BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Kondisi Umum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Kondisi Umum"

Transkripsi

1 1

2 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Kondisi Umum Dalam sistem ketahanan pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan secara umum memegang peran dalam melaksanakan sub sistem distribusi pangan. Subsistem ini merupakan berbagai proses yang ditujukan untuk menjamin stabilitas pasokan dan harga pangan antar wilayah dan antar waktu, yang memungkinkan seluruh masyarakat dapat mengakses pangan baik secara fisik maupun ekonomi. Jika proses distribusi pangan berjalan dengan baik, maka akan tercipta kondisi sebagai berikut: (1) meratanya pasokan bahan pangan di semua wilayah, (2) terjadinya harga pangan yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dan (3) tersedianya pasokan bahan pangan secara terus menerus sepanjang waktu. Sesuai dengan tata nilai dan kaidah dalam pembangunan ekonomi nasional, distribusi pangan dapat dilakukan melalui dua mekanisme utama. Pertama distribusi yang berjalan melalui mekanisme pasar, yaitu distribusi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dengan tingkat ekonomi relatif sejahtera pada kondisi yang normal. Ke dua, distribusi pangan melalui mekanisme khusus, yaitu distribusi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan kelompok masyarakat kurang mampu atau berada pada kondisi yang tidak norma (situasi bencana alam). Kedua mekanisme distribusi tersebut tidak hanya dilakukan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, namun dilakukan oleh banyak instansi lainnya, seperti kementrian Perdagangan, Kementrian Sosial, Perum BULOG dan masyarakat. Sesuai dengan SK Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 Tahun 2015 Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, 2

3 pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi dan cadangan pangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1047, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; b. pengkajian di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; c. penyiapan perumusan kebijakan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; d. pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; e. pelaksanaan pemantapan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; f. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; g. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; dan h. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan. Dari tugas diatas dalam pelaksanaannya dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Pengembangan Distribusi Pangan Distribusi dan pasokan yang merata ke seluruh wilayah sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau oleh daya beli, sangat penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik. Pemerataan pasokan pangan nasional sangat dipengaruhi oleh antara lain beragamnya kondisi sumber daya alam, yang menyebabkan perbedaan dalam kemampuan memproduksi bahan pangan wilayah. 2. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan LDPM) 3

4 Salah satu inisiasi BKP untuk menjaga stabilitas harga GKP ditingkat petani adalah melalui Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan LDPM). Kegiatan Penguatan LDPM tersebut dilaksanakan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani/kelompoktani/gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga pada saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan pada saat paceklik. Badan Ketahanan Pangan menyalurkan dana Bantuan Sosial dari APBN kepada Gapoktan untuk memberdayakan kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) agar mampu mendistribusikan hasil produksi pangan dari anggotanya sehingga harga yang diterima di tingkat petani maupun di wilayah stabil, serta menyediakan cadangan pangan dalam rangka penyediaan aksesibilitas pangan bagi anggotanya. Melalui penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersamasama dengan anggotanya mampu secara swadaya membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang distribusi pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi anggotanya yang kurang memiliki akses terhadap pangan disaat paceklik. Selama tahun kegiatan Penguatan LDPM telah berhasil menumbuhkan Gapoktan sebanyak 836 Gapoktan. Tahun 2010 sebanyak 204 Gapoktan, tahun 2011 sebanyak 235 Gapoktan, tahun 2012 sebanyak 281 Gapoktan, tahun 2013 sebanyak 78 Gapoktan dan tahun 2014 sebanyak 38 Gapoktan. Berdasarkan data harga pembelian komoditas pangan pokok yang dilakukan Gapoktan selama tahun dapat disimpulkan bahwa dukungan pemerintah dalam bentuk Bansos P-LDPM terbukti dapat menjaga stabilitas harga pangan ditingkat petani. 4

5 Tabel 1.1. Perbandingan Harga Rata -rata Pembelian Gapoktan Penguatan-LDPM dengan HPP Tahun HPP Rata-Rata Harga Pembelian (Rp/Kg) Tahun Jagung GKP GKG Beras GKP GKG Beras Tongkol Pipilan Sumber: BKP, Kementan Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa harga GKP ditingkat petani anggota Gapoktan P-LDPM diatas HPP yaitu rata-rata Rp Selain menjaga harga ditingkat petani, dampak kegiatan Penguatan-LDPM juga terlihat dari peningkatan peran Gapoktan dalam pengelolaan cadangan pangan, yang meningkatkan kemudahan petani (anggota) dalam mengakses pangan pada saat terjadi kelangkaan pangan. Berpengaruh positif dalam membangun perspektif anggota Gapoktan dalam pengembangan agribisnis. Dari kegiatan yang diinisiasi Badan Ketahanan Pangan melalui penguatan LDPM, ternyata tidak hanya mampu melindungi dan memberdayakan petani, tetapi para petani dan Gapoktan telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Di sisi lain, masyarakat sekitar Gapoktan juga telah memperoleh dampak ikutan, berupa peningkatan mata pencaharian. Semua ini, tentu berkontribusi nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Dewasa ini, secara umum petani masih mempunyai posisi tawar yang relatif lemah dibandingkan dengan pelaku lain dalam agribisnis padi dan jagung. Oleh karena itu, kesinambungan 5

6 pelaksanaan kegiatan Penguatan LDPM sangat diperlukan agar penerima manfaat kegiatan ini juga akan semakin luas yang pada akhirnya diharapkan posisi tawar petani secara umum dapat meningkat serta stabilisasi harga beli untuk komoditas pangan pokok di tingkat petani juga akan terwujud. 3. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat ( PUPM) Melalui Toko Tani Indonesia (TTI) Upaya lain dalam pemantapan sistem distribusi pangan adalah dengan memberdayakan institusi maupun lembaga masyarakat secara lebih luas untuk berperan dalam perwujudan rantai pasok komoditas pangan yang lebih efisien. Penguatan kelembagaan petani diperluas perannya sehingga tidak hanya berperan untuk menjaga stabilisasi harga pangan di tingkat petani namun lebih jauh lagi dapat berperan untuk mewujudkan stabilitas harga di tingkat konsumen. Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat merupakan salah satu upaya Pemerintah yang dilakukan untuk menjaga stabilitas harga baik di tingkat petani/produsen dan di tingkat konsumen. Melalui kegiatan ini, Gapoktan atau Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) dan Toko Tani Indonesia (TTI) diberdayakan untuk dapat menjalankan fungsi sebagai lembaga distribusi dalam suatu rantai distribusi yang lebih efisien sehingga dapat mengurangi disparitas harga antara produsen dan konsumen. Bantuan pemerintah yang diberikan kepada Gapoktan/LUPM dalam kegiatan ini digunakan untuk memperkuat permodalan untuk menyerap gabah yang diproduksi petani dengan harga minimal sama dengan HPP sehingga Gapoktan/LUPM dapat berperan untuk menjaga stabilitas harga di tingkat petani terutama pada saat panen raya. Bantuan pemerintah juga digunakan untuk mendukung pengolahan pasca panen sehingga Gapoktan dapat 6

7 menyediakan beras berkualitas baik dengan harga yang wajar dan lebih terjangkau bagi masyarakat. Pada sisi pemasaran, Gapoktan/LUPM difasilitasi untuk membentuk kemitraan dengan TTI yang merupakan lembaga distribusi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Mekanisme pemasaran ini akan memperpendek rantai pasok komoditas pangan dan akan menjadi solusi operasi pasar permanen sehingga tercipta margin keuntungan dan tata niaga pangan yang berkeadilan bagi seluruh pihak di dalam rantai pasok dan menjaga kepastian harga dan pasokan bagi produsen dan konsumen. 4. Stabilisasi Harga Pangan 4.1 Perkembangan Harga Pangan Tingkat Konsumen Berdasarkan pemantauan perkembangan harga pada 13 (tiga belas) komoditas pangan pokok dan strategis tingkat konsumen tahun , terlihat bahwa: 1) Selain terigu, seluruh komoditas pangan strategis mengalami peningkatan harga berkisar 4,55-23,43 persen, dengan peningkatan terkecil adalah komoditas gula, dan terbesar adalah bawang merah, sedangkan terigu mengalami penurunan rata-rata 6,39 persen. 2) Terdapat 5 (lima) komoditas yang selalu mengalami peningkatan harga setiap tahun, yaitu: (1) beras umum, ratarata 9,47 persen; (2) beras termurah, rata -rata 9,06 persen; (3) daging sapi, rata-rata 12,34 persen; (4) gula pasir, rata - rata 4,55 persen; (5) telur ayam, rata -rata 8,03 persen. Sedangkan 7 (tujuh) komoditas lainya mengalami fluktua si harga (naik atau turun) setiap tahunnya. 3) Berdasarkan perhitungan coefisien varians (cv) harga masingmasing komoditas, terlihat bahwa sebagian besar komoditas pangan strategis cukup stabil harganya (batasan besaran cv tergantung komoditas), yaitu: (1) b eras umum 3,44 persen; 7

8 (2) beras termurah 3,48 persen; (3) daging ayam ras 7,49 persen; (4) daging sapi 3,91 persen; (5) minyak goreng curah 5,29 persen; (6) gula pasir 2,93 persen; (7) terigu 0,72 persen; (8) kedelai 2,58 persen; dan (9) telur ayam 6,14 persen. Sedangkan 3 (tiga) komoditas lainnya sangat berfluktuasi bahkan sempat bergejolak di masyarakat, yaitu: (1) cabe rawit 33,1 persen; (2) cabe merah 35,28 persen; dan (3) bawang merah 21,01 persen. Tabel 1.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Tahun (Rp/Kg) Tahun Beras Umum Murah Daging Ayam Ras Daging Sapi Minyak Goreng Curah Gula Terigu Kedelai Telur Ayam Cabe Merah Bw Merah ,011 6,430 23,897 62,993 12,029 10,090 7,501 8,702 13,471 23,299 16, ,304 7,385 23,749 66,853 12,996 10,144 7,537 8,627 15,023 23,701 19, ,435 8,289 26,319 76,664 13,983 11,343 7,506 8,845 16,204 23,723 14, ,857 8,587 29,841 92,843 13,233 11,874 7,597 9,604 17,676 33,853 36, ,460 9,065 29,421 99,745 14,801 12,012 9,442 11,355 18,320 30,829 20,136 Pertb/th (%) Rata2 CV Target CV % 5% 10% 10% 5% 5% 10% 10% 10% 25% 25% Sumber: BPS Berbeda dengan pemantauan yang dilakukan oleh BPS, pemantauan yang dilakukan panel harga pangan menghasilkan yang berbeda karena dari sisi metodologi dan cakupan wilayah responden juga berbeda. Berdasarkan pemantauan panel harga pangan, perkembangan harga pada 10 (sepuluh) komoditas pangan pokok dan strategis tingkat konsumen tahun , terlihat bahwa: 1) Selain cabe merah dan bawang merah, seluruh komoditas pangan strategis mengalami peningkatan harga berkisar 1,19-10,98 persen, dengan peningkatan terkecil adalah komoditas gula pasir lokal, dan terbesar adalah Daging Sapi. 8

9 2) Terdapat 5 (lima) komoditas yang selalu mengalami peningkatan harga setiap tahun, yaitu: (1) beras umum, rata - rata 7,04 persen; (2) beras termurah, rata -rata 6,43 persen; (3) daging sapi, rata-rata 10,98 persen; (4) gula pasir, rata - rata 1,19 persen; (5) telur ayam, rata -rata 5,67 persen. Sedangkan komoditas cabai merah justru mengalami penurunan harga sebesar 23,10 persen dan bawang merah sebesar 39,22 persen. 3) Hampir sama dengan hasil pemantauan BPS, berdasarkan perhitungan coefisien varians (cv) harga masing-masing komoditas, terlihat bahwa sebagian besar komoditas pangan strategis cukup stabil harganya (batasan besaran cv tergantung komoditas) kecuali bawang merah. Adapun CV dari masing-masing komoditas tersebut adalah: (1) beras umum 4,81 persen; (2) beras termurah 4,41 persen; (3) daging ayam ras 1,69 persen; (4) daging sapi 7,36 persen; (5) gula pasir 0,84 persen; (6) kedelai 5,15 persen; ( 7) telur ayam 3,90 persen, dan (8) cabai merah 18,47 persen. Sedangkan bawang merah mengalami fluktuatif hingga mencapai 34,50 persen. Tabel 1.3. Perkembangan Harga Pangan Pokok Panel Harga Pangan Tahun (Rp/Kg) Tahun Umum Beras Termurah Daging Ayam Ras Daging Sapi Gula Pasir Lokal Kedelai Telur Ayam Cabe Merah Bawang Merah ,592 7,491 28,501 89,342 12,373 9,787 18,791 32,701 36, ,197 7,973 29,191 99,154 12,520 10,527 19,856 25,147 22,316 (%) Pertmbhn/Th (23.10) (39.22) Rata-rata 8,895 7,732 28,846 94,248 12,447 10,157 19,324 28,924 29,517 CV Target CV 5% 5% 10% 10% 5% 5% 10% 25% 25% Sumber: Panel Harga BKP Kementan Ket: Data tidak tersedia 9

10 4.2 Perkembangan Harga Gabah Tingkat Petani Perkembangan harga gabah ditingkat petani perlu dimonitor setiap saat mengingat komoditas tersebut sangat strategis bagi bangsa dan negara, karena merupakan komoditas utama sebagai makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia. Selain itu, gabah merupakan komoditas pangan yang paling banyak dibudidayakan oleh mayoritas petani Indonesia. Terganggunya kondisi ketersediaan, pasokan dan harga gabah dapat mempengaruhi berbagai aspek, baik ekonomi, politik, maupun ketahanan nasional. Pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap komoditas gabah, antara lain melalui penentuan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah ditingkat petani. Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Kebijakan Perberasan yang sudah diterbitkan sebanyak 8 (delapan) kali sejak tahun 2002 sampai Kebijakan perberasan sangat efektif dalam mengendalikan stabilitas harga di tingkat petani, baik gabah ataupun beras. Berdasarkan pengamatan dan monitoring perkembangan harga gabah di tingkat petani selama tahun , terlihat bahwa: 1) Harga gabah (GKP) di tingkat petani selalu berada di atas HPP, yaitu pada kisaran 18,28-36,17 persen di atas HPP dengan harga rata-rata antara Rp 3.123/kg dan Rp 4.246/kg, sedangkan HPP berkisar Rp 2.640/kg Rp 3.300/kg. 2) Kenaikan harga HPP selama periode sebesar 6,25 persen per tahun berdampak positif dalam meningkatkan harga aktual GKP petani, sehingga dapat menambah keuntungan usahatani tanaman padi. 3) Coefisien varians (cv) harga gabah di tingkat petani sejak tahun berkisar 5,22-9,59 persen, dengan nilai terbesar pada tahun 2011 dan terendah pada tahun

11 Dengan laju pertumbuhan sebesar 8,10 persen, nilai cv tersebut menunjukkan kondisi harga gabah di tingkat petani cukup stabil. Tabel 6. Perkembangan Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Tahun HPP GKP Tahun 1) Harga GKP di Harga Petani Petani 2) Vs HPP CV (Rp/Kg) (Rp/Kg) GKP % ,28 8, ,17 9, ,63 5, ,38 5, ,65 5,92 Pertb/th (%) Sumber: 6,25 8,10 23,76 1) Inpres Kebijakan Perberasan 2) BPS 4.3 Perbandingan Harga Beras Dalam Negeri dengan Harga Internasional Dari hasil pemantauan harga beras di dalam negeri (beras termurah) dengan harga beras internasional (Thai 5%) pada tahun (Tabel 8), terlihat bahwa: 1) Harga beras domestik jauh lebih tinggi dibanding harga beras Thai 5%. Perkembangan harga beras dalam negeri jauh lebih stabil dibanding beras Thai 5%, yang ditunjukkan oleh ratarata nilai cv harga beras dalam negeri 3,48 persen, sedang harga beras Thai sebesar 6,17 persen. Begitu juga apabila dilihat rincian tiap tahun, nilai cv beras dalam negeri berkisar 1,13-6,81 persen, sedang cv beras Thai 5% berkisar 4,89-11,77 persen. 2) Harga beras Thai 5% yang jauh lebih rendah tidak mempengaruhi harga beras dalam negeri, yang ditunjukkan 11

12 oleh rata-rata pertumbuhan harga beras Thai 5% yang turun 2,98 persen per tahun, sedang harga beras dalam negeri naik 9,06 persen per tahun. Tabel 8. Perkembangan Harga Beras Paritas Internasional Tahun Paritas Impor (Rp/kg) Tahun Thai 5% Thai 15% Viet 5% Viet 15% ,943 5,684 5,276 5, ,237 6,050 5,892 5, ,951 6,788 5,600 5, ,699 6,576 5,647 5, ,642 6,394 8,492 6,396 Rerata 6,494 6,299 6,181 5,610 Pertb/th (%) CV (%) Sumber: BPS 5. Pengelolaan Cadangan Pangan Nasional Cadangan pangan nasional terdiri atas cadangan pangan pemerintah pusat, cadangan pangan pemerintah daerah, dan cadangan pangan masyarakat yang dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan, dan keadaan darurat. Cadangan pangan nasional juga dapat dimanfaatkan untuk kerjasama internasional dan bantuan pangan luar negeri. Cadangan pangan pemerintah daerah terdiri atas cadangan pangan pemerintah desa, cadangan pangan pemerintah kabupaten/kota dan cadangan pangan pemerintah provinsi. 12

13 5.1 Cadangan Pangan Pemerintah Cadangan pangan pemerintah pusat selama ini dikelola oleh Perum BULOG berdasarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun Pada Diktum 5 huruf b diinstruksikan Perum BULOG untuk melaksanakan pengadaan dan penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk menjaga stabilitas harga beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana dan rawan pangan, bantuan dan/atau kerja sama internasional serta keperluan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah. Berdasarkan laporan s/d Desember 2014, data pemanfaatan CBP tahun , adalah sebagai berikut: Tabel 4. Perkembangan Cadangan Beras Pemerintah (Ton) Tahun TAHUN URAIAN Stok Awal Tambahan CBP Pemanfaatan CBP: Bantuan darurat/bencana Pengendalian Harga Beras (OPM) OPK CBP Raskin Total Pemanfaatan Stok Akhir Sumber: Perum BULOG (2014) Pada tahun 2011, terjadi penurunan stok akhir sebesar 18 persen dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan pemanfaatan stok CBP untuk mengendalikan gejolak harga yang sangat tinggi sehingga dikeluarkan stok sebesar ton lebih tinggi 463 persen dari tahun Pada tahun 2011, Indonesia melakukan impor sebesar ton sehingga stok akhirnya menjadi ton. Penyaluran CBP untuk operasi pasar (OP) pada tahun 13

14 2012 sebesar ton, sehingga stok akhir CBP sampai bulan November 2013 sebesar ton atau mengalami penurunan stok sebesar 12,47 persen dibandingkan stok akhir tahun Hal ini disebabkan tidak adanya tambahan CBP pada tahun Pemanfaatan CBP tahun 2013 selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk kegiatan kerjasama internasional yaitu melalui pemberian bantuan pada korban bencana alam Topan Bopha di Filipina sebesar ton. Stok akhir CBP pada tahun 2014 sebesar ton telah dimanfaatkan untuk operasi pasar khusus (OPK) dan OP hingga Maret Pada tataran regional, pemerintah Indonesia juga memiliki tanggungjawab untuk mengalokasikan cadangan pangan dalam jumlah tertentu sesuai kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian APTERR (ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve) yang ditujukan untuk penanganan kondisi darurat pangan di Kawasan ASEAN dan 3 (tiga) Negara mitra, Jepang, China dan Korea Selatan. Pengalokasiannya telah dilaksanakan sejak tahun Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi merupakan salah satu upaya dalam pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim sebagaimana dijelaskan dalam Instruksi Presiden Nomor 5 tahun Dalam Inpres tersebut, khususnya Diktum kedua point (i) dinyatakan bahwa Kementerian Pertanian mendapatkan mandat untuk memperkuat cadangan gabah/beras pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga didasarkan kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan 14

15 Minimal (SPM) B idang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. SPM tersebut mengamanatkan bahwa pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras dan Pemerintah kabupaten/kota memiliki cadangan pangan di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras. Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi telah dilaksanakan di 24 provinsi atau sekitar 72,79 persen dari jumlah provinsi di Indonesia. Jumlah cadangan pangan pemerintah provinsi di 24 provinsi tersebut sebesar 3.486,37 ton beras dengan total pemanfaatan beras cadangan pangan pemerintah provinsi di 24 provinsi sebanyak 313,18 ton. Sementara itu untuk membangun Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota, pada tahun 2012 telah dialokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian untuk pembangunan gudang cadangan pangan. Sebanyak 154 kabupaten/kota telah memanfatkan Dana Alokasi Khusus Bidang Pertanian Tahun 2012 tersebut, dan sebanyak 97 kabupaten/kota diantaranya telah mengeluarkan Peraturan Bupati tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten. Selain itu, terdapat 30 kabupaten/kota yang mengelola cadangan pangan pemerintah melalui kerja sama dengan pihak ketiga seperti Bulog, Swasta, Gapoktan, dan lain-lain. 5.3 Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat Kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat diarahkan untuk mengembangkan lumbung pangan masyarakat yang dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap kemandirian. Tahap penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan pembangunan fisik lumbung melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian, 15

16 tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan melalui dana Bansos, sedangkan tahap kemandirian mencakup penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok melalui dana Bansos. Pengembangan cadangan pangan masyarakat melalui lumbung pangan masyarakat bertujuan untuk: (a) meningkatkan volume stok cadangan pangan untuk kebutuhan masyarakat karena produksi tidak merata sepanjang tahun; (b) menjamin akses dan kecukupan pangan bagi penduduk miskin dan rawan pangan yang memerlukan perlindungan kecukupan pangan dan (3) sebagai bantuan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat kondisi darurat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Badan Ketahanan Pangan sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 telah melakukan kegiatan pembangunan lumbung pangan masyarakat secara kumulatif sebanyak unit, yang difasilitasi melalui dana DAK untuk pembangunan fisik lumbung dan dana APBN dekonsentrasi untuk pengisian lumbung sebagai stimulan bagi kelompok dalam pengembangan lumbungnya. Pembangunan lumbung tersebut tersebar pada 32 provinsi. B. Potensi, Tantangan dan Masalah 2.1. Potensi a. Besarnya Dukungan Kelembagaan Masyarakat dalam Pengembangan Sistem Distribusi Pangan Potensi masyarakat dalam pengembangan usaha di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan, cukup besar. Usaha di bidang ini sangat bervariasi mulai dari yang bersifat individu berskala kecil, usaha bersama berbentuk koperasi, hingga perusahaan besar dan multinasional. Selain itu, peran pemerintah dalam menyempurnakan sistem standarisasi dan mutu 16

17 komoditas pangan, serta memberlakukan kebijakan yang mampu memberikan insentif dan lingkungan yang kondusif mampu meningkatkan potensi dan peluang pengembangan usaha distribusi pangan masyarakat. Masyarakat dengan kearifan budaya lokalnya serta tuntutan kebutuhan yang sama, baik secara swadaya maupun dengan bimbingan pihak lain berupaya untuk membentuk kelembagaan informal secara berkelompok, sehingga sangat banyak kelembagaan-kelembagan masyarakat yang telah terbentuk seperti kelompok tani, gapoktan, koperasi dan lain-lain. Untuk meningkatkan keberdayaan lembaga kemasyarakatan dalam rangka penguatan distribusi pangan, sejak tahun 2003 Badan Ketahanan Pangan melaksanakan upaya penguatan lembaga distribusi pangan untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengamankan harga gabah, beras dan jagung. Peran ini semakin diperluas dengan dilaksanakannya pemberian bantuan sosial (bansos) melalui kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat ( LDPM) yang mulai dilaksanakan pada tahun Setiap Gapoktan diberikan dana bantuan untuk penguatan modal usaha jual beli gabah/beras/jagung, pembangunan gudang dan penguatan cadangan pangan anggota Gapoktan. b. Besarnya Dukungan Pemerintah Terhadap Pengembangan Cadangan Pangan Dalam merealisasikan pembangunan cadangan pangan nasional (pemerintah dan masyarakat), pemerintah telah memberikan dukungan melalui berbagai kebijakan. Untuk cadangan pemerintah pusat, pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. KEP 46/M.EKON/08/2005 dan No.34/KEP/MENKO/KESRA/VIII/2005 tentang Pedoman Umum 17

18 Koordinasi Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah. Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimum tersebut menyatakan bahwa pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan minimal sebesar 200 ton setara beras dan pemerintah kabupaten harus memiliki cadangan pangan minimal sebesar 100 ton setara beras. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 11 provinsi yang telah menyelenggarakan cadangan pangan pemerintah provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pengadaan cadangan pangan pemerintah provinsi didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi, sedangkan untuk tingkat kabupaten adalah Kabupaten OKI (Sumatera Selatan), Kabupaten Sragen, Brebes dan Purbalingga (Jawa Tengah), serta Kabupaten Sambas dan Sekadau (Kalimantan Barat). Selain itu pada petunjuk teknis pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tahun 2012 dipersyaratkan untuk pembangunan gudang cadangan pemerintah kabupaten/kota, dan telah terbangun sebamyak 118 gudang cadangan pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan untuk cadangan pangan masyarakat, Departemen Dalam Negeri telah mengeluarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa, yang mengharuskan dibentuknya cadangan masayarakat di tiap-tiap desa dengan ketentuan sebagai berikut: Cadangan pangan pemerintah desa adalah berupa cadangan pangan pokok seperti beras, pangan lokal yang bersifat pokok 18

19 dan pangan tertentu yang bukan pangan pokok seperti kacang tanah, kacang hijau dan kedelai, Ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan dan distribusi konsumsi pangan lokal, aksesibilitas, menanggulangi keadaan darurat dan stabilitas harga pangan, Pengadaan diperoleh melalui pembelian bahan pangan dari petanisetempat atau desa sekitarnya dengan menyisihkan 1-3% keuntungan usaha unit desa, Sasaran pengadaan adalah RTM, lansia dan masyarakat umum yang terkena bencana, Penyalurannya dilakukan oleh Kepala Desa berkoordinasi dengan bupati selaku ketua Dewan Ketahanan Pangan melalui Camat, Pengelolaan cadangan pangan pemerintah desa dilakukan oleh unit usaha pangan desa. Berbagai kebijakan mengenai cadangan pangan tersebut merupakan potensi dan modal dasar yang besar dalam mengembangkan pembangunan cadangan pangan. Dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut pembangunan cadangan pangan di waktu yang akan datang adalah melanjutkan pembangunan cadangan pangan waktu sebelumnya Tantangan dan Permasalahan a. Fluktuasi Harga Fluktuasi harga pangan yang ditunjukkan oleh Coefficient of Variation (cv) perlu diantisipasi karena nilai cv yang tinggi mencerminkan harga jual pangan sangat fluktuatif sehingga mempengaruhi inflasi. Fluktuasi harga pangan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan, persaingan permintaan misalnya melonjaknya harga pangan dunia, sifat produksi yang musiman dan tidak merata antar musim, dan buruknya infrastruktur yang berkonsekuensi terhadap ongkos angkut yang tinggi, serta 19

20 meningkatnya frekuensi bencana alam. Hal ini mengakibatkan aksesibilitas masyarakat secara ekonomi menurun sehingga kondisi ketahanan pangan tergganggu. b. Fluktuasi Pasokan Pangan Stabilitas pasokan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kemampuan produksi pangan dalam negeri dan pengelolaan stok pangan nasional. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap pasokan pangan adalah adanya aksi spekulan baik di daerah produsen yang surplus maupun daerah non sentra. Dalam rangka mewujudkan stabilitas pasokan pangan, tantangan ke depan adalah memperkuat kapasitas produksi pangan dari dalam negeri yang memenuhi standar mutu, kontinuitas pasokan yang terjamin, serta dalam skala kuantitas yang memenuhi permintaan konsumen. Dengan memenuhi syarat pemasaran tersebut, maka daya saing produk pangan akan lebih baik. Namun sebaliknya, bila produk dalam negeri tidak mampu memenuhi syarat kualitas, kontinuitas dan kuantitas yang diminta, maka pasar dalam negeri akan diisi oleh produk sejenis yang berasal dari impor. c. Rendahnya Posisi Tawar Petani Pelaku usaha tani komoditas bahan pangan pada umumnya adalah petani gurem, dan buruh tani, dengan kepemilikan lahan yang sempit. Berdasarkan data BPS tahun 2008, jumlah rumah tangga yang berusaha tani padi sebanyak rumah tangga. Rata-rata kepemilikan lahan sawah setiap rumah tangga adalah 0,376 Ha. Sebagian besar (75,98 persen) rumah tangga usahatani padi hanya memiliki lahan dengan luas <0,5 ha, dan 68,36 persen menguasai lahan dengan luas <0,5 ha. Dengan volume hasil produksi yang kecil, dan kebutuhan ekonomi yang mendesak, maka petani menjadi tidak berdaya dalam mempertahankan harga penjualan hasil produksinya. Harga jual 20

21 hasil produksi usaha tani lebih banyak ditentukan oleh pembeli/pedagang. Disamping itu, karena terbatasnya modal dan akses terhadap permodalan yang yang dimiliki petani, menyebabkan petani terjebak dalam sistem ijon yang melemahkan posisi tawar mereka. Untuk menangani lemahnya posisi tawar petani tersebut telah banyak pembinaan dan pemberdayaan petani untuk melakukan usaha tani secara berkelompok. Namun demikian, dalam pelaksanaannya pemberdayaan kelompok tersebut belum optimal, bahkan terdapat beberapa kasus dimana pembentukan kelompok tersebut dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan dari beberapa orang pengurusnya saja untuk melanggengkan usaha mereka. 21

22 BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN A. Visi Mengacu kepada tugas pokok, fungsi, dan mandat yang diberikan kepada Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, serta mengacu kepada arah kebijakan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan pada tahun mempunyai visi: Menjadi Institusi yang handal dan aspiratif dalam memantapkan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga. B. Misi Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah sebagai berikut: 1. Pemantapan model pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 2. Peningkatan model pengkajian, pemantauan dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 3. Peningkatan kualitas pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 4. Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 5. Peningkatan kemampuan aparatur pusat dan daerah dalam pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 22

23 C. Tujuan Tujuan strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan periode tahun adalah memantapkan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga, dengan: 1. Memperkuat kelembagaan distribusi pangan untuk menjaga stabilitas harga dan penyediaan pangan; 2. Meningkatkan model pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 3. Menyediakan data dan informasi hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi untuk bahan perumusan kebijakan distribusi, harga, dan cadangan pangan; dan 4. Meningkatkan kemampuan aparatur pusat dan daerah dalam pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga. D. Sasaran Meningkatnya pemantapan distribusi pangan dan stabilitas harga pangan melalui : 1. Penumbuhan, pengembangan dan kemandirian Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM)/Toko Tani Indonesia (TTI) dan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) seperti berikut ini : No Kegiatan LDPM LUPM/TTI LPM Penyediaan instrument pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 3. Tersedianya data dan informasi sistem distribusi, cadangan pangan dan harga pangan yang akurat dan terkini; dan 23

24 4. Meningkatnya kapasitas aparatur pusat dan daerah dalam melakukan pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga. Untuk melihat hubungan antara visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun VISI MISI TUJUAN SASARAN Menjadi Institusi yang handal dan aspiratif dalam memantap kan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga 1. Pemantapan model pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 1.Memperkuat kelembagaan distribusi pangan untuk menjaga stabilitas harga dan penyediaan pangan; Penumbuhan 603 Lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM), penumbuhan Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM)/ Toko Tani Indonesia (TTI), dan Penumbuhan Lumbung pangan masyarakat sebanyak 2165 kelompok ( lumbung DAK Bidang Kedaulatan Pangan) tahun dan 400 Kelompok (lumbung APBD) di tahun

25 VISI MISI TUJUAN SASARAN 2. Peningkatan model pengkajian, pemantauan dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 3. Peningkatan kualitas pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 4. Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dalam merumuskan dan mengimplemen tasikan kebijakan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 2.Meningkatkan model pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 3.Menyediakan data dan informasi hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi untuk bahan perumusan kebijakan distribusi, harga, dan cadangan pangan 4.Meningkatnya efektifitas pelaksanaan/i mplementasi kebijakan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilitas harga pangan; 1. Penyediaan instrument pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga 2. Tersedianya data dan informasi sistem distribusi, cadangan pangan dan harga pangan yang akurat dan terkini; 3. Penyediaan sistem koordinasi lintas intansi dalam perumusan dan implementasi kebijakan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 25

26 VISI MISI TUJUAN SASARAN 5. Peningkatan kemampuan aparatur pusat dan daerah dalam pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 5.Meningkatkan kemampuan aparatur pusat dan daerah dalam pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga. 4. Meningkatnya kapasitas aparatur pusat dan daerah dalam melakukan pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga. 26

27 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Agenda ketujuh pembangunan nasional dalam RPJMN yang merupakan penjabaran dari visi dan program aksi (NawaCita) pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik. Salah satu cara untuk mencapai agenda pembangunan tersebut adalah melalui peningkatan kedaulatan pangan. Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ketahanan pangan dalam 5 ( lima) tahun kedepan adalah dengan berlandaskan pada kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Arah kebijakan umum kedaulatan pangan dalam RPJMN adalah: pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok, stabilisasi harga bahan pangan, terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang meningkat serta meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan. Searah dengan kebijakan pangan serta memperhatikan kondisi ketahanan pangan masyarakat selama periode 5 (lima) tahun terakhir tersebut, maka arah kebijakan Badan Ketahanan Pangan adalah untuk pemantapan ketahanan pangan, yang meliputi aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan. Arahan kebijakan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan memfokuskan kegiatan pada aspek keterjangkauan pangan, yaitu: (a) stabilisasi pasokan dan harga pangan; serta (b) pengelolaan cadangan pangan. 27

28 B. Strategi Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Sesuai dengan arahan kebijakan Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, maka strategi yang dilakukan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah: 1. Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) 2. Lumbung Pangan Masyarakat 3. Panel Harga Pangan Nasional dan Pemantauan Harga dan Pasokan Pangan HBKN 4. Pemantauan Pasokan, Harga, Distribusi dan Cadangan Pangan 5. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM)/Toko Tani Indonesia (TTI) 6. Kajian Responsif dan Antisipatif Distribusi Pangan 7. Kajian Distribusi Pangan C. Kegiatan Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan, kegiatan prioritas nasional yang harus dilaksanakan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga pangan, dengan sub kegiatan sebagai berikut: 1. Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) Melalui kegiatan Penguatan LDPM, Gapoktan diberikan dukungan penguatan modal dan kelembagaan agar mempunyai kemampuan dan posisi yang lebih kuat dalam melakukan aktifitas pendistribusian serta pengolaan cadangan pangan. 2. Lumbung Pangan Masyarakat Pengembangan cadangan pangan masyarakat dilakukan melalui pemberdayaan dan perlindungan masyarakat dari kerawanan 28

29 pangan, dengan memfasilitasi pembangunan fisik lumbung, pengisian cadangan pangan dan penguatan kelembagaan kelompok. Melalui pemberdayaan tersebut diharapkan masyarakat dapat mengelola cadangan pangan yang ada dikelompoknya, dan juga dapat meningkatkan peran dalam menjalankan fungsi ekonomi bagi anggotanya sehingga mampu mempertahankan dan mengembangkan cadangan pangan yang dimiliki. 3. Panel Harga Pangan Nasional dan Pemantauan Harga dan Pasokan Pangan HBKN Lokasi panel yang merupakan sumber data/informasi harga pangan serta variabel-variabel yang mempengaruhinya akan diperluas dengan melakukan kerjasama dengan badan/instansi ketahanan pangan daerah/biaya APBD. Dengan demikian, setiap badan/instansi ketahanan pangan daerah akan mereplikasikan panel harga seperti yang dilakukan oleh Pusat Distribusi Pangan. Data dan informasi dari hasil replikasi panel, disamping digunakan untuk penyusunan kebijakan distribusi pangan di daerahnya juga akan dimanfaatkan oleh Pusat Distribusi Pangan. Disamping peningkatan kuantitas data/informasi, juga akan dilakukan peningkatan kualitas data/informasi panel melalui pengembangan sistem untuk validasi data, sistem berbasis android, sedangkan untuk meningkatkan akurasi data dilakukan dengan penambahan jumlah enumerator dan frekwensi pemantauan yang semakin diintensifkan. Dalam konteks ini, panel harga pangan dibagi 2 (dua), yaitu panel harga pangan mingguan konvensional dan panel harga pangan harian (enumerator konsumen jabodetabek, dan enumerator pasar di 34 ibukota propinsi). 29

30 4. Pemantauan Pasokan, Harga, Distribusi dan Cadangan Pangan Dalam meningkatkan kualitas, kuantitas analisis pemantauan harga dan analisis sistem distribusi pangan akan dilakukan melalui pendekatan optimalisasi dan kemampuan SDM baik di pusat maupun daerah, memperbanyak lokasi panel, analisis data base distribusi pangan dan meningkatkan metode analisis data dan informasi. Optimalisasi SDM dilakukan melalui pelatihan/apresiasi pendekatan produktivitas setiap karyawan Pusat Distribusi Pangan dan daerah. Untuk itu, perlu diberikan tugas dan tanggung jawab terhadap staf/petugas yang terkait dengan produktivitas kerja setiap personil yaitu dengan menerapkan reward dan punishment serta pelatihan/apresiasi petugas yang menangani distribusi pangan di daerah. 5. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) /Toko Tani Indonesia (TTI) Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) merupakan upaya Pemerintah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis, rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi agar lebih efisien, harga konsumen dapat ditransmisikan dengan baik kepada harga petani (produsen), informasi pasar antar wilayah berjalan dengan baik, mencegah terjadinya Patron-Client (pemasukan pangan ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok oleh pelaku usaha tertentu), dan mencegah penyalahgunaan market power oleh pelaku usaha tertentu. Untuk memotong rantai pasok maka Toko Tani Indonesia (TTI) dirancang untuk menjual komoditas pangan hasil produksi petani sesuai harga yang wajar kepada konsumen yang dipasok oleh Gapoktan/Lembaga Usaha Pangan Masyarakat, dan/atau BULOG. 30

31 6. Kajian Responsif dan Antisipatif Distribusi Pangan Kajian responsif merupakan upaya pemerintah dalam rangka mencari solusi mengatasi berbagai permasalahan distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan. Tujuan kajian responsif adalah a) menyajikan data dan informasi kondisi distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan. b) Merumuskan rekomendasi kebijakan jangka pendek dalam rangka distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan. Bila terjadi gangguan pasokan akan berpengaruh langsung terhadap harga pangan sehingga perlu segera mendapat respon kebijakan dari pemerintah untuk menghindari gejolak distribusi, cadangan stabilisasi harga pangan. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan Sistem Deteksi Dini (Early Warning System) pasokan dan harga pangan yang tepat ( up to date) dan akurat agar dapat segera dilakukan antisipasi dan respon bila goncangan (shock) distribusi, cadangan dan stabilisasi harga pangan. 7. Kajian Distribusi Pangan Pengkajian terhadap sistem distribusi penting dilakukan untuk menghasilkan gambaran distribusi pangan yang berlangsung pada suatu wilayah dan pergerakan pasokan pangan antar wilayah. Hasil kajian merupakan dasar penyusunan rekomendasi kebijakan dalam upaya stabilisasi harga dan pasokan pangan 31

32 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN A. Target Kinerja Arah kegiatan ketahanan pangan Tahun meliputi: 1) pengamanan upaya swasembada beras melalui diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal; 2) stabilisasi harga pangan; 3) peningkatan keamanan dan mutu pangan; dan 4) keberlanjutan kegiatan ketahanan pangan. Berdasarkan arah kegiatan Badan Ketahanan Pangan tersebut, fokus utama kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah stabilisasi harga pangan yang juga merupakan bagian dari prioritas program nasional. 1. Target Kinerja Program Target kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan tahun , adalah: 1. Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) diatas atau sama dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP); 2. Stabilnya harga beras di tingkat konsumen dengan Coefficient of Varians lebih kecil dari 10 persen, cabe merah dengan CV dibawah 29 persen dan bawang merah di bawah 19 persen; Indikator yang digunakan untuk mengukur ketercapaian target kinerja program setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut 32

33 Tabel 4.1 Indikator Kinerja Program (IKP) Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun No Rincian IKP Stabilnya harga pangan (Gabah/Beras) ditingkat produsen 2 Stabilnya harga pangan di tingkat konsumen: Beras Cabe merah Bawang merah HPP HPP HPP HPP HPP CV 10 CV 10 CV 10 CV 10 CV 10 CV 29 CV 28 CV 27 CV 26 CV 25 CV 19 CV 18 CV 17 CV 16 CV Target Kinerja Kegiatan Target kinerja kegiatan adalah tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan dalam periode yang berupa output. Indikator kinerja kegiatan (IKK) tersebut dapat diperhatikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Target Kinerja Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun No Rincian IKK Target Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Jumlah lembaga distribusi pangan masyarakat (Gapoktan) Jumlah lumbung pangan masyarakat (Unit) Jumlah lokasi panel harga pangan nasional dan pemantauan harga dan pasokan pangan HBKN (Lokasi) Jumlah hasil pemantauan pasokan, harga, distribusi dan cadangan pangan (Lokasi) Pengembangan Usaha Jumlah Toko

34 No Rincian IKK Tani Indonesia/TTI (Unit) Jumlah kajian responsif dan antisipatif distribusi pangan (Judul) Jumlah kajian distribusi pangan (Rekomendasi) Target Kerangka Pendanaan Dukungan pendanaan merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan mantapnya sistem distribusi dan pengelolaan cadangan pangan sehingga terwujud stabilisasi pasokan dan harga pangan. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari APBN, namun perlu ditunjang dari sumber pendanaan lain diantaranya Pemerintah Daerah melalui APBD prov/kab/kota, keterlibatan swasta, perbankan (skim kredit dan kredit komersial) serta dari swadaya masyarakat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan terhadap pendanaan yang bersumber dari kerjasama dengan internasional. Dukungan pendanaan dibutuhkan untuk memfasilitasi proses koordinasi, supervisi, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program/kegiatan. Salah satu arah kegiatan ketahanan pangan yang merupakan merupakan kegiatan prioritas yang dibiayai APBN adalah Stabilisasi Harga Pangan. Kebutuhan anggaran Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan tahun adalah sebesar Rp 2.616,08 milyar. Rencana pendanaan tahunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Pendanaan APBN Kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun No Kegiatan 1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan ALOKASI (Milyar Rupiah) ,26 285,41 466,02 675, ,80 34

35 BAB V DUKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI, CADANGAN DAN STABILITAS HARGA PANGAN Pengembangan system distribusi, cadangan dan stabilitas harga pangan memiliki cakupan yang luas, sehingga tentunya akan banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Tidak semuanya dapat diselesaikan dibawah kewenangan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Untuk itulah diperlukan sinergi dan dukungan dari instansi terkait. Kebijakan kebijakan stabilisasi harga dan pasokan pangan yang melibatkan instansi lintas sektor perlu diharmonisasikan sehingga tidak terdapat kebijakan yang saling bertentangan atau tumpang tindih. Kebijakan pendukung yang ada juga harus dapat dioperasionalkan, sehingga rancangan mempercepat pemantapan ketahanan pangan nasional. Beberapa bentuk dukungan yang diharapkan dari instansi lain seperti pada Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1. Kebutuhan Dukungan Kementerian/Lembaga Terkait dalam Pembangunan Ketahanan Pangan No KEMENTERIAN/ LEMBAGA DUKUNGAN 1 Pemerintah Daerah Pelaksanaan kegiatan pengembangan system 3 Kementerian Perindustrian distribusi dan stabilitas harga pangan Fasilitasi pengolahan skala kelompok dalam rangka pengembangan agribisnis lembaga pelaksana distribusi dan cadangan pangan Mendorong pengembangan kawasan industri pengolahan pangan berbasis kawasan pertanian 35

36 No KEMENTERIAN/ LEMBAGA DUKUNGAN 4 Kementerian Regulasi terkait pasar komoditas pangan Perdagangan Dukungan system pergudangan melalui pengembangan manajemen resi gudang sebagai sarana stok manajemen pangan Penetapan harga referensi pangan 5 Kementerian Perhubungan Sinergi dan fasilitasi pembangunan data base pasokan pangan antar wilayah Dukungan Pengembangan transportasi logistik komoditas pangan baik antar wilayah, terutama antara wilayah sentra produksi dan wilayah konsumen 6 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Sinergi dan fasilitasi pemberdayaan lembaga pelaksana distribusi dan cadangan pangan masyarakat Transmigrasi 7 Kementerian Koperasi dan UMKM Pengembangan lembaga distribusi pangan masyarakat 8 Kementerian Keuangan Pengalokasian bantuan pemerintah untuk mendukung pengembangan system distribusi, cadangan dan stabilitas harga pangan Penyediaan dana untuk tenaga pendamping kegiatan dan tenaga fungsional lainnya 13 Kemenko Bidang Perekonomian Melaksanakan kebijakan yang mendorong stabilisasi harga komoditas pangan strategis 14 Perum Bulog Pemberdayaan usaha kelompok tani yang mampu bekerjasama langsung dalam pemasaran produk pertanian yang dihasilkannya. Optimalisasi sistem pergudangan untuk komoditas strategis lainnya selain beras dalam rangka menjaga stablitas harga Pembinaan sistem logistik ketahanan pangan di tingkat desa Peningkatan pembinaan dan pendampingan daerah melalui pengabdian masyarakat 36

37 No KEMENTERIAN/ LEMBAGA DUKUNGAN 15 Perguruan Tinggi Kerjasama dalam pengembangan model dan metodologi kajian distribusi, cadangan dan harga pangan 16 Kementerian Pertanian : a. Badan Litbang Pertanian Teknologi budidaya tanaman pangan pokok Dukungan teknologi pasca panen b. BPSDMP Dukungan pelatihan bagi aparat, pendamping dan kelompok Dukungan dan kerjasama penyusunan data base Gapoktan dan Kelompok Tani 37

38 BAB IV PENUTUP Rencana strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan disusun untuk memberikan gambaran tentang ruang lingkup tugas dan fungsi, landasan kebijakan, output pelaksanaan kegiatan dan permasalahan yang dihadapi serta rencana kerja untuk mewujudkan visi dan misi yang akan dicapai. Renstra ini merupakan acuan dalam melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan yang relevan baik dalam lingkup lembaga pemerintah pusat, daerah maupun masyarakat. sehingga menghasilkan kinerja yang berdampak positif bagi eksistensi Institusi Ketahanan Pangan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat (petani produsen, konsumen dan pelaku ekonomi pangan). Disamping itu Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan bertujuan untuk memberikan pedoman dan pegangan bagi seluruh karyawan dalam lingkup Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan dalam melaksanakan tugasnya. Semoga Renstra ini dapat diimplementasikan dan menghasilkan kinerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Implementasi Renstra Pusat Distribusi Pangan tahun pada tahapan perencanaan kegiatan tahunan, masih dimungkinkan mengalami perbaikan dan penyempurnaan karena terjadinya perubahan kebijakan, permasalahan, dan hasil evaluasi dalam pelaksanaan program pembangunan ketahanan pangan. 38

39 39

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 Hotel Aston, Pontianak 2 4 Agustus 2016 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur pasar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Harga (Rp/Kg) LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 11.000 9.000 7.000 5.000 3.000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga GKP di Petani BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan

KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN. Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG CADANGAN PANGAN Oleh: Dr. Ardi Jayawinata,MA.Sc Kepala Bidang Cadangan Pangan 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Kegiatan Cadangan Pangan Masyarakat 3. Kegiatan Cadangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk

Lebih terperinci

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 Oleh: Sekretaris Badan Ketahanan Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 Jakarta, 26 Januari 2017 I

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/M-DAG/PER/1/2012 TENTANG PENGGUNAAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK STABILISASI HARGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018 Oleh: Badan Ketahanan Pangan Disampaikan pada Pertemuan Musrenbangtan, Jakarta 30 Mei 2017 I PROGRES KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 REALISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI FISIK KEGIATAN BKP April REALISASI (Rp) Mei Juni KETERANGAN

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah kebijakan,

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA 131 132 STABILISASI HARGA DAN PASOKAN PANGAN POKOK Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU pangan no 18 tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI KEGIATAN BKP REALISASI (Rp) KETERANGAN FISIK Januari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian yang menjadi dasar pelaksanaan program dan kegiatan pada periode tahun 2015-2019 adalah Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN REVISI 1 RENCANA STRATEGIS BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 2019 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi

PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi Pontianak, 3 Agustus 2016 Harga Bergejolak Rantai pasok panjang OP bersifat temporer KONDISI RIIL Keuntungan

Lebih terperinci

KEGIATAN BIDANG HARGA PANGAN

KEGIATAN BIDANG HARGA PANGAN KEGIATAN BIDANG HARGA PANGAN Disampaikan pada acara BIMTEK dan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Analisis Ketahanan Pangan Bogor, 4 Oktober 2016 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA.

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 Surakarta, 29 s.d. 30 Oktober 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Ykh.

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN 2016 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN JANUARI 2017 KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah kebijakan, program dan

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) 56 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 56-65 Handewi P.S. Rachman et al. MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) Handewi P.S. Rachman, A.Purwoto, dan G.S. Hardono Pusat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman i KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah, kebijakan, program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan

Lebih terperinci

ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT

ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT Hotel Mercure Surabaya, 16 Mei 2016 Assalaamu alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, Januari 2017 TUJUAN Menyamakan persepsi dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 Surakarta, 29 s.d. 30 Oktober 2015 TUJUAN Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh SAMBUTAN SEKRETARIS BADAN KETAHANAN PANGAN PADA ACARA WORKSHOP KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2015 Bali, 25 Juni 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua;

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 1 ARAHAN UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN A. KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan OUTCOME Masyarakat

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Indikator Target Terwujudnya koordinasi dan Presentase hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Kabupaten Lumajang sejalan dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi paling penting dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras merupakan bahan makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

Hotel Aston Pontianak, 3 Agustus 2016

Hotel Aston Pontianak, 3 Agustus 2016 SAMBUTAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN/ SEKRETARIS DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH TIMUR Hotel Aston Pontianak, 3 Agustus 2016 Assalaamu

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 927, ,10

I. PENDAHULUAN 927, ,10 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan hidup yang terpenting bagi manusia setelah udara dan air adalah kebutuhan akan pangan. Pangan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia agar dapat melangsungkan

Lebih terperinci

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN A. Landasan Hukum Memahami pentingnya cadangan pangan, pemerintah mengatur hal tersebut di dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, khususnya dalam pasal

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN OPERASIONAL CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN OPERASIONAL CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR TENTANG TAHUN 2013 PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN OPERASIONAL CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015 PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015 Berdasarkan pemantauan harga dan pasokan pangan pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dengan melibatkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 15 Tahun

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN SUBID ANALISA AKSES DAN HARGA PANGAN TA BADAN KETAHANAN PANGAN PROV. JATENG

PROGRAM DAN KEGIATAN SUBID ANALISA AKSES DAN HARGA PANGAN TA BADAN KETAHANAN PANGAN PROV. JATENG PROGRAM DAN KEGIATAN SUBID ANALISA AKSES DAN HARGA PANGAN TA. 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN PROV. JATENG 1 I.Program Peningkatan Ketahanan Pangan (APBD) Peningkatan Akses Pangan Masyarakat dan Pemantauan

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010 Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan SPM Bidang Ketahanan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain.

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain. Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Triwulan III Tahun 2015 A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN NASIONAL

MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN NASIONAL MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN NASIONAL Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Disampaikan pada: Rakor DKP Provinsi Jawa Tengah Rabu, 29 April 2015 1 I. PENDAHULUAN 2 Posisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang:

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik (Prabowo, 2014). Harga komoditas bahan pangan sendiri sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

KEMAJUAN PELAKSANAAN (%) - Sosialisasi Pedum - Kawasan di Papua belum dapat dilaksanakan karena PPK harus koordinasi dan gubernur

KEMAJUAN PELAKSANAAN (%) - Sosialisasi Pedum - Kawasan di Papua belum dapat dilaksanakan karena PPK harus koordinasi dan gubernur A Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 10 % - Rakor/pertemuan dengan instansi terkait Mengingat capaian penurunan penduduk rawan pangan per tahun, sangat tergantung dengan instansi terkait, maka

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya Laporan

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 13 Maret 2018

Revisi ke 01 Tanggal : 13 Maret 2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 15 Tahun

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004

EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004 EVALUASI KEBIJAKAN HARGA GABAH TAHUN 2004 Paket Kebijakan Harga Dasar Gabah/Beras Pembelian Pemerintah (HDPP) yang belaku saat ini ditetapkan melalui Inpres No.9, 31 Desember 2002 efektif sejak 1 Januari

Lebih terperinci

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Ringkasan Eksekutif Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Perum Bulog didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003. Merujuk pada PP tersebut, sifat usaha, maksud, dan tujuan

Lebih terperinci