4 PENGARUH RUMPON TERHADAP ZONE OF INFLUENCE ALAT TANGKAP BUBU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 PENGARUH RUMPON TERHADAP ZONE OF INFLUENCE ALAT TANGKAP BUBU"

Transkripsi

1 4 PENGARUH RUMPON TERHADAP ZONE OF INFLUENCE ALAT TANGKAP BUBU 4.1 Pendahuluan Terumbu karang termasuk salah satu ekosistem di daerah tropis memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi. Hal ini ditandai dengan banyaknya biota laut yang menghuni ekosistem tersebut. Salah satu biota penghuni terumbu karang yang memiliki keanekaragaman tinggi adalah ikan karang. Ikan karang memiliki jenis, ukuran, warna tubuh dan kesukaan habitat berbeda-beda. Ikan karang melakukan aktivitasnya setiap hari menggunakan terumbu karang sebagai tempat untuk mencari makan, tempat berlindung, tempat berpijah, dan sebagainya. Usaha penangkapan ikan karang telah dilakukan para nelayan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, namun kegiatan yang dilakukan belum sepenuhnya memperhatikan aspek kelestarian lingkungan perairan karang dan biota penghuninya. Penangkapan ikan karang dilakukan dengan menggunakan berbagai alat tangkap seperti bubu, jaring, panah, bahkan ada yang menggunakan alat tangkap bersifat destruktif seperti bom dan racun. Akibat dari pola penangkapan seperti tersebut, maka akhir-akhir ini banyak terumbu karang di perairan Indonesia, khususnya di lokasi penelitian sudah banyak mengalami kerusakan. Perkembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia terutama ikan karang tidak terlepas dari perkembangan pengetahuan tentang tingkah laku ikan di dunia secara keseluruhan. Pengetahuan tentang alat tangkap dan tingkah laku ikan menjadi sasaran tangkapan merupakan faktor penting dalam memahami proses penangkapan dari suatu jenis alat tangkap. Selain itu, pengetahuan tersebut dapat pula digunakan dalam meningkatkan hasil tangkapan (Fitri, 2002 diacu oleh Yustika, 2006). Dalam mendisain suatu alat tangkap, maka faktor utama yang harus diperhatikan adalah aspek tingkah laku ikan. Menurut Gunarso (1985), tingkah laku ikan adalah suatu proses adaptasi tubuh ikan terhadap lingkungan internal maupun eksternal, seperti perubahan cahaya, kamuflase, stress dan proses fisiologi internal lainnya. Ikan bereaksi secara langsung terhadap keadaan sekelilingnya melalui beberapa indera seperti indera penglihatan, penciuman,

2 65 peraba dan sebagainya. Dengan kata lain, indera tersebut memungkinkan ikan untuk mendeteksi benda-benda pada suatu jarak tertentu. Tingkah laku ikan dalam kaitan dengan benda-benda bergerak atau diam menunjukkan bahwa rangsangan merupakan faktor penting yang dapat menentukan tingkat efisiensi penangkapan dari berbagai alat tangkap. Faktor rangsangan menyangkut daya penglihatan lebih dominan dalam menentukan reaksi atau sebagai faktor penting bagi beberapa jenis ikan untuk merespons terhadap alat tangkap. Faktor rangsangan menyangkut daya penglihatan merupakan faktor yang menentukan reaksi atau tingkah laku ikan dalam merespons adanya alat tangkap (Baskoro dan Effendie, 2005). Salah satu jenis alat tangkap populer digunakan untuk menangkap ikan karang adalah bubu (Purbayanto et al. 2006). Bubu sering dianggap sebagai alat penangkap ikan yang tidak merusak lingkungan (Redjeki et al. 2005). Berbagai jenis bahan dapat dipakai untuk membuat bubu, misalnya anyaman bambu, rotan, dan kawat (Hartati et al. 2004). Menurut proses tertangkapnya ikan, bubu termasuk dalam kategori perangkap (jebakan), alat tangkap bersifat pasif. Dalam proses penangkapan alat tangkap bubu mempermudah ikan untuk masuk namun sulit keluar. Untuk menarik ikan bergerak masuk ke dalam bubu, nelayan biasanya memasang umpan yang diletakkan di dalam bubu. Umpan digunakan sebagai alat pemikat agar ikan karang datang mendekati alat tangkap bubu, masuk ke dalam bubu dan akhirnya terperangkap. Bubu digunakan oleh setiap daerah berbeda-beda baik bentuk, ukuran maupun teknik pengoperasiannya. Bubu digunakan dalam penangkapan ikan karang adalah bubu dasar. Untuk menarik ikan masuk ke bubu biasanya menurut pengalaman nelayan selama ini menggunakan umpan. Umpan digunakan sebagai alat pemikat, agar ikan karang datang mendekati alat tangkap bubu, masuk ke dalam bubu dan akhirnya terperangkap. Dalam rangka meningkatkan efisiensi penangkapan ikan karang, selain penggunaan umpan sebagai alat pengumpul ikan karang agar bisa mendekati alat tangkap, maka perlu dipikirkan teknologi yang tepat agar ikan-ikan dapat mudah berkumpul dan akhirnya terperangkap. Alat bantu penangkapan ikan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan ikan karang adalah rumpon.

3 66 Rumpon adalah suatu konstruksi bangunan dipasang di perairan bertujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga memudahkan penangkapan (Monintja, 1995 diacu oleh Baskoro dan Effendie, 2005). Selanjutnya menurut Bergstrom (1983) diacu oleh Atapattu (1991), rumpon (fish aggregating device) merupakan salah satu metode, objek atau konstruksi digunakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pemanenan ikan dengan menarik atau mengumpulkan ikan. Prinsip penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon, di samping rumpon berfungsi untuk mengumpulkan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan (schooling) ikan tersebut mudah ditangkap dengan alat tangkap yang digunakan. Diduga ikan tertarik dan berkumpul di sekitar rumpon karena rumpon berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan (Subani 1986 diacu oleh Baskoro dan Effendie 2005, Monintja et al. 2003, Yusfiandayani 2004). Adanya perifiton di rumpon dan ikan-ikan beserta food-web lokal yang terbentuk di sekitarnya menjadikan rumpon dan ruang di sekitarnya suatu feeding ground. Pada food-web tersebut, biota berukuran kecil biasanya merupakan mangsa bagi ikan-ikan yang berukuran lebih besar. Bangunan rumpon merupakan substrat mempermudah biota renik berkembang. Selanjutnya biota renik yang menempel (perifiton) merupakan mangsa bagi ikan-ikan kecil. Kehadiran ikan-ikan kecil kemudian akan menarik perhatian ikan-ikan lebih besar untuk datang memangsanya. Proses selanjutnya yang diharapkan adalah ikan-ikan tersebut (baik mangsa maupun pemangsa) kemudian akan mendekati bubu dan akhirnya masuk dan terperangkap karena mangsa akan mencari perlindungan sedangkan pemangsa mengejar mangsa. Bubu dipasang bersama rumpon di perairan, mempermudah mikroorganisme sebagai makanan ikan dapat menempel pada atraktor rumpon. Mikroorganisme yang menempel disebut perifiton merupakan makan bagi ikanikan kecil. Dengan kehadiran ikan-ikan kecil akan menarik ikan-ikan besar untuk datang memangsanya. Ikan-ikan akan mendekat pada alat tangkap bubu untuk mencari perlindungan dan akhirnya masuk dan terperangkap. Ikan karang mendekati alat tangkap bubu memperlihatkan tingkah laku yang berbeda-beda sangat tergantung dari spesies ikan. Tidak semua spesies ikan

4 67 mempunyai tingkah laku di sekitar bubu sama. Pada bubu tidak berumpan, ada perbedaan tingkah laku ikan memasuki bubu di mana squerrelfish dan goatfish memasuki bubu dengan cara bergerombol, tetapi parrotfish, bigeye memasuki bubu secara individual. Chaetodon sp dan Pseudopeneus sp akan berenang berbalik arah dengan ketakutan bila ada ikan jenis lain yang tertangkap oleh bubu (Furevik, 1994 diacu oleh Ferno dan Olsen, 1994). Fenomena ketertarikan ikan karang pada alat tangkap bubu merupakan bentuk tingkah laku ikan yang sangat penting harus diketahui sebagai salah satu faktor kunci dalam mendukung keberhasilan usaha penangkapan ikan karang. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkah laku ikan dan pengaruh rumpon terhadap zone of influence dari alat tangkap bubu. 4.2 Metodologi Penelitian Prosedur Pengamatan Pengamatan tingkah laku ikan karang di sekitar rumpon dan bubu (i) Pengamatan tingkah laku ikan karang di sekitar rumpon dan bubu menggunakan metode sensus visual (visual census method). Pengamatan dilakukan 30 menit setelah rumpon dan bubu terpasang di perairan. Pengamatan dilakukan terhadap jenis-jenis ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu. Ilustrasi tentang zona pengaruh alat tangkap (zone of influence/field of influence) bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon telah disajikan pada Bab 3 Gambar 5. (ii) Pengamatan berikut dilakukan seminggu sekali pada jam 08.00, jam 12.00, dan jam Adapun hal-hal yang diamati meliputi jumlah ikan, jarak (radius) ikan terhadap rumpon dan bubu, lama waktu ikan berada di rumpon dan bubu, pola renang (soliter, bergerombol, dan berpasangan), pola gerak seperti cara datang dari arah depan dengan membuat gerak melingkar melawan arus, bergerak naik turun, maupun membuat gerakan searah jarum jam.

5 68 (iii) Untuk menentukan jenis ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Gloerfelt dan Kailola (1984), Isa et al. (1998); Kuiter (1992) dan Allen dan Stenee (2002). (vi) Sebagai data pendukung diamati juga perifiton yang menempel pada setiap jenis daun atraktor yaitu daun lontar (Borrasus flabellifer), dan daun gewang/gebang (Corypha gebanga) Pengamatan tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu Pengamatan tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu melalui simulasi yang dilakukan di dalam keramba. Pengamatan tidak dapat dilakukan di lokasi penelitian karena kondisi perairan saat itu dalam keadaan bergelombang dan arusnya kuat. Pada kondisi ini keadaan perairan menjadi tidak stabil dan tingkat kekeruhannya tinggi sehingga sulit untuk melakukan pengamatan bawah air karena batas pandang (visibilitas) rendah dan sulit untuk mengamati jenis ikan yang hadir di rumpon dan bubu. Pengamatan dilakukan di dalam keramba berukuran panjang: 2 m, lebar: 1.5 m dan tinggi: 2 m (Lampiran 4). Kemudian ikan hasil tangkapan bubu baik menggunakan rumpon maupun tanpa rumpon dimasukkan ke dalam keramba. Pengamatan dilakukan dari jam WITA. Ikan yang dimasukkan ke dalam keramba untuk diamati sebanyak 17 spesies dengan pola tingkah laku berbeda-beda. Tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu diamati secara visual meliputi pola renang dan pola gerak ikan karang di luar maupun di dalam bubu serta cara ikan meloloskan diri dari dalam bubu. Pengamatan tingkah laku ikan karang di dalam keramba hanya menggunakan 17 spesies. Informasi yang diperoleh masih sangat terbatas sehingga untuk mendapatkan data yang lebih lengkap perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap jenis-jenis ikan karang lainnya.

6 Analisis data 1. Analisis komunitas perifiton dan ikan karang a. Analisis kepadatan Perifiton Perhitungan kepadatan individu perifiton (n) pada setiap mm 2 permukaan substrat (daun) mengikuti petunjuk American Public Health Association (A.P.H.A), 1989 ( Rumus telah disajikan pada Bab 3). b. Analisis Indeks Keragaman (H ), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C) perifiton dan ikan karang di rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Shannon-Weaner diacu oleh Krebs (1972) (Rumus telah disajikan pada Bab 3). 2. Analisis tingkah laku ikan karang Analisis data jumlah ikan yang hadir, jarak (radius), lama waktu, pola renang dan pola gerak ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan bubu di jelaskan secara deskriptif menggunakan tabel dan gambar. Penentuan proporsi ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu, jarak (radius) ikan terhadap rumpon dan bubu serta lama waktu ditentukan berdasarkan jumlah, jarak (radius), dan lama waktu setiap spesies ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu. Penentuan proporsi dilakukan terhadap jumlah ikan yang hadir, jarak (radius) setiap spesies ikan karang terhadap rumpon dan bubu, lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di sekitar rumpon dan bubu, pola renang dan pola gerak setiap spesies ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu (Rumus telah disajikan pada Bab 3). Proporsi pola renang ditentukan berdasarkan pola renang yang diperlihatkan oleh setiap spesies ikan karang, sedangkan pola gerak ditentukan berdasarkan 3 paramater gerakan yang diperlihatkan oleh ikan karang di rumpon dan bubu. Untuk menentukan pola gerak ikan di rumpon berdasarkan tiga parameter gerakan yaitu arah renang (datang dari depan dan belakang), pola gerakan (melawan arus, bergerak naik turun, bergerak bolak balik, bergerak melingkar searah jarum jam) dan posisi ikan terhadap rumpon (vertikal, atas, samping, pertengahan, dalam, masuk keluar, singgah sebentar lalu pergi dan datang langsung pergi). Selanjutnya untuk menentukan pola gerak ikan

7 70 di bubu berdasarkan tiga parameter gerakan yaitu arah renang (depan, samping, belakang), pola gerakan (melawan arus, naik turun, bolak balik, menyusuri dinding bubu, menyusuri dinding bubu serah jarum jam) dan posisi ikan dengan bubu (atas, samping, depan mulut bubu, dasar dan langsung pergi). Penentuan pola gerak ikan karang di rumpon dan bubu di modifikasikan mengikuti petunjuk Suharyanto (2003) yang dilakukan dalam menentukan pola lompatan udang. 4.3 Hasil Rumpon sebagai alat pengumpul ikan karang Keragaman taksa perifiton di rumpon Awal setelah rumpon di pasang di perairan maka daun-daun rumpon akan membusuk dan menempel mikroorganisme. Mikroorganisme yang menempel disebut perifiton. Perifiton terdiri dari tumbuhan dan hewan mikroskopis yang menempel pada substrat yang terendam dalam air terutama pada atraktor rumpon. Perifiton yang hadir di rumpon akan mempengaruhi laju perkembangan proses kolonisasi organisme pemangsa lain termasuk juvenil ikan dan larva kerangkerangan yang menempel (Soedharma,1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan jenis-jenis perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 secara keseluruhan berjumlah 85 spesies, 70 genus, 36 famili dan 15 kelas. Keragaman taksa perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 disajikan Tabel 7. Jenis dan sebaran perifiton pada atraktor lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Tabel 7 Keragaman taksa perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 Taksa L1 perifiton RKL RBL RG RKL RBL RG Spesies Genus Famili Kelas L2

8 71 Keragaman taksa perifiton ditemukan pada atraktor rumpon kecil lontar di lokasi L1 ada 50 spesies, 46 genus, 31 famili dan 13 kelas, atraktor rumpon besar lontar di lokasi L1 ada 46 spesies, 42 genus, 30 famili dan 12 kelas, dan pada atraktor rumpon gewang di lokasi L1 ada 53 spesies, 46 genus, 29 famili dan 15 kelas. Selanjutnya komposisi dan sebaran perifiton yang ditemukan pada atraktor rumpon kecil lontar di lokasi L2 ada 46 spesies, 42 genus, 30 famili dan 11 kelas, atraktor rumpon besar lontar di lokasi L2 ada 41 spesies, 39 genus, 25 famili dan 10 kelas, dan pada atraktor rumpon gewang di lokasi L2 ada 50 spesies, 43 genus, 29 famili dan 14 kelas. Jumlah spesies perifiton terbanyak pada rumpon gewang lokasi L1 sebanyak 53 spesies, kemudian diikuti oleh rumpon kecil lontar di lokasi L1 dan rumpon gewang di lokasi L2 masing-masing sebanyak 50 spesies, dan terendah pada rumpon besar lontar lokasi L2 sebanyak 41 spesies. Selanjutnya jumlah genus tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar dan rumpon gewang lokasi L1 masing-masing sebanyak 46 genus, kemudian diikuti oleh rumpon gewang lokasi L2 sebanyak 43 genus dan terendah pada rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 sebanyak 39 genus. Jumlah famili tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar lokasi L1 dan L2 masing-masing sebanyak 31 dan 30 famili, kemudian rumpon gewang lokasi L1 dan L2 masing-masing 29 famili, dan terendah pada rumpon besar lontar lokasi L1 dan L2 sebanyak 26 dan 25 famili. Berikutnya jumlah kelas terbanyak terdapat pada rumpon gewang lokasi L1 dan L2 masing-masing sebanyak 15 dan 14 kelas, kemudian rumpon kecil lontar lokasi L1 sebanyak 13 kelas dan terendah pada rumpon besar lontar lokasi L2 sebanyak 10 kelas. Sebaran taksa perifiton pada rumpoin lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Gambar 7.

9 J u m la h ta k s a RKL1 RBL1 RG1 RKL2 RBL2 RG2 Spesies Genus Famili Kelas Jenis rumpon Gambar 7 Keragaman taksa perifiton pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2. Keragaman spesies tertinggi terdapat pada rumpon gewang L1, kemudian rumpon kecil lontar L1 dan rumpon gewang L2 dan teredah pada rumpon besar lontar L2. Jumlah genus tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar dan rumpon gewang L1 dan terendah pada rumpon besar lontar L2. Famili tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar L1 dan terendah pada rumpon besar lontar L2. selanjutnya kelas tertinggi terdapat pada rumpon gewang L1 dan L1 dan terendah pada rumpon besar lontar L2. Dari data tersebut terlihat bahwa kelas Bacillariophyceae lebih mendominasi keragaman taksa perifiton baik dilihat dari jumlah spesies, genus maupun famili dibandingkan dengan kelas perifiton lainnya. Selain jenis-jenis perifiton yang diamati pada atraktor rumpon, dilakukan pengamatan juga pada alat tangkap bubu. Adapaun jenis-jenis perifiton yang teridentifikasi pada alat tangkap bubu sebagai berikut : Zygnemopsis spiralis, Globoralis pumilio, Creseis virgula, C. acicula, Leptocylindrus sp, Spikul spongs, Zygnema insigne, Cymbella sp 2, Textullaria sagittula, Coscinodiscus sp, Amphorela brandhi, Nitzschia sigma, N. vitrea, Eutintinus sp, Halosphaera viridis, Spongilla fragilis, Atlanta sp, Peraclis sp, Hyalotheca dissiliens, Limacina leseuri, Detonula pumida, Rhizoclonium sp, Pleurosigma sp, Triceratium

10 73 ghibbosum, Ligmophora abbreviata, Calanus sp, Askenasyella chlamidopus, Fragmen alga merah, Pyrocistis fusiformis, Fragillaria cylindrus, Atlanta sp, Pelagothrix clevei, Halosphora viridis, Anguillospora longissima, Diploneis fusca, larva udang, Cipria sp, dan Tintinopsis sp. Dari hasil identifikasi ini ternyata bahwa jenis-jenis perifiton yang hadir di rumpon mirip dengan jenis-jenis perifiton yang terdapat pada bagian-bagian badan bubu Kepadatan dan kelimpahan perifiton Jenis perifiton yang memiliki kepadatan dan kelimpahan tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar lokasi L1 adalah Leptocylindrus sp dengan kepadatan 9,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 25,0%, kemudian Chroococcus sp dengan kepadatan 8.0 ind/mm 2 dan kelimpahan 23.0 %, dan diikuti oleh jenis lain. Pada rumpon besar lontar lokasi L1 adalah Leptocylindrus sp dengan kepadatan 13,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 45,0%, kemudian Chroococcus sp dengan kepadatan 8,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 26,0%, dan diikuti oleh jenis lain. Pada rumpon gewang di lokasi L1 adalah Chroococcus sp dengan kepadatan 17,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 73,0%, kemudian Leptocylindrus sp dengan kepadatan 5,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 20,0%, dan diikuti oleh jenis lain. Jenis perifiton yang memiliki kepadatan dan kelimpahan tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L2 adalah Chroococcus sp dengan kepadatan 5,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 17,0 %, kemudian Dentiluca thermalis dengan kepadatan 6,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 21,0%, dan diikuti oleh jenis lain. Pada rumpon besar lontar di lokasi L2 adalah Leptocylindrus sp dengan kepadatan 12,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 44,0 %, kemudian Chroococcus sp dengan kepadatan 8,0 ind/mm 2 dan kelimpahan 29,0%, dan diikuti oleh jenis lain, sedangkan pada rumpon gewang di lokasi L2 adalah Chroococcus sp dengan kepadatan 5 ind/mm 2 dan kelimpahan 8,0%, kemudian Nitzschia sigma dengan kepadatan 23 ind/mm 2 dan kelimpahan 5,0%, dan diikuti oleh jenis lain. Jenis perifiton yang memiliki nilai kepadatan dan kelimpahan tertinggi dari seluruh jenis perifiton yang menempel baik pada rumpon kecil lontar maupun rumpon besar lontar adalah Leptocylindrus sp, sedangkan rumpon gewang didominasi oleh Chroococcus sp. Nilai kepadatan dan kelimpahan setiap jenis

11 74 perifiton pada lokasi L1 dan L2 dapat dilihat pada Lampiran 7. Sebaran nilai kepadatan setiap kelas perifiton di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Gambar 8 dan 9. N ila i kepa da ta n setia p fa m ili perifito n RKL1 RBL1 RG1 Jenis rumpon di lokasi L1 Bacillariophyceae Dinophyceae Cyanophyceae Chlorophyceae Rhodophyceae Sarcodina Copepoda P rotobranchia Demospongiae Urochordata/Tunicata Opisthobranchia Sprotricha Polychaeta Bacteria Myxophyceae C ilia ta Gambar 8 Sebaran nilai kepadatan setiap kelas perifiton pada rumpon kecil lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L1. Nilai kepadatan (X) setiap kelas p erifiton Bacillariophyceae Dino phyceae Cyano phyceae Chlo rop hyceae Rhod op hyceae Sarcodina Copepoda Protobranchia Demospongiae Urochordata/Tunicata Opisthob ranchia Sprotricha Polychaeta Bacteria Myxop hyceae Ciliata Gambar 9 Sebaran nilai kepadatan setiap kelas perifiton pada rumpon kecil lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L2.

12 75 Dari gambar tersebut terlihat bahwa kelas perifiton yang memiliki nilai kepadatan tertinggi adalah kelas Cyanophyceae yang terdapat pada rumpon gewang baik di lokasi L1 maupun L2, kemudian kelas Bacillariophyceae dan diikuti oleh kelas perifiton lainnya. Dengan demikian kelas periton yang memiliki nilai kepadatan tertinggi di lokasi L1 dan L2 di dominansi oleh Kelas Cyanophyceae dan Bacillariophhyceae. Sebaran nilai kelimpahan setiap kelas perifiton di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Gambar 10 dan 11. Nilai kelimpahan (N) setiap famili perifiton RKL1 RBL1 RG1 Bacillariophyceae Dinophyceae Cyanophyceae Chlorophyceae Rhodophyceae Sarcodina Copepoda Protobranchia Demospongiae Urochordata/Tunicata Opistho branchia Sprotricha Polychaeta Bacteria Myxop hyceae Jenis rumpon di lokasi L1 Gambar 10 Sebaran nilai kelimpahan setiap kelas perifiton pada rumpon kecil lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L1. 60 Bacillario p hyceae Dinophyceae Cyano phyceae Nilai kelimpahan (N) setiap famili perifiton Chlo ro phyceae Rho dophyceae Sarcodina Copepoda Protobranchia Demospongiae Urochordata/Tunicata Opisthobranchia Sprotricha Polychaeta Bacteria Myxophyceae 0 RKL2 RBL2 RG2 Ciliata Jenis rumpon di lokasi L2 Gambar 11 Sebaran nilai kelimpahan setiap kelas perifiton pada rumpon kecil lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L2.

13 76 Dari gambar tersebut terlihat bahwa kelas perifiton yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi adalah Kelas Cyanophyceae pada rumpon besar lontar di lokasi L1, sedangkan di lokasi L2 kelas perifiton yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah kelas Bacillariophyceae terdapat pada rumpon besar lontar. Dengan demikian kelas periton yang memiliki nilai kepadatan dan kelimpahan tertinggi di lokasi L1 dan L2 di dominansi oleh Kelas Cyanophyceae dan Bacillariophhyceae Indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) perifiton yang menempel pada atraktor rumpon Nilai indeks H, E dan C merupakan suatu nilai yang memberikan gambaran tentang kondisi hubungan antara kelompok organisme digunakan untuk menilai kestabilan struktur komunitas organisme tersebut. Analisis nilai indeks H, E dan C dilakukan juga untuk menilai kestabilan struktur komunita perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2. Hasil analisis nilai indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 12. Tabel 8 Nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan rumpon gewang di lokasi L1 dan L2 Lokasi No Jenis Rumpon H E C L1 1 Rumpon Kecil Lontar 0,993 0,791 0,125 2 Rumpon Besar Besar 0,883 0,545 0,276 3 Rumpon Gewang 1,252 0,795 0,559 L2 1 Rumpon Kecil Lontar 1,183 0,754 0,055 2 Rumpon Besar Besar 0,621 0,513 0,281 3 Rumpon Gewang 1,226 0,738 0,094 Nilai indeks H, E dan C perifiton yang menempel pada rumpon kecil lontar lokasi L1 terdiri dari H = 0,993, E = 0,791 dan C = 0,125. Nilai ini

14 77 menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi stabil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya. Rumpon besar lontar lokasi L1 terdiri dari H = 0,883, E = 0,545 dan C = 0,276. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi labil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya, sedangkan pada rumpon gewang lokasi L1 terdiri dari H =1,251, E = 0,795 dan C = 0,559. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi slabil dan ada dominansi spesies di dalam komunitasnya. Selanjutnya nilai indeks H, E dan C perifiton yang menempel pada rumpon kecil lontar lokasi L2 terdiri dari H =1,183, E = 0,754 dan C = 0,055. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi stabil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya. Rumpon besar lontar di lokasi L2 terdiri dari H = 0,621, E = 0,513 dan C = 0,281. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi labil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya, sedangkan pada rumpon gewang di lokasi L1 terdiri dari H =1,226, E = 0,738 dan C = 0,094. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi labil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya. Indeks keragaman (H ) perifiton pada rumpon gewang di lokasi L1 dan L2 lebih tinggi dibandingkan dengan rumpon lontar kecil dan lontar besar. Indeks Keseragaman (E) perifiton di lokasi L1 tertinggi pada rumpon gewang, sedangkan di lokasi L2 pada rumpon kecil lontar. Selanjutnya indeks dominansi (C) perifiton tertinggi pada rumpon gewang di lokasi L1. Berdasarkan kisaran nilai H, E dan C dapat disimpulkan bahwa keragaman perifiton pada rumpon lontar dan rumpon gewang di lokasi L1 dan L2 umumnya rendah, komunitas perifiton berada pada kondisi labil sampai stabil dan tidak ada dominansi spesies di dalam komunitas perifiton.

15 78 Indeks H', E dan C H' E C 0 RKL1 RBL1 RG1 RKL2 RBL2 RG2 Jenis rumpon Gambar 12 Sebaran nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) perifiton di lokasi L1 dan L Keterkaitan ikan karang dengan rumpon sebagai feeding ground Rumpon sebagai alat pengumpul ikan berfungsi sebagai sumber makan bagi ikan-ikan karang. Penelitian ini tidak membahas khusus tentang jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan karang di rumpon. Namun dengan hadirnya perifiton di rumpon memacu ikan karang untuk berkumpul dan diduga makanan yang dimakan adalah perifiton. Perifiton yang menempel pada daun atraktor rumpon merupakan sumber makanan bagi ikan karang. Hadirnya ikan karang di rumpon tentu akan memanfaatkan sumber makanan tersebut. Kondisi ini menggambarkan suatu bentuk jaringan makanan (food web) yang terbentuk di rumpon dan menjadikan rumpon sebagai feeding ground bagi ikan-ikan karang. Pada saat pengamatan lapangan terlihat beberapa jenis ikan karang begitu aktif mencari makan dan melakukan proses makan di rumpon seperti Chaetodon kleinii, Zebrasoma sp, Scarus sp dan jenis ikan lainnya. Misalnya Chaetodon kleinii memperlihatkan tingkah laku dalam mencari makan di rumpon dengan cara bergerak bola balik masuk keluar rumpon sambil mencicipi makanan yang terdapat di daun rumpon. Tingkah laku makan ini mengindikasikan jenis ikan karang tersebut hadir di rumpon dan memanfaatkan rumpon sebagai tempat mencari makan.

16 79 Penelitian juga telah dilakukan oleh Saldika (2007) bersamaan dengan pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makanan yang dimakan oleh ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dengan menganalisis isi lambung ikan Epinepelus merra. Hasil analisis isi lambung membuktikan bahwa jenis-jenis makanan yang dimakan ikan Epinephelus merra yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon terdiri atas ikan, udang, cumi-umi dan kepiting. Penelitian ini baru dilakukan pada salah satu jenis ikan karang tetapi untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang jenis-jenis makanan yang di makan oleh ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Diharapkan kedepan melalui informasi penelitian yang akan dilakukan dapat menggambarkan secara lengkap jenis-jenis makanan yang terdapat di rumpon sebagai sumber makanan bagi ikan karang Keragaman taksa ikan karang Keragaman taksa ikan karang di rumpon Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis-jenis ikan karang yang hadir di rumpon pada lokasi L1 dan L2 teramati pada pagi, siang dan sore hari berjumlah 62 spesies, 42 genus dan 22 famili (Tabel 9). Keragaman taksa pada setiap kelompok ikan karang yang hadir di rumpon disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 9 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon Kelompok ikan Taksa RKL1 RBL1 RKL2 RBL2 Famili Utama Spesies (Mayor) Genus Famili Target Spesies Genus Famili Indikator Spesies Genus Famili Non Ikan Spesies Karang Genus Famili Keterangan : RKL : Rumpon kecil lontar, RBL : Rumpon besar lontar.

17 80 Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah spesies tertinggi pada kelompok famili utama (mayor) terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1. Jumlah genus tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1 dan rumpon besar lontar di lokasi L2, sedangkan jumlah famili tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1. Pada kelompok ikan target jumlah spesies, genus dan famili tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1, dibandingkan dengan kelompok rumpon lainnya. Pada kelompok indikator spesies tertinggi terdapat pada rumpon besar lontar di lokasi L1 dan untuk genus dan famili semuanya sama. Pada kelompok non ikan karang spesies, genus dan famili hanya terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1, sedangkan lainnya tidak ada. Dari uraian tersebut terlihat bahwa keragaman taksa tertinggi baik spesies, genus maupun famili terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1. Sebaran keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon disajikan pada Gambar 13 dan Jumlah taksa Famili Utama (Mayor) Target Ind ikat o r Non Ikan Karang 2 0 Spesies RKL1 Genus Famili Spesies RBL1 Jenis rumpon Genus Famili Non Ikan Karang Ind ikat o r Target Kelompok ikan Famili Utama (Mayor) Gambar 13 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon di lokasi L1. 14 Jumlah taksa Famili Utama (Mayor) Target Indikator Non Ikan Karang 2 0 Spesies RKL2 Ge nus Famili Spesies RBL2 Ge nus Famili Non Ikan Karang Indikator Ta rge t Famili Uta ma (Ma yor) Kelompok ikan Jenis rumpon Gambar 14 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon di lokasi L2.

18 81 Secara rinci komposisi dan sebaran jenis ikan karang hadir di rumpon disajikan pada Lampiran 8. Dari data tersebut terlihat bahwa beberapa jenis ikan karang yang dominan hadir di sekitar rumpon baik rumpon kecil maupun rumpon besar di lokasi L1 dan L2 seperti Chromis margaritifer, Abudefduf bengalensis, Chrysiptera rollandi dan Chaetodon kleinii. Selanjutnya yang menyebar sedang seperti Chromis ovalis, Chrysiptera unimaculata, Sufflamen chrysopterus, Scarus ghobban, Apogon kallopterus, Centropyge bicolor, Canthigaster valentini, Pterois volitans, Acanthurus nigricans, A. mata, Ctenochaetus striatus, Halichoeres scapularis, Epinephelus merra, Parupeneus bifasciatus, Lethrinus sp, Lutjanus sp dan Chaetodon trifasciatus, sedangkan jenis ikan lainnya menyebar jarang Keragaman taksa ikan karang di bubu Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa keragaman taksa ikan karang yang hadir pada alat tangkap bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 teramati pada pagi, siang dan sore hari secara keseluruhan berjumlah 47 spesies, 34 genus dan 20 famili (Tabel 10). Keragaman taksa pada setiap kelompok ikan karang yang hadir di bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon deisajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 10 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di bubu. Kelompok Taksa BRK1 BRB1 BTR1 BRK2 BRB2 BTR2 ikan Famili Spesies Utama Genus (Mayor) Famili Target Spesies Genus Famili Indikator Spesies Genus Famili Non Ikan Spesies Karang Genus Famili Keterangan : BRK : Bubu rumpon kecil, BRB: Buburumpon besar, BTR: Bubu tanpa rumpon. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah spesies dan genus tertinggi terdapat pada kelompok famili utama (mayor) di bubu rumpon besar lokasi L1,

19 82 sedangkan jumlah famili tertinggi terdapat pada bubu rumpon kecil di lokasi L2. Pada kelompok ikan target jumlah spesies tertinggi terdapat pada bubu rumpon kecil di lokasi L1, sedangkan jumlah genus tertinggi masing-masing terdapat pada bubu rumpon kecil, bubu rumpon besar, bubu tanpa rumpon di lokasi L1 dan bubu tanpa rumpon di lokasi L2. Selanjutnya jumlah famili tertinggi terdapat pada bubu tanpa rumpon di lokasi L2. Pada kelompok indikator spesies tertinggi terdapat pada bubu tanpa rumpon di lokasi L2, sedangkan untuk genus dan famili semuanya sama. Pada kelompok non ikan karang spesies, genus dan famili hanya terdapat pada bubu tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2, sedangkan lainnya tidak ada. Dari data tersebut terlihat bahwa keragaman taksa tertinggi baik spesies, genus maupun famili terdapat pada bubu rumpon besar di lokasi L1. Sebaran keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon disajikan pada Gambar 15 dan Jumlahtaksa Famili Utama (Mayor) Target Indikator Non Ikan Karang 2 0 S pesies BRK1 Genus Famili S pesies Genus BRB1 Famili Jenis bubu S pesies BTR1 Genus Famili Non Ikan Kar ang Indikator Target Famili Utama (Mayor) Kelompok ikan Gambar 15 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di bubu di lokasi L Jumlah taksa Famili Utama (Mayor) Target Indikato r Non Ikan Karang 0 Spesies BRK2 Ge nus Famili Spesies BRB2 Ge nus Fa mili Spesies BTR2 Genus Fa mili Non Ikan Kar ang Indikator Target Famili Utama (Mayor) Kelompok ikan Keragaman taksa di bubu Gambar 16 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di bubu di lokasi L2.

20 83 Secara rinci komposisi jenis dan sebaran ikan karang teramati pada pagi, siang dan sore hari disajikan pada Lampiran 9. Beberapa spesies ikan karang yang hadir dominan pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 sepeprti Apogon kallopterus dan Chaetodon kleinii. Selanjutnya yang menyebar sedang adalah Abudefduf bengalensis, Dascyllus aruanus, Scarus ghobban, Ctenochaetus striatus, dan Acanthurus bariena, sedangkan jenis ikan lainnya menyebar jarang Sebaran jenis dan jumlah ikan karang Sebaran jenis dan jumlah ikan karang di rumpon Jumlah ikan karang yang hadir di rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 teramati pada pagi, siang dan sore hari secara keseluruhan berjumlah 1190 individu (Lampiran 10). Pada rumpon lontar kecil di lokasi L1 sebanyak 387 individu, rumpon lontar besar sebanyak 396 individu. Selanjutnya jumlah ikan karang yang hadir di rumpon lontar kecil di lokasi L2 sebanyak 149 individu dan rumpon lontar besar sebanyak 407 individu. Total jumlah individu setiap kelompok ikan karang yang hadir di sekitar rumpon disajikan pada Tabel 11. Jumlah kelompok ikan karang yang hadir terbanyak adalah kelompok famili utama (mayor), kemudian kelompok target dan indikator, dan paling rendah dari kelompok non ikan karang. Tabel 11 Total jumlah individu setiap kelompok ikan karang yang hadir di sekitar rumpon Kelompok Ikan Lokasi Total Proporsi L1 L2 (%) RKL RBL RKL RBL Famili utama (mayor) Target Indikator Non ikan karang < 1 Total Keterangan: RKL : Rumpon Kecil Lontar, RBL : Rumpon Besar Lontar.

21 84 Total individu ikan karang yang hadir di rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 dalam jumlah terbanyak adalah Abudefduf bengalensis sebanyak 193 individu/m2, kemudian Apogon kallopterus sebanyak 151 individu/m2, dan diikuti oleh jenis ikan lain. Total jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 disajikan dalam Gambar 17 dan RKL RBL Rumpon kecil lontar (RKL) dan rumpon besar lontar (RBL) di lokasi I Pomacentridae Balistidae Scaridae Apogonidae Pomacanthidae Ephippididae Tetraodontidae Scorpaenidae Acanthuridae Siganidae Labridae Serranidae M ullidae Lethrinidae Lutjanidae Chaetodontidae Dasyatitidae Gambar 17 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L RKL RBL Rumpon kecil lontar (RKL) dan rumpon besar lontar (RBL) di lokasi II Pomacentridae Scaridae Apogonidae Pomacanthidae Ophicthidae Ephippididae Tetraodontidae Scorpaenidae Centriscidae Caesionidae Acanthuridae Labridae Serranidae M ullidae Lethrinidae Lutjanidae Haemulidae Nemipteridae Chaetodontidae Gambar 18 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L2.

22 85 Jumlah individu ikan karang yang hadir di rumpon besar lontar lebih banyak dibandingkan dengan rumpon kecil lontar. Perbedaan ini disebabkan karena bedanya dimensi rumpon, dimana rumpon ukuran besar tentu mempunyai daya tampung ikan karang berkumpul lebih banyak dibandingkan dengan rumpon ukuran kecil. Selain itu, ada beberapa jenis ikan karang biasanya hadir dalam jumlah besar seperti Chromis margaritifer, C. ovalis, Abudefduf bengalensis, Apogon kallopterus, dan Pterocaesio diagramma Sebaran jenis dan jumlah ikan karang di bubu Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis-jenis ikan karang yang hadir pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2, teramati pada pagi, siang dan sore hari secara keseluruhan berjumlah 1230 individu (Lampiran 11). Jumlah ikan karang yang hadir di bubu rumpon kecil di lokasi L1 sebanyak 184 individu, bubu rumpon besar di lokasi L1 sebanyak 242 individu, dan bubu tanpa rumpon di lokasi L1 sebanyak 267 individu. Selanjutnya pada bubu rumpon kecil di lokasi L2 sebanyak 210 individu, bubu rumpon besar di lokasi L2 sebanyak 126 individu, dan bubu tanpa rumpon di lokasi L2 sebanyak 215 individu. Total jumlah individu setiap kelompok ikan karang yang hadir di sekitar bubu di disajikan pada Tabel 12. Jumlah kelompok ikankarang yang hadir terbanyak adalah kelompok famili utama (mayor), kemudian kelompok target dan indikator, dan paling rendah dari kelompok non ikan karang. Tabel 12 Total jumlah individu setiap kelompok ikan karang yang hadir di sekitar bubu Kelompok Lokasi Total Proporsi Ikan L1 L2 (%) BRK BRB BTR BRK BRB BTR Famili utama (mayor) Target Indikator Non ikan <1 karang Total Keterangan : BRK : Bubu Rumpon Kecil, BRB : Bubu Rumpon Besar, BTR : Bubu Tanpa Rumpon.

23 86 Total jumlah spesies ikan karang yang hadir di bubu rumpon kecil dan bubu rumpon besar di lokasi L1 dan L2 dalam jumlah terbanyak adalah Abudefduf bengalensis sebanyak 346 individu/m 2, kemudian Apogon kallopterus sebanyak 174 individu/m 2, dan diikuti oleh jenis ikan lain. Total jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di bubu rumpon kecil, bubu rumpon besar dan bubu tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 disajikan dalam Gambar 19 dan BRK BRB BTR Bubu rumpon kecil (BRK), bubu rumpon besar (BRB) dan bubu tanpa rumpon (BTR) di lokasi I P omacentridae Apogonidae Pomacanthidae Scaridae Holocentridae Malacanthidae Caesionidae Acanthuridae Labridae Siganidae Chaetodontidae Dasyatitidae Gambar 19 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1. Jumlah individu setiap famili ikan karang BRK BRB BT R Pomacentridae Apogonidae Scaridae Balistidae Scorpaenidae Caesionidae Acanthuridae Labridae Lethrinid ae M ullid a e Haemulidae Nemipteridae Serranidae Chaetodontidae M uraenidae Bubu rumpon kecil (BRK), bubu rumpon besar (BRB) dan bubu tanpa rumpon (BT R) di lokasi II Gambar 20 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L2.

24 Indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di sekitar rumpon dan bubu Rumpon Nilai indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar rumpon di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 21. Tabel 13 Nilai indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar rumpon di lokasi L1 dan L2 Lokasi No Dimensi Rumpon H E C L1 1 Rumpon Kecil Lontar ,723 0,168 2 Rumpon Besar Lontar 1,010 0,803 0,147 L2 1 Rumpon Kecil Lontar 0,734 0,656 0,281 2 Rumpon Besar Lontar 1,032 0,781 0,175 Nilai Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di rumpon kecil lontar lokasi I terdiri dari nilai H = 0.861, E = 0,723, dan C = 0,168. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi labil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Pada rumpon besar lontar lokasi L1 terdiri dari nilai H = 1,010, E = 0,803, dan C = 0,147. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar rumpon besar lontar kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Selanjutnya nilai Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di rumpon kecil lontar lokasi L2 terdiri dari nilai H = 0,734, E = 0,656, dan C = 0, 281. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar rendah, komunitas ikan karang berada pada kondisi labil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Pada rumpon besar lontar lokasi L2 terdiri dari nilai H = 1,032, E = 0,781, dan C = 0,175.

25 88 Indeks H', E dan C H' E C 0 RKL1 RBL1 RKL2 RBL2 Jenis rumpon Gambar 21 Sebaran nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di rumpon. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar rumpon besar lontar kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai Keragaman (H ) ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi I dan II tertinggi pada rumpon besar lontar baik di lokasi L1 dan L2, sedangkan nilai Keseragaman (E) tertinggi pada rumpon besar lontar baik di lokasi L1 maupun L2 dan nilai Dominansi (C) tertinngi pada rumpon kecil lontar di lokasi L Bubu Hasil analisis nilai indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 secara rinci disajikan pada Tabel 14 dan Gambar 22.

26 89 Tabel 14 Nilai indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar bubu di lokasi L1 dan L2 Lokasi No Alat Tangkap H E C L1 1 Bubu Rumpon Kecil 0,833 0,771 0,211 2 Bubu Rumpon Besar 1,013 0,901 0,126 3 Bubu Tanpa Rumpon 0,445 0,428 0,573 L2 1 Bubu Rumpon Kecil 0,661 0,637 0,309 2 Bubu Rumpon Besar 0,787 0,787 0,254 3 Bubu Tanpa Rumpon 0,763 0,668 0,267 Nilai indeks Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil di lokasi L1 terdiri dari nilai H = 0,833, E = 0,771 dan C = 0,211. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil adalah kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Pada bubu rumpon besar di lokasi L1 terdiri dari nilai H = 1,013, E = 0,901 dan C = Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon besar rendah/kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah yang berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang, sedangkan bubu tanpa rumpon di lokasi L1 terdiri dari nilai H = 0,445, E = 0,428 dan C = 0,573. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu tanpa rumpon rendah, komunitas ikan karang berada pada kondisi labil dan dominansi sedang yang berarti ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Selanjutnya nilai Keragaman (H), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil di lokasi L2 terdiri dari nilai H = 0,661, E = 0,637 dan C = 0,309. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil rendah/kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi labil dan dominansi sedang yang berarti ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Pada

27 90 bubu rumpon besar di lokasi L2 terdiri dari nilai H = 0,787, E = 0,787 dan C = 0,254. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon besar kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah yang berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang, sedangkan pada bubu yang dioperasikan tanpa rumpon di lokasi L2 terdiri dari nilai H = 0,767, E = 0,668 dan C = 0,267. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu tanpa rumpon rendah, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi sedang yang berarti ada dominansi spesies ikan tertentu didalam komunitas ikan karang. Dari data tersebut terlihat bahwa nilai Keragaman (H ) ikan karang pada bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 tertinggi pada bubu rumpon besar di lokasi L1, sedangkan nilai Keseragaman (E) ikan karang tertinggi pada bubu rumpon besar di lokasi L1 dan nilai Dominansi (C) tertinggi pada bubu tanpa rumpon di lokasi L Indeks H', E dan C H' E C 0 BRK1 BRB1 BTR1 BRK2 BRB2 BTR2 Jenis bubu Gambar 22 Sebaran nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di bubu Jarak ikan karang di sekitar rumpon dan bubu Jarak ikan karang di sekitar rumpon Jarak setiap spesies ikan karang terhadap rumpon di lokasi L1 dan L2 berbeda-beda menurut jenis ikan (Tabel 15). Jumlah ikan karang yang hadir

28 91 di sekitar rumpon kecil lontar lokasi L1 sebanyak 29 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 19 spesies (66%) berada pada jarak 0 2 m dengan rumpon. Pada rumpon besar lontar lokasi L1 jumlah ikan karang yang hadir sebanyak 27 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 14 spesies (52%) berada pada jarak 0 2 m dengan rumpon. Tabel 15 Proporsi jarak (radius) setiap spesies ikan karang terhadap rumpon di lokasi L1 dan L2 Jenis rumpon RKL RBL Lokasi Rumpon L1 Jarak (m) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%) 0-2 Chromis margaritifer, Chrysiptera rollandi, C. parasema, S. ghobban, Apogon kallopterus, Pomacentrus nigromanus, Platax sp, Pseudochromis sp, Petrois volitans, Acanthurus nigricans, A. mata, Zanclus cornutus, Zebrasoma flaviscens, Bonianus ginulatus, Halichoeres scapularis, Thalassoma lunare, Parupeneus bifasciatus, C. kleinii dan C. trifasciatus 2-5 Abudefduf bengalensis, Melichtys vidua, Scarus sodidus, Ctenochaetus striatus, Naso caeruleocanda, Heniochus acuminatus, Epinephelus merra, Lethrinus sp, Lutjanus sp, dan Chaetodon melanotus > Total Chromis lepidolepis, C. ovalis, Chrysiptera rollandi, C. unimaculata, Amphiprion sp, Sufflamen chrysopterus, Apogon bandanensis, Canthigaster valentini, Zanclus cornutus, Hologymnosus doliatus, Cheilinus trilobatus, Pseudonthias dispar, Epinephelus merra dan Chaetodon kleinii 2-5 Chromis margaritifer, Abudefduf bengalensis, Balistapus undulatus, Scarus ghobban, S. bleekeri, Siganus corallinus, Acanthurus pyroferus, A. mata, A. bariena, Ctenochaetus striatus, Chaetodon meyeri, dan C. baronessa > 5 Chaetodon trifasciatus 1 4 Total 27

29 92 Tabel 15 (Lanjutan) Jenis rumpon RKL BL Lokasi Rumpon L2 Jarak (m) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%) 0-2 Chromis margaritifer, Chrysiptera rollandi, Rinecanthus sp, Scarus ghobban, Apogon kallopterus, Myrichtys colubrinus, Pterois volitans, A. nigricans, Zanclus sp, Ctenochaetus striatus, dan Chaetodon kleinii 2-5 Apogon bengalensis, Acanthurus mata, Lethrinus sp, dan Lutjanus sp > Total Chromis ovalis, Chrysipetra rollandi, C. unimaculata, Dascyllus aruanus, Sufflamen chrysopterus, Apogon kallopterus, Centropyge tibicens, C.bicolor, Genicanthus melanospilos, Canthigaster valentini, Aeoliscus strigatus, Acanthurus triotegus, Halichoeres scapularis, Hemigymnus fasciatus, Parupeneus bifasciatus, Diagramma pictum, Chaetodon kleinii, dan C. adiergastos 2 5 Chromis margaritifer, Abudefduf 4 17 bengalensis, Pterocaesio diagramma, dan Scolopsis margaritifer > 5 Epinephelus tauvina, dan Lutjanus decussatus 2 9 Total 24 Keterangan : RKL : Rumpon Kecil Lontar; RBL : Rumpon Besar Lontar. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di rumpon kecil lontar lokasi L2 sebanyak 15 spesies. Dari total tersebut ada 11 spesies (73%) berada pada jarak 0 2 m dengan rumpon. Pada rumpon besar lontar lokasi L2 jumlah ikan karang yang hadir sebanyak 24 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 18 spesies (75%) berada pada jarak 0 2 m dengan rumpon. Jarak ikan karang terhadap rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 umumnya berada antara 0 2 m dengan rumpon. Perbedaan ini karena setiap jenis ikan karang menyebar pada lapisan kedalaman (swimming layer) berbeda-beda ada di lapisan atas, pertengahan dan di dasar perairan. Ilustrasi jarak (radius) ikan karang terhadap rumpon dapat di lihat pada Gambar 23.

30 93 R = > 5 m R= 2-5m R = 0 2m Chaetodon trifasciatus, Epinephelus tauvina, dan Lutjanus decussatus Abudefduf bengalensis, Melichtys vidua, Scarus sodidus, Ctenochaetus striatus, Naso caeruleocanda, Heniochus acuminatus, Epinephelus merra, Lethrinus sp, Lutjanus sp, dan Chaetodon melanotus. Chromis margaritifer, Balistapus undulatus, Scarus ghobban, S. bleekeri, Siganus corallinus, Acanthurus pyroferus, A. mata, A. bariena, Chaetodon meyeri, dan C. baronessa Apogon bengalensis, Lethrinus sp, dan Lutjanus sp Chromis margaritifer, Pterocaesio diagramma, dan Scolopsis margaritifer Chromis margaritifer, Chrysiptera rollandi, C. parasema, S. ghobban, Apogon kallopterus, Pomacentrus nigromanus, Platax sp, Pseudochromis sp, Petrois volitans, Acanthurus nigricans, A. mata, Zanclus cornutus, Zebrasoma flaviscens, Bonianus ginulatus, Halichoeres scapularis, Thalassoma lunare, Parupeneus bifasciatus, C. kleinii dan C. trifasciatus. Chromis lepidolepis, C. ovalis, Chrysiptera rollandi, C. unimaculata, Amphiprion sp, Sufflamen chrysopterus, Apogon bandanensis, Canthigaster valentini, Zanclus cornutus, Hologymnosus doliatus, Cheilinus trilobatus, Pseudonthias dispar, Epinephelus merra dan Chaetodon kleinii. C. adiergasto, Chromis margaritifer, Chrysiptera rollandi, Rinecanthus sp, Scarus ghobban, Apogon kallopterus, Myrichtys colubrinus, Pterois volitans, Zanclus sp, Ctenochaetus striatus, C. unimaculata, Dascyllus aruanus, Sufflamen chrysopterus, Centropyge tibicens, C.bicolor, Genicanthus melanospilos, Aeoliscus strigatus, Acanthurus triotegus, Halichoeres scapularis, Hemigymnus fasciatus, Parupeneus bifasciatus, dan Diagramma pictum Gambar 23 Zonasi jarak (radius) ikan karang terhadap rumpon Jarak ikan karang di sekitar alat tangkap bubu Jarak setiap spesies ikan karang terhadap bubu di lokasi L1 dan L2 berbedabeda menurut jenis ikan (Tabel 16). Jumlah ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil lokasi L1 sebanyak 13 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 8 spesises (62%) berada pada jarak 0 2 m dengan bubu. Pada bubu rumpon besar lokasi L1 jumlah ikan karang yang hadir sebanyak 16 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 10 spesies (63%) berada pada jarak 0 2 m dengan bubu. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu tanpa rumpon lokasi L1 sebanyak 11 spesies. Dari total spesies tersebut ada 6 spesies (65%) berada pada jarak 0 2 m dengan bubu.

31 94 Tabel 16 Proporsi jarak (radius) setiap spesies ikan karang terhadap bubu di Kelompok Bubu BRK lokasi L1 dan L2 Lokasi Bubu L1 Jarak (m) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%) 0 2 Chromis lepidolepis, Stegastes fasciolatus, Apogon kallopterus, Scaus ghobban, Malacanhus sp, Ctenochaetus striatus, Acanthurus bariena dan Chaetodon kleinii 2 5 Abudefduf bengalensis, Dascyllus aruanus, Thalassoma lunare, dan Labroides bicolor > 5 Acanthurus mata 1 7 Total 13 BRB 0 2 Chromis lepidolepis, C margaritifer, Chrysipetra rollandi, Apogon kallopteus, Centropyge tibicens, Pomacanthus acanthops, Ctenochaetus striatus, Hemigymnus melapterus, Hologymnosus doliatus dan Chaetodon kleinii. 2 5 Abudefduf bengalensis, Dascyllus 6 38 aruanus, Chromis ovalis, Scarus ghobban, Pterocaesio lativittata, dan Acanthurus mata > Total 16 BTR L1 0 2 Abudefduf bengalensis, Chromis 6 65 demidiata, Apogon kallopterus, A. aureus, Ctenochaetus striatus, dan Chaetodon kleinii BRK L2 2 5 Myripristis sp, Acanthurus mata, 5 45 Naso tuberosus, Siganus corallinus, dan Himantura uarnak > 5 - Total Abudefduf bengalensis, Dascyllus 9 75 aruanus, Chromis margaritifer, Scarus ghobban, S. bleekeri, Rhinecanthus sp, Halichoeres ornattisimus, Parupeneus multifasciatus dan Chaetodon kleinii 2 5 Apogon kallopterus, Pterois 3 25 volitans, dan Epinephelus merra > Total 12

32 95 Tabel 16 (lanjutan) Kelompok Bubu Lokasi Bubu Jarak (m) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%) BRB L2 0 2 Chrysipetra talboti, 7 50 Amblyglyphidodon curacao, A. bandanensis, Lethrinus lentjam, Parupeneus multifasciatus, Chaetodon robustus dan Gymnothorax javanicus 2 5 Chromis ovalis, Apogon 5 36 kallopterus, Caesio terres, Chaetodon kleinii dan C. meyeri > 5 Ctenochaetus striatus, dan 2 14 Pentapodus caninus Total 14 BTR L2 0 2 Chrysiptera talboti, 9 64 Amblyglyphidodon curacao, Apogon kallopterus, A. bandanensis, Ctenohaetus striatus, Letrhrinus lentjam, Parupeneus multifasciatus, C. robustus dan Gymnothorax javanicus 2 5 Chromis ovalis, Caesio terres, 4 29 Chaetodon kleinii, dan C. meyeri > 5 Pentapodus caninus Keterangan : BRK : Bubu Rumpon Kecil, BRB : Bubu Rumpon Besar. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu rumpon kecil lokasi L2 sebanyak 12 spesies. Dari total tersebut ada 9 spesies (75%) berada pada jarak 0 2 m dengan bubu. Pada bubu rumpon besar lokasi L2 jumlah ikan karang yang hadir sebanyak 14 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 7 spesies (50%) berada pada jarak 0 2 m dengan bubu. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu tanpa rumpon lokasi L2 sebanyak 14 spesies. Dari total spesies tersebut ada 9 spesies (64%) berada pada jarak 0 2 m dengan bubu. Jarak ikan karang terhadap bubu di lokasi L1 dan L2 umumnya berada antara 0 2 m dengan bubu. Perbedaan ini karena setiap jenis ikan karang menyebar pada lapisan kedalaman (swimming layer) berbeda-beda ada di lapisan atas, pertengahan dan di dasar perairan. Ilustrasi jarak (radius) ikan karang terhadap bubu disajikan pada Gambar 24.

33 96 R = > 5 m Acanthurus mata Ctenochaetus striatus, dan Pentapodus caninus, R = 2 5 m R = 0 2 m Abudefduf bengalensis, Dascyllus aruanus, Thalassoma lunare, dan Labroides bicolor,chromis ovalis, Scarus ghobban, Pterocaesio lativittata, dan Acanthurus mata Myripristis sp,, Naso tuberosus, Siganus corallinus, dan Himantura uarnak Apogon kallopterus, Pterois volitans, dan Epinephelus merra, Apogon kallopterus, Caesio terres, Chaetodon kleinii, C. meyeri dan Pentapodus caninus. Chromis lepidolepis, Stegastes fasciolatus, Apogon kallopterus, A.bandanensis, Scaus ghobban, Malacanhus sp, Ctenochaetus striatus, Acanthurus bariena, Chaetodon kleinii, C. margaritifer, Chrysipetra rollandi, Centropyge tibicens, Pomacanthus acanthops, Hemigymnus melapterus, Hologymnosus doliatus,chaetodon kleinii, Abudefduf bengalensis, Chromis demidiata, A. aureus, Dascyllus aruanus, Chromis margaritifer, S. bleekeri, Rhinecanthus sp, Halichoeres ornattisimus, Parupeneus multifasciatus, Chrysipetra talboti, Amblyglyphidodon curacao, Lethrinus lentjam, Parupeneus multifasciatus, Chaetodon robustus, Gymnothorax javanicus Chrysiptera talboti, Ctenohaetus striatus, Letrhrinus lentjam, dan C. robustus Gambar 24 Zonasi jarak (radius) ikan karang terhadap bubu Lama waktu ikan karang di rumpon dan bubu Lama waktu ikan karang di rumpon Jumlah spesies ikan karang yang hadir di rumpon lokasi L1 paling banyak pada pengamatan pagi hari sebanyak 36 spesies, siang hari 4 spesies dan sore hari 21 spesies. Selanjutnya jumlah spesies ikan karang yang hadir di rumpon lokasi L2 paling banyak pada pengamatan pagi hari sebanyak 22 spesies, siang hari 5 spesies dan sore hari 9 spesies. Jenis ikan karang hadir di rumpon lokasi L1 dan L2 paling banyak pada pagi hari, dibandingkan siang dan sore hari. Jenis ikan yang umum hadir pada pagi, siang dan sore hari di rumpon adalah Chromis margaritifer, Apogon kallopterus, dan Chaetodon kleinii. Spesies ikan karang hadir paling banyak sesuai waktu pengamatan umumnya pada pagi hari, sedangkan siang dan sore hari berkurang karena setelah jam siang sampai sore kondisi perairan berubah karena angin menyebabkan

34 97 terjadi gelombang dan arus. Pada kondisi ini ikan-ikan mencari tempat untuk berlindung baik di rumpon maupun di terumbu karang. Penyebaran ikan ke tempat persembunyian menyebabkan kehadiran ikan pada siang dan sore hari berkurang di rumpon. Lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di sekitar rumpon di lokasi L1 dan L2 berbeda-beda menurut jenis ikan. Pengelompokkan ikan karang berdasarkan lama waktu hadir di sekitar rumpon dibagi dalam tiga kategori antara lain : 0 10 menit, menit dan > 30 menit (Tabel 17). Jenis ikan karang yang hadir di rumpon kecil lontar lokasi L1 sebanyak 29 spesies ternyata 13 spesies (45%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 9 spesies (31%) dengan lama waktu antara 0 10 menit dan 7 spesies (24%) dengan lama waktu menit. Pada rumpon besar lontar di lokasi L1 jumlah ikan yang hadir sebanyak 27 speses ternyata 12 spesies (44%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 9 spesies (33%) dengan lama waktu menit dan 6 spesies (22%) dengan lama waktu 0 10 menit. Selanjutnya jumlah ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar lokasi L2 sebanyak 15 spesies ternyata 7 spesies (47%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 7 spesies (47%) dengan lama waktu 0 10 menit, dan 1 spesies (7%) dengan lama waktu menit. Pada rumpon besar lontar di lokasi L2 jumlah ikan yang hadir sebanyak 24 speses ternyata 14 spesies (58%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 5 spesies (21%) dengan lama waktu menit dan 5 spesies (21%) dengan lama waktu 0 10 menit.

35 98 Tabel 17 Proporsi lama waktu setiap spesies ikan karang yang hadir di sekitar Kelompok Rumpon RKL 1 rumpon di lokasi L1 dan L2 Lama waktu (menit) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%) 0 10 Melichty vidua,, Scarus sodidus, S. ghobban, Pseudochromis sp, Acanthurus nigricans, Zanclus cornutus, Heniochus acuminatus, Bonianus ginulatus, dan Lethrinus sp Platax sp, Petrois volitans, A. mata, Naso caeruleocanda, Thalassoma lunare, Epinephelus merra, dan Lutjanus sp, > 30 Chromis margaritifer, Chrysiptera rollandi, C. parasema, Apogon kallopterus, Pomacentrus nigromanus, Zebrasoma flaviscens, Halichoeres scapularis, Parupeneus bifasciatus, C. kleinii, C. trifasciatus. Abudefduf bengalensis, Ctenochaetus striatus, dan Chaetodon melanotus Total RBL Amphiprion sp, Balistapus undulatus, Canthigaster valentini, Acanthurus pyroferus, A. bariena, dan Zanclus cornutus, RKL Sufflamen chrysoptrus, Scarus ghobban, S. bleekeri, Hologymnosus doliatus, Cheilinus trilobatus, Pseudonthias dispar, Epinephelus merra, Chaetodon meyeri, dan C. baronessa > 30 Chromis lepidolepis, C. ovalis, Chrysiptera rollandi, C. unimaculata, Apogon bandanensis, Chaetodon kleinii, Chaetodon trifasciatus, Chromis margaritifer, Abudefduf bengalensis, Siganus corallinus, A. mata, dan Ctenochaetus striatus 0 10 Rinecanthus sp, Scarus ghobban, Myrichtys colubrinus, Pterois volitans, A. nigricans, Zanclus sp, dan Lethrinus sp Lutjanus sp 1 67 > 30 Chromis margaritifer, Chrysiptera 7 47 rollandi, Apogon kallopterus, Ctenochaetus striatus, Chaetodon kleinii, Apogon bengalensis, dan Acanthurus mata Total 15

36 99 Tabel 17 (Lanjutan) Kelompok Rumpon RBL 2 Lama waktu (menit) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%) 0 10 Sufflamen chrysopterus, Genicanthus melanospilos, Canthigaster valentini, Pterocaesio diagramma, dan Parupeneus bifasciatus, Centropyge tibicens, C.bicolor, Epinephelus tauvina, Lutjanus decussatus, dan C. adiergastos > 30 Chromis ovalis, Chrysipetra rollandi, C. unimaculata, Dascyllus aruanus, Apogon kallopterus, Chromis margaritifer, Abudefduf bengalensis, Aeoliscus strigatus, Acanthurus triotegus, Halichoeres scapularis, Hemigymnus fasciatus, Diagramma pictum, Scolopsis margaritifer, dan Chaetodon kleinii Total 24 Keterangan : RKL : Rumpon Kecil Lontar; RBL : Rumpon Besar Lontar Spesies ikan karang yang hadir di sekitar rumpon umumnya berada dengan lama waktu > 30 menit, kemudian antara 0 10 menit dan terendah antara menit. Berdasarkan lama waktu ikan hadir di sekitar rumpon terlihat bahwa ikan-ikan karang yang hadir di sekitar rumpon lebih banyak bersifat menetap (resident) dengan lama waktu > 30 menit menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung dan mencari makan, sedangkan sebagian kecil hanya singgah sebentar (transient) dengan lama waktu menit dan numpang lewat langsung pergi (visitor) dengan lama waktu 0 10 menit Lama waktu ikan karang di bubu Jumlah spesies ikan karang yang hadir di bubu di lokasi L1 paling banyak pada pengamatan pagi hari sebanyak 20 spesies, siang hari 11 spesies dan sore hari 6 spesies. Selanjutnya jumlah spesies ikan karang yang hadir di bubu di lokasi L2 paling banyak pada pengamatan pagi hari sebanyak 19 spesies, siang hari 9 spesies dan sore hari 8 spesies. Jenis-jenis ikan karang yang teramati mempunyai aktivitas pada pagi, siang dan sore hari berbeda-beda. Jenis ikan karang yang hadir secara merata pada waktu pagi, siang maupun sore hari adalah Dascyllus aruanus, Chromis lepidolepis, Apogon kallopterus dan Chaetodon kleinii.

37 100 Spesies ikan karang yang hadir paling banyak di bubu sesuai waktu pengamatan umumnya pada pagi hari, sedangkan siang dan sore hari berkurang karena setelah jam siang sampai sore kondisi perairan berubah karena angin menyebabkan terjadi gelombang dan arus. Pada kondisi ini ikan-ikan terpencar mencari tempat untuk berlindung/bersembunyi baik di bubu maupun di terumbu karang. Penyebaran ikan ketempat persembunyian menyebabkan kehadiran ikan pada siang dan sore hari berkurang di bubu. Lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di sekitar alat tangkap bubu di lokasi L1 dan L2 berbeda-beda menurut jenis ikan. Pengelompokkan ikan karang berdasarkan lama waktu hadir di sekitar bubu dibagi dalam tiga kategori antara lain : 0 10 menit, menit dan > 30 menit (Tabel 18). Jenis ikan karang yang hadir di bubu rumpon kecil di lokasi L1 sebanyak 13 spesies ternyata 9 spesies (69%) berada di sekitar bubu dengan lama waktu > 30 menit, 1 spesies (8%) dengan lama waktu menit dan 3 spesies (23%) dengan lama waktu antara 0 10 menit. Pada bubu rumpon besar di lokasi L1 jumlah ikan hadir sebanyak 16 spesies ternyata 10 spesies (63%) berada di sekitar bubu dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 4 spesies (25%) dengan lama waktu menit dan 2 spesies (13%) dengan lama waktu 0 10 menit. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu tanpa rumpon di lokasi L1 sebanyak 11 spesies ternyata 5 spesies (45%) berada di sekitar bubu dengan lama waktu > 30 menit, kemudian lama waktu menit kosong dan 6 spesies (65%) dengan lama waktu 0 10 menit. Selanjutnya jumlah ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil di lokasi L2 sebanyak 12 spesies ternyata 7 spesies (58%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 5 spesies (42%) dengan lama waktu 0 10 menit, dan pada lama waktu menit tidak ada. Pada bubu rumpon besar di lokasi L2 jumlah ikan yang hadir sebanyak 14 spesies ternyata spesies (57%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 5 spesies (36%) dengan lama waktu menit dan 1 spesies (7%) dengan lama waktu 0 10 menit. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu tanpa rumpon di lokasi L2 sebanyak 14 spesies ternyata 9 spesies (64%) berada di sekitar bubu dengan

38 101 lama waktu > 30 menit, kemudian 2 spesies (14%) dengan lama waktu menit dan 3 spesies (21%) dengan lama waktu 0 10 menit. Lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di bubu umumnya > 30 menit, kemudian antara 0 10 menit dan terendah antara menit. Berdasarkan lama waktu ikan karang hadir di sekitar bubu terlihat bahwa ikan karang yang hadir di sekitar bubu lebih banyak bersifat menetap (resident) dengan lama waktu > 30 menit menggunakan bubu sebagai tempat berlindung dan mencari makan, sedangkan sebagian kecil hanya singgah sebentar (transient) dengan lama waktu menit dan numpang lewat langsung pergi (visitor) dengan lama waktu 0-10 menit. Lebih lama ikan berada di sekitar bubu akan memberikan peluang lebih besar untuk ikan-ikan tersebut tertangkap. Tabel 18 Proporsi lama waktu setiap spesies ikan karang yang hadir di sekitar bubu di lokasi L1 dan L2 Kelompok Bubu Lama waku (menit) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%) BRK Scarus ghobban, Acanthurus mata dan A bariena Thalassoma lunare 1 8 > 30 Chromis lepidolepis, Stegastes fasciolatus, Apogon kallopterus, Malacanhus sp, Ctenochaetus striatus, Abudefduf bengalensis, Dascyllus aruanus, Labroides bicolor dan Chaetodon kleinii Total BRB Pomacanthus acanthops, Pterocaesio lativittata, Acanthurus mata, dan Hemigymnus melapterus Scarus ghobban, dan Hologymnosus doliatus > 30 Chromis lepidolepis, C. margaritifer, Chrysipetra rollandi, Apogon kallopteus, Centropyge tibicens, Ctenochaetus striatus, Abudefduf bengalensis, Dascyllus aruanus, Chromis ovalis, dan Chaetodon kleinii Total BTR Myripristis sp, Acanthurus mata, Naso tuberosus, Siganus corallinus, dan Himantura uarnak > 30 Abudefduf bengalensis, Chromis 6 55 demidiata, Apogon kallopterus, A. aureus, Ctenochaetus striatus, dan Chaetodon kleinii Total 11

39 102 Tabel 18 (Lanjutan) Kelompok Bubu Lama waku (menit) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%) BRK Scarus ghobban, S. bleekeri, Rhinecanthus sp, Parupeneus multifasciatus dan Epinephelus merra > 30 Abudefduf bengalensis, Dascyllus 7 58 aruanus, Chromis margaritifer, Halichoeres ornattisimus, Apogon kallopterus, Pterois volitans, dan Chaetodon kleinii Total BRB Amblyglyphidodon curacao, Caesio terres, Lethrinus lentjam, C. meyeri, Balistapus undulatus dan Gymnothorax javanicus Parupeneus multifasciatus 1 7 > 30 Chrysipetra talboti, A. bandanensis, 8 Chaetodon robustus, Chromis ovalis, Apogon kallopterus, Chaetodon kleinii, Ctenochaetus striatus, dan Pentapodus caninus Total 15 BTR Amblyglyphidodon curacao, Caesio terres, dan Chaetodon meyeri Lethrinus lentjam, dan Pentapodus 2 14 caninus > 30 Chromis ovalis, Chrysiptera talboti, 9 65 Apogon kallopterus, A. bandanensis, Ctenochaetus striatus, Parupeneus multifasciatus, Chaetodon kleinii, C. robustus, dan Gymnothorax javanicus 14 Keterangan : BRK : Bubu Rumpon Kecil, BRB : Bubu Rumpon Besar, BTR :Bubu Tanpa Rumpon Pola renang dan pola gerak Pola renang dan pola gerak ikan karang di sekitar rumpon Pola renang Spesies ikan karang yang hadir di sekitar rumpon memiliki pola renang berbeda-beda menurut jenis ikan. Pola renang yang diperlihatkan setiap spesies ikan karang di sekitar rumpon ada yang soliter, bergerombol dan berpasangan (Tabel 19, Gambar 25). Dari ketiga bentuk pola renang tersebut ternyata spesies ikan karang yang hadir di sekitar rumpon umumnya melakukan pola renang secara soliter sebanyak 36 spesies (59%), bila dibandingkan dengan bentuk pola renang lainnya.

40 103 Tabel 19 Pola renang setiap spesies ikan karang di sekitar rumpon Pola renang Jenis ikan Jumlah spesies Proporsi (%) Soliter Centropyge bicolor, Chrysiptera parasema, Amphiprion sp, Melichthys vidua, Balistapus undulatus, Scarus sordidus, S. ghobban, Pomacentrus trilinetus, Platax sp, Pseudochromis sp, Pterois volitans, Canthigaster valentini, Acanthurus pyroferus, A. mata, A. triotegus, Zanclus cornutus, Zanclus sp, Zebrasoma scopas, Naso caeruleocanda, Heniochus acuminatus, Bodianus ginulatus, Rhinecanthus sp, Myrichthys colubrinus, Hemigymnus fasciatus, Epinephelus tauvina, Halichoeres scapularis, Thalassoma lunare, Genicanthus melanospilos, Cheilinus trilobatus, Pseudonthias dispar, Epinephelus merra, Chaetodon melanotus, C. trifasciatus, C. meyeri, C. baronessa, C. Melanotus dan Himantura uarnak Bergerombol Chromis margaritifer, C. lepidolepis, C. ovalis, Abudefduf bengalensis, Chrysiptera rollandi, C. unimaculata, Centropyge tibicens, Aeoliscus strigatus, Pterocaesio diagramma, Sufflamen chrysopterus, S. bleekeri, Apogon kallopterus, A. bandanensis, Ctenochaetus striatus, Hologymnosus doliatus, Lethrinus sp, Diagramma pictum, Lutjanus decussatus dan Lutjanus sp. Berpasangan Dascyllus aruanus, Halichoeres scapularis, Scolopsis 7 11 margaritifer, Siganus corallinus, Parupeneus bifasciatus, Chaetodon kleinii, dan C. adiergastos Total Jumlah spesies Jumlah spesies Proporsi (%) 10 0 Solit er Bergerombol Berpasangan Proporsi (%) Jumlah spesies Pola renang Gambar 25 Proporsi pola renang ikan karang di rumpon

41 Pola gerak Penentuan pola gerak setiap ikan karang yang hadir di sekitar rumpon berdasarkan parameter gerakan ditemukan umumnya ikan karang datang dari depan sebanyak 57 spesies (90%), kemudian bergerak naik turun sebanyak 29 spesies (46%), berada diatas sebanyak 24 spesies (39%), dan di samping rumpon sebanyak 25 spesies (40%) (Tabel 20 dan Lampiran 12). Tabel 20 Proporsi pola gerak (PG) setiap spesies ikan karang yang hadir di sekitar rumpon berdasarkan parameter gerakan Parameter gerakan ikan Jumlah Proporsi (%) spesies A. Arah renang 1. Depan Belakang 5 8 B. Pola gerakan 1. Melawan arus Naik turun Bolak balik Bergerak melingkar Bergerak melingkar searah jarum jam C.Posisi ikan terhadap rumpon 1. Vertikal Atas Samping Pertengahan Dalam Masuk keluar rumpon Singgah sebentar lalu pergi Langsung pergi 2 3 Pola gerak yang diperlihatkan ikan karang di sekitar rumpon dapat memberikan peluang ikan lebih mudah menyebar mendekati dan masuk ke dalam bubu pada pola gerak (PG) : 1, 3, 4, 6, 8, 9, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21 dan 23, sedangkan pola gerak (PG) : 2, 5, 7, 10, 11, 14 dan 22 ikan akan sulit menyebar mendekati bubu. Ada 3 paramater gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pola gerak ikan karang yang hadir di rumpon yaitu arah renang (datang dari depan dan belakang), pola gerakan (melawan arus, bergerak naik turun, bergerak bolak balik, bergerak melingkar searah jarum jam) dan posisi ikan terhadap rumpon (vertikal, atas, samping, pertengahan, dalam, masuk keluar, singgah sebentar lalu pergi dan datang langsung pergi). Kombinasi dari ketiga parameter gerakan

42 105 tersebut akan menghasilkan 80 pola gerak ikan karang yang hadir di rumpon. Walaupun dari sekian pola gerak tersebut mungkin ada pola gerak yang tidak mungkin dilakukan oleh ikan karang yang hadir di rumpon. Berdasarkan parameter gerakan ikan kemudian disesuaikan dengan pola gerak yang dilakukan oleh 63 spesies ikan karang yang hadir di rumpon ternyata ditemukan hanya ada 23 pola gerak (Gambar 26). Klasifikasi pola gerak ikan karang yang hadir di rumpon berdasarkan parameter gerakan disajikan pada Tabel 21. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa dari 63 spesies ikan karang yang hadir di rumpon ternyata pola gerak 1 (PG1) lebih banyak dilakukan oleh ikan karang sebanyak 9 spesies (14%) dibandingkan dengan bentuk pola gerak lainnya. Selanjutnya dari 63 spesies ikan karang yang hadir di rumpon kemudian dipisahkan lagi menurut kelompok ikan diperoleh famili utama (mayor) yang hadir sebanyak 35 spesies ternyata ada 9 spesies yang melakukan pola gerak yang dominan datang dari depan, berada disamping rumpon, sedangkan spesies lainnya mempunyai proporsi pola gerak lebih kecil. Ikan target berjumlah 23 spesies ternyata ada 4 spesies yang dominan melakukan pola gerak datang dari depan, bergerak bolak di samping rumpon, sedangkan spesies lainnya mempunyai proporsi pola gerak lebih kecil. Selanjutnya ikan indikator berjumlah 5 spesies ternyata ada 3 spesies yang dominan melakukan pola gerak datang dari depan, bergerak naik turun melingkari dinding rumpon searah jarum jam, sedangkan spesies lainnya mempunyai proporsi pola gerak lebih kecil. Dengan mengetahui bentuk pola gerak ikan karang yang hadir di rumpon, maka informasi ini dapat dipakai untuk memilih alat tangkap mana yang cocok dioperasikan bersama rumpon dalam penangkapan ikan karang.

43 106 Pola gerak (PG) Tabel 21 Klasifikasi pola gerak setiap spesies ikan karang yang hadir di rumpon berdasarkan parameter gerakan Arah renang Pola gerak Posisi ikan dengan rumpon Depan Belakang Melawan arus Naik turun Bolak balik Bergerak melingkar Bergerak melingkar searah jarum jam Vertikal Atas Samping Pertnghan Dlm Masuk keluar PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG PG Keterangan: PG: Pola Gerak Singgah sbntar lalu pergi Lsng pergi Jumlah spesies Proporsi (%)

44 107 Klasifikasikan tingkah laku ikan yang hadir di rumpon dilakukan berdasarkan pola gerak dan lama waktu ternyata bahwa pada setiap spesies ikan memperlihatkan pola gerak dan lama waktu hadir di rumpon berbeda-beda (Tabel 22). Ikan karang yang hadir di rumpon umumnya bersifat menetap. Namun ada juga yang bersifat transit dan visitor tetapi ada pula yang bersifat menetap dan transit maupun transit dan visitor. Perbedaan ini sangat ditentukan oleh sifat masing-masing spesies ikan sesuai lama waktunya berada di rumpon. Tabel 22 Klasifikasi tingkah laku ikan karang yang hadir di rumpon berdasarkan pola gerak dan lama waktu Simbol Pola Gerak Klasifikasi Menetap Tidak menetap (Non resident) (Resident) Transit(Transient) Visitor PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9 PG10 PG11 PG12 PG13 PG14 PG15 PG16 PG17 PG18 PG19 PG20 PG21 PG22 PG23 Jumlah

45 108 PG 1 PG 2 PG 3 PG 4 PG 5 PG 6 PG 7 PG 8 PG 9 PG 10 PG 11 PG 12 PG 13 PG 14 PG 15 PG 16 PG 17 PG 18 PG 19 PG 20 PG 21 PG 23 PG 22 Keterangan : PG1 : Datang dari depan, di samping rumpon, PG2 : Datang dari depan, bergerak naik turun di atas rumpon, PG3: Datang dari depan, bergerak melingkari dinding rumpon searah jarum jam, PG4:Datang dari depan bergerak naik turun dan melingkari dinding rumpon searah jarum jam, PG5 : Datang dari belakang, melawan arus, bergerak naik turun di atas rumpon, PG6: Datang dari depan, bergerak naik turun di samping rumpon, PG7: Datang dari depan, bergerak bolak balik di atas rumpon, PG8: Datang dari depan, bergerak bolak balik dan melingkari dinding rumpon, PG9: Datang dari depan, bergerak bolak balik di samping rumpon, PG10 : Datang dari depan, bergerak naik turun di atas dan di samping rumpon, PG11: Datang dari depan, bergerak naik turun, bolak balik di atas rumpon, PG12: Datang dari depan, ke samping rumpon, singgah sebentar lalu pergi, PG13 Datang dari depan, langsung pergi, PG14: Datang dari depan, bergerak melingkar, naik turun di atas rumpon, PG15: Datang dari depan, bergerak naik turun di samping dan masuk keluar rumpon, PG16: Datang dari belakang, bergerak naik turun di samping dan di dalam rumpon, PG17: Datang dari depan, berada di atas rumpon, G18 : Datang dari depan, bergerak bolak balik masuk keluar rumpon, G19 : Datang dari depan, berada di atas dan masuk keluar rumpon, PG20: Datang dari depan, bergerak bolak balik melingkari dinding rumpon, PG21: Datang dari depan, bergerak melingkar dan naik turun mengitari dinding rumpon, PG22: Bergerak vertikal di atas rumpon, dan PG23: Datang dari depan, berada di pertengahan dan masuk keluar rumpon. Gambar 26 Pola gerak (PG) ikan karang di sekitar rumpon Pola renang dan pola gerak ikan karang di sekitar bubu Pola renang Spesies ikan karang yang hadir di sekitar alat tangkap bubu memiliki pola renang berbeda-beda menurut jenis ikan. Pola renang yang diperlihatkan setiap spesies ikan ada yang soliter, bergerombol dan berpasangan (Tabel 23, Gambar 27). Dari ketiga bentuk pola renang tersebut ternyata spesies ikan karang yang hadir di sekitar bubu umumnya melakukan pola renang secara soliter sebanyak 26 spesies (55%), bila dibandingkan dengan bentuk pola renang lainnya.

46 109 Tabel 23 Pola renang setiap spesies ikan karang di sekitar bubu Pola renang Jenis ikan Jumlah spesies Proporsi (%) Soliter Centropyge tibicens, Pomacanthus acanthops, Scarus ghobban, S. Bleekeri, Myripristis sp, Acanthurus mata, A. bariena, Naso tuberosus, Thalassoma lunare, Labroides bicolor, Hemigymnus melapterus, Hologymnosus doliatus, Chaetodon kleinii, Himantura uarnak, Amblyglyphidodon curacao, Balistapus undulatus, Rhinecanthus sp, Pterois volitans, Halichoeres ornattisimus, Parupeneus multifasciatus, Plectorhinchus lineatus, Pentapodus caninus, Epinephelus merra, Chaetodon meyeri, C. robustus, dan Gymnothorax javanicus Bergerombol Abudefduf bengalensis, Chromis demidiata, C. lepidolepis, C. ovalis, C. margaritifer, Stegastes fasciolatus, Chrysiptera rollandi, C. talboti, Apogon kallopterus, A. aureus, Malacanthus sp, Ctenochaetus striatus, Pterocaesio lativittata, Caesio terres dan Lethrinus lentjam Berpasangan Dascyllus aruanus, D. Trimaculatus, A. bariena, 6 13 Siganus corallinus, Chaetodon kleinii, dan Parupeneus multifasciatus Total Ju m lah s p es ies Soliter Bergerombol Berpasangan Proporsi (%) Jumlah spesies Jumlah spesies Proporsi (%) Pola renang Gambar 27 Proporsi pola renang ikan karang di bubu.

47 Pola gerak Penentuan pola gerak setiap spesies ikan karang yang hadir di sekitar alat tangkap bubu berdasarkan parameter gerakan ditemukan umumnya ikan karang datang dari depan sebanyak 37 spesies (79%), kemudian bergerak naik turun 24 spesies (50,06 %), berada diatas sebanyak 21 spesies (45%) dan di samping bubu sebanyak 30 spesies (64%) ( Tabel 24, Lampiran 13). ). Pola gerak yang diperlihatkan ikan karang di sekitar alat tangkap bubu memberikan peluang ikan akan mudah masuk ke dalam bubu pada pola gerak (PG): 4, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 15, dan 16, sedangkan pola gerak (PG) : 1, 2, 3, 5, 7, 12, dan 14 ikan akan sulit masuk karena posisi bubu berada di dasar perairan. Ada 3 paramater gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pola gerak ikan karang yang hadir di bubu yaitu arah renang ( datang dari depan, samping dan belakang), pola gerakan (melawan arus, bergerak naik turun, bergerak bolak balik,menyusuri dinding bubu dan menyusuri dinding bubu searah jarum jam) dan posisi ikan terhadap bubu (atas, samping, depan mulut bubu, di dasar datang langsung pergi). Kombinasi dari ketiga hal tersebut akan menghasilkan 75 pola gerak ikan karang yang hadir di bubu. Walaupun dari sekian pola gerak tersebut mungkin ada pola gerak yang tidak mungkin dilakukan oleh ikan karang yang hadir di bubu. Berdasarkan parameter gerakan ikan kemudian disesuaikan dengan pola gerak yang dilakukan oleh 47 spesies ikan karang yang hadir di bubu ternyata ditemukan hanya ada 16 pola gerak (Gambar 28). Klasifikasi pola gerak ikan karang yang hadir di bubu berdasarkan parameter gerakan disajikan pada Tabel 24. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa dari 47 spesies ikan karang yang hadir di rumpon ternyata pola gerak 1 (PG1) lebih banyak dilakukan oleh ikan karang sebanyak 7 spesies (15%) dibandingkan dengan bentuk pola gerak lainnya. Dengan mengetahui bentuk pola gerak ikan karang yang hadir di bubu maka informasi ini dapat dipakai untuk memilih alat tangkap mana yang cocok dalam penangkapan ikan karang.

48 111 Tabel 24 Klasifikasi pola gerak setiap spesies ikan karang yang hadir di sekitar bubu berdasarkan parameter gerakan Pola gerak (PG) Arah renang Pola gerakan Posisi ikan terhadap bubu Depan Samping Belakang Melawan Naik Bolak Dasar arus turun balik Menyusuri dinding bubu Menyusuri dinding bubu searah jarum jam Atas Sampng Depan mulut bubu Langsung pergi PG PG PG PG PG5 4 9 PG6 4 9 PG7 3 6 PG8 2 4 PG9 2 4 PG PG PG PG PG PG PG Keterangan : PG : Pola Gerak Jumlah Proporsi (%)

49 112 Selanjutnya dari 47 spesies ikan karang yang hadir di rumpon kemudian dipisahkan lagi menurut kelompok ikan diperoleh famili utama (mayor) yang hadir sebanyak 16 spesies ternyata ada 6 spesies yang melakukan pola gerak yang dominan datang dari belakang, melawan arus,bergerak naik turun di atas dan di samping bubu, sedangkan spesies lainnya mempunyai proporsi pola gerak yang lebih kecil. Ikan target berjumlah 16 spesies ternyata ada 3 spesies yang dominan melakukan pola gerak datang dari belakang, melawan arus, bergerak bergerak naik turun di atas bubu, sedangkan spesies lainnya mempunyai proporsi pola gerak lebih kecil Selanjutnya ikan indikator berjumlah 2 spesies ternyata masingmasing spesies melakukan pola gerak datang dari depan bergerak naik turun di atas bubu dan datang dari depan bergerak bolak balik di atas dan di samping rumpon. Non ikan karang berjumlah 2 spesies dengan bentuk pola gerak datang dari depan di sampng bubu dan datang dari depan menyusuri dinding bubu (Tabel 25). Dengan mengetahui bentuk pola gerak ikan karang yang hadir di bubu, maka informasi ini dapat dipakai untuk memilih alat tangkap mana yang cocok dioperasikan bersama rumpon dalam penangkapan ikan karang. Tabel 25 Proporsi pola gerak (PG) setiap spesies ikan karang yang hadir di sekitar bubu berdasarkan parameter gerakan Parameter gerakan ikan Jumlah Proporsi (%) spesies A.Arah renang 1. Depan Samping Belakang B.Pola gerak 1. Melawan arus Naik turun B olak balik 5. Menyusuri dinding bubu Menyusuri dinding bubu searah jarum jam 2 4 C.Posisi ikan dengan bubu 1. Atas Samping Depan mulut bubu Dasar Langsung pergi 6 13

50 113 PG 1 PG 2 PG 3 PG 4 PG 5 PG 6 PG 7 PG 12 PG 9 PG 10 PG 11 PG 8 PG 13 PG 14 PG 15 PG 16 Gambar 28 Pola gerak (PG) ikan karang di sekitar bubu. PG1 : Datang dari depan, bergerak naik turun diatas bubu, PG2 : Datang dari belakang, melawan arus, bergerak naik turun diatas dan disamping bubu, PG3 : Datang dari depan, bergerak naik turun diatas dan di samping bubu, PG4 : Datang dari depan, langsung pergi, PG5: Datang dari depan, bergerak bolak balik di atas dan di samping bubu, PG6 : Datang dari depan, menyusuri dinding bubu, PG7 : Datang dari belakang, melawan arus, bergerak naik turun di atas bubu, PG8 : Datang dari depan, menyusuri dinding bubu berada di samping bubu, PG9 : Datang dari depan, menyusuri dinding bubu searah jarum jam, PG10:Datang dari depan, di samping bubu, PG11: Datang dari depan, disamping dan di dasar bubu, PG12: Datang dari depan, berada diatas bubu, PG13: Datang dari samping bubu, dan bergerak naik turun, PG14: Datang dari depan, bergerak naik turun, bolak balik, diatas dan disamping bubu, PG15: Datang dari belakang di samping bubu, dan PG16: Datang dari depan,di depan mulut bubu. Bubu yang dipasang di perairan tentu akan mempengaruhi pola tingkah laku ikan. Ikan-ikan tersebut akan tertarik atau terespons untuk mendekati bubu dan berkumpul sehingga terjadi akumulasi populasi ikan. Pengaruh terhadap tingkah laku ikan nampak pada pola gerak dan lama waktu ikan berada di sekitar bubu. Dari informasi tersebut dapat diklasifikasikan apakah setiap spesies ikan yang hadir di bubu bersifat menetap (resident), tidak menetap (non resident) termasuk transit dan visitor (Tabel 26). Klasifikasi tingkah laku ikan dikaitkan antara pola gerak dan lama waktu ikan hadir di bubu menentukan setiap spesies ikan menetap (resident), tidak menetap (non resident) termasuk transit dan visitor.

51 114 Tabel 26 Klasifikasi tingkah laku ikan karang yang hadir di bubu berdasarkan pola gerak dan lama waktu Simbol Pola Gerak Klasifikasi Menetap Tidak menetap (Non resident) (Resident) Transit (Transient) Visitor PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9 PG10 PG11 PG12 PG13 PG14 PG15 PG16 Ikan karang yang hadir di bubu umumnya bersifat menetap. Namun ada juga yang bersifat transit dan visitor tetapi ada pula yang bersifat menetap dan transit maupun transit dan visitor. Perbedaan ini sangat ditentukan oleh sifat masing-masing spesies ikan Pola interaksi ikan karang terhadap zona pengaruh alat tangkap bubu Kehadiran ikan karang di sekitar alat tangkap bubu dan rumpon memperlihatkan karakteristik penyebaran di kolom air berbeda-beda. Posisi ikan karang di kolom air berbeda dengan ikan pelagis. Perbedaan ini bisa terlihat dari sebaran lapisan renang (swimming layer) setiap jenis ikan karang sangat heterogen. Lapisan renang yang diperlihatkan masing-masing setiap kelompok ikan karang ada yang berada dekat permukaan perairan, diatas, disamping dan di dasar bubu dan rumpon. Perbedaan lapisan renang pada berbagai jenis ikan karang merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis-jenis ikan karang mana yang

52 115 akan lebih banyak mendekati bubu dan akhirnya tertangkap. Mengingat kecepatan renang ikan karang agak lambat maka ada kemungkingan ikan yang berada pada posisi dekat dengan alat tangkap bubu dan rumpon akan lebih mudah mendekati alat tangkap bubu dan peluang tertangkap lebih besar. Penyebaran ikan karang pada setiap lapisan kedalaman juga tentu akan mempengaruhi batas pandang (visibilty) terhadap posisi alat tangkap di kolom air. Batas pandang ikan karang inilah yang menentukan ikan karang mampu melihat alat tangkap dan sejauh mana ikan karang tertarik pada alat tangkap bubu dan rumpon sehingga ikan karang akan terespons untuk mendekati alat tangkap tersebut. Selain itu bentuk pola renang yang diperlihatkan setiap spesies ikan karang juga sangat unik ada yang soliter, bergerombol dan berpasangan, sedangkan jarak (radius) dan pola gerak ikan di sekitar rumpon dan bubu begitu bervariasi. Faktor ini pula menentukan bagaimana tingkat ketertarikan ikan karang terhadap alat tangkap bubu dan berapa peluang jumlah ikan yang akan tertangkap pada alat tangkap bubu. Pola interaksi yang diperlihatkan ikan karang merupakan suatu hal yang menarik dalam menggambarkan bagaimana setiap jenis ikan karang terpengaruh atau tidak terhadap zona pengaruh alat tangkap bubu. Menurut Nikonorov (1975), zona pengaruh di sekitar alat tangkap yang mempengaruhi tingkah laku ikan saat operasi penangkapan dilakukan ada tiga macam yaitu : (1) Zone of influence adalah area pengaruh alat tangkap terhadap tingkah laku ikan.; (2) Zone of action adalah area yang dihasilkan alat tangkap diarahkan ke kumpulan ikan; dan (3) Zone of retention adalah area di mana alat tangkap dapat menahan ikan sehingga tidak terlepas. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diilustrasikan mekanisme ikan karang terpengaruh pada ketiga zona pengaruh alat tangkap bubu disajikan pada Gambar 29.

53 116 Zona III Zona I Zona II Keterangan : 1. Zona I : Zone of influence (di sekitar bubu) 2. Zona II : Zone of action ( bidang luar dari lengkung mulut bubu) 3. Zone III : Zone of retention ( ruang di dalam bubu) Gambar 29 Zonasi sebaran ikan karang pada zone of influnce, zone of action dan zone of retention alat tangkap bubu berdasarkan hasil penelitian. Dari gambar tersebut di atas bila penempatan rumpon diperbanyak bersama bubu dengan jaraknya diatur sedemikian rupa, maka diharapkan zone of influence alat tangkap bubu akan semakin diperluas. Penentuan ikan karang memasuki wilayah/area/zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu hanya dilakukan secara umum berdasarkan hubungan radius ikan dengan pola gerak yang diperlihatkan masing-masing spesies ikan pada setiap kelompok pola gerak. Dari data radius dan pola gerak dapat diklasifikasikan ada empat pola interaksi ikan karang terhadap zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu untuk posisi ikan (1) dekat permukaan perairan, (2) diatas, (3) di samping, dan (4) di dasar bubu (Gambar 30).

54 117 1 R 2 R 3 R 4 R Keterangan : R : Radius zone of influence Gambar 30 Pola interaksi ikan karang terhadap zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu untuk posisi ikan (1) dekat permukaan perairan, (2) di atas, (3) di samping, dan (4) di dasar bubu berdasarkan hasil penelitian. Gambar (1) memperlihatkan bahwa ikan bisa saja tidak terpengaruh untuk mendekati alat tangkap karena posisi ikan lebih jauh diatas bubu dan rumpon sehingga kemampuan untuk melihat bubu dan rumpon agak terbatas. Hal ini bisa terjadi bila ada pengaruh lingkungan sekitar karena dikejar predator atau perubahan sifat fisik perairan seperti arus sehingga akan merubah pola renang ikan akhirnya gerombolan ikan akan terpencar dan mendekati bubu dan rumpon. Gambar (2) memperlihatkan bahwa ikan akan terpengaruh untuk mendekati bubu dan rumpon karena posisi tidak begitu jauh namun pada beberapa spesies visitor bisa saja hanya numpang lewat dan tidak terpengaruh mendekati bubu dan rumpon. Gambar (3) dan (4) memperlihatkan bahwa ikan akan mudah terpengaruh karena jarak ikan dengan alat tangkap bubu lebih dekat.

55 Tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam Bubu Pola renang Pola renang ikan karang di luar dan di dalam bubu berbeda-beda menurut jenis ikan (Tabel 27). Beberapa pola renang yang diperlihatkan oleh berbagai jenis ikan karang yang diamati meliputi : 1. Ikan karang yang memiliki pola renang soliter seperti Thalassoma lunare, Chaetodon kleinii, Centropyge bicolor, Zebrasoma scopas, Cantherhines pardalis, Scarus ghobban, Cheilinus diagrammus, Cirrithicthys sp, Naso tuberosus, Sargosentron sp, dan Dascyllus albisella. 2. Ikan karang yang memiliki pola renang bergerombol seperti Amblyglyphidodon curacao, Chromis lepidolepis, dan Ctenochaetus striatus. 3. Ikan karang yang memiliki pola renang berpasangan Chaetodon kleinii, C. melanotus, Chrysiptera talboti, dan Cheilinus trilobatus. Dari uraian di atas terlihat bahwa jenis ikan karang yang melakukan pola renang ikan secara soliter lebih dominan (59%) bila dibandingkan dengan pola renang ikan yang bergerombol dan berpasangan. Namun ada beberapa jenis ikan yang mempunyai pola renang ganda seperti Chaetodon kleinii memiliki pola renang soliter dan berpasangan. Tabel 27 Pola renang ikan karang di luar dan di dalam bubu No Jenis Ikan Pola Renang Soliter Bergerombol Berpasangan 1. Thalassoma lunare 2. Chaetodon kleinii 3. Amblyglyphidodon curacao 4. Centropyge bicolor 5. Zebrasoma scopas 6. Chrysiptera talboti 7. Chromis lepidolepis 8. Cheilinus diagrammus 9. Ctenochaetus striatus 10. Cantherhines pardalis 11. Cirrithicthys sp 12. Cheilinus trilobatus

56 119 Tabel 27 (Lanjutan) No Jenis Ikan Pola Renang Soliter Bergerombol Berpasangan 13. Naso tuberosus 14. Chaetodon melanotus 15. Sargocentron sp 16. Dascyllus albisella 17. Scarus ghobban Total Proporsi (%) Pola gerak Pola gerak setiap ikan karang di luar dan di dalam bubu yang diamati di dalam keramba disajikan pada Gambar 31 dan Lampiran 14. Beberapa tingkah laku ikan karang di luar bubu yang sampai akhir pengamatan tidak pernah masuk ke dalam bubu diantaranya : 1. Siganus argenteus : ikan ini bersifat soliter, bergerak dan berlindung di atas bubu sambil diam. Ikan ini sering berubah warna mirip bunglon. Ketika berada pada substrat maka warna tubuh akan berubah. Saat warna tubuh berubah pada matanya sering mengeluarkan selapur lendir putih bening. 2. Scarus schlegeli : ikan ini bersifat soliter, dimana pada siang hari bergerak hanya di dasar bubu dan berdiam diri. 3. Epinephelus macrodon : ikan ini bersifat soliter, bergerak dan berlindung di dasar bubu, dan kelihatan baru aktif bergerak setelah hari menjelang sore. Ikan kerapu ini termasuk jenis ikan yang pergerakannya lambat. Hal ini dapat di lihat dari pola gerakannya yang dilakukan di dalam keramba. 4. Canthigaster valentini dan C. solandri : kedua ikan ini bersifat soliter, bermain di depan bubu lalu masuk dari samping kiri atau kanan ke dalam mulut bubu dan berputar-putar dalam mulut bubu, kemudian keluar. 5. Epinephelus fasciatus : ikan ini bersifat soliter, berenang di samping dasar bubu. 6. Coradion chrysozonus : ikan ini bersifat soliter, bergerak pada sudut-sudut dinding bubu sambil bergerak naik turun.

57 120 PG1. Thalassoma lunare PG2. Chaetodon kleinii PG3. Amblyglyphidodon curacao PG4. Centropyge bicolor PG5. Zebrasoma scopas PG6. Chrysiptera talboti PG7. Chromis lepidolepis PG8. Cheilinus diagrammus PG9. Ctenochaetus striatus PG10. Cantherhines pardalis PG11. Cirrithicthys sp PG12. Cheilinus trilobatus PG13. Naso tuberosus PG14. Chaetodon melanotus PG15. Sargocentron sp PG16. Dascyllus albisella PG17. Scarus ghobban Gambar 31 Pola gerak (PG) ikan karang di luar dan di dalam bubu dalam ruang tertutup (Keramba).

5 PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BUBU YANG DIOPERASIKAN BERSAMA RUMPON DAN TANPA RUMPON

5 PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BUBU YANG DIOPERASIKAN BERSAMA RUMPON DAN TANPA RUMPON 5 PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BUBU YANG DIOPERASIKAN BERSAMA RUMPON DAN TANPA RUMPON 5.1 Pendahuluan Setiap alat tangkap digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan memiliki karakteristik tersendiri dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI RUMPON DAN BUBU. Fonny J.L Risamasu dan Jotham S.R Ninef * ABSTRACT

ANALISIS STRUKUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI RUMPON DAN BUBU. Fonny J.L Risamasu dan Jotham S.R Ninef * ABSTRACT ANALISIS STRUKUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI RUMPON DAN BUBU Fonny J.L Risamasu dan Jotham S.R Ninef * ABSTRAT This paper describe of reef fish community structure in FAD (Fish Aggregating Device) and trap

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di perairan Hansisi, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, NTT. Penelitian dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan dimulai dari persiapan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Liukang Loe untuk Peruntukkan Wisata Selam dan Snorkling. Persentase Tutupan LIT

Lampiran 1 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Liukang Loe untuk Peruntukkan Wisata Selam dan Snorkling. Persentase Tutupan LIT L A M P I R A N 55 56 57 Lampiran 1 Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Liukang Loe untuk Peruntukkan Wisata Selam dan Snorkling Persentase Tutupan LIT No Kategori Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas terumbu karang Indonesia kurang lebih 50.000 km 2. Ekosistem tersebut berada di wilayah pesisir dan lautan di seluruh perairan Indonesia. Potensi lestari sumberdaya

Lebih terperinci

Angin memiliki pola pergerakan yang bervariasi sesuai dengan musim yang. berlangsung di suatu perairan akibat adanya perbedaan tekanan udara.

Angin memiliki pola pergerakan yang bervariasi sesuai dengan musim yang. berlangsung di suatu perairan akibat adanya perbedaan tekanan udara. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Arah dan Kecepatan Angin Angin memiliki pola pergerakan yang bervariasi sesuai dengan musim yang berlangsung di suatu perairan akibat adanya perbedaan tekanan

Lebih terperinci

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA TUGAS AKHIR - SB141510 KOMUNITAS IKAN KARANG PADA TIGA MODEL TERUMBU BUATAN (ARTIFICAL REEF) DI PERAIRAN PANTAI PASIR PUTIH SITUBONDO, JAWA TIMUR AHMAD YANUAR 1509100050 Dosen Pembimbing Aunurohim, S.Si.,

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi 5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi Fyke net yang didisain selama penelitian terdiri atas rangka yang terbuat dari besi, bahan jaring Polyetilene. Bobot yang berat di air dan material yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Kawasan Perairan Pantai Desa Ponelo secara administratif termasuk wilayah di Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan Pulau Pramuka terletak di Kepulauan Seribu yang secara administratif termasuk wilayah Jakarta Utara. Di Pulau Pramuka terdapat tiga ekosistem yaitu, ekosistem

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: Lampiran Tabulasi data persen tutupan karang berdasarkan bentuk pertumbuhan (life form)dan komponen lainnya No TipeSubtrat (DPL ) KayuDuri (DPL ) PulauUmang- Umang PersentaseTutupan (%) (DPL )GosongSawo

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KELIMPAHAN IKAN KARANG PADA TERUMBU KARANG BUATAN (Artificial Reefs) DI PERAIRAN HANSISI, SEMAU, KUPANG

STUDI TENTANG KELIMPAHAN IKAN KARANG PADA TERUMBU KARANG BUATAN (Artificial Reefs) DI PERAIRAN HANSISI, SEMAU, KUPANG 2003 Fonny J L Risamasu Posted 7 November 2003 Makalah Individu Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Npvember 2003 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisik dan Kimiawi Perairan Parameter fisik dan kimiawi perairan yang diukur pada stasiun penelitian meliputi suhu, salinitas, kecerahan dan kecepatan arus (Lampiran

Lebih terperinci

Laporan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Enggano dan sekitarnya *

Laporan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Enggano dan sekitarnya * Laporan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Enggano dan sekitarnya * Hawis Madduppa dan Ryan Prasetya Metode Pengamatan Pengamatan bawah laut di perairan Pulau Enggano dilakukan pada bulan September

Lebih terperinci

Ulangan I II III. Rata-rata ( C) DPL Ex-DPL Non DPL Ulangan I II III. Ulangan I II III

Ulangan I II III. Rata-rata ( C) DPL Ex-DPL Non DPL Ulangan I II III. Ulangan I II III LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Data parameter fisik dan kimiawi perairan kedalaman 3 dan 10 meter 1. Suhu ( C) Habitat Ulangan I II III Rata-rata ( C) DPL 29 29 29 29 Ex-DPL 28 29 29 28 Non DPL 30 29 29 29

Lebih terperinci

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN

7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7 EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU TERHADAP UMPAN 7.1 Pendahuluan Bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif. Secara umum, menangkap ikan dengan bubu adalah agar ikan berkeinginan masuk ke dalam

Lebih terperinci

Penggunaan rumpon dalam penangkapan ikan karang masih sangat jarang dan hanya masih pada taraf uji coba penangkapan melalui penelitian.

Penggunaan rumpon dalam penangkapan ikan karang masih sangat jarang dan hanya masih pada taraf uji coba penangkapan melalui penelitian. 6 PEMBAHASAN UMUM Terumbu karang termasuk salah satu ekosistem di daerah tropis yang mempunyai keanekaragaman hayati tinggi, salah satunya adalah ikan karang. Ikan karang berinteraksi dengan ekosistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pulau Menjangan Kecil terletak di sebelah selatan Pulau Karimunjawa, yang memiliki luas 56,0 ha dengan 0,79% daratan. Pulau Menjangan Kecil

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN BUBU DASAR BERUMPON FONNY J.L RISAMASU

INOVASI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN BUBU DASAR BERUMPON FONNY J.L RISAMASU INOVASI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN BUBU DASAR BERUMPON FONNY J.L RISAMASU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN KARANG DI PULAU BADI DAN PULAU KODINGARENG LOMPO. The Diversity of Coral Fish in Badi and Kodingareng Lompo Islands

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN KARANG DI PULAU BADI DAN PULAU KODINGARENG LOMPO. The Diversity of Coral Fish in Badi and Kodingareng Lompo Islands KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN KARANG DI PULAU BADI DAN PULAU KODINGARENG LOMPO The Diversity of Coral Fish in Badi and Kodingareng Lompo Islands Muh. Arifin Dahlan, Suci Andiewati, Sharifuddin Bin Andy Omar

Lebih terperinci

Keanekaragaman, Kelimpahan, dan Distribusi Ikan Terumbu Karang di Perairan Kota Bontang, Propinsi Kalimantan Timur. Abdul Haris 1) dan Tri Supatma

Keanekaragaman, Kelimpahan, dan Distribusi Ikan Terumbu Karang di Perairan Kota Bontang, Propinsi Kalimantan Timur. Abdul Haris 1) dan Tri Supatma Keanekaragaman, Kelimpahan, dan Distribusi Ikan Terumbu Karang di Perairan Kota Bontang, Propinsi Kalimantan Timur Abdul Haris 1) dan Tri Supatma 1) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

Diversity of reef fish at waters of Makian Island in North Maluku

Diversity of reef fish at waters of Makian Island in North Maluku Keragaman ikan karang di perairan Pulau Makian Provinsi Maluku Utara Diversity of reef fish at waters of Makian Island in North Maluku Najamuddin 1*, Samar Ishak 2, Adityawan Ahmad 1 Depik, 1(2): 114-120

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil perhitungan tutupan ekosistem karang di Pulau Berhala Serdang Bedagai. Stasiun 1

Lampiran 1. Hasil perhitungan tutupan ekosistem karang di Pulau Berhala Serdang Bedagai. Stasiun 1 63 Lampiran 1. Hasil perhitungan tutupan ekosistem karang di Pulau Berhala Serdang Bedagai Stasiun 1 Substrat Dasar Panjang Transisi (cm) Persen Cover (%) HC (Hard Coral) 2250 75.00 DC (Death Coral) 150

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reefs) tersebar hampir di seluruh perairan dunia dengan kondisi paling berkembang pada kawasan perairan tropis. Meski luas permukaan bumi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan 2.2 Alat Tangkap Perangkap ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan 2.2 Alat Tangkap Perangkap ( Traps 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan Teknologi penangkapan ikan yang akan dikembangkan setidaknya harus memenuhi empat aspek pengkajian bio-techniko-socio-economic-approach yaitu: (1) Bila ditinjau

Lebih terperinci

Pencacahan Langsung (Visual Census Method) dimana lokasi transek ikan karang

Pencacahan Langsung (Visual Census Method) dimana lokasi transek ikan karang Usep Sopandi. C06495080. Asosiasi Keanekaragaman Spesies Ikan Karang dengan Persentase Penutupan Karang (Life Form) di Perairan Pantai Pesisir Tengah dan Pesisir Utara, Lampung Barat. Dibawah Bimbingan

Lebih terperinci

KONDISI IKAN KARANG DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA. 1) Sukmaraharja Aulia Rachman Tarigan, 2) Bi nandra Dwindaru dan 3) Fitrie Hardyanti

KONDISI IKAN KARANG DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA. 1) Sukmaraharja Aulia Rachman Tarigan, 2) Bi nandra Dwindaru dan 3) Fitrie Hardyanti 1 KONDISI IKAN KARANG DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA 1) Sukmaraharja Aulia Rachman Tarigan, 2) Bi nandra Dwindaru dan 3) Fitrie Hardyanti ABSTRAK Dalam suatu ekosistem terumbu karang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks dimana keberadaannya dibatasi oleh suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 49 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Ekologi Terumbu Karang Desa Teluk Buton 5.1.1 Persentasi tutupan karang hidup Dari hasil pengamatan dengan metode LIT pada ke dua stasiun penelitian, diperoleh rata

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan selama periode pengamatan menunjukkan kekayaan jenis ikan karang sebesar 16 famili dengan 789 spesies. Jumlah tertinggi ditemukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah pengasuhan dan berlindung biota laut, termasuk bagi beragam jenis ikan karang yang berasosiasi

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS HASIL TANGKAPAN BUBU PADA TERUMBU KARANG BUATAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

PRODUKTIVITAS HASIL TANGKAPAN BUBU PADA TERUMBU KARANG BUATAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 1 Mei 2013: 99-110 ISSN 2087-4871 PRODUKTIVITAS HASIL TANGKAPAN BUBU PADA TERUMBU KARANG BUATAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA (PRODUCTIVITY

Lebih terperinci

BIODIVERSITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JEPARA BIODIVERSITY OF CORAL FISH IN KARIMUNJAWA NATIONAL PARKS WATERS, JEPARA

BIODIVERSITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JEPARA BIODIVERSITY OF CORAL FISH IN KARIMUNJAWA NATIONAL PARKS WATERS, JEPARA BIODIVERSITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JEPARA BIODIVERSITY OF CORAL FISH IN KARIMUNJAWA NATIONAL PARKS WATERS, JEPARA ABSTRAK Yayuk Sugianti dan Mujiyanto Peneliti pada Balai

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru 5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru Perairan Kabupaten Barru terletak di pantai barat pulau Sulawesi dan merupakan bagian dari Selat Makassar. Perairan ini merupakan salah satu pintu masuk

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Jenis Ikan Dua pendekatan digunakan untuk melihat komposisi jenis ikan di sekitar Pulau Semak Daun, yaitu berdasarkan pengambilan contoh menggunakan alat tangkap dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem

I. PENDAHULUAN. Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem tropis (tropical ecosystem complexities) yang telah menjadi salah satu ciri dari ekosistem

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Larva Ikan Ichthyoplankton merupakan cabang ilmu yang membahas tentang larva ikan yang hidup plantonik, merupakan cabang ilmu ichthyologi yang membahas tentang stadia larva

Lebih terperinci

Jumlah I II III IV V VI VII

Jumlah I II III IV V VI VII LAMPIRAN 87 87 Lampiran 1 Komposisi hasil pengambilan contoh menggunakan eksperimental fishing per stasiun di Pulau Semak Daun selama penelitian Stasiun Famili No. Nama Ilmiah Nama Lokal I II III IV V

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo 58 5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area. Penggunaan cahaya buatan yang berkapasitas

Lebih terperinci

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN Vol. 4 No. 1 Hal. 1-54 Ambon, Mei 2015 ISSN. 2085-5109 ARAH PENEMPATAN MULUT BUBU TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN DUSUN MAMUA KECAMATAN LEIHITU MALUKU TENGAH

Lebih terperinci

The effect of light intensity of blinking LED toward coral fishes catch of trap in the waters of Ternate Island

The effect of light intensity of blinking LED toward coral fishes catch of trap in the waters of Ternate Island Aquatic Science & Management Vol. 1, No. 1, 39-44 (April 2013) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00005 The

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Tangkapan Total hasil tangkapan Hasil tangkapan bubu tali selama 10 kali operasi adalah 520 ekor dengan berat

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Tangkapan Total hasil tangkapan Hasil tangkapan bubu tali selama 10 kali operasi adalah 520 ekor dengan berat 33 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Tangkapan 5.1.1 Total hasil tangkapan Hasil tangkapan bubu tali selama 10 kali operasi adalah 520 ekor dengan berat seluruhnya sebesar 43,595 kg. Hasil tangkapan didapatkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN. I. Pendahuluan

EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN. I. Pendahuluan EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN Mochammad Riyanto 1), Ari Purbayanto 1), dan Budy Wiryawan 1) 1) Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Persentase tutupan karang stasiun 1

Lampiran 1 Persentase tutupan karang stasiun 1 99 Lampiran 1 Persentase tutupan karang stasiun 1 Benthic Lifeform Code Percent Category Hard Corals (Acropora) Cover Branching ACB 11.16 Tabulate ACT 0 Encrusting ACE 0 Submassive ACS 0 Totals Digitate

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR 3 Dhani Dianthani Posted 3 May, 3 Makalah Falsafah Sains (PPs ) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor Mei 3 Dosen: Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Dr Bambang Purwantara IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

5.1 Uji Coba Alat Tangkap Bubu

5.1 Uji Coba Alat Tangkap Bubu 5 PEMBAHASAN Salah satu upaya meniadakan atau mengurangi penangkapan ikan di terumbu karang adalah dengan membangun terumbu buatan di sekitar terumbu karang, sehingga nelayan tidak lagi menangkap ikan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis ikan yang hidup di daerah terumbu karang dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia digolongkan menjadi dua, yaitu ikan hias (ornamental fish) dan ikan

Lebih terperinci

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian mengambil tempat di pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta (Peta Lokasi Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika dan Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil penelitian di perairan Kepulauan Seribu yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, diperoleh nilai-nilai parameter

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Peletakan Terumbu Buatan Proses awal dalam penelitian ini adalah peletakan terumbu buatan yang terbuat dari tempurung kelapa di daerah yang memiliki karakteristik yang cocok

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Semak Daun merupakan salah satu pulau yang berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5 ha yang dikelilingi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunitas Ikan di Ekositem Padang Lamun. Komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fisik dan biologis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunitas Ikan di Ekositem Padang Lamun. Komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fisik dan biologis. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunitas Ikan di Ekositem Padang Lamun Komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fisik dan biologis. Fisik adalah struktur yang tampak ketika suatu komunitas diamati.

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print) Komunitas Ikan Karang pada Tiga Model Terumbu Buatan (Artificial Reef) di Perairan Pasir Putih Situbondo, Jawa Timur Ahmad Yanuar dan Aunurohim Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

KELIMPAHAN IKAN KARANG PADA KAWASAN TERUMBU BUATAN DI PERAIRAN RATATOTOK SULAWESI UTARA

KELIMPAHAN IKAN KARANG PADA KAWASAN TERUMBU BUATAN DI PERAIRAN RATATOTOK SULAWESI UTARA KELIMPAHAN IKAN KARANG PADA KAWASAN TERUMBU BUATAN DI PERAIRAN RATATOTOK SULAWESI UTARA THE ABUNDANCE OF CORAL FISH IN ARTIFICIAL REEFS AREA OF RATATOTOK WATERS, NORTH SULAWESI ABSTRAK Indri Manembu, L.Adrianto,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Karang Klasifikasi ikan karang menurut Kuiter (1992), sebagai berikut : Phylum : Cordata Klas : Osteichtyes Ordo : Perciformes Famili : Lutjanidae, Scaridae, Pomacentridae,

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil 1.Komposisi Jenis Ekosistem lamun, baik yang luas maupun sempit adalah habitat yang penting bagi bermacammacam spesies ikan. Hasil penelitian pada ekosistem padang lamun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Posisi Geografis dan Kondisi Perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penangkapan ikan merupakan wilayah perairan tempat berkumpulnya ikan, dimana alat tangkap dapat dioperasikan sesuai teknis untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian terdiri dari 11 famili, 12 genus dengan total 14 jenis ikan yang tertangkap (Lampiran 6). Sebanyak 6

Lebih terperinci

IDENTIFICATION OF CORAL REEF FISHES IN THE NATIONAL CONSERVATION AREA, ANAMBAS ISLAND, KEPULAUAN RIAU PROVINCE. *

IDENTIFICATION OF CORAL REEF FISHES IN THE NATIONAL CONSERVATION AREA, ANAMBAS ISLAND, KEPULAUAN RIAU PROVINCE. * IDENTIFICATION OF CORAL REEF FISHES IN THE NATIONAL CONSERVATION AREA, ANAMBAS ISLAND, KEPULAUAN RIAU PROVINCE By 1) Lisvina, 2) Chaidir P.Pulungan and 3) Deni Efizon *E-mail: vinachino@gmail.com Abstract:

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) ( X Print) JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) E-19 Komunitas Ikan Karang pada Tiga Model Terumbu Buatan (Artificial Reef) di Perairan Pasir Putih Situbondo, Jawa Timur Ahmad

Lebih terperinci

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH Oleh: Livson C64102004 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Berdasarkan data ekspor impor Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia (2007), rajungan menempati urutan ke

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ekosistem terumbu karang terus terdegradasi di berbagai wilayah di Indonesia

PENDAHULUAN. Ekosistem terumbu karang terus terdegradasi di berbagai wilayah di Indonesia PENDAHULUAN Latar belakang Ekosistem terumbu karang terus terdegradasi di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di Kepulauan Seribu, Jakarta (Burke et al. 2002; Erdmann 1998). Hal ini terlihat dari hasil

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet

6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet 114 6 PEMBAHASAN 6.1 Pemilihan Warna yang Tepat pada Leadernet Berdasarkan hasil penelitian pada Bab 5, leadernet berwarna kuning lebih efektif daripada leadernet berwarna hijau dalam menggiring ikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan ph sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 cahaya Menurut Cayless dan Marsden (1983), iluminasi atau intensitas penerangan adalah nilai pancaran cahaya yang jatuh pada suatu bidang permukaan. cahaya dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan penyu, menyediakan

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan 50 5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan bubu di Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak ditujukan untuk menangkap ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus),

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Karang 2.2 Habitat Ikan Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Karang 2.2 Habitat Ikan Karang 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Karang Ikan karang merupakan organisme laut yang sangat mencolok di ekosistem terumbu karang, sehingga sering dijumpai dengan jumlah yang besar dan mengisi daerah

Lebih terperinci

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Prinsip dari metode ini adalah mengumpulkan ikan dalam ruang lingkup suatu alat tangkap. Dalam menarik perhatian ikan, digunakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

SEBARAN DAN KERAGAMAN IKAN KARANG DI PULAU BARRANGLOMPO: KAITANNYA DENGAN KONDISI DAN KOMPLEKSITAS HABITAT

SEBARAN DAN KERAGAMAN IKAN KARANG DI PULAU BARRANGLOMPO: KAITANNYA DENGAN KONDISI DAN KOMPLEKSITAS HABITAT SEBARAN DAN KERAGAMAN IKAN KARANG DI PULAU BARRANGLOMPO: KAITANNYA DENGAN KONDISI DAN KOMPLEKSITAS HABITAT Chair Rani 1), A. Iqbal Burhanuddin 2) dan Andi Arham Atjo 3) 1,2) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENANAMAN BUBU TALI

PETA LOKASI PENANAMAN BUBU TALI LAMPIRAN 58 59 Lampiran 1 Lokasi penelitian dengan letak penanaman bubu tali PETA LOKASI PENANAMAN BUBU TALI -5.69-5.7-5.71 P SEMAK DAUN LEGENDA LOKASI L 1 LOKASI L 2 LOKASI L 3 LAUT DARAT LINTANG -5.72-5.73

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS HASIL TANGKAPAN BUBU PADA TERUMBU KARANG BUATAN DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA NUR LINA MARATANA NABIU

PRODUKTIVITAS HASIL TANGKAPAN BUBU PADA TERUMBU KARANG BUATAN DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA NUR LINA MARATANA NABIU PRODUKTIVITAS HASIL TANGKAPAN BUBU PADA TERUMBU KARANG BUATAN DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA NUR LINA MARATANA NABIU DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Monitoring jenis ikan pada modul terumbu buatan di Selat Lembeh Kelurahan Mawali Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung

Monitoring jenis ikan pada modul terumbu buatan di Selat Lembeh Kelurahan Mawali Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(5): 171-175, Juni 2017 ISSN 2337-4306 Monitoring jenis ikan pada modul terumbu buatan di Selat Lembeh Kelurahan Mawali Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan muara Sungai Sukawayana, Kecamatan Cikakak, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten

Lebih terperinci

4. HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4. HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian 40 4. HASIL 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kecamatan Gunung Kijang (Pantai Trikora) Kecamatan Gunung Kijang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bintan, yang merupakan Kecamatan terluas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan secara langsung. Perameter yang diukur dalam penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya laut baik hayati maupun non hayati, sehingga hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya laut baik hayati maupun non hayati, sehingga hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditinjau dari luas wilayah laut, perairan Maluku memiliki berbagai sumberdaya laut baik hayati maupun non hayati, sehingga hal ini memungkinkan untuk dapat merangsang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI

STUDI BASELINE EKOLOGI Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN SELAYAR (2006) STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN SELAYAR (2006)

Lebih terperinci

Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi

Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi Fikri Firmansyah, Adib Mustofa, Estradivari, Adrian Damora, Christian Handayani, Gabby Ahmadia,

Lebih terperinci

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG PADA TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI FISH AGGREGATING DEVICE DONI PERYANTO

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG PADA TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI FISH AGGREGATING DEVICE DONI PERYANTO KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG PADA TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI FISH AGGREGATING DEVICE DONI PERYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

Volume 4 Nomor 1, April 2011 ISSN : X. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Borneo Tarakan. Kalimantan Timur

Volume 4 Nomor 1, April 2011 ISSN : X. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Borneo Tarakan. Kalimantan Timur Volume 4 Nomor 1, April 2011 ISSN : 2087-121X 2011 Jurnal HARPODON Harpodon BORNEO Borneo Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan Kalimantan Timur Volume 4 Nomor 1 April 2011 ISSN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Terumbu karang adalah bangunan ribuan hewan yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Terumbu karang yang sehat dengan luas 1 km 2 dapat menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Lokasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Lokasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Lokasi Kepulauan Seribu sebagian besar diisi oleh 108 pulau karang dengan dasar batu karang, serta 30 pulau lainnya terletak di Teluk Jakarta. Terumbu karang Kepulauan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Terumbu Karang Alami Definisi dan fungsi terumbu karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Terumbu Karang Alami Definisi dan fungsi terumbu karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Terumbu Karang Alami 2.1.1 Definisi dan fungsi terumbu karang Terumbu (reef) terbentuk dari endapan-endapan massif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Syahrir Syarifuddin Fu adi Pembimbing : 1. Aunurohim, S.Si, DEA 2. Dra. Nurlita Abdulgani, M. Si

TUGAS AKHIR. Syahrir Syarifuddin Fu adi Pembimbing : 1. Aunurohim, S.Si, DEA 2. Dra. Nurlita Abdulgani, M. Si TUGAS AKHIR DISTRIBUSI IKAN KARANG DI PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN, JAWA TIMUR Syahrir Syarifuddin Fu adi 1506 100 034 1 Pembimbing : 1. Aunurohim, S.Si, DEA 2. Dra. Nurlita Abdulgani, M. Si BAB

Lebih terperinci

KONDISI DAN POTENSI KOMUNITAS IKAN KARANG DI WILAYAH KEPULAUAN KAYOA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN MALUKU UTARA

KONDISI DAN POTENSI KOMUNITAS IKAN KARANG DI WILAYAH KEPULAUAN KAYOA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN MALUKU UTARA KONDISI DAN POTENSI KOMUNITAS IKAN KARANG DI WILAYAH KEPULAUAN KAYOA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN MALUKU UTARA Pustika Ratnawati, Hamelia Priliska, Sukmaraharja Fisheries Diving Club, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu (Traps) Bubu merupakan alat penangkapan ikan yang pasif (pasif gear). Alat tangkap ini memanfaatkan tingkah laku ikan yang mencari tempat persembunyian maupun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Cumi-Cumi Sirip Besar 4.1.1. Distribusi spasial Distribusi spasial cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun yang tertangkap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

Lama Pengaruh Coral Bleaching dan Red Tide Terhadap Kematian Karang di Perairan Sumatera Barat 1)

Lama Pengaruh Coral Bleaching dan Red Tide Terhadap Kematian Karang di Perairan Sumatera Barat 1) 1 Lama Pengaruh Coral Bleaching dan Red Tide Terhadap Kematian Karang di Perairan Sumatera Barat 1) Pendahuluan Ofri Johan 2), Yunaldi 3), Jan Henning Steffan 2) Yayasan Terumbu Karang Indonesia Jl. Blimbing

Lebih terperinci