PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Transkripsi

1 SIKAP PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKELAT MELALUI SEKOLAH LAPANG PNGENDALIAN HAMA TERPADU DI DESA KEBONHARJO KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN KLATEN Nanang Adi Pamungkas, Totok Mardikanto, Hanifah Ihsaniyati Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126, Telp/Fax:(0271) Adi.pn16@ymail.com /Telp: Abstract: This research aims to examine the attitudes of farmers against pest control technology of Rod Brown through the Airy School Integrated pest control, examine the factors influencing attitudes, and examines the relationship between attitudes towards technology farmers pest control pest chocolate Rod through the Airy School Integrated pest control to factors influencing attitude. The basic method of this research is descriptive. The location of the research determined the purposive deliberately produce Sari Makmur group I and II. Sampling of participants is done by proportional random sampling techniques to sample as many as 40 of the respondents. Attitudes towards the concept Is in doubt, implementation of doubt/agree, belongs to the Benefits of concur. totally agree, the impact is of doubtful/agree. Factors that affect farming experience, are classified as formal education, non-formal as well as the influence of others, the category between a little low/low i.e. mass media contacts, the emotional factor in the category between high/very high relationship between farmers ' attitude with the attitude toward technology pest control pest Rod Brown through significant relationships SLPHT negative direction i.e. the non formal education and mass media contacts are very significant. Keywords: SL-IPM, pest Rod Brown Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu, mengkaji faktor-faktor mempengaruhi sikap, dan mengkaji hubungan antara sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu dengan faktor-faktor mempengaruhi sikap. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja purposive yaitu di kelompok tani Sari Makmur I dan II. Pengambilan sampel peserta dilakukan dengan teknik proportional random sampling dengan sampel sebanyak 40 responden. Sikap terhadap Konsep Tergolong ragu-ragu, pelaksanaan antara ragu/setuju, Manfaat tergolong antara setuju. sangat setuju, Dampak tergolong antara ragu/setuju. Faktor-faktor yang mempengaruhi tergolong sedang pengalaman berusahatani, pendidikan formal, non formal serta pengaruh orang lain, kategori antara sedikit rendah/rendah yaitu kontak media massa, faktor emosional dalam kategori antara tinggi/sangat tinggi Hubungan antara sikap Petani dengan sikap terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui SLPHT hubungan signifikan arah negatif yaitu pendidikan non formal dan sangat signifikan kontak media massa. Kata Kunci: SL-PHT, hama wereng batang cokelat

2 Latar Belakang PENDAHULUAN Teknologi yang dikembangkan untuk mengendalikan hama dan pertanaman padi didasarkan kepada konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dengan mempertimbangkan ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai dengan tuntutan praktek pertanian yang baik. Program PHT pada dasarnya berbasis pengelolaan agroekosistem. Prinsip PHT meliputi : Budidaya tanaman seha, Pelestarian musuh alami, Pengamatan berkala yang berkesinambungan dan Menjadikan petani ahli PHT. Kegiatan pelatihan PHT tersebut kemudian kita kenal dengan nama Sekolah Lapang PHT (SLPHT) merupakan pendekatan penyuluhan yang dikembangkan sejak 1990, untuk menjadikan petani sebagai ahli PHT. Di daerah Kecamatan Polanharjo yang beririgasi teknis, petani di dorong meningkatkan indeks penanaman (IP 300 dan IP 400) yaitu dengan menanam padi unggul berumur pendek sehingga dalam satu tahun dapat ditanam padi tiga kali. Dengan strategi tersebut luas dan produksi panen padi meningkat tetapi petani meninggalkan pola tanam yang dianjurkan yaitu padi-padipalawija. Penanaman padi terus menerus akan mendorong peningkatan populasi dan serangan hama karena siklus kehidupan Wereng Batang Cokelat dan hamahama lain tidak terputus. Penggunaan pupuk kimia terutama pupuk N oleh petani semakin tinggi agar varietas padi unggul baik yang tahan hama maupun peka hama (terutama padi hibrida) dapat mencapai hasil maksimal pada kondisi kesuburan lahan yang semakin berkurang. Peningkatan penggunaan pupuk N sangat mendorong peningkatan populasi Wereng Batang Cokelat. Penanaman varietas peka terhadap OPT, khususnya Wereng Batang Cokelat. Secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa penyemprotan pestisida yang tidak tepat dosis dan konsentrasi dapat mendorong terjadinya resistensi dan resurjenisi Wereng Batang Cokelat yang berakibat meningkatnya populasi Wereng Batang Cokelat lebih cepat dibandingkan sebelum dilakukan penyemprotan. Kenyataan menunjukan bahwa sikap petani terhadap Program SLPHT di daerah Kebonharjo berbeda-beda. Ada petani yang langsung mau mengadopsi dan menerima program tersebut dan ada juga yang masih sangat tertutup dengan hal-hal yang baru. Petani menghadapi berbagai masalah dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian yang kurang maksimal dan faktor lingkungan tentu dapat mempengaruhi pelaksanaan program tersebut baik masyarakat maupun penyuluh. Sikap yang terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap tingkat keberhasilan suatu inovasi yang baru. Penelitian bertujuan untuk 1) mengkaji sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui SLPHT, 2) mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi sikap, 3) mengetahui

3 hubungan antara sikap dengan faktorfaktor yang mempengaruhi. LANDASAN TEORI Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) dengan menerapkan pendekatan partisipatoris dan prinsip petani belajar dari pengalaman telah menghasilkan harapan bahwa petani dapat mandiri, percaya diri dan lebih bermartabat sebagai manusia bebas dalam menentukan nasib dan masa depan mereka. Program pelatihan SLPHT dapat menghasilkan para alumni yang mampu melakukan kegiatan perencanaan dan percobaan untuk memperoleh teknologi budidaya tanaman yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi lokal dan kebutuhan petani yang spesifik (Untung, 2007). Dalam kegiatan SLPHT ini, dari hasil pengamatan yang dilakukan apa yang dilihat dan dicatat saat pengamatan digambarkan dengan sketsa sederhana. Dalam penggambaran sketsa sederhana tersebut semua hasil dicantumkan yaitu: keadaan tanaman, keadaan cuaca, keadaan gulma, umur tanaman, varietas, musuh alami yang ditemukan, populasi OPT, intensitas serangan OPT maupun serangga lain dan hal-hal lain yang dapat ditulis baik berupa tulisan angka maupun simbol yang mudah dimengerti (Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman, 2007). SLPHT adalah Suatu metode pendidikan, partisipasi bagi petani dengan pendekatan orang dewasa. SLPHT merupakan program memasyarakatkan prinsip prinsip PHT (Pedoman Teknis Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu, 2011). Hama Wereng Coklat dan Pengendalianya Serangga wereng coklat berukuran kecil, panjang 0,1-0,4 cm. Wereng coklat bersayap panjang dan wereng punggung putih berkembang ketika makanan tidak tersedia atau terdapat dalam jumlah banyak. Serangga dewasa bersayap panjang dapat menyebar sampai beratus kilometer. Populasi tinggi wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati. Kondisi ini disebut hopperburn membunuh tanaman. Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput yang sampai saat ini tidak bisa diobati (Oka, 1995) Sikap Van Den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadaphadapan dengan obyek sikap. Faktor - faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu

4 METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisa dan disimpulkan dalam konteks teoriteori hasil. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani di Desa Kebonharjo Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan proportional random sampling yaitu pengambilan responden dengan cara acak sederhana. Jenis Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data yaitu Data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan pencatatan. Metode Analisis Data Analisi data menggunakan skala likert. Kategori pengukurannya dengan menggunakan rumus median score dan untuk mengetahui derajat hubungan dengan mengunaakan uji korelasi rank sperman. PEMBAHASAN A. Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengendalian Hama Wereng Melalui SLPHT& Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Tabel 1 Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengendalian Hama Wereng Melalui SLPHT No Kategori Median Konsep Pelaksanaan Manfaat Dampak 1 Sangat setuju Antara setuju atau 4, sangat setuju 3 Setuju Antara ragu ragu atau 3, setuju 5 Netral/ragu ragu Antara tidak setuju atau 2, sangat tidak setuju 7 Tidak Setuju Antara tidak 1, setuju/sangat tidak setuju 8 Sangat Tidak Setuju Sumber: Data Primer 2012 Dari tabel diatas Sikap petani terhadap konsep teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui SL-PHT tergolong

5 dalam kategori ragu-ragu dengan nilai median 3, hal ini ditunjukan dilapang bahwa teknologi PHT sulit untuk diterapkan, tetapi mereka mengetahui keunggulannya antaralain hemat tenaga, pestisida dan hasil panen lebih baik. selain itu. Dalam pengendalian hama secara organik karena beberapa tahapan tersebut memerlukan waktu yang lama dikarenakan cara pengendalian hama terpadu memang perlu kesabaran dalam kekonsistenan penerapan karena sangat sulit diterapkan secara langsung tetapi dengan bertahap, sekolah lapang pengendalian hama terpadu lebih unggul daripada cara konvensional. Sikap petani terhadap pelaksanaan teknologi SL-PHT tergolong ragu ragu/setuju dengan median nilai 3,5, hal ini ditunjukan dilapang bahwa PHT penerapanya sulit sebab harus membiasakan untuk berbudidaya secara organik dengan secara bertahap, Meskipun sulit petani tetap menerapkan budidaya tanaman yang sehat dengan melakukan secara bertahapan dengan mengikuti kegiatan pelatihan secara keseluruhan petani menjadi lebih mengetahui. Sikap petani terhadap manfaat teknologi SL-PHT tergolong setuju/sangat setuju dengan nilai median 4,5, menurut sebagian besar petani, teknologi yang terdapat di pengendalian hama terpadu lebih menghemat waktu dan biaya meliputi hemat dalam pengendalinya, mampu menanam secara serentak, penggunaan pestisida yang hemat serta memberikan hasil panen lebih baik dari pada sebelum menerapkan PHT. Penerapan yang dimulai secara bertahap ini petani dapat memulai budidaya secara baik dan ramah. Sikap petani terhadap dampak adanya teknologi SL-PHT tergolong antara ragu-ragu/setuju dengan nilai median 3,5, Hal ini sebagian petani yang belum mengetahui tentang pengendalian hama terpadu tetapi belum sepenuhnya menerapkan sistem tersebut, sehingga petani kurang mengetahui tentang dampak produksi panen seperti kuantitas dan kualitas panen, serta dampak pendapatan bersih dari penerapan Pengendalian Hama terpadu yang efisien dalam pengendalian serangan hama karena petani masih susah dalam memberlakukan budidaya yang ramah lingkungan.

6 B. Faktor Faktor Yang Mempengraruhi Sikap Tabel 2 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap No Kategori Median X1 X2 X3 X4 X5 X6 1 Sangat rendah Antara sangat rendah/rendah 1, Antara sangat rendah.rendah 1, Antara agak sedikit 1, rendah/rendah 5 Rendah Antara sangat rendah/ rendah 2, Antara rendah/sedang 2, Antara rendah.sedang 2, Sedang Antara sedang/tinggi 3, Antara sedang/tinggi 3, Agak Tinggi 3, Tinggi Antara tinggi/sangat tinggi 4, Sangat tinggi Sumber : Data Primer 2012 Keterangan X1 : Pengalaman Berusahatani X2 : Pendidikan Formal X3 : Pendikikan Non Formal Dari Tabel diatas (X1) termasuk dalam kategori sedang karena petani di Desa Kebonharjo pekerjaan petani menjadi pekerjaan utama untuk mendapatkan penghasilan demi mencukupi kebutuhan. Tetapi ada juga yang menjadikan pekerjaan petani sebagai pekerjaan sampingan. Pengalaman pribadi petani menjadikan beberapa kegiatan pertanian berjalan secara bertahap dan bisa memajukan dan menjadikan penambahan pengalaman dalam budidya petani itu sendiri. (X2) termasuk dalam kategori sedang yaitu berpendidikan SMP. Pendidikan mempunyai pengaruh bagi petani dalam tingkat adopsi teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengelola usahatani. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal, diharapkan pola berpikir semakin terbuka dengan hal hal yang baru untuk memajukan usaha taninya. Rata-rata petani di Desa Kebonharjo masih X4 : Pengaruh oranglain yang dianggap penting X5 : Kontak Media Massa X6 : Faktor Emosional berpendidikan SMP, walaupun hanya berpendidikan SMP setiap petani selalu antusias jika mengikuti suatu kegiatan. (X3) petani tergolong dalam kategori sedang arti petani menghadiri 4 8 kali pertemuan, pelatihan/penyuluhan dalam satu musim tanam dari kegiatan yang di lakukan. Hal ini disebabkan petani dalam memperoleh informasi hanya sebatas untuk mengetahui tetapi tidak menggali informasi yang lebih dalam tentang kegiatan usahatani melalui penyuluhan, serta kesibukan dari beberapa petani, meskipun kegiatan penyuluhan dan pelatihan pada umumnya diselenggarakan apabila ada program dari pemerintah daerah/ pusat, dengan menunjuk beberapa petani tertentu. (X4) dalam kategori sedang diartikan oleh data di lapang bahwa kegiatan yang berkaitan dengan teknologi pengendalian hama terpadu petani jarang/kadang mendapatkan saran

7 untuk menerapkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu dalam mengelola serangan hama wereng yang menyerang selama ini. Sebagian besar petani hanya memperoleh saran 3 hingga 4 kali setiap musim tanam baik itu dari, ketua kelompok tani ataupun petani yang sudah menerapkan PHT. Namun terkadang informasi yang diberikan hanya sekedar info dan tidak mendapat perhaitan daam pelaksanaannya. (X5) dari data tersebut dapat diambil penjelasan bahwa sebagian besar responden mempunyai distribusi kontak media massa dalam kategori antara sangat sedikit rendah/rendah Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian responden mempunyai minat yang kurang dalam menyimak media massa yang ada selain itu tidak adanya sarana yang mendukung untuk mencari informasi. (X6) dalam kategori tinggi/sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pelayanaan yang baik menjadikan petani merasa nyaman dalam berkunjung untuk menemui petugas. Sedangkan hubungan para petani dengan aparatur desa yang sudah harmonis terbentuk karena sebelum menjadi kepala pemerintahan desa mereka juga berasal dari salah satu anggota kelompok tani yang menyebabkan hal ini semakin mudah dalam setiap penentuan kebijakan dan perolehan informasi dan untuk tim pemandu lapang yang dulu juga pernah bertugas di daerah yang sama sehingga tidak kesulitan dalam beradaptasi sama sama lainnya. C. Hubungan Antara Variabel Yang Mempengaruhi Sikap Dengan Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengendalian Hama Wereng Batang Cokelat Melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu Tabel 3 Analisis Hubungan Antara Sikap Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama terpadu Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2012 Sikap Petani Padi terhadap Teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu Y1 (rs) Y2 (rs) Y3(rs) Y4 (rs) Ytotal (rs) X1 Pengalaman Berusatani X2 Pendidikan Formal X3 Pendidikan Non Formal ** * X4 Pengaruh Oranglain Yang Dianggap Penting X5 Kontak Media Massa.492 ** ** X6 Faktor Emosional ** ** Hubungan antara Pengalaman Berusahatani dengan Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengendalian Hama Wereng Batang Cokelat melalui SLPHT Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui Dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) antara pengalaman berusaha tani dengan sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui sekolah

8 lapang pengendalian hama terpadu adalah - 0,048 dengan arah hubungan negatif dan nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel yaitu -0,300 2,031. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman berusahatani belum terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dengan sikap petani terhadap pengendalian hama wereng batang cokelat melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan pengalaman berusahatani pada tingkat kepercayaan 66%. Karena petani memberikan sikap didasarkan pada hasil pengalaman yang telah dijalani terutama yang berkaitan dengan penerapan budidaya secara ramah lingkungan yaitu pengendalian hama terpadu yang dapat memajukan petani. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengengedalian Hama Wereng Batang Cokelat melalui SLPHT Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat dari nilai t Hitung (-0,116) < t Tabel (2,021), pada taraf kepercayaan 95 % dengan nilai rs adalah 0,182, berarti H 0 diterima. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan formal dengan sikap petani terhadap Teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 57%. Kondisi di lapang yaitu tingkat pendidikan formal petani tergolong sedang dan sikap petani terhadap Teknologi Pengengendalian hama wereng batang cokelat melalui SLPHT tergolong positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik itu petani yang memiliki pendidikan formal tinggi maupun petani yang berpendidikan formal rendah, sama-sama memiliki sikap positif terhadap konsep, pelaksanaan, manfaat serta dampak yang di timbulkan dari kegiatan pelatihan SLPHT itu sendiri. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengengedalian Hama Wereng Batang cokelat melaaui SLPHT Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan korelasi negatif yang signifikan antara pendidikan non formal dengan sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng cokelat melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu, pendidikan non formal yang tinggi diikuti rendahnya terhadap sikap tentang berbagai pelatihan maupun penyuluhan dengan nilai rs * dan t hitung sebesar -1,763 sedangkan t tabel 1,683 dengan t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 95%. Artinya semakin tinggi pendidikan non formal maka sikap terhadap pelatihan/penyuluhan rendah. Penjelasan informasi yang tidak jelas membuat petani menjadi enggan mengikuti kegiatan. Dalam pengembangan sikap dan perilaku mandiri, pendidikan non formal berperan untuk membantu petani belajar untuk mampu berdialog dengan dirinya dan lingkungannya tetapi perubahan dari sikap dan perilaku aktif ke arah sikap dan perilaku pasif, tidak adanya motivasi pribadi dalam melakukan suatu perubahan. Berikutnya adanya ketakutan atau

9 trauma di masa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain karena pengalaman ketidakberhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam melakukan perubahan karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan dana, sarana dan pengalaman serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang tanpa harus melakukan perubahan. Hubungan antara Pengaruh Orang Lain dengan Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengengedalian Hama Wereng Batang Cokelat melalui SLPHT Berdasarkan Tabel 3 Dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) antara pengaruh orang lain yang dianggap penting dengan tingkat sikap petani terhadap metode penyuluhan adalah 0,177 dan nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel yaitu 1,126 < 2,031. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting tidak berhubungan dengan tingkat sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 88%. Pengaruh orang lain yang tinggi tidak menjamin perubahan sikap yang positif. Jadi tinggi maupun rendahnya pengaruh orang lain yang dianggap penting tidak mempengaruhi sikap petani terhadap pengendalian hama terpadu. Hubungan antara Kontak Media Massa dengan Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengengedalian Hama Wereng Batang Cokelat melaui SLPHT Berdasarkan Tabel 3 Dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) adalah 0,410 dan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel yaitu 3,038 2,031. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kontak media massa berhubungan dengan sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu. Hal ini disebabkan karena media massa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu sebagian petani mengakses media cetak baik yang diberikan oleh penyuluh maupun LSM. Hubungan antara Faktor Emosional dengan Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengengedalian Hama Werng Batang Cokelat melalui SLPHT Pada Tabel 3 diketahui Melihat hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi rs sebesar -0,311 yang artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pengaruh faktor emosional dengan sikap petani terhadap pengendalian hama wereng batang cokelat melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu terkait tentang pelayan aparatur desa dan pemandu lapang. t hitung < t tabel - 0,178 < 2,031 ini menunjukkan bahwa terdapat semakin rendah pengaruh faktor emosional (penilaian yang terbentuk petani maka disertai dengan tingginya sikap petani terhadap Pelayanan aparatur desa dan pemandu lapang dalam mengatasi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui SLPHT. Karena selama ini sikap yang

10 terbentuk terhadap aparatur desa tergolong positif hal di sebabkan sebelum menjabat aparatur desa juga berasal dari salah satu anggota dari kelompok tani hal ini mengakibatkan sikap yang terbentuk selalu baik sehingga interaksi dengan para petani sendiri sudah terbiasa, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 58 %. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sikap Petani Terhadap Teknologi Pengengedalian Hama Werng Batang Cokelat melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu yang termasuk kategori raguragu adalah konsep SL PHT, Sedangkan antara ragu-ragu/setuju yaitu pelaksanaan serta dampak PHT dan tergolong setuju/sangat setuju hanya manfaat PHT. Faktor yang mempengaruhi sikap yang tergolong kategori sedang dalam penelitian ini yaitu pengalaman berusahatani, pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pengaruh oranglain yang dianggap penting. Faktor yang termasuk dalam kategori rendah yaitu kontak media massa, sedangkan faktor termasuk dalam kategori tinggi yaitu faktor emosional. Hubungan faktor yang mempengaruhi sikap dengan sikap petani terhadap teknologi pengendalian hama wereng batang cokelat melalui SLPHT sebagai berikut, sangat signifikan yaitu Kontak media massa. Sedangkan pendidikan non formal terdapat hubungan korelasi kearah negatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yang mempunyai hubungan yang tidak signifikan pengalaman berusahatani tetapi signifikan pada tingkat kepercayaan 66%, pendidikan formal yang terdapat hubungan pada tingkat kepercayaan 57 %, pengaruh oranglain pada tingkat kepercayaan 88% dan Faktor emosional pada tingkat kepercayaan 58%. Saran Bagi petani sebaiknya kegiatan diskusi bersama untuk bertukar informasi perlu ditingkatkan sehingga dapat menambah wawasan. Bagi PPL dan LSM, perlu aktif berkoordinasi terkait dengan penyampaian materi penyuluhan / pelatihan yang dilakukan. Bagi pemerintah sebaiknya kegiatan ini hendaknya lebih diintensifkan terutama didaerah yang sudah mendapatkan pelatihan PHT ataupun dengan melalui pendidikan non formal sehingga petani semakin bertambah pengetahuanya termasuk di lokasi penelitian. Daftar Pustaka Departemen Pertanian Kebijakan dan Strategi Nasional Perlindungan Tanaman dan Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian, Jakarta. Laboratorium Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Laporan Akhir SLPHT Tanaman Jagung Di Desa Nguma Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar. Balai

11 Perlindungan Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Jakarta Pedoman Umum Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) tanaman pangan.deptan Oka, I.N Sumbangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam Mengembangkan Sumberdaya Manusia dan Melestarikan Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Entomologi Pertanian, UGM. Yogyakarta. Untung, K Kebijakan Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Van den Ban.AW dan HS. Hawkins Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

12 12

SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO 1 SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO Eliek Prasetiawan, Suwarto, Bekti Wahyu Utami Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha)

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha) 1 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PHT PASCA SLPHT PADI DI DESA METUK, KECAMATAN MOJOSONGO, KABUPATEN BOYOLALI Paramesti Maris, Sapja Anantanyu, Suprapto

Lebih terperinci

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar Sendy Christina Kusumawardhani, Bekti Wahyu Utami, Widiyanto Program

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN

AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN AGRISTA : Vol. 4 No. September 26 : Hal. 47-58 ISSN 22-7 SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) PADI DI KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR Rudi Kurniawan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**,

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) PADI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) PADI AGRISE Volume IX No. 1 Bulan Januari 009 ISSN: 141-145 HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) PADI THE CORRELATION

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS Indra Gunawan, Wasrob Nasruddin, dan Rudi Hartono Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K) DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K) DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K) DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR Eko Budi Hariyani, Totok Mardikanto, Hanifah Ihsaniyati

Lebih terperinci

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas

TINJAUAN PUSTAKA. hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hama Terpadu Flint dan Robert (1981) mendefenisikan PHT adalah strategi pengendalian hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas alami seperti

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA Oleh Dewangga Nikmatullah 1) Abstrak Peningkatan produksi lada hitam di Provinsi

Lebih terperinci

Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras

Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras Kasumbogo Untung dan Y. Andi Trisyono Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta 55281 Rangkuman Eksekutif Indonesia pertama kali

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL Saleh Afianto Nugroho/ 20130220124 Ir. Siti Yusi Rosimah, MS/ Dr.Ir.Indardi,

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN JAGUNG HIBRIDA PUTIH DI KABUPATEN GROBOGAN

MINAT PETANI TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN JAGUNG HIBRIDA PUTIH DI KABUPATEN GROBOGAN MINAT PETANI TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN JAGUNG HIBRIDA PUTIH DI KABUPATEN GROBOGAN Rawit Kusumo Atmojiwa, Sapja Anantanyu, Sutarto Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1 Hal , Januari-April 2014, ISSN

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1 Hal , Januari-April 2014, ISSN PENGGUNAAN PESTISIDA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HAMA PADI DI DESA BALUNG LOR KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER Oleh : SURATNO dan M. SYARIEF *) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI METODE PENELITIAN

LANDASAN TEORI METODE PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERDAYAAN ANGGOTA GAPOKTAN DALAM PROGRAM PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (P-LDPM) DI DESA NAMBANGAN KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK DAN TINGKAT ADOPSI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI PADA KELOMPOK TANI DI DESA ARJASA KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER

DINAMIKA KELOMPOK DAN TINGKAT ADOPSI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI PADA KELOMPOK TANI DI DESA ARJASA KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER DINAMIKA KELOMPOK DAN TINGKAT ADOPSI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI PADA KELOMPOK TANI DI DESA ARJASA KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER Anik Susilowati, Lenny Widjayanthi, Djoko Soejono Program

Lebih terperinci

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (ORYZA SATIVA L.) (Suatu Kasus Di Desa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar) Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN SIKAP PETANI TERHADAP KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DI KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN

AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN SIKAP PETANI TERHADAP KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DI KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal. 192-204 ISSN 2302-1713 SIKAP PETANI TERHADAP KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DI KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN Vilda Damayanti, Eny Lestari, Emi Widiyanti Program

Lebih terperinci

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke)

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke) Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke) HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DENGAN KEI- KUTSERTAAN DALAM PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA KAMANGA

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA Mukhlis Yahya Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan ABSTRACT Pengelolaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapang Pertanian Tanaman Terpadu. Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Lapang Pertanian Tanaman Terpadu. Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2008, Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah meluncurkan salah satu program pemberdayaan petani dengan sebutan Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN 1 Istiantoro, 2 Azis Nur Bambang dan 3 Tri Retnaningsih Soeprobowati

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) Melfrianti Romauli *), Lily Fauzia **),

Lebih terperinci

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014 ISSN : 2338-4336 POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian. Salah satu keberhasilan dalam pembangunan pertanian adalah terpenuhinya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Nama Mabasiswa : YASNIATI LUBIS Nomor Pokok : Program Studi : Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan. Menyetujui Komisi Pembimbing

Nama Mabasiswa : YASNIATI LUBIS Nomor Pokok : Program Studi : Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan. Menyetujui Komisi Pembimbing Judul Penelitian : ANALISIS PROGRAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN PADI SAWAH DALAM MENCIPTAKAN PEMBANGUNAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN DELI SERDANG. Nama Mabasiswa : YASNIATI LUBIS

Lebih terperinci

EKSISTENSI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI PADA TINGKAT PETANI DI SULAWESI TENGAH

EKSISTENSI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI PADA TINGKAT PETANI DI SULAWESI TENGAH EKSISTENSI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI PADA TINGKAT PETANI DI SULAWESI TENGAH Amran Muis, Lintje Hutahaean, dan Syamsul Bakhri Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Klaten merupakan salah satu sentra produksi beras di Indonesia. Saat ini, lebih dari 8% hasil produksi pertanian pangan di kabupaten Klaten adalah beras. Budidaya padi dilakukan

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT

PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT Febrian Husnuzhan 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi zhancrash@gmail.com Dedi Djuliansyah

Lebih terperinci

Oleh : 1 Ade Sapaat, 2 Dini Rochdiani, 3 Cecep Pardani

Oleh : 1 Ade Sapaat, 2 Dini Rochdiani, 3 Cecep Pardani DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PHT PADA USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus pada Kelompok Tani Karyafajar di Desa Jayagiri Kecamatan Panumbangan Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM MENERAPKAN USAHA TANI PADI ORGANIK

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM MENERAPKAN USAHA TANI PADI ORGANIK ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM MENERAPKAN USAHA TANI PADI ORGANIK (Studi kasus di Desa Seletreng Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo) Oleh : Gijayana Aprilia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K) DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K) DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN BERBASIS KORPORASI (GP3K) DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) I. LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman masih banyak kendala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam kesejahteraan dan pembangunan nasional. Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor ini juga

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) PADA USAHATANI MANGGIS (Studi Kasus pada Kelompok Tani Kencana Mekar di Desa Puspajaya Kecamatan Puspahiang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ADOPSI PETANI DALAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA Mukhlis Yahya Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan Jl. Binjai

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) (Studi Kasus Pada Kelompoktani Angsana Mekar Desa Cibahayu Kecamatan Kadipaten Kabupaten ) Oleh: Laras Waras Sungkawa

Lebih terperinci

SIKAP PENGRAJIN GULA KELAPA TERHADAP SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) (KASUS DI DESA KRENDETAN KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO) SKRIPSI

SIKAP PENGRAJIN GULA KELAPA TERHADAP SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) (KASUS DI DESA KRENDETAN KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO) SKRIPSI SIKAP PENGRAJIN GULA KELAPA TERHADAP SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) (KASUS DI DESA KRENDETAN KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat gelar

Lebih terperinci

PERAN PENYULUH TERHADAP PROSES ADOPSIPENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT (WBC)

PERAN PENYULUH TERHADAP PROSES ADOPSIPENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT (WBC) PERAN PENYULUH TERHADAP PROSES ADOPSIPENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT (WBC) (Nilaparvata lugens) (Studi Kasus Kecamatan Gegerbitung Kabupaten Sukabumi) Diat Sujatman Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SERIBU HEKTAR SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DI KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SERIBU HEKTAR SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DI KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SERIBU HEKTAR SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DI KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR THE FARMERS PARTICIPATION IN ONETHOUSANDS HEKTAR PROGRAM OF JAJAR LEGOWO RICE

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Tanaman padi adalah termasuk salah satu tanaman pangan yang keberadaannya harus senantiasa terpenuhi, sebab padi merupakan salah satu penghasil makanan pokok

Lebih terperinci

ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *)

ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *) ALUR INFORMASI DAN KEPUTUSAN INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR *) INFORMATION NET AND INOVATION DECISION OF INTEGRATED PEST MANAGEMENT TECHNOLOGY IN EAST LOMBOK REGENCY

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati METODE DEMONSTRASI Oleh :Tuty Herawati Metode demonstrasi sering kali dipandang sebagai metode yang paling efektif, karena metode seperti ini sesuai dengan kata pepatah seeing is believing yang dapat diartikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT ) PADA BUDIDAYA PADI SAWAH ( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat ) SKRIPSI OLEH : IRMAYANA 070309005 PKP PROGRAM

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TERHADAP KEMITRAAN SAYURAN DENGAN ASOSIASI ASPAKUSA MAKMUR KABUPATEN BOYOLALI

PERSEPSI PETANI TERHADAP KEMITRAAN SAYURAN DENGAN ASOSIASI ASPAKUSA MAKMUR KABUPATEN BOYOLALI PERSEPSI PETANI TERHADAP KEMITRAAN SAYURAN DENGAN ASOSIASI ASPAKUSA MAKMUR KABUPATEN BOYOLALI Kiki Priyo Prasetyo, Mohd. Harisudin, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah. PENDAHULUAN Latar Belakang Pandangan, perhatian dan pemeliharaan terhadap para petani di pedesaan sudah semestinya diperhatikan pada masa pembangunan saat ini. Kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO Hariyono Rakhmad 1) dan Triono Bambang Irawan 2) 1)Jurusan Teknologi Informasi, 2) Jurusan Produksi

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) Reslila Sitopu *), Lily Fauzia **) dan Jufri **) *) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata 1 Rahmad Junaria 2. Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fak. Pertanian UNIB

Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata 1 Rahmad Junaria 2. Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fak. Pertanian UNIB FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ADOPSI PETANI PADA TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH SISTEM LEGOWO DI KELURAHAN DUSUN BESAR KECAMATAN GADING CEMPAKA KOTA BENGKULU Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

KAPASITAS PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADI SAWAH DI KELURAHAN SITUGEDE KOTA BOGOR

KAPASITAS PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADI SAWAH DI KELURAHAN SITUGEDE KOTA BOGOR KAPASITAS PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADI SAWAH DI KELURAHAN SITUGEDE KOTA BOGOR (Farmers Capacity in Integrating Pest Control Technology Application (PHT) Rice Field

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak.

TINJAUAN PUSTAKA. Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan. Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman tanamannya anak beranak. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah Tumbuhan padi (Oryza sativa L) termasuk golongan tumbuhan Gramineae, yang mana ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat merumpun,

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PENCETAKAN SAWAH BARU DI KELURAHAN SIMPANG KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PENCETAKAN SAWAH BARU DI KELURAHAN SIMPANG KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SIKAP PETANI TERHADAP PROGRAM PENCETAKAN SAWAH BARU DI KELURAHAN SIMPANG KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Ratnawaty Siata 1 dan Fendria Sativa 1 1 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN

AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 2016 : Hal ISSN AGRISTA : Vol. 4 No. 3 September 216 : Hal. 24-34 ISSN 232-1713 SIKAP PENGRAJIN GULA KELAPA TERHADAP SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) (KASUS DI DESA KRENDETAN KECAMATAN BAGELENKABUPATEN PURWOREJO) Nurul Meinawati,

Lebih terperinci

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan konsumen di Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok masyarakat,

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI

Lebih terperinci

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam

III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang diteliti dalam 40 III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 144 155 ISSN : 1411-1063 KAJIAN INTERAKSI SOSIAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN PETANI PADI SEMI ORGANIK KELOMPOK TANI JATIJAYA DESA SAWANGAN KECAMATAN KEBASEN KABUPATEN

Lebih terperinci

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1)

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1) KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU Trisna Anggreini 1) Abstract. The purpose of this research are acessing the correlation of attitudes

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa pakar percaya penyuluhan merupakan ujung tombak pembangunan pertanian dengan membantu petani dan masyarakat disekitarnya dalam meningkatkan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Individu 6.1.1. Umur BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan berada pada rentang usia 40 sampai 67 tahun. Sebaran responden hampir

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci