Bab IV Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Pola Spektra Karotenoid dari Ekstrak Buah Sawit Segar dan Pasca-Perebusan Pola spektra karotenoid dari ekstrak buah sawit segar maupun buah sawit pascaperebusan menunjukkan adanya pigmen karotenoid yang dideteksi pada panjang gelombang 3 8 nm. Terjadi pergeseran hipsokromik absorbansi maksimum spektra karotenoid buah sawit setelah mengalami perebusan pada suhu dan tekanan tinggi. Pergeseran terjadi dari 451 nm ke 448 nm dan terbentuk isomer cis-karotenoid yang terdeteksi dengan spektrofotometer pada nm (Gambar 3). Menurut Khoo et al. (211), isomer ciskarotenoid dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik absorbansi spektrum yang diamati pada absorbansi maksimum nm. Kehilangan puncak maksimum yaitu 476 nm pada sampel ekstrak buah sawit pascaperebusan menandakan telah terputusnya ikatan rangkap suatu kromofor yang mengakibatkan kehilangan warna pada sampel (Rodriguez-Amaya, 21). 2

2 : : 476 Ekstrak Sawit Segar Ekstrak Sawit Rebus Absorbansi.75.5 A :.56 A : Panjang Gelombang (nm) Gambar 3. Pola spektra sampel ekstrak buah sawit segar ( ) dan buah sawit pascaperebusan (----) dalam pelarut 1% aseton. Kandungan karotenoid total dari ekstrak buah sawit segar dan buah sawit pascaperebusan serta konversi vitamin A disajikan pada Tabel 1. Ekstrak karotenoid buah sawit segar lebih banyak mengandung karotenoid, yaitu 59,52 g/g dibanding dengan ekstrak buah sawit pascaperebusan yang hanya mengandung 42,312 g/g. Kenyataan ini memberi bukti bahwa buah sawit pascaperebusan telah mengalami degradasi karotenoid. Perebusan buah pada suhu tinggi mengakibatkan degradasi yang terjadi pada All-trans- karoten sehingga meningkatnya kandungan 13-cis- karoten (Khoo et al., 211). Pada aktivitas produksi CPO, perebusan buah sawit bertujuan untuk menurunkan kadar air, memecahkan emulsi, melepaskan brondolan 21

3 dari tandan, untuk menghentikan aktivitas enzim lipase dan oksidase, dan untuk melepaskan serat dari biji. Proses perebusan ini mampu merusak kandungan karotenoid yang bermanfaat di dalam buah sawit (Naibaho, 1996). Sumber karoten (provitamin A) tertinggi terdapat pada minyak sawit sehingga bermanfaat untuk mengurangi defisiensi vitamin A bagi masyarakat (Mortensen, 26; Hariyadi, 21). Karotenoid, khususnya -karoten, telah lama dikenal sebagai provitamin A, karena -karoten dapat diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh (Chuang & Brunner, 26). Buah sawit segar dan buah sawit pascaperebusan menghasilkan retinol ekuivalen secara berturut-turut yaitu 9,917 g dan 7,885 g atau 33,24 IU dan 26,258 IU dalam 1 g masing-masing ekstrak. Tabel 1. Kandungan karotenoid total dan konversi vitamin A ekstrak buah sawit segar dan buah sawit pascaperebusan Sampel Kandungan Karotenoid Konversi Vitamin A RE SE IU SE g/g Buah Segar g/g Buah Rebus 59,52 ± 6,613 9,917±1,12 33,24±3,67 42,312± 19,372 7,885±3,228 26,258±1,751 22

4 B. Komposisi Karotenoid Buah Kelapa Sawit Pada kromatogram KCKT ditemukan 9 jenis pigmen karotenoid yang sebagian besar dapat diidentifikasi (Tabel 2 dan Tabel 3). -karoten dan -karoten teramati sebagai puncak dominan yang terdapat dalam ekstrak karotenoid buah sawit baik buah sawit segar maupun buah sawit pascaperebusan. Walaupun terjadi kehilangan jenis karotenoid namun ditemukan juga puncak baru. Puncak baru pada ekstrak karotenoid buah sawit segar adalah bentuk cis- -karoten (Gambar 4) sedangkan ekstrak karotenoid buah sawit pascaperebusan ditemukan bentuk cis- -karoten dan cis- -karoten (Gambar 5). Kenyataan bahwa ekstrak karotenoid buah sawit segar membentuk isomer cis membuktikan bahwa sampel segar buah kelapa sawit secara alamiah telah mengandung isomer cis dari karotenoid dominan yang ada ( -karoten). Sedangkan sampel buah sawit pascaperebusan terbentuk isomer cis lebih disebabkan karena pengaruh perebusan buah. 23

5 1 444 nm Intensitas (mau) Gambar 4. Kromatogram KCKT karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar. Tabel 2. Identifikasi karotenoid ekstrak buah sawit segar berdasarkan waktu tambat dan serapan maksimum No tr (menit) Waktu Tambat (menit) Identifikasi Spektra λ max (nm) 1 7,55 Belum diketahui Sumber 2 7,733 Zeaxanthin [1] 3 12,87 Belum diketahui ,84 Belum diketahui ,11 -Zeakaroten [1] 6 26,97 -Zeakaroten [2] 7 35,448 Cis- -karoten [3] 8 38,532 -karoten [1], [4] 9 41,348 -karoten [1], [4] Ket: [1] Rodriguez-Amaya (21); [2] Gross (1991); [3] Choo et al. (1994 dalam Syahputra, 28); [4] Jeffrey et al. (1997) 24

6 1 444 nm 8 7 Intensitas (mau) Gambar 5. Kromatogram KCKT karotenoid sampel ekstrak buah sawit pascaperebusan. Tabel 3. Identifikasi karotenoid ekstrak buah sawit pascaperebusan berdasarkan waktu tambat dan serapan maksimum No tr (menit) Waktu Tambat (menit) Identifikasi Spektra λ max (nm) 1 7,524 Belum diketahui Sumber 2 7,793 Zeaxanthin [1] 3 25,219 -Zeakaroten [1] 4 27,119 -Zeakaroten [2] 5 31,11 Belum diketahui ,635 Cis- -karoten [3] 7 38,719 -karoten [1], [4] 8 41,574 -karoten [1], [4] 9 45,22 Cis- -karoten [3] Ket: [1] Rodriguez-Amaya (21); [2] Gross (1991); [3] Choo et al. (1994 dalam Syahputra, 28); [4] Jeffrey et al. (1997) 25

7 C. Termostabilitas Ekstrak Karotenoid Buah Sawit Segar dan Pasca-Perebusan Stabilitas karotenoid dapat diketahui dengan memberi perlakuan dan hasilnya dapat diamati melalui perubahan pola spektra yang diukur dengan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan warna yang berarti, penurunan pola spektra sebagian besar sampel, pergeseran absorbansi maksimum, dan terbentuk isomer cis. Ekstrak karotenoid buah sawit segar maupun buah sawit pascaperebusan diberi perlakuan pada suhu kamar sebagai kontrol (25 o C), 5 o C, 65 o C, dan 9 o C dengan seri waktu pemanasan, 1, 2, 3, 6, 9, dan 24 jam, menghasilkan pola spektra yang ditunjukkan pada Gambar 6. Absorbansi S.1 R S.2 R S.3 R S.4 R Panjang Gelombang (nm) Gambar 6. Pola spektra karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar (S) dan pascaperebusan (R) pada suhu kamar 25 o C (1), dan dipanaskan pada suhu 5 o C (2), 65 o C (3) dan 9 o C (4) dengan seri waktu jam ( ), 1 jam ( ), 2 jam ( ), 3 jam ( ), 6 jam ( ), 9 jam (... ), dan 24 jam ( ). 26

8 Gambar 6 menunjukkan kestabilan karotenoid pada suhu 5 o C dibandingkan dengan pemanasan pada suhu 65 o C dan 9 o C. Serapan maksimum panjang gelombangnya tidak mengalami penurunan yang berarti hingga 24 jam pemanasan. Hanya pada ekstrak kasar karotenoid buah sawit pascaperebusan (Gambar 6 R2) menunjukkan penurunan absorbansi,97 pada 448 nm setelah pemanasan 24 jam. Selain itu, terjadi kenaikan absorbansi pada 329 nm yaitu dari,2,55. Keadaan ini membuktikan bahwa bentuk trans- -karoten telah menjadi 13-cis- -karoten (Rodriguez-Amaya & Kimura, 24). Ketidakstabilan karotenoid dalam ekstrak buah sawit segar dan buah sawit pascaperebusan ditunjukkan dengan terjadinya penurunan absorbansi maksimum 24 jam selama pemanasan pada suhu 65 o C. Penurunan absorbansi maksimum 24 jam pemanasan agak lambat, secara berturut-turut yaitu 1,34,84 dan 1,42,798. Terjadi pergeseran hipsokromik serapan maksimum ekstrak karotenoid buah sawit segar yang bergeser 2 nm dan 3 nm setelah 3 jam pemanasan ( nm dan nm). Pola spektra semua sampel mengalami pergeseran dan penurunan absorbansi yang cepat dan jelas selama 24 jam proses pemanasan 9 o C. Sampel ekstrak karotenoid buah sawit segar mengalami pergeseran 27

9 hipsokromik dari nm dan nm. Penurunan absorbansi sehingga kehilangan puncak maksimum berangsur-angsur hingga pemanasan pada jam ke-24. Pola spektra ekstrak karotenoid buah pascaperebusan bergeser dari nm dan nm. Kehilangan puncak 476 nm telah dialami ekstrak karotenoid buah sawit pascaperebusan sejak perebusan buah yang ditunjukkan dengan sampel kontrol. Tabel 4 menunjukkan ekstrak karotenoid buah sawit mengalami degradasi yang menonjol dan secara ekstrim setelah 9 jam pemanasan (Gambar 7). Jelas terlihat bahwa terjadi degradasi karotenoid dengan pemanasan suhu 5 o C namun tidak menunjukkan penurunan yang berarti, sedangkan pada suhu 65 o C karotenoid mengalami degradasi yang agak lambat pada awalnya dan setelah 9 24 jam persentase degradasi semakin meningkat untuk kedua ekstrak. Untuk suhu 9 o C ekstrak karotenoid buah sawit mengalami degradasi yang cepat hingga 24 jam. 28

10 Tabel 4. Persentase degradasi ekstrak karotenoid buah sawit selama pemanasan Waktu (Jam) % Degradasi Buah Sawit Segar Buah Sawit Rebus 25 o C 5 o C 65 o C 9 o C 25 o C 5 o C 65 o C 9 o C 1 N/A* N/A* N/A* N/A* *Tidak diukur Gambar 7 menunjukkan ekstrak karotenoid buah sawit yang dipanaskan pada suhu 9 o C mengalami penurunan absorbansi yang tinggi dibanding dengan ekstrak karotenoid buah sawit pada suhu 5 o C dan 65 o C. Penurunan absorbansi sangat drastis setelah 9 jam pemanasan yang terjadi pada kedua ekstrak dan semua suhu. Sampel ekstrak buah segar dan buah pascaperebusan memiliki kestabilan yang berbeda berdasarkan perlakuan pemanasan. Sampel ekstrak buah segar cenderung kurang stabil akibat pemanasan sedangkan sampel ekstrak buah pascaperebusan cenderung lebih stabil. Kestabilan ekstrak buah sawit pascaperebusan akibat pemanasan dapat disebabkan adanya kandungan isomer cis-karoten yang sudah ada dengan kandungan lebih tinggi dibandingkan ekstrak buah sawit segar. Proses isomerisasi trans-karoten 29

11 menjadi cis-karoten terjadi sebagai bentuk pertahanan kestabilan alami terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan karotenoid (Gross, 1991), dengan demikian kandungan isomer cis yang tinggi pada ekstrak buah sawit pascaperebusan membantu mempertahankan kestabilan keseluruhan pigmen yang terkandung. A 1.28 % B.44 % % % 8.98 % 23.9 % Degradasi (%) % % 1 2 Waktu (menit) Waktu (menit) Gambar 7. Grafik kinetika degradasi karotenoid ekstrak kasar Waktu (menit) Waktu (menit) buah kelapa sawit segar (A) dan pascaperebusan (B) yang dipanaskan pada suhu kontrol (25 C) ( ), 25 5 C 65 ( ), 5 65 C ( ), 65 dan 9 C ( 5 ) 9pada panjang 65 gelombang deteksi 9 45 nm D. Fotostabilitas Ekstrak Karotenoid Buah Sawit Segar dan Pasca-Perebusan Indikasi pola spektra yang diukur dengan spektrofotometer merupakan salah satu cara mengetahui stabilitas suatu pigmen sebelum dan sesudah perlakuan. Karotenoid dari ekstrak kasar buah sawit segar maupun 3

12 buah sawit pascaperebusan diiradiasi selama 3 menit pada intensitas cahaya masing-masing lux, 47.4 lux, dan lux daylight sehingga menghasilkan pola spektra yang ditunjukkan pada Gambar 8. Absorbansi S.1 S.2 S ' ' R R R Panjang Gelombang (nm) Gambar 8. Pola spektra karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar (S) dan buah sawit pascaperebusan (R), diiradiasi pada intensitas cahaya lux (1), 47.4 lux (2), dan lux (3) daylight dengan seri waktu menit ( ), 5 menit ( ), 1 menit ( ), 15 menit ( ), 2 menit ( ), 25 menit (... ), dan 3 menit ( ). Berbeda dengan pola spektra sampel ekstrak karotenoid buah sawit segar (S.1), pada pola spektra sampel ekstrak karotenoid buah sawit pascaperebusan (R.1) tidak ditemukan puncak pada 656 nm yang kemudian bergeser ke 655 nm pada intensitas cahaya lux. Pada sampel R.1 selama iradiasi tidak terjadi penurunan pola spektra yang berarti, namun terbentuk isomer cis dengan naiknya absorbansi yaitu secara berurutan dari,25,575,,25,6 dan,25,

13 Hal ini berarti telah terjadi degradasi karotenoid dari isomer trans menjadi isomer cis yang merupakan upaya alamiah untuk menghindari kerusakan karotenoid akibat faktor peningkatan suhu dan intensitas cahaya (Gross, 1991). Tabel 5. Persentase degradasi ekstrak karotenoid buah sawit selama iradiasi Waktu (menit) Buah Sawit Segar % Degradasi Buah Sawit Rebus * 47.4 * * * 47.4 * * *Lux Berdasarkan Tabel 5, karotenoid ekstrak kasar buah sawit segar mengalami degradasi yang cepat terutama pada intensitas cahaya lux (Gambar 9). Hal ini diduga disebabkan karena keberadaan suhu rendah yang dipancarkan oleh lampu volpi sehingga pelarut menguap secara perlahan dan karotenoid terdegradasi oleh cahaya yang dipancarkan. Ekstrak kasar karotenoid buah sawit pascaperebusan mengalami penurunan yang tidak berarti dan cenderung stabil. Namun pada menit ke-2 dan ke-3 degradasi tidak 32

14 dapat terdeteksi karena penguapan yang dialami pelarut yang disebabkan oleh suhu yang tinggi. A.5.25 B % Degradasi % 6.99 % % %.87 % Lux Waktu (menit) 47.4 Lux Gambar 9. Grafik kinetika Lux degradasi ekstrak kasar karotenoid buah kelapa sawit segar (A) dan buah sawit Waktu Waktu (menit) (menit) 25 pascaperebusan (B) yang diiradiasi pada intensitas 5 cahaya lux ( 25 ), lux ( ), 65 dan lux ( ) 5pada panjang gelombang 9 deteksi 45 nm E. Analisa Produk Degradasi Ekstrak Karotenoid Buah Sawit Segar dan Pasca- Perebusan Analisa produk degradasi dilakukan dengan mengamati substraksi spektra ekstrak karotenoid buah sawit segar dan buah sawit pascaperebusan dengan perlakuan pemanasan pada suhu 9 C selama 24 Jam dan iradiasi pada intensitas lux selama 3 menit. Spektra referensi yang digunakan adalah pola spektra ekstrak karotenoid sebelum perlakuan pemanasan ( jam/kontrol). Determinasi produk degradasi ditampilkan pada Gambar 1 dan

15 Jam A 363 B Jam 24 Jam Absorbansi Jam 24 Jam Jam Jam 24 Jam Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm) Gambar 1. Absorbsi spektra (Different rebus abs 1 T.9C Absorbtion t=h (2212)_ssa[d].csv Spectra) Panjang rebus abs Gelombang 1 T.9C (nm) t=h ( karotenoid ekstrak rebus kasar abs 1 buah T.9C rebus t=1h sawit abs (2212)_ssa[d].csv 1 T.9C segar t=h (A) rebus (2212)_ssa[d].csv abs 1 T.9C t=1h ( abs dan pascaperebusan rebus 1 T.9C (B) abs 1 t=h dengan T.9C rebus (2212)_ssa[d].csv t=2h abs (2212)_ssa[d].csv 1 T.9C t=1h seri waktu rebus (2212)_ssa[d].csv abs 1 T.9C t=h t=2h ( rebus abs rebus abs 1 T.9C t=h (2212)_ssa[d].csv rebus 1 T.9C abs 1 t=1h T.9C rebus (2212)_ssa[d].csv t=3h abs (2212)_ssa[d].csv 1 T.9C t=2h rebus (2212)_ssa[d].csv abs 1 T.9C t=1h t=3h ( pemanasan: 1 rebus Jam abs ( ), rebus 2 abs Jam 1 T.9C ( t=1h (2212)_ssa[d].csv ), t=2h rebus 1 T.9C abs 1 t=2h T.9C rebus (2212)_ssa[d].csv t=6h abs (2212)_ssa[d].csv 1 T.9C t=3h rebus (2212)_ssa[d].csv abs 1 T.9C t=6h ( 3 Jam ( ), rebus 6 Jam abs ( rebus ), 9 abs Jam 1 T.9C ( t=2h (2212)_ssa[d].csv ), t=3h rebus 1 T.9C abs 1 t=3h T.9C rebus (2212)_ssa[d].csv rebus t=9h abs abs 1 (2212)_ssa[d].csv 1 T.9C t=6h rebus (2212)_ssa[d].csv abs 1 T.9C t=9h ( T.9C t=3h (2212)_ssa[d].csv dan 24 Jam ( rebus abs ). 1 T.9C t=6h (2212)_ssa[d].csv t=6h ( rebus abs 1 T.9C rebus abs 1 T.9C t=9h (2212)_ssa[d].csv rebus t=24h abs 1 T.9C (2212)_ssa[d].csv rebus abs 1 T.9C t=24h t=6h (2212)_ssa[d].csv rebus abs 1 T.9C t=9h rebus (2212)_ssa[d].csv abs 1 T.9C t=24h rebus (2212)_ssa[d].csv abs T.9C t=9h ( Serapan spektra pada daerah positif merupakan indikasi keberadaan produk degradasi ekstrak karotenoid buah sawit (segar dan pascaperebusan). Pembentukan produk degradasi diketahui sudah terbentuk pada 1 jam pelakuan pemanasan. Gambar 11 menunjukkan ekstrak kasar karotenoid buah sawit segar mengalami degradasi yang cepat yang ditandai dengan serapan spektra membentuk produk degradasi sejak 5 menit iradiasi terutama pada intensitas cahaya lux. 34

16 menit menit Absorbansi -.5 menit 3 menit Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm) rebus abs 1 T.9C Panjang t=h Gelombang (2212)_ssa[d].csv (nm) rebus abs 1 T.9C t=h (2212)_ssa karotenoid ekstrak rebus abs rebus kasar 1 T.9C abs 1 buah T.9C t=1h (2212)_ssa[d].csv t=h sawit (2212)_ssa[d].csv segar rebus abs yang 1 T.9C rebus t=1h abs 1 (2212)_ssa T.9C t=h ( diiradiasi 5 menit rebus dengan rebus abs rebus abs 1 T.9C seri 1 T.9C abs t=h (2212)_ssa[d].csv waktu 1 T.9C t=2h rebus (2212)_ssa[d].csv abs t=1h 1 iradiasi: (2212)_ssa[d].csv T.9C rebus t=h 5 abs (2212)_ssa[d].csv menit 1 T.9C rebus t=2h abs 1 (2212)_ssa T.9C t=1h ( rebus abs 1 T.9C t=1h (2212)_ssa[d].csv ( 1 menit rebus abs rebus 1 T.9C abs 1 T.9C t=3h (2212)_ssa[d].csv t=2h (2212)_ssa[d].csv rebus abs 1 T.9C rebus t=3h abs 1 (2212)_ssa T.9C t=2h ( ), rebus 1 abs menit 1 T.9C t=1h ( (2212)_ssa[d].csv ), rebus 15 abs menit 1 T.9C t=2h ( (2212)_ssa[d].csv ), rebus abs 1 T.9C t=3h ( 15 menit rebus abs rebus 1 T.9C abs 1 T.9C t=6h (2212)_ssa[d].csv t=3h (2212)_ssa[d].csv rebus abs 1 T.9C t=6h (2212)_ssa 2 2 menit menit rebus ( abs 1 T.9C ), t=2h 25 (2212)_ssa[d].csv rebus abs menit 1 T.9C rebus ( abs t=6h 1 (2212)_ssa[d].csv T.9C ), t=3h dan (2212)_ssa[d].csv 3 rebus abs 1 T.9C t=6h ( rebus abs 1 rebus T.9C abs t=3h 1 T.9C (2212)_ssa[d].csv t=9h (2212)_ssa[d].csv rebus abs 1 T.9C t=9h (2212)_ssa menit 25 ( rebus abs 1 ). rebus abs 1 T.9C rebus abs t=9h 1 T.9C rebus t=6h abs (2212)_ssa[d].csv rebus 1 T.9C rebus t=24h abs 1 T.9C (2212)_ss t=9h ( T.9C abs t=6h 1 T.9C (2212)_ssa[d].csv t=24h (2212)_ssa[d].csv 3 menit rebus abs 1 T.9C rebus abs t=24h 1 T.9C (2212)_ssa[d].csv t=9h (2212)_ssa[d].csv rebus abs 1 T.9C t=24h Gambar 11. Absorbsi spektra (Different Absorbtion Spectra) Peningkatan serapan maksimum pada panjang gelombang 363 nm mengindikasikan peningkatan produk degradasi selama pemanasan dan iradiasi. Isomer cis sebagai produk degradasi all-trans-karoten dapat terbentuk melalui stereoisomerisasi yang salah satunya dapat diakibatkan oleh perlakuan suhu yang tinggi (Britton et al., 1995). Tingginya penyerapan cahaya mempengaruhi sistem ikatan rangkap terkonjugasi sehingga karotenoid termodifikasi strukturnya atau ditandai dengan terjadinya degradasi sehingga mengalami kehilangan atau perubahan warna karotenoid (Rodriguez-Amaya, 21). 35

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kelapa sawit segar dan buah pascaperebusan (perebusan pada suhu 131 o C, tekanan uap 2 atmosfer, selama 100

Lebih terperinci

Kajian Karotenoid, Vitamin A, dan Stabilitas Ekstrak Karotenoid Serabut Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Segar dan Pasca-Perebusan

Kajian Karotenoid, Vitamin A, dan Stabilitas Ekstrak Karotenoid Serabut Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Segar dan Pasca-Perebusan Kajian Karotenoid, Vitamin A, dan Stabilitas Ekstrak Karotenoid Serabut Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Segar dan Pasca-Perebusan Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Biologi untuk

Lebih terperinci

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pengantar Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia. Produksinya pada tahun 2010 mencapai 21.534 juta ton dan dengan nilai pemasukan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka A. Minyak Sawit Bab II Tinjauan Pustaka Minyak sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Karakterisasi dengan NIRS 0.2 0.18 Reflectance 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 sgr 1 sgr 2 sgr 3 0.04 0.02 0 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Wave Number (cm-1) Gambar

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV, No. 3:

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV, No. 3: ' Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV No. 3:73-737 kuning pucat dan cenderung putih. Hal tersebut diduga terjadi sebagai akibat dari putusnya ikatan rangkap dalam struktur molekulnya.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

Studi Komposisi, Kandungan Pigmen, Fotostabilitas dan Termostabilitas Serta Analisis Produk Degradasi Ekstrak Kasar Pigmen Alga Merah Kappaphycus

Studi Komposisi, Kandungan Pigmen, Fotostabilitas dan Termostabilitas Serta Analisis Produk Degradasi Ekstrak Kasar Pigmen Alga Merah Kappaphycus Studi Komposisi, Kandungan Pigmen, Fotostabilitas dan Termostabilitas Serta Analisis Produk Degradasi Ekstrak Kasar Pigmen Alga Merah Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Varian Merah, Cokelat, dan Hijau

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan A. Pengukuran CPO dengan Spektrofotom Varian Carry Spektra CPO untuk fraksi cair diperoleh dengan melarutkan sampel yaitu ekstrak CPO dalam pelarut aseton. Dari fraksi cair

Lebih terperinci

Pengaruh Penggorengan Vakum Terhadap Profil, serta Kandungan Karotenoid Total Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Pengaruh Penggorengan Vakum Terhadap Profil, serta Kandungan Karotenoid Total Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) Pangan Pengaruh Penggorengan Vakum Terhadap Profil, serta Kandungan Karotenoid Total Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) Laporan Penelitian Oleh: Karina Lewerissa, M.Sc. (Ketua) Heriyanto, M.Si., M.Sc.

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak ILMU KELAUTAN Maret. Vol. 7 (): 3-38 ISSN 853-79 Estimasi Produk Degradasi Ekstrak Kasar Pigmen Alga Merah Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Varian Merah, Coklat, dan Hijau: Telaah Perbedaan Spektrum Serapan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Ekstraksi likopen dari tomat dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton : metanol dengan perbandingan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN...ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Bahan Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah karotenoid yang diisolasi dari wortel (Daucus carota) dan tomat (Lycopersican esculentum). Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbtivitas Molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan dilakukan dengan mereaksikan KI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER GUNA MENENTUKAN KADAR β-karoten PADA DAUN SINGKONG

PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER GUNA MENENTUKAN KADAR β-karoten PADA DAUN SINGKONG TUGAS AKHIR PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER GUNA MENENTUKAN KADAR β-karoten PADA DAUN SINGKONG (The use of spectrophotometer to determine the levels of β-karoten on cassava leaves) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua jenis minyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. minyak yang disebut minyak sawit. Minyak sawit terdiri dari dua jenis minyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Buah kelapa sawit terdiri dari 80% bagian perikarp (epikarp dan mesokarp) dan 20% biji (endokarp dan endosperm), dan setelah di ekstraksi akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Lemak dan minyak merupakan makanan yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut 4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah

Lebih terperinci

THE ISOMERIZATION AND OXIDATION OF CAROTENOID COMPOUNDS IN THE OIL PALM FRUIT DURING PRODUCTIONS OF CPO

THE ISOMERIZATION AND OXIDATION OF CAROTENOID COMPOUNDS IN THE OIL PALM FRUIT DURING PRODUCTIONS OF CPO 48 Indo. J. Chem., 2009, 9 (1), 48 53 THE ISOMERIZATION AND OXIDATION OF CAROTENOID COMPOUNDS IN THE OIL PALM FRUIT DURING PRODUCTIONS OF CPO Isomerisasi dan Oksidasi Senyawa Karotenoid dalam Buah Kelapa

Lebih terperinci

KANDUNGAN DAN STABILITAS KAROTENOID EKSTRAK KASAR BUAH PISANG TONGKAT LANGIT (Musa troglodytarum)

KANDUNGAN DAN STABILITAS KAROTENOID EKSTRAK KASAR BUAH PISANG TONGKAT LANGIT (Musa troglodytarum) KANDUNGAN DAN STABILITAS KAROTENOID EKSTRAK KASAR BUAH PISANG TONGKAT LANGIT (Musa troglodytarum) TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Biologi untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Biologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa

Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa 35 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Absorbansi dan Kurva Standar Pada Pengujian Kadar Amilosa Tabel 6. Data absorbansi pada larutan standar amilosa pada berbagai konsentrasi (ppm) yang diukur pada panjang

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang. Karotenoid merupakan suatu kelompok pigmen organik berwarna kuning oranye, atau merah oranye yang terjadi secara alamiah dalam tumbuhan yang berfotosintesis,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II. Tinjauan Pustaka A. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm)

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terbesar kedua setelah Malaysia dalam produksi minyak sawit. Pada tahun 2004, produksi dan ekspor negara Malaysia mencapai masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Preparasi Sampel Sampel telur ayam yang digunakan berasal dari swalayan di daerah Surakarta diambil sebanyak 6 jenis sampel. Metode pengambilan sampel yaitu dengan metode

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 1. Sejarah Singkat Ubi jalar (Ipomoea batatas) termasuk tanaman palawija penting yang diduga berasal dari Benua Amerika. Para

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe 4.1. Hasil Kerja Ekstraksi Jahe BAB 4 PEMBAHASAN Bahan jahe merupakan jenis varietas putih besar yang diapat dari pasar bahan organik Bogor. Prinsip kerja ekstraksi ini adalah dengan melarutkan senyawa

Lebih terperinci

GARAM GUNUNG ASAL KRAYAN SEBAGAI ZAT ADITIF UNTUK MENSTABILKAN KLOROFIL SAYURAN ABSTRAK

GARAM GUNUNG ASAL KRAYAN SEBAGAI ZAT ADITIF UNTUK MENSTABILKAN KLOROFIL SAYURAN ABSTRAK GARAM GUNUNG ASAL KRAYAN SEBAGAI ZAT ADITIF UNTUK MENSTABILKAN KLOROFIL SAYURAN Herman dan Laode Rijai Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. Email : herman.farmasi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kultivasi Spirulina fusiformis Pertumbuhan Spirulina fusiformis berlangsung selama 86 hari. Proses pertumbuhan diketahui dengan mengukur nilai kerapatan optik (Optical Density).

Lebih terperinci

Pengukuran Kandungan Provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil) Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektroskopi Nir (Near Infrared) Tesis

Pengukuran Kandungan Provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil) Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektroskopi Nir (Near Infrared) Tesis Pengukuran Kandungan Provitamin A dari CPO (Crude Palm Oil) Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektroskopi Nir (Near Infrared) Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Biologi untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pembuatan homogenat hati tikus dan proses sentrifugasi dilakukan pada suhu 4 o C untuk menghindari kerusakan atau denaturasi enzim karena pengaruh panas. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

EKSTRAKSI DAN STABILITAS WARNA KAROTENOID DARI BUAH PALEM Licuala grandis SKRIPSI

EKSTRAKSI DAN STABILITAS WARNA KAROTENOID DARI BUAH PALEM Licuala grandis SKRIPSI EKSTRAKSI DAN STABILITAS WARNA KAROTENOID DARI BUAH PALEM Licuala grandis SKRIPSI Oleh : TEDY HERYANTO 0533010035 PROGRAM SRUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO Juli Elmariza 1*, Titin Anita Zaharah 1, Savante Arreneuz 1 1 Program Studi Kimia Fakultas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Minyak nabati merupakan cairan kental yang berasal dari ekstrak tumbuhtumbuhan. Minyak nabati termasuk lipid, yaitu senyawa organik alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan komoditi yang sangat penting bagi ternak. Zat- zat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan komoditi yang sangat penting bagi ternak. Zat- zat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komoditi yang sangat penting bagi ternak. Zat- zat nutrisi yang terkandung dalam pakan dimanfaatkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

Identifikasi Dan Fotostabilitas Pigmen Utama Ekstrak Teh Hijau Dan Teh Hitam

Identifikasi Dan Fotostabilitas Pigmen Utama Ekstrak Teh Hijau Dan Teh Hitam Identifikasi Dan Fotostabilitas Pigmen Utama Ekstrak Teh Hijau Dan Teh Hitam Tesis Diajukan kepada Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Biologi (M.Si)

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN. Kalibrasi Termokopel Pada tahap awal penelitian dilakukan kalibrasi terhadap termokopel yang akan digunakan. Kalibrasi termokopel bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman ISSN

JKK, Tahun 2014, Volume 3(2), halaman ISSN ENKAPSULASI DAN UJI STABILITAS PIGMEN KAROTENOID DARI BUAH TOMAT YANG TERSALUT CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC) Chu Juniana Aschida 1*, Adhitiyawarman 1, Lia Destiarti 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan

I. PENDAHULUAN. Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, serta sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Nilai Warna Mi Non Terigu

4. PEMBAHASAN 4.1. Nilai Warna Mi Non Terigu 4. PEMBAHASAN 4.1. Nilai Warna Mi Non Terigu Sistem warna Hunter L a b merupakan pengukuran warna kolorimetri pada makanan. Dalam teori ini, terdapat tahap pengalihan sinyal-antara antara reseptor cahaya

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN.. 22 A. Bahan dan Alat 22 B. Alur Penelitian 22 C. Analisis Hasil.. 25 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODE PENELITIAN.. 22 A. Bahan dan Alat 22 B. Alur Penelitian 22 C. Analisis Hasil.. 25 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING..ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.. iii HALAMAN PERNYATAAN...iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI..vii DAFTAR GAMBAR.. ix DAFTAR TABEL...x DAFTAR LAMPIRAN..xi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total dan Vitamin A Fraksi Cair dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO) Menggunakan KCKT Detektor PDA

Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total dan Vitamin A Fraksi Cair dan Padat Minyak Sawit Kasar (CPO) Menggunakan KCKT Detektor PDA Jurnal Natur Indonesia 10 (2), April 2008: 89-97 ISSN 1410-9379, Keputusan Akreditasi No 55/DIKTI/Kep./2005 Karotenoid kelapa sawit 89 Analisis Komposisi dan Kandungan Karotenoid Total dan Vitamin A Fraksi

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN KAROTENOID BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) PADA SUHU PEMANASAN YANG BERBEDA

ANALISIS KANDUNGAN KAROTENOID BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) PADA SUHU PEMANASAN YANG BERBEDA ISBN : 979-498-467-1 Kimia Organik, Bahan Alam, dan Biokimia ANALISIS KANDUNGAN KAROTENOID BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) PADA SUHU PEMANASAN YANG BERBEDA Trully M. S Parinussa & Ferdy. S. Rondonuwu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan. Ulangan I II III

Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan. Ulangan I II III Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan 1.1. Data Persentase Perkecambahan (%) A0 B0 C0 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C1 66.67 66.67 100.00 233.34 77.78 B1 C0 100.00 100.00 100.00 300.00

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas. 28/03/2013 Harrizul Rivai

DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas. 28/03/2013 Harrizul Rivai DR. Harrizul Rivai, M.S. Lektor Kepala Kimia Analitik Fakultas Farmasi Universitas Andalas 28/03/2013 Harrizul Rivai 1 Penggunaan Spektrofotometri UV-Vis Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif 28/03/2013

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Area Serapan β-karoten dari Ketiga Varietas Lokal Ubi Jalar Hasil pengujian kandungan β-karoten terhadap ketiga varietas lokal ubi jalar dengan menggunakan HPLC, dan setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboraturium STIPAP-MEDAN dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Waktu pelaksanaan selama 4 bulan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak sawit merah netral (Neutralized Deodorized Red Palm Oil, NDRPO) dari Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fikosianin dari spirulina yang digunakan sebagai pewarna alami pada minuman. Fikosianin ini memberikan warna biru alami, sehingga tidak memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum merupakan tanaman holtikultura yang banyak dimanfaatkan sebagai campuran dalam masakan, minuman, saus, dan

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

DETERMINASI PIGMEN DAN PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL DAUN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS 2

DETERMINASI PIGMEN DAN PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL DAUN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS 2 DETERMINASI PIGMEN DAN PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL DAUN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS 2 PENGANTAR Pigmen daun dapat dideterminasi secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, macam pigmen daun

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

Silvia Andini Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK ABSTRACT

Silvia Andini Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK ABSTRACT PENGARUH INTENSITAS PENYINARAN TERHADAP DEGRADASI KAROTEN WORTEL (Daucus carota LINN) SEBAGAI PEWARNA ROTI TAWAR [TELAAH PEMANFAATAN KAROTEN SEBAGAI PEWARNA ROTI TAWAR] THE EFFECT OF LIGHT INTENSITY ON

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rencangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

39 Universitas Indonesia

39 Universitas Indonesia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi Buah Mengkudu Untuk ekstraksi, buah mengkudu sebanyak kurang lebih 500 g dipilih yang matang dan segar serta tidak perlu dikupas terlebih dahulu. Selanjutnya bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elais guinensis jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae. Tanaman genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan

Lebih terperinci

EKA PUTI SARASWATI STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV

EKA PUTI SARASWATI STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV EKA PUTI SARASWATI 10703064 STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci