilaksanakan di Karangasem provinsi Bali. kabupaten 97

114 Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut yang terserap sebesar Rp ,- (94,60%) dari pagu anggaran sebesar Rp ,-. Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel 21. Tabel 21. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2014 No Program Anggaran (Rp) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % V Dukungan Perlindungan Perkebunan ,59 99,45 1 Pemberdayaan perangkat ,13 100,00 2 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan ,48 100,00 3 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim ,54 100,00 4 Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan 5 Koordinasi Kegiatan Perlindungan Perkebunan 6 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan ,60 98, ,32 100, ,86 100,00 7 Layanan Perkantoran ,91 88,28 100, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar Rp ,- (88,92%) dari pagu sebesar Rp ,- dengan realisasi fisik sebesar 100%. Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan seperti pada Tabel 22 berikut: 98

115 Tabel 22. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2014 No Program VI Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 1 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi (DK)) 2 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) 3 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % ,92 100, ,85 100, ,50 100, ,94 100,00 4 Dokumen Perencanaan ,57 100,00 5 Dokumen Keuangan dan Perlengkapan 6 Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas ,44 100, ,39 100,00 7 Dokumen Evaluasi dan Pelaporan ,97 100,00 8 Layanan Perkantoran ,04 100,00 9 Kendaraan Bermotor ,00 100,00 10 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran ,96 100, Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar Rp ,- (93,17%) dari pagu anggaran sebesar Rp ,- dengan realisasi fisik sebesar 99,41%. 99

116 Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada Tabel 23 berikut : Tabel 23. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2014 No VII Program Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % ,17 99,41 1 Opersional Laboratorium ,73 100,00 2 Pembangunan kebun contoh, demplot, uji, koleksi dll ,09 90,38 3 Pengawasan peredaran benih ,12 100,00 4 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan ,46 95,83 5 Pemanfaatan agensia hayati ,31 100,00 6 Sertifikasi dan pengujian mutu benih ,89 76,62 7 Administrasi Keuangan dan Kepegawaian ,07 100,00 8 Penyusunan Rencana Kerja ,75 100,00 9 Peningkatan Kapabilitas Pegawai/ Petugas ,94 100,00 10 Monitoring dan Evaluasi ,88 100,00 11 Layanan Perkantoran ,27 100,00 12 Kendaraan Bermotor ,23 100,00 13 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi ,31 100,00 14 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran ,34 100,00 15 Gedung/Bangunan ,47 100,00 100

117 Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2014 Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2012 dan 2013); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2014 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 93 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), 101

118 Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (56 satker). Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Lampiran Penilaian Kinerja per Satker Tahun 2014 Penilaian kinerja disusun sesuai dengan Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun Pedoman tersebut mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun Penilaian ini dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua parameter. Rincian bobot masing-masing parameter sebagai berikut : a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III bobotnya 15%; b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya 35%; c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%; d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%; e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian negara) bobotnya 5%. 102

119 Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: : Kurang/Tidak Berhasil : Cukup Berhasil : Berhasil > 95 : Sangat Berhasil Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker (4,30%), berhasil berjumlah 70 satker (75,27%), cukup berhasil berjumlah 16 satker (17,20%) dan kurang berhasil berjumlah 3 satker (3,23%). No. Satker Sangat Berhasil Penilaian Kinerja tahun 2013 Cukup Berhasil Berhasil Kurang Berhasil 1 Ditjen Perkebunan Balai/UPT Pusat Provinsi Kabupaten/kota Total Apabila dilihat dari penyebaran satker, yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker yaitu (1) Dinas Perkebunan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, (2) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh, (3) Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara dan (4) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. 103

120 Sebaliknya untuk satker yang kinerjanya memperoleh kategori tidak berhasil (nilainya < 60) berjumlah 3 satker dan cukup berhasil (nilainya antara 60-79) berjumlah 16 satker yang dapat dilihat pada Tabel 24 dibawah ini. Tabel 24. Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukup berhasil) Tahun 2014 No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan A Provinsi dengan Kriteria Cukup Berhasil 1 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 78 Cukup Berhasil 2 Dinas Perkebunan Provinsi D.i. Yogyakarta 76 Cukup Berhasil 3 Dinas Perkebunan Provinsi Riau 78 Cukup Berhasil 4 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan 65 Cukup Berhasil 5 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan 75 Cukup Berhasil 6 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 60 Cukup Berhasil 7 Dinas Pertanian Provinsi Maluku 79 Cukup Berhasil 8 9 Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat Dinas Pertanian Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau 78 Cukup Berhasil 63 Cukup Berhasil B Provinsi dengan Kriteria Tidak Berhasil 1 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur 43 Tidak Berhasil 2 Dinas Perkebunan Provinsi Aceh 56 Tidak Berhasil C Kabupaten dengan Kriteria Cukup Berhasil Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Balangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bone 75 Cukup Berhasil 65 Cukup Berhasil 65 Cukup Berhasil 65 Cukup Berhasil 104

121 No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan D 1 Kabupaten dengan Kriteria Tidak Berhasil Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Batubara 15 Tidak Berhasil E UPT Pusat dan Unit Eselon II dengan Kriteria Cukup Berhasl 1 Balai (BPTP) Pontianak 79 Cukup Berhasil 2 Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar 79 Cukup Berhasil 3 Direktorat Tanaman Semusim 60 Cukup Berhasil 4 Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha 65 Cukup Berhasil 5 Direktorat Perlindungan Perkebunan 65 Cukup Berhasil 6 Sekretariat Ditjen Perkebunan 79 Cukup Berhasil 5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka 70 Cukup Berhasil Dari tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat 2 (dua) satker provinsi yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur dan Dinas Perkebunan Provinsi AcehGorontalo. Sedangkan 1 (satu) satker kabupaten/kota yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun Rincian penilaian masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Lampiran

122 Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2014 yang dipantau oleh UKP4 meliputi 3 kegiatan terdiri dari (1) Terlaksananya CP/CL untuk tanaman tebu seluas ha, (2) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas ha, dan (3) Terlaksananya perluasan dan bongkar ratoon seluas ha. Capaian pelaksanaan kegiatan tersebut untuk 2 kegiatan tercapai 100%, sedangkan kegiatan bongkar ratoon tercapai 64,70% dengan penilaian capaian kinerja oleh UKP4 masing-masing sebagai berikut: Tabel 25. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Tahun 2014 No Kegiatan Capaian kinerja (%) Warna Kategori 1 Terlaksananya CP/CL untuk tanaman tebu seluas ha 100,00 Biru Sangat berhasil 2 Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon seluas ha 100,00 Biru Sangat berhasil 3 Terlaksananya perluasan dan bongkar ratoon seluas ha 64,70 Kuning Cukup berhasil Adapun rinciannya untuk masing-masing kegiatan sebagaimana disajikan pada Lampiran

123 3.4. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut. Dalam mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan dan terkait dengan keragaan pembangunan perkebunan yang telah mampu dicapai, perubahan lingkungan strategis, permasalahan, tantangan dan peluang yang dihadapi serta tuntutan pembangunan ke depan dan tujuan serta program pembangunan perkebunan pada tahun 2014, maka terdapat permasalahan dan upaya penyelesaian serta rencana tindak lanjut yang dapat diuraikan sebagai berikut: Permasalahan Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2014 secara umum adalah tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan Administrasi Secara administrasi masih ditemui di banyak satker permasalahan sebagai berikut: 1) Sistem adminsitrasi keuangan di daerah masih belum tertib 107

124 2) Sistem administrasi kepegawaian, kehumasan dan penempatannya di daerah masih belum efektif 3) Sampai posisi bulan Oktober masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan; 4) Keterbatasan Unit Layanan Pengadaan (ULP) di daerah menyebabkan pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat; 5) Adanya kebijakan pengadaan satu pintu di sebagian besar Pemda, menyebabkan ketergantungan satker terhadap kinerja Pemda; 6) Proses pengadaan mengalami hambatan/kendala teknis karena masih adanya intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan; 7) Penggunaan uang yang tidak mengikuti ROPAK; 8) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan kabupaten; 9) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan (TLHA/P). 10) Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan musim tanam Teknis Perencanaan 1) Sertifikasi lahan petani belum semuanya ada; 108

125 2) Pengetahuan dan pemahaman implementasi MP3EI belum optimal di lapangan; 3) Petugas kurang memahami dalam menangani TLHA/P; 4) Kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu; 5) Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; 6) Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan, baik yang bersumber dari PAD maupun Dana Perimbangan; 7) Kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam belum memadai; 8) Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum berjalan sesuai dengan rencana; 9) Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK provinsi yang belum selesai; 10) Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; 11) Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan; 12) Terjadinya anomali iklim Pengorganisasian 1) Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk; 109

126 2) SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; 3) Kurangnya transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, dan pelaksana kegiatan; 4) Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah; 5) Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan (petugas dan petani); 6) Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; 7) Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu; 8) Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik; 9) lembaga Penjaminan Kredit Petani belum memadai; 10) Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 11) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten; 12) Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha Pelaksanaan 1) Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; 110

127 2) Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas; 3) Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani belum memadai; 4) Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota; 5) Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan jalan usaha tani; 6) Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over; 7) Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan modal untuk menampung hasil produksi anggotanya Pengawasan 1) Monev dan pelaporan terlambat; 2) Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi penanganan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan; 3) Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 4) Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana. 111

128 Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi tersebut meliputi: Administrasi 1) Reviu dan pengawalan sistem administrasi keuangan di daerah; 2) Reviu dan pengawalan sistem administrasi kepegawaian, kehumasan dan penempatannya di daerah; 3) Percepatan proses pengadaan barang/jasa; 4) Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll); 5) Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan benih; 6) Penerapan reward dan punishment; 7) Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai rencana operasional kegiatan; 8) Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL. 9) Menempatkan uang jaminan di bank untuk memastikan pekerjaan pembibitan selesai sesuai dengan kontrak. 112

129 Teknis Perencanaan 1) Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi agar segera ditindak lanjuti; 2) Mempercepat usulan revisi; 3) Mencairkan dana secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 4) Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya; 5) Dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas anggaran, dll Pengorganisasian 1) Evaluasi kinerja satker per triwulan yang disampaikan kepada setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian; 2) Menyampaikan hasil penilaian capaian kinerja setiap triwulan kepada seluruh Satker otonom Provinsi/Kab/Kota dengan tembusan Gubernur/ Bupati/Walikota; 3) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 113

130 4) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan dalam melaksanakan kegiatan; 5) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 6) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapangan/petani; 7) Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan; 8) Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk mendukung kegiatan teknis budidaya dan pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 9) Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional; 10) Meminimalkan intervensi dari internal dan eksternal instansi Pelaksanaan 1) Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan penyerapan keuangan; 2) Diupayakan unitcost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; 3) Pengembangan program integrasi sawit-ternak sapi pada perkebunan rakyat perlu diarahkan pada suatu gerakan yang terkonsentrasi dengan orientasi bisnis; 114

131 4) Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit, (didahulukan belum ada); dengan cover letter jikasertifikasi lahan petani 5) Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan; 6) Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja; 7) Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupaten; Pengawasan 1) Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan; 2) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan petugas pusat ke satker daerah; 3) Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan secara intensif; 4) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 5) Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian negara, khususnya temuan lama; 115

132 6) Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit (TLHA); 7) Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan, baik melalui , faksimile, telepon maupun media lainnya; 8) Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan. 116

133 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Laporan Kinerja (LAKIP) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 yang disusun ini merupakan salah satu pertanggung-jawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-5 pada periode Pembangunan Perkebunan tahun Kesemuanya itu merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan tahun dalam Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada tahun Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yang menjadi tanggung jawab adalah: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui peremajaan, perluasan, rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman rempah penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan, yang didukung oleh penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, pelaksanaan perlindungan perkebunan, manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan, dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman. 117

134 Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2014 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana dari APBN sebesar Rp ,- dan setelah direvisi karena penghematan anggaran sesuai Inpres No.4 tahun 2014 menjadi sebesarrp ,-. Dana tersebut untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di 93 satker baik di Pusat maupun Daerah berupa dana Dekonsentrasi, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kabupaten. Adapun kegiatan utama tersebut meliputi: (1) Peningkatan roduksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; (2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; (3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; (7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan di 3 UPT Pusat di Daerah (BBP2TP Medan, BBP2TP Surabaya dan BBP2TP Ambon). Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir ( ), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (10,14%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, Investasi di sektor perkebunan yang mencapai 12,83% dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 3,21% per tahun. Selain itu, pendapatan pekebun juga mengalami kenaikan rata- 118

135 rata 4,31% per tahun, dan pada tahun 2014 telah mencapai US$ 1,891 per kepala keluarga. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil bahwa capaian produksi 15 komoditas mencapai 40,32 juta ton dari target sebesar 40,29 juta ton atau mencapai 100,09% yang dibandingkan dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun Namun meningkat menjadi 103,97% bila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2013 yang besarnya 38,78 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,97%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 2014 telah mencapai 99,32%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2014 yang nilainya 21,61 juta hektar, maka capaiannya sebesar 107,59%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,22% atau mencapai 102,22% dari 22,75 juta hektar menjadi 23,25 juta hektar untuk tahun Terhadap target Renstra yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2014 sudah mencapai 107,59%. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2014 sebesar Rp ,- dari total pagu 119

136 sebesar Rp ,- atau keuangan mencapai 88,05% dengan capaian fisik seluruhnya 92,90%. Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2014 secara umum adalah tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik Saran Rekomendasi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang disusun dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan laporan pertanggungjawaban pimpinan pada akhir tahun anggaran dan merupakan tahun ke 5 (kelima) dari periode 5 (lima) tahun Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II di lingkungan Kementerian Pertanian. Laporan ini merupakan sistem yang sangat aspiratif dalam mendukung penilaian kinerja suatu unit kerja seperti Direktorat Jenderal Perkebunan. Berdasarkan pengalaman penyusunan laporan yang telah dibuat, perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses penilaian mulai dari penyusunan perencanaan, perekaman penyelenggaraan kegiatan, sampai dengan kompilasi pelaporan 120

137 penyelenggaraan maupun cara penilaiannya. Berdasarkan permasalahan dan target yang ditetapkan, maka direkomendasikan sebagai berikut: (1). Swasembada Gula Nasional, perlu disiapkan secara cermat penyediaan benih/bibitnya terutama kultur jaringan yang belum begitu dikenal oleh petani; (2). Revitalisasi perkebunan, capaiannya hingga saat ini masih jauh dari target semula yang 2 juta hektar. Provinsi yang tidak menunjukkan kemajuan dalam pelaksanaan program ini sebaiknya tidak perlu lagi dialokasikan anggaran untuk tahun berikutnya; (3). Pengembangan kapas perlu ditinjau ulang karena produktivitasnya yang hanya mencapai 273 kg/ha atau 10,92% dari target kg/ha, padahal diberikan secara penuh benihnya dan sebagian pupuk. Sebaiknya dialihkan ke kegiatan lainnya yang dapat mengungkit peningkatan produktivitas; (4). Pengembangan tanaman penghasil bahan bakar nabati, khususnya jarak pagar dan kemiri sunan yang capaian produktivitasnya sangat rendah yaitu jarak pagar sebesar 306 kg/ha atau hanya 15,30% dari target kg/ha dan kemiri sunan yang tidak terlaksana padahal telah ditargetkan sebesar kg/ha. Sepanjang produk tersebut tidak dapat bersaing, maka pengembangan kedua komoditi tersebut kurang bermanfaat dan cenderung ditinggalkan oleh petani; (5). Pengembangan jambu mete yang merupakan komoditi ekspor, namun produktivitasnya masih sangat rendah yang hanya mencapai 359 kg/ha atau 35,23% dari target kg/ha. Hal ini 121

138 perlu perhatian pihak stakeholders terutama dalam pemilihan bibit unggul yang akan dibudidayakan dan pangsa pasarnya. (6). Pengembangan kakao yang telah dilakukan dengan Gernas kakao, meskipun telah dilaksanakan sejak tahun 2009 dengan paket bantuan penuh namun sampai tahun 2014 belum mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan. Saat ini capaian produktivitas diperkirakan masih mencapai 817 kg/ha atau 68,08% dari target kg/ha tahun Sehingga perlu dilaksanakan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan pengembangan kakao khususnya kegiatan Gernas kakao yang berakhir pada tahun 2014 ini; (7). Komoditi yang ditujukan untuk pengembangan ekspor perlu dicermati fluktuasi harga ditingkat petani yang cenderung merugikan petani, sehingga dapat lebih menggairahkan petani dalam melaksanakan usahataninya; (8). Kinerja Tim SPI baik pusat maupun satker daerah perlu dioptimalkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; (9). Penilaian kinerja atas satker terbukti dapat meningkatkan realisasi keuangan dan fisik yang cukup signifikan, sehingga perlu dilanjutkan; (10). Laporan ini sangat berguna sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja pada tahun-tahun berikutnya. 122

139 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 (Berdasarkan Dari RKT / Renstra) Lampiran 1 Eselon I Program : Direktorat Jenderal Perkebunan. : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, duku ngan pascapanen dan pembinaan usaha, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya I. Produksi tanaman (ribu ton) a Tebu (hablur) 2.790, ,24 94,35 b Kapas (kapas berbiji) 63,00 1,17 1,86 c Cengkeh (bunga kering) 86,00 110,58 128,58 d. Tembakau (daun kering) 184,00 166,26 90,36 e. Nilam (daun kering) 124,00 134,50 108,47 f. Kakao (biji kering) 1.174,00 709,33 60,42 g. Kopi (biji kering) 791, ,61 h. T e h (daun kering) 165,00 143,75 87,12 i. Lada (lada kering) 92,00 91,94 99,93 j. Karet (karet kering) 2.801, ,19 112,57 k. Kelapa (setara kopra) 3.380, ,31 89,68 l. Kelapa sawit (CPO) , ,48 103,18 m Jambu mete (gelondong kering) 159,00 116,00 72,96 123

140 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) n Jarak pagar (biji kering) 35,00 4,46 12,76 o Kemiri sunan (biji kering) 6, Jumlah Produksi 15 Komoditas , ,30 100,09 II. Produktivitas tanaman (kg/ha/tahun) a Tebu (hablur) ,78 b Kapas (kapas berbiji) ,92 c Cengkeh (bunga kering) ,32 d. Tembakau (daun kering) ,59 e. Nilam (daun kering) ,58 f. Kakao (biji kering) ,08 g. Kopi (biji kering) ,02 h. T e h (daun kering) ,51 i. Lada (lada kering) ,57 j. Karet (karet kering) ,53 k. Kelapa (setara kopra) ,00 l. Kelapa sawit (CPO) ,14 m Jambu mete (gelondong kering) ,18 n Jarak pagar (biji kering) ,30 o Kemiri sunan (biji kering)

141 Lampiran 2 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 (Berdasarkan Capaian sasaran Kegiatan/Outpots Dari RKT) Eselon I Eselon II Program : Direktorat Jenderal Perkebunan : Direktorat, Sekretariat dan Balai Besar Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Peningkatan Luas Areal Tanaman 1. Luas Areal Tanaman Semusim (ribu ha) (ribu ha) Semusim 1). Swasembada Gula Nasional a. Tebu 456,00 477,88 104,80 2). Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri a. Kapas 25,00 5,60 22,40 3) Pengembangan Komoditas Ekspor a. Tembakau 205,00 195,26 95,25 125

142 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) b. Nilam 18,00 28,26 156,97 II. Peningkatan Luas Areal Tanaman 2. Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar (ribu ha) (ribu ha) Rempah dan Penyegar 1). Pengembangan komoditas ekspor a. Kakao 1.752, ,12 b. Kopi 1.443, ,81 86,40 c. Teh 124,00 121,03 97,61 d. Lada 196,00 172,62 88,07 2). Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri a. Cengkeh 484,00 502,56 103,84 3). Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (ribu ha) a. Rehabilitasi 21,00 21,00 100,00 b. Intensifikasi 0,00 0,00 0,00 c. Peremajaan 0,00 0,00 0,00 126

143 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) III. Peningkatan Luas Areal Tanaman 3. Luas Areal Tanaman Tahunan (ribu ha) (ribu ha) Tahunan 1). Pengembangan komoditas ekspor a. Karet 3.487, ,25 103,42 b. Kelapa 3.833, ,75 c. Kelapa Sawit 8.987, ,23 121,91 d. Jambu Mete 577,00 551,51 95,58 2). Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) a. Jarak Pagar 21,00 35,23 167,74 b. Kemiri Sunan 2,00 1,06 52,85 4). Revitalisasi Perkebunan a. Karet 5,00 5,00 100,00 b. Kelapa sawit 30,00 30,00 100,00 c. Kakao 3,00 3,00 100,00 127

144 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) IV. Penurunan luas areal yang 4. Dukungan pengembangan tanaman terserang OPT perkebunan berkelanjutan 1). Jumlah areal pengendalian OPT , ,00 16,75 Perkebunan yang bersumber dari APBN, APBD dan lain-lain (ha) 2). Jumlah areal pengendalian OPT 5.300, ,00 100,00 Perkebunan yang bersumber dari APBN (ha) V. Peningkatan mutu produk 5. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan dan usaha perkebunan berkelanjutan. perkebunan berkelanjutan 1). Jumlah kelompok tani yang menerapkan 130,00 130,00 100,00 penanganan pascapanen sesuai GHP (Kelompok Tani) 2). Jumlah Perusahaan Perkebunan Kelapa 334,00 Sawit yang layak mengajukan permo- permohonan sertifikat ISPO (Perusahaan) 128

145 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) 3). Jumlah penanganan kasus ganggunan 44,00 usaha perkebunan (Perusahaan) VI. Peningkatan pelayanan dan 6. Dukungan Pengembangan tanaman pembinaan di bidang manajemen perkebunan berkelanjutan dan teknis pem bangunan 1). Jumlah provinsi yang memperoleh 32,00 32,00 100,00 perkebunan pelayanan dan pembinaan yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan (Provinsi) VII. Peningkatan pengawasan dan 7. Dukungan Pengembangan Tanaman pengujian benih tanaman Perkebunan Berkelanjutan perkebunan & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan a). BBP2TP Surabaya 7.a). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (batang) ,62 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 6,00 6,00 100,00 perkebunan (Paket) 129

146 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) b). BBP2TP Medan 7.b). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (batang) ,49 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 10,00 3,00 30,00 perkebunan (Paket) c). BBP2TP Ambon 7.c). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (batang) ,10 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 9,00 4,00 44,44 perkebunan (Paket) 130

147 Lampiran 3 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 (Berdasarkan Capaian Sasaran Program/Outcomes) Eselon I Program : Direktorat Jenderal Perkebunan. : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I. Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya bengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya 1. Produksi Tanaman (ribu ton) (ribu ton) Peningkatan ,05 a. Tebu (hablur) 2.790, ,24 94,35 produksi, b. Kapas 63,00 1,17 1,86 produktivitas dan c. Cengkeh 86,00 110,58 128,58 Mutu tanaman d Tembakau 184,00 166,26 90,36 perkebunan e. Nilam 124,00 134,50 108,47 berkelanjutan f. Kakao 1.174,00 709,33 60,42 g. Kopi 791,00 685,09 86,61 h. T e h 165,00 143,75 87,12 i. Lada 92,00 91,94 99,93 j. Karet 2.801, ,19 112,57 131

148 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) k. Kelapa 3.380, ,31 89,68 l. Kelapa sawit , ,48 103,18 m. Jambu Mete 159,00 116,00 72,96 n. Jarak Pagar 35,00 4,46 12,76 k. Kemiri Sunan 6,00 0,00 0,00 Jumlah Produksi 15 Komoditas , ,30 100,09 II Produktivitas Tanaman (Kg/Ha) (Kg/Ha) a. Tebu ,78 b. Kapas ,92 c. Cengkeh ,32 d. Tembakau ,59 e. Nilam ,58 f. Kakao ,08 g. Kopi ,02 h. Teh ,51 i. Lada ,57 j. Karet ,53 k. Kelapa ,00 132

149 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) l. Kelapa sawit ,14 m. Jambu mete ,18 n. Jarak pagar ,30 o. Kemiri sunan ,00 133

150 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 (Berdasarkan Capaian Sasaran Kegiatan/Output sesuai PK) Lampiran 4 Eselon I Eselon II Program : Direktorat Jenderal Perkebunan : Direktorat, Sekretariat dan Balai Besar Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I. Peningkatan Luas 1. Luas Areal Tanaman Semusim (ha) (ha) Peningkatan ,65 Areal Tanaman produksi Semusim 1). Swasembada Gula produktivitas dan Nasional (ha) mutu tanaman a. Tebu ,55 Semusim (Prioritas 2). Pengembangan Nasional dan Komoditas Pemenuhan Bidang) Konsumsi Dalam Negeri (ha) 134

151 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) a. Kapas ,00 3) Pengembangan Komoditas Ekspor (ha) a. Tembakau b. Nilam ,00 II. Peningkatan Luas 2. Luas Areal Tanaman Rempah (ha) (ha) Peningkatan ,35 Areal Tanaman dan Penyegar produksi Rempah dan 1). Pengembangan produktivitas dan Penyegar komoditas ekspor (ha) mutu tanaman 2). a. Kakao ,74 rempah dan b. Kopi ,00 Penyegar c. Teh ,00 (Prioritas d. Lada ,00 Nasional dan Pengembangan Komoditas Pemenuhan Bidang) 135

152 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Konsumsi Dalam Negeri (ha) a. Cengkeh ,00 b. Pala ,00 3). Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (ha) a. Rehabilitasi 0 0 0,00 b. Intensifikasi 0 0 0,00 c. Peremajaan 0 0 0,00 III. Peningkatan Luas 3. Luas Areal Tanaman Tahunan (ha) (ha) Peningkatan ,80 Areal Tanaman 1). Pengembangan produksi Tahunan komoditas ekspor (ha) Produktivitas dan a. Karet ,88 mutu tanaman b. Kelapa ,11 tahunan c. Kelapa Sawit ,00 136

153 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) d. Jambu Mete ,00 e. Sagu ,00 2). Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) (ha) a. Jarak Pagar 0 0 0,00 b. Kemiri Sunan 0 0 0,00 3). Revitalisasi Perkebunan (Pengawalan) (ha) a. Karet 0 0 0,00 b. Kelapa sawit 0 0 0,00 c. Kakao 0 0 0,00 IV. Penurunan luas 4. Dukungan pengembangan Dukungan ,59 areal yang terserang tanaman perkebunan perlindungan 137

154 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) OPT berkelanjutan perkebunan (Prioritas Bidang) 1). Luas areal pengendalian OPT Perkebunan (ha) ,59 2). Pelaksanaan SL-PHT (KT) ,00 V. Peningkatan mutu 5. Dukungan pengembangan Dukungan ,39 produk perkebunan tanaman perkebunan pascapanen dan usaha berkelanjutan. dan pembinaan perkebunan usaha berkelanjutan 1). Jumlah kelompok tani ,77 perkebunan yang menerapkan penanganan pascapanen sesuai GHP (Kelompok Tani) 138

155 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 2). Jumlah Perusahaan ,05 Perkebunan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO (Perusahaan) 3). Jumlah penanganan ,64 kasus ganggunan usaha perkebunan (Perusahaan) VI. Peningkatan 6. Dukungan Pengembangan Dukungan ,92 pelayanan dan tanaman perkebunan manajemen pembinaan di berkelanjutan dan dukungan bidang manajemen 1). Jumlah provinsi yang ,00 teknis lainnya di dan teknis pem- memperoleh pelayanan ,00 Direktorat bangunan dan pembinaan yang Jenderal perkebunan berkualitas di bidang Perkebunan perencanaan, keuangan, 139

156 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) umum dan evaluasi serta Satker) VII. Peningkatan 7. Dukungan Pengembangan Dukungan ,17 pengawasan dan Tanaman Perkebunan pengujian & pengujian benih Berkelanjutan pengawasan tanaman perkebunan mutu benih & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan a). BBP2TP Surabaya 7.a). 1). Jumlah bibit yang ,62 disertifikasi (batang) 2). Jumlah teknologi terapan ,00 perlindungan perkebunan (Paket) serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan 140

157 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) b). BBP2TP Medan 7.b). 1). Jumlah bibit yang ,47 disertifikasi (ribu batang) 2). Jumlah teknologi terapan ,00 perlindungan perkebunan (Paket) c). BBP2TP Ambon 7.c). 1). Jumlah bibit yang ,86 disertifikasi ( batang) 2). Jumlah teknologi terapan ,00 perlindungan perkebunan (Paket) Total Pagu Anggaran : ,05 141

158 Capaian Kinerja Kegiatan Utama (Output) Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 Posisi 31 Desember 2014 Lampiran 5 NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan ,05 92,90 Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan ,35 99, Pengembangan Tanaman Kopi , Ha Ha 100, Pengembangan Tanaman T e h , Ha Ha 100, Pengembangan Tanaman Kakao , Ha Ha 98, Pengembangan Tanaman Lada , Ha 600 Ha 100, Pengembangan Tanaman Cengkeh , Ha 950 Ha 100, Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah dan Penyegar , Org Org 100, Pengembangan Tanaman Pala , Ha Ha 100, Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan Penyegar ,00 46 Ha 46 Ha 100,00 142

159 NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Rempah dan ,87 18 Lap 18 Lap 100,00 Penyegar Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar ,67 12 Bln 12 Bln 100, Layanan Perkantoran ,37 12 Bln 12 Bln 100, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim ,67 77, Pengembangan Tanaman Tebu , Ha Ha 66, Penanaman Tanaman Kapas , Ha Ha 100, Penanaman Tanaman Nilam , Ha 100 Ha 100, Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ,58 12 Bln 12 Bln 100, Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Semusim ,39 17 Lap 17 Lap 100, Layanan Perkantoran ,10 12 Bln 12 Bln 100, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan ,80 99, Pengembangan Tanaman Karet , Ha Ha 98, Pengembangan Tanaman Kelapa , Ha Ha 97, Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit ,32 80 Ha 80 Ha 100,00 143

160 NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % Pengembangan Tanaman Jambu Mete , Ha Ha 100, Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) ,08 88 Lap 88 Lap 100, Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan ,89 18 KT 18 KT 100, Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan , Org Org 100, Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Tahunan ,43 13 Lap 13 Lap 100, Pengembangan Kebun Benih TanamanTahunan , Ha 172 Ha 100, Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan , Bln 324 Bln 100, Koordinasi Pengembangan Sagu di Pusat ,74 12 Bln 12 Bln 100, Pengembangan Tanaman Sagu , Ha 800 Ha 100, Layanan Perkantoran (Bulan) ,94 12 Bln 12 Bln 100, Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan ,39 99, Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan ,88 44 kab 44 kab 100, Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan ,87 32 Prov 32 Prov 100, Penilaian Usaha Perkebunan ,04 27 Prov 27 Prov 100,00 144

161 NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % Penerapan Standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan ,11 22 Prov 22 Prov 100, Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan , KT 222 KT 99, Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan ,93 18 Bln 18 Bln 100,00 Pembinaan Usaha Layanan Perkantoran ,37 12 Bln 12 Bln 100, ,59 99, Dukungan Perlindungan Perkebunan Pemberdayaan Perangkat ,13 73 Unit 73 Unit 100, SL-PHT Perkebunan , KT 194 KT 100, Antisipasi Dampak Perubahan Iklim ,54 40 Dok 40 Dok 100, Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan , Ha Ha 98, Koordinasi Kegiatan Perlindungan Perkebunan ,32 12 Bln 12 Bln 100, Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan ,86 18 Lap 18 Lap 100, Layanan Perkantoran Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Teknis Lainnya Administrasi Kegiatan Dana ,28 12 Bln 12 Bln 100, ,92 100, ,85 12 Bln 12 Bln 100,00 145

162 NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % Dekonsentrasi (DK) Administrasi Kegiatan Dana Tugas Pembantuan (TP) , Dukungan Kegiatan Manajemen dan ,94 Teknis Lainnya Dukungan Perencanaan , Dukungan Keuangan dan perlengkapan , Dukungan Kepegawaian, Hukum dan ,39 Humas Dukungan Evaluasi dan Pelaporan , Layanan Perkantoran , Kendaraan Bermotor , Peralatan dan Fasilitas Perkantoran , Bln 12 Bln 100,00 Bln 12 Bln 100,00 Dok 3 Dok 100,00 Dok 3 Dok 100,00 Dok 3 Dok 80,00 Dok 3 Dok 100,00 Bln 12 Bln 100,00 Unit 11 Unit 100,00 Unit 2 Unit 100, Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Teknologi Proteksi ,17 97,90 Perkebunan Operasional Laboratorium ,73 12 Bln 11 Bln 100, Pembangunan Kebun Contoh, Demplot, Uji ,09 62 Ha 47 Ha 90,38 Koleksi, dll Pengawasan Peredaran Benih ,12 35 Dok 35 Dok 100,00 146

163 NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % Rakitan Teknologi Spesifikasi Proteksi ,46 Tanaman Perkebunan 24 Pkt 23 Pkt 95, Pemanfaatan Agensia Hayati (Jenis) ,31 15 Jns 15 Jns 100, Sertifikasi dan Pengujian Mutu benih , Btg Btg 76, Administrasi Keuangan dan Kepegawaian ,07 12 Bln 12 Bln 100, Penyusunan Rencana Kerja ,75 11 Lap 11 Lap 100, Peningkatan Kapabilitas Pegawai/Petugas , Org 342 Org 140, Monitoring dan Evaluasi ,88 15 Lap 15 Lap 100, Layanan Perkantoran ,27 48 Bln 48 Bln 100, Kendaraan Bermotor ,23 10 Unit 10 Unit 100, Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi ,31 1 Unit 1 Unit 100, Peralatan dan Fasilitas Perkantoran , Unit 325 Unit 100, Gedung/Bangunan , M2 404 M2 100,00 T o t a l ,05 92,90 147

164 CAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN SERAPAN PER SATKER TAHUN 2014 Lampiran 6 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) JAWA BARAT , ,00 97,58 99,71 1 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 2 DISHUTBUN KAB CIANJUR 3 DISBUN KAB GARUT , ,00 97,18 100, , ,00 95,86 100, , ,00 97,24 100,00 2 JAWA TENGAH , ,00 92,98 99,06 4 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH , ,00 92,98 99,06 3 D. I. YOGYAKARTA , ,00 93,61 93,21 5 DISHUTBUN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA , ,00 93,61 93,21 4 JAWA TIMUR , ,00 73,44 75,32 6 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR , ,00 73,44 75,32 5 A C E H , ,00 82,07 93,80 7 DISHUTBUN PROVINSI A C E H , ,00 75,44 91,34 8 DISHUTBUN KAB BENER MERAH , ,00 98,46 99,50 9 DISHUTBUN KAB PIDIE , ,00 86,05 99,00 10 DISHUTBUN KAB ACEH UTARA , ,00 89,91 100,00 148

165 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) DISHUTBUN KAB ACEH TIMUR , ,00 94,84 99,00 12 DISHUTBUN KAB NAGAN RAYA , ,00 92,36 92,35 6 SUMATERA UTARA , ,00 89,10 95,07 13 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA , ,00 97,01 100,00 14 DISBUN KAB BATUBARA , ,00 25,24 55,18 7 SUMATERA BARAT , ,00 85,86 98,56 15 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT , ,00 86,26 98,51 16 DISBUN KAB PASAMAN BARAT , ,00 81,97 99,00 8 R I A U , ,00 91,54 97,54 17 DISBUN PROVINSI RIAU , ,00 92,24 96,31 18 DISBUN KAB KAMPAR , ,00 89,44 100,00 19 DISHUTBUN KAB MERANTI , ,00 93,81 100,00 20 DISBUN KAB INDRAGIRI HILIR , ,00 82,56 100,00 9 JAMBI , ,00 96,10 98,41 21 DISBUN PROVINSI JAMBI , ,00 96,50 98,33 22 DISBUN KAB TANJUNG JABUNG BARAT , ,00 90,71 99,50 10 SUMATERA SELATAN , ,00 76,83 98,75 149

166 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN , ,00 71,57 99,13 24 DISBUN KAB MUARA ENIM , ,00 89,47 100,00 25 DISBUN KAB MUSI RAWAS , ,00 113,50 93,86 26 DISBUN KAB O K I , ,00 89,74 100,00 11 LAMPUNG , ,00 93,38 100,00 27 DISBUN PROVINSI LAMPUNG , ,00 93,38 100,00 12 KALIMANTAN BARAT , ,00 95,68 99,50 28 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT , ,00 94,59 100,00 29 DISHUTBUN KAB SANGGAU , ,00 96,97 99,79 30 DISHUTBUN KAB SINTANG , ,00 94,01 95,00 31 DISBUNHUT KAB KAPUAS HULU , ,00 98,80 99,70 32 DISHUTBUN KAB BENGKAYANG , ,00 99,28 99,50 13 KALIMANTAN TENGAH , ,00 96,98 100,00 33 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH , ,00 96,00 100,00 34 DISBUN KAB KOTAWARINGIN BARAT , ,00 98,39 100,00 35 DISBUN KAB KOTAWARINGIN TIMUR , ,00 98,77 100,00 14 KALIMANTAN SELATAN , ,00 85,52 91,40 150

167 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DISTANPANGANBUN KAB TANAH LAUT DISHUTBUN KAB HULU SUNGAI TENGAH , ,00 81,95 94, , ,00 78,22 100, , ,00 91,21 95,10 39 DISBUN KAB KOTABARU , ,00 88,89 89,52 40 DISBUN KAB TABALONG , ,00 88,26 93,59 41 DISHUTBUN KAB BALANGAN , ,00 90,64 77,34 15 KALIMANTAN TIMUR , ,00 68,74 88, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DISBUNPANGANNAKPERIKANAN KAB KUTAI BARAT , ,00 61,88 85, , ,00 83,46 95,00 16 SULAWESI UTARA , ,00 98,58 100,00 44 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA , ,00 98,75 100,00 45 DISBUN KAB MINAHASA SELATAN , ,00 97,71 100,00 17 SULAWESI TENGAH , ,00 96,92 100,00 46 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH , ,00 98,31 100,00 47 DISBUN KAB TOLI-TOLI , ,00 84,53 100,00 48 DISHUTBUN KAB SIGI , ,00 89,15 100,00 49 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU , ,00 80,02 100,00 151

168 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) SULAWESI SELATAN , ,00 89,85 98,48 50 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN , ,00 90,31 98,46 51 DISHUTBUN KAB BONE , ,00 67,52 99,46 52 DISHUTBUN KAB BULUKUMBA , ,00 89,53 99,23 53 DISHUTBUN KAB SOPPENG , ,00 92,05 100,00 54 DISHUTBUN KAB LUWU UTARA , ,00 94,70 96,11 19 SULAWESI TENGGARA , ,00 98,65 98,82 55 DISBUNHORTI PROV SULAWESI TENGGARA , ,00 99,17 98,94 56 DISTAN KAB KONAWE , ,00 96,77 99,99 57 DISBUN KAB KOLAKA , ,00 83,00 98,00 58 DISBUNHORTI KAB KONAWE SELATAN , ,00 97,79 97,00 20 MALUKU , ,00 91,12 100,00 59 DISTAN PROVINSI MALUKU , ,00 91,24 100,00 60 DISBUNHUT KAB MALUKU TENGGARA , ,00 90,37 100,00 21 BALI , ,00 90,89 100,00 61 DISBUN PROVINSI BALI , ,00 90,89 100,00 22 NUSA TENGGARA BARAT , ,00 95,74 95,00 152

169 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT , ,00 95,74 95,00 23 NUSA TENGGARA TIMUR , ,00 91,07 100,00 63 DISTANBUN PROV NUSA TENGGARA TIMUR , ,00 90,79 100,00 64 DISTANBUNNAK KAB SIKKA , ,00 99,95 100,00 65 DISBUN KAB ALOR , ,00 88,83 100,00 24 PAPUA , ,00 96,19 98,80 66 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA , ,00 96,19 98,80 25 BENGKULU , ,00 97,02 99,08 67 DISBUN PROVINSI BENGKULU , ,00 96,77 99,00 68 DISTANBUNHUT KAB BENGKULU TENGAH , ,00 99,74 100,00 26 MALUKU UTARA , ,00 99,61 99,64 69 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA , ,00 99,61 99,50 70 DISTAN KAB HALMAHERA UTARA , ,00 99,94 100,00 71 DISTAN KAB HALMAHERA BARAT , ,00 99,01 100,00 72 DISBUN KAB HALMAHERA TENGAH , ,00 99,69 99,50 27 BANTEN , ,00 97,12 100,00 73 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN , ,00 96,44 100,00 153

170 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) DISTANBUN KAB PANDEGLANG , ,00 97,32 100,00 75 DISHUTBUN KAB LEBAK , ,00 97,79 100,00 28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG , ,00 87,03 96,67 76 DISTANBUNNAK PROV KEP. BABEL , ,00 88,27 98,23 77 DISBUNHUT KAB BANGKA SELATAN , ,00 88,23 89,10 78 DISHUTBUN KAB BANGKA , ,00 78,95 100,00 79 DISBUNHUT KAB BANGKA TENGAH , ,00 91,29 100,00 29 GORONTALO , ,00 97,59 99,00 80 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO , ,00 92,22 98,92 81 DISTANPANGANBUN KAB PAHUWATO , ,00 96,82 100,00 30 KEPULAUAN RIAU , ,00 79,66 90,10 82 DISTANHUTNAK PROVINSI KEPULAUAN RIAU , ,00 79,66 90,10 31 PAPUA BARAT , ,00 98,57 95,76 83 DISHUTBUN PROVINSI PAPUA BARAT , ,00 98,57 95,76 32 SULAWESI BARAT , ,00 96,87 100,00 84 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT , ,00 97,08 100,00 85 DISHUTBUN KAB MAJENE , ,00 96,96 100,00 154

171 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) DISHUTBUN KAB MAMUJU , ,00 97,56 100,00 87 DISHUTBUN KAB POLEWALI MANDAR , ,00 86,10 100,00 88 DISTANBUNHORTI KAB MAMASA , ,00 99,24 100,00 33 UPT PUSAT , ,00 93,17 95,28 89 BALAI BESAR ( BBP2TP ) SURABAYA , ,00 93,11 95,48 90 BALAI BESAR ( BBP2TP ) MEDAN , ,00 93,23 95,21 91 BALAI BESAR ( BBP2TP ) AMBON , ,00 93,28 95,34 92 BALAI ( BPTP ) PONTIANAK , ,00 92,94 94,99 34 P U S A T , ,00 83,70 96,34 93 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DIRAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR , ,00 91,89 96,65 DIRAT TANAMAN SEMUSIM , ,00 72,07 94,78 DIRAT TANAMAN TAHUNAN , ,00 93,45 96,84 DIRAT PENANGANAN PASCA PANEN , ,00 72,97 96,10 DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN , ,00 78,68 96, , ,00 85,12 96, , ,00 88,05 92,90 155

172 Lampiran 7 PENILAIAN SATKER PROVINSI LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2014 NO PROVINSI NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 1 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 83 Berhasil 2 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH 78 Cukup Berhasil 3 DISHUTBUN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 76 Cukup Berhasil 4 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR 43 Tidak Berhasil 5 DISBUN PROVINSI A C E H 58 Tidak Berhasil 6 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA 80 Berhasil 7 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT 80 Berhasil 8 DISBUN PROVINSI RIAU 78 Cukup Berhasil 9 DISBUN PROVINSI JAMBI 81 Berhasil 10 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN 65 Cukup Berhasil 11 DISBUN PROVINSI LAMPUNG 82 Berhasil DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 83 Berhasil 86 Berhasil 75 Cukup Berhasil 60 Cukup Berhasil 16 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA 83 Berhasil 17 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH 86 Berhasil 18 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN 87 Berhasil 19 DISBUNHORTI PROV SULAWESI TENGGARA 85 Berhasil 156

173 NO PROVINSI NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 20 DISTAN PROVINSI MALUKU 79 Cukup Berhasil 21 DISBUN PROVINSI BALI 80 Berhasil DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DISTANBUN PROV. NUSA TENGGARA TIMUR 86 Berhasil 78 Cukup Berhasil 24 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA 83 Berhasil 25 DISBUN PROVINSI BENGKULU 85 Berhasil 26 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA 95 Berhasil 27 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN 92 Berhasil 28 DISTANBUNNAK PROV KEP. BANGKA BELITUNG 80 Berhasil 29 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO 80 Berhasil 30 DISTANHUTNAK PROV. KEP. RIAU 63 Cukup Berhasil 31 DISBUN PROVINSI PAPUA BARAT 83 Berhasil 32 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT 83 Berhasil 157

174 PENILAIAN SATKER KABUPATEN/KOTA LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2014 NO KABUPATEN/KOTA NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 1 DISHUTBUN KAB CIANJUR 90 Berhasil 2 DISBUN KAB GARUT 100 Sangat Berhasil 3 DISHUTBUN KAB BENER MERIAH 96 Sangat Berhasil 4 DISHUTBUN KAB PIDIE 80 Berhasil 5 DISHUTBUN KAB ACEH UTARA 86 Berhasil 6 DISHUTBUN KAB ACEH TIMUR 80 Berhasil 7 DISHUTBUN KAB NAGAN RAYA 75 Cukup Berhasil 8 DISBUN KAB BATUBARA 15 Tidak Berhasil 9 DISBUN KAB PASAMAN BARAT 88 Berhasil 10 DISBUN KAB KAMPAR 87 Berhasil 11 DISHUTBUN KAB MERANTI 83 Berhasil 12 DISBUN KAB INDRAGIRI HILIR 81 Berhasil 13 DISBUN KAB TANJUNG JABUNG BARAT 81 Berhasil 14 DISBUN KAB MUARA ENIM 90 Berhasil 15 DISBUN KAB MUSI RAWAS 85 Berhasil 16 DISBUN KAB OGAN KOMERING ILIR 80 Berhasil 17 DISHUTBUN KAB SANGGAU 85 Berhasil 18 DISHUTBUN KAB SINTANG 85 Berhasil 19 DISHUTBUN KAB KAPUAS HULU 85 Berhasil 20 DISHUTBUN KAB BENGKAYANG 90 Berhasil 21 DISBUN KAB KOTAWARINGIN BARAT 95 Berhasil 22 DISBUN KAB KOTAWARINGIN TIMUR 95 Berhasil 23 DISTANPANGANBUN KAB TANAH LAUT 65 Cukup Berhasil 158

175 NO KABUPATEN/KOTA NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 24 DISHUTBUN KAB HULU SUNGAI TENGAH 85 Berhasil 25 DISBUN KAB KOTABARU 80 Berhasil 26 DISBUN KAB TABALONG 85 Berhasil 27 DISHUTBUN KAB BALANGAN 65 Cukup Berhasil 28 DISBUNPANGANNAKPERIKANAN KAB KUTAI BARAT 80 Berhasil 29 DISBUN KAB MINAHASA SELATAN 95 Berhasil 30 DISBUN KAB TOLI-TOLI 83 Berhasil 31 DISHUTBUN KAB SIGI 83 Berhasil 32 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU 89 Berhasil 33 DISHUTBUN KAB BONE 66 Cukup Berhasil 34 DISHUTBUN KAB BULUKUMBA 95 Berhasil 35 DISHUTBUN KAB SOPPENG 83 Berhasil 36 DISHUTBUN KAB LUWU UTARA 87 Berhasil 37 DISTAN KAB KONAWE 88 Berhasil 38 DISBUN KAB KOLAKA 83 Berhasil 39 DISBUNHORTI KAB KONAWE SELATAN 91 Berhasil 40 DISBUNHUT KAB MALUKU TENGGARA 80 Berhasil 41 DISTANBUNNAK KAB SIKKA 90 Berhasil 42 DISBUN KAB ALOR 93 Berhasil 43 DISTANBUNHUT KAB BENGKULU TENGAH 90 Berhasil 44 DISTAN KAB HALMAHERA UTARA 90 Berhasil 45 DISTAN KAB HALMAHERA BARAT 86 Berhasil 46 DISBUN KAB HALMAHERA TENGAH 100 Sangat Berhasil 47 DISTANBUN KAB PANDEGLANG 91 Berhasil 48 DISHUTBUN KAB LEBAK 95 Berhasil 159

176 NO KABUPATEN/KOTA NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 49 DISBUNHUT KAB BANGKA SELATAN 85 Berhasil 50 DISHUTBUN KAB BANGKA 70 Cukup Berhasil 51 DISBUNHUT KAB BANGKA TENGAH 90 Berhasil 52 DISTANBUNPANGAN KAB PAHUWATO 86 Berhasil 53 DISHUTBUN KAB MAJENE 100 Sangat Berhasil 54 DISHUTBUN KAB MAMUJU 87 Berhasil 55 DISHUTBUN KAB POLEWALI MANDAR 84 Berhasil 56 DISTANBUNHORTI KAB MAMASA 85 Berhasil 160

177 PENILAIAN SATKER BALAI DAN UNIT ESELON II LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2014 NO BALAI NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 1 BALAI BESAR ( BBP2TP ) SURABAYA 89 Berhasil 2 BALAI BESAR ( BBP2TP ) MEDAN 87 Berhasil 3 BALAI BESAR ( BBP2TP ) AMBON 91 Berhasil 4 BALAI ( BPTP ) PONTIANAK 79 Cukup Berhasil 5 DiREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 5a. DIRAT TAN. REMPAH DAN PENYEGAR 79 Cukup Berhasil 5b. DIRAT. TAN. SEMUSIM 60 Cukup Berhasil 5c. DIRAT. TAN. TAHUNAN 81 Berhasil 5d. DIRAT. PASCA PANEN DAN PEMBINAAN USAHA 65 Cukup Berhasil 5e. DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 65 Cukup Berhasil 5f. SEKRETARIAT DITJEN PERKEBUNAN 79 Cukup Berhasil 161

178 Prioritas Nasional Kementerian Pertanian Yang Dipantau UKP4 Tahun2014 Lampiran 8 RENCANA AKSI KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN SEMULA MENJADI N5PXX: PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI UNTUK PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Rawat Ratoon, Bongkar ratoon dan perluasan areal tanaman tebu TARGET B03: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk kegiatan pengembangan tebu seluas B03 : 141,4% CPL/CL untuk rawat ratoon, bongkar ratoon dan perluasan seluas Ha. N5PXXAX: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim TARGET 1. Tersalurkannya pupuk untuk rawat ratoon ha 2. Terlaksanaanya perluasan dan bongkar ratoon ha di 2014 (1.800 ha di tahun 2015) TERGET : (RKP Ha) 1. Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon Ha. 2. Terlaksananya Perluasan TARGET B06: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk kegiatan pengembangan tebu seluas Ha. 2. Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas Ha. TARGET B09: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas Ha 2) Terlaksananya pengadaan dan Bongkar Ratoon Ha pupuk untuk rawat ratoon tebu di Tahun 2014 (5.492 di Tahun seluas Ha 2015). 3) BR dan atau perluasan Ha. TARGET: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas Ha 2.Tersalurkannya pupuk untuk rawat ratoon Ha 3. Terlaksanaanya perluasan dan bongkar ratoon Ha di Tahun 2014 (5.492 Ha di Tahun 2015) - B06 : 126,53% CP/CL untuk rawat ratoon, bongkar ratoon dan perluasan seluas Ha. - B06 : 25,68% Pengadaan pupuk untuk rawat ratoon seluas Ha. TARGET B09: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas Ha 2) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas Ha. B09 : 100,21% B09 : 64,33% CP/CL untuk tanaman tebu seluas ha.berubahnya realisasi CP/CL dari Ha (B06) ke ha (B09) dikarenakan adanya penghematan nasional sehingga SK CPCL yg sudah di SK kan dibuat ulang kembali. 1. Sebagian besar petani tebu melaksanakan BR/perluasan pada pola II (Oktober-Desember) 162

179 RENCANA AKSI KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN SEMULA MENJADI 3) Terlaksananya perluasan dan bongkar raton Ha. B09 : 63,08% 2. Lahan petani rata-rata merupakan lahan tegalan yang tidak berpengairan 3. Penundaan untuk penyaluran dana Bansos baru dicabut tanggal 14 Juli Setelah petani baru menyiapkan pelaksanaan BR/perluasan seperti mencari benih. TARGET B12: 1) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas Ha 2) Terlaksananya Bongkar Ratoon dan Perluasan areal tebu seluas Ha di tahun 2014 TARGET B12: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas Ha B12: 100 % 2) Terlaksananya pengadaan B12: 100 % 3) Terlaksananya Bongkar B12: 64,70 % - Realisasi BR dan Perluasan -.Pertumbuhan KBD mengalami 163

180

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii iv v vi DAFTAR TABEL vii viii DAFTAR GAMBAR ix x DAFTAR LAMPIRAN xi xii 1 PENDAHULUAN xiii xiv I. PENDAHULUAN 2 KONDISI UMUM DIREKTOAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2005-2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau strategis instansi.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012 Hal i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam mencapai tujuan atau sasaran

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pascapanen dan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja kesepakatan/perjanjian kinerja antara atasan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Direktorat Pengolahan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA 2011 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} Ilirektorat lenderal Perkebunan Tahun 2013 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian = :3 =3 ra = g l' ]' It 3 it = =3 =t 5 =t 3 3 I I :t =t I =t g =t =t =t I =t

Lebih terperinci

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Sasaran... 1.4 Dasar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 disusun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan (Rencana Strategis) Sekretariat. Direktorat Jenderal Perkebunan

DAFTAR ISI. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan (Rencana Strategis) Sekretariat. Direktorat Jenderal Perkebunan DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Organisasi... 2 BAB II PERENCANAAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) mengacu pada Ketetapan MPR RI nomor : XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih

Lebih terperinci

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015-2019 MANUAL IKU (INDIKATOR KINERJA UTAMA) KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1 Page 1 KATA PENGANTAR Kinerja Instansi Pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah yang mengindikasikan tingkat

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2016 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2015 adalah laporan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR BAB II PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Perkebunan Kementerian

Perkebunan Kementerian -a t -t!!!!! g -t t! J t J -t 9 RENCANA KNERJA TAHUNAN {RKT} $ekretariat llirektorat enderal Perkebunan Tahun 201 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian..-_.,:*l j l! t t t g ^ - ;!! t t

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama pemerintahan, kelembagaan yang efektif dan effisien dengan tata laksana

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Lakip Sekretariat Tahun 2014 merupakan perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang di amanahkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabititas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017 Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, 26-27 Januari 2017 Prioritas Nasional KETAHANAN PANGAN dengan 2 Program Prioritas yaitu: 1) PENINGKATAN PRODUKSI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 i RKT 2012 Direktorat Perlindungan Perkebunan KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN i KATA PENGANTAR Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Sekretariat Tahun 2016 merupakan perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH)

LAKIP SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

- Hibah Luar Negeri Langsung - Pinjaman Luar Negeri

- Hibah Luar Negeri Langsung - Pinjaman Luar Negeri KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 19 Tahun

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun. Pada bulan Januari 2015 telah disahkan Perjanjian Kinerja (PK) yang dalam

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun. Pada bulan Januari 2015 telah disahkan Perjanjian Kinerja (PK) yang dalam KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Sekretariat Tahun 2015 merupakan perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR LAKIP Sekretariat Tahun 2012 merupakan perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang di amanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PEMANDU LAPANG TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Pelatihan Pemandu

Lebih terperinci

Program Pembangunan Perkebunan 2018

Program Pembangunan Perkebunan 2018 Program Pembangunan Perkebunan 2018 PENYELENGGARAAN PERKEBUNAN PERKEBUNAN= Segala kegiatan pengelolaan SDA, SDM, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman

Lebih terperinci

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela BAB XXXVII BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI BANTEN Pasal 168 Susunan Organisasi Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan

Lebih terperinci

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 2 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 3 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar...

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon 1 Prakata Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Standar Pelayanan Publik Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga. Laporan Kinerja Direktorat Perbenihan Perkebunan Tahun 2016. ini disusun dalam rangka pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015 Dinas Provinsi Jawa Barat 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global, antara lain berperan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan 1 RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan RKT... 2 II. TUGAS POKOK

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009-2014 bidang pertanian tertuang program prioritas untuk meningkatkan percepatan

Lebih terperinci

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2012 LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (1) (2) (3) 1) Jumlah produksi (ton) komoditas tebu minimal memenuhi 90% dari kebutuhan

Lebih terperinci

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan R E N S T R A Draft Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan 2010-2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN DIREKTORAT JENDERAL

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN DIREKTORAT JENDERAL RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE 2015-2019 MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN Disampaikan pada : Musrenbangtan Nasional Tahun 2014 Jakarta, 13 Mei 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Jakarta, Januari 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

(LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN

(LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci