BAGIAN I. PENDAHULUAN
|
|
- Glenna Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan dampak yang positif, baik bagi masyarakat lokal, Pemerintah Daerah maupun bagi kepentingan nasional secara keseluruhan. Namun demikian dalam pelaksanaannya di lapangan, kendala dan hambatan dalam berbagai variasi selalu dihadapi. Kendala dan hambatan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan terjadinya konflik terutama dengan masyarakat lokal. 2. Pada beberapa tahun belakangan ini ada kecenderungan bahwa permasalahan yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia berkaitan dengan masalah komunitas masyarakat lokal cenderung meningkat. Disadari bahwa terjadinya masalah (konflik) dapat menjadi suatu hambatan yang sangat mengganggu kinerja. 3. Kesadaran kolektif yang terbangun oleh karena tinggi dan bebasnya arus informasi selama ini telah menimbulkan berbagai permasalahan di sektor ketenagalistrikan. Disamping itu, isu-isu mengenai lingkungan hidup, demokratisasi, dan hak asasi manusia sangat berpengaruh terhadap sektor ketenagalistrikan. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
2 4. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meniadakan atau setidaknya mengurangi hambatan-hambatan tersebut di atas dapat dilakukan melalui program Community Development. Namun demikian perlu disadari bahwa community development ini bukan sebagai wahana untuk meredam tuntutan masyarakat lokal. B. Pengertian Community Development 5. Definisi atau pengertian tentang community development telah banyak dikemukakan, di antaranya adalah : Arief Budimanta (ICSD) mendefinisikan pengembangan masyarakat (Community Development) adalah kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan sehingga masyarakat menjadi mandiri dan kualitas kehidupan menjadi lebih baik. United Nation Bureau of Social Affairs mendefinisikan community development adalah suatu proses pengembangan sosial-ekonomi masyarakat yang didasarkan pada partisipasi aktif masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Amri Mazali mengemukakan bahwa community development adalah sebuah proses sosial di mana manusia dapat menjadi lebih kompeten untuk hidup dengan dan mempunyai sejumlah kontrol atas sumber daya lokal. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
3 Prof. Surna T Djajadiningrat mengemukakan bahwa community development bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat di mana transformasi sosial dapat berlangsung secara berkelanjutan. 6. Dari definisi-definisi di atas dapat disarikan bahwa pada dasarnya community development adalah upaya pemberdayaan untuk mendukung kesejahteraan dan kemandirian masyarakat secara berkelanjutan. C. Community Development Sektor Ketenagalistrikan 7. Sektor ketenagalistrikan sudah sejak lama melaksanakan program community development, namun pelaksanaannya belum terstruktur dengan baik dan tidak sinergi dengan kebutuhan masyarakat. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan masih bersifat hadiah (charity) seperti pemberian bantuan untuk korban bencana alam, bantuan pembangunan sarana ibadah, bantuan bea siswa dan lain sebagainya. 8. Konsep charity dalam pelaksanaan community development sektor ketenagalistrikan sudah tidak memadai lagi, karena tidak melibatkan kemitraan antara perusahaan dengan stakeholders lainnya. Di masa depan, community development sektor ketenagalistrikan diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat local dan kemitraan (partnership) dengan pendekatan partisipatif (bottom-up) sehingga jenis kegiatannya sesuai dengan kebutuhan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
4 masyarakat. Namun demikian, kegiatan yang bersifat charity masih tetap diperlukan tetapi porsinya dikurangi. 9. Community Development sektor ketenagalistrikan merupakan suatu tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) yang diperlukan guna menciptakan keseimbangan dan keberlanjutan hidup dan jalinan kemitraan timbal balik antara perusahaan dan stakeholders. 10. Dengan demikian, secara substansial kegiatan community development sektor ketenagalistrikan harus merupakan salah satu bagian dari aktifitas bisnis yang harus dilaksanakan sebagai suatu syarat perlu (necessary condition) bagi terciptanya iklim bisnis yang sehat. Konsep community development sektor ketenagalistrikan harus dikembangkan menjadi suatu konsep penyelarasan hubungan antara pelaku usaha sektor ketenagalistrikan, Pemerintah Daerah, dan masyarakat lokal. Program Community Development diharapkan akan menjadi bagian asuransi sosial (social insurance) yang akan menghasilkan keharmonisan dan persepsi masyarakat yang baik terhadap keberadaan perusahaan. 11. Community development bersifat site spesific. Kondisi sosial-ekonomi daerah dan karakteristik usaha akan membawa implikasi kepada strategi dan teknik pelaksanaan program yang dilakukan di lapangan. Dengan demikian, pelaksanaan community development sektor ketenagalistrikan akan berbeda dengan community development sektor migas dan pertambangan. Industri ketenagalistrikan berbeda dengan sektor pertambangan dan migas karena pada umumnya sektor ketenagalistrikan tidak Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
5 mengeksploitasi sumber daya alam seperti yang terjadi pada industri pertambangan dan migas. 12. Program-program community development sektor ketenagalistrikan harus dimaknai juga sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kesenjangan struktural yang timbul antara masyarakat dengan perusahaan dan mencegah terjadinya konflik. 13. Dengan adanya program community development, sektor ketenagalistrikan akan memperoleh beberapa manfaat, di antaranya adalah : Perusahaan akan memperoleh informasi dini tentang masalah-masalah yang mungkin timbul; Dapat menghindari terjadinya konflik dengan masyarakat lokal ataupun Pemerintah Daerah; Dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik; dan Hubungan kerja perusahaan dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat lokal terjalin dengan baik. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
6 D. Visi dan Misi Visi 14. Visi Community Development Sektor Ketenagalistrikan adalah membantu terwujudnya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sekitar perusahaan ketenagalistrikan secara berkelanjutan. MISI 15. Berdasarkan visi tersebut di atas, misi community development sektor ketenagalistrikan adalah : memberikan nilai positif kepada masyarakat sekitar perusahaan ketenagalistrikan; Mencegah sedini mungkin kemungkinan terjadinya konflik sosial antara masyarakat dengan perusahaan ketenagalistrikan; Meningkatkan harmonisasi hubungan antara perusahaan ketenagalistrikan, masyarakat sekitar dan Pemerintah Daerah setempat; dan Meningkatkan citra dan performa sektor ketenagalistrikan dalam rangka pelayanan publik yang lebih baik. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
7 E. Tujuan 16. Tujuan dilaksanakannya community development sektor ketenagalistrikan adalah : mengembangkan dan meningkatkan kualitas sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar wilayah usaha penyediaan tenaga listrik; mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana masyarakat di wilayah sekitar perusahaan penyedia tenaga listrik yang didasarkan pada skala prioritas dan potensi wilayah; mengembangkan potensi kewirausahaan yang didasarkan pada potensi sumberdaya lokal; mengembangkan kelembagaan lokal di sekitar wilayah industri ketenagalistrikan; dan Meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan, masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. F. Sasaran 17. Sasaran community development sektor ketenagalistrikan adalah : terjalinnya hubungan yang harmonis dan kondusif antara perusahaan ketenagalistrikan dengan masyarakat lokal, Pemerintah Daerah dan stakeholders lainnya; Meningkatnya citra dan performa sektor ketenagalistrikan sehingga masyarakat merasa ikut memiliki sektor ketenagalistrikan; dan Meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
8 BAGIAN II. PELAKSANAAN A. Metode 18. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan community development sektor ketenagalistrikan adalah metode partisipatif. Yang dimaksud dengan metode partisipatif adalah suatu cara untuk menumbuhkembangkan potensi daerah (sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan) yang ada secara swadaya agar masyarakat dapat meningkatkan kemampuan, penghasilan dan kemakmuran secara berkelanjutan. 19. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatanpendekatan terhadap pemimpin formal (kepala desa, pamong desa dan sebagainya), pemimpin non-formal (tokoh masyarakat) dan pendekatan langsung kepada masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat dan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 20. Ada beberapa teknik pendekatan partipasi yang dapat digunakan dalam community development, di antaranya adalah metode Riset Aksi secara Partisipatif (Participatory Action Research). 21. Metode pendekatan ini merupakan gabungan antara kegiatan penelitian atau riset konvensional dengan kegiatan aksi pengembangan. Suatu kegiatan penelitian yang Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
9 rekomendasinya disusun bersama-sama masyarakat yang kemudian menjadi dasar untuk menyususun kegiatan aksi pembangunan bersama-sama masyarakat. 22. Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan community development sektor ketenagalistrikan adalah : Berbasis masyarakat (community based) yaitu masyarakat bertindak sebagai subjek dalam perencanaan dan pelaksanaan; Berbasis sumberdaya setempat (local resource based) yaitu kegiatan yang dilakukan harus mengutamakan pemanfaatan sumberdaya setempat dan penggunaan tenaga lokal; Berkelanjutan (sustainable) yaitu program community development harus berfungsi sebagai penggerak awal dalam pembangunan masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan; dan Community development yang dilakukan harus sejalan dengan program pembangunan Pemerintah Daerah setempat. B. Prinsip-prinsip 23. Asas community development sektor ketenagalistrikan adalah dari-oleh-dan untuk masyarakat. Artinya program yang dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dilaksanakan semaksimal mungkin dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Dengan arti lain, kegiatan community development sektor ketenagalistrikan bukan hadiah perusahaan kepada masyarakat tetapi kegiatan masyarakat yang dibantu oleh perusahaan. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
10 24. Titik berat program community development sektor ketenagalistrikan adalah pemberdayaan masyarakat dengan prinsip kemitraan yang berfungsi sebagai penggerak awal (prime mover) dalam pembangunan ekonomi rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. 25. Untuk itu prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengelolaan community development adalah : demokratis, yaitu setiap pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat; transparan, yaitu pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka sehingga dapat diketahui secara luas oleh masyarakat; akuntabilitas, yaitu pengelolaan program harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan finansial; dan responsif, yaitu pemilihan kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat 26. Program community development di suatu wilayah dapat dilakukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : Adanya keinginan dan kebutuhan dari sebagian besar masyarakat lokal; Adanya dukungan sosial kapital masyarakat; Adanya peranserta masyarakat yang maksimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pemantauannya; dan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
11 Adanya program pengembangan dari Pemda setempat, yaitu program community development harus sinergi dengan program Pemerintah Daerah setempat C. Program 27. Program community development sektor ketenagalistrikan difokuskan pada upaya pemberdayaan masyarakat lokal dan program kemitraan yang melibatkan segenap stakeholder. Bentuk kegiatan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sejalan dengan program pembangunan daerah. 28. Program community development yang dilakukan pada dasarnya meliputi empat aspek, yaitu : fisik, seperti pembangunan prasarana fisik berupa pemasangan pembangkit listrik dengan memanfaatkan potensi energi setempat, pembangunan jalan, rumah ibadah sosial, dan sarana lainnya yang dibutuhkan masyarakat; sumberdaya manusia, seperti pemberian bea siswa, capacity building, peningkatan pengetahuan siswa dan mahasiswa di bidang ketenagalistrikan dan lain sebagainya; ekonomi, seperti pengembangan usaha kecil dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam setempat; dan sosial-budaya, seperti pelestarian budaya setempat, peningkatan kesehatan masyarakat dan lain sebagainya. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
12 29. Tahap-tahap kegiatan program community development sektor ketenagalistrikan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : Identifikasi program Perancangan program Penilaian Program Persetujuan. Pelaksanaan Evaluasi 30. Identifikasi program dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat, Pemerintah Daerah dan Divisi Community Development Perusahaan. Hasil dari identifikasi ini adalah skala prioritas program yang akan dilaksanakan dan sumber-sumber pendanaan program yang mungkin dapat diperoleh. 31. Kepada kelompok-kelompok masyarakat yang akan mengajukan program community development diberikan panduan mengenai rancangan program yang meliputi : proposal yang harus diajukan pagu dana yang dapat diberikan tipe-tipe program yang akan digulirkan skala waktu penerimaan proposal sampai dengan proposal disetujui Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
13 32. Rancangan program yang dibuat oleh kelompok masyarakat sekurang-kurangnya harus berisikan : tujuan program kegiatan yang akan dilakukan hasil yang diharapkan sumber daya yang digunakan dana yang dibutuhkan 33. Penilaian program dilakukan oleh suatu Tim berdasarkan pada kriteria dan indikator yang telah disepakati. Apabalia program yang diajukan tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, perusahaan dapat menolak program yang diusulkan. 34. Hasil dari penilaian adalah merupakan persetujuan bahwa program tersebut dapat disetujui untuk dijalankan termasuk didalamnya persetujuan tentang pendanaan dan lembaga-lembaga yang akan terlibat. 35. Pelaksanaan program dimulai setelah naskah perjanjian ditandatangani. Dalam pelaksanaan program ini harus dilakukan pemantauan oleh Tim dan Stakeholder secara periodik. Hasil pemantauan dijadikan acuan dalam kegiatan evaluasi program lainnya. 36. Evaluasi program dilakukan ketika program tersebut selesai dilaksanakan. Hasil evaluasi ini merupakan umpan balik untuk program-program selanjutnya. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
14 37. Kegiatan program community development dinyatakan berakhir apabila kegiatannya sudah selesai atau dibatalkan oleh pihak perusahaan karena suatu alasan yang kuat. Pembatalan kegiatan ini harus dilaporkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Cq. Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi dan Pemerintah Daerah setempat. 38. Suatu kegiatan community development tidak memenuhi syarat untuk dilaksanakan apabila bertentangan dengan program pembangunan daerah dan pelaksanaannya dipindahtangankan atau dikerjasamakan dengan pihak lain tanpa persetujuan perusahaan dan Pemerintah Daerah. D. Kelembagaan 39. Community Development Sektor Ketenagalistrikan dilaksanakan oleh perusahaan ketenagalistrikan dan masyarakat setempat, sedangkan Pemerintah berperan sebagai fasilitator antara kepentingan perusahaan dan masyarakat. 40. Untuk melaksanakan perogram Community Development dibentuk organisasi yang dapat berbentuk komisi yang beranggotakan wakil-wakil perusahaan, masyarakat dan Pemerintah Daerah. 41. Organisasi yang dibentuk mempunyai fungsi sebagai koordinator dari seluruh kegiatan yang diajukan oleh masyarakat; forum konsultasi dan penentuan program yang akan dilaksanakan; dan sebagai pengawas atas pelaksanaan program yang sedang berjalan. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
15 Sedangkan tujuannya adalah merumuskan usulan masyarakat, dan mensosialisasikan program kepada masyarakat. Peran Perusahaan 42. Dalam rangka pelaksanaan community development, setiap perusahaan ketenagalistrikan diwajibkan untuk membentuk Divisi Community Development yang tugasnya adalah : mengidentifikasi program ; merumuskan program yang akan dilaksanakan; menilai kelayakan program; menyusun anggaran biaya; melakukan kerjasama dengan para stakeholders dalam pelaksanaan program; dan memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program. 43. Hak perusahaan dalam pelaksanan community development adalah : menolak dan menangguhkan program yang diusulkan masyarakat jika tidak sesuai dengan kemampuan perusahaan dan atau tidak selaras dengan program Pemerintah Daerah. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
16 memilih beberapa sektor kegiatan yang diusulkan sesuai dengan kemampuan dana yang tersedia; Peranserta Masyarakat 44. Salah satu kunci suksesnya program community development sektor ketenagalistrikan adalah adanya peranserta masyarakat. Peranserta masyarakat diartikan sebagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri untuk bergerak dalam penyelenggaraan program community development. 45. Bentuk peranserta masyarakat yang diharapkan dalam pelaksanaan community development sektor ketenagalistrikan di antaranya adalah : pemberian masukan untuk menentukan arah program community development yang akan dilaksanakan; pemberian masukan untuk merumuskan perencanaan program community development ; pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan setiap pelaksanaan program community development ; dan pengajuan keberatan terhadap rencana program community development; 46. Dalam pelaksanaan program community development, masyarakat mempunyai hakhak sebagai berikut : berperanserta dalam proses perencanaan kegiatan program; Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
17 mengetahui rencana program secara umum dan rencana program secara rinci; menikmati manfaat dari hasil pelaksanaan program yang dilakukan oleh perusahaan; dan memperoleh bantuan yang layak atas kondisi yang dialami masyarakat sehubungan adanya kegiatan program oleh perusahaan. 47. Selain mempunyai hak, masyarakat juga mempunyai kewajiban sebagai berikut : berperanserta dalam memelihara kualitas hasil pelaksanaan program; mentaati program yang telah ditetapkan; dan memelihara keamanan atas kelangsungan perusahaan usaha penyediaan tenaga listrik yang berada di wilayahnya. Peran Pemerintah 48. Tugas Pemerintah dalam pelaksanaan community development sektor ketenagalistrikan adalah melakukan pembinaan dan pengawasan. Sedangkan perannya adalah sebagai fasilitator antara perusahaan dan masyarakat dan sebagai arbitrator apabila terjadi konflik antara perusahaan dan masyarakat. E. Pendanaan 49. Setiap perusahaan ketenagalistrikan diwajibkan untuk menyediakan dana untuk program community development. Besarnya disesuaikan dengan kondisi perusahaan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
18 sehingga tidak menjadi beban perusahaan, namun demikian hendaknya tidak terlalu kecil agar dapat memberikan dampak sosial yang cukup berarti. 50. Khusus untuk PT PLN (Persero) sebagai perusahaan yang berbentuk badan usaha milik negara, besarnya dana untuk program community development mengacu pada surat Menteri BUMN No. S-366/M-MBU/2002 tanggal 6 Mei Dana untuk keperluan community development disisihkan dari laba PT PLN (Persero) maksimum 1% dari laba setelah pajak. Dana tersebut harus diadministrasikan dengan baik dan merupakan satu kesatuan dengan pengadministrasian dana Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK). 51. Sumber pendanaan program community development sektor ketenagalistrikan berasal dari anggaran biaya perusahaan yang setiap tahunnya dialokasikan dalam rencana biaya operasional perusahaan; dan sumber biaya lainnya misalnya sumbangan karyawan. 52. Penggunaan dana program community development harus dilakukan dengan prinsip untuk mencapai kemandirian masyarakat yang bentuknya dapat berupa hibah; atau pinjaman modal kerja untuk keperluan pengembangan usaha. 53. Pengembangan usaha yang dilakukan berdasarkan pada prinsip optimasi pemanfaatan sumber daya alam ekonomi yang tersedia setempat. Pertimbangan lainnya adalah pemanfaatan tenaga kerja lokal, dan penerapan prinsip-prinsip kelayakan usaha yang dapat dikembangkan. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
19 54. Dari total dana yang dialokasikan untuk program community development, sebagian hendaknya dialokasikan untuk kegiatan meningkatkan pengetahuan masyarakat; khususnya para pelajar dan mahasiswa, di bidang ketenagalistrikan. Kegiatan yang dapat dilakukan di antaranya adalah pemberian bea siswa, penyelenggaraan wisata sadar listrik dan lain sebagainya. 55. Prinsip pengelolaan dana community development sektor ketenagalistrikan dapat dilakukan sebagai berikut : transparan, yaitu harus jelas kepada siapa dan mengapa dana tersebut diberikan sehingga masyarakat luas mengetahuinya; akuntabilitas, yaitu harus jelas pertanggungjawabannya dan dapat diverifikasi atau di audit; fleksibel, yaitu penyalurannya harus jelas kriterianya; dan azas manfaat, yaitu dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. F. Indikator Keberhasilan 56. Untuk melihat sejauh mana keberhasilan program community development sektor ketenagalistrikan diperlukan parameter atau indikator untuk mengukurnya. Salah satu indikator penting adalah terbentuknya suatu tingkatan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar wilayah perusahaan ketenagalistrikan menuju kualitas yang lebih baik. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
20 57. Sekurang-kurangnya ada dua indikator keberhasilan yang dapat digunakan, yaitu : Indikator ekonomi. Indikator ekonomi ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat secara berkelanjutan; terjadinya tingkatan kemandirian masyarakat dalam kehidupan ekonominya; dan adanya kehadiran prasarana dan sarana fisik dan non-fisik. Indikator sosial. Indikator sosial ditunjukkan dengan tidak terjadinya gejolak sosial sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar masyarakat, perusahaan dan Pemerintah Daerah; dan meningkatnya citra dan performa sektor ketenagalistrikan di mata masyarakat dan Pemerintah Daerah. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
21 BAGIAN III. PELAPORAN, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN A. Pelaporan 58. Setiap perusahaan usaha ketenagalistrikan diwajibkan melaporkan pelaksanaan program community development yang telah dilaksanakan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Cq. Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi dan Pemerintah Daerah setempat. 59. Laporan harus berisikan hal-hal sebagai berikut : Latar Belakang; Tujuan; Pelaksanaan; Jumlah Dana; Evaluasi Pelaksanaan; dan Lain-lain yang dianggap perlu Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
22 B. Pembinaan dan Pengawasan 60. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Cq. Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi dan Pemerintah Daerah diwajibkan melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan community development. 61. Dalam melaksanakan pembinaan, pemantauan dan pengawasan di lapangan, perusahaan diwajibkan memberikan fasilitasi. Laporan hasil pemantauan di lapangan dilaporkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 62. Apabila dalam pelaksanaan program community development terjadi perselisihan antara perusahaan dan masyarakat local, maka Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Cq Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi bertindak sebagai arbitrator. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
23 BAGIAN IV. PENUTUP 63. Pedoman Community Development ini disusun agar dapat digunakan oleh perusahaanperusahaan penyediaan ketenagalistrikan dalam melaksanakan program community development. Namun demikian mengingat community development sektor ketenagalistrikan bersifat site specific, maka kepada perusahaan-perusahaan usaha ketenagalistrikan diberikan kebebasan untuk melaksanakan programnya masing-masing dengan syarat tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar dari pedoman ini. Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Maret
Development merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja,
BAB II KERANGKA KONSEP PENGEMBANGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada pertumbuhan dalam mengejar ketertinggalannya dari negara-negara kapitalis maju
Lebih terperinciWALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,
Lebih terperinciBUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
1 BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR TAHUN. TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN SERTA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciNOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan dunia usaha seyogyanya
Lebih terperinciBUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Menimbang BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda pembangunan yang
Lebih terperinciPOLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT
Latar Belakang POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT 1. Sekitar 60 70 % penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, maka Pembangunan Perdesaan harus mendapat prioritas yang tinggi
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PLN PERSERO DI SURABAYA DALAM PEMBERDAYAAM USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) ABSTRAKSI
ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. PLN PERSERO DI SURABAYA DALAM PEMBERDAYAAM USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) ABSTRAKSI Di era globalisasi yang semakin berkembang dengan pesat, menimbulkan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR...
BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG FASILITASI PENYELENGGARAAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan yang dihadapi dunia begitu cepat dan dinamis. Perkembangan ekonomi tentunya memberikan perubahan
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG POLA KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI KABUPATEN TANGERANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang :
Lebih terperincidiubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang: Mengingat:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dalam dunia usaha hingga saat ini yaitu terkait tentang tanggung jawab sosial perusahaan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI ACEH
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa perusahaan
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2012 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
- 1 - SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
Lebih terperinciApabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke:
Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke: puu.sdbh.minerba@gmail.com MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR:
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PPM) PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NO 41 TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 14 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN (TJSL) DI KOTA CIREBON
Lebih terperinci- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG
- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI KABUPATEN GUNUNG MAS DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang
Lebih terperinciRencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNGJAWAB
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh
Lebih terperinciAnggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH
Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat
Lebih terperinciBUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
S A L I N A N GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR) DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa tanggungjawab sosial dan lingkungan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,
Lebih terperinciKEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA
KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan implementasi dari pelaksanaan Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaman ini banyak sekali perusahaan ataupun organisasi yang bergerak dibidang yang sama. Hal ini menjadikan terciptanya persaingan antar perusahaan atau organisasi
Lebih terperinciBUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU
BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON
WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 814 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia usaha maka akan semakin berkembang juga pengelolaan suatu perusahaan, agar dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis dan usaha.
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2013
WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI WILAYAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN
Lebih terperinciIMPLIKASI CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) BIDANG MIGAS MENUJU GOOD CORPORATE GOVERNANCE
IMPLIKASI CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) BIDANG MIGAS MENUJU GOOD CORPORATE GOVERNANCE Oleh : Sulistyono *) ABSTRAK Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate Social
Lebih terperinci-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG
-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 22 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI
SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh
Lebih terperinciDEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI Bahwa kemiskinan adalah ancaman terhadap persatuan, kesatuan, dan martabat bangsa, karena itu harus dihapuskan dari bumi Indonesia. Menghapuskan kemiskinan merupakan
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
No.1878, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciDRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan
Lebih terperinciLANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012
draft LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 Workshop Four Seasons, 26 28 Maret 2012 LATAR BELAKANG Arahan Wakil Presiden Maret 2010 PNPM adalah kebijakan nasional mengenai pemberdayan masyarakat
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciOptimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional
Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang
Lebih terperinciNOMOR 7 TAHUN 2017 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,
SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 Tahun Propinsi Kota Kelurahan 2008 (Pilot) Lokasi Kegiatan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN SERTA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam. Diera globalisasi ini semakin banyaknya perusahaan baru yang tumbuh dan dunia usaha semakin berkembang
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang
Lebih terperinci