Silvia Andini Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Silvia Andini Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK ABSTRACT"

Transkripsi

1 PENGARUH INTENSITAS PENYINARAN TERHADAP DEGRADASI KAROTEN WORTEL (Daucus carota LINN) SEBAGAI PEWARNA ROTI TAWAR [TELAAH PEMANFAATAN KAROTEN SEBAGAI PEWARNA ROTI TAWAR] THE EFFECT OF LIGHT INTENSITY ON THE DEGRADATION OF CAROTENE FROM CARROT (Daucus carota LINN) AS WHITEBREAD COLORANT [STUDY ON UTILIZATION OF CAROTENE AS WHITEBREAD COLORANT] Silvia Andini Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK Studi pengaruh intensitas penyinaran terhadap degradasi karoten wortel (Daucus carota Linn) sebagai pewarna roti tawar bertujuan: (1) Menentukan karakteristik degradasi warna roti tawar akibat penyinaran matahari (alami) dengan intensitas rata-rata lux dan lampu fluorescent (nir alami) dengan rentang intensitas berkisar lux, (2) Menentukan lama penyinaran maksimum terhadap warna roti tawar yang masih dapat diterima berdasarkan uji hedonik. Dalam penelitian ini, roti tawar diberi penambahan 50% sari wortel. Penelitian penentuan karakteristik degradasi warna roti tawar didasarkan pada serapan ekstrak roti dalam pelarut n-heksana pada λ 445 nm, dan diulang sebanyak 5 kali. Data uji hedonik dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 8 perlakuan, yaitu roti tawar tanpa disinari, roti tawar yang disinari lampu dengan intensitas 2.850, 3.440, 4.450, dan lux selama 24 jam, dan roti tawar yang disinari matahari selama 3, 6, dan 9 jam. Rerata skor uji hedonik antar perlakuan dibandingkan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik degradasi warna roti tawar berdasarkan serapannya mengikuti pola polinomial. Lama penyinaran maksimum roti tawar pada rentang intensitas lux ialah 23,54 37,37 jam. Kata kunci: intensitas, roti, warna, wortel. ABSTRACT Study of the effect of light intensity on the degradation of carotene from carrot (Daucus carota Linn) as whitebread colorant aimed to (1) determine the characteristic of color degradation of whitebread caused by illumination of sunlight with average intensity 67,658 lux and fluorescent lamps with intensity 2,850 lux 7,000 lux; (2) determine the maximum illumination length in which the color of whitebread was still accepted based on hedonic test. On this study the whitebread was given 50% carrot juice. Research on determination of the degradation characteristic of whitebread s color was based on its absorbance in n-hexane at wavelength 445 nm and repeated as many as 5 times. Data of hedonic test were analyzed by Randomized Complete Block Design (RCBD) and consisted of 8 treatments, which were whitebread illuminated under the 4 fluorescent lamps for 24 hours and sunlight for 3, 6, and 9 hours, and whitebread not illuminated. The hedonic mean scores from different treatments were compared by Honestly Significant Difference Test (HSD) 5%. The results showed that the color degradation fit to polynomial trend, and the maximum illumination length at 2,850 3,440 lux is hours. Keywords: intensity, bread, color, carrot. 1

2 PENDAHULUAN Warna merupakan salah satu faktor visual yang seringkali mendapat perhatian pertama dari konsumen dan dijadikan salah satu faktor yang ikut menentukan penerimaan terhadap bahan pangan tersebut. Bahkan, warna menjadi suatu indikator mutu bahan pangan (Hutching dalam MacDougall, 2002). Zat warna untuk makanan sangat mudah diperoleh, baik yang berasal dari sumber alami maupun bahan sintetik. Zat warna dari sumber alami, misalnya daun suji dan kunyit, sempat banyak digunakan sebagai pewarna makanan, yaitu pada era sebelum pewarna sintetik marak diproduksi. Beberapa dasawarsa terakhir ini, kembali timbul usaha-usaha untuk memahami seluk-beluk pewarna alami dan pemanfaatannya yang lebih luas, karena efek pencemaran lingkungan dan efek negatif terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh penggunaan pewarna sintetik. Di sisi lain, ternyata pewarna alami memiliki peranan baik bagi kesehatan manusia, antara lain sebagai antioksidan, antikanker, dan lainlain. Pada penelitian sebelumnya, Andini dan Lusiawati (2009) telah membuat suatu inovasi pada roti tawar, yaitu roti tawar wortel. Roti yang dimaksud berwarna kuning akibat penambahan sari wortel. Wortel memiliki kandungan karotenoid, terutama β-karoten, yang sangat tinggi sehingga dapat memberikan sari yang pekat akan β-karoten. Selain itu, wortel sudah sejak dahulu terbukti aman dikonsumsi dan mudah diperoleh sepanjang tahun. Peneliti telah memperoleh konsentrasi sari wortel yang tepat untuk diaplikasikan ke dalam adonan roti sehingga roti tawar yang dihasilkan dapat diterima konsumen, yaitu % v/v (Andini dan Lusiawati, 2010). Pigmen karotenoid dari wortel dapat digunakan langsung secara aman sebagai pewarna makanan namun penggunaannya seringkali menimbulkan permasalahan mengenai stabilitas warna produk yang dihasilkan, di mana warna yang dihasilkan tidak dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama. Selama penyimpanan produk, warna akan memudar dan pemudaran warna ini dipercepat bila produk dalam keadaan terbuka terhadap cahaya, udara, dan pemanasan. Studi ini fokus pada pengaruh penyinaran matahari dan lampu fluorescent dengan beberapa variasi intensitas terhadap perubahan warna roti tawar tersebut. Hal ini didasarkan pada realita bahwa roti tawar sering terpapar cahaya matahari dan cahaya lampu selama masa penjualan maupun konsumsi. Studi terdahulu menunjukkan bahwa warna roti tawar tidak stabil terhadap cahaya dengan intensitas di atas 2850 lux, dan kinetika degradasi sesuai orde ke-0 (Andini dan Lusiawati, 2009). Berdasarkan latar belakang ini, maka tujuan dari telaah ini ialah 1) menentukan karakteristik degradasi warna roti tawar akibat penyinaran matahari (alami) dengan intensitas rata-rata lux dan lampu fluorescent (nir alami) dengan rentang intensitas berkisar lux berdasarkan serapan ekstrak roti dalam pelarut n-heksana pada panjang gelombang maksimum, (2) menentukan lama penyinaran maksimum terhadap warna roti tawar yang masih dapat diterima berdasarkan uji hedonik. BAHAN DAN METODE Bahan dan piranti Wortel (Daucus carota Linn) yang digunakan adalah wortel varietas lokal (varietas Ngablak) berumbi panjang, yang diperoleh dari pasar lokal Salatiga, Jawa Tengah. Bahan-bahan pembuatan roti tawar adalah tepung terigu Cakra Kembar, fermipan, garam, gula pasir, air dingin, sari wortel dingin, dan mentega putih. Bahan dasar roti diperoleh dari toko bahan roti di Salatiga. Bahan kimia yang digunakan ialah n-heksana bidistilasi yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 2

3 Piranti yang digunakan adalah juicer Signora, oven, inkubator yang dilengkapi dengan lampu Philips Essential 18 W, 23 W, dan 45 W, lightmeter Lutron LX-102, termometer, kertas saring piranti gelas, kuvet kwarsa, spektrofotometer UV-Vis Mini Shimadzu U-1240, orbital shaker, dan neraca analitis Mettler H-80. Metoda Resep Dasar Roti Tawar (Andini dan Lusiawati, 2009) 1 kg terigu Cakra Kembar ditambah 60 g gula pasir, 25 g fermipan, dan 5 g garam, lalu diaduk rata. Campuran ditambah 600 ml air dingin sedikit demi sedikit sambil diadon hingga setengah kalis. Adonan ditambah 100 g mentega lalu diadon kembali hingga kalis selama 30 menit. Adonan dibiarkan mengembang beberapa menit lalu diadon kembali selama 15 menit (diulangi sebanyak 4 kali). Adonan digulung dan dimasukkan ke dalam cetakan. Setelah mengembang selama 1 jam, adonan dipanggang dengan api sedang selama 30 menit. Pembuatan Roti Tawar Wortel Roti tawar wortel yang dimaksud ialah roti tawar, yang dibuat mengacu pada resep dasar, dengan mengganti 600 ml air dingin dengan 300 ml sari wortel dingin dan 300 ml air dingin (50% v / v ). Scanning Panjang Gelombang Serapan Maksimum Ekstrak Roti Tawar Wortel dalam Pelarut n-heksana (Andini dan Lusiawati, 2009) 5 gram roti tawar wortel, yang telah dipotong kecil-kecil, dimaserasi dengan 15 ml pelarut n-heksana bidistilasi selama 30 menit menggunakan inkubator goyang (orbital shaker). Lalu disaring, filtrat dikumpulkan dalam labu ukur 25 ml, dan residu dibilas dengan pelarut yang sama kemudian disaring dan filtrat disatukan hingga garis tera. Dilakukan scanning panjang gelombang pada daerah nm, dengan blanko ialah n-heksana bidistilasi. Panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh hasil scanning digunakan untuk pengukuran serapan roti tawar wortel. Pengukuran Serapan Roti Tawar Wortel (Andini dan Lusiawati, 2009) 5,0000 g roti tawar wortel berukuran 4 cm x 3 cm x 1 cm dibungkus dalam plastik bening transparan. Disinari matahari dengan intensitas rata-rata yang mengenai roti ialah lux, lampu dengan intensitas cahaya yang mengenai roti ialah lux, lux, lux, dan lux selama 24 jam. Setiap 2 jam, diambil 1 roti dari setiap perlakuan. Masing-masing roti dimaserasi dengan 15 ml n-heksana bidistilasi selama 1 jam menggunakan inkubator goyang. Lalu disaring, filtrat dikumpulkan dalam labu ukur 25 ml, dan residu dibilas dengan pelarut yang sama kemudian disaring dan filtrat disatukan hingga garis tera. Filtrat diukur serapannya pada panjang gelombang hasil scanning, sebagai blanko adalah n-heksana bidistilasi. Uji Sensoris (Soekarto, 1985) Uji sensoris dilakukan terhadap parameter warna dari roti tawar yang tidak disinari dan yang telah disinari dengan intensitas lux (cahaya matahari) selama 3 jam, 6 jam, dan 9 jam; 2850 lux, 3440 lux, 4450 lux, dan 7000 lux (lampu fluorescent) selama 24 jam, dengan dasar uji hedonik. Analisis Data Data serapan warna roti tawar wortel dianalisis menggunakan program Excel untuk menentukan karakteristik/tren degradasi warna roti tawar. Penelitian penentuan karakteristik degradasi warna roti tawar terdiri dari 5 perlakuan dan diulangi sebanyak 5 kali. Sebagai perlakuan ialah penyinaran cahaya matahari dengan intensitas rata-rata yang mengenai roti ialah lux, lampu dengan intensitas cahaya yang mengenai roti ialah lux, lux, lux, dan lux. Data hasil uji sensoris dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Uji sensoris menggunakan 49 panelis sebagai ulangan dan terdiri dari 8 perlakuan, yaitu roti tawar yang tidak disinari dan yang telah disinari dengan intensitas lux (cahaya matahari) selama 3 jam, 6 jam, dan 9 jam; 2850 lux, 3440 lux, 4450 lux, dan 7000 lux (lampu fluorescent) selama 24 jam. Purata skor 3

4 antarperlakuan dibandingkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5 % (Steel dan Torrie, 1989). Roti tawar wortel yang masih dapat diterima dari uji hedonik ini diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dalam pelarut n-heksana. Nilai serapan diplotkan ke dalam kurva karakteristik sehingga diperoleh lama penyinaran maksimum. HASIL DAN DISKUSI Karakteristik Degradasi Warna Roti Tawar Wortel Spektra ekstrak roti tawar wortel dalam pelarut n-heksana menunjukkan adanya serapan pada panjang gelombang 445 nm dan 471 nm (Gambar 1). Serapan maksimum terjadi pada panjang gelombang 445 nm. Pola spektra ekstrak roti tawar wortel ini identik dengan pola spektra β-karoten (Gambar 2). Gambar 2 menunjukkan bahwa β-karoten menyerap kuat pada daerah panjang gelombang antara nm (Gross, 1991). Daerah ini merupakan daerah panjang gelombang warna biru, dengan warna kuning sebagai komplementernya. Absis Deteksi Puncak Absorbansi 471 0, ,679 Gambar 1. Spektra Absorbsi Ekstrak Roti Tawar Wortel dalam Pelarut n-heksana Gambar 2. Spektra Absorbsi trans- ( ) dan cis-β-karoten ( ) dalam Pelarut n-heksana (Gross, 1991) Proses penyinaran yang dikenakan pada roti tawar wortel menyebabkan terjadi pemudaran warna kuning pada roti menjadi kuning pucat dan cenderung putih. Semakin besar intensitas cahaya yang mengenai roti, semakin besar degradasi warna roti. Degradasi warna roti tawar tersebut disebabkan ketakstabilan pigmen karoten terhadap cahaya. Diduga degradasi karotenoid menghasilkan senyawa yang tidak berwarna pada daerah tampak. Hal tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari putusnya ikatan rangkap dalam struktur molekulnya. Energi yang digunakan untuk berikatan berkurang sehingga energi molekul semakin besar dan diduga spektra akan bergeser ke panjang gelombang yang lebih rendah (Fiedor dkk., 2002 dalam Kurniawati, 2007). Hal ini merupakan faktor yang dapat menjadi indikasi menurunnya absorbansi ekstrak roti pada panjang gelombang maksimumnya. 4

5 Berdasarkan serapan ekstrak roti pada panjang gelombang 445 nm dalam pelarut n-heksana, maka diperoleh bahwa degradasi warna roti tawar mengikuti pola polinomial (Tabel 1) karena nilai korelasi R 2 -nya paling mendekati 1. Tabel 1. Nilai Korelasi, R 2, Kurva Serapan Roti Tawar Wortel vs Lama Penyinaran dengan Pendekatan Beberapa Pola Intensitas Cahaya R 2 (lux) Linier Eksponensial Polinomial Logaritma Power ,932 0,932 0,940 0,813 0, ,789 0,796 0,845 0,782 0, ,944 0,936 0,979 0,738 0, ,980 0,975 0,987 0,824 0,807 Matahari (67.685) 0,978 0,960 0,995 0,938 0,776 Telaah ini memberikan informasi baru mengenai karakteristik degradasi warna roti tawar wortel, di mana pada studi sebelumnya Andini dan Lusiawati (2009) menemukan bahwa karakteristik degradasi warna roti tawar tersebut, dipandang dari teori kinetika reaksi, mengikuti orde nol. Degradasi warna roti mengikuti orde nol memiliki arti bahwa grafik serapan versus lama penyinaran pola linier menjadi pedoman karena memiliki nilai korelasi, R 2, terbesar dibandingkan dengan orde-orde lainnya. Oleh karena itu, secara sekilas telaah ini tidak mendukung hasil studi sebelumnya karena menunjukkan pola polinomial lebih baik daripada linier. Apabila dilihat secara seksama, baik kurva (Lampiran 1) maupun persamaan polinomial yang diperoleh (Tabel 2), maka tampak bahwa telaah ini mendukung hasil studi sebelumnya, yakni penyinaran nir alami (2850 lux 7000 lux) menyebabkan warna roti semakin terdegradasi (serapan roti kian menurun). Kurva polinomial degradasi warna roti berbentuk kurva parabola yang menghadap ke bawah (titik puncak maksimum). Apabila dilakukan ekstrapolasi melalui suatu perhitungan, maka akan diperoleh titik puncak maksimum berada di daerah nilai x (sumbu x = lama penyinaran) negatif (Lampiran 1). Hal ini memiliki makna bahwa warna roti tawar wortel memang memiliki karakteristik tidak stabil terhadap cahaya nir alami dan akan terus memudar bila penyinaran diteruskan. Tabel 2. Persamaan Kurva Polinomial Serapan Roti Tawar Wortel vs Lama Penyinaran Intensitas Cahaya (lux) Polinomial 2850 y = -2,1E-05x x y = x x y = -8E-05x x y = -5E-05x x Matahari (67.658) y = x x Hal yang berbeda terjadi pada kasus penyinaran dengan cahaya alami (cahaya matahari), yaitu kurva polinomial berbentuk parabola yang menghadap ke atas (titik puncak minimum). Apabila dilakukan ekstrapolasi melalui suatu perhitungan, maka akan diperoleh titik puncak minimum berada di daerah x (sumbu x = lama penyinaran) positif (Lampiran 1). Hal ini berarti bahwa pada lama penyinaran tertentu, warna roti tidak akan memudar lagi (serapan roti tidak akan turun), dan ada kemungkinan serapan roti akan kembali meningkat. Hal ini dimungkinkan terjadi karena semua karoten telah terdegradasi sehingga serapan roti pada panjang gelombang tersebut tidak akan menurun lagi. Selain itu, oleh karena spektrum cahaya matahari yang sangat luas maka dimungkinkan pula pada suatu waktu tertentu, cahaya matahari dapat menyebabkan senyawa hasil degradasi karoten mengalami konversi menjadi senyawa lain yang memiliki serapan di daerah tampak, khususnya daerah sekitar 5

6 445 nm, yang dapat menyebabkan kenaikan kembali serapan roti. Untuk lebih dapat menjelaskan fenomena ini, maka perlu dilakukan penelitian lanjut. Uji Hedonik Warna dan Penentuan Lama Penyinaran Maksimum Roti tawar sering terpapar cahaya, baik cahaya matahari maupun cahaya lampu, selama masa penjualan maupun penyimpanan. Mengingat ketakstabilan pigmen karoten terhadap faktor cahaya, maka penambahan sari wortel ke dalam roti tawar berarti menambah parameter lain yang dapat turut menentukan umur produk, yaitu parameter warna. Hasil uji hedonik warna roti tawar setelah lama penyinaran tertentu dengan beberapa intensitas cahaya disajikan dalam Tabel 3. Pada uji ini, roti tawar wortel tanpa perlakuan penyinaran berperan sebagai kontrol. Untuk perlakuan penyinaran cahaya lampu, uji hedonik terhadap warna roti dilakukan setelah penyinaran selama 24 jam. Sedangkan untuk perlakuan penyinaran cahaya matahari, uji hedonik terhadap warna roti dilakukan setelah penyinaran selama 3 jam, 6 jam, dan 9 jam. Hal ini didasarkan pada hasil pengukuran serapan ekstrak roti tawar wortel pada penelitian sebelumnya bahwa serapan ekstrak roti yang telah disinari oleh cahaya lampu dengan intensitas paling besar (7000 lux) selama 24 jam ada di kisaran nilai absorbansi ekstrak roti yang disinari cahaya matahari selama 2-4 jam. Berdasarkan Tabel 3, semakin besar intensitas cahaya yang mengenai roti, pemudaran warna roti semakin besar sehingga semakin mengurangi tingkat kesukaan konsumen akan warna roti tersebut. Hal ini juga berbanding lurus dengan lama penyinaran, di mana bila penyinaran roti diteruskan, pemudaran warna terus terjadi dan tingkat kesukaan konsumen akan warna roti semakin berkurang. Perlakuan penyinaran cahaya lampu dengan intensitas 2850 lux dan 3440 lux selama 24 jam tidak berpengaruh terhadap penilaian panelis. Artinya, penilaian hedonik atas warna roti tawar ini sama dengan kontrol, yaitu antara biasa/netral dan suka. Tingkat kesukaan panelis akan warna roti tawar setelah penyinaran cahaya lampu berintensitas 4450 lux dan 7000 lux selama 24 jam dan cahaya matahari selama 3 jam adalah sama, dan purata skor tersebut berbeda nyata dengan kontrol, yakni kesukaan panelis akan warna dari roti tersebut lebih rendah daripada kontrol. Roti tawar setelah penyinaran matahari selama 6 dan 9 jam memperoleh skor sama dan terendah, yaitu tidak suka. Tabel 3. Hasil Uji Hedonik Warna Roti Tawar Wortel Setelah Penyinaran Perlakuan Tanpa M M 6 M 9 3,69 3,5 3,27 2,92 2,78 2,86 2,35 2,10 ± ± ± ± ± ± ± ± ± SE 0,30 0,23 0,28 0,26 0,28 0,22 0,27 0,33 w = 0,56 d d cd c bc bc ab a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antarperlakuan tidak berbeda secara bermakna. w = BNJ 5 % Tanpa = Roti tawar wortel tanpa disinari = Roti tawar wortel yang disinari lampu berintensitas 2550 lux selama 24 jam = Roti tawar wortel yang disinari lampu berintensitas 3440 lux selama 24 jam = Roti tawar wortel yang disinari lampu berintensitas 4450 lux selama 24 jam = Roti tawar wortel yang disinari lampu berintensitas 7000 lux selama 24 jam. M 3 = Roti tawar wortel yang disinari matahari selama 3 jam. M 6 = Roti tawar wortel yang disinari matahari selama 6 jam. M 9 Skor = Roti tawar wortel yang disinari matahari selama 9 jam. 1 : Sangat tidak suka 2 : Tidak suka 3 : Biasa/Netral 4 : Suka 5 : Sangat suka 6

7 Berdasarkan hasil uji hedonik ini, maka nilai serapan ekstrak roti yang telah disinari cahaya lampu lux selama 24 jam menjadi ambang batas kesukaan panelis sehingga nilai ini dapat digunakan untuk menentukan lama penyinaran maksimum yang diperbolehkan untuk mempertahankan hedonik konsumen akan warna roti tersebut. Nilai serapan ekstrak roti tersebut ialah 0,460, dan lama penyinaran maksimum dengan intensitas kisaran lux lux ialah 23,54 37,37 jam. KESIMPULAN Berdasarkan telaah ini, dapat disimpulkan bahwa karakteristik degradasi warna roti tawar berdasarkan serapannya mengikuti pola polinomial. Lama penyinaran maksimum roti tawar pada rentang intensitas lux ialah 23,54 37,37 jam UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ign. Agustinus Kristijanto, M.S. atas saran dan bantuannya dalam analisis hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Andini, S. dan Lusiawati Dewi Pengaruh Intensitas Penyinaran terhadap Perubahan Warna Roti Tawar Yang Diberi Sari Daging Umbi Wortel (Daucus Carota Linn). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV. Salatiga: Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Penentuan Konsentrasi Sari Wortel (Daucus carota Linn) untuk Diterapkan ke dalam Adonan Roti Tawar Berdasarkan Evaluasi Sensoris. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains V. Salatiga: Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana. Gross, Jeana Pigments in Vegetables, Chlorophylls and Carotenoids, p: Von Nostrand Reinhold: New York. Kurniawati, Ratih Fotodegradasi dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar dan Karotenoid Dominan Daun Alfalfa Tropis (Medicago sativa L.). Skripsi. FSM/Kimia, Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga. MacDougall, D. B., Colour in Food: Improving Quality, p Boca Raton: CRC Press. Soekarto, Soewarno T., Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bharatara Karya Aksara. Steel, R. G. O., dan J.H. Torrie Prinsip dan Prosedur Statistik: Suatu Pendekatan Biometrik, Jakarta: PT. Gramedia. 7

8 Lampiran 1. Kurva Polinomial Ekstrak Roti Tawar pada Panjang Gelombang 445 nm dalam Pelarut n-heksana versus Lama Penyinaran dengan Berbagai Intensitas Penyinaran dengan intensitas lux Titik puncak berada pada absis: = 0, , = 24,29 Penyinaran dengan intensitas lux Titik puncak berada pada absis: = 0, ,00011 = 0,45 Penyinaran dengan intensitas lux Titik puncak berada pada absis: = 0, ,00008 = 4,94 Penyinaran dengan intensitas lux 8

9 Titik puncak berada pada absis: = 0, ,00005 = 26,20 Penyinaran dengan cahaya matahari (intensitas rata-rata lux) Titik puncak berada pada absis: = 0, ,0004 = 35,0 9

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV, No. 3:

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV, No. 3: ' Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IV No. 3:73-737 kuning pucat dan cenderung putih. Hal tersebut diduga terjadi sebagai akibat dari putusnya ikatan rangkap dalam struktur molekulnya.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Pola Spektra Karotenoid dari Ekstrak Buah Sawit Segar dan Pasca-Perebusan Pola spektra karotenoid dari ekstrak buah sawit segar maupun buah sawit pascaperebusan menunjukkan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kelapa sawit segar dan buah pascaperebusan (perebusan pada suhu 131 o C, tekanan uap 2 atmosfer, selama 100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut terhadap Kualitas Tempe ditinjau dari Kadar Protein, Lemak, Abu dan Air

Pengaruh Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut terhadap Kualitas Tempe ditinjau dari Kadar Protein, Lemak, Abu dan Air Pengaruh Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut terhadap Kualitas Tempe ditinjau dari Kadar Protein, Lemak, Abu dan Air The Effect Of Inoculums And Eel Flour Addition in Tempe Quality as Revealed by

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER

TUGAS AKHIR. EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER TUGAS AKHIR EKSTRAKSI SERBUK KELOPAK BUNGA ROSELA ( Hibiscus sabdarifa Linn. ) untuk UJI KANDUNGAN WARNA dengan SPEKTROFOTOMETER (Extraction of Rosela Petals Powder for Colour Content Test using Spectrophotometer)

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juli 2014 yang sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

STABILITAS ANTOSIANIN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L) TERHADAP CAHAYA SEBAGAI PEWARNA AGAR-AGAR

STABILITAS ANTOSIANIN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L) TERHADAP CAHAYA SEBAGAI PEWARNA AGAR-AGAR STABILITAS ANTOSIANIN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L) TERHADAP CAHAYA SEBAGAI PEWARNA AGAR-AGAR Anthocyanin Stability of Banana Bract (Musa paradisiaca L) Toward Light for Jelly Colorant Lydia

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis pendekatan eksperimen laboratorium. Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap uji pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP DEGRADASI WARNA AGAR- AGAR YANG DIWARNAI SARI UMBI BIT MERAH (Beta vulgaris L. var. rubra L.)

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP DEGRADASI WARNA AGAR- AGAR YANG DIWARNAI SARI UMBI BIT MERAH (Beta vulgaris L. var. rubra L.) PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP DEGRADASI WARNA AGAR- AGAR YANG DIWARNAI SARI UMBI BIT MERAH (Beta vulgaris L. var. rubra L.) THE EFFECT OF LIGHT INTENSITY ON THE COLOR DEGRADATION OF JELLY COLORED

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pembuatan minuman instan daun binahong dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji aktivitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan

Lebih terperinci

Antosianin Jantung Pisang Kepok (Musa X paradisiaca) Sebagai Pewarna Agar-Agar (Kajian Berdasarkan Stabilitas Terhadap Cahaya dan Organoleptik)

Antosianin Jantung Pisang Kepok (Musa X paradisiaca) Sebagai Pewarna Agar-Agar (Kajian Berdasarkan Stabilitas Terhadap Cahaya dan Organoleptik) Antosianin Jantung Pisang Kepok (Musa X paradisiaca) Sebagai Pewarna Agar-Agar (Kajian Berdasarkan Stabilitas Terhadap Cahaya dan Organoleptik) Anthocyanin of Banana Bract (Musa X paradisiaca) Used as

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan Januari 2017. Bertempat di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Ekstraksi likopen dari tomat dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton : metanol dengan perbandingan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari 19 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian analisis nilai kalori dan uji sensori roti gula sukrosa dengan substitusi gula fruktosa dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 hingga Januari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUAH LABU KUNING SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN DAN PEWARNA ALAMI PADA PRODUK MIE BASAH

PENGGUNAAN BUAH LABU KUNING SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN DAN PEWARNA ALAMI PADA PRODUK MIE BASAH Volume 13, Nomor 2, Hal. 29-36 ISSN 0852-8349 Juli Desember 2011 PENGGUNAAN BUAH LABU KUNING SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN DAN PEWARNA ALAMI PADA PRODUK MIE BASAH Silvi Leila Rahmi, Indriyani, dan Surhaini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan tahapan kegiatan, yaitu : bahan baku berupa singkong yang dijadikan bubur singkong,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah lab. Kimia DIII Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Bahan Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah karotenoid yang diisolasi dari wortel (Daucus carota) dan tomat (Lycopersican esculentum). Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan di dalam penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) yang diperoleh dari PT Sinar Meadow Internasional Indonesia, Jakarta.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)

Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) Jurnal Gradien Vol. 12 No. 2 Juli 2016: 1187-1191 Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) Dwita Oktiarni *, Siti Nur Khasanah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rencangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

50 ml 97 ml. Diencerkan sampai 200 ml. ph diukur dengan ph meter. Ditambahkan HCl 0,3 M tetes demi tetes hingga diperoleh ph 1

50 ml 97 ml. Diencerkan sampai 200 ml. ph diukur dengan ph meter. Ditambahkan HCl 0,3 M tetes demi tetes hingga diperoleh ph 1 Lampiran 1. Skema Pembuatan Buffer ph 1 1,119 gram KCl (s) dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 50 ml 2,5 ml HCl (p) dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 100 ml 50 ml 97 ml Diencerkan sampai

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Menentukan kadar besi dalam sampel air sumur secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

Kajian Karotenoid, Vitamin A, dan Stabilitas Ekstrak Karotenoid Serabut Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Segar dan Pasca-Perebusan

Kajian Karotenoid, Vitamin A, dan Stabilitas Ekstrak Karotenoid Serabut Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Segar dan Pasca-Perebusan Kajian Karotenoid, Vitamin A, dan Stabilitas Ekstrak Karotenoid Serabut Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Segar dan Pasca-Perebusan Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Biologi untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Surakarta dan UPT Laboratorium Pusat MIPA UNS. B. Alat dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu bulan September sampai November 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu: 1. Tempat pengambilan sampel dan preparasi sampel dilakukan di desa Sembung Harjo Genuk Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut : 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012 dengan tempat penelitian sebagai berikut : 1. Laboratorium Mutu Giling Balai Besar

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pembuatan nata dari umbi ubi jalar ungu oleh bakteri Acetobacter xylinum ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci