Direktorat Jenderal Perkebunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Direktorat Jenderal Perkebunan"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat kepada semua pihak yang terkait dengan pembangunan perkebunan sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun Dalam laporan kinerja ini disajikan informasi berupa capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting sesuai dokumen Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun Capaian kinerja tahun 2013 menambah keyakinan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2013 telah berjalan sesuai dengan jalur yang benar. Laporan kinerja Tahun 2013 ini tersusun dari kompilasi capaian-capaian dari seluruh satker yang berjumlah 138 satker yang tersebar di Seluruh Indonesia serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat sebagai landasan dalam pembangunan perkebunan selanjutnya. Jakarta, Maret 2014 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS NIP Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sasaran Ruang Lingkup... 4 II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun Startegi Umum Strategi Khusus Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Strategi Pengembangan Komoditas Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan Strategi Investasi Usaha Perkebunan Startegi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup Target Menteri Pertanian Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 ii

4 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Program Pembangunan Perkebunan Tahun Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun III. KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL Indikator Makro Pembangunan Perkebunan Produk Domestik Bruto (PDB) Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan Investasi Pembangunan Perkebunan Neraca Perdagangan Komodita Perkebunan Nilai Ekspor Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat Pendapatan Pekebun Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan Luas Areal Produksi Produktivitas IV. KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 iii

5 Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Direktur Tanaman Semusim Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Direktur Tanaman Tahunan Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Direktur Perlindungan Perkebunan Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Capaian Kinerja Keuangan Tahun Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 iv

6 Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Dukungan Perlindungan Perkebunan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau oleh UKP V. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.1. Permasalahan yang Dihadapi Administrasi Teknis Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan Rencana Aksi dan upaya Penyelesaian Administrasi Teknis Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan VI. PENUTUP Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 v

7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya, dan Ambon Tahun Tabel 12. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2013 per Eselon I di Lingkup Kementerian Pertanian Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 vi

8 Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran dan Fisik Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan Tahun Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Tahun Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun Tabel 21. Kinerja Satker Berdasarkan Kriteria Nilai Tabel 22. Capaian Serapan Anggaran Masing-Masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Tabel 23. Capaian Serapan Anggaran Masing-masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun Lampiran 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 yang Dimonitor Oleh UKP Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 viii

10 BAB I PENDAHULUAN Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Secara karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan bentuk pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan terdiri dari 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan baku industri, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila ditinjau dari bentuk pengusahaannya, usaha perkebunan terdiri atas perkebunan besar negara (5%), perkebunan besar swasta (24%) dan perkebunan rakyat (71%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

12 Tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana dituangkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta berbagai persoalan yang mendasar seperti adanya tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumberdaya lahan, air dan energi, terjadinya perubahan iklim global, kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih terbatasnya kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya akses petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, serta kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan perkebunan. Perubahan paradigma pembangunan perkebunan yang dilakukan melalui pendekatan otonomi daerah oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, membawa konsekuensi perubahan kewenangan dan fasilitasi pelaksanaan pembangunan perkebunan antara pemerintah provinsi Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

13 dan kabupaten/kota, yang berdampak pada jauhnya rentang kendali antara pusat, provinsi dan kabupaten, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran program dan kebijakan pembangunan perkebunan dan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan secara umum. Untuk melihat keefektifan, keefisienan dan keekonomian pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan diperlukan pengukuran capaian kinerja, baik terhadap sasaran makro, sasaran mikro maupun penetapan kinerja yang merupakan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian pada tahun Oleh karenanya, laporan ini akan menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan tahun 2013 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 mengamanatkan agar setiap institusi termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan untuk melakukan pengukuran kinerja atas satker-satker di jajarannya dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja Tujuan Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi dan gambaran secara utuh terhadap capaian-capaian kinerja Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

14 pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun Sasaran Sasaran laporan kinerja ini adalah memberikan gambaran capaian kinerja pembangunan perkebunan secara utuh dan jelas pada tahun 2013 kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan perkebunan Ruang Lingkup Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini menyajikan capaian kinerja makro (PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan NTP), kinerja mikro (luas areal, produksi dan produktivitas) dan penetapan kinerja (kegiatan yang dibiayai dengan APBN tahun 2013). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

15 BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

16 Bab 2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode , dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan tahun Karena tahun 2013 merupakan bagian dari Renstra tahun , maka Kebijakan Umum pembangunan perkebunan adalah: Mensinergikan seluruh sumberdaya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun Kebijakan Teknis pembangunan perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu: Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

17 dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun Strategi Umum Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode , strategi pembangunan pertanian tahun yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi strategi umum pembangunan perkebunan tahun Sehingga untuk tahun 2013, strategi umum pembangunan perkebunan mengacu 7 (tujuh) komponen gema revitalisasi dengan penjelasannya secara garis besar sebagai berikut: 1). Revitalisasi lahan Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

18 2). Revitalisasi perbenihan Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era Revolusi Hijau di tahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini juga karena penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka perangkat perbenihan/ perbibitan harus kuat. 3). Revitalisasi infrastruktur dan sarana Jalan usaha tani sangat penting dalam meningkatkan efisiensi usahatani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usahatani dan jalan tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah sentra produksi pertanian. 4). Revitalisasi sumberdaya manusia Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian. Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

19 Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan aparatur pertanian. 5). Revitalisasi pembiayaan petani Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah ke bawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan yang sudah ada, dan menumbuhkan kembali koperasi khusus di bidang pertanian. 6). Revitalisasi kelembagaan petani Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia (petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

20 dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi. 7). Revitalisasi teknologi dan industri hilir Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan, pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian lapangan dan kelembagaan petani; mendorong pengembangan industri pengolahan pertanian di pedesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga komoditas pertanian, dan meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

21 Strategi Khusus Strategi umum pembangunan perkebunan tahun merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut: 1). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan 2). Pengembangan komoditas 3). Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan 4). Investasi usaha perkebunan 5). Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan 6). Pengembangan sumberdaya manusia 7). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha 8). Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) berupa penyediaan benih unggul bermutu/bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

22 1). Mengembangkan budidaya tanaman perkebunan melalui penerapan IPTEK dan 4-ASI (Intensifikasi, Rehabilitasi, Ekstensifikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem penyuluhan dan pendampingan yang intensif. 2). Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. 3) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan lahan Strategi Pengembangan Komoditas Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor: 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tanggal 22 September 2006 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tanggal 19 Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan nasional yang meliputi : karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar, tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

23 spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini adalah: 1). Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah dengan penerapan teknologi budidaya yang baik. 2). Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang sesuai. 3). Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu kawasan. 4). Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah bencana alam serta wilayah pemekaran. 5). Mendorong pengembangan aneka produk (products development) perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh peningkatan nilai tambah. 6). Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan perkebunan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

24 Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (UU Nomor: 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Sebagai tindak lanjut dari target utama Kementerian Pertanian, yaitu Peningkatan Diversifikasi Pangan yang diindikasikan dari skor PPH (93,3) pada tahun 2014), sub sektor perkebunan diamanahkan secara khusus untuk berkontribusi dalam pemenuhan skor PPH tersebut dari komponen minyak dan lemak, dan gula yang ditargetkan rata-rata 15 point per tahun sampai dengan Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi: (1) Meningkatkan pengembangan diversifikasi usahatani dengan komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara intensif dan berkelanjutan. (2) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui integrasi cabang usahatani ternak yang sesuai pada areal perkebunan. (3) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pangan yang berasal dari perkebunan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

25 Strategi Investasi Usaha Perkebunan Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim investasi yang kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan dan meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan swasta. Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit komersial untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program untuk petani meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR serta kredit komersial lainnya. Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Rencana aksi dari strategi ini adalah: 1) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam memperoleh kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi usaha perkebunan; 2) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk pengembangan perkebunan terutama untuk usaha kecil dan menengah; 3) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, mencakup pengembangan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan keamanan berusaha; 4) Memberikan fasilitasi tersedianya sumber dana dari pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk pengembangan usaha perkebunan; 5) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam pembangunan perkebunan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

26 Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna meningkatkan produktivitas. Berbagai capaian yang telah diraih yaitu Simonev, SAI, Simpeg, Website, dan e-form maupun e- government. Dalam rangka pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut: (1) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan menyusun, memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen, permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat. (2) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun masyarakat dengan cara: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

27 (1) Petugas Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas termasuk di dalamnya petugas fungsional. Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun sistem pengawasan yang efektif. Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang profesional. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap prakarsa petugas yang proaktif dalam mewujudkan pelayanan prima sesuai kebutuhan pelaku usaha. (2) SDM Pekebun dan Masyarakat Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan kemandirian pekebun dan masyarakat untuk mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan. Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya dalam memperkuat/ mempertangguh usaha taninya. Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan usaha serta menjalin kemitraan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

28 Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah yang dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai koperasi komoditas yang berbadan hukum. Kelembagaan petani dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelembagaan petani yang bersifat sosial dan yang berfungsi ekonomi. Kelembagaan petani yang bersifat sosial berupa asosiasi petani, sedangkan kelembagaan petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditas. Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan. Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah: (1) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya yang tersedia. (2) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh dari bawah. (3) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan keuangan pedesaan. (4) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan kelembagaan usahanya. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

29 (5) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan masyarakat sekitar perkebunan. Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat asosiasi komoditas maupun dewan komoditas perkebunan Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini, pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah: (1) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah konservasi tanah dan air. (2) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan. (3) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati, agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

30 (4) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi penyerapan karbon, penyedia oksigen dan peningkatan peran serta fungsi hidroorologis. (5) Meningkatkan upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar Target Menteri Pertanian Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun Sesuai kontrak kerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI, selama lima tahun ke depan ( ), Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) target utama yaitu: (1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan untuk mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun 2014 telah mencapai swasembada gula nasional baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri; (2) Peningkatan diversifikasi pangan Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

31 Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi terhadap skor PPH sebesar 15 point yang berasal dari minyak, lemak, dan gula. (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir 2014, ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan harus dalam bentuk olahan. (4) Peningkatan kesejahteraan petani Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2013 Target penyerapan anggaran Kementerian Pertanian dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian tahun 2013, dengan tahapan target penyerapan/realisasi keuangan berurutan sebagai berikut yaitu pada triwulan I sebesar 25%, triwulan II sebesar 50%, triwulan III sebesar 75% dan triwulan IV mendekati 100%. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

32 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor : SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor : 0142/M.PPN/06/2009 Tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output. Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2013 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha secara optimal. Dari 127 komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

33 Tahun 2010, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar, kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masingmasing Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 Sebagai penjabaran dari program masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor: 61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: (1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; (2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; (3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

34 (7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP 2 TP Medan, BBP 2 TP Surabaya dan BBP 2 TP Ambon Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumber daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala perioritas tersebut ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan yaitu: 1) Revitalisasi Perkebunan 2) Swasembada Gula Nasional 3 Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energi) 4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 5) Pengembangan Komoditas Ekspor 6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri 7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

35 BAB III KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

36 Bab 3 KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL Pembangunan perkebunan tahun 2013 merupakan bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan tahun yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya dari Sektor Pertanian. Lebih lanjut, target dalam Renstra dimaksud dijabarkan menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) selama 5 tahun yang didalamnya termasuk RKT Pembangunan Perkebunan Tahun Terkait dengan hal tersebut, Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini menggambarkan capaian-capaian indikator makro dan indikator mikro pembangunan perkebunan sampai dengan tahun Indikator Makro Pembangunan Perkebunan Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2013 secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar petani (NTP) sebagai berikut : Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

37 Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 NO. INDIKATOR CAPAIAN Laju Pertumb *) Per th (%) 1 Pertumbuhan PDB - harga berlaku (Rp milyar) ,19 - harga konstan (Rp milyar) ,78 2 Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) 20,47 20,58 20,94 21,12 21,28 0,98 3 Investasi (Rp Triliun) 35,32 48,75 58,79 75,45 77,24 22,33 4 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 22,87 23,23 29,36 27,52 22,74 0,99 5 Pendapatan pekebun (US$/KK) ,96 6 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 16,99 24,73 32,22 29,96 26,82 14,61 7 NTP Perkebunan Rakyat 105,46 106,50 109,58 108,34 106,38 0,23 Catatan: *) angka sementara Produk Domestik Bruto (PDB) Nilai PDB sub sektor perkebunan atas dasar harga berlaku, selama kurun 5 (lima) tahun terakhir, mengalami pertumbuhan rata-rata 12,19% per tahun atau meningkat sebesar 57,28% dari Rp 111,42 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 175,25 triliun pada tahun Apabila dibandingkan dengan tahun 2012, PDB sub sektor perkebunan mengalami peningkatan sebesar 9,70%. Sementara itu, berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama kurun waktu tahun mengalami kenaikan ratarata 4,78% per tahun dari Rp 45,56 triliun tahun 2009 menjadi Rp 54,90 triliun pada tahun Nilai PDB tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,07% dibandingkan tahun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

38 Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan Laju rata-rata pertumbuhan untuk keterlibatan tenaga kerja dalam lima tahun terakhir sebesar 0,98% per tahun atau meningkat sebesar 3,96% dari 20,47 juta KK pada tahun 2009 menjadi 21,28 juta KK pada tahun Apabila dibandingkan dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2013 yang ditargetkan berjumlah 20,90 juta KK, maka realisasi keterlibatan tenaga kerja di sub sektor perkebunan mencapai 101,82%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan 0,76% jika dibandingkan tahun Investasi Pembangunan Perkebunan Perkembangan nilai investasi sektor perkebunan selama 5 tahun terakhir dari mengalami pertumbuhan sebesar 22,33% per tahun atau meningkat sebesar 118,69% dari nilai investasi sebesar Rp 35,32 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 77,24 triliun pada tahun Apabila dibandingkan dengan RKT tahun 2013 sebesar Rp 62,90 triliun maka realisasi investasi tahun 2013 mencapai 122,80%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 2,37% jika dibandingkan tahun Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Pada umumnya komoditi perkebunan merupakan komoditi untuk ekspor, neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan selama tahun mengalami pertumbuhan sebesar 0,99% per tahun akan tetapi mengalami penurunan sebesar 0,57% dari tahun 2009 sebesar US $22,87 milyar menjadi Rp US$ 22,74% milyar pada Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

39 tahun Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan neraca perdagangan komoditi perkebunan tahun 2012 yang besarnya US$25,77 milyar, atau mengalami penurunan 11,76% akibat lesunya perekonomian dunia yang dipicu oleh krisis ekonomi di benua Eropa Nilai ekspor Nilai ekspor komoditas perkebunan selama kurun waktu 5 tahun ( ) mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 14,61% per tahun atau meningkat sebesar 36,65% dari nilai ekspor pada tahun 2009 sebesar US$ 16,99 milyar meningkat menjadi US$ 26,82 milyar pada tahun Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor komoditi perkebunan tahun 2012, mengalami penurunan sebesar 10,48% Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat Nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan petani. Dalam kurun waktu 5 tahun ( ) laju pertumbuhan nilai tukar petani rata-rata sebesar 0,23% per tahun atau meningkat sebesar 0,87% dari 105,46 pada tahun 2009 menjadi 106,38 pada tahun Dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan 2013 ditargetkan sebesar 107,13 dan terealisasi sebesar 106,38 atau capaiannya 99,30%. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1,81%. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

40 Pendapatan Pekebun Indikator lain untuk mengukur kesejahteraan petani adalah pendapatan pekebun, dalam rencana kinerja tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan 2013 ditetapkan sebesar US$1.780 per kepala keluarga, realisasi pendapatan pekebun sampai dengan akhir Desember 2013 sebesar US$1.886 (105,96%) dan jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,95%. Dalam kurun waktu 5 tahun ( ) pendapatan pekebun mengalami kenaikan rata-rata 4,96% per tahun Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan Capaian indikator mikro lebih difokuskan pada luas areal, produksi dan produktivitas untuk 15 komoditas unggulan nasional yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, lada, cengkeh, kakao, jambu mete, tebu, tembakau, kapas, jarak pagar, nilam dan kemiri sunan/minyak Luas Areal Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata 3,10% atau meningkat 12,98% dari 20,05 juta hektar pada tahun 2009 menjadi 22,65 juta hektar pada tahun Jika dibandingkan dengan RKT tahun 2013 yang nilainya 21,29 juta hektar, maka capaiannya sebesar 106,39%. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

41 Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2012, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,70% dari 22,05 juta hektar menjadi 22,65 juta hektar untuk tahun Terhadap target Renstra yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2013 sudah mencapai 104,81%. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun No Komoditi Capaian luas areal (ha) *) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet ,87 2 Kelapa ,07 3 Kelapa Sawit ,19 4 Kopi ,47 5 Teh ,19 6 Lada ,04 7 Cengkeh ,42 8 Kakao ,95 9 Jambu Mete ,18 10 Tebu ,56 11 Tembakau ,45 12 Kapas ,51 13 Jarak Pagar ,01 14 Nilam ,46 15 Kemiri Sunan ,52 Jumlah ,10 Catatan: *) angka sementara Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

42 Beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan luas areal yang cukup signifikan yaitu nilam sebesar 8,46%, tembakau 7,45%, kemiri sunan 6,52%, kelapa sawit 6,16%, kakao 3,95% dan tebu 1,56%. Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan luas areal seperti jarak pagar (5,01%), kapas (2,51%), lada (1,04%), kopi (0,47%) dan teh (0,19%) Produksi Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun ( ) mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 30,14% dari 29,95 juta ton pada tahun 2009 menjadi 38,97 juta ton tahun 2013 dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 6,83% per tahun. Dibandingkan dengan tahun 2012, produksi komoditi perkebunan mengalami peningkatan sebesar 5,07% dari 37,09 juta ton menjadi 38,97 juta ton untuk tahun Terhadap target Renstra yang besarnya 40,60 juta ton, maka kinerja tahun 2013 sudah mencapai 95,98%. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 2. Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan OPT meningkat, mengganggu jadwal dan pelaksanaan panen dan menurunkan rendemen yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu tembakau 14,11%, kelapa sawit 9,53%, Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

43 cengkeh 8,13%, karet 6,33%, nilam 1,82% dan lada 1,73% dan kapas 1,40%. Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu jambu mete (4,95%), jarak pagar (2,28%), teh (1,65%), dan tebu (0,06%) bahkan kemiri sunan sudah tidak produksi lagi. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun Capaian produksi (ton) Laju Pertumb. No Komoditi *) Per th (%) 1 Karet ,33 2 Kelapa ,22 3 Kelapa Sawit ,53 4 Kopi ,64 5 T e h ,65 6 Lada ,73 7 Cengkeh ,13 8 Kakao ,51 9 Jambu Mete ,95 10 Tebu ,06 11 Tembakau ,11 12 Kapas ,30 13 Jarak Pagar ,28 14 Nilam ,82 15 Kemiri Sunan ,00 Jumlah ,83 Catatan : *) Angka Sementara Dukungan swasembada gula nasional. swasembada gula pada tahun 2013 merupakan bagian dari target yang telah dituangkan dalam Roadmap swasembada gula tahun yang Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

44 bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri, baik konsumsi langsung rumah tangga maupun industri sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan gula nasional. Dalam rangka mendukung program prioritas pembangunan pertanian, khususnya pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, Direktorat Jenderal Perkebunan diberikan amanah untuk swasembada gula pada tahun Upaya Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dalam rangka mencapai swasembada gula telah dilakukan sejak tahun 2004 melalui Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional berupa kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan) dengan penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi sederhana dan pengadaan alat dan mesin pertanian. Sesuai dengan Roadmap Swasembada Gula Tahun target produksi gula tahun 2013 adalah sebesar 4,93 juta ton akan terpenuhi apabila penyediaan lahan minimal seluas ha, investasi pembangunan PG baru dan revitalisasi Pabrik Gula berjalan sesuai dengan rencana. Namun karena permasalahan utama tersebut belum teratasi secara tuntas, maka target dikoreksi menjadi 2,816 juta ton sesuai potensi sumberdaya yang dapat dikendalikan oleh Kementerian Pertanian dengan harapan masih dapat memenuhi kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga. Sampai dengan akhir tahun 2013 produksi gula mencapai 2,551 juta ton atau 90,59% dari target. Namun capaian tersebut belum optimal terutama diakibatkan oleh dampak perubahan iklim dan serangan OPT di beberapa sentra produksi. Permasalahan lainnya di tingkat on farm adalah sulitnya pengembangan areal baru dan mempertahankan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

45 lahan yang sudah ada, keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah pengembangan di luar Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi dan penyediaan agroinput yang belum tepat jumlah, waktu, harga dan mutu. Sedangkan di tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG yang dibawah standar, biaya produksi yang masih relatif tinggi, kualitas gula yang relatif rendah dan belum berkembangnya diversifikasi produk berbasis tebu. Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga Tahun 2013 telah mencapai hektar dengan produksi ton gula, yang tersebar di 9 provinsi. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha tebu mencakup (kepala keluarga dan tenaga kerja). Ekspor komoditas tebu mencapai nilai US$ 67,60 juta dengan volume ton molases, sedangkan impor tebu mencapai nilai US$1.720,90 juta dengan volume 3,324 juta ton gula hablur pada Tahun Jika dibandingkan dengan tahun 2012, impor gula mengalami peningkatan sebesar 15,92% dari 2,872 juta ton menjadi 3,328 juta ton pada tahun Pada tahun 2014 luas areal tanaman tebu diperkirakan mencapai ha, dengan produksi mencapai 3,103 juta ton gula hablur. Kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, khususnya swasembada gula nasional adalah melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi secara optimal. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

46 3.2.3 Produktivitas Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata sebesar 2,40% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2012, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar 13,35%. Dibalik penurunan produktivitas secara umum, ternyata beberapa komoditi masih mengalami peningkatan produktivitas yang cukup menggembirakan yaitu cengkeh (7,21%), tembakau (6,99%), karet (4,64%), kakao (2,82%), kelapa sawit (2,63%), kapas (2,14%), dan lada (1,76%). Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 5. Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun No Komoditi Laju Capaian Produktivitas (kg/ha) Pertumb * Per th (%) 1 Karet ,64 2 Kelapa ,10 3 Kelapa Sawit ,63 4 Kopi ,67 5 T e h ,54 6 Lada ,76 7 Cengkeh ,21 8 Kakao ,82 9 Jambu Mete ,48 10 Tebu ,75 11 Tembakau ,99 12 Kapas ,14 13 Jarak Pagar ,00 14 Nilam ,30 15 Kemiri Sunan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

47 BAB IV KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

48 Bab 4 KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan disampaikan pada Laporan Kinerja ini meliputi (1). capaian terkait dengan penetapan kinerja yang ditandatangani Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes dan penetapan kinerja yang ditandatangani Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs, (2). capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan berdasarkan serapan anggaran masing-masing satuan kerja (satker), (3). capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

49 produksi,sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunantahun 2013 yang diukurhanyalah produksi. Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2013 secara nasional sebesar 89,97% yang dilaksanakan oleh 138 satker di seluruh Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32 satker Provinsi dan 101 satker kabupaten/kota Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete, jarak pagar, karet dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokankedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional, pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri, pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bioenergi). Penetapan kinerja untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi. Terhadapoutcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

50 perdebatan yang dapat dilihat dari 2 aspek, pertama, mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun kedepan. Aspek kedua, sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, pendampingan, kebijakan maupun surat-menyurat. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya/outcomes adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnyaminimal empat tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi pada tahun berjalan sebagai outcomes dengan menggunakan target rencana strategis pembangunan perkebunan tahun sebagai acuannya. Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

51 Tahunan tahun 2013, (b) Capaian Kinerja tahun 2012 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan mencapai 38,97 juta ton atau 100,67% dari target 38,71 juta ton dari target Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun Capaian tertinggi pada komoditi tembakau (142,18%)dan secara berurutan sebagai berikut, cengkeh (119,91%), nilam (119,40,68%),karet (112,15%), sawit (102,59%),lada (99,63,16%), kelapa (96,42%), kopi (91,96%), teh (91,68%)tebu(90,56%)dan jambu mete (75,34%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu kakao (71,20%), kapas (5,31%) dan untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah karena tidak/belum ada jaminan pasarnya adalah jarak pagar (21,44%) dan kemiri minyak/sunan (00,00%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

52 Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2013 PRODUKSI PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%) NO KOMODITAS 2012 Target Renstra RKT/PK 2013 Realisasi* 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT/PK Karet ,14 110,94 112,15 2 Kelapa Sawit ,65 97,56 102,59 3 Kelapa ,20 95,51 96,42 4 Kopi ,12 94,70 91,96 5 Kakao ,00 47,18 71,20 6 Jambu Mete ,53 73,87 75,34 7 Lada ,95 96,83 99,63 8 Cengkeh ,84 117,79 119,91 9 Teh ,76 80,59 91,68 10 Jarak Pagar ,49 17,77 21,44 11 Kemiri Sunan ,00 0,00 0,00 12 Tebu ,43 82,29 90,56 13 Kapas ,71 4,81 5,31 14 Tembakau ,76 141,40 142,18 15 Nilam ,18 111,69 119,40 Total ,08 94,97 100,67 Catatan : * Angka sementara Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2012 Pada tahun 2013, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar38,97juta ton meningkat menjadi 105,08%dibandingkan capaian produksi tahun 2012yang besarnya 38,71 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 5,08%. Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan dan pengawalan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang baik dari beberapa komoditi. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi nilam (10,18%), kelapa sawit (6,65%) dan kakao (5,00%) serta secara Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

53 berurutan dikuti komoditikaret (3,14%), kapas (1,71%), kelapa (1,20%), kopi (1,12%), lada (0,95%), cengkeh (0,84%), cengkeh (0,84%), the 0,76%), jambu mete (0,53%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu tembakau (0,24%), tebu (1,57%),jarak pagar (6,51%) dan kemiri minyak/sunan (100,00%) Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Pada tahun 2013, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 38,97 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun , maka capaian tahun 2013telah mencapai 94,97%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi tembakau (141,41%), cengkeh (117,79%), nilam (111,69%) dan karet (110,94%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi kelapa sawit (97,56%), lada (96,83%), kelapa (95,51%), kopi (94,70%), tebu (82,29%), teh (80,59%) dan jambu mete (73,87%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kakao (47,18%), jarak pagar (17,77%), kapas (4,81%) dan kemiri sunan/minyak (0,00%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

54 Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 Dalam laporan kinerja ini yang disajikan untuk penetapan kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013adalahoutput penting dalam rangka mendukung pencapaian kinerja sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian.Output penting yang ditetapkan adalah pengembangan areal perkebunan. Dalam laporan ini disajikan capaian kinerja berupa (1). luas areal secara nasionaldan (2). luas areal yang dibiayai dengan APBN tahun 2013 dan (3) dukungan teknis yang terkait Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar adalah luas areal tanaman kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2013, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar untuk 5 komoditi unggulan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

55 nasional mencapai 3,889 juta hektaratau 99,24% dari target sebesar 3,919 juta hektar. Capaian tertinggi pada komoditi kakao (107,29%) dan cengkeh (103,23%),sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan yaitu teh (98,83%), lada (91,41%) dan kopi (89,02%). Namun demikian apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar mengalami peningkatan sebesar 3,58% atau mencapai 103,58%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman kakao (106,91%), cengkeh (101,93%) dan kopi (100,56%). Sebaliknya komoditi yang mengalami penurunan adalah lada (99,79%) dan teh (99,01%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra , kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar baru mencapai 97,25%. Namun luas areal cengkeh telah melebihi target renstra yaitu 102,23% dan kakao mencapai 105,76%. Sedangkan capaian komoditi lainnya secara berurutan yaitu teh (98,83%),lada (90,74%) dan kopi (86,00%). Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2013 sebagai berikut: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

56 Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2012 No Komoditi 1 Kopi ,56 86,00 89,02 2 Kakao ,91 105,76 107,29 3 Lada ,79 90,74 91,41 4 Cengkeh ,93 102,23 103,23 5 Teh ,01 98,83 98,83 Total 2012 Catatan : * Angka Sementara Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) Target Renstra RKT/PK 2013 Realisasi* 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT/PK ,58 97,25 99, Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar yang meliputi kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh seluas hektar.realisasi fisiknya mencapai ha(91,34%). Output kegiatan pentingpada tahun 2013 meliputi: 1) Pengembangan tanaman kopi seluas ha yang terdiri atas Intensifikasi tanaman kopi arabika ha, intensifikasi tanaman kopi robusta ha dan perluasan tanaman kopi robusta 224 ha. Realisasi fisik seluas ha (100%) dari targetsesuai dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman teh melalui kegiatan intensifikasi dengan realisasi fisik seluas 575 ha atau mencapai 100% dari target sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

57 3) Pengembangan tanaman kakao seluas ha yang terdiri atas perluasan tanaman kakao ha, perluasan tanaman kakao pasca bencana 48 ha. Realisasi fisik seluas ha (100%) dari target. Selain itukegiatan rehabilitasi kakao dari Gernas kakao, realisasinya ha (97,28%) dari target sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman lada seluas 280 ha, yang terdiri atas rehabilitasi seluas 90 ha, dan perluasan tanaman lada 190 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas 180 ha (64,29%) dari target 280 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun Tetapi bila dibandingkan dengan adanya penurunan volume kegiatan akibat revisi penghematan anggaran yang targetnya menjadi 180 ha, maka capaiannya menjadi 100%. 5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 850 ha, untuk rehabilitasi 700 ha dan rehabilitasi di daerah pasca bencana 150 ha. Realisasi fisik mencapai 850 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun Rincian capaian fisik per output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Lampiran Direktur Tanaman Semusim Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

58 Direktorat Tanaman Semusim adalah luas areal tanaman tebu, kapas, tembakau dan nilam Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2013, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman semusim untuk 4 komoditi unggulan nasional mencapai hektar dari target sebesar hektar atau mencapai 112,02%. Capaian tertinggi pada komoditi nilam (197,10%) diikuti tembakau (131,82%) dan tebu (103,36%), sebaliknya yang tidak mencapai target adalahkapas (46,47%). Capaian kinerja 2013 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 5,98% menjadi 105,98%. Seluruh areal tanaman semusim mengalami peningkatan secara berurutan sebagai berikut tanaman kapas 116,59%,nilam (114,04%), tembakau (108,19%), dan tebu (104,01%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra , kinerja luas areal tanaman semusim sudah melebihi target yaitu mencapai 111,34%.Sumbangan terbesar dari luas areal nilam (186,15%) dan tembakau (131,82%) dan tebu mencapai 102,84%. Sedangkan untuk tanaman kapas baru mencapai 44,61%.Rincian Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Semusim tahun 2013 sebagai berikut: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

59 Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2013 No Komoditi 1 Tebu ,01 102,84 103,36 2 Kapas ,59 44,61 46,47 3 Tembakau ,19 131,82 131,82 4 Nilam ,04 186,15 197,10 Total 2012 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) Target Renstra RKT/PK 2013 Realisasi* 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT/PK ,98 111,34 112, C a p a i a n K i n e r j a a t a s a l o k a s i A P B N T a h u n Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim yang meliputi tebu, kapas, tembakau dan nilam seluas ha. Realisasi fisiknya mencapai ha(76,58%). Output kegiatan penting pada tahun 2013 meliputi: 1) Swasembada gula nasional (Tebu) khususnya untuk perluasan tebu rakyat dan bongkar ratoon (peremajaan).capaian fisik seluas ha (74,99%) dari target seluas ha pada dokumen penetapan kinerja tahun Namun bila dibandingkan setelahrevisi seluas ha, maka capaian realisasi fisiknya sebesar71,69%. 2) Pengembangan tanaman nilam seluas 156 ha untuk pengembangan komoditas ekspor yang meliputi kegiatan pembangunan kebun penangkar benih tanaman nilam seluas 6 ha dan penanaman tanaman nilam seluas 150 ha. Capaian realisasi Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

60 fisik 153 ha (98,07%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman kapas seluas ha dalam rangka pemenuhan konsumsi dalam negeri khususnya penanaman kapas seluas ha dan pembangunan kebun induk seluas 170 ha. Capaian fisik seluas ha (99,55%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Demplot penanaman jarak kepyar dalam rangka pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dengan capaian fisik seluas 10 ha (100%)dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Semusim seperti pada Lampiran Direktur Tanaman Tahunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Tahunanadalah luas areal tanaman karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

61 Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2013, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman tahunan untuk 6 komoditi unggulan nasional mencapai 17,974 juta hektar atau 107,82% dari target sebesar 16,671 juta hektar. Capaian tertinggi pada komoditi jarak pagar (238,47%) diikuti kelapa sawit (114,12%), karet (102,29%) dan jambu mete (100,03%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kelapa (98,96%), dan kemiri sunan/minyak (49,75%). Namun demikian apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, kinerja luas areal tanaman tahunan mengalami peningkatan sebesar 5,85% atau mencapai 105,85%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman kelapa sawit (110,32%), kemiri sunan (103,43%) dan karet (102,06%). Sebaliknya komoditi yang mengalami penurunan adalah kelapa (99,99%), jambu mete (98,26%) dan jarak pagar (90,56%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra , kinerja luas areal tanaman tahunan mencapai 106,31%.Capaian luas areal yang telah melebihi target renstra yaitu jarak pagar 202,43%, kelapa sawit 111,39% dan karet mencapai 101,97%. Sedangkan capaian komoditi lainnya secara berurutan yaitu jambu mete (99,86%), kelapa (98,81%) dan kopi (49,75%). Rincian Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan tahun 2013 sebagai berikut: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

62 Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2013 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi 2012 Target Renstra RKT/PK 2013 Realisasi* 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT/PK Karet ,06 101,97 102,29 2 K. Sawit ,32 111,39 114,12 3 Kelapa ,99 98,81 98,96 4 Jambu Mete ,26 99,86 100,03 5 Jarak Pagar ,56 202,28 238,47 6 Kemiri Sunan ,43 49,75 49,75 Total ,85 106,31 107, Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan yang meliputi kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak seluas ha. Realisasi fisiknya mencapai ha (99,29%). Output kegiatan penting pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet seluas ha meliputi kegiatan Peremajaan seluas ha dan perluasan ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas ha (96,38%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman Kelapa seluas ha meliputi kegiatan Peremajaan seluas ha dan perluasan ha. Realisasi fisik mencapai ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

63 3) Pengembangan tanaman Kelapa sawit seluas 840 ha meliputi kegiatan pengembangan 500 ha, pengembangan model peremajaan 40 ha dan penggantian benih tidak bersertifikat dengan benih unggul bersertifikat seluas 300 ha. Akibat perubahan alokasi anggaran maka terjadi penambahan areal pengembangan menjadi 961 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 961 ha (100%) dan bila dibandingkan dengan penetapan kinerja, capaiannya 114,40 % dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman jambu mete seluas ha melalui kegiatan peremajaan seluas ha, Rehabilitasi seluas 300 ha, dan perluasan seluas ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas ha (99,93%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pengembangan tanaman kemiri sunan untuk mendukung penyediaan bahan bakar nabati (BBN)/bio energi seluas 25 ha. Realisasi fisik mencapai 25 ha (100,00%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Tahunan seperti pada Lampiran 3. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

64 Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah (1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP, (2) Jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dan (3) Jumlah perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2013, capaian kinerja jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sebanyak 220 kelompok tani atau 183,33% dari target. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 110 perusahaan atau sebesar 35,95% dari target 306 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya sebanyak 42 kasus sudah terlaksana dan sudah mencapai 100%. Capaian kinerja 2013 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, untuk jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP mengalami peningkatan sebesar 27,91% menjadi 127,91%. Untuk perusahaan yang mengajukan sertifikat ISPO mengalami peningkatan menjadi Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

65 254,84% danperusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya mengalami penurunan menjadi 31,82%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra , jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sudah melebihi target yaitu mencapai 169,23%. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 32,93% dari target 334 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya sebanyak 42 kasus namun masih dibawah dari target Renstra sebanyak 44 kasus (95,45%). Rincian Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2013 sebagai berikut: Rincian Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2013 sebagai berikut: Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen danpembinaan Tahun 2013 No Kegiatan Penanganan panen sesuai GHP Perusahaan yang mengajukan sertifikat ISPO Penanganan gangguan usaha 2012 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) Target Renstra RKT 2013 Realisasi 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT ,91 169,23 183, ,84 32,93 35, ,82 95,45 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

66 Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan sebanyak 210 kelompok tani. Realisasi fisiknya mencapai 220 kelompok tani (104,76%). Output kegiatan penting pada tahun 2013 meliputi: 1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman semusim sesuai GHP mencapai 9 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sesuai GHP mencapai 58 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman tahunan sesuai GHP mencapai 153 kelompok tani atau 106,99% dari target 143 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 110 perusahaan atau 35,95% dari target 306 perusahaan sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan sebanyak 42 kasus melalui inventarisasi dan identifikasi serta penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan. Capaian fisik Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

67 untuk kegiatan ini sebanyak 42 kasus (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013 Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha seperti pada Lampiran Direktur Perlindungan Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah luas areal pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2013, capaian kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai hektar dari target sebesar hektar atau mencapai 271,85%. Luas areal pengendalian OPT terbesar pada tanaman kelapa seluas ha, kemudian secara berurutan kakao seluas ha, tebu seluas ha, kopi seluas ha, lada seluas 846 ha, cengkeh seluas 800 ha, pala seluas 800 ha, karet seluas 526 hektar, kapas seluas 275 ha, jambu mete seluas 100 hektar dan tembakau seluas 75 ha. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

68 Capaian kinerja 2013 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, mengalami peningkatan menjadi 420,06%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra , pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai 271,85% dari target hektar pada tahun Rincian Capaian Kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan tahun 2013 sebagai berikut: Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2013 Luas areal pengendalian (ha) Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan 2012 Target Renstra RKT 2013 Realisasi 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT Pengendalian OPT ,06 271,85 271, Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seluas ha, dan pelaksanaan SLPHT sebanyak 202 Kelompok Tani. R e a l i s a s i f i s i k n y a m e n c a p a i h a ( 1 0 0, 0 9 % ). Output kegiatan penting pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengendalian OPT seluas ha meliputi pengendalian OPT tanaman Lada seluas 745 ha, kemudian secara berurutan yaitu kopi seluas ha,cengkeh seluas 800 ha, pala seluas 800 ha, kakao seluas ha, tebu seluas ha, tembakau seluas Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

69 75 ha, kapas seluas 300 ha, kelapa seluas ha, karet seluas 525 ha dan jambu mete seluas 100 ha. Capaian realisasi fisik secara berurutan yaitu lada seluas 846 ha (113,56%), kopi seluas ha (100,08%), cengkeh seluas 800 ha (100%), pala seluas 700 ha (87,50%), kakao seluas ha (96,93%), tebu seluas ha (100%), tembakau seluas 75 ha (100%), kapas seluas 275 ha (91,67%), kelapa seluas ha (103,40%), karet seluas 526 ha (100,19%) dan jambu mete seluas 100 ha (100%). Sehingga capaian realisasi fisik keseluruhan seluas ha (100,09%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun ) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 202 Kelompok Tani, dengan capaian fisik sebanyak 197 Kelompok Tani (97,52%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Perlindungan Perkebunan seperti pada Lampiran Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan adalah jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas dibidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan. Sedangkan sasaran strategis dalam penetapan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

70 kinerja tersebut adalah terlaksananya pelayanan kesekretariatan dalam rangka menunjang pencapaian kinerja program peningkatan produkdi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Realisasi fisiknya mencapai 100,00% dalam bentuk dokumen (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2013 mencapai 87,55% dan hanya Balai Besar Surabaya yang telah melebihi target RKT tahun 2013 yaitu 133,11%. Sedangkan Balai Besar Medan dan Ambon capaian realisasinya dibawah target RKT tahun Capaian kinerja 2013 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, menurun menjadi 71,82% dan hanya Balai Besar Surabaya yang meningkat sebesar 6,89%. Demikian juga apabila dibandingkan dengan target Renstra , secara nasional baru mencapai 83,38%, akan tetapi Balai Besar Surabaya telah melebihi target sebesar 126,78%. Untuk indikator kegiatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan, secara nasional pada tahun 2013 mencapai 100,00% dan masing-masing balai telah memenuhi target Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

71 RKT tahun Sedangkan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012 telah terjadi peningkatan sebesar 4,35% atau capaian kinerja menjadi 104,35% dan dibandingkan dengan target Renstra , secara nasional baru mencapai 96,00%. Capaian Kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan tahun 2013 seperti tabel 11 berikut ini: Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon Tahun 2013 No. Kegiatan 1 Jumlah benih yang disertifikasi (ribu batang) 2012 Target Renstra Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) RKT 2013 Realisasi 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT 2013 BBP2TP Medan ,84 80,80 84,84 BBP2TP Surabaya ,89 126,78 133,11 BBP2TP Ambon ,56 28,79 31,69 Total ,82 83,38 87,55 2 Jumlah teknoilogi terapan perlindungan perkebunan (paket) BBP2TP Medan ,50 90,00 100,00 BBP2TP Surabaya ,00 100,00 100,00 BBP2TP Ambon ,00 100,00 100,00 Total ,35 96,00 100, Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2013 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 292 Tahun 2012 tentang pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga tahun 2013, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian Rp 17,807 trilyun dan sebesar Rp 1,709 trilyun (9,60%) dialokasikan untuk Direktorat Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

72 Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2013 khususnya dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Serapan anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 mencapai 83,73% menduduki urutan ke sembilan di lingkup Kementerian Pertanian dan masih dibawah serapan anggaran secara nasional Kementerian Pertanian yang mencapai 89,64%. Capaian serapan anggaran tahun 2013 ini mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar 10,91% dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 94,64%. Perbandingan capaian per eselon I dapat dilihat pada Tabel 12 berikut: Tabel 12. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2013 per Eselon I No ESELON 1 Urutan Penyerapan Anggaran PAGU ANGGARAN (Rp. 000,-) REALISASI (Rp. 000,-) % 1 SETJEN ,23 2 ITJEN ,28 3 DITJEN TP ,95 4 DITJEN HORTI ,32 5 DITJEN BUN ,73 6 DITJEN NAK KESWAN ,99 7 DITJEN PPHP ,77 8 DITJEN PSP ,73 9 BALITBANG ,52 10 BPPSDMP ,03 11 BKP ,66 12 BARANTAN ,55 TOTAL ,64 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

73 Dalam laporan akuntabilitas keuangan ini akan disajikan (a) Capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan (b) Capaian kinerja keuangan berdasarkan serapan per satker Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2013 Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker). Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2013 sebesar Rp 1,431 trilyun atau 83,73% dari total pagu. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 93,04%, diikuti secara berturut-turut kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 91,58%, Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 91,36%, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 91,16%, Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 87,64% dan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 88,57% serta Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 74,22%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 13. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

74 Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2013 KODE PROGRAM/KEGIATAN Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Pengembangan Penanganan Pasca panen Komoditas Perkebunan ANGGARAN PAGU REALISASI (Rpjuta) (Rpjuta) % , , , , Dukungan Perlindungan Perkebunan , Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan , ,36 JUMLAH , Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SAU-Kementerian Keuangan sebesar Rp ,- (91,16%) dari pagu yang ada. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan tender serta penghematan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2013 meliputi: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

75 1) Pengembangan tanaman kopi dengan kegiatan perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman kopi. Terdapat dua jenis kopi yang dikembangkan meliputi (1). kopi robusta yang dilaksanakan di 8 kabupaten 6 provinsi yaitu Bengkulu, Jambi, Lampung, Jatim, Bali dan NTB (2). kopi arabika yang dilaksanakan di 19 kabupaten 7 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Jabar, Bali, NTT, Sulsel dan Papua Capaian serapan keuangan untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp ,- (75,53%). 2) Pengembangan Tanaman Teh dengan kegiatan intensifikasi tanaman teh yang dilaksanakan di 9 kabupaten 3 provinsi yaitu Jabar, Jateng dan DI Yogyakarta. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (80,71%). 3) Pengembangan tanaman kakao non Gernas Kakao dengan kegiatan perluasan, dan intensifikasi tanaman kakao serta perluasan tanaman kakao pasca bencana yang dilaksanakan di 13 kabupaten 4 provinsi di Indonesia yaitu Aceh, Sumbar, DI Yogyakarta, dan Gorontalo. Realisasi anggaran Rp ,- (94,37%). Selain itu terdapat kegiatan Gernas kakao untuk rehabilitasi di 27 kabupaten 5 provinsi yaitu Sulbar, Sulteng, Sultra, Sulsel dan NTT dengan realisasi keuangan Rp ,- (92,94%). 4) Pengembangan tanaman lada dengan kegiatan rehabilitasi dan perluasan tanaman lada yang dilaksanakan di 5 kabupaten 2 provinsi yaitu Lampung dan Kep. Bangka Belitung. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (59,16%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

76 5) Pengembangan tanaman cengkeh dengan kegiatan rehabilitasi tanaman cengkeh dan rehabilitasi di daerah pasca bencana yang dilaksanakan di 21 kabupaten 6 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Barat, Banten, Maluku, dan Maluku Utara. Serapan anggaran sebesar Rp ,- (97,54%). Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2013 No I Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tan. Rempah &Penyegar Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 91,16 99,93 1 PengembanganTanaman Kopi ,53 100,00 2 Pengembangan tanaman teh ,71 100,00 3 PengembanganTanaman Kakao (non Gernas) ,37 100,00 4 PengembanganTanaman Lada ,16 100,00 5 PengembanganTanaman Cengkeh ,54 100,00 6 Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Tanaman Rempah dan Penyegar ,60 100,00 7 Operasional Petugas Pendamping (Gernas) ,00 0,00 0,00 8 Penanaman tan. rempah penyegar lainnya) ,79 100,00 9 Pembangunan Kebun Sumber Bahan Tanam Tanaman Rempah dan Penyegar 10 Dukungan Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah & Penyegar 11 Gerakan Nasional Pening-katan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) 12 Dukungan Kegiatan Gernas Kakao ,00 100, ,54 100, ,94 100, ,00 100,00 13 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah dan ,78 100,00 Penyegar 15 Pengembangan Tanaman Pala ,38 100,00 16 Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan ,93 100,00 Penyegar Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

77 No Program Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 17 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar ,76 100,00 18 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar ,26 100,00 19 Koordinasi Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) ,89 100,00 20 Layanan Perkantoran ,69 100, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Semusim sebesar Rp ,- (74,22%) dari target. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh masih mengalami sedikit kesulitan dalam penyediaan benih kultur jaringan dan kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dan pengadaan yang banyak mengalami sanggahan dan ada beberapa kqgiatan tidak terealisasi. Selain itu beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu termasuk perluasan tebu rakyat, bongkar ratoon/rawat ratoon yang dilaksanakan di 70 kabupaten 10 provinsi yaitu Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Aceh, Jambi, Sumsel, Lampung, Sulsel, dan Gorontalo. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (73,18%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

78 2) Pengembangan tanaman kapas yang dilaksanakan di 29 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (92,54%). 3) Pengembangan tanaman nilam yang dilaksanakan di 16 kabupaten 10 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Bali, Sultra dan Gorontalo. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (91,74%). Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim tahun 2013 Anggaran (Rp000) Output/ No Program Fisik Pagu Realisasi % % II Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman , ,08 Semusim 1 Pengembangan Tanaman Tebu ,18 71,68 2 Penanaman Tanaman Kapas ,54 99,54 3 Penanaman Tanaman Nilam ,74 98,00 4 Penanaman tanaman semusim lainnya ,22 100,00 5 Peningkatan kegiatan perlombaan & penghargaan perkebunan dll ,00 100,00 6 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ,88 100,00 7 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ,52 100,00 8 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Semusim ,06 100,00 9 Layanan Perkantoran ,93 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

79 Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2013 sebesar Rp ,- (91,58%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet dengan kegiatan perluasan tanaman karet rakyat yang dilaksanakan di 49 kabupaten 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (91,33%). Selain itu terdapat kegiatan perluasan tanaman karet di daerah perbatasan, wilayah pasca konflik, tertinggal dan bencana alam yang dilaksanakan di 10 kabupaten 5 provinsi yaitu Aceh, Kepri, Kalbar, Kaltim dan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

80 Papua. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (95,06%). 2) Pengembangan tanaman kelapa dengan kegiatan Peremajaan tanaman kelapa dilaksanakan di 89 kabupaten 22 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku, Malut, Papua dan Papua Barat. Capaian serapan anggaran sebesar Rp ,- (94,12%). 3) Pengembangan tanaman kelapa sawit dengan kegiatan peremajaan kelapa sawit dan penggantian benih tidak bersertifikat dengan benih unggul bersertifikat yang dilaksanakan di 20 kabupaten 9 provinsi yaitu Sumut, Sumbar, Banten, Gorontalo, Sulbar, Sultra, NTT, Papua, Papua Barat. Realisasi anggaran sebesar Rp ,- (96,04%). 4) Pengembangan tanaman jambu mete dengan kegiatan peremajaan di 11 kabupaten 3 provinsi Sultra, NTB dan NTT, rehabilitasi di 3 kabuapten 3 provinsi Jateng, DI Yogyakarta dan NTB, dan perluasan di 10 kabupaten 6 provinsi yaitu Jateng, Jatim, Bali, NTB, Sulsel, dan Sultra. Realisasi Anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (91,06%). 5) Pengembangan tanaman kemiri sunan/minyak dilaksanakan di 5 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (97,07%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

81 6) Pengembangan tanaman sagu seluas ha yang dilaksanakan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp ,- (97,81%) Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan seperti pada Tabel 16. Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2013 Anggaran (Rp 000) Output/ No Program Fisik Pagu Realisasi % % III Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan , ,85 1 Pengembangan tanaman karet rakyat ,33 100,00 2 Pengembangan tanaman karet di daerah perbatasan, wilayah pasca konflik, ,06 100,00 tertinggal dan bencana alam 3 Pengembangan Tanaman Kelapa ,12 100,00 4 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit ,04 100,00 5 Pengembangantanaman Jambu Mete ,06 99,93 6 Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Tan. Tahunan ,24 100,00 7 Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) ,20 100,00 8 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tan. Tahunan ,04 100,00 9 Pembangunan Kebun Sumber Bahan Tanam Tan. Tahunan ,36 100,00 10 Dukungan Kegiatan Peningkatan Produksi, ,91 100,00 Produktivitas dan Mutu Tan. Tahunan 11 Pemberdayaan Pekebun Tan Tahunan ,77 100,00 12 Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan ,07 100,00 13 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tan. Tahunan ,00 100,00 14 Pengembangan Kebun Benih Tan.Tahunan ,98 100,00 15 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tan ,07 100,00 Tahunan 16 Koordinasi Pengembangan Sagu di Pusat ,60 100,00 17 Pengembangan Tanaman Sagu ,81 100,00 18 Layanan Perkantoran ,97 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

82 Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan adalah sebesar Rp ,- (87,64%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten masih belum berjalan dengan baik, tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum terlaksana dengan baik dan sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No. 98 Tahun 2013 yang belum memadai. Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2013 meliputi: 1) Penanganan pascapanen tanaman semusim untuk tanaman Nilam yang dilaksanakan di 9kabupaten 6 provinsi yaitu Lampung, Jabar, Bali, Sulbar, Sulteng dan Gorontalo. Realisasi keuangan sebesar Rp ,-(85,34%) dari pagu anggaran sebesarrp ,- 2) Penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar yang terdiri atas : (1) Tanaman Kakao dilaksanakan di 14 kabupaten 9 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

83 provinsi yaitu Aceh, Jateng, DI Yogyakarta, Sumut, NTB, Sulteng, Sultra, Banten, dan Papua; (2) Tanaman Kopi dilaksanakan di 15 kabupaten 12 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumsel, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT; (3) Tanaman Lada dilaksanakan di 2 kabupaten 2 propinsi yaitu Babel dan Kaltim; (4) Tanaman Cengkeh dilaksanakan di 2 kabupaten 2 provinsi yaitu Jabar dan Gorontalo; (5) Tanaman Teh dilaksanakan kabupaten Cianjur provinsi Jabar; dan (6) Tanaman Pala dilaksanakan di 5 kabupaten di 5 propinsi yaitu Jawa Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. Realisasi keuangan sebesar Rp ,- (98,82%) dari pagu anggaran sebesar Rp ,- 3) Penanganan pascapanen tanaman tahunan yang terdiri atas: (1) Tanaman Karet dilaksanakan di 25 kabupaten 11 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Riau, Sumsel, Bengkulu, Banten, Jabar, Jateng, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel; (2) Tanaman Kelapa dilaksanakan di 15 kabupaten 8 propinsi yaitu Jambi, Jateng, Kalbar, Kalteng, Sulut, NTT, Maluku dan Malut; (3) Tanaman Jambu Mete dilaksanakan di 5 kabupaten 2 propinsi yaitu NTB dan NTT. Realisasi keuangan sebesar Rp ,- (86,46%) dari pagu anggaran sebesar Rp ,- 4) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan di 31 provinsi, kecuali DKI dan DI Yogyakarta, dengan serapan anggaran sebesarrp ,- (85,13%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

84 5) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunandilaksanakan di 26 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulbar, Papua, Papua Barat, NTB dan Kepri dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (82,13%). 6) Penerapan standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan Indonesia (ISPO) dilaksanakan di 21 propinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Babel, Bengkulu, Lampung, Kalbar, Kalsel, Kalteng, Kaltim, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulbar, Papua, Papua Barat, Banten dan Jabar dengan serapan anggaran sebesar Rp ,- (84,29%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan seperti pada Tabel 17 berikut : Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan tahun 2013 No Program Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % IV Pengembangan Penanganan Pascapanen komoditas perkebunan ,64 98,64 1 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan ,02 80,16 2 Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan ,13 95,38 3 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan ,13 97,46 4 Penilaian Usaha Perkebunan ,23 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

85 No Program Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % 5 Penerapan Standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan ,29 95,24 6 Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan ,70 100,00 7 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan ,57 100,00 Pembinaan Usaha 8 Koordinasi Kegiatan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha ,73 100,00 Perkebunan 9 Layanan Perkantoran ,43 100, Dukungan Perlindungan Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar Rp ,- (93,04%) dari pagu yang tersedia. Output kegiatan pentinguntukdukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengendalian OPTtanaman perkebunan yang terdiri atas : (1) OPT tanaman Lada dilaksanakan di 11 kabupaten 5 propinsi yaitu Babel, Kalbar, Kaltim, Sumsel dan Sulsel; (2) OPT Tanaman Kopi dilaksanakan di 12 kabupaten 7 propinsi yaitu Aceh, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, Bali dan NTB; (3) OPT Tanaman Cengkeh dilaksanakan di 7 kabupaten 4 propinsi yaitu Jateng, Sulut, Bali, dan Maluku; (4) OPT Tanaman Pala dilaksanakan di 8 kabupaten 5 propinsi yaitu Aceh, Sulut, Maluku, Malut dan Papua Barat; (5) OPT Tanaman Kakao dilaksanakan di 11 kabupaten 6 propinsi yaitu Bali, NTB, Sulbar, Sulsel, Sulteng dan Sultra; (6) OPT Tanaman Tebu dilaksanakan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

86 di 21 kabupaten 8 propinsi yaitu DI Yogyakarta, Jateng, Jatim, Jabar, Lampung, Sumsel, sulsel dan Gorontalo; (7) OPT Tanaman Tembakau dilaksanakan di 3 kabupaten 3 propinsi yaitu Jateng, Jatim dan NTB; (8) OPT Tanaman Kapas dilaksanakan di 11 kabupaten 7 propinsi yaitu Jateng, Jatim, Sulsel, NTB, NTT, DIY dan Bali; (9) OPT Tanaman Kelapa dilaksanakan di 25 kabupaten 14 propinsi yaitu Aceh, Riau, Kalteng, NTB, Sulut, Sulteng, Sulsel, Malut, Jateng, DIY, Jatim, NTT, Kalbar, dan Lampung; (10) OPT Tanaman Karet dilaksanakan di 7 kabupaten 6 propinsi yaitu Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel dan Jabar; (11) OPT Tanaman Jambu Mete dilaksanakan di kabupaten Karangasem provinsi Bali. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (90,92%) dari pagu sebesar Rp ,-. 2) Pelaksanaan SL-PHTPerkebunan untuk non Tebu dilaksanakan di 66 kabupaten 23 provinsi yaitu Aceh, Bengkulu, Lampung, Babel, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, Kalbar, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulteng, Maluku, Malut, Papua Barat dan Papua. Sedangkan untuk SL+PHT Tebu dilaksanakan di 29 kabupaten 7 propinsi yaitu Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim dan Sulsel. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp ,- (94,95%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel 18. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

87 Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2013 No Program Anggaran (Rp) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % V Dukungan Perlindungan Perkebunan ,04 9 9, Pengendalian OPT tanaman ,67 100,00 perkebunan 2 Pemberdayaan perangkat ,02 100,00 3 Fasilitasi pencegahan kebakaran lahan ,55 100,00 dan kebun 4 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan ,95 100,00 5 Pemberdayaan pengamat hama dan penyakit ,30 100,00 6 Dukungan Kegiatan Perlindungan Perkebunan (Tahun) ,00 100,00 7 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim ,75 95,87 8 Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan ,48 100,00 9 Koordinasi Kegiatan Perlindungan Perkebunan ,76 100,00 10 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan ,27 100,00 11 Layanan Perkantoran ,82 100, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan adalah sebesar Rp ,- (88,57%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut karena optimalisasi dan efisiensi pada kegiatan Pembinaan, pengawalan dan pembangunan perkebunan dan kegiatan sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan yang tidak terlaksana sepenuhnya; terbatasnya panitia pengadaan barang/jasa dan beban tugas yang overload; terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

88 penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit (LHA); penentuan kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan usulan daerah dan koordinasi dengan daerah dalam penentuan kegiatan kurang optimal; Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; dan Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatankegiatan pembangunan perkebunan. Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan seperti pada Tabel 19 berikut: Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2013 No Program Anggaran (Rp000) Output Pagu Realisasi % / Fisik % VI Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan ,57 98,36 1 Sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan ,48 100,00 2 Perencanaan, pengelolaan keuangan, data, informasi dan 95,03 100,00 monev, umum 3 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi (DK)) ,68 100,00 4 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) ,72 100,00 5 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya ,47 100,00 6 Dokumen Perencanaan ,35 100,00 7 Dokumen Keuangan dan Perlengkapan ,08 100,00 8 Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas ,73 80,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

89 No Program Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 9 Dokumen Evaluasi dan Pelaporan ,59 100,00 10 Layanan Perkantoran ,17 100,00 11 Kendaraan Bermotor ,30 100,00 12 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran ,25 100, Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar Rp ,- (91,36%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut antara lain adanya optimalisasi dan efisiensi pada kegiatan pengadaan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Laboratorium; Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; dan Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatankegiatan pembangunan perkebunan. Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada tabel 20 berikut : Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

90 Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2013 No Program Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output / Fisik VII Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi , , 4 7 Tanaman Perkebunan 1 Pengadaan sarana, prasarana perkantoran ,43 100,00 2 Administrasi kegiatan, Standar, pedoman, perencanaan, monitoring, ,56 100,00 evaluasi, keuangan dll 3 Peningkatan kapabilitas pegawai ,76 100,00 4 Opersional Laboratorium ,36 100,00 5 Pembangunan kebun contoh, demplot, ,56 100,00 uji, koleksi dll 6 Pengawasan peredaran benih ,68 100,00 7 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi ,36 100,00 tanaman perkebunan 8 Pemanfaatan agensia hayati ,29 100,00 9 Sertifikasi dan pengujian mutu benih ,89 146,74 10 Administrasi Keuangan dan ,91 100,00 Kepegawaian 11 Penyusunan Rencana Kerja ,82 100,00 12 Peningkatan Kapabilitas Pegawai/ ,90 140,00 Petugas 13 Monitoring dan Evaluasi ,97 100,00 14 Layanan Perkantoran ,51 100,00 15 Kendaraan Bermotor ,71 100,00 16 Perangkat Pengolah Data dan ,45 100,00 Komunikasi 17 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran ,33 100,00 18 Gedung/Bangunan ,79 100,00 % Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

91 Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2013 Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2011 dan 2012); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2013 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 138 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

92 UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (101 satker). Penilaian kinerja berpedoman pada Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun Pedoman tersebut mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun Penilaian ini dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua parameter. Rincian bobot masing-masing parameter sebagai berikut: a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III bobotnya 15%; b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya 35%; c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%; d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%; e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian negara) bobotnya 5%. Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: : Kurang/Tidak Berhasil : Cukup Berhasil : Berhasil > 95 : Sangat Berhasil Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 3 satker (2,17%), berhasil Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

93 berjumlah 110 satker (79,71%), cukup berhasil berjumlah 20 satker (14,49%) dan kurang berhasil berjumlah 5 satker (3,63%). Tabel 21. Rekapitulasi Penilaian Kinerja Satker Lingkup Ditjen Perkebunan Tahun 2013 No. Satker Sangat Berhasil Penilaian Kinerja tahun 2013 Cukup Berhasil Berhasil Kurang Berhasil 1 Ditjen Perkebunan Balai/UPT Pusat Provinsi Kabupaten/kota Total Apabila dilihat dari penyebaran satker, provinsi yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 2 yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara. Sebaliknya untuk satker yang kinerjanya termasuk tidak berhasil (nilainya < 60) dan cukup berhasil (nilainya antara 60-79) dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini. Tabel 22. Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukupberhasil) Tahun 2013 No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan A Provinsi dengan Kriteria Cukup Berhasil 1 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat 78 Cukup Berhasil 2 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan 78 Cukup Berhasil 3 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat 78 Cukup Berhasil 4 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan 75 Cukup Berhasil 5 Dinas Pertanian Provinsi Maluku 75 Cukup Berhasil 6 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kep. Riau 63 Cukup Berhasil Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

94 No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan 7 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 60 Cukup Berhasil B Provinsi dengan Kriteria Tidak Berhasil 8 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur 45 Tidak Berhasil 9 Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Gorontalo 43 Tidak Berhasil 10 Dinas Perkebunan Provinsi Lampung 13 Tidak Berhasil C Kabupaten dengan Kriteria Cukup Berhasil Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kapuas Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Flores Timur Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultura Kab. Mamasa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Soppeng Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bengkulu Tengah 78 Cukup Berhasil 76 Cukup Berhasil 76 Cukup Berhasil 75 Cukup Berhasil 75 Cukup Berhasil 16 Dinas Perkebunan Kabupaten Kota Baru 73 Cukup Berhasil Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Balangan 70 Cukup Berhasil 70 Cukup Berhasil 19 Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir 65 Cukup Berhasil Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Banjar Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tapin Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kutai Kertanegara Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Penajam Paser Utara 65 Cukup Berhasil 65 Cukup Berhasil 60 Cukup Berhasil 60 Cukup Berhasil D Kabupaten dengan Kriteria Tidak Berhasil Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Luwu Timur Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Selatan 45 Tidak Berhasil 30 Tidak Berhasil Dari tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat 3 (tiga)satker provinsi yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perkebunan dan Peternakan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

95 Provinsi Gorontalo dan Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. Sedangkan 2 (dua) satker kabupaten/kotayang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 sebagaimana disajikan pada tabel 23. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

96 Tabel 23. Capaian Serapan Anggaran Masing-masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 1 J A W A B A R A T , , , , 0 0 PROVINSI , ,70 94,29 100,00 1 DISBUN PROV JAWA BARAT , ,70 94,29 100,00 KABUPATEN , ,75 84,17 100,00 2 DISHUTBUN KAB CIANJUR , ,00 84,82 100,00 3 DISBUN KAB GARUT , ,75 87,21 100,00 4 DISBUN KAB SUMEDANG , ,00 78,19 100,00 2 J A W A T E N G A H , , , , PROVINSI , ,82 91,32 100,00 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH , ,82 91,32 100,00 KABUPATEN D. I. Y O G Y A K A R T A , , , , PROVINSI , ,52 93,63 100,00 DISHUTBUN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA , ,52 93,63 100, KABUPATEN , ,58 84,37 100,00 DISTANHUT KAB KULON PROGO DISHUTBUN KAB GUNUNG KIDUL , ,48 79,52 100, , ,10 89,39 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

97 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 4 J A W A T I M U R , , , , PROVINSI , ,76 69,67 78,44 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR , ,76 69,67 78,44 KABUPATEN A C E H , , , , 7 6 PROVINSI , ,30 90,96 97,96 10 DISHUTBUN PROVINSI A C E H , ,30 90,96 97,96 KABUPATEN , ,41 95,88 99,27 11 DISHUTBUN KAB ACEH JAYA , ,45 91,83 98,76 12 DISHUTBUN KAB BENER MERIAH , ,46 97,87 99,29 13 DISHUTBUN KAB PIDIE , ,80 98,40 99,00 14 DISHUTBUN KAB ACEH UTARA , ,50 95,17 99,61 15 DISHUTBUN KAB ACEH TIMUR , ,70 95,51 98,84 16 DISHUTBUN KAB NAGAN RAYA , ,00 97,65 100,00 17 DISHUTBUN KAB PIDIE JAYA , ,50 95,19 99,92 6 S U M A T E R A U T A R A , , , , PROVINSI , ,89 90,83 100,00 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA , ,89 90,83 100,00 KABUPATEN , ,40 95,30 100,00 19 DISBUN KAB BATUBARA , ,40 95,30 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

98 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 7 S U M A T E R A B A R A T , , , , PROVINSI , ,30 80,85 100,00 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT , ,30 80,85 100,00 KABUPATEN , ,25 89,34 100,00 DISBUN KAB PASAMAN 21 BARAT 22 DISTANPANGANHORBUNHUT KAB PD PARIAMAN , ,75 90,20 100, , ,50 87,32 100,00 8 R I A U , , , , 0 0 PROVINSI , ,60 93,29 100,00 23 DISBUN PROVINSI RIAU , ,60 93,29 100,00 KABUPATEN , ,80 90,84 100,00 24 DISBUN KAB KAMPAR , ,50 94,84 100,00 25 DISHUTBUN KAB MERANTI , ,00 97,67 100,00 26 DISBUN KAB INDRAGIRI HILIR , ,50 74,87 100,00 27 DISBUN KAB ROKAN HILIR , ,80 97,45 100,00 9 J A M B I , , , , 0 0 PROVINSI , ,67 98,00 100,00 28 DISBUN PROVINSI JAMBI , ,67 98,00 100,00 29 KABUPATEN , ,63 88,62 100,00 DISBUN KAB TANJUNG JABUNG BARAT , ,63 89,96 100,00 30 DISHUTBUN KAB KERINCI , ,00 87,02 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

99 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 1 0 S U M A T E R A S E L A T A N , , , , PROVINSI , ,67 80,49 92,40 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN , ,67 80,49 92,40 KABUPATEN , ,15 89,12 93,75 32 DISBUN KAB MUARA ENIM , ,25 85,30 94,01 33 DISBUN KAB MUSI RAWAS , ,80 88,21 92,01 34 DISBUN KAB O K I , ,10 96,82 96, L A M P U N G , , , , 6 4 PROVINSI , ,89 26,19 55,67 35 DISBUN PROVINSI LAMPUNG , ,89 26,19 55, KABUPATEN , ,45 91,51 84,92 DISHUTBUN KAB LAMPUNG UTARA DISBUNHUT KAB WAY KANAN , ,00 87,01 84, , ,45 98,41 86, K A L I M A N T A N B A R A T , , , , PROVINSI , ,38 90,48 100,00 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT , ,38 90,48 100,00 KABUPATEN , ,41 92,88 100,00 39 DISHUTBUN KAB MELAWI , ,00 86,19 100,00 40 DISHUTBUN KAB SAMBAS , ,96 85,08 100,00 41 DISHUTBUN KAB SANGGAU , ,25 97,66 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

100 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 42 DISHUTBUN KAB SINTANG , ,00 97,95 100,00 43 DISBUNHUT KAB KAPUAS HULU 44 DISHUTBUN KAB BENGKAYANG , ,20 92,48 100, , ,00 96,61 100, K A L I M A N T A N T E N G A H , , , , PROVINSI , ,27 95,28 94,87 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH , ,27 95,28 94,87 KABUPATEN , ,76 90,74 88,70 46 DISBUNHUT KAB KAPUAS , ,90 89,22 88,58 47 DISBUN KAB KOTAWARINGIN BARAT 48 DISBUN KAB KOTAWARINGIN TIMUR , ,46 90,09 86, , ,40 93,04 91, K A L I M A N T A N S E L A T A N , , , , PROVINSI , ,13 85,45 100,00 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN , ,13 85,45 100,00 KABUPATEN , ,86 77,64 100,00 50 DISTANBUNNAK KAB BANJAR 51 DISTANPANGANBUN KAB TANAH LAUT , ,50 71,06 100, , ,50 84,55 100,00 52 DISHUTBUN KAB TAPIN , ,98 63,46 100,00 53 DISHUTBUN KAB HULU SUNGAI TENGAH , ,00 75,92 100,00 54 DISBUN KAB KOTABARU , ,68 73,91 100,00 55 DISBUN KAB TABALONG , ,20 87,54 100,00 56 DISHUTBUN KAB BALANGAN , ,00 74,48 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

101 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 1 5 K A L I M A N T A N T I M U R , , , , PROVINSI , ,00 66,95 88,10 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR , ,00 66,95 88,10 KABUPATEN , ,90 78,90 83,71 58 DISBUNHUT KAB KUTAI KARTANEGARA 59 DISBUNHUT KAB PENAJAM PASER UTARA 60 DISBUNPANGANNAKPERIKAN AN KAB KUTAI BRT , ,80 73,87 80, , ,10 75,76 84, , ,00 89,01 86, S U L A W E S I U T A R A , , , , PROVINSI , ,50 98,06 94,66 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA , ,50 98,06 94, KABUPATEN , ,15 99,02 94,99 DISTANNAKBUN KAB MINAHASA UTARA DISHUTBUN KAB MINAHASA TENGGARA DISBUN KAB MINAHASA SELATAN , ,15 96,74 92, , ,00 99,48 92, , ,00 100,00 98, S U L A W E S I T E N G A H , , , , PROVINSI , ,05 98,89 99,85 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH , ,05 98,89 99,85 KABUPATEN , ,12 98,07 98,68 66 DISHUTBUN KAB POSO , ,00 98,75 100,00 67 DISHUTBUN KAB DONGGALA , ,60 99,74 94,20 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

102 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 68 DISBUN KAB TOLI-TOLI , ,50 99,28 99,82 69 DISBUN KAB BUOL , ,12 95,10 99,77 70 DISHUTBUN KAB MOROWALI , ,80 98,98 100,00 71 DISHUTBUN KAB PARIGI MOUTONG , ,50 93,94 92,25 72 DISHUTBUN KAB SIGI , ,10 97,90 100,00 73 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU , ,50 99,76 99, S U L A W E S I S E L A T A N , , , , PROVINSI , ,14 86,16 98,91 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN , ,14 86,16 98,91 KABUPATEN , ,32 82,98 92,21 75 DISHUTBUN KAB BONE , ,43 83,54 99,66 76 DISHUTBUN KAB LUWU , ,13 99,64 100,00 77 DISBUNHUT KAB SINJAI , ,60 91,49 99,85 78 DISHUTBUN KAB BULUKUMBA , ,45 88,46 96,17 79 DISHUTBUN KAB SOPPENG , ,87 76,90 87,50 80 DISHUTBUN KAB LUWU UTARA 81 DISTANBUNNAK KAB LUWU TIMUR , ,50 96,59 98, , ,35 59,36 77,76 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

103 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 1 9 S U L A W E S I T E N G G A R A , , , , PROVINSI , ,86 96,91 100,00 DISBUNHORTI PROV SULAWESI TENGGARA , ,86 96,91 100,00 83 KABUPATEN , ,24 96,66 100,00 DISTANNAKBUNHORTI KAB BOMBANA , ,44 98,86 100,00 84 DISTAN KAB KONAWE , ,90 97,31 100,00 85 DISBUN KAB KOLAKA , ,80 97,97 100,00 86 DISBUNHORTI KAB KONAWE SELATAN , ,10 95,81 100, M A L U K U , , , , 6 4 PROVINSI , ,00 98,27 92,30 87 DISTAN PROVINSI MALUKU , ,00 98,27 92,30 88 KABUPATEN , ,00 97,28 94,25 DISBUNHUT KAB MALUKU TENGGARA , ,00 97,28 94, B A L I , , , , 0 0 PROVINSI , ,85 90,60 100,00 89 DISBUN PROVINSI BALI , ,85 90,60 100,00 90 KABUPATEN , ,21 94,95 100,00 DISHUTBUN KAB KARANG ASEM , ,21 94,95 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

104 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 2 2 N U S A T E N G G A R A B A R A T , , , , PROVINSI , ,20 98,81 100,00 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT , ,20 98,81 100,00 KABUPATEN , ,00 99,94 100,00 92 DISBUN KAB DOMPU , ,00 99,94 100, N U S A T E N G G A R A T I M U R , , , , PROVINSI , ,53 89,99 100,00 DISTANBUN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR , ,53 89,99 100,00 KABUPATEN , ,37 94,30 98,46 94 DISTANBUN KAB BELU , ,00 94,22 100,00 95 DISTANBUNNAK KAB SIKKA , ,00 96,05 100,00 96 DISBUN KAB ALOR , ,00 97,36 100,00 97 DISHUTBUN KAB FLORES TIMUR , ,12 83,16 90,28 98 DISHUTBUN KAB ENDE , ,25 97,46 100, P A P U A , , , , 9 7 PROVINSI , ,80 91,96 96,31 99 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA , ,80 91,96 96, KABUPATEN , ,45 97,04 95,62 DISHUTBUN KAB BIAK NUMFOR , ,95 87,44 96, DISHUTBUN KAB MERAUKE , ,50 98,42 94,80 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

105 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 102 DISTANBUN KAB NABIRE , ,00 99,45 98, DISBUN KAB JAYAPURA , ,00 90,81 94, DISBUN KAB SARMI , ,00 98,32 98, B E N G K U L U , , , , 8 9 PROVINSI , ,88 94,57 84, DISBUN PROVINSI BENGKULU , ,88 94,57 84, KABUPATEN , ,00 83,13 88,00 DISTANBUNHUT KAB BENGKULU TENGAH , ,00 83,13 88, M A L U K U U T A R A , , , , PROVINSI , ,50 99,69 98,20 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA , ,50 99,69 98,20 KABUPATEN , ,04 98,80 98,29 DISTAN KAB HALMAHERA 108 UTARA DISTAN KAB HALMAHERA 109 BARAT DISBUN KAB HALMAHERA 110 TENGAH , ,31 98,84 98, , ,73 97,74 98, , ,00 99,80 98, B A N T E N , , , , PROVINSI , ,00 97,43 98,23 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN , ,00 97,43 98,23 KABUPATEN , ,51 95,87 94,22 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

106 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 112 DISTANBUN KAB PANDEGLANG , ,00 92,19 88, DISHUTBUN KAB LEBAK , ,51 99,37 100, K E P U L A U A N B A N G K A B E L I T U N G , , , , PROVINSI , ,70 91,80 80,12 DISTANBUNNAK PROV KEPULAUAN BABEL , ,70 91,80 80, KABUPATEN , ,54 66,27 83,86 DISBUNHUT KAB BANGKA SELATAN , ,00 23,52 70, DISTANNAK KAB BANGKA , ,24 94,03 90, DISBUNHUT KAB BANGKA TENGAH , ,30 96,31 95, G O R O N T A L O , , , , PROVINSI , ,00 55,41 84,22 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO , ,00 55,41 84, KABUPATEN , ,30 99,14 96,68 DISTANBUNPANGAN KAB PAHUWATO , ,30 98,75 96,47 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

107 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 3 0 K E P U L A U A N R I A U , , , , PROVINSI , ,00 75,72 88,90 DISTANHUTNAK PROVINSI KEPULAUAN RIAU , ,00 75,72 88,90 KABUPATEN , ,38 93,74 98, DISHUTBUN KAB NATUNA , ,38 93,74 98, P A P U A B A R A T , , , , PROVINSI , ,00 96,89 96,55 DISHUTBUN PROVINSI PAPUA BARAT , ,00 96,89 96,55 KABUPATEN , ,23 94,76 88, DISHUTBUN KAB FAK FAK , ,23 92,10 94, DISHUTBUN KAB KAIMANA , ,00 99,94 96, DISTANNAKBUN KAB MANOKWARI , ,00 99,76 95, DISBUN KAB RAJA AMPAT , ,00 99, S U L A W E S I B A R A T , , , , PROVINSI , ,00 91,47 90,88 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT , ,00 91,47 90,88 KABUPATEN , ,24 96,32 92, DISHUTBUN KAB MAJENE , ,94 91,92 91, DISHUTBUN KAB MAMUJU , ,00 97,10 92, DISBUN KAB MAMUJU UTARA , ,10 98,91 91,01 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

108 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) DISHUTBUN KAB POLEWALI 132 MANDAR DISTANBUNHORTI KAB 133 MAMASA , ,00 96,65 92, , ,20 95,80 93, U P T P U S A T , , , , 4 5 BALAI BESAR ( BBP2TP ) 134 SURABAYA BALAI BESAR ( BBP2TP ) 135 MEDAN , ,52 92,44 94, , ,93 90,74 95, BALAI ( BPTP ) PONTIANAK , ,62 88,94 92, BALAI BESAR ( BBP2TP ) AMBON , ,71 91,90 98, P U S A T , , , , D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R K E B U N A N DIRAT TANAMAN REMPAH DAN , ,44 77,42 90,00 DIRAT TANAMAN SEMUSIM , ,29 76,07 75,00 DIRAT TANAMAN TAHUNAN , ,28 85,50 90,00 DIRAT PENANGANAN PASCA P , ,12 83,19 90,00 DIRAT PERLINDUNGAN PERKEB , ,51 93,21 90,00 SEKRETARIAT DITJEN. PERKEB , ,10 84,44 90,00 T O T A L D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R K E B U N A N , , , , 9 7 Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Perkebunan pada tahun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

109 4. 3. C a p a i a n k i n e r j a a t a s k e g i a t a n y a n g d i p a n t a u o l e h U K P 4 Kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2013 yang dipantau oleh UKP4 meliputi 2 k e g i a t a n terdiri dari (1) Terlaksananya pencatatan areal giling tebu seluas ha, (2) Terlaksananya sertifikasi benih unggul tebu untuk penanaman seluas ha. Capaian pelaksanaan kegiatan tersebut semuanya 100% atau melebihi dengan penilaian capaian kinerja oleh UKP4 masing-masing sebagai berikut: Tabel 23. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Tahun 2013 No Kegiatan Capaian kinerja (%) Warna Kategori 1 Terlaksananya pencatatan areal giling tebu seluas ha 107,50 Biru Sangat berhasil 3 Terlaksananya sertifikasi benih unggul tebu untuk penanaman seluas ha 100,10 Biru Sangat berhasil Adapun rinciannya untuk masing-masing kegiatan sebagaimana disajikan pada L a m p i r a n 6. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

110 BAB V KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

111 Bab 5 K E N D A L A D A N R E N C A N A T IN D A K L A N J U T 5.1. Permasalahan yang dihadapi Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2013 secara umum adalah Seluruh jenis belanja untuk pengembangan perkebunan di daerah masuk dalam katagori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender; Keterbatasan ULP di daerah menyebabkan pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat; Proses pengadaan mengalami hambatan/kendala teknis terutama terjadinya gagal tender/lelang; Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan musim tanam; Adanya kebijakan pengadaan satu pintu disebagian besar pemda, menyebabkan ketergantungan satker terhadap kinerja Pemda; Khusus pengembangan tebu yaitu: sulitnya pengembangan areal baru, sulitnya mempertahankan lahan yang sudah ada, keterbatasan insfrastruktur, dan kurangnya sarana irigasi/pengairan; Masih sulitnya membangun kelembagaan, kemitraan dan pengembangan kewirausahaan agribisnis; tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

112 teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan Administrasi Secara administrasi masih banyak ditemui di banyak satker permasalahan sebagai berikut: 1) Masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan; 2) Seluruh jenis belanja untuk pengembangan perkebunan di daerah masuk dalam kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender; 3) Keterbatasan Unit Layanan Pengadaan (ULP) di daerah menyebabkan pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat; 4) Adanya kebijakan pengadaan satu pintu di sebagian besar Pemda, menyebabkan ketergantungan satker terhadap kinerja Pemda; 5) Proses pengadaan mengalami hambatan/kendala teknis karena masih adanya intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan; 6) Penggunaan uang yang tidak mengikuti ROPAK; 7) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan kabupaten; 8) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit (LHA). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

113 9) Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan musim tanam Teknis Perencanaan 1) Terlambatnya usulan proposal kegiatan dari daerah (provinsi dan kabupaten/kota); 2) Penentuan kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan usulan daerah dan koordinasi dengan daerah dalam penentuan kegiatan kurang optimal; 3) Unit cost yang terlalu kecil atau terlalu besar; 4) Sertifikasi lahan petani belum semuanya ada; 5) Pengetahuan dan pemahaman implementasi MP3EI belum optimal di lapangan; 6) Petugas kurang memahami dalam menangani TLHA/P; 7) Kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu; 8) Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; 9) Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan, baik yang bersumber dari PAD maupun Dana Perimbangan; 10) Tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

114 11) Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum berjalan sesuai dengan rencana; 12) Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK provinsi yang belum selesai; 13) Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; 14) Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan; 15) Terjadinya anomali iklim Pengorganisasian 1) Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk; 2) SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; 3) Kurangnya transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, dan pelaksana kegiatan; 4) Regu proteksi perkebunan tingkat petani umumnya tidak ada lagi; 5) Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah; 6) Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan (petugas dan petani); 7) Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; 8) Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu; 9) Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

115 10) Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik; 11) Belum adanya lembaga Penjaminan Kredit Petani; 12) Tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 13) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten belum sepenuhnya memenuhi kewajiban menyiapkan sertifikat kebun petani, khususnya Gernas kakao; 14) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten; 15) Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; 16) Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha Pelaksanaan 1) Pemanfaatan pengolahan limbah dan hasil samping pada kegiatan integrasi sawit-ternak sapi tidak dipergunakan sebagaimana mestinya; 2) Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; 3) Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

116 4) Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani belum memadai; 5) Brigade proteksi tanaman kurang berfungsi; 6) Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota; 7) Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan jalan usaha tani; 8) Unit Fermentasi Biji Kakao belum beroperasi secara optimal; 9) Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Perkebunan yang tercatat dan ditatausahakan di Daerah sebagian besar merupakan aset eks. Proyek-Proyek Direktorat Jenderal Perkebunan yang perolehannya mulai dari tahun Kondisi aset tersebut sebagian besar telah rusak berat 10) Belum seluruhnya lokasi merealisasikan benih kuljar untuk tebu dan merivisi menjadi KBD konvensional; 11) Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over; 12) Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan modal untuk menampung hasil produksi anggotanya. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

117 Pengawasan 1) Monev dan pelaporan terlambat; 2) Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi penanganan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan; 3) Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 4) Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana (paling lambat tanggal 31 Desember 2014 seluruh perusahaan perkebunan sudah harus menerapkan ISPO) Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi tersebut meliputi: Administrasi 1) Membuat penetapan kinerja (PK) antara Dirjen Perkebunan selaku pemberi amanah dengan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi/Kab/Kota selaku pelaksanan pembangunan perkebunan di daerah yang dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2013 di Bandung; 2) Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

118 3) Percepatan proses pengadaan barang/jasa; 4) Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll); 5) Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan benih; 6) Penerapan reward dan punishment; 7) Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai rencana operasional kegiatan; 8) Proses usul penghapusan BMN yang tidak ditemukan dan kondisi rusak berat; 9) Proses usul Hibah BMN Dekonsentrasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota 10) Proses usul Hibah BMN Tugas Pembantuan kepada Pemerintah Daerah dimana SKPD BMN tersebut tercatat. 11) Pencapaian pelaksanaan anggaran tahun 2013 sebagai pertanggungjawaban moral dan pemanfaatan anggaran kepada pemerintah maupun masyarakat; 12) Menyiapkan dan menyampaikan laporan keuangan (SAK dan SIMAK-BMN) semester II TA 2013 Kepada UAPPA/B Wilayah dan UAPPA/B E-1 Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan tepat waktu; 13) Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

119 14) Kontrak yg sudah selesai untuk segera dibayarkan dengan menempatkan uang jaminan di bank untuk memastikan pekerjaan pembibitan selesai sesuai dengan kontrak Teknis Perencanaan 1) Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi agar segera ditindak lanjuti; 2) Mempercepat proses revisi; 3) Mencairkan dana secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 4) Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya; 5) Dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas anggaran, dll Pengorganisasian 1) Telah dilaksanakan pembagian tugas antara Sekretariat dan Direktorat sebagai penanggung jawab capaian fisik kegiatan dan keuangan sesuai wilayah binaan (5-6 provinsi); 2) Evaluasi kinerja satker per triwulan yang disampaikan kepada setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

120 mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian; 3) Menyampaikan hasil penilaian capaian kinerja setiap triwulan kepada seluruh Satker otonom Provinsi/Kab/Kota dengan tembusan Gubernur/ Bupati/Walikota; 4) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 5) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan dalam melaksanakan kegiatan; 6) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 7) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapangan/petani; 8) Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan; 9) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 10) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

121 11) Penyediaan dana penjaminan untuk kredit KPEN-RP melalui dana pemerintah, khususnya untuk komoditi Karet dan Kakao, diusulkan kepada Kemenkeu; 12) Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk mengalokasikan pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 13) Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional; 14) Meminimalkan campur tangan dari pihak lain, seperti Bupati, DPRD, dll Pelaksanaan 1) Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan penyerapan keuangan; 2) Diupayakan unitcost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; 3) Pengembangan program integrasi sawit-ternak sapi pada perkebunan rakyat perlu diarahkan pada suatu gerakan yang terkonsentrasi dengan orientasi bisnis; 4) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; 5) Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit, (didahulukan dengan cover letter jikasertifikasi lahan petani belum ada); Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

122 6) Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan; 7) Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja; 8) Pencairan dana dimulai secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 9) Mempercepat penyelesaian piutang negara pada petani eks Proyek UPP tersebut dengan (a) Penghapusan non pokok (bunga dan denda) Pinjaman petani dan (b) Pengendalian piutang negara pada petani; 10) Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupaten; 11) Meningkatkan intensitas sosialisasi ISPO kepada stakeholder terkait; 12) Penerapan kemitraan usaha antara lain melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam rangka untuk mencegah terjadinya gangguan usaha perkebunan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

123 Pengawasan 1) Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan; 2) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan petugas pusat ke satker daerah; 3) Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan secara intensif; 4) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 5) Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian negara, khususnya temuan lama; 6) Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit (TLHA); 7) Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan, baik melalui , faksimile, telepon maupun media lainnya; 8) Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

124 BAB VI PENUTUP Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

125 Bab 6 PENUTUP Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan yang menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan tahun 2013 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat. Laporan ini memberikan informasi terhadap capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja. Pembandingan realisasi kinerja dilakukan terhadap target sebagaimana tertuang dalam RENSTRA tahun , RKT/PK tahun 2013 dan terhadap kinerja tahun 2012 serta perkembangan selama lima tahun terakhir. Secara umum kinerja pembangunan perkebunan tahun 2013, untuk sasaran makro capaiannya melebihi target yang ditetapkan dalam RKT Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Untuk sasaran mikro, meskipun terjadi perubahan iklim, capaian luas areal perkebunan meningkat 2,70% dibandingkan tahun 2012 dan produksi meningkat Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

126 5,07% dibandingkan tahun Realisasi serapan anggaran pada tahun 2013 sebesar 83,73% dengan realisasi fisik sebesar 89,97%. Dalam rangka menghadapi berbagai kendala dalam upaya pencapaian sasaran program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan, diperlukan komitmen yang kuat. Sinergisitas program dan kegiatan berbagai unit kerja eselon I dan instansi terkait akan mampu meningkatkan keefektifan, keefisienan dan keekonomiankjjjkkj;mn pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan. Selain itu, dukungan sinergisitas gerakan seluruh pelaku usaha perkebunan diharapkan mampu mendorong capaian sasaran pembangunan perkebunan sebagaimana telah ditetapkan, baik dalam Renstra Tahun , Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2013 maupun Dokumen Penetapan Kinerja Tahun Selain itu juga diperlukan dukungan dan sinergisitas kegiatan baik antar Eselon I Lingkup Kementan maupun Instansi eksternal Kementerian Pertanian seperti Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kehutanan dan lain-lain. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

127 L A M P I R A N Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} Ilirektorat lenderal Perkebunan Tahun 2013 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian = :3 =3 ra = g l' ]' It 3 it = =3 =t 5 =t 3 3 I I :t =t I =t g =t =t =t I =t

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T )

RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T ) RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T ) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JUNI 2013 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2012 merupakan acuan pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii iv v vi DAFTAR TABEL vii viii DAFTAR GAMBAR ix x DAFTAR LAMPIRAN xi xii 1 PENDAHULUAN xiii xiv I. PENDAHULUAN 2 KONDISI UMUM DIREKTOAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2005-2009

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Penetapan Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja kesepakatan/perjanjian kinerja antara atasan

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TUGAS POKOK DAN FUNGSI... 2

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan aparatur negara mencakup aspek yang luas. Dimulai dari peningkatan fungsi utama pemerintahan, kelembagaan yang efektif dan effisien dengan tata laksana

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2016 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2015 adalah laporan kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Perkebunan Kementerian

Perkebunan Kementerian -a t -t!!!!! g -t t! J t J -t 9 RENCANA KNERJA TAHUNAN {RKT} $ekretariat llirektorat enderal Perkebunan Tahun 201 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian..-_.,:*l j l! t t t g ^ - ;!! t t

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

REVITALISASI PERTANIAN

REVITALISASI PERTANIAN REVITALISASI PERTANIAN Pendahuluan 1. Revitalisasi pertanian dan pedesaan, merupakan salah satu strategi yang dipilih oleh Kabinet Indonesia Bersatu dalam upayanya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau strategis instansi.

Lebih terperinci

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012 Hal i KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam mencapai tujuan atau sasaran

Lebih terperinci

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017 Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, 26-27 Januari 2017 Prioritas Nasional KETAHANAN PANGAN dengan 2 Program Prioritas yaitu: 1) PENINGKATAN PRODUKSI

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) mengacu pada Ketetapan MPR RI nomor : XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR BAB II PERENCANAAN DAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan umum pembangunan perkebunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan 2010 sd 2014, yaitu mensinergikan seluruh sumber

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Diharapkan rencana strategis ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan pengembangan budidaya tanaman tahunan kedepan.

KATA PENGANTAR. Diharapkan rencana strategis ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan pengembangan budidaya tanaman tahunan kedepan. RENSTRA DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN 20102014 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Tanaman Tahunan tahun 2010 2014 merupakan arah dan langkahlangkah strategis yang akan dilaksanakan oleh Direktorat

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Sasaran... 1.4 Dasar

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015 Dinas Provinsi Jawa Barat 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global, antara lain berperan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN aoi'il

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN aoi'il :t = t j -i -i _t _t rt rt -r :! _t -t RENCANA KINERA TAHUNAN (RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN aoi'il DI REKTORAT EN DERAL PERKEBUNAN DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR akarta, Desember

Lebih terperinci

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1 LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2012 LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

TRHUN IO I 5 RENCANA KINERJA TAHUNAN {RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR. J J J :l J J J J J :3 J. J ri :t J J J J J J J J

TRHUN IO I 5 RENCANA KINERJA TAHUNAN {RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR. J J J :l J J J J J :3 J. J ri :t J J J J J J J J =- =i j :l :t :3 13 rt ri :t = RENCANA KINERA TAHUNAN {RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN IO I 5 DI REKTORAT EN DERAL PERKEBUNAN DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR akarta, uni 2012

Lebih terperinci

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN 5.1. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA 5.1.1. Dasar Hukum Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Tugas Pembantuan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Direktorat Pengolahan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE 2015-2019 MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN Disampaikan pada : Musrenbangtan Nasional Tahun 2014 Jakarta, 13 Mei 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan R E N S T R A Draft Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan 2010-2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 i RKT 2012 Direktorat Perlindungan Perkebunan KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

Program Pembangunan Perkebunan 2018

Program Pembangunan Perkebunan 2018 Program Pembangunan Perkebunan 2018 PENYELENGGARAAN PERKEBUNAN PERKEBUNAN= Segala kegiatan pengelolaan SDA, SDM, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2012 Direktur Tanaman Tahunan. Ir. Rismansyah Danasaputra, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2012 Direktur Tanaman Tahunan. Ir. Rismansyah Danasaputra, MM NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2011 adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pendahuluan Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui perannya dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

BIRO HUKUM DAN HUMAS

BIRO HUKUM DAN HUMAS RENCANA KINERJA TAHUNAN 2011 BIRO HUKUM DAN HUMAS BIRO HUKUM DAN HUMAS SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 Kata Pengantar Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 disusun

Lebih terperinci

Jakarta, Desember 2011

Jakarta, Desember 2011 KATA PENGANTAR Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga pemutakhiran Rencana Strategis (Rensttra) Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana BAB I. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pembangunan pedesaan merupakan pembangunan yang berbasis desa dengan mengedepankan seluruh aspek yang terdapat di desa termasuk juga pola kegiatan pertanian yang

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PEMANDU LAPANG TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Pelatihan Pemandu

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... I. Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... I. Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i iii BAB I. Pendahuluan... 1 Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1 II. Kontribusi Perkebunan Terhadap Perekonomian Nasional.... 5 2.1. Kinerja Makro Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (1) (2) (3) 1) Jumlah produksi (ton) komoditas tebu minimal memenuhi 90% dari kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan

Lebih terperinci