Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung
|
|
- Erlin Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung Dari kajian terdahulu memberi kesimpulan bahwa tingginya persentase dan jumlah penduduk miskin Lampung lebih disebabkan oleh masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh rumahtangga untuk perumahan, kesehatan dan pendidikan. Dari hasil kajian indikator perumahan, kesehatan dan pendidikan di kabupaten/kota di Lampung memberi kesimpulan bahwa : 1. Persentase rumahtangga di Lampung yang tidak memiliki rumah sendiri tertinggi ada di Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 30,16 %, Kota metro (24,77%) dan Lampung Barat (14,06%) dan yang terendah adalah di Lampung Timur (4,49 %) padahal persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga untuk perumahan cukup tinggi, yaitu 6,69 persen. Sementara itu di Kabupaten Mesuji ada sebesar 12,07 persen. 2. Tingginya pengeluaran untuk perumahan di Bandar Lampung lebih disebabkan oleh tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh rumahtangga untuk memiliki rumah tinggal. 3. Pada tahun 2010 angka keluhan kesehatan tertinggi ada di Tulang Bawang Barat yaitu sebesar 30,73 % dan yang terendah di Lampung Timur 12,42 %. Sementara itu angka keluhan Kabupaten Tanggamus cukup tinggi, yaitu 23,23 % dan Lampung Barat 14,83%. 4. Tingginya pengeluaran untuk kesehatan di tanggamus lebih disebabkan oleh mahalnya biaya kesehatan dan bukan karena banyaknya rumahtangga yang akses terhadap fasilitas kesehatan. Begitu juga, tingginya angka keluhan kesehatan di Tulang Bawang Barat juga memberikan catatan bahwa biaya kesehatan cukup mahal di bandingkan dengan kabupaten/kota lain di Lampung. 5. Persentase pengeluaran rumahtangga untuk biaya pendidikan di Lampung Barat cukup rendah, yaitu 2,19%, sementara angka partisipasi sekolah penduduk usia tahun hanya sebesar 44,38 %,. Hal ini berarti rendahnya biaya pendidikan yang dikeluarkan rumahtangga di Lampung Barat lebih disebabkan karena mahalnya biaya pendidikan di Lampung Barat.
2 6. Persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga untuk biaya pendidikan di Tanggamus sangat rendah, yaitu 2,20%, sementara itu angka partisipasi sekolah penduduk usia tahunnya juga sangat rendah, yaitu hanya sebesar 49,33%. Hal ini juga berarti rendahnya biaya pendidikan yang dikeluarkan rumahtangga di Tanggamus juga lebih disebabkan karena mahalnya biaya pendidikan di Tanggamus dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Lampung. Analisis hasil keterbandingan Kemiskinan Mikro Kabupaten/Kota se-provinsi Lampung menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Tercatat bahwa dari RTS di Provinsi Lampung, (15,79%) masuk ke dalam kategori rumah tangga sangat miskin, (45,03%) masuk kategori miskin dan sisanya (39,18%) rumah tangga hampir miskin. 2. RTS terbanyak berada di Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur. Masing-masing sebanyak 15,50% ( RTS), 14,18% ( RTS) dan 12,68% ( RTS). Sementara persentase terkecil ada di Kota Metro yaitu sebesar 0,81% (5.962 RTS). 3. Dari rumah tangga sangat miskin di Lampung, tiga kabupaten dengan persentase rumah tangga miskin terbesar berturut-turut adalah : Lampung Selatan 15,65 % ( rumah tangga) ; Lampung Tengah 12,52 % ( rumah tangga) dan Tanggamus 11,96% ( rumah tangga). Sementara itu, rumah tangga sangat miskin terkecil ada di Kota Metro (0,82 %) atau sebanyak 959 rumah tangga. 4. Rumah tangga dengan kategori Miskin, terbanyak berada di Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 16,60 % atau sebanyak rumah tangga. Sedangkan jumlah terkecil ada di Kota Metro, yaitu hanya sebanyak rumah tangga (0,69%). 5. Kategori rumah tangga hampir miskin terbanyak juga berada di Lampung Selatan, yaitu sebanyak rumah tangga (14,17%) dan yang terkecil ada di Kota Metro rumah tangga (0,93%). 6. Dari penduduk di Lampung, (39,46%) penduduk diantaranya adalah penduduk dari RTS. Sementara itu, dari penduduk dari RTS, jika kita bagi menurut kategori kemiskinan, tercatat bahwa sebanyak penduduk (22,59%) di kategorikan sebagai penduduk sangat miskin (SM), penduduk (46,91%) dengan kategori Miskin (M) dan sisanya penduduk (30,50%) masuk kategori Hampir Miskin (HM).
3 7. Lampung Selatan (15,58%) memiliki jumlah penduduk RTS terbanyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lain se-lampung, sementara yang terkecil adalah Kota Metro (0,81%). 8. Jika kita lihat menurut kategori kemiskinan, maka jumlah penduduk sangat miskin, miskin dan hampir miskin terbanyak juga berada di Lampung selatan, yaitu sebanyak 93,66 ribu penduduk sangat miskin (15,34 %) ; 201 ribu penduduk Miskin (15,82%) dan 127 ribu penduduk Hampir Miskin. Demikian juga yang terkecil ada di Kota Metro, yaitu masing-masing sebanyak 4,98 ribu penduduk sangat miskin (0,82%), 9 ribu penduduk Miskin dan 8 ribu penduduk Hampir Miskin. 9. Dari kajian 14 kriteria kemiskinan mikro antar kabupaten/kota di Lampung, di dapat kesimpulan sebagai berikut : a. Dari 67,36 % RTS yang memiliki luas lantai per kapita kurang dari 8 m2, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 14,37 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tanggamus, yaitu 11,96 % atau sebanyak RTS. sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,71 persen atau sebanyak RTS. b. Dari 98,39 % RTS dengan jenis lantai kualitas rendah, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,55 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 14,06 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,79 persen atau sebanyak RTS. c. Dari 97,21 % RTS dengan jenis dinding kualitas rendah, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,54 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 13,96 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,79 persen atau sebanyak RTS. d. Dari 48,70 % RTS yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar, Tanggamus merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 18,62 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 17,09 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,80 persen atau sebanyak RTS.
4 e. Dari 87,36 % RTS dengan sumber air minum kurang bersih, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,38 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 14,03 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,86 persen atau sebanyak RTS. f. Dari 42,67 % RTS dengan sumber penerangannya bukan listrik, Tanggamus merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 14,05 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tulang Bawang, yaitu 13,84 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,31 persen atau sebanyak 966 RTS. g. Dari 91,14 % RTS yang menggunakan kayu bakar/arang sebagai bahan bakar utama memasak sehari-hari, lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 16,09 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 15,14 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,61 persen atau sebanyak RTS. h. Dari 85,47 % RTS yang tidak pernah membeli/mengkonsumsi daging/ ayam/susu, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 14,05 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tulang Bawang, yaitu 13,84 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,31 persen atau sebanyak 966 RTS. i. Dari 4,13 % RTS ( rumah tangga) yang hanya mampu memberi makan anggota rumah tangganya sebanyak satu kali saja dalam sehari, Lampung Tengah merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 25,30 % (7.732 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 18,21 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,36 persen atau sebanyak 111 RTS. j. Dari 17,17 % RTS ( rumah tangga) yang tidak mampu sama sekali untuk membelikan anggota rumah tangganya pakaian baru dalam setahun, Lampung Tengah merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 17,38 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Timur, yaitu 12,95 % atau sebanyak RTS. Sementara itu
5 persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,87 persen atau sebanyak RTS. k. Dari 36,34 % rumah tangga yang tidak sanggup membayar, maka tercatat bahwa Tulang Bawang merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 16,66 % ( RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 13,48 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,32 persen atau sebanyak 874 RTS. l. Dari RTS di Lampung, 99,30 % ( rumah tangga) adalah yang tidak mempunyai aset berupa Tabungan 99,30 % ( rumah tangga) tidak memiliki Emas, 80,85 % ( rumah tangga) tidak memiliki TV berwarna, 93,23 % ( rumah tangga) tidak memiliki Ternak dan 98,25 % ( rumah tangga) tidak memiliki Sepeda Motor. m. Dari 86,72 % RTS ( rumah tangga) yang mempunyai luas lahan kurang atau sama dengan 0,5 hektar. Persentase tertinggi adalah Kabupaten Lampung Tengah yaitu sebesar 18,87 % ( rumah tangga). RTS pertanian dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 15,96 % atau sebanyak RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,09 persen atau sebanyak 895 RTS. n. Dari 82,45 % kepala rumah tangga RTS yang pendidikan tertingginya hanya SD atau bahkan tidak/belum pernah sekolah, paling tinggi ada di Lampung Selatan, dengan persentase sebesar 15,38 % atau sebanyak kepala rumah tangga. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,62 persen atau sebanyak kepala rumah tangga. 10. Indikator perhitungan pembanding kemiskinan tidak hanya dilihat dari jumlah besaran dan persentase penduduk miskin saja tetapi juga harus memperhatikan tingkat kedalaman (P1) dan keparahan kemiskinan (P2). Tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, tapi juga kebijakan kemiskinan yang diambil harus bisa mengurangi Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2) dari kemiskinan tersebut 11. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) memberi gambaran mengenai ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
6 kemiskinan. Pada periode Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukann kecenderungan menurun dari 4,10 di tahun 2005 menjadi 2,99 di tahun Ini artinya bahwa usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat dalam usaha mengurangi kemiskinan cukup berhasil, walaupun secara nominal penduduk miskin masih berada di bawah garis kemiskinan. Kabupaten Lampung Utara merupakan kabupaten dengan nilai P1 terbesar di Lampung pada tahun dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan 8,03 di tahun 2005 dan 5,42 di tahun Sedangkan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang terkecil di tahun 2005 adalah Kota Metro sebesar 1,91 dan di tahun 2010 adalah Kabupaten Mesuji sebesar 1, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Secara umum Indeks Keparahan Kemiskinan di Lampung berfluktuasi cenderung menurun dari waktu ke waktu dimana 1,19 di tahun 2005 dan 0,80 di tahun Hampir sepanjang tahun Kabupaten Lampung Utara merupakan Kabupaten dengan Ineks Keparahan Kemiskinan terbesar di Lampung dimana pada tahun 2005 sebesar 2,74 dan tahun ,57. Untuk yang terkecil adalah Kota Metro di tahun 2005 sebesar 0,55 dan Kabupaten Mesuji di tahun 2010 dengan indeks 0,19. Rekomendasi 1. Karena lebih banyak penduduk yang lebih memilih berobat ke rumah sakit swasta dibandingkan dengan ke rumah sakit pemerintah, maka disarankan kepada Pemerintah Lampung untuk meninjau kembali baik pelayanan maupun biaya rumah sakit pemerintah kepada masyarakat, terutama di Lampung Timur dan Lampung Tengah. 2. Pemerintah Lampung harus terus berusaha untuk menurunkan besarnya biaya pendidikan di Provinsi Lampung. Diharapkan dengan turunnya biaya pendidikan akan memberikan semangat penduduk untuk dapat berakses ke pendidikan, terutama di Lampung Barat dan Tanggamus. 3. Dalam hal percepatan pengentasan kemiskinan di Provinsi Lampung, maka secara keseluruhan Pemerintah Provinsi Lampung harus terlebih dahulu mengentasakan kemiskinan di Lampung Selatan yang merupakan kabupaten dengan persentase Rumah Tangga Sasaran tertinggi se-lampung.
7 4. Dari hasil analisis kemiskinan kabupaten/kota di Lampung baik secara makro maupun mikro, skala prioritas kabupaten/kota yang perlu dibenahi adalah sebagai berikut : No Pokok Program Perumahan (Misal : Program Semenisasi, rumah murah) Pembangunan MCK (terutama fasilitas buang air besar) 3. Pengadaan Sumber Air Bersih/Air Minum 4. Pemasangan listrik gratis/murah 5. Pembagian Tabung gas Gratis/murah 6. Bantuan sembako murah 7. Biaya Pendidikan Pelayanan & Biaya Rumah Sakit Pemerintah Biaya Kesehatan Murah/Gratis (Puskesmas) Kab/Kota sasaran Prioritas 1. Bandar Lampung 2. Lampung Selatan 1. Tanggamus 2. Lampung Selatan 1. Lampung Selatan 1. Tanggamus 2. Tulang Bawang 1. Lampung Selatan 1. Lampung Selatan 1. L;ampung Barat 2. Lampung Selatan 3. Tanggamus 1. Lampung Timur 1. Lampung Barat 2. Tanggamus
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.
Lebih terperinciKEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI
KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day
Lebih terperinciHASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI
HASIL BASIS DATA TERPADU (BDT) 2015 PROVINSI BALI Oleh: TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (TKPKD) PROV. BALI Disampaikan Pada Acara: Verifikasi dan Validasi Basis Data Terpadu (BDT) 2015
Lebih terperinci14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.
14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat
Lebih terperincipendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.
Tabel 2.41. Perhitungan Indeks Gini Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Kelompok Jumlah Rata-rata % Kumulatif Jumlah % Kumulatif Xk-Xk-1 Yk+Yk-1 (Xk-Xk-1)* Pengeluaran Penduduk Pengeluaran Penduduk Pengeluaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Luasnya lahan pertanian di Indonesian pada kenyataannya belum mampu
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menopang kehidupan masyarakat Indonesia karena berperan dalam pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari peranan
Lebih terperinciGorontalo. Menara Keagungan Limboto
Laporan Provinsi 509 Menara Keagungan Limboto Menara ini dibangun tahun 2001 dan berlokasi di Limboto, ibu kota Kabupaten. Menara Kea gungan yang menjadi kebanggaan ma syarakat ini memiliki daya tarik
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26%
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/01/18/Th.X, 4 Januari 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Lebih terperinciKalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin
418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS
1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 08/01/18/Th.VII, 02 Februari 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Manufaktur BESAR DAN SEDANG PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Manufaktur MIKRO DAN KECIL PROVINSI Lampung TRIWULAN IV
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan
Lebih terperinciPANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN
PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915
Lebih terperinciSumatera Barat. Jam Gadang
Laporan Provinsi 123 Sumatera Barat Jam Gadang Jam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 59/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA SEPTEMBER TAHUN 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai sektor primer memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani.
Lebih terperinciKETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR
KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR Oleh : PUTRA FAJAR PRATAMA A14304081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016
No. 40/07/72/Th. XIX, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016 RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2012 2016 cenderung mengalami
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 08/11/18/Th.VI, 03 November 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Manufaktur BESAR DAN SEDANG PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Manufaktur MIKRO DAN KECIL PROVINSI Lampung TRIWULAN III
Lebih terperinciPRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.
PRO POOR BUDGET Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mengapa Anggaran Pro Rakyat Miskin Secara konseptual, anggaran pro poor merupakan bagian (turunan) dari kebijakan yang berpihak pada
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 66/09/64/Th.XVIII,15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 05/01/32/Th. XIX, 3 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Barat pada September
Lebih terperincisebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/06/33.08/Th.II, 15 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2016 SEBESAR 12,67 PERSEN Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Evaluasi (penilaian) suatu program biasanya dilakukan pada suatu waktu tertentu atau pada suatu tahap tertentu (sebelum program, pada proses pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN
05/01/Th.XII, 03 JANUARI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 58/07/64/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada Maret 2017 sebanyak
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 08/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA SEPTEMBER TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ummul Hairah ummihairah@gmail.com Program Studi Teknik Informatika
Lebih terperincidengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis
dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi kewenangan pemerintah pusat. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun drastis pada tahun 2011, hal ini karena kasus kematian ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dua isu sentral masalah pembangunan yang masih menghantui Bangsa Indonesia saat ini adalah masalah pengangguran dan masalah kemiskinan. Kedua permasalahan ini
Lebih terperincisebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/11/33.08/Th.I, 08 November 2016 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2015 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2015 MENCAPAI 13,07 PERSEN Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 34/07/33/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran
224 LAMPIRAN 225 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 2 3 1 4 Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran 226 Lampiran 2 Hasil uji reliabilitas
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 08/08/18/Th.VII, 03 Agustus 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG, PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XVIII, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada sebesar
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 3205011.32 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 Katalog BPS : 3205011.32 No. Publikasi : 32520.1701 Ukuran Buku : 18,2 cm
Lebih terperinciPemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai
Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) September 2017 1
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 SEBANYAK 154,20 RIBU JIWA Persentase penduduk
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.
BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2016 No. 08/07/18/TH.VIII, 18 Juli 2016 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 mencapai
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 39/07/32/Th.XVII, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2017 SEBESAR 8,71 PERSEN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN SEBESAR 0,403 Selama periode September 2016 Maret 2017
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 08/05/18/Th.VII, 2 Mei 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 39/07/32/Th.XVII, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT MARET 2017 SEBESAR 8,71 PERSEN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN SEBESAR 0,403 Selama periode September 2016 Maret 2017
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.07/01/64/Th.XX, 3 Januari 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR SEPTEMBER TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program di segala bidang secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN 2015)
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.05/01/16 Th. XVIII, 04 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN ) RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97%
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/07/18/Th.X, 1 Juli 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014
No. 07/07/62/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciTINGKAT PENGHUNIAN KAMAR SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 42,95% DAN AKOMODASI LAINNYA 36,06%
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/11/18/Th.IX, 2 November 2015 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 42,95% DAN AKOMODASI LAINNYA 36,06% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/01/18/TH.VII, 2 Januari 2015 ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER 2014 Angka kemiskinan Lampung pada September 2014 sedikit mengalami penurunan dibanding Maret 2014 yakni dari
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 08/11/18/Th.VII, 02 November 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Manufaktur BESAR DAN SEDANG PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Manufaktur MIKRO DAN KECIL PROVINSI Lampung TRIWULAN III
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012
No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciBUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)
BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang Mengingat a. bahwa
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67
RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 05/01/34/Th.XIX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWAYOGYAKARTA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Garis kemiskinan (GK) Daerah Istimewa Yogyakarta pada sebesar
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013
No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 4,705 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.58/07/64/Th.XIX, 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR MARET TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan hidup, sehingga usaha pemenuhan kebutuhan pangan merupakan suatu usaha kemanusiaan yang mendasar
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 04/01/64/Th.XVIII, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN TIMUR SEPTEMBER TAHUN 2014 * SEPTEMBER 2014 : 6,31% TURUN 0,11% DARI MARET 2014
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 32 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG INDIKATOR
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 08/05/18/Th.VII, 04 Mei 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Manufaktur BESAR DAN SEDANG PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI Manufaktur MIKRO DAN KECIL PROVINSI Lampung TRIWULAN I TAHUN
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah... 11
vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xi I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 11 C. Tujuan Penelitian... 11 D. Kerangka Pemikiran... 11 E. Sistematika
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011
No. 37/07/33/Th. V, 1 Juli 2011 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah pada bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016
No. 49/07/33/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 4,507JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN
BPS PROVINSI SULAWESI TENGGARA 07/01/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 43/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2016 RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2016
Lebih terperinciKONDISI KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN 184,16 RIBU ORANG
Nomor : 04/01/63/Th.XXI, 3 Januari 2017 KONDISI KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN 184,16 RIBU ORANG Tingkat kemiskinan di Kalimantan Selatan keadaan September 2016
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2012
Nomor : 05/01/63/Th. XVII, 02 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2012 Penduduk miskin Provinsi Kalimantan Selatan pada September 2012 mencapai 189.214 orang (5,01 persen),
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015
No. 06/01/51/Th. X, 4 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015 Terjadi kenaikan persentase penduduk miskin di Bali pada September 2015 jika dibandingkan dengan 2015. Tingkat kemiskinan pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,
Lebih terperinciKINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *
KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52
Lebih terperinciKalimantan Tengah. Jembatan Kahayan
402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 05/01/34/Th.XVII, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada sebesar Rp 321.056,-
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tingkat kemiskinan merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan taraf kehidupan masyarakat secara umum. Kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015
PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015 No. 05/01/33/Th. X, 4 Januari 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 13,32 PERSEN Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
-1- jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà A TAALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 28,55 JUTA ORANG Pada bulan September 2013, jumlah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CIREBON
BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2014
Nomor : 038/07/63/Th. XVIII, 01 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2014 Tingkat kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan selama periode September 2013 Maret 2014 mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum adalah sebuah lembaga pendidikan islam yang setara dengan tingkatan Sekolah Dasar (SD), yang berada di naungan Kementrian Agama. Sebagaimana
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015
No. 54/09/72/Th. XVIII, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2015 RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2011 2015 terus
Lebih terperinciSulawesi Tenggara. Tugu Persatuan
494 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Sulawesi Tenggara Tugu Persatuan Tugu Persatuan dibangun di atas lahan yang dulu dipakai Musabaqoh Tilawatir Quran (MTQ) Nasional ke- 21 tahun 2006. Karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciPerkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten
Laporan Eksekutif Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015 Laporan Eksekutif Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Banten Maret 2015 Laporan Eksekutif Perkembangan Tingkat Kemiskinan
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN MENURUN DARI SEPTEMBER 2015 KE MARET 2016
BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 40/07/16/Th.XVIII. 18 Juli 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN MENURUN DARI SEPTEMBER 2015 KE MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah
Lebih terperinci