VI. PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI"

Transkripsi

1 VI. PROGRAM PENGUAAN KELEMBAGAAN KOPERASI 6.1. Identifikasi Potensi Pengembangan Masyarakat (Penguatan Kelembagaan Koperasi dalam Masyarakat Pasca Konflik). Berdasarakan hasil pelaksanaan Praktek Lapangan satu dan Praktek Lapangan dua diperoleh berbagai informasi tentang potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya kapital dan sumber daya kelembagaan di desa uada yang menjadi potensi untuk pengembangan masyarakat khusunya pengembangan koperasi perikanan sihida ngone. Potensi pengembangan tersebut meliputi : a. Potensi sumber daya alam baik laut (perikanan) yang belum dimanfaatkan secara optimal dan potensi pertanian dan perkebunan juga belum di kelola secara optimal. b. ingkat Pendidikan anggota koperasi yang dapat dikatakan sedang (SO/SL P), namun ketrampilan dan pengalaman dalam berkoperasi yang masih kurang. c. Lembaga Koperasi Perikanan Sihida Ngone yang telah memiliki unit-unit usaha dan memiliki jumlah anggota 54 orang. d. radisi dan budaya masyarakat dengan semangat gotong royong berupa "babari" dalam kegiatan membangun rumah dan pengolahan pertanian dan perkebunan. Ini juga nampak pada acara pesta perkawinan, kematian atau acara ada!. Begitu pula dengan hubungan kekerabatan yang ada, memberi kemudahan bagi anggota koperasi untuk melakukan aktivitas berkoperasi. Hal ini merupakan modal sosial yang dapat dikembangkan dalam penguatan pertisipasi anggota koperasi. e. Perhatian Pemerintah Oaerah terutama Dinas Koperasi dan UKM yang setiap saat melakukan berbagai pembinaan terhadap lembaga-iembaga ekonomi desa. Dan berusaha menciptakan lingkungan usaha yang kondusif sehingga usaha-usaha koperasi dapat berjalan dengan baik yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi.

2 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion) yang dilakukan terdapat beberapa masalah dalam upaya penguatan kelembagaan koperasi yaitu : 1. Masih rendahnya pengetahuan dan pengalaman dalam berkoperasi. Sebagian besar anggota koperasi pernah menjalani pendidikan formal (SD/SL P). Namun dari pengetahuan dan pengalaman dalam berkoperasi masih sangat minim. 2. Keterbatasan unit-unit usaha yang dimiliki koperasi dalam memberikan kesempatan bagi anggota koperasi untuk terlibat dalam unit-unit usaha tersebut. Unit-unit usaha yang dimiliki koperasi perikanan sihida ngone yang diharapkan dapat memberi kesempatan bagi anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan usaha ternyata belum dapat menyediakan kesempatan. Ini disebabkan unit-unit usaha yang berjalan saat ini hanya dapat memberi peluang kerja pad a beberapa anggota koperasi. untuk itu dengan adanya unit-unit usaha baru dan dapat memberikan kesempatan kepada anggota koperasi akan berdampak pad keterlibatan anggota koperasi untuk berpartisipasi. 3. Modal usaha yang dimiliki koperasi masih terbatas sehingga untuk membiayai kegiatan koperasi masih terbatas. Ketersediaan modal bagi koperasi untuk mengembangkan usaha-usaha koperasi sangat terbatas. Pada awal koperasi di bangun modal yang didapat dari anggota koperasi baik simpanan wajib anggota maupun simpanan sukarela anggota koperasi sebesar Rp Modal ini digunakan untuk modal usaha Simpan Pinjam, Waserda, BBM dan Jasa ransportasi laut. 52

3 53 abel 2 : Permasalahan, sebab-sebab dan pemecahan permasalahan dalam penguatan partisipasi anggota koperasi. No Permasalahan Sebab-sebab Pemecahan Pengetahuan dan Ketrampilan dan pengalaman anggota koperasi rendah Keterbatasan unit-unit usaha Modal usaha terbatas Pelatihan dan penyuluhan Peningkatan pengetahuan dan kurang. ketrampilan 3n990t3 koperasi. Media informasi tentang Penyediaan informasi tentang koperasi tidak tersedia koperasi. Studt banding ke koperasi yang $udah maju Unit usaha yang ada Membuka unit usaha yang sekarang belum dapat dapat melibatkan anggota memberikan kesempatan koperasi. yang besar bagi anggota koperasi untuk terlibat. Kesadaran anggota untuk Menumbuhkan kesadaran menyimpan uang di keswadayaan modal koperasi untuk dijadikan Mencarai informasi dan modal kurang. melakukan kerjasama dengan Simpanan Sukarela yang pihak swasta dan perbankan tidak berjalan maksimal untuk mengakses modal usaha. Dari permasalahan yang berhasil diidentifikasi dan dianggap sebagai penyebab masalah yang menimbulkan akibat dan pengaruh terhadap keberlanjutan kelembagaan koperasi perikanan sihida ngone. Analisis permasalahan dapat dilihat pad a Gambar 3. Gambar 3 : Analisis Permasalahan Partisipasi anggota Illformasi tentang Simpanan sukarela koperasi menjadi kurang koperasi tidak tersedia anggota tidak maksimal i i i L i"- A K I B A Kurangnya pemahaman anggota dalam ber1<operasi /),. t t Pengetahuan, Ketrampilan Keterbatasan unit-unit Modal usaha dan pengalaman anggota usaha terbatas Koperasi rendah 5 E B A B

4 54 Dari analisis permasalahan, maka dapat ditetapkan skala prioritas permasalahan pokok penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik. ahapan anal isis permasalahan dilaksanakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh kelembagaan koperasi sehingga masalah yang muncul mengakibatkan partisipasi anggota koperasi menjadi kurang, informasi tentang koperasi tidak tersdia, simpanan anggota koperasi tidak maksimal. Berdasarkan analisi permasalahan, langkah selanjutnya dilaksanakan analisi tujuan yang dapat dijadikan pedoman dalam membuat rancangan program penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik, sehingga rancangan program yang dibuat mempunyai tujuan dan sasaran yang tepat. Analisis tujuan dimaksud dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 : Analisis ujuan dan Sasaran Meningkatnya partisipasi ersedianya informasi Meningkatnya simpanan anggota koperasi tentang koperasi sukarela anggota koperasi f f <> f H A S I L Kuatnya Kelembagaan Koperasi <> t t t Pelatihan bagi anggota Pengembangan unit-unit Peningkatan modal dan pengurus koperasi usaha koperasi usaha koperasi I N D A K A N Rumusan anal isis tujuan dibuat berdasarkan rumusan analisis masalah. ujuannya untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari rancangan program yang akan dibuat secara partisipatif. Dari tindakantindakan yang harus dilakukan melalui perancangan program yaitu pelatihan bagi anggota dan pengurus koperasi, pengembangan unit-unit usaha koperasi serta peningkatan modal usaha koperasi. Semua rancangan 54

5 55 program tersebut bertujuan untuk menguatkan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik yang akan menghasilkan peningkatan partisipasi anggota koperasi, tersedianya informasi tentang koperasi serta meningkatnya simpanan sukarela anggota koperasi. ahapan berikut yang dilakukan adalah melaksanakan analisis alternatif program berdasarkan rumusan analisis tujuan yang telah dibuat. Analisis alternatif kegiatan terse but dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Gambar 5 : Analisis Alternatif Kegiatan C H_A_S_I_L ~ Pelatihan bagi anggota dan pengurus koperasi i Pengembangan unit-unit usaha koperasi i Peningkatan modal usaha koperasi i Pelatihan dan penyuluhan bagi anggota koperasi Studi banding pada kopersi yang sudah maju Pembukaan unit usaha perikanan Mengangkat koordinator unit-unit usaha yang baru dikembang kan Kerjasama dengan pihak swasta dan perbankan Memotivasi anggota dalam meningkat kan simpanan sukarela CINDAKAN~ Sebelum dibuat rancangan program penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik, terlebih dahulu dilaksanakan analisis alterntif, yang bertujuan untuk memilih bebrapa program dari beberapa alternatif program yang ada. Hal ini dilakukan agar program pilihan anggota dan pengurus yang dirancang betul-betul merupakan program pilihan anggota dan pengurus. sehingga program penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik merupakan program yang partisipatif. Langkah selajutnya adalah menyusun matrik analisis pihak terkait. Dalam penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik 55

6 56 tentu tidak lepas dari keberadaan pihak-pihak terkait yang berkepentingan terhadap koperasi. Pihak-pihak yang terkait langsung dengan koperasi yaitu, pengurus koperasi, anggota koperasi, dinas koperasi, LSM Semang. abel3 : Analisis Pihak erkait dalam Penguatan Kelembagaan Koperasi No Peran yang Kekuatan Keterbatasan U pay a Peningkatan diharapkan peran lembaga 1 Pengurus Mendapat kepercayaan Memiliki kesibukan yang Pe[atihan bagi dari an990ta koperasi. tinggi dan belum pengurus dan berpengalaman dalam menunjuk manager mengelolah koperasi. koperasi sebagai pelaksana harian koperasi. 2 Anggota Keinginan yang kuat Pengetahuan terbatas Pelatihan dan untuk meningkatkan yang dimiliki a n990ta penyuluhan bagi I kesejahteraan koperasi an990ta koperasi. 3 Oinas I Sebagai pembina erbatasnya anggaran Memantau Koperasi i koperasi yang di sediakan perkembangan I pemerintah daerah. kegiatan koperasi. 4 LSM Semang Memiliki keahlian Memiliki kesibukan yang Memperbaiki dalam pengembangan tinggi. mekanisme kerja dan masyarakat. pengkaderan pendamping takal Penyusunan Program Penguatan Kelembagaan Koperasi Dalam Masyarakat Pasca Konflik. Penyusunan program ini dilaksanakan pada saat dalam bentuk FGD yang dihadiri oleh pengurus koperasi, badan pengawas koperasi, anggota koperasi, Dinas Koperasi dan UKM, serta LSM Semang salah satu LSM yang menjadi pendamping program-program koperasi di kabupaten Halmahera Bara\. Secara keseluruhan perserta diskusi berkepentingan dengan keberadaan Koperasi Perikanan Sihida Ngone di Desa uada dan mendukung rencana program penguatan partisipasi anggota koperasi. Para anggota dan pengurus merasa bahwa keberadaan Koperasi Perikanan Sihida Ngone mampu memberi kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya pad a khusunya dan masyarakal pad a umumnya. Sejalc didirikan koperasai ini pasca konflik horisontal di propinsi Maluku Utara, masyarakat 56

7 57 desa tuada terutama anggota koperasi tidak lagi mencari kebutuhan seharihari di ibukota kecamatan bahkan ibukota kabupaten. Hal ini disebabkan karen a unit usaha waserda yang dimiliki koperasi perikanan sudah dapat menyediakan berbagai kebutuhan pokok sehari-hari walaupun belum mencapai kapasitas yang besar. Peserta diskusi sepakat bahwa pengembangan ekonomi masyarakat melalui koperasi perikanan Sihida Ngone merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu peserta anggota koperasi dan pengurus berpendapat bahwa dalam upaya pengembangan kedepan Koperasi Perikanan Sihida Ngone harus terus mendapatkan dukungan dan pembinaan dari pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya. Hal ini disebabkan karena usia koperasi ini yang begitu muda sehingga perlu mendapat bimbingan dan pengarahan demi keberlanjutannya. Karena bercermin dari pengalaman pembentukan dua koperasi yang sebelumnya di bentuk di desa uada yang sampai sekarang keberadaannya tidak jelas. Berdasarkan potensi, permasalahan dan kebutuhan anggota koperasi Perikanan Sihida Ngone, peserta diskusi bersepakat untuk membuat program pengembangan koperasi. Keseluruhan proses pengambangan Koperasi Perikanan Sihida Ngone mulai dari identifikasi masalah dan potensi sampai pada pilihan strategi dan kegiatan penguatan kelembagaan koperasi adalah sebagai berikut : 57

8 58 abel 4: Rencana Program Penguatan Kelembagaan Koperasi. PRIORIAS PROGRAM KEGIAAN PENANGGUNG ALOKASI WAKU SRAEGI JAWAB DANA Pengembangan Pengetahuan Anggola Membuat Kurikulum Dinas Koperasi, LSM Koperasi Me; Usaha Yang Koperasi yang berbasis Pelatihan Pengurus Koperasi Mensejahtrakan komunitas Mengadakan Pelatihan bagi Anggota Koperasi an990ta Koperasi Manajemen Usaha yang Pengalokasian Dana untuk Pengurus Koperasi Koperasi dan Mei - Des dimiliki Koperasi. Unit Usaha. Dana Bantuan Pengangkatan koordinator Pengurus Koperasi unit usaha. Pemanfaatan Penyediaan Kebutuhan Pengurus Koperasi Koperasi Maret - Des sumberdaya Koperasi. an990 ta koperasi melalui unit- unit usaha. Pemberian imbalan dalam Pengurus Koperasi Koperasi Jul; bentuk beasiswa bagi anak anggola koperas;, Membangun Komunikasi 1. Membuat Proposal Pengurus Koperasi Oana 8antuan ahun Multipihak kerjasama dengan Pemda. 2005/2006 Swasta dan Perbankan Dalam upaya pengembangan koperasi dalam kaitannya dengan penguatan kelembagaan koperasi, maka prioritas strategi adalah pengembangan usaha yang mensejahterakan anggota koperasi. Namun untuk dapat mencapai strategi ini maka dibutuhkan bebrapa program sebagai berikut: a. Pengetahuan Anggota Koperasi yang Berbasis Komunitas. Untuk melakukan pengembangan usaha koperasi yang mensejahterakan anggota, salah satu program yang dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan anggota koperasi yang berbasis komunitas, ini dilakukan untuk memberikan kesadaran dan pemahaman kepada anggota koperasi akan arti pentingnya berkoperasi bagi anggota koperasi. Oleh sebab itu dibutuhkan sosialisasi dalam bentuk pelatihan yang diikuti seluruh anggota koperasi. Pelatihan ini akan di laksanakan oleh pengurus koperasi dengan melibatkan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten sebagai instruktur. etapi sebelum pelatihan di laksanakan pengurus bersama-sama dengan pinak Oinas Koperasi dan UKM melakukan penggajian terhadap kurikujum yang akan di berikan pada saat pelatihan berlangsung. 58

9 59 Ada tidaknya kemampuan anggota koperasi untuk berperan serta terhadap koperasinya dipengaruhi adanya bimbingan dari pengelola koperasi. Dalam hal ini bimbingan diimplementasikan dalam bentuk penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi anggota dengan berpijak pad a aspek pertama; Merubah pola pokir, sikap dan perilaku, kedua; meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, ketiga; meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan kewirakoperasian (Nasution, 2002). Diharapakan dengan pelatihan yang diikuti anggota koperasi akan memberi pengetahuan dan nuansa baru bagi anggota koperasi dalam memahami arti pentingnya keterlibatan mereka mulai dari menyusun rencana program atau kegiatan koperasi sampai dengan evaluasi kegiatan koperasi. Disamping itu anggota koperasi juga akan memiliki kemampuan mengimplementasikan secara operasional pengertian bahwa anggota koperasi adalah pemilik sekaligus juga pengguna jasa dan produk koperasinya. Hal ini akan terwujud jika anggota menunjukkan sikap loyal atau sense of bilonging kepada koperasinya. b. Manajemen Usaha Yang dimiliki Koperasi. ujuan usaha koperasi ditentukan oleh anggota, sehingga usaha koperasi tidak melenceng dari usaha sebagian besar anggota. Pada koperasi, anggota merupakan pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Mengembangkan unit usaha koperasi dilakukan dalam upaya untuk mengaktifkan unit-unit usaha yang dimiliki koperasi. Salah satu kendala yang sangat dirasakan adalah manajemen usaha yang dimiliki koperasi masih belum optimal hal ini terlihat dari kemampuan dan pengetahuan penangung jawab unit-unit usaha koperasi, disamping itu keterbatasan modal bagi koperasi untuk mengembangkan unit-unit usaha yang telah ada. Dan salah satu unit usaha yang menjadi perhatian anggota adalah unit usaha perikanan yang sampai dengan sa at ini belum di jalankan. Dari hasil diskusi yang dilakukan sebagian besar anggota menginginkan agar unit usaha perikanan yang harus menjadi prioritas dan menjadi ujung tombak koperasi perikanan sihida ngone. Ada juga beberapa anggota koperasi yang dari perserta diskusi yang menyarankan untuk agar satu unit transportasi laut angkutan barang yang ada untuk dijadikan sebagai alat penangkap ikan. 59

10 60 Dengan keterbatasan modal yang dimiliki, pengurus koperasi harus dapat mencari alternatif pendanaan untuk membiayai unit usaha yang dimiliki Koperasi Perikanan Sihida Ngone yang sampai dengan saat ini belum di operasionalkan di antaranya unit usaha perikanan laut dan perikanan darat. Untuk itu pengurus harus dapat membangun jaringan baik dengan pemerintah daerah, swasta maupun pihak perbankan sehingga dengan jaringan yang ada pihak koperasi dapat membangun kerjasama untuk mendapatkan modal dalam membiayai unit-unit usaha yang akan di kembangkan koperasi. Unit-unit usaha yang akan dikembangkan diharapkan nantinya dapat memberi peluang bagi anggota koperasi untuk terlibat dalam unit-unit usaha tersebut. Dengan keterlibatan anggota koperasi dalam unitunit usaha yang ada maka akan menjadi motivasi dalam berpartisipasi di setiap program atau kegiatan koperasi. c. Pemanfaatan Sumber Daya Koperasi. Pelayanan kepada anggota merupakan salah satu ciri utama koperasi. Pelayanan kepada anggota bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, yang pada gilirannya harus dapat memberikan manfaat keuangan, manfaat kesejahteraan dan manfaat sosial kepada anggota dan masyarakat sekitarnya. Koperasi dapat dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya melalui pemberian added value yang diperoleh melalui peran serta dan transaksi para anggota dengan koperasinya. Hal ini sejalan dengan tujuan hakiki yang ingin dicapai koperasi, yaitu meningkatkan kesejahteraan seluruh anggotanya. Disamping itu peningkatan kesejahteraan anggota koperasi tidak terlepas dari peran dan kemampuan koperasi dalam memotivasi anggota untuk berperan serta dan melakukan transaksi terutama dalam kegiatan usaha koperasi. Dalam hal ini, makin kecil peran koperasi maka makin kecil pula kemempuan koperasi mensejahterakan anggotany?l, dan dampaknya tingkat kesejahteraan anggota akan menjadi kendala bagl koperasi dalam upaya menumbuhkan peran serta anggota terhadap koperasinya. Dengan adanya kemampuan pengurus dalam memotivasi anggota untuk berperan serta aktif, antara lain melalui transaksi anllgota dengan 60

11 61 koperasi dan pelayanan lainnya, berarti kebutuhan anggota baik barang maupun jasa sudah terpenuhi dengan baik oleh koperasi. Dari kegiatan transaksi dan peran serta, anggota akan memperoleh peningkatan kesejahteraan, baik dalam bentuk pendapatan yang diperoleh dari SHU maupun nilai tambah lainnya yang sangat bermanfaat bagi kegiatan ekonomi anggota dan keluarganya. Dari hasil diskusi yang dilakukan anggota koperasi berpendapat bahwa peningkatan kesejahteraan ini juga akan dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki koperasi. Dimana kebutuhan anggota koperasi akan di sediakan melalui unit-unit usaha yang dimiliki koperasi. Kemudian imbalan yang diperoleh akan dimanfaatkan dalam bentuk pemberian beasiswa kepada anak-anak dari anggota koperasi yang sedang studi baik pada tingkat SD, SL P dan SMU. d. Membangun Komunikasi Multipihak Berbagaf kendala yang dihadapi koperasi perikanan sihida ngone tidak mungkin dapat diatasi sendiri oleh pengurus maupun anggota koperasi. Salah satu jalan keluar yang dilakukan adalah dengan membangun komunikasi dengan berbagai pihak yang punya keberpihakan terhadap pengembangan koperasi. Komunikasi multipihak ini dibangun dalam kerangka mempermuda akses koperasi untuk memperoleh modal dalam membiayai program/kegiatan koperasi. Komunikasi multipihak di bangun dengan pihak pemerintah, swasta (perbankan), dan lembaga-iembaga swadaya. Komunikasi antar koperasi dan pihak pemerintah sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap pembinaan dan pengembangan sumber daya yang dimiliki koperasi maupun peluang pemberian modal oleh pemerintah. Pengembangan sumber daya manusia (struktur dan AR) yang dilakukan pemerintah dalam bentuk pelatihan yang melibatkan koperasi dapat menjadi media bagi koperasi dalam melakukan pengembangan usaha koperasi. Membangun komunikasi dengan pihak perbankan (sawasta), dilakukan untuk mempermudah koperasi dalam mengakses modal sehingga usahausaha koperasi dapat berjalan sesuai dengan harapan anggota dan pengurus koperasi. Dalam kurun waktu kurang lebih 5 (lima) tahun, modal adalah salah 61

12 62 satu faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan usaha koperasi. Untuk itu dengan komunikasi yang dibangun antara pihak koperasi dengan perbankan diharapkan dapat membuka akses dalam memperoleh modal. Komunikasi multipihak juga dibangun dengan lembaga-iembaga swadaya yang berpihak pad a pengembangan koperasi harus dilakukan. Ini terkait dengan berbagai program-program pendampingan yang dilakukan lembaga swadaya dalam upaya mendorong anggota dan pengurus untuk meningkatkan kinerja mereka. Pendampingan yang dilakukan adalah penataan manajemen administrasi koperasi, mendorong peranserta anggota dalam kegiatan-kegiatan koperasi, membuka jaringan dengan lembagalembaga donor baik pemerintah, swasta, dan perbankan. 62

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik sosial yang terjadi di penghujung tahun 1999 di berbagai wilayah Propinsi Maluku Utara telah menghancurkan berbagai tatanan kehidupan sosial ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

V. KINERJA KOPERASI PERI KANAN SIHIDA NGONE Mekanisme Penguatan Koperasi Perikanan Sihida Ngone

V. KINERJA KOPERASI PERI KANAN SIHIDA NGONE Mekanisme Penguatan Koperasi Perikanan Sihida Ngone V. KINERJA KOPERASI PERI KANAN SIHIDA NGONE 5.1. Mekanisme Penguatan Koperasi Perikanan Sihida Ngone 5.1.1. Sejarah Pendirian Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada (selanjutnya di sebut KOPERIK) mulai

Lebih terperinci

5 Jaring Dampar 4. 7 Tambak Ikan Rumpun 5. 6 Jaring Lingkar 20

5 Jaring Dampar 4. 7 Tambak Ikan Rumpun 5. 6 Jaring Lingkar 20 V. PETA SOSAL MASYARAKAT TUADA 4.1. Mata Pencarian Masyarakat Pasca Konflik. Desa Tuada merupakan salah satu desa dari 27 desa yang berada di wilayah kecamatan Jailolo dan secara geografis berada di wilayah

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. 4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : (1) Profil koperasi wanita secara nasional per tanggal 26 Desember 2006 adalah : Jumlah

Lebih terperinci

BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM

BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM BAB X PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM KUMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN SDM Indonesia memerlukan tambahan sekitar 20 juta unit usaha baru di luar sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan BAB 6 PENUTUP Bab ini, secara singkat akan menyimpulkan dan juga saran mengenai temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan di NTT dan apa faktor penghambat pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Lampiran 4. Matrik Program Pengembangan Kewirausahaan dan SDM

Lampiran 4. Matrik Program Pengembangan Kewirausahaan dan SDM Lampiran 4. Matrik Program Pengembangan Kewirausahaan dan SDM SASARAN 1. Setiap aktif harus melaksanakan peran bagi nya 2. Sosialisasi 3. Monitoring dan evaluasi 50% 4. Fasilitasi TOT 2000 orang instruktur

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG 48 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG Berdasarkan data baik masalah maupun potensi yang dimiliki oleh kelompok, maka disusun strategi program

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK PEMBAHASAN UMUM Temuan yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya memperlihatkan bahwa dalam menghadapi permasalahan PBK di Kabupaten Kolaka, pengendalian yang dilakukan masih menumpu pada pestisida sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program

Lebih terperinci

Development merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja,

Development merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja, BAB II KERANGKA KONSEP PENGEMBANGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada pertumbuhan dalam mengejar ketertinggalannya dari negara-negara kapitalis maju

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian 34 III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Kajian ini menggunakan tindak eksplanatif. Tindak eksplanatif adalah suatu kajian yang menggali informasi dengan mengamati interaksi dalam masyarakat. Interaksi yang

Lebih terperinci

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

BAB III Tahapan Pendampingan KTH BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR

Lebih terperinci

(3) Penulis mempunyai pengalaman yang cukup dalam mengenal wilayah serta

(3) Penulis mempunyai pengalaman yang cukup dalam mengenal wilayah serta BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Kajian ivieiode kajian yang digullakan adaiah kajian komuniias ekspianasi, yaiiu pencarian pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang berbagai aspek... C'nc:-i"::)l v...,...,

Lebih terperinci

VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG

VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG 126 VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG 8.1 Pembelajaran Dari Sistem Lelang Lebak Lebung Berdasarkan data dan informasi yang didapatkan

Lebih terperinci

Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan)

Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan) Terms of Reference (TOR) Program Pilot Pengembangan Ekonomi (Pendampingan Kewirausahaan) Program Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan dan Keluarganya di Daerah Asal Kerjasama: Badan Nasional Penempatan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA

BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA 91 BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA Kegiatan KT dalam mengatasi permasalahan generasi muda dilaksanakan melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Program pembangunan wilayah pedesaan yang berlangsung di Dusun Indrakila, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang telah memperlihatkan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU). Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

VI. PROGRAM DAN STRATEGI PENANGANAN

VI. PROGRAM DAN STRATEGI PENANGANAN VI. PROGRAM DAN STRATEGI PENANGANAN A. Landasan Pemikiran Permasalahan keluarga miskin merupakan masalah kompleks sehingga perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil laporan, deskripsi dan pembahasan penelitian pada bab IV mengambil kesimpulan sesuai dengan data dan fakta yang diteliti. Maka pada bab V ini dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional dan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan dan memperkuat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PELAKSANAAN APBD TA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PELAKSANAAN APBD TA KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PELAKSANAAN APBD TA 2015 Program : Program Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi Kegiatan : Kegiatan Peningkatan Pelayanan Mutu Usaha 1. Visi dan Misi SKPD a. Visi Terwujudnya

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012 Halaman : i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara merupakan bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan sumberdaya sesuai dengan kewenangan atau mandat

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA) ekonomi untuk ibu dari anak-anak balita tersebut. Anak-anak Balita mengikuti PAUD dan ibunya mengikuti kursus atau latihan ketrampilan. Dalam satu atau dua bulan anak-anak sudah makin berani sendiri bersama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEEN HALMAHERA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, pencapaian tujuan pembangunan nasional diprioritaskan untuk terwujudnya Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PEREKONOMIAN BERBASIS KERAKYATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 30 METODOLOGI PENELITIAN Metode Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pilihan strategi studi kasus. Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Koperasi Surya Mandiri. Koperasi Surya Mandiri memiliki tujuan mensejahterakan para

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Koperasi Surya Mandiri. Koperasi Surya Mandiri memiliki tujuan mensejahterakan para BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Koperasi Surya Mandiri Koperasi Surya Mandiri memiliki tujuan mensejahterakan para sopir yang bekerja bekerja sebagai sopir angkutan umum. Koperasi Surya Mandiri Surabaya,

Lebih terperinci

PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA

PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA 98 PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA Sumaryadi (2005), menyatakan bahwa perencanaan adalah salah satu fungsi dari seluruh proses manajemen untuk pencapaian tujuan tertentu. Prinsip

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Bagian ini menjelaskan mengenai kesimpulan dalam penelitian, berdasar pada pertanyaan penelitian serta pembahasan penelitian. Berikut hasil penelitian yang dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran Pada Bab terakhir ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dan saran berkaitan dengan penelitian yang telah dibuat. Kesinpulan berisi tentang hasil dari peneletian yang dilakukan.

Lebih terperinci

BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH

BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH BAB VII ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH 7.1. Isu Strategis Berbagai masalah yang dialami oleh miskin menggambarkan bahwa kemiskinan bersumber dari ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dalam memenuhi

Lebih terperinci

PROFILE DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

PROFILE DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH PROFILE DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH VISI DAN MISI DAERAH KABUPATEN KARAWANG Visi Daerah Kabupaten Karawang : Visi Kabupaten Karawang adalah Karawang yang sejahtera berbasis Pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Kementerian Pertanian 2012

Kementerian Pertanian 2012 ANALISIS PERILAKU PETANI DALAM MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM PADA BERBAGAI AGROEKOLOGI DI MALUKU UTARA Peneliti: Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, M.Si. Miskat Ramdani, SP, MSi Ahmad Yunan Arifin, SPt, MSi Hermawati

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT Latar Belakang POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT 1. Sekitar 60 70 % penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, maka Pembangunan Perdesaan harus mendapat prioritas yang tinggi

Lebih terperinci

BAGIAN KESATU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KESATU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 2004 BAGIAN KESATU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI TABALONG KEPUTUSAN BUPATI TABALONG NOMOR : / 136 /2013 TENTANG

BUPATI TABALONG KEPUTUSAN BUPATI TABALONG NOMOR : / 136 /2013 TENTANG BUPATI TABALONG KEPUTUSAN BUPATI TABALONG NOMOR : 188.45 / 136 /2013 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI DAN TIM SEKRETARIAT JARINGAN PENELITIAN KABUPATEN TABALONG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI TABALONG, Menimbang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Halmahera Utara adalah salah satu kabupaten yang berada di Proponsi Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Utara sendiri merupakan hasil pemekaran dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali. terutama organisasi yang sudah berbadan hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali. terutama organisasi yang sudah berbadan hukum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali yang kita ingat adalah penerapan GCG dalam perusahaan swasta atau BUMN. Namun pada realitanya,

Lebih terperinci

BAB IV P E N U T U P A. KESIMPULAN

BAB IV P E N U T U P A. KESIMPULAN BAB IV P E N U T U P A. KESIMPULAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Pontianak Tahun 2015 pada dasarnya merupakan bentuk pertanggungjawaban

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas

Lebih terperinci

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab VII di dalam penelitian ini memaparkan ringkasan, simpulan, keterbatasan, dan rekomendasi penelitian. 7.1 Ringkasan SAKIP merupakan sistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA BINA DESA (MAUBISA)

PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA BINA DESA (MAUBISA) PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA BINA DESA (MAUBISA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KOPERTIS WILAYAH V DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA JALAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Afiffudin (2010:42) yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62 BAB VI PENUTUP 6.1 Rencana Kerja Untuk mewujudkan Visi Penataan Lingkungan Permukiman Desa Jipang yaitu terwujudnya Desa Jipang yang sehat, berkembang dan berbudaya maka lembaga lembaga masyrakat beserta

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kekuatan yang dimiliki oleh kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di desa Hambapraing, sehingga dapat bertahan sampai sekarang adalah, kekompakan kelompok, suasana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2015 sampai 03 Maret 2016, bertempat di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( ) PERENCANAAN PARTISIPATIF Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry (2013280004) Pengertian Perencanaan Adapun definisi perencanaan menurut para ahli antara lain sebagai berikut : Perencanaan adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) I. SOSIALISASI Sebelum suatu PKBM didirikan di suatu komunitas/kampung/desa perlu dilakukan sosialisasi PKBM kepada seluruh

Lebih terperinci

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat pada awal Tahun 2012 telah melaksanakan pertemuan internal membahas rencana strategis (Renstra) 2011-2015 dan

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci