LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA SERDANG BEDAGAI SEBAGAI KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA SERDANG BEDAGAI SEBAGAI KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.1 JAN-JUNI 2014 ISSN : LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA SERDANG BEDAGAI SEBAGAI KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA UTARA Hadiani Fitri Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP UISU Medan Jl. Paduan Tenaga, Medan ABSTRAK Nama Serdang berasal dari nama sebuah pohon, Serdang daunnya dipergunakan untuk atap rumah. Sewaktu terjadinya perang suksesi dalam perebutan tahta di Deli sekitar tahun 1720, maka salah seorang putera dan TUANKU PANGLIMA PADERAP, bernama TUANKU UMAR DJOHAN PAHLAWAN ALAMSJAH bergelar kedjeruan Djundjongan ( ) tidak berhasil merebut haknya atas tahta Deli dalam perebutan dengan saudaranya Panglima Gandar Wahid, maka ia bersama ibunya, Tuanku Puan Sampali, dan mendirikan Kampung Besar (Serdang) disekitar tahun Salah seorang turunan Sen Paduka yang lain, Tuanku Tawar (Arifin) gelar kedjeruan Santu, membuka pula negeri di Denai dan kemudian meluas sampai ke serbadjadi mengungsi ke Deli. Kata Kunci : Sejarah, Serdang Bedagai PENDAHULUAN Adapun kampung Kelambir dan kampung Durian (semua disepanjang sungai Serdang) didirikan semasa dengan Pulau Pinang kurang lebih tahun Tuanku Umar ini berputera 3 orang yaitu yang tertua bernama Tuanku Malim (menolak menjadi raja dan tidak kawin), Tuanku Ainan Djohan Alamsjah dan Tuanku Sabdjana (Pangeran Kampung Kelambir). Sejak mangkatnya Tuanku Umar (Makamnya di Sampali) ia digantikan oleh puteranya Tuanku Ainan Djohan Alamsjah sebagai raja Serdang ( ) dan Sabdjana sebagai Raja Muda. Di masa pemerintahannya Serdang menerima kerjasama dengan kerajaan Siak. Karena ia ingin berdiri sendiri, Serdang diserang angkatan perang Siak ditahun Dimasa pemerintahannya kerajaan Serdang meluaskan wilayahnya sampai ke Sungai Tuan, Batang Kwis, Perbaungan dan Tanjung Morawa. Dia pun mengirim pasukan ke Langkat untuk menakiukan Punggei. Puteranya yang tertua, T. Besar (Jam Tuan Muda) Tuanku Zainal Abidin, telah tewas bersama 40 orang Panglima Serdang di dalam salah satu pertempuran di Punggei tahun 1814, yang kemudian di kenal dengan Marhom Mangkat di Punggei atas jasanya. Penambahan daerah tidak selalu dilakukan dengan peperangan, tetapi juga sering dengan damai melalui perkawinan seperti halnya dengan Perbaungan yang Dipertuan Pandjang dan Perbaungan berasal dari minangkabau yang kemudian masuk menjadi bagian dari kerajaan Serdang karena perkawinan Tuanku Djohan Pahiawan Alamsjah dengan Tuanku Puan Sen Alam, saudara dan Sutan Usalli, raja Perbaungan yang berkedudukan di Sungai Air Hitam (Pantai Cermin). Setelah Tuanku Ainan Djohan tersebut mangkat ditahun 1817, maka ia digantikan puteranya yang kedua, Tuanku Thaf Sinar. Ia ini memperoleh gelarnya juga dan Siak, Suthan Thaf Sinar Basansjah ( ), atau lebih dikenal Suthan Besar, yang dinobatkan pam wazin selaku Suthan Serdang dan pengangkatannya dibacakan oleh orang kaya Sunggal selaku Ulun Djandji. Menurut Schadee, Sejak berdirinya, serdang sering bertikai dengan Deli tidak lain soal perebutan daerah-daerah seperti Denai dan Percut, Dibawah pemerintahan baginda Serdang dalam kemakmuran. Perdagangan dengan Penang dan Malaka dan lain-lain daerah sangat ramai. Luas kerajaan bertambah sampai ke Serbadjadi, percut, Dolok, (berkas kerajaan Timur), Padang, Bedagai dan Senambah bahkan pegaruhnya sampai ke Tanah Alas dan Singkel. Dengan Aceh dan Siak, Serdang dapat mengikat tali hubungan yang erat sehingga masa itu tidak pernah sampai

2 121 terjadi penyerangan langsung atas daerah dan kedaulatannya. PEMBAHASAN 1. Latar Belakang Sejarah Adapun yang ditemui Anderson di dalam perlawatannya ke Serdang ditahun 1823 itu ialah Suthan Besar ini. Menurut Anderson, di dalam memegang tampuk pemerintahan umum ini baginda dibantu oleh beberapa orang besarnya seperti pangeran Muda Sri Dradja Mattakir sebagai Raja Muda, Tuanku Ali Usman (glr. Panglima Besar Negen Serdang) di Sungai Tuan (Kampung Kelambir) Tuanku Tunggal (glr. Sri Maha Raja) di kampung Durian dan Datuk Achirrullah glr. Pekerma Taja Tg. Morawa. Sulthan Besar ini berusia waktu itu kira-kira 32 tahun, berbadan gemuk, kulitnya putih dan bertubuh agak pendek. Ia berkarakter baik sebagai seorang raja yang lembut dan bijaksana memerintah. Baginda juga sangat banyak memperoleh untung dan perdagangan karena mempunyai banyak perahu-perahu dagang sendiri, di samping itu sangat gemar dan rajin belajar. Menurut kisah Suthan Besar ini juga turut membantu dengan mengirimkan beberapa jumlah prajurit dan Panglima Serdang membantu Suthan Kedah, Suthan Tadjuddin Halimsjah-II, ditahun 1838 sewaktu Suthan Kedah itu berkelana mencari bantuan ke daerah-daerah pantai timur Sumatera, untuk membebaskan Kedah dan penjajahan Siam diutusnya ditahun 1838 itu puteranya T. Abdullah dan kemanakannya Tengku Mohd. Said ke daerah sini. Zaman pemerintahan Suthan Besar ini dikenal dengan zaman ketentraman. Serdang karena kemakmurannya dikenal di negeri-negeri lain sampai ke Semenandjung Tanah Melayu. Banyak daerah mendapat proteksi atas kekuatan bala tentaranya, seperti Padang, Bedagai dan Senambah. Di dalam salah satu naskah perjanjian yang tersimpan di istana Serdang (telah terbakar dizaman Revolusi), tercantum pernyataan bersatu antara Suthan Besar ini dengan Suthan Panglima Mangedar Alam dan deli yang berbunyi sebagai berikut: 1. Kedua kerajaan ini masingmasing berdaulat, merdeka dan berdiri sendiri. 2. Cukai pelabuhan Labuhan Delli dibagi dua antara Serdang dan Deli. Setelah baginda mangkat di gelarlah Marhom Katja Pun dan makamnya ada di kampung besar Serdang. Almarhum digantikan oleh puteranya yang tertua, Suthan Basjaruddin Sjaiful Alamsjah ( ), yang diperkuat dengan pengakuan Mahor Tjap Sembilan dan Suthan Ibrahim Mansjursjah Aceh. Ibundanya bernama Tuanku Puan Sri Indra Kuala, saudari dan Suthan Enen Mahmudsjah, Raja Perbaungan ke-3, Suthan Basjaruddin ini nikah dengan Tuanku Puan Zabra, puteri dan Suthan Rachmadsjah, Raja Perabaungan ke-4 yang terakhir dan keturunan langsung. Zaman pemerintahan Baginda dipenuhi dengan peperang untuk perluasan daerah terutama berhadapan dengan Deli dalam perebutan daerah Percut, Denai, Senambah, Padang dan Bedagai. Kebetulan ia bertemu dengan imbangnya yang piawai yaitu Suthan Osman dan Deli dan kemudian Raja Muda Sulaiman dan Deli. Di dalam menghadapi pengaruh belanda yang mulai makin kuat menanamkan pengaruhnya di pantai Timur Sumatera ini, Baginda memihak Aceh, sehingga ditahun 1854 diberi gelar oleh Suthan Aceh, Wazir Suthan Aceh dengan Mahor Tjap Sembilan dan wilayah mulai batas langkat sampai Asahan, yang dipakainya sewaktu kedatangan expedisi belanda yang dipimpin Netseher ditahun 1862 itu. Sulthan Basjaruddin ini adalah seorang penganut agama islam yang taat setiap hari ia menghabiskan waktunya dengan bersembahyang dan mengaji qur an. Karena sangat pemurah sering pemerintahan dibiarkannya diurus kedalam tangan orang-orang besar dan orang-orang tua di Serdang. Kadangkadang kesempatan ini dipergunakan mereka-mereka itu untuk melakukan tindakan-tindakan yang kurang baik. Antara lain, yang paling uatama adalah Pangeran Raja Muda Serdang yang berbaik dengan Deli, dimana ia mempunyai hubungan kekeluargaan, dan menikah di Serdang sering menimbulkan ketegangan terhadap Belanda. Raja-raja di Deli, Langkat dan Serdang mempercayainya dan oleh karena itu perang dan damai diantara kerajaan-kerajaan itu sering sebahagian besar berada dalam tangan-

3 122 nya. Peperangan Serdang merebut Deli kembali kemungkinan besar oleh sebab itu. Sewaktu Aceh mengirim expedisi perang sebanyak 200 buah perahu perang yang dipimpin oleh Tuanku Pangeran Husin di tahun 1854, untuk menghukum Deli dan Pangeran Langkat. Sulthan Basjaruddin ini berdiri di pihak Aceh. Baginda di dalam pemerintahan didampingin oleh orang-orang besar dan wazir serta raja-raja jajahan dan taklukan. Tetapi selama pemerintahannya yang begitu banyak masalah itu, sering terjadi pertukaran orang-orang besar dan wazir-wazir. Dimasa baginda memerintah pernah terjadi insiden penyitaan sebuah kapal dagang Inggris kepunyaan James Carnegy oleh Pangeran Muda Sen Diradja Serdang yang menghebohkan dunia perdagangan masa itu di Penang, karena pemilik kapal itu tidak mau membayar hutang-hutangnya pada pedagang-pedagang di Serdang. Insiden ini mengakibatkan Gubernur Inggris di Penang mengirim protes kepada Belanda yang kata-katanya berkuasa di Sumatera, tetapi yang tak dapat berbuat apa-apa. Gubernur Penang lalu mengirimkan sebuah kapal perang Inggris, HMS :Hoogly ke Serdang yang maksudnya untuk menghukum Serdang tetapi tidak berhasil. Akhirnya setelah diadakan perdamaian ganti rugi, kapal dagang itu dikembalikan. Sewaktu dizaman pemerintahan Suthan Abdul Samad di Selangor (Malaysia) terjadi perang saudara antara kekuatan raja Mahdi dan Raja Abdullah di tahun 1866 (dikenal dengan nama perang Kelang), maka Suthan Basjaruddin mengirimkan Panglima Djumat dan Perbaungan ke Kelang dan berhasil digelar imam perang oleh pihak raja Mahdi dan Wak Tandolok dan Rantau Panjang (asal Bugis dan Siak dipihak raja Abdullah), juga dan Denai Tengku Mahmud, yang berdiri dipihak Raja Abdullah dan kemudian bersatu dengan Tegku Dhiauddin (Vice roy Selangor) telah biasa memenangkan peperangan dan memulihkan keamanan kembali di Selangor. Di tahun 1878 Tengku Mahmud kemudian setelah itu dipanggil kembali oleh Suthan Sulaiman Sjaiful Alamsjah ke Serdang untuk menjabat Hoofd van Denai, selain mendapat pengakuan dari Aceh Suthan Basjaruddin pun mendapat pengakuan dari Belanda pada tanggal 16 agustus Suthan Basjaruddin Sjaiful Alamsjah mangkat bertepatan pada tanggal 7 Muharram 1279 (1880 Masehi) di istana Bogak, (Rantau Panjang Serdang) dan dimakamkan tidak jauh dari stasiun Serdang sekarang ini karena letaknya yang agak ketinggian disebut comlex makam busut Baginda digelar Marhom Kota Baru (makam berkandang Batu). Di zamannya serdang pernah jaya dan besar tetapi sejarah telah menghendaki bahwa baginda di tahun-tahun yang penuh cobaan ( ) bahumembahu bersama Aceh Tamiang dan Batu Bara melawan beberapa kekuatan yang ada terhadap penetrasi Kolonial Belanda, sebagai ganjarannya Baginda hampir diturunkan Belanda dari tahta dan sebagai hukuman satu persatu daerahdaerah Percut (satupai Sei Kera Medan), Padang, Bedagai, sebagian Senambah dan akhirnya Denai dirampas Belanda pada tahun 1865, oleh karena ia bersekutu dengan Aceh pada saat kedatangan expedisi Aceh ditahun 1863 dengan 3 perahu perang yang dipimpin oleh T. Tjut Latief Raja Muda Meuredue. Di dalam surat pernyataannya yang ada pernah tersimpan di istana Serdang, Suthan Deli mengaku membayar setiap tahun sebesar seribu ringgit kepada Suthan Serdang. Pembayaran ini dilakukan pada tiap hari raya idul fitri di istana Serdang dimulai Suthan Mahmud, Suthan Maknium Alrasjid dimulai Suthan Mahmud, Suthan Makniun Alrasjid dan Suthan Amaluddin Sani. Pada tahun 84, Deli mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Nachoda Rahmat Panglima Hitam Lakim dan Nachoda Djafar untuk menyerang dan merebut Begadai untuk Deli. Setelah raja Sjafdanah dan Raja Graha Marahkun tunduk ke Serdang, maka Serdang lalu mengalahkan dan menawan Raja Mucla Mustafa (Bandar Chalifah) dan Nachoda Gundak (Raja Muda Begadai) lalu mereka dibawa ke serdang anak dan Nachoda Gundak ini bernama Panglima Hitam Lakim, ia ke Deli dan meminta bantuan. Suthan Panglima Mengedar Alam Deli lalu mengirim expedisi maka terjadi Pertempuran di Begadai dengan pasukan Serdang yang dipimpin oleh Datuk Menteri Temenggong dan Panglima Djawa. Pasukan serdang dapat dipukul mundur

4 123 dari Nachoda Rahmat dapat menduduki Tanjung Beningin. Kemudian atas jasajasanya ia dianugerahi Deli gelar Sjahbandar putera Raja Negeri Deli. Ia meninggal dunia dalam tahun 1851 dan digantikan oleh anaknya Mohammad Basir sebagai raja Begadai. Di tahun 1852 Sutham Osman Deli nikah dengan tengku Raja Siti yaitu Putera Raja ini dari Asahan. Asahan memberi syarat agar Begadai dihibabkan kepada putera Raja Siti Tengku Sulung Laut, tetapi hal ini belum dapat terlaksana sepenuhnya karena kekuasaan Deli hanya disekitar Tanjung Beringin saja. Setelah mendengar perjanjian ini, Mohammad Basin tidak merasa senang lalu meminta perlindungan Serdang. Tetapi belum sempat bantuan datang, hal ini telah di dengar oleh Deli yang di dalam tahun 1853 lalu segera mengirimkan expedisi dibawah pimpinan Panglima Daud (ia ini sempat berhasil membunuh Marah Titim dari Padang) untuk menyerang Padang dan bekerjasama dengan expedisi Deli yang dipimpin oleh Raja Sulaiman (Kelak menjadi Raja Muda Deli) bergabung mengusir kekuatan Serdang dan Pangurawan. Expedisi ini berhasil rupanya menghalau Mohammad Basin. Deli lalu menetapkan Panglima Daud dan kemudian digantikan oleh Raja Sulaiman, menjadi Wazir Deli di Bedagai (Tanjung Beningin) itu. Tetapi sewaktu expedisi Deli ini mendekati Pagurawan, ia akhirnya terpukul mundur di dalam suatu perang laut yang dahsyat oleh perahuperahu perang Serdang dan Bedagai yang dipimpin oleh Datuk Setia Raja dan orang kaya Setia Maharadja dari Tanjung Beringin (Begadai). Sewaktu armada Aceh terdiri dari lebih 200 buah perahu perang, dipimpin oleh Tuanku Pangeran Husin, menyerang dan menaklukkan Deli di dalam tahun 1854, Serdang lalu mengambil kesempatan mengirimkan pula pasukannya dan menduduki serta menaklukkan padang dan Begadai. Atas usul Mohammad Basin, maka oleh Sutha Basjaruddin Serdang, didudukkan adiknya Datuk Ahmad Juda dan diberi gelar Datuk Raja Negeri Serdang Wazir Begadai. Datuk Ahmad Juda Putera Raja Negeri Serdang ini tewas sebagai ratna, menentang expedisi colonial Belanda yang dipimpin oleh Netscher di dalam tahun 1863 itu di Begadai. Karena Serdang dianggap melawan Belanda, maka Begadai dirampas dari Serdang di tahun Kemudian Begadai diserahkan Belanda kepada Deli yang dipimpin Raja Sulaiman waktu itu dan Suthan Deli kemudian mengangkat Datuk Setia Maharaja Mohammad Arief menjadi Wazir Begadai tahun 1866 dan kemudian diganti pula dengan Tengku Soelong Laoet sebagai Pangeran Begadai bergelar Pangeran Kelana ( ) ia meninggal pada tanggal Dasar Hukum Nama Serdang Bedagai diambil dari dua Kesulthan yang pernah memerintah di daerah ini yakni Kesulthanan Serdang dan Padang Bedagai. Keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul dikalangan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dan tahun 1992 hal tersebut telah menjadi kajian tersendiri bagi pemerintahan Kabupaten Deli Serdang Bedagai adalah luas wilayah dan jumlah penduduk yang begitu besar untuk satu kabupaten. Kajian terhadap pemekaran daerah Kabupaten Deli Serdang pada masa itu telah satu pada dikeluarkannya keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor O2IDPRDI1 992 tanggal 17 februari 1992 tentang persetujuan pemekaran daerah Kabupaten Deli Serdang menjad dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang. Perencanaan pemekaran tersebut terhenti dan kembali bergulir pada saat reformasi terjadi pada tahun Lahirnya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan di daerah dan peraturan pemerintah nomor 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dua penggabungan Daerah, memberikan ruang yang semakin terbuka terhadap keinginan masyarakat untuk melakukan pemekaran. Beberapa kelompok masyarakat yang terbentuk dalam upaya pemekaran Kabupaten Deli Serdang yakni: a. Badan Pendukung Pemekaran Kabupaten Deli Serdang (BPPKDS) tahun b. Panitia Pembentukan Pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai (P3KSB) tahun BPPKDS merencanakan kabupaten Deli Serdang dibagi menjadi dua Kabu-

5 124 paten sesuai dengan konsep pemekaran tahun 1992 dengan usulan ibu kota kabupaten pemekaran antara lain: Dolok Masihul, Sei Rampah dan Perbaungan. PPKD lebih menekankan pada pembentukan kabupaten baru yakni kabupaten Deli dengan ibu kota Patumbak, sehingga tujuan dari diadakannya pemekaran tidak terlihat, tetapi lebih pada keinginan untuk memisahkan diri dan kabupaten Deli Serdang. P3KSB mengajukan konsep pemekaran kabupaten Deli Serdang menjadi dua yaitu: Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten induk, dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai kabupaten pemekaran dengan ibukota Sei Rampali. Keinginan yang begitu besar dari rakyat disikapi dengan bijaksana oleh pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dengan menyusun konsep dasar pemekaran kabupaten dan melakukan kajiankajian dalam rangka pemekaran tersebut. Berdasarkan penelitian dan masukan dari berbagai elemen masyarakat, pemerintah Kabupaten Deli Serdang mengusulkan Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi tiga yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk, Kabupaten Deli dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran. Perjalanan panjang proses berdirinya atau pemekaran Kabupaten Deli Serdang secara hukum dimulai dan ditetapkannya keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor: 13/KP/Tahun 2002 tanggal 2 agustus 2002 tentang persetujuan Pembentukan/Pemekaran Kabupaten Deli Serdang Selanjutnya DPRD Provinsi Sumatera Utara melalui keputusan Nomor: 18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002 menetapkan persetujuan pemekaran Kabupaten Deli Serdang. DPRD Kabupaten Deli Serdang melalui Keputusan Nomor 261K/DPRD/2003 tanggal 10 maret 2003 menetapkan Persetujuan Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten Serdang Bedagai Sebagai Kabupaten Pemekaran dengan ibukota Sei Rampah. Pertimbangan nama Kabupaten Serdang Bedagai didasarkan pada sejarah dimana daerah ini dahulu berada dalam kekuasaan Suthan Serdang dan Kesulthanan Padang Bedagai. Menindak lajuti keputusan yang ada, Gubernur Sumatera Utara melalui surat nomor: 136/6777 tanggal 30 Agustus 2002 meneruskann usul Pemekaran Kabupaten Deli Serdang, Nias dan Toba Samosir kepada Menteri Dalam Negeri di Jakarta. Berdasarkan persetujuan DPR RI, Presiden Rebuplik Indonesia menerbitkan UU No. 36 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di provinsi Sumatera Utara. Setelah sekian tahun diproses, akhirnya Permendagri No. 29 tahun 2007 tentang batas daerah Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara akhirnya diterbitkan pada tanggal 20 juni Pro dan kontra sudah terjadi sejak awal pembentukan pemekaran Kabupaten Serdang Bedagai (UU No. 36 tahun 2003) dan ada bagian daerah Serdang Bedagai yang masih ngotot untuk tetap masuk dalam daerah induk (Kabupaten Deli Serdang). Kabupaten Serdang Bedagai dibentuk berdasarkan UU.No 36 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara. Sesuai dengan pasal 4 poin I UU No. 36 tahun 2003 disebutkan bahwa kecamatan Bangun Purba yang terletak di sebelah Timur sungai Buaya Merupakan daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Selanjutnya daerah yang masih ngotot untuk tetap masuk dalam daerah induk (Kabupaten Deli Serdang) tersebut dibentuk menjadi kecamatan silindak Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan pasal 6 UU No. 36 tahun 2006 disebutkan bahwa Kabupaten Serdang Bedagai sebelah Barat berbatasan dengan sungai Ular dan Sungai Buaya. Sesuai dengan fakta lapangan, letak posisi daerah yang terdiri 9 desa yang masih ngotot untuk tetap masuk dalam daerah induk tersebut berada di antara Sungai Buaya dan Sungai Bane. Karena 9 desa tersebut sebelah barat masing-masing dengan Sungai Buaya dan sebelah timur dengan Sungai Bane. Sungai Bane ini bermuara di Sungai Buaya yang menjadi batas alam kecamatan Bangun Purba dengan Kecamatan Kotarih (daerah Kabupaten Serdang Bedagai) Karena itu Kecamatan Bangun Purba yang terletak di sebelah Timur dan Sungai Buaya dan Kecamatan Galang yang terletak di Sebelah Timur dan Sungai

6 125 Ular merupakan bagian dari daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Selanjutnya kepada pasal 6 ayat 4 UU no. 36 tahun 2003 dinyatakan bahwa penentuan batas daerah Kabupaten Serdang Bedagai secara pasti di lapangan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Menindak lajuti amanat pasal 6 ayat 4 UU no. 36 tahun 2003 telah diterbitkan Permendagri no. 29 tahun 2007 tentang Penegasan Batas Daerah antara Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten Serdang Bedagai tanggal 20 juni Permendagri tersebut akan segera diserahkan dalam waktu dekat kepada Pemrintahan Kabupaten Serdang Bedagai dan Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Namun demikian dalam prosesnya ada aspirasi masyarakat 9 desa tersebut di daerah Kecamatan Silmda yang tidak ingin bergabung dengan Kabupaten Serdang Bedagai dan tetap berada dalam kawasan daerah Kabupaten Deli Serdang dengan alasan utamaya adalah terpecahnya masyarakat adat, padahal batas daerah administrasi tidak bermaksud untuk secara eksklusif mengelompokkan masyarakat adat/etnis tertentu. Kepada perwakilan masyarakat 9 desa tersebut di wilayah kecamatan Silinda yang datang ke Ditjen PUM akhir juli 2007 telah dijelaskan bahwa jika ada perubahan batas daerah, sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah pasal 7 ayat 2 ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Tanggal 6 Januari 2004 Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Nomor : tahun 2004 tentang pengangkatan pejabat Bupati Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dan mengangkat bapak Drs. H. Chairullah S. IP, MAP sebagai pejabat Bupati Serdang Bedagai. Atas nama Menteri Dalam Negeri tanggal 15 Januari 2004 Gubernur Sumatera Utara Bapak T. Rizal Nurdin melantik bapak Drs. H. Chairullah S. IP, MAP sebagai pejabat Bupati Serdang Bedagai. Setelah masa transisi satu tahun diangkat kembali pejabat Bupati Drs. H. Kasim Siyo, M.Si pada tanggal 3 maret 2005 yang ditugaskan untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah (PILKADA) secara langsung maka terpililah Ir. H. T. Erry Nuradi, MBA menjadi bupati dan Ir. Soekirman menjadi wakil bupati Serdang Bedagai masa bakti Tokoh yang memprakasai berdirinya Kabupaten Serdang Bedagai salah satunya adalah Drs. H. Chairullah S. IP, MAP. Kabupaten Serdang Bedagai pada saat didirikan terdiri dari 11 Kecamatan sebagai berikut: 1. Kecamatan Kotari 2. Kecamatan Dolok Masihul 3. Kecamatan Sipispis 4. Kecamatan Dolok Merawan 5. Kecamatan Tebing Tinggi 6. Kecamatan Bandar Khalipah 7. Kecamatan Tanjung Beringin 8. Kecamatan Sei Rampah 9. Kecamatan Teluk Mengkudu 10. Kecamatan Perbaungan 11. Kecamatan Pantai Cermin Berdasarkan Perda No. 6 tahun 2006 dan Perda No. 10 Tahun 2006 tanggal 17 oktober 2006, Kabupaten Serdang Bedagai dimekarkan menjadi 17 kecamatan sebagai berikut: 1. Kecamatan Kotari 2. Kecamatan Dolok Masihul 3. Kecamatan Sipispis 4. Kecamatan Dolok Merawan 5. Kecamatan Tebing Tinggi 6. Kecamatan Bandar Khalipah 7. Kecamatan Tanjung Beringin 8. Kecamatan Sei Rampah 9. Kecamatan Teluk Mengkudu 10. Kecamatan Perbaungan 11. Kecamatan Pantai Cermin 12. Kecamatan Silinda 13. Kecamatan Bintang Baru 14. Kecamatan Serbajadi 15. Kecamatan Tebing Syahbandar 16. Kecamatan Sei Bamban 17. Kecamatan Pegajahan. KESIMPULAN Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas wilayah 1.900,22 km persegi, terbagi dalam 17 kecamatan dan 237 desa dan 6 kelurahan, didiami oleh penduduk dari beragam etnis/suku bangsa, agama dan budaya. Dimana suku tersebut antara lain Karo, Melayu, Tapanuli, Simalungun, Jawa, Banjar dan lain-lain. Potensi sumber daya alam yang ada di kabupaten Serdang Bedagai yang paling menonjol diantaranya: sektor pertanian, perkebunan dan perikanan serta sektor kepariwisataan. Sejak terbentuknya pemerintahan daerah yag baru, sei rampah merupakan ibukota kabupaten Serdang

7 126 Bedagai sebagai pusat pemerintahan. Jaraknya dengan kota-kota kecamatan sangat bervariasi antara 7 km sampai dengan 51 km. Disamping itu kecamatan Sei Rampah sebagai pusat kota, kecamatan Perbaungan juga merupakan kota pusat perdagangan di Kabupaten Serdang Bedagai yang diandalkan dimana kedua kecamatan ini menjadi indikator keberhasilan pertumbuhan pembangunan yang dilaksanakan. Kota-kota kecamatan yang relative jauh (di atas 50 km) antara lain kecamatan Dolok Merawan, kecamatan-kecamatan lain jaraknya berkisar 7 sampai dengan 32 km. Adanya wacana pemekaran daerah kecamtan, dimungkinkan beberapa kecamatan yang masih memiliki daerah cukup luas berpeluang untuk dimekarkan. Diantaranya: kecamatan perbaungan, sei rampah dan dolok masihul. Hal ini sejalan dengan upaya untuk percepatan proses pelaksanaan pembangunan di daerah. Jadinya Kabupaten Serdang Begadai diperingati setiap tanggal 7 januari. Tanah Bertuah Negeri Beradat adalah motto dan Kabupaten Serdang Bedagai yang bermakna kabupaten Serdang Bedagai adalah Kabupaten yang Bertuah/Beruntung dari masyarakatnya adalah masyarakat yang Beradat/Berbudi pekerti luhur. Sinar. T. Lukman Sari Sadjarah Serdang. Tanpa Penerbit. Medan. Suradini, Ermaya Peranan Kepala Wilayah Dalam Analisis Masalah dan Potensi Wilayah. Bandung: CV. Ramadhan Bandung. DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA Serdang Bedagai. Serdang Bedagai In Briep Bintarto. R Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia BPS Kabupaten Serdang Bedagai. Hadjisaroso Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia, Datum Prisma No. 8 Agustus. Kanto Humas Serdang Bedagai. Latar Belakang Berdiri dan Berkembangnya Kabupaten Serdang Bedagai. Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta; PT. Gramedia

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Serdang Bedagai 1. Sejarah Kabupaten Serdang bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.

BAB I PENDAHULUAN. Serdang Bedagai, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukota Sei Rampah adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 3.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 Lintang Utara, 3 0 16 Lintang Selatan, 98 0 33 Bujur Timur,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Serdang Bedagai Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai. Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN 3.1 SEJARAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul di kalangan masyarakat Kabupaten Deli Serdang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN OBJEK WISATA PESISIR PANTAI DAN SUNGAI DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P )

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P ) DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P ) ( HASIL REVISI DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN YANG DITAYANGKAN TANGGAL 13 MARET 2012 ) INSTANSI ALAMAT PROGRAM KEGIATAN TAHUN ANGGARAN DINAS BINA MARGA KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DAN LANDASAN DASAR HUKUM 2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Rencana tata ruang sebagai produk utama penataan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan dan Permasalahan telah memasuki tahap akhir dimana setelah penyusunan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kompilasi Data,

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 4/PUU-VI/2008

PUTUSAN Nomor 4/PUU-VI/2008 PUTUSAN Nomor 4/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayang-bayang kekuasaan Kesultanan Melayu Deli. Kesultanan Melayu Deli

BAB I PENDAHULUAN. bayang-bayang kekuasaan Kesultanan Melayu Deli. Kesultanan Melayu Deli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bila berbicara mengenai sejarah kota Medan, tentunya tidak lepas dari bayang-bayang kekuasaan Kesultanan Melayu Deli. Kesultanan Melayu Deli adalah kerajaan yang didirikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI. wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI. wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 KARAKTERISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 3.1.1 Kondisi Fisik Dasar Kabupaten Serdang Bedagai adalah kabupaten baru hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak masa orde lama, orde baru hingga era reformasi sekarang ini, pemerintah selalu melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan guna meningkatkan taraf hidup

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 3 IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 3.1 Indikator dan Skoring 3.1.1 Indikator Daerah Berpendapatan Rendah Daerah berpendapatan rendah dalam kajian ini adalah daerah bila dilihat dari

Lebih terperinci

N O M O R 10 TAH U N 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDAN G BEDAGAI N O M O R 10 TAHUN 2006 TEN TAN G

N O M O R 10 TAH U N 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDAN G BEDAGAI N O M O R 10 TAHUN 2006 TEN TAN G LEM BARAN DAERAH K ABUPATEN SERD ANG BED AG AI N O M O R 10 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDAN G BEDAGAI N O M O R 10 TAH U N 2006 TEN TAN G PEM BEN TUKAN KECA M ATAN PEGAJAH AN, KECAM ATAN SEI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kota Pekanbaru Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku disebut Batin. Daerah yang mulanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 12 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN MUARA SABAK BARAT, KECAMATAN KUALA JAMBI, KECAMATAN MENDAHARA

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT 2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai Keinginan Masyarakat untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deli Tua adalah sebuah kota kecil yang terletak di kecamatan Deli Tua kabupaten Deli Serdang, kota ini adalah kota yang bisa dipastikan sebagai sendisendi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENATAAN DESA/KELURAHAN DALAM WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan 2.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SERDANG BEDAGAI KEADAAN GEOGRAFI

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan 2.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SERDANG BEDAGAI KEADAAN GEOGRAFI BAB II Gambaran Umum Wilayah Perencanaan 2.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SERDANG BEDAGAI 2.1.1 KEADAAN GEOGRAFI Kabupaten Serdang Bedagai adalah kabupaten baru hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan Langkat. Sultan Musa membangun masjid ini karena pada masa itu kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu yang berada di Wilayah Pesisir Timur Pulau Sumatra. Sebelum terbentuknya Langkat dahulunya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi

I. PENDAHULUAN. nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi nelayan / petani ikan, sumber protein

Lebih terperinci

ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR

ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR Pada saat perang Dunia ke-ii terjadi, militer Jepang menyerang negaranegara dan daerah jajahannya yang ada di Asia serta menduduki wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan kesultanan. Umumnya jabatan ini diduduki oleh orang orang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan kesultanan. Umumnya jabatan ini diduduki oleh orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajaan merupakan kekuasaan tertinggi berada dibawah pimpinan seorang Sultan atau Raja pada suatu wilayah. Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan dibantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945) menyebutkan bahwa tujuan dari dibentuknya negara Indonesia adalah:

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BINJAI, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LANGKAT DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II DELI SERDANG Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1986 Tanggal 6 Pebruari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengembangan daerah baik pemerintah maupun masyarakat daerah.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengembangan daerah baik pemerintah maupun masyarakat daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa Orde Baru, Pemerintahan Indonesia berjalan secara sentralistik sehingga terjadi ketimpangan antar daerah yang sangat besar karena kekayaan daerah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG HARI JADI DAERAH, LOGO DAERAH, MOTTO DAERAH DAN MARS DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SERTA PENGUNAANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah adalah penulisan tentang kejadian-kejadian pada masa lampau

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah adalah penulisan tentang kejadian-kejadian pada masa lampau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penulisan sejarah adalah penulisan tentang kejadian-kejadian pada masa lampau yang tidak terlepas dari gambaran suatu msyarakat umum dengan berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 2 TAHUN 2008 Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENATAAN KECAMATAN DALAM DAERAH KABUPATEN ASAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

RIWAYAT SINGKAT PERJUANGAN SULTAN ISKANDAR MUDA

RIWAYAT SINGKAT PERJUANGAN SULTAN ISKANDAR MUDA 1996 A 89 RIWAYAT SINGKAT PERJUANGAN SULTAN ISKANDAR MUDA PAHLAWAN NASIONAL SULTAN ISKANDAR MUDA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 077/TK/TAHUN 1993 PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolaan pajak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan dari sebuah realitas kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan dari sebuah realitas kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN ASAHAN Dulunya, kabupaten Asahan meliputi daerah kabupaten Batu Bara, Pemko Tanjung Balai dan kabupaten Asahan sendiri. Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 sebanyak 78,3 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 sebanyak 78,3 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 sebanyak 78,3 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 sebanyak 38

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949 Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur kerajaan negeri-negeri Melayu di Semenanjung

Lebih terperinci

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan, tetapi bukan merupakan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VI/2008

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah kepulauan yang besar yang terdiri dari ribuan pulau, memiliki alam yang kaya, tanah yang subur dan ratusan juta penduduk. Di samping

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan

I. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palembang merupakan salah satu wilayah terpenting yang berada di Sumatera dikarenakan keadaan geografinya yang kaya akan sumber daya alamnya dan didominasi oleh

Lebih terperinci

Prosa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis. Bab III

Prosa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis. Bab III Prosa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis Bab III Kisah bermula dengan pelayaran Upu Deang dengan lima bersaudara. Pelayaran Upu Daeng disertai juga Sultan Muhammad Zainuddin. Baginda berkenan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Belanda.Wilayah LabuhanBatu sangat menarik bagi Belanda karna kawasan ini letaknya

BAB I PENDAHULUAN. oleh Belanda.Wilayah LabuhanBatu sangat menarik bagi Belanda karna kawasan ini letaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah wilayah Kerajaan Siak ditaklukkan oleh Belanda maka wilayah Kerajaankerajaan yang ada di daerah Sumatera Timur seperti LabuhanBatu juga dapat ditaklukkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian

PENDAHULUAN. padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dan bahkan sebagian besar penduduk di muka bumi ini menggunakan nasi sebagai makanan pokoknya tetapi ada juga makanan pokok selain nasi. Sejak jaman dahulu peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA TERJUN GAJAH, DESA LUBUK TERENTANG, DESA PEMATANG BULUH, DESA MUNTIALO,

Lebih terperinci

4.1. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang Wilayah. Kebijaksanan tata ruang Kabupaten Serdang Bedagai meliputi beberapa prinsip dasar, yaitu :

4.1. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang Wilayah. Kebijaksanan tata ruang Kabupaten Serdang Bedagai meliputi beberapa prinsip dasar, yaitu : BAB IV KEBIJAKSANAAN, STRATEGI DAN ARAHAN PENGEMBANGAN TATA RUANG WILAYAH Dalam bab ini berisikan pembahasan mengenai kebijaksanaan, strategi, dan arahan pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 8 KERAJAAN NEGERI-NEGERI MELAYU. 1. Kerajaan Melayu Tua terdiri daripada kerajaan : (ms 122) a. b. c.

BAB 8 KERAJAAN NEGERI-NEGERI MELAYU. 1. Kerajaan Melayu Tua terdiri daripada kerajaan : (ms 122) a. b. c. BAB 8 KERAJAAN NEGERI-NEGERI MELAYU 1. Kerajaan Melayu Tua terdiri daripada kerajaan : (ms 122) a. b. c. 2. Kerajaan Melayu yang baru terdiri daripada :(ms 122) a. b. c. d. 3. Orang Cina memanggil negeri

Lebih terperinci