Kalimantan Timur. Lembuswana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kalimantan Timur. Lembuswana"

Transkripsi

1 Laporan Provinsi 433 Kalimantan Timur Lembuswana Lembuswana adalah hewan dalam mitologi rakyat Kutai yang hidup sejak zaman Kerajaan Kutai. Lembuswana menjadi lambang Kerajaan Kutai hingga Kesultanan Kutai Kartanegara. Hewan ini memiliki semboyan Tapak Leman Ganggayaksa.

2 434 Penghitungan Indeks Indonesia Profil Kalimantan Timur Ibu : Samarinda Luas Wilayah : km 2 Jumlah Penduduk : 3,55 juta Kepadatan Penduduk : 26 jiwa/km 2 PDRB/Kapita 2) : Rp 22,7 juta IPM : 73,82 Angka Pengangguran 3) : 7,38% Koefisien Gini 4) : 0, Profil Jumlah Rumah Tangga Miskin : Jumlah Penduduk Miskin : Angka : 23,0% Keparahan : 40,04% Indeks : 0,092 Karakter Perbandingan 92,6% 50,8% 74,1% 17,4% 61,8% 9,8% ,3% 44,9% 9,7% 0,0% ,0% 15,1% 41,6% 37,8% 44,6% 0,149 IKM 0,057 Keterangan Simbol RT Miskin Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin IKM Keparahan Indeks Keterangan 1) Semua perhitungan kecuali pada jumlah penduduk miskin IKM menggunakan standar rumah tangga 2) PDRB/kapita tanpa Migas 3) Data Agustus ) Data 2013

3 Laporan Provinsi 435 Peta Provinsi Kalimantan Timur 2013 MALINAU 9 NUNUKAN 23 2 TANA TIDUNG BULUNGAN KOTA TARAKAN MAHAKAM ULU 0 KUTAI BARAT PENAJAM PASER UTARA KUTAI KARTANEGARA PASER BERAU KUTAI TIMUR KOTA BONTANG KOTA SAMARINDA KOTA BALIKPAPAN Keterangan RT Miskin (%) > <20 n.a. Jumlah RT Miskin (dalam ribu) Keterangan Simbol Karakteristik Akses air bersih Sanitasi Pembantu Kelahiran Gizi Seimbang Anak Balita Partisipasi Sekolah Melek Huruf Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bahan Bakar Memasak Sumber Penerangan Kondisi Atap Lantai Dinding Kepemilikan Aset Rumah

4 436 Penghitungan Indeks Indonesia Analisis Kalimantan Timur Profil Provinsi Kalimantan Timur merupakan wilayah yang kaya akan bahan tambang dan perkebunan, terutama sawit. Namun, di beberapa daerah, masyarakatnya masih terbelit kemiskinan multidimensi. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu diantaranya adalah dengan memekarkan diri. Pada tahun 2012, lima kabupaten/kota di wilayah utara bergabung membentuk Provinsi Kalimantan Utara. Kelima daerah tersebut adalah Kabupaten Nunukan, Bulungan, Tanah Tidung, Malinau, dan Tarakan. Namun dalam pembahasan profil kemiskinan multidimensi ini, data Provinsi Kalimantan Timur masih mencakup wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Dalam hal kemiskinan multidimensi, kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Timur menunjukkan perbaikan pada kurun waktu Perbaikannya ditunjukkan secara konsisten oleh kelima parameternya. Parameter tersebut adalah jumlah rumah tangga miskin, jumlah penduduk miskin, angka kemiskinan multidimensi, keparahan kemiskinan multidimensi, dan Indeks. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah rumah tangga miskin multidimensi sebesar Dua tahun kemudian turun menjadi rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga ini menyebabkan angka kemiskinan multidimensi juga ikut turun menjadi 22,9 persen pada tahun Dua tahun sebelumnya masih tercatat sebesar 28,9 persen. Demikian pula dengan keparahan kemiskinan multidimensi semakin membaik selama tiga tahun tersebut. Ini berimbas pada kondisi Indeks yang juga cenderung membaik. Meski secara umum kemiskinan multidimensi Kaltim menurun, keparahan multidimensi di perdesaan pada tahun 2014 justru meningkat, padahal pada tahun 2013 angkanya turun. Semula tahun 2012 keparahan di perdesaan tercatat 41,2 persen. Setahun Tabel 1 Profil Kalimantan Timur Keterangan Jumlah Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Angka (%) Keparahan (%) Indeks ,6 19,8 29,0 37,3 17,8 25,2 36,0 15,1 23,0 41,2 39,7 40,6 41,1 39,4 40,4 41,6 37,8 40,0 0,180 0,079 0,118 0,153 0,070 0,102 0,149 0,057 0,092

5 Laporan Provinsi 437 kemudian kondisinya membaik menjadi 41,1 persen. Kemudian pada tahun 2014 meningkat menjadi 41,6 persen. Angka Selama periode , angka kemiskinan multidimensi di Provinsi Kaltim menunjukkan tren penurunan. Pola yang sama terjadi pula di wilayah perdesaan dan perkotaan. Sama halnya dengan tren di level nasional. Adapun pola kemiskinan moneternya sedikit berbeda. Pada awalnya relatif stabil pada tahun 2013, kemudian menurun pada tahun Grafik 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2012, angka kemiskinan multidimensi sebesar 29 persen. Setahun kemudian kondisinya membaik menjadi 25,2 persen. Pada tahun 2014 kembali membaik menjadi 23 persen. Adapun pola kemiskinan yang dihitung berdasarkan pengeluaran rumah tangga pada tahun 2013 stabil, sama dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 6,38 persen. Kemudian pada tahun 2014 kondisinya membaik menjadi 6,31 persen. Dibandingkan dengan angka kemiskinan nasional, kondisi Provinsi Kaltim masih lebih baik. Pada tahun 2014, angka kemiskinannya sebesar 23 persen, sedangkan level nasional sebesar 29,7 persen, seperti terlihat pada Grafik 2. Demikian pula kondisi di perdesaan dan perkotaan masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi perdesaan dan perkotaan nasional. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan, Provinsi Kaltim paling sejahtera. Kondisinya hanya di bawah Provinsi DKI Jakarta, DIY, Kepulauan Bangka Belitung, dan Bali. Namun, kemiskinan multidimensi menjadi masalah yang serius bagi masyarakat perdesaan. Baik di tingkat provinsi maupun nasional, angka kemiskinan perdesaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka kemiskinan di perkotaan. Setidaknya pada tahun 2014, 36 persen rumah tangga miskin di perdesaan tidak mampu mengakses kebutuhan dasar yang layak. Adapun di perkotaan hanya sekitar 15,1 persen rumah tangga miskin yang tidak mampu mengakses kebutuhan dasar. Tingkat kemiskinan multidimensi kabupaten/kota di Kalimantan Timur cukup bervariasi berkisar 11,8-55,2 persen. Daerah yang tertinggi angka kemiskinan multidimensinya adalah Kabupaten Nunukan, Tana Tidung, dan Malinau. Ketiga daerah tersebut sekarang bergabung di Provinsi Kalimantan Utara. Adapun daerah dengan angka kemiskinan terendah terdapat di perkotaan, yaitu Bontang. Keparahan Keparahan kemiskinan multidimensi menunjukkan tingkat keparahan kemiskinan Grafik 1 Perbandingan Angka dengan Angka Moneter (%) 35,0% 30,0% 25,0% 29,0% 25,2% 23,0% 20,0% 15,0% 10,0% 5,0% 0,0% 6,38% 6,38% 6,31% Tahun Angka Angka Moneter (BPS)

6 438 Penghitungan Indeks Indonesia dari tiga dimensi, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup. Secara umum, keparahan kemiskinan di Provinsi Kaltim menunjukkan tren penurunan. Namun, sedikit berbeda dengan tingkat nasional yang kondisinya stabil pada rentang waktu Jika diperdalam di tingkat perdesaan dan perkotaan, kondisi keparahan kemiskinan di perdesaan cenderung meningkat pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa masih ada persoalan yang belum tertangani di wilayah perdesaan. Grafik 3 menunjukkan bahwa kondisi keparahan multidimensi Kaltim membaik pada tahun 2013 menjadi 40,4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 40,6 persen. Setelah setahun kemudian, kondisinya membaik menjadi sebesar 40 persen rumah tangga miskin. Namun, keadaan ini berbeda dengan rumah tangga yang tinggal di perdesaan. Keparahan kemiskinan meningkat pada tahun Pada tahun 2013 kondisinya turun menjadi 41,1 persen yang setahun sebelumnya sebesar 41,2 persen. Adapun pada tahun 2014, keparahannya memburuk menjadi 40,6 persen. Dibandingkan dengan tingkat nasional, kondisi keparahan kemiskinan multidimensi Kaltim lebih baik. Persentasenya sedikit di Grafik 2 Angka (%) menurut - 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0-43,6 47,6 42,2 37,3 40,8 35,0 36,0 29,0 30,8 29,7 25,2 22,2 19,8 23,0 19,4 17,8 18,5 15, Kalimantan Timur Nasional Grafik 3 Keparahan (%) menurut - 44,0 43,0 42,0 41,0 40,0 39,0 38,0 37,0 36,0 35,0 43,4 42,7 41,1 41,6 40,6 41,2 40,4 40,0 39,739,4 37,8 42,7 42,4 41,8 41,8 40,3 40,0 39, Kalimantan Timur Nasional

7 Laporan Provinsi 439 bawah nasional. Pada tahun 2014, tingkat keparahan Kaltim sebesar 40 persen, sedangkan level nasional sebesar 41,8 persen. Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan, Provinsi Kaltim masih lebih baik kondisi masyarakatnya. Secara nasional, posisi Kaltim di bawah DIY, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan Jawa Tengah. Indeks Menurunnya angka dan keparahan kemiskinan multidimensi di Kaltim mendorong menurunnya Indeks. Pada kurun waktu , Indeks menunjukkan tren penurunan. Kondisi ini sejalan pula dengan kondisi di perdesaan, perkotaan, dan tingkat nasional. Grafik 4 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Indeks sebesar 0,118. Setahun kemudian, indeksnya turun menjadi 0,102. Selanjutnya pada tahun 2014 terus membaik menjadi 0,092. Jika dilihat dari status wilayahnya, indeks kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan. Pada tahun 2014 kondisi di perdesaan sebesar 0,149, sedangkan di perkotaan sebesar 0,057. Terbatasnya akses layanan publik menjadi salah satu penyebab tingginya kemiskinan di perdesaan. Posisi Kaltim masih paling baik di antara provinsi di Pulau Kalimantan. Jika terhadap nasional, posisinya masih lebih baik. Kondisi kesejateraan masyarakatnya hanya di bawah DKI Jakarta, DIY, Kepulauan Bangka Belitung, dan Bali. Sementara itu, di tingkat kabupaten/kota, daerah yang paling tinggi Indeks nya terdapat di Kabupaten Nunukan, Tana Tidung, dan Malinau. Sekarang, ketiga daerah ini tergabung di Provinsi Kalimantan Utara. Adapun tiga daerah yang terendah terdapat di perkotaan, yaitu Bontang, Samarinda, dan Balikpapan. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Masalah di Kalimantan Timur adalah air bersih, sumber penerangan, asupan gizi yang tidak seimbang pada anak balita, sanitasi, dan akses pada layanan pendidikan prasekolah. Persoalan air bersih menjadi persoalan utama bagi rumah tangga miskin di Kaltim. Bahkan dalam kurun waktu kondisinya cenderung meningkat. Pada tahun 2012 rumah tangga yang tidak mampu men- Grafik 4 Indeks menurut - 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,180 0,153 0,149 0,118 0,102 0,092 0,079 0,070 0,057 0,207 0,180 0,174 0,090 0,077 0,074 0,149 0,129 0, Kalimantan Timur Nasional

8 440 Penghitungan Indeks Indonesia gakses air bersih yang layak sekitar 90,3 persen rumah. Dua tahun kemudian kondisinya memburuk menjadi 92,6 persen. Bertambahnya persen rumah tangga miskin yang tidak mampu mengakses air bersih yang sehat ini dipengaruhi oleh meningkatnya rumah tangga miskin di perdesaan yang tidak mampu mengakses air bersih pada tahun Kebutuhan air bersih masyarakat perdesaan harus bersaing dengan kegiatan penambangan dan perkebunan sawit. Kondisi ini banyak dijumpai di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur. Kegiatan penambangan menyebabkan hilangnya sumber-sumber air bersih di sekitar masyarakat perdesaan. Ditambah lagi adanya ekspansi perkebunan kelapa sawit yang sangat membutuhkan air banyak. Jika ketersediaan air bersih terbatas, dampaknya akan berimbas pada kondisi sanitasi yang tidak sehat. Sanitasi yang tidak layak menjadi persoalan di rumah tangga miskin. Masyarakat miskin akhirnya memanfaatkan air kotor untuk kegiatan MCK-nya. Meski demikian, dalam kurun waktu tiga tahun kondisinya terus membaik. Pada tahun 2012 kondisinya sebesar 56,5 persen. Dua tahun kemudian tercatat sebesar 51,3 persen. Anak balita di rumah tangga miskin kebanyakan kurang mendapatkan gizi yang berimbang. Kondisinya memprihatinkan selama kurun waktu tiga tahun. Pada tahun 2012, persentase rumah tangga yang memiliki anak balita dengan gizi tidak seimbang tercatat 48,1 persen. Dua tahun kemudian bertambah 13,6 persen menjadi 61,8 persen. Provinsi Kaltim termasuk daerah sumber energi, seperti minyak bumi dan tambang batu bara, tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat miskinnya yang belum terlayani listrik dengan baik. Meskipun demikian, selama kurun waktu tiga tahun kondisinya menunjukkan perbaikan. Pada tahun 2012, rumah tangga miskin yang tidak mampu mengakses sumber penerangan yang layak tercatat 85,2 persen. Pada tahun 2014 kondisinya membaik menjadi 74,1 persen. Selain dimensi kesehatan dan kualitas hidup, salah satu indikator pendidikan juga berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari, yaitu akses pada layanan pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah ini penting karena menjadi salah satu tempat awal untuk membentuk generasi muda yang berkualitas selain lingkup keluarga. Data menunjukkan, rumah tangga miskin masih sulit mengakses pendidikan prasekolah seperti taman kanak-kanak, pendidikan anak usia dini, dan kelompok bermain. Rekomendasi Penanggulangan kemiskinan multidimensi di Provinsi Kaltim mesti menyentuh sasaran yang tepat, terutama pada persoalan-persoalan akses air bersih, sumber penerangan, dan gizi yang seimbang bagi anak balita pada keluarga miskin. Pemerintah daerah perlu memberi perhatian khusus sebab rumah tangga miskin yang tidak memiliki akses air bersih menunjukkan tren yang meningkat. Hal yang sama terjadi pada persoalan asupan gizi yang seimbang bagi anak balita, serta akses pada layanan pendidikan prasekolah. Cakupan wilayah yang luas serta kondisi geografi yang relatif sulit untuk diakses menjadikan tantangan untuk menanggulangi kemiskinan multidimensi semakin besar. Belum lagi adanya migrasi penduduk antarwilayah yang tergolong tinggi membuat penanganan persoalan-persoalan kependudukan menjadi lebih rumit. Hal ini masih terjadi sebab didorong oleh masih terkonsentrasinya kegiatan-kegiatan ekonomi, baik pertambangan maupun perkebunan di sejumlah wilayah tertentu di provinsi ini. Keunggulan Provinsi Kaltim dalam hal ukuran ekonominya seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mendorong percepatan kesejahteraan masyarakat dalam dimensi kesehatan, pendidikan, dan standar hidup. Saat ini, tidak kurang dari dua pertiga nilai kegiatan ekonomi Pulau Kalimantan, yang ditunjukkan dari produk domestik regional bruto (PDRB), merupakan hasil kontribusi dari Provinsi Kaltim. Provinsi ini sendiri masih mengandalkan kegiatan pertambangan dan penggalian yang bersifat ekstraktif. Dengan memperhatikan permasalahan utama yang dialami oleh rumah tangga miskin, upaya penanggulangan kemiskinan mul-

9 tidimensi di provinsi ini perlu diarahkan sebagai berikut: 1. Peningkatan jaringan air bersih terutama untuk konsumsi di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Nunukan, dan Samarinda. 2. Perbaikan asupan gizi pada anak balita di rumah tangga miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Balikpapan, dan Samarinda 3. Perbaikan sanitasi lingkungan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Nunukan, Kutai Timur, dan Samarinda 4. Meningkatkan akses sumber penerangan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Nunukan, dan Samarinda 5. Meningkatkan akses pendidikan prasekolah di Kabupaten Nunukan, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Balikpapan. Laporan Provinsi 441

10 442 Penghitungan Indeks Indonesia Lampiran 1 Jumlah RT Miskin Menurut Dimensi dan Indikator Indikator

11 Laporan Provinsi 443 Lampiran 2 Menurut Kabupaten/ 2012 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 6401 Pasir ,5 40,8 0, Kutai Barat ,2 40,9 0, Kutai ,2 38,6 0, Kutai Timur ,2 41,9 0, Berau ,5 40,4 0, Malinau ,9 45,1 0, Bulungan ,5 41,5 0, Nunukan ,0 44,3 0, Penajam Paser Utara ,8 39,7 0, Tana Tidung ,0 45,0 0, Balikpapan ,8 38,7 0, Samarinda ,8 37,7 0, Tarakan ,7 42,7 0, Bontang ,8 38,7 0, KALTIM Lampiran 3 Menurut Kabupaten/ 2013 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 6401 Pasir ,8 41,0 0, Kutai Barat ,9 39,7 0, Kutai ,1 39,9 0, Kutai Timur ,3 41,1 0, Berau ,6 39,1 0, Malinau ,5 41,6 0, Bulungan ,1 40,1 0, Nunukan ,5 44,3 0, Penajam Paser Utara ,9 40,9 0, Tana Tidung ,2 41,1 0, Balikpapan ,8 39,0 0, Samarinda ,2 38,6 0, Tarakan ,9 41,3 0, Bontang ,8 37,6 0, KALTIM

12 444 Penghitungan Indeks Indonesia Lampiran 4 Karakteristik ,0 0,1 0,8 9,7 10,0 9,5 9,8 8,7 8,0 17,4 16,1 14,2 44,9 45,4 43,6 44,6 51,7 50,8 49,5 45,6 54,5 48,1 51,3 51,7 56,5 61,8 63,8 74,1 83,0 85,2 92,6 91,0 90,3 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,

13 Laporan Provinsi 445 Lampiran 5 Jumlah RT Miskin Menurut Karakteristik 2012 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Pasir 26,7 14,7 25,4 4,5 11,8 2,2 4,1 10,6 25,2 18,2 1,0 7,6 Kutai Barat 17,9 13,8 16,6 3,0 7,3 2,1 0,9 7,2 17,7 14,3-1,9 Kutai 44,5 28,1 42,5 3,1 19,3 5,1 2,7 21,0 38,1 20,6 0,2 15,4 Kutai Timur 32,7 17,8 31,5 5,9 16,5 2,4 1,0 13,6 32,0 21,5-16,6 Berau 21,6 13,9 17,6 1,2 7,0 1,7 2,1 9,7 19,0 19,0-9,3 Malinau 7,1 4,6 5,0 1,9 3,0 0,8 2,0 3,5 6,5 7,0-1,7 Bulungan 14,1 7,4 13,3 2,4 5,5 0,8 1,7 4,9 12,2 13,7 0,1 5,6 Nunukan 21,0 14,7 19,1 7,9 8,9 1,2 3,6 8,6 18,8 17,3 0,2 6,7 Penajam 11,9 7,6 10,0 2,8 5,7 0,8 2,3 4,3 10,5 7,2 0,3 2,9 Paser Utara Tana Tidung 2,6 1,1 2,4 1,1 1,6 0,2 0,4 0,9 2,5 2,5 0,0 0,6 Balikpapan 14,3 4,8 12,4 1,4 9,0 1,8 2,0 6,5 11,3 3,5 0,3 10,2 Samarinda 34,5 13,4 28,5 1,7 20,5 1,4 1,8 20,2 23,8 11,7-25,4 Tarakan 20,1 10,6 18,8 1,6 12,5 1,1 0,9 11,7 11,3 18,6-11,3 Bontang 7,1 3,6 6,2 0,7 4,2 0,5 0,7 3,4 6,1 1,1 0,1 5,1 KALTIM

14 446 Penghitungan Indeks Indonesia Lampiran 6 Jumlah RT Miskin menurut Karakteristik 2013 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Pasir 17,2 11,1 16,4 2,0 9,8 1,4 2,0 7,9 16,3 9,6-4,4 Kutai Barat 16,5 12,1 15,5 1,6 7,0 1,4 1,1 7,6 16,3 10,5-1,9 Kutai 35,0 20,9 32,6 7,7 23,2 2,6 3,2 19,3 28,7 8,0-13,1 Kutai Timur 25,7 12,5 24,3 5,6 13,1 1,6 2,3 13,6 23,9 13,5 0,0 10,7 Berau 18,0 10,1 16,2 1,6 7,0 1,4 1,5 6,2 15,5 15,7-6,1 Malinau 8,7 5,4 5,8 1,2 3,3 0,9 2,1 4,5 7,8 8,7 0,0 1,4 Bulungan 13,7 7,6 12,5 2,2 5,1 1,6 2,1 4,0 11,3 13,3-3,9 Nunukan 22,7 12,9 21,6 7,8 11,7 2,0 2,7 10,1 20,0 18,0-8,4 Penajam 10,2 5,2 8,8 1,7 6,0 2,0 2,2 5,7 8,1 4,0 0,2 3,2 Paser Utara Tana Tidung 2,1 0,8 2,1 0,6 1,0 0,1 0,5 0,5 1,9 2,0-0,3 Balikpapan 24,0 6,7 19,8 4,9 17,8 1,5 0,9 15,6 16,6 3,6-18,9 Samarinda 31,8 13,1 29,2 1,5 17,7 2,8 2,9 15,4 26,2 4,9-26,7 Tarakan 17,2 8,4 16,6 0,7 9,5 1,3 0,7 9,3 9,3 15,8-9,5 Bontang 4,7 1,2 3,8 0,6 2,9 0,5 0,5 2,7 3,5 0,5 0,0 3,8 KALTIM

15 Laporan Provinsi 447 Lampiran 7 Peta Indikator Indikator KABUPATEN/KOTA Kutai Samarinda Nunukan Kutai Timur Kutai Samarinda Kutai Timur Nunukan Kutai Balikpapan Samarinda Kutai Timur Nunukan Kutai Kutai Timur Balikpapan Kutai Samarinda Kutai Timur Nunukan

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin 418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada

Lebih terperinci

Sumatera Barat. Jam Gadang

Sumatera Barat. Jam Gadang Laporan Provinsi 123 Sumatera Barat Jam Gadang Jam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di

Lebih terperinci

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan 402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini

Lebih terperinci

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,

Lebih terperinci

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto Laporan Provinsi 509 Menara Keagungan Limboto Menara ini dibangun tahun 2001 dan berlokasi di Limboto, ibu kota Kabupaten. Menara Kea gungan yang menjadi kebanggaan ma syarakat ini memiliki daya tarik

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan

Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan 494 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Sulawesi Tenggara Tugu Persatuan Tugu Persatuan dibangun di atas lahan yang dulu dipakai Musabaqoh Tilawatir Quran (MTQ) Nasional ke- 21 tahun 2006. Karena itu,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 41/11/64/Th. XV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2012 tercatat sebanyak 1.777.381

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya, pembangunan memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi. Yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pelaksanaan otonomi, maka daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah, dan kurang melibatkannya stakeholder di daerah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah, dan kurang melibatkannya stakeholder di daerah. Kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum era reformasi yaitu pada zaman orde baru, Indonesia menganut sistem pemerintahan yang sentralistik. Kondisi ini dapat dilihat dari dominannya peran pemerintah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS

GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari daratan 1.8 juta km 2 dan lautan 7.9 juta km 2. Potensi sumber daya alam Indonesia cukup besar, salah satunya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Bangka dan Pulau Belitung yang beribukotakan Pangkalpinang. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Provinsi Kepulauan Bangka belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau yang disingkat Babel adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau kecil yaitu

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU Profil Kemiskinan Kabupaten Malinau Tahun 2011-2016 No.02/06/Th.I, 20 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN MALINAU TAHUN 2011-2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2016 SEBESAR 7,15 PERSEN

Lebih terperinci

Tabel 13. Pencapaian Peserta KB Aktif Terhadap PPM Bulan Mei 2011

Tabel 13. Pencapaian Peserta KB Aktif Terhadap PPM Bulan Mei 2011 PESERTA KB AKTIF 1. Peserta KB Aktif terhadap PPM Pada bulan Mei 2011 peserta KB Aktif yang tercatat sebanyak 444.159 peserta atau 102,57% dari PPM sebesar 433.019 peserta. Pencapaian peserta KB Aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk membangun suatu wilayah diperlukan perhatian khusus pada

Lebih terperinci

TABEL 3. KKP JUMLAH DAN PERSENTASE PENCAPAIAN PB SAMPAI DENGAN BULAN MARET 2011 DAN APRIL 2011 TOTAL MARET 2011 APRIL 2011 NO KAB/KOTA % THD

TABEL 3. KKP JUMLAH DAN PERSENTASE PENCAPAIAN PB SAMPAI DENGAN BULAN MARET 2011 DAN APRIL 2011 TOTAL MARET 2011 APRIL 2011 NO KAB/KOTA % THD A. Peserta KB Baru 1. Pencapaian Peserta KB Baru Terhadap Kontrak Kinerja Provinsi () tahun 2011 yaitu jumlah peserta KB Baru sebanyak 101.629 peserta. Realisasi pencapaian peserta KB Baru yang telah dilayani

Lebih terperinci

Tabel 17. KKP DAN REALISASI MENURUT TAHAPAN PIK-REMAJA (PKBR) PER KABUPATEN/KOTA S.D BULAN AGUSTUS 2011 TAHAPAN PIK REMAJA TUMBUH TEGAK TEGAR

Tabel 17. KKP DAN REALISASI MENURUT TAHAPAN PIK-REMAJA (PKBR) PER KABUPATEN/KOTA S.D BULAN AGUSTUS 2011 TAHAPAN PIK REMAJA TUMBUH TEGAK TEGAR KEGIATAN PENYIAPAN KEHIDUPAN BERKELUARGA BAGI REMAJA Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga yang bertanggung jawab yang dilakukan melalui promosi, dan peningkatan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Tabel 1. Jumlah PPKBD dan Sub PPKBD Yang Melapor Bulan April SUB PPKBD NO KAB/KOTA Yang ada PPKBD

Tabel 1. Jumlah PPKBD dan Sub PPKBD Yang Melapor Bulan April SUB PPKBD NO KAB/KOTA Yang ada PPKBD PEMBINAAN KETAHANAN KELUARGA A. Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) 1. Jumlah kelompok Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) di Provinsi Kalimantan Timur yang melapor/dilaporkan pada bulan April 2011 sebanyak

Lebih terperinci

REALISASI INVESTASI DAN REALISASI PENERBITAN IZIN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2013

REALISASI INVESTASI DAN REALISASI PENERBITAN IZIN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2013 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BADAN PERIZINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH (BPPMD) Website : http://bppmd.kaltimprov.go.id Email : humas@bppmd.kaltimprov.go.id / humas.bppmdkaltim@gmail.com Jalan

Lebih terperinci

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR & PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 2010-1 Tan. Pangan & Perkebunan 1 4.669.131.070 2.442-27 2.889.931.158.529 5.200-3 Kehutanan - - - - - - - - 5 Pertambangan 1 500.000.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara, maka dibutuhkan pembangunan. Pada September tahun 2000, mulai dijalankannya Millennium Development

Lebih terperinci

Tabel 19. Jumlah PPKBD dan Sub PPKBD Yang Melapor Bulan Mei 2011 PPKBD. SUB PPKBD NO KAB/KOTA Yang ada

Tabel 19. Jumlah PPKBD dan Sub PPKBD Yang Melapor Bulan Mei 2011 PPKBD. SUB PPKBD NO KAB/KOTA Yang ada PEMBINAAN KETAHANAN KELUARGA A. Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) 1. Jumlah kelompok Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) di Provinsi Kalimantan Timur yang melapor/dilaporkan pada bulan Mei 2011 sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. utama pembangunan. Salah satu target dari Millenium Development Goals

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. utama pembangunan. Salah satu target dari Millenium Development Goals BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Saat ini upaya untuk menanggulangi kemiskinan telah menjadi agenda utama pembangunan. Salah satu target dari Millenium Development Goals (MDGs) adalah mengurangi proporsi

Lebih terperinci

TABEL 3. KKP JUMLAH DAN PERSENTASE PENCAPAIAN PB SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2011 DAN MEI 2011 TOTAL APRIL 2011 MEI 2011 NO KAB/KOTA % THD

TABEL 3. KKP JUMLAH DAN PERSENTASE PENCAPAIAN PB SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2011 DAN MEI 2011 TOTAL APRIL 2011 MEI 2011 NO KAB/KOTA % THD A. Peserta KB Baru 1. Pencapaian Peserta KB Baru Terhadap Kontrak Kinerja Provinsi () tahun 2011 yaitu jumlah peserta KB Baru sebanyak 101.629 peserta. Realisasi pencapaian peserta KB Baru yang telah dilayani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan menjadi permasalahan sosial yang sangat komplek, dimana kemiskinan sering menjadi isu Global maupun Nasional yang menimbulkan keprihatinan oleh banyak pihak,

Lebih terperinci

Penyerapan dan Efek-vitas Anggaran di Daerah

Penyerapan dan Efek-vitas Anggaran di Daerah Penyerapan dan Efek-vitas Anggaran di Daerah Diskusi Teknis DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara Hotel Garden Palace, Surabaya, 17 Feb 2012 Dr. Wahyudi Kumorotomo Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/6474/Th. V, 07 Desember 2015 1. Metodologi INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2014 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan selalu menjadi masalah bagi setiap negara, terutama negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pembangunan dikatakan berhasil jika terjadi pertumbuhan

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

Tabel 17. KKP DAN REALISASI MENURUT TAHAPAN PIK-REMAJA (PKBR) PER KABUPATEN/KOTA S.D BULAN NOVEMBER 2011 TAHAPAN PIK REMAJA TUMBUH TEGAK TEGAR

Tabel 17. KKP DAN REALISASI MENURUT TAHAPAN PIK-REMAJA (PKBR) PER KABUPATEN/KOTA S.D BULAN NOVEMBER 2011 TAHAPAN PIK REMAJA TUMBUH TEGAK TEGAR KEGIATAN PENYIAPAN KEHIDUPAN BERKELUARGA BAGI REMAJA Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga yang bertanggung jawab yang dilakukan melalui promosi, dan peningkatan pengetahuan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari proses perencanaan yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan untuk

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi Provinsi Kalimantan Utara adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah Negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam

Lebih terperinci

PETA INFORMASI DAN ANALISIS LIFTING DBH MIGAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PETA INFORMASI DAN ANALISIS LIFTING DBH MIGAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PETA INFORMASI DAN ANALISIS LIFTING DBH MIGAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR I. Lifting Minyak Bumi A. Sebagai Provinsi Penghasil 2, 18, 17,377. 16, 14, 15,699.1 13,523.8 15,39.39 14,641.61 12, 1, 8, 7,428.24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALIN AN KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 970.1/K.106/2014 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA BAGI BASIL PAJAK PROVINSI GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2013

REALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2013 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BADAN PERIZINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH (BPPMD) Website : http://bppmd.kaltimprov.go.id Email : humas@bppmd.kaltimprov.go.id / humas.bppmdkaltim@gmail.com Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu penyakit yang berbasis pada

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan setiap individu. Pangan merupakan sumber energi untuk memulai segala aktivitas. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun

Lebih terperinci

VII. STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KAJIAN TABEL I-O ANTAR WILAYAH

VII. STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KAJIAN TABEL I-O ANTAR WILAYAH VII. STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BERDASARKAN KAJIAN TABEL I-O ANTAR WILAYAH 7.1. Nilai Tambah Nilai Tambah Bruto (NTB) yang biasa disebut juga Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

f f f i I. PENDAHULUAN

f f f i I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang kaya akan simiber daya alam di Indonesia. Produksi minyak bumi Provinsi Riau sekitar 50 persen dari total produksi minyak

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR V. PROSEDUR PENYUSUNAN INPUT-OUTPUT WILAYAH SENDIRI DAN ANTAR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Penyusunan I-O antar wilayah Kalimantan Timur wilayah Utara dan Selatan dilatar belakangi oleh pemikiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH 3.1. Kondisi Umum Kemiskinan Daerah BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH Berhubung data pilih antara Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) belum dilakukan secara nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk

Lebih terperinci

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN... I-3 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN... I-5 1.4. SISTEMATIKA

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 SEBANYAK 153,21 RIBU JIWA Persentase penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 42/07/76/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 SEBANYAK 152,73 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 41/07/76/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 149,76 RIBU JIWA (11,30 PERSEN) Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

KABUPATEN NUNUKAN. KOTA TARAKAN Plg. KABUPATEN BULUNGAN kVA KABUPATEN MALINAU

KABUPATEN NUNUKAN. KOTA TARAKAN Plg. KABUPATEN BULUNGAN kVA KABUPATEN MALINAU LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK MUSRENBANG KOTA BALIKPAPAN WILAYAH KERJA PLN KALTIMRA PROVINSI Kota Tarakan di layani oleh Anak Perusahaan PLN Tarakan KALIMANTAN UTARA KABUPATEN TANA TIDUNG KOTA

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN SEPTEMBER PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SAMARINDA 1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Tingkat Pengangguran 1.3 Tingkat Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (LKjP) Tahun Kata Pengantar

Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (LKjP) Tahun Kata Pengantar Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata ala atas semua limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang terhingga, sehingga penyusunan Laporan Kinerja Instasi Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 31/04/64/Th.XX, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2016 IPM Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur RENCANA AKSI KEGIATAN KOORDINASI DAN SUPERVISI (KORSUP) ATAS GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TIMUR DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi 4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN Prioritas intervensi kebijakan ditentukan dengan menganalisis determinan kemiskinan atau masalah pokok kemiskinan dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas proporsi ibu lulus wajib belajar (wajar) 9 tahun, pengeluaran rumah tangga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci