PERBANDINGAN BAYESIAN MODEL AVERAGING DAN REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MEMPREDIKSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN BAYESIAN MODEL AVERAGING DAN REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MEMPREDIKSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN BAYESIAN MODEL AVERAGING DAN REGRESI LINIER BERGANDA DALAM MEMPREDIKSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR Veni Freista H. 1), Dr.rer.pol.Heri Kuswanto 2) 1) 2) ABSTRAK Angka kematian bayi (AKB) di Jawa Timur masih tergolong tinggi karena masih jauh dari target MDGs sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa upaya penurunan AKB belum maksimal sehingga diperlukan intervensi untuk mencapai target MDGs.. Intervensi yang efektif dapat dilakukan jika faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi kematian bayi dapat diketahui. Penelitian sebelumnya sudah banyak dilakukan menggunakan metode regresi, namun tidak melibatkan ketidakpastian model dalam pemilihan model terbaiknya. Kasus AKB diatas merupakan kasus yang melibatkan ketidakpastian model. Bayesian Model Averaging (BMA) merupakan salah satu metode statistik yang mempertimbangkan ketidakpastian model dalam pemilihan model terbaik. BMA merata-ratakan distribusi posterior dari model-model terbaiknya. Hasil BMA dan regresi sama-sama menunjukkan bahwa terdapat empat variabel prediktor yang mempengaruhi jumlah kematian bayi di Jawa Timur yaitu rasio puskesmas, rasio tenaga medis, prosentase ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi, dan prosentase BBLR. Jika dilihat dari standart errornya, BMA memberikan hasil estimasi parameter yang lebih efisien karena standart error yang dihasilkan lebih kecil daripada regresi. Selain itu, jika dilihat dari kesalahan prediksinya, BMA memberikan kesalahan prediksi yang lebih kecil daripada regresi sehingga metode ini memiliki kemampuan prediksi pengamatan baru yang lebih baik daripada regresi. Kata kunci: Kematian bayi, BMA, Regresi I PENDAHULUAN Angka kematian bayi (AKB) di Jawa Timur dari tahun ke tahun menurun secara perlahan. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat AKB menurun dari 39.6 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi per 1000 kelahiran hidup tahun Angka kematian ini turun kembali menjadi pada tahun Namun AKB ini masih tergolong tinggi karena masih jauh dari target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 23 per MDGs merupakan komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan yang salah satu tujuannya adalah menurunkan angka kematian bayi. AKB yang masih jauh dari target MDGs ini menunjukkan bahwa upaya penurunan kematian bayi belum maksimal diperlukan intervensi. Intervensi yang efektif dapat dilakukan jika faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi kematian bayi dapat diketahui. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi di Jawa Timur telah dilakukan oleh Ardiyanti (2010) menggunakan metode geographically weighted poisson regression (GWPR). Rani (2011) juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi di Jawa Timur dengan pendekatan geographically weighted poisson regression semiparametric (GWPRS). Keduanya melibatkan efek spasial dalam penelitiannya. Sementara itu, Basilia (2003) juga pernah meneliti tentang AKB di Jawa Timur tahun 2000, namun tidak melibatkan efek spasial yaitu dengan regresi. Hasil model yang didapat pada penelitian diatas merupakan model tunggal yang tidak melibatkan ketidakpastian model. Hal ini memungkinkan terjadinya estimasi yang kurang tepat dalam pemilihan model tersebut. Kasus AKB diatas merupakan kasus yang melibatkan ketidakpastian model sehingga diperlukan suatu metode yang melibatkan ketidakpastian model dalam pemilihan model terbaik. Bayesian Model Averaging (BMA) merupakan metode statistik yang mempertimbangkan model yang tidak pasti dalam pemilihan variabel dengan mengkombinasikan model-model yang terbentuk dari variabel prediktor. Penelitian tentang aplikasi BMA telah dilakukan oleh Raftery, dkk (1998) mengenai kasus kriminal di US tahun Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa BMA memberikan keakuratan hasil prediksi yang lebih tinggi daripada regresi linier. Penelitian lain tentang aplikasi BMA juga 1

2 dilakukan oleh Volinsky (1997), Hoeting, dkk (1999), Liang, dkk (2001), Madigan (1994), Mubwandarikwa, dkk (2005), Montgomery dan Nyhan (2010), Viallefont, dkk (2001). Prinsip dasar BMA adalah memprediksi model terbaik berdasarkan rata-rata terboboti dari seluruh model. Hasil dari estimasi mencakup semua model yang kemungkinan terbentuk sehingga bisa mendapatkan hasil estimasi yang lebih baik (Madigan dan Raftery 1994). Oleh karena itu, pada penelitian kali ini peneliti menggunakan metode Bayesian Model Averaging (BMA) untuk memprediksi faktorfaktor yang mempengaruhi angka kematian bayi di Jawa Timur yang hasilnya akan dibandingkan dengan model terbaik pada regresi liner. Penelitian tentang aplikasi BMA pada regresi linier belum pernah dilakukan untuk memodelkan kasus-kasus di Indonesia. 2. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini membahas tentang Bayesian Model Averaging (BMA), regresi linier berganda dan angka kematian bayi (AKB). 2.1 Bayesian Model Averaging (BMA) Konsep BMA telah banyak dibahas dalam beberapa literatur, diantaranya adalah Raftery, dkk (1998), Volinsky (1997), Hoeting, dkk (1999), Liang, dkk (2001), Madigan (1994), Mubwandarikwa, dkk (2005), Montgomery dan Nyhan (2010), dan Viallefont, dkk (2001) Prediksi BMA Bayesian Model Averaging (BMA) merupakan salah satu metode pemilihan model terbaik yang melibatkan ketidakpastian model yaitu dengan merata-ratakan distribusi posterior dari semua model yang mungkin. Tujuan dari BMA adalah menggabungkan model-model yang tidak pasti sehingga didapat satu model yang terbaik. Model dibentuk melalui persamaan regresi sebagai berikut Y = Xβ + ε, (1) dimana ε~n(0, σ 2 I). Misalkan terdapat p variabel prediktor, maka jumlah model yang terbentuk sebanyak q = 2 p model (dengan asumsi bahwa tidak ada interaksi diantara variabel prediktor). Jika M = M 1, M 2,, M q adalah model yang mungkin terbentuk dan adalah nilai yang akan diprediksi maka distribusi probabilitas prior dari parameter model β dan σ 2 diasumsikan M k ~π(m k ) dan vektor parameter model dihasilkan dari distribusi bersyarat (σ 2 M k )~π(σ 2 M k ) dan (θ k σ 2, M k )~π(θ k M k, σ 2 ). Distribusi posterior dari jika diketahui data Y ditulis dalam persamaan sebagai berikut q Pr Y = Pr M k, Y Pr M k Y k=1 (2) dimana q menunjukkan jumlah dari semua model yang mungkin terbentuk. Distribusi posterior dari jika diketahui Y adalah rata-rata dari distribusi posterior jika diketahui model diboboti oleh probabilitas model posterior. Probabilitas posterior dari model M k adalah sebagai berikut dimana Pr M k Y = Pr Y M k Pr(M k ) q l=1 Pr Y M l Pr(M l ) Pr Y M k = Pr(Y θ k, M k )Pr θ k M k dθ k (4) adalah marginal likelihood dari model M k, Pr θ k M k adalah densitas prior dari θ k jika diketahui model M k, Pr(Y θ k, M k ) adalah likelihood, dan Pr M k adalah probabilitas prior jika model M k. Semua probabilitas secara implisit bergantung pada model M sehingga nilai ekspektasi dari koefisien didapat dengan merata-ratakan model M. E Y = q k=1 Pr M k Y E M k, Y (5) E Y menunjukkan nilai ekspektasi terboboti dari disetiap model kombinasi yang mungkin (bobot ditentukan oleh prior dan model). Kriteria untuk menentukan variabel prediktor termasuk variabel yang signifikan atau tidak dalam model adalah berdasarkan persentase probabilitas posterior yang dihasilkan pada setiap variabel prediktor. Jika Pr[β1 0 D] kurang dari 50% maka tidak ada bukti yang kuat untuk X 1 menjadi faktor penyebab. Jika diantara 50%-75% maka ada bukti yang lemah untuk menyatakan X 1 sebagai faktor penyebab, jika diantara 75%-95% maka ada bukti yang cukup kuat, antara 95%-99% menunjukkan bahwa terdapat bukti yang kuat, dan jika lebih dari 99% maka bukti yang ada sangat kuat, (Jeffreys, 1961). (3) 2

3 2.1.2 Pemilihan model BMA Dalam mendapatkan model terbaiknya, BMA akan memilih model mana yang masuk dalam persamaan (2) berdasarkan probabilitas posterior dari sejumlah q = 2 p model yang terbentuk. Metode occam s window adalah salah satu metode yang digunakan dalam menyeleksi model yang masuk berdasarkan probabilitas posteriornya. Model yang diterima dengan metode occam s window memenuhi persamaan berikut A = M k : max l{pr M l Y } c (7) Pr(M k Y) dengan nilai c adalah 20. Nilai c tersebut setara dengan alfa 0.05 untuk p value (Jeffreys, 1961). Model dikeluarkan dari persamaan 2 jika probabilitas model posterior lebih besar dari nilai c. Kemudian dari model-model yang masuk dalam persamaan (2) akan dipilih 5 (lima) model terbaik berdasarkan probabilitas model posterior (PMP) tertinggi. 2.2 Regresi Linier Berganda Regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan variabel respon dengan variabel prediktornya, dimana variabel prediktornya lebih dari satu. Model regresi berganda dengan p variabel prediktor ditulis dalam persamaan sebagai berikut y i = b 0 + b 1 X 1i + b 2 X 2i + + b p X pi (8) dimana y i = nilai penduga bagi variabel y pada pengamatan ke-i b 0,..,b p = dugaan bagi parameter β 0, β 1, β 2,..., β p Pengujian Parameter Model Regresi Untuk mengetahui signifikansi dari variabel prediktor maka dilakukan pengujian parameter secara serentak maupun secara individu. 1. Uji Serentak Uji parameter model regresi secara serentak dilakukan dengan menggunakan ANOVA. Hipotesis dari pengujian ini adalah: H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = = β p = 0 H 1 : minimal ada satu β i 0, i=1,2, p Statistik uji F hitung = n i=1 n i=1 y i y i 2 /p y i y i 2 / n p 1 Apabila F Hitung > F α(v1,v2) maka H 0 ditolak artinya paling sedikit ada satu β i yang memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel respon. 2. Uji Individu Uji parameter model regresi secara individu bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variabel prediktor secara individual dalam menerangkan variasi variabel respon. Hipotesis dari pengujian secara individu adalah H 0 : β i = 0, artinya variabel prediktor tidak berpengaruh terhadap variabel respon H 1 : β i 0, artinya variabel prdiktor berpengaruh terhadap variabel respon Taraf nyata yang digunakan sebesar α = 5% Statistik uji t hitung = b i (10) se (bi ) H 0 ditolak apabila t hitung > t tabel yaitu t (α/2,n-p-1), yang artinya ada pengaruh antara variabel prediktor terhadap variabel respon Uji Asumsi Dalam analisis regresi harus dilakukan pemeriksaan asumsi terhadap residual. Asumsi residual adalah sebagai berikut: 1. Residual identik 2. Residual independen 3. Residual berdistribusi normal (9) 3

4 Selain asumsi residual, perlu dilakukan asumsi pada variabel yaitu asumsi tidak adanya multikolinearitas antar variabel prediktor dan model linier. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal. Statistik uji yang digunakan adalah Kolmogorov Smirnov. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H 0 : Residual berdistribusi normal H 1 : Residual tidak berdistribusi normal Statistik uji yang digunakan adalah D = sup x [ F n x F 0 x ] (11) Dimana F n x adalah probabilitas komulatif normal dan F 0 x adalah probabilitas komulatif empiris. H 0 diterima apabila nilai D lebih kecil dari D tabel yang artinya residual berdistribusi normal. 2. Pengujian Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari error atau residual konstan. Gejala heterokedastisitas ini diketahui dengan menggunakan uji glejser yaitu dengan meregresikan residual mutlak dengan variabel prediktornya. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H 0 : σ 1 2 = σ 2 2 = = σ p 2 = σ 2 H 1 : minimal ada satu σ i 2 σ 2 untuk i=1,2,,p Statistik uji yang digunakan adalah H 0 diterima jika F Hitung < F α(v1,v2) homoskedastisitas. F hitung = n e i e i 2 i=1 /p n i=1 e i e i 2 / n p 1 (12) yang berarti bebas dari gejala heterokedastisitas atau terjadi 3. Pengujian Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara error. Uji autokorelasi bisa dilakukan dengan uji Durbin Watson. Hipotesisnya adalah sebagai berikut: H : 0 0 H1 : 0 Statistik uji d = n t=2 (e t e t 1 ) 2 n e 2 t=1 t Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d tabel, yaitu d L yang merupakan batas bawah dan d U yang merupakan batas atas. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut: 1. Jika d < d L, berarti terdapat autokorelasi positif 2. Jika d > (4 d L ), berarti terdapat autokorelasi negatif 3. Jika d U < d < (4 d L ), berarti tidak terdapat autokorelasi 4. Jika d L < d < d U atau (4 d U ), berarti tidak dapat disimpulkan 4. Model Linier Salah satu asumsi dalam regresi yang harus dipenuhi adalah model linier yang berarti adanya pola hubungan yang linier antara variabel prediktor dan respon. Untuk mengetahui pola hubungan tersebut dilakukan dengan menggunakan scatterplots. Apabila titik-titik pengamatan mengikuti garis lurus, maka terdapat hubungan yang linier. 5. Tidak ada Multikolinearitas Dalam regresi, asumsi yang harus dipenuhi adalah tidak adanya hubungan antar variabel prediktor. Untuk mengetahui ada tidaknya multikoliniaritas maka digunakan indikasi nilai VIF. nilai VIF = 1 1 R 2 (14) (13) 4

5 dimana R 2 menunjukkan koefisien determinasi. Apabila nilai VIF lebih besar dari 10 maka menunjukkan indikasi adanya multikolinearitas. 2.3 Kesalahan Prediksi Kesalahan prediksi digunakan untuk mengetahui tingkat keakuratan dari hasil yang diperoleh. Kesalahan prediksi bisa diketahui melalui selang kepercayaan untuk dugaan nilai y. Apabila setiap nilai y (pengamatan) masuk dalam selang, maka dugaan untuk nilai y benar. Selang kepercayaan 95% untuk memprediksi y (pengamatan) baru adalah sebagai berikut. y t α 1,n p 1SE < y < y + t 1 α,n p 1SE (15) Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat bayi lahir sampai sebelum mencapai usia satu tahun. Dari sisi penyebabnya, kematian bayi dibedakan faktor endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kejadian kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, umumnya disebabkan oleh faktor bawaan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi antara usia satu bulan sampai satu tahun, umumnya disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan. Angka kematian bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate (IMR) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per kelahiran hidup (KH). AKB dapat menggambarkan kondisi social ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun social ekonomi. Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial-ekonomi, lingkungan tempat tinggal dan kesehatannya. Menurut dinas kesehatan, beberapa faktor berpengaruh terhadap peningkatan angka kematian bayi yaitu status sosio ekonomi, lingkungan dan faktor biologis. Faktor sosio ekonomi meliputi tempat tinggal, pendidikan ibu dan indeks kesejahteraan ibu. Faktor biologis meliputi jenis kelamin anak, usia ibu, paritas dan interval kelahiran. Beberapa variabel lain seperti berat waktu lahir, pemeriksaan antenatal dan penolong persalinan juga dipertimbangkan berpengaruh terhadap angka kematian bayi yang tinggi tersebut, yang untuk tahap lanjutan perlu dilakukan studi lebih dalam. Penurunan AKB menunjukan adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya percepatan penurunan AKB memperhatikan kondisi yang mempengaruhi AKB, antara lain lokasi geografis, taraf sosio-ekonomi masyarakat serta perilaku hidup sehat. 3. METODOLOGI PENELITIAN Pada metodologi penelitian akan dibahas mengenai sumber data, variabel penelitian dan langkah analisis. 3.1 Sumber Data dan Variabel Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari dinas kesehatan propinsi Jawa Timur tahun 2009 yang terdiri dari 38 kabupaten/kota. Data memuat informasi dari tiap kabupaten/kota yang akan digunakan sebagai variabel penelitian sebagai berikut: 1. Jumlah kematian bayi (Y) 2. Rasio puskesmas (X 1 ) Rasio jumlah puskesmas diperoleh dengan membagi jumlah puskesmas dengan jumlah penduduknya dan dikali dengan karena satu puskesmas membawahi penduduk dalam suatu daerah. 3. Rasio tenaga medis (X 2 ). Rasio jumlah tenaga medis diperoleh dengan membagi jumlah tenaga medis dengan jumlah penduduknya dan dikali penduduk. 4. Rasio posyandu (X 3 ) Rasio jumlah posyandu diperoleh dengan membagi jumlah posyandu dengan jumlah penduduknya dan dikali 1000 penduduk. 5. Prosentase kelahiran ditolong non medis (X 4 ) 6. Prosentase bayi yang tidak diberi ASI eksklusif (X 5 ) 7. Prosentase ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi (X 6 ) 8. Prosentase ibu hamil risti (X 7 ) 9. Prosentase berat badan lahir rendah (BBLR) (X 8 ) 5

6 10. Prosentase rumah tidak sehat (X 9 ) 11. Rasio penduduk miskin (X 10 ) Rasio jumlah penduduk miskin diperoleh dengan membagi jumlah penduduk miskin dengan jumlah penduduknya dan dikali 1000 penduduk. 3.2 Langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan jumlah kematian bayi di Jawa Timur dengan histogram 2. Membagi data ke dalam dua bagian, yaitu data training dan data testing. Data training sebanyak 30 data digunakan dalam proses pemilihan model terbaik. Sedangkan data testing sebanyak 8 data digunakan untuk menguji hasil prediksi model terbaik. 3. Untuk mencapai tujuan pertama maka dilakukan pemilihan model menggunakan BMA dengan langkah-langkah sebagai berikut a Meregresikan variabel respon dengan variabel predickor data training b Menyeleksi model yang masuk dalam persamaan BMA dengan metode Occam s Window c Memilih model prediksi terbaik dengan BMA d Melakukan estimasi parameter e Menghitung kesalahan prediksi model yang terpilih dengan data testing 4. Untuk mencapai tujuan kedua, maka dilakukan pemilihan model menggunakan regresi linier dengan langkah-langkah sebagai berikut a Meregresikan variabel respon dengan variabel prediktor b Menguji asumsi residul (Identik, Independent, dan berdistribusi normal) dan asumsi pada variabel c Memilih model terbaik d Menghitung kesalahan prediksi dengan data testing 5. Membandingkan hasil estimasi parameter, koefisien parameter, standart error, kesalahan prediksi, dan MSE menggunakan BMA dan regresi linier. 6. Membuat kesimpulan. 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada analisis dan pembahasan akan dibahas mengenai hasil analisa data yang merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. 4.1 Deskripsi Jumlah Kematian Bayi di Jawa Timur Angka kematian bayi di Jawa Timur mengalami penurunan dari tahun 2004 hingga tahun Penurunan ini bisa dilihat pada Gambar 4.1 yaitu dari 39.6 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi per 1000 kelahiran hidup tahun target AKB JawaTimur per 1000 kelahiran hidup MDGs Gambar 1. Angka kematian bayi tahun Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Timur Namun angka tersebut masih tergolong tinggi karena masih jauh dari target MDGs yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian bayi harus terus diupayakan agar bisa mencapai target MDGs karena menurunnya AKB merupakan gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Akan tetapi, ada beberapa daerah masih perlu mendapatkan perhatian lebih serius karena AKBnya masih cukup tinggi yaitu lebih dari 200, di antaranya adalah kabupaten Jember, Blitar, Bondowoso, 6

7 Jombang, Malang (kota), Sumenep, dan Surabaya (kota). Tingginya jumlah kematian bayi tersebut bisa dilihat pada Gambar jumlah kematian bayi Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kediri (Kota) Blitar (Kota) Malang (Kota) Probolinggo (Kota) Pasuruan (Kota) Mojokerto (Kota) Madiun (Kota) Surabaya (Kota) Batu (Kota) Gambar 4.2 Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten/Kota Jawa Timur Sumber: Dinas kesehatan provinsi Jawa Timur Sedangkan ada juga beberapa daerah yang memiliki jumlah kematian bayi rendah yaitu dibawah 50, antara lain Bangkalan, kota Kediri, kota Probolinggo, kota Pasuruan, kota Mojokerto, kota Madiun dan kota Batu. 4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematian Bayi Untuk memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi maka dilakukan dengan menggunakan metode Bayesian Model Averaging dan regresi linier berganda Bayesian Model Averaging (BMA) Probabilitas posterior masing-masing variabel prediktor disajikan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Probabilitas Posterior Variabel Prediktor Variabel Prediktor Posterior probabilities (%) koefisien SE Konstan 100* Rasio puskesmas 100* Rasio tenaga medis 100* Rasio posyandu % kelahiran ditolong non medis % bayi yang tidak diberi ASI eksklusif % ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi 98.8* % ibu hamil risti % berat badan lahir rendah 100* % rumah tidak sehat Rasio j penduduk miskin Catatan: * menunjukkan variabel yang berpengaruh Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat empat variabel prediktor yang memiliki prosentase probabilitas posterior sangat tinggi sebesar 100%, yaitu rasio puskesmas, rasio tenaga medis, prosentase ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi, dan prosentase berat badan lahir rendah (BBLR). Enam variabel prediktor selainnya memiliki probabilitas posterior dibawah 50% yang menunjukkan variabelvariabel tersebut tidak berpengaruh dalam model. Oleh karena itu, variabel prediktor yang berpengaruh terhadap variabel jumlah kematian bayi rasio puskesmas, rasio tenaga medis, prosentase ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi, dan prosentase berat badan lahir rendah (BBLR). Probabilitas posterior diatas diperoleh dengan menjumlahkan probabilitas model posterior seluruh model untuk masing-masing prediktor. Hasil BMA menunjukkan bahwa terdapat 19 model terpilih dan ada lima model terbaiknya dari 1024 model yang terbentuk. Hasil pemilihan model terbaik BMA disajikan dalam tabel

8 Tabel 4.2. Lima Model Terbaik BMA Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 Intercept X X X X X X X X X X R Post prob Catatan: - menunjukkan variabel tidak berpengaruh dalam model Model 1 memiliki PMP paling besar yaitu 0,13 yang berarti berpengaruh sebanyak 21,2% dari total probabilitas posterior. Begitu juga dengan model 2 yang memberi pengaruh sebesar 16,8% dari total probabilitas posterior. Probabiltas posterior kumulatif dari lima model terbaik diatas adalah sebesar yang artinya memberi pengaruh sebanyak 59,24% dari total probabilitas posterior. Jika dilihat dari pengaruh setiap variabel prediktor, variabel X 1 (rasio puskesmas) berkontribusi di semua lima model terbaik sehingga memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel respon didalam model. Begitu juga dengan variabel X 2, X 6, X 8 (rasio tenaga medis, prosentase ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi, dan prosentase BBLR) juga berkontribusi dalam semua model. Oleh karena itu, empat variabel prediktor tersebut memiliki probabilitas posterior yang besar. Berdasarkan probabilitas posterior diatas maka model Bayesian Model Averaging untuk memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi di Jawa Timur antara lain sebagai berikut E Y = 0.212M M M M PMPM 19 Kesalahan Prediksi BMA Untuk mengetahui keakuratan hasil BMA, maka dilakukan prediksi untuk pengamatan baru menggunakan selang kepercayaan. Tabel 4.3 menunjukkan kesalahan prediksi dari metode BMA dengan menggunakan data testing. Tabel 4.3 Kesalahan Prediksi BMA Pengamatan CI Y bawah Y atas Y Keterangan Y Masuk Y Tidak masuk Y Tidak masuk Y Tidak masuk Y Masuk Y Masuk Y Masuk Y Masuk Kesalahan prediksi 37,5% Terdapat lima dari delapan pengamatan (Y) yaitu Y 1, Y 5, Y 6, Y 7, Y 8 pada data testing masuk dalam selang kepercayaan, sedangkan tiga lainnya tidak masuk dalam selang kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan prediksi dengan metode BMA adalah sebesar 37,5%. 8

9 4.2.2 Regresi Linier Berganda Model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut y = X X 2 0.4X X X X X X X X 10 Untuk mengetahui signifikansi parameter dari variabel prediktor maka dilakukan pengujian secara serentak dan individu. 1. Uji Serentak Statistik uji yang digunakan adalah ANOVA seperti yang dijelaskan pada persamaan (9). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = = β p = 0 H 1 : minimal ada satu β i 0, i=1,2, p Hasil pengujian serentak ditunjukkan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Pengujian Serentak Sumber SS F P Value Regresi Eror Total Hasil uji serentak menunjukkan bahwa minimal ada satu dari sepuluh variabel prediktor yang berpengaruh terhadap jumlah kematian bayi. Hal ini dapat dilihat dari p-value yang kurang dari Uji Individu Statistik uji yang digunakan seperti yang dijelaskan pada persamaan (10). Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H 0 : β i = 0, artinya variabel prediktor tidak berpengaruh terhadap variabel respon H 1 : β i 0, artinya variabel prediktor berpengaruh terhadap variabel respon Hasil pengujian secara individu disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Uji Individu Variabel Bebas Variabel Prediktor Koefisien SE Pvalue Konstan Rasio puskesmas * Rasio tenaga medis * Rasio posyandu % kelahiran ditolong non medis % bayi yang tidak diberi ASI eksklusif % ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi * % ibu hamil risti % berat badan lahir rendah * % rumah tidak sehat Rasio j penduduk miskin R % Catatan: * menunjukkan variabel yang signifikan Hasil uji individu menunjukkan bahwa terdapat empat variabel prediktor yang signifikan dengan p value yang lebih kecil dari 0.05 yaitu rasio puskesmas, rasio tenaga medis, prosentase ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi, dan prosentase BBLR. Nilai R 2 sebesar 80.2% yang menunjukkan bahwa model yang dihasilkan sudah baik karena variabel prediktor mampu menjelaskan variabel jumlah kematian bayi dengan baik. Asumsi yang harus dipenuhi Asumsi residual yang harus dipenuhi meliputi uji normalitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Sedangkan asumsi pada variabel adalah tidak adanya multikolinearitas dan model linier. 9

10 1. Uji Normalitas Hipotesis yang digunakan adalah H 0 : Residual berdistribusi normal H 1 : Residual tidak berdistribusi normal Statistik uji menunjukkan bahwa p value yang dihasilkan lebih besar dari 0.05 dan nilai Kolmogorov Smirnov sebesar yang lebih kecil daripada nilai D tabel sebesar Hal tersebut berarti residual data berdistribusi normal. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan menggunakan uji Gletser yaitu dengan meregresikan residual mutlak dengan variabel prediktornya. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H 0 : σ 2 1 = σ 2 2 = = σ 2 10 = σ 2 H 1 : minimal ada satu σ 2 i σ 2 untuk i=1,2,,10 Hasil uji Gletser disajikan dalam tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Gletser Sumber SS F P Value Regresi Error Total Tabel 4.6 menunjukkan bahwa p value untuk uji gletser secara keseluruhan adalah lebih dari 0.05 yang berarti bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara error dengan menggunakan uji Durbin Watson. Hipotesisnya adalah: H 0 : tidak terdapat hubungan antara error H 1 : ada hubungan antara error Statistik uji yang digunakan seperti pada persamaan (11). Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar dengan nilai D tabel yaitu D l sebesar dan D u sebesar Nilai D u < D < (4-D l ) yang berarti tidak terdapat autokorelasi. 4. Model linier Untuk mengetahui adanya pola hubungan yang linier antara variabel respond dan prediktor maka dilakukan dengan menggunakan scatterplot. Scatter plot antara variabel respond dan prediktor disajikan pada Gambar 1. X1 X2 X3 X X5 X6 X7 X8 200 Y X9 X Gambar 4.3. Scatterplot antara variabel predictor dan variabel respon Scatterplot menunjukkan bahwa terdapat dua variabel prediktor yang memiliki korelasi negatif yaitu pada variabel X 1 dan X 2. Korelasi negatif ini berarti apabila terjadi peningkatan pada variabel-variabel tersebut maka akan terjadi penurunan pada variabel kematian bayi. Sedangkan terdapat tujuh variabel 10

11 prediktor yaitu X 3, X 4, X 5, X 7, X 8, X 9, dan, X 10 yang memiliki pola menyebar sehingga korelasi yang terjadi sangat rendah. 5. Tidak adanya Multikolinearitas Untuk mengetahui ada tidaknya multikoliniaritas maka digunakan indikasi nilai VIF. Tabel 4.7 menunjukkan nilai VIF dari setiap variabel prediktor. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai VIF untuk semua variabel prediktor kurang dari 10 sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel prediktor. Tabel 4.7 Nilai VIF Variabel Prediktor Variabel Prediktor VIF Konstan Rasio puskesmas 3.3 Rasio tenaga medis 1.9 Rasio posyandu 2.7 % kelahiran ditolong non medis 2.3 % bayi yang tidak diberi ASI eksklusif 1.6 % ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi 1.6 % ibu hamil risti 1.7 % berat badan lahir rendah 2.1 % rumah tidak sehat 2.3 Rasio j penduduk miskin 2.4 Kesalahan Prediksi Kesalahan prediksi digunakan untuk mengetahui tingkat keakuratan dari hasil yang diperoleh. Tabel 4.8 menunjukkan kesalahan prediksi dari metode regresi dengan menggunakan data testing. Tabel 4.8 Kesalahan Prediksi dengan Regresi Pengamatan CI Y bawah Y atas Y Keterangan Y Masuk Y Tidak masuk Y Tidak masuk Y Tidak masuk Y Masuk Y Tidak masuk Y Tidak masuk Y Masuk Kesalahan prediksi 62,5% Tabel 4.9 menunjukkan bahwa terdapat tiga pengamatan (Y) yaitu Y 1, Y 5, Y 8 pada data testing yang masuk dalam selang kepercayaan, sedangkan lima lainnya tidak masuk dalam selang kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan prediksi dengan metode regresi adalah sebesar 62,5%. 4.3 Perbandingan Bayesian Model Averaging dan Regresi Linier Perbandingan estimasi parameter dan standart error yang dihasilkan dalam memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi antara metode Bayesian Model Averaging dengan regresi disajikan dalam tabel 4.8. Hasil estimasi parameter variabel prediktor antara BMA dan regresi sama yaitu terdapat empat variabel prediktor yang berpengaruh didalam model, diantaranya rasio puskesmas, rasio tenaga medis, prosentase ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi dan prosentase berat badan lahir rendah (BBLR). Namun jika dilihat dari standart error setiap parameter yang dihasilkan, BMA memiliki standart error yang lebih kecil daripada regresi pada semua variabel prediktornya. Hal ini menunjukkan bahwa BMA memberikan estimasi parameter yang lebih efisien dalam memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi. 11

12 Tabel 4.9 Estimasi Parameter dan Standar Error dengan BMA dan Regresi BMA Regresi Variabel Probabilitas posterior (%) SE Pvalue SE Rasio jumlah sarana kesehatan 100* * Rasio jumlah tenaga kesehatan 100* * Rasio jumlah posyandu % kelahiran ditolong non medis % bayi yang tidak diberi ASI eksklusif % ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi 98.8* * % ibu hamil risti % BBLR 100* * % rumah tidak sehat Rasio jumlah penduduk miskin Catatan: * menunjukkan variabel yang berpengaruh Apabila dilihat dari koefisien parameternya, BMA dan regresi memiliki nilai koefisien yang tidak terlalu jauh selisihnya. Hal ini bisa dilihat dalam tabel Tabel 4.10 Koefisien parameter BMA dan Regresi Variabel Prediktor Koef.BMA Koef.Regresi Intercept X X X X X X X X X X Tabel 4.10 menunjukkan bahwa semua variabel prediktor memiliki tanda koefisien yang sama untuk koefisien parameter BMA dan regresi dan selisih koefisien antara kedua metode tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang besar antara koefisien hasil BMA dan regresi. Jika dilihat dari kesalahan prediksi, metode BMA memberikan kesalahan prediksi yang lebih kecil daripada regresi yaitu sebesar 37.5% dibanding regresi sebesar 62.5% yang menunjukkan bahwa BMA memberi prediksi yang lebih tepat. Namun, berbanding terbalik jika dilihat dari MSE data training maupun data testingnya, MSE regresi lebih kecil daripada BMA. Hal tersebut bisa dilihat pada Tabel Tabel 4.11 Kesalahan Prediksi dan Nilai MSE BMA dan Regresi. BMA Regresi Kesalahan prediksi 37.5% 62.5% MSE data training MSE data testing

13 Prinsip dasar BMA adalah mengatasi masalah ketidakpastian model dan memprediksi pengamatan baru melalui selang kepercayaan sehingga pemilihan metode terbaik didasarkan pada kesalahan prediksinya. Berdasarkan kesalahan prediksinya, BMA memberikan kesalahan prediksi yang lebih kecil daripada regresi sehingga metode ini memiliki kemampuan prediksi pengamatan baru yang lebih baik daripada regresi. 5. Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil pembahasan adalah faktor-faktor yang diprediksi berpengaruh terhadap jumlah kematian bayi di Jawa Timur dengan BMA dan regresi adalah sama, yaitu rasio puskesmas, rasio tenaga medis, prosentase ibu yang tidak melakukan kunjungan bayi, dan prosentase berat badan lahir rendah (BBLR). Standart error dari setiap parameter yang dihasilkan BMA lebih kecil daripada regresi pada semua variabel prediktornya yang menunjukkan bahwa BMA memberikan estimasi parameter β yang lebih efisien daripada regresi. Selain itu, jika dilihat dari kesalahan prediksinya, BMA memberikan kesalahan prediksi yang lebih kecil daripada regresi yang menunjukkan bahwa BMA lebih tepat dalam memprediksi. Daftar Pustaka Ardiyanti, S.T Pemodelan Angka Kematian Bayi dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression di Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Program Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Badan Pusat Statistik.(2009). Survei Sosial Ekonomi Nasional Propinsi Jawa Timur. Surabaya. Brown,P.J., Vannucci, M., Fearn,T.(2002). Bayes model averaging with selection of regressors. J. R. Statist. Soc. B Part 3, pp Dinas Kesehatan.(2009). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Surabaya. Draper N and Smith H, (1992). Analisis Regresi Terapan Edisi 2: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hoeting, J., Madigan, D., Raftery, A.E., dan Volinsky, C.T. (1999). Bayesian Model Averaging: A Tutorial. Statistical Science 14: Liang, F. M., Troung, Y., and Wong, W. H. (2001). Automatic Bayesian model averaging for linear regression and applications in Bayesian curve fitting. Statistica Sinica, 11(4): Madigan, D., Raftery, A. E.(1994).Model Selection and Accounting for Model Uncertainty in Graphical Models Using Occam s Window. Journal of the American Statistical Association,Vol.89, No.428, Montgomery, J. dan Nyhan, B.(2010). Bayesian Model Averaging: Theoretical developments and practical applications. Society for Political Methodology working paper. Raftery, A. E., Madigan, D., dan Hoeting, J. (1997). Bayesian model averaging for linear regression models. Journal of the American Statistical Association. 92. Rani, D.S Pemodelan Angka Kematian Bayi dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semiparametric di Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Program Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Volinsky, C. T. (1997). Bayesian model averaging for censored survival models. Ph.D. dissertation, Univ. Washington, Seattle. 13

STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Oleh Veni Freista H. (1308100054) Dosen Pembimbing Dr.rer.pol. Heri Kuswanto JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Statistika banyak digunakan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah bidang kesehatan. Permasalahan dalam bidang kesehatan sangat banyak, contohnya kematian

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas tentang pola penyebaran angka buta huruf (ABH) dan faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically Weighted Regression (GWR),

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Seminar Hasil Tugas Akhir Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel Mega Pradipta 1309100038 Pembimbing I : Dra. Madu Ratna, M.Si Pembimbing II

Lebih terperinci

PENDEKATAN REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE LINIER UNTUK MEMODELKAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR

PENDEKATAN REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE LINIER UNTUK MEMODELKAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR SULVIA MEGASARI 1310 100 037 PENDEKATAN REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE LINIER UNTUK MEMODELKAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR 1 Sulvia Megasari dan I Nyoman Budiantara Jurusan Statistika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menguji hubungan signifikan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Efferin, Darmadji dan Tan (2008:47) pendekatan kuantitatif disebut juga pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR)

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) Sisvia Cahya Kurniawati, Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need KB di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need KB di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. No. (06 7-0 (0-98X Print D-6 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need KB di Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline Anita Trias Anggraeni

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (016) 337-350 (301-98X Print) D-45 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel Nur Fajriyah

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Semiparametrik Spline

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Semiparametrik Spline Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Semiparametrik Spline Oleh : A. Anggita Tauwakal Retno (303008) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Drs.

Lebih terperinci

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-65 Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel Almira Qattrunnada Qurratu ain dan Vita Ratnasari Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2 PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Bertoto Eka Firmansyah dan Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER

ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER Andiyono Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat, Indonesia, 11480,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dihitung menggunakan data PDRB Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pulau Jawa Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota di antaranya dari Kab Pacitan, Kab Ponorogo, Kab Trenggalek,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor DATA/INFORMASI KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI 2012 Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION)

PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION) PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION) Pembimbing : Ir. Sri Pingit Wulandari, MSi Liska Septiana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

Pemodelan Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semi Parametric (GWPRS)

Pemodelan Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semi Parametric (GWPRS) Seminar Tugas Akhir Pemodelan Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semi Parametric (GWPRS) Oleh : Dessy Puspa Rani 1306. 100. 034 Dosen

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : regresi Poisson, GWPR, Angka Kematian Bayi (AKB)

ABSTRAK. Kata kunci : regresi Poisson, GWPR, Angka Kematian Bayi (AKB) PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR) DI PROVINSI JAWA TIMUR Septika Tri Ardiyanti 1, Purhadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Statistika ITS. 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor dan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Data Panel

Peramalan Jumlah Kepemilikan Sepeda Motor dan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Data Panel JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No., (14) 337-35 (31-98X Print) D-33 Peramalan Jumlah epemilikan Sepeda Motor dan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Data Panel Hilda Rosdiana

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Rosy Riskiyanti 1308.100.508 Dosen Pembimbing Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si Latar Belakang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan

Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan VIF Distribusi Poisson Regresi Poisson Kematian Bayi Kematian Ibu Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan 1 Pendaharan terberat pada masa nifas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal Oleh: DELTA ARLINTHA PURBASARI 1311030086 Dosen Pembimbing: Dr. Vita

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. metode yang bisaanya digunakan dalam estimasi parameter yakni Ordinary Least

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. metode yang bisaanya digunakan dalam estimasi parameter yakni Ordinary Least BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data populasi dalam suatu penelitian berguna untuk mengetahui karakteristik objek yang akan menghasilkan gambaran akurat mengenai karakteristik objek tersebut. Statistik

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN 2012-2013 TRIWULAN I 1 DERAJAT KESEHATAN (AHH, AKB DAN AKI) 2 STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 3 JUMLAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN KEPEMILIKAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua

Lebih terperinci

Kata Kunci kematian maternal, regresi, spline, nonparametrik, GCV

Kata Kunci kematian maternal, regresi, spline, nonparametrik, GCV JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) D-13 Pendekatan Spline untuk Estimasi Kurva Regresi Nonparametrik (Studi Kasus pada Data Angka Kematian Maternal di Jawa Timur)

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

Oleh : Anindya Frisanty Ikaprillia Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc

Oleh : Anindya Frisanty Ikaprillia Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc Oleh : Anindya Frisanty Ikaprillia 1309 100 014 Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Rumusan Masalah Tujuan

Lebih terperinci

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL 1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

Oleh : Fuji Rahayu W ( )

Oleh : Fuji Rahayu W ( ) Oleh : Fuji Rahayu W (1208 100 043) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012 Indonesia sebagai negara maritim Penduduk Indonesia

Lebih terperinci

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham contoh sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap harga saham kerangka pikir yang diajukan sbb. laba akuntansi

Lebih terperinci

STATISTIK UJI PARSIAL PADA MODEL MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (STUDI KASUS JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN 2012)

STATISTIK UJI PARSIAL PADA MODEL MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (STUDI KASUS JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN 2012) SAISIK UJI PARSIAL PADA MODEL MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHED REGRESSION (SUDI KASUS JUMLAH KEMAIAN BAYI DI JAWA IMUR AHUN 2012 Mahmuda 1, Sri Harini 2 1 Mahasiswa Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan eknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. MDGs ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini ialah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan jumlah Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan suatu negara salah satunya dapat dilihat dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan suatu negara salah satunya dapat dilihat dari tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan suatu negara salah satunya dapat dilihat dari tingkat kesehatan masyarakat atau derajat kesehatannya. Indikator kesehatan suatu negara dapat dilihat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. B. Teknik Pengambilan Sampel dan Populasi. manufaktur. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, ada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. B. Teknik Pengambilan Sampel dan Populasi. manufaktur. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, ada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta mempublikasikan laporan

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

BAB III DESAIN PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data BAB III DESAIN PENELITIAN III.1. Desain Penelitian III.1.1. Jenis dan sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis secara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup

Lebih terperinci

REGRESI SPATIAL DURBIN MODEL UNTUK MENGIDENTIFIKASI FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR

REGRESI SPATIAL DURBIN MODEL UNTUK MENGIDENTIFIKASI FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR REGRESI SPATIAL DURBIN MODEL UNTUK MENGIDENTIFIKASI FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR M. Setyo Pramono 1, Nofrisca Berta Aditie 2 dan Sutikno 2 1 Pusat Humaniora, Kebijakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi.

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Provinsi Jawa Timur terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bagian ini menjelaskan mengenai jenis dan sumber data, penentuan jumlah sampel serta alasan menggunakan sampel tersebut, metode pengumpulan data yang dilakukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004-2008 DENGAN REGRESI PANEL Desi Yuniarti 1, Susanti Linuwih 2, Setiawan 3 1 Mahasiswa S2 Jurusan Statistika FMIPA ITS, Surabaya, 60111

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier berganda sebagai alat analisis data. Dalam

Lebih terperinci

Pemodelan dan Pemetaan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Geographically Weighted Regression

Pemodelan dan Pemetaan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Geographically Weighted Regression Pemodelan dan Pemetaan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Geographically Weighted Regression Danniar Ardhanacitri dan Dr Vita Ratnasari, SSi, MSi Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel dan Data Penelitian 3.1.1. Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan menetapkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci