BAB IV KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. Semua negara yang terlibat di konflik Laut Cina Selatan memiliki klaim

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. Semua negara yang terlibat di konflik Laut Cina Selatan memiliki klaim"

Transkripsi

1 BAB IV KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN Semua negara yang terlibat di konflik Laut Cina Selatan memiliki klaim dengan tujuan mendapatkan wilayah. Serta ada faktor lain yaitu untuk bisa mendapat akses ke sumber daya Laut Cina Selatan seperti minyak bumi dan gas alam atau sumber perikanan. Amerika Serikat tidak memiliki klaim wilayah di Laut Cina Selatan, dan Amerika Serikat tidak mempunyai akses ke sumber daya Laut Cina Selatan. Tetapi masih ada faktor yang melatarbelakangi keterlibatan Amerika Serikat di konflik Laut Cina Selatan, yaitu jalur perdagangan A. Nilai Perdagangan Yang Melewati Jalur Perdagangan Laut Cina Selatan Laut Cina Selatan memiliki lokasi yang strategis karena letaknya yang berada di tengah arus perdagangan dunia. Hal ini menjadikan Laut Cina Selatan sebagai jalur perdagangan dan juga menjadi tempat pemberhentian arus perdagangan dunia. Lebih dari separuh pelayaran komersial dunia melewati jalur perairan wilayah Indo-Pasifik. khususnya, Selat Malaka, dalah salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia. 41

2 Selat Malaka, yang membentang antara Indonesia, Malaysia dan Singapura, telah lama menjadi pintu gerbang utama perdagangan ke dan dari Asia, dan sekali lagi meningkat dengan pesat. Sudah menjadi jalur air tersibuk kedua di dunia yang terus digunakan sejak zaman purbakala, dengan pedagang Romawi, Yunani, Cina dan India semua memanfaatkan saluran alami ini. Kepentingan strategisnya juga menjadikannya sumber gesekan internasional dari abad ke-15 sampai modern. Ditamabah pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869 yang meningkatkan signifikansinya karena Selat menjadi penghubung utama antara Samudra Pasifik dan Hindia, mengurangi jarak antara Eropa dan Timur Jauh sampai sepertiga. Beberapa tahun ini telah berfungsi sebagai rute transit utama yang memasok komoditas vital untuk mendorong ekonomi Asia yang berkembang pesat dan di luarnya. Dari 87 juta barel minyak yang dihasilkan per hari pada tahun 2011, sekitar 15,2 juta melewati Selat Malaka, rute laut terpendek antara pemasok Teluk Afrika dan Persia dan pasar Asia. Ini adalah sekitar 19 kali jumlah yang melewati Terusan Panama dan empat kali lebih banyak dari volume melalui Terusan Suez selama periode yang sama. Selat tersebut menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik dan membawa sekitar 25% dari semua barang yang diperdagangkan. Ini juga membawa kira-kira 25% minyak yang bergerak melalui laut. Pada titik tersempitnya di selatan Singapura, Selat Malaka hanya selebar 1,5 mil, menjadikannya salah satu titik strategis yang paling penting di dunia. (Lihat Gambar 4.1 di lampiran) 42

3 1. Pergerakan Minyak Mentah Di Laut Cina Selatan Minyak mentah merupakan komoditas salah satu komoditas paling penting, melihat dari harganya jualnya dan nilai barangnya yang tinggi karena minyak mentah sudah menjadi kebutuhan wajib bagi negara manapun. Bagi negara yang mampu memproduksi sendiri minyak mentah, industri minyak mentah terbukti bisa memberikan keuntungan besar bagi negara mereka, dapat bisa dilihat bagaimana industri minyak mentah memajukan negara- negara yang mampu memproduksinya, seperti negara-negara di teluk Persia. Sedangkan bagi negara-negara yang tidak bisa memproduksi minyak mentahnya sendiri, impor menjadi satu-satunya pilihan. Mengingat bagaimana minyak mentah merupakan sumber energi kehidupan saat ini, wajar jika minyak mentah memiliki pengaruh yang begitu besar ke sebuah negara, terutama bagaimana industri minyak mempengaruhi keadaan ekonomi negara tersebut. Perubahan harga atau pasokan minyak internasional dapat memberi pengaruh besar semua negara di dunia. Baik ekspor maupun impor, distribusi memegang penting bagi produski maupun konsumsi suatu negara. Terhambatnya distribusi akan mempersulit ekspor minyak mentah ke suatu negara dan hal itu akan mengurangi pendapatan negara ekspor minyak mentah. Begitu juga bagi negara impor, terhambatnya distibusi pasokan minyak akan menjadi awal dari berbagai masalah di kehidupan di negara tersebut. 43

4 Satu aspek yang pasti terjadi adalah dengan jika berkurangnya pasokan minyak di suatu negara, maka harga minyak mentah otomatis akan naik di negara tersebut. Dan kebanyakan negara di dunia masih mengadalkan minyak mentah sebagai sumber energi. Sehingga jika harga minyak mentah naik, maka harga barang apapun akan ikut naik yang akan menjadi masalah ekonomi. Bisa dilihat bagaimana bukan hanya produksi minyak mentah yang dapat memberi pengaruh ke negaranegara di dunia, tetapi juga distribusi. Sedangkan untuk distribusi minyak mentah, Laut Cina Selatan memiliki peran peran penting bagi pergerakan minyak dunia. Sekitar 14 juta barel minyak mentah melewati Laut Cina Selatan dan per hari, atau hampir sepertiga dari pergerakan minyak global, menurut data dari GTIS Global Trade Atlas, lebih dari 90 persen dari minyak mentah yang bergerak berasal dari Selat Malaka, sedangkan sisanya berasal dari perdagangan regional antar negara di Asia Tenggara Sekitar 15,2 juta barel per hari (MMbbl / d) minyak melewati Selat Jakarta Malaka pada tahun 2011, rute laut terpendek antara pemasok Teluk Afrika dan Persia dan Pasar Asia. Sejumlah besar minyak mentah tiba di Selat (1,4 MMbbl / d) menuju pemberhentian di Singapura dan Malaysia, tempat pemrosesannya diproses, lalu dikirim lagi sebagai produk minyak sulingan. Selanjutnya, sisa arus minyak tersebut (12,8 juta MMbbl / d) berlanjut melalui Laut Cina Selatan ke Cina dan Jepang (4.5 dan 3.2Mbbl / d, masing-masing), dua konsumen energi terbesar di Asia. Akhirnya 44

5 sekitar 15 persen minyak yang bergerak melalui Laut Cina Selatan berlanjut ke Laut Cina Timur, sebagian besar ke Korea Selatan Aliran minyak mentah di Laut Cina Selatan juga berasal dari perdagangan regional Intra-Asia Tenggara, terutama dari ekspor minyak Malaysia (0,4 MMbbl / d), Indonesia (0,3 MMbbl / d), dan Australia (0,2MMbbl / d). Perdagangan intraregional hampir merata antara Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan China, dengan jumlah yang lebih kecil pergi ke Negara-negara Asia Tenggara lainnya.seperlima aliran minyak mentah intra-regional, yang paling banyak untuk importir manapun, masuk ke Singapura untuk pemurnian. Sekitar 0,2 MMbbl / d minyak mentah melewati selatan melalui Selat Malaka Lombok menuju ke Australia dan Pasifik. Dapat dilihat bagaimana pentingnya Laut Cina Selatan bagi pergerakan minyak mentah dunia, termasuk juga Amerika Serikat. Amerika Serikat memiliki sejarah panjang dalam ekspor dan impor minyak mentah. Pada tahun 70-an A.S menganggap mereka harus mulai menghadapi masalah utama mereka tentang bagaimana menghadapi emisi karbon, perubahan iklim, dan konsumsi bahan bakar fosil. Dan secara umum, pada dasarnya ada dua cara untuk mengatasi masalah ini: Kurangi permintaan akan produk yang menciptakan karbon, atau kurangi pasokan produk tersebut. Cap-and-trade systems dan menaikkan pajak produksi akan mengurangi permintaan dengan menaikkan biaya konsumsi, sehingga memaksa orang-orang memilih sumber energi lain. Strategi lain adalah mengurangi pasokan, dengan mengurangi dana mencegah bahan bakar fosil tidak diproduksi untuk 45

6 memulainya. Hal ini juga meningkatkan biaya dan mendorong orang ke pilihan lain. (Spross, 2015) Kongres A.S akhirnya mengeluarkan larangan (ban) pada tahun 1975, sebagai reaksi untuk melonjaknya harga minyak dunia yang didorong oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Secara singkat isi larangan tersebut adalah mencegah produsen domestik agar tidak mengekspor minyak mentah dari negara tersebut sehingga pasokan domestic terjaga dan harga domestik turun. Dan karena Amerika mengimpor lebih banyak minyak daripada yang bisa diekspor, produsen dalam negeri tidak merasa kerugian. Namun itu semua berubah ketika adanya tren terbaru untuk menggunakan fracking, yang meningkatkan produksi minyak mentah meningkat. Tetapi karena adanya larangan dari kongres, minyak mentah tidak diperbolehkan di untuk diekspor kecuali ke Kanada. (Clemente, 2017) Adanya larangan untuk mengekspor ini membatasi potensi dari kemampuan ekspor minyak mentah Amerika Serikat, dan tentu saja membatasai potensi keuntungan yang bisa didapat. Sehingga setelah perdebatan panjang, Kongres A.S akhirnya memutuskan untuk mencabut larangan tersebut pada tahun Dicabutnya larangan tersebut berarti akhirnya produsen minyak mentah Amerika Serikat bisa mengekspor ke negara lain, selain Kanada. Peningkatan tinggi terlihat dari tahun 2013 A.S hanya mengeskpor sebanyak 48,702 barrel, sedangkan pada tahun 2016 A.S mengekspor sebanyak 190 juta barrel. 46

7 Dari jumlah ekspor minyak mentah yang tinggi itu, ada beberapa negara yang merupakan tujuan utama ekspor Amerika Serikat seperti Kanada dan Meksiko, mengingat letak geografis yang berdekatan. Namun setelah kedua negara tersebut, tujuan eksportir minyak mentah tertinggi A.S justru langsung menuju negara Asia, yaitu Jepang dengan 2,8 juta barrel dan Korea Selatan dengan 3,8 juta barrel. Jika meliputi semua produk olahan minyak mentah, Jepang dan Korea Selatan juga merupakan salah satu tujuan ekspor tertinggi dengan total 130 juta barrel. Jumlah ekspor minyak mentah dan produk olahan minyak ke kedua negara tersebut dapat dikatakan cukup tinggi, sehingga bisa dikatakan Korea Selatan dan Jepang termasuk dalam prioritas ekspor minyak Amerika Serikat. Dan melakukan ekspor ke kedua negara tersebut memiliki persamaan, yaitu melewati Laut Cina Selatan yang dipersengketakan. 2. Pergerakan Perdagangan Barang di Laut Cina Selatan Hampir semua perdagangan maritim yang menuju ke timur, datang melalui Laut Cina Selatan melewati Selat Malaka Malaka, Sunda, dan Lombok. Meskipun ada beberapa sumber terperinci mengenai volume lalu lintas, sebuah Studi pada tahun 2006 oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Jepang (MLIT) memperkirakan bahwa hampir 94 ribu kapal dari 100 gross tonnage melewati Selat Jakarta Malaka pada tahun 2004, dari 607 ribu gelombang perdagangan global yang melewati laut, atau 15 persen dari total dunia. Dari jumlah tersebut, 32 persen 47

8 adalah kapal kontainer, 25 persen adalah kapal tanker Kapal, 15 persen adalah kapal kargo, dan 15 persen adalah kapal curah, dengan sisa gas alam cair dan kapal lainnya. Sebuah survei lanjutan pada akhir 2007 memperkirakan 117 ribu kapal akan melewati Malaka pada 2010 dengan total bobot mati 4,7 miliar metrik ton. Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa Konferensi Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada tahun 2011, diperkirakan total perdagangan maritim dunia pada tahun 2010 sekitar 8,4 miliar ton. Angka tersebut menunjukkan lebih setengah perdagangan maritime dunia melewati Selat Malaka Malaka, Sunda, dan Lombok pada tahun Dengan meningkatnya permintaan energi Asia, diperkirakan pangsa minyak yang lebih besar dari produsen di Indonesia,Teluk Persia dan Afrika akan melewati Laut Cina Selatan. Selain itu, negara-negara asia mulai berinvestasi dalam eksplorasi baru dan pengembangan sumber daya gas alam di Laut Cina Selatan, yang juga akan meningkatkan pangsa perdagangan gas alam cair di Laut Cina Selatan Dari angka-angka di atas bisa terlihat bagaimana besarnya peran Laut Cina Selatan untuk negara-negara di dunia, termasuk juga Amerika Serikat. Namun perdagangan Internasional jauh lebih penting untuk Amerika Serikat dibanding kebanyakan negara lain. Pada 2016, total perdagangan A.S. dengan negara-negara asing adalah $ 4,9 triliun. Angka itu terdiri dari $ 2,2 triliun dalam ekspor dan $ 2,7 triliun impor barang 48

9 dan jasa. Amerika Serikat adalah eksportir terbesar ketiga di dunia, setelah China dan Uni Eropa. A.S juga merupakan importir terbesar kedua di dunia setelah Uni Eropa. Pada tahun 2008, menurut angka yang dikumpulkan oleh Biro Sensus, ekspor barang-barang manufaktur mencapai $ 1,12 triliun. Lebih dari 41 juta pekerjaan di Amerika bergantung pada perdagangan, dan perdagangan sangat penting bagi keberhasilan banyak sektor ekonomi A.S. Manufaktur ekspor mendukung sekitar 6 juta pekerjaan A.S. di tahun Dari pekerjaan yang didukung ekspor tersebut, 2,58 juta berada di industri manufaktur. Pekerjaan tersebut menyumbang 19,9 persen dari seluruh pekerjaan manufaktur A.S., hampir satu dari setiap lima pekerjaan. Sehingga bisa terlihat, bagaimana pentingnya ekspor bagi ekonomi Amerika Serikat. (Ward, 2009) Tidak hanya ekspor, melakukan impor juga penting bagi sebuah negara. Impor menyediakan pilihan lain bagi rumah tangga yang mungkin bisa lebih murah atau bervariasi dibandingkan dengan produk lokal. Melakukan impor juga memberi akses kepada barang yang sebelumya tidak tersedia, contohnya buah-buahan di musim dingin bagi beberapa negara. Selain itu melakukan impor juga berarti memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk membeli barang yang bahan baku dari negara lain yang kemungkina lebih murah. Hal itu akan menguntungkan perusahaanperusahan tersebut dan membuat mereka mampu untuk tetap bersaing. 49

10 Amerika Serikat melakukan lebih banyak impor daripada ekspor. Lebih dari 80 persen impor A.S. adalah barang ($ 2,2 triliun). Sedikitnya kurang dari sepertiga ini adalah mesin dan peralatan industri ($ 444 miliar). Sub-kategori terbesar adalah produk minyak dan minyak bumi, sebesar $ 144 miliar. Sedangkan perlatan kantor mencapai seperempat dari semua barang yang diimpor ($ 590 miliar). Itu termasuk komputer ($ 114 miliar) dan peralatan telekomunikasi, termasuk semikonduktor ($ 123 miliar). Hampir seperempat lainnya adalah barang konsumsi ($ 584 miliar). Dari jumlah ini, pakaian jadi dan alas kaki adalah yang terbesar ($ 123 miliar), lalu kategori ponsel dan TV ($ 121 miliar), dan terakhir impor farmasi yang berjumlah $ 112 miliar. Kategori terbesar keempat adalah kendaraan otomotif, suku cadang dan mesin seharga $ 350 miliar. Kategori makanan, makanan dan minuman adalah yang terkecil, dengan harga $ 130 miliar.dapat dilihat bagaimana impor dapat membantu di berbagai aspek kehidupan A.S. B. Dampak Apabila Jalur Perdagangan Laut Cina Selatan Terganggu atau Tertutup Meskipun ada beberapa rute transit utama atau jalur komunikasi laut (SLOC) yang menawarkan jalan masuk ke Laut Cina Selatan, seperti Selat Sunda dan Selat Lombok di antaranya, namun Selat Malaka lah yang sejauh ini paling banyak digunakan. Ini adalah jalur terpendek dan paling ekonomis antara Samudra Pasifik dan Hindia. (Lihat Gambar 4.2 di Lampiran) 50

11 Bila lalu lintas pengiriman terganggu dan membahayakan kapal komersial yang melewati Selat Malaka maka arus perdagangan dunia akan terganggu. Gangguan jangka pendek akan memaksa kapal untuk menunggu sampai akses terbuka kembali atau mempertimbangkan untuk menggunakan rute alternatif, sementara gangguan jangka panjang dapat memiliki konsekuensi luas untuk triliunan dolar barang yang transit Laut China Selatan setiap tahunnya.. Ketika mempertimbangkan penutupan Selat Malaka secara jangka pendek, biaya tambahan untuk perutean ulang dapat diperkirakan dengan menghitung biaya pelayaran harian rata-rata dari berbagai kapal. Dengan asumsi bahwa kapal tanker dan kapal curah yang melebihi tonase bobot mati (DWT) menyusuri Selat Lombok dalam air dan bahwa semua kapal transit lain yang lebih kecil menggunakan Selat Sunda yang lebih kecil namun dangkal, penutupan Selat Malaka sepanjang seminggu akan menghasilkan Sekitar $ 64,5 juta biaya pengiriman tambahan. Biaya cukup signifikan yang harus ditanggung negara yang menggunakan jalur perdagangan Laut Cina Selatan apabila jalur tersebut terggangu atau bahkan tertutup. Sebagai salah satu negara yang memiliki ekspor dan impor terbesar di dunia, bila Amerika Serikat tidak mendapat akses untuk menggunakan Selat Malaka, maka A.S akan mengalami banyak kerugian. Karena dari semua pergerakan barang menuju Asia sebagian besar akan melalui Laut Cina Selatan, tepatnya Selat Malaka yang merupakan jalur paling dekat. Meskipun jarak memutar yang ditempuh tidak terlalu jauh, dan biaya akibat memutar tidak terlalu besar, tetap jika terjadi dalam jangka 51

12 panjang hal itu tentu saja akan mempengaruhi ekonomi A.S. Bertambahnya biaya distribusi akan mempengaruhi ekspor dan impor A.S. Apalagi mengingat betapa pentingnya perdagangan internasional bagi Amerika Serikat. Jepang dan Korea Selatan adalah salah satu tujuan utama ekspor minyak A.S. Lebih dari 41 juta pekerjaan di Amerika bergantung pada perdagangan internasional. Mengingat jumlah seluruh tenaga kerja A.S berjumlah 243 juta, itu berarti 1 dari 5 pekerja A.S bergantung pada perdagangan internasional. Jika keadaan perdagangan internasional mengalami kerugian, hal ini akan mempengaruhi banyak jiwa, dan bahkan bisa mempengaruhi ekonomi nasional A.S secara keseluruhan. Banyak hal yang bisa terjadi jika RRC berhasil memenangkan klaim mereka di Laut Cina Selatan. RRC bisa mendapatkan akses sumber daya minyak dan gas alam yang ada di Laut Cina Selatan, RRC bisa melarang kapal ikan negara lain masuk ke dalam wilayah perairannya dan memonopoli perikanan di wilayah tersebut. Namun yang paling berdampak ke negara-negara lain termasuk Amerika adalah jalur perdagangan. Jika RRC mendapat kontrol atas wilayah yang mereka klaim, maka ada resiko terhadap negara-negara lain yang menggunakan jalur perdagangan Laut Cina Selatan. Banyak tindakan yang bisa diambil RRC terhadap jalur perdagangan Laut Cina Selatan. Hal ini terindikasi dari pemerintahan RRC yang sudah mulai menerapkan aturan baru di Laut Cina Selatan. Bila ada kapal barang yang melewati wilayah 52

13 perairan yang mereka klaim, maka RRC menuntut mereka untuk mendapatkan izin dahulu dari pemerintahan RRC. Hal tersebut menunjukan bahwa RRC bertekad mengontrol apapun yang terjadi di wilayah perairan yang mereka klaim, termasuk jalur perdagangan Satu lagi yang menjadi petunjuk dari dugaan ini adalah meningkatnya anggaran militer RRC secara pesat dan bertambahnya kekuatan militer RRC terutama di perairan Laut Cina Selatan. Tingkat pertumbuhan ekonomi RRC yang tinggi telah menyediakan sarana untuk pembangunan transformasi dan modernisasi angkatan bersenjatanya. Transformasi pertahanan RRC dapat dilihat sebagai bagian dari proses modernisasi militer yang difasilitasi oleh perkembangan teknologi, seperti revolusi di urusan militer, yang bersifat defensif. Misalnya, di tingkat strategis, RRC telah dan terus mengembangkan rudal nuklir balistik yang dikontrol dari darat dan ditempatkan di laut. Hal ini dianggap akan digunakan untuk memperkuat pertahanan wilayah perairan RRC. Amerika Serikat, Jepang, Australia dan beberapa negara regional lainnya telah menyatakan keprihatinannya lama ukuran dan pertumbuhan anggaran militter dan pertahanan RRC dan kurangnya transparansi mengenai niat dari peningkatan anggaran tersebut. RRC secara luas diyakini mengecilkan angka anggaran sebenarnya dari pembelanjaan militer dan pertahanan RRC. Anggaran militer telah meningkat lebih dari 500 persen sejak 1997 dan pertumbuhan belanja pertahanan (11-15 persen) telah melampaui pertumbuhan ekonomi (8-9 persen). 53

14 Jika RRC berhasil mendapatkan wilayah yang mereka klaim, berarti salah satu jalur perdagangan paling penting yaitu Selat Malaka akan berada di bawah kontrol RRC. Mereka bisa, dan sudah memaksa kapal perdagangan yang melewat perairan mereka untuk meminta izin terlebih dahulu. Mereka bisa mengenakan tarif untuk kapal yang melewati daerah perairannya, atau langsung mengenakan tarif kepada negara yang ingin menggunakan jalur perdagangannya. Dan scenario terburuk adalah jika RRC menutup jalur perdagangan Laut Cina Selatan sebagai maneuver politik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Amerika Serikat tidak bisa mengambil resiko tersebut, apalagi mengingat adanya persaingan antara Amerika Serikat dan RRC beberapa tahun ini. Dampak yang bisa terjadi ke Amerika Serikat terlalu besar, contohnya apabila menggunakan jalur perdagangan Laut Cina Selatan dikenakan tarif, atau kapal perdagangan Amerika Serikat bisa dilarang menggunakan jalur perdagangan Laut Cina Selatan. Tidak bisa menggunakan jalur tersebut berarti kapal perdagangan Amerika Serikat harus memutar menggunakan jalur lain yang berarti biaya tambahan yang harus ditanggung kapal perdagangan Amerika Serikat. Dan bila terjadi dalam jangka panjang maka hal itu akan mempengaruhi ekonomi dari Amerika Serikat. Ratzel saat membahas Teori Geopolitikdi essaynya, Ratzel mengatakan States as spatial organisms require the room or space in which growth is possible. Borders become insignificant in that a developing state or one that is advancing is likely to require annexation of territories that are controlled by other less powerful 54

15 states.. Negara akan terus tumbuh berkembang keluar dari ruang:-nya, dan menurut Ratzel untuk memenuhi kebutuhannya negara harus berusaha mengambil kontrol teritori yang bernilai strategis. Teritori ini bisa bernilai strategis secara ekonomi maupun militer. Hal ini harus dilakukan, meskipun harus melibatkan diri dengan konflik ke negara lain, atau wilayah yang dikontrol oleh negara lain. Dengan didukung oleh teori tersebut dapat terlihat yang menjadi faktor kenapa Amerika Serikat terlibat dalam konflik Laut Cina Selatan. Amerika Serikat berusaha melindungi jalur perdagangan di Laut Cina Selatan yang memiliki nilai penting untuk A.S. Amerika Serikat harus berusaha, terutama melalui jalur politik, untuk membuat perairan Laut Cina Selatan tetap sebagai wilayah perairan terbuka. Sehingga tidak ada dampak buruk yang terjadi terhadap perdagangan internasional Amerika Serikat maupun negara lain di dunia. 55

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM

ULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM ULANGAN HARIAN I Mata Pelajaran Kelas Materi : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : IX : Potensi SDA dan SDM I. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Genderang perang dagang yang ditabuh oleh Amerika Serikat (AS) meresahkan banyak pihak. Hal ini akibat kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang membatasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Indonesia-Maroko; Peluang Peningkatan Hubungan Bilateral melalui Kerjasama Ekonomi (533/M)

Indonesia-Maroko; Peluang Peningkatan Hubungan Bilateral melalui Kerjasama Ekonomi (533/M) KOPI, Berbeda dengan Indonesia yang terletak di Asia tenggara, Maroko merupakan negara yang berada di wilayah afrika Utara. Maroko berbentuk monarki konstitusional dengan kepala negara yang dipimpin oleh

Lebih terperinci

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.

Lebih terperinci

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Peta Konsep Potensi lokasi Potensi Sumber Daya Alam Potensi Sumber Daya Manusia Potensi Sumber Daya Manusia Upaya Pemanfaatan Potensi lokasi, Sumber

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI DESEMBER 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Desember 2014, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya perang dingin telah membawa kecenderungan menyusutnya dimensi militer dan terangkatnya dimensi ekonomi. Dua gejala penting yang dapat langsung dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2015, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Laju pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Saudi Arabia selama kuartal kedua tahun 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

Internasionalisasi Selat Malaka

Internasionalisasi Selat Malaka Internasionalisasi Selat Malaka 20 June 2016 Edy Burmansyah Harian Indoprogress http://indoprogress.com/2016/06/internasionalisasi-selat-malaka/ BERAKHIRNYA Perang Dingin telah menciptakan ketidakpastian

Lebih terperinci

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg Market Brief Peluang Produk Sepeda di Jerman ITPC Hamburg 2015 I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... II I. PENDAHULUAN... 1 A. Pemilihan Produk... 1 B. Profil Geografi Jerman... 1 II. POTENSI PASAR NEGARA JERMAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Indonesia memiliki potensi sapi potong yang cukup besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Latar belakang kenaikan harga minyak dunia yang terjadi akhir-akhir ini berbeda dengan fenomena kenaikan harga minyak dunia sebelumnya. Saat ini, kenaikan harga minyak

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperluas ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya keterbukaan, baik keterbukaan

Lebih terperinci

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat Kementerian Perdagangan 5 Agustus 2014 1 Neraca perdagangan non migas bulan Juni 2014 masih surplus Neraca perdagangan Juni 2014 mengalami defisit USD 305,1 juta, dipicu

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI 2.1 Sejarah Industri Barang Konsumsi Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir semuanya dimiliki oleh orangasing meskipun jumlahnya relatif

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) 1.1. Sejarah Industri Barang Konsumsi Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir semuanya dimiliki oleh orangasing meskipun jumlahnya relatif sedikit.

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005 No. 53 / VIII/ 1 Nopember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan mencapai US$ 7,38 milyar, lebih tinggi 4,94 persen dibanding ekspor bulan Agustus sebesar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi memainkan perananan yang sangat vital dan strategis dalam pembangunan. Tanpa energi, tidak mungkin menjalankan berbagai aktivitas ekonomi seperti mengoperasikan

Lebih terperinci

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr.

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr. Hari, Tanggal: Minggu, 21 Oktober 2012 Hal/Kol : http://zonapencarian.blogspot.com/2012/10/10- negara-yang-punya-reaktor-nuklir.html Sumber: WWW.ZONAPENCARIAN.BLOGSPOT.COM 10 Negara yang Punya Reaktor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertambangan Batubara Indonesia Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital intensive), dikarenakan tingginya biaya modal yang dibutuhkan untuk membeli suatu kapal (Luo dan

Lebih terperinci

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang, BAB V PENUTUP Kebijakan pintu terbuka pada akhir 1978 menjadi awal keterbukan Cina atas berbagai peraturan yang bersifat lebih liberal terhadap pasar. Kawasan ekonomi khusus (Special Economic Zones, SEZ)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2013

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2013 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2013 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2013, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port 43 4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT Definisi dan Persyaratan Hub Port Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2008 mengenai pelayaran pasal 72 ayat 2, pelabuhan laut secara hierarki terbagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya. manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan daya otot,

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya. manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan daya otot, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah, pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan batubara merupakan kegiatan industri yang penting di berbagai belahan dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Australia, India, Rusia, dan Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelumas Pertamina adalah produk pelumas yang diproduksi oleh perusahaan Indonesia yaitu PT. Pertamina Lubricants yang merupakan anak perusahaan (subsidiary)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci