BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil
|
|
- Liani Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbtivitas Molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan dilakukan dengan mereaksikan KI dan I 2 sehingga didapat I 3. Hasil percobaan didapat spektra panjang gelombang seperti pada gambar 1. Absorbansi Panjang Gelombang (nm) Gambar 1. Spektra absorbansi vs panjang gelombang Gambar 1 didapat dua puncak pada 290,5 nm dengan absorbansi 0,6096 dan 352,0 pada absorbansi 0,4126. Panjang gelombang maksimum dipilih pada 290,5 nm dengan absorbansi yang paling tinggi. 27
2 digilib.uns.ac.id 28 Pengukuran Absorbansi Larutan Seri I 3 Pengukuran absorbansi pada beberapa variasi I 3 didapatkan hasil seperti pada tabel 6. Tabel 6. Absorbansi ratarata larutan seri I 3 No I 3 /x10 5 M Absorbansi 1 0,6838 0, ,8201 0, ,0257 0, ,2308 0, ,3676 0,1495 Dengan memplotkan absorbansi vs konsentrasi I 3 didapatkan absorbtivitas molar I 3 pada panjang gelombang 290,5 nm sebesar 1,41 x 10 4 M 1 cm Pembuktian Mekanisme Reaksi yang Diyakini CopperKoubek Ditinjau dari Order Reaksi I Pembuktian order reaksi dengan metode isolasi dimana I divariasi pada H + dan H 2 O 2 dibuat besar dan nilainya tetap. Hasil percobaan didapat nilai absorbansi pada lampiran III. Perhitungan dengan rumusan modifikasi persamaan seperti pada lampiran II. Tabel 7 menunjukkan hasil dari perhitungan integral. Tabel 7. Hasil perhitungan percobaan dengan variasi konsentrasi I pada kondisi H + 0,008 M dan H 2 O 2 0,002 M No I (M) Order reaksi I Correl 1 0, , , ,00021 Awal reaksi Akhir reaksi 0 0,9938 0, ,9889 0, ,9729 0, ,9964 0, ,9945 0, ,9836 0, ,9967 0, ,9940 0, ,9850 0, ,9952 0, ,9925 0, ,9804 0,9761
3 digilib.uns.ac.id , , ,9865 0, ,9933 0, ,9896 0, ,9892 0, ,9921 0, ,9884 0,9682 Pada kondisi percobaan tersebut I dapat berorder nol dan satu serta dapat mengalami perubahan order reaksi dari nol menjadi satu. 3. Penentuan hukum laju reaksi hidrogen peroksida dengan iodida Penentuan hukum laju reaksi hidrogen peroksida dengan iodida dilakukan dengan dilatometer dengan beberapa variasi seperti pada tabel 8. Tabel 8. Hasil percobaan pengukuran O 2 pertama No. I (M) H 2 SO 4 (M) H 2 O 2 (M) Volume O , Tidak 2. 3, Tidak 3. 2, Tidak Hasil percobaan dengan dilatometri tidak didapatkan volume O 2 yang Pengukuran penentuan hukum laju dilakukan kembali dengan memperbesar konsentrasi pada tabel 8 pada perbandingan mol pereaksi yang sama seperti pada tabel 9. Tabel 9. Hasil percobaan pengukuran O 2 kedua No. H + (M) H 2 O 2 (M) I (M) Volume O ,76 1,19 0,16 Tidak 2. 4,76 1,19 0,12 Tidak 3. 4,76 1,19 0,09 Tidak Hasil percobaan dengan dilatometri tidak didapatkan volume O 2 yang.
4 digilib.uns.ac.id 30 Selain pengamatan terhadap O 2, ratarata pada setiap variasi ditampilkan pada tabel 10. hukum laju dilihat dari nilai k obs. Nilai k obs Tabel 10. Nilai k obs awal dan akhir reaksi percobaan dengan variasi konsentrasi I pada kondisi H + 0,008 M dan H 2 O 2 0,002 M No I (M) Order I awal reaksi Order I akhir reaksi k obs awal k obs akhir 1 0, , M.s M.s 1 2 0, , M.s 1 4, M.s 1 3 0, , M.s 1 0,0431 s 1 4 0, , M.s 1 0,0454 s 1 5 0, ,0308 s 1 0,0528 s 1 6 0, ,0270 s 1 0,0496 s 1 Nilai k obs yang sebenarnya lebih dipilih pada awal reaksi. Pada order yang sama didapat nilai k obs awal dan akhir yang berbeda. 4. Konsumsi H + pada rentang waktu yang cukup lama Peran H + dalam reaksi dilihat dari konsumsi H + pada rentang waktu yang cukup lama dengan cara mengamati ph tiap satuan waktu. Nilai ph dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Nilai ph pada konsentrasi H 2 SO M, H 2 O M, dan I 6, M No. Awal reaksi 30 menit 60 menit 1. 3,04 3,15 3, ,08 3,10 3, ,08 3,10 3,14 Terjadi kenaikan ph selama reaksi yang menandakan berkurangnya H + dalam larutan.
5 digilib.uns.ac.id 31 B. Pembahasan 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan absorbtivitas molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dengan Spektrofotometri Percobaan penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan secara spektrofotometri. Adanya I 2 yang dihasilkan membuat larutan hasil reaksi menjadi berwarna kuning. I 2 yang terbentuk diduga bereaksi sangat cepat dengan I sehingga menghasilkan I 3 yang berwarna kuning tua kecoklatan. Warna inilah yang mendasari pengamatan terhadap produk ini dapat ditelaah secara spektrofotometri. Reaksi pembentukan I 3 tersebut menurut Liebhabsky dan Mohammad berlangsung sesuai reaksi (1). Penjabaran mekanisme untuk menghasilkan I 3 dapat berlangsung seperti reaksi (2.6) sampai (2.10). Gambar 1 menunjukkan adanya serapan I 3 pada panjang gelombang nm dengan absorbansi 0,6096 dan panjang gelombang nm pada absorbansi 0,4126. Tabel panjang gelombang dengan absorbansi dapat dilihat pada lampiran I. Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang maksimum dengan absorbansi maksimum yakni pada 290,5 nm. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena perubahan absorbansi pada panjang gelombang maksimal tersebut untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Disekitar panjang gelombang maksimal bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum lambertbeer akan terpenuhi. Konsentrasi besar pada titik ini artinya larutan encer masih terdeteksi. Penentuan absorbtivitas molar I 3 Percobaan pengukuran absorbansi dari larutan seri I 3 dilakukan secara triplo pada panjang gelombang maksimum 290,5 nm. Percobaan ini dilakukan dengan spektrofotometri dengan mengamati absorbansi pada beberapa variasi konsentrasi I 3. Konsentrasi I 3 diketahui dari perhitungan konversi massa pereaksi dengan tetapan kesetimbangan I 3 yang telah diketahui seperti pada perhitungan lampiran I. Perhitungan absorbtivitas molar dalam persamaannya
6 digilib.uns.ac.id 32 digunakan untuk konversi absorbansi menjadi konsentrasi maupun penentuan nilai k obs pada order reaksi tertentu. Absorbansi yang digunakan dalam perhitungan merupakan ratarata absorbansi dari percobaan yang dilakukan secara triplo. Hasil perhitungan dengan memplotkan nilai absorbansi vs konsentrasi I 3 didapatkan slope bernilai 1, Hubungan absorbansi (Abs) dengan konsentrasi adalah Abs = ε.b.c. Nilai slope pada kurva absorbansi vs konsentrasi yang didapatkan merupakan perkalian panjang sel kuvet (b) dengan absorbtivitas molar (ε) I 3. Dengan panjang sel kuvet (b) 1 cm, absorbtivitas molar I 3 pada panjang gelombang 290,5 nm adalah sebesar 1, M 1 cm 1. Perhitungan, data dan gambar grafik ditunjukkan pada lampiran I. 2. Pembuktian Mekanisme Reaksi ditinjau dari Order Reaksi I Pembuktian mekanisme reaksi yang digunakan CopperKoubek merujuk dari hukum lajunya. Pendekatan keadaan mantab dari mekanisme reaksi ini menghasilkan hukum laju seperti pada persamaan [2.3] yaitu pada kondisi tertentu I dapat berorder nol dan satu. Percobaan untuk membuktikan order reaksi terhadap I dilakukan dengan memvariasi konsentrasi I dengan konsentrasi H + dan H 2 O 2 dibuat tetap. Percobaan dengan metode isolasi ini dinilai lebih efektif untuk penentuan order reaksi karena dilakukan pengamatan terhadap satu per satu pereaksi. Untuk kevalidan data maka dilakukan percobaan secara triplo. Perhitungan dilakukan dengan cara integral dengan cara membandingkan nilai regresi pada setiap order reaksi. Pengamatan dilakukan pada awal dan akhir reaksi karena dimungkinkan order reaksi dapat berubah sesuai hukum laju pendekatan keadaan mantap. Hasil perhitungan ditunjukkan pada tabel 7. Order reaksi sebenarnya dipilih dari nilai koefisien korelasi (correl) yang paling mendekati 1 atau 1. Perhitungan rumusan nilai regresi pada setiap order reaksi ditampilkan pada lampiran II. Order reaksi diamati pada order nol dan satu sesuai dengan kemungkinan order reaksi I pada hukum laju pendekatan keadaan mantap seperti pada persamaan [2.3]. Hukum laju tersebut mengisyaratkan adanya
7 digilib.uns.ac.id 33 perbedaan order reaksi I yaitu nol dan satu tergantung konsentrasi I yang digunakan. Perhitungan juga dilakukan pada order dua untuk memastikan apakah I dalam reaksi tersebut hanya dapat berorder nol dan satu atau dapat berorder lain. Hasil perhitungan membuktikan pada beberapa konsentrasi I yang dilakukan terdapat perbedaan order reaksi. Variasi I dengan konsentrasi 0,00030 M dan 0,00027 M didapat berorder nol baik pada awal reaksi maupun pada akhir reaksi. Hal ini berbeda jika digunakan konsentrasi I 0,00024 M dan 0,00021 M maka akan didapat I berorder nol pada awal reaksi serta beorder satu pada akhir reaksi. Perubahan order reaksi dikarenakan pada awal reaksi, I dengan konsentrasi relatif besar memberikan order nol, dan memberikan order satu diakhir reaksi dengan konsentrasinya yang berkurang. Sementara jika digunakan I 0,00018 M dan 0,00015 M didapat berorder satu pada awal maupun akhir reaksi. Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa I mempunyai dua order reaksi. Pada percobaan tersebut juga tidak berorder dua menunjukkan bahwa order reaksi sesuai hukum laju yaitu hanya memberi dua kemungkinan yakni I berorder nol dan satu. Percobaan sesuai dengan hukum laju persamaan [2.3], pada konsentrasi I relatif lebih besar sehingga nilai k 1 /k 2 diabaikan maka didapat I berorder nol dan ketika I relatif lebih kecil dibanding k 1 /k 2, nilai I diabaikan maka akan didapat I berorder satu. Mekanisme reaksi yang diyakini CopperKoubek terbukti dengan dilihat dari order reaksi I. Hasil percobaan ini juga menunjukkan bahwa penentuan hukum laju dengan pendekatan keadaan mantap tepat untuk diterapkan pada reaksi kompleks. 3. Penentuan hukum laju reaksi hidrogen peroksida dengan iodida Penentuan hukum laju hidrogen peroksida untuk membuktikan apakah hukum lajunya berupa penjumlahan atau bukan. Reaksi penjumlahan yang dimaksudkan adalah reaksi hidrogen peroksida dengan iodida dengan adanya H + dan tanpa adanya H +. Reaksi dengan adanya H + terbukti dengan adanya serapan I 3 pada spektrofotometri. Sesuai reaksi (2.16) dan (2.17) reaksi
8 digilib.uns.ac.id 34 hidrogen peroksida dengan iodida tanpa adanya H + akan dihasilkan gas O 2. Pembuktian ada tidaknya O 2 dilakukan dengan menggunakan percobaan dengan sistem buret terbalik yang berisi minyak tanah (sistem alat dapat dilihat pada lampiranv). Percobaan dengan sistem buret terbalik berisi minyak tanah dimaksudkan untuk mengetahui volume O 2 yang dihasilkan dari reaksi dekomposisi H 2 O 2 yang dikatalisis I jika hukum laju tersebut merupakan penjumlahan. Perhitungan jumlah O 2 yang dihasilkan didasarkan pada penurunan volume minyak tanah dalam buret. Percobaan dilakukan pada tiga konsentrasi yang berbeda. Hasil percobaan ditunjukkan pada tabel 8. Pada ketiga konsentrasi tersebut tidak didapatkan penurunan minyak yang berarti tidak ada gas yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan dalam kondisi percobaan ini tidak terjadi reaksi dekomposisi H 2 O 2. Percobaan ini digunakan pada konsentrasi H 2 O 2 yang kecil. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan tidak didapatkannya O 2 dalam reaksi tersebut apakah memang dikarenakan dikarenakan tidak dihasilkannya O 2 dalam reaksi tersebut atau karena konsentrasi pereaksi yang terlalu kecil sehingga O 2 tidak terbaca dalam buret. Konsentrasi H 2 O 2 yang lebih tinggi diduga akan dihasilkan oksigen yang lebih banyak. Percobaan dilanjutkan dengan konsentrasi pereaksi yang lebih besar dengan perbandingan mol yang sama dengan pereaksi awal. Kondisi percobaan dibuat sama dengan sebelumnya. Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah didapat O 2 pada konsentrasi H 2 O 2 yang lebih besar atau tidak. Jika KI dan asam yang ditambahkan dibuat sama sementara H 2 O 2 dibuat besar maka H 2 O yang juga merupakan produk dominan diduga mampu mengurangi serapan terhadap I 3 yang dihasilkan. Oleh karena itu percobaan dilakukan dengan perbandingan pereaksi yang sama sehingga didapat kondisi yang sama. Hasil percobaan didapat pada tabel 9 yaitu tidak didapatkan volume O 2. Tidak adanya gas O 2 yang dihasilkan menunjukkan bahwa dalam keadaan konsentrasi tersebut tidak terjadi reaksi langsung antara H 2 O 2 dengan I tanpa adanya H + sehingga hanya ada satu mekanisme yang terjadi yaitu mekanisme yang menghasilkan I 3.
9 digilib.uns.ac.id 35 Hasil yang didapat pada percobaan ini menunjukkan pada kondisi percobaan yang digunakan hukum laju lebih lebih cenderung sebagai hukum laju bukan penjumlahan. Namun tidak menutupi kemungkinan pada kondisi H + yang lebih besar akan didapatkan hukum laju penjumlahan. Kemungkinan yang terjadi dalam kondisi percobaan ini adalah pereaksi H + yang terlalu besar dimungkinkan masih bereaksi dengan bereaksi dengan H 2 O 2 dan I sehingga hanya dihasilkan produk I 3. Kemungkinan reaksi yang terjadi kemudian sebagai berikut: H 2 O 2(aq) + I (aq)+ H + (aq) H 2 O (l) + HOI (aq) lambat (4.19) Setelah zat antara HOI terbentuk, reaksi berlangsung mengikuti mekanisme reaksi (2.8) sampai (2.10). Hukum laju bukan penjumlahan akan memberikan satu nilai k obs yaitu k yang didapatkan dari reaksi hidrogen peroksida dengan iodida dengan adanya H +. Tabel 10 menunjukkan k obs pada awal reaksi dan akhir reaksi. Nilai k obs didapat dari konversi nilai slope dengan rumusan seperti pada lampiran II.Pada kedua tabel tersebut terlihat nilai k obs yang berbeda pada awal dan akhir reaksi. Nilai k obs pada awal reaksi lebih dipercaya sebagai nilai k obs yang sebenarnya karena pada akhirakhir reaksi nilai absorbansi hampir mendekati konstan sehingga perubahan absorbansi tidak begitu signifikan. Selain itu grafik menjadi lebih landai sehingga untuk pengamatan selanjutnya dengan perbandingan order reaksi dapat digunakan perbandingan pada awal reaksi. Untuk kepentingan lain, perbandingan nilai k obs pada saat I berorder satu dipilih pada akhir reaksi karena nilai I berorder satu pada konsentrasi yang menghasilkan dua order pada akhir reaksi. Perbandingan akan lebih mudah dilakukan jika ada kondisi yang sama. Sehingga untuk perbandingan order 1 akan lebih mudah untuk membandingkan nilai k obs pada akhir reaksi. Hukum laju bukan merupakan penjumlahan dimungkinkan mengikuti persamaan [14]. Karena nilai H + dan H 2 O 2 pada semua variasi dibuat berlebih dan konsentrasinya sama maka didapat nilai k obs yang sama pada order I yang sama. Hal ini dikarenakan nilai k obs pada hukum laju bukan penjumlahan hanya dipengaruhi oleh nilai [H + ] dan [H 2 O 2 ], sementara hukum laju penjumlahan
10 digilib.uns.ac.id 36 juga dipengaruhi nilai k a dan k b yang merupakan tetapan dengan k b merupakan k dekomposisi H 2 O 2. Perhitungan secara statistik dengan uji anava membuktikan bahwa nilai k obs pada order yang sama memenuhi hipotesis data tidak berbeda signifikan. Hal ini sesuai dengan hukum laju bukan penjumlahan dengan didapat nilai k yang sama pada order yang sama. 4. Konsumsi H + pada rentang waktu yang cukup lama Hasil pengamatan terhadap ph campuran dengan konsentrasi seperti tabel 11 menunjukan bahwa ph larutan semakin meningkat dengan semakin lamanya pengamatan. Kenaikan ph menunjukkan berkurangnya H + selama reaksi. Jika H + merupakan katalis maka nilai ph akan cenderung tetap karena H + akan dihasilkan kembali dalam reaksi. Hasil percobaan menunjukkan H + terkonsumsi dalam reaksi tersebut sehingga akan lebih tepat jika dikatakan H + ikut bereaksi sebagai pereaksi bukan sebagai katalis reaksi.
A. D. Rosalia, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 1, hal
KAJIAN EMPIRIS MEKANISME REAKSI HIDROGEN PEROKSIDA DENGAN IODIDA PADA SUASANA ASAM (AN EMPIRICAL STUDY ON THE HYDROGEN PEROXIDE REACTION WITH IODIDE IN ACID CONDITION) Ayuni Dita Rosalia, Patiha, Eddy
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Mekanisme reaksi hidrogen peroksida dengan iodida a. Hidrogen peroksida Hidrogen peroksida merupakan agen pengoksidasi yang kuat. Senyawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mekanisme reaksi merupakan urutan langkah yang menggambarkan cara sebuah pereaksi membentuk produk yang bersifat rekaan atau hipotesis. Pada dasarnya
Lebih terperinciA. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori
PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk
Lebih terperinciTUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012
TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri
Lebih terperinciBAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA
BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa kualitatif terhadap Kalsium, Besi, Posfor dan Seng dalam sampel
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisa Kualitatif Analisa kualitatif terhadap Kalsium, Besi, Posfor dan Seng dalam sampel dilakukan dengan reaksi identifikasi dari masing-masing mineral. Pemeriksaan
Lebih terperinciORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA
Sampel hasil pemanasan hasil pemanasan Campuran n 3,6ml asam asetat glacial dan 2,4 ml kloroform Diambil 6ml asam 1ml asetat sampel dari glacial hasil dan pemanasan 2,4 ml kloroform 1ml Volume sampel Nadari
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks) dengan mengukur absorbansi sembarang
Lebih terperinciIndo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science
Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs STUDI KINETIKA REAKSI HIDROGEN PEROKSIDA DENGAN IODIDA PADA SUASANA ASAM Arif R. Hakim*),
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN
BAB 4 HASIL PENELITIAN Pengukuran aktivitas spesifik katalase jaringan ginjal tikus percobaan pada keadaan hipoksia hipobarik akut berulang ini dilakukan berdasarkan metode Mates et al. (1999) yang dimodifikasi
Lebih terperinciPENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT
PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERSEMBAHAN... v. DEKLARASI... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v DEKLARASI... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN
LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI
PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Menentukan kadar besi dalam sampel air sumur secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang
Lebih terperinciSoal-Soal. Bab 4. Latihan. Laju Reaksi. 1. Madu dengan massa jenis 1,4 gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r. 5. Diketahui reaksi:
Bab Laju Reaksi Soal-Soal Latihan. Madu dengan massa jenis, gram/ cm 3 mengandung glukosa (M r = 80) sebanyak 35 % b/b. Kemolaran glukosa dalam madu adalah... 0,8 M (D),7 M,8 M (E) 3,0 M, M. Untuk membuat
Lebih terperinciPENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI
PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Dalam
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan
Lebih terperinciANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )
ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) Kusnanto Mukti W, M 0209031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta kusnantomukti@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN MOTTO...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. HALAMAN DEKLARASI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN MOTTO...iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN DEKLARASI... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :
LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM Nama : SantiNurAini NRP : 1413100048 Tanggal Praktikum : 28 April 2015 Nama Asisten : Mas Mattius
Lebih terperinciSpektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri Serapan Atom I. Tujuan Menentukan kepekaan dan daerah konsentrasi analisis logam Cu pada panjang gelombang 324.7 nm Menentukan pengaruh spesi lain, matriks, dan nyala api pada larutan
Lebih terperincimassa = 2,296 gram Volume = gram BE Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi ml Natrium Fosfat 28 mm massa 1 M = massa 0,028 =
Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi 1. 500 ml Natrium Fosfat 28 mm M massa 1 x Mr V(liter) 0,028 massa 1 x 164 0, 5 massa 2,296 gram 2. 500 ml Amonium Molibdat 4 mm M massa 1 x Mr V(liter) massa
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Penentuan zat warna Pada penelitian ini dilakukan penentuan daya serap maksimum zat warna cibacron red oleh karbon aktif. Diharapkan hasil penelitian ini dapat langsung dijadikan
Lebih terperincikimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA 2
76 LEMBAR KERJA SISWA 2 Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi pokok Submateri pokok Alokasi Waktu : Kimia : XI/ganjil : Laju Reaksi : Konsep Laju Reaksi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi 3. Memahami Kinetika
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di
30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciKunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi
Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Soal nomor 1 Mencari volume yang dibutuhkan pada proses pengenceran. Rumus pengenceran V 1. M 1 = V 2. M 2 Misal volume yang dibutuhkan sebanyak x ml, maka
Lebih terperinciPETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.
PETA KONSEP LAJU REAKSI Berkaitan dengan ditentukan melalui Waktu perubahan Dipengaruhi oleh Percobaan dari Pereaksi Hasil reaksi Konsentrasi Luas Katalis Suhu pereaksi permukaan menentukan membentuk mengadakan
Lebih terperinciKESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN
KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan
Lebih terperinciLaju Reaksi KIM 2 A. KEMOLARAN B. LAJU REAKSI C. UNGKAPAN LAJU REAKSI LAJU REAKSI. materi78.co.nr
Laju eaksi A. KEMOLAAN Dalam laju reaksi, besaran yang digunakan adalah kemolaran benda. Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dari tiap liter larutan atau gas, menunjukkan kekentalan atau kepekatan.
Lebih terperincikimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Massa pada suatu reaksi.
PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Massa pada suatu reaksi. 1.2 Dasar Teori HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER
Lebih terperinciLAPORAN PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
LAPORAN PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi 2. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius II. Dasar
Lebih terperinciKesetimbangan Kimia. Bab 4
Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi
Lebih terperinciMetode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan
4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni 2013 di Laboratorium Daya, Alat,
15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juni 2013 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Lampung.
Lebih terperinciGambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).
Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran
Lebih terperinciSOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr
SOAL LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml A. 5 ml B. 10 ml C. 2.5 ml D. 15 ml E. 5.5 ml : A Mencari volume yang dibutuhkan pada proses
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ
Lebih terperinciMODUL III KESETIMBANGAN KIMIA
MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa
Lebih terperinciSpektrofotometri uv & vis
LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR
Lebih terperinciPENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU
PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU Laju reaksi sering dipengaruhi oleh adanya katalis Contoh : Hidrolisis sukrosa dalam air Suhu kamar lama (bisa beberapa bulan) Namun jika hidrolisis dilakukan dalam
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan
Lebih terperinciKonsentrasi (μg/m 3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m 3 )****
LAMPIRAN 13 Lampiran 1. Data lapangan proses penjerapan dan perhitungan konsentrasi gas ozon. Hari/Tanggal : Rabu, 19 Oktober 2011 Tekanan : -40 kpa Panjang Gelombang : 354,28 nm Data penjerapan gas ozon
Lebih terperinciINTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN
SPEKTROSKOPI DEFINISI Merupakan teknik analisis dengan menggunakan spektrum elektrtomagnetik Spektrum elektromagnetik meliputi kisaran panjang gelombang yang sangat besar Misal: sinar tampak: 380-780 nm
Lebih terperinciSintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi
LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Sintesis partikel Fe 0 Uji degradasi dengan DBS (penentuan rasio konsentrasi partikel Fe 0 /sampel, waktu degradasi, dan ph terbaik) Uji degradasi dengan
Lebih terperinciPRAKTIKUM 1 Spektrofotometri. Spectrophotometer Mapada V-1100D
PRAKTIKUM 1 Spektrofotometri. Spectrophotometer Mapada V-1100D TUJUAN Pada akhir praktikum ini mahasiswa seharusnya sudah: mengenal konsep-konsep spektrofotometri, termasuk Hukum Beer, spektra absorbsi
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN
LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR. Disusun oleh. Sucilia Indah Putri Kelompok 2
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROMETRI PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR Disusun oleh Sucilia Indah Putri 10511019 Kelompok 2 Tanggal percobaan : 27 September 2013 Asisten : Lisna Dewi (20513082) Rustianingsih
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)
Lebih terperinciPERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)
PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KADAR NaClO PADA PEMUTIH Disusun oleh : Latifah Suryaningrum (24 / XII IPA 1) SMA Negeri 1 Klaten Jl. Merbabu No. 13 Klaten 2012 / 2013 A. Tujuan Menentukan kadar NaClO
Lebih terperinciHASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kalibrasi Termokopel
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN. Kalibrasi Termokopel Pada tahap awal penelitian dilakukan kalibrasi terhadap termokopel yang akan digunakan. Kalibrasi termokopel bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciNo Indikator Soal Valid
107 Lampiran 3 Rekapitulasi asi Instrumen TDM-TWO-TIER No Indikator Soal 1 Memahami kesetimbangan Reaksi kesetimbangan antara N 2 O 4 dengan NO 2 mengikuti persamaan kimia berikut ini : ator 1 :- dinamis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Bentuk P di dalam tanah terdiri dari bentuk organik dan anorganik. Bentuk P organik ditemukan
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI
PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAFTAR ISI Pendahuluan Metodologi Hasil dan Pembahasan
Lebih terperinciBab 10 Kinetika Kimia
D e p a r t e m e n K i m i a F M I P A I P B Bab 0 Kinetika Kimia http://chem.fmipa.ipb.ac.id Ikhtisar 2 3 Laju Reaksi Teori dalam Kinetika Kimia 4 Mekanisme Reaksi 5 46 Faktor Penentu Laju Reaksi Enzim
Lebih terperinciSTUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK
STUDI GANGGUAN KROM (III) PADA ANALISA BESI DENGAN PENGOMPLEKS 1,10-FENANTROLIN PADA PH 4,5 SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-TAMPAK Oleh: Retno Rahayu Dinararum 1409 100 079 Dosen Pembimbing: Drs. R. Djarot
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI
LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Fatni Rifqiyati Tanggal Percobaan : 1 November 2013 Tanggal Pengumpulan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Aliran Udara Kipas terhadap Penyerapan Etilen dan Oksigen Pada ruang penyerapan digunakan kipas yang dihubungkan dengan rangkaian sederhana seperti pada gambar 7.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciPraktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat
I. Judul Percobaan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & dalam Suasana Asam Kuat II. Tanggal Percobaan Senin, 8 April 2013 pukul 11.00 14.00 WIB III. Tujuan Percobaan Menentukan orde reaksi
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA
PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode MBAS setelah 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit.
7 dengan metode MBAS setelah 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit. Kinetika Reaksi Degradasi DBS dengan Partikel Fe 0 Kinetika degradasi DBS dilakukan dengan 2 metode berbeda, yaitu dengan konsentrasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2.
Penentuan Konsentrasi Kromium Heksavalen Larutan Limbah Tekstil Dengan Metode Penambahan Standar Larutan standar Cr 6+ sebanyak 12,5 ml dengan variasi konsentrasi Cr 6+ 0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, dan
Lebih terperinciFerry Riyanto Harisman Powerpoint Templates Page 1
Ferry Riyanto Harisman 1410 100 026 Dosen Pembimbing : Drs. R. Djarot Sugiarso K. S., MS Page 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Page 2 Latar Belakang Zat Besi Bahanbaku dalamproses
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Spektrofotometer UV-visibel (Genesys 10), cawan conway dengan penutupnya, pipet ukur, termometer, neraca analitik elektrik C-200D (Inaba Susakusho),
Lebih terperinciWaktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu
3 LAJU REAKSI Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan,
Lebih terperinciLaju Reaksi. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I
Laju Reaksi Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I SK, KD dan Indikator Kemolaran Konsep Laju Reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Evaluasi Referensi Selesai Standar Kompetensi,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui
Lebih terperinciSOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA
SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban
Lebih terperinciTermodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?
Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penentuan Kadar Air Pada pengukuran inframerah dari pelumas ini bertujuan untuk membandingkan hasil spektra IR dari pelumas yang bebas air dengan pelumas yang diduga memiliki
Lebih terperinciKUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI
KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tekanan gas Dari hasil eksperimen sebanyak 27 kali dalam rentan waktu satu menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : No Luas
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Diskusi
Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi
Lebih terperinciLaporan Kimia Fisik KI-3141
Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBN M-1 KINETIK HLOGENSI SETON DENGN KTLISTOR SM Nama : Kartika Trianita NIM : 1517 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 22 Oktober 212 Tanggal Laporan : 2 November 212 sisten
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan
Lebih terperinciBab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:
Bab II Pemodelan Bab ini berisi tentang penyusunan model untuk menjelaskan proses penyebaran konsentrasi oksigen di jaringan. Penyusunan model ini meliputi tinjauan fisis pembuluh kapiler, pemodelan daerah
Lebih terperinciUNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH
UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UJI SENSITIVITAS PEREAKSI PENDETEKSI KUNING METANIL DI DALAM SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI CAHAYA TAMPAK Oleh: Novi Yantih
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui
Lebih terperinci