PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK TEMBESU (Fagraea fragransroxb.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK TEMBESU (Fagraea fragransroxb.)"

Transkripsi

1 Volume 18, Nomor 1, Hal Januari Juni 2016 ISSN: PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK TEMBESU (Fagraea fragransroxb.) Hamzah, Rike Puspitasari Tamin, Siti Napisah Fakultas Kehutanan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo-Darat Jambi hamzah_unja@yahoo.co.id ABSTRAK Tembesu is one of local plants that has a potential to be developed in South of Sumatera. Generative propagation of tembesu take a long time to get a seedling that ready to plant. Vegetative propagation is the alternative to propagation of tembesu. One of the most effective vegetative propagation s technic is cutting. The influence of combination treatment between plant growth regulator and time of soaking able to stimulate growth of tembesu cutting. One of plant growth regulator that can increasing the root growth is Indole Butyric Acid (IBA). This research aims to know the best influence of consentration of IBA dan time of soaking for growth of tembesu cutting. This research applied group random design with two factor and repeated three times. First factor is consentration of IBA 100 ppm, 300 ppm, and 500 ppm. Second factor is time of soaking 1 hour, 2 hours, and 3 hours. The result showed that consentration of IBA and time of soaking has a interaction for percentage of alive cuttings but not interacted for the other variable. Consentration of IBA 500 ppm and time of soaking 2 hours give a higher percentage of alive cuttings than the other combination treatments. Keywords : Cutting, plant growth regulator, IBA, tembesu PENDAHULUAN Tembesu ( Fagraea fragrans Roxb.) merupakan salah satu jenis tanaman lokal yang cukup potensial untuk dikembangkan di daerah Sumatera Bagian Selatan (Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung) karena jenis ini merupakan jenis asli di daerah tersebut. Tembesu mempunyai keunggulan baik dalam sisi ekologi maupun nilai ekonominya karena telah lama dikenal masyarakat. Kayu tembesu memiliki kayu teras berwarna coklat sampai kuning muda dengan kayu gubal yang berwarna lebih muda. Tekstur kayunya halus sampai agak halus. Permukaan kayu agak mengkilap (Lemmens l., 1995). Kayu tembesu berbau keasam-asaman dengan tebal kulit 10 mm, agak keras, tidak mudah retak, kuat dan tahan lama, dapat bertahan berpuluh-puluh tahun (Heyne, 1987). Di wilayah Sumatera Bagian Selatan, masyarakat yang menggunakan produkberbahan baku kayu tembesu, umumnya identik dengan kelompok masyarakat menengah ke atas karena harganya yang relatif tinggi. Menurut IUCN (2013), tembesu termasuk ke dalam jenis yang terancam punah ( endangered). Perbanyakan tembesu secara generatif memakan waktu yang relatif lama hingga diperoleh bibit yang siap tanam, yaitu sekitar 10 bulan. Selain itu, permasalahan lainnya adalah buah yang tidak tersedia setiap saat serta resiko kematian di persemaian yang cukup tinggi akibat serangan penyakit 69

2 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains (Hamzah, 11 Maret 2014, komunikasi pribadi). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikembangkan teknik perbanyakan alternatif lainnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan bibit tembesu, salah satunya adalah melalui perbanyakan vegetatif.salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar adalah setek. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan setek adalah penggunaan zat pengatur tumbuh. Menurut Hartmann and Kaster., (1997), zat pengatur tumbuh yang paling berperan padapengakaran setekadalah Auksin. Pemberian IBA sebagai salah satujenis auksin sintetis, terbukti dapat meningkatkan perakaran. Pada perbanyakan dengan setek dikenal pula metode perendaman. Penentuan konsentrasi tergantung dari lamanya bahan setek direndam dan jenis tanamannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh interaksi antara konsentrasi IBA dan lama perendaman serta masing-masing perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan setek tembesu. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di pembibitan Fakultas Kehutanan Universitas Jambi kampus Pinang Masak, Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Ketinggian tempat penelitian adalah ± 35 meter di atas permukaan laut (dpl). Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Februari Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setek tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) yang berasal dari pohon induk di areal kampus Universitas Jambi, hormon IBA (IndoleButyric Acid), dan pasir. Alat yang digunakan adalah rumah setek, gunting setek, pisau, mistar, gelas ukur, ember plastik, timbangan analitik, hand sprayer, oven, alat tulis dan kamera. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari tiga kelompok. Dasar pengelompokan adalah letak urutan cabang pada pohon. Cabang pertama sebagai kelompok satu, cabang kedua sebagai kelompok dua dan cabang ketiga sebagai kelompok tiga. Pola perlakuan faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor yang pertama adalah konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA), terdiri atas 3 perlakuan yaitu 100 ppm, 300 ppm dan 500 ppm. Faktor yang kedua adalah lama perendaman bahan setek dalam larutan Indole Butyric Acid (IBA), terdiri atas 3 perlakuan yaitu 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi diulang sebanyak 3 kali, setiap satuan percobaan memiliki 10 tanaman setek.pada setiap satuan percobaan diambil 3 tanaman sebagai sampel dan 1 tanaman sebagai sampel destruktif. Jumlah setek yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah 270 setek. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Tempat Penanaman Setek Tempat penanaman setek yang digunakan adalah bak tanam berbentuk persegi panjang yang terdapat di dalam rumah setek dengan panjang 7 meter 80

3 Hamzah.,dkk: Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Terhadap Pertumbuhan Setek Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) dan lebar 1 meter. Bak tanam terlebih dahulu dibersihkan dari tanaman pengganggu, batu-batuan dan kotoran lainnya. 2. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir yang telah dibersihkan dari kotoran dan setelah itu dimasukkan ke dalam bak tanam. Pembersihan media dilakukan dengan cara pengayakan sehingga kotorankotoran seperti batu dan ranting terpisah dari media pasir yang akan digunakan. 3. Perlakuan Setek Pengambilan Bahan Setek Bahan setek diambil dari pemotongan ranting tanaman tembesu yang berasal dari pohon induk di areal kampus Universitas Jambi dengan menggunakan gunting setek. Pohon induk yang dipilih adalah pohon induk yang memiliki kriteria yang hampir serupa dengan diameter antara 11 cm 16 cm. Cabang yang diambil adalah cabang pertama, kedua dan ketiga sesuai dengan kelompok masingmasing. Dari setiap cabang, yang digunakan sebagai bahan setek adalah ranting kelima. Setek yang diambil adalah nodus ketiga sampai nodus keempat dari ujung ranting. Setek yang telah dipotong direndam dalam air untuk menjaga kelembaban serta kandungan airnya. Daun yang terdapat pada setek dibuang dan disisakan dua helai daun. Daun tersebut kemudian dipotong hingga bagian yang tersisa pada setek hanya 30% untuk mengurangi transpirasi. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Selanjutnya setek direndam dalam konsentrasi IBA sesuai dengan perlakuan selama 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Perendaman dilakukan dengan cara merendam setek tembesu sedalam 2 cm dari pangkal setek di dalam larutan IBA. 4. Penanaman Setelah direndam dalam waktu yang telah ditentukan, setek kemudian ditanam dengan kedalaman 2 cm pada media pasir di dalam bak tanam yang telah disiapkan. 5. Pemeliharaan Pemeliharaan setek meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari atau tergantung dengan kelembaban media setek. Penyiangan terhadap gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada media setek. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan anti jamur dan dilakukan sebelum penanaman untuk mencegah jamur. Analisis Data Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji orthogonal polynomial. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi IBA yang diberikan dengan lama perendaman terhadap pertumbuhan setek tembesu. Interaksi terjadi pada satu variabel pengamatan yaitu persentase setek hidup. Pada variabel pengamatan yang lain yaitu persentase setek bertunas, persentase setek berakar, waktu muncul tunas, jumlah tunas yang muncul, panjang tunas, jumlah daun, berat kering tunas dan berat kering akar tidak terjadi interaksi. 79

4 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Persentase Setek Hidup Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase setek tembesu yang hidup. Masingmasing faktor juga menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Rata-rata persentase setek hidup pada beberapa konsentrasi dan lama perendaman disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Rata-Rata Persentase Setek Hidup (IBA) p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) B A A P Q P A i 2 (300 ppm) A A A P R R B i 3 (500 ppm) B A C P P QR A QR P R Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada arah baris (A,B,C) dan pada arah kolom (P,Q,R) berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Pada Tabel 1 terlihat bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase hidup setek tembesu. Pada konsentrasi IBA 100 ppm perendaman 2 jam dan 3 jam akan menghasilkan persentase setek hidup yang sama. Akan tetapi apabila lama perendaman diturunkan menjadi 1 jam maka persentase setek hidup jadi menurun. Pada konsentrasi IBA 300 ppm, lama perendaman tidak berpengaruh pada persentase setek hidup. Pada konsentrasi IBA 500 ppm, perendaman selama 2 jam akan meningkatkan persentase setek hidup, tetapi apabila lama perendaman dinaikkan menjadi 3 jam, persentase setek hidup menurun. Pada lama perendaman 1 jam, konsentrasi IBA tidak berpengaruh terhadap persentase setek hidup. Pada lama perendaman 2 jam, persentase setek hidup tertinggi terdapat pada konsentrasi IBA 500 ppm. Dan pada lama perendaman 3 jam, konsentrasi IBA 100 ppm dapat menghasilkan persentase hidup yang tinggi. Tetapi apabila konsentrasi IBA dinaikkan menjadi 300 ppm dan 500 ppm, persentase setek hidup akan menurun. Hasil uji orthogonal polynomial menunjukkan bahwa perlakuan memberikan interaksi yang berbeda nyata terhadap persentase hidup setek tembesu. Pada konsentrasi IBA 100 ppm, perendaman selama 2 jam dan 3 jam memberikan persentase setek hidup lebih tinggi dibandingkan dengan lama perendaman 1 jam. Pada konsentrasi IBA 300 ppm, lama perendaman tidak memberikan pengaruh terhadap persentase setek. Pada konsentrasi IBA 500 ppm, lama perendaman 2 jam menghasilkan persentase setek hidup yang tinggi. Saat lama perendaman dinaikkan menjadi 3 jam, persentase setek hidup akan menurun. Hal ini diduga karena waktu perendaman selama 3 jam telah melebihi kapasitas tanaman setek dalam menyerap IBA. Lama perendaman dan konsentrasi IBA dapat memberikan hasil yang berbeda. Semakin lama perendaman, semakin banyak kesempatan tanaman untuk 80

5 Hamzah.,dkk: Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Terhadap Pertumbuhan Setek Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) menyerap zat pengatur tumbuh, namun karena pengaruh pemberian auksin bersifat hiperbolik, perendaman yang terlalu lama akan berakibat terbakarnya bagian sel-sel akar sehingga akan mengurangi kemampuan setek untuk hidup ( Faridah, 2000). Sejalan dengan penelitian Suparis (2014), yang menyatakan bahwa lama perendaman 20 menit menghasilkan persentase hidup setek cendana yang lebih tinggi dibandingkan dengan lama perendaman 10 menit dan 30 menit. Pada lama perendaman 1 jam, konsentrasi IBA tidak berpengaruh terhadap persentase setek hidup. Pada lama perendaman 2 jam, konsentrasi IBA 500 ppm dapat meningkatkan persentase setek hidup. Pada setek yang memiliki kadar auksin lebih tinggi, lebih mampu menumbuhkan akar dan menghasilkan persen hidup setek lebih tinggi daripada setek yang memiliki kadar yang rendah. Sebagaimana diketahui bahwa auksin adalah jenis hormon penumbuh yang dibuat oleh tanaman dan berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan berperan sebagai penyebab perpanjangan sel (Nababan, 2009). Saat konsentrasi IBA diturunkan menjadi 300 ppm, hasil persentase setek hidup menurun. Hal ini diduga karena pada konsentrasi 300 ppm, tanaman tidak mampu menyerap IBA dengan baik. Selain itu, ada kemungkinan terganggunya tanaman akibat faktor lain. Pertumbuhan setek dipengaruhi oleh interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan (Hartman dan Ketser, 1997). Faktor genetik terutama meliputi kandungan cadangan makanan dalam jaringan setek, ketersediaan air, umur tanaman ( pohon induk), hormon endogen dalam jaringan setek, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan penyetekan antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya dan teknik penyetekan. Persentase Setek Berakar Rata-rata persentase setek berakar pada konsentrasi IBA dan lama perendaman disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Rata-Rata Persentase Setek Berakar IBA Pengaruh Utama p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) i 2 (300 ppm) i 3 (500 ppm) Lama Perendaman Persentase setek berakar tidak dianalisis secara statistik karena terdapat beberapa data yang tidak dapat terpenuhi. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap persentase setek berakar menunjukkan bahwa persentase setek berakar tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi IBA 500 ppm dan lama perendaman 2 jam. Pada perlakuan konsentrasi IBA 300 ppm dan lama perendaman 2 jam tidak ditemukan setek tembesu yang berakar. Sedangkan berdasarkan konsentrasi IBA yang diberikan, ratarata persentase setek berakar tertinggi adalah pada konsentrasi 500 ppm (i 3 ). 79

6 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Pada perlakuan lama perendaman, ratarata persentase setek berakar sama pada masing-masing perlakuan. Persentase Setek Bertunas Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi IBA dan lama perendaman tidak berinteraksi terhadap persentase tunas setek tembesu. Faktor yang memberikan pengaruh yang nyata hanya terdapat pada faktor tetapi tidak pada faktor lama perendaman. Rata-rata persentase setek bertunas pada disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Rata-Rata Persentase Setek Bertunas IBA p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) A i 2 (300 ppm) B i 3 (500 ppm) AB P P P Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah baris (A,B,C) dan pada arah kolom (P,Q,R) tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% Tabel 3 memperlihatkan bahwa konsentrasi IBA 100 ppm nyata lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi IBA 300 ppm dan 500 ppm. Tabel 3 juga menunjukkan bahwa lama perendaman berbeda tidak nyata terhadap persentase tunas setek tembesu. Pengaruh utama konsentrasi IBA berbeda nyata pada variabel persentase setek bertunas. Pada Tabel 3 terlihat bahwa konsentrasi IBA 100 ppm memberikan rata-rata persentase setek bertunas paling tinggi. Jika konsentrasi dinaikkan menjadi 300 ppm, persentase setek bertunas akan menurun. Sama halnya dengan persentase setek hidup, konsentrasi 300 ppm kemungkinan tidak dapat diserap dengan baik oleh setek tembesu dan terdapat faktor luar yang ikut mempengaruhi. Untuk tanaman/bahan setek yang tidak bisa memunculkan tunas dikarenakan bahan setek yang membusuk dan juga adapula bahan setek yang dormansi sehingga batang setek tidak mampu memunculkan tunas (Santoso 2011). Waktu Muncul Tunas (Hari) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara konsentrasi IBA dan lama perendamanterhadap waktu muculnya tunas setek tembesu. Masing-masing faktor juga tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata terhadap waktu muncul tunas setek tembesu. Rata-rata waktu muncul tunas pada disajikan pada Tabel 4 berikut. 80

7 Hamzah.,dkk: Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Terhadap Pertumbuhan Setek Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) Tabel 4. Rata-Rata Waktu Muncul Tunas Setek Tembesu (hari) IBA p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) A i 2 (300 ppm) A i ppm) A P P P Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah baris (A,B,C) dan pada arah kolom (P,Q,R) tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Pada variabel waktu muncul tunas, jumlah tunas yang muncul, panjang tunas, jumlah daun dan berat kering akar tidak terjadi interaksi antara. Masing-masing faktor tunggal juga memberikan pengaruh yang tidak nyata. Suparis (2014), menyatakan bahwa lama perendaman yang tinggi pada konsentrasi tertentu akan mengakibatkan sel-sel tersumbat sehingga akan menghambat air dari media yang digunakan untuk proses pelarutan cadangan makanan yang akan digunakan untuk proses fisiologisnya sehingga akan mengganggu awal munculnya tunas. Jumlah tunas yang muncul pada setiap setek rata-rata hanya satu. Hal ini sejalan dengan penelitian Santoso (2011), yang menyatakan bahwa rata-rata tunas yang muncul dari setiap perlakuan hanya satu. Jumlah Tunas yang Muncul Hasil analisis ragam terhadap ratarata jumlah tunas yang muncul menunjukkan interaksi antara berbeda tidak nyata. Masing-masing faktor tunggal juga menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap jumlah tunas yang muncul pada setek tembesu. Rata-rata jumlah tunas yang muncul pada konsentrasi IBA dan lama perendaman disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Rata-Rata Jumlah Tunas Yang Muncul IBA p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) A i 2 (300 ppm) A i 3 (500 ppm) A 1.11 P 1.18 P 1.44 P Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah baris (A,B,C) dan pada arah kolom (P,Q,R) tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Pada Tabel 5 terlihat bahwa faktor tunggal konsentrasi IBA memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Begitu pula dengan faktor lama perendaman, berbeda tidak nyata terhadap jumlah tunas setek tembesu. Jumlah tunas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kandungan karbohidrat, unsur hara (terutama Nitrogen) serta konsentrasi auksin dan sitokinin. Kemampuan setek memunculkan tunas biasanya hanya 79

8 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains muncul pada 1 nodus saja karena cadangan makanan yang masih terbatas, setelah tanaman mempunyai banyak energi yang dihasilkan dari daun yang berfotosintesis dari tunas awal, biasanya muncul tunas lagi dari nodus yang lain (Santoso, 2011). Pada awal pertumbuhan setek belum mampu menyerap unsur hara yang ada dalam tanah karena belum mempunyai akar. Pada kondisi ini setek hanya memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat pada bahan setek dalam jumlah terbatas sehingga kemampuan memunculkan tunas terbatas. Panjang Tunas Hasil analisis ragam terhadap ratarata panjang tunas setek tembesu menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi IBA dan lama perendaman. Masingmasing faktor juga menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap panjang tunas setek tembesu. Rata-rata panjang tunas pada disajikan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Rata-Rata Panjang Tunas Setek Tembesu IBA p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) A i 2 (300 ppm) A i 3 (500 ppm) A 2.44 P 2.05 P 1.46 P Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah baris (A,B,C) dan pada arah kolom (P,Q,R) tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Pada Tabel 6 terlihat bahwa faktor tunggal konsentrasi IBA memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Begitu pula dengan faktor lama perendaman, berbeda tidak nyata terhadap panjang tunas setek tembesu. Panjang tunas juga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini disebabkan hormon IBA mempunyai mobilitas yang rendah bila dibandingkan dengan hormon IAA. Hormon IBA yang diberikan tidak menyebar ke bagian lain, tetap pada tempat yang diberikan sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain dari tanaman (Irwanto, 2001). Panjang tunas berbanding lurus dengan jumlah daun karena dapat memberikan lebih banyak ruang bagi daun untuk tumbuh. Pemberian IBA 500 ppm memberikan pengaruh yang cukup tinggi terhadap rata-rata panjang tunas. Semakin tinggi tanaman, maka semakin bertambah nodus sebagai tempat tumbuh daun (Suyanti., 2013). Menurut Salisbury dan Ross, (1995) auksin dapat memacu kerja giberelin dalam pemanjangan ruas-ruas batang sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah tempat tumbuh daun (nodus) pada tunas batang yang selanjutnya terjadi penambahan jumlah daun. Jumlah Daun Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi IBA dan lama perendaman terhadap jumlah daun setek tembesu. Masing-masing faktor juga menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun setek tembesu. Rata-rata jumlah daun pada disajikan pada Tabel 7 berikut. 80

9 Hamzah.,dkk: Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Terhadap Pertumbuhan Setek Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) Tabel 7. Rata-Rata Jumlah Daun Setek Tembesu IBA p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) A i 2 (300 ppm) A i 3 (500 ppm) A 2.98 P 2.89 P 2.96 P Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah baris (A,B,C) dan pada arah kolom (P,Q,R) tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Pada Tabel 7 terlihat bahwa faktor tunggal konsentrasi IBA memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Begitu pula dengan faktor lama perendaman, berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun setek tembesu. Berat Kering Tunas Hasil analisis ragam terhadap ratarata berat kering tunas setek tembesu menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentrasi IBA dan lama perendaman. Masingmasing faktor juga menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap berat kering tunas setek tembesu. Rata-rata berat kering tunas pada konsentrasi IBA dan lama perendaman disajikan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Rata-Rata Berat Kering Tunas Setek Tembesu Konsentrasi p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) A i 2 (300 ppm) A i 3 (500 ppm) A P P P Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada arah baris (A,B,C) dan pada arah kolom (P,Q,R) tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%. Pada Tabel 8 terlihat bahwa faktor tunggal konsentrasi IBA memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Begitu pula dengan faktor lama perendaman, berbeda tidak nyata terhadap berat kering tunas setek tembesu. Berat Kering Akar Jumlah berat kering akar setek tembesu pada perlakuan konsentrasi IBA dan lama perendaman disajikan dalam Tabel 9 berikut. 79

10 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Tabel 9. Jumlah Berat Kering Akar Setek Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) IBA Pengaruh utama p 1 (1 jam) p 2 (2 jam) p 3 (3 jam) Konsentrasi i 1 (100 ppm) i 2 (300 ppm) i 3 (500 ppm) Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap berat kering akar setek tembesu bahwa berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi IBA 500 ppm dan lama perendaman 3 jam. Berat kering akar tidak dapat teramati dengan baik karena akar yang dapat ditimbang hanya ada 6 sampel. Setek berakar lainnya tidak dapat ditimbang karena akarnya yang masih sangat halus. Berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi IBA 500 ppm dan lama perendaman 3 jam. Berat kering tanaman umumnya berhubungan dengan panjang akar dan jumlah daun tanaman. Panjang perakaran suatu tanaman akan menghasilkan jangkauan penyerapan unsur hara yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan jumlah unsur hara yang terkandung dalam tubuh tanaman. Jumlah daun mendukung proses fotosintesis yang menghasilkan fotosintat untuk pertumbuhan tanaman. Meningkatnya jumlah dan panjang akar menyebabkan peningkatan penyerapan unsur hara sehingga akumulasi fotosintat dan unsur hara semakin tinggi dan meningkatkan berat basah tanaman, sehingga berat kering tanaman juga meningkat. Berat kering tanaman mencerminkan akumulasi dari senyawa organik yang berhasil disintesis dari senyawa anorganik, terutama air dan karbondioksida dari unsur hara yang terserap dan hasil fotosintesis tanaman (Suyanti et al., 2013). Pada variabel persentase setek berakar, perlakuan konsentrasi IBA dan lama perendaman tidak dianalisis secara statistik. Perlakuan yang menunjukkan hasil tertinggi yaitu terdapat pada konsentrasi 500 ppm dan lama perendaman 2 jam sebesar 16,67%. Sementara pada konsentrasi 300 ppm dan lama perendaman 2 jam tidak terdapat setek tembesu yang berakar. Dalam upaya menumbuhkan akar, faktor yang mempengaruhi adalah faktor dalam dan luar. Faktor dalam yang mempengaruhi yaitu macam dan umur bahan setek, adanya tunas dan daun, kandungan bahan makanan, kandungan zat pengatur tumbuh dan terbentuknya kalus. Faktor luar adalah media perakaran, kelembaban, suhu, cahaya dan faktor pelaksanaan (Hartmann dan Kester, 1997). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. dan lama perendaman berinteraksi terhadap persentase setek hidup tembesu tetapi tidak berinteraksi terhadap variabel lainnya ppm dan lama perendaman 2 jam memberikan persentase setek hidup yang lebih 80

11 Hamzah.,dkk: Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Terhadap Pertumbuhan Setek Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan menggunakan IBA dengan konsentrasi 500 ppm dengan lama perendaman 2 jam untuk mendapatkan persentase setek hidup yang tinggi. 2. Untuk mendapatkan hasil setek berakar yang lebih baik, perlu menambah waktu penelitian agar dapat diketahui dalam waktu berapa lama setek tembesu dapat menumbuhkan akar. 3. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan konsentrasi IBA yang lebih tinggi untuk mengetahui konsentrasi terbaik dalam pertumbuhan setek tembesu. 4. Perlu dilakukan penelitian sejenis menggunakan hormon lain dengan perlakuan yang sama sebagai pembanding. DAFTAR PUSTAKA Asmara AP Pengaruh Beberapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Seedling di Polybag. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Vademikum Dipterocarpaceae. Departemen Kehutanan, Jakarta. Buharman, DF Djam an dan N Widyani Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid III. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Djauhariya dan Rahardjo Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Keberhasilan Perbanyakan Tanaman Mengkudu dengan Setek Batang. Prosiding Seminar Nasional XXV Tumbuhan ObatIndonesia: Faridah E Pengaruh Media Tumbuh, Hormon dan Kedudukan Stek pada Tanaman Induk Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Jati. Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur 1999 : Febriani P, Darmanti S dan Raharjo B Pengaruh Konsentrasi dan dalam Supernatan KulturBacillus sp. 2 DUCC-BR-K1.3 Terhadap Pertumbuhan Stek Horisontal Batang Jarak Pagar (Jatropa curcasl.). Jurnal Saint &Mat. Vol 17. Hal : Hamijoyo P Tembesu : Jenis Multiguna yang Nyaris Dilupakan. Rimba Indonesia, Vol. XXX No. 1-2 Juni Hal Hartmann HT and DE Kester Plant Propagation Principle and Practices. London: Prentice Hall Inc. Hartmann HT, DE Kester, FT Davies, and RL Geneve Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J. Heyne K Tumbuhan Berguna Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta. Irawati H Pertumbuhan Setek BatangTanaman Daun Dewa (Gynurapseudochina) Setelah Direndam dengan IBA ( Indol Butyric Acid). Jurusan Biologi. Universitas Diponegoro, Semarang. Irwanto Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap 79

12 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Persen Jadi Setek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon. International Union For Conservation of Nature and Natural Resources. IUCN The IUCN Red List of Threatened Species. Diunduh dari (diakses Desember 2013). Lemmens RHMJ, I Soerianegara and WC Wong Plant Resources ofsouth East Asia No 5 (2). Timer Trees: Minor Comercial timbers.prosea. Bogor, Indonesia. Lukitariati S, NLP Indriyani, A Susiloadi, dan MJ Anwarudin Pengaruh Naungan dan Konsentrasi Asam Indol Butirat terhadap Pertumbuhan Bibit Batang Bawah Manggis. Jurnal Hortikultura 6 (3): Nababan D Penggunaan Hormon IBA terhadap Pertumbuhan Stek Ekaliptus Klon Ind 48. USU Repository, Medan Rochiman K dan Harjadi SS Pembiakan Vegetatif. Bogor : Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Salisbury FB dan Ross CW. 1995, Fisiologi Tumbuhan, Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryono, Jilid 3, ITB, Bandung. Santoso B Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) dalam Berbagai Konsentrasi dan Lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Setek Kepuh (Sterculia foetida Linn.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Suparis A Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Indole Butyric Acid (IBA) terhadap Pertumbuhan Tunas Setek Akar Cendana (Santalum album Linn.) pada Media Pasir. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Surapto A Auksin: Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu Setek Tanaman. Jurnal Agronomi. Vol. 21, No. I Februari - Maret 2004 (Tahun ke 1l): 8l-90. Suyanti, Mukarlina, dan Rizalinda Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Keji Beling (Strobilanthes crispus Bl) dengan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid). Jurnal Protobiont. Vol 2 (2): Yasman I. dan W.T.M Smits Metode Pembuatan Setek Dipterocarpaceae. Asosiasi Panel Kayu Indonesia. 38p. 80

Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Keji Beling (Strobilanthes crispus Bl) dengan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid)

Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Keji Beling (Strobilanthes crispus Bl) dengan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Keji Beling (Strobilanthes crispus Bl) dengan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) Suyanti 1, Mukarlina 1, Rizalinda 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS ASAL SEEDLING(Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI IBA

PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS ASAL SEEDLING(Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI IBA Volume 12, Nomor 2, Hal. 19-24 ISSN 0852-8349 Juli Desember 2010 PERTUMBUHAN BIBIT MANGGIS ASAL SEEDLING(Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI IBA [GROWTH OF MANGOSTEEN SEEDLING (Garcinia mangostana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) The effect of shoot part on growth cutting kranji (Pongamia pinnata Merill) Oleh Nurmawati Siregar Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 13, Nomor 1, Hal. 15-20 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2011 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU ( Aquilaria malaccensis Lamk) (Auksin Effect on the Growth of Natural Breeding Scraped Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Gusniar Purwanti,

Lebih terperinci

Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda

Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DAN BEBERAPA MEDIA TANAM BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KAMBOJA (Adenium obesum)

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F.

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F. PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F. Alst) Yustina Sri Sulastri Staf Pengajar Kopertis Wil. I dpk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-. ~~ ~ ~,~-. ~.~~.~~~~. ~.~.~ ~.. ARIF BUDIMAN (E.01496103). Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Slrorea baiangeran Korth. Pada Medium Air (Water Rooting System). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) : Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) Dengan Bahan Tanam Dan Konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) Yang Berbeda Growth of green deli water apple (Syzygium

Lebih terperinci

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita Kata Kunci: zat pengatur tumbuh, jeruk keprok, pertumbuhan Zat pengatur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi

Lebih terperinci

Farida Nur Hasanah*, Nintya Setiari* * Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP

Farida Nur Hasanah*, Nintya Setiari* * Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam (Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam Iba (Indol Butyric Acid) pada Konsentrasi Berbeda Farida Nur Hasanah*, Nintya Setiari* * Laboratorium Biologi Struktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF Charloq Staf Pengajar Fakultas Pertanian USU Abstract The experiment was conducted at the area Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek agribisnis nanas sangat cerah, baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah nanas cenderung meningkat sejalan

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.)

PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.) PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.) Tri Kurniastuti Staf Pengajar di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Islam Balitar Blitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat

I. PENDAHULUAN. spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Sumatera Barat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Andalas ( Morus macroura Miq.) merupakan salah satu tanaman asli ( indigenous spesies) Indonesia yang ditetapkan sebagai maskot Sumatera Barat. Syamsuardi, Jamsari dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) dengan Metode Stek Pucuk

Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) dengan Metode Stek Pucuk JURNAL Vol. 3 Agustus SILVIKULTUR 212 TROPIKA Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut 97 Vol. 3 No. 2 Agustus 212, Hal. 97 11 ISSN: 286-8227 Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA

PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA KETUT TURIANI INDRA WINTEN 1) ANAK AGUNG GEDE PUTRA 2) PANDE GEDE GUNAMANTA 3) Fakultas Pertanian Universitas Tabanan 1).

Lebih terperinci

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA (THE RESPONSE OF BRANCH CUTTINGS YELLOW BAMBOO (Bambusa Vulgaris) BY GIVING INDOLE ACETIC ACID) Yosepin K. Simangunsong, Indriyanto,

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN 1979 5777 81 PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN Lestari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jl.

Lebih terperinci

RESPON PERKECAMBAHAN BIJI TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb.) PADA PERENDAMAN BERBAGAI KONSENTRASI GIBERELIN (GA 3 )

RESPON PERKECAMBAHAN BIJI TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb.) PADA PERENDAMAN BERBAGAI KONSENTRASI GIBERELIN (GA 3 ) RESPON PERKECAMBAHAN BIJI TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb.) PADA PERENDAMAN BERBAGAI KONSENTRASI GIBERELIN (GA 3 ) Desva Normaya 1, Mayta Novaliza Isda 2, Siti Fatonah 2 1 Mahasiswa Program S1 Biologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya lada di Indonesia dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK Preliminary Research on Vegetative Propagation of Nyawai (Ficus variegata) by Cutting Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO Zohiriah 1, Zulfarina 2, Imam Mahadi 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN TEKNIK PEMANGKASAN (Shorea leprosula Miq.) SEBAGAI BAHAN PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN CARA STEK Prunning Techniques of Shorea leprosula Miq. as Vegetative Propagation Material for Cutting Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth)

PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth) PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth) Adding rootone f on the growth of stem Cuttings of puri (Mitragyna speciosa Korth) Okta Cahyadi, Iskandar, AM dan Hafiz

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 205 ISBN: 978-602-8962-5-9 PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA DAN BUBUR PISANG PADA MEDIA MS TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK KELINCI (Dendrobium antennatum Lindl.) SECARA

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Hormon Iba Terhadap Pembentukan Akar Stek Pucuk Zaitun (Olea Europaea L.) Dengan Teknik Micro-Cutting

Pengaruh Penambahan Hormon Iba Terhadap Pembentukan Akar Stek Pucuk Zaitun (Olea Europaea L.) Dengan Teknik Micro-Cutting Pengaruh Penambahan Hormon Iba Terhadap Pembentukan Akar Stek Pucuk Zaitun (Olea Europaea L.) Dengan Teknik Micro-Cutting TINTRIM RAHAYU 1 1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Email: tintrimr@gmail.com

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 97-101 (2002) Komunikasi (Communication) PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method

Lebih terperinci

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik Biocelebes, Juni 2011, hlm. 22-30 ISSN: 1978-6417 Vol. 5 No. 1 Tingkat Keberhasilan Okulasi Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Abdul Hamid Noer 1) dan Yusran 2) 1,2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67% III. Metode Penelitian A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2013 bertempat di Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F PADA PERTUMBUHAN PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina Benth)

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F PADA PERTUMBUHAN PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina Benth) Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN ROOTONE-F PADA PERTUMBUHAN PULE PANDAK (Rauwolfia serpentina Benth) Heru Sudrajad,

Lebih terperinci

TANGGAP STEK CABANG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS HORMON IAA DAN IBA

TANGGAP STEK CABANG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS HORMON IAA DAN IBA Jurnal Natur Indonesia III (2): 121 128 (2001) TANGGAP STEK CABANG BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PADA PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS HORMON IAA DAN IBA Nurul Sumiasri *) & Ninik Setyowati-Indarto **) *)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO Delfi Trisnawati 1, Dr. Imam Mahadi M.Sc 2, Dra. Sri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT S. A M A R I L L I S, N. K H U M A I D A, M. H. B I N T O R O D J O E F R I E Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Libria Widiastuti dan Muhammad Hanif Khairudin Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 172 Vol. 1, No. 2: 172 178, Mei 2013 PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.) Mutiara

Lebih terperinci

THE EFFECT OF GIFT NAPTHALENE ACETIC ACID (NAA) AND BENZYL ADENINE (BA) ON THE GROWTH OF LEAF CUTTAGES OS Sansevieria masoniana Giant ABSTRACT

THE EFFECT OF GIFT NAPTHALENE ACETIC ACID (NAA) AND BENZYL ADENINE (BA) ON THE GROWTH OF LEAF CUTTAGES OS Sansevieria masoniana Giant ABSTRACT PENGARUH PEMBERIAN NAPTHALENE ACETIC ACID (NAA) DAN BENZYL ADENINE (BA) TERHADAP KEBERHASILAN SETEK DAN PERTUMBUHAN ANAKAN SANSEVIERIA Sansevieria masoniana Giant THE EFFECT OF GIFT NAPTHALENE ACETIC ACID

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 Gang Mawar no 7 Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar

Lebih terperinci

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume.

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 03 Agustus 2011 Vol. 03 No. 01 Agustus 2011, Hal. 59 65 Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Rootone-F) 59 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBERIAN EMPATJENIS ZAT PENGATUR TUMBUH PADA STEK CABANG SUNGKAI (Peronema canescens Jack)

PERBANDINGAN PEMBERIAN EMPATJENIS ZAT PENGATUR TUMBUH PADA STEK CABANG SUNGKAI (Peronema canescens Jack) PERBANDINGAN PEMBERIAN EMPATJENIS ZAT PENGATUR TUMBUH PADA STEK CABANG SUNGKAI (Peronema canescens Jack) Oleh : Dila Swestiani dan Aditya Hani Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Sungkai (Peronema

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (2006) Statistik Perkebunan Ditjen Perkebunan Departemen Pertanian, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (2006) Statistik Perkebunan Ditjen Perkebunan Departemen Pertanian, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Danu dan Nurhasybi. 2003. Potensi Benih Generatif dan Vegetatif dalam Pembangunan Hutan Tanaman. Makalah Temu Lapangan dan Ekspose Hasil-hasil Penelitian UPT Badan Litbang Kehutanan Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ)

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ) per tahun. Pemakaian ini akan terus meningkat hingga tahun-tahun mendatang seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan dari

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN 1979 5777 103 PENGARUH KOMBINASI MACAM ZPT DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA TERHADAP KEBERHASILAN PEMBIBITAN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) SECARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Buah tanaman vanili digunakan untuk bahan pengharum

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu penyemaian benih dan penanaman

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

KEBERHASILAN TUMBUH RAGAM STEK TANAMAN TEH (Camellia sinensis, L.) PADA PENGGUNAAN LAMA SIMPAN URIN SAPI

KEBERHASILAN TUMBUH RAGAM STEK TANAMAN TEH (Camellia sinensis, L.) PADA PENGGUNAAN LAMA SIMPAN URIN SAPI KEBERHASILAN TUMBUH RAGAM STEK TANAMAN TEH (Camellia sinensis, L.) PADA PENGGUNAAN LAMA SIMPAN URIN SAPI [EFFECTS OF SOURCE OF CUTTINGS AND DURATION OF COW URINE STORAGE ON GROWTH OF TEA (Camelia sinensis)

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih [Combretocarpus rotundatus (Miq.

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih [Combretocarpus rotundatus (Miq. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 28 Istomo et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 01 April 2012, Hal. 28 32 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Pemberian Zat Pengatur NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG STEK AKAR DAN KONSENTRASI NATRIUM- NITROFENOL TERHADAP PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis F.)

PENGARUH PANJANG STEK AKAR DAN KONSENTRASI NATRIUM- NITROFENOL TERHADAP PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis F.) PENGARUH PANJANG STEK AKAR DAN KONSENTRASI NATRIUM- NITROFENOL TERHADAP PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis F.) M. Hidayanto 1), Siti Nurjanah 2), Yossita F. 1) 1) Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci