EKSISTENSI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI PADA TINGKAT PETANI DI SULAWESI TENGAH
|
|
- Ivan Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EKSISTENSI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI PADA TINGKAT PETANI DI SULAWESI TENGAH Amran Muis, Lintje Hutahaean, dan Syamsul Bakhri Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK Komponen teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman mempunyai peran yang tidak kecil dalam peningkatan produktivitas dan kualitas hasil tanaman padi. Adanya serangan hama dan penyakit secara langsung dapat menurunkan hasil baik secara kuantitas maupun kualitas. Luas serangan hama dan penyakit pada tanaman padi dilaporkan mencapai 12.12,3 ha yang mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 14.61,842 ton GKP atau terjadi kerugian ekonomi sebesar Rp Sistem pengendalian hama dan penyakit tanaman yang diterapkan di tingkat petani mengacu pada konsep pengendalian hama/penyakit tanaman terpadu (PHT). Sehubungan dengan hal tersebut untuk mendukung kebijakan pemerintah daerah dalam peningkatan produktivitas pertanian, sekaligus mendukung peningkatan ketahanan pangan di Sulawesi Tengah, dilakukan pengkajian untuk mengetahui sejauh mana eksistensi penerapan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi di tingkat petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi. Pengkajian ini menggunakan metode survai. Lokasi ditetapkan di sentra produksi padi di kabupaten Donggala dan Parigi Moutong, dengan jumlah responden sebanyak 4 petani. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan persamaan matematis. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman padi terjadi sejak dari persemaian sampai saat penyimpanan. Hama utama yang menyerang tanaman padi yaitu ulat grayak, penggerek batang, ulat penggulung daun, semut hitam, dan tikus. Sedangkan penyakit utama yang menyerang tanaman padi yaitu tungro. Persentase serangan hama dan penyakit pada pertanaman padi adalah 2-%. Untuk mengatasinya, sebagian besar (97,%) petani masih menggunakan racun, dengan frekuensi penyemprotan dengan racun antara 3-4 kali/musim tanam, bahkan ada sebagian petani yang masih melakukan penyemprotan dengan racun antara 7-8 kali/musim tanam. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan PHT belum memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan usahatani padi. Hal ini mengindikasikan bahwa program pemasyarakatan PHT di tingkat petani perlu ditingkatkan. Pembinaan secara berkelanjutan dengan pembimbingan di tingkat lapangan merupakan syarat mutlak, sebab dengan semakin lancarnya arus informasi yang sudah sampai ke pedesaan memberikan peluang besar bagi pengusaha pestisida untuk mempromosikan produknya ke petani. Kata kunci : eksistensi, pengendalian hama dan penyakit, padi PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi mempunyai arti penting disebabkan karena masih merupakan sumber penghasilan utama rumah tangga pertanian di Sulawesi Tengah. Bahkan hasil survai pendapatan petani di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa 69,4 % petani tanaman pangan, pendapatan utamanya bersumber dari usaha tanaman padi (BPS, 2). Selain itu, produksi padi Sulawesi Tengah telah memberikan kontribusi yang nyata dalam penyediaan pangan secara nasional karena memiliki kelebihan produksi beras sebesar ton (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah, 23). Namun demikian produktivitas padi di Sulawesi Tengah saat ini masih cukup rendah yakni baru mencapai 3,9 ton/ha (BPS, 2). Hasil Penelitian di kecamatan (Mario et al, 24) menunjukkan bahwa penerapan teknologi dengan konsep pengelolaan tanman terpadu pada tanaman padi mampu meningkatkan produksi sampai dua kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa peluang peningkatan produktivitas padi di Sulawesi Tengah masih terbuka luas sepanjang penerapan paket teknologi ditingkat petani dapat terlaksana sesuai dengan anjuran Komponen teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman mempunyai peran yang tidak kecil dalam peningkatan produktivitas dan kualitas hasil tanaman padi. Adanya serangan hama dan penyakit secara langsung dapat menurunkan hasil baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Pada tahun 2 dilaporkan luas serangan hama dan penyakit pada tanaman padi mencapai 12.12,3 ha
2 dengan total kehilangan hasil mencapai 14.61,842 ton GKP atau setara dengan nilai Rp (Balai Perlindungan Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Sulawesi Tengah, 26). Penggunaan pestisida yang sangat intensif pada usahatani padi telah menimbulkan dampak negatif, seperti timbulnya hama wereng coklat dan hama wereng hijau yang berkembang menjadi lebih resisten terhadap berbagai jenis pestisida. Disamping itu, pestisida yang berlebihan dalam penggunaannya telah menimbulkan masalah lingkungan, seperti matinya mahluk bukan sasaran dan musuh alami, residu pestisida di dalam bahan makanan, pencemaran air, tanah dan udara, serta kecelakaan bagi manusia (keracunan dan kematian). Perkembangan tersebut telah mendorong pemerintah untuk secara bertahap mengubah kebijaksanaan pengendalian hama ke arah pendekatan yang komprehensif. Pendekatan ini selanjutnya dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Anonim, 1991). Pendekatan ini telah menjadi kebijakan dasar program perlindungan tanaman sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang No.12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman. Konsep ini menganut (lima) prinsip yaitu: (1) Membudidayakan tanaman sehat, (2) memanfaatkan sebesarbesarnya musuh alami, (3) menggunakan varietas tahan, (4) menggunakan pengendalian fisik/mekanik dan () dan penggunaan pestisida bilamana perlu. Sehubungan dengan hal tersebut untuk mendukung kebijakan pemerintah daerah dalam peningkatan produktivitas pertanian, sekaligus mendukung peningkatan ketahanan pangan di Sulawesi Tengah maka perlu adanya rumusan kebijakan untuk menekan terjadinya kehilangan hasil yang disebabkan oleh adanya serangan hama/penyakit tanaman. Tujuan Mengetahui sejauh mana eksistensi penerapan pengendalian hama dan penyakit pada usahatani padi di tingkat petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi METODOLOGI Pengkajian dilaksanakan pada tahun 26 menggunakan metode Survai. Lokasi pengkajian ditentukan secara sengaja atau Purposive Sampling berdasarkan sentra produksi padi di kabupaten Donggala dan Parigi Moutong di Sulawesi Tengah. Jumlah respnden masing masing kabupaten sebanyak 2 reponden, sehingga total responden sebanyak 4 responden. Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari dari data sekunder, dan primer. Data sekunder didapatkan dari BPS, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah, dan instansi terkait lainnya. Data Primer diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur. Data dan informasi yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif, dan persamaan matematis menggunakan regresi linear berganda (Gudjarati, 199) sebagai berikut: y = f ( x1, x2, x3, x4, x, x6, x7, D) ln y = ln a + b1ln x1 + b2ln x2 + b3ln x3 + b4ln x4 + bln x + b6ln x6 + b7ln x7 + dd+ X1= luas lahan (ha) X2= kuantitas benih (kg) X3= kuantitas tenaga kerja (HOK) X4= biaya pupuk N (rp) X= biaya pupuk P+K (rp) X6= bahan untuk pengendalian OPT (rp) X7= input lainnya (pupuk kandang, pupuk daun, zat perangsang tumbuh, dsb) (rp) D = variabel dummy dimana = non PHT, 1= PHT Y = Pendapatan HASIL DAN PEMBAHASAN
3 Eksistensi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi Serangan Organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman padi terjadi sejak dari persemaian sampai pada saat penyimpanan. Hasil survai menunjukkan ada lima jenis hama dan satu jenis penyakit yang menyerang tanaman padi saat di persemaian yaitu ulat grayak, penggerek batang, ulat penggulung daun, semut hitam, tikus dan penyakit tungro (Tabel 2), namun serangannya bervariasi merunut lokasi. Jumlah petani yang mengalami serangan hama tersebut dikabupaten Donggala lebih tinggi dibandingkan dengan dikabupaten Parigi Moutong. Bahkan persentase petani yang mengalami serangan hama di kabupaten Donggala lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Sulawesi Tengah. Tingginya persentase petani yang mengalami serangan hama di Kabupaten Donggala disebabkan karena adanya perbedaan faktor lingkungan khususnya curah hujan. Di Kecamatan yang mempunyai curah hujan lebih rendah dibandingkan dikecamatan lainnya memperlihatkan persentase petani yang mengalami serangan hama relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal yang sama terjadi pada saat tanaman padi dipertanaman (saat pertumbuhan) maupun saat penyimpanan Hasil (Tabel 1).
4 Tabel 1. Persentase Petani yang Mengalami Serangan Hama berdasarkan Jenis Hama dan Penyakit pada Tanaman Padi, 26. Kabupaten Donggala Kabupaten Parimou rata - Ke. - Biro maru Jenis Hama dan Penyakit/ Persentase Petani Saat Persemaian Hama a. ulat grayak b. penggerek batang c. penggulung daun d. semut hitam ef. tikus Penyakit : a. tungro b. busuk batang Saat Pertanaman Hama a. ulat grayak b. penggerek batang c. walang sangit d. tikus e. burung f. wereng coklat g. wereng hijau h. siput i. hama putih j. ulat penggulung daun k. orong-orong l. belalang m. semut hitam n. sundep Penyakit : a. tungro b. busuk batang Gudang Hama a. calandra b. tikus , 1 2, 2, 12, , 22, 1 2 2, 17, 1 2, 12, Persentase serangan hama dan penyakit yang menyerang pertanaman padi di lokasi penelitian tertera pada Tabel 2. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa persentase serangan tertinggi (6%) hanya dialami oleh 2 % responden dan selebihnya persentasenya lebih rendah kecuali di Kecamatan yang mencapai % responden mendapatkan serangan hama dengan persentase serangan 6 %.
5 Tabel 2. Persentase Petani Berdasarkan Persentase Serangan Hama dan Penyakit Pada Tanaman Padi, 26 Persentase Serangan Hama dan Penyakit/ Persentase Petani (%) Kabupaten Donggala - Kabupaten Parimou - < 2% % , 1-7% % 1 2, Total Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit yang ada pada pertanaman padi, petani umumnya melakukan tindakan pengendalian dengan menggunakan racun, walaupun petani mengetahui bahwa penggunaan racun merupakan langkah terakhir dalam konsep pengendalian hama terpadu. Namun rata-rata petani yang menggunakan racun (97, %) merasakan bahwa penggunaan racun untuk pengendalian hama pengaruhnya lebih cepat terlihat dan nyata dalam menekan kehilangan hasil (Tabel 3). Tabel 3. Persentase Petani Berdasarkan Persepsi Petani Terhadap Cara Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi, 26 Persepsi Petani / Persentase Petani Penggunaan Racun - Menekan kehilangan hasil dan cepat kendalikan hama dan penyakit - Tidak selalu bisa mengendalikan hama dan penyakit Penerapan PHT - Pemantauan menekan penggunaan racun - Mengatasi serangan lebih awal - Penggunaan musuh alami tidak dapat langsung membunuh hama - Tidak menerapkan Kabupaten Donggala rata Ke Kabupaten Parimou , 2, rata Sebaliknya petani yang menerapkan konsep PHT, berpendapat bahwa dengan melakukan pemantauan perkembangan hama sebagaimana dianjurkan dalam SLPHT, ternyata dirasakan bahwa selain dapat mengatasi serangan lebih awal juga dapat menekan penggunaan racun dalam pengendalian hama. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan racun untuk mengendalikan hama hanya efektif bila disesuaikan dengan umur dan tahap perkembangan hama. Pada tahap perkembangan awal (instar/nimfa), penyemprotan dengan menggunakan racun akan lebih efektif, namun pengaruhnya akan menurun sejalan dengan tahapan perkembangan umur serangga. 97, 2, 3 41,2 3,7 2
6 Di kecamatan Kabupaten Donggala, penggunaan biopestisida hanya dilakukan petani pada saat adanya demplot dari instatansi pemerintah (Tabel 4). Berdasarkan informasi petani bahwa penerapan penggunaan biopestisida masih sulit dilaksanakan ditingkat petani, karena belum tersedia secara bebas di kios-kios desa. Masalah lainnya adalah pembibingan oleh petugas yang tidak berkelanjutan sehingga informasi perkembangan teknologi ini tidak dapat diikuti oleh petani. Dengan semakin maraknya informasi tentang produk terbaru dari pestisida kimia menyebabkan teknologi biopestisida semakin ketinggalan. Oleh sebab itu, apabila konsep pengendalian hama terpatu (PHT) akan dimasyarakatkan ditingkat petani maka pembinaan secara berkelanjutan terutama dalam pembibingan di tingkat lapangan merupakan salah satu syarat mutlak. Sebab dengan semakin lancarnya arus informasi yang sudah sampai ke pedesaaan maka ke keterlambatan langkah pemerintah menindaklanjuti program pemasyarakat PHT, akan memberi peluang besar bagi pengusaha pestisida untuk mempromosikan produknya ke petani, sehingga program SLPHT yang selama ini telah dilakukan akan menjadi sia-sia. Tabel 4. Persentase Petani berdasarkan Cara Pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman tadi, 26 Cara Pengendalian Hama dan Penyakit/ Persentase Petani (%) Kabupaten Donggala - Kabupaten Parimou Ke. - Racun , Biopestisida/ Agenhayati Racun dan Biopestisida/ Agenhayati 1 2, Total Frekuensi tindakan pengendalian hama yang dilakukan petani setiap musim tanam menyesuaikan dengan kondisi perkembangan hama di lapangan. Hasil survai menunjukkan bahwa 4 % petani melakukan penyemprotan hama/penyakit dengan menggunakan racun kimia pada tanaman padi antara 3-4 kali/musim tanam (Tabel ). Namun hal ini sangat tergantung kepada ketersediaan modal dan pengetahuan petani tentang konsep PHT. Bahkan di beberapa tempat ditemukan adanya petani melakukan pengendalia hama/penyakit sampai 8 kali/musim. Walaupun persentasenya hanya 1 % (Kab. Donggala) sampai 2 % (Kab. Parigi Moutong), namun hal ini cukup memberi gambaran bahwa penggunaan pestisida kimia ditingkat petani masih cukup tinggi. Tabel. Persentase Petani Berdasarkan Frekuensi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Padi setiap Musim Tanam, 26 Frekuensi Pengendalian Hama dan Penyakit/ Persentase Petani (%) Kabupaten Donggala rata - Ke. Kabupaten Parimou - rata 1-2 kali/mt , 3-4 kali/mt kali/mt , 7-8 kali/mt Total Tingginya penggunaan racun dalam pengendalian OPT selain dapat berpengaruh terhadap lingkungan biofisik terutama terhadap peningkatan kekebalan (resistensi) hama terhadap racun yang diberikan, juga akan membebani ongkos produksi. Pada Tabel 6, terlihat bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian OPT tanaman padi setiap musim mencapai Rp.393.,- dan di Kabupaten Parigi Moutong menggunakan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Donggala.
7 Namun peningkatan pengeluaran untuk pengendalian OPT tidak selalu diikuti oleh peningkatan hasil panen. Tabel 6. - Biaya dalam Pengendalian Hama dan Penyakit, Tahun 26. Uraian Biaya (Rp) Kabupaten Donggala Kabupaten Parimou - Ke. - rata Racun (Rp/ha) Tenaga Kerja (Rp/ ha) Total Hasil survai menunjukkan bahwa tingkat produktivitas padi di Kabupaten Donggala sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan di Kabupaten Parigi-Moutong walaupun terlihat bahwa biaya pengendalian OPT yang lebih rendah. Demikian pula produktivitas yang dicapai petani yang telah menerapkan PHT lebih tinggi dibanding dengan non PHT, baik di Kabupaten Donggala maupun di Kabupaten Parigi- Moutong (Tabel 7).
8 Tabel 7. - Produksi Padi Berdasarkan Petani yang menerapkan PHT dan Non PHT, 26 - Produksi Padi (Beras Kg/ha) Kab. Donggala Kab. Parimou - Sulawesi Tengah PHT (a) , Non PHT (b) , Persentase Perbedaan a dan b 18,14 8,44 13,4 Hal ini menunjukkan bahwa penerapan PHT selain dapat menekan perkembangan hama secara berkelanjutan juga dapat menekan kehilangan hasil secara baik dibandingkan dengan non PHT. Dengan demkian maka program pemasyarakatan PHT untuk tanaman padi ditingkat petani yang selama ini mulai menurun perlu digiatkan kembali mengingat bahwa program ini memberikan dampak positif terhadap prilaku petani yakni pengurangan jumlah racun kimia yang digunakan dalam kegiatan usahatani sehingga dalam jangka waktu panjang akan memberikan nilai positif terhadap kelestarian sumberdaya alam dan peningkatan pendapatan petani. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi dianalisis menggunakan analisis regresi berganda, dengan variabel independen: luas lahan, kuantitas benih/jumlah pohon, kuantitas tenaga kerja, biaya pupuk N, biaya pupuk P dan K, bahan OPT, dan input lainnya (pupuk kandang, zat peransang tumbuh, dan lainnya). Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar,4 dan nyata pada tingkat kesalahan 1%. Hal ini berarti secara bersamasama variabel luas lahan (X1), kuantitas benih (X2), kuantitas tenaga kerja (X3), biaya pupuk N (X4), biaya pupuk P dan K (X), bahan OPT (X6), input lainnya (X7), dan dummi keikutsertaan (D) berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi (Y). Koefisien R 2 (determinasi) sebesar,82, berarti sekitar 8,2% variasi variabel dependen (Y) dipengaruhi variabel-variabel independen (Xi). Hasil uji-t (individul test) menunjukkan bahwa variabel kuantitas benih (X2), kuantitas tenaga kerja (X3), biaya pupuk N (X4), biaya pupuk P dan K (X), bahan OPT (X6), input lainnya (X7), dan dummi keikutsertaan, tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Hasil penelitian (Hariyadi, 1996) menyatakan bahwa keikutsertaan petani dalam SLPHT meningkatkan penerapan PHT, oleh karena itu SLPHT terus menerus perlu dikembangkan di tingkat petani. Demikian juga petani yang telah ikut SLPHT agar bina supaya senantiasa mau menyebarkan pengetahuan PHT kepada para petani lain. Selanjutnya, hasil uji-t (individul test) menunjukkan bahwa hanya variabel luas lahan (X2) berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi (Y). Hal ini berarti bahwa penerapan PHT pada tanaman padi belum memberikan dampak yang signifikan dalam peningkatan pendapatan usahatani padi. Luas lahan (X1) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar , berarti setiap peningkatan nilai luas lahan satu satuan, maka pendapatan usahatani padi meningkat sebesar satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi di Sulawesi Tengah, 26 Variabel Independen Koefisien Regresi X 1 (Luas lahan) (2,93)*** X 2 (Kuantitas Benih) 1.62,813 (,216) X 3 (Kuantitas Tenaga Kerja),289 (,899) X 4 (Biaya Pupuk N) 1,6 (,42) X (Biaya Pupuk P dan K) 3,222 (1,364) X 6 (Biaya Bahan OPT),693 (,39) X 7 (Biaya Input Lainnya) -1,73 (-,62) D 1 (Keikutsertaan) ,8 (,37)
9 Konstanta (-,48) R 2,82 F-hitung,4*** Keterangan : * = beda nyata pada tingkat kesalahan 1 % ** = beda nyata pada tingkat kesalahan % *** = beda nyata pada tingkat kesalahan 1 % ( ) = nilai t hitung KESIMPULAN Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanaman padi terjadi sejak dari persemaian sampai saat penyimpanan. Hama utama yang menyerang tanaman padi yaitu ulat grayak, penggerek batang, ulat penggulung daun, semut hitam, dan tikus. Sedangkan penyakit utama yang menyerang tanaman padi yaitu tungro. Persentase serangan hama dan penyakit pada pertanaman padi adalah 2-%. Untuk mengatasinya, sebagian besar (97,%) petani masih menggunakan racun, dengan frekuensi penyemprotan dengan racun antara 3-4 kali/musim tanam, bahkan ada sebagian petani yang masih melakukan penyemprotan dengan racun antara 7-8 kali/musim tanam. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan PHT belum memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan usahatani padi. Hal ini mengindikasikan bahwa program pemasyarakatan PHT di tingkat petani perlu ditingkatkan. Pembinaan secara berkelanjutan dengan pembimbingan di tingkat lapangan merupakan syarat mutlak, sebab dengan semakin lancarnya arus informasi yang sudah sampai ke pedesaan memberikan peluang besar bagi pengusaha pestisida untuk mempromosikan produknya ke petani. DAFTAR PUSTAKA. Anonim Laporan Kemajuan Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Bappenas. Jakarta BPS, 2. Survei Pendapat Petani Provinsi Sulawesi Tengah 24. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. Hal Balai Perlindungan Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Sulawesi Tengah, 26. Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah. 23. Laporan Tahunan 22. Gudjarati, D Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta Hariyadi, Sunarru Samsi Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Petani Dalam Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 2, No 1. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Mario, M.D., R.H. Anasiru, IGP. Sarasutha, dan H. Hasni, 24. Introduksi Model PTT dalam Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani Padi di Sulawesi tengah. Laporan PTT Sulawesi Tengah.
FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH
FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH Lintje Hutahaean, Saidah, dan Ferry. F. Munier Balai Pengkajian
Lebih terperinciPERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG
Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan
Lebih terperinciKERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG
KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu
Lebih terperinciPENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT
PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT
Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi
Lebih terperinciOleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK
TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA USAHATANI PADI SAWAH (ORYZA SATIVA L.) (Suatu Kasus Di Desa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar) Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak
Lebih terperinciAntisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu an (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang Coklat,
Lebih terperinciAnalisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46
Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH
FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH Lintje Hutahaean dan Heni Sulistyawati PR Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting dibanding dengan jenis sayuran lainnya. Cabai tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PETANI KARAKTERISTIK USAHATANI
LAMPIRAN 57 Lampiran 1 Kuesioner pengendalian hama terpadu tanaman padi Lokasi : KARAKTERISTIK PETANI Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Tanggungan keluarga : Pengalaman bertani (tahun) : Pekerjaan sampingan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan
Lebih terperinci5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Organisme Pengangganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang padi ada 9 jenis, yaitu : Tikus, Penggerek Batang, Wereng Batang
Lebih terperinciDENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT
DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode
Lebih terperinciDAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI
DAMPAK TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH LOKAL PALU TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI Lintje Hutahaean, Syamsul Bakhri, dan Maskar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA
Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan
Lebih terperinciInovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional
Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan
KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai
Lebih terperinciKAJIAN SISTEM PEMASARAN MENDUKUNG AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN DONGGALA. Kegiatan
KAJIAN SISTEM PEMASARAN MENDUKUNG AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN DONGGALA Kegiatan ANALISIS PEMASARAN KAKAO BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,
PENDAHULUAN Latar Belakang Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum, jagung, dan beras. Di banyak negara, kentang berfungsi sebagai makanan pokok karena gizi yang sangat baik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertanian merupakan salah satu masalah lingkungan yang telah ada sejak berdirinya konsep Revolusi Hijau. Bahan kimia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan petani padi di Kabupaten Sragen menggunakan metode
Lebih terperinciVII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA
VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan nasional. Dilihat dari kontribusinya dalam pembentukan PDB pada tahun 2002, sektor ini menyumbang sekitar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU
PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN
Lebih terperinciANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI
ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANDRI JUSTIANUS SIMATUPANG NPM ABSTRAK Mentimun merupakan sayuran yang banyak digemari
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Lebih terperinciPENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH
PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH Muh. Rusdi, Herman S. dan Ruslan Boy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...
Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinciVI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS Analisis risiko produksi jagung manis dilakukan dengan menggunakan metode risiko produksi yang telah dikembangkan oleh Just dan Pope. Pendekatan analisis risiko
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI Julistia Bobihoe dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek
III. METODE PENELITIAN Metode ialah sebuah cara atau jalan, dimana metode menyangkut cara kerja ataupun memahami objek yang menjadi sasaran ilmu. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui
5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan
Lebih terperinciNama Mabasiswa : YASNIATI LUBIS Nomor Pokok : Program Studi : Pengelolaan Sumber daya Alam dan Lingkungan. Menyetujui Komisi Pembimbing
Judul Penelitian : ANALISIS PROGRAM PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN PADI SAWAH DALAM MENCIPTAKAN PEMBANGUNAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN DELI SERDANG. Nama Mabasiswa : YASNIATI LUBIS
Lebih terperinciKUESIONER PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PADI
LAMPIRAN 46 47 KUESIONER PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PADI Lokasi : KARAKTERISTIK PETANI Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Tanggungan keluarga : Pengalaman bertani (tahun) : Kursus/latihan pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
Lebih terperinci1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KEGIATAN SOSIALISASI DESA PHT DAN PELAKSANAAN SL PHT TAHUN. 2009/2010
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR KEGIATAN SOSIALISASI DESA PHT DAN PELAKSANAAN SL PHT TAHUN. 2009/2010 BPP KECAMATAN CIJATI KABUPATEN CIANJUR Diserahkan kepada : DINAS PERTANIAN KABUPATEN CIANJUR Cijati,
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya
I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk
Lebih terperinci1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan
Lebih terperinciPENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG
PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG BASO ALIEM LOLOGAU, dkk PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bantaeng mempunyai delapan kecamatan yang terdiri dari 67 wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting
Lebih terperinciPERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA
PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Lebih terperinciMODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI
MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam kesejahteraan dan pembangunan nasional. Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor ini juga
Lebih terperinciPENGELOLAAN TANAMAN TERPADU
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan
Lebih terperinciIPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO
IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO Hariyono Rakhmad 1) dan Triono Bambang Irawan 2) 1)Jurusan Teknologi Informasi, 2) Jurusan Produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat
Lebih terperinciProspek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara
Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang
64 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian.
Lebih terperinciWaspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)
Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciAbstrak
Peningkatan Produktivitas dan Finansial Petani Padi Sawah dengan Penerapan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Studi Kasus di Desa Kandai I Kec. Dompu Kab. Dompu) Yuliana Susanti, Hiryana
Lebih terperinci15/12/2015 PENGENDALIAN HAMA DENGAN PERATURAN / PERUNDANG-UNDANGAN
PENGENDALIAN HAMA DENGAN PERATURAN / PERUNDANG-UNDANGAN KARANTINA PERTANIAN Suatu lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mencegahmasukdan tersebarnyahama & penyakit pertanian (tumbuhan, hewan, ikan) dari
Lebih terperinciMINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN
MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH Siti Rosmanah, Wahyu Wibawa dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Penelitian untuk mengetahui minat petani terhadap komponen
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian. Salah satu keberhasilan dalam pembangunan pertanian adalah terpenuhinya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciPeran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten
Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Eka Rastiyanto Amrullah¹ dan Sholih Nugroho Hadi² ¹Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM 01 Ciruas Serang
Lebih terperinciPERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS
PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial
Lebih terperinciTeknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung
Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh
Lebih terperinciVII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG
VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun
Lebih terperinciBAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR
BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi
Lebih terperinciKomponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:
AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi
Lebih terperinciOleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)
Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung. Luas lahan sayuran di Tanggamus adalah 6.385 ha yang didominasi oleh tanaman cabai 1.961
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat
Lebih terperinciM.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK
PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida
Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA
e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan
Lebih terperinciADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU
ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Lebih terperinciVI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa
Lebih terperinci