KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN). Laporan Kinerja Instansi yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi/organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Oleh karena itu Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan disusun dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Pada Bulan Maret 2015 telah disyahkan Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan dokumen pernyataan kinerja antara Menteri Pertanian dan Direktur Jenderal Perkebunan untuk mewujudkan target kinerja meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan yang meliputi 7 (tujuh) kegiatan utama yaitu: (1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar; (2) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim; (3) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan; (7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penyerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2015 sebesar Rp ,- atau mencapai 79,33% dari total pagu anggaran sebesar Rp ,- dengan capaian fisik seluruhnya 86,97%. Capaian keuangan per kegiatan utama secara berurutan adalah kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,65%, kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 88,98%, kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebesar 87,63%, kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 86,73%, kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 82,15%, kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 78,03%, dan kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sebesar 63,70% Dokumen Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip i

3 Kementerian Pertanian IKHTISAR EKSEKUTIF ini dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Laporan ini disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Per Men-PAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.. Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun , Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tujuan: (1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin pertanian serta pembangunan kebun sumber benih tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah ii

4 Kementerian Pertanian penyegar; (2) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada lahan-lahan eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan lokal, kebutuhan pengembangan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi antar sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi, agroekosistem, sosial, pasar dan pengembangan/ potensi berkelanjutan; (3) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada pekebun dalam mendorong usaha agribisnis perkebunan dibudidayakan melalui sistem budidaya perkebunan yang baik, berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida); (4) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan kelompok petani tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar melalui pelatihan penumbuhan kebersamaan/ dinamika kelompok, pelatihan penguatan kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi pembiayaan dan permodalan serta kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, pascapanen dan perlindungan perkebunan; (5) Memfasilitasi penyediaan/ pengadaan alat pascapanen tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar yang spesifik lokasi dan fungsi; (6) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan; (7) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan iii

5 Kementerian Pertanian berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan; (8) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas; (9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bio-energy, sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste management. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, yang difokuskan pada peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional perkebunan (tebu, kapas, tembakau nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, cengkeh, teh, pala, sagu dan kemiri sunan). Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumberdaya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efesien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala prioritas tersebut pada tahun 2015 Strategi Ditjen. Perkebunan tahun dalam pencapaian 6 iv

6 Kementerian Pertanian sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun diantaranya meliputi: 1) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) strategi peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan; 3) strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan; 4) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 5) strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; dan 6) strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun. Pengukuran Kinerja berdasarkan capaian kinerja tingkat nasional di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama enam tahun terakhir ( ), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (10,39%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, keterlibatan tenaga kerja di sektor perkebunan mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang mencapai 2,50%. Neraca perdagangan untuk komditi perkebunan yang sedikit peningkatan sebesar 0,73% dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 3,17% per tahun. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan v

7 Kementerian Pertanian produktivitas tanaman perkebunan, selama 6 tahun ( ) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,21% per tahun dari 32,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 41,67 juta ton pada tahun Bila dibandingkan dengan target Renstra sesuai Rencana Kinerja Tahunan (RKT) atau Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 bahwa capaian produksi 16 komoditas unggulan mencapai 41,67 juta ton dari target sebesar 42,69 juta ton atau mencapai 97,59%. Namun meningkat menjadi 103,47% bila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2014 yang besarnya 40,27 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,47%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 2015 mencapai 83,01%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2015 yang nilainya 23,61 juta hektar, maka capaiannya sebesar 135,67%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 1,45% atau mencapai 101,45% dari 23,27 juta hektar menjadi 23,60 juta hektar untuk tahun Terhadap target Renstra yang besarnya 18,29 juta ha, maka kinerja tahun 2015 sudah mencapai 129,09%. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2015 mendapat alokasi anggaran awal (refocusing) pada bulan Maret 2015 sebesar Rp ,-. Pada tanggal 13 April 2015 terjadi revisi I karena mendapat anggaran tambahan yang disebut APBN Perubahan (APBN-P) menjadi sebesar Rp ,-. Kemudian dilakukan revisi ke 2 dengan vi

8 Kementerian Pertanian pengurangan anggaran untuk kegiatan tanaman pangan pada tanggal 10 Juli 2015 terhadap total alokasi pengelolaan anggaran, sehingga menjadi sebesar Rp ,-. Pada tanggal 28 Agustus 2015 dilakukan revisi ke 3 karena adanya penambahan dana menjadi sebesar Rp ,-. Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2015 dilakukan revisi ke 4 dengan pengurangan anggaran sebesar Rp ,- untuk membayar kenaikan tunjangan kinerja pegawai di Kementerian Pertanian sehingga total anggaran menjadi sebesar Rp ,-. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2015 sebesar Rp ,- dari total pagu sebesar Rp ,- atau keuangan mencapai 79,33% dengan capaian fisik seluruhnya 86,97%. Capaian kinerja per kegiatan utama secara berurutan adalah kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,65%, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 88,98%, Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebesar 87,63%, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan sebesar 86,73%, Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 82,15%, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar 78,03%, dan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sebesar 63,70%. Pada Tahun 2015 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh 88 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker vii

9 Kementerian Pertanian UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (33 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (50 satker). Capaian kinerja pada triwulan IV cukup mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III. Jika dilihat dari satker yang masuk kategori sangat berhasil yaitu meningkat 26,14% dari 8 satker menjadi 23 satker, untuk yang berhasil meningkat 56,82% dari 7 satker menjadi 50 satker, cukup berhasil juga meningkat 13,64% dari 11 satker menjadi 12 satker dan kurang berhasil turun menjadi 3,41% yaitu dari 62 satker menjadi 3 satker. No. Satker Sangat berhasil Berhasil Cukup berhasil Kurang berhasil 1. Pusat Balai/UPT Provinsi Kabupaten/kota Total Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2015 secara umum adalah pengadaan barang dan jasa, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan terlambatnya penyediaan benih dan koordinasi yang belum optimal. Permasalahan tersebut dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik, sehingga kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. viii

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Organisasi Aspek Strategis Organisasi Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Global Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian Tantangan Pembangunan Perkebunan Dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perkebunan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Program Direktorat Jenderal Perkebunan ix

11 Tahun Agenda Prioritas NAWACITA Tahun Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran Kinerja Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Produksi Produktivitas Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Nasional Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Yang Dibiayai APBN Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Direktorat Tanaman Semusim Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan x

12 Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes) Produksi Capaian Kinerja Terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Produktivitas Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran (Outputs) Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun xi

13 Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Akuntabilitas Keuangan Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman semusim Peningkatan Produksi dan Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Dukungan Perlindungan Perkebunan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan Per Satker Tahun Penilaian Kinerja Per Satker Tahun Hasil Penilaian Kinerja Triwulan (PKTw) Hasil Penilaian Kinerja Triwulan I Tahun Hasil Penilaian Kinerja Triwulan II Tahun xii

14 Hasil Penilaian Kinerja Triwulan III Tahun Hasil Penilaian Kinerja Triwulan IV Tahun Hasil Penilaian Kinerja Tahunan (PKTh) Permasalahan dan rencana Tindak Lanjut Permasalahan Administrasi Teknis Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Administrasi Teknis Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Saran Rekomendasi xiii

15 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produk- si dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelan- jutan Tahun Tabel 2 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Tabel 3 : Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun Tabel 4 : Perkembangan Produksi Komoditas perkebunan Tahun Tabel 5 : Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun Tabel 6 : Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun Tabel 7 : Capaian Kinerja Produksi Tahun Tabel 8 : Capaian Kinerja Produktivitas Tahun Tabel 9 : Capaian Kinerja Luas Areal Perkebunan Tahun Tabel 10 : Realisasi Serapan Keuangan Per Kegiatan Utama Tahun Tabel 11 : Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun Tabel 12 : Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Tahun xiv

16 Tabel 13 : Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Tahun Tabel 14 : Output Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen Dan Pembinaan Usaha Tahun Tabel 15 : Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun Tabel 16 : Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Tahun Tabel 17 : Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan tahun Tabel 18 : Satker Provinsi Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah Tabel 19 : Satker Kabupaten/Kota Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai Dengan Yang Terendah xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pengukuran Kinerja Outcomes Tahun 2015 (Berdasarkan Dari RKT/Renstra) Lampiran 2 : Capaian Kinerja Program/Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 (Berdasarkan Dari RKT/Renstra) Lampiran 3 : Perjanjian Kinerja (PK) Tahun Lampiran 4 : Rekapitulasi Realisasi Anggaran Triwulan IV Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun xvi

18 Kementerian Pertanian BAB I P E N D A H U L U A N

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi kegenerasi. Pada tahun , sub sektor perkebunan masih menjadi sub sektor penting dalam peningkatan perekonomian nasional. Peran strategis sub sektor perkebunan baik secara ekonomis, ekologis maupun sosial budaya ini digambarkan melalui kontribusinya dalam penyumbang PDB; nilai investasi yang tinggi dalam membangun perekonomian nasional; berkontribusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan komoditas pertanian nasional; sumber devisa negara dari komoditas ekspor; berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara dari cukai, pajak ekspor dan bea keluar; penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri; penyerap tenaga kerja; sumber utama pendapatan masyarakat pedesaan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal; pengentasan kemiskinan; penyedia bahan bakar nabati dan bioenergy yang bersifat terbarukan, berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca serta berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan mengikuti kaidah-kaidah konservasi. Sejalan dengan 1

20 berbagai kontribusi sub sektor perkebunan tersebut maka segala bentuk usaha budidaya perkebunan harus mengedepankan keseimbangan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan alat/sarana prasarana input produksi melalui kegiatan penyelenggaraan perkebunan yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan. Undang-Undang nomor 39 tahun 2014 yang diterbitkan pada tanggal 17 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan. Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan mengemban amanat yang berat dalam mendukung pembangunan nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan lestari, dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan. 2

21 Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal perencanaan dan penganggaran diamanatkan mengikuti pembagian kewenangan pusat dan daerah sesuai UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dalam pembangunan. Undang-undang tersebut memasukkan bidang-bidang terkait sub sektor perkebunan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah seperti tenaga kerja, statistik, pemberdayaan masyarakat dan desa, pangan, lingkungan hidup dan pertanahan sebagai urusan wajib yang tidak terkait pelayanan. lmplikasi penetapan urusan pertanian sebagai urusan pemerintah bersifat pilihan khususnya sub sektor perkebunan yang memiliki kekhasan komoditas sesuai potensi unggulan daerah adalah akan membuka peluang negosiasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk menentukan pembagian kewenangan sub sektor perkebunan yang tepat dan disesuaikan dengan kebijakan program, anggaran dan regulasi yang efektif dan efisien. Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah, maka diperlukan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang memadai. Penyusunan Laporan Kinerja (LAKIP) didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Laporan ini disusun sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 3

22 yang diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan dalam penyusunannya mengacu pada yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format yang terdiri dari: 1) Ikhtisar Eksekutif; 2) Bab I Pendahuluan; 3) Bab II Perencanaan Kinerja; 4) Bab III Akuntabilitas Kinerja yang meliputi: (a) Capaian Kinerja Organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi dengan melakukan analisis capaian kinerja; (b) Realisasi Anggaran yang digunakan dan telah digunakan sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja; 5) Bab IV Penutup dan Lampiran-lampiran Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 14 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian yang menjadi nomenklatur organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan yang baru. Namun peraturan yang baru tersebut belum bisa dilaksanakan karena belum ada uraian tugas dan fungsi terhadap struktur organisasinya. Oleh karena itu program dan kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Perkebunan masih menggunakan Peraturan Menteri Pertanian 4

23 Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian (lama). Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perkebunan. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; dan 5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Tanaman Semusim, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 5

24 1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerjasama di bidang perkebunan; b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan; c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik; d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang perkebunan; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Perkebunan. 2) Direktorat Tanaman Semusim, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman semusim. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Semusim menyelenggarakan fungsi: 6

25 a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan, sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pember-dayaan dan kelembagaan tanaman semusim; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim. 3) Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, pedoman, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman rempah dan penyegar. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar menye-lenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta 7

26 pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Rempah dan Penyegar. 4) Direktorat Tanaman Tahunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman tahunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; 8

27 b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan. 5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah 9

28 dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; c. Penyusunan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan. 6) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen dan pembinaan usaha. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; b. Pelaksanan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan 10

29 perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. 7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 08,09,10,11/Permentan /OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBP2TP Surabaya, BBP2TP Medan, dan BBP2TP Ambon. yang statusnya setara Eselon II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a. Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktur Tanaman 11

30 Tahunan, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Tugas pokok BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional; b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika; c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas; d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas; 12

31 e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar; f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi; g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee fest); h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting; l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan; 13

32 p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida; r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai Besar. Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; 14

33 d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; i. Pelaksanaan pengujian dandan pemanfaatan pestisida nabati; j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai. 15

34 1.3. Aspek Strategis Organisasi Mencermati isu-isu strategis sebagaimana diungkapkan dalam Rancangan Teknokratik RPJMN yang meliputi bidang ekonomi, sumber daya alam dan lingkungan hidup, kesejahteraan rakyat, kewilayahan dan kedaerahan serta bidang politik, hukum, pertahanan dan keamanan, maka tantangan kedepan yang akan dihadapi dalam membangun perkebunan secara garis besar dikelompokkan menjadi 1) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup global; 2) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup sektor pertanian dan 3) tantangan pembangunan perkebunan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Global Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan kedepan dalam ruang lingkup global terutama berkaitan dengan liberalisasi pasar global yang dapat diklasifikasikan yaitu: 1. Liberalisasi perdagangan global (implikasi pertemuan WTO, APEC, G20 dan kerjasama bilateral/multilateral/regional lainnya) 2. Kondisi perekonomian global yang menimbulkan gejolak harga dunia (implikasi negatif era pasar bebas ASEAN/AEC 2015) 3. Tuntutan terhadap atribut mutu/kualitas produk (implikasi dari tuntutan daya saing komoditas) 16

35 4. Perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT) 5. Dukungan terhadap optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup (implikasi terhadap pembangunan perkebunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan) 6. Tingginya tingkat permintaan akibat ledakan jumlah penduduk dan urbanisasi (implikasi terhadap ketersediaan bahan baku) 7. Aspek distribusi/pengangkutan dan pemasaran (implikasi dari globalisasi produksi dan pasar) Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Sektor Pertanian Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan kedepan dalam ruang lingkup sektor pertanian terutama berkaitan dengan kondisi pertanian secara umum dapat diklasifikasikan yaitu: 1. Kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun) 2. Penurunan minat generasi muda terhadap budidaya pertanian/ perkebunan (implikasi terbatasnya sumber daya insani (SOl) pertanian/perkebunan) 3. Kondisi permodalan dan akses kredit usaha (implikasi pengembangan usaha agribisnis pertanian/ perkebunan) 17

36 4. Dukungan ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana pertanian/ perkebunan (implikasi terhadap daya dukung usaha agribisnis pertanian/ perkebunan) 5. Penurunan kehilangan hasil (implikasi penanganan pascapanen yang baik) 6. Kecukupan pangan bergantung impor (implikasi kebijakan ketahanan dan kedaulatan pangan) 7. Desentralisasi pengembangan pertanian/ perkebunan (implikasi dari pemusatan pembangunan pertanian/ perkebunan di Pulau Jawa) 8. Tuntutan atas penerapan otonomi daerah (implikasi terhadap pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota) 9. Ketidaksinambungan kebijakan/ regulasi serta koordinasi lintas sektoral dan daerah (implikasi tumpang tindih kebijakan/ regulasi lintas sektor) Tantangan Pembangunan Perkebunan dalam Ruang Lingkup Sub Sektor Perkebunan Tantangan yang akan dihadapi pembangunan perkebunan kedepan dalam ruang lingkup sub sektor perkebunan terutama berkaitan dengan kondisi perkebunan secara khusus dari aspek hulu dan hilir dapat diklasifikasikan yaitu: 18

37 1. Ketersediaan benih dan sarana produksi (implikasi peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan) 2. Keterbatasan, penurunan kualitas, status kepemilikan, persaingan pemanfaatan, degradasi dan konversi/ alih fungsi lahan (implikasi permasalahan umum sumber daya lahan berkelanjutan) 3. Pemberdayaan pekebun (implikasi peningkatan kemampuan pekebun dalam usaha agribisnis perkebunan) 4. Kondisi pertanaman perkebunan (implikasi banyaknya tanaman tua dan tanaman dengan produktivitas rendah) 5. Tuntutan penerapan konsep pembangunan perkebunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (implikasi dari pemberlakuan ISPO) 6. Tuntutan pengaturan perizinan usaha perkebunan (implikasi reformasi birokrasi perizinan dalam era otonomi daerah) 7. Konflik dan gangguan usaha perkebunan (implikasi keamanan, kenyamanan berusaha serta penciptaan minat dan iklim investasi) 19

38 Kementerian Pertanian BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

39 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Berdasarkan perencanaan yang telah disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) Ditjen. Perkebunan tahun disusun dengan mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN sesuai amanat Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun Arah kebijakan umum pembangunan nasional tahun adalah 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; 2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam yang berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5) penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9 Agenda Prioritas NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA yang wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan 20

40 perkebunan tahun sebagaimana tercantum dalam RPJMN mencakup 2 agenda prioritas diantaranya 1) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub agenda prioritas akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan pangan. Selain itu agenda prioritas terkait membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah (perbatasan, daerah tertinggal dan daerah kawasan timur Indonesia) dan desa dalam kerangka negara kesatuan menjadi salah satu arah kebijakan yang akan diprioritaskan Ditjen. Perkebunan melalui kegiatan sistematik. Sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan agroindustry adalah peningkatan produksi komoditas andalan dan prospektif ekspor perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dan kelapa serta mendorong berkembangnya agroindustri di perdesaan. Sedangkan sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan dari tebu yang bersumber dari produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi gula rumah tangga dan industri rumah tangga. Secara umum pengembangan komoditas perkebunan difokuskan pada 16 komoditas unggulan yaitu Tebu, Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam. Penentuan komoditas tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/

41 tentang jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura serta Keputusan Menteri Pertanian nomor 3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang perubahan lampiran I dari Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Arah pengembangan komoditas-komoditas tersebut dicapai melalui program peningkatan produksi dan produktivitas dengan implementasi kegiatan seperti rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan, pembangunan dan pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas dibidang manajemen dan kesekretariatan. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang masih dalam tahap inisiasi tetap dikembangkan dan difasilitasi Ditjen. Perkebunan yang diarahkan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) yang meliputi penyediaan benih/ varietas unggul, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih (demplot, kebun induk, kebun entres dan lain-lain), pengendalian OPT, penanganan pascapanen, pemberdayaan pekebun, peningkatan kapasitas sumber daya insani (SDI) dan penguatan kelembagaan. Sasaran strategis Ditjen. Perkebunan tahun yang selaras dengan kebijakan Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian Pertanian tahun adalah mendukung: 1) pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan 22

42 produksi gula nasional; 2) peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan yang difokuskan pada pengembangan komoditas sagu dalam rangka penganekaragaman pangan perkebunan, kegiatan integrasi tanaman perkebunan dan ternak, pengembangan kegiatan tumpang sari dengan komoditas tanaman pangan/hortikultura/ perkebunan lainnya dan pemanfaatan tanaman sela; 3) peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan yang difokuskan pada pengembangan produk segar dan olahan dari 16 komoditas unggulan perkebunan; 4) pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry dengan fokus pengembangan komoditas kelapa sawit baik melalui peningkatan produksi dan produktivitas maupun melalui kegiatan integrasi tanaman dan ternak serta penyediaan benih kemiri sunan; 5) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik dengan menerapkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, integritas/komitmen, kejujuran, konsistensi dan bebas KKN di lingkungan organisasi Ditjen. Perkebunan; dan 6) peningkatan pendapatan keluarga pekebun yang merupakan resultan dari pencapaian sasaran strategis lainnya Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Dalam rangka mendukung Visi Pembangunan Nasional tahun yaitu "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong" dan Visi Kementerian 23

43 Pertanian tahun yaitu terwujudnya sistem pertanian bioindustry berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumber daya lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Visi Direktorat Jenderal Perkebunan tahun yaitu "Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejahteraan pekebun dan memperkokoh fondasi sistem pertanian bio-industry berkelanjutan" Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut: 1) Mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar secara berkelanjutan. 2) Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan pendekatan kawasan. 3) Mendorong upaya penerapan budidaya tanaman perkebunan dengan baik dan berwawasan lingkungan. 4) Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani. 24

44 5) Mewujudkan peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen tanaman perkebunan secara berkelanjutan. 6) Menyediakan fasilitasi bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konfik perkebunan. 7) Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan dampak perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. 8) Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas dibidang manajemen dan kesekretariatan. 9) Mewujudkan sistem pertanian bio-industry berbasis pengembangan komoditas perkebunan Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional dan pembangunan pertanian pada periode jangka menengah tahun , maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun yang akan dicapai sesuai dengan penetapan Visi, Misi serta tugas pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut : 1) Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih unggul, bermutu dan 25

45 bersertifikat, sarana produksi dan alat mesin pertanian serta pembangunan kebun sumber benih tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar. 2) Melakukan pengembangan komoditas unggulan perkebunan pada lahan-lahan eksisting dan lahan bukaan baru sesuai potensi kearifan lokal, kebutuhan pengembangan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan melalui pendekatan kawasan yang terintegrasi antar sektor dan memperhatikan kelayakan ekonomi, agroekosistem, sosial, pasar dan pengembangan/ potensi berkelanjutan. 3) Melakukan pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan kepada pekebun dalam mendorong usaha agribisnis perkebunan dibudidayakan melalui sistem budidaya perkebunan yang baik, berkelanjutan dan memperhatikan isu-isu lingkungan terutama dalam penggunaan benih dan sarana produksi (pupuk dan pestisida). 4) Memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan kelompok petani tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar melalui pelatihan penumbuhan kebersamaan/dinamika kelompok, pelatihan penguatan kelembagaan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana prasarana budidaya, dukungan penyediaan fasilitasi pembiayaan dan permodalan serta kemudahan akses ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, pascapanen dan perlindungan perkebunan. 26

46 5) Memfasilitasi penyediaan/ pengadaan alat pascapanen tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar yang spesifik lokasi dan fungsi. 6) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan. 7) Melakukan upaya strategis dan bimbingan teknis dalam memfasilitasi penerapan pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan, perizinan usaha pekebunan, penilaian usaha perkebunan serta inventarisasi, identifikasi dan penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan. 8) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, kerjasama teknis, administrasi keuangan, aset, umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, hukum, humas, administrasi perkantoran, evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas. 9) Melakukan upaya pengembangan komoditas perkebunan sumber bioenergy, sistem pertanian polikultur serta penerapan integrasi tanaman perkebunan dalam mendukung pengembangan sistem pertanian bio-industry melalui pendekatan zero waste management. 27

47 Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Dalam rangka mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional tahun dan kebijakan Kementerian Pertanian tahun , maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun sebagai dasar pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Arah kebijakan pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang ditetapkan menjadi Arah Kebijakan Umum dan Arah Kebijakan Khusus. Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, sedangkan arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan perkebunan tahun yang ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun Implementasi dukungan Ditjen. Perkebunan tahun dalam pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun diantaranya meliputi: 1) pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan; 3) peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan; 4) pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem 28

48 pertanian bio-industry; 5) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; dan 6) peningkatan pendapatan keluarga pekebun Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Dalam RPJMN tahun ditetapkan 9 agenda prioritas NAWACITA yang menunjukkan sasaran prioritas pembangunan nasional dalam mewujudkan jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Perumusan agenda prioritas NAWACITA yang menjadi tupoksi Ditjen. Perkebunan adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan dengan sasaran produksi gula tahun 2019 mencapai 3,8 juta ton. Selain itu agenda prioritas terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan dengan sasaran produksi tahun 2019 untuk komoditas kelapa sawit sebesar 36,42 juta ton CPO; komoditas karet sebesar 3,81 juta ton karet kering; komoditas kakao sebesar 961 ribu ton biji kering; komoditas teh sebesar 162,7 ribu ton daun kering; komoditas kopi sebesar 778 ribu ton kopi berasan; dan komoditas kelapa sebesar 3,49 juta ton setara kopra. Sasaran pokok pembangunan nasional tersebut dijabarkan lebih lanjut kedalam 6 (enam) Sasaran Strategis Kementerian Pertanian tahun yang meliputi: 29

49 1) Swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi daging dan gula. 2) Peningkatan diversifikasi pangan. 3) Peningkatan komoditas bernilai tambah, berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor. 4) Penyediaan bahan baku bio-energy dan bio-industry. 5) Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik. 6) Peningkatan pendapatan keluarga petani. Keenam sasaran strategis Kementerian Pertanian tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan arah pembangunan pertanian sebagaimana tercantum dalam dokumen Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis nasional dan sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun , sesuai tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan sasaran strategisnya untuk periode yang difokuskan pada peningkatan produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional perkebunan. Strategi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap pencapaian arah dan kebijakan pembangunan perkebunan tahun yang ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan. Strategi pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang dapat dibagi menjadi Strategi Umum dan Strategi Khusus. 30

50 Strategi umum dirumuskan dalam rangka mendukung program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun yaitu peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan, sedangkan strategi khusus adalah strategi pembangunan perkebunan tahun yang dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun Strategi Ditjen. Perkebunan tahun dalam pencapaian 6 sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun diantaranya meliputi: 1) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) strategi peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan; 3) strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan; 4) strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 5) strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; dan 6) strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun. Strategi umum pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah: 1) Strategi pengembangan komoditas perkebunan strategis; 2) Strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan unggulan nasional; 3) Strategi pengembangan sumber daya insani perkebunan (SDI); 4) Strategi penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan; 31

51 5) Strategi pengembangan dan penguatan sistem pembiayaan perkebunan; 6) Strategi pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur pendukung usaha perkebunan; 7) Strategi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup; 8) Strategi peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlindungan perkebunan; 9) Strategi dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik pembangunan perkebunan; 10) Strategi penguatan tata ketota kepemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi sebagai dasar petayanan prima; Strategi khusus pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang adalah: 1) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku Tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) Strategi peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan; 3) Strategi peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing komoditas perkebunan; 4) Strategi pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry; 5) Strategi akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik; 6) Strategi peningkatan pendapatan keluarga pekebun. 32

52 Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pembangunan perkebunan saat ini dan dimasa yang akan datang menghadapi tantangan yang cukup berat baik dalam tataran liberalisasi perdagangan global maupun lingkup regional, terutama memasuki era AEC (Asean Economic Community) tahun Tuntutan pembangunan perkebunan di era AEC adalah bagaimana strategi pengembangan komoditas perkebunan yang berkelanjutan, berdaya saing baik kuantitas maupun kualitas dan ramah lingkungan serta mampu memecahkan masalah kesenjangan ekonomi (kemiskinan dan pengangguran). Selain itu bagaimana masalah pemerataan pembangunan perkebunan dan kesejahteraan pekebun perlu benarbenar menjadi prioritas program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Keberhasilan pembangunan perkebunan di era AEC yang penuh persaingan ini tidak hanya memerlukan "keterpaduan" seluruh potensi sumber daya (SDI dan SDA) yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan tetapi yang justru lebih penting adalah bagaimana "kebersamaan dan keterbukaan" dari para stakeholder Pusat-Daerah dan masyarakat pekebun dalam menjaga "kedaulatan dan kemandirian" NKRI ditengah serbuan investasi asing dan produk-produk negara lain sehingga diperlukan pengamanan pasar domestik yang "berefisiensi keadilan" dan berbasis "kearifan lokal" untuk meningkatkan daya saing dan penguatan ekspor komoditas perkebunan agar mampu mencapai tujuan "kebermanfatan dan keberlanjutan" bagi perekonomian nasional dan "kelestarian lingkungan hidup". 33

53 Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan nomor SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas nomor 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indicator kinerja unit Eselon II adalah output. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 45 tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian menyatakan bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas "menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya". Dalam menjalankan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, 34

54 pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budidaya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi tebu dan tanaman perkebunan lainnya, pengembangan bahan baku bioenergi, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan serta pengendalian hama penyakit dan perlindungan perkebunan; 6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan; 7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Menteri. 35

55 Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan" dengan 2 Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu 1) laju peningkatan produksi tanaman tebu dan 2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya. Adapun proyeksi Indikator Kinerja Program Ditjen. Perkebunan tahun , disajikan pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Indikator Kinerja Program (IKP) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan tahun Target IKP per tahun No. Indikator Rata- rata Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 10,03 7,03 4,57 4,37 7,78 2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 16,35 2,45 2,9 2,89 2,86 5,49 Sumber: Ditjen. Perkebunan, Pada tabel 1 dapat dijelaskan bahwa rata-rata proyeksi IKP laju peningkatan produksi tanaman tebu diproyeksikan selama tahun sebesar 7,78%, sedangkan rata-rata proyeksi IKP laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya diproyeksikan selama tahun sebesar 5,49%. Untuk mencapai proyeksi tersebut, program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun lebih diprioritaskan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman unggulan perkebunan melalui intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi 36

56 dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan petani dan penguatan kelembagaan, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen, pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas. Fasilitasi dan pembinaan baik dukungan kegiatan, pembinaan/ pengawalan/pendampingan, regulasi dan pendanaan didaerah perlu didukung oleh Pemerintah Daerah setempat melalui SKPD yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota terhadap komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing masing selain dukungan terhadap pengembangan 16 komoditas unggulan perkebunan yang ditetapkan dalam Renstra ini yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Tebu dan Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam Agenda Prioritas NAWACITA Tahun NAWACITA sebagaimana tercantum dalam RPJMN mengamanatkan Kementerian Pertanian untuk berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap pencapaian sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri tahun Dari Agenda Prioritas NAWACITA sebagaimana diketahui yang dijabarkan lebih lanjut kedalam kegiatan prioritas dimana Ditjen. Perkebunan mendapat amanat untuk melaksanakan kegiatan prioritas tahun sebagai berikut: 37

57 1) Pengembangan 150 desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan Sasaran kegiatan prioritas ini adalah tercapainya 150 desa pertanian pertanian organik berbasis komoditas perkebunan yang berhasil tersertifikasi sampai dengan tahun 2019 oleh Lembaga Sertifikasi Organik yang terakreditasi. Berdasarkan hal tersebut, mulai tahun 2016, Ditjen. Perkebunan memprioritaskan kegiatan desa organik ini pada tahap awal dengan melakukan pembinaan pada kelompok tani tentang bagaimana melakukan budidaya tanaman perkebunan organik sampai dengan fasilitasi sertifikasi organik berbasis kelompok tani pada lahan perkebunan tertentu. 2) Perluasan areal perkebunan hektar di lahan kering Perluasan areal perkebunan di lahan kering bertujuan untuk mengembangkan komoditas perkebunan dilahan-lahan bukaan baru yang sesuai dengan agroekosistemnya dan dilahan-lahan sub optimal. Komoditas perkebunan yang diproyeksikan sampai dengan tahun 2019 seluas hektar adalah komoditas cengkeh, kakao, kopi, lada, pala, tebu, jambu mete, karet, kelapa, kelapa sawit dan kemiri sunan. 3) Pengembangan food estate Pengembangan food estate bertujuan untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan/sentra pangan berbasis komoditas pertanian dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Pengembangan food estate dilaksanakan di daerah yang 38

58 belum dapat dikategorikan sebagai daerah lumbung-lumbung pangan dan belum secara mandiri memenuhi pangan masyarakatnya. Pelaksanaan food estate bersamaan dalam mendukung kegiatan pengembangan 1 juta hektar kawasan pangan Merauke dan pengembangan rice estate dengan di provinsi Kalimantan Barat (8 Kabupaten/Kota) seluas hektar; provinsi Kalimantan Tengah (14 Kabupaten/Kota) seluas hektar; provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Bulungan) seluas hektar dan provinsi Maluku (Kab. Kepulauan Aru) seluas hektar. 4) Pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan Sasaran kegiatan ini adalah pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat pada areal eksisting dan perluasan areal perkebunan kelapa sawit seluas 1 juta hektar di perbatasan negara terutama di provinsi Kalimantan Barat, provinsi Kalimantan Utara dan provinsi Kalimantan Timur melalui pola PIR (perkebunan inti rakyat). Diharapkan melalui kegiatan ini dapat menarik investor untuk membangun industri hilir kelapa sawit di daerah perbatasan. 5) Pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru Pengembangan tebu dimaksudkan dalam mendukung pemenuhan bahan baku tebu untuk peningkatan produksi gula nasional 3,82 juta ton pada tahun 2019 (pemenuhan gula Kristal putih/ GKP) melalui perluasan areal tebu hektar di provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan kegiatan inisiasi pembangunan pabrik gula baru dilakukan dengan merekomendasikan Kementerian/Lembaga terkait (BUMN, Kementerian 39

59 Perindustrian dan Kementerian Perdagangan) dalam hal pemanfaatan lahan pengembangan tebu yang belum dilengkapi pabrik gula dengan target membangun/rehabilitasi 10 PG baru di Jawa & Luar Jawa. 6) lntegrasi tanaman perkebunan dengan ternak sapi di lahan perkebunan kelapa sawit dan integrase tanaman pangan di lahan perkebunan kelapa sawit Tujuan kegiatan ini adalah sebagai upaya dalam 1) mendukung swasembada daging dan pengembangan sapi berkelanjutan; 2) peningkatan produktivitas usahatani kelapa sawit melalui pemanfaatan kotoran padat dan cair ternak sapi sebagai pupuk organik dan 3) mendukung pemenuhan energi dalam bentuk biogas pada wilayah perkebunan kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan integrasi tanaman kelapa sawit dan ternak yang sudah menghasilkan TM seluas 20% dilaksanakan dengan pendekatan pemanfaatan potensi lestari sumber pakan berupa: pelepah dan daun kelapa sawit serta gulma sebagai pakan hijauan; serta bungkil dan solid sebagai bahan pakan konsentrat. Pelaku kegiatan ini adalah pekebun, perusahaan kelapa sawit dan kemitraan. Pengembangan integrasi sawitsapi oleh perkebunan dapat ditempuh dengan memanfaatkan/ mendorong tumbuhnya industri kegiatan pendukung, baik dalam negeri maupun luar negeri, seperti produsen bakalan/indukan, produsen pakan konsentrat, alat pencacah pelepah dan daun (chopper). Adapun komponen bantuan kepada pekebun antara lain bibit ternak sapi, kandang, padang penggembalaan, alat pengolah hasil samping 40

60 kelapa sawit, alat pengolah limbah ternak dan pendampingan oleh tenaga pendamping dan tenaga ahli Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 9 (sembilan) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: (1) Direktorat Tanaman Semusim dengan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim; (2) Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar dengan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan penyegar; (3) Direktorat Tanaman Tahunan dengan kegiatan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan; (4) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha dengan kegiatan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha; (5) Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan kegiatan dukungan perlindungan perkebunan; (6) Sekretariat Ditjen. Perkebunan dengan kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya; 41

61 (7) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan dengan kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (8) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Surabaya dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan; (9) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Ambon dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan Kaitan Kegiatan Dengan Fokus Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun Kaitan antara kegiatan pembangunan perkebunan yang menjadi tanggung jawab masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan dengan fokus kegiatan yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim dengan fokus kegiatan pengembangan tahun adalah: a. Pengembangan areal produktif tanaman tebu; b. Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (kapas, tembakau dan nilam); 42

62 c. Perluasan areal tanaman tebu di lahan kering; d. Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim. 2) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah penyegar adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan tahun adalah: a. Pengembangan areal produktif tanaman kakao; b. Pengembangan areal produktif tanaman kopi; c. Pengembangan areal produktif tanaman teh; d. Pengembangan areal produktif tanaman lada; e. Pengembangan areal produktif tanaman cengkeh; f. Pengembangan areal produktif tanaman pala; g. Perluasan areal tanaman rempah dan penyegar di lahan kering (kakao, kopi, teh, lada, cengkeh dan pala); h. Pengembangan kebun sumber benih tanaman rempah dan penyegar; i. Pemberdayaan pekebun tanaman rempah dan penyegar; j. Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman rempah dan penyegar; dan k. Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman rempah dan penyegar. 43

63 3) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus kegiatan pengembangan tahun adalah; a. Pengembangan areal produktif tanaman kelapa sawit; b. Pengembangan areal produktif tanaman karet; c. Pengembangan areal produktif tanaman kelapa; d. Pengembangan areal produktif tanaman sagu; e. Pengembangan areal produktif tanaman tahunan lainnya (jambu mete dan kemiri sunan); f. Perluasan areal tanaman tahunan di lahan kering (kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete dan kemiri sunan); g. Pengembangan kebun sumber benih tanaman tahunan; h. Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan; 4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Sasaran kegiatan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha adalah meningkatnya penerapan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan tahun adalah: a. Pembinaan pascapanen tanaman semusim; b. Pembinaan pascapanen tanaman tahunan; 44

64 c. Pembinaan pascapanen tanaman rempah dan penyegar; d. Fasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; e. Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan; dan f. Koordinasi pelaksanaan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha 5) Dukungan Perlindungan Perkebunan Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah menurunnya luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan pengembangan tahun adalah: a. Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) perkebunan; b. Pemberdayaan perangkat; c. Antisipasi dampak perubahan iklim; d. SL-PHT tanaman perkebunan; e. Pemberdayaan petugas pengamat OPT; f. Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun; g. Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organic berbasis komoditas perkebunan; h. Koordinasi pelaksanaan dukungan perlindungan perkebunan. 45

65 6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah terfasilitasinya pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang berkualitas; pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas; pelayanan umum, organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; serta evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas dengan fokus kegiatan pengembangan tahun adalah: a. Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum, perlengkapan, kepegawaian, hukum dan humas serta evaluasi dan pelaporan; b. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan; c. Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya. 7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan tahun adalah: a. Sertifikasi dan pengujian mutu benih; 46

66 b. Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi; c. Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan; d. Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati; e. Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 08/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBP2TP Surabaya; Peraturan Menteri Pertanian nomor 09/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBPPTP Medan; dan Peraturan Menteri Pertanian nomor: 10/Permentan/ OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBPPTP Ambon; Dari peraturan tersebut bahwa BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon melaksanakan fungsi dalam memfasilitasi terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih, penerapan teknologi proteksi tanaman dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai rujukan UPTD. Wilayah kerja BBPPTP Medan di bidang perbenihan meliputi Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Aceh, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan. Sedangkan untuk bidang proteksi meliputi Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Aceh, Provinsi Sumatera Barat, 47

67 Provinsi Riau, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung. Wilayah kerja BBPPTP Surabaya di bidang perbenihan meliputi Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi D.l Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Sedangkan untuk bidang proteksi meliputi Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi D.l Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah kerja BBPPTP Ambon di bidang perbenihan meliputi Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara sedangkan bidang proteksi meliputi Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015 Program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 merupakan bagian dari program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun yaitu: Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. 48

68 Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 Sasaran Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 adalah Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian bioindustry berkelanjutan. Dalam mengukur kinerja Ditjen Perkebunan ada 2 (dua) indikator yang dipergunakan yaitu: (1) Laju peningkatan produksi tanaman tebu sebesar 12,91%; (2) Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya sebesar 5,89%. Sedangkan sasaran kegiatan pada unit kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 ditetapkan sesuai dengan Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yang diterbitkan bulan Juli 2015 adalah: 1) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan penyegar adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan areal produktif tanaman kakao seluas ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman kopi seluas ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman teh seluas ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman lada seluas ha; e) Pengembangan areal produktif tanaman cengkeh seluas ha; f) Pengembangan areal produktif tanaman pala seluas ha; 49

69 g) Perluasan areal tanaman rempah dan penyegar di lahan kering (kakao,kopi, teh, lada, cengkeh, dan pala) seluas 0 ha; h) Pengembangan kebun sumber benih tanaman rempah dan penyegar seluas 101 ha; i) Pemberdayaan pekebun tanaman rempah dan penyegar sebanyak orang; j) Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman rempah dan penyegar masih nol (0) KT; k) Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan penyegar sebanyak 21 Dokumen. 2) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan areal produktif tanaman tebu seluas ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman kapas seluas ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman tembakau seluas 510 ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman nilam seluas 65 ha; e) Perluasan areal tanaman tebu di lahan kering masih nol (0) ha; f) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim sebanyak 23 Dokumen. 50

70 3) Sasaran peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pengembangan areal produktif tanaman kelapa sawit ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman karet seluas ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman kelapa seluas ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman sagu seluas ha; e) Pengembangan areal produktif tanaman tahunan lainnya (jambu mete dan kemiri sunan) seluas ha; f) Perluasan areal tanaman tahunan di lahan kering (kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete dan kemiri sunan) masih nol (0) ha; g) Pengembangan kebun sumber benih tanaman tahunan 218 ha; h) Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan sebanyak 18 KT; i) Pemberdayaan pekebunan tanaman tahunan untuk orang; j) Pembinaan dan pengawalan Revitalisasi Perkebunan (Karet, Kelapa Sawit dan Kakao) sebanyak 91 laporan; k) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman tahunan sebanyak 15 Dokumen. 4) Sasaran kegiatan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha adalah meningkatnya penerapan pascapanen dan 51

71 pembinaan usaha dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Pembinaan pascapanen tanaman semusim sebanyak 9 KT; b) Pembinaan pascapanen tanaman tahunan sebanyak 188 KT; c) Pembinaan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sebanyak 102 KT; d) Fasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunanan sebanyak 42 Kasus; e) Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan sebanyak 32 Provinsi; f) Koordinasi pelaksanan pananganan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan sebanyak 17 Dokumen. 5) Sasaran kegiatan dukungan perlindungan perkebunan adalah menurunkan luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan seluas ha; b) Pemberdayaan perangkat sebanyak 135 Unit; c) Antisipasi dampak perubahan iklim sebanyak 77 KT; d) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun sebanyak 18 Dokumen; 52

72 e) SL-PHT Perkebunan sebanyak 224 KT; f) Pemberdayaan petugas pengamat OPT sebanyak 994 Orang; g) Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan masih nol (0) Desa; h) Koordinasi pelaksanaan dukungan perlindungan perkebunan 20 Dokumen. 6) Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya adalah terfasilitasinya pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang berkualitas; pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas; pelayanan umum, organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; serta evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan (IKK) adalah: a) Jumlah dukumen Perencanaan, Keuangan, Umum, Perlengkapan, Kepegawaian, Hukum dan Humas serta Evaluasi dan Pelaporan sebanyak 19 Dokumen. b) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan selama 12 Bulan. c) Dukungan kegiatan Manajemen dan Teknis lainnya selama 12 Bulan; 53

73 7) Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah: a) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak 17,19 Juta batang; b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 100 Unit; c) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 29 Paket Teknologi; d) Eksplorasi pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 15 Jenis; e) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan sebanyak 12 Dokumen. Sedangkan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananyan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan pengembangan dan indikator kinerja kegiatan adalah: a) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 10 Paket Teknologi; b) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 3 Unit; 54

74 c) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendalian hayati sebanyak 5 Jenis Perjanjian Kinerja Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun keluaran (output). Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2015 disusun setelah DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2015 dan telah mengikuti Pedoman Permen-PAN dan RB No. 53 Tahun PK Direktorat Jenderal Perkebunan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian pada bulan Maret PK tersebut berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam dimensi produksi tanaman perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2015 dengan program utama yaitu Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Komoditas Perkebunan Berkelanjutan mendapat alokasi dana dari APBN Murni sebesar Rp ,- dan pada tanggal 13 April 2015 terjadi revisi I karena mendapat anggaran tambahan yang disebut APBN 55

75 Perubahan (APBN-P) menjadi sebesar Rp ,- (Murni dan Perubahan). Anggaran tersebut terdiri dari dana Dekonsentrasi, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan Tugas Pembantuan (TP) Kabupaten untuk melaksanakan kegiatan utama pembangunan perkebunan yang tersebar di 88 satker yang meliputi 1 satker pusat, 4 satker UPT pusat, 33 satker Provinsi dan 51 satker Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun dalam Format Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: 56

76 Tabel 2. Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Sasaran Program Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu dan tanaman unggulan perkebunan lainnya secara berkelanjutan Indikator Kinerja Program 1. Laju peningkatan produksi tanaman Tebu 2. Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya 12,9 % 5,9 % Target Kegiatan Anggaran Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Rp Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Rp Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Rp Dukungan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Rp Dukungan Perlindungan Perkebunan Rp Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Rp Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Rp Proteksi Tanaman Perkebunan Jumlah Rp Menteri Pertanian, ttd A. Amran Sulaiman Jakarta, Maret 2015 Direktur Jenderal, ttd Gamal Nasir 57

77 Sasaran program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015 yang ditetapkan dalam DIPA/POK dan selanjutnya menjadi Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama dengan sub kegiatan atau komponen kegiatan beserta kegiatan pendukungnya dari setiap kegiatan utama yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- dan setelah ditambah APBN-P serta dengan pemotongan anggaran menjadi sebesar Rp ,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Pengembangan areal produktif tanaman Tebu seluas Ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman Kapas seluas Ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman Tembakau seluas 510 Ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman Nilam seluas 165 Ha; e) Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim sebanyak 23 Laporan; f) Koordinasi pembinaan dan monev pengembangan tanaman semusim selama 12 Bulan; g) Layanan perkantoran selama 12 Bulan. 2) Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar dengan alokasi anggaran sebesar 58

78 Rp ,- dan setelah ada APBN-P serta dengan pemotongan anggaran menjadi sebesar Rp ,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Pengembangan areal produktif tanaman Kopi seluas Ha; b) Pengembangan areal produktif tanaman Teh seluas Ha; c) Pengembangan areal produktif tanaman Kakao seluas Ha; d) Pengembangan areal produktif tanaman Lada seluas Ha; e) Pengembangan areal produktif tanaman Cengkeh Ha; f) Pengembangan areal produktif tanaman Pala Ha; g) Pemberdayaan pekebun tanaman rempah dan penyegar sebanyak Orang; h) Pengembangan kebun benih tanaman rempah dan penyegar dengan luas 101 Ha; i) Koordinasi pembinaan dan monev pengembangan tanaman rempah dan penyegar sebanyak 11 Laporan; j) Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan penyegar selama 12 Bulan; k) Layanan perkantoran selama 12 Bulan. 3) Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- dan setelah 59

79 pemotongan anggaran menjadi sebesar Rp ,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Pengembangan tanaman areal produktif Karet seluas Ha, b) Pengembangan tanaman areal produktif Kelapa seluas Ha, c) Pengembangan tanaman areal produktif Kelapa Sawit Ha, d) Pengembangan tanaman areal produktif Jambu Mete Ha; e) Pengembangan tanaman areal produktif Kemiri Sunan 20 Ha; f) Pengembangan areal produktif tanaman Sagu seluas Ha; g) Revitalisasi Perkebunan (Karet, Kelapa Sawit dan Kakao) sebanyak 55 Laporan; h) Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan untuk 4 KT; i) Pemberdayaan pekebunan tanaman tahunan Orang; j) Koordinasi pembinaan dan monev pengembangan tanaman tahunan sebanyak 15 Laporan; k) Pengembangan kebun benih tanaman tahunan seluas 20 ha; l) Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan selama 12 Bulan; m) Layanan perkantoran selama 12 Bulan 60

80 4) Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas: a) Peralatan penanganan pascapanen tanaman tahunan sebanyak 128 KT; b) Koordinasi, pembinaan dan monev tanaman kegiatan pascapanen dan pembinaan usaha selama 17 Laporan; c) Koordinasi kegiatan pananganan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan selama 12 Bulan; d) Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan sebanyak 6 Kasus; e) Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan sebanyak 298 KT untuk 1 Provinsi; f) Layanan perkantoran selama 12 Bulan. 5) Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Pemberdayaan perangkat sebanyak 135 Unit; b) SL-PHT Perkebunan sebanyak 130 KT; c) Antisipasi dampak perubahan iklim sebanyak 52 Dokumen; d) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan (OPT) seluas Ha; 61

81 e) Koordinasi pembinaan dan monev kegiatan perlindungan perkebunan sebanyak 20 Laporan; f) Pemberdayaan petugas pengamat OPT sebanyak 926 Orang; g) Layanan perkantoran sebanyak 12 Bulan. 6) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- dan setelah pemotongan anggaran menjadi sebesar Rp ,- untuk melaksanakan sub/komponen kegiatan yang terdiri atas : a) Administrasi kegiatan dana Dekonsentrasi (DK) selama 12 Bulan; b) Administrasi kegiatan dana Tugas Pembantuan (TP) selama 12 Bulan; c) Dukungan kegiatan Manajemen dan Teknis lainnya selama 12 Bulan; d) Dokumen Perencanaan sebanyak 3 Dokumen; e) Dokumen Keuangan dan Perlengkapan sebanyak 3 Dokumen; f) Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas sebanyak 10 Dokumen; g) Dokumen Evaluasi dan Pelaporan sebanyak 3 Dokumen; h) Layanan perkantoran selama 12 Bulan; i) Kendaraan bermotor sebanyak 5 Unit; j) Peralatan dan fasilitas perkantoran sebanyak 438 Unit. 62

82 7) Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada 4 UPT Pusat dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- untuk melaksanakan sub kegiatan yang terdiri atas : a) Pembangunan kebun contoh, uji demplot uji koleksi dan lainlainnya seluas 100 Ha; b) Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 24 Paket Teknologi; c) Pemanfaatan agensia hayati sebanyak 12 Jenis; d) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak Batang; e) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan selama 12 Bulan; f) Layanan perkantoran selama 12 Bulan; g) Kendaraan bermotor sebanyak 8 Unit; h) Perangkat pengolah data dan komunikasi sebanyak 1 Unit; i) Peralatan dan fasilitas perkantoran selama 315 Unit; j) Gedung /Bangunan sebanyak 600 M2. 63

83 Kementerian Pertanian BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

84 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja Setiap akhir Tahun Anggaran dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan Pengukuran Kinerja untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi kinerja dengan menggunakan Format Pengukuran Kinerja yang ditetapkan dalam Permen-PAN dan RB No.53 Tahun Hasil evaluasi pembangunan perkebunan dilihat dari aspek indikator makro menunjukan kinerja yang cukup baik. Data yang diperoleh dari sumber BPS untuk tahun 2015 sebagaimana diketahui masih menggunakan data Triwulan II karena merupakan angka sangat sementara. Sedangkan tahun 2014 datanya juga masih merupakan angka sementara, sehingga angka tetap yang dipergunakan adalah Tahun Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir ( ) hampir semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku mencapai 10,39% dan berdasarkan harga konstan tahun 2010 juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup bagus, diperkirakan sampai akhir Desember 2015, mengalami peningkatan mencapai 5,97%. Keterlibatan tenaga kerja disektor perkebunan yang diperkirakan untuk 64

85 tahun 2014 berjumlah 22,71 juta orang dan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 22,33 juta orang (101,70%), maka mengalami peningkatan sebesar 1,70% dengan laju pertumbuhan mencapai 2,50%. Neraca perdagangan untuk komoditi perkebunan tahun 2014 mencapai US$ 22,84 milyar yang mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar US$ 22,63 milyar (100,93%) dan laju pertumbuhan mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,73%. Komditi perkebunan merupakan sumber devisa Negara karena banyak komoditasnya yang diekspor keluar negeri dan sebagai indikator pendapatan pemerintah pada sektor pertanian termasuk sub sektor perkebunan. Untuk tahun 2014 hasil ekspor perkebunan dengan perkiraan realisasi sampai dengan Desember 2015 sebesar US$ 26,78 milyar dan bila dibandingkan capaian realisasi tahun 2013 sebesar US$ 26,77 milyar atau mencapai 100,04% dengan peningkatan 0,04%. Ekspor komoditi perkebunan dalam laju pertumbuhan antara tahun mengalami peningkatan sebesar 3,17%. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada tahun 2014 mencapai 101,30 dan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 104,13 dengan capaian -0,65%. Perkembanganan capaian Indikator makro sampai dengan akhir Desember 2015, berdasarkan realisasi capaian Indikator makro mulai dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2015 yang dapat dilihat sebagaimana Tabel 3 berikut ini : 65

86 Tabel 3. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun NO. INDIKATOR CAPAIAN ) Laju Pertumbuhan ) Th Triwulan I Triwulan II (%) 1 Pertumbuhan PDB - harga berlaku (Rp milyar) ,39 - harga konstan 2010 (Rp milyar) ,97 2 Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) 20,58 20,94 21,29 22,33 22,71 23,38 2,5 3 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 23,23 29,36 25,74 22,63 22,84 5,36 9,67 0,73 4 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 24,73 32,22 29,96 26,77 26,78 5,6 11,16 3,17 5 NTP Perkebunan Rakyat 104,07 107,29 105,9 104,13 101,3 97,7-0,65 Sumber Keterangan : BPS : Diluar perikanan dan kehutanan 1) Angka Sementara 2) Angka Sangat Sementara Selanjutnya untuk pengukuran kinerja hanya dilaksanakan pada indikator kinerja mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas tanaman unggulan nasional perkebunan. Perjanjian Kinerja (PK) untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi tanaman perkebunan. Terhadap outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi perdebatan simpul kritis sebagai berikut: (1) Mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal 4 (empat) tahun kedepan; (2) Sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 66

87 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, dan pendampingan, serta kebijakan maupun surat-menyurat. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya (outcomes) adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnya minimal 4 (empat) tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi dan produktivitas pada tahun berjalan ditetapkan sebagai outcomes dengan menggunakan target dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun sebagai acuannya Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Sasaran program dalam perjanjian kinerja tahun 2015 ini adalah terwujudnya laju peningkatan produksi tanaman tebu dan tanaman unggulan perkebunan lainnya melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan 67

88 dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas 16 komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, tembakau, nilam, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, cengkeh, teh, pala, sagu dan kemiri sunan. Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014, perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan perjanjian kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal produktif komoditas perkebunan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 45 tahun 2015 dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa Indikator Kinerja Program (IKP) yaitu: (1) laju peningkatan produksi tanaman tebu; dan (2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya. Adapun proyeksi IKP Ditjen Perkebunan tahun 2015 adalah 1) laju peningkatan produksi tanaman tebu yang ditargetkan sebesar 12,91% dan 2) laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya dengan target sebesar 16,35%. 68

89 Untuk mengukur keberhasilan kinerja sesuai kesepakatan di lingkup Kementerian Pertanian ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan yaitu: 1) Sangat Berhasil (capaian > 95%); 2) Berhasil (capaian 80%- 95%); 3) cukup berhasil (capaian 60%-79%), dan 4) tidak berhasil (capaian <59%) dari target sasaran Produksi Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 6 tahun ( ) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,21% per tahun dari 32,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 41,67 juta ton pada tahun Beberapa komoditi unggulan utama selama 6 tahun terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu pala (16,63%), sagu (13,72%), tembakau (13,07%), kelapa sawit (7,10%), cengkeh (6,76%), kapas (6,07%), karet (2,70%), tebu (1,94%), jambu mete (1,61%), lada (1,13%) dan nilam (0,78%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan (-30,00%), kakao (-4,37%), kelapa (-1,32%), kopi (-0,49%) dan teh (-0,20%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat menstimulasi peningkatan produksi tanaman melalui penerapan IPTEK dan 4-ASI (intensifikasi, rehabilitasi, ekstensifikasi dan diversifikasi), yang didukung degan sistem penyuluhan, pengawalan, pendampingan yang intensif dan keterkaitan antara aspek penelitian dan pengembangan sehingga teknologi mudah diakses. Khusus untuk kemiri 69

90 sunan tidak ada angka produksinya sejak tahun 2012, 2013 dan 2014, karena tidak dipanen akibat belum tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun No. Komoditas Perkebunan Realisasi Produksi Perkebunan ( T o n ) Laju Pertum buhan *) (%) I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Hablur) ,94 2. Kapas (Serat Kering) ,07 3. Tembakau (Daun Kering) ,07 4. Nilam (Daun Kering) ,78 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Karet Kering) ,70 6. Kelapa Sawit (CPO) ,10 7. Kelapa (Kopra) ,32 8. Kopi (Kopi Berasan) ,49 9. Kakao (Biji Kering) , Jambu Mete (Gldg Kering) , Lada (Lada Kering) , Cengkeh (Bunga Kering) , Teh (Daun Kering) , Pala (Biji Kering) , Sagu (Tepung Sagu) , Kemiri Sunan (Biji Kering) ,00 Jumlah I dan II ,21 Catatan : *) Angka Sementara **) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri 70

91 Produktivitas Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 6 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami peningkatan dengan laju rata-rata sebesar 0,73% per tahun. Rincian produktivitas per komoditi dapat dilihat sebagaimana Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun No. Komoditas Perkebunan Laju *) Pertumb uhan (%) II. TANAMAN SEMUSIM 13. Tebu (Hablur) , Kapas (Serat Kering) , Tembakau (Daun Kering) , Nilam (Daun Kering) ,00 I. TANAMAN TAHUNAN Capaian Produktivitas (Kg/Ha) 1. Karet (Karet Kering) ,07 2. Kelapa Sawit (CPO) ,53 3. Kelapa (Kopra) ,48 4. Kopi (Kopi Berasan) ,85 5. Kakao (Biji Kering) ,21 6. Jambu Mete (Gldg Kering) ,30 7. Lada (Lada Kering) ,13 8. Cengkeh (Bunga Kering) ,13 9. Teh (Daun Kering) , Pala (Biji Kering) , Sagu (Tepung Sagu) , Kemiri Sunan (Biji Kering) ,50 Jumlah I dan II Catatan : *) Angka Sementara ,73 Namun dibandingkan antara tahun 2014 dengan tahun 2015, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami peningkatan sebesar 3,89%. Dibalik penurunan produktivitas secara 71

92 umum, ternyata beberapa komoditi banyak yang mengalami peningkatan produktivitas yang cukup menggembirakan yaitu kapas (44,72%), pala (10,93%), cengkeh (6,13%), sagu (4,33%) lada (4,13%), teh (1,92%), tebu (1,44%), jambu mete (1,30%), karet (1,07%), nilam (1,00%) dan Kelapa Sawit (0,53%). Sedangkan komoditas lainnya mengalami penurunan akibat anomali iklim yang semakin ekstrim Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Capaian kinerja capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam Laporan Kinerja (LAKIN) tahun 2015 ini adalah capaian kinerja secara nasional dan capaian kinerja yang dibiayai APBN Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Secara Nasional Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa penetapan/perjanjian kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Target yang digunakan adalah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2015 yang merupakan bagian dari target dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun (Juli 2015). Pengukuran kinerja capaian luas areal 16 komoditas yang pembangunannya menggunakan dana dari berbagai sumber diantaranya dari APBN, APBD I, APBD II, Swasta dan Swadaya Petani, diukur dengan membandingkan RKT tahun 2015 dengan realisasi berdasarkan capaian 72

93 data statistik tahun Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun Luas Areal Perkebunan (Hektar) Laju No. Komoditas Perkebunan Pertumb *) uhan (%) I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Sugar cane) ,31 2. Kapas (Cotton) ,02 3. Tembakau (Tobacco) ,71 4. Nilam (Patchouli ) ,35 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Rubber) ,00 6. Kelapa sawit (Oil Palm) ,83 7. Kelapa (Coconut) ,90 8. Kopi (Coffee) ,38 9. Kakao (Cocoa) , Jambu mete (Cashewnut) , Lada (Pepper) , Cengkeh (Clove) , Teh (Tea) , Pala (Nutmeg ) , Sagu (Sago ) , Kemiri Sunan ,89 Jumlah I dan II ,67 Catatan: *) angka sementara *) Data Statistik Perkebunan tahun 2015 Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT, disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 dapat dilihat sebagaimana pada Lampiran 2. 73

94 Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan yang Dibiayai dengan APBN. Pada Tahun 2015 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang tertuang dalam DIPA/POK dengan total anggaran awal (refocusing) pada bulan Maret 2015 sebesar Rp ,-. Pada tanggal 13 April 2015 terjadi revisi I karena mendapat anggaran tambahan yang disebut APBN Perubahan (APBN-P) menjadi sebesar Rp ,-. Kemudian dilakukan revisi ke 2 dengan pengurangan anggaran untuk kegiatan tanaman pangan pada tanggal 10 Juli 2015 terhadap total alokasi pengelolaan anggaran, sehingga menjadi sebesar Rp ,-. Pada tanggal 28 Agustus 2015 dilakukan revisi ke 3 karena adanya penambahan dana menjadi sebesar Rp ,-. Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2015 dilakukan revisi ke 4 dengan pengurangan anggaran sebesar Rp ,- untuk membayar kenaikan tunjangan kinerja pegawai Kementerian Pertanian sehingga total anggaran menjadi sebesar Rp ,-. Dengan adanya penghematan anggaran maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang diwujudkan dalam penurunan luas areal komoditas Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Tanaman 74

95 Rempah dan Penyegar melaksanakan fungsi dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan penyegar melalui penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi dalam kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar. Prioritas pengembangan tanaman rempah dan penyegar difokuskan pada 6 komoditas unggulan perkebunan yaitu Kakao, Kopi, Lada, Teh, Cengkeh dan Pala. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar dengan fokus kegiatan pengembangan areal produktif tanaman yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi kakao seluas ha, kopi ha, teh ha, lada ha, cengkeh ha, pala ha. Pengembangan kebun sumber benih tanaman rempah dan penyegar 101 ha, pemberdayaan pekebunan tanaman rempah dan penyegar orang dan koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman rempah penyegar 21 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman kakao seluas ha yang terdiri atas intensifikasi tanaman kakao ha, intercropping tanaman kakao (diversifikasi) ha, pengadaan saprodi untuk kegiatan intercropping tanaman kakao 200 ha, peremajaan tanaman kakao ha, perluasan tanaman kakao 375 ha dan rehabilitasi 75

96 tanaman kakao ha. Realisasi capaian fisik seluas ha (99,25%) dari target seluas ha sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 2) Pengembangan tanaman kopi seluas ha yang terdiri atas intensifikasi tanaman kopi arabika ha, intensifikasi tanaman kopi robusta ha, peremajaan tanaman kopi robusta 200 ha, perluasan tanaman kopi arabika 500 ha dan perluasan tanaman kopi arabika dan robusta ha. Realisasi capaian fisik seluas ha (100,00%) dari target seluas ha sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 3) Pengembangan tanaman teh seluas ha untuk kegiatan intensifikasi tanaman teh ha dan rehabilitasi tanaman teh ha dengan realisasi fisik seluas ha atau mencapai 100,00% dari target seluas ha sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Pengembangan tanaman lada seluas ha, yang terdiri atas intensifikasi tanaman lada ha, perluasan tanaman lada 700 ha dan rehabilitasi tanaman lada 950 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas ha (98,77%) dari target ha pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas ha, untuk kegiatan intensifikasi tanaman cengkeh ha dan rehabilitasi tanaman cengkeh ha. Realisasi fisik mencapai ha (100,00%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 6) Pengembangan tanaman pala seluas ha, untuk kegiatan intensifikasi tanaman pala ha, peremajaan ha dan 76

97 perluasan tanaman pala ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas ha (90,72%) dari target ha pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 7) Pengembangan kebun sumber benih tanaman rempah dan penyegar seluas 101 ha dan terealisasi 62 ha atau mencapai 61,19% sesuai dengan target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 8) Pemberdayaan pekebun tanaman rempah dan penyegar sebanyak orang yang terealisasi 100% dan sesuai dengan target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 9) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim dengan output dalam bentuk laporan sebanyak 15 laporan dan terealisasi 100% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2) Direktorat Tanaman Semusim Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Tanaman Semusim melaksanakan fungsi dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman semusim melalui penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi dalam kegiatan 77

98 intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan kelembagaan tanaman semusim. Prioritas pengembangan tanaman semusim difokuskan pada 4 komoditas unggulan perkebunan yaitu Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim dengan fokus kegiatan pengembangan areal produktif tanaman yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi tebu ha, kapas ha, tembakau 510 ha dan nilam 165 ha. Dan Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim sebanyak 23 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu seluas ha yang terdiri atas kegiatan bongkar ratoon ha terealisasi 986 ha (41,24%), rawat ratoon ha terealisasi ha (66,69%), perluasan tanaman tebu ha terealisasi ha (61,57%), pembangunan kebun bibit datar (KBD) ha terealisasi 729 ha (33,59%) dan rintisan kebun benih tebu 670 ha terealisasi 367 ha (60,24%). Sehingga realisasi seluruhnya seluas ha dengan capaian 72,22% dari target ha sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 2) Pengembangan tanaman kapas seluas ha dalam rangka pemenuhan konsumsi dalam negeri. Capaian fisik seluas ha (99,08%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 78

99 3) Pengembangan tanaman tembakau seluas 630 ha, untuk kegiatan penanaman tanaman tembakau rajangan 60 ha, pengembangan tanaman tembakau rajangan 420 ha dan pengembangan tanaman tembakau Virginia Krosok 150 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas 235 ha (42,07%) dari target 630 ha pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Pengembangan tanaman nilam seluas 175 ha dalam rangka pengembangan komoditas ekspor. Capaian realisasi fisik 175 ha (100,00%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman semusim dengan output dalam bentuk laporan sebanyak 23 laporan dan terealisasi 100% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2) Direktorat Tanaman Tahunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Tanaman Tahunan melaksanakan fungsi dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman tahunan melalui penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi dalam kegiatan 79

100 intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan kelembagaan tanaman tahunan. Prioritas pengembangan tanaman tahunan difokuskan pada 6 komoditas unggulan perkebunan yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Jambu Mete, Kemiri Sunan dan Sagu. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja 2015 adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan dengan fokus kegiatan pengembangan areal produktif tanaman yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi karet ha, kelapa ha, kelapa sawit ha, jambu mete ha, kemiri sunan 20 ha, sagu ha. selain itu kegiatan pengembangan kebun sumber benih tanaman tahunan 218 ha, pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan untuk 18 kelompok tani, pemberdayaan pekebunan tanaman tahunan sebanyak orang, pembinaan dan pengawalan revitalisasi perkebunan (kelapa sawit, karet dan kakao) sebanyak 114 laporan serta koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman tahunan sebanyak 18 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet seluas ha meliputi kegiatan Peremajaan tanaman karet rakyat ha dan perluasan tanaman karet rakyat di wilayah perbatasan pasca konflik ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas ha (97,25%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 80

101 2) Pengembangan tanaman kelapa seluas ha untuk kegiatan Peremajaan seluas ha dan perluasan ha. Realisasi fisik mencapai ha (91,44%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 3) Pengembangan tanaman kelapa sawit seluas ha untuk kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit ha dan kegiatan sosialisasi penggunaan benih kelapa sawit unggul bermutu bersertifikat ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas ha (84,36%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas ha yang terdiri atas kegiatan peremajaan tanaman Jambu mete 900 ha dan perluasan tanaman Jambu mete 800 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini 100% dari target ha pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Pengembangan tanaman kemiri sunan seluas 20 ha untuk kegiatan pengembangan tanaman kemiri sunan 15 ha dan perluasan 5 ha. Realisasi fisik mencapai 20 ha (100,00%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 6) Pengembangan tanaman sagu seluas ha untuk melaksanakan penanaman tanaman sagu ha. Realisasi fisik mencapai 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 81

102 7) Pengembangan kebun sumber benih tanaman tahunan seluas 218 ha dan terealisasi 218 ha (100,00%) sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 8) Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman tahunan untuk 18 kelompok tani dan terealisasi 4 kelompok tani (22,22%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 9) Pemberdayaan pekebun tanaman tahunan sebanyak orang dan setelah direvisi menjadi orang. Realisasi fisik mencapai 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 10) Pembinaan dan pengawalan revitalisasi perkebunan (kelapa sawit, karet dan kakao) dalam bentuk laporan sebanyak 114 laporan dan setelah direvisi menjadi 55 laporan. Realisasi fisik mencapai 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 11) Koordinasi pelaksanaan pengembangan tanaman tahunan dalam bentuk laporan sebanyak 18 dokumen yang terealisasi 100,00% sesuai dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 82

103 Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha melaksanakan fungsi penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen dan pembinaan usaha yaitu penanganan pascapanen tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penanganan konflik. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah meningkatkan penerapan pascapanen dan pembinaan usaha perkebunan dengan fokus kegiatan yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi pembinaan pascapanen tanaman semusim sebanyak 9 KT, pembinaan pascapanen tanaman rempah dan penyegar 102 KT, pembinaan pascapanen tanaman tahunan 187 KT, fasilitasi pananganan gangguan usaha dan konflik perkebunan sebanyak 42 kasus, pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan sebanyak 32 provinsi dan koordinasi pelaksanaan pananganan pascapanen dan pembinaan usaha sebanyak 17 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Pembinaan pascapanen tanaman semusim mencapai 9 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 83

104 2) Pembinaan pascapanen tanaman rempah dan penyegar mencapai 102 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 3) Pembinaan pascapanen tanaman tahunan mencapai 187 kelompok tani atau 100% dari target 187 kelompok tani pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Fasilitasi pananganan gangguan usaha dan konflik perkebunan mencapai 42 kasus atau 100% dari target 42 kasus sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan mencapai 32 provinsi atau 100% dari target sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 6) Koordinasi pelaksanaan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha dalam bentuk laporan yang mencapai 17 dokumen atau 100% dari target sesuai pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2) Direktorat Perlindungan Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan Perkebunan melaksanakan fungsi dalam penyiapan 84

105 perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan yaitu identifikasi dan pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) tanaman semusim, tanaman tahunan, tanaman rempah penyegar serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran kebun dan lahan. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah menurunnya luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam serta dampak perubahan iklim dengan fokus kegiatan yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) meliputi penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) perkebunan seluas ha, pemberdayaan perangkat sebanyak 135 unit, antisipasi dampak perubahan iklim untuk 77 kelompok tani, kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun dengan 18 dokumen, SL-PHT tanaman perkebunan sebanyak 224 kelompok tani, pemberdayaan petugas pengamat OPT sebanyak 994 orang dan koordinasi pelaksanaan dukungan perlindungan perkebunan sebanyak 20 dokumen. Output kegiatan penting pada tahun 2015 meliputi: 1) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) perkebunan seluas ha yang terdiri dari: (1) Dem-Farm pengendalian Aceria sp pada tanaman kelapa 20 ha; (2) Dem-Farm pengendalian JAP pada tanaman jambu mete 10 ha, (3) Dem-Farm pengendalian JAP pada tanaman karet 70 ha; (4) Dem-Farm pengendalian OPT tanaman kakao (PBK) 20 ha; (5) Dem-Farm pengendalian uret pada tanaman tebu 10 ha; (6) Demplot pengendalian OPT tanaman nilam 85

106 30 ha; (7) Demplot pengendalian OPT tanaman tebu (Tikus) dengan burung Hantu 10 ha; (8) OPT tanaman cengkeh bakteri pembuluh kayu cengkeh 500 ha; (9) OPT tanaman cengkeh hama penggerek batang ha; (10) OPT tanaman cengkeh penyakit Jamur Akar Putih (JAP) 200 ha; (11) OPT tanaman jambu mete 450 ha; (12) OPT tanaman kakao hama penggerek buah kakao (PBK) ha; (13) OPT tanaman kapas 325 ha; (14) OPT tanaman karet ha; (15) OPT tanaman karet (penyakit JAP) 350 ha; (16) OPT tanaman kelapa 375 ha; (17) OPT tanaman kelapa (oryctes rhynoceros) 600 ha; (18) OPT tanaman kelapa busuk pucuk 350 ha; (19) OPT tanaman kelapa hama Aceria sp 500 ha; (20) OPT tanaman kelapa hama Brontispa ha; (21) OPT tanaman kelapa hama oryctes rhynoceros ha; (22) OPT tanaman kelapa hama Sexava ha; (23) OPT tanaman kelapa sawit (oryctes sp) 900 ha; (24) OPT tanaman kopi hama penggerek buah kopi (PBKo) ha; (25) OPT tanaman lada penyakit busuk pangkal batang 400 ha; (26) OPT tanaman lada penyakit Jamur Pirang 200 ha; (27) OPT tanaman tebu hama babi hutan 230 ha; (28) OPT tanaman tebu hama penggerek batang/pucuk ha; (29) OPT tanaman tebu hama tikus ha; (30) OPT tanaman tebu hama uret ha; (31) OPT tanaman tembakau 225 ha. Adapun capaian realisasi fisik keseluruhan seluas ha (98,35%) dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 86

107 2) Pemberdayaan perangkat sebanyak 135 unit dan terealisasi 128 unit atau mencapai 94,81% sesuai target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 3) Antisipasi dampak perubahan iklim untuk 77 kelompok tani dan terealisasi 100,00% sesuai target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 4) Kesiapsiagaan pencegahan kebakaran lahan dan kebun dengan target 18 dokumen dan telah terealisasi 100,00% dari target dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 5) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 224 Kelompok Tani yang terdiri dari SL-PHT cengkeh sebanyak 9 KT, jambu mete 6 KT, kakao 46 KT, karet 28 KT, kelapa 20 KT, kopi 31 KT, lada 22 KT, tebu 60 KT dan teh 2 KT. Setelah direvisi menjadi 130 kelompok tani dan capaian fisik dari kegiatan tersebut 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang direvisi. 6) Pemberdayaan petugas pengamat OPT sebanyak 994 orang dan terealisasi 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. 7) Koordinasi pelaksanaan dukungan perlindungan perkebunan dengan output dalam bentuk laporan sebanyak 20 dokumen telah terealisasi 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 87

108 Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Sekretariat Ditjen. Perkebunan melaksanakan fungsi dalam memfasilitasi dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas. Kegiatan yang dimaksud antara lain memfasilitasi pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang berkualitas; pelayanan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas, pelayanan umum, organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; serta evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas. Sasaran kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 adalah terfasilitasinya pelayanan perencanaan program, anggaran dan kerjasama yang berkualitas; pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas; pelayanan umum, organisasi, tata laksana kepegawaian, humas, hukum dan administrasi perkantoran yang berkualitas; serta evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas dengan fokus kegiatan yang menjadi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) dan Output kegiatan yang meliputi: 1) Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum, perlengkapan, kepegawaian, hukum dan humas serta evaluasi dan pelaporan dalam bentuk laporan sebanyak 19 dokumen dan terealisasi 88

109 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi; 2) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dengan target 12 bulan dan terealisasi 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi; 3) Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya dengan target 12 bulan dan terealisasi 100,00% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 yang telah direvisi. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya dan Ambon serta Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 08/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBP2TP Surabaya; Peraturan Menteri Pertanian nomor 09/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBP2TP Medan; dan Peraturan Menteri Pertanian nomor 10/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBP2TP Ambon, BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon melaksanakan 89

110 fungsi dalam memfasilitasi terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih, penerapan teknologi proteksi tanaman dan memberikan dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai rujukan UPTD. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 11/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTP Pontianak; BPTP Pontianak melaksanakan fungsi analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan dalam identifikasi dan penanganan OPT tanaman perkebunan, pengembangan teknologi agens hayati OPT perkebunan, eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan, pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu, pemanfaatan pestisida nabati serta pengelolaan data, informasi dan analisis teknis dalam bidang proteksi tanaman perkebunan. Sasaran kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya dan Ambon adalah terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dan sasaran kegiatan dukungan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BPTP) Pontianak adalah terlaksananya penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan fokus kegiatan dalam perjanjian kinerja tahun 2015 untuk Output kegiatan penting yang meliputi: 1) BBPPTP Medan dengan 4 (empat) kegiatan yaitu: (i) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak batang, (ii) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 5 90

111 paket teknologi, (iii) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 3 jenis, (iv) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 10 dokumen; 2) BBPPTP Surabaya dengan 5 (lima) kegiatan yaitu: (i) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak batang, (ii) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 5 paket teknologi, (iii) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 5 unit, (iv) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 2 jenis, (v) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 6 dokumen; 3) BBPPTP Ambon dengan 5 (lima) kegiatan yaitu: (i) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak batang, (ii) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 9 paket teknologi, (iii) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 2 unit, (iv) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 3 jenis, (v) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 8 dokumen; 4) BPTP Pontianak dengan 4 (empat) kegiatan yaitu: (i) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 10 paket teknologi, (ii) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan 91

112 uji koleksi sebanyak 3 unit, (iii) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 5 jenis, (iv) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 5 dokumen; Realisasi fisik terhadap kegiatan tersebut adalah: (i) Sertifikasi dan pengujian mutu benih sebanyak batang atau 75,16% dari target batang untuk 3 Balai Besar yaitu BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon, (ii) Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan sebanyak 28 paket teknologi atau 96,55% dari target 29 peket teknologi untuk 4 UPT Pusat (BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon dan BPTP Pontianak), (iii) Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi sebanyak 10 unit atau 100,00% dari target 10 Unit untuk 3 UPT Pusat (BBPPTP Surabaya dan Ambon serta BPTP Pontianak), (iv) Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati sebanyak 13 jenis atau 100,00% dari target 13 jenis untuk 4 UPT Pusat (BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon dan BPTP Pontianak), (v) Koordinasi pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam bentuk laporan sebanyak 29 dokumen atau 100,00% dari target 29 dokumen untuk 4 UPT Pusat (BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon dan BPTP Pontianak); Output kegiatan penting pada tahun 2015 dari masing-masing Balai berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2015 (Lampiran 2). 92

113 3.2. Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun 2015 Hasil evaluasi pembangunan perkebunan dilihat dari aspek indikator mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas umumnya mengalami kenaikan. Namun demikian beberapa komoditas produksinya menurun, hal ini terjadi karena adanya banyak tanaman tua, pengelolaan tanaman yang tidak sesuai baku teknis dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim serta serangan OPT di beberapa sentra produksi Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes) Evaluasi dan pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program untuk tahun 2015 ini masih dilakukan terhadap produksi dan produktivitas tanaman perkebunan karena perjanjian kinerja (PK) Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian Tahun 2015 sebagaimana dokumen PK masih mencantumkan kedua indikator dimaksud Produksi Evaluasi produksi perkebunan tahun 2015 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2015, (b) Capaian Kinerja tahun 2014 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun

114 Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Secara umum capaian produksi 16 komoditas unggulan mencapai 41,67 juta ton dari target sebesar 42,69 juta ton dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) atau Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015 yang mencapai 97,59%. Capaian tertinggi terhadap RKT dan PK dari 16 komoditas unggulan adalah pada komoditi pala (119,90%) dan secara berurutan sebagai berikut cengkeh (109,48%), kelapa sawit (100,30%), jambu mete (99,95%), teh (96,84%), lada (94,94%), karet (93,62%), kapas (92,54%), kopi (91,76%), kakao (85,54%), kelapa (89,48%) dan tebu (84,05%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu nilam (77,96%) dan tembakau (72,36%). Selain itu untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah adalah sagu (0%) dan kemiri sunan (0%) karena untuk sagu, baru tahun 2015 ini menjadi komoditas unggulan dan belum ada jaminan pasarnya. Sedangkan komoditas kemiri sunan masih belum atau tidak ada pasar yang menjaminnya. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi yang dibandingkan dengan RKT/PK tahun 2015 sebagaimana pada Tabel 7. 94

115 Tabel 7. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2015 Produksi (Ton) Realisasi Kinerja (%) No. Komoditas Realisasi 2014 Target Renstra RKT/PK 2015 Realisasi 2015*) Capaian 2014 Target Renstra RKT/PK I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Hablur) ,85 65,39 84,05 2. Kapas (Serat Kering) ,97 78,89 92,54 3. Tembakau (Daun Kering) ,03 55,42 72,36 4. Nilam (Daun Kering) ,19 75,49 77,96 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Karet Kering) ,58 81,58 93,62 6. Kelapa Sawit (CPO) ,50 84,81 100,30 7. Kelapa (Kopra) ,50 84,81 89,48 8. Kopi (Kopi Berasan) ,20 85,51 91,76 9. Kakao (Biji Kering) ,78 68,81 85,54 10 Jambu Mete (Gldg Kering) ,11 93,12 99,95 11 Lada (Lada Kering) ,97 90,75 94,94 12 Cengkeh (Bunga Kering) ,94 101,71 109, Teh (Daun Kering) ,12 94,99 96, Pala (Biji Kering) ,10 99,44 119, Sagu ,54 0,00 0, Kemiri Sunan (Biji Kering) ,00 0,00 0,00 Jumlah ,47 83,01 97,59 Catatan : *) Angka sementara *) Data Statistik Perkebunan Tahun Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014 Pada tahun 2015, capaian produksi 16 komoditas unggulan sebesar 41,66 juta ton meningkat menjadi 103,47% dibandingkan capaian produksi tahun 2014 yang besarnya 40,27 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,47% seperti yang disajikan pada Tabel 7. 95

116 Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan, pengawalan dan pendampingan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan iklim yang lebih kondusif. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi kapas (224,97%), pala (107,10%), kelapa sawit (105,50%), kopi (103,20%), nilam (102,19%), tembakau (102,03%), lada (100,97%), cengkeh (100,94%), sagu (100,54%), teh (100,12%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu karet (98,58%), kelapa (98,50%), tebu (96,85%), jambu mete (94,11%), kakao (90,78%) dan kemiri sunan (0%) Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pada tahun 2015, capaian produksi 16 komoditas unggulan sebesar 41,66 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 2015 telah mencapai 83,01%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi cengkeh (101,71%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi pala (99,44%), teh (94,99%), jambu mete (93,12%), lada (90,75%), kopi (85,51%), kelapa sawit (84,81%), kelapa (84,81%), dan karet (81,58%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan (0,00%), sagu (0,00%), tembakau (55,42%), tebu (65,39%), kakao (68,81%), nilam (75,49%) dan kapas (78,89%). 96

117 Produktivitas Evaluasi produktivitas perkebunan tahun 2015 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan tahun 2015, (b) Capaian Kinerja tahun 2014 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Beberapa komoditi selama enam tahun terakhir (tahun ) sangat terpengaruh oleh adanya perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada penurunan rata-rata produktivitas yang daoat dilihat dari laju pertumbuhan pada tabel 5 sebelumnya Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2015 Capaian produktivitas untuk 16 komoditas unggulan pada tahun 2015 tidak mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa produktivitas tahun 2015 ditargetkan sesuai dengan Rencana Strategis tahun yang disusun tahun 2015 dengan asumsi kondisi normal. Namun dalam perkembangannya, pada tahun 2015 terjadi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan yang signifikan meskipun adanya anomali iklim. Capaian produktivitas tanaman perkebunan secara berurutan yaitu pala (276,22%), nilam (141,86%), kapas (132,20%), teh (129,03%), kakao (121,22%), lada (115,41%), cengkeh (108,24%) dan jambu mete (106,78%). Untuk tanaman yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim, dan capaiannya dibawah target RKT 2015 secara berurutan yaitu kopi (96,01%), karet (95,31%), tembakau (93,63%), kelapa sawit (92,18%), tebu (91,42%) dan kelapa 97

118 (90,70%). Sedangkan untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan pangan dan bahan bakar nabati, tetapi produktivitasnya masih sangat rendah karena belum ditangani secara serius, yaitu sagu (0.00%) dan kemiri sunan (0,00%) dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun Rincian secara detail dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Capaian Kinerja Produktivitas Tahun 2015 Produktivitas (Kg/Ha) Realisasi Kinerja (%) No. Komoditas Realisasi 2014 Target Renstra RKT 2015 Realisasi 2015*) Capaian 2014 Target Renstra RKT I. TANAMAN SEMUSIM 1. Tebu (Hablur) ,69 75,96 91,42 2. Kapas (Serat Kering) ,26 112,58 132,20 3. Tembakau (Daun Kering) ,84 77,45 93,63 4. Nilam (Daun Kering) ,83 140,23 141,86 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Karet Kering) ,39 88,55 95,31 6. Kelapa Sawit (CPO) ,11 82,03 92,18 7. Kelapa (Kopra) ,27 87,34 90,70 8. Kopi (Kopi Berasan) ,30 93,27 96,01 9. Kakao (Biji Kering) ,18 105,59 121,22 10 Jambu Mete (Gldg Kering) ,75 103,14 106,78 11 Lada (Lada Kering) ,77 112,32 115,41 12 Cengkeh (Bunga Kering) ,93 103,96 108, Teh (Daun Kering) ,37 127,76 129, Pala (Biji Kering) ,29 271,81 276, Sagu (Tepung Sagu) ,32 0,00 0, Kemiri Sunan (Biji Kering) ,00 0,00 0,00 Catatan : *) Angka sementara *) Data Statistik Perkebunan Tahun

119 Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014 Pada umumnya capaian produktivitas tanaman perkebunan tahun 2015 banyak mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2014, secara berurutan yaitu Kapas (129,26%), teh (115,37%), cengkeh (111,93%), lada (111,77%), jambu mete (109,75%), pala (104,29%), tebu (103,69%), kelapa sawit (103,11%), tembakau (100,84%), nilam (100,83%), sagu (100,32%) dan kelapa (100,27%). Sedangkan yang mengalami penurunan produktivitas adalah karet (98,39%), kopi (97,30%) dan kakao (97,18%). Selain itu untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan bakar nabati, produktivitasnya yang masih sangat rendah dan cenderung menurun karena belum ditangani secara serius, yaitu kemiri sunan (0,00%) dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Bila dibandingkan dengan sasaran Renstra Ditjen Perkebunan Tahun dengan target pada Tahun 2019, maka terdapat 8 (delapan) komoditas yang capaian produktivitasnya telah melebihi target RENSTRA yaitu pala (271,81%), nilam (140,23%), teh (127,76%), kapas (112,58%), lada (112,32%), kakao (105,59%), cengkeh (103,96%) dan jambu mete (103,14%). Sebaliknya produktivitas yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan (0,00%), sagu (0,00), tebu (75,96%), tembakau (77,45%), kelapa sawit (82,03%), kelapa (87,34%), karet (88,55%) dan kopi (93,27%). 99

120 Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Evaluasi Kinerja terhadap capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam Laporan Kinerja (LAKIN) ini adalah capaian kinerja luas areal dan kegiatan dukungan untuk mencapai target nasional tersebut. Evaluasi luas areal perkebunan tahun 2015 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2015, (b) Capaian Kinerja tahun 2014 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Secara umum capaian luas areal perkebunan untuk 16 komoditas unggulan mencapai 23,61 juta ha dari target sebesar 17,40 juta ha dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2015 yang mencapai 135,67%. Capaian tertinggi terhadap RKT untuk 16 komoditas unggulan adalah pada komoditi cengkeh (165,98%) dan secara berurutan sebagai berikut jambu mete (157,56%), kakao (148,85%), kelapa sawit (144,04%), lada (140,18%), kelapa (134,62%), kopi (127,66%), karet (118,56%), kapas (109,00%), pala (105,06%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian luas areal yang turun yaitu teh (97,16%), tebu (92,08%), nilam (88,79%) dan tembakau (79,83%). Selain itu untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang luas arealnya sulit untuk diukur adalah sagu dan kemiri sunan karena dari target yang ditetapkan dalam 100

121 Renstra tahun dan target RKT sangat rendah bila dibandingkan dengan realisasi areal yang ada. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi yang dibandingkan dengan RKT/PK tahun 2015 sebagaimana pada Tabel 9. Tabel 9. Capaian Kinerja Luas Areal Perkebunan Tahun 2015 No. Komoditas Realisasi I. TANAMAN SEMUSIM Luas Areal (Ha) Target Renstra RKT 2015 Realisasi 2015*) Capaian 2014 Realisasi Kinerja (%) Target Renstra RKT Tebu (Sugar cane) ,40 86,20 92,08 2. Kapas (Cotton) ,90 109,00 109,00 3. Tembakau (Tobacco) ,33 73,90 79,83 4. Nilam (Patchouli ) ,25 86,36 88,79 II. TANAMAN TAHUNAN 5. Karet (Rubber) ,43 111,19 118,55 6. Kelapa Sawit (CPO ) ,36 136,88 144,04 7. Kelapa (Coconut) ,94 132,47 134,62 8. Kopi (Coffee) ,22 122,59 127,66 9. Kakao (Cocoa) ,83 137,44 148,85 10 Jambu Mete (Cashewnut) ,35 152,07 157,56 11 Lada (Pepper) ,35 137,59 140,18 12 Cengkeh (Clove) ,53 160,28 165, Teh (Tea) ,61 96,22 97, Pala (Nutmeg ) ,63 88,54 105, Sagu (Sago ) , , , Kemiri Sunan , , ,00 Jumlah ,45 129,02 135,67 Catatan : *) Angka sementara *) Data Statistik Perkebunan Tahun

122 Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014 Pada tahun 2015, capaian luas areal untuk 16 komoditas unggulan sebesar 23,61 juta ha meningkat menjadi 101,45% dibandingkan capaian produksi tahun 2014 yang besarnya 23,27 juta ha atau mengalami peningkatan sebesar 1,45% seperti yang disajikan pada Tabel 9. Peningkatan luas areal tersebut, selain karena pembinaan, pengawalan dan pendampingan yang lebih intensif juga didukung dengan kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan kelembagaan tanaman perkebunan. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi kapas (207,90%), pala (104,63%), kelapa sawit (103,36%), tembakau (101,33%), kakao (100,83%), cengkeh (100,53%), sagu (100,47%), karet (100,43%), lada (100,35%), nilam (100,25%), kopi (100,22%) dan kemiri sunan (100,00%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu teh (99,61%), jambu mete (99,35%), kelapa (98,94%) dan tebu (93,40%) Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pada tahun 2015, capaian luas areal tanaman perkebunan untuk 16 komoditas unggulan sebesar 23,61 juta ha. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 102

123 2015 telah mencapai 129,02%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi cengkeh (160,28%), jambu mete (152,07%), lada (137,59%), kakao (137,59%), kelapa sawit (136,88%), kelapa (132,47%), kopi (122,59%), karet (111,19%) dan kapas (109,00%). Sedangkan capaian yang mendekati target RENSTRA adalah komoditi teh (96,22%), pala (88,54%), nilam (86,36%), tebu (86,22%) dan tembakau (73,90%). Lebih lanjut untuk capaian yang belum bisa diukur dari target adalah kemiri sunan dan sagu karena kamoditi tersebut baru tahun ini ditetapkan menjadi sasaran strategis, sehingga belum disesuaikan antara target dengan kondisi arealnya Akuntabilitas Keuangan Berdasarkan pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga tahun 2015, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian sebesar Rp.32,725 trilyun dan sebesar Rp.4,497 trilyun (13,74%) dialokasikan untuk Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2015 khususnya dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Capaian serapan anggaran tahun 2015 sebesar Rp ,- atau mencapai 79,33% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp ,- yang mengalami penurunan sebesar 8,72% bila dibandingkan dengan tahun 2014 mencapai 88,05% dari total pagu Rp ,- yang terealisasi Rp ,-. Hal ini disebabkan adanya APBN-P yang sebesar 184% dari pagu APBN Awal sebesar Rp ,- yang diterima pada bulan April

124 sehingga beberapa Satker belum melakukan persiapan yang cukup, baik secara teknis maupun non teknis. Dalam laporan akuntabilitas keuangan ini akan disajikan (a) Capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan (b) Capaian kinerja keuangan berdasarkan serapan per satker Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2015 Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker). Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2015 sebesar Rp.3,567 trilyun atau 79,33% dari total pagu sebesar Rp.4,497 trilyun. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,65%, diikuti secara berturut-turut yaitu kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 88,98%, Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebesar 87,63%, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan sebesar 86,73%, Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 82,15%, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar 78,03%, dan 104

125 Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sebesar 63,70%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2015 KODE PROGRAM/KEGIATAN Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Pengembangan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha PAGU (Rp.) ANGGARAN REALISASI (Rp.) , , , ,63 Dukungan Perlindungan Perkebunan ,15 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan , ,65 JUMLAH ,33 % Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SPAN- Perbendaharaan Kementerian Keuangan Rp ,- (88,98%) dari pagu sebesar Rp ,- dengan realisasi 105

126 fisik sebesar 95,77%. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan tender serta penghematan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman kopi ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi, peremajaan dan perluasan tanaman kopi. Terdapat dua jenis kopi yang dikembangkan meliputi (a) Intensifikasi tanaman kopi arabika seluas ha yang dilaksanakan di 20 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, NTT, Papua, Sulawesi Barat; (b) Intensifikasi tanaman kopi robusta seluas ha yang dilaksanakan di 23 kabupaten 10 provinsi yaitu Aceh, Jateng, Jatim, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTB, NTT dan Bengkulu; (c) Peremajaan tanaman kopi robusta seluas 200 ha di Kab. Kediri Provinsi Jawa Timur; (d) Perluasan tanaman kopi arabika seluas 500 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu Jawa Barat dan Papua; (e) Perluasan tanaman kopi arabika dan robusta seluas ha yang dilaksanakan di Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Capaian serapan keuangan untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (91,26%). 2) Pengembangan Tanaman teh seluas ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi tanaman teh. Kegiatan intensifikasi teh seluas ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten Provinsi Jawa Barat. Sedangkan 106

127 untuk rehabilitasi teh seluas ha dilaksanakan di 7 kabupaten Pprovinsi Jawa Barat. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (97,43%). 3) Pengembangan tanaman kakao seluas ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi,intercropping/diversifikasi, pengadaan saprodi, peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tanaman kakao. (a) Kegiatan intensifikasi tanaman kakao seluas ha yang dilaksanakan di 72 kabupaten 18 provinsi di Indonesia yaitu Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB, NTT, Papua, Maluku Utara, Banten, Gorontalo, dan Sulawesi Barat serta Kalimantan Utara; (b) Kegiatan intercropping (diversifikasi) seluas ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 5 provinsi yaitu Aceh, Sulut, Sulteng, NTB dan Malut; (c) Kegiatan pengadaan saprodi seluas 200 ha untuk peremajaan tanaman kakao di Kab. Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan; (d) Kegiatan Peremajaan tanaman kakao seluas ha di 22 kabupaten 9 provinsi yaitu Aceh, Kalsel, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, NTT, Malut dan Sulbar; (e) Kegiatan Perluasan tanaman kakao seluas 375 ha dilaksanakan di 2 kabupaten Provinsi Aceh; (f) Kegiatan rehabilitasi tanaman kakao seluas ha yang dilaksanakan di 36 kabupaten 10 provinsi yaitu Aceh, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, NTB, NTT, Malut, Gorontalo, dan Sulbar. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (90,85%). 107

128 4) Pengembangan tanaman lada seluas ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi, perluasan dan rehabilitasi tanaman lada. (a) Kegiatan intensifikasi tanaman lada seluas ha dilaksanakan di 19 kabupaten 6 provinsi yaitu Sumsel, Lampung, Kalbar, Kaltim, Bengkulu dan Babel; (b) Kegiatan perluasan tanaman lada seluas 700 ha dilaksanakan di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu Kalbar, Bengkulu dan Babel; (c) Kegiatan rehabilitasi tanaman lada seluas 950 ha yang dilaksanakan di 4 kabupaten 2 provinsi yaitu Sumsel dan Lampung. Anggaran yang terserap untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (86,17%). 5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi. Kegiatan intensifikasi tanaman cengkeh seluas ha yang dilaksanakan di 18 kabupaten 10 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Maluku, Bali, Malut dan Banten. Dan rehabilitasi tanaman cengkeh seluas ha yang dilaksanakan di 18 kabupaten 10 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Maluku, Bengkulu, Malut dan Banten. Serapan anggaran sebesar Rp ,- (91,82%). 6) Pengembangan tanaman pala seluas ha dengan dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan intensifikasi, peremajaan dan perluasan tanaman pala. (a) Kegiatan intensifikasi tanaman pala seluas ha yang dilaksanakan di 9 kabupaten 3 provinsi yaitu Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Utara; (b) Kegiatan peremajaan tanaman pala seluas ha yang 108

129 dilaksanakan di 2 kabupaten 2 provinsi yaitu Aceh dan Papua Barat; (c) Kegiatan perluasan tanaman pala seluas ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 3 provinsi yaitu Sulut, Maluku dan Malut. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (84,26%). 7) Pengembangan kebun benih tanaman rempah dan penyegar seluas 101 ha dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk melaksanakan kegiatan yang meliputi: (a) Pembangunan kebun entres tanaman kakao 23 ha di 5 provisi yaitu Sulteng, Sulsel, Sultra, Malut dan Sulbar; (b) Pembangunan kebun induk tanaman cengkeh 13 ha di Jateng, Sulut, Maluku dan Gorontalo, gambir 2 ha di Sumbar, kakao 10 ha di D.I. Yogyakarta, Sulteng, Sulsel, Sultra, Malut dan Sulbar, kopi 7 ha di Sumut, Jambi, Sulsel,Sulbar, lada 8 ha di Aceh, Kalteng, Kaltim,Babel dan pala 6 ha di Sulut dan Maluku; (c) Pemeliharaan kebun entres tanaman kakao 6 ha di Aceh, Sumut, NTT dan kopi 2 ha di Jateng; (d) Pemeliharaan kebun induk tanaman kopi 6 ha di Sulsel dan Bengkulu, lada 11 ha di Aceh, Sumsel, Lampung Babel, pala 5 ha di Malut dan teh 2 ha di Jabar. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (88,15%). Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Tabel

130 Tabel 11. Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2015 No Program Peningkatan Produksi, I Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar 1 PengembanganTanaman Kopi 2 Pengembangan tanaman teh 3 PengembanganTanaman Kakao 4 PengembanganTanaman Lada 5 PengembanganTanaman Cengkeh Pemberdayaan Pekebun 6 Tanaman Rempah dan Penyegar 7 Pengembangan Tanaman Pala Pengembangan Kebun 8 Benih Tanaman Rempah dan Penyegar Koordinasi, Pembinaan 9 dan Monev Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar Koordinasi Kegiatan 10 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 11 Layanan Perkantoran Anggaran (Rp.) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % ,98 95, ,26 99,56 97,43 99,87 90,65 97,53 86,17 94,31 91,82 99, ,00 87, ,26 90, ,15 94, ,91 83, ,88 78, ,38 94, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim sebesar Rp ,- (63,70%) dari target sebesar Rp ,- dengan realisasi fisik sebesar 70,34%. Tidak tercapainya target serapan anggaran 110

131 tersebut terutama disebabkan oleh tidak terlaksanakan penetapan kelompok tani sasaran karena adanya penafsiran Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya pada Pasal 24 Ayat 1 (c) yang mengatur pemberian bansos tidak boleh terus menerus (dua tahun berturut-turut) oleh Dinas Kabupaten, APTRI dan KPTR dan pemeriksa ketentuan ini ditafsirkan berlaku juga untuk APBN, meskipun Pemendagri tersebut hanya mengatur bansos yang bersumber dari APBD. Dan sebagian kelompok tani tebu belum masuk ke dalam daftar katalog yang ditebitkan oleh Bakorluh. Selain itu terdapat kelompok tani yang mengudurkan diri karena menganggap administrasi bansos terlalu rumit. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim pada tahun 2015 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan yang terdiri dari: (a) kegiatan bongkar ratoon tanaman tebu seluas ha yang dilaksanakan di 31 kabupaten 7 provinsi yaitu Jabar, Jateng, D.I. Yogyakarta, Sumsel, Lampung, Gorontalo dan Sulsel; (b) Kegiatan rawat ratoon seluas ha yang dilaksanakan di 76 kabupaten 10 provinsi yaitu Jabar, Jateng, D.I. Yogyakarta, Jatim, Sumsel, Aceh, Jambi, Lampung, Gorontalo dan Sulsel; (c) Kegiatan perluasan tanaman tebu seluas ha yang dilaksanakan di 35 kabupaten 9 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Gorontalo Sumsel, Sumbar, Jambi, Lampung, NTB dan Sulsel; (d) Kegiatan 111

132 pembangunan Kebun Bibit Datar (KBD) tanaman tebu seluas ha yang dilaksanakan di 37 kabupaten 6 provinsi yaitu Aceh, Lampung, Jateng, NTB dan Gororntalo; (e) Rintisan kebun benih tebu seluas 870 ha yang dilaksanakan di 14 kabupaten 8 provinsi yaitu Aceh, Papua, Sulteng, NTB, Sulsel, Sultra, Gorontalo dan Malut. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (61,94%). 2) Pengembangan tanaman kapas seluas ha dengan anggaran Rp ,- yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu Jatim, Bali, NTB, NTT dan Sulsel. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (94,60%). 3) Pengembangan tanaman tembakau seluas 630 ha dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 16 Kabupaten 7 Provinsi yaitu Aceh, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan NTB. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (39,21%). 4) Pengembangan tanaman nilam seluas 175 ha dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 21 kabupaten 10 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim, D.I. Yogyakarta, Bali, Gorontalo dan Sultra. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (87,93%). Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim disajikan pada Tabel

133 Tabel 12. Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim tahun 2015 Output Anggaran (Rp.) No Program /Fisik Pagu Realisasi % % II Peningkatan Produksi, dan Produktivitas Tanaman Semusim ,70 70,34 1 Pengembangan Tanaman Tebu ,94 68,10 2 Penanaman Tanaman Kapas ,60 99,73 3 Penanaman Tanaman Tembakau ,21 46,96 4 Penanaman Tanaman Nilam ,93 99,40 5 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ,91 99,50 6 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan ,64 98,08 Tanaman Semusim 7 Layanan Perkantoran ,71 73, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan pada tahun 2015 sebesar Rp ,- (86,73%) dari pagu sebesar Rp ,- dengan realisasi fisik sebesar 95,41%. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis 113

134 yang menyulitkan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman karet seluas ha yang dilaksanakan di 77 kabupaten 18 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Bengkulu, Banten, Bangka Belitung, Kepulauan Riau dan Kalimantan Utara. Sedangkan kegiatan perluasan tanaman karet seluas ha yang dilaksanakan di 15 kabupaten 6 provinsi yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bengkulu dan Kepulauan Riau. Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut Rp ,- (91,14%). 2) Pengembangan tanaman kelapa seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman kelapa seluas ha yang dilaksanakan di 101 kabupaten 23 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogayakarta, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi 114

135 Tenggara, Bali, NTB, NTT, Maluku, Malut, Banten, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sedangkan kegiatan perluasan tanaman kelapa seluas ha yang dilaksanakan di 20 kabupaten 9 provinsi yaitu Jawa Tengah, aceh, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTB, Bengkulu, Gorontalo dan Papua Barat. Capaian serapan anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (83,99%). 3) Pengembangan tanaman kelapa sawit seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit dan sosialisasi penggunaan benih kelapa sawit unggul bermutu bersertifikat. Kegiatan perluasan tanaman kelapa sawit seluas ha yang dilaksanakan di 13 kabupaten 4 provinsi yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara. Sedangkan kegiatan sosialisasi penggunaan benih kelapa sawit unggul bermutu bersertifikat seluas ha dilaksanakan di 38 kabupaten 9 provinsi yaitu Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim dan Bengkulu. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (86,05%). 4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan seluas 900 ha yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB dan NTT. Sedangkan untuk perluasan 800 ha dilaksanakan di 6 kabuapten 5 provinsi yaitu Jawa Timur, 115

136 Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Maluku Utara. Realisasi Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (97,14%). 5) Pengembangan tanaman kemiri sunan seluas 20 ha dengan anggaran Rp ,- untuk kegiatan penanaman kemiri sunan seluas 15 ha yang dilaksanakan di Kabupaten Belu Provinsi NTT, dan kegiatan perluasan tanaman kemiri sunan 5 ha yang dilaksanakan di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (97,39%). 6) Pengembangan kebun benih tanaman tahunan seluas 213 ha dengan anggaran Rp ,- untuk melaksanakan yang terdiri dari: (a) kegiatan pembangunan kebun entres tanaman karet 8 ha di 8 kabupaten 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Kalteng, Bangkulu dan Banten; (b) Kegiatan pembangunan kebun induk tanaman aren 5 ha di kabupaten Kutai Timur provinsi Kalimantan Timur; (c) Kegiatan pembangunan kebun induk tanaman kelapa seluas 115 ha yang dilaksanakan di 18 kabupaten 15 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Aceh, Sumbar, Riau, Jambi, Sulut, Sulteng, Sultra, Maluku, NTB, NTT, Papua, Banten dan Gorontalo; (d) Kegiatan pemeliharaan kebun entres tanaman karet 5 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 5 provinsi yaitu Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng dan Papua; (e) Kegiatan pemeliharaan kebun induk tanaman jambu mete 15 ha yang dilaksanakan di 2 kabupaten 2 provisi yaitu Sultra dan NTT; (f) Kegiatan pemeliharaan kebun induk tanaman kelapa seluas 59 ha yang dilaksanakan di 13 kabupaten 7 provinsi yaitu Jateng, Sulut, Sulteng, Sultra, Maluku, NTB, Malut dan Sulbar; (g) Kegiatan 116

137 pemeliharan kebun induk tanaman kemiri sunan 5 ha yang dilaksanakan di 1 Kabupaten Karawang 1 Provinsi Jawa Barat. Realisasi serapan anggaran kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (83,78%). 7) Pengembangan tanaman sagu seluas ha dengan anggaran Rp ,- yang dilaksanakan di 8 kabupaten 2 Provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (99,81%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan seperti pada Tabel 13. Tabel 13. Output Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Tahun 2015 No Program Peningkatan Produksi, dan III Produktivitas Tanaman Tahunan 1 Pengembangan tanaman karet rakyat 2 Pengembangan Tanaman Kelapa 3 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit 4 Pengembangan tanaman Jambu Mete 5 Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) 6 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan 7 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan 8 Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,73 95, ,14 97, ,99 93, ,05 93, ,14 99, ,18 99, ,61 99, ,26 93, ,39 99,87 117

138 No Program 9 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Tahunan 10 Pengembangan Kebun Benih TanamanTahunan 11 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan 12 Pengembangan Tanaman Sagu 13 Pengembangan Tanaman Sagu Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,46 93, ,78 91, ,37 93, ,81 99, ,16 96,16 14 Layanan Perkantoran ,78 91, Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah sebesar Rp ,- (87,63%) dari pagu sebesar Rp ,- dengan realisasi fisik 98,95%. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten masih belum berjalan dengan baik, tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum terlaksana dengan baik dan sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No. 98 Tahun 2013 yang belum memadai. 118

139 Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2015 meliputi: 1) Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan sebanyak 298 Kelompok Tani (KT) dengan anggaran sebesar Rp ,- untuk melaksanakan kegiatan yang terdiri atas: (a) Penanganan pascapanen tanaman semusim sebanyak 9 KT yang meliputi: penanganan pascapanen tanaman nilam 5 KT yang dilaksanakan di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu Jabar, Aceh dan Gororntalo; penanganan pascapanen tanaman tebu 5 KT yang dilaksanakan di 2 kabupaten 1 provinsi Aceh dan pengadaan alat tanaman nilam 2 KT dilaksanakan di 2 kabupaten 1 provinsi Jawa Timur; (b) Penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sebanyak 102 KT yang meliputi: penanganan pascapanen tanaman cengkeh 12 KT yang dilaksanakan di 7 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Maluku, NTT, Banten dan Gorontalo; penanganan pascapanen tanaman kakao 36 KT yang dilaksanakan di 22 kabupaten 14 provinsi yaitu Jateng, Jatim, Aceh, Sumbar, Kalteng, Sulteng, Sulsel, Sultra, Bali, NTB, NTT, Banten, Gorontalo dan Sulbar; penanganan pascapanen tanaman kopi 34 KT yang dilaksanakan di 21 kabupaten 12 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel, Bali, NTB, NTT dan Bengkulu; penanganan pascapanen tanaman lada 2 KT yang dilaksanakan di Kab. Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung dan penanganan pascapanen tanaman pala 18 KT di 10 kabupaten 5 provinsi yaitu Jabar, Sulut, Maluku, Malut dan Papua Barat; (c) 119

140 Pananganan pascapanen tanaman tahunan sebanyak 187 KT yang meliputi: penanganan pascapanen tanaman jambu mete 20 KT yang dilaksanakan di 7 kabupaten 4 provinsi yaitu Sultra, NTB, NTT dan Malut; penanganan pascapanen tanaman karet 102 KT yang dilaksanakan di 32 kabupaten 14 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Bengkulu, Banten dan Babel; dan penanganan pascapanen tanaman kelapa 65 KT yang dilaksanakan di 22 kabupaten 14 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, D.I. Yogyakarta, Sumut, Kalbar, Sulut, Sulsel, Sultra, Maluku, NTT, Malut, Banten, Gorontalo dan Sulbar. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (92,81%). 2) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan sebanyak 42 Kasus dengan anggaran Rp ,- yang dilaksanakan di 31 provinsi yaitu: Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Bali, NTB, NTT, Papua, Bengkulu, Maluku Utara, Banten, Bangka Belitung, Gorontalo, Kepulauan Riau, Papua Barat, Sulawesi Barat, dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (76,54%). 3) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 32 provinsi yaitu: Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, 120

141 Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Bali, NTB, NTT, Papua, Bengkulu, Maluku Utara, Banten, Bangka Belitung, Gorontalo, Kepulauan Riau, Papua Barat, Sulawesi Barat dan Kalimantan Utara. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (76,90%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan seperti pada Tabel 14 berikut : Tabel 14. Output Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2015 No Program Dukungan Penanganan IV Pascapanen dan Pembinaan Usaha 1 Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan 2 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan Pembinaan Usaha 3 Koordinasi Kegiatan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Perkebunan 4 Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan 5 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,63 98, ,81 99, ,87 96, ,00 100, ,54 98, ,90 98,84 6 Layanan Perkantoran ,91 99,05 121

142 Dukungan Perlindungan Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar Rp ,- (82,15%) dari pagu anggaran sebesar Rp ,- dengan realisasi fisik sebesar 92,77%. Output kegiatan penting untuk Dukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun 2015 meliputi: 1) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan sebanyak 224 Kelompok Tani yang terbagi atas: (a) SL-PHT Cengkeh 9 KT di 4 kabupaten 4 provinsi yaitu Jateng, Sulsel, Sultra, Bali; (b) SL-PHT Jambu Mete 6 KT di 3 kabupaten 2 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta dan NTT; (c) SL- PHT Kakao 46 KT di 21 kabupaten 11 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta, Aceh, Lampung, Sulteng, Sulsel, Sultra, Bali, NTB, Bengkulu, Gorontalo dan Sulbar; (d) SL-PHT Karet 28 KT di 14 kabupaten 7 provinsi yaitu Jabar, Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar, Kaltim, dan Banten; (e) SL-PHT Kelapa 20 KT di 8 kabupaten 5 propinsi yaitujabar, D.I. Yogyakarta, Jatim, Kalbar dan Sulut; (f) SL-PHT Kopi 31 KT di 11 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulsel, Bali, NTB dan Bengkulu; (g) SL-PHT Lada 22 KT di 7 kabupaten 3 provinsi yaitu Kaltim, Sulsel, dan Babel; (h) SL-PHT Tebu 60 KT di 20 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, Sumsel, Lampung dan Sulsel; (i) SL-PHT Teh 2 KT di Kab. Purwakarta Jawa Barat. Realisasi anggaran yang terserap untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (94,41%). 122

143 2) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman perkebunan seluas ha dengan anggaran sebesar Rp ,- yang terdiri dari : a) Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar dilaksanakan seluas ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) Dem-Farm pengendalian OPT tanaman kakao (PBK) 20 ha di 2 kabupaten provinsi Sulsel; (2) OPT tanaman cengkeh (Bakteri Pembuluh Kayu) seluas 500 ha di 6 kabupaten 2 propinsi yaitu Jateng dan Jatim; (3) OPT tanaman cengkeh hama penggerak batang seluas ha di 5 kabupaten 4 provinsi yaitu Sulut, Sultra, Maluku, Malut; (4) OPT tanaman cengkeh (Penyakit Jamur Akar Putih) 200 ha di Kab. Buleleng Proinsi Bali; (5) OPT Tanaman Kakao (Hama Penggerek Buah Kakao/PBK) seluas ha di 17 kabupaten 10 propinsi yaitu Jateng, D.I. Yogyakarta, Aceh, Sumbar, Sulteng, Sulsel, Bali, NTB, NTT dan Sulbar; (6) OPT Tanaman Kopi (Hama Penggerek Buah Kopi/PBKo) seluas ha di 9 kabupaten 5 propinsi yaitu Jabar, Aceh, Sulsel, Bali dan NTB; (7) OPT tanaman lada (Penyakit Busuk pangkal Batang) seluas 400 ha di 3 kabupaten 2 propinsi yaitu NTT dan Babel; (8) OPT tanaman lada (Penyakit Jamur Pirang) seluas 200 ha di Kab. Pontianak Provinsi Kalbar. b) Pengendalian OPT Tanaman Semusim seluas ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) Dem-Farm pengendalian Uret pada tanaman tebu 10 ha di 2 kabupaten 2 provinsi yaitu Jateng dan D.I. Yogyakarta; (2) Demplot pengendalian OPT tanaman nilam 123

144 30 ha di 5 kabupaten 5 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Aceh, Sumbar dan Sultra; (3) Demplot pengendalian OPT tanaman tebu (Tikus dengan Burung Hantu) 10 ha di 2 kabupaten provinsi Jawa Tengah; (4) OPT tanaman tebu (Hama Babi Hutan) seluas 230 ha dilaksanakan di 4 kabupaten 2 propinsi yaitu Sumsel dan Sulsel; (5) OPT tanaman tebu (Hama Penggerek Batang/Pucuk) seluas ha di 29 kabupaten 8 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, Sumsel, Lampung, Sulsel, Papua dan Gorontalo; (6) OPT tanaman tebu (Hama Tikus) seluas ha di 17 kabupaten 4 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim dan Sulsel; (7) OPT tanaman tebu (Hama Uret) seluas ha di 13 kabupaten 4 provinsi yaitu Jabar, Jateng, D.I. Yogyakarta dan Jatim; (8) OPT tanaman tembakau 225 ha di 3 kabupaten 2 privinsi yaitu Jatim dan NTB; (9) OPT tanaman kapas seluas 325 ha di 6 kabupaten 4 propinsi yaitu Jatim, Sulsel, Bali dan NTB. c) Pengendalian OPT Tanaman Tahunan seluas ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) Dem-Farm pengendalian Aceria sp pada tanaman kelapa 20 ha di 2 kabupaten provinsi Sulut; (2) Dem-Farm pengendalian JAP pada tanaman jambu mete 10 ha di Kab. Karangasem Provinsi Bali; (3) Dem-Farm pengendalian JAP pada tanaman karet 70 ha di 6 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar dan Kalsel; (4) OPT tanaman jambu mete seluas 450 ha di 2 kabupaten 2 provinsi yaitu Bali dan NTT; (5) OPT tanaman Karet seluas ha dilaksanakan di 26 kabupaten 9 provinsi yaitu Jabar, Aceh, Sumut, Riau, Sumsel, 124

145 Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Banten; (6) OPT tanaman karet (Penyakit JAP) seluas 350 ha di 3 kabupaten provinsi Jawa Barat; (7) OPT tanaman kelapa 375 ha dilaksanakan di 4 kabupaten propinsi Jawa Tengah; (8) OPT tanaman kelapa (Oryctes rhynoceros) seluas 600 ha di 4 kabupaten Provinsi D.I. Yogyakarta; (9) OPT tanaman kelapa (Busuk Pucuk) seluas 350 ha di Kab. Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara; (10) OPT tanaman kelapa (Hama Aceria sp) seluas 500 ha di 2 kabupaten provinsi Sulut; (11) OPT tanaman kelapa (Hama Brontispa) ha dilaksanakan di 17 kabupaten 10 provinsi yaitu Riau, Lampung, Kalbar, Kalteng, Sulut, Sulteng, Sulsel, Bali, NTB dan NTT; (12) OPT tanaman kelapa (Hama Oryctes rhynoceros) ha dilaksanakan di 12 kabupaten 6 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulteng, Bali, NTB dan NTT; (13) OPT tanaman kelapa (Hama Sexava) ha dilaksanakan di 7 kabupaten 2 provinsi yaitu Sulut dan Malut; (14) OPT Tanaman Kelapa Sawit (Hama Oryctes sp) seluas 900 ha dilaksanakan di kabupaten Kampar dan Rokan Hilir provinsi Riau. Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut yang terserap sebesar Rp ,- mencapai 80,32%. atau Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel

146 Tabel 15. Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2015 No V Program Dukungan Perlindungan Perkebunan 1 Pemberdayaan perangkat 2 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan 3 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 4 Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan 5 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan 6 Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT Anggaran (Rp) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,15 92, ,14 94, ,41 98, ,21 87, ,32 90, ,74 98, ,03 99,60 7 Layanan Perkantoran ,77 99, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar Rp ,- (78,03%) dari pagu sebesar Rp ,- dengan realisasi fisik sebesar 90,48%. Output kegiatan penting untuk Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan pada tahun 2015 meliputi: 1) Administrasi Kegiatan Dana Dekonsentrasi (DK) dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 34 Provinsi selama 126

147 12 bulan dan terealisasi sebesar Rp ,- (95,02%) dengan capaian fisik 99,75%. 2) Administrasi Kegiatan Dana Tugas Pembatuan (TP) dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 34 Provinsi selama 12 bulan dan terealisasi sebesar Rp ,- (79,62%) dengan capaian fisik 94,98%. 3) Dukungan Kegiatan Manajemen dan Teknis Lainnya dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 34 Provinsi selama 12 bulan dan terealisasi sebesar Rp ,- (89,73%) dengan capaian fisik 95,49%. Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan seperti pada Tabel 16 berikut: Tabel 16. Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2015 No Program Anggaran (Rp.) Output Pagu Realisasi % / Fisik % Dukungan Manajemen VI dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan ,03 90,48 1 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi ,02 99,75 (DK)) 2 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) ,62 94,98 3 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis ,73 95,49 lainnya 4 Dokumen Perencanaan ,67 98,88 127

148 No Program 5 Dokumen Keuangan dan Perlengkapan 6 Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas 7 Dokumen Evaluasi dan Pelaporan Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output / Fisik % ,75 98, ,99 67, ,22 98,66 8 Layanan Perkantoran ,71 94,49 9 Kendaraan Bermotor ,25 99,96 10 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran ,56 66, Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar Rp ,- (93,17%) dari pagu anggaran sebesar Rp ,- dengan realisasi fisik sebesar 98,12%. Output kegiatan penting untuk Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan pada tahun 2015 meliputi: 1) Pembangunan Kebun Contoh, Demplot, Uji Koleksi, sebanyak 10 unit dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 3 UPT Pusat yaitu BBPPTP Surabaya, BBPPTP Ambon dan BPTP Pontianak dan terealisasi sebesar Rp ,- (99,38%) dengan capaian fisik 100,00%. 2) Rakitan Teknologi Spesifikasi Proteksi Tanaman Perkebunan sebanyak 29 Paket dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di 4 UPT Pusat yaitu BBPPTP Medan, Surabaya dan 128

149 Ambon serta BPTP Pontianak dan terealisasi sebesar Rp ,- (92,06%) dengan capaian fisik 96,55%. 3) Pemanfaatan Agensia Hayati sebanyak 13 jenis dengan anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan di UPT Pusat yaitu BBPPTP Medan, Surabaya dan Ambon serta BPTP Pontianak dan terealisasi sebesar Rp ,- (94,26%) dengan capaian fisik 99,71%. Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada Tabel 17 berikut : Tabel 17. Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2015 No Program VII Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 1 Pembangunan kebun contoh, demplot, uji, koleksi dll 2 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output / Fisik % ,65 98, ,38 100, ,06 96,55 3 Pemanfaatan agensia hayati ,26 99,71 4 Sertifikasi dan pengujian mutu benih ,82 99,74 5 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan ,82 94,29 129

150 No Program Anggaran (Rp.) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 6 Layanan Perkantoran ,91 98,75 7 Kendaraan Bermotor ,12 98,81 8 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 9 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran ,40 88, ,25 99,96 10 Gedung/Bangunan ,83 99, Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2015 Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2013 dan 2014); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas 130

151 Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2015 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 88 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (33 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (50 satker). Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2015 sebagaimana disajikan pada Lampiran 3. Bila diurut untuk Satker Provinsi yang capaian serapan keuangan mulai dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini : Tabel 18 : Satker Provinsi Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah No PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK 1 DISBUN PROVINSI PAPUA BARAT , ,00 97,36 99,38 2 DISBUN PROVINSI BENGKULU , ,00 97,06 99,75 3 DISTANBUNNAK PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG , ,00 96,16 94,06 4 DISBUNHORTI PROVINSI SULAWESI TENGGARA , ,00 95,62 99,75 5 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA , ,00 94,52 92,77 6 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH , ,00 94,30 94,96 7 DISBUN PROVINSI RIAU , ,00 93,43 97,36 8 DISBUN PROVINSI JAMBI , ,00 92,98 95,32 9 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA , ,00 92,86 98,71 10 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT , ,00 91,03 96,37 11 DISTANBUN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR , ,00 90,52 94,72 131

152 No PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK 12 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA , ,00 90,08 92,98 13 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT , ,00 90,06 94,66 14 DISTAN PROVINSI MALUKU , ,00 89,38 96,92 15 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN , ,00 86,06 92,00 16 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA , ,00 85,46 86,74 17 DISBUN PROVINSI BALI , ,00 84,69 90,37 18 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT , ,00 83,98 90,21 19 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN , ,00 83,01 89,55 20 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN , ,00 82,60 89,14 21 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH , ,00 78,94 85,05 22 DISHUTBUN PROVINSI D.I.YOGYAKARTA , ,00 77,72 86,31 23 DISBUN PROVINSI LAMPUNG , ,00 76,20 85,73 24 DISBUN PROVINSI ACEH , ,00 75,92 83,56 25 DISTANHUTNAKPROVINSI KEPULAUAN RIAU , ,00 75,87 84,46 26 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO , ,00 74,05 85,20 27 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR , ,00 71,57 81,13 28 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR , ,00 71,02 78,98 29 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT , ,00 70,17 96,34 30 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT , ,00 69,45 81,41 31 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN , ,00 59,90 82,90 32 DISTANHUTKETPANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA , ,00 46,45 50,24 33 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH , ,00 44,74 58,25 Sedangkan untuk Satker Kabupaten/Kota dengan capaian serapan keuangan yang tertinggi sampai dengan yang terendah dapat diurutkan seperti yang dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini : Tabel 19 : Satker Kabupaten/Kota Yang Capaian Serapan Keuangan Mulai Dari Yang Tertinggi Sampai dengan Yang Terendah No PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK 1 DISBUNHORTI KABUPATEN KONAWE SELATAN , ,00 99,19 99,96 2 DISBUN KABUPATEN MINAHASA SELATAN , ,00 99,19 99,96 3 DISBUN KABUPATEN HALMAHERA TENGAH , ,00 98,71 99,94 4 DISTAN KABUPATEN KONAWE , ,00 98,20 99,91 5 DISBUN KABUPATEN ALOR , ,00 98,16 99,91 6 DISBUNHUT KABUPATEN KAPUAS HULU , ,00 98,08 99,90 7 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU , ,00 97,91 99,90 8 DISHUTBUN KABUPATEN CIANJUR , ,00 97,52 99,88 9 DISTAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA , ,00 97,36 96,87 10 DISHUTBUN KABUPATEN MERANTI , ,00 97,08 99,85 132

153 No PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK 11 DISTANBUNNAK KABUPATEN SIKKA , ,00 97,04 97,90 12 DISHUTBUN KABUPATEN BENGKAYANG , ,00 96,31 99,82 13 DISBUN KABUPATEN KOLAKA , ,00 96,15 99,81 14 DISHUTBUN KABUPATEN SIGI , ,00 95,98 99,79 15 DISHUTBUN KABUPATEN SOPPENG , ,00 95,62 99,78 16 DISHUTBUN KABUPATEN MAMUJU , ,00 95,57 97,78 17 DISHUTBUN KABUPATEN POLEWALI MANDAR , ,00 95,09 99,75 18 DISBUN KABUPATEN GARUT , ,00 94,80 99,74 19 DISBUN KABUPATEN PASAMAN BARAT , ,00 94,38 99,72 20 DISTAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT , ,00 94,33 99,72 21 DISHUTBUN KABUPATEN ACEH TIMUR , ,00 94,22 99,71 22 DISHUTBUN KABUPATEN LEBAK , ,00 93,94 98,70 23 DISTANBUNHORTI KABUPATEN MAMASA , ,00 93,69 98,68 24 DISHUTBUN KABUPATEN SINTANG , ,00 93,55 98,68 25 DISBUN KABUPATEN KAMPAR , ,00 92,75 99,30 26 DISBUN KABUPATEN TOLI-TOLI , ,00 92,36 95,62 27 DISBUN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT , ,00 92,31 97,62 28 DISBUN KABUPATEN MUSI RAWAS , ,00 92,23 93,61 29 DISHUTBUN KABUPATEN NAGAN RAYA , ,00 91,63 96,58 30 DISTANBUNPANGAN KABUPATEN POHUWATO , ,00 91,37 95,57 31 DISHUTBUN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH , ,00 90,23 95,51 32 DISTANBUNHUT KABUPATEN BENGKULU TENGAH , ,00 89,95 94,50 33 DISHUTBUN KABUPATEN BENER MERIAH , ,00 89,32 94,47 34 DISHUTBUN KABUPATEN SANGGAU , ,00 88,44 99,44 35 DISBUN KABUPATEN KOTABARU , ,00 88,20 87,41 36 DISBUNHUT KABUPATEN BANGKA TENGAH , ,00 87,93 92,40 37 DISHUTBUN KABUPATEN PIDIE , ,00 87,52 92,38 38 DISBUN KABUPATEN MUARA ENIM , ,00 87,06 93,35 39 DISHUTBUN KABUPATEN BULUKUMBA , ,00 86,83 92,34 40 DISHUTBUN KABUPATEN BANGKA , ,00 86,54 92,33 41 DISTANBUN KABUPATEN PANDEGLANG , ,00 86,41 90,32 42 DISHUTBUN KABUPATEN ACEH UTARA , ,00 85,29 93,26 43 DISBUN KABUPATEN TABALONG , ,00 85,08 90,25 44 DISTANPANGANBUN KABUPATEN TANAH LAUT , ,00 81,59 89,08 45 DISHUTBUN KABUPATEN LUWU UTARA , ,00 81,25 88,06 46 DISHUTBUN KABUPATEN MAJENE , ,00 78,96 82,08 47 DISBUN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR , ,00 73,05 82,65 48 DISBUNPANGANNAKPERIKANAN KABUPATEN KUTAI BARAT , ,00 72,22 81,44 49 DISBUNHUT KABUPATEN BANGKA SELATAN , ,00 66,04 75,30 50 DISBUN KABUPATEN BATUBARA , ,00 40,67 40,24 Untuk Satker UPT Pusat dan Satker Ditjen Perkebunan dengan capaian serapan keuangan yang tertinggi sampai dengan yang terendah dapat diurutkan sebagaimana berikut ini : 133

154 No UPT PUSAT DAN DITJEN PERKEBUNAN PAGU REALISASI (Rp.) KEUANGAN (Rp.) % FISIK I UPT PUSAT 1 BALAI BESAR (BBP2TP) AMBON , ,00 97,48 99,45 2 BALAI BESAR (BBP2TP) SURABAYA , ,00 95,90 99,79 3 BALAI PROTEKSI TAN. PERKEB. PONTIANAK , ,00 92,92 96,65 4 BALAI BESAR (BBP2TP) MEDAN , ,00 91,36 99,57 II DITJEN. PERKEBUNAN 1 DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN , ,00 88,07 90,55 2 DIRAT PENANGANAN PASCA PANEN , ,00 81,80 88,12 3 DIRAT TANAMAN TAHUNAN , ,00 78,95 90,35 4 DIRAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR , ,00 77,55 92,52 5 SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN , ,00 69,46 92,10 6 DIRAT TANAMAN SEMUSIM , ,00 61,73 70, Penilaian Kinerja per Satker Tahun 2015 Penilaian kinerja disusun sesuai dengan Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun Pedoman tersebut mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun Penilaian ini dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua parameter. Rincian bobot masing-masing parameter sebagai berikut : a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III bobotnya 15%; b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya 35%; c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%; d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%; 134

155 e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian negara) bobotnya 5%. Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: 0% - 59% : Kurang/Tidak Berhasil 60% - 79% : Cukup Berhasil 80% - 95% : Berhasil > 95% : Sangat Berhasil Berdasarkan pengalaman beberapa tahun belakangan ini, pelaksanaan pembangunan perkebunan sampai dengan triwulan III (<50%) masih sangat lambat belum sesuai dengan target yang ditetapkan Menteri Pertanian yaitu sebesar 70%. Oleh karena itu perlu terobosan-terobosan untuk memotivasi satker dalam mempercepat penyerapan anggaran dan merealisasikan pembangunan fisiknya, yang salah satunya adalah penilaian kinerja secara berkala baik triwulan maupun tahunan Hasil Penilaian Kinerja Triwulan (PKTw) Penilaian kinerja per triwulan hanya dilaksanakan dari triwulan I (31 Maret 2015) sampai dengan triwulan III (30 September 2015). Adapun hasil penilaian per triwulan sebagai berikut: Hasil Penilaian Kinerja Triwulan I tahun 2015 Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 31 Maret 2015 (Triwulan I) sebesar 0,96% atau Rp ,- dari pagu anggaran sebesar Rp ,-. Untuk realisasi keuangan 135

156 tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 25%), maka telah mencapai 0,96%. Berdasarkan rasio capaian masing-masing satker terhadap target yang ditetapkan Menteri Pertanian pada triwulan I (minimal 25%), diperoleh penilaian dengan katagori sangat berhasil sebanyak 0 satker dari 88 satker (0%), berhasil sebanyak 3 satker (3,41%), cukup berhasil sebanyak 1 satker (1,14%) dan sisanya sebanyak 84 satker yang masuk kategori kurang berhasil (95,45%). Adapun rinciannya sebagai berikut: No. Satker Sangat Berhasil Cukup Kurang berhasil berhasil berhasil 1. Pusat Balai/UPT Provinsi Kabupaten/kota Total Hasil Penilaian Kinerja Triwulan II tahun 2015 Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 30 Juni 2015 (Triwulan II), realisasi keuangan sesuai SPAN dan SMART sebesar Rp ,- atau 7,95% dari total pagu anggaran sebesar Rp ,-. Untuk realisasi keuangan tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 50%), maka hanya mencapai 15,89%. Target kinerja yang digunakan sesuai arahan Menteri Pertanian yaitu minimal 50% pada triwulan II. Berdasarkan rasio capaian masing-masing satker terhadap target yang ditetapkan Menteri Pertanian pada triwulan II diperoleh penilaian dengan kategori yaitu satker yang capaiannya 136

157 tergolong sangat berhasil berjumlah 4 satker dari 88 satker (4,55%), berhasil berjumlah 1 satker (1,14%), cukup berhasil berjumlah 6 satker (6,82%), dan kurang berhasil berjumlah 77 satker (87,50%). Adapun rinciannya sebagai berikut: No. Satker Sangat Berhasil Cukup Kurang berhasil berhasil berhasil 1. Pusat Balai/UPT Provinsi Kabupaten/kota Total Capaian kinerja pada triwulan II lebih baik dibandingkan triwulan I, dengan diindikasikan dari peningkatan satker yang masuk kategori sangat berhasil memperoleh penilaian dari 0% menjadi 4,55% (ada 4 satker yang penilaiannya meningkat). Sedangkan satker yang masuk kategori kurang/tidak berhasil terjadi penurunan dari 95,45% menjadi 87,50% (berkurang 7 satker dari 84 satker menjadi 77 satker yang penilaiannya kurang berhasil) Hasil Penilaian Kinerja Triwulan III tahun 2015 Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 30 September 2015 (Triwulan III), realisasi keuangan sesuai SPAN dan SMART sebesar Rp ,- atau 24,44% dari total pagu anggaran sebesar Rp ,- (setelah adanya penghematan anggaran). Untuk realisasi keuangan tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 75%), baru mencapai 32,59%. 137

158 Target kinerja yang digunakan sesuai arahan Menteri Pertanian yaitu minimal 75% pada triwulan III. Berdasarkan rasio capaian masing-masing satker terhadap target yang ditetapkan Menteri Pertanian tersebut, satker yang capaiannya tergolong sangat berhasil berjumlah 8 satker dari 88 satker (9,09%), berhasil berjumlah 7 satker (7,95%), cukup berhasil berjumlah 11 satker (12,50%) dan kurang berhasil berjumlah 62 satker (70,45%). Adapun rinciannya sebagai berikut: No. Satker Sangat Berhasil Cukup Kurang berhasil berhasil berhasil 1. Pusat Balai/UPT Provinsi Kabupaten/kota Total Hasil Penilaian Kinerja Triwulan IV tahun 2015 Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 31 Desember 2015 (Triwulan IV), realisasi keuangan sesuai SPAN dan SMART sebesar Rp ,- atau 79,33% dari total pagu anggaran sebesar Rp ,- (setelah adanya penghematan anggaran). Untuk realisasi keuangan tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 95%), baru mencapai 79,33%. Capaian kinerja pada triwulan IV cukup mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III. Jika dilihat dari satker yang masuk kategori sangat berhasil yaitu meningkat 26,14% dari 8 satker menjadi 23 satker, untuk yang berhasil meningkat 56,82% dari 7 satker menjadi 50 satker, 138

159 cukup berhasil juga meningkat 13,64% dari 11 satker menjadi 12 satker dan kurang berhasil turun menjadi 3,41% yaitu dari 62 satker menjadi 3 satker. No. Satker Sangat Berhasil Cukup Kurang berhasil berhasil berhasil 1. Pusat Balai/UPT Provinsi Kabupaten/kota Total Rincian perkembangan penilaian kinerja dari triwulan I sampai dengan triwulan IV tahun 2015 untuk masing-masing satker lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan dapat dilihat sebagaimana disajikan pada Laporan Penilaian Kinerja Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Hasil Penilaian Kinerja Tahunan (PKTh) Capaian kinerja Pembangunan Perkebunan sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi keuangan sebesar Rp ,- atau 79,33% dari total pagu anggaran sebesar Rp ,-, (setelah adanya penghematan anggaran). Untuk realisasi keuangan tersebut bila dibandingkan dengan target kinerja Menteri Pertanian (minimal 95%), baru mencapai 77,96% dengan realisasi fisik mencapai 86,97%. Kriteria tingkat keberhasilan kinerja yang digunakan adalah standar yang telah disepakati oleh Kementerian Pertanian yaitu realisasi 0% - 59% katagori kurang/tidak berhasil, 60% - 79% katagori cukup berhasil, 80% - 95% katagori berhasil dan > 95% katagori sangat berhasil. 139

160 Hasil penilaian kinerja tahunan tahun 2015 ini dilakukan dengan menjumlah bobot tertimbang dari parameter (1) capaian/realisasi keuangan, (2) capaian/realisasi fisik, (3) penilaian penyampaian laporan dan (4) penilaian atas tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP dengan mengacu pada Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan Tahun Capaian fisik pada tahun 2015 mencapai 86,97% atau mengalami penurunan 5,93% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 92,90%. Hal ini disebabkan dari adanya perubahan anggaran dari anggaran Refocusing ke APBN Perubahan sehingga adanya penambahan kegiatan teritama untuk belanja barang fisik (kontraktual), yang proses pengadaannya cukup memerlukan waktu. Meskipun demikian keteraturan dan ketaatan pelaporan telah dilakukan dengan baik oleh setiap satker karena adanya interaksi dua arah yang cuku baik. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun Kinerja masing-masing satker lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 sebagaimana disajikan dalam Laporan Penilaian Kinerja Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut. Dalam mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan dan terkait dengan keragaan pembangunan perkebunan yang telah mampu dicapai, perubahan lingkungan strategis, permasalahan, tantangan dan peluang 140

161 yang dihadapi serta tuntutan pembangunan ke depan dan tujuan serta program pembangunan perkebunan pada tahun 2015, maka terdapat permasalahan dan upaya penyelesaian serta rencana tindak lanjut yang dapat diuraikan sebagai berikut: Permasalahan Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2015 secara umum adalah tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih belum memadai dari jaringan irigasi dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan secara terinci dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan Administrasi Secara administrasi masih ditemui di banyak satker permasalahan sebagai berikut: 1) Terlambatnya usulan proposal kegiatan dari daerah (provinsi dan kabupaten/kota); 2) Masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan, bahkan sampai bulan Oktober 2015 masih ada usulan revisi; 141

162 3) Seluruh jenis belanja untuk pengembangan perkebunan di daerah masuk dalam kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender; 4) Keterbatasan SDM terutama di Satker Provinsi yang memiliki anggaran besar, sedikitnya TP Mandiri sehingga distribusi anggaran terbatas/pelaksana terbatas, terlambatnya penetapan pengelola keuangan, besarnya penambahan anggaran perubahan yang terbit pada awal bulan April 2015 yang diikuti oleh ketidaksiapan Satker; 5) Belum adanya sinergi yang baik antara Dinas dengan Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan antara pusat dengan pelaksana di Satker daerah/antara Dinas Provinsi dengan Dins Kabupaten atau Kota (khususnya TP Provinsi); 6) Pelelangan yang terpusat di ULP Pemprov/Pemkab/Pemkot masih memprioritaskan kegiatan bersumber dari APBD dan infrastruktur sehingga pelaksanaan kegiatan Dinas yang membidangi perkebunan mengantri dalam waktu yang lama; 7) Pelaksana kegiatan atau penggunaan anggaran yang tidak mengikuti ROPAK; 8) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota dalam proses pengadaan barang dan jasa kegiatan yang di danai APBN; 9) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kurang optimalnya sistem Monev dan Pelaporan. 142

163 Teknis Perencanaan 1) Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan rencana penanaman (menunggu musim); 2) Penentuan kegiatan dalam usulan proposal belum sepenuhnya memperhatikan arus bawah secara berjenjang dan koordinasi dalam penentuan kegiatan kurang optimal; 3) Unit cost yang terlalu kecil; 4) Sertifikasi lahan petani belum semuanya ada; 5) Pengetahuan dan pemahaman rencana terhadap ROPAK belum optimal menyebabkan pelaksanaan kegiatan tertunda; 6) Pimpinan, penanggungjawab dan petugas/pelaksana kegiatan belum sepenuhnya memahami Pedoman Teknis dan Pedoman- Pedoman lainnya; 7) Beberapa kegiatan utama belum didukung oleh identifikasi dan penyediaan data CP/CL yang akurat ; 8) Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; 9) Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan perkebunan, baik yang bersumber dari APBN, PAD maupun Dana Perimbangan; 143

164 10) Rencana kegiatan belum didukung oleh kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam; 11) Rencana Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum sinergis dengan rencana pengembangan tebu secara keseluruhan. Karena ditangani oleh Instansi yang berbeda; 12) Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK yang belum selesai; 13) Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; 14) Beberapa kegiatan masih menunggu dan menyesuaikan dengan musim hujan; 15) Terjadinya anomali iklim Pengorganisasian 1) Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk; 2) SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; 3) Kurangnya koordinasi transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, pelaksana kegiatan dan pelaksana Monev dan Pelaporan; 4) Kapabiliti UPTD pada umumnya masih belum optimal; 5) Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan (petugas dan petani); 6) Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; 144

165 7) Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu; 8) Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan; 9) Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik; 10) lembaga Penjaminan Kredit Petani belum memadai; 11) Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 12) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten; 13) Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; 14) Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha Pelaksanaan 1) Terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Kelompok Tani penerima Bansos harus berbadan hukum dan terkait dengan aturan bahwa petani/kelompok tani penerima Bansos tidak diperbolehkan lebih dari 2 (dua) kali berturut-turut menerima bantuan; 145

166 2) Dinas yang menangani perkebunan di Kabupaten/Kota menangalami keterlambatan/kesulitan dalam menyiapkan dan melengkapi persyaratan CP/CL dan adanya petani penerima Bansos tahun sebelumnya yang terjerat aparat hukum; 3) Kurangnya koordinasi dan sosialisasi antara Dinas yang menangani Perkebunan di Provinsi dengan Kabupaten/Kota, sehingga Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; 4) Pelaksanaan pemupukan mengalami keterlambatan karena proses pencairan dana ke rekening kelompok tani terlambat; 5) Pelaksanaan kegiatan bongkar ratoon dan perluasan tebu tidak berjalan optimal, dikarenakan tidak tersedianya benih sesuai standar teknis; 6) Belum seluruhnya lokasi merealisasikan benih kuljar untuk tebu dan merivisi menjadi KBD konvensional; 7) Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over; 8) Proses pengadaan alat dan mesin terlambat, mengakibatkan pelaksanaan kegiatan pengolahan tanah terlambat; 9) Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas; 10) Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani belum memadai; 146

167 11) Brigade proteksi tanaman kurang berfungsi; 12) Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota; 13) Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan jalan usaha tani; 14) Unit Fermentasi Biji Kakao belum beroperasi secara optimal; 15) Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Perkebunan yang tercatat dan ditatausahakan di Daerah sebagian besar merupakan aset eks. Proyek-Proyek Direktorat Jenderal Perkebunan yang perolehannya mulai dari tahun Kondisi aset tersebut sebagian besar telah rusak berat 16) Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan modal untuk menampung hasil produksi anggotanya Pengawasan 1) Monev dan Pelaporan belum berjalan secara cepat, tepat dan akurat; 2) Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi penanganan Monev dan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan serta hasil pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan; 3) Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 4) Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana. 147

168 Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi tersebut meliputi: Administrasi 1) Membuat penetapan kinerja (PK) antara Dirjen Perkebunan selaku pemberi amanah dengan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi/Kab/Kota selaku pelaksanan pembangunan perkebunan di daerah yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2015 di Hotel Royal Bogor; 2) Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; 3) Mendorong percepatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 4) Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll); 5) Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan benih; 6) Penerapan reward dan punishment; 7) Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai rencana operasional kegiatan; 8) Proses usul penghapusan BMN yang tidak ditemukan dan kondisi rusak berat; 148

169 9) Proses usul Hibah BMN Dekonsentrasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota 10) Proses usul Hibah BMN Tugas Pembantuan kepada Pemerintah Daerah dimana SKPD BMN tersebut tercatat. 11) Pencapaian pelaksanaan anggaran tahun 2015 sebagai pertanggungjawaban moral dan pemanfaatan anggaran kepada pemerintah maupun masyarakat; 12) Menyiapkan dan menyampaikan laporan keuangan (SAK dan SIMAK- BMN) semester II TA 2015 Kepada UAPPA/B Wilayah dan UAPPA/B E-1 Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan tepat waktu; 13) Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL. 14) Kontrak yg sudah selesai untuk segera dibayarkan dengan menempatkan uang jaminan di bank untuk memastikan pekerjaan pembibitan selesai sesuai dengan kontrak Teknis Perencanaan 1) Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi agar segera ditindak lanjuti; 2) Meminimalisir revisi anggaran dengan mematangkan sistem perencanaan dan mempercepat proses revisi bila ada; 3) Mencairkan dana secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 149

170 4) Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya dan mempercepat penetapan CP/CL serta dukungan administrasi lainnya dengan eksekusi/penetapan/ pelaksanaan lebih awal; 5) Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi melakukan koordinasi lebih intensif dengan Kabupaten dan harus ada dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas anggaran, dll Pengorganisasian 1) Telah dilaksanakan pembagian tugas antara Sekretariat dan Direktorat sebagai penanggung jawab capaian fisik kegiatan dan keuangan sesuai komoditas dari tugas dan fungsi serta wilayah binaan; 2) Evaluasi kinerja satker setiap bulan dan triwulan yang disampaikan kepada setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian; 3) Menyampaikan hasil penilaian capaian kinerja satker setiap triwulan kepada Gubernur/ Bupati/Walikota dengan tembusan seluruh Satker otonom Provinsi/Kab/Kota; 4) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 5) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan dalam melaksanakan kegiatan; 150

171 6) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI dan efektifitas Koordinasi di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 7) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapangan/petani; 8) Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan; 9) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 10) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; 11) Penyediaan dana penjaminan untuk kredit KPEN-RP melalui dana pemerintah, khususnya untuk komoditi Karet dan Kakao, diusulkan kepada Kemenkeu; 12) Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk mengalokasikan pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 13) Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional; 14) Meminimalkan campur tangan dari pihak lain, seperti Bupati, DPRD, dll. 151

172 Pelaksanaan 1) Memepercepat sosialisasi Pedum/Pedoman Teknis dan ditindaklanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis kegiatan disosialisasikan secara cepat; 2) Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan penyerapan keuangan dengan meningkatkan pemantauan kinerja secara teknis dan administrasi; 3) Pengadaan barang/jasa bersumber APBN adalah melalui ULP UPT Pusat yang berada didaerah tersebut. Hal ini dimungkinkan karena didalam Perpres No. 70 tahun 2012 dan perubahannya tidak mengatur pelelangan harus dipusatkan pada tempat tertentu, bahkan berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya ada suatu Kabupaten tidak ada ULP maka proses pelelangan dilaksanakan oleh ULP provinsi dimana kabupaten itu berada. 4) Diupayakan unit cost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; 5) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; 6) Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit, (didahulukan dengan cover letter jikasertifikasi lahan petani belum ada); 152

173 7) Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan; 8) Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja; 9) Pencairan dana dimulai secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 10) Mempercepat penyelesaian piutang negara pada petani eks Proyek UPP tersebut dengan (a) Penghapusan non pokok (bunga dan denda) Pinjaman petani dan (b) Pengendalian piutang negara pada petani; 11) Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupaten; 12) Meningkatkan intensitas sosialisasi ISPO kepada stakeholder terkait; 13) Penerapan kemitraan usaha antara lain melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam rangka untuk mencegah terjadinya gangguan usaha perkebunan Pengawasan 1) Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan; 2) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan petugas pusat ke satker daerah; 153

174 3) Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan secara intensif; 4) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI dan alur Monev dan Pelaporan yang baik di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 5) Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian negara, khususnya temuan lama; 6) Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit (TLHA); 7) Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan, baik melalui , faksimile, telepon maupun media lainnya; 8) Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan. 154

175 Kementerian Pertanian BAB IV P E N U T U P

176 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan yang disusun merupakan salah satu pertanggung-jawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-1 (Pertama) pada periode Pembangunan Perkebunan tahun Kesemuanya itu merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan tahun dalam Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada tahun Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun yang menjadi tanggung jawab adalah: Peningkatan produksi, produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan melalui peremajaan, perluasan, rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan, yang didukung oleh penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, pelaksanaan perlindungan perkebunan, manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan, dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman. 155

177 Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana dari APBN dengan total alokasi anggaran awal (refocusing) pada bulan Maret 2015 sebesar Rp ,-. Pada tanggal 13 April 2015 terjadi revisi I karena mendapat anggaran tambahan yang disebut APBN Perubahan (APBN-P) menjadi sebesar Rp ,-. Kemudian dilakukan revisi ke 2 dengan pengurangan anggaran untuk kegiatan tanaman pangan pada tanggal 10 Juli 2015 terhadap total alokasi pengelolaan anggaran, sehingga menjadi sebesar Rp ,-. Pada tanggal 28 Agustus 2015 dilakukan revisi ke 3 karena adanya penambahan dana menjadi sebesar Rp ,-. Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2015 dilakukan revisi ke 4 dengan pengurangan anggaran sebesar Rp ,- untuk kenaikan tunjangan kinerja pegawai di Kementerian Pertanian sehingga total anggaran menjadi sebesar Rp ,-. Dana tersebut untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di 88 satker baik di Pusat maupun Daerah berupa dana Dekonsentrasi, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kabupaten. Adapun kegiatan utama tersebut meliputi: (1) Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim; (2) Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan penyegar; (3) Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tahunan; (4) Dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha; (5) Dukungan perlindungan perkebunan; (6) Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya; (7) Dukungan 156

178 pengujian dan pengawasan mutu benih serta penyiapan teknologi proteksi tanaman Perkebunan di 3 UPT Pusat di Daerah (BBPPTP Medan, BBPPTP Surabaya dan BBPPTP Ambon). Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama enam tahun terakhir ( ), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (10,39%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, keterlibatan tenaga kerja di sektor perkebunan mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang mencapai 2,50%. Neraca perdagangan untuk komditi perkebunan yang sedikit peningkatan sebesar 0,73% dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 3,17% per tahun. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, selama 6 tahun ( ) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,21% per tahun dari 32,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 41,67 juta ton pada tahun Bila dibandingkan dengan target Renstra sesuai Rencana Kinerja Tahunan (RKT) atau Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 bahwa capaian produksi 16 komoditas unggulan mencapai 41,67 juta ton dari target sebesar 42,69 juta ton atau mencapai 97,59%. Namun meningkat menjadi 103,47% bila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2014 yang besarnya 40,27 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,47%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana 157

179 Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 2015 mencapai 83,01%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2015 yang nilainya 23,61 juta hektar, maka capaiannya sebesar 135,67%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 1,45% atau mencapai 101,45% dari 23,27 juta hektar menjadi 23,60 juta hektar untuk tahun Terhadap target Renstra yang besarnya 18,29 juta ha, maka kinerja tahun 2015 sudah mencapai 129,09%. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2015 sebesar Rp ,- dari total pagu sebesar Rp ,- atau keuangan mencapai 79,33% dengan capaian fisik seluruhnya 86,97%. Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2015 secara umum adalah adanya perubahan iklim akibat pemanasan global (implikasi terhadap munculnya bencana alam dan peningkatan serangan 0PT), kondisi keberlangsungan kelembagaan petani/pekebun (implikasi lemahnya posisi tawar lembaga petani/pekebun), permodalan petani yang masih sulit di akses, sarana dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, 158

180 pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik Saran Rekomendasi yang disusun dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan laporan pertanggungjawaban pimpinan pada akhir tahun anggaran dan merupakan tahun ke 1 (pertama) dari periode 5 (lima) tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan Kabinet Kerja, Kerja dan Kerja di lingkungan Kementerian Pertanian. Laporan ini merupakan sistem yang sangat aspiratif dalam mendukung penilaian kinerja suatu unit kerja seperti Direktorat Jenderal Perkebunan. Berdasarkan pengalaman penyusunan laporan yang telah dibuat, perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses penilaian mulai dari penyusunan perencanaan, perekaman penyelenggaraan kegiatan, sampai dengan kompilasi pelaporan penyelenggaraan maupun cara penilaiannya. Berdasarkan permasalahan dan target yang ditetapkan, maka direkomendasikan sebagai berikut: 1) Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu, perlu disiapkan secara cermat dengan penyediaan benih unggul bermutu melalui pembangunan Kebun Benih Induk (KBI) dan Kebun Benih Datar (KBD) menggunakan teknik kultur jaringan, bantuan alat dan mesin pertanian, bongkar ratoon, rawat ratoon dan perluasan areal pada daerah potensial pengembangan tebu; 2) Revitalisasi perkebunan, capaiannya hingga saat ini masih jauh dari target semula yang 2 juta hektar. Provinsi yang tidak 159

181 menunjukkan kemajuan dalam pelaksanaan program ini sebaiknya tidak perlu lagi dialokasikan anggaran untuk tahun berikutnya; 3) Pengembangan tembakau perlu ditinjau ulang karena produktivitasnya yang hanya mencapai 955 kg/ha atau 93,63% dari target kg/ha, padahal diberikan secara penuh benihnya dan sebagian pupuk. Sebaiknya penggunaan benih virginia dialihkan ke benih lainnya yang bersertifikat untuk dapat mengungkit peningkatan produktivitas; 4) Pengembangan tanaman penghasil bahan bakar nabati, khususnya kemiri sunan yang capaian produktivitasnya sangat rendah bahkan tidak terlaksana padahal telah ditargetkan sebesar kg/ha. Sepanjang produk tersebut tidak dapat bersaing, maka pengembangan komoditi tersebut kurang bermanfaat dan cenderung ditinggalkan oleh petani; 5) Pengembangan kelapa sawit yang merupakan komoditi ekspor, namun produktivitasnya masih rendah yaitu mencapai kg/ha atau 92,18% dari target kg/ha. Hal ini perlu perhatian pihak stakeholders terutama dalam pemilihan bibit unggul yang akan dibudidayakan dan pangsa pasarnya. 6) Pengembangan kakao untuk peningkatan produktivitas kakao yang telah dilakukan dengan Gernas kakao yaitu kegiatan peremajaan yang hasilnya semula 150 kg/ha mejadi 600kg/ha pada TM 4, rehabilitasi yang hasilnya semula 350 kg/ha menjadi 950kg/ha, intensifikasi dengan hasil semula 400 kg/ha menjadi 600kg/ha. Kegiatan rehabilitasi kakao melalui sambung samping mampu 160

182 menghasilkan produksi lebih dari 2 ton/ha dalam waktu yang singkat, dengan pemeliharaan yang intensif. Dengan capaian produksi yang meningkat tersebut menarik para petani kakao untuk melakukan sambung samping secara swadaya; 7) Pengembangan kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat mampu mengungkit pertumbuhan perekonomian daerah, hal ini ditandai dengan tumbuhnya industri kecil skala rumah tangga yang menghadirkan berbagai produk turunan kopi antara lain kopi bubuk klasik, kopi organik dan kopi strawberry serta kopi luwak. Sentra kopi luwak yang berada di Kecamatan Balik Bukit dijuluki Sentra Produsen kopi luwak liwa, yang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata dari manca negara. 8) Komoditi yang ditujukan untuk pengembangan ekspor perlu dicermati fluktuasi harga ditingkat petani yang cenderung merugikan petani, sehingga dapat lebih menggairahkan petani dalam melaksanakan usahataninya; 9) Kinerja Tim SPI baik pusat maupun satker daerah perlu dioptimalkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 10) Penilaian kinerja atas satker terbukti dapat meningkatkan realisasi keuangan dan fisik yang cukup signifikan, sehingga perlu dilanjutkan; 11) Laporan ini sangat berguna sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja pada tahun-tahun berikutnya. 161

183 Kementerian Pertanian L A M P I R A N

184 PENGUKURAN KINERJA OUTCOMES TAHUN 2015 (Berdasarkan Dari RKT / Renstra) Lampiran 1 Eselon I Program : Direktorat Jenderal Perkebunan. : Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Meningkatnya produksi dan produktivitas 16 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional perkebunan. I. Produksi tanaman (ribu ton) a Tebu (hablur) 2.972, ,99 84,05 b Kapas (kapas berbiji) 1,85 1,71 92,54 c Tembakau (daun kering) 279,60 202,32 72,36 d. Nilam (daun kering) 2,75 2,14 77,96 e. Karet (karet kering) 3.320, ,26 93,62 f. Kelapa sawit (CPO) , ,33 100,30 g. Kelapa (setara kopra) 3.309, ,48 h. Kopi (biji kering) 725,00 665,25 91,76 i. Kakao (biji kering) 773,00 661,24 85,54 j. Jambu mete (gelondong kering) 123,63 123,56 99,95 k. Lada (lada kering) 93,00 88,29 94,94 l. Cengkeh (bunga kering) 112,60 123,27 109,48 m T e h (daun kering) 159,60 154,55 96,84 161

185 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) n Pala (biji kering) 27,70 33,21 119,90 o Sagu (tepung sagu) 0,00 157,54 0 p Kemiri sunan (biji kering) 0,00 0,00 0 Jumlah Produksi 16 Komoditas , ,57 97,59 II. Produktivitas tanaman (kg/ha/tahun) a Tebu (hablur) ,42 b Kapas (kapas berbiji) ,20 c Tembakau (daun kering) ,63 d. Nilam (daun kering) ,86 e. Karet (karet kering) ,31 f. Kelapa sawit (CPO) ,18 g. Kelapa (setara kopra) ,70 h. Kopi (biji kering) ,01 i. Kakao (biji kering) ,22 j. Jambu mete (gelondong kering) ,78 k. Lada (lada kering) ,41 l. Cengkeh (bunga kering) ,24 m T e h (daun kering) ,03 n Pala (biji kering) ,22 o Sagu (tepung sagu) p Kemiri sunan (biji kering)

186 CAPAIAN KINERJA PROGRAM/KEGIATAN DITJEN PERKEBUNAN (Berdasarkan RKT) Tahun 2015 Lampiran 2 KODE KL PROG KEG PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Terwujudnya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal serta pengembangan sistem pertanian bioindustry b k l Laju peningkatan produksi tanaman tebu (%) 12,91 1,94 15,03 Laju peningkatan produksi tanaman unggulan perkebunan lainnya (%) 5,89 5,45 92, Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar Terlaksananya Pengembangan Tanaman Rempah Penyegar Pengembangan areal produktif tanaman Kopi (ribu Ha) 34,15 34,15 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman Teh (ribu Ha) 3,22 3,22 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman Kakao (ribu Ha) 184,91 183,52 99,25 Pengembangan areal produktif tanaman Lada (ribu Ha) 10,58 10,45 98,77 Pengembangan areal produktif tanaman Cengkeh (ribu Ha) 9,77 9,77 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman Pala (ribu Ha) 10,78 10,78 100,00 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah dan Penyegar (Orang) 27,94 27,94 100,00 Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan Penyegar (Ha) ,39 Pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman rempah dan penyegar (KT) 0 0 0,00 Perluasan areal tanaman rempah dan penyegar di lahan kering (ribu Ha) 0 0 0,00 Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar (dokumen) ,43 (%) 163

187 KODE KL PROG KEG PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN (%) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Semusim Terlaksananya Pengembangan Tanaman Semusim Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan Terlaksananya Pengembangan Tanaman Tahunan Pengembangan areal produktif tanaman Tebu (ribu Ha) 66,71 34,11 51,13 Pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya (ribu Ha) 8,44 7,97 94,43 Perluasan areal tanaman tebu di lahan kering (ribu Ha) 0 0 0,00 Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Semusim (dokumen) ,00 Pengembangan areal produktif tanaman Karet (ribu Ha) 19,99 19,44 97,25 Pengembangan areal produktif tanaman Kelapa (ribu Ha) 35,65 32,60 91,44 Pengembangan areal produktif tanaman Kelapa Sawit (ribu Ha) 7,99 6,74 84,36 Pengembangan areal produktif tanaman Sagu (ribu Ha) 1,10 1,10 100,00 Pengembangan areal produktif tanaman tahunan lainnya (ribu Ha) 1,72 1,72 100,00 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan (KT) ,22 Pembinaan dan pengawalan Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet, Kakao) (laporan) ,44 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan (Orang) ,98 Pengembangan Kebun Sumber Benih Tanaman Tahunan (Ha) ,00 Perluasan areal tanaman tahunan di lahan kering (ribu Ha) 0 0 0,00 Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Tahunan (dokumen) ,00 164

188 KODE KL PROG KEG PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN (%) Dukungan Penanganan Pasca Panen dan Pembinaan Usaha Dukungan Perlindungan Perkebunan Meningkatnya Penerapan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Perkebunan Menurunnya Luas Areal yang Terserang OPT dan Terfasilitasinya Pencegahan Kebakaran Lahan dan Kebun, Bencana Alam serta Dampak Perubahan Iklim Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan (kasus) ,00 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan (provinsi) ,00 Pembinaan Pascapanen Tanaman semusim (KT) ,00 Pembinaan Pascapanen Tanaman rempah dan penyegar (KT) ,00 Pembinaan Pascapanen Tanaman tahunan (KT) ,47 Koordinasi Pelaksanaan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha (dokumen) ,00 Pemberdayaan Perangkat (unit) ,81 SL-PHT Perkebunan (KT) ,04 Antisipasi Dampak Perubahan lklim (KT) ,00 Kesiapsiagaan pencegahan Kebakaran lahan dan kebun (dokumen) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan (ribu Ha) Pemberdayaan Petugas Pengamat OPT (Orang) 18 33, , ,00 98,35 93,16 Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan (Desa) Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Perlindungan Perkebunan (dokumen) ,00 100,00 165

189 KODE PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN KL PROG KEG (%) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Terfasilitasinya Pelayanan Perencanaan Program, Anggaran dan Kerjasama yang Berkualitas; Pelaksanaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Aset yang Berkualitas; Pelayanan Umum, Organisasi, Tata Laksana Kepegawaian, Humas, Hukum dan Administrasi Perkantoran yang Berkualitas; serta Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Penyediaan Data dan Informasi yang Berkualitas Dukungan Kegiatan Manajemen dan Teknis Lainnya (bulan) ,00 Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan (bulan) , Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan Jumlah dokumen perencanaan, keuangan dan perlengkapan, kepegawaian dan umum serta evaluasi dan pelaporan (dokumen) ,00 Sertifikasi dan pengujian mutu benih (juta batang) 17,19 109,48 636,88 Pembangunan kebun contoh, uji dempot dan uji koleksi (unit) ,71 Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan (paket teknologi) ,79 Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati (jenis) ,00 Koordinasi, pembinaan dan monev perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan (dokumen) ,67 166

190 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Lampiran 3 Lampiran 2 167

191 Lampiran 2 168

192 Lampiran 2 169

193 Lampiran 2 170

194 Lampiran 2 171

195 Lampiran 2 172

196 Lampiran 2 173

197 Lampiran 2 174

198 Lampiran 2 175

199 Lampiran 2 176

200 Lampiran 2 177

201 Lampiran 2 178

202 Lampiran 2 179

203 Lampiran 2 180

204 Lampiran 2 181

205 Lampiran 2 182

206 Lampiran 2 183

207 Lampiran 2 184

208 Lampiran 2 185

209 Lampiran 2 186

210 Lampiran 2 187

211 Lampiran 2 188

212 REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN TRIWULAN IV SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015 Lampiran 4 NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) JAWA BARAT , ,00 0, ,00 15, ,00 41, ,00 74,01 84,59 2 JAWA TENGAH , ,00 0, ,00 1, ,00 2, ,00 44,74 58,25 3 D. I. YOGYAKARTA , ,00 1, ,00 21, ,00 44, ,00 77,72 86,31 4 JAWA TIMUR , ,00 0, ,00 0, ,00 5, ,00 71,02 78,98 5 A C E H , ,00 0, ,00 4, ,00 14, ,00 84,60 90,71 6 SUMATERA UTARA , ,00 0, ,00 5, ,00 27, ,00 82,94 84,12 7 SUMATERA BARAT , ,00 2, ,00 14, ,00 72,11 96,61 8 R I A U , ,00 1, ,00 8, ,00 27, ,00 93,77 97,86 9 J A M B I , ,00 0, ,00 9, ,00 25, ,00 92,98 95,32 10 SUMATERA SELATAN , ,00 0, ,00 8, ,00 17, ,00 65,02 84,09 11 LAMPUNG , ,00 0, ,00 11, ,00 34, ,00 76,20 85,73 12 KALIMANTAN BARAT , ,00 0, ,00 3, ,00 21, ,00 91,42 96,81 13 KALIMANTAN TENGAH , ,00 0, ,00 23, ,00 36, ,00 93,98 95,39 14 KALIMANTAN SELATAN , ,00 1, ,00 27, ,00 42, ,00 83,98 89,78 15 KALIMANTAN TIMUR , ,00 0, ,00 4, ,00 12, ,00 71,67 81,18 16 SULAWESI UTARA , ,00 1, ,00 6, ,00 37, ,00 94,90 93,36 17 SULAWESI TENGAH , ,00 0, ,00 8, ,00 21, ,00 81,95 87,58 18 SULAWESI SELATAN , ,00 0, ,00 2, ,00 17, ,00 83,19 89,62 19 SULAWESI TENGGARA , ,00 0, ,00 16, ,00 46, ,00 96,03 99,77 20 MALUKU , ,00 0, ,00 10, ,00 31, ,00 89,38 96,92 189

213 NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) B A L I , ,00 0, ,00 5, ,00 26, ,00 84,69 90,37 22 NUSA TENGGARA BARAT , ,00 0, ,00 10, ,00 43, ,00 91,03 96,37 23 NUSA TENGGARA TIMUR , ,00 0, ,00 10, ,00 37, ,00 91,37 95,19 24 P A P U A , ,00 0, ,00 19, ,00 39, ,00 90,08 92,98 25 BENGKULU , ,00 1, ,00 6, ,00 29, ,00 96,72 99,50 26 MALUKU UTARA , ,00 1, ,00 12, ,00 40, ,00 94,76 98,54 27 B A N T E N , ,00 1, ,00 7, ,00 36, ,00 88,95 93,72 28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG , ,00 1, ,00 9, ,00 32, ,00 86,01 88,43 29 GORONTALO , ,00 1, ,00 9, ,00 35, ,00 76,79 86,84 30 KEPULAUAN RIAU , ,00 6, ,00 37, ,00 75,87 84,46 31 PAPUA BARAT , ,00 0, ,00 9, ,00 68, ,00 97,36 99,38 32 SULAWESI BARAT , ,00 0, ,00 8, ,00 28, ,00 87,10 92,42 33 KALIMANTAN UTARA , ,00 2, ,00 46,45 90,21 34 UPT PUSAT , ,00 19, ,00 37, ,00 70, ,00 93,65 98,89 35 P U S A T , ,00 4, ,00 9, ,00 36, ,00 71,66 89,48 TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN , ,00 0, ,00 7, ,00 24, ,00 79,33 86,97 190

214 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 1 JAWA BARAT , ,00 0, ,00 15, ,00 41, ,00 74,01 84,59 PROVINSI , ,00 0, ,00 11, ,00 36, ,00 69,45 81, DISBUN PROVINSI JAWA BARAT , ,00 3, ,00 29, ,00 49, ,00 98,30 99, DISBUN PROVINSI JAWA BARAT , ,00 0, ,00 10, ,00 36, ,00 68,57 80,85 KABUPATEN , ,00 0, ,00 32, ,00 64, ,00 95,86 99, DISHUTBUN KABUPATEN CIANJUR , ,00 2, ,00 78, ,00 97,52 99, DISBUN KABUPATEN GARUT , ,00 0, ,00 50, ,00 56, ,00 94,80 99,74 2 JAWA TENGAH , ,00 0, ,00 1, ,00 2, ,00 44,74 58,25 PROVINSI , ,00 0, ,00 1, ,00 2, ,00 44,74 58, DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH , ,00 9, ,00 26, ,00 58, ,00 90,09 99, DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH , ,00 0, ,00 0, ,00 1, ,00 44,47 58,00 KABUPATEN D. I. YOGYAKARTA , ,00 1, ,00 21, ,00 44, ,00 77,72 86,31 PROVINSI , ,00 1, ,00 21, ,00 44, ,00 77,72 86, DISHUTBUN PROVINSI D.I.YOGYAKARTA , ,00 7, ,00 41, ,00 75, ,00 98,91 99, DISHUTBUN PROVINSI D.I.YOGYAKARTA , ,00 1, ,00 20, ,00 42, ,00 76,46 85,50 KABUPATEN

215 NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 4 JAWA TIMUR , ,00 0, ,00 0, ,00 5, ,00 71,02 78,98 PROVINSI , ,00 0, ,00 0, ,00 5, ,00 71,02 78, DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR , ,00 4, ,00 20, ,00 52, ,00 82,33 99, DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR , ,00 0, ,00 0, ,00 5, ,00 70,96 78,88 KABUPATEN A C E H , ,00 0, ,00 4, ,00 14, ,00 84,60 90,71 PROVINSI , ,00 0, ,00 3, ,00 23, ,00 75,92 83, DISBUN PROVINSI ACEH , ,00 1, ,00 6, ,00 22, ,00 43,94 45, DISBUN PROVINSI ACEH , ,00 0, ,00 3, ,00 23, ,00 77,41 85,35 KABUPATEN , ,00 0, ,00 5, ,00 9, ,00 89,44 94, DISHUTBUN KABUPATEN BENER MERIAH , ,00 5, ,00 6, ,00 89,32 94, DISHUTBUN KABUPATEN PIDIE , ,00 2, ,00 46, ,00 87,52 92, DISHUTBUN KABUPATEN ACEH UTARA , ,00 2, ,00 12, ,00 46, ,00 85,29 93, DISHUTBUN KABUPATEN ACEH TIMUR , ,00 1, ,00 31, ,00 94,22 99, DISHUTBUN KABUPATEN NAGAN RAYA , ,00 1, ,00 23, ,00 91,63 96,58 192

216 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 6 SUMATERA UTARA , ,00 0, ,00 5, ,00 27, ,00 82,94 84,12 PROVINSI , ,00 0, ,00 4, ,00 27, ,00 85,46 86, DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA , ,00 2, ,00 33, ,00 49, ,00 95,92 94, DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA , ,00 0, ,00 2, ,00 26, ,00 84,81 86,24 KABUPATEN , ,00 10, ,00 15, ,00 40,67 40, DISBUN KABUPATEN BATUBARA , ,00 10, ,00 15, ,00 40,67 40,24 7 SUMATERA BARAT , ,00 2, ,00 14, ,00 72,11 96,61 PROVINSI , ,00 2, ,00 12, ,00 70,17 96, DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT , ,00 14, ,00 48, ,00 88,47 95, DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT , ,00 2, ,00 10, ,00 69,35 96,39 KABUPATEN , ,00 6, ,00 35, ,00 94,38 99, DISBUN KABUPATEN PASAMAN BARAT , ,00 6, ,00 35, ,00 94,38 99,72 8 R I A U , ,00 1, ,00 8, ,00 27, ,00 93,77 97,86 PROVINSI , ,00 0, ,00 4, ,00 18, ,00 93,43 97, DISBUN PROVINSI RIAU , ,00 1, ,00 8, ,00 17, ,00 93,93 99, DISBUN PROVINSI RIAU , ,00 0, ,00 4, ,00 18, ,00 93,32 97,00 KABUPATEN , ,00 4, ,00 19, ,00 59, ,00 94,96 99, DISBUN KABUPATEN KAMPAR , ,00 1, ,00 14, ,00 46, ,00 92,75 99, DISHUTBUN KABUPATEN MERANTI , ,00 6, ,00 23, ,00 72, ,00 97,08 99,85 193

217 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 9 J A M B I , ,00 0, ,00 9, ,00 25, ,00 92,98 95,32 PROVINSI , ,00 0, ,00 9, ,00 25, ,00 92,98 95, DISBUN PROVINSI JAMBI , ,00 1, ,00 8, ,00 14, ,00 92,82 93, DISBUN PROVINSI JAMBI , ,00 0, ,00 9, ,00 27, ,00 93,01 95,65 KABUPATEN SUMATERA SELATAN , ,00 0, ,00 8, ,00 17, ,00 65,02 84,09 PROVINSI , ,00 0, ,00 2, ,00 13, ,00 59,90 82, DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN , ,00 3, ,00 11, ,00 20, ,00 89,77 91, DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN , ,00 0, ,00 1, ,00 12, ,00 57,44 82,22 KABUPATEN , ,00 0, ,00 25, ,00 32, ,00 80,76 87, DISBUN KABUPATEN MUARA ENIM , ,00 0, ,00 0, ,00 2, ,00 87,06 93, DISBUN KABUPATEN MUSI RAWAS , ,00 0, ,00 21, ,00 31, ,00 92,23 93, DISBUN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR , ,00 38, ,00 47, ,00 73,05 82,65 11 LAMPUNG , ,00 0, ,00 11, ,00 34, ,00 76,20 85,73 PROVINSI , ,00 0, ,00 11, ,00 34, ,00 76,20 85, DISBUN PROVINSI LAMPUNG , ,00 3, ,00 28, ,00 49, ,00 95,56 99, DISBUN PROVINSI LAMPUNG , ,00 0, ,00 11, ,00 33, ,00 75,95 85,55 KABUPATEN

218 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 12 KALIMANTAN BARAT , ,00 0, ,00 3, ,00 21, ,00 91,42 96,81 PROVINSI , ,00 1, ,00 4, ,00 16, ,00 90,06 94, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT , ,00 0, ,00 7, ,00 14, ,00 91,25 95, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT , ,00 1, ,00 3, ,00 16, ,00 89,84 94,49 KABUPATEN , ,00 0, ,00 3, ,00 27, ,00 93,16 99, DISHUTBUN KABUPATEN SANGGAU , ,00 0, ,00 3, ,00 13, ,00 88,44 99, DISHUTBUN KABUPATEN SINTANG , ,00 3, ,00 30, ,00 93,55 98, DISBUNHUT KABUPATEN KAPUAS HULU , ,00 0, ,00 40, ,00 98,08 99, DISHUTBUN KABUPATEN BENGKAYANG , ,00 0, ,00 4, ,00 37, ,00 96,31 99,82 13 KALIMANTAN TENGAH , ,00 0, ,00 23, ,00 36, ,00 93,98 95,39 PROVINSI , ,00 1, ,00 27, ,00 37, ,00 94,30 94, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH , ,00 1, ,00 5, ,00 12, ,00 97,35 95, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH , ,00 1, ,00 34, ,00 46, ,00 93,29 94,66 KABUPATEN , ,00 3, ,00 30, ,00 92,31 97, DISBUN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT , ,00 3, ,00 30, ,00 92,31 97,62 14 KALIMANTAN SELATAN , ,00 1, ,00 27, ,00 42, ,00 83,98 89,78 PROVINSI , ,00 1, ,00 23, ,00 42, ,00 83,01 89, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN , ,00 1, ,00 9, ,00 22, ,00 72,98 81, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN , ,00 1, ,00 28, ,00 49, ,00 86,61 92,33 KABUPATEN , ,00 0, ,00 37, ,00 44, ,00 86,38 90, DISTANPANGANBUN KABUPATEN TANAH LAUT , ,00 0, ,00 2, ,00 11, ,00 81,59 89, DISHUTBUN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH , ,00 0, ,00 86, ,00 88, ,00 90,23 95, DISBUN KABUPATEN KOTABARU , ,00 1, ,00 4, ,00 88,20 87, DISBUN KABUPATEN TABALONG , ,00 66, ,00 82, ,00 85,08 90,25 195

219 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 15 KALIMANTAN TIMUR , ,00 0, ,00 4, ,00 12, ,00 71,67 81,18 PROVINSI , ,00 0, ,00 5, ,00 14, ,00 71,57 81, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR , ,00 2, ,00 5, ,00 12, ,00 72,91 81, DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR , ,00 5, ,00 15, ,00 71,02 80,98 KABUPATEN , ,00 0, ,00 2, ,00 72,22 81, DISBUNPANGANNAKPERIKANAN KABUPATEN KUTAI BARAT , ,00 0, ,00 2, ,00 72,22 81,44 16 SULAWESI UTARA , ,00 1, ,00 6, ,00 37, ,00 94,90 93,36 PROVINSI , ,00 1, ,00 3, ,00 32, ,00 94,52 92, DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA , ,00 8, ,00 24, ,00 59, ,00 96,13 94, DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA , ,00 0, ,00 3, ,00 31, ,00 94,46 92,72 KABUPATEN , ,00 7, ,00 35, ,00 88, ,00 99,19 99, DISBUN KABUPATEN MINAHASA SELATAN , ,00 7, ,00 35, ,00 88, ,00 99,19 99,96 17 SULAWESI TENGAH , ,00 0, ,00 8, ,00 21, ,00 81,95 87,58 PROVINSI , ,00 0, ,00 7, ,00 18, ,00 78,94 85, DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH , ,00 3, ,00 25, ,00 45, ,00 94,84 98, DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH , ,00 0, ,00 6, ,00 18, ,00 78,81 84,94 KABUPATEN , ,00 1, ,00 12, ,00 32, ,00 94,86 98, DISBUN KABUPATEN TOLI-TOLI , ,00 0, ,00 0, ,00 13, ,00 92,36 95, DISHUTBUN KABUPATEN SIGI , ,00 1, ,00 16, ,00 39, ,00 95,98 99, DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU , ,00 5, ,00 44, ,00 67, ,00 97,91 99,90 196

220 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 18 SULAWESI SELATAN , ,00 0, ,00 2, ,00 17, ,00 83,19 89,62 PROVINSI , ,00 2, ,00 16, ,00 82,60 89, DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN , ,00 23, ,00 44, ,00 81,78 82, DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN , ,00 2, ,00 16, ,00 82,61 89,18 KABUPATEN , ,00 1, ,00 5, ,00 28, ,00 87,29 92, DISHUTBUN KABUPATEN BULUKUMBA , ,00 2, ,00 13, ,00 42, ,00 86,83 92, DISHUTBUN KABUPATEN SOPPENG , ,00 1, ,00 3, ,00 27, ,00 95,62 99, DISHUTBUN KABUPATEN LUWU UTARA , ,00 0, ,00 2, ,00 20, ,00 81,25 88,06 19 SULAWESI TENGGARA , ,00 0, ,00 16, ,00 46, ,00 96,03 99,77 PROVINSI , ,00 0, ,00 17, ,00 47, ,00 95,62 99, DISBUNHORTI PROVINSI SULAWESI TENGGARA , ,00 7, ,00 37, ,00 59, ,00 93,89 94, DISBUNHORTI PROVINSI SULAWESI TENGGARA , ,00 0, ,00 17, ,00 47, ,00 95,63 99,78 KABUPATEN , ,00 0, ,00 11, ,00 41, ,00 97,68 99, DISTAN KABUPATEN KONAWE , ,00 2, ,00 25, ,00 98,20 99, DISBUN KABUPATEN KOLAKA , ,00 20, ,00 43, ,00 96,15 99, DISBUNHORTI KABUPATEN KONAWE SELATAN , ,00 0, ,00 6, ,00 57, ,00 99,19 99,96 20 MALUKU , ,00 0, ,00 10, ,00 31, ,00 89,38 96,92 PROVINSI , ,00 0, ,00 10, ,00 31, ,00 89,38 96, DISTAN PROVINSI MALUKU , ,00 9, ,00 31, ,00 51, ,00 99,99 99, DISTAN PROVINSI MALUKU , ,00 0, ,00 9, ,00 30, ,00 88,96 96,80 KABUPATEN

221 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 21 B A L I , ,00 0, ,00 5, ,00 26, ,00 84,69 90,37 PROVINSI , ,00 0, ,00 5, ,00 26, ,00 84,69 90, DISBUN PROVINSI BALI , ,00 2, ,00 26, ,00 56, ,00 86,90 94, DISBUN PROVINSI BALI , ,00 0, ,00 4, ,00 25, ,00 84,61 90,23 KABUPATEN NUSA TENGGARA BARAT , ,00 0, ,00 10, ,00 43, ,00 91,03 96,37 PROVINSI , ,00 0, ,00 10, ,00 43, ,00 91,03 96, DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT , ,00 3, ,00 14, ,00 43, ,00 88,90 89, DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT , ,00 0, ,00 10, ,00 43, ,00 91,08 96,55 KABUPATEN NUSA TENGGARA TIMUR , ,00 0, ,00 10, ,00 37, ,00 91,37 95,19 PROVINSI , ,00 0, ,00 7, ,00 35, ,00 90,52 94, DISTANBUN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR , ,00 11, ,00 29, ,00 54, ,00 99,06 99, DISTANBUN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR , ,00 0, ,00 6, ,00 34, ,00 90,18 94,51 KABUPATEN , ,00 0, ,00 31, ,00 51, ,00 97,38 98, DISTANBUNNAK KABUPATEN SIKKA , ,00 22, ,00 48, ,00 97,04 97, DISBUN KABUPATEN ALOR , ,00 0, ,00 50, ,00 58, ,00 98,16 99,91 198

222 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 24 P A P U A , ,00 0, ,00 19, ,00 39, ,00 90,08 92,98 PROVINSI , ,00 0, ,00 19, ,00 39, ,00 90,08 92, DISBUNNAK PROVINSI PAPUA , ,00 6, ,00 22, ,00 39, ,00 99,31 99, DISBUNNAK PROVINSI PAPUA , ,00 19, ,00 38, ,00 89,41 92,47 KABUPATEN BENGKULU , ,00 1, ,00 6, ,00 29, ,00 96,72 99,50 PROVINSI , ,00 1, ,00 5, ,00 26, ,00 97,06 99, DISBUN PROVINSI BENGKULU , ,00 8, ,00 38, ,00 57, ,00 97,90 97, DISBUN PROVINSI BENGKULU , ,00 1, ,00 3, ,00 25, ,00 97,02 99,85 KABUPATEN , ,00 26, ,00 84, ,00 89,95 94, DISTANBUNHUT KABUPATEN BENGKULU TENGAH , ,00 26, ,00 84, ,00 89,95 94,50 26 MALUKU UTARA , ,00 1, ,00 12, ,00 40, ,00 94,76 98,54 PROVINSI , ,00 2, ,00 16, ,00 35, ,00 92,86 98, DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA , ,00 19, ,00 50, ,00 68, ,00 96,48 99, DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA , ,00 1, ,00 14, ,00 33, ,00 92,61 98,63 KABUPATEN , ,00 0, ,00 6, ,00 46, ,00 96,79 98, DISTAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA , ,00 1, ,00 6, ,00 30, ,00 97,36 96, DISTAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT , ,00 0, ,00 2, ,00 45, ,00 94,33 99, DISBUN KABUPATEN HALMAHERA TENGAH , ,00 0, ,00 13, ,00 82, ,00 98,71 99,94 199

223 NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 27 B A N T E N , ,00 1, ,00 7, ,00 36, ,00 88,95 93,72 PROVINSI , ,00 1, ,00 15, ,00 43, ,00 86,06 92, DISHUTBUN PROVINSI BANTEN , ,00 3, ,00 27, ,00 65, ,00 94,65 99, DISHUTBUN PROVINSI BANTEN , ,00 10, ,00 32, ,00 81,70 88,08 KABUPATEN , ,00 1, ,00 4, ,00 33, ,00 90,05 94, DISTANBUN KABUPATEN PANDEGLANG , ,00 1, ,00 22, ,00 86,41 90, DISHUTBUN KABUPATEN LEBAK , ,00 3, ,00 9, ,00 45, ,00 93,94 98,70 28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG , ,00 1, ,00 9, ,00 32, ,00 86,01 88,43 PROVINSI , ,00 1, ,00 10, ,00 38, ,00 96,16 94, DISTANBUNNAK PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG , ,00 6, ,00 29, ,00 68, ,00 94,75 94, DISTANBUNNAK PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG , ,00 1, ,00 8, ,00 36, ,00 96,30 94,00 KABUPATEN , ,00 0, ,00 8, ,00 25, ,00 73,93 81, DISBUNHUT KABUPATEN BANGKA SELATAN , ,00 1, ,00 4, ,00 7, ,00 66,04 75, DISHUTBUN KABUPATEN BANGKA , ,00 0, ,00 20, ,00 43, ,00 86,54 92, DISBUNHUT KABUPATEN BANGKA TENGAH , ,00 0, ,00 2, ,00 84, ,00 87,93 92,40 200

224 NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 29 GORONTALO , ,00 1, ,00 9, ,00 35, ,00 76,79 86,84 PROVINSI , ,00 1, ,00 10, ,00 37, ,00 74,05 85, DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO , ,00 8, ,00 28, ,00 47, ,00 99,94 99, DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO , ,00 1, ,00 10, ,00 37, ,00 73,10 84,66 KABUPATEN , ,00 0, ,00 4, ,00 21, ,00 91,37 95, DISTANBUNPANGAN KABUPATEN POHUWATO , ,00 0, ,00 4, ,00 21, ,00 91,37 95,57 30 KEPULAUAN RIAU , ,00 6, ,00 37, ,00 75,87 84,46 PROVINSI , ,00 6, ,00 37, ,00 75,87 84, DISTANHUTNAKPROVINSI KEPULAUAN RIAU , ,00 14, ,00 28, ,00 61,85 79, DISTANHUTNAKPROVINSI KEPULAUAN RIAU , ,00 3, ,00 39, ,00 79,38 85,80 KABUPATEN PAPUA BARAT , ,00 0, ,00 9, ,00 68, ,00 97,36 99,38 PROVINSI , ,00 0, ,00 9, ,00 68, ,00 97,36 99, DISBUN PROVINSI PAPUA BARAT , ,00 0, ,00 7, ,00 53, ,00 97,81 97, DISBUN PROVINSI PAPUA BARAT , ,00 0, ,00 9, ,00 73, ,00 97,22 99,86 KABUPATEN

225 NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 32 SULAWESI BARAT , ,00 0, ,00 8, ,00 28, ,00 87,10 92,42 PROVINSI , ,00 0, ,00 0, ,00 11, ,00 83,98 90, DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT , ,00 7, ,00 37, ,00 51, ,00 93,93 91, DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT , ,00 0, ,00 0, ,00 11, ,00 83,93 90,20 KABUPATEN , ,00 1, ,00 22, ,00 56, ,00 92,54 96, DISHUTBUN KABUPATEN MAJENE , ,00 0, ,00 27, ,00 46, ,00 78,96 82, DISHUTBUN KABUPATEN MAMUJU , ,00 1, ,00 16, ,00 61, ,00 95,57 97, DISHUTBUN KABUPATEN POLEWALI MANDAR , ,00 1, ,00 29, ,00 72, ,00 95,09 99, DISTANBUNHORTI KABUPATEN MAMASA , ,00 0, ,00 15, ,00 36, ,00 93,69 98,68 33 KALIMANTAN UTARA , ,00 2, ,00 46,45 50,24 PROVINSI , ,00 2, ,00 46,45 50, DISTANHUTKETPANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA , ,00 4, ,00 13,25 25, DISTANHUTKETPANGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA , ,00 2, ,00 47,78 51,22 KABUPATEN

226 REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ( 29 JAN 2016 ) NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PAGU TRIWULAN I ( MAR 2015 ) TRIWULAN II ( JUN 2015 ) TRIWULAN III ( SEPT 2015 ) ANGGARAN FISIK ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( Rp. ) ( % ) ( % ) 34 UPT PUSAT , ,00 19, ,00 37, ,00 70, ,00 93,65 98, BALAI BESAR (BBP2TP) SURABAYA , ,00 20, ,00 38, ,00 71, ,00 95,90 99, BALAI BESAR (BBP2TP) MEDAN , ,00 20, ,00 38, ,00 67, ,00 91,36 99, BALAI BESAR (BBP2TP) AMBON , ,00 16, ,00 37, ,00 75, ,00 97,48 99, BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK , ,00 20, ,00 36, ,00 70, ,00 92,92 96,65 35 P U S A T , ,00 4, ,00 9, ,00 36, ,00 71,66 89, DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DIRAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR , ,00 2, ,00 17, ,00 35, ,00 77,55 92,52 DIRAT TANAMAN SEMUSIM , ,00 0, ,00 1, ,00 28, ,00 61,73 70,46 DIRAT TANAMAN TAHUNAN , ,00 7, ,00 19, ,00 38, ,00 78,95 90,35 DIRAT PENANGANAN PASCA PANEN , ,00 3, ,00 17, ,00 30, ,00 81,80 88,12 DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN , ,00 4, ,00 17, ,00 30, ,00 88,07 90,55 SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN , ,00 10, ,00 21, ,00 38, ,00 69,46 92,10 TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN , ,00 0, ,00 7, ,00 24, ,00 79,33 86,97 203

227

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii iv v vi DAFTAR TABEL vii viii DAFTAR GAMBAR ix x DAFTAR LAMPIRAN xi xii 1 PENDAHULUAN xiii xiv I. PENDAHULUAN 2 KONDISI UMUM DIREKTOAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2005-2009

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR BAB II PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau strategis instansi.

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Direktorat Pengolahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja kesepakatan/perjanjian kinerja antara atasan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015-2019 MANUAL IKU (INDIKATOR KINERJA UTAMA) KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012 Hal i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam mencapai tujuan atau sasaran

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya

Lebih terperinci

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017 Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, 26-27 Januari 2017 Prioritas Nasional KETAHANAN PANGAN dengan 2 Program Prioritas yaitu: 1) PENINGKATAN PRODUKSI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Direktorat Pascapanen dan

Lebih terperinci

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 disusun

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2016 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2015 adalah laporan kinerja

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} Ilirektorat lenderal Perkebunan Tahun 2013 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian = :3 =3 ra = g l' ]' It 3 it = =3 =t 5 =t 3 3 I I :t =t I =t g =t =t =t I =t

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabititas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Sasaran... 1.4 Dasar

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... I. Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... I. Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i iii BAB I. Pendahuluan... 1 Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1 II. Kontribusi Perkebunan Terhadap Perekonomian Nasional.... 5 2.1. Kinerja Makro Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

Program Pembangunan Perkebunan 2018

Program Pembangunan Perkebunan 2018 Program Pembangunan Perkebunan 2018 PENYELENGGARAAN PERKEBUNAN PERKEBUNAN= Segala kegiatan pengelolaan SDA, SDM, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015 Dinas Provinsi Jawa Barat 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global, antara lain berperan

Lebih terperinci

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1 Page 1 KATA PENGANTAR Kinerja Instansi Pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah yang mengindikasikan tingkat

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama pemerintahan, kelembagaan yang efektif dan effisien dengan tata laksana

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009-2014 bidang pertanian tertuang program prioritas untuk meningkatkan percepatan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga. Laporan Kinerja Direktorat Perbenihan Perkebunan Tahun 2016. ini disusun dalam rangka pertanggungjawaban

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pendahuluan Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui perannya dalam pembentukan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI LAHAN GAMBUT

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI LAHAN GAMBUT STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN DI LAHAN GAMBUT Oleh : Direktorat Jenderal Perkebunan *) Kementerian Pertanian ---------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA 2011 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Perkebunan Berdasarkan Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) 2005-2025 bahwa tahun 2015-2019 memasuki

Lebih terperinci

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016 PERKEMBANGAN SERAPAN ANGGARAN DITJEN. PERKEBUNAN TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 i RKT 2012 Direktorat Perlindungan Perkebunan KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pelaksanaan lima tahunan pembangunan hortikultura yang diamanahkan kepada Direktorat Jenderal Hortikultura dari tahun 2010-2014 telah memberikan beberapa manfaat dan dampak

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (1) (2) (3) 1) Jumlah produksi (ton) komoditas tebu minimal memenuhi 90% dari kebutuhan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH KEMENTERIAN PERTANIAN Direktorat Jenderal Perkebunan DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH Jakarta, Januari 2017 KATA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN DIREKTORAT JENDERAL

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN DIREKTORAT JENDERAL RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 2 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 3 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar...

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PEMANDU LAPANG TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Pelatihan Pemandu

Lebih terperinci

, ,56 99, , ,05 96,70

, ,56 99, , ,05 96,70 LAPORAN KONSOLIDASI PER PROGRAM/KEGIATAN/SUB.KEGIATAN/GROUP TAHUN ANGGARAN 2016 DANA DEKON DAN TUGAS PEMBANTUAN LINGKUP DITJEN PERKEBUNAN, P2HP DAN PSP Posisi : DESEMBER 2016 Sasaran Fisik Sasaran Keuangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci