Unit PENGUMPULAN DATA DALAM PTK. Aunurrahman. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Unit PENGUMPULAN DATA DALAM PTK. Aunurrahman. Pendahuluan"

Transkripsi

1 Unit 8 PENGUMPULAN DATA DALAM PTK Aunurrahman Pendahuluan A nda telah menyelesaikan beberapa pembahasan materi berkaitan dengan PTK, mengerjakan latihan dan menyelesaikan tes formatif sebagaimana dibahas pada unit-unit sebelumnya. Dengan memahami materi dan langkah-langkah penyusunan proposal PTK yang dipaparkan pada unit sebelumnya, Anda telah memiliki kerangka acuan dalam pelaksanaan PTK. Pada unit ini Anda diajak untuk mengkaji lebih mendalam salah satu komponen penting di dalam proposal yang Anda susun yaitu tentang pengumpulan data dalam PTK. Untuk dapat melakukan kegiatan pengumpulan data dengan baik, Anda terlebih dahulu perlu memahami jenis-jenis data, jenis-jenis alat pengumpulan data dan cara pengumpulan data. Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan ke dalam dua subunit yang saling terkait, yaitu jenis-jenis data dalam penelitian, jenis-jenis alat pengumpulan data baik melalui teknik tes maupun teknik-teknik non tes. Untuk teknik non tes pembahasan lebih difokuskan pada penggunaan observasi dan wawancara. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta menyelesaikan tes formatif yang disediakan Anda diharapkan dapat menjelaskan secara rinci tentang: 1. Jenis-jenis data dalam penelitian; 2. Teknik tes untuk pengumpulan data; 3. Teknik non tes untuk pengumpulan data. Untuk membantu mendalami uraian ini diharapkan Anda melakukan latihanlatihan sendiri dan diskusi dengan rekan-rekan Anda, terutama dalam mengkaji bagian-bagian yang sulit Anda pahami. Anda juga dapat melakukan simulasi pengumpulan data bersamaan dengan penyelenggaraan proses pembelajaran yang Anda lakukan, sehingga Anda terlatih melakukan pengumpulan data ketika PTK Penelitian Pendidikan SD 8-1

2 dilaksanakan. Untuk membantu memperdalam materi serta mengukur pemahaman Anda dari materi yang dibahas maka pada bagian akhir tiap-tiap subunit disediakan tes formatif. Kesungguhan Anda di dalam menyelesaian tes tersebut akan sangat membantu untuk mengukur penguasaan materi ini. Selamat belajar, semoga sukses! 8-2 Unit 8

3 Subunit 1 Jenis Data dan Penggunaan Teknik Tes untuk Pengumpulan Data P embahasan pada subunit ini difokuskan pada jenis-jenis data dan penggunaan teknik-teknik tes dalam pengumpulan data. Langkah-langkah yang diuraikan dalam subunit ini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh dengan langkahlangkah yang telah Anda kaji pada unit sebelumnya dan sub-sub unit berikutnya. Pengkajian yang terdiri dari jenis-jenis data dan teknik pengumpulan data melalui teknik-teknik tes akan mengarahkan Anda pada pemahaman yang mantap tentang langkah-langkah PTK sebagai satu kesatuan yang utuh. Pemahaman ini akan memandu Anda untuk mampu melaksanakan PTK yang akan dilengkapi pada pembahasan di unit-unit berikutnya. Setelah menyelesaikan subunit ini diharapkan Anda dapat menjelaskan dan merinci jenis-jenis data dan cara-cara pengumpulan data melalui beberapa teknik tes. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajilah materi berikut dengan cermat, serta kerjakan latihan secara disiplin. Sebagaimana unit-unit sebelumnya, dalam bagian ini Anda juga dituntut untuk menggali pengalaman praktis Anda, sehingga sajian yang bersifat teoritik dapat Anda padukan langsung dengan praktik pembelajaran yang Anda lakukan. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir subunit ini. A. Jenis-jenis Data dalam Penelitian Dalam kegiatan pembelajaran yang Anda lakukan sehari-hari, sesungguhnya Anda berhadapan dengan data. Hampir tidak ada aktivitas atau langkah pembelajaran yang tidak terkait dengan data. Ketika Anda memberikan pertanyaan kepada siswa, tentu Anda ingin mengetahui apakah siswa tersebut mendengar dan memahami apa yang Anda jelaskan bukan? Atau Anda ingin mengetahui tingkat keaktifan siswa tersebut. Ketika Anda memberikan soal-soal latihan, memberikan pekerjaan rumah, melakukan ulangan mewawancarai siswa, mengamati aktivitas praktikum dan sebagainya, semuanya bertujuan untuk memperoleh data. Di dalam kegiatan penelitian, keberadaan data merupakan komponen yang sangat penting, karena seperti apapun penelitian yang dirancang oleh peneliti Penelitian Pendidikan SD 8-3

4 tujuannya adalah untuk memperoleh data. Jika kita kaji dan kita pilah secara cermat, maka kita akan menemukan beberapa jenis data. Kerlinger (1993) mengemukakan bahwa pemahaman terhadap jenis data dalam penelitian akan mengarahkan seorang peneliti untuk memilih instrumen yang cocok dengan data yang diinginkannya tersebut. Menurut jenisnya data dalam penelitian dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu data nominal, data ordinal, data interval, dan data ratio (Kerlinger, 1993). Berikut mari kita cermati penjelasan dan contoh dari masing-masing jenis data tersebut. 1. Data nominal Data nominal adalah suatu data yang hanya terpilah menjadi dua bagian atau dua pilihan, atau dua kategori dimana yang satu dengan lainnya terpisah secara tegas (Kerlinger, 1993; Babbie, 1986; Gay, 1981). Contoh jenis data nominal: Laki-laki Perempuan Tua Muda Kota Desa Ya Tidak Siang Malam Sekolah Tidak sekolah Kaya Miskin Lulus Tidak lulus dan seterusnya. 2. Data ordinal Data ordinal ialah suatu data yang menunjukkan urutan dalam kedudukan masing-masing data/data urutan peringkat/jenjang yang tidak menunjukkan kuantitas absolut (Kerlinger, 1993). Contoh data ordinal: Peringkat kejuaraan. Urutan angka 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Jenjang pendidikan. Pemeluk agama/keyakinan. Kelompok etnik/suku. Jenis kendaraan. Kelompok makanan. Jenis pekerjaan, dll. 8-4 Unit 8

5 3. Data interval Data interval adalah suatu data yang menunjukkan jarak yang memiliki ciri nominal dan ordinal. Di samping itu jarak keangkaan yang sama pada skala interval mewakili jarak yang sama pula dalam hal pemilikan sifat yang diukur. Contoh data interval: a b c d e a/1 = Tidak pernah Sangat tidak setuju b/2 = Hampir tidak pernah Tidak setuju c/3 = Pernah Ragu-ragu d/4 = Kadang-kadang Setuju e/5 = Selalu Sangat setuju 4. Data ratio Data ratio/nisbat ialah data pengukuran yang sangat tinggi, yang mempunyai ciri-ciri skala nominal, ordinal, dan interval, dan juga memiliki nol mutlak atau nol natural yang mengandung makna empirik. Jika suatu pengukuran menggunakan nol pada suatu skala rasio, maka dapat dikatakan bahwa obyek tertentu tidak memiliki sifat yang sedang diukur. Angka-angka pada skala rasio menunjukan besaran sesungguhnya pada sifat yang diukur. Untuk ilmu sosial jarang sekali menggunakan skala rasio. Contoh data skala rasio Skor 8 mempunyai prestasi 2 x lebih baik dari yang mendapatkan skor 4 dalam suatu mata pelajaran (Kerlinger, 1993). Sampai di sini Anda telah mengkaji penggolongan data menurut jenisnya. Coba Anda kelompokkan data dalam proses pembelajaran Anda sesuai dengan pengelompokan di atas! B. Teknik Pengumpulan Data Melalui Tes Untuk memperoleh data di dalam kegiatan penelitian, seorang peneliti dapat menggunakan berbagai teknik. Penggunaan dari salah satu atau beberapa teknik pengumpulan data sangat tergantung pada jenis data yang akan dikumpulkan, tujuan Penelitian Pendidikan SD 8-5

6 penelitian dan tentu saja pemahaman peneliti tentang teknik yang akan dipergunakan tersebut serta kemampuannya untuk melaksanakan penelitian dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait. Sebagai contoh, seorang peneliti melakukan penelitian tentang motivasi dan hasil belajar siswa pada beberapa sekolah yang telah ditentukannya. Terkait dengan penelitian tersebut seorang peneliti terlebih dahulu menjelaskan jenis data yang akan dikumpulkan. Untuk mengkaji motivasi siswa, misalnya guru dapat menggunakan beberapa teknik yang dapat dipilih, misalnya observasi, wawancara, atau kuesioner. Untuk menghimpun data tentang hasil belajar siswa, dapat dipergunakan tes yang dibuat peneliti sendiri, peneliti bersama guru, atau menggunakan instrumen tes yang standar. Di samping menggunakan tes, juga dapat mengkaji hasil-hasil belajar, hasil-hasil ulangan siswa yang lebih dikenal dengan teknik studi dokumenter. Dalam pelaksanaan tugas Anda sehari-hari, pelaksanaan tes sebagai cara memahami kemampuan siswa tentu sudah sangat tidak asing bagi Anda. Namun untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan menambah wawasan Anda tentang cara-cara pengumpulan data melalui tes, maka bagian ini perlu kita kaji bersama dengan lebih cermat. Teknik tes atau kadang-kadang juga disebut sistem testing merupakan usaha untuk memahami atau memperoleh data tentang siswa. Dalam pandangan lain juga dikemukakan bahwa tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu, dan menggambarkan atau mendeskripsikan tingkah laku itu melalui skala angka atau sistem kategori. Nurkancana dan Sumartana (1986: 25) mendefinisikan tes sebagai suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Jika defenisi ini dianalisis, maka kita menemukan beberapa hal penting yang dapat kita simpulkan yaitu: 1. Tes adalah suatu bentuk tugas yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau perintah-perintah. 2. Tes diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak untuk dikerjakan. 3. Bahwa respon atau jawaban anak atau kelompok anak tersebut dinilai. Penggunaan teknik tes, khususnya tes prestasi belajar bagi guru di sekolah bertujuan untuk: a. Menilai kemampuan belajar murid. b. Memberikan bimbingan belajar kepada murid. 8-6 Unit 8

7 c. Mengecek kemajuan belajar. d. Memahami kesulitan-kesulitan belajar. e. Memperbaiki teknik mengajar. f. Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar. Arikunto (1988), mengemukakan bahwa tes sebagai instrumen pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun oleh guru dengan prosedur tertentu, akan tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya. 2. Tes standar (standardized tes), yaitu tes yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing, yang sudah terjamin keampuhannya. Tes ini sudah mengalami uji coba berkali-kali, direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat dikatakan cukup baik. Di dalam setiap tes yang terstandar, sudah dicantumkan petunjuk pelaksanaan, waktu yang dibutuhkan, bahan yang tercakup, dan hal-hal lain, misalnya validitas dan reabilitas tes. Dalam pembahasan tentang bentuk-bentuk tes, Gall & Borg (2002: 209) mengemukakan terdapat beberapa bentuk tes performance, yaitu; (a) intelligence tests atau tes intelegensi, (b) aptitude tests atau tes sikap, (c) achievement tests atau tes hasil belajar, (d) diagnostic tests atau tes diagnostik, dan performance assessment atau penilaian kinerja. Di antara bentuk tes yang paling sering dipergunakan guru adalah tes hasil belajar. Jika dilihat dari beberapa dimensi atau sudut pandangan, tes hasil belajar sebagai salah satu bentuk yang diarahkan untuk mengetahui hasil atau prestasi belajar siswa dibedakan atas beberapa jenis. Berdasarkan jumlah atau pengikut tes, maka tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes individual dan tes kelompok (Nurkancana dan Sumartana, 1986: 25). Tes individual adalah suatu tes dimana pada saat tes tersebut diberikan kita hanya menghadapi satu orang anak. Sedangkan tes kelompok, yaitu dimana pada saat tes diberikan, kita menghadapi sekelompok anak. Tes hasil belajar disamping dapat dikaji dari jumlah atau pengikut tes sebagaimana dikemukakan di atas, juga dapat ditinjau dari segi penyusunannya. Dilihat dari segi penyusunannya tes dibedakan atas tiga jenis, yaitu tes buatan guru, tes buatan orang lain yang tidak distandarisasi, dan tes standar atau tes yang sudah distandarisasi. a. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes tersebut. Penelitian Pendidikan SD 8-7

8 b. Tes buatan orang lain yang tidak distandarisasi, adalah tes yang dibuat orang lain yang dianggap cukup baik yang dapat dipergunakan oleh guru. Tes jenis ini misalnya tes yang disusun oleh teman-teman sejawat guru yang lebih berpengalaman, atau tes yang dimuat pada akhir tiap-tiap bab dari buku pelajaran. c. Tes standar atau tes yang telah distandarisasi, yaitu tes yang telah cukup valid dan reliabel berdasarkan atas uji coba berkali-kali terhadap sampel yang cukup luas dan representatif. Selain dari sudut pandang di atas, jenis tes hasil belajar juga dapat dikaji dari bentuk jawaban atau bentuk respon. Berdasarkan bentuk jawaban atau bentuk respon ini, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Tes tindakan, yaitu suatu tes dimana jawaban atau respon yang diminta dari anak berbentuk tingkah laku. Jadi anak berbuat sesuai dengan perintah atau pertanyaan yang diberikan. Misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, untuk mengetahui apakah seorang anak sudah dapat berenang dengan gaya tertentu, maka cara yang paling baik adalah menyuruh anak tersebut mempraktekkan langsung cara berenang yang dikehendaki. Jika anak dapat melakukan sesuai dengan kriteria yang ditentukan guru, maka berarti anak tersebut telah menguasai tes yang diberikan dalam bentuk tindakan tersebut. b. Tes verbal, yaitu suatu tes, dimana jawaban atau respon yang diberikan oleh anak-anak berbentuk bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Dalam keadaan ini, anak akan mengucapkan atau menulis jawabannya sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Selain ditinjau dari bentuk jawaban atau respon yang diberikan, tes juga dapat dilihat dari bentuk pertanyaan yang diberikan oleh guru. Bentuk tes ini tentu sudah sangat sering Anda terapkan didalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Jenis tes ini dibedakan menjadi dua, yaitu tes obyektif dan tes essay. 1. Tes obyektif Tes obyektif adalah bentuk tes yang terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban dengan beberapa perkataan atau simbul tertentu. Ada beberapa bentuk tes obyektif, yaitu: a. Tes benar salah (true-false), adalah tes yang butir-butir soalnya mengharuskan agar siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai pernyataan yang benar atau salah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam penyusunan tes obyektif bentuk benar-salah ini: 8-8 Unit 8

9 - Meyakinkan sepenuhnya bahwa butir soal tersebut dapat dipastikan benar atau salah. - Jangan menulis butir soal yang memindahkan satu kalimat secara harfiah dari teks. - Jangan menulis butir soal yang memperdayakan. - Menghindari pernyataan negatif. - Menghindari pernyataan berarti ganda. - Menggunakan suatu bentuk yang tepat. - Menghindari kata-kata kunci, seperti pada umumnya, semua, dan yang lain. - Menghindari jawaban benar yang terpola. b. Tes pilihan ganda (multiple choice), adalah suatu item yang terdiri dari suatu statemen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statemen tersebut disediakan beberapa statemen sambungan. Satu diantaranya merupakan sambungan yang benar sedangkan yang lain adalah sambungan yang tidak benar (Nurkancana dan Sumartana, 1986; Dimyati dan Mudjiono, 1994). Item multiple choice ini dapat pula berupa suatu pertanyaan yang telah disediakan beberapa buah jawaban, dimana hanya satu dari jawaban-jawaban yang disediakan tersebut merupakan jawaban yang benar. Alternatif pilihan yang disediakan disebut option, sedangkan. Jawaban-jawaban atau statemen sambungan yang tidak benar disebut pengecoh. Bloom, 1981 (Dimyati dan Mudjiono, 2004: 200) mengingatkan beberapa kaidah yang harus diperhatikan didalam penyusunan soal pilihan ganda. - Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan secara jelas. - Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja. - Untuk satu soal, hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar. - Sedapat mungkin dihindarkan perumusan pernyataan yang bersifat negatif pada pokok soal. - Alternatif jawaban (option) sebaiknya logis, dan pengecoh harus berfungsi (menarik). - Diusahakan agar tidak ada petunjuk untuk jawaban yang benar. - Diusahakan agar mencegah penggunaan pilhan jawaban yang terakhir berbunyi semua pilihan jawaban di atas benar, atau semua pilihan jawaban di atas salah. - Diusahakan agar pilihan jawaban homogen, baik dari segi isi maupun panjang pendeknya pertanyaan. Penelitian Pendidikan SD 8-9

10 - Apabila pilihan jawaban berbentuk angka, susunlah secara berurutan dari angka yang terkecil diletakkan di atas sampai angka terbesar yang diletakkan di bawah. - Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bersifat tidak tentu, seperti seringkali, kadang-kadang, pada umumnya dan kata-kata sejenis. - Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak bergantung dari jawaban butir soal yang lain. - Dalam merakit soal diusahakan agar jawaban yang benar (yang menjadi kunci jawaban) letaknya tersebar antara a, b, c, d, atau ditentukan secara acak, sehingga tidak terjadi pola jawaban tertentu. c. Tes menjodohkan (Maching), adalah suatu bentuk tes yang biasanya terdiri dari dua kolom yang paralel, dimana masing-masing berisi uraian-uraian, keteranganketerangan atau statemen. Dengan kata lain merupakan bentuk tes yang butirbutir soalnya terdiri dari satu daftar premis dan satu daftar jawaban yang sesuai (Dimyati dan Mujiono, 2004; Nurkancana, 1986: 36). Dalam penyusunan soal bentuk menjodohkan ini, ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan. - Meyakinkan bahwa pertanyaan dapat dijawab dengan kata atau penggalan kalimat yang mudah atau khusus, dan hanya ada satu jawaban yang benar. - Menggunakan bentuk yang cocok. - Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi. - Menghindari pemberian petunjuk ke arah jawaban yang benar. - Menunjukkan bagaimana seharusnya jawaban yang benar. Tes obyektif sebagai salah satu bentuk teknik pengumpulan data, khususnya berkenaan dengan siswa, memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah: 1. Dapat dijawab dengan cepat, sehingga memungkinkan siswa menjawab sejumlah besar pertanyaan dalam satu periode tes. Terkait dengan hal ini maka materi tes yang diberikan dapat mencakup lebih luas bahan pelajaran yang disampaikan. 2. Reliabilitas skor yang diberikan terhadap pekerjaan siswa dapat lebih terjamin. 3. Jawaban-jawaban tes obyektif dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat. Di samping beberapa kebaikan atau kelebihan tes obyekif sebagaimana dikemukakan di atas, ada juga segi-segi kelemahannya, antara lain: a. Kemungkinan siswa untuk menerka jawaban akan lebih besar b. Karena jumlah item pada tes obyektif pada umumnya lebih banyak, maka diperlukan biaya yang lebih besar. Anda dapat mengkaji kembali secara seksama tentang beberapa hal berkenaan dengan tes obyektif di atas. Diskusikan dengan rekan-rekan Anda atau tanyalah 8-10 Unit 8

11 kepada orang-orang yang dapat membantu memperjelas pemahaman Anda, terutama jika Anda menemukan bagian-bagian dari uraian tersebut yang sulit Anda pahami. 2. Tes Essay Tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Bentuk-bentuk petanyaan yang mengharuskan siswa untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan atau mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan mengharuskan siswa untuk mampu menunjukkan pengertian atau pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari (Nurkancana dan Sumartana, 1986: 42). Sebagaimana bentuk tes obyektif, tes bentuk essay juga memiliki kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya antara lain: - Tes essay sangat tepat dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil dari suatu proses belajar yang kompleks, yang sukar diukur dengan menggunakan tes obyektif. - Tes essay memberi peluang yang besar kepada siswa untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. Keadaan ini sangat penting untuk melatih siswa agar terbiasa mengemukakan jalan pikirannya secara terarah dan sistematis. Sedangkan beberapa kelemahan tes essay adalah: - Pemberian skor terhadap jawaban tes essay kurang reliabel terutama disebabkan karena tidak hanya satu jawaban yang biasa diterima. Di samping itu juga disebabkan tingkat kebenaran jawaban tersebut sangat bervariasi. - Tes essay menghendaki jawaban-jawaban yang relatif panjang. Karena itu dibutuhkan waktu yang lebih lama pula untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan, sehingga dalam satu periode tes hanya dapat diberikan beberapa item tes saja. - Materi yang diberikan di dalam tes tidak dapat mencakup secara luas materi pelajaran yang telah disampaikan, sehingga sangat dimungkinkan hasil yang dicapai bersifat kebetulan, karena pertanyaan yang diberikan secara kebetulan sesuai dengan bagian materi yang dipelajarinya. - Mengoreksi tes essay memerlukan waktu yang cukup lama, serta menghabiskan energi yang cukup banyak terlebih lagi bilamana peserta tes jumlahnya cukup besar, karena setiap jawaban harus dibaca satu persatu secara teliti. Untuk mengurangi beberapa kelemahan pada tes essay di atas, perlu diperhatikan beberapa saran berikut: Penelitian Pendidikan SD 8-11

12 a. Materi pelajaran yang akan diukur melalui tes essay perlu diperiksa terlebih dahulu. Bagian yang akan diukur melalui tes essay hendaknya hanya bagianbagian yang kurang cocok jika diukur dengan tes obyekif. b. Item-item tes essay hendaknya dibuat dengan jelas sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan siswa. Pentingnya pemahaman tentang tes sebagai salah satu teknik pengumpulan data digambarkan dalam contoh pengambilan data dengan Skala Inteligensi Stanford- Binet sebagaimana dipaparkan (Arikunto, 1998), kasus di mana ada enam orang wanita dan enam orang pria melaksanakan tes Stanford Binet terhadap sampel anakanak usia 4 tahun. Hasil tes menunjukkan anak-anak yang dites oleh wanita mencapai IQ yang lebih tinggi (89,61) dibandingkan dengan anak-anak yang dites oleh pria (83,16), suatu perbedaan yang cukup signifikan. Contoh tersebut mengilustrasikan kepada kita bahwa hasil pengetesan tidak secara murni dapat menggambarkan IQ, akan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh tester. Karena itu dalam pelaksanaan tes seperti itu menurut Arikunto (1998), perlu diadakan latihan bagi tester agar dapat mengurangi pengaruh yang tidak diinginkan yang dapat merugikan orang-orang yang mengikuti tes tersebut. Untuk meningkatkan obyektivitas hasil tes ada beberapa hal yang perlu dilakukan: a. Memberi kesempatan berlatih kepada tester (orang yang melaksanakan tes). b. Menggunakan tester lebih dari satu orang, kemudian hasilnya dibandingkan. c. Melengkapi instrumen tes dengan manual atau pedoman pelaksanaan selengkap dan sejelas mungkin. d. Menciptakan situasi tes sedemikian rupa sehingga membantu tester (orang yang mengerjakan tes) tidak mudah terganggu oleh lingkungan. e. Memilih situasi tes sebaik-baiknya, misalnya bukan malam Minggu, bukan dalam keadaan udara yang sangat panas, bukan sehabis liburan panjang, menjelang ujian, dan sebagainya. f. Perlu menciptakan kerjasama yang baik dan rasa saling percaya antara tester yang satu dengan tester lainnya. g. Menentukan waktu untuk mengerjakan tes secara tepat, baik ketepatan pelaksanaan maupun lamanya. h. Memperoleh izin dari atasan jika tes tersebut dilaksanakan di sekolah atau di kantor-kantor Unit 8

13 Latihan Untuk mendalami materi yang telah dibahas dalam subunit ini, kerjakan beberapa latihan berikut. Jika ada hal-hal yang Anda rasa belum jelas disarankan agar Anda mencermati kembali pada subunit ini atau berdiskusi dengan rekan-rekan Anda! 1. Anda dapat menggunakan teknik tes untuk memperoleh data atau informasi tentang siswa Anda. Data atau informasi berkaitan dengan apa saja yang dapat Anda kaji melalui teknik tes? 2. Situasi seperti apa yang harus Anda persiapkan agar dapat mendukung pelaksanaan tes? 3. Coba Anda kaji kelebihan dan kelemahan tes obyektif dan essay berdasarkan pengalaman Anda menerapkannya! Petunjuk jawaban latihan 1. Coba Anda kaji kembali jenis-jenis data yang dibahas pada awal subunit ini dan hubungkan dengan pengalaman Anda sehari-hari dalam melaksanakan tes. 2. Cermati kembali faktor-fakor yang dapat mendukung atau mengganggu kegiatan pembelajaran atau kegiatan tes yang dilaksanakan. 3. Kaji secara cermat dari beberapa dimensi, misalnya dari dimensi guru, dimensi siswa, dimensi waktu, fasilitas, iklim belajar atau iklim tes, dan seterusnya. Penelitian Pendidikan SD 8-13

14 Rangkuman Di dalam kegiatan penelitian, pemahaman data merupakan bagian yang penting karena akan mengarahkan seorang peneliti untuk memilih instrumen yang cocok dengan data yang diinginkannya tersebut. Menurut jenisnya data dalam penelitian dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu data nominal, data ordinal, data interval, dan data ratio. Untuk memperoleh data di dalam penelitian, peneliti dapat menggunakan teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan melakukan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai atau prestasi tertentu. Secara umum terdapat beberapa bentuk tes, yaitu; (a) tes intelegensi, (b) tes sikap, (c) tes hasil belajar, (d) tes diagnostik, dan (e) performance assessment atau penilaian kinerja. Bentuk tes yang paling sering dipergunakan guru untuk mengetahui perubahan atau kemajuan belajar siswa adalah tes hasil belajar. Selain itu tes juga dapat ditinjau dari segi penyusunannya, bentuk jawaban atau bentuk respon siswa, atau dilihat dari bentuk pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pemahaman guru tentang berbagai bentuk tes sebagai alat pengumpulan data akan memudahkan guru untuk melakukan pengumpulan data dalam pelaksanaan PTK 8-14 Unit 8

15 TES FORMATIF 1 Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman Anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1. Pilihlah alternatif jawaban A, B, C atau D dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap paling benar! 1. Pemahaman terhadap data di dalam penelitian memiliki arti yang sangat penting yaitu untuk... A. memudahkan untuk merancang persiapan penelitian. B. memudahkan mengurus berbagai persyaratan penelitian. C. mengarahkan peneliti untuk memilih instrumen yang cocok. D. memungkinkan peneliti melaksanakan kerjasama dalam penelitian. 2. Yang dimaksud dengan data nominal adalah... A. data yang terpilah menjadi dua kategori. B. data yang menunjukkan urutan dalam kedudukan. C. data yang menunjukkan adanya jarak. D. data yang menunjukkan peringkat. 3. Peringkat kejuaraan, jenjang pendidikan, urutan angka, merupakan contoh dari jenis data A. ordinal. B. interval. C. nominal. D. ratio. 4. Pernyataan yang kurang benar berkaitan dengan pengertian tes sebagai teknik pengumpulan data berikut ini adalah A. tes selalu mencakup seluruh materi yang telah diajarkan. B. tes dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan atau perintah. C. tes diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak. D. hasil tes yang dilakukan atau dikerjakan anak dinilai. 5. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar atau prestasi belajar siswa, guru dapat melakukan tes hasil belajar. Berikut ini adalah tujuan tes prestasi belajar bagi guru, kecuali A. menilai kemampuan belajar siswa. B. mengecek kemajuan belajar siswa. C. memahami kesulitan-kesulitan belajar siswa. D. mendorong tumbuhnya kerjasama antar siswa. Penelitian Pendidikan SD 8-15

16 6. Suatu tes telah dilakukan beberapa kali uji coba dan revisi sehingga lebih dijamin validitas dan reliabilitasnya disebut A. tes buatan guru. B. tes diagnostik. C. tes standar. D. tes hasil belajar. 7. Adakalanya suatu tes diberikan kepada siswa, dimana mereka memilih di antara salah satu jawaban yang benar atau paling benar. Bentuk tes seperti itu disebut A. maching test. B. multiple choice. C. true-false. D. completion. 8. Untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa menuangkan pikiran dan mengembangkan nalar berkenaan dengan materi pelajaran, seringkali guru memberikan tes essay. Tes essay tepat diberikan bilamana A. jumlah peserta tes tidak terlalu banyak. B. waktu untuk siswa mengerjakan sangat singkat. C. cakupan materi yang diberikan dalam tes sangat luas. D. waktu guru untuk mengoreksi sangat singkat. 9. Jika tes obyektif disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang benar akan ditemui beberapa kelebihan. Berikut ini adalah kelebihan tes obyektif, kecuali A. memungkinkan siswa menjawab sejumlah besar pertanyaan. B. dapat mencakup lebih luas bahan pelajaran yang disampaikan. C. siswa dapat menjawab dengan mudah. D. reliabilitas skor yang diberikan dapat lebih terjamin. 10. Melengkapi instrumen tes dengan pedoman pelaksanaan yang jelas, menciptakan situasi tes sedemikian rupa dan menggunakan tester lebih dari satu orang, adalah bagian dari upaya yang diarahkan untuk A. mempermudah guru di dalam penyusunan tes. B. meningkatkan obyektivitas tes yang dikembangkan. C. membantu siswa agar lebih mudah mengerjakan tes. D. memudahkan guru dalam memaknai hasil-hasil tes Unit 8

17 Umpan balik dan tindak lanjut Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian pergunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda tentang bahan ajar dalam subunit ini. Rumus Perhitungan: Jumlah jawaban yang benar Tingkat Penguasaan Anda = X Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut: Skor , berarti sangat baik Skor 80 89, berarti baik Skor 70 79, berarti cukup baik Skor 0 69, berarti kurang Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang bahan ajar dalam subunit ini Baik atau bahkan Sangat Baik, maka Anda dapat melanjutkan ke subunit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan Anda masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk mempelajari kembali subunit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih keliru menjawabnya. Penelitian Pendidikan SD 8-17

18 Subunit 2 Penggunaan Teknik-teknik Non Tes untuk Pengumpulan Data PTK P embahasan tentang teknik non tes untuk pengumpulan data difokuskan pada penggunaan teknik observasi dan wawancara, karena di dalam PTK kedua teknik tersebut lebih sering dipergunakan. Fokus pembahasan pada kedua teknik tersebut sama sekali tidak mengabaikan arti teknik-teknik yang lain. Peneliti atau guru dapat mengkaji dan mendalami penggunaan teknik-teknik lain melalui berbagai sumber yang relevan. Sebagaimana telah dijelaskan pada awal unit ini bahwa pengumpulan data dalam penelitian dapat dilakukan melalui teknik tes dan non tes. Uraian yang dipaparkan dalam subunit ini sebenarnya merupakan satu kesatuan dengan materi yang diuraikan dalam unit sebelumnya Pengkajian yang cermat terhadap teknik non tes dalam pengumpulan data dengan penekanan pada observasi atau wawancara akan mengarahkan Anda pada pemahaman yang mantap tentang persiapan guru di dalam melaksanakan rangkaian PTK. Pemahaman ini akan memandu Anda untuk mampu melaksanakan PTK, yang akan dilengkapi pada pembahasan unit-unit berikutnya. Setelah menyelesaikan subunit ini diharapkan Anda dapat menjelaskan penggunaan teknik non tes untuk pengumpulan data dengan penekanan pada penggunaan teknik observasi dan wawancara. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajilah materi berikut dengan cermat, serta kerjakan latihan secara disiplin. Sebagaimana unit-unit sebelumnya, dalam bagian ini Anda juga dituntut untuk menggali pengalaman praktis Anda. Sekali lagi kaji dengan seksama materi pada bagian ini, karena kemampuan Anda memahami teknik pengumpulan data khususnya melalui observasi dan wawancara akan mengarahkan Anda pada pemahaman yang mantap tentang pelaksanaan pengumpulan data di dalam PTK. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir subunit ini. A. Pengamatan atau Observasi Dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya sudah ditekankan bahwa pelaksanaan tindakan di dalam PTK secara bersamaan juga dilakukan observasi dan 8-18 Unit 8

19 interpretasi, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan tindakan dan observasi/interpretasi berlangsung secara simultan. Artinya, data yang diamati tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Misalnya, jika seorang siswa berhasil mengerjakan sesuatu dengan baik, kemudian guru memberi pujian kepada siswa tersebut, yang direkam bukan hanya jenis pujian yang diberikan tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Dampak ini dapat diinterpretasikan dari sikap dan partisipasi siswa dalam pembelajaran setelah mendapat pujian. Dengan cara ini, guru sebagai aktor utama dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga komitmennya sebagai pengajar tidak terganggu oleh metode penelitian yang sedang diterapkan. Misalnya, jika ternyata pujian yang diberikan membuat siswa menjadi bahan ejekan, guru akan mengubah cara memberi penguatan. Namun, perlu dicatat, tidak semua data memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman faktual tanpa memerlukan interpretasi, sehingga pengamat cukup hanya merekam apa yang dilihat tanpa perlu memberi makna kepada hasil rekaman. Misalnya, sebagaimana yang dirujuk oleh Joni (1998), pengamatan ala Flanders yang hanya merekam data dalam tiga kategori yaitu: pembicaraan guru, pembicaraan siswa, dan sepi (tanpa pembicaraan), tidak memerlukan interpretasi pada saat rekaman dilakukan. Inilah yang dinamakan lowinference observation, sedangkan pengamatan yang mempersyaratkan interpretasi atau penafsiran ketika merekam data disebut sebagai high-inference observation. Pelaksanaan observasi sebagai alat pengumpulan data memerlukan persiapan. Salah satu komponen yang perlu diperhatikan didalam persiapan pelaksanaan observasi adalah cara perekaman data. Artinya, apa yang harus direkam dan bagaimana merekamnya melalui observasi tersebut harus ditentukan secara jelas. Misalnya pada PTK yang dilaksanakan guru, data yang dikumpulkan adalah berkenaan dengan partisipasi siswa di dalam kegiatan diskusi kelompok, maka terlebih dahulu guru menentukan cara merekam data, apakah akan menggunakan format observasi atau menggunakan catatan lapangan. Sesuai dengan hakekat PTK dan mengacu kepada peran guru sebagai aktor utama dalam PTK, idealnya observasi tersebut dilakukan oleh guru sendiri. Namun, jika observasi atau perekaman data tersebut terlalu menyita waktu guru dan mengakibatkan konsentrasi guru dalam mengajar terganggu, maka guru dapat menggunakan bantuan alat perekam atau meminta teman sejawat untuk membantu mengumpulkan data melalui observasi. Agar teknik observasi ini dapat Anda pahami dengan baik serta dapat Anda pergunakan sesuai dengan prosedur yang benar, berikut ini mari kita bahas bersama beberapa aspek yang berkaitan dengan observasi, mulai dari prinsip dan jenisjenisnya, tujuannya, serta prosedur pelaksanaannya. Penelitian Pendidikan SD 8-19

20 1. Prinsip dan Jenis Observasi Secara sederhana, observasi dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dan baku untuk memperoleh data (Kerlinger, 1993). Dalam pembahasan Cartwright and Cartwright (1998: 3), observasi merupakan proses pengamatan secara sistematis dengan melakukan perekaman terhadap perilaku tertentu untuk tujuan pembuatan keputusan-keputusan pengajaran. Terkait dengan proses pembelajaran dan pelaksanaan observasi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru: 1. Guru harus memutuskan apa yang akan diajarkan serta apa yang harus siswa lakukan didalam pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Guru harus memutuskan bagaimana konsekuensi tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran. 3. Guru harus memutuskan bagaimana prosedur atau metode melaksanakan pembelajaran. 4. Guru perlu memutuskan bahan yang dipergunakan dan bagaimana menyajikannya kepada siswa. 5. Guru harus menentukan bagaimana menata atau mengontrol situasi pembelajaran di kelas. 6. Guru harus memutuskan cara mengorganisasikan waktu yang tersedia di dalam kegiatan pembelajaran. 7. Guru harus memutuskan cara mengelompokkan siswa di dalam proses pembelajaran. 8. Guru harus memutuskan cara menciptakan lingkungan kelas dengan baik. 9. Guru harus menentukan kapan dan bilamana diperlukan resourcher person untuk mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran. Observasi yang baik mempunyai prinsip dasar atau karakteristik yang harus diperhatikan, baik oleh pengamat maupun yang diamati. Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, yang secara singkat dapat dideskripsikan seperti berikut ini. a. Perencanaan Bersama Meskipun di dalam PTK sagat disarankan agar guru dapat melakukan sendiri pengumpulan data, namun tidak tertutup kemungkinan guru tersebut membutuhkan bantuan orang lain bilamana hal itu memang benar-benar diperlukan. Perencanaan bersama adalah upaya membangun kesepakatan bersama antara guru yang melaksanakan tindakan dengan pengamat yang membantu proses pengamatan selama kegiatan pembelajaran dilakukan. Perencanaan bersama ini dilakukan terutama jika guru yang melaksanakan PTK 8-20 Unit 8

21 membutuhkan bantuan orang lain, misalnya rekan-rekan sejawat yang akan membantu mengamati proses pembelajaran yang dilakukannya. Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun rasa saling percaya dan menyepakati beberapa hal seperti fokus yang akan diamati, pelajaran yang akan berlangsung, serta aturan lain seperti berapa lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap pengamat kepada siswa, dan dimana pengamat akan duduk. b. Fokus Fokus pengamatan merupakan aspek-aspek pokok yang menjadi sasaran utama pengamatan. Fokus pengamatan mungkin sangat luas atau umum, tetapi dapat pula sangat khusus atau spesifik. Fokus yang luas membutuhkan pertimbangan dan penafsiran yang lebih mendalam serta subyektivitas akan sulit dihindari. Di dalam menentukan aspek yang diamati, hal yang harus diingat peneliti adalah, semakin banyak objek yang diamati, akan semakin sulit, dan hasilnya akan semakin tidak teliti (Arikunto, 1998: 135). Karenanya diupayakan agar fokus tidak terlalu luas, karena fokus yang terlalu luas disamping sulit diamati, juga kurang bermanfaat bagi guru yang diamati. Sebaliknya, fokus yang sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat sebagai data dan informasi bagi guru yang melaksanakan PTK. c. Membangun Kriteria Kriteria observasi adalah patokan yang ditetapkan untuk melihat tingkat keberhasilan observasi. Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya. Dengan kriteria seperti ini, pengamat dapat merekam data yang relevan secara cermat sesuai dengan aspek-aspek yang dikaji. Karena itu kesepakatan bersama tentang kriteria yang menjadi patokan ini merupakan bagian penting untuk mendukung terkumpulnya data yang diinginkan bersama antara pengamat dan guru yang melaksanakan PTK. d. Keterampilan Observasi Seorang pengamat yang baik memiliki tiga keterampilan, yaitu: (1) dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam menginterpretasikan suatu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang dapat mengganggu iklim kelas, dan (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat / instrumen perekam yang efektif untuk episode Penelitian Pendidikan SD 8-21

22 tertentu. Cartwright dan Cartwright (1998: 46) mengemukakan beberapa pertanyaan yang mengarahkan pada jenis keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan observasi yang dilakukan, yaitu: a. Siapa yang merancang observasi. b. Siapa atau apa yang akan diamati. Pertanyaan ini berkenaan dengan pemahaman terhadap sasaran observasi, misalnya perilaku siswa, perilaku guru dalam mengajar, cara-cara menggunakan alat bantu pembelajaran, dan seterusnya. c. Dimana observasi dilakukan. Hal ini berkaitan dengan keharusan untuk memahami kondisi atau lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan yang ingin diobservasi. d. Kapan waktu pelaksanaan observasi. Hal ini mengingatkan akan pentingnya kesesuaian waktu pelaksanaan dengan waktu pengamatan serta pemahaman tentang tahap-tahap kegiatan yang akan diamati. e. Bagaimana data dari kegiatan observasi itu akan direkam. Pertanyaan ini berkenaan dengan keharusan pengamat untuk terampil memilih dan menggunakan cara pengumpulan atau perekaman data. e. Balikan (Feedback) Observasi yang dilakukan langsung oleh guru sendiri yang melaksanakan PTK, mungkin balikan ini dapat segera dilakukan guru setelah melaksanakan tindakan atau proses pembelajaran. Sedangkan untuk kegiatan observasi yang dilakukan oleh pengamat, bukan langsung oleh guru sendiri yang melaksanakan PTK, balikan hasil observasi dapat dimanfaatkan jika ada balikan yang tepat yang disajikan dengan memperhatikan secara cermat setiap langkah yang dilakukan. Perlu juga dipahami, bahwa observasi dilihat dari pelaksanaannya dapat dipahami dalam beberapa bentuk. Wardani (2004) mengemukakan beberapa bentuk observasi sebagai berikut. 1. Observasi Terbuka Ciri yang dapat dilihat dari bentuk observasi terbuka adalah dimana pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan teknik - teknik tertentu untuk merekam fenomena-fenomena yang diselidiki. Jika ada seseorang yang melakukan pengamatan terhadap aktivitas Anda ketika mengajar di kelas, Anda dapat perhatikan. apakah pengamat tersebut menggunakan lembar observasi atau tidak dalam proses pencatatan yang dilakukannya. Jika tidak, maka pengamatan yang dilakukan terhadap Anda 8-22 Unit 8

23 dapat dikategorikan sebagai observasi terbuka. Pengamat mengamati aktivitas dan kelas Anda kemudian membuat catatan pada kertas kosong tentang jalan pelajaran yang berlangsung. 2. Observasi Terfokus Berbeda halnya dengan observasi terbuka, observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya, mengamati kemampuan siswa bekerjasama dalam kegiatan diskusi, kemampuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemampuan melakukan gerakan-gerakan tertentu dalam latihan tari. Fokus yang telah ditetapkan dalam kegiatan observasi menjadi petunjuk atau memberikan arah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. 3. Observasi Terstruktur Berbeda dengan observasi terbuka hanya menggunakan kertas kosong sebagai alat perekam data, observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (v) pada tempat yang disediakan. Misalnya, yang direkam adalah frekuensi penguatan yang diberikan, atau jumlah pertanyaan yang diajukan, atau jumlah siswa yang menjawab secara sukarela, atau jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan. Pengamat hanya tinggal memberi tanda (v) setiap kali peristiwa itu muncul. 4. Observasi Sistematik Observasi sistematik lebih rinci dari observasi terstruktur dalam kategori data yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal. Contoh lain yang sudah dikenal amat luas adalah kategori pengamatan dari Flanders yang membagi data pengamatan menjadi tiga kategori, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan siswa, dan sepi atau senyap. Jenis observasi juga dapat dilihat dari intensitas peran observer didalam pelaksanaan observasi. McMillan & Schumecher (2000: 41), mengemukakan ketika guru melakukan pengumpulan data dan mendokumentasikan temuan-temuan penelitiannya secara sungguh-sungguh, kemudian ia menjelaskan dan menyimpulkan maka ia telah melakukan observasi partisipan. Masing-masing jenis observasi tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan. Anda dapat mengkajinya secara cermat. Kerlinger (1986) mengingatkan bahwa Penelitian Pendidikan SD 8-23

24 masalah pokok dalam pengamatan perilaku adalah si pengamat sendiri karena ia merupakan bagian dari instrumen pengukur. Dalam pengamatan perilaku, pengamat merupakan kekuatan penentu akan tetapi juga merupakan kelemahan penentu. Karena itu pengamat harus dapat mencerna informasi yang didapatkan dari observasi kemudian membuat inferensi mengenai konstruk-konstruk. Coba Anda diskusikan kembali bentuk-bentuk observasi di atas, kemudian kaji dari sudut kemampuan Anda dan kondisi sekolah tempat Anda mengajar untuk menemukan jenis observasi mana saja yang mungkin Anda pergunakan. 2. Tujuan / Sasaran Observasi Milss (2000), menjelaskan bahwa observasi bertujuan mengamati aktivitas siswa, aspek-aspek fisik dari suatu situasi tertentu sebagai sumber informasi yang dapat memperkaya informasi-informasi yang lain. Observasi juga bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam penelitian formal, observasi bertujuan mengumpulkan data yang valid dan variabel (sahih dan handal). Data ini kemudian akan diolah untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Dalam PTK, observasi terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata kembali langkah-langkah perbaikan. 3. Prosedur Observasi Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah observasi terdiri dari tiga tahap, yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi, dan diskusi balikan. Ketiga tahap ini sering disebut sebagai siklus pengamatan, yang populer dipakai dalam supervisi klinis, baik dalam pembimbing calon guru maupun dalam memberikan bantuan profesional bagi guru yang sudah bertugas. Siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut. Mari kita kaji langkah-langkah tersebut satu persatu. a. Pertemuan Pendahuluan Pertemuan pendahuluan yang sering disebut sebagai pertemuan perencanaan dilakukan sebelum observasi berlangsung. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menyepakati berbagai hal yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diamati dan observasi yang akan dilakukan, sebagaimana yang telah Anda kaji pada prinsip pertama observasi. Langkah-langkah dan konteks pembelajaran, fokus observasi, kriteria observasi, lama pengamatan, cara pengamatan, dan sebagainya 8-24 Unit 8

25 dapat disepakati pada pertemuan pendahuluan ini. Fokus observasi misalnya siswa yang memberi respon secara sukarela, siswa yang mendapat penguatan, atau jenis pertanyaan yang diajukan oleh guru, sedangkan contoh kriteria observasi adalah: peningkatan sumber belajar yang dipakai siswa, peningkatan jumlah pertanyaan yang diajukan siswa, peningkatan rasa puas pada diri siswa, dan peningkatan jumlah siswa yang menjawab dengan benar. b. Pelaksanaan Observasi Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan pendahuluan, observasi dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan, yang tentu saja terfokus pada prilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Pengamat merekam/menginterpretasikan data sesuai dengan kesepakatan dan berusaha menciptakan suasana yang mendukung berlangsungnya proses perbaikan. c. Diskusi Balikan Sesuai dengan prinsip pemberian balikan, pertemuan balikan dilakukan segera setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir. Makin cepat pertemuan ini dilakukan makin baik, dan sebaiknya diusahakan agar pertemuan ini tidak ditunda lebih dari 24 jam. Dalam pertemuan ini, guru dan pengamat berbagi informasi yang dikumpulkan selama pengamatan, mendiskusikan/ menginterpretasikan informasi tersebut, serta mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang siklus observasi tersebut, cobalah Anda simak contoh berikut ini. Anda akan dapat membayangkan situasi observasi dan hubungan antara guru dan pengamat. Agar ketiga tahap observasi ini dapat berlangsung secara efektif, Anda perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut, yang berkali-kali ditekankan oleh Hopkins (1993), Pertama, hubungan antara guru dan pengamat haruslah didasari saling percaya, sehingga pengamatan dapat berlangsung dalam iklim yang menyenangkan dan saling membantu. Kedua, fokus kegiatan pengamatan haruslah pada usaha perbaikan pembelajaran dan mendorong keberhasilan strategi yang diterapkan, bukan pada kegagalan atau kritik terhadap kepribadian/perilaku guru yang dianggap tidak sesuai. Ketiga, proses didasarkan pada pengumpulan dan pemanfaatan data observasi, bukan pada keputusan atau pertimbangan yang tidak terkait dengan sasaran observasi. Keempat, guru hendaknya didorong untuk menarik kesimpulan tentang pembelajaran yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan dan jika perlu membuat hipotesis yang dapat diuji pada pembelajaran yang akan datang. Keempat, setiap tahap dari tiga tahap ini merupakan proses yang berlanjut dan Penelitian Pendidikan SD 8-25

26 yang satu selalu bertumpu pada yang lain. Terakhir, guru dan pengamat bersamasama terlibat dalam proses pertumbuhan profesional yang saling menguntungkan. Kemampuan mengajar dan keterampilan mengobservasi akan meningkat dengan melaksanakan ketiga tahap observasi secara benar. B. Wawancara Untuk memperoleh data yang diperlukan atau data pendukung PTK, selain menggunakan observasi guru juga dapat melakukan wawancara, baik kepada siswa, rekan-rekan guru, staf sekolah lain atau mungkin kepada orang tua siswa. Secara sederhana, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 1991). Wawancara mungkin merupakan alat yang paling purba dan paling sering digunakan manusia untuk memperoleh informasi (Kerlinger, 1993). Wawancara memiliki sifat-sifat penting yang tidak dipunyai oleh tes-tes pada skala obyektif dan pengamatan behavioral. Apabila digunakan dengan menggunakan rencana yang tersusun baik, maka wawancara dapat menghasilkan banyak informasi yang bersifat fleksibel dan dapat diadaptasi untuk situasi-situasi individual, serta seringkali dipergunakan bilamana tidak ada metode lain yang dimungkinkan atau memadai. Wawancara dapat dipergunakan untuk tiga maksud utama. Pertama, wawancara dapat dipergunakan sebagai alat eksplorasi untuk identifikasi varibel dan relasi, mengajukan hipotesis, dan memandu tahap-tahap lain di dalam penelitian. Kedua, wawancara dapat menjadi instrumen utama penelitian. Dalam hal ini pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk mengukur aspek-aspek yang diteliti dimasukkan ke dalam panduan wawancara dalam keadaan ini, pertanyaan-pertanyaan harus dipandang sebagai butir-butir (item soal) dalam suatu instrumen penelitian, bukan sekedar sebagai sarana menghimpun informasi belaka. Ketiga, wawancara itu dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain. Dalam keadaan ini wawancara dapat berfungsi untuk menggali lebih mendalam motivasi responden serta alasan-alasan responden memberikan jawaban dengan cara-cara tertentu. Di dalam penelitian kualitatif, wawancara (interview) oleh banyak kepustakaan dikemukakan di dalam berbagai terminologi, misalnya disebut intensive interviewing, indepth interviewing, ataupun instructured interviewing, yang berarti suatu percakapan yang terarah dengan tujuan mengumpulkan atau memperkaya informasi atau bahan-bahan (data) yang mendetil (kaya atau padat), yang hasil akhirnya untuk digunakan untuk analisis kualitatif (Mantja, 1993; McMillan & Schumacher, 2001). Perbedaan dengan wawancara terstruktur yang bertujuan untuk memperoleh pilihan di antara berbagai alternatif jawaban terhadap pertanyaan yang ditampilkan dari sebuah topik atau situasi, adalah bahwa wawancara mendalam, 8-26 Unit 8

BAB III METODE PENELITIAN. sebagaimana pada awal perkembangannya. Hasan (2008 : 207)

BAB III METODE PENELITIAN. sebagaimana pada awal perkembangannya. Hasan (2008 : 207) 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif sebagaimana pada awal perkembangannya. Hasan (2008 : 207) mengemukakan bahwa model Stake

Lebih terperinci

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta didik menjadi subjek

BAB III METODE PENELITIAN. yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta didik menjadi subjek BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Penelitian Tindakan Kelas Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta

Lebih terperinci

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN)

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN) PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN) 3. Pembuatan Alat Evaluasi Ditinjau dari pembuatnya, alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu alat evaluasi buatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di TK Mojorejo 3 Karangmalang pada kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang beralamatkan

Lebih terperinci

KUIS PERSIAPAN MENGHADAPI UPM

KUIS PERSIAPAN MENGHADAPI UPM KUIS PERSIAPAN MENGHADAPI UPM Evaluasi Proses Hasil Belajar Biologi Perhatian : Anda hanya menjawab di lembar jawaban yang Anda buat dengan pilihan a, b, c atau d saja, tidak usah di tulis/di ketik lagi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting

Lebih terperinci

KONSTRUKSI TES SEBAGAI ALAT UKUR HASIL BELAJAR DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Mohammad Harijanto

KONSTRUKSI TES SEBAGAI ALAT UKUR HASIL BELAJAR DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Mohammad Harijanto KONSTRUKSI TES SEBAGAI ALAT UKUR HASIL BELAJAR DI SEKOLAH DASAR Oleh: Mohammad Harijanto Abstrak : Tes merupakan salah satu jenis alat ukur hasil belajar yang paling banyak digunakan di Sekolah Dasar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari kata Yunani methodos yang merupakan sambungan kata depan meta (secara harfiah berarti menuju, melalui, mengikuti sesudah) dan kata benda

Lebih terperinci

INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN

INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN A. Pengertian Indikator Penelitian 1. Menurut KBBI, indikator adalah sesuatu yang dapat menjadi petunjuk atau keterangan. 2. Indikator sebagai alat atau petunjuk untuk

Lebih terperinci

LISAN TULISAN OBSERVASI SKALA PENILAIAN SOSIOMETRI STUDI KASUS CHECKLIST

LISAN TULISAN OBSERVASI SKALA PENILAIAN SOSIOMETRI STUDI KASUS CHECKLIST BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN TES URAIAN DAN TES OBJEKTIF LISAN INDIVIDUAL KELOMPOK ESAI BERSTRUKTUR BEBAS TULISAN TERBATAS ALAT PENILAIAN TES OBSERVASI OBJEKTIF B-S MENJDHKAN MELENGKAPI NON TES KUESIONER/WAWANCARA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN.

BAB III METODE PENELITIAN. 2 BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilakukan di kelas V SD N 2 Kembaran Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Menurut (Yusnandar, E & Nur aeni, 2014, hlm. 7) Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah sebagai

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK TES fungsinya

BENTUK-BENTUK TES fungsinya Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan kemajuan belajar siswa maka tes terdiri atas: 1) tes seleksi (ujian saringan) 2) tes awal (pre-test) 3) tes akhir (post-test) 4)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam buku Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah kegiatan untuk memperbaiki praktik pembelajaran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS TES PILIHAN GANDA

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS TES PILIHAN GANDA UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS TES PILIHAN GANDA EVA - 5 I. PENGANTAR Tes pilihan ganda merupakan jenis tes yang paling populer, karena banyak digunakan di sekolah dan sangat sering digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi tersebut sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang merupakan salah satu model dalam penyusunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini memnungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Sebagaimana dikemukakan oleh Depdiknas (2001) bahwa PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah menulis puisi yang dilaksanakan di kelas VIII-D SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 28 orang, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Miri, dengan subyek penerima tindakan kelas adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan metode PTK dikarenakan guru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dalam Bahasa Inggris diartikan sebagai

Lebih terperinci

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan Unit 4 Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak Isniatun Munawaroh Pendahuluan Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sudah umum digunakan bagi para guru tak terkecuali di tingkat Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Classroom Action Research

Lebih terperinci

TIPS MEMBUAT SOAL YANG BAIK

TIPS MEMBUAT SOAL YANG BAIK TIPS MEMBUAT SOAL YANG BAIK A. PENDAHULUAN Sebagai guru, kita dihadapkan pada persoalan bagaimana kita mengajar, bagaimana kita menguji dan bagaimana kita mengevaluasi/menilai kemampuan siswa. Namun ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara bagaimana memperoleh data yang menekankan pada strategi, proses dan pendekatan dalam memilih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/ 2014. Subjek yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Azhar 29 Semarang. SMP Islam Al-Azhar 29 Semarang beralamat di Jl. RM. Hadisobeno Sosrowardoyo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Tinjauan Tentang Kualitas Berbicara tentang pengertian atau definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Secara harfiah, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan dari masing-masing variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jrakahpayung 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menyajikan dan mendeskripsikan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penulis dalam penelitian ini mengambil lokasi di salah satu sekolah Menengah Kejuruan Negeri di kabupaten Bandung tepatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Kedungwinangun. Lokasi sekolah dasar tersebut terletak di Desa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode

Lebih terperinci

commit to user 32 BAB III METODE PENELITAN

commit to user 32 BAB III METODE PENELITAN BAB III METODE PENELITAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan sebagai penelitian oleh peneliti adalah kelas IX A SMP Muhammadiyah Program Khusus Surakarta pada tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2009), pemilihan pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jl. Gardujati No. 20 Bandung Telp. (022) 4203861. SMA Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu kajian, refleksi diri, serta tindakan terhadap proses pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis 65 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis dengan didukung metode penelitian kualitatif. Alasan mengapa dipilihnya metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian indakan kelas ini dilaksanakan di SDN I Gegesik Kulon Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian indakan kelas ini dilaksanakan di SDN I Gegesik Kulon Kecamatan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian indakan kelas ini dilaksanakan di SDN I Gegesik Kulon Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon. Alasan penulis memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menjawab suatu permasalahan yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai suatu tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berusaha menerapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan model studi kasus. Creswell (1998, dalam Herdiansyah, 2010) menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan kualitatif-deskriptif untuk mengetahui proses berpikir siswa. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri Kauman Lor 01 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi/tempat pelaksanaan penelitian adalah SDN Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang. SDN Buahdua II dijadikan tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tes Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu perubahan dan keberhasilan peserta didik atau siswa. Untuk mengetahui bagaimana perubahan dan tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu 6 bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu 6 bulan 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu 6 bulan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut I G A K Wardani dan Kuswaya Wihardit (2009: 1.4), penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah.

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang makanan lauk pauk dan sayuran tradisional di SMA N 11 Yogyakarta, maka penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan

Lebih terperinci

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penelitian Tindakan Kelas 3.1.1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan di kelas dengan jalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lehman (dalam Ana Ratna Wulan, 2005) mengemukakan bahwa:

PENDAHULUAN. Lehman (dalam Ana Ratna Wulan, 2005) mengemukakan bahwa: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evaluasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran serta memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan. Suharsimi Arikunto (2004, hlm.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Classroom Action Research (CAR) atau sering disebut dengan penelitian tindakan kelas (PTK).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. akibat. Menurut Sumadi Suryabrata, (2003:82). Tujuan penelitian korelasi adalah

METODE PENELITIAN. akibat. Menurut Sumadi Suryabrata, (2003:82). Tujuan penelitian korelasi adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasi. Menurut Iskandar (2008:63) penelitian korelasi yaitu penelitian hubungan sebab

Lebih terperinci

PENILAIAN HASIL BELAJAR. Dr. Wuri Wuryandani,M.Pd. Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

PENILAIAN HASIL BELAJAR. Dr. Wuri Wuryandani,M.Pd. Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta PENILAIAN HASIL BELAJAR Dr. Wuri Wuryandani,M.Pd. Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Penilaian Proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil

Lebih terperinci

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode Bab III METODE A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Ebbutt (1985, dalam Hopkins,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pemilihan pendekatan dan jenis penelitian

Lebih terperinci

Pengertian dan Hubungan Antara Tes, Pengukuran, dan Evaluasi

Pengertian dan Hubungan Antara Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Pengertian dan Hubungan Antara Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Tes, Pengukuran, dan Evaluasi merupakan tiga istilah yang berbeda namun saling berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN. ( As ari Djohar )

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN. ( As ari Djohar ) PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN ( As ari Djohar ) A. Asumsi Dasar 1. Peningkatan mutu pendidikan tinggi merupakan kebutuhan utama yang selalu harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan dari masalah yang akan diteliti. Tempat penelitian yang

Lebih terperinci

EVALUASI INPUT PROCES OUTPUT OUTCOMES. Evaluasi Pengajaran PKK

EVALUASI INPUT PROCES OUTPUT OUTCOMES. Evaluasi Pengajaran PKK PENGUKURAN EVALUASI PENILAIAN INPUT PROCES OUTPUT OUTCOMES 1 ALAT-ALAT EVALUASI 1. TEKNIK NON TES RATING SCALE (SKALA BERTINGKAT) QUESTIONAIR (KUESIONER) CHECK LIST (DAFTAR COCOK) INTERVIEW (WAWANCARA)

Lebih terperinci

MENYUSUN SOAL TES OBJEKTIF: BENTUK PILIHAN GANDA (CONSTRUCTING OBJECTIVE TEST ITEMS: MULTIPLE-CHOICE FORM)

MENYUSUN SOAL TES OBJEKTIF: BENTUK PILIHAN GANDA (CONSTRUCTING OBJECTIVE TEST ITEMS: MULTIPLE-CHOICE FORM) MENYUSUN SOAL TES OBJEKTIF: BENTUK PILIHAN GANDA (CONSTRUCTING OBJECTIVE TEST ITEMS: MULTIPLE-CHOICE FORM) Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa Dosen Pembimbing: 1. Dr. Nurhayati, M.Pd. 2. Dra.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah di Kelas V SDN Randegan Wetan II yang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah di Kelas V SDN Randegan Wetan II yang 54 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kelas V SDN Randegan Wetan II yang terletak di Desa Randegan Wetan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran sehari-hari dikelas, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran sehari-hari dikelas, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Permasalahan yang muncul pada penelitian ini berasal dari kegiatan pembelajaran sehari-hari dikelas, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting tempat Penelitian Penelitian ini rencananya akan kami laksanakan di kelas V SD Negeri 3 Nglinduk Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan pada Semester 2 tahun 2011/2012.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat melakukan penelitian dengan tujuan memperoleh data yang berasal dari subjek penelitian.

Lebih terperinci

TEKNIK TES DAN NONTES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR MAKALAH. Diajukan untuk memenuhi tugas. Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran PAI

TEKNIK TES DAN NONTES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR MAKALAH. Diajukan untuk memenuhi tugas. Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran PAI TEKNIK TES DAN NONTES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran PAI Dosen Pengampu: Eka Diana, M. Pd. I Penyusun:Lailatur Rizqiyah (1530304667)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Secara sederhana dapat diartikan sebagai penelitian tindakan (Action research)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan untuk memperoleh data, informasi, keterangan dan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari Maret April Observasi Penyusunan proposal dan 2 soal-soal untuk uji validitas 3

BAB III METODE PENELITIAN. Februari Maret April Observasi Penyusunan proposal dan 2 soal-soal untuk uji validitas 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Tegalrejo yang terletak di Jalan Jumprit Km 4 Desa Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian Setting penelitian ini dilaksanakan pada di SDN 1 Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Jenengan 3 Sawit Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan khususnya di kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1 Seting Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di SD Negeri Tengaran 02 Kabupaten Semarang yang beralamatkan ditengaran.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dan sifatnya lebih mengarah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Cikampek Barat III Desa Cikampek Barat Kec. Cikampek Kab. Karawang. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

PEMBUATAN TES TERTULIS

PEMBUATAN TES TERTULIS PEMBUATAN TES TERTULIS BENTUK SOAL 1. SOAL JAWABAN SINGKAT 2. SOAL BENAR- SALAH 3. SOAL MENJODOHKAN 4. SOAL PILIHAN GANDA 5. SOAL URAIAN SOAL JAWABAN SINGKAT KARAKTERISTIK: SOAL YANG MENUNTUT PESERTA TES

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian, Populasi, dan Sampel Penelitian yang akan dilaksanakan yaitu penelitian tindakan kelas, menurut Arikunto (2010, hlm. 39) menyatakan...perlu ditekankan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan

Lebih terperinci