PERAN PENYULUH TERHADAP PROSES ADOPSIPENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT (WBC)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PENYULUH TERHADAP PROSES ADOPSIPENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT (WBC)"

Transkripsi

1 PERAN PENYULUH TERHADAP PROSES ADOPSIPENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT (WBC) (Nilaparvata lugens) (Studi Kasus Kecamatan Gegerbitung Kabupaten Sukabumi) Diat Sujatman Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Sukabumi Corr : sujatman74@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untukmengetahui peran penyuluh terhadap proses adopsi petani dalam penerapan pengendalian hama wereng batang coklat. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 4 Desember 2013 sampai 29 Januari 2014.Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Gegerbitung Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah survey terhadap 30 orang sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis uji korelasi PearsonProduct Moment (r) untuk mengetahui tingkat hubungan antara peranan penyuluh dengan proses adopsi petani dalam penerapan pengendalian hama wereng batang coklat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa peran penyuluh memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap proses adopsi pengendalian hama WBC. pembaharu memiliki hubungan yang kuat terhadap proses adopsi pada tahap sadar, minat dan mencoba pengendalian hama WBC. Pada tahap evaluasi, peran penyuluh sebagai penasehat memberikan efek nyata, namun memiliki hubungan yang rendah. Kata Kunci :Penyuluh, adopsi, Wereng Batang Coklat ABSTRACT This study aims to determine the role of extension workers to farmers' adoption process in the application of Nilaparvata lugens control. The research was conducted on December 4, 2013 until January 29, The study performed in Gegerbitung, District of Sukabumi, West Java province. The method used is a survey of 30 respondents. The analysis technique used is Pearson Product Moment Correlation (r) to determine the degree of correlation between the role of the farmer extension with the adoption process in the application of Nilaparvata lugens control. Research showed that the role of extension workers have a very significant effect on the farmers adoption process of in the application of Nilaparvata lugens control. Educator role as a reformer has a strong relationship to the conscious stage, interest and trying to apply pest control. In the evaluation phase, the role of extension workers as advisors gave real effect, but it had low correlation. Keywords:Extension, adoption,nilaparvata lugens PENDAHULUAN Implementasi program P2BN secara luas, intensif, dan cenderung seragam akan mengundang reaksi dan umpan balik ekologis yang secara potensial dapat menjadi penghambat pencapaian sasaran jangka pendek usaha peningkatan produksi pangan. Salah satu bentuk reaksi ekologis yang sekarang dihadapi oleh petani adalah peningkatan letusan dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama hama Wereng Batang Cokelat (WBC) beserta penyakit virus yang 1

2 ditularkan (virus kerdil rumput dan virus kerdil hampa). Faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya populasi dan meluasnya serangan WBC dalam beberapa tahun terakhir adalah potensi biotis WBC yang tinggi, faktor abiotik, dan kegiatan operasional budidaya padi yang favorable (mendukung) berkembangnya populasiwbc. Insektisida masih banyak digunakan untuk pengendalian WBC maupun hama padi lainnya. Penggunaan insektisida yang tidak tepat menyebabkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, diantaranya resistensi dan resurjensi. Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan yang langsung berhubungan dengan petani. Fungsi utamanya adalah mengubah perilaku petani melalui pendidikan non-formal sehingga petani memiliki kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Penyuluh dapat mempengaruhi sasaran melalui perannya sebagai penasehat, teknisi, organisator, penghubung maupun sebagai pembaharu bagi petani. Kecamatan Gegerbitung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi, terdiri atas 7 desa yaitu Desa Gegerbitung, Caringin, Cijurey, Karangjaya, Ciengang, Sukamanah dan Buniwangi.Kecamatan tersebut merupakan wilayah yang mayoritas petaninya berusaha tani padi sawah dan dijadikan wilayah sasaran program P2BN sehingga untuk menunjang keberhasilan kegiatan tersebut dilakukan intensifikasi padi sawah yang cenderung tanpa memperhatikan dampak ekologis yang secara potensial dapat menjadi penghambat pencapaian sasaran jangka pendek usaha peningkatan produksi pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penyuluh terhadap proses adopsi petani dalam penerapan pengendalian hama wereng batang coklat. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2013 sampai 29 Januari Lokasi penelitiandi Kecamatan Gegerbitung Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.Kecamatan Gegerbitung merupakan lokasi pelaksanaan Kursus Tani Coklat (WBC). Peserta kursus tani tersebut terdiri atas 30 orang pengurus dan anggota kelompoktani yang ada di Kecamatan Gegerbitung. Peserta kursus tani tersebut yang menjadi sasaran dalam penelitian ini. Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang lainnya (Suryabrata, 2004). Variabel terdiri atas dua jenis yaitu variabel independen tentang peranan penyuluh dan variabel dependen tentang proses adopsi.variabel peranan penyuluhan meliputi aspek penyuluh sebagai penasehat, teknisi, penghubung, organisator dan pembaru. Skala pengukuran variabel peranan penyuluh adalah rating scale dengan skala 1, 2, 3, 4, dan 5. Variabel adopsi meliputi aspek tahapan sadar, minat, mencoba, menilai dan adopsi (penerimaan) yang diukur dengan Skala Model Likert yaitu skala 1, 2, 3, 4, dan 5. Sampelditentukan secara sengaja (purposive sampling). Menurut Bailey dalam Soehartono (2000), bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30 orang. Berdasarkan hal tersebut, responden pada penelitian ini

3 adalah seluruh peserta kursus tani sebanyak 30 orang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan observasi dan wawancara terstruktur langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner sebagai acuannya.untuk mendukung data yang diperoleh langsung dari responden (primer), dilakukan pendalaman data skunder dari laporan dan dokumentasi yang tersedia di Balai Penyuluhan Kecamatan. Analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Pearson Product Moment (r) untuk mengetahui tingkat hubungan antara peranan penyuluh dengan proses adopsi pengendalian hama wereng batang coklat dengan rumus: r = n XY X. Y n. X 2 X 2. n. Y 2 Y 2 Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak komputer dengan program SPSS version 19. HASIL DAN PEMBAHASAN Peran seorang penyuluh dapat diartikan bahwa seorang penyuluh berperan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Tugas dan fungsi penyuluh akan terlaksana dengan baik bila seorang penyuluh mampu memerankan tugas dan fungsinya dengan baik pula. Efektivitas Peran Penyuluh terhadap Proses Adopsi Petani dalam Penerapan Coklat Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa peran penyuluh mempunyai hubungan yang kuat dengan nilai r = 0,735 dan sangat signifikan pada alpha 0,01terhadap proses adopsi petani dalam Penerapan Coklat. Besarnya Koefisien Determinasi (r) 2 0,5404 atau 54,02% yang bermakna bahwa peran penyuluh memberikan kontribusi terhadap proses adopsi petani dalam Penerapan Coklat sebesar 54,02% dan sisanya 45,98% yang ditentukan oleh variabel lain.telihat nilai ρ lebih kecil dari tingkat α yang digunakan (0,000 < 0,01) sehingga H0 ditolak dan H1 di terima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan peran penyuluh terhadap proses adopsi petani dalam Penerapan Coklat. Tabel 1. Analisis korelasi peran penyuluh terhadap proses adopsi petani dalam penerapan pengenalian hama wereng batang coklat Peran Penyuluh Proses Adopsi Peran Penyuluh Pearson Correlation 1,735 ** Sig. (2-tailed),000 N Proses Adopsi Pearson Correlation,735 ** 1 Sig. (2-tailed),000 N **.Korelasi signifikan pada level 0.01 (uji 2 arah). Kartasapoetra, (1988) menyebutkan bahwa penyuluh pertanian menjembatani kepentingan para peneliti di bidang pertanian dengan kepentingan para petani yang memerlukan pembaharuan. Peranan penyuluh demikian besar. Kepada satu

4 pihak mereka harus tanggap danmenunjukkan kualitasnya agar dapat menampung dan memberikan informasiinformasi baru yang terjadi di lapangan, sedangkan kepada pihak yang lain yang menjadi sasaran penyuluhannya mereka harus menunjukkan pula kualitas dan kemampuannya sebagai penyuluh yang baik (sabar, tangguh, ulet, tekun, penuh kegairahan, harmonis dan toleran) sehingga tugas-tugasnya dapat berhasil dengan baik sebagaimana yang telah digariskan.berdasarkan Rekapitulasi Tabel Korelasi Product Moment dapat dikemukakan beberapa hal berkaitan hubungan antara Peranan Penyuluh dengan Proses Adopsi sebagai berikut; Efektivitas Hubungan Peran Penyuluh dengan Tahap Sadar petani Variabel peran penyuluh memiliki hubungan secara signifikan terhadap tahap sadar petani. Hal ini berarti terdapat efek Signifikan sangat nyata (highly significant) terlihat pada variabel Penasehat (0.657), Teknisi (0.661), Penghubung (0.605) dan Pembaharu (0.731). Sedangkan signifikan nyata (significant) terlihat pada variabel Organisator (0.442). Tabel 2. Nilai Korelasi Product Moment (r) antara Peranan Penyuluh dengan Proses Adopsi pada uji dua arah (two tailes) dan (n=30). No Peranan Penyuluh Proses Adopsi Sadar Minat Mencoba Mencoba Adopsi 1 Penasehat 0,657 ** 0,427* 0,386* 0,695** 0,492** Sig 0,000 Sig 0,19 Sig 0,035 Sig 0,000 Sig 0,006 2 Teknisi 0,661 ** 0,553** 0,252 0,440* 0,452* Sig 0,000 Sig 0,002 Sig 0,179 Sig 0,015 Sig 0,012 3 Penghubung 0,731 ** 0,454* 0,344 0,407* 0,453* Sig 0,000 Sig 0,012 Sig 0,063 Sig 0,026 Sig 0,012 4 Organisator 0,442 * 0,413* 0,134 0,420* 0,343 Sig 0,015 Sig 0,023 Sig 0,480 Sig 0,021 Sig 0,063 5 Pembaharu 0,605 ** 0,743** 0,350 0,733** 0,583** Sig 0,000 Sig 0,000 Sig 0,058 Sig 0,000 Sig 0,001 Peran Penyuluh sebagai penasehat memiliki tingkat hubungan yang Kuat terhadap tahap sadar petani tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat. Besarnya Koefisien Determinasi 0,4316 atau 43,16%. Artinya peran penyuluh sebagai penasehat sadar petani tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat sebesar 43,16%. penasehat membantu menyadarkan petani bahwa wereng batang coklat merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi keberadaannya selalu mengancam kestabilan produksi padi. teknisi memiliki tingkat hubungan yang Kuat Coklat. Besarnya Koefisien Determinasi adalah (0,661)2 = 0,4369 atau 43,69%. Artinya peran penyuluh sebagai teknisi sadar petani tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat sebesar 43.69%.

5 Ini juga berarti penyuluh sebagai teknisi menguasai atau berkompeten secara teknis atas bahan/ materi inovasi yang akan disampaikan kepada petani tentang Coklat. penghubungmemiliki tingkat hubungan yang Kuat terhadap tahap sadar petani tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat. Besarnya Koefisien Determinasi adalah (0,605) 2 = 0,3660 atau 36,60%. Artinya peran penyuluh sebagai penghubung memberikan kontribusi Coklat sebesar 36,60%. Penyuluh memiliki hubungan kerja dengan lembaga yang berkaitan dengan pembinaan kelompoktani. Penyuluh membantu menjalin hubungan antara petani dengan lembaga terkait untuk menyampaikan informasi tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat kepada petani di wilayah binaannya. organisator memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap sadar petani tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat. Besarnya Koefisien Determinasi adalah (0,442)2 = 0,1954 atau 19,54%. Artinya peran penyuluh sebagai penasehat memberikan kontribusi Coklat sebesar 19,54%. pembaharu memiliki tingkat hubungan yang Kuat Coklat. Besarnya Koefisien Determinasi (r)2 peran penyuluh sebagai pembaharu Coklat adalah (0,731)2 = 0,5344 atau 53,44%. Artinya peran penyuluh sebagai penasehat memberikan kontribusi Coklat sebesar 53.44%. Sebagai pembaharu penyuluh mungkin sering memperkenalkan atau mempromosikan cara Coklat sehingga menimbulkan kesadaran petani dalam melakukan Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat. Penyuluh di Kecamatan Gegerbitung secara berkala dan berkesinambungan memberikan penyuluhan tentang pengendalian hama WBC kepada petani. Hal tersebut dapat membantu petani dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Timbul dan tumbuhnya persoalan-persoalan tersebut sesungguhnya karena adanya keinginan dan kebutuhan petani. Keinginan, bahwa petani ingin melakukan pengendalian hama WBC untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal. Kebutuhan, mereka sadar bahwa peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan hanya akan tercapai apabila mereka mengubah cara-cara usaha taninya. Mereka membutuhkan cara-cara atau teknologi dalam pengendalian hama WBC. Adanya kesadaran petani tentang pentingnya memperhatikan lingkungan dalam pengendalian hama WBC. Perlunya mengintegrasikan lingkungan dalam pengendalian hama WBC mulai pengelolaan lahan, air, tanaman, dan iklim secara terpadu dalam upaya peningkatan

6 produktivitas, pendapatan petani dan kelestarian lingkungan. Efektivitas Hubungan Peran Penyuluh dengan Tahap Minat Petani Variabel peran penyuluh memiliki efek secara sangat signifikan terhadap tahap minat petani tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat. Signifikan sangat nyata (highly significant) terlihat pada variabel Teknisi (0.553), dan Pembaharu (0.743), sedangkan signifikan nyata (significant) pada variabel Penasehat (0.427), Penghubung (0.454) dan Organisator (0.413). penasehat memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap minat petani tentang Coklat. Besarnya koefisien determinasi adalah (0,427)2 = 0,1823 atau 18,23%. Artinya peran penyuluh sebagai penasehat minat petani tentang Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat sebesar 18,23%. Penyuluh sebagai penasehat membantu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh petani dalam usahatani mengendalikan hama wereng batang coklat, mendorong semangat petani untuk ikut serta secara partisipatif dalam melakukan pengamatan secara berkala, melakukan penanaman serempak dan menanam varietas padi pilihan yang tahan terhadap serangan hama WBC. Menurut Baehaki (2011), harmonisasi petugas di lapangan, yaitu tripartit pengamat organisme pengganggu tanaman (POPT), penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan petugas kantor cabang dinas pertanian (KCD/UPTD) sangat diperlukan untuk kelancaran operasional di lapangan. Di tingkat pusat, dalam pencapaian produksi 70,6 juta ton GKG, Ditjen Tanaman Pangan didukung oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Badan Litbang Pertanian, dan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Oleh karena itu, untuk menyamakan persepsi, tugas kenegaraan dan kemasyarakatan perlu dilakukan penyegaran dalam perlindungan tanaman dengan melibatkan petugas lapangan (POPT, PPL, dan KCD/UPTD). Keharmonisan tripartit sangat penting untuk membawa petani melakukan tanam serempak dalam satu kawasanyang luas dengan jadwal waktu tanam antara tanam pertama dan tanam terakhir 15 hari. teknisi memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap minat petani tentang Pengendalian Hama WBC. Besarnya koefisien determinasi adalah (0,553) 2 = 0,3058 atau 30,58%. Artinya peran penyuluh sebagai teknisi memberikan kontribusi terhadap tahap minat petani dalam menerapkan Pengendalian Hama WBC secara terpadu sebesar 30,58%. Sebagai teknisi penyuluh memberikan penjelasan tentang Pengendalian Hama WBC lebih rinci dan menarik serta berhubungan langsung dengan kegiatan tersebut, sehingga menimbulkan minat petani untuk mengetahui lebih dalam pengendalian hama WBC. penghubung memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap minat petani melakukan pengendalian hama WBC secara terpadu. Besarnya koefisien determinasi adalah (0,454)2 = 0,2061 atau 20,61%. Artinya peran penyuluh sebagai penghubung memberikan kontribusi

7 terhadap tahap minat petani tentang Pengendalian Hama WBC sebesar 20,61%. Timbulnya minat petani dalam upaya Pengendalian Hama WBC dapat mendorong petani untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang Coklat dari sumber informasi, misalnya lembaga dan individual. Dalam hal ini penyuluh berperan untuk menghubungkan petani dengan petugas terkait (POPT) untuk memperoleh informasi tentang carapengendalian hama WBC dan melakukan gerakan bersama. organisatormemiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap minat petani tentang pengendalian hama WBC. (0,413)2 = 0,1706 atau 17,06%. Artinya peran penyuluh sebagai organisator minat petani dalam menerapkan Pengendalian hama WBC sebesar 17,06%. pembaharumemiliki tingkat hubungan Kuat terhadap tahap minat petani tentang pengendalian hama WBC. Besarnya koefisien determinasi adalah (0,743)2 = 0,5521 atau 55,21%. Artinya peran penyuluh sebagai pembaharu memberikan kontribusi terhadap tahap minat petani dalam menerapkan pengendalian hama WBC sebesar 55,21% Timbulnya minat petani di Kecamatan Gegerbitung untuk melakukan pengendalian hama WBC secara terpadu merupakan hasil peran penyuluh dalam memberikan penjelasan tentang pengendalian hama WBC kepada petani secara rinci dan menarik. Hal tersebut sesuai dengan Kartasapoetra, (1988), yang menyatakan bahwa materi penyuluhan hendaknya bersifat menarik, yang berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani dan menarik minat agar dapat dimanfaatkan oleh para petani. Efektivitas Hubungan Peran Penyuluh dan Tahap Evaluasi Petani penasehat memiliki efek signifikan nyata (significant) dengan nilai 0,386 pada taraf 0.05 dan tingkat hubungannya rendah. penasehatmemiliki tingkat hubungan rendah terhadap tahap evaluasi petani dalam pengendalian hama WBC. (0,386) 2 = 0,1490 atau 14,90%. Artinya peran penyuluh sebagai penasehat evaluasi petani dalam pengendalian hama WBC sebesar 14.90%. penasehat adalah melakukan kegiatan pembinaan kelompoktani, memberikan dorongan dan semangat petani. Penyuluh mangarahkan petani untuk mempertimbangkan, menilai/mengevaluasi secara sungguhsungguh dan mencocokkan dengan situasi yang mereka miliki. Pada tahap ini petani melakukan penilaian untuk menerapkan pengendalian hama WBC secara terpadu. Para petani membandingkan cara, keuntungan dan kemudahan pengendalian hama WBC dengan cara yang biasa mereka gunakan. Petani juga mengukur kemampuan mereka untuk menerapkan pengendalian hama WBC serta mengatasi persoalan-persoalan

8 yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan pengendalian hama WBC. Menurut Soekartawi (1988), pekerjaan melakukan evaluasi memang tidak semudah seperti yang dibayangkan. Didalam kenyataan sehari-hari, pekerjaan evaluasi ini berjalan dalam suatu dimensi waktu, mungkin dapat satu minggu atau bahkan setahun atau mungkin lebih. Bila keputusan dalam tahapan evaluasi ini selesai dan ia menyatakan ya (menerima) maka tahapan selanjutnya adalah menginjak pada tahap mencoba. Tingkat Pengetahuan dan keterampilan petani dalam melakukan penilaian pengendalian hama WBC menentukan sikap petani untuk mengambil keputusan. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani berpotensi mengabaikan pelaksanaan penilaian pengendalian hama WBC dan timbul rasa keraguan pada mereka untuk menerapkan pengendalian hama WBC. Sehingga mereka melewati tahap penilaian dan melanjutkan pada tahap adopsi berikutnya. Oleh karena itu pada tahap ini diharapkan penyuluh berperan memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang pengendalian hama WBC sehingga dapat menghilangkan keraguan petani. Kartasapoetra (1988) menyatakan bahwa peranan penyuluhan dalam memberikan penjelasan yang gamblang dan terinci adalah sangat penting. Penyuluh harus dapat menghilangkan segala keraguan sehingga timbul keinginan pada petani untuk mulai mencoba teknologi baru tersebut. Efektivitas Peran Penyuluh terhadap Tahap Mencoba dalam Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Variabel peran penyuluh memiliki efek secara signifikan terhadap tahap mencoba (petani mencoba menerapkan Coklat. Signifikan sangat nyata (highly significant) terlihat pada variabel Penasehat (0,695) dan Pembaharu (0,733) dan signifikan nyata (significant) terlihat pada variabel Teknisi (0,440), Penghubung (0,407) dan Organisator (0,420) dan hubungannya Kuat. penasehat memiliki tingkat hubungan Kuat terhadap tahap mencoba (petani mencoba menerapkan pengendalian hama WBC). (0,695) 2 = 0,4830 atau 48,30%. Artinya peran penyuluh sebagai penasehat mencoba (petani mencoba menerapkan pengendalian hama WBC) sebesar 48,30%. Penyuluh sebagai penasehat melakukan pembinaan dan memberikan semangat kepada petani dalam rangka melakukan praktek percobaan dan gerakan bersama pengendalian hama WBC di lahan mereka. teknisi memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap mencoba (petani mencoba menerapkan pengendalian hama WBC). (0,440) 2 = 0,1936 atau 19,36%. Artinya peran penyuluh sebagai teknisi mencoba sebesar 19,36%. Penyuluh sebagai teknisi senantiasa mengajarkan dan melatih petani untuk melakukan

9 percobaan dalam pengendalian hama WBC. penghubung memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap mencoba (petani mencoba menerapkan pengendalian hama WBC). Besarnya koefisien determinasi adalah (0,407)2 = 0,1657 atau 16,57%. Artinya peran penyuluh sebagai penghubung memberikan kontribusi terhadap tahap mencoba sebesar 16,57%. Petani memerlukan sarana berupa peralatan dan bahan dalam pelaksanaan percobaan pengendalian hama WBC. Oleh karena itu penyuluh berperan untuk menghubungkan petani dengan lembaga penyedia sarana produksi yang dapat memudahkan petani dalam melakukan percobaan Penerapan pengendalian hama WBC. organisator memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap mencoba (petani mencoba menerapkan pengendalian hama WBC). Besarnya koefisien determinasi adalah (0,420) 2 = 0,1764 atau 17,64%. Artinya peran penyuluh sebagai organisator memberikan kontribusi terhadap tahap mencoba sebesar 17.64%. Dalam pelaksanaan gerakan bersama pengendalian hama WBC di lahan petani, penyuluh senantiasa dapat memfungsikan diri sebagai tempat belajar bagi petani. Dalam hal ini penyuluh membimbing, memperagakan dan menuntun petani untuk melakukan percobaan dan gerakan bersama pengendalian hama WBC. dan sekaligus memberikan contoh-contoh cara atau aplikasi yang benar. Hal tersebut harus dilakukan karena jika pelaksanaan percobaan pengendalian hama WBC tidak berhasil, maka kepecayaan petani akan hilang dan sulit untuk ditumbuhkan. Sebaliknya jika percobaan pengendalian hama WBC berhasil, maka petani akan mengikuti dan menerapkan pengendalian hama WBC secara berkala dan terpadu. pembaharu memiliki tingkat hubungan Kuat terhadap tahap mencoba (petani mencoba menerapkan pengendalian hama WBC). Besarnya koefisien determinasi adalah (0,733) 2 = 0,5373 atau 53,73%. Artinya peran penyuluh sebagai pembaharu memberikan kontribusi terhadap tahap mencoba sebesar 53,73%. Penyuluh dapat memberikan perubahanperubahan teknik pengendalian hama WBC yang sering dilakukan oleh petani dengan pendekatan pengendalian hama WBC secara terpadu dan benar.pada tahap mencoba, petani langsung menuangkan pikiran mereka dalam pengendalian hama WBC di lapangan. Artinya petani mengambil keputusan untuk menerima strategi pengendalian hama WBC sesuai anjuran atau tidak. Hal tersebut bergantung pada hasil uji coba yang dilakukan pada lahan mereka. Jika hasil gerakan bersama memberikan hasil yang sesuai dengan harapan mereka, maka petani akan mengambil keputusan untuk menerapkan pengendalian hama WBC secara terpadu dan berkesinambungan. Menurut Soekartawi (1988), petani dihadapkan dengan suatu problema yang nyata. Ia harus menuangkan pikirannya tentang minat dan evaluasi tentang ide baru dalam suatu kenyataan yang sebenarnya. Pemikiran itu harus dituangkan dalam praktek, sesuai dengan apa yang disebut dengan tahapan mencoba dari ide baru.

10 Efektivitas Hubungan Peran Penyuluh dan Tahap Adopsi Petani Berdasarkan Tabel rekapitulasi terdapat empat variabel peran penyuluh yang memiliki efek signifikan terhadap tahap adopsi petani. Signifikan sangat nyata terlihat pada variabel Penasehat (0,492) dan Pembaharu (0,583). sedangkan taraf nyata (significant) pada variabel Teknisi (0,452) dan Penghubung (0,453). penasehat memiliki tingkat hubungan sedang terhadap tahap adopsi petani dalam menerapkan pengendalian hama WBC. (0,492) 2 = 0,2421 atau 24,21%. Artinya peran penyuluh sebagai penasehat adopsi petani dalam pengendalian hama WBC sebesar 24,21%. Pada tahap adopsi petani kemungkinan penyuluh secara rutin melakukan pembinaan tehadap petani dalam penerapan pengendalian hama WBC. Penyuluh membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani yang berhubungan dengan pengendalian hama WBC teknisi memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap adopsi petani untuk menerapkan pengendalian hama WBC. (0,452) 2 = 0,2043 atau 20,43%. Artinya peran penyuluh sebagai teknisi adopsi petani untuk menerapkan pengendalian hama WBC sebesar 20,43%. Meskipun petani dapat melakukan pengendalian hama WBC secara mandiri, namun petani masih membutuhkan pendampingan seorang penyuluh dalam rangka mengajarkan dan melatih petani dalam penerapan pengendalian hama WBC. penghubung memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap adopsi petani dalam pengendalian hama WBC. (0,453) 2 = 0,2053 atau 20,53%. Artinya peran penyuluh sebagai penghubung adopsi petani dalam menerapkan pengendalian hama WBC sebesar 20,53%. pembaharu memiliki tingkat hubungan Sedang terhadap tahap adopsi petani untuk menerapkan pengendalian hama WBC. Besarnya koefisien determinasi adalah (0,583) 2 = 0,3399 atau 33,99%. Artinya peran penyuluh sebagai pembaharu memberikan kontribusi terhadap tahap adopsi petani dalam menerapkan pengendalian hama WBC sebesar 33,99%. Dalam konteks peran penyuluh sebagai pembaharu, penyuluh harus secara berkala menciptakan pembaharuan dan menanamkan disiplin pada petani untuk melakukan penanaman secara serempak. Hal tersebut sesuai dengan Baehaki (2011) yang mengemukakan bahwa secara teknis, tanam padi serempak sangat penting untuk menghindari penumpukan hama pada satu daerah atau pada titik serangan yang selanjutnya akan menyebar menjadi hama pada areal yang luas. Tanam padi secara serentak dalam areal yang luas tidak dibatasi oleh batas administrasi pemerintahan. Hal ini karena wereng batang coklat terbang bermigrasi tanpa terhalang oleh sungai atau lautan. Bila suatu daerah mengalami panen atau

11 puso maka wereng makroptera (bersayap panjang) dalam jumlah banyak akan terbang bermigrasi mencari pertanaman padi muda untuk berkembang biak. Jika areal tempat migrasi sempit maka populasi wereng imigran akan semakin padat. Hal ini perlu disadari oleh petugas maupun petani bahwa wereng batang coklat dapat bermigrasi sampai 200 km dari daerah/titik serangan ke daerah yang pertanaman padinya berada pada fase vegetatif. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa peran penyuluh memiliki hububungan yang sangat kuat dengan proses adopsi petani dalam menerapkan pengendalian hama WBC. pembaharu memiliki hubungan yang kuat dengan tahap sadar, minat dan mencoba menerapkan pengendalian hama WBC. Pada tahap evaluasi, peran penyuluh sebagai penasehat memiliki hubungan yang rendah. Saran Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan tentang pengendalian hamawbc perlu dipertahankan karena memiliki hubungan dengan proses adopsi petani dan dapat memberikan implikasi dan dampak luas terhadap keberdayaan petani dalam mengamankan produksi padi nasional. Pembinaan yang berkesinambungan sebagai tindak lanjut kegiatan kursus tani pengendalian hamawbc harus terus dilakukan oleh para petugas pertanian, penyuluh, POPT dan instansi terkait. DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, M dan Muhidin, SA Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian.Bandung: Pustaka Setia. Baehaki, S.E Strategi Pundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional. Sukamandi: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Kartasapoetra, A.G Teknologi Penyuluhan Pertanian.Jakarta: Bina Aksara. Soekartawi Prinsip Dasar Komunikasi PertanianJakarta: Universitas Indonesia (UI- Press).

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha)

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha) 1 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PHT PASCA SLPHT PADI DI DESA METUK, KECAMATAN MOJOSONGO, KABUPATEN BOYOLALI Paramesti Maris, Sapja Anantanyu, Suprapto

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi Lampung pada sektor tanaman pangan. Produksi komoditas padi di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras

Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras Wereng Batang Cokelat Mengancam Swasembada Beras Kasumbogo Untung dan Y. Andi Trisyono Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta 55281 Rangkuman Eksekutif Indonesia pertama kali

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014 KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) DALAM PENERAPAN PANCA USAHATANI JAGUNG SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KEMAJUAN USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Agricultural Extension

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza sativa L) (Suatu Kasus di Desa Kabupaten Ciamis) Oleh: Yogi Rosdiawan 1, Dedi Herdiansah S, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS Indra Gunawan, Wasrob Nasruddin, dan Rudi Hartono Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh: Tri Ratna Saridewi 1 dan Amelia Nani Siregar 2 1 Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI Pandu Sumarna 1, Neneng Sri Mulyati 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jl. Ir. H. Juanda Km 3 Indrmayu, sumarnapandu@gmail.com 2 Fakultas

Lebih terperinci

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING POTATO FARMING INCOME IN BENER MERIAH DISTRICT PROVINCE OF ACEH

Lebih terperinci

FUNGSI KELOMPOKTANI DALAM PENERAPAN SLPTT PADI SAWAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

FUNGSI KELOMPOKTANI DALAM PENERAPAN SLPTT PADI SAWAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT FUNGSI KELOMPOKTANI DALAM PENERAPAN SLPTT PADI SAWAH DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Oleh: Asep Harun, Nawangwulan Widyastuti, Endang Krisnawati Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1 Hal , Januari-April 2014, ISSN

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1 Hal , Januari-April 2014, ISSN PENGGUNAAN PESTISIDA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HAMA PADI DI DESA BALUNG LOR KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER Oleh : SURATNO dan M. SYARIEF *) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY) AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT KINERJA KELOMPOK TANI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN RASANAE TIMUR

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI PADI TERHADAP PEMANFAATAN RICE TRANSPLANTER DI KECAMATAN POHJENTREK KABUPATEN PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERSEPSI PETANI PADI TERHADAP PEMANFAATAN RICE TRANSPLANTER DI KECAMATAN POHJENTREK KABUPATEN PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERSEPSI PETANI PADI TERHADAP PEMANFAATAN RICE TRANSPLANTER DI KECAMATAN POHJENTREK KABUPATEN PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR Ugik Romadi 1) dan Dika Lusianto 2) 1) Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP),

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL Saleh Afianto Nugroho/ 20130220124 Ir. Siti Yusi Rosimah, MS/ Dr.Ir.Indardi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanian

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA PENYULUHAN DI DESA BUKIT BATU KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS

KAJIAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA PENYULUHAN DI DESA BUKIT BATU KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS KAJIAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA PENYULUHAN DI DESA BUKIT BATU KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS Syikhristani, Rosnita dan Shorea Khaswarina (syikhristani@yahoo.com 0813 6413 7471)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK Partisipasi Anggota Kelompoktani dalam Penyusunan...(Suwiton M. Anis, Lukman Effendy dan Elih Juhdi Muslihat) PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG DAN SISTEM GERAKAN SERENTAK TANAM PADI DUA KALI SETAHUN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA JURUSAN / SISTEM

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh: Indah Listiana *) Abstrak Penelitian ini dilakukan pada petani padi yang menggunakan benih padi

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) Melfrianti Romauli *), Lily Fauzia **),

Lebih terperinci

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar Sendy Christina Kusumawardhani, Bekti Wahyu Utami, Widiyanto Program

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics

ABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics ANALISIS DINAMIKA KELOMPOKTANI SAGU DI DESA LUKUN KECAMATAN TEBING TINGGI TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ANALYSIS DYNAMIC OF FARMERS GROUP SAGO IN THE VILLAGE OF LUKUN DISTRICTS TEBING TINGGI TIMUR

Lebih terperinci

Oleh : Rosda Malia, SP., M.Si* Leni Supartika Rahayu, SP** Kata Kunci: metode ceramah dan diskusi, Teknologi sistim tanam legowo.

Oleh : Rosda Malia, SP., M.Si* Leni Supartika Rahayu, SP** Kata Kunci: metode ceramah dan diskusi, Teknologi sistim tanam legowo. PENGARUH PENYULUHAN MELALUI METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TEKNOLOGI SISTIM TANAM LEGOWO DI KELOMPOK TANI KARYA MUKTI III DESA SUKAKARYA KECAMATAN SUKANAGARA KABUPATEN CIANJUR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi atau beras merupakan komoditas strategis dan sumber pangan utama untuk rakyat Indonesia. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960 sampai sekarang selalu berupaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan yang terjadi dari peubah-peubah yang diteliti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

KAPASITAS PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADI SAWAH DI KELURAHAN SITUGEDE KOTA BOGOR

KAPASITAS PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADI SAWAH DI KELURAHAN SITUGEDE KOTA BOGOR KAPASITAS PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADI SAWAH DI KELURAHAN SITUGEDE KOTA BOGOR (Farmers Capacity in Integrating Pest Control Technology Application (PHT) Rice Field

Lebih terperinci

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman

Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. Oleh : Budi Budiman Mengenal Hama Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal Oleh : Budi Budiman Nak, kemungkinan hasil panen padi kita tahun ini berkurang!, sebagian besar padi di desa kita terserang hama wereng. Itulah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension PERSEPSI PENYULUH DAN PETANI TERHADAP PENTINGNYA PERAN PENYULUHAN PERKEBUNAN KOPI ARABIKA DI KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA THE PERCEPTIONS AGRICULTURAL EXTENSION FIELD AND

Lebih terperinci

PERAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI USAHATANI DI KABUPATEN PONTIANAK. Universitas Tanjungpura Pontianak

PERAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI USAHATANI DI KABUPATEN PONTIANAK. Universitas Tanjungpura Pontianak PERAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI USAHATANI DI KABUPATEN PONTIANAK SUNDARI 1), ABDUL HAMID A.YUSRA 2), NURLIZA 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata 1 Rahmad Junaria 2. Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fak. Pertanian UNIB

Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata 1 Rahmad Junaria 2. Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fak. Pertanian UNIB FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ADOPSI PETANI PADA TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH SISTEM LEGOWO DI KELURAHAN DUSUN BESAR KECAMATAN GADING CEMPAKA KOTA BENGKULU Satria Putra Utama 1 Indra Cahyadinata

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati* ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA Mawardati* ABSTRACT This research was conducted at the betel palm farming in Sawang subdistrict,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluh Pertanian dan Usahatani Jagung 2.1.1 Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO 1 SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO Eliek Prasetiawan, Suwarto, Bekti Wahyu Utami Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PETANI DALAM BERCOCOK TANAM PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PETANI DALAM BERCOCOK TANAM PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PETANI DALAM BERCOCOK TANAM PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Correlation of Interpersonal Communication to Farmers Behavior in

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar I. LATAR BELAKANG MASALAH Desa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau, masyarakat yang tinggal disana matapencarianya adalah petani, pada umunya budidaya tanaman padi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 34 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Menurut Sugiyono (2012) Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

HUBUNGAN FUNGSI KELOMPOKTANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADI SAWAH

HUBUNGAN FUNGSI KELOMPOKTANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADI SAWAH HUBUNGAN FUNGSI KELOMPOKTANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi) Diat Sujatman Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 015 sampai 8 September 015 yang berlokasi di Desa Kuo, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERANAN PENYULUH DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KELOMPOK TANI DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PERANAN PENYULUH DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KELOMPOK TANI DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA PERANAN PENYULUH DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KELOMPOK TANI DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Oleh : Arip Wijianto, SP. Msi * ABSTRACT The aims of this research are

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengujian Data 6.1.1 Uji Validitas Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Release 17.0. Atribut pre sampling kuesioner pertama yang digunakan

Lebih terperinci

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (ORYZA SATIVA L.) (Suatu Kasus Di Desa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar) Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah masing-masing unsur motivasi yang meliputi: motivasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sumber penghidupan jutaan rakyat Indonesia sebagai mata pencaharian pokok, sumber pendapatan, penyedia bahan makanan, penyedia bahan baku industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian adalah suatu cara yang harus di tempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Yogyakarta. Kantor ini penulis pilih untuk menjadikan

Lebih terperinci

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 302-308 Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program

Lebih terperinci

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1)

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1) KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU Trisna Anggreini 1) Abstract. The purpose of this research are acessing the correlation of attitudes

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN BIOFARMAKA

PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN BIOFARMAKA PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN BIOFARMAKA Oleh Wida Pradiana Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor Corr : wpradiana@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK

Lebih terperinci

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek / Subyek Penelitian Obyek yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Kampus Terpadu, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan 37 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1.Variabel (X) Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diuraikan beberapa batasan, dan ukuran dari variabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi, Kinerja Karyawan

ABSTRAK. Kata kunci : Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi, Kinerja Karyawan ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran dan komitmen organisasi secara parsial terhadap kinerja karyawan. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO 1 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) RELATIONSHIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Dinamika Berkah Solusindo yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang sangat beragam, memungkinkan Indonesia menjadi negara agraris terbesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi yang lebih luas dan dilakukan secara holistik, antara

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika PENGARUH MOTIVASI DAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sragen Tahun Ajaran 2011/2012) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa perusahaan dagang dan jasa di Jakarta yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil sampel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

Pengaruh Jumlah Kredit dan Suku Bunga Terhadap Pendapatan Usaha Mikro di BRI Unit Kabila

Pengaruh Jumlah Kredit dan Suku Bunga Terhadap Pendapatan Usaha Mikro di BRI Unit Kabila Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1. 3, Januari-Maret 2014 ISSN: 2338-4603 Pengaruh Jumlah Kredit dan Suku Bunga Terhadap Pendapatan Usaha Mikro di BRI Unit Kabila Amir Halid, Ria

Lebih terperinci

Keywords: management control systems, leadership style, performance company

Keywords: management control systems, leadership style, performance company ABSTRACT Management control system is a series of actions and activities that occur in all activities of the organization and running continuously. Management control is not a separate system within an

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Balanced Scorecard, performance. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Balanced Scorecard, performance. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Balanced scorecard has a privilege in terms of coverage measurement is more comprehensive because it covers four perspectives. The first perspective is the financial perspective (financial perspective),

Lebih terperinci

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH

DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH DAMPAK SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) (Studi Kasus Pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci