Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat kepada semua pihak yang terkait dengan pembangunan perkebunan sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun Dalam laporan kinerja ini disajikan informasi berupa capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting sesuai dokumen Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun Capaian kinerja tahun 2012 menambah keyakinan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2012 telah berjalan sesuai dengan jalur yang benar. Laporan kinerja Tahun 2012 ini tersusun dari kompilasi capaian-capaian dari seluruh satker yang berjumlah 184 satker yang tersebar di Seluruh Indonesia serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat sebagai landasan dalam pembangunan perkebunan selanjutnya. Jakarta, Januari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS NIP L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii v I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sasaran Ruang Lingkup... 4 II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun Startegi Umum Strategi Khusus Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Strategi Pengembangan Komoditas Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan Strategi Investasi Usaha Perkebunan Startegi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup Target Menteri Pertanian L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 ii

4 Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Program Pembangunan Perkebunan Tahun Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun III. KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL Indikator Makro Pembangunan Perkebunan Produk Domestik Bruto (PDB) Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan Investasi Pembangunan Perkebunan Neraca Perdagangan Komodita Perkebunan Nilai Ekspor Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat Pendapatan Pekebun Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan Luas Areal Produksi Produktivitas IV. KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 iii

5 Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Direktur Tanaman Semusim Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Direktur Tanaman Tahunan Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Direktur Perlindungan Perkebunan Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Capaian Kinerja Keuangan Tahun Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 iv

6 Kegiatan Utama Tahun Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Dukungan Perlindungan Perkebunan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau oleh UKP V. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.1. Permasalahan yang Dihadapi Administrasi Teknis Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan Rencana Aksi dan upaya Penyelesaian Administrasi Teknis Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan VI. PENUTUP L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 v

7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya, dan Ambon Tahun Tabel 12. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2012 per Eselon I di Lingkup Kementerian Pertanian L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 vi

8 Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran dan Fisik Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan Tahun Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Tahun Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun Tabel 21. Kinerja Satker Berdasarkan Kriteria Nilai Tabel 22. Capaian Serapan Anggaran Masing-Masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 vii

9 DAFTAR TABEL Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun Lampiran 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 yang Dimonitor Oleh UKP L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 viii

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Secara karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan bentuk pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan terdiri dari 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan baku industri, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila ditinjau dari bentuk pengusahaannya, usaha perkebunan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

11 terdiri atas perkebunan besar negara (6%), perkebunan besar swasta (22%) dan perkebunan rakyat (72%). Tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana dituangkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta berbagai persoalan yang mendasar seperti adanya tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumberdaya lahan, air dan energi, terjadinya perubahan iklim global, kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih terbatasnya kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya akses petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, serta kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan perkebunan. Perubahan paradigma pembangunan perkebunan yang dilakukan melalui pendekatan otonomi daerah oleh provinsi L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

12 dan kabupaten dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, membawa konsekuensi perubahan kewenangan dan fasilitasi pelaksanaan pembangunan perkebunan antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, yang berdampak pada jauhnya rentang kendali antara pusat, provinsi dan kabupaten, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran program dan kebijakan pembangunan perkebunan dan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan secara umum. Untuk melihat keefektifan, keefisienan dan keekonomian pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan diperlukan pengukuran capaian kinerja, baik terhadap sasaran makro, sasaran mikro maupun penetapan kinerja yang merupakan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian pada tahun Oleh karenanya, laporan ini akan menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan tahun 2012 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 mengamanatkan agar setiap institusi termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan untuk melakukan pengukuran kinerja atas satker-satker di jajarannya dalam melaksanakan pembangunan perkebunan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

13 tahun Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja Tujuan Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi dan gambaran secara utuh terhadap capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan permasalahanpermasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun Sasaran Sasaran laporan kinerja ini adalah memberikan gambaran capaian kinerja pembangunan perkebunan secara utuh dan jelas pada tahun 2012 kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan perkebunan Ruang Lingkup Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 ini menyajikan capaian kinerja makro (PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan NTP), kinerja mikro (luas areal, produksi dan produktivitas) dan penetapan kinerja (kegiatan yang dibiayai dengan APBN). L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

14 BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode , dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan tahun Karena tahun 2012 merupakan bagian dari Renstra tahun , maka Kebijakan Umum pembangunan perkebunan adalah: Mensinergikan seluruh sumberdaya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun Kebijakan Teknis pembangunan perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

15 Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun Strategi Umum Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode , strategi pembangunan pertanian tahun yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi strategi umum pembangunan perkebunan tahun Sehingga untuk tahun 2012, strategi umum pembangunan perkebunan mengacu 7 (tujuh) komponen gema revitalisasi dengan penjelasannya secara garis besar sebagai berikut: 1). Revitalisasi lahan Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Beberapa aspek yang perlu L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

16 mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian. 2). Revitalisasi perbenihan Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era Revolusi Hijau di tahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini juga karena penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka perangkat perbenihan/ perbibitan harus kuat. 3). Revitalisasi infrastruktur dan sarana Jalan usaha tani sangat penting dalam meningkatkan efisiensi usahatani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usahatani dan jalan tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah sentra produksi pertanian. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

17 4). Revitalisasi sumberdaya manusia Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian. Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan aparatur pertanian. 5). Revitalisasi pembiayaan petani Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah ke bawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

18 pembiayaan yang sudah ada, dan menumbuhkan kembali koperasi khusus di bidang pertanian. 6). Revitalisasi kelembagaan petani Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia (petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi. 7). Revitalisasi teknologi dan industri hilir Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan, pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian lapangan dan kelembagaan petani; mendorong pengembangan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

19 industri pengolahan pertanian di pedesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga komoditas pertanian, dan meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir Strategi Khusus Strategi umum pembangunan perkebunan tahun merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut: 1). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan 2). Pengembangan komoditas 3). Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan 4). Investasi usaha perkebunan 5). Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan 6). Pengembangan sumberdaya manusia 7). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha 8). Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

20 Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) berupa penyediaan benih unggul bermutu/bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi: 1). Mengembangkan budidaya tanaman perkebunan melalui penerapan IPTEK dan 4-ASI (Intensifikasi, Rehabilitasi, Ekstensifikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem penyuluhan dan pendampingan yang intensif. 2). Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. 3) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan lahan. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

21 Strategi Pengembangan Komoditas Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor: 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tanggal 22 September 2006 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tanggal 19 Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan nasional yang meliputi : karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar, tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini adalah: 1). Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah dengan penerapan teknologi budidaya yang baik. 2). Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang sesuai. 3). Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu kawasan. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

22 4). Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah bencana alam serta wilayah pemekaran. 5). Mendorong pengembangan aneka produk (products development) perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh peningkatan nilai tambah. 6). Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan perkebunan Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (UU Nomor: 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Sebagai tindak lanjut dari target utama Kementerian Pertanian, yaitu Peningkatan Diversifikasi Pangan yang diindikasikan dari skor PPH (93,3 pada tahun 2014), sub sektor perkebunan diamanahkan secara khusus untuk berkontribusi dalam pemenuhan skor PPH tersebut dari komponen minyak dan lemak, dan gula yang ditargetkan rata-rata 15 point per tahun sampai dengan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

23 Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi: (1) Meningkatkan pengembangan diversifikasi usahatani dengan komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara intensif dan berkelanjutan. (2) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui integrasi cabang usahatani ternak yang sesuai pada areal perkebunan. (3) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pangan yang berasal dari perkebunan Strategi Investasi Usaha Perkebunan Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim investasi yang kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan dan meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan swasta. Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit komersial untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program untuk petani meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR serta kredit komersial lainnya. Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Rencana aksi dari strategi ini adalah: 1) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam memperoleh kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi usaha perkebunan; L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

24 2) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk pengembangan perkebunan terutama untuk usaha kecil dan menengah; 3) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, mencakup pengembangan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan keamanan berusaha; 4) Memberikan fasilitasi tersedianya sumber dana dari pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk pengembangan usaha perkebunan; 5) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam pembangunan perkebunan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna meningkatkan produktivitas. Berbagai capaian yang telah diraih yaitu Simonev, SAI, Simpeg, Website, dan e-form maupun e- government. Dalam rangka pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut: (1) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan menyusun, memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

25 lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen, permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat. (2) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun masyarakat dengan cara: (1) Petugas Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas termasuk di dalamnya petugas fungsional. Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun sistem pengawasan yang efektif. Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang profesional. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

26 Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap prakarsa petugas yang proaktif dalam mewujudkan pelayanan prima sesuai kebutuhan pelaku usaha. (2) SDM Pekebun dan Masyarakat Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan kemandirian pekebun dan masyarakat untuk mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan. Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya dalam memperkuat/ mempertangguh usaha taninya. Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan usaha serta menjalin kemitraan Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah yang dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai koperasi komoditas yang berbadan hukum. Kelembagaan petani dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelembagaan petani yang bersifat sosial dan yang berfungsi ekonomi. Kelembagaan petani L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

27 yang bersifat sosial berupa asosiasi petani, sedangkan kelembagaan petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditas. Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan. Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah: (1) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya yang tersedia. (2) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh dari bawah. (3) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan keuangan pedesaan. (4) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan kelembagaan usahanya. (5) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan masyarakat sekitar perkebunan. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

28 Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat asosiasi komoditas maupun dewan komoditas perkebunan Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini, pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah: (1) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah konservasi tanah dan air. (2) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan. (3) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati, agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan. (4) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi penyerapan karbon, penyedia oksigen dan peningkatan peran serta fungsi hidroorologis. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

29 (5) Meningkatkan upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar Target Menteri Pertanian Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun Sesuai kontrak kerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI, selama lima tahun ke depan ( ), Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) target utama yaitu: (1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan untuk mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun 2014 telah mencapai swasembada gula nasional baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri; (2) Peningkatan diversifikasi pangan Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi terhadap skor PPH sebesar 15 point yang berasal dari minyak, lemak, dan gula. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

30 (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir 2014, ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan harus dalam bentuk olahan. (4) Peningkatan kesejahteraan petani Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2012 Target penyerapan anggaran Kementerian Pertanian dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian tahun 2012, dengan tahapan target penyerapan/realisasi keuangan berurutan sebagai berikut yaitu pada triwulan I sebesar >25%, triwulan II sebesar >50%, triwulan III sebesar >70% dan triwulan IV mendekati 100%. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

31 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor : SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor : 0142/M.PPN/06/2009 Tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output. Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2012 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha secara optimal. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

32 Dari 127 komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No Tahun 2010, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar, kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masingmasing Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 Sebagai penjabaran dari program masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor: 61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: (1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; (2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; (3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

33 (4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; (7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP 2 TP Medan, BBP 2 TP Surabaya dan BBP 2 TP Ambon Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumber daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala perioritas tersebut ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan yaitu: 1) Revitalisasi Perkebunan 2) Swasembada Gula Nasional 3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energi) 4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

34 5) Pengembangan Komoditas Ekspor 6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri 7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

35 BAB III KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL Pembangunan perkebunan tahun 2012 merupakan bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan tahun yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya dari Sektor Pertanian. Lebih lanjut, target dalam Renstra dimaksud dijabarkan menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) selama 5 tahun yang didalamnya termasuk RKT Pembangunan Perkebunan Tahun Terkait dengan hal tersebut, Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 ini menggambarkan capaian-capaian indikator makro dan indikator mikro pembangunan perkebunan sampai dengan tahun Indikator Makro Pembangunan Perkebunan Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2012 secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar petani (NTP) sebagai berikut : L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

36 Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 NO. INDIKATOR CAPAIAN *) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Pertumbuhan PDB - harga berlaku (Rp milyar) ,03 - harga konstan (Rp milyar) ,70 2 Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) 20,61 20,47 20,84 20,87 21,21 0,62 3 Investasi (Rp Triliun) 42,91 43,37 48,75 51,82 59,93** 4 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 21,51 22,87 25,17 32,93 27,52 6,69 5 Pendapatan pekebun (US$/KK) ,29 6 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 22,2 16,99 27,35 35,20 31,69 14,06 7 NTP Perkebunan Rakyat 103,88 103,89 104,25 107,70 108,34 1,06 Catatan: *) angka sementara ** s.d posisi 30 Juni Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun 5 (lima) tahun terakhir, nilai PDB sub sektor perkebunan atas dasar harga berlaku mengalami pertumbuhan ratarata 11,03% per tahun dari Rp 105,96 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 159,75 triliun pada tahun Apabila dibandingkan dengan tahun 2011, PDB sub sektor perkebunan mengalami peningkatan sebesar 3,81%. Sementara itu, berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama kurun waktu tahun mengalami kenaikan rata-rata 3,70% per tahun dari Rp 44,78 triliun tahun 2008 menjadi Rp 51,76 triliun pada L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

37 tahun Nilai PDB tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,15% dibandingkan tahun Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan Laju rata-rata pertumbuhan untuk keterlibatan tenaga kerja dalam lima tahun terakhir sebesar 0,62% per tahun dari 20,61 juta KK pada tahun 2008 menjadi 21,12 juta KK pada tahun Apabila dibandingkan dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2012 yang ditargetkan berjumlah 20,08 juta KK, maka realisasi keterlibatan tenaga kerja di sub sektor perkebunan mencapai 105,18%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan 1,19% jika dibandingkan tahun Investasi Pembangunan Perkebunan Perkembangan nilai investasi sektor perkebunan selama 5 tahun terakhir dari mengalami peningkatan sebesar 17,97% per tahun dari nilai investasi sebesar Rp 28,21 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 51,82 triliun pada tahun Target investasi di subsektor perkebunan tahun 2012 sebesar Rp 57,31 trilyun, nilai tersebut telah terlewati pada posisi triwulan II (30 Juni 2012) yang telah mencapai Rp59,93 trilyun. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

38 Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Pada umumnya komoditi perkebunan merupakan komoditi untuk ekspor, neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan selama tahun mengalami peningkatan sebesar 6,69% dari tahun 2008 sebesar US $21,51 milyar menjadi Rp US$ 27,52 milyar pada tahun Nilai tersebut lebih rendah sedikit jika dibandingkan dengan neraca perdagangan komoditi perkebunan tahun 2011 yang besarnya US$29,36 milyar, atau mengalami penurunan 6,26% akibat lesunya perekonomian dunia yang dipicu oleh krisis ekonomi di benua Eropa Nilai ekspor Nilai ekspor komoditas perkebunan selama kurun waktu 5 tahun ( ) mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 14,06% per tahun dari nilai ekspor pada tahun 2008 sebesar US$ 22,20 milyar meningkat menjadi US$ 31,69 milyar pada tahun Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor komoditi perkebunan tahun 2011, mengalami penurunan sebesar 1,64% Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat Nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan petani. Dalam kurun waktu 5 tahun ( ) laju pertumbuhan nilai tukar petani rata-rata sebesar 1,06% per tahun dari 103,88 pada tahun 2008 menjadi 108,34 pada tahun Dalam Rencana L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

39 Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan 2012 ditargetkan sebesar 107,13 dan terealisasi sebesar 108,34 atau capaiannya 100,59%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 5,94% Pendapatan Pekebun Indikator lain untuk mengukur kesejahteraan petani adalah pendapatan pekebun, dalam rencana kinerja tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan 2012 ditetapkan sebesar US$1.720 per kepala keluarga, realisasi pendapatan pekebun sampai dengan akhir Desember 2012 sebesar US$1.832 (106,51%) dan jika dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 7,64%. Dalam kurun waktu 5 tahun ( ) pendapatan pekebun mengalami kenaikan rata-rata 4,29% per tahun Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan Capaian indikator mikro lebih difokuskan pada luas areal, produksi dan produktivitas untuk 15 komoditas unggulan nasional yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, lada, cengkeh, kakao, jambu mete, tebu, tembakau, kapas, jarak pagar, nilam dan kemiri sunan/minyak. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

40 Luas Areal Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata 2,64% dari 19,35 juta hektar pada tahun 2008 menjadi 21,48 juta hektar pada tahun Jika dibandingkan dengan RKT tahun 2012 yang nilainya 21,27 juta hektar, maka capaiannya sebesar 100,96%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 0,77% dari 21,31 juta hektar menjadi 21,48 juta hektar untuk tahun Terhadap target Renstra yang besarnya 22,11 juta ha, maka kinerja tahun 2012 sudah mencapai 97,12%. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel2. Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun No Komoditi Capaian luas areal (ha) *) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet ,43 2 Kelapa ,04 3 Kelapa Sawit ,39 4 Kopi ,17 5 Teh ,77 6 Lada ,60 7 Cengkeh ,54 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

41 No Komoditi Capaian luas areal (ha) *) Laju Pertumb. Per th (%) 8 Kakao ,09 9 Jambu Mete ,55 10 Tebu ,84 11 Tembakau ,18 12 Kapas ,55 13 Jarak Pagar ,99 14 Nilam ,48 15 Kemiri Sunan ,53 Jumlah ,64 Catatan: *) angka sementara Beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan luas areal yang cukup signifikan yaitu nilam (7,48%), kemiri sunan (7,53%), tembakau (6,18%), kelapa sawit (5,39%) dan kakao (5,09%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan luas areal seperti jarak pagar (2,99%), kapas (1,55%), kopi (1,17%), teh (0,77%) dan lada (0,60%). L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

42 Produksi Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun ( ) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,10% per tahun dari 28,48 juta ton pada tahun 2008 menjadi 34,72 juta ton pada tahun Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan OPT meningkat yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu nilam (14,79%), tembakau (11,41%), kelapa sawit (7,71%), karet (2,95%), cengkeh (2,67%) dan lada (2,337%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan (30,00%), jarak pagar (6,93%), jambu mete (6,44%) dan kapas (5,78%). Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 3. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

43 No Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Komoditi Tahun Capaian produksi (ton) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet ,95 2 Kelapa ,48 3 Kelapa Sawit ,71 4 Kopi ,43 5 T e h ,60 6 Lada ,33 7 Cengkeh ,67 8 Kakao ,12 9 Jambu Mete ,44 10 Tebu ,41 11 Tembakau ,41 12 Kapas ,78 13 Jarak Pagar ,93 14 Nilam ,79 15 Kemiri Sunan ,00 Jumlah ,10 Catatan : *) Angka Sementara Dukungan swasembada gula nasional. Dalam rangka mendukung program prioritas pembangunan pertanian, khususnya pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, Direktorat Jenderal Perkebunan diberikan amanah untuk swasembada gula pada tahun Upaya Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dalam rangka mencapai swasembada gula telah dilakukan sejak tahun 2004 melalui Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

44 berupa kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan) dengan penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi sederhana dan pengadaan alat dan mesin pertanian. Target produksi gula tahun 2012 sebesar 3,87 juta ton akan terpenuhi apabila penyediaan lahan minimal seluas ha, investasi pembangunan PG baru dan revitalisasi Pabrik Gula berjalan sesuai dengan rencana. Namun karena permasalahan utama tersebut belum teratasi secara tuntas, maka target dikoreksi menjadi 2,544 juta ton dengan harapan masih dapat memenuhi kebutuhan gula untuk konsumsi langsung. Sampai dengan akhir tahun 2012, capaian luas areal tebu mencapai hektar dengan produksi 2,592 juta ton atau 101,48% dari target. Namun capaian tersebut belum optimal terutama diakibatkan oleh dampak perubahan iklim dan serangan OPT di beberapa sentra produksi. Permasalahan lainnya di tingkat on farm adalah sulitnya pengembangan areal baru dan mempertahankan lahan yang sudah ada, keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah pengembangan di luar Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi dan penyediaan agroinput yang belum tepat jumlah, waktu, harga dan mutu. Sedangkan di tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG yang dibawah standar, biaya produksi yang masih relatif tinggi, kualitas gula yang relatif rendah dan belum berkembangnya diversifikasi produk berbasis tebu. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

45 Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga Tahun 2012 telah mencapai hektar dengan produksi ton gula, yang tersebar di 9 provinsi. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha tebu mencakup (kepala keluarga dan tenaga kerja). Ekspor komoditas tebu mencapai nilai US$ 0,9 juta dengan volume 600 ton molases, sedangkan impor tebu mencapai nilai US$1.634,34 juta dengan volume 2,767 juta ton gula hablur pada Tahun Jika dibandingkan dengan tahun 2011, impor gula mengalami peningkatan sebesar 36,91% dari 2,021 juta ton menjadi 2,767 juta ton pada tahun Pada tahun 2013 luas areal tanaman tebu diperkirakan mencapai ha, dengan produksi mencapai 2,816 juta ton gula hablur. Kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, khususnya swasembada gula nasional adalah melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi secara optimal. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

46 Produktivitas Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata sebesar 3,08% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar 9,19%. Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun No Komoditi Capaian Produktivitas (kg/ha) * Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet ,48 2 Kelapa ,23 3 Kelapa Sawit ,11 4 Kopi ,12 5 T e h ,57 6 Lada ,06 7 Cengkeh ,47 8 Kakao ,97 9 Jambu Mete ,13 10 Tebu ,72 11 Tembakau ,51 12 Kapas ,71 13 Jarak Pagar ,54 14 Nilam ,96 15 Kemiri Sunan ,35 Catatan : *) Angka Sementara L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

47 Beberapa komoditi sangat terpengaruh oleh adanya perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada penurunan rata-rata produktivitas seperti jarak pagar (8,54%), jambu mete (7,13%) dan kapas (6,71%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami peningkatan produktivitas seperti nilam (7,96%), tembakau (7,51%), lada (3,06%), karet (2,48%), cengkeh (2,47%) dan kelapa sawit (1,11%). L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

48 BAB IV KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2012 Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan disampaikan pada Laporan Kinerja ini meliputi (1). capaian terkait dengan penetapan kinerja yang ditandatangani Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes dan penetapan kinerja yang ditandatangani Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs, (2). capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan berdasarkan serapan anggaran masing-masing satuan kerja (satker), (3). capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

49 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah produksi, sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 yang diukur hanyalah produksi. Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2012 secara nasional sebesar 98,18% yang dilaksanakan oleh 184 satker di seluruh Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32 satker Provinsi dan 147 satker kabupaten/kota Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2012 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete, jarak pagar, karet dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokan kedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional, pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri, pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bioenergi). L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

50 Penetapan kinerja untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi. Terhadap outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi perdebatan yang dapat dilihat dari 2 aspek, pertama, mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun kedepan. Aspek kedua, sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, pendampingan, kebijakan maupun surat-menyurat. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya/outcomes adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnya minimal empat tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

51 produksi pada tahun berjalan sebagai outcomes dengan menggunakan target rencana strategis pembangunan perkebunan tahun sebagai acuannya. Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan tahun 2012, (b) Capaian Kinerja tahun 2011 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan mencapai 34,72 juta ton dari target sebesar 37,22 juta ton atau mencapai 93,27% dibandingkan dengan target dalam Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun Capaian tertinggi pada komoditi nilam (155,68%) dan secara berurutan sebagai berikut tembakau (123,88%), karet (110,92%), tebu (101,87%), lada (101,16%), kelapa (95,76%), kopi (91,52%), kelapa sawit (91,49%), cengkeh (87,92%), teh (86,31%) dan jambu mete (77,29%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu kapas (6,98%), kakao (67,34%) dan untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah karena tidak/belum ada jaminan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

52 pasarnya adalah jarak pagar (22,15%) dan kemiri minyak/sunan (40,00%). Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012 PRODUKSI PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%) NO KOMODITAS 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK Karet ,68 108,55 110,92 2 Kelapa Sawit ,84 82,71 91,49 3 Kelapa ,06 93,97 95,76 4 Kopi ,90 89,04 91,52 5 Kakao ,52 54,83 67,34 6 Jambu Mete ,35 73,83 77,29 7 Lada ,23 96,27 101,16 8 Cengkeh ,01 85,34 87,92 9 Teh ,60 82,52 86,31 10 Jarak Pagar ,86 15,19 22,15 11 Kemiri Sunan ,00 40,00 40,00 12 Tebu ,31 83,60 101,87 13 Kapas ,81 4,43 6,98 14 Tembakau ,68 123,21 123,88 15 Nilam ,17 133,08 155,68 Total ,54 84,61 93,27 Catatan : * Angka sementara Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2011 Pada tahun 2012, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 34,72 juta ton meningkat menjadi 102,54% dibandingkan capaian produksi tahun 2011 yang besarnya 33,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,54%. Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

53 dan pengawalan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan iklim yang lebih kondusif. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi tebu (16,31%) dan nilam (15,17%) dan disusul secara berurutan komoditi tembakau (5,68%), kopi (2,90%), jambu mete (2,35%), kelapa sawit (1,84%), karet (1,68%), lada (1,23%), cengkeh (1,01%), kelapa (0,06%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu kapas, kakao, teh, jarak pagar dan kemiri minyak/sunan Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pada tahun 2012, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 34,55 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 2012 telah mencapai 84,61%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi nilam (133,08%), tembakau (123,21%), dan karet (108,55%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi lada (96,27%), kelapa (93,97%), kopi (89,04%), cengkeh (85,34%), tebu (83,60%), kelapa sawit (82,71%), dan teh (82,52%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kapas (4,43%), jarak L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

54 pagar (15,19%), kemiri sunan/minyak (40,00%), kakao (54,83%) dan jambu mete (73,83%) Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 Dalam laporan kinerja ini yang disajikan untuk penetapan kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 adalah output penting dalam rangka mendukung pencapaian kinerja sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian. Output penting yang ditetapkan adalah pengembangan areal perkebunan. Dalam laporan ini disajikan capaian kinerja berupa (1). luas areal secara nasional dan (2). luas areal yang dibiayai dengan APBN tahun 2012 dan (3) dukungan teknis yang terkait Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar adalah luas areal tanaman kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

55 Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar untuk 5 komoditi unggulan nasional mencapai 3,754 juta hektar dari target sebesar 3,963 juta hektar atau mencapai 94,74%. Capaian tertinggi pada komoditi cengkeh (102,32%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut teh (95,11%), kakao (94,35%), kopi (92,92%) dan lada (92,07%). Namun demikian apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar mengalami peningkatan sebesar 0,05% menjadi 100,05%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman lada (100,64%), kakao (100,05%) dan kopi (100,02%). Sebaliknya komoditi yang mengalami penurunan adalah cengkeh (99,98%) dan teh (99,86%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra , kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar baru mencapai 89,73%. Namun luas areal cengkeh telah melebihi target renstra yaitu 100,30%. Sedangkan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

56 capaian tanaman lainnya sebagai berikut: lada (90,92%), kakao (85,80%), kopi (91,14%) dan lada (90,92%). Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2012 sebagai berikut: Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2012 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK Kopi ,02 91,14 92,92 2 Kakao ,05 85,80 94,35 3 Lada ,64 90,92 92,07 4 Cengkeh ,99 100,30 102,32 5 Teh ,86 94,92 95,11 Total Catatan : * Angka Sementara ,05 89,73 94, Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2012 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar yang meliputi kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh seluas ha. Realisasi fisiknya mencapai ha (97,89%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

57 1) Perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman kopi. Realisasi fisik seluas ha (97,97%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Rehabilitasi dan intensifikasi tanaman teh. Realisasi fisik seluas 950 ha (94,06%) dari target ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Perluasan, peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman kakao termasuk Gernas kakao. Realisasi capaian fisik seluas ha (96,90%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun Perluasan kakao diluar Gernas kakao, realisasinya ha (90,46%) dari target ha. 4) Perluasan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman lada. Capaian fisik output kegiatan ini seluas 910 ha (95,79%) dari 950 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman cengkeh. Realisasi fisik mencapai ha (95,82%) dari ha pada dokumen penetapan kinerja tahun Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Lampiran 1. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

58 Direktur Tanaman Semusim Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Semusim adalah luas areal tanaman tebu, kapas, tembakau dan nilam Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman semusim untuk 4 komoditi unggulan nasional mencapai hektar dari target sebesar hektar atau mencapai 106,72%. Capaian tertinggi pada komoditi nilam (183,63%) diikuti tembakau (121,84%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kapas (47,83%), dan tebu (99,76%). Capaian kinerja 2012 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, mengalami peningkatan sebesar 3,13% menjadi 103,13%. Hampir seluruh areal tanaman semusim mengalami peningkatan secara berurutan sebagai berikut tanaman tembakau (109,18%), nilam (104,90%) dan tebu (100,16%), kecuali kapas turun menjadi 93,43%. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

59 No Apabila dibandingkan dengan target Renstra , kinerja luas areal tanaman semusim sudah melebihi target yaitu mencapai 105,06%. Sumbangan terbesar dari luas areal nilam (163,23%) dan tembakau (121,84%). Sedangkan untuk tanaman kapas baru mencapai 38,26% dan tebu mencapai 98,88%. Rincian Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Semusim tahun 2012 sebagai berikut: Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2012 Komoditi 1 Tebu ,16 98,88 99,76 2 Kapas ,43 38,26 47,83 3 Tembakau ,18 121,84 121,84 4 Nilam ,90 163,23 183,63 Total 2011 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) Target Renstra RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK ,13 105,06 106, Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2012 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim yang meliputi tebu, kapas, tembakau dan nilam seluas ha. Realisasi fisiknya mencapai ha (96,22%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

60 1) Perluasan tebu rakyat, bongkar ratoon/rawat ratoon. Capaian fisik pada seluas ha (98,83%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Penanaman tanaman kapas. Capaian fisik seluas ha (100,00%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Penanaman tanaman nilam. Realisasi fisik mencapai 182 ha (100,00%) dari 182 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Semusim seperti pada Lampiran 2. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

61 Direktur Tanaman Tahunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Tahunan adalah luas areal tanaman karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman tahunan untuk 6 komoditi unggulan nasional mencapai 16,981 juta hektar dari target sebesar 16,437 juta hektar atau mencapai 103,31%. Capaian tertinggi pada komoditi jarak pagar (314,51%) diikuti kelapa sawit (106,05%), jambu mete (101,99%) dan karet (100,52%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kelapa (99,15%), dan kemiri sunan/minyak (24,05%). L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

62 Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK Karet ,81 99,92 100,52 2 K. Sawit ,91 100,97 106,05 3 Kelapa ,53 98,82 99,15 4 Jambu Mete ,83 101,62 101,99 5 Jarak Pagar ,41 223,36 314,51 6 Kemiri Sunan ,91 9,62 24,05 Total ,83 100,39 103, Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2012 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan yang meliputi kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak seluas ha. Realisasi fisiknya mencapai ha (97,67%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: 1) Peremajaan dan perluasan tanaman karet rakyat. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas ha (97,93%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

63 2) Peremajaan tanaman Kelapa. Realisasi fisik mencapai ha (98,89%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Peremajaan dan perluasan tanaman kelapa sawit. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas ha (98,09%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Rehabilitasi, peremajaan dan perluasan tanaman jambu mete. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas ha (93,33%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Penanaman Jarak Pagar untuk pengutuhan Desa Mandiri Energi. Realisasi fisik mencapai 200 ha (100,00%) dari target seluas 200 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Penanaman Kemiri Sunan/minyak untuk mendukung penyediaan bahan bakar nabati (BBN). Realisasi fisik mencapai 31 ha (100,00%) dari target seluas 31 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Tahunan seperti pada Lampiran 3. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

64 Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah (1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP, (2) Jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dan (3) Jumlah perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, capaian kinerja jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sebanyak 172 kelompok tani atau 156,36% dari target. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO sampai akhir tahun baru mencapai 31 perusahaan atau sebesar 17,22% dari target 180 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya sebanyak 132 kasus atau 330%. Capaian kinerja 2012 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, untuk jumlah L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

65 kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP mengalami peningkatan sebesar 72% menjadi 172,00%. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya mengalami peningkatan menjadi 347,37%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra , jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sudah melebihi target yaitu mencapai 132,31%. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO baru mencapai 9,28% dari target 334 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya mencapai 132 kasus atau telah melebihi target Renstra (300%). Rincian Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2012 sebagai berikut: Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2012 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 Realisasi 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK Penanganan panen sesuai GHP Perusahaan yang mengajukan sertifikat ISPO Penanganan gangguan usaha ,00 132,31 156, ,28 17, ,37 300,00 330,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

66 Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2012 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan sebanyak 172 kelompok tani. Realisasi fisiknya mencapai 172 kelompok tani (56,21%) dari target 306 kelompok tani. Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: 1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman semusim sesuai GHP mencapai 24 kelompok tani atau 104,33% dari target 23 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sesuai GHP mencapai 104 kelompok tani atau 97,20% dari target 107 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman tahunan sesuai GHP mencapai 41 kelompok tani atau 23,29% dari target 176 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha seperti pada Lampiran 4. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

67 Direktur Perlindungan Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah luas areal pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2012, capaian kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai hektar dari target sebesar hektar atau mencapai 103,94%. Luas areal pengendalian OPT terbesar pada tanaman kelapa seluas hektar, kemudian secara berurutan karet seluas 575 hektar, kopi seluas 500 hektar, tebu seluas 400 hektar, lada seluas 225 hektar, cengkeh seluas 180 hektar, tembakau seluas 75 hektar dan jambu mete seluas 75 hektar. Capaian kinerja 2012 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2011, mengalami peningkatan sebesar 3,94% menjadi 103,94%. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

68 Apabila dibandingkan dengan target Renstra , pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan baru mencapai 64,72% dari target hektar pada tahun Rincian Capaian Kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan tahun 2012 sebagai berikut: Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 Luas areal pengendalian (ha) Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 Realisasi 2012 Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK Pengendalian OPT Total ,94 64,72 103, ,94 64,72 103, Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2012 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seluas ha, pengendalian kebakaran lahan dan kebun serta SLPHT sebanyak 82 poktan. Realisasi fisiknya mencapai ha (97,50%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

69 1) Pengendalian OPT tanaman perkebunan. Realisasi fisik mencapai ha (99,28%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun Pengendalian OPT tersebut meliputi tanaman kelapa seluas hektar, kemudian secara berurutan karet seluas 575 hektar, kopi seluas 500 hektar, tebu seluas 500 hektar, lada seluas 225 hektar, cengkeh seluas 180 hektar, tembakau seluas 75 hektar dan jambu mete seluas 75 hektar. 2) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan, dengan capaian fisik sebanyak 82 poktan (100,00%). Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Perlindungan Perkebunan seperti pada Lampiran Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan adalah jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas dibidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

70 pelaporan. Sedangkan sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pelayanan kesekretariatan dalam rangka menunjang pencapaian kinerja program peningkatan produkdi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Realisasi fisiknya mencapai 100% dalam bentuk dokumen (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU BBP2TP adalah (1) jumlah benih/bibit yang disertifikasi dan (2) jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

71 Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon Tahun 2012 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan Target Renstra RKT/PK 2012 Realisasi 2012 Target Renstra RKT/PK Jumlah benih yang disertifikasi (ribu batang) BBP2TP Medan ,69 127,12 BBP2TP Surabaya ,61 130,76 BBP2TP Ambon ,16 263,66 Total ,09 127,60 2 Jumlah teknoilogi terapan perlindungan perkebunan (paket) BBP2TP Medan ,00 100,00 BBP2TP Surabaya ,00 100,00 BBP2TP Ambon ,00 100,00 Total ,00 100,00 Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2012 mencapai 127,60% dan masing-masing balai telah melebihi target RKT/PK tahun Sedangkan apabila dibandingkan dengan target Renstra , secara nasional telah mencapai 116,09%. Untuk indikator kegiatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan, secara nasional pada tahun 2012 mencapai 100,00% dan masing-masing balai telah memenuhi target RKT/PK tahun Sedangkan L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

72 apabila dibandingkan dengan target Renstra , secara nasional telah mencapai 92,00% Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2012 Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga tahun 2012, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian Rp 18,609 trilyun dan Rp 1,464 trilyun (7,87%) diantaranya dialokasikan untuk Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2012 khususnya dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Serapan anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 mencapai 94,65% menduduki urutan tertinggi kedua di lingkup Kementerian Pertanian setelah Sekretariat Jenderal (hanya mempunyai satker di pusat) yang mencapai 94,97% serta melebihi serapan anggaran secara nasional Kementerian Pertanian yang hanya mencapai 92,86%. Namun demikian, jika dilihat dari penyebaran satker pusat dan daerah, Direktorat Jenderal Perkebunan menduduki peringkat pertama. Capaian serapan anggaran tahun 2012 ini sangat menggembirakan karena mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu sebesar 13,43% dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya mencapai 83,44%. Perbandingan capaian per eselon I dapat dilihat pada Tabel 12 berikut: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

73 Tabel 12. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2012 per Eselon I di Lingkup Kementerian Pertanian Catatan : * Jika dihitung khusus APBN, capaian Ditjen Nak Keswan mencapai 90,22% Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2012 Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker). Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2012 sebesar Rp 1,386 trilyun atau 94,65% dari total pagu. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

74 sebesar 97,20%, diikuti secara berturut-turut kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 96,36%, Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 95,09%, Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 94,82%, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 94,26%, Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 91,79% dan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 90,82%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2012 KODE PROGRAM/KEGIATAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN SEMUSIM PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENGEMBANGAN PENANGANAN PASCA PANEN KOMODITAS PERKEBUNAN PAGU (Rpjuta) ANGGARAN REALISASI (Rpjuta) % , , , , DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DITJEN. BUN DUKUNGAN PENGUJIAN DAN PENGAWASAN MUTU BENIH SERTA PENERAPAN TEKHNOLOGI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN , ,82 JUMLAH ,65 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

75 Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SAU- Kementerian Keuangan sebesar Rp ,- (94,26%) dari pagu yang ada. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan tender serta penghematan. Selain itu, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten belum sepenuhnya memenuhi kewajiban menyiapkan sertifikat kebun petani, khususnya Gernas kakao serta kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2012 meliputi: 1) Perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman kopi. Terdapat tiga jenis kopi yang dikembangkan meliputi (1). kopi robusta yang dilaksanakan di 19 kabupaten 8 provinsi yaitu Sumsel, Bengkulu, Jambi, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, dan NTB (2). kopi arabika yang dilaksanakan di 12 kabupaten 5 provinsi yaitu Aceh, Jambi, Bali, NTB dan Papua dan (3). kopi spesialti yang dilaksanakan di 18 kabupaten 8 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Lampung, Jatim, Bali, NTT dan Sulsel. Capaian L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

76 serapan keuangan untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (88,80%). 2) Rehabilitasi dan intensifikasi tanaman teh yang dilaksanakan di 6 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (99,89%). 3) Perluasan, peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman kakao termasuk Gernas kakao yang dilaksanakan di 124 kabupaten 14 provinsi di Indonesia yaitu Sulteng, Sultra, Sulbar, Sulsel, NTT, Papua, Kalbar, Kaltim, Gorontalo, Bali, Sulut, Maluku, Papua Barat dan Malut. Realisasi anggaran Rp ,- (94,91%). Disamping Gernas kakao, juga terdapat perluasan kakao non Gernas di 35 kabupaten 14 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Lampung, NTT, NTB, Jatim, Jabar, Jateng, DIY, Gorontalo, Pabar dan Papua dengan realisasi keuangan Rp ,- (99,56%). 4) Perluasan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman lada yang dilaksanakan di 5 kabupaten 2 provinsi yaitu Lampung dan Kep. Bangka Belitung. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (99,89%). 5) Peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi tanaman cengkeh yang dilaksanakan di 21 kabupaten 13 provinsi L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

77 No yaitu Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Serapan anggaran sebesar Rp ,- (99,05%). Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2012 Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % ,26 97,66 1 PengembanganTanaman Kopi ,80 97,97 2 Pengembangan tanaman teh ,89 94,06 3 PengembanganTanaman Kakao (non Gernas) ,56 90,46 4 PengembanganTanaman Lada ,89 95,79 5 PengembanganTanaman Cengkeh ,05 95, Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Tanaman Rempah dan Penyegar Pengawalan, pendampingan, sinkronisasi, koordinasi, monev, keuangan, dll Penanaman tanaman rempah penyegar lainnya) ,15 100, ,46 100, ,96 94,44 9 Layanan perkantoran Pusat (Dirat TRP) ,95 100,00 10 Kebijakan, norma, standar,, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, ,78 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

78 Output/ Anggaran (Rp000) No Program Fisik Pagu Realisasi % % keuangan, dll (Dirat RTP) 11 Pembangunan kebun sumber bahan tanaman rempah dan penyegar ,17 92,31 12 Pemurnian, penilaian dan penetapan sumber benih tanaman rempah dan ,84 100,00 penyegar 13 Dukungan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah ,03 100,00 dan Penyegar 15 Gernas kakao ,91 96,90 16 Dukungan kegiatan Gernas kakao ,89 100, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Semusim sebesar Rp ,- (97,20%) dari target. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh masih mengalami sedikit kesulitan dalam penyediaan benih kultur jaringan dan kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dari Kemenhut. Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim pada tahun 2012 meliputi: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

79 1) Pengembangan tanaman tebu termasuk perluasan tebu rakyat, bongkar ratoon/rawat ratoon yang dilaksanakan di 45 kabupaten 11 provinsi yaitu Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel, Gorontalo dan Papua. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (96,17%). 2) Penanaman tanaman kapas yang dilaksanakan di 29 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (100,00%). 3) Penanaman tanaman nilam yang dilaksanakan di 16 kabupaten 11 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Bali, Sultra dan Gorontalo. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (97,16%). Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim disajikan pada Tabel 15. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

80 Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim tahun 2012 No Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % ,20 98,84 1 Pengembangan Tanaman Tebu ,17 96,17 2 Penanaman Tanaman Kapas ,46 100,00 3 Penanaman Tanaman Nilam ,16 100,00 4 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Semusim 5 Penanaman tanaman semusim lainnya 6 integrasi Tanaman Semusim - Ternak 7 Peningkatan kegiatan perlombaan & penghargaan perkebunan dll ,35 100, ,96 50, ,75 85, , ,00 8 Layanan Perkantoran Pusat ,78 100,00 9 Kebijakan, norma, standar, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, dll 10 Pemurnian, penilaian dan penetapan sumber benih 11 Dukungan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman semusim ,37 100, ,00 100, ,26 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

81 Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Tahunan adalah sebesar Rp ,- (96,36%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam. Persyaratan bank dan syaratsyarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2012 meliputi: 1) Peremajaan dan perluasan tanaman karet rakyat yang dilaksanakan di 64 kabupaten 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Papua. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (97,82%). L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

82 2) Peremajaan tanaman kelapa dilaksanakan di 49 kabupaten 21 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Malut, Papuadan Papua Barat. Serapan anggaran sebesar Rp ,- (98,89%). 3) Peremajaan dan perluasan tanaman kelapa sawit dilaksanakan di 7 kabupaten 7 provinsi yaitu Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Kalbar. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (98,24%). 4) Rehabilitasi, peremajaan dan perluasan tanaman jambu mete dilaksanakan di 21 kabupaten 11 provinsi yaitu DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sultra dan Malut. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (98,87%). 5) Penanaman Jarak Pagar untuk pengutuhan Desa Mandiri Energi dilaksanakan di 4 kabupaten 4 provinsi yaitu Kepri, Jatim, NTB dan NTT. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,-(99,11%). L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

83 No 6) Pengembangan tanaman kemiri sunan/minyak dilaksanakan di 7 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,-(97,88%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan seperti pada Tabel 16. Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2012 Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,36 97,53 1 Pengembangan tanaman karet rakyat ,38 95,17 2 Pengembangan tanaman karet di daerah perbatasan, wilayah pasca konflik, tertinggal dan bencana alam ,96 92,27 3 Pengembangan Tanaman Kelapa ,89 99,20 4 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit ,24 97,24 5 Pengembangan tanaman jambu mete ,87 100,00 6 Pengembangan tanaman jarak pagar ,11 100,00 7 Pengembangan kemiri sunan ,88 100,00 8 Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan tanaman tahunan 9 Revitalisasi perkebunan (kelapa sawit, karet) ,94 100, ,97 100,00 10 Pengembangan sistem pertanian ,57 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

84 No Program berbasis tanaman tahunan Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 11 Layanan perkantoran pusat ,28 100,00 12 Kebijakan, norma, standar,, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, dll 13 Pembangunan kebun sumber bahan tanaman tahunan 14 Dukungan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan ,10 100, ,00 98, ,60 100, Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan adalah sebesar Rp ,- (91,79%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik, tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas, unit Fermentasi Biji Kakao belum beroperasi secara optimal, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

85 memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum dilaksanakan. Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2012 meliputi: 1) Penanganan pascapanen tanaman semusim dilaksanakan di 18 kabupaten 8 provinsi yaitu Sumut, Jambi, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan. Sultra. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (100,00%). 2) Penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar dilaksanakan di 51 kabupaten 26 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Babel, Bengkulu, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Maluku, Malut, Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (100,00%). 3) Penanganan pascapanen tanaman tahunan dilaksanakan di 41 kabupaten 17 provinsi yaitu Aceh, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalteng, Kalsel, NTB, NTT, Sulut, L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

86 Maluku dan Malut. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (99,46%). 4) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan di 29 provinsi, kecuali Banten, DKI, DIY dan NTB, dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (86,59%). 5) Fasilitasi Pencegahan Gangguan Usaha Perkebunan dan Konflik dilaksanakan di 22 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Sulut, Sulsel, Sulteng dan Sultra, dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (87,35%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan seperti pada tabel 17 berikut : L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

87 No Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan tahun 2012 Program Pengembangan Penanganan Pascapanen komoditas perkebunan 1 Peningkatan penanganan pascapanen tanaman semusim dan rempah penyegar 2 Peningkatan penanganan pascapanen tanaman tahunan 3 Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,79 95, ,56 91, ,46 23, ,59 100,00 4 Layanan perkantoran pusat ,53 100,00 5 Kebijakan, norma, standar,, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, dll 6 Penanganan gangguan usaha perkebunan dan konflik ,62 100, ,35 100, Dukungan Perlindungan Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan adalah sebesar Rp ,- (95,09%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; Regu proteksi perkebunan tingkat petani umumnya tidak ada lagi; Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah; L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

88 Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; dan Brigade proteksi tanaman kurang berfungsi. Output kegiatan penting untuk Dukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun 2012 meliputi: 1) Pengendalian OPT tanaman perkebunan yang meliputi OPT tanaman kelapa, karet, jambu mete, lada, kopi, cengkeh, tembakau dan tebu dilaksanakan di 47 kabupaten 21 provinsi yaitu Aceh, Riau, Sumsel, Babel, Bengkulu, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultra dan Malut. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (96,58%). 2) Fasilitasi pencegahan kebakaran lahan dan kebun dilaksanakan di 61 kabupaten 9 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (87,09%). 3) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan dilaksanakan di 41 kabupaten 19 provinsi yaitu Aceh, Sumsel, Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, Kalbar, Kaltim, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo dan Malut. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (96,12%). L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

89 No Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel 18. Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2012 Program Dukungan Perlindungan Perkebunan 1 Pengendalian OPT tanaman perkebunan Anggaran (Rp) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,09 99, ,58 99,28 2 Pemberdayaan perangkat ,91 97,73 3 Mitigas dan adaptasi perubahan iklim ,00 100,00 4 Fasilitasi pencegahan kebakaran lahan dan kebun ,09 97,22 5 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan ,12 100,00 6 Layanan kantor pusat (Dirat Perlindungan) 7 Kebijakan, norma, standar,, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan, dll 8 Dukungan kegiatan perlindungan perkebunan ,13 100, ,93 100, ,11 100, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan adalah sebesar Rp ,- (90,27%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut karena optimalisasi dan efisiensi pada kegiatan Pembinaan, L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

90 pengawalan dan pembangunan perkebunan dan kegiatan sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan yang tidak terlaksana sepenuhnya; terbatasnya panitia pengadaan barang/jasa dan beban tugas yang overload; terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit (LHA); penentuan kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan usulan daerah dan koordinasi dengan daerah dalam penentuan kegiatan kurang optimal; Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; dan Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan. Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan seperti pada Tabel 19 berikut: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

91 Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2012 No Program Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % ,27 99,98 1 Layanan perkantoran ,82 100,00 2 Pengadaan sarana & prasarana perkantoran 3 Norma, standar, kebijakan, pedoman, perencanaan, evaluasi, keuangan, ortala, kepegawaian dll ,76 100, ,04 100,00 4 Peningkatan kapabilitas pegawai ,06 50,00 5 Pembinaan, pengawalan, pendampingan dan monev pembangunan perkebunan 6 Sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan 7 Perencanaan, pengelolaan keuangan, data, informasi dan monev, umum 8 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi (DK) 9 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) 10 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya ,40 100, ,23 100, ,68 100, ,21 100, ,37 100, ,86 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

92 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar Rp ,- (94,82%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut antara lain adanya optimalisasi dan efisiensi pada kegiatan pengadaan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Laboratorium; Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; dan Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan. Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada Tabel 20 berikut : L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

93 No Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2012 Program Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % ,82 98,57 1 Layanan Perkantoran ,13 100,00 2 Pengadaan sarana, prasarana perkantoran 3 Administrasi kegiatan, Standar, pedoman, perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan dll ,41 98, ,00 100,00 4 Peningkatan kapabilitas pegawai ,06 79,29 5 Opersional Laboratorium ,39 100,00 6 Pembangunan kebun contoh, demplot, uji, koleksi dll ,82 83,52 7 Pengawasan peredaran benih ,91 100,00 8 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan ,49 100,00 9 Pemanfaatan agensia hayati ,06 100,00 10 Sertifikasi dan pebgujian mutu benih ,13 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

94 Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2012 Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 497 yang tersebar di 33 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2010 dan 2011); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan beridiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 900 juta. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 900 juta, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2012 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

95 Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 184 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (147 satker). Penilaian kinerja berpedoman pada Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun Pedoman tersebut mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun Penilaian ini dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua parameter. Rincian bobot masingmasing parameter sebagai berikut ; a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III bobotnya 15%; b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya 35%; c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%; d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%; e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian negara) bobotnya 5%. Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: : Kurang/Tidak Berhasil : Cukup Berhasil : Berhasil > 95 : Sangat Berhasil. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

96 Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 67 satker (36,41%), berhasil berjumlah 104 satker (56,52%), cukup berjumlah 10 satker (5,44%) dan tidak berhasil berjumlah 3 satker (1,63%). No. Satker Sangat Berhasil Penilaian Kinerja tahun 2012 Cukup Berhasil Berhasil Tidak berhasil 1 Ditjen Perkebunan Balai/UPT Pusat Provinsi Kabupaten/kota Total Apabila dilihat dari penyebaran satker, provinsi yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 7 yaitu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Aceh, Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua dan Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu. Sebaliknya untuk satker yang kinerjanya termasuk tidak berhasil (nilainya < 60) dan cukup berhasil (nilainya antara 60-79) dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

97 No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan A Provinsi dengan Kriteria Cukup Berhasil 1 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 60 Cukup Berhasil 2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat 75 Cukup Berhasil B Provinsi dengan Kriteria Tidak Berhasil 3 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepri 54 Tidak Berhasil C Kabupaten dengan Kriteria Cukup Berhasil 4 Dinas Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ilir 75 Cukup Berhasil 5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nunukan 73 Cukup Berhasil 6 Dinas Perkebunan Kabupaten Berau 60 Cukup Berhasil 7 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tojo Una-una 75 Cukup Berhasil 8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bone 77 Cukup Berhasil 9 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang 77 Cukup Berhasil 10 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sorong Selata 75 Cukup Berhasil 11 Dinas Perkebunan Kabupaten Raja Ampat 72 Cukup Berhasil D Kabupaten dengan Kriteria Tidak Berhasil 12 Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur 30 Tidak Berhasil 13 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Tanaman Pangan Kabupaten Kep. Anambas 15 Tidak Berhasil Dari tabel tersebut, terlihat bahwa satu-satunya satker provinsi yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepri dan yang masuk katagori cukup berhasil adalah Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat. Sedangkan 2 satker kabupaten/kota yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

98 Kalimantan Timur dan Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Tanaman Pangan Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri. Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan sebagaimana disajikan pada Tabel 22. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

99 Tabel 22. Capaian Serapan Anggaran Masing-masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 Kinerja Satker No Satker PAGU (000,-) Realisasi Keuangan (000,-) (%) Realisasi Fisik (%) 1 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat ,78 85,42 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,59 100,00 Kab. Sukabumi 1.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,94 95,00 Kab. Cianjur 1.3 Dinas Perkebunan Kab. Garut ,00 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,75 100,00 Kab. Tasikmalaya 1.5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,00 100,00 Kab. Ciamis 1.6 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,12 89,79 Kab. Kuningan 1.7 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bandung ,48 100,00 2 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah ,91 99,22 100, Dinas Tanaman Pangan Perkebunan dan ,50 95,91 100,00 Kehutanan Kab. Magelang 2.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,60 99,56 100,00 Kab. Batang 2.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,66 99,65 100,00 Kab. Cilacap 2.4 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,60 100,00 Kab. Wonogiri 2.5 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Tegal ,62 100,00 3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi D.I. Yogyakarta ,61 98,65 100, Dinas Perkebunan dan Kehutanan ,99 96,19 100,00 Kab. Kulon Progo 3.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Gunung Kidul ,48 99,71 100,00 4 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur ,88 95,15 98, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Madiun 4.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pacitan 5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Aceh 5.1 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bener Meriah 5.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Aceh Utara ,00 100, ,00 95, ,43 94,49 100, ,84 97,99 100, ,42 98,50 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

100 Kinerja Satker No Satker PAGU (000,-) Realisasi Keuangan (000,-) (%) Realisasi Fisik (%) 5.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,00 100,00 Kab. Aceh Timur 5.4 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,90 100,00 Kab. Aceh Barat 5.5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Nagan Raya ,00 100,00 6 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara ,40 97, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,51 90,26 Kab. Langkat 6.2 Dinas Perkebunan Kab. Batubara ,85 88, Dinas Perkebunan dan Peternakan ,96 97,77 Kab. Tapanuli Selatan 6.4 Dinas Perkebunan Kab. Simalungun ,50 99,12 88, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Mandailing Natal ,47 89,76 7 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat ,40 88,93 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,80 88,42 100,00 Kab. Agam 7.2 Dinas Perkebunan Kab. Pasaman ,60 97,27 100, Dinas Pertanian, Perkebunan dan ,70 101,80 100,00 Kehutanan Kab. Tanah Datar 7.4 Dinas Perkebunan Kab. Pasaman Barat ,30 96,49 100, Dinas Perkebunan Kab. Dharmas Raya ,57 100,00 8 Dinas Perkebunan Provinsi Riau ,90 89,32 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,97 100,00 Kab. Meranti 8.2 Dinas Perkebunan Kab. Indragiri Hilir ,40 83, Dinas Perkebunan Kab. Kuantan Sengingi ,86 98, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Rokan Hulu ,44 98,44 9 Dinas Perkebunan Provinsi Jambi ,25 96,12 100, Dinas Perkebunan Kab. Batanghari ,05 100, Dinas Perkebunan Kab. Tanjung Jabung Barat 9.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bungo 9.4 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Sarolangun ,50 90,32 90, ,48 98,10 80, ,30 94,89 95,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

101 Kinerja Satker No Satker PAGU (000,-) Realisasi Keuangan (000,-) (%) Realisasi Fisik (%) 9.5 Dinas Perkebunan dan Kehutanan ,05 100,00 Kab. Merangin 9.6 Dinas Perkebunan Kab. Tebo ,50 96,22 96,25 10 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan ,46 96,62 85, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,90 84,75 Kab. Ogan Komering Ulu 10.2 Dinas Perkebunan Kab. Musi Banyuasin ,60 100, Dinas Perkebunan Kab. Muara Enim ,80 96,39 100, Dinas Perkebunan Kab. Musi Rawas ,18 99,77 99, Dinas Perkebunan Kab. Ogan Komering Ilir ,98 75,18 11 Dinas Perkebunan Provinsi Lampung ,33 99,00 99, Dinas Pertanian, Perkebunan dan ,40 99,48 99,48 Kehutanan Kab. Tulang Bawang Barat 11.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,18 97,10 Kab. Lampung Utara 11.3 Dinas Perkebunan Kab. Lampung Barat ,06 99, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tanggamus 11.5 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Lampung Timur 11.6 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Pesawaran 11.7 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Way Kanan 12 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat 12.1 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sambas 12.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sanggau 12.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sintang 12.4 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Kapuas Hulu 13.4 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bengkayang 14.5 Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Singkawang 13 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah ,00 100, ,00 100, ,00 100, ,00 100, ,65 95,21 102, ,20 99,21 94, ,32 99,26 99, ,80 99,08 98, ,39 96, ,93 100, ,44 97,03 100, ,90 97,85 96,04 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

102 Kinerja Satker No Satker PAGU (000,-) Realisasi Keuangan (000,-) (%) Realisasi Fisik (%) 13.1 Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Gunung Mas 13.2 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Kapuas 13.3 Dinas Perkebunan Kab. Kotawaringin Barat 13.4 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Pulang Pisau 13.5 Dinas Perkebunan Kab. Kotawaringin Timur 14 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan ,67 89, ,70 97,68 98, ,65 95,67 96, ,37 100, ,56 99, ,89 89,22 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,95 95,90 100,00 Kab. Hulu Sungai Tengah 14.2 Dinas Perkebunan Kab. Tabalong ,20 99,34 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Balangan ,50 94,74 100,00 15 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur ,43 65,43 85, Dinas Perkebunan Kab. Kutai Timur ,42 59, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,54 67,82 Kab. Nunukan 15.3 Dinas Perkebunan Kab. Berau ,01 83,71 66,97 16 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara ,13 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,00 99,76 Kab. Minahasa Tenggara 16.2 Dinas Pertanian, Perkebunan dan ,70 93,69 100,00 Kehutanan Kab. Bolang Mongondow Utara 16.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,95 100,00 Kab. Bolang Mongondow 16.4 Dinas Perkebunan Kab. Minahasa Selatan ,47 100,00 17 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah ,23 98,73 99, Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan ,78 98,57 98,44 dan Kesehatan Hewan Kab. Toja Una- Una 17.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,64 97,92 97,92 Kab. Poso 17.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan , ,10 98,29 100,00 Kab. Donggala 17.4 Dinas Perkebunan Kab. Toli-Toli ,31 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

103 Kinerja Satker No Satker PAGU (000,-) Realisasi Keuangan (000,-) (%) Realisasi Fisik (%) 17.5 Dinas Perkebunan Kab. Buol ,66 99,71 99, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Parigi Moutong 17.7 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,16 97,47 Kab. Sigi 17.8 Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Kelautan Kota Palu ,63 99,37 100,00 18 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan ,70 95,97 98, Dinas Pertanian dan Perkebunan ,63 94,91 93,33 Kab. Enrekang 18.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,70 78,29 90,00 Kab. Bone 18.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,10 78,46 97,96 Kab. Pinrang 18.4 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,45 94,76 100,00 Kab. Wajo 18.5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,41 96, Kab. Luwu 18.6 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,23 81,57 93,52 Kab. Bulukumba 18.7 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,37 90,78 95,63 Kab. Soppeng 18.8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Luwu Utara ,66 98,50 19 Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara ,35 97,13 99, Dinas Pertanian Kab. Muna ,42 98,69 98, Dinas pertanian, Peternakan, Perkebunan ,65 93,07 97,15 dan Hortikultura Kab. Bombana 19.3 Dinas Perkebunan dan Hortikultura ,50 80,43 90,65 Kab. Kolaka Utara 19.4 Dinas Pertanian Kab. Konawe ,30 85, Dinas Perkebunan Kab. Kolaka ,40 97,85 99, Dinas Perkebunan dan Hortikultura Kab. Konawe Selatan ,40 93,69 99,15 20 Dinas Pertanian Provinsi Maluku ,81 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Maluku Tenggara Barat 20.2 Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Pulau Buru 20.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Seram Bagian Barat ,77 100, ,91 100, ,70 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

104 Kinerja Satker No Satker PAGU (000,-) Realisasi Keuangan (000,-) (%) Realisasi Fisik (%) 20.4 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Seram Bagian Timur ,97 100,00 21 Dinas Perkebunan Provinsi Bali ,55 99, Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan ,66 100,00 Kab. Jembrana 21.2 Dinas Pertanian, Kehutanan dan ,15 97,80 90,64 Perkebunan Kab. Gianyar 21.3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tabanan ,98 92,13 22 Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat ,75 96,00 96, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,00 Kab. Lombok Timur 22.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,00 100,00 Kab. Sumbawa 22.3 Dinas Perkebunan Kab. Dompu ,20 100,00 100,00 23 Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur ,33 98,84 100, Dinas Pertanian dan Perkebunan ,00 100,00 Kab. Belu 23.2 Dinas Pertanian, Perkebunan dan , ,00 Peternakan Kab. Sikka 23.3 Dinas Perkebunan Kab. Alor ,00 100, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,40 100,00 Kab. Manggarai 23.5 Dinas Perkebunan Kab. Sumba Timur , Dinas Perkebunan Kab. Sumba Barat ,00 100,00 Daya 23.7 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,54 100,00 Kab. Flores Timur 23.8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Ende ,67 96,02 100,00 24 Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua ,50 94,81 99, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,52 100,00 Kab. Biak Numfor 24.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,51 96,65 Kab. Merauke 24.3 Dinas Pertanian dan Perkebunan ,00 85,19 Kab. Nabire 24.4 Dinas Perkebunan Kab. Jayapura ,10 99,92 96, Dinas Perkebunan Kab. Sarmi ,99 82,97 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

105 Kinerja Satker No Satker PAGU (000,-) Realisasi Keuangan (000,-) (%) Realisasi Fisik (%) 24.6 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Keerom ,44 99,58 96,31 25 Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu ,55 97,97 100, Dinas Pertanian, Peternakan dan ,66 100,00 Perkebunan Kab. Seluma 25.2 Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan ,52 100,00 dan Kehutanan Kab. Muko-Muko 25.3 Dinas Pertanian, Perkebunan dan ,86 100,00 Kehutanan Kab. Bengkulu Tengah 25.4 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,11 100,00 Kab. Bengkulu Utara 25.5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Kepahiang ,83 100,00 26 Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara ,73 99, Dinas Pertanian Kab. Halmahera Utara ,69 100, Dinas Pertanian Kab. Halmahera Barat ,69 100, Dinas Perkebunan Kab. Halmahera ,00 100,00 Tengah 26.4 Dinas Perkebunan Kab. Halmahera ,63 99,40 Selatan 26.5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Kepulauan Sula ,77 99,20 27 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,10 99,31 100,00 Provinsi Banten 28 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ,30 93,12 90, Dinas Perkebunan dan Kehutanan ,29 100,00 Kab. Bangka Selatan 28.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,36 90,00 Kab. Bangka Barat 28.3 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab Bangka Tengah ,95 96,45 97,03 29 Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Gorontalo ,82 92, Dinas Pertanian,Tanaman Pangan dan ,69 94,48 Perkebunan Kab. Gorontalo 29.2 Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Pahuwato ,08 92,29 96,23 30 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau ,46 75, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,79 100,00 Kab. Natuna 30.2 Dinas Pertanian Kab. Bintan ,66 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

106 Kinerja Satker No Satker PAGU (000,-) Realisasi Keuangan (000,-) (%) Realisasi Fisik (%) 30.3 Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Tanaman Pangan Kab. Kepulauan Anambas ,55 15,00 31 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Papua Barat ,32 75, Dinas Pertanian, Peternakan dan ,80 79,04 Perkebunan Kab. Manokwari 31.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,10 77,41 Kab. Sorong Selatan 31.3 Dinas Perkebunan Kab. Raja Ampat ,18 78, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Teluk Wondama ,00 80,00 32 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat ,35 94,68 96, Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,81 90,49 95,00 Kab. Majene 32.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan ,30 97,07 Kab. Mamuju 32.3 Dinas Perkebunan Kab. Mamuju Utara ,93 97,07 98, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Polewali Mandar 32.5 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultura Kab. Mamasa 33 UPT Pusat ,80 96,18 100, ,90 98,22 100, Balai Besar (BBP2TP) Surabaya ,59 91, Balai Besar (BBP2TP) Medan ,39 95,39 100, Balai (BPTP) Pontianak ,79 88,82 100, Balai Besar (BBP2TP) Ambon ,47 97,23 100,00 - Penambahan pembayaran gaji pegawai Balai Besar Ambon 34 Pusat , Dirat Tanaman Rempah dan Penyegar ,01 89,00 89, Dirat Tanaman Semusim ,64 97,45 97, Dirat Tanaman Tahunan ,34 96,65 96, Dirat Penangan Pascapanen ,62 83,75 83, Dirat Perlindungan Perkebunan ,75 97,11 97, Sekretariat Ditjen Perkebunan ,92 86,83 100,00 L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

107 Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2012 yang dipantau oleh UKP4 meliputi 5 kegiatan terdiri dari (1) Terlaksananya areal giling tebu ha, (2) Tergunakannya 50% benih unggul tebu bermutu, (3) Tersedianya calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas ha, (4) Tersedianya batang benih sawit unggul bermutu dan (5) Terbangunnya tangki timbun untuk perusahaan perkebunan. Capaian pelaksanaan kegiatan tersebut semuanya 100% atau melebihi dengan penilaian capaian kinerja oleh UKP4 masingmasing sebagai berikut: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

108 No Kegiatan Capaian kinerja (%) Warna Kategori 1 Terlaksananya areal giling tebu ha 100,26 Biru Sangat berhasil 2 Tergunakannya 50% bemih unggul tebu bermutu 101,20 Biru Sangat berhasil 3 Tersedianya calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas ha 4 Tersedianya batang benih sawit unggul bermutu 5 Terbangunnya tangki timbun untuk perusahaan perkebunan 107,08 Biru Sangat berhasil 104,02 Biru Sangat berhasil 100,00 Hijau Berhasil Adapun rinciannya untuk masing-masing kegiatan sebagaimana disajikan pada Lampiran 6. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

109 BAB V KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.1. Permasalahan yang dihadapi Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2012 secara umum adalah tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan Administrasi o o Masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan; Usulan revisi DIPA atau POK belum sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan terdapat pula usulan revisi yang disampaikan lebih dari satu kali dari bidang yang berbeda dalam satu Satker; L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

110 o Terdapat beberapa Satker di daerah yang melakukan revisi sendiri dan tidak mematuhi mekanisme usulan revisi sesuai dengan ketentuan; o Lambatnya penetapan CP/CL oleh Bupati; o Terbatasnya panitia pengadaan barang/jasa dan beban tugas yang overload; o Sanggahan banding; o Penggunaan uang yang tidak mengikuti ROPAK; o Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan kabupaten; o Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit (LHA); Teknis Perencanaan o Terlambatnya usulan proposal kegiatan dari daerah (provinsi dan kabupaten/kota); o Penentuan kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan usulan daerah dan koordinasi dengan daerah dalam penentuan kegiatan kurang optimal; L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

111 o Penyusunan RUK kurang cermat sehingga dalam implikasinya kegiatan tidak mengacu pada ruk o Unit cost yang terlalu kecil; o Sertifikasi lahan petani belum ada; o Pengetahuan dan pemahaman implementasi MP3EI belum optimal di lapangan; o Petugas kurang memahami dalam menangani TLHA/P, o Kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dari Kemenhut (sampai saat ini baru tersedia Ha di Merauke; o Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; o Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan, baik yang bersumber dari PAD maupun Dana Perimbangan; o Tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam; o Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum berjalan sesuai dengan rencana; o Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK provinsi yang belum selesai; o Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; o Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan; L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

112 o Terjadinya anomali iklim Pengorganisasian o Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk; o SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; o Kurangnya transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, dan pelaksana kegiatan; o Regu proteksi perkebunan tingkat petani umumnya tidak ada lagi; o Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah; o Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan (petugas dan petani); o Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; o Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu; o Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan; o Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik; o Belum adanya lembaga Penjaminan Kredit Petani; o Tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

113 o Pemerintah Provinsi dan Kabupaten belum sepenuhnya memenuhi kewajiban menyiapkan sertifikat kebun petani, khususnya Gernas kakao; o Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten; o Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; o Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha Pelaksanaan o Pemanfaatan pengolahan limbah dan hasil samping pada kegiatan integrasi sawit-ternak sapi tidak dipergunakan sebagaimana mestinya; o Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; o Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas; o Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani belum memadai; o Brigade proteksi tanaman kurang berfungsi; L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

114 o o o o o o o Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota; Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan jalan usaha tani; Unit Fermentasi Biji Kakao belum beroperasi secara optimal; Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Perkebunan yang tercatat dan ditatausahakan di Daerah sebagian besar merupakan aset eks. Proyek-Proyek Direktorat Jenderal Perkebunan yang perolehannya mulai dari tahun Kondisi aset tersebut sebagian besar telah rusak berat Belum seluruhnya lokasi merealisasikan benih kuljar untuk tebu dan merivisi menjadi KBD konvensional; Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over; Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan modal untuk menampung hasil produksi anggotanya. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

115 Pengawasan o Monev dan pelaporan terlambat; o Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi penanganan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan; o Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatankegiatan pembangunan perkebunan; o Kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum dilaksanakan; o Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana (paling lambat tanggal 31 Desember 2014 seluruh perusahaan perkebunan sudah harus menerapkan ISPO) Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi tersebut meliputi: L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

116 Administrasi Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; Percepatan proses pengadaan barang/jasa; Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll); Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan benih; Penerapan reward dan punishment; Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai rencana operasional kegiatan; Melakukan percepatan transfer dana bansos ke rekening kelompok; Proses usul penghapusan BMN yang tidak ditemukan dan kondisi rusak berat; Proses usul Hibah BMN Dekonsentrasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota Proses usul Hibah BMN Tugas Pembantuan kepada Pemerintah Daerah dimana SKPD BMN tersebut tercatat. Pencapaian pelaksanaan anggaran tahun 2012 sebagai pertanggungjawaban moral dan pemanfaatan anggaran kepada pemerintah maupun masyarakat; Menyiapkan dan menyampaikan laporan keuangan (SAK dan SIMAK-BMN) semester II TA 2012 Kepada UAPPA/B L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

117 Wilayah dan UAPPA/B E-1 Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan tepat waktu. Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL Teknis Perencanaan Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi agar segera ditindak lanjuti; Mempercepat proses revisi; Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya; Dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas anggaran, dll Pengorganisasian Telah dilaksanakan pembagian tugas antara Sekretariat dan Direktorat sebagai penanggung jawab capaian fisik kegiatan dan keuangan sesuai wilayah binaan (5-6 provinsi); Evaluasi kinerja satker per triwulan yang disampaikan kepada setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

118 mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian; Surat tentang capaian kinerja satker kepada Gubernur selaku wakil pemerintah pusat sekaligus penanggung jawab kegiatan di tingkat provinsi dan Bupati/Walikota selaku penanggung jawab pelaksanaan kegiatan; Penilaian kinerja satker yang akan disampaikan pada awal tahun Penilaian kinerja satker meliputi 5 (lima) unsur yang terdiri atas capaian fisik, capaian keuangan, ketepatan dan keteraturan pelaporan serta penyelesaian LHP/A; Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapangan/petani; Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan; Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

119 dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; Penyediaan dana penjaminan untuk kredit KPEN-RP melalui dana pemerintah, khususnya untuk komoditi Karet dan Kakao, diusulkan kepada Kemenkeu Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk mengalokasikan pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional; Meminimalkan campur tangan dari pihak lain, seperti Bupati, DPRD, dll Pelaksanaan Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan penyerapan keuangan; Diupayakan unitcost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; Pengembangan program integrasi sawit-ternak sapi pada perkebunan rakyat perlu diarahkan pada suatu gerakan yang terkonsentrasi dengan orientasi bisnis; Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

120 dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit, (didahulukan dengan cover letter jikasertifikasi lahan petani belum ada); Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan; Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja; Pencairan dana dimulai secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; Mempercepat penyelesaian piutang negara pada petani eks Proyek UPP tersebut dengan (a) Penghapusan non pokok (bunga dan denda) Pinjaman petani dan (b) Pengendalian piutang negara pada petani. Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupaten; Meningkatkan intensitas sosialisasi ISPO kepada stakeholder terkait. Penerapan kemitraan usaha antara lain melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam rangka untuk mencegah terjadinya gangguan usaha perkebunan. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

121 Pengawasan Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan; Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan petugas pusat ke satker daerah, Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan secara intensif; Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masingmasing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian negara, khususnya temuan lama; Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit (TLHA); Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan, baik melalui , faksimile, telepon maupun media lainnya. Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan. L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

122 BAB VI PENUTUP Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan yang menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan tahun 2012 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat. Laporan ini memberikan informasi terhadap capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja. Pembandingan realisasi kinerja dilakukan terhadap target sebagaimana tertuang dalam RENSTRA tahun , RKT/PK tahun 2012 dan terhadap kinerja tahun 2011 serta perkembangan selama lima tahun terakhir. Secara umum kinerja pembangunan perkebunan tahun 2012, untuk sasaran makro capaiannya melebihi target yang ditetapkan dalam RKT Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Untuk sasaran mikro, meskipun L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

123 terjadi perubahan iklim, capaian luas areal perkebunan meningkat 0,85% dibandingkan tahun 2011 dan produksi meningkat 2,51% dibandingkan tahun Realisasi serapan anggaran pada tahun 2012 sebesar 94,65% dengan realisasi fisik sebesar 98,18%. Dalam rangka menghadapi berbagai kendala dalam upaya pencapaian sasaran program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan, diperlukan komitmen yang kuat. Sinergisitas program dan kegiatan berbagai unit kerja eselon I dan instansi terkait akan mampu meningkatkan keefektifan, keefisienan dan keekonomian pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan. Selain itu, dukungan sinergisitas gerakan seluruh pelaku usaha perkebunan diharapkan mampu mendorong capaian sasaran pembangunan perkebunan sebagaimana telah ditetapkan, baik dalam Renstra Tahun , Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2012 maupun Dokumen Penetapan Kinerja Tahun L a p o r a n K i n e r j a T a h u n

Direktorat Jenderal Perkebunan

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} Ilirektorat lenderal Perkebunan Tahun 2013 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian = :3 =3 ra = g l' ]' It 3 it = =3 =t 5 =t 3 3 I I :t =t I =t g =t =t =t I =t

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T )

RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T ) RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T ) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JUNI 2013 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2012 merupakan acuan pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii iv v vi DAFTAR TABEL vii viii DAFTAR GAMBAR ix x DAFTAR LAMPIRAN xi xii 1 PENDAHULUAN xiii xiv I. PENDAHULUAN 2 KONDISI UMUM DIREKTOAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2005-2009

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja kesepakatan/perjanjian kinerja antara atasan

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama pemerintahan, kelembagaan yang efektif dan effisien dengan tata laksana

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2016 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2015 adalah laporan kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Perkebunan Kementerian

Perkebunan Kementerian -a t -t!!!!! g -t t! J t J -t 9 RENCANA KNERJA TAHUNAN {RKT} $ekretariat llirektorat enderal Perkebunan Tahun 201 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian..-_.,:*l j l! t t t g ^ - ;!! t t

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017 Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, 26-27 Januari 2017 Prioritas Nasional KETAHANAN PANGAN dengan 2 Program Prioritas yaitu: 1) PENINGKATAN PRODUKSI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012 Hal i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam mencapai tujuan atau sasaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau strategis instansi.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Sasaran... 1.4 Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR BAB II PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) mengacu pada Ketetapan MPR RI nomor : XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015 Dinas Provinsi Jawa Barat 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global, antara lain berperan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan umum pembangunan perkebunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan 2010 sd 2014, yaitu mensinergikan seluruh sumber

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Diharapkan rencana strategis ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan pengembangan budidaya tanaman tahunan kedepan.

KATA PENGANTAR. Diharapkan rencana strategis ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan pengembangan budidaya tanaman tahunan kedepan. RENSTRA DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN 20102014 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Tanaman Tahunan tahun 2010 2014 merupakan arah dan langkahlangkah strategis yang akan dilaksanakan oleh Direktorat

Lebih terperinci

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2012 LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE 2015-2019 MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN Disampaikan pada : Musrenbangtan Nasional Tahun 2014 Jakarta, 13 Mei 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN aoi'il

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN aoi'il :t = t j -i -i _t _t rt rt -r :! _t -t RENCANA KINERA TAHUNAN (RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN aoi'il DI REKTORAT EN DERAL PERKEBUNAN DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR akarta, Desember

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS Disampaikan pada Rapat Kerja Akselerasi Industrialisasi dalam Rangka Mendukung Percepatan dan Pembangunan Ekonomi, Hotel Grand Sahid, 1 Pebruari 2012

Lebih terperinci

Kebijakan Pengelolaan Data Komoditas Perkebunan

Kebijakan Pengelolaan Data Komoditas Perkebunan Kebijakan Pengelolaan Data Komoditas Perkebunan DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2016 METODE PENGUMPULAN DATA SECARA ONLINE DITJEN PERKEBUNAN Melalui e-statistik perkebunan Melalui

Lebih terperinci

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN 5.1. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA 5.1.1. Dasar Hukum Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Tugas Pembantuan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

TRHUN IO I 5 RENCANA KINERJA TAHUNAN {RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR. J J J :l J J J J J :3 J. J ri :t J J J J J J J J

TRHUN IO I 5 RENCANA KINERJA TAHUNAN {RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR. J J J :l J J J J J :3 J. J ri :t J J J J J J J J =- =i j :l :t :3 13 rt ri :t = RENCANA KINERA TAHUNAN {RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN IO I 5 DI REKTORAT EN DERAL PERKEBUNAN DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR akarta, uni 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan R E N S T R A Draft Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan 2010-2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 i RKT 2012 Direktorat Perlindungan Perkebunan KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Direktorat Pengolahan

Lebih terperinci

Program Pembangunan Perkebunan 2018

Program Pembangunan Perkebunan 2018 Program Pembangunan Perkebunan 2018 PENYELENGGARAAN PERKEBUNAN PERKEBUNAN= Segala kegiatan pengelolaan SDA, SDM, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana BAB I. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pembangunan pedesaan merupakan pembangunan yang berbasis desa dengan mengedepankan seluruh aspek yang terdapat di desa termasuk juga pola kegiatan pertanian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 disusun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2012 Direktur Tanaman Tahunan. Ir. Rismansyah Danasaputra, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2012 Direktur Tanaman Tahunan. Ir. Rismansyah Danasaputra, MM NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2011 adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pendahuluan Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui perannya dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian Analisis Kebijakan 33 Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian Pendahuluan Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian LAPORAN KINERJA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian IKHTISAR EKSEKUTIF Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS CENGKEH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS CENGKEH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS CENGKEH Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PEMANDU LAPANG TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Pelatihan Pemandu

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci