LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 selesai disusun sesuai yang direncanakan. Laporan Kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala Badan Ketahanan Pangan kepada Menteri Pertanian atas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi dan transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Selain itu, laporan kinerja ini merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi. Semua indikator sasaran yang ditargetkan dapat dicapai bahkan melebihi target yang ditetapkan, kecuali jumlah petugas pengawas keamanan pangan hanya mencapai 97,65 persen. Capaian kinerja tersebut merupakan dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2015 yang telah dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan Pusat dan daerah, serta pemangku kepentingan mulai dari pusat hingga ke tingkat lapang, baik institusi Pemerintah, Swasta, maupun Petani. Dalam penyusunan laporan ini tentunya masih banyak kekurangan maupun kesalahan, sehingga kami berharap adanya saran, kritik dan masukan yang konstruktif guna menyempurnakan penyusunan laporan di waktu mendatang. Terima kasih kami sampaikan kepada berbagai pihak atas bantuannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, Februari 2016 i

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja yang dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan selama tahun Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), BKP juga ditetapkan secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian. DKP yang dibentuk diarahkan untuk memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu. Berdasarkan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan , Visi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian : Terwujudnya ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Untuk mencapai visi tersebut, maka disusun misi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian: (1) Meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya local; (2) Memantapkan penanganan kerawanan pangan; (3) Meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat untuk pangan pokok (4) Mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat berbasis sumber daya, kelembagaan dan budaya local; (5) Mewujudkan keamanan pangan segar. Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2015 sebagai berikut : (1) Skor PPH Ketersediaan sebesar 87,52; (2) Penurunan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1 persen; (3) Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen sebesar diatas atau sama dengan HPP; (4) Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen sebesar dibawah 5 persen; (5) Konsumsi Energi sebesar Kkal/Kap/hr; (6) Konsumsi protein sebesar 56,1 gram/kap/hr; (7) Skor PPH Konsumsi sebesar 56,1 gram/kap/hr; (8) Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi sebesar 81 org/thn. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya, serta dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan capaian indikator kinerja, keberhasilan yang telah dicapai sesuai dengan target bahkan melebihi target atau diatas 100 persen (sangat berhasil), kecuali jumlah petugas keamanan pangan yang tersertifikasi sebesar 97,65 persen (berhasil). Belum tercapainya target tersebut karena petugas keamanan pangan yang dilatih banyak yang tidak lulus. Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku masyarakat/manusia. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2015 adalah : (1) pendapatan masyarakat masih Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian ii

4 rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan; (2) konsumsi beras per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3) teknologi pengolahan pangan lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah; (6) kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat; (7) terdapatnya konsep makan belum makan kalau belum makan nasi yang salah dalam masyarakat; (8) pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim. Terkait dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam kinerja pembangunan ketahanan pangan tahun 2015, maka dalam upaya peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan ke depan diperlukan berbagai perbaikan dan inovasi antara lain: 1) Meningkatkan dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan dalam upaya perwujudan ketahanan pangan; 2) Meningkatkan peranan eksekutif dan legislatif dalam penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah, serta peningkatan pemahaman daerah dalam pembangunan ketahanan pangan; 3) Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM Aparat khususnya dalam pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; 4) Mensinkronkan kebijakan pembangunan ketahanan pangan pusat dan daerah melalui berbagai upaya pemberdayaan masyarakat; 5) Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam pemupukan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat yang bersifat pokok sesuai pola pangan setempat, guna mengantisipasi terjadinya kasus rawan pangan kronis dan transien, serta mendukung stabilisasi harga pangan pokok; 6) Meningkatkan sosialisasi, advokasi, dan pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai peraturan dan pedoman ketahanan pangan yang disusun di pusat. Dalam mencapai target capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan perlu dukungan dari instansi lain baik lintas sektor maupun lingkup Kementerian Pertanian. Dukungan tersebut adalah : (1) peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi; (2) peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan; (3) pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu; (4) pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan; (5) teknologi tepat guna dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; serta (6) penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura. Jakarta, Februari 2016 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian iii

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Ringkasan Eksekutif... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Lampiran... Daftar Gambar... i ii v vi viii ix x BAB I : PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 4 C. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi... 5 BAB II : PERENCANAAN KINERJA... 7 A. Rencana Strategis... 7 B. Perjanjian Kinerja BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran C. Realisasi Anggaran D. Dukungan Instansi Lain BAB IV : PENUTUP A. Simpulan Umum B. Hambatan, Kendala dan Upaya dan Tindak Lanjut v

6 DAFTAR TABEL Tabel 1. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran BKP pada Renstra BKP Tabel 2 Target Indikator Kinerja P5rogram (IKP) BKP Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan BKP Tahun Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Awal Tabel 5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Sebelum Refocussing Tabel 6. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Sesudah Refocusing Tabel 7. Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja.. 15 Tabel 8. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor PPH.. 19 Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun Tabel 11. Angka Rawan Pangan Tahun 2011 Triwulan I Tabel 12. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Desa/Kawasan Mandiri Pangan Tahun Tabel 13. Perkembangan Harga GKP Tingkat Petani Tahun Tabel 14. Harga Gabah di Tingkat Produsen Tahun Tabel 15. Perkembangan Harga Beras Dalam Negeri Tingkat Grosis Tabel 16. Perkembangan Harga Beras Kualitas IR di PIBC Tahun Tabel 17. Perkembangan Harga Pangan Strategis Periode Oktober Oktober vi

7 Tabel 18. Perkembangan Sasaran Penguatan LDPM Tahun Tabel 19. Perkembangan Sasaran Penguatan LDPM Periode Tabel 20. Perkembangan Bansos LDPM Tahap Penumbuhan, Perkembangan, Kemandirian, dan Pasca Mandiri Tahun Tabel 21. Perbandingan Tingkat Harga dan Fluktuasi Harga GKP Tahun Tingkat Gapoktan LDPM Tabel 22. Data Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat Tahun Tabel 23. Realisasi dan Sisa Stok CBPD Tahun Tabel 24. Sasaran TTI tahun Tabel 25. Progres Kegiatan Toko Tani Indonesia Tabel 26. Perkembangan Target Konsumsi Energi tahun Tabel 27. Perkembangan Target Konsumsi Protein tahun Tabel 28. Perkembangan Skor PPH Tabel 29. Perkembangan Pegawai Negeri Sipil Badan Ketahanan Pangan Tahun Tabel 30. Komponen Indeks Penerapan Nilai-nilai Budaya Kkerja (IPNBK) Tabel 31. Alokasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Tabel 32. Alokasi Realisasi Anggaran Lingkup BKP pada TA Setelah Refocusing Tabel 33. Realisasi Penyerapan Anggaran BKP Pusat dan Daerah per Jenis Belanja pada TA Tabel 34. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun vii

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Kerawanan Pangan Berdasarkan Nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Tahun Grafik 2. Jumlah Realisasi dan Sisa Stok Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi sampai bulan Oktober Grafik 3. Data Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Tahun Grafik 4. Perbandingan Anggaran Kurang Efektif per Tahun dan per Kegiatan. 39 Grafik 5. Perbandingan Anggaran Kurang Efektif pada Kegiatan BKP Grafik 6. Perbandingan Anggaran Kurang Efisien per Tahun dan per Kegiatan. 40 Grafik 7. Perbandingan Anggaran Kurang Efisien per Kegiatan Grafik 8. Perbandingan Anggaran Kurang Tertib per Tahun dan per Kegiatan.. 41 Grafik 9. Perbandingan Anggaran Kurang Tertib per Kegiatan Grafik 10. Perbandingan Tuntutan Ganti Rugi per Tahun dan per Kegiatan Grafik 11. Perbandingan Tuntutan Ganti Rugi per Kegiatan Grafik 12. Hasil Pengujian Pangan segar yang TMS dari Residu Pestisida Grafik 13. Realisasi Anggaran Dibandingkan dengan Renstra dan Pagu Anggaran Tahunan BKPTahun viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Sruktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Lampiran 2. Indikator Sasaran Program Renstra Tahun Awal Lampiran 3. Indikator Sasaran Program Renstra Tahun Revisi Lampiran 4. Perkembangan Konsumsi Per Kelompok Pangan Lampiran 5. Perkembangan Konsumsi Per Komoditas Tingkat Nasional Tahun Lampiran 6. Perkembangan Lumbung Pangan Masyarakat Per Provinsi ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kriteria Penerima Gapoktan Gambar 2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia x

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu program Kementerian Pertanian yang sedang digalakkan adalah mewujudkan kedaulatan pangan, melalui program utama yaitu Swasembada Pangan yang didukung oleh program lainnya. Untuk menuju kedaulatan pangan, ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia.selain itu, ketahanan pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkait dengan hal tersebut, ketahanan pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa, tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat, harus bersama-sama membangun ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian dijabarkan dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang merumuskan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, halal, merata, dan terjangkau dan ketahanan pangan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah. Sejalan dengan amanat Undang-Undang Pangan tersebut, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) memprioritaskan peningkatan kedaulatan pangan sebagai salah satu sub agenda prioritas untuk mewujudkan agenda pembangunan nasional yakni kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Dalam rangka meningkatkan dan memperkuat kedaulatan pangan tersebut, maka kebijakan umum dalam RPJMN diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok; Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 1

12 (2) stabilisasi harga pangan; (3) perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan; dan (5) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan. Dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, pada tahun Kementerian Pertanian fokus pada peningkatan produksi pangan pokok strategis yaitu: padi, jagung, kedelai, gula (tebu) dan daging sapi-kerbau serta komoditas pertanian lainnya, untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Pemantapan ketahanan pangan tersebut, berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan yang didukung oleh subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang terintegrasi. Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan: (1) Ketersediaan pangan yang cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; serta (3) Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal.ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, dengan: (1) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; (2) Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan; (3) Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (4) Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam; serta (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok. Upaya memantapkan ketahanan pangan yang dilandasi kemandirian pangan, masih menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.permasalahan tersebut antara lain: (1) Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat; (2) Konsumsi beras Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 2

13 per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3) Teknologi pengolahan pangan lokal masih kurang; (4) Kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) Beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah; (6)Kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat, serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang, serta sayur dan buah; (7) Masih berkembangnya konsep makan belum makan kalau belum makan nasi ; (8) Pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; dan (9) Bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim.(10) Konversi lahan pertanian yang terus berlanjut; (11) Perluasan lahan pertanian di luar Jawa masih terkendala kualitas tanah maupun kepemilikan lahan di luar jawa; (12) Perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi produksi pangan; serta (13) Agribisnis pangan yang belum optimal sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Sementara itu, situasi ekonomi dan perdagangan bebas di dunia internasional, berpengaruh cukup kuat terhadap ketahanan pangan di dalam negeri, terutama harga dan pasokan pangan yang begitu dinamis mempengaruhi ketersediaan pangan di dalam negeri. Untuk mengatasi permasalahan dan mewujudkan ketahanan pangan tersebut, Badan Ketahanan Pangan (BKP) sebagai salah satu unit kerja Eselon I yang memiliki tugas yaitu: "Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan",telah menjabarkan berbagai program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan. Guna mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut selama tahun 2015, disusunlah Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015.Penyusunan Laporan Kinerja tersebut didasarkan pada : (1) UU no 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara; (2) Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (3)Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999;(4) Peraturan Pemerintah No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 3

14 Pemerintah;(5) Peraturan Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; (5) Peraturan Menteri Pertanian nomor 135 tahun 2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Pertanian Tahun 2013; dan (6) Permenpan Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. B. Maksud dan Tujuan Laporan Kinerja tahun 2015 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian selaku pimpinan tertinggi Kementerian Pertanian. Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejauhmana kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2015; (2) Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan Pangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2015; dan (3) Sebagai salah satu bahan penyusunan laporan kinerja Kementerian Pertanian. C. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Tugas BKP berdasarkan Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 yaitu: "Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan".dalam melaksanakan tugasnya, BKP menyelenggarakan fungsi: 1. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan; 2. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan dan cadangan pangan; Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 4

15 3. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan pola konsumsi dan penganekaragaman pangan; 4. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pengawasan keamanan pangan segar; serta 5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan. Tugas BKP meliputi kegiatan di bidang: penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi. Dalam melaksanakan tugas seharihari, BKP didukung oleh empat Eselon II dengan struktur organisasi, yaitu: 1. Sekretariat Badan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan. 2. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan. 3. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan. 4. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan. Bagan struktur organisasi BKP berdasarkan Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 sebagaimana pada Lampiran 1. Mengingat luasnya substansi dan banyaknya pelaku yang berperan dalam pembangunan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan kerjasama yang Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 5

16 sinergis dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dan kegiatan berbagai subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi kebijakan dan program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan (DKP) yang bertugas merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Keppres Nomor 132 Tahun 2001 yang disempurnakan dengan Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), menetapkan BKP secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian. BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Menteri Pertanian selaku Ketua Harian DKP dalam membantu Presiden RI untuk: (1) Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan (2) Melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 6

17 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 adalah Renstra Badan Ketahanan Pangan (BKP) Tahun yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran serta program BKP. Visi, misi, tujuan, dan sasaran tersebut pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran BKP pada Renstra BKP VISI MISI TUJUAN SASARAN Terwujudnya 1. Meningkatkan 1. Memperkuat penyediaan 1. Meningkatnya ketahanan ketersediaan pangan pangan yang beragam ketersediaan pangan pangan melalui yang beragam berbasis berbasis sumber daya yang beragam penganekaragam sumber daya local local an pangan berbasis sumber daya lokal berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan 2. Memantapkan penanganan kerawanan pangan 3. Meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat untuk pangan pokok 2. Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan 3. Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok 2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen 4. Mewujudkan 4. Meningkatkan konsumsi 4. Meningkatnya penganekaragaman pangan yang beragam, keragaman konsumsi konsumsi pangan bergizi seimbang dan pangan yang sehat dan masyarakat berbasis aman melalui penguatan aman sumber daya, pengetahuan dan kelembagaan dan kesadaran masyarakat budaya local 5. Meningkatkan konsumsi 5. Meningkatnya konsumsi pangan masyarakat pangan masyarakat untuk memenuhi sesuai angka kecukupan gizi yang kecukupan gizi (AKG) bersumber dari pangan lokal 5. Mewujudkan keamanan 6. Meningkatkan keamanan 6. Tercapainya keamanan pangan segar pangan segar pangan segar Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 7

18 Untuk pencapaian sasaran strategis di atas, BKP melaksanakan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat dengan indikator kinerja program adalah sebagai berikut: 1. Tercapainya kualitas ketersediaan pangan dengan indicator skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan; 2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan setiap tahun; 3. Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) diatas atau sama dengan HPP; 4. Stabilnya harga pangan pokok (beras) di tingkat konsumen dengan Coefficient of Variation; 5. Meningkatnya keragaman konsumsi pangan masyarakat sesuai angka kecukupan gizi (AKG); 6. Meningkatnya pemanfaatan pangan atau konsumsi pangan dan gizi untuk hidup sehat, aktif dan produktif dengan terpenuhinya konsumsi sesuai AKG; 7. Meningkatnya konsumsi pangan yang sehat dan aman dengan indikator skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi; 8. Tercapainya keamanan pangan segar dengan indicator jumlah pengawas keamanan pangan yang tersertifikasi. Target kinerja Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Badan Ketahanan Pangan tahun ,adalah: 1. Tercapainya kualitas ketersediaan pangan sehingga mencapai skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 96,32 pada tahun 2019; 2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1% setiap tahun; 3. Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) diatas atau sama dengan HPP; 4. Stabilnya harga pangan pokok (beras) di tingkat konsumen dengan Coefficient of Variation maksimum 5%; 5. Meningkatnya keragaman konsumsi pangan masyarakat sesuai angka kecukupan gizi (AKG); Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 8

19 6. Meningkatnya pemanfaatan pangan atau konsumsi pangan dan gizi untuk hidup sehat, aktif dan produktif dengan terpenuhinya konsumsi sesuai AKG; 7. Meningkatnya konsumsi pangan yang sehat dan aman sehingga mencapai skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 92,5 pada tahun 2019; 8. Tercapainya keamanan pangan segar dengan kandungan cemaran biologis, kimia, dan fisik pada pangan segar (dibawah ambang batas). Tabel 2. Target Indikator Kinerja Program (IKP) BKP Tahun No. Rincian IKP Skor PPH Ketersediaan 87,52 89,71 92,04 94,25 96,32 2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan (%) 3. Stabilnya harga pangan HPP HPP HPP HPP HPP (Gabah/Beras) ditingkat produsen 4. Stabilnya harga pangan CV<5% CV<5% CV<5% CV<5% CV<5% (Beras) di tingkat konsumen 5. Konsumsi Energi(kkal/kap/hr) 6. Konsumsi 56,1 56,4 56,6 56,8 57,0 Protein(gram/kap/hr) 7 Skor PPH Konsumsi 84,1 86,2 88,4 90,5 92,5 8 Keamanan Pangan Segar (Uji Lab) *) Dibawah ambang batas Dibawah ambang batas Dibawah ambang batas Dibawah ambang batas Dibawah ambang batas Keterangan : *) Keamanan pangan dilihat dari kandungan cemaran biologis, kimia dan fisik Sumber : Badan Ketahanan Pangan Target kinerja kegiatan adalah tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan dalam periode yang berupa output. Indikator kinerja kegiatan (IKK) tersebut dapat diperhatikan pada lampiran 2. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 9

20 Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan-kebijakan tersebut, diperlukan dukungan kebijakan, antara lain : (i) Peningkatan dukungan penelitian dan pengembangan pangan; (ii) Peningkatan kerjasama internasional; (iii) Peningkatan pemberdayaan dan peranserta masyarakat; (iv) Penguatan kelembagaan dan koordinasi ketahanan pangan; serta (v) Dorongan terciptanya kebijakan makro ekonomi dan perdagangan yang kondusif bagi ketahanan pangan. Program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan Pangan yang dibiayai APBN, adalah kegiatan prioritas nasional. Kebutuhan anggaran Badan Ketahanan Pangan tahun 2015 adalah sebesar Rp 632,39 milyar sedangkan kebutuhan anggaran tahun 2019 sebesar Rp 713,71 milyar. Kebutuhan anggaran tersebut untuk membiayai kegiatan kajian, analisis dan perumusan kebijakan ketahanan pangan serta model pengembangan pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat terutama di lokasi rentan ketahanan pangan. Rencana pendanaan tahunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan BKPTahun No Kegiatan ALOKASI (Milyar Rupiah) Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas 105,04 92,38 95,81 117,86 121,08 Harga Pangan 1815 Pengembangan ketersediaan dan penanganan 111,61 73,82 110,80 108,04 109,13 rawan pangan 1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan 130,04 154,72 258,22 254,55 269,10 Keamanan Pangan 1817 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan 285,70 310,36 334,78 351, Ketahanan Pangan TOTAL 632,39 631,28 799,61 831,97 713,71 Sumber: BKP, Kementan Program yang dilaksanakan adalah Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Sasaran (outcome) yang hendak dicapai dalam program tersebut adalah meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 10

21 ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan keamanan pangan segar serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan. Program tersebut dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan utama yaitu : 1. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, sasaran yang hendak dicapai yaitu meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan. 2. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, sasaran yang hendak dicapai yaitu meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan, serta penanganan rawan pangan. 3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, sasaran yang hendak dicapai yaitu meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar. 4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan, dengansasaran yang ingin dicapai adalahterwujudnya pelayanan administrasi dan manajemen terhadap penyelenggaran ketahanan pangan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: (a) Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan, untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan berbagai kegiatan; (b) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran, untuk menunjang pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; dan (c) Pelayanan Publik atau Birokrasi, yang diarahkan untuk mendukung perencanaan, pemantauan, evaluasi, dan kerjasama dalam penyelenggaraan ketahanan pangan. Namun demikian, kegiatan ini tidak dicantumkan dalam laporan ini karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap instansi, sehingga dianggap tidak dapat mewakili kinerja Badan Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 11

22 B. Perjanjian Kinerja Sebagai tindaklanjut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Perjanjian Kinerja dan Pelaporan dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2015, sebagai berikut : Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015Badan Ketahanan Pangan Awal NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET 1. Meningkatnya ketahanan pangan melalui ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan keamanan pangan segar di tingkat masyarakat serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan 1. Penurunan jumlah penduduk rawan 1% pangan 2. Harga gabah kering panen (GKP) di HPP tingkat produsen (Rp/Kg) 3. Koefisien variasi pangan (beras) di < 5% tingkat konsumen (CV) 4. Konsumsi Energi (Kkal/Kap/Th) Konsumsi protein (Gram/kap/hr ) 56,1 6. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 84,1 Kegiatan 1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Anggaran Rp ,- 2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp ,- 3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan 4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Rp ,- Rp ,- Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 12

23 Tabel 5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Sebelum Refocusing NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET 1. Terwujudnya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan 1. Skor PPH Ketersediaan 87,52 2. Penurunan jumlah penduduk 1% rawan pangan 3. Harga gabah kering panen HPP (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) 4. Koefisien variasi pangan < 5% (beras) di tingkat konsumen (Cv) 5. Konsumsi Energi Kkal/Kap/hr 6. Konsumsi protein 56,1 gram/kap/hr 7. Skor PPH Konsumsi 84,1 8 Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi 81 org/thn Kegiatan 1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan 4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Anggaran Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Dengan adanya APBN Perubahan Tahun 2015 dan Refocusing Kegiatan Tahun 2015 pada bulan Maret 2015, maka Perjanjian Kinerja (PK) BKP Tahun 2015 direvisi dengan adanya tambahan anggaran Rp. 52,87 milyar dan tambahan indikator kinerja program berkaitan dengan perbaikan dan penyempurnaan Renstra BKP Tahun Revisi PK BKP Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 13

24 Tabel 6. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Setelah Refocusing SASARAN NO PROGRAM 1. Terwujudnya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan INDIKATOR TARGET 1. Skor PPH Ketersediaan 87,52 2. Penurunan jumlah 1% penduduk rawan pangan 3. Harga gabah kering panen HPP (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) 4. Koefisien variasi pangan < 5% (beras) di tingkat konsumen (Cv) 5. Konsumsi Energi Kkal/Kap/hr 6. Konsumsi protein 56,1 gram/kap/hr 7. Skor PPH Konsumsi 84,1 8 Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi 81 org/thn Kegiatan 1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan 4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Anggaran Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Penetapan Kinerja sudah selaras dengan Renstra Badan Ketahanan Pangan Tahun , seperti pada tabel 7 berikut ini : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 14

25 Tabel 7. Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja. Sasaran Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan 1. Indikator Renstra Skor PPH Ketersediaan 2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan (%) 3. Stabilnya harga pangan (Gabah/Beras) ditingkat produsen 4. Stabilnya harga pangan (Beras) di tingkat konsumen 5. Konsumsi Energi(kkal/kap/hr) 6. Konsumsi Protein(gram/kap/hr) Target 87,52 Indikator Penetapan Kinerja Skor PPH Ketersediaan 1 Penurunan jumlah penduduk rawan pangan HPP Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) CV<5% Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (Cv) Konsumsi Energi 56,1 Konsumsi protein 7 Skor PPH Konsumsi 84,1 Skor PPH Konsumsi 8 Keamanan Pangan Dibawah Jumlah Segar (Uji Lab) *) ambang pengawas keamanan batas pangan segar yang tersertifikasi Target 87,52 1 HPP < 5% ,1 84,1 81 org/thn Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 15

26 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Kriteria keberhasilan pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja dalam laporan ini diindikasikan dengan nilai pencapaian sebagai berikut: 1. Sangat berhasil : jika capaian kinerja>100% 2. Berhasil : % 3. Cukup Berhasil : 60-79% 4. Tidak Berhasil : <60% Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian pada tahun 2015, sasaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat BKP, yaitu meningkatnya ketahanan panganmelalui pengembangan ketersediaan, distribusi,konsumsi dan keamanan pangan,dengan sasaran kegiatan utama yaitu: (1) Meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan; (2) Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga pangan; (3) Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan; (4) Meningkatnya manajemen dan pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. Masing-masing sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan indikator kinerja.pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan dalam menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan unit kerja Eselon II yaitu Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 16

27 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Sekretariat Badan Ketahanan Pangan. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tersebut dilaksanakan secara triwulanan dan tahunan, sedangkan pengukuran realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan triwulanan melalui Laporan Sistem Monitoring Evaluasi (Simonev) dan PMK 249/2011 secara online, Laporan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), Laporan Kegiatan Utama dan Strategis, serta Laporan Penetapan Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Badan Ketahanan Pangan. Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliabel sebagai bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat dilihat dalam tabel 8 berikut ini : Tabel 8. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET REALISASI % CAPAIAN 1. Terwujudnya pemantapan 1. Skor PPH Ketersediaan 87,52 89,69 Sangat Berhasil = 102,48 % ketahanan pangan melalui 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% - 5 % Turun 5 % (Sangat Berhasil 500 %) pengembangan 3. Harga gabah kering panen HPP HPP : Rp ketersediaan, (GKP) di tingkat produsen (Sangat Berhasil = distribusi, (Rp/Kg) 123 %) konsumsi dan 4. Koefisien variasi pangan < 5% 2,40 Sudah dibawah keamanan (beras) di tingkat target (Sangat pangan konsumen (Cv) Berhasil = 208 %) 5. Konsumsi Energi (Kkal/Kap/Hr) ,5 Sangat Berhasil : 104,71 persen 6. Konsumsi protein (gram/kap/hr) 56,1 58,6 Sangat Berhasil : 104,46 persen 7. Skor PPH Konsumsi 84,1 85,2 Sangat Berhasil : 101,30 persen 8 Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi(org/th) Berhasil : 97,53 persen Sumber data : Data Susenas yang diolah BKP Kementerian Pertanian. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 17

28 Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun 2015 adalah : dari 8 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen (Sangat Berhasil)sebanyak 7 indikator, sedangkannilai pencapaian persen (Berhasil) sebanyak 1 indikator yaitu jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi, yaitu sebesar 97,53 persen. B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran. Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait untuk mencapai sasaran tersebut. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Skor PPH Ketersediaan Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan ditetapkan minimal 2200 kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram/kapita/hari untuk protein. Ketersediaan energi selama kurun waktu sudah jauh di atas rekomendasi WNPG VIII dengan rata rata kkal/kapita/hari. Ketersediaan energi tersebut mengalami peningkatan rata-rata 1,09 persen per tahun. Kecenderungan peningkatan ketersediaan energi selama periode ini disebabkan terjadinya peningkatan ketersediaan energi yang cukup besar Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 18

29 pada periode karena adanya peningkatan produksi beberapa komoditas pangan. Seperti halnya ketersediaan energi, tingkat ketersediaan protein pada periode juga sudah melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG VIII dengan ketersediaan protein rata-rata 91,50 gram/kapita/hari. Ketersediaan protein tersebut mengalami peningkatan rata-rata 0,31 persen per tahun. Kecenderungan peningkatan ketersediaan protein selama periode ini disebabkan peningkatan ketersediaan protein yang cukup besar pada periode karena adanya peningkatan produksi beberapa komoditas pangan sumber protein. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa ketersediaan energi dan protein secara umum sudah cukup baik. Kelebihan ketersediaan pangan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai stok atau cadangan maupun untuk diekspor. Jika dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok pangan nabati memberikan porsi sumbangan dengan jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok pangan hewani. Secara nasional, ketersediaan energi dan protein per kapita per tahun dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan Tahun Energi (Kalori/Hari) Protein (Gram/Hari) Skor PPH Ketersediaan Total Nabati Hewani Total Nabati Hewani ,13 75,10 18,03 66, ,99 73,19 15,79 73, ,55 71,82 17,73 69, * ,65 73,34 18,31 63, ** ,17 75,94 18,23 59,32 Pertumb. (%) 1,09 0,24 17,37 0,32 0,31 0,67 (2,64) Rata-rata ,50 73,88 17,62 66,56 Keterangan: - NBM 2014 Sementara, 2015Perkiraan - Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 19

30 Gram/kap/hari Kal/kap/hari Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun ,0 4000,0 3500,0 3000,0 2500,0 2000,0 1500,0 Total Nabati Hewani 1000,0 500,0, * 2015** Grafik 1. Ketersediaan Energi Tahun ,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000, * 2015** Total Nabati Hewani Grafik 2. Ketersediaan Protein Tahun Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 20

31 Gram/kap/hari Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun ,000 92,000 90,000 88,000 86,000 84,000 82,000 80,000 78,000 76,000 74, * 2015** PPH Ketersediaan Grafik 3. Skor PPH Ketersediaan Pangan Tahun Tingkat ketersediaan pangan selain dilihat dari kecukupan gizinya, baik energi dan protein, juga dinilai dari sisi keberagaman ketersediaan gizi berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH). PPH tingkat ketersediaan dihitung berdasarkan ketersediaan energi Neraca Bahan Makanan (NBM). Keberagaman ketersediaan pangan akan mendukung pencapaian keberagaman konsumsi pangan sehingga dapat dicapai sasaran konsumsi pangan yang diharapkan. Perkembangan skor PPH tingkat ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan Makanan tahun menunjukkan skor rata-rata 87,97 dengan kecenderungan meningkat rata-rata 3,30 persen per tahun. Skor PPH tingkat ketersediaan dari NBM tahun 2011 adalah 81,27, tahun 2012 adalah 83,50, tahun 2013 adalah 90,85, tahun 2014 adalah 91,84 dan tahun 2015 adalah 92,38. Untuk mencapai keberagaman ketersediaan pangan yang ideal dan memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) tingkat ketersediaan yang dianjurkan, maka yang perlu ditingkatkan lagi selama tahun adalah ketersediaan kelompok pangan hewani serta sayuran dan buah. 2. Penurunan Penduduk Rawan Pangan Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan masalah yang berkaitan dengan pencapaian pembangunan dan kesejahteraan suatu wilayah.tingkat Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 21

32 perkembangan penduduk rawan pangan ditunjukkan dengan Angka Rawan Pangan yang merupakan gambaran situasi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat dicerminkan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat, yang diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Data dasar yang digunakan untuk mengukur tingkat kerawanan pangan adalah data hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang dilaksanakan oleh BPS dimana angka kecukupan konsumsi kalori penduduk Indonesia per kapita per hari berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah 2000 kkal. Persentase rawan pangan berdasar angka kecukupan gizi (AKG) suatu daerah, dihitung dengan menjumlahkan penduduk dengan konsumsi kalori kurang dari 1400 kkal (70% AKG) perkapita dibagi dengan jumlah penduduk pada golongan pengeluaran tertentu. Angka rawan pangan sejak tahun Triwulan I ditunjukkan pada Tabel 10 dan 11 serta Grafik 4 berikut ini. Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun Tahun TW I 2015 TW I Jumlah Penduduk Sangat Rawan Pangan (< 70% AKG) % Jumlah Penduduk Rawan Pangan (70%-89,9% AKG) % Jumlah Penduduk Tahan Pangan (>=90% AKG) , , , , , , ,48 % Sumber : BPS RI Data Susenas Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 22

33 Persen Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun Penduduk Rawan Pangan Sangat rawan Rawan pangan Tahan pangan (T.I) Tahun Sumber :Data BPS-Susenas Grafik 4. Penurusan Penduduk Rawan Pangan Keterangan: Sangat rawan : (a) Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; Rawan Pangan : (b) Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; Tahan pangan : (c) Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG. Tabel 11. Angka Rawan Pangan Tahun 2011 Triwulan I Triwulan I. Tahun Jumlah Penduduk Sangat Rawan Pangan (< 70% AKG) % Jumlah Penduduk Rawan Pangan (70%-89.9% AKG) % Jumlah Penduduk Tahan Pangan (>=90% AKG) 2011 TW I , , , TW I , , , TW I , , TW I , , TW I , , ,48 Sumber : Data BPS-Susenas % Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 23

34 Berdasarkan perkembangan angka rawan pangan pada tabel dan grafik diatas yang merupakan angka gabungan yang dihitung berdasarkan jumlah seluruh sampel data susenas pada tahun tersebut, terlihat bahwa penduduk rawan pangan mengalami perkembangan yang fluktuatif sejak tahun Triwulan I. Persentase angka sangat rawan pangan pada tahun 2010 sekitar 35,71 juta atau 15,34 persen.pada tahun 2011 bertambah menjadi 4170 juta atau 17,30 persen. dan pada tahun 2012 bertambah menjadi 47,82 juta atau 19,52 persen; pada tahun 2013 turun menjadi 46,39 juta atau 18,68 persen; tahun 2014 triwulan I turun lagi menjadi 43,73 juta atau 17,40 persen; dan tahun 2015 triwulan I turun lagi menjadi 33,03 juta atau 12,96 persen. Berdasarkan kajian Badan Ketahanan Pangan dengan BPS tahun 2014 dan ditindaklanjuti tahun 2015, dengan fluktuatifnya jumlah penduduk rawan pangan dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk rawan pangan paling tinggi yaitu penduduk yang berada pada kuantil pertama tergolong dalam penduduk relatif miskin. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok penduduk relative miskin, kejadian rawan pangannya lebih tinggi dibandingkan penduduk pada kelompok tidak miskin. Diharapkan kebijakan pemerintah difokuskan pada penduduk kelompok relatif miskin 2. Apabila dilihat dari golongan pengeluaran, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi golongan pengeluaran penduduk, maka angka rawan pangan pada golongan tersebut semakin kecil. 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan pengukuran pendapatan daerah diduga mempunyai pengaruh terhadap kerawanan pangan suatu wilayah. Hasil kajian menunjukkan adanya hubungan antara PDRB dengan angka rawan pangan meskipun hubungan tersebut kecil dan negative, artinya semakin tinggi PDRB maka kerawanan pangan di wilayah tersebut semakin rendah. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 24

35 4. Karakteristik rumah tangga rawan pangan yang meliputi persentase wanita usia subur yang buta huruf, persentase kepala rumah tangga menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan jumlah anggota rumah tangga menyebutkan bahwa: semakin tinggi persentase wanita usia subur yang buta huruf, persentase kepala rumah tangga dengan pendidikan tertinggi tamat SD/sederajat dan persentase rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga lebih maka persentase rumah tangga rawan pangan menunjukkan jumlah yang lebih besar. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung penurunan rawan pangan adalah kegiatan Pengembangan Desa/Kawasan Mandiri Pangan dan Penanganan Daerah Rawan Pangan. Kegiatan penanganan daerah rawan pangan lebih difokuskan pada pencegahan dini daerah rawan melalui optimalisasi kegiatan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas/Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan) dan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) yang dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang kantong-kantong kerawanan pangan tingkat wilayah. FSVA disusun pada tingkat wilayah dengan menggunakan indikator yang sifatnya statis dan perubahannya jangka panjang periodepengambilan data setiap 2-3 tahun. Untuk memperkuat analisis FSVA dilakukan sistem pemantauan dan deteksi dini dalam mengantisipasi kejadian kerawanan pangan secara berjenjang dan dilakukan secara periodik (bulanan) dan terus menerus. SKPG merupakan serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian kerawanan pangan dan gizi melalui pengumpulan.pemrosesan.penyimpanan.analisis.dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan. Data bulanan dan tahunan tersebut menginformasikan tentang 3 (tiga) indikator utama yaitu ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan yang menjadi dasar untuk menginformasikan situasi pangan dan gizi di suatu daerah. Kegiatan SKPG kurang berjalan sesuai dengan target. karena (i) Daerah tidak optimal dalam melaksanakan dan memanfaatkan hasil analisis SKPG; (ii) Tingginya tingkat Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 25

36 mutasi aparat sehingga petugas sering berganti; (iii) Tidak optimalnya peran Tim Pokja SKPG; dan (iv) Kurangnya kesadaran aparat terkait pentingnya kegiatan pemantauan pangan dan gizi melalui SKPG. Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan rawan pangan, salah satu kegiatan yang dilaksanakan BKP adalah Pengembangan Desa dan Kawasan Mandiri Pangan. Selain kegiatan pendampingan masyarakat oleh tenaga pendamping juga dialokasikan dana bansos yang digunakan dalam rangka pengembangan ekonomi rumah tangga. Pada tahun 2014 disediakan dana bansos Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan sebanyak Rp. 20,00 Milyar, sedangkan pada tahun 2015 dana bansos sebanyak Rp. 19,20 Milyar. Penurunan tersebut disebabkan pengurangan sasaran Kawasan Mandiri Pangan. Tabel 12. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Desa/Kawasan Mandiri Pangan.Tahun Tahun * 2014* Bansos (juta) RTM (KK) Sumber : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Keterangan : *) Kawasan Mandiri Pangan 2015* Ratarata/tahun Sasaran kegiatan Desa dan Kawasan Mapan adalah rumah tangga miskin di desa rawan pangan. Pada tahun 2014, kegiatan Desa Mandiri Pangan dikembangkan dalam 2 (dua) model, yaitu (1) Kegiatan Desa Mapan Reguler yang merupakan kelanjutan pembinaan dari desa yang sudah ada, dan (2) Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di 107 kawasan dengan jumlah desa ratarata 3 desa per kawasan. Realisasi pelaksanaan Kawasan Mandiri Pangan tahun tidak mencapai 100 % atau sebesar %,karena ada 2 (dua) kawasan yang tidak terbentuk karena tidak sesuai dengan CPCL atau Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan yaitu di Kabupaten Rote Ndao yaitu kawasan Rote Barat Daya dan Rote Barat. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 26

37 Pada tahun 2015, kegiatan Desa Mandiri Pangan tetap dikembangkan dalam 2 (dua) model, yaitu (1) Kegiatan Desa mapan Reguler yang merupakan kelanjutan pembinaan dari desa yang sudah ada, dan (2) Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di 192 kawasan dengan jumlah desa rata-rata 3 desa per kawasan. Realisasi pelaksanaan Kawasan Mandiri Pangan sebanyak 191 kawasan atau %, karena ada 1(satu) kawasan yang tidak terlaksana karena perpindahan lokasi sasaran pada pertengahan tahun 2015 yaitu Kabupaten Lebak ke Kabupaten Pandeglang. Selain itu permasalahan umum lainnya adalah : mutasi pejabat/pegawai, pemekaran wilayah kecamatan dan desa, serta kondisi alam, pendamping tinggal diluar desa binaan, tidak ada mekanisme tertulis untuk pinjaman dana, penggunaan dana tanpa bukti, pinjaman tidak dicatat, serta pengembalian dana pinjaman tidak tertib. Beberapa usaha yang sudah dijalankan Kawasan Mandiri Pangan adalah pengadaan saprodi, dagang hasil bumi, simpan pinjam, pembuatan produk turunan pertanian, penggemukan ternak dan masih banyak lagi usaha yang bertujuan sebagai sumber pendapatan anggota kelompok. Sumber penghasilan ini dipergunakan sebagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. 3. Stabilnya Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai. Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.berikut perkembangan rata-rata harga pangan nasional per komoditi tahun dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 27

38 Tabel 13. Perkembangan Harga GKP Tingkat Petani Tahun Harga di Tk Petani % Perubahan thd Insiden di Tahun CV (Rp/kg) HPP Bawah HPP (%) Sumber: BPS Pola perkembangan harga GKP di petani selama tahun (s.d Oktober) memiliki pola yang hampir sama setiap tahunnya. Rata-rata harga GKP tahun 2014 sebesar Rp.4.301/kg, sedangkan hingga bulan Juli tahun 2015 sebesar Rp /kg atau 8,39 persen diatas HPP (HPP = Rp /kg). Data harga gabah kering panen (GKG) diambil dari data harga di 22 provinsi sentra produksi padi (panel harga pangan BKP). Berdasarkan data panel harga pangan BKP, TW II (April-Juni 2015), rata-rata harga GKP tingkat petani mencapai Rp /kg atau 8,39% diatas HPP (Rp ) sampai dengan bulan maret 2015 (TW I), harga GKP tingkat petani mencapai Rp /kg atau 14,17% diatas HPP (Rp ). Perkembangan harga gabah sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 14 dibawah ini. Tabel 14. Harga Gabah di Tingkat Produsen tahun (Rp/Kg) Tahun Bulan Rerata CV Pert/ bi(%) Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des ,59 0, ,24 0, ,22 0, ,92 1, ,81 0,28 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 28

39 (Rp/Kg) Grafik 5. Perkembangan Harga Gabah di Tingkat Petani/Produsen 4. Koefisien Variasi Harga Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen Pola perkembangan harga beras medium di tingkat grosir dari tahun memiliki pola yang berbeda dari harga beras premium. Pola perkembangan harga tahun 2014 dan 2015 cenderung sama yaitu cenderung stabil (cv<5%).sementara itu, tren perkembangan harga beras medium dari tahun ketahun memiliki tren yang sama dengan beras premium yaitu harga cenderung naik dari tahun ketahun hal ini dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Perkembangan Harga Beras Dalam Negeri Tk. Grosir Beras (Rp/Kg) Koefesien Variasi (CV)(%) Tahun Premium Medium Premium Medium Sumber : PIBC diolah BKP Perkembangan harga beras luar negeri (Thai 5%) selama periode (s.d Juli) cenderung lebih stabil dibandingkan dengan harga beras dalam negeri Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 29

40 (beras medium).tren perkembangan harga beras dalam negeri mulai awal tahun 2014 hingga Juli 2015 memiliki tren naik dan harga beras selalu lebih tinggi dibanding harga beras luar negeri, dengan rata-rata harga beras dalam negeri selama tahun 2014 Juli 2015 sebesar Rp 7.843/kg atau 19.85% diatas harga beras luar negeri (Thai 5%). Perkembangan harga beras kualitas IR (IR I. IR II. IR III) di tingkat grosir dari tahun semakin stabil. Demikian juga perkembangan harga beras kualitas IR pada tahun 2014 dan 2015 cenderung lebih stabil (cv< 5%) jika dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2010 (Cv > 5%). Sementara itu, tren perkembangan harga beras kualitas IR (IR I. IR II. IR III) dari tahun - ketahun memiliki tren yang sama yaitu harga cenderung naik dari tahun ketahun. Tabel 16. Perkembangan Harga Beras Kualitas IR di PIBC Tahun Tahun Harga (Rp/Kg) Koefesien Variasi (CV)(%) IR-64 I IR-64 II IR-64 III IR-64 I IR-64 II IR-64 III Sumber: PIBC.diolah BKP Berdasarkan data panel harga pangan BKP. periode TW II (Mei-Juni 2015), koefisien variasi harga beras medium ditingkat konsumen (eceran) sebesar 1.08% dibandingkan dengan periode TW I. CV harga beras TW II relatif turun dari 2.64% menjadi 1.08%. Selain itu perkembangan harga pangan startegis periode Oktober 2014 Oktober 2015 dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 30

41 Bulan Tabel 17. Perkembangan Harga Pangan Strategis Periode Oktober 2014 Beras Umum Oktober 2015 Beras Termurah Jagung Kedelai Cabe Rawit Rp/Kg) Cabe Merah Bawang Merah Dg.Ayam Ras Dg Sapi Murni Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct CV Sumber: BPS. Kecuali Jagung dari Kemendag Dalam mendukung stabilisasi harga tersebut, Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan kegiatan Penguatan LDPM,Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat, dan Toko Tani Indonesia (TTI). a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan secara bertahap mulai dari Tahap Penumbuhan, Tahap Pengembangan, Tahap Kemandirian dan Tahap Pasca Kemandirian. Dukungan dana Bansos diberikan kepada Gapoktan Tahap Penumbuhan dan Pengembangan, yaitu pada tahun pertama sebesar Rp 150 juta dan tahun kedua sebesar Rp 75 juta. Untuk tahun ketiga Tahap Kemandirian, dukungan yang diberikan berupa pendampingan dan pembinaan dari pendamping, Tim Teknis dan Tim Pembina. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 31

42 Mengacu kepada dokumen Perjanjian Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2015 (revisi), target kelembagaan distribusi pangan masyarakat yang diberdayakan (tahap penumbuhan, pengembangan dan kemandirian) pada Tahun 2015 adalah sebanyak 358 Gapoktan. Jumlah tersebut terdiri dari 203 Gapoktan Tahap Penumbuhan, 38 Gapoktan Tahap Pengembangan dan 117 Gapoktan Tahap Kemandirian. Meskipun untuk Gapoktan Tahap Kemandirian sudah tidak menerima bantuan dana bansos, tetapi masih dilakukan pembinaan yang didanai APBN. Realisasi pemberdayaan Gapoktan selaku lembaga distribusi pangan pada tahun 2015 adalah 341 Gapoktan atau mencapai 95,25 persen dari target 358 Gapoktan. Jika ditinjau per tahapnya, realisasi Tahap Penumbuhan Gapoktan adalah 203 Gapoktan atau 100 persen dari target, realisasi pemberdayaan untuk Tahap Pengembangan adalah 36 Gapoktan atau 94,74 persen dari target 38 Gapoktan, dan untuk Tahap Kemandirian terealisasi 102 Gapoktan atau 87,18 persen dari target 117 Gapoktan. Gapoktan yang ditumbuhkan pada tahun 2015 atau Tahap Penumbuhan, seluruhnya sudah mencairkan dana Bansos yang dialokasikan senilai Rp 150 juta. Sesuai pedoman kegiatan, dana bansos tersebut digunakan untuk pembangunan/rehabilitasi gudang, modal pembelian gabah/jagung bagi kegiatan distribusi pangan dan penyediaan cadangan pangan. Realisasi dana bansos Penguatan LDPM Tahap Penumbuhan mencapai 100 persen, yaitu tersalur kepada 203 Gapoktan. Gapoktan Tahap Pengembangan yang ditargetkan sejumlah 38 Gapoktan. Realisasi pencairan dana Bansos untuk tahap pengembangan tersalur sebanyak 36 Gapoktan atau 94,74 persen. Provinsi yang tidak mencapai 100 persen dalam pencairan dana bansos Tahap Pengembangan adalah Provinsi Sumatera Barat sebanyak 2 Gapoktan. Pembinaan terhadap Gapoktan Tahap Kemandirian pada Tahun 2015 ditargetkan bagi 117 Gapoktan, namun karena ada 15 Gapoktan pada tahun 2014 yang seharusnya masuk pada tahap pengembangan tidak memenuhi persayaratan pencairan LDPM, maka pada tahun 2015 tidak masuk dalam tahap kemandirian, sehingga Gapoktan tahap kemandirian pada tahun 2015 yang terealisasi hanya 102 Gapoktan atau 87,18 persen. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 32

43 Berdasarkan Pedoman Kegiatan Penguatan LDPM 2015, setiap Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan LDPM pada tahun kedua akan dinilai kelayakan dan kesiapannya oleh Tim Pembina Provinsi untuk melaksanakan Tahap Pengembangan dan menerima dana bansos tahap pengembangan. Sebanyak 2 (dua) Gapoktan tahap pengembangan di Sumatera Barat yang tidak terealisasi pencairan dana bansosnya tersebut dinilai belum memenuhi seluruh kriteria yang dipersyaratkan, yaitu: a. Gapoktan belum memenuhi 2 kali putaran modal hingga verifikasi dilaksanakan. Perputaran modal ini antara lain sebagai tolak ukur kinerja Gapoktan dalam menyerap gabah dan beras yang diproduksi anggotanya. b. Kinerja Gapoktan tidak maksimal dalam menjalankan pengembangan usaha dan dalam mencari peluang kemitraan pemasaran sehingga menghadapi hambatan untuk meningkatkan volume pemasaran berasnya. Dua Gapoktan tersebut selanjutnya dibina kembali oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten sehingga pada tahun selanjutnya dapat kembali dinilai kelayakannya dan dipertimbangkan kembali untuk mendapatkan dana bansos Tahap Pengembangan. Sebaran Gapoktan dan jumlah Bansos yang dialokasikan dan pencairan dana Bansos untuk kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2015 dapat dilihat secara rinci pada lampiran 5. Dibandingkan dengan realisasi pemberdayaan Gapoktan Penguatan LDPM pada tahun sebelumnya (Tahun 2014), realisasi pencairan dana Bansos Tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Total realisasi pemberdayaan Gapoktan pada Tahun 2014 adalah 90,32 persen, sedang pada tahun 2015 meningkat menjadi 99,17 persen, seperti terlihat pada Tabel 18. Jika ditinjau dari jumlah sasaran penguatan LDPM, jumlah Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan LDPM yang ditumbuhkan pada tahun 2015 meningkat tajam, yaitu 203 Gapoktan dari tahun sebelumnya yang hanya 38 Gapoktan. Pada Tahun 2014, awalnya ditargetkan dapat ditumbuhkan 75 Gapoktan, namun dalam perjalanannya berkurang karena adanya kebijakan refocusing anggaran tahun Peningkatan jumlah Gapoktan pada tahun Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 33

44 2015 disebabkan pemberdayaan Gapoktan selaku lembaga distribusi pangan dipandang penting dalam upaya stabilisasi harga pangan di tingkat produsen. Tabel 18. Perkembangan Sasaran Penguatan LDPM Tahun Tahapan Tahun 2014 Tahun 2015 Target Realisasi % Target Realisasi % Penumbuhan Pengembangan , ,7 Total , ,17 Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Perkembangan pelaksanaan kegiatan Penguatan LDPM dan keberhasilan yang telah dicapai pada periode tahun pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM seperti disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Perkembangan Sasaran Penguatan-LDPM Periode Tahapan Tahun Total Penumbuhan Pengembangan Kemandirian Jumlah Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Keterangan:Badan Ketahanan Pangan tidak lagi mendukung pendanaan APBN untuk pembinaan tahap Pasca Kemandirian, selanjutnya dibina oleh provinsi dan kabupatan/kota melalui APBD Perkembangan pelaksanaan Penguatan LDPM tahap penumbuhan yang merupakan tahap tahun pertama dalam penerimaan bansos LDPM dengan bansos LDPM sebesar Rp. 150 juta telah direalisasikan rata-rata 100 persen. Tahap pengembangan merupakan tahapan tahun kedua dalam pelaksanaan kegiatan bansos LDPM yang telah memenuhi persayaratan tahap pengembangan, maka dapat dicairkan bansos LDPM tahap pengembangan sebesar Rp. 75 juta, dan telah terealisasi rata-rata 90,36 persen. Hal ini dikarenakan masih ada gapoktan penumbuhan yang belum memenuh persayaratan sehingga masih ada gapoktan penumbuhan yang belum dapat mencairkan dana LDPM tahap pengembangan, dan masih dilakukan pembinaan, pengawalan, dan pendampingan dari aparat kabupaten, propinsi, dan pendamping. Sementara itu, pada tahap kemandirian yang merupakan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 34

45 tahapan tahun ketiga rata-rata 100 persen telah masuk pada tahap kemandirian dan masih dilakukan pendampingan oleh pendamping gapoktan, dan pembinaan, pengawalan, pengawasan oleh aparat kabupaten dan propinsi. Pada Tahap Pengembangan ada peningkatan realisasi pencairan bansos LDPM disebabkan adanya bansos luncuran untuk tahun berikutnya, sehingga realisasinya melebihan dari target tahap penumbuhan tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2013 pencairan bansos LDPM penumbuhan sebanyak 75 gapoktan, dan pada tahun 2014 target pencairan bansos tahap pengembangan sebesar 117 gapoktan karena adanya gapoktan luncuran tahun sebelumnya dari tahap penumbuhan yang telah dibina dan dapat memenuhi persayaratan masuk tahap pengembangan sebanyak 43 gapoktan. Perkembangan target dan realisasi bansos LDPM tahap penumbuhan, pengembangan, kemandirian, selama tahun terlihat pada tabel 20 dibawah ini. Tabel 20. Perkembangan Bansos LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, Kemandirian, dan Pasca Mandiri Tahun Tahun Tahap Penum -buhan Target (Gapoktan) Realisasi (Gapoktan) Persentase (%) Tahap Pengem -bangan Tahap Keman -dirian Tahap Penum -buhan Tahap Pengem -bangan Tahap Keman -dirian Tahap Penumbuhan Tahap Pengem -bangan Tahap Kemandirian Total 1,582 1,453 1,277 1,580 1,313 1, Keterangan: Th : 33 Gapoktan Tahap Pengembangan luncuran dari tahun 2010 (204+33=237). Th : 17 Gapoktan Tahap Pengembangan kembali ke kas negara. Th : 1 Gapoktan Tahap Penumbuhan kembali ke kas negara, 56 Gapoktan Tahap Pengembangan ada penghematan dan 15 gapoktan tidak lulus tahap pengembangan dan kembali ke kas negar Th : 43 Gapoktan Tahap Pengembangan luncuran dari tahun 2012 (74+43)=117). Th.2015 : 2 Gapoktan Tahap Pengembangan kembali ke kas Negara. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 35

46 Tahap Penumbuhan (Tahun I) pada tahun 2015 dilaksanakan di 25 (dua puluh lima) provinsi dengan mempersiapkan dan/atau menumbuhkan 203 (dua ratus tiga) Gapoktan, Tahap Pengembangan (Tahun II) di 8 (delapan) provinsi untuk mengembangkan 38 (tiga puluh delapan) Gapoktan, dan Tahap Kemandirian (Tahun III) di 15 (lima belas) provinsi untuk memberdayakan 102 (seratus dua) Gapoktan Tahap Penumbuhan tahun 2013 dan luncuran dari Gapoktan tahun Berdasarkan Kajian Evaluasi Dampak Penguatan LDPM Tahun 2013 dapat disimpulkan jika dukungan pemerintah dalam bentuk Bansos Penguatan- LDPM terbukti dapat menjaga stabilitas harga pangan ditingkat petani sebagaimana ditampilkan pada tabel dibawah ini. Harga GKP pada Gapoktan pelaksana Penguatan-LDPM juga relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga GKP petani pada umumnya yang ditunjukkan dari nilai CV yang jauh lebih rendah dari nilai CV harga GKP petani umumnya. Tabel 21. Perbandingan Tingkat Harga dan Fluktuasi Harga GKP Tahun 2012 Tingkat Gapoktan LDPM. Uraian Harga Rata-Rata (Rp/Kg) CV (%) GKP Gapoktan LDPM 3.695,50 3,00 GKP Petani 3.371,83 7,76 Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Ket.: HPP GKP tahun 2013 adalah Rp di tk petani (Berdasarkan Inpres No 3/2013) Dampak kegiatan Penguatan-LDPM juga terlihat dari peningkatan peran Gapoktan dalam pengelolaan cadangan pangan, yang meningkatkan kemudahan petani (anggota) dalam mengakses pangan pada saat terjadi kelangkaan pangan. Berpengaruh positif dalam membangun perspektif anggota Gapoktan dalam pengembangan agribisnis. Keberadaan saldo akhir ini merupakan indikator utama bahwa Gapoktan peserta Penguatan LDPM sampai saat ini masih berjalan dengan baik.dapat memberikan pekerjaan kepada ibu-ibu rumah tangga dan laki-laki. Dari kegiatan yang diinisiasi Badan Ketahanan Pangan melalui penguatan LDPM, ternyata tidak hanya mampu melindungi dan memberdayakan petani, tetapi para Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 36

47 petani dan Gapoktan telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Di sisi lain, masyarakat sekitar Gapoktan juga telah memperoleh dampak ikutan, berupa mata pencaharian.semua ini, tentu berkontribusi nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan keluarga. b. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat yang di biayai melalui dana dekonsentrasi dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap kemandirian. Tahap penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan pembangunan fisik lumbung melalui DAK Bidang Pertanian, tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan, sedangkan tahap kemandirian mencakup penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok. Alokasi bansos tahap pengembangan sebesar 20 juta untuk pengisian cadangan pangan dan tahap kemandirian sebesar 20 juta untuk pengembangan usaha. Pada tahun 2015, untuk tahap penumbuhan tidak dilaksanakan karena alokasi DAK bidang Pertanian diperuntukkan untuk pembangunan gudang cadangan pemerintah, dan pembelian RMU serta pembangunan lantai jemur untuk lumbung yang belum mempunyai lantai jemur. Tahap pengembangan sebanyak kelompok yang tersebar di 31 provinsi dan tahap kemandirian dilaksanakan di 13 provinsi sebanyak 94 kelompok sehingga total pengembangan lumbung pangan masyarakat tahun 2016 mencapai kelompok. Alokasi anggaran untuk kegiatan pengembangan lumbung pangan adalah sebesar 34,48 Milyar (1.724 kelompok) yang terdiri dari tahap pengembangan sebesar 32,6 Milyar (1.630 kelompok) dan tahap kemandirian 1,88 Milyar (94 kelompok). Sampai dengan 31 Desember Realisasi dana Bansos kegiatan pengembangan lumbung pangan hanya mencapai 33,46 Milyar (97,04 %) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 37

48 yang terdiri dari tahap pengembangan sebesar 31,62 Milyar (96,99 %) dan tahap kemandirian sebesar 1,84 Milyar (97,87 %). Provinsi yang realisasi dana bansosnya tidak mencapai 100 % terdapat di 8 provinsi yaitu Provinsi Jambi (76,00 %), Sumatera Selatan (90,28%), Sulawesi Tengah (91,18 %), Jawa Timur (91,81 %), Kalimantan Selatan (93,33%), Banten (96,30%), dan Sumatera. Target dan realisasi kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat per provinsi tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil pemantauan dan pelaporan dari provinsi sampai dengan September 2015 dari 32 provinsi pelaksana kegiatan pengembangan lumbung pangan masyarakat, yang menyampaikan laporan kondisi cadangan pangan sebanyak 26 provinsi. Provinsi yang belum menyampaikan laporan adalah Riau, Lampung, Jawa Timur, Nusa tenggara Barat, dan Maluku. Khusus Provinsi DKI Jakarta dan Sulawesi Barat tidak menyampaikan laporan karena tidak ada alokasi kegiatan di kedua provinsi tersebut. Dari laporan kondisi cadangan pangan di kelompok lumbung pangan masyarakat yang disampaikan oleh provinsi dapat diketahui bahwa pengadaan pada bulan September sebesar kg gabah, beras sebesar kg dan pangan pokok lainnya (jagung atau sagu) sebesar kg. Seperti dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 38

49 Tabel 22. Data Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat Tahun 2015 Dari pengadaan gabah sebanyak kg GKG dan telah disalurkan kepada anggotanya sebanyak kg GKG sehingga stock gabah yang tersedia di gudang kelompok sebesar kg GKG. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 39

50 Pengadaan gabah terbesar adalah Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar kg. Hal ini sejalan dengan besarnya jumlah kelompok yang mendapat alokasi bansos kegiatan lumbung pangan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 252 kelompok untuk pengisian cadangan pangan. Sedangkan untuk beras dari pengadaan sebanyak kg telah disalurkan kepada anggota sebanyak kg, sisa total stock beras yang ada di gudang kelompok adalah kg. Sementara itu untuk bahan pangan pokok lainnya pengadaannya sebanyak kg dan disalurkan ke anggota sebesar kg sehingga total sisa yang ada lumbung kelompok saat ini adalah kg. Kondisi pemanfaatan cadangan dapat dilihat pada grafik 6 berikut ini : Pengadaan, Penyaluran dan Stock Gabah Beras Pangan Spesifik lokasi Grafik 6. Kondisi Cadangan Pangan Masyarakat Tahun 2015 c. Cadangan Pangan Pemerintah Pada Tahun 2015, provinsi yang sudah mengalokasikan dana APBD untuk pengadaan cadangan beras pemerintah sebanyak 33 provinsi. Pelaksanaan pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi dilakukan melalui kontrak dengan Perum BULOG. Proses kontrak dan penyaluran beras dimulai dengan tahapan BKP provinsi mengajukan surat pembelian beras kepada Divre/Subdivre, kemudian dilakukan pembuatan Kontrak Jual Beli (KJB) antara Kepala BKP provinsi dengan Kadivre, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 40

51 Pembuatan Berita Acara Penitipan Beras di gudang Perum BULOG, selanjutnya Divre/Subdivre menerbitkan Surat Alokasi/Laklog, dikeluarkan dari gudang yang ditunjuk melalui SPPB/DO sesuai permintaan BKP. Kontrak Provinsi dilakukan oleh Kepala BKP di tingkat Provinsi dengan Kadivre Perum BULOG, sedangkan kontrak Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Kepala BKP di tingkat Kab/Kota dengan Kasubdivre Perum BULOG. Kontrak Badan Ketahanan Pangan di tingkat daerah telah dilakukan sejak tahun 2010 di 11 provinsi sampai dengan tahun 2015 sudah di 33 provinsi. Setiap termin kontrak tidak habis dalam waktu satu tahun, terdapat sisa kontrak di akhir tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh terdapat sisa stok sebesar juta ton cadangan beras pemerintah provinsi yang disimpan di Perum BULOG. Realisasi dan sisa stok dapat dilihat pada Grafik 7 dibawah ini. Grafik 7. Jumlah Realisasi dan Sisa Stok Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi sampai Bulan Oktober 2015 (Sumber. Perum BULOG) Stok per 23 Oktober 2015 = ton; terdiri dari stok beras PSO ton dan komersil ton. Stok PSO 2015 sebesar ton merupakan stok terendah selama 5 tahun terakhir. BULOG telah mengusulkan pengalihan dan pengakuan stok komersial menjadi stok PSO sebagai bagian dari penguatan stok nasional. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 41

52 Tabel 23. REALISASI DAN SISA STOK CBPD TAHUN 2015 Sumber : Bulog Permasalahan yang terjadi dalam penyaluran beras untuk Badan Ketahanan Pangan Provinsi adalah pada realisasi penyaluran kontrak beras BKP di daerah umumnya melewati tahun kontrak. Hal ini akan memberikan tambahan beban pemeliharaan beras kepada Bulog, kemudian terjadinya perubahan HPB pada tahun berjalan, sehingga perlu penyesuaian harga atau pemotongan kuantum. Solusi yang disarankan oleh Perum BULOG bahwa BKP sebaiknya melakukan kontrak beras sesuai dengan perkiraan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 42

53 kebutuhan tahun berjalan, dan perlu didukung dengan addendum terhadap harga melalui cadangan APBD setempat atau dengan pemotongan kuantum yang dimiliki BKP Provinsi. Selain kerjasama dengan BULOG, beberapa provinsi mengelola sendiri cadangan pangannya karena sudah memiliki UPT Cadangan Pangan. Contoh, (1) Provinsi Jawa Tengah, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah mempunyai UPT Balai Pengembangan Cadangan Pangan yang terletak di Magelang, yang sudah dilengkapi gudang penyimpanan cadangan pangan pemerintah; (2) Provinsi DI Yogyakarta, cadangan pangan pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dititipkan pada Pusat KUD Metaram DIY yang lokasi penyimpanan bertempat di Godean; (3) Provinsi Kalimantan Barat menitipkan cadangan pangan pemeritah provinsi sebanyak 100 Ton kepada pihak swasta dalam hal ini CV. Sama Bangun Utama; (4) Provinsi Banten selain bekerjasama dengan Perum BULOG Divre DKI Jakarta Banten dalam hal pengadaan cadangan pangan pemerintah provinsi, juga melakukan penitipan beras di LDPM dan Gapoktan (10 kelompok) melalui Nota Kesepakatan bersama antara BKPD Provinsi Banten dengan Gapoktan dan LDPM. Beberapa provinsi yang tidak mengalokasikan dana APBD untuk pengadaan cadangan pangan pemerintah, karena sudah habis disalurkan untuk kondisi dan kebutuhan penanganan tanggap darurat akibat bencana, pengendalian harga pangan tertentu bersifat pokok, bantuan sosial, dan pengembangan usaha. Secara rinci perkembangan cadangan pangan pemerintah provinsi Tahun 2015 mulai dari stok awal, penyaluran dan pengadaan dan dapat dilihat pada Tabel 23. Kabupaten/kota yang sudah mempunyai Peraturan Bupati adalah sebanyak 154 Kabupaten/kota. Dari 154 kabupaten/kota tersebut terdapat 30 kabupaten/kota yang tidak membangun gudang cadangan pangan pemerintah tetapi melakukan kerjasama dengan pihak ketiga. Jumlah kabupaten/kota yang sudah mempunyai Peraturan Bupati mengalami Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 43

54 kenaikan dari tahun sebelumnya dari 96 kabupaten/kota menjadi 154 Kabupaten/kota. Hal ini mengingat pentingnya Peraturan Bupati sebagai dasar dalam rangka pengembangan cadangan pangan pemerintah. Implementasi dari Peraturan Bupati untuk pengelolaan gudang sebanyak 55 persen dari 96 Kabupaten/kota sudah mempunyai Surat Keputusan Penunjukkan Kepala Gudang. Kepala gudang dapat menugaskan PNS atau tenaga honorer yang mempunyai kemampuan dalam mengelola gudang. d. Toko Tani Indonesia Dalam menciptakan stabilitas harga pangan di tingkat produsen dan konsumen. Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan kegiatan, yaitu : Penguatan LDPM, Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat, serta Toko Tani Indonesia (TTI). Toko Tani Indonesia (TTI) mulai dilaksanakan tahun 2015, berupa kerjasama antara Kementerian Pertanian dan Perum Bulog dengan melakukan terobosan untuk solusi permanenyaitu : (1) menyerap produk pertanian, (2) memperpendek rantai distribusi pemasaran, dan (3) memberikan kemudahan akses konsumen/masyarakat. Kriteria TTI dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 1.KriteriaPenerima Kegiatan Toko Tani Indonesia Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 44

55 Gambar 2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia Rencana sasaran kegiatan pelaksanaan TTI pada tahun 2015 sebesar 100 TTI di 6 provinsi hingga tahun 2019 sasaran TTI direncanakan akan mencapai TTIdi 34 provinsi atau 26 Divre Bulog. Sasaran TTI tahun secara lengkap dapat dilihat pada tabel 23 di bawah ini. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 45

56 Tabel 23. Sasaran TTI tahun Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun TTI baru; 6 provinsi 30 TTI lama; 26 provinsi 30 TTI lama; 26 provinsi 30 TTI lama; 26 provinsi 30 TTI lama; 26 provinsi 1000 TTI Total: 100 TTI; TTI baru; 1000 TTI lama; 1000 TTI lama; lama; 26 provinsi 26 provinsi 26 provinsi 26 provinsi provinsi Total: 1100 TTI; 26 provinsi 1000 TTI baru; 26 provinsi Total: 2100 TTI; 26 provinsi 1000 TTI lama; 26 provinsi 1000 TTI baru; 26 provinsi Total: 3100 TTI; 26 provinsi 1000 TTI lama; 26 provinsi 1000 TTI lama; 26 provinsi 2000 TTI baru; 26 provinsi Total: 5100 TTI; 26 provinsi Hingga bulan Nopember 2015, jumlah TTI sebanyak 162 unit, dengan kondisi TTI yang sudah berjalan sebanyak 38 unit, siap dipasok 64 unit, dan identifikasi/verifikasi 60 unit tersebar di 7 provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Progres kegiatan TTI dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 24. Progres Kegiatan Toko Tani Indonesia No Provinsi Operasional Tahap Perkembangan Siap Dipasok Identifikasi dan Verifikasi 1 Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Sulawesi Selatan Posisi: Desember 2015 Total TOTAL Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 46

57 3. Konsumsi Energi Capaian konsumsi pangan penduduk secara kuantitatif pada periode menunjukkan tingkat konsumsi energi yang berfluktuasi dan cenderung menurun, dengan laju penurunan rata-rata sebesar 0,99 persen per tahun. Pada tahun mengalami peningkatan dengan laju rata-rata peningkatan sebesar0,63 persen. Selama periode mengalami penurunan dan berada di bawah angka kecukupan gizi yakni secara berturutturut sebesar 1.944, 1.930, dan kkal. Penurunan konsumsi energi tersebut masih mendekati anjuran dan belum termasuk kategori defisit energi, yaitu sekitar persen Angka Kecukupan Energi (AKE). Penurunan tersebut diduga dipengaruhi oleh semakin menurunnya konsumsi beras masyarakat.namun pada tahun 2015, konsumsi energi sudah diatas rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi(WKNPG), kenaikan konsumsi energi tersebut diduga dipengaruhi meningkatnya konsumsi karbohidrat non beras yaitu terigu dan umbi-umbian. Tabel 26: Perkembangan Target Konsumsi Energi tahun Uraian Konsumsi Energi (kkal/kap/tahun) Sumber : Susenas ; BPS.diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran.oleh BKP Secara nasional, sumber konsumsi energy masih didominasi dari konsumsi padipadiantahun 2015 sebesar 1.252,6 kkal/kap/hari dibandingkan dibanding tahun 2014 sebesar 1.164,0 kkal/kapita/hari. Berdasarkan rekomendasi WNPG X Tahun 2012, terjadi peningkatan AKE rata rata penduduk Indonesia. AKE ratarata sebelumnya adalah 2000 kkal/kap/hari menjadi 2150 kakl/kap/hari, hal ini dikarenakan adanya perubahan struktur penduduk Indonesia ke arah yang lebih tua, sehingga menyebabkan kebutuhan rata-rata kalori penduduk juga meningkat. Mempertimbangkan hal tersebut, maka padi-padian sebagai penyumbang terbesar dari kebutuhan energi cenderung tetap untuk menutupi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 47

58 peningkatan kebutuhan energi.konsumsi energi per kelompok pangan belum mencapai kondisi ideal, yang ditandai dengan masih tingginya konsumsi padipadian terutama beras dan terigu, serta masih rendahnya konsumsi pangan hewani, umbi-umbian, serta sayur dan buah. Perkembangan Konsumsi Energi Penduduk Indonesia Tahun seperti pada lampiran 5. Untuk mencapai konsumsi energi yang ideal perlu diimbangi dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian dan sumber karbohidrat lainnya. Meskipun tren konsumsi umbi-umbian mengalami peningkatan, namun konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan sumber karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi beras masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi energi penduduk masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan.untuk itu, di masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan pada pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman. Upaya pemerintah dalam rangka penurunan konsumsi beras melalui peningkatan konsumsi pangan sumber karbohidrat lain seperti umbi-umbian masih mengalami hambatan, antara lain : (a) produksi umbi-umbian masih belum stabil. sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian dipasar; (b) keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan, berasan/butiran, dan lain-lain) belum memasuki tahap industrialisasi (scaling up production), sehingga harga pangan lokal sumber karbohidrat masih tinggi di tingkat pasaran dan masyarakat belum mampu mengaksesnya; (c) teknologi penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang belum banyak dan belum tersosialisasikan ke masyarakat; dan(d) berbagai produk olahan pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat dan masih dianggap sebagai pangan inferior. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 48

59 4. Konsumsi Protein Sementara itu, konsumsi protein penduduk sudah melebihi Angka Kecukupan Protein (AKP) 52 gr/kapita/hari. Pada periode , rata-rata konsumsi protein penduduk adalah 57,04gr/kapita/hari atau 109,69 persen dari AKP rekomendasi WNPG. Tingginya konsumsi protein dalam pola konsumsi pangan nasional, memberikan indikasi bahwa konsumsi pangan sumber protein sudah terpenuhi. Namun jika dicermati, sumbangan konsumsi protein tertinggi penduduk Indonesia selama lima tahun terakhir berasal dari protein pangan nabati terutama dari kelompok padi-padian (beras). Jadi beras tidak hanya penyumbang energi terbesar tetapi juga merupakan penyumbang protein yang terbesar. Tabel 27. Perkembangan Target Konsumsi Protein serta Skor PPH Uraian Konsumsi Protein (gram/kap/hari) Sumber :Susenas ; BPS.diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran.oleh BKP 56.1 Dalam mewujudkan pemenuhan kualitas konsumsi pangan dan sekaligus dapat menurunkan konsumsi beras. Kementerian Pertanian melaksanakan kegiatanpercepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam bentuk kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan, Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L).serta Sosialisasi dan Promosi P2KP. Diperlukan replikasi kegiatan agar dapat memberikan dampak yang lebih luas di masyarakat. Selain itu, untuk meningkatkan keberagaman pangan juga diperlukan dukungan sosialisasi/promosi tentang pentingnya penganekaragaman pangan. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 49

60 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Salah satu indikator untuk mengetahui pencapaian konsumsi pangan secara kualitatif adalah melalui pencapaian skor PPH, konsumsi pangan yang ideal digambarkan dengan skor PPH 100. Gambaran situasi konsumsi pangan, ditunjukkan dalam tabel 28 dibawah ini : Tabel 28. Perkembangan Skor PPH Uraian Skor Pola Pangan Harapan (PPH) T R T R T R T R T R 88,1 85,6 89,8 83, , , ,2 Sumber: Susenas BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP Keterangan : Target berdasarkan Renstra Revisi BKP dan Renstra BKP Berdasarkan tabel diatas, kualitas konsumsi pangan yang ditunjukkan dengan skor PPH, tahun berfluktuatif antar tahun. Tahun mengalami penurunan dari 85,6 menjadi 81,4, dan kembali meningkat menjadi 85,2 pada tahun Realisasi capaian skor PPH di tahun mempunyai kesenjangan yang cukup besar dengan target yang ditetapkan. Adanya kesenjangan tersebut telah dievaluasi dan ditindaklanjuti dengan review target sasaran merujuk pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012 yaitu merekomendasikan pencapaian target skor PPH sebesar 95 menjadi target capaian tahun 2025 yang sebelumnya (sesuai Perpres 22 tahun 2009), dijadikan target capaian tahun Penghitungan ulang terhadap target pencapaian kualitas konsumsi pangan dengan baseline data tahun 2013 (skor PPH sebesar 81,4), menghasilkan target skor PPH 82,5 tahun 2014, dan 84,1 tahun Setelah dilakukan perubahan terhadap target skor PPH tersebut, capaian kualitas konsumsi pada tahun 2014 dan 2015 telah melebihi target yang ditetapkan, bahkan persentase pencapaian Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 50

61 skor PPH cenderung meningkat dari tahun 2014 yaitu sebesar 101,1%, menjadi 101,3% pada tahun Untuk mempercepat terwujudnyakonsumsi pangan masyarakat menuju beragam dan bergizi seimbang masih diperlukan upaya: 1) Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) melalui Komunikasi, Informasi, Edukasi KIE (penyusunan KIT dan Modul Penyuluhan di tingkat lapangan, Lomba Cipta Menu, serta penyebarluasan informasi melalui media cetak dan elektronik); 2) Upaya penurunan konsumsi beras dilakukan dengan meningkatkan produksi serta konsumsi pangan karbohidrat berbasis sumberdaya lokal; 3) Peningkatan konsumsi melalui penyediaan sayuran, buah, pangan hewani, kacang-kacangan yang cukup dan dapat diakses oleh seluruh anggota keluarga. Upaya diatas merupakan daya ungkit yang cukup besar untuk dapat meningkatkan skor PPH. Kualitas konsumsi pangan yang lebih baik dapat dicapai dengan peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, serta sayur dan buah. Meskipun kecenderungan konsumsi beras mengalami penurunan, namun konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan sumber karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi beras masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi pangan penduduk masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk itu di masa mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan pada pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman. Belum tercapainya keberagaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat, ditunjukkan dari konsumsi sayur dan buah, pangan hewani, kacangkacangan, serta umbi-umbian yang masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: (a) masih rendahnya daya beli masyarakat, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pola pangan beragam dan bergizi seimbang,dan masih adanya keterbatasan aksesibilitas terhadap pangan;(b) kurang berkembangnya teknologi untuk memproduksi maupun mengolah bahan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 51

62 pangan terutama pangan lokal non beras dan non terigu;(c) produksi umbi-umbian masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian di pasar; (d) keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan, berasan/butiran, dan lain-lain) belum memasuki tahap industrialisasi (scaling up production), sehingga harga pangan lokal sumber karbohidrat masih tinggi di tingkat pasaran dan masyarakat belum mampu mengaksesnya; (e) teknologi penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang belum banyak dan belum tersosialisasikan ke masyarakat; (f) berbagai produk olahan pangan lokal belum tersosialisasi dengan baik di masyarakat dan masih dianggap sebagai pangan inferior;(g) komitmen aparat dalam mengimplementasi program dan kegiatan diversifikasi dirasa masih belum kuat; dan(h) belum optimalnya kerjasama antar kementerian/lembagaserta lemahnya partisipasi masyarakat, Pencapaian skor PPH merupakan kegiatan lintas sektor yang dipengaruhi oleh kinerja berbagai unit kerja/instansi lain. Dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan telah mengalokasikan kegiatan berupa: (a) Pemberdayaan kelompok wanita melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengembangan usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; (b) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) yang mendukung pengembangan teknologi pangolahan pangan lokal; dan (c) Sosialisasi dan Promosi ke masyarakat umum perihal makanan non beras non terigu. Kegiatan tersebut juga didukung pemerintah daerah dalam kegiatan One Day No Rice maupun kudapan dalam pertemuan. Ke depan pencapaian skor PPH perlu introduksi komponen kegiatan di dalam dan di luar lahan pekarangan untuk pengembangan umbi-umbian.upaya selanjutnya untuk meningkatkan skor PPH di masyarakat diperlukan ketersediaan produk pangan pokok lokal seperti umbi-umbian yang memadai, dan pengelolaan distribusi yang baik, sehingga harga di pasar dapat ditekan.untuk itu diperlukan pengembangan usaha pengolahan pangan pokok lokal lainnya dengan nilai ekonomis yang memadai. Selain itu kegiatan penumbuhan usaha pengolahan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 52

63 pangan berbasis tepung-tepungan sudah dapat tercapai secara berkelanjutan, karena kelompok sudah termotivasi dan mempunyai kemampuan kerja sama usaha kelompok yang didukung kegiatan Model PengembanganPangan Pokok Lokal (MP3L). 6. Jumlah Pengawas Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan telah melakukan beberapa kegiatan terkait pengawasan keamanan pangan segar, antara lain pengambilan contoh pangan segar dan pengujian di laboratorium. Objek pengawasan keamanan pangan segar yang dilakukan oleh BKP difokuskan pada pangan segar asal tumbuhan di peredaran. Mandat pengawasan keamanan pangan segar juga dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan) khususnya dalam mengawal lalu lintas pangan segar asal tumbuhan dari dan ke luar negeri. Pengawasan keamanan pangan segar asal hewan secara khusus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) melalui Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. Ruang lingkup pengujian adalah residu pestisida, mikroba dan logam berat. Pengujian residu pestisida sudah dilaksanakan sejak tahun Namun sejak tahun 2012, Badan Ketahanan Pangan Kementan tidak melakukannya, sehingga data yang diperoleh adalah data pengujian yang dilakukan oleh BKP Daerah. Berdasarkan pengujian residu pestisida di laboratorium, menunjukkan bahwa kandungan residu pestisida yang tidak memenuhi syarat (TMS) pada pangan segar mengalami tren yang meningkat, sebagaimana dapat dilihat pada grafik 8 di bawah ini. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 53

64 Persentase Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun Tahun Sumber : Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Grafik 8. Hasil Pengujian Pangan Segar yang TMS dari Residu Pestisida. Pada grafik di atas, pangan segar yang tidak memenuhi syarat sejak tahun 2005 sampai dengan 2013 adalah 38,89 %; 5,56 %; 12,50 %; 13,89 %; 15,91%. 33,33 %; 55,0 %; 22,50 %; dan 16,08 %. Pangan segar tersebut dikatakan tidak memenuhi syarat, dikarenakan mengandung residu pestisida yang dilarang atau di atas ambang batas. Standar yang digunakan dalam menentukan apakah contoh memenuhi syarat atau tidak adalah SNI 7313 : Codex Alimentarius dan Permentan Nomor 01/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida yang Dilarang dan Pestisida Terbatas. Mengingat keamanan pangan sangat penting dalam peningkatan kualitas manusia, maka diperlukan petugas/sdm di bidang pengawasan keamanan pangan yang memiliki kompetensi yang terstandarkan. Beberapa kompetensi untuk petugas yang menangani keamanan pangan segar sudah merujuk pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai standar komptensi profesi, yaitu SKKNI Pengawas Keamanan Pangan Segar dan SKKNI Petugas Pengambil Contoh (PPC) pangan segar.untuk memenuhi kompetensi petugas yang menangani keamanan pangan. BKP telah melatih petugas dengan berbagai kompetensi dari tahun ke tahun.hingga tahun 2014 petugas yang menangani keamanan pangan. sebagia berikut : (1) PPC sebanyak 295 orang; (2) Auditor sebanyak 92 orang; (3) Inspektor sebanyak Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 54

65 36 orang; (4) PMHP sebanyak 20 orang; (5) PPNS sebanyak 20 orang; dan (6) Pengawas sebanyak 61 orang.uraian petugas keamanan pangan per provinsi dapat dilihat pada lampiran 7. Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan keamanan pangan segar di Indonesia. banyak tantangan yang dihadapi oleh Badan Ketahanan Pangan. antara lain: (1) Cakupan wilayah pengawasan yang sangat luas; (2) jumlah dan jenis pangan segar cukup beragam; (3) Rendahnya pengetahuan dan keterampilan produsen untuk memproduksi pangan yang aman dan bermutu; (4) Kesadaran konsumen dan retail yang masih perlu ditingkatkan; dan (5) Keterbatasan jumlah dan kompetensi pengawas keamanan pangan segar. Dari kelima tantangan tersebut.butir ke 1 dan 2 menunjukkan bahwa diperlukan penguatan sarana dan prasarana pengawasan yang memadai. Untuk mendukung hal tersebut.diperlukan kendaraan operasional yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pengawasan keamanan pangan segar seperti pengambilan sampel dan wahana respon cepat terhadap kejadian ketidakamanan pangan (seperti terjadinya kasus keracunan pangan segar) serta sarana pendukung untuk penyebaran informasi tentang keamanan pangan di daerah. 7. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Kegiatan Prioritas Pemeriksaan Hasil Auditor Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tidak lepas dari efisiensi penggunaan sumberdaya, baik sumberdaya keuangan maupun pegawai.penilaian capaian kinerja atas keuangan tidak hanya dari aspek realisasi keuangan tetapi juga hasil pemeriksaan dari auditor baik dari Inspektorat Jenderal maupun dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan dilakukan melalui proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi secara independen, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 55

66 keuangan Negara. Pemeriksaan terhadap pelaksanaan program/kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun dilakukan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian. Secara keseluruhan Buku Laporan Hasil Audit Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, baru terbit pada bulan Nopember 2015, sehingga laporan secara detail hasil audit per provinsi masih proses pengolahan dan analisis. Namun, secara umum beberapa hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian terhadap pelaksanaan kegiatan Badan Ketahanan Pangan tahun yaitu : a. Kegiatan tidak/kurang efektif yaitu fakta dari hasil membandingkan Pedoman Umum. Petunjuk Pelaksanaan TOR dan dokumen lainnya dengan hasil yang dicapai menunjukkan adanya ketidak/kekurang efektivitasan; b. Kegiatan tidak/kurang efisien yaitu fakta dari hasil membandingkan Pedoman Umum. Petunjuk Pelaksanaan TOR dan dokumen lainnya dengan hasil yang dicapai menunjukkan adanya ketidak/kekurang efisienan; c. Tidak tertib yaitu adanya kekurangtaatan dan penyimpangan terhadap prosedur yang telah ditetapkan; d. Kerugian Negara yaitu terjadi karena pelanggaran hukum atau kelalaian pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka pelaksanaan kewenangan administratif atau oleh bendahara dalam rangka pelaksanaan kewenangan kebendaharaan. Penyelesaian kerugian negara perlu segera dilakukan untuk mengembalikan kekayaan negara yang hilang atau berkurang serta meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai negeri/pejabat negara pada umumnya, dan para pengelola keuangan pada khususnya. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 56

67 Tidak Efektif Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal Grafik 9. Perbandingan Anggaran Kurang Efektif per tahun dan per kegiatan. Grafik di atas untuk masing-masing kegiatan Badan Ketahanan Pangan dari tahun menunjukkan kenaikan anggaran kurang efektif.namun pada tahun 2014 sudah berkurang signifikan.anggaran yang kurang efektif sangat tinggi pada kegiatan Demapan tahun HASIL PEMERIKSAAN ITJEN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal Grafik 10. Perbandingan Anggaran Tidak Efektif pada Kegiatan Badan Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 57

68 Axis Title Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 Dari grafik di atas dapat dilihat dari tahun kegiatan yang paling tinggi nilai tidak efektif yaitu pada kegiatan Demapan dan LDPM Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal Grafik 11.Perbandingan Anggaran Kurang Efisien per tahun dan per kegiatan. Grafik diatas menunjukkan bahwa untuk kegiatan LDPM.pemanfaatan anggaran kurang efisien terjadi di tahun 2013 dan untuk Lumbung terjadi di tahun 2013, untuk Demapan terjadi di tahun 2013 dan 2014, untuk P2KP pada tahun 2013 dan Dua kegiatan yaitu PDRP dan MP3L tidak terdapat anggaran kurang efisien LDPM LUMB Dema P2KP PDRP MP3L UNG pan Series Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal Grafik 12. Perbandingan anggaran kurang efisien per kegiatan th Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 58

69 Tidak Tertib Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 Grafik di atas menunjukkan jumlah anggaran tidak efisien pada kegiatan LDPM dan Lumbung hampir sama sedangkan untuk P2KP tinggi dan Demapan dan PDRP dan MP3L kecil Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal Grafik 13. Perbandingan Anggaran tidak tertib per tahun dan per kegiatan. Grafik di atas menunjukkan bahwa untuk anggaran kurang tertib yaitu pada tahun 2011 dan 2013 pada kegiatan LDPM sangat tinggi sedangkan untuk Lumbung, Demapan, P2KP hanya ada di tahun 2012 dan Sedangkan untuk PDRP dan MP3L tidak terdapat anggaran kurang tertib HASIL PEMERIKSAAN ITJEN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 59

70 Kerugian Negara Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 Grafik 14. Perbandingan anggaran kurang tertib per kegiatan tahun LDPM LUMBUNG Demapan P2KP PDRP MP3L Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal Grafik di atas menunjukkan bila dibandingkan dengan per kegiatan anggaran kurang tertib yang paling tinggi ada pada kegiatan LDPM. Grafik 15. Perbandingan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per tahun dan per kegiatan HASIL PEMERIKSAAN ITJEN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal Grafik di atas menunjukkan bahwa Tuntutan Ganti Rugi pada kegiatan Lumbung dan P2KP pada tahun 2014 cukup tinggi. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 60

71 7.2. Capaian Kinerja Pegawai Badan Ketahanan Pangan Efisiensi penggunaan sumberdaya manusia/pegawai Badan Ketahanan Pangan, merupakan dukungan yang tidak kalah penting dalam pencapaian target program dan kegiatan Badan ketahanan Pangan Tahun Sumberdaya manusia/pegawai yang tersedia dan berkualitas sangat menentukan bagi keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan dan Sekretariat DKP. Pada tahun BKP Kementerian Pertanian didukung oleh 302 pegawai, dengan komposisi yang beragam adalah : 1. Tingkat pendidikan : SLTA ke bawah sebanyak 99 orang atau 33 persen. Diploma-3 dan Sarjana Muda 8 orang atau 2,67 persen. Strata Satu 116 orang atau 39 persen, strata dua 69 orang atau 22,67 persen, dan strata tiga 6 orang atau 2 persen. 2. Kepangkatan : golongan I sebanyak 1 orang atau 0,33 persen, golongan II sebanyak 27 orang atau 9 persen, golongan III sebanyak 242 orang atau 81 persen. dan golongan IV sebanyak 30 orang atau 9,67 persen. 3. Usia pegawai : tahun sebanyak 73 orang atau 24,67 persen tahun 89 orang atau 29,67 persen, tahun 30 orang atau 10 persen, dan lebih dari 51 tahun 107 orang atau 35,67 persen. Kualifikasi pegawai BKP Kementerian Pertanian yang masih aktif pada tahun berdasarkan tingkat pendidikan, kepangkatan, dan usia, seperti dalam tabel 30 berikut ini : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 61

72 Tabel 29. Perkembangan Pegawai Negeri Sipil Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Tahun Uraian Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai Tingkat Pendidikan a. SLTA ke bawah b. Sarjana Muda dan D c. Sarjana Strata-1 dan D d. Strata-2 Magister e. Strata-3 Doktor Kepangkatan a. Golongan I 1 1 b. Golongan II c. Golongan IIII d. Golongan IV Usia Pegawai a. Kurang dari 26 tahun 1 1 b tahun c tahun d tahun e. Lebih dari 51 tahun Sumber : Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Dalam rangka penilaian indikator kinerja individu/pegawai.telah dilaksanakan Penilaian Standar Kinerja Pegawai (SKP) sebagai pengganti Daftar Penilaian Pelaksanaan Kerja PNS (DP3) kepada seluruh pegawai Badan Ketahanan Pangan. Dalam Penilaian Prestasi sudah terlihat kinerja pegawai dengan nilai (A = Sangat Baik) sebanyak 35 pegawai; (B = Baik) sebanyak 264 pegawai; (C = Cukup) sebanyak 1 pegawai; (D = Kurang) sebanyak 0 pegawai; dan < 50 (E = Buruk) sebanyak 0 pegawai. Sejak tahun 2014, penilaian capaian kinerja pegawai dengan tahun sudah menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang menekankan output pekerjaan pegawai dan kehadiran pegawai, sedangkan untuk melihat kinerja pegawai melalui budaya kerja. Badan Ketahanan Pangan sudah menyusun Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 62

73 Indeks Penerapan Nilai-nilai Budaya Kerja (IPNBK) yang merupakan data dan informasi tentang tingkat kualitas penerapan nilai budaya kerja pada suatu unit kerja yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas persepsi pegawai pada unit kerja tersebut terhadap budaya kerja di unit kerjanya, melalui 5 (lima) indikator yaitu : Komitmen, Keteladanan, Profesionalisme, Integritas, dan Disiplin. Dari analisis pengukuran IPNBK di lingkungan Badan Ketahanan Pangan pada Tahun 2015 bisa disimpulkan sebagai berikut : Nilai Rata-Rata Budaya Kerja : 3,46 Kualitas Budaya Kerja : 86,38 Kualifikasi Kualitas Budaya Kerja : A (Sangat Baik) Tabel 30. Komponen Indeks Penerapan Nilai-nilai Budaya Kerja (IPNBK) NO KOMPONEN PERTANYAAN NILAI KONVERSI 1 Komitmen 1,1. - 1,8 3,37 84,26 2 Keteladanan 2,1. - 2,6 3,40 85,09 3 Profesionalisme 3,1. - 3,6 3,43 85,86 4 Integritas 4,1. - 4,5 3,51 87,78 5 Disiplin 5,1. - 5,4 3,56 88,92 NILAI KUALITAS BUDAYA KERJA (IPNBK) 3,46 86, IPNBK 2015 IPNBK Grafik 17. Hasil IPBNK 2014 dan 2015 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 63

74 Penjelasan : 1. Nilai tertinggi dari pengukuran IPNBK lingkup Badan KetahananPangan adalah Sekretariat Badan Ketahanan Pangan dengan nilai 3,53 dengan kualitas budaya kerja 88,20 dan masuk kualifikasi Baik. 2. Nilai terendah pengukuran IPNBK adalah Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan dengan nilai 3,39 dengan kualitas budaya kerja 84,64 dan masuk dalam kualifikasi sangat baik. Walaupun terendah di lingkup Badan Ketahanan Pangan tetapi kriterianya sangat baik. 3. Nilai tertinggi pada indicator disiplin, hal ini disebabkan adanya pemberian tunjangan kinerja. Dibarengi dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Apabila melanggar tampa alasan yang jelas akan dipotong tunjangan kinerjanya, dikenakan pula sanksi administrasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah 53 tahun 2010 tersebut. Dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan kualitas aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan, pada tahun 2015 telah dilakukan: (a) program tugas belajar dan ijin belajar dengan biaya dari pemerintah, maupun biaya sendiri. kursus/pelatihan teknis aplikatif dan administratif, serta workshop/seminar; (b) pembinaan motivasi dan disiplin; (c) penyelesaian administrasi kenaikan pangkat dan kenaikan gaji berkala; (d) pemberian penghargaan dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya; (e) sosialisasi Reformasi Birokrasi; dan rencana perubahan jabatan fungsional pegawai termasuk rencana penyusunan jabatan fungsional analisis ketahanan pangan. 6. Capaian Kinerja Lainnya Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan secara nasional, Badan Ketahanan Pangan juga melaksanakan tugas secara insidentil/diluar rencana berdasarkan perintah pimpinan serta kebijakan lainnya yang dianggap penting. Kegiatan tersebut lebih banyak bersifat koordinasi atau dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan intansi terkait baik di dalam maupun luar Kementerian Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 64

75 Pertanian; serta di tingkat Internasional yang dikoordinasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO),United Nations World Food Programme (WFP), maupun forum lainnya. Selama 5 tahun, beberapa prestasi Badan Ketahanan Pangan, serta apresiasi dari masyarakat, pemerintah daerah, dan tingkat internasional kepada Badan Ketahanan Pangan di Pusat dan Daerah, seperti : 1. Sejak tahun 2011 hingga sekarang. Badan Ketahanan Pangan melaksanakan kegiatan promosi penganekaragaman konsumsi pangan dengan memakai frasa One Day No Rice ditingkat nasional bergema keseluruh daerah provinsi dan kabupaten/kota dengan menerapkan one day no rice atau istilah dan kegiatan yang terkait dengan upaya perubahan pemanfaatan substitusi pangan dari umbi-umbian. 2. Meningkatnya kesadaran pentingnya aspek ketahanan pangan dalam pembangunan daerah yang berkelanjutan dari lembaga legislatif di provinsi dan kabupaten/kota. Hampir setiap bulan Badan Ketahanan Pangan mendapatkan kunjungan dari DPRD provinsi dan kabupaten/kota yang ingin mendiskusikan ketahanan pangan khususnya tentang kebijakan program dan kegiatan dan kelembagaan. 3. Kegiatan Vegetables Go To School (VGtS) merupakan kerjasama dengan AVDRC Taiwan dalam bentuk hibah. Kegiatan tersebut dalam bentuk penyusunan baseline data, selanjutnya Tim AVDRC Taiwan yang akan menyusun kajian dan analisis. C. Realisasi Anggaran Pada awal TA Badan Ketahanan Pangan (BKP) memperoleh alokasi anggaran senilai Rp Milyar untuk kegiatan di pusat. propinsi dan kabupaten/kota. Selanjutnya pada bulan Februari 2015 ada penambahan Milyar melalui refocusing kegiatan dan anggaran untuk kegiatan Percepatan Peningkatan Produksi Swasembada Padi, Jagung, dan Kedelai, sehingga pagu akhir anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 635,26 Milyar. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 65

76 Seluruh anggaran tahun 2015 dialokasikan dalam 154 satker,berupa : (a) Dana Sentralisasi di Pusat Rp. 114,88 Milyar atau persen; (b) Dana Dekonsentrasi (Dekon) di 34 propinsi Rp. 298,86 Milyar atau 46,57 persen; (c) Dana Tugas Pembantuan 2 (dua) provinsi dan 115 kabupaten/kota sebesar Rp. 193,27 Milyar atau 34,86 persen. Untuk kabupaten/kota yang tidak berdiri sendiri/satker mandiri. anggarannya masuk dalam provinsi melalui dana dekonsentrasi. Alokasi anggaran per kegiatan utama pada tahun 2015 sebelum dan sesudah refocusing adalah pada tabel 31 berikut ini : Tabel 31. Alokasi Anggaran Per Kegiatan Tahun 2015 (Rp. juta) NO Kegiatan PAGU AWAL REFOCUSING PAGU AKHIR Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan Pengembangan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya TOTAL Sumber : Badan Ketahanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 66

77 Tabel 32. Alokasi dan Realisasi Anggaran Lingkup BKP pada TA Setelah Refocusing. No Uraian Rp. Milyar Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % 1 Pusat 81,70 66,39 81,26 114,88 92,41 80,44 2 Daerah 378,27 352,82 91,14 520,37 471,26 90,56 a. Dekonsentrasi 298,86 277,98 93,01 b. Tugas Pembantuan 221,51 193,27 87,25 Provinsi 213,22 196,76 78,17 14,98 14,58 97,33 Kab/Kota 165,04 156,06 94,55 206,53 178,69 86,52 TOTAL 459,97 419,21 91,14 635,26 563,65 88,73 Sumber : SPAN 15 Januari 2016, Sumber data : SPAN dan Aplikasi PMK 249 Realisasi Anggaran Pengembangan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Tahun 2015 mencapai 88,73 persen. realisasi anggaran untuk bantuan sosial mencapai realisasi tertinggi sebesar 93,44 persen dan belanja pegawai mencapai realisasi terendah sebesar 74,87 persen. Realisasi anggaran menurut jenis belanja. seperti pada tabel 33 berikut ini : Tabel 33. NAMA SATKER Realisasi Penyerapan Anggaran BKP Pusat dan Daerah per Jenis Belanja pada TA BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL BELANJA BANSOS JUMLAH ANGGARAN PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % KANTOR PUSAT , , , ,43 DEKONSENTRASI , , ,01 TUGAS PEMBANTUAN , , , ,25 TP PROVINSI ,29 TP KABUPATEN ,89 TOTAL , , , , ,73 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 67

78 Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan oleh : 1. Revisi DIPA hingga ke 4 kali. terakhir 2 Juli Pedum Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat terbit 6 April Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran). 4. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan. 5. Penggunaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan Sistem Informasi Laporan bendahara Instansi (SILABI) menyebabkan banyak permasalahan pencairan anggaran. 6. Pegawai pindahan kurang memahami mekanisme pencairan anggaran dan adanya kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran; 7. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan; 8. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana Dekonsentrasi. 9. Tambahan sasaran APBN-P. 10. Sasaran harus berbadan hukum. 11. Satuan harga yang diterapkan sering tidak sesuai kebutuhan riil; 12. Sasaran tidak sesuai dengan Pedoman. 13. Lokasi sasaran LPM yang jauh dari penduduk. 14. Tehnologi pengolahan pangan. 15. Infrastruktur dan kondisi alam. Tabel 34. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun Rp. Milyar Tahun Renstra 618,97 722,27 829,86 940,92 635,26 Pagu 628,97 687,84 647,16 458,55 635,26 Realisasi 560,82 621,25 605,93 419,93 563,65 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 68

79 Rp. Miliyar Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 Realisasi Anggaran Tahun Renstra Pagu Realisasi Grafik 17. Realisasi Anggaran dibandingkan dengan Pagu Renstra dan Pagu Anggaran Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun D. Dukungan Instansi Lain. Keberhasilan pencapaian pembangunan ketahanan pangan nasional, dipengaruhi pula oleh peranserta unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan Kementerian lainnya, serta pemangku kepentingan lainnya yang peduli terhadap ketahanan pangan. Dukungan instansi tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 22 tahun 2009 dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor 43 Tahun 2009, instansi tersebut juga sebagai anggota Dewan Ketahanan Pangan. Adapun kegiatan instansi lain yang mendukung keberhasilan ketahanan pangan seperti pada lampiran 8. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 69

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Harga (Rp/Kg) LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 11.000 9.000 7.000 5.000 3.000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga GKP di Petani BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Nasional Tahun 2015, 4 Juni 2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Sekretaris Badan Ketahanan Pangan BADAN KETAHANAN

Lebih terperinci

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan e Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN I. EVALUASI e-proposal BKP 2016 II. RENJA 2016 Indikator Kinerja Program BKP 2016 Regulasi & Dasar Pertimbangan Arah Kebijakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010 Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan pangan

Lebih terperinci

B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n

B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n K E ME NT E R IAN PE R T ANIAN B ADAN K E T AHANAN PANG AN 2011 1 B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP Badan Ketahanan Pangan Tahun

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Jl. Panglima Batur Timur Banjarbaru Kalimantan Selatan Telp. 0511-4772471-4778047

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NO 1. Dipertahankannya ketersediaan pangan yang cukup, meningkatkan kemandirian masyarakat, pemantapan ketahanan pangan dan menurunnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh SAMBUTAN SEKRETARIS BADAN KETAHANAN PANGAN PADA ACARA WORKSHOP KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2015 Bali, 25 Juni 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua;

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN. Badan Ketahanan Pangan Tahun Kementerian Pertanian

LAPORAN TAHUNAN. Badan Ketahanan Pangan Tahun Kementerian Pertanian LAPORAN TAHUNAN Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 Kementerian Pertanian Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 1 ARAHAN UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN A. KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan OUTCOME Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2015 Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang telah selesai disusun.

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.11-/216 DS13-4386-848-854 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI FISIK KEGIATAN BKP April REALISASI (Rp) Mei Juni KETERANGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN Badan Ketahanan Pangan 2016

LAPORAN TAHUNAN Badan Ketahanan Pangan 2016 LAPORAN TAHUNAN Badan Ketahanan Pangan 2016 Gerakan Tanam Cabai Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... i iii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA.

SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN pada RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016 Surakarta, 29 s.d. 30 Oktober 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Ykh.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN REVISI 1 RENCANA STRATEGIS BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 2019 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011 KATA PENGANTAR Pemantapan ketahanan pangan memiliki arti strategis, karena: (1) pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi; (2) konsumsi pangan dan gizi yang berimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan SPM Bidang Ketahanan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan salah

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEMENTAN REALISASI KEGIATAN BKP REALISASI (Rp) KETERANGAN FISIK Januari

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT BADAN KETAHANAN PANGAN Garut, 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami persembahkan ke

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA. 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP)

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA. 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) Rencana strategis (Renstra) instansi pemerintah merupakan langkah awal

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 29 Februari 2016

Revisi ke 01 Tanggal : 29 Februari 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN PURWOREJO Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan Lampung Maju dan Sejahtera tidaklah mudah. Pembangunan ketahanan Pangan merupakan perwujudan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas, BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Permendagri No 54 Tahun 2010, Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT,

Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT, Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat (LKj BKP Sumbar) ini disusun sebagai salah satu perwujudan akuntabilitas atas pelaksanaan Visi, Misi, dan Pencapaian Sasaran

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAMBI Menimbang PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN KEBUTUHAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN.

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN KEBUTUHAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN. - 2-3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN REVISI RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN 2015-2019 PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN JAKARTA 2015 Renstra Pusat Pusat PKKP 2015-2019

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 01.a TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Kabupaten Lumajang sejalan dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi

Lebih terperinci

LAPORAN. (LKj-IP) KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN. (LKj-IP) KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj-IP) TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS KETAHANAN PANGAN Jl. A. Wahab Syahrani Sangatta 2017 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena

Lebih terperinci

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2014-2018 PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Lahat mempunyai peran

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH DISAMPAIKAN OLEH KEPALA BKP PROV SUMBAR PADA RAPAT KOORDINASI DEWAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT, PADANG 29 SEPTEMBER

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 Oleh Prof. Dr.Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Disampaikan pada (KIPNAS) Ke-10 diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain.

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain. Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Triwulan III Tahun 2015 A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun 1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Dalam rangka menetapkan arah dan acuan pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan Pangan Kabaupaten Musi Rawas dan menindaklanjuti

Lebih terperinci

BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya

BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN A. Sejarah Ringkas Badan Ketahanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya sebelum dilaksanakannya undang undang otonomi daerah merupakan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAERAH

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAERAH VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAERAH 1.1 Visi dan Misi Dinas Ketahanan Tujuan menetapkan Visi adalah : 1. Mencerminkan apa yang ingin dicapai oleh Dinas Ketahanan

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. ALAMAT Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 16 Januari 2017

Revisi ke 01 Tanggal : 16 Januari 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 15 Tahun

Lebih terperinci

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan I. Arahan UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan Masyarakat dan perseorangan yang sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjutan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

(%) 1% 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain

(%) 1% 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Triwulan IV Tahun 2015 A PENETAPAN KINERJA Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun I II III IV PELAKSANAAN 1% 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan

Lebih terperinci

Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Badan Ketahanan Pangan Triwulan II Tahun 2016

Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Badan Ketahanan Pangan Triwulan II Tahun 2016 Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Badan Ketahanan Pangan Triwulan II Tahun 2016 PENETAPAN KINERJA A Skor PPH Ketersediaan 89,71 % 1 Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan (Kawasan) 2 Jumlah

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 13 Maret 2018

Revisi ke 01 Tanggal : 13 Maret 2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 15 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan Badan Ketahanan Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pangan dan ketahanan pangan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN MELALUI DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS PANGAN LOKAL (ENBAL) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN MELALUI KONSEP RUMAH PANGAN LESTARI BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Sasaran 2 : Meningkatnya Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan

Sasaran 2 : Meningkatnya Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan Adapun upaya kedepan yang dilakukan untuk mengurangi daerah rawan pangan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah melakukan pemetaan terhadap desa-desa rawan pangan se Kalimantan Selatan. Peta ketahanan dan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 1.1. Latar Belakang Terselenggaranya Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E BUPATI BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 LOG O Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian Gedung A, Lantai 4, Ruang 442-447 Jalan Harsono RM No. 3 Ragunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TA. 2016

LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TA. 2016 LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TA. 2016 DINAS KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Menindaklanjuti Permendagri Nomor 54 Tahun 2010

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan esensial dan komoditas paling strategis dalam kehidupan manusia, pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi manusia. Ketahanan pangan berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Laporan Kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam

Lebih terperinci