BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN BAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Proses Bisnis Perusahaan PT Artistika Kreasi Mandiri memiliki 5 departemen pokok dalam proses bisnis mereka, yaitu bagian purchasing yang dipegang oleh owner, bagian marketing, bagian produksi yang terdiri dari divisi pembuatan frame, weaving, dan pengecatan, bagian QC, serta bagian gudang dan logistik. Adapun penjelasan mengenai proses bisnis perusahaan dapat dilihat dibawah ini: Sumber: PT Artistika Kreasi Mandiri Gambar 4.1 Proses Bisnis Perusahaan Data Kecelakaan Kerja Dalam melakukan proses bisnisnya, PT Artistika Kreasi Mandiri sebagai perusahaan yang bergerak di bidang furniture memiliki risiko kecelakaan kerja pada pekerja terlebih perusahaan ini melakukan sebagian besar proses produksi dengan cara tradisional. Kecelakaan kerja tersebut perlu diketahui untuk nantinya dilakukan penanganan lebih lanjut. Perusahaan dituntut untuk memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam menjalankan proses produksi, dikarenakan mereka harus menjaga aset sumber daya mereka yang paling berharga yaitu manusia. Kecelakaan kerja sendiri memungkinkan terjadi di mana saja, akan tetapi perlu diketahui bagian mana di perusahaan yang memiliki risiko terjadinya kecelakaan kerja. Selama pengamatan dan pengumpulan data dilakukan, didapatkan bagian (divisi) dari perusahaan yang memiliki risiko dan sejarah kecelakaan 20

2 kerja tertinggi. Adapun hasil pengamatan dan pengumpulan data kecelakaan kerja periode April 2012 Maret 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Total Kecelakaan Kerja 21 Divisi Jumlah Pekerja Man Hours Total Incident Produksi Frame Produksi Weaving Quality Control Gudang dan Logistik Total Sumber: PT Artistika Kreasi Mandiri (2013) Dalam pengamatan dan pengumpulan data kecelakaan kerja, perlu dilakukan pengelompokkan kategori kecelakaan yang dicatat. Hal ini dilakukan dengan tujuan melihat tingkat keparahan kecelakaan kerja yang dicatat untuk nantinya diolah dengan menggunakan metode LTFR. Adapun tingkatan keparahan dari kecelakaan kerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (International Association of Oil & Gas Producers, 1999, pp. 4-10): - First Aid Case (FAC), merupakan kecelakaan kerja yang berkaitan dengan cidera ringan atau penyakit yang dapat diatasi dengan tindakan pertolongan pertama dan tidak membutuhkan seorang dokter atau paramedis. - Medical Treatment Case (MTC), merupakan cidera atau orang sakit yang membutuhkan perawatan medis oleh dokter atau paramedis. - Restricted Work Day Case (RWDC), merupakan kondisi dimana seorang pekerja tidak dapat bekerja secara normal akibat kecelakaan kerja, tetapi dapat melakukan pekerjaan sementara. Setelah insiden terjadi dan dilakukan penanganan, pekerja masih mampu melanjutkan pekerjaan tersebut walaupun tidak maksimal. - Lost Time Injury (LTI), merupakan cidera atau penyakit akibat dari pekerjaan yang menyebabkan pekerja tidak dapat melanjutkan pekerjaan untuk beberapa hari kedepan setelah mengalami kecelakaan kerja. Berdasarkan penjelasan di atas, maka didapatkan data hasil pengelompokkan kecelakaan kerja berdasarkan FAC, MTC, RWC, dan LTI: Tabel 4.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja Divisi Total FAC Total MTC Total RWC Total LTI Total Incident Produksi Frame Produksi Weaving Quality Control Gudang dan Logistik Total Sumber: PT Artistika Kreasi Mandiri (2013) Data di atas menunjukkan pengelompokkan kecelakaan kerja berdasarkan tingkat keparahan yang dicatat, dimana didapatkan total 127 FAC, 3 MTC, 68 RWC, dan 2 LTI. Dengan demikian, kecelakaan kerja yang

3 dapat dicatat dari hasil pengamatan dan pengumpulan data terdapat sebanyak 200 kecelakaan kerja. 22 Sumber: penulis Gambar 4.2 Piramida Kecelakaan Kerja Setelah diketahui jumlah kecelakaan kerja dan klasifikasi tingkat keparahan yang dicatat, maka perlu juga diketahui efek kecelakaan kerja yang diterima oleh pekerja di perusahaan. Adapun keterangan dari efek kecelakaan kerja yang diterima oleh pekerja adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Efek Kecelakaan Kerja Keterangan Total LG Luka Gores 71 LB Luka Bakar 96 LT Luka Tusuk 11 MP Mata Perih 16 Dll Efek Kecelakaan kerja lainnya 6 Grand Total 200 Sumber: PT Artistika Kreasi Mandiri (2013) Data di atas menunjukkan dari 200 kecelakaan yang terjadi periode April 2012 Maret 2013, terdapat 71 kecelakaan kerja yang memberikan efek luka gores, 96 luka bakar, 11 luka tusuk, dan 16 diantaranya mata perih Data Pekerja dan Man Hours Pekerja Dalam perhitungan LTFR, kedua data ini dibutuhkan untuk rasio antara kecelakaan kerja yang terjadi dengan jam kerja yang telah dijalani. PT Artistika Kreasi Mandiri mempekerjakan pekerja untuk 8 jam kerja setiap hari. Hari kerja yang ditentukan yakni setiap hari senin sabtu dengan jam operasional dari pukul WIB. Adapun hasil pengamatan dan pengumpulan data untuk jumlah pekerja dan jam kerjanya sebagai berikut:

4 23 Tabel 4.4 Data Pekerja dan Man Hours Pekerja Divisi Jumlah Pekerja Total Man Hours Produksi Frame Produksi Weaving Quality Control Gudang dan Logistik Total Sumber: PT Artistika Kreasi Mandiri (2013) Data Produksi Kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan tentunya akan mempengaruhi produktivitas dari pekerja. Keterkaitan tersebut nantinya perlu dianalisis. Oleh sebab itu, data produksi dari bagian produksi tentunya sangat diperlukan. Adapun hasil pengamatan dan pengumpulan data terkait produksi selama dilakukan observasi dimana di dalamnya terkandung kecelakaan kerja adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Data Unit Produksi Unit yang Dihasilkan (hari) Dengan Kecelakaan Tanpa Kecelakaan Man Hours/hari No Produk Kerja Kerja Frame (6 orang) Weaving Frame (6 orang) Weaving Frame (6 orang) Weaving 1 U Chair 22 0, , Amberes Arm 25 0, , Amberes Side 25 0, , Caddie 25 0, , Cylon Chair 25 0, , Lucy Lazy Arm 25 0, , Lucy Dining Arm Chair 25 0, , Lucy Foot Stole 25 0, , Lucy Center 25 0, , Lucy Coffee 25 0, , Table Rata-rata 24,7 0,5 28,6 0, Sumber: PT Artistika Kreasi Mandiri (2013) Dari data di atas, dilihat hasil produksi pekerja dari divisi pembuatan frame dan weaving. Alasan pemilihan divisi produksi frame dan weaving dikarenakan kedua divisi ini memiliki output pasti dan dapat dihitung jumlahnya. Data di atas merupakan hasil produksi dari pekerja untuk beberapa produk continue. Untuk produksi frame, membutuhkan 6 orang berbeda setiap unitnya dikarenakan proses yang berbeda dan berurutan dalam produksinya sehingga man hours untuk frame dikalikan dengan 6. Sedangkan

5 data man hours untuk produksi weaving didasarkan pada output yang dihasilkan satu orang. Jika dilihat antara produksi frame dan weaving tidak berimbang, dikarenakan perusahaan memiliki banyak tenaga lepas yang dipekerjakan di luar perusahaan untuk menutupi output yang sedikit di perusahaan. Untuk itu, data yang diambil dan dikumpulkan untuk produksi weaving hanya data produksi yang terjadi di dalam perusahaan. Data di atas didapatkan dengan ketentuan 8 jam kerja per hari, tanpa waktu lembur. Dalam pengumpulan data produksi, output yang didapatkan dikategorikan ke dalam dua garis besar, yaitu output yang dihasilkan mengandung kecelakaan kerja di dalamnya, serta output optimal yang tidak mengandung kecelakaan kerja di dalamnya. Data tersebut berasal dari data perusahaan, hasil wawancara, serta pengamatan langsung di lapangan untuk beberapa hari. 4.2 Pengolahan Data Diagram Pareto Efek Kecelakaan Kerja Data kecelakaan kerja, baik dari segi jumlah, klasifikasi tingkat keparahan, dan efeknya telah dijelaskan pada pengumpulan data. Akan tetapi efek kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan perlu dijabarkan untuk mengetahui jumlah terbanyak. Berikut frekuensi dari data efek kecelakaan kerja di PT Artistika Kreasi Mandiri: Tabel 4.6 Akumulasi Efek Kecelakaan Kerja Keterangan Total Persentase Cumulative LG Luka Bakar 96 48,0% 48,0% LB Luka Gores 71 35,5% 83,5% LT Mata Perih 16 8,0% 91,5% MP Luka Tusuk 11 5,5% 97,0% Dll Kecelakaan kerja lainnya 6 3,0% 100,0% Grand Total % 100% Sumber: pengolahan data Untuk menentukan efek kecelakaan kerja terbesar yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan tabel di atas, maka digunakan diagram Pareto yang dapat dilihat pada gambar berikut: 24 Sumber: pengolahan data Gambar 4.3 Diagram Pareto Jenis Kecelakaan Kerja

6 Dari diagram Pareto, dapat dilihat bahwa efek kecelakaan kerja terbanyak yang diterima pekerja terdapat pada jenis luka bakar dan luka gores. Efek luka bakar disebabkan oleh percikan las, radiasi panas, dan terkena solder. Untuk luka gores, disebabkan oleh sayatan silet, pisau, cutter, dan gunting Ishikawa Chart Melihat banyaknya kecelakaan kerja sehingga menimbulkan efek terbanyak pada luka bakar dan luka gores, maka dilakukan pemetaan penyebab dari kecelakaan kerja tersebut. Pemetaan tersebut digambarkan pada ishikawa chart berikut ini: 25 Tools Method Maintenance SOP Atribute Life Cycle Safety Prosedure Behaviour Noise Sound Machine Turn over Temperature Environment Man Skill Training Work Incident Sumber: pengolahan data Gambar 4.4 Ishikawa Chart Kecelakaan Kerja Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan penyebab kecelakaan kerja terbanyak berasal dari faktor tenaga kerja (man). Untuk penyebab lainnya, seperti kesalahan prosedur dan SOP (method), lingkungan, dan peralatan terjadi dalam jumlah kecil di perusahaan Lost Time Frequency Rate Pada tahap pengumpulan data, telah dijabarkan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di PT Artistika Kreasi Mandiri. Penjabaran tersebut mengenai kecelakaan kerja yang diklasifikasikan ke dalam FAC, MTC, RWC, dan LTI. Tujuannya yaitu untuk mengetahui sifat kecelakaan kerja yang dicatat oleh perusahaan. Selain itu, diketahui juga jumlah pekerja dan jam kerja mereka. Kedua data tersebut merupakan data pendukung dalam pengolahan LTFR. Perhitungan LTFR, merupakan perhitungan rasio kecelakaan kerja yang mengakibatkan lost time per 1 juta jam kerja pekerja. Perhitungan LTFR dilakukan dengan rumus: Selain menghitung LTFR, dilakukan juga perhitungan TIFR dan TRIR. Total Incident Frequency Rate (TFIR) merupakan rasio total kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan yang dalam hal ini berarti mulai

7 dari FAC, MTC, RWDC, dan LTI digunakan dalam perhitungan. Perhitungan TIFR dilakukan dengan rumus: 26 Tahapan akhir yakni melakukan perhitungan TRIR. Total Recordable Incident Frequency Rate (TRIR) merupakan rasio insiden kecelakaan kerja yang dicatat perusahaan. Masih sama dengan LTFR dan TFIR, satuan yang digunakan disini per satu juta jam kerja pekerja. Dalam TRIR, perusahaan hanya mencatat MTC, RWDC, dan LTI dalam perhitungannya. Hal ini dikarenakan perusahaan beranggapan bahwa ketiga hal tersebut merupakan insiden yang lebih perlu diperhitungkan mengingat FAC yang memiliki frekuensi tidak tetap dan tidak terlalu memberikan dampak bagi proses bisnis perusahaan. Perhitungan TRIR dilakukan dengan rumus: Adapun hasil perhitungan LTFR, TFIR, dan TRIR dari masingmasing divisi yang dilakukan pengamatan adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Perhitungan LTFR, TIFR, TRIR Gudang Frame Weaving QC dan Logistik Satuan Keterangan LTFR (Lost Time Frequency Rate) ,05 131,03 Rasio lost time per 1 juta jam kerja LTI/Man Hours x TIFR (Total Incident Frequency Rate) TRIR (Total Recordable Incident Frequency Rate) 2464, , , , ,48 633,23 704,72 524,11 Rasio total insiden per 1 juta jam kerja Rasio insiden yang dicatat perusahaan per 1 juta jam kerja (FAC+MTC+RWDC+LTI)/ Man Hours x (MTC+RWDC+LTI)/Man Hours x Sumber: pengolahan data Setelah melakukan perhitungan di tiap divisi, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk LTFR, TFIR, dan TRIR total untuk semua jumlah kecelakaan yang terjadi di perusahaan. Adapun hasil perhitungan LTFR, TFIR, dan TRIR keseluruhan adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Perhitungan LTFR, TIFR, TRIR Keseluruhan Nilai Satuan Keterangan LTFR (Lost Time Frequency Rate) 23,395 Rasio lost time per 1 juta jam kerja LTI/Man Hours x TIFR (Total Incident 2339,51 Rasio total insiden (FAC+MTC+RWDC+LTI)/Ma

8 27 Frequency Rate) per 1 juta jam kerja n Hours x TRIR (Total Recordable Incident Frequency Rate) 853,92 Rasio insiden yang dicatat perusahaan per 1 juta jam kerja (MTC+RWDC+LTI)/Man Hours x Sumber: pengolahan data Sehingga, apabila digambarkan ke dalam bentuk pie chart adalah sebagai berikut: Sumber: pengolahan data Gambar 4.5 Pie Chart LTFR, TIFR, TRIR Produktivitas Produktivitas merupakan hal penting sebagai salah satu faktor dalam pengukuran kinerja. Semakin tinggi tingkat produktivitas, maka semakin baik kinerja dari pekerja yang terkait dalam proses produksi di perusahaan. Semakin banyak produk yang dihasilkan pekerja per satuan waktu tertentu, maka semakin tinggi produktivitas yang dihasilkan. Dalam perhitungan produktivitas, digunakan rumus sebagai berikut: Setelah perhitungan LTFR kecelakaan kerja, dicari produktivitas dari pekerja. Produktivitas dicari bertujuan untuk melihat keterkaitan antara kecelakaan kerja dengan tingkat produktivitas. Berikut ini hasil perhitungan produktivitas awal yang mengandung kecelakaan kerja dalam melakukan proses produksi: Tabel 4.9 Tingkat Produktivitas dengan Kecelakaan Kerja Unit yang Dihasilkan (hari) Dengan Kecelakaan Kerja No Produk Frame (6 orang) Weaving Produktivitas Frame Produktivitas Weaving

9 1 U Chair 22 0,50 0,458 0,063 2 Amberes Arm 25 0,50 0,521 0,063 3 Amberes Side 25 0,50 0,521 0,063 4 Caddie 25 0,50 0,521 0,063 5 Cylon Chair 25 0,33 0,521 0,042 6 Lucy Lazy Arm 25 0,67 0,521 0,083 7 Lucy Dining Arm Chair 25 0,50 0,521 0,063 8 Lucy Foot Stole 25 0,50 0,521 0,063 9 Lucy Center 25 0,50 0,521 0, Lucy Coffee Table 25 0,50 0,521 0,063 Rata-rata 24,7 0,5 0,515 0,063 Sumber: pengolahan data Untuk melihat keterkaitan antara kecelakaan kerja dengan tingkat produktivitas, maka perlu dicari produktivitas tanpa adanya kecelakaan kerja dalam proses produksi. Hasil dari kedua produktivitas nantinya dibandingkan dan dilihat apakah terdapat perbedaan antara tingkat produktivitas awal yang mengandung kecelakaan kerja dengan tingkat produktivitas tanpa adanya kecelakaan kerja dalam proses produksi. Adapun hasil perhitungan produktivitas tanpa kecelakaan kerja adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Tingkat Produktivitas tanpa Kecelakaan Kerja Unit yang Dihasilkan (hari) Tanpa Kecelakaan Kerja No Produk Frame Produktivitas Produktivitas Weaving (6 orang) Frame Weaving 1 U Chair 25 0,67 0,521 0,083 2 Amberes Arm 30 0,67 0,625 0,083 3 Amberes Side 30 0,67 0,625 0,083 4 Caddie 30 0,67 0,625 0,083 5 Cylon Chair 27 0,50 0,563 0,063 6 Lucy Lazy Arm 30 1,00 0,625 0,125 7 Lucy Dining Arm Chair 28 0,67 0,583 0,083 8 Lucy Foot Stole 28 0,67 0,583 0,083 9 Lucy Center 30 0,67 0,625 0, Lucy Coffee Table 28 0,67 0,583 0,083 Rata-rata 28,6 0,683 0,596 0,085 Sumber: pengolahan data Mengacu pada data di atas, maka dapat dilihat terdapat perbedaan hasil dari produktivitas awal yang mengandung kecelakaan kerja dalam proses produksi dengan produktivitas tanpa kecelakaan kerja dalam proses produksi. Jika produktivitas yang dihasilkan tanpa kecelakaan kerja diasumsikan sebagai hasil maksimal yang dapat dicapai pekerja, maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitasnya adalah 100%. Adapun hasil perhitungan persentase produktivitas yang mengandung kecelakaan kerja di dalamnya adalah sebagai berikut: 28

10 29 Tabel 4.11 Persentase Tingkat Produktivitas % Produktivitas No Produk Dengan Kecelakaan Kerja Tanpa Kecelakaan Kerja Frame Frame Weaving (6 orang) (6 orang) Weaving 1 U Chair 88% 75% 100% 100% 2 Amberes Arm 83% 75% 100% 100% 3 Amberes Side 83% 75% 100% 100% 4 Caddie 83% 75% 100% 100% 5 Cylon Chair 93% 67% 100% 100% 6 Lucy Lazy Arm 83% 67% 100% 100% 7 Lucy Dining Arm Chair 89% 75% 100% 100% 8 Lucy Foot Stole 89% 75% 100% 100% 9 Lucy Center 83% 75% 100% 100% 10 Lucy Coffee Table 89% 75% 100% 100% Rata-rata 87% 73% 100% 100% Sumber: pengolahan data 4.3 Pembahasan Hasil Teknik Industri Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data kecelakaan kerja di PT Artistika Kreasi Mandiri, dapat dilihat jumlah kecelakaan kerja di perusahaan tergolong cukup tinggi. Terdapat total 200 kecelakaan kerja yang terjadi pada periode April 2012 Maret Dari total kecelakaan kerja tersebut dapat diklasifikasikan bahwa terdapat 127 kecelakaan yang bersifat First Aid Case (FAC), 3 kecelakaan yang bersifat Medical Treatment Case (MTC), 68 kecelakaan yang bersifat Restricted Work Day Case (RWDC), dan 2 kecelakaan yang bersifat Lost Time Injury (LTI). Sumber: pengolahan data Gambar 4.6 Klasifikasi Tingkat Keparahan Kecelakaan Kerja

11 Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja terbanyak adalah kecelakaan kerja yang bersifat FAC, yaitu kecelakaan kerja ringan yang dapat di atasi dengan pengobatan ringan tanpa membutuhkan dokter atau paramedis. Banyaknya Kecelakaan kerja yang bersifat FAC ini dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan pekerja dikarenakan sifat pekerjaan yang diterapkan perusahaan masih bersifat semi-tradisional. Kecelakaan kerja ini diakibatkan oleh tergores peralatan yang mengakibatkan luka gores, atau terkena percikan las sehingga mengakibatkan luka bakar ringan. Selanjutnya, terjadi 68 kecelakaan kerja yang bersifat RWDC di perusahaan. Sama halnya dengan kecelakaan kerja yang bersifat FAC, kecelakaan kerja RWDC juga diakibatkan karena jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Hanya saja, kecelakaan ini membutuhkan pengobatan medis lebih serius dibandingkan FAC. Kecelakaan kerja bersifat RWDC membutuhkan pengobatan yang tepat, serta catatan dokter atau paramedis. Untuk kecelakaan kerja RWDC, pekerja yang mengalami kecelakaan kerja masih sanggup untuk melanjutkan pekerjaan mereka sehingga tidak menimbulkan lost time. Untuk kecelakaan kerja yang bersifat MTC dan LTI, hanya terjadi beberapa kali saja di perusahaan. Kecelakaan kerja yang bersifat MTC terjadi 3 kali, diakibatkan tertembak paku dan terkena mata bor. Akan tetapi pekerja masih dapat melanjutkan pekerjaan di kemudian harinya tanpa mengakibatkan lost time. Sedangkan kecelakaan kerja yang sampai menimbulkan lost time (LTI) terjadi sebanyak 2 kali diperusahaan. Kecelakaan ini diakibatkan tertembak mata bor sehingga harus diberikan penanganan medis serius sehingga pekerja tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dalam kurun waktu tertentu. Dari klasifikasi kecelakaan kerja di atas, perlu diketahui efek kecelakaan kerja apa saja yang terjadi di perusahaan dan digambarkan ke dalam diagram Pareto. Efek terbesar yang diterima oleh pekerja akibat kecelakaan kerja lebih dari 80% merupakan efek luka gores dan luka bakar. Hal ini disebabkan oleh kecelakaan kerja yang diterima pekerja seperti tergores silet, cutter, pisau, obeng, terkena palu dan komponen mesin, serta terkena percikan panas dari proses pengelasan. Luka gores dan luka bakar telah memberikan pengaruh besar terhadap kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan. Oleh sebab itu, perlu dianalisis penyebabnya kecelakaan kerja yang menimbulkan efek luka bakar dan gores seperti yang telah dijelaskan di atas dengan menggunakan Ishikawa Chart. Berdasarkan gambaran dari Ishikawa Chart, penyebab dari kecelakaan kerja yang salah satunya mengakibatkan efek luka bakar dan luka gores adalah masalah tenaga kerja, lingkungan, metode, dan peralatan yang digunakan oleh pekerja. Akan tetapi, permasalahan yang sering ditemui terletak pada faktor tenaga kerja yaitu tidak adanya pelatihan, pengetahuan yang terbatas dari pekerja akan K3, kemampuan yang tidak merata setiap pekerja, serta tingginya turn over dikarenakan pekerja tidak diberikan kontrak melainkan mereka dipekerjakan dan dibayar sesuai output yang mereka hasilkan. Data tersebut didapatkan dari hasil pengamatan dan wawancara langsung kepada pekerja di lapangan. Dari pengamatan yang dilakukan, kecelakaan kerja dapat terjadi salah satunya dikarenakan kurangnya perhatian pihak perusahaan terhadap pekerjanya. Tidak adanya sosialisasi dan regulasi 30

12 terkait keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu penyebab tingginya kecelakaan kerja di perusahaan Analisis Tingkat Lost Time dan Insiden Dengan hasil perhitungan LTFR, maka didapatkan rasio kecelakaan kerja keseluruhan yang mengakibatkan lost time sebesar 23,395 atau 24 kecelakaan kerja per satu juta jam kerja dari pekerja. Dalam pencatatan lost time, perusahaan mengasumsikan bahwa setiap kecelakaan kerja yang terjadi dikatakan lost time apabila pekerja berhenti bekerja seharian pada hari tersebut atau pada hari esoknya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa satuan dari nilai rasio lost time dapat diartikan dalam satuan hari. Jika di konversikan dalam jam, maka dapat dikatakan bahwa terdapat 187,16 jam lost time dari satu juta jam kerja. Hasil ini dapat dikatakan cukup rendah jika dilihat dari sistem kerja semi-tradisional perusahaan, jumlah kecelakaan kerja yang terjadi serta jam kerja (man hours) dari pekerja di perusahaan. PT Artistika Kreasi Mandiri memiliki 43 pekerja dengan man hours jam. Dengan jam kerja yang tidak mencapai jam setiap tahunnya, maka apabila dihubungkan dengan hasil LTFR yang menggunakan satuan satu juta jam kerja yang dicapai, maka kecelakaan kerja yang menyebabkan lost time diperusahaan dapat dikatakan cukup rendah. Selain didapatkannya hasil perhitungan LTFR, diketahui juga hasil dari perhitungan Total Incident Frequency Rate (TIFR) dan Total Recordable Incident Frequency Rate (TRIR). Rasio Total Incident Frequency Rate (TIFR) yang dimiliki oleh perusahaan dikatakan sangat tinggi, yaitu sebesar 2339,51 kasus per satu juta jam kerja pekerja. Hal ini dipengaruhi oleh kecelakaan ringan (FAC) yang dimasukkan ke dalam perhitungan TFIR. Perlu diketahui bahwa, jumlah FAC merupakan jenis kecelakaan terbanyak yang terjadi di perusahaan yakni sebesar 127 kasus dari total 200 kasus kecelakaan kerja atau 63,5% dari total keseluruhan. Untuk rasio Total Recordable Incident Frequency Rate (TRIR) yang merupakan rasio dari frekuensi kecelakaan kerja yang dicatat oleh perusahaan pada umumnya memiliki jumlah yang cukup tinggi, yakni sebesar 853,92 kasus per satu juta jam kerja pekerja. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat RWDC yang dimasukkan ke dalam perhitungan TRIR. Kecelakaan kerja yang bersifat RWDC sendiri memiliki jumlah kedua terbanyak dari keseluruhan kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan. Dari data yang didapatkan, terdapat 68 kasus RWDC dari 200 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan atau sekitar 34% dari total keseluruhan Analisis Tingkat Produktivitas Data produktivitas yang diambil berasal dari hasil produksi pembuatan frame dan weaving. Dari data tersebut, dilakukan perhitungan produktivitas awal dimana pekerja menghasilkan produk yang didalamnya terkandung unsur kecelakaan kerja. Dari data awal, kesepuluh produk yang diambil yang merupakan produk continue lebih dari 2 tahun, diketahui rata-rata pekerja dapat menyelesaikan frame per hari. Dengan demikian, untuk pembuatan frame memiliki produktivitas dengan nilai sebesar 0,458-0,521. Sedangkan untuk weaving dimana jenis pekerjaannya seperti melakukan pengikatan, penganyaman, dan membuat jari-jari pada produk, rata-rata pekerja dapat menyelesaikan 0,33-0,67 proses weaving per hari. Dengan demikian, proses weaving memiliki produktivitas dengan nilai sebesar 0,042-0,

13 Setelah data awal diketahui, maka perlu diketahui pula produktivitas pekerja tanpa adanya kecelakaan kerja di dalam prosesnya. Produktivitas tanpa kecelakaan ini diasumsikan sebagai produktivitas maksimal yang dapat dicapai pekerja atau memiliki tingkat produktivitas sebesar 100%. Dengan pengamatan beberapa hari, didukung dengan data dari perusahaan dan hasil wawancara langsung, maka didapatkan data bahwa untuk pembuatan frame optimalnya dihasilkan oleh pekerja sebanyak frame per hari. Hal ini meningkatkan produktivitas pekerja menjadi 0,521-0,625. Sedangkan untuk weaving, pekerja optimalnya dapat menghasilkan 0,5-1 produk setiap harinya. Hal ini juga meningkatkan produktivitas pekerja menjadi 0,063-0,125. Dengan demikian, maka dapat dilihat terdapat perubahan dan perbedaan signifikan yang terjadi antara ketika pekerja melakukan pekerjaan yang di dalamnya terkandung unsur kecelakaan kerja dengan pekerjaan yang terbebas dan tanpa adanya kecelakaan kerja. Tabel 4.12 Besar Kenaikan Produktivitas Besar Kenaikan Produktivitas No Produk Frame Weaving (6 orang) 1 U Chair 12% 25% 2 Amberes Arm 17% 25% 3 Amberes Side 17% 25% 4 Caddie 17% 25% 5 Cylon Chair 7% 33% 6 Lucy Lazy Arm 17% 33% 7 Lucy Dining Arm Chair 11% 25% 8 Lucy Foot Stole 11% 25% 9 Lucy Center 17% 25% 10 Lucy Coffee Table 11% 25% Rata-rata 13% 27% Sumber: pengolahan data Produktivitas untuk pembuatan kesepuluh frame dapat meningkat sebesar 7-17% atau rata-rata 13% dan untuk proses weaving meningkat sebesar 25-33% atau rata-rata 27% untuk kesepuluh produk. Hal ini menyadarkan bahwa kecelakaan kerja dapat memberikan dampak besar dalam mempengaruhi tingkat produktivitas. Semakin kecil kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan, maka akan semakin besar tingkat produktivitas para pekerjanya. Begitu juga sebaliknya, apabila kecelakaan kerja semakin sering terjadi maka produktivitas dari para pekerja akan semakin rendah Analisis Usulan Perbaikan dengan Siklus PDSA Usulan perbaikan tentunya diperlukan untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja di perusahaan terlebih jika dapat menghilangkan lost time yang terjadi di perusahaan. Setelah dilakukan analisis di atas, dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja cukup mempengaruhi kinerja dan produktivitas pekerja, yang tentunya jika tidak diatasi maka akan mengancam keselamatan dan kesehatan kerja serta dapat menurunkan pendapatan perusahaan. Perbaikan didasari dari penyebab terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan, yang terkonsentrasi pada faktor tenaga kerja, prosedur, dan SOP perusahaan. 32

14 Untuk itu perlu penerapan perbaikan atau solusi dengan analisis siklus PDSA (Plan-Do-Study-Act) sebagai bentuk continous improvement untuk perbaikan perusahaan kedepannya. Adapun tahapan penerapan siklus ini dalam perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Tahap awal: Plan, pada tahapan ini dilakukan perencanaan usulan perbaikan dengan landasan data kecelakaan terbanyak, efek yang diterima pekerja, serta penyebab kecelakaan kerja terbanyak. Dari analisis yang ada, faktor tenaga kerja merupakan penyebab yang sering muncul dalam permasalahan kecelakaan kerja di perusahaan. Maka perlu dilakukan beberapa perencanaan usulan perbaikan, diantaranya: a. Untuk penyebab yang muncul dari faktor tenaga kerja: - Dalam mengatasi tingkat turn over yang tinggi, perusahaan harus merubah sistem perekrutan pekerja menjadi sistem kontrak jangka pendek yang di dalamnya terdapat beberapa peraturan seperti sistem pembayaran, punishment apabila tidak masuk kerja, dan sebagainya. - Dalam mengatasi keterampilan pekerja yang berbeda akibat tingkat turn over yang muncul, maka dibutuhkan pelatihan singkat mengenai jobdesk yang akan dijalankan pekerja. Tujuannya agar pekerja baru memahami betul mengenai pekerjaan mereka dan prosedur yang berlaku. b. Mengatasi pengetahuan dan sifat pekerja yang berbeda-beda, maka dibutuhkan sebuah instruksi kerja dan peraturan yang nyata dan tertulis yang di dalamnya terdapat secara jelas mengenai aturan masing-masing pekerjaan, prosedur masing-masing pekerjaan, dampak dan hukuman dari pelanggaran yang dilakukan. Instruksi kerja, dan peraturan ini tentunya perlu disosialisasikan secara berkala sebagai bentuk peringatan dan langkah konkret perusahaan dalam menjunjung k3 dalam bekerja. Hal ini penting dilakukan, terlebih apabila perusahaan akan berkembang ke arah yang lebih besar. 2. Tahap kedua: Do, pada tahapan ini dilakukan masa percobaan terhadap beberapa usulan dari perencanaan perbaikan di atas. 3. Tahap ketiga: Study, pada tahapan ini dilakukan evaluasi mengenai hasil uji coba. Jika perencanaan usulan perbaikan memberikan dampak yang positif, seperti meningkatkan produktivitas, mengurangi kecelakaan kerja, mengurangi biaya pengobatan dan kesehatan pekerja, serta hal lainnya maka perencanaan tersebut dapat di coba untuk diterapkan dalam jangka waktu tertentu. Apabila perencanaan usulan perbaikan tidak memberikan efek perubahan apapun, bahkan menimbulkan efek negatif bagi perusahaan maka perlu dilakukan tahapan awal dimana dilakukan perencanaan ulang mengenai alternatif perbaikan. 4. Tahap akhir: Act, pada tahapan ini dilakukan penerapan dari perencanaan usulan perbaikan yang telah dilakukan. Perencanaan usulan perbaikan tersebut tentunya dapat saja mengalami perubahan dalam perjalanannya sehingga didapatkan usulan perbaikan yang terbaik untuk diterapkan. Dalam melakukan penerapan, dilakukan juga monitoring dengan tujuan melihat apakah usulan perbaikan tersebut memenuhi harapan dan tujuan yang diinginkan oleh pihak perusahaan. 33

15 34 Sumber: pengolahan data Gambar 4.7 Siklus PDSA Perbaikan dan pengembangan berkelanjutan dinilai sangat penting perihal permasalahan kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan. Kecelakaan kerja sering terjadi walaupun banyak diantaranya memiliki tingkat keparahan yang rendah, akan tetapi akan menjadi bom waktu kedepannya jika tidak ditindaklanjuti. Apabila perusahaan berkembang nantinya, tentu jumlah pekerja dan peluang dari munculnya kecelakaan kerja akan semakin tinggi. Jika perbaikan tidak dilakukan, tidak menutup kemungkinan nilai lost time perusahaan akan meningkat dan hal ini akan merugikan perusahaan jika dilihat dari segi produktivitas. Hubungan yang ada, jika kecelakaan kerja semakin banyak dan semakin parah, maka produktivitas yang dihasilkan akan semakin rendah. 4.4 Pembahasan Hasil Sistem Informasi Analisis Sistem Informasi PT Artistika Kreasi Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan furniture dengan bahan baku rotan sintetis. Salah satu aspek yang kurang diperhatikan oleh perusahaan adalah aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Dalam melakukan manajemen K3, perusahaan tidak membuat sistem yang terstruktur dalam mencatat data kecelakaan kerja yang terjadi. Pencatatan hanya dilakukan secara langsung pada kertas, tanpa pencatatan menggunakan sistem atau program. Padahal, kecelakaan kerja dapat memberikan pengaruh langsung terhadap perusahaan khususnya dalam hal produktivitas dan finansial. Pada awalnya, kecelakaan kerja yang terjadi hanya dilakukan penanganan langsung. Jika kecelakaan kerja dikategorikan berat, korban dilakukan penanganan di perusahaan dan dirujuk ke rumah sakit terdekat. Jika kecelakaan kerja dikategorikan ringan, penanganan berupa pengobatan dilakukan dengan obat-obat yang tersedia di perusahaan saja. Tidak ada aktor yang mencatat kecelakaan mulai dari data korban (pekerja) sampai dengan data penanganan dan kronologis. Pengaruh terbesar dari terjadinya

16 kecelakaan kerja adalah terhentinya proses kerja. Hal ini tentunya akan mempengaruhi produktivitas pekerja dan perusahaan. Ini juga dapat mengurangi pendapatan perusahaan, jika produktivitas pekerja dalam menghasilkan produk menurun. Kejadian seperti ini akan berdampak terhadap proses bisnis perusahaan. Proses bisnis perusahaan akan terganggu stabilitasnya jika hal seperti ini tidak ditanggulangi dan diperbaiki. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis dari sisi teknik industri, dikatakan bahwa kecelakaan kerja terjadi banyak disebabkan oleh faktor manusia. Salah satunya dikarenakan tingkat turn over yang tinggi dari pekerja di perusahaan. Turn over sendiri memberikan dampak seperti, pekerja baru belum memiliki pengetahuan yang baik mengenai prosedur dan sistem kerja perusahaan. Keahlian dari pekerja baru juga tidak sepenuhnya baik dikarenakan faktor pengalaman. Dari penjelasan diatas, maka dibutuhkan sebuah perancangan sistem yang terintegrasi antara kecelakaan kerja, produktivitas, dan data pekerja. Integrasi sistem ini nantinya bertujuan untuk mengatasi permasalahan di atas. Sistem informasi yang dirancang akan bertugas untuk menyimpan data dari kecelakaan kerja, sehingga data tersebut nantinya dapat dilakukan review untuk perbaikan dan continuous improvement. Sistem ini juga mencatat data produktivitas pekerja, serta pemeriksaan dan perbaikan untuk melihat dampak dari kecelakaan kerja yang terjadi. Di dalam sistem ini, manajer produksi dapat mencetak laporan kecelakaan kerja dan produktivitas perusahaan. Selain itu, pencatatan data pekerja pada masing-masing divisi juga dapat dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengontrol data pekerja yang masuk dan keluar di perusahaan, dimana hal ini merupakan salah satu faktor utama penyebab kecelakaan kerja di perusahaan Requirement Analysis Pada tahapan ini membahas kebutuhan dari sistem informasi dengan tools dari model UML. Hasil anaslisis kebutuhan ini nantinya dibutuhkan dalam mendesain sistem informasi kesehatan dan keselamatan kerja di PT Artistika Kreasi Mandiri. 1. Activity Diagram Tahapan awal dalam melakukan requirement analysis adalah mengidentifikasi proses bisnis perusahaan. Penggambaran tersebut akan menggunakan activity diagram sebagai tools modeling. Activity diagram ini nantinya menggambarkan aktivitas dari pekerja yang berkaitan dengan sistem K3, pemeriksaan, dan produksi (produktivitas). Aktor yang berkaitan tersebut terletak pada divisi produksi frame, weaving, QC, gudang dan logistik. Penjelasan mengenai activity diagram dapat digambarkan dibawah ini: 35

17 36 Gambar 4.8 Activity Diagram 2. Event Table Setelah diketahui proses bisnis perusahaan yang digambarkan dalam activity diagram, maka dilakukan pengumpulan data terkait aktor dan fungsinya dalam sistem. Hasil dari pengumpulan data tersebut dicatat di dalam tabel yang dinamakan event table. Dalam event table secara rinci berisikan aktor yang berinteraksi dengan sistem, event, pemicu terjadinya event, source, respon dari dilakukannya event, dan tujuan event tersebut dilakukan. Dari event table inilah, muncul use case diagram. Dalam event table hanya mencatat aktivitas yang dilakukan aktor di dalam sistem. Untuk penjelasan gambar dapat dilihat pada lampiran 2 halaman Use Case Diagram Di dalam event table, salah satu kolom berisikan use case yang merupakan fungsi aktor dalam sistem. Use case ini digambarkan lebih rinci di dalam use case diagram. Diagram ini menggambarkan hubungan antara aktor dengan fungsi yang mereka jalankan. Aktor dalam sistem yang akan dirancang yaitu berupa bagian produksi frame, bagian produksi weaving, bagian quality control, bagian gudang dan logistik, serta manajer produksi. Masing-masing aktor memiliki tanggung jawab fungsi dalam sistem. Untuk penjelasan fungsi dari masing-masing aktor dalam sistem, dijelaskan pada gambar dibawah ini.

18 Gambar 4.9 Use Case Diagram 4. Use Case Description Berdasarkan event table dan hasil requirement analysis, perlu sebuah model yang menggambarkan fungsi dari perencanaan sistem yang akan di bangun (function requirement model). Salah satunya adalah use case description. Use case description hanya sebatas penggambaran logika sistem, belum sampai kepada perancangan fisik dari sistem. Use case description merupakan penjelasan rinci dari use case diagram. Di dalam use case description terdapat penjelasan lengkap sampai dengan langkah-langkah aktor dalam berinteraksi dengan sistem. Untuk penjelasan gambar dapat dilihat pada lampiran 2 halaman Domain Class Diagram Selain use case description, domain class diagram juga merupakan salah satu function requirement model yang menggambarkan logika dari sistem. Domain class diagram merupakan diagram yang 37

19 menggambarkan struktur data dan asosiasi antar kelas. Dari masingmasing data dalam kelas, memiliki atribut yang merupakan informasi. Informasi ini nantinya dibutuhkan untuk perancangan sistem informasi. Asosiasi sendiri merupakan hubungan kebutuhan dari antar kelas. Misalkan, dalam kecelakaan kerja dibutuhkan data pekerja dan divisi. Artinya, kelas yang saling berhubungan merupakan kelas kecelakaan, pekerja, dan divisi. Dalam asosiasi, terdapat notasi yang melambangkan banyaknya proses yang terjadi dalam sistem. 38 Gambar 4.10 Domain Class Diagram 6. Database Structure Merupakan struktur database yang dirancang untuk mencatat data master dan transaksi pada sistem informasi yang akan dibuat. Dalam struktur ini terdapat field beserta tipe, panjang, dan keterangan data. Adapun struktur database tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4.13 Database Master Divisi Nama ArtistikaKreasiMandiri Database: Nama Tabel: MsDivisi Keterangan: Primary Key: Foreign Key: Tabel ini digunakan untuk mengelola data divisi IDDivisi Field Tipe Data Panjang Keterangan IDDivisi CHAR 6 ID divisi NamaDivisi VARCHAR 30 Nama divisi Deskripsi VARCHAR 60 Deskripsi divisi

20 Tabel 4.14 Database Master Klasifikasi Kecelakaan Nama Database: ArtistikaKreasiMandiri Nama Tabel: MsKlasifikasi Keterangan: Tabel ini digunakan untuk mengelola data klasifikasi kecelakaan kerja Primary Key: IDKlasifikasi Foreign Key: Field Tipe Data Panjang Keterangan IDKlasifikasi CHAR 6 ID Klasifikasi NamaKlasifikasi VARCHAR 30 Nama klasifikasi Deskripsi VARCHAR 60 Deskripsi klasifikasi kecelakan kerja Nama Database: Nama Tabel: Keterangan: Primary Key: Foreign Key: Tabel 4.15 Database Master Produk ArtistikaKreasiMandiri MsProduk Tabel ini digunakan untuk mengelola data produk IDProduk Field Tipe Data Panjang Keterangan IDProduk CHAR 6 ID produk NamaProduk VARCHAR 30 Nama produk Jenis Produk VARCHAR 20 Deskripsi produk Lama Pembuatan NUMBER 5 Lama pembuatan Produk Tabel 4.16 Database Master Pekerja Nama Database: ArtistikaKreasiMandiri Nama Tabel: MsPekerja Keterangan: Tabel ini digunakan untuk mengelola data pekerja Primary Key: IDPekerja Foreign Key: Field Tipe Data Panjang Keterangan IDPekerja CHAR 6 ID pekerja IDDivisi VARCHAR 30 Nama pekerja NamaPekerja VARCHAR 60 Nama pekerja JenisKelamin VARCHAR 10 Jenis Kelamin Pekerja Alamat VARCHAR 60 Alamat Pekerja NoTelp NUMBER 15 No Telp Pekerja TanggalLahir DATE 10 Tanggal Lahir Pekerja Pekerjaan VARCHAR 30 Pekerjaan JumlahAbsen NUMBER 5 Jumlah Absen Pekerja TanggalMasuk DATE 10 Tanggal Masuk Pekerja TanggalKeluar DATE 10 Tanggal Keluar Pekerja 39

21 40 Manhours NUMBER 10 Manhours Pekerja Tabel 4.17 Database Transaksi Detail Kecelakaan Kerja Nama Database: ArtistikaKreasiMandiri Nama Tabel: TrDetailKecelakaanKerja Keterangan: Tabel ini digunakan untuk mencatat dan menyimpan data form detail kecelakaan kerja Primary Key: IDDetailKecelakaanKerja Foreign Key: Field Tipe Data Panjang Keterangan IDDetailKK CHAR 6 ID detail kecelakaan kerja IDKK CHAR 6 ID kecelakaan kerja IDPekerja CHAR 6 ID pekerja IDKlasifikasi CHAR 6 ID klasifikasi kecelakaan kerja EfekKK VARCHAR 30 Efek Kecelakaan Kerja Kronologis VARCHAR 60 Kronologis Kecelakaan Kerja Penanganan VARCHAR 60 Penanganan Medis Tabel 4.18 Database Transaksi Detail Produksi Nama Database: ArtistikaKreasiMandiri Nama Tabel: TrDetailProduksi Keterangan: Tabel ini digunakan untuk mencatat dan menyimpan data form detail produksi Primary Key: IDDetailProduksi Foreign Key: Field Tipe Data Panjang Keterangan IDDetailProduksi CHAR 6 ID detail produksi IDProduksi CHAR 6 ID produksi IDDivisi CHAR 6 ID divisi IDProduk CHAR 6 ID produk JumlahProduksi NUMBER 10 Jumlah produksi Tabel 4.19 Database Transaksi Detail Quality Control Nama Database: ArtistikaKreasiMandiri Nama Tabel: TrDetailQC Keterangan: Tabel ini digunakan untuk mencatat dan menyimpan data form detail quality control Primary Key: IDDetailQC Foreign Key: Field Tipe Data Panjang Keterangan IDDetailQC CHAR 6 ID detail quality control IDQC CHAR 6 ID quality control IDProduk CHAR 6 ID produk JumlahPemeriksaan NUMBER 6 Jumlah pemeriksaan produk Keterangan VARCHAR 30 Keterangan

22 Tabel 4.20 Database Transaksi Kecelakaan Kerja Nama Database: ArtistikaKreasiMandiri Nama Tabel: TrKecelakaanKerja Keterangan: Tabel ini digunakan untuk mencatat dan menyimpan data form kecelakaan kerja Primary Key: IDKecelakaanKerja Foreign Key: Field Tipe Data Panjang Keterangan IDKK CHAR 6 ID kecelakaan kerja TanggalKejadian DATE 10 Tanggal kejadian kecelakaan kerja Tabel 4.21 Database Transaksi Produksi Nama Database: ArtistikaKreasiMandiri Nama Tabel: TrProduksi Keterangan: Tabel ini digunakan untuk mencatat dan menyimpan data form produksi Primary Key: IDProduksi Foreign Key: Field Tipe Data Panjang Keterangan IDProduksi CHAR 6 ID produksi TanggalProduksi DATE 10 Tanggal produksi Tabel 4.22 Database Transaksi Quality Control Nama Database: ArtistikaKreasiMandiri Nama Tabel: TrQualityControl Keterangan: Tabel ini digunakan untuk mencatat dan menyimpan data form quality control Primary Key: IDQC Foreign Key: Field Tipe Data Panjang Keterangan IDQC CHAR 6 ID quality control TanggalQC DATE 10 Tanggal quality control IDPekerja CHAR 6 ID pekerja 7. Activity-Data Matrix Setelah tahapan analisis kebutuhan sebelumnya dilakukan, maka diperlukan perencanaan activity data matrix untuk mencatat aktivitas data dalam sistem. Ini nantinya dibutuhkan dalam proses design system dan user interface. Dalam matrix ini, terdapat kegiatan data dalam sistem. Matrix menggambarkan hubungan antara aktivitas dalam use case dengan data dalam kelas. Hubungan tersebut disimbolkan dengan CRUD (Create, Read, Update, Delete) yang merupakan fungsi dasar dari sebuah data. Misalnya, dalam melakukan pencatatan kecelakaan kerja, dibutuhkan data pekerja dan divisi. Data pekerja dan divisi tersebut dibaca dari kelasnya, sedangkan dalam pencatatan kecelakaan kerja dapat melakukan penambahan dan menghapus data. 41

23 Gambar 4.11 Matrix CRUD 8. State Transition Diagram Salah satu analisis yang dilakukan dalam requirement analysis adalah mengawasi perubahan status dari suatu objek. Perubahan tersebut menandakan sampai mana suatu aktivitas diproses. Suatu aktivitas sendiri memiliki awalan (start) dan akhir (end). Diagram ini menjelaskan perubahan status tersebut pada objek yang penting dalam suatu proses bisnis dengan tujuan mengontrol perubahan yang terjadi. Dalam sistem yang dirancang, pengontrolan status hanya terletak pada transaksi sistem seperti kecelakaan kerja, hasil produksi, dan pemeriksaan. Untuk penjelasan gambar dapat dilihat pada lampiran 2 halaman System Sequence Diagram Dalam melakukan interaksi dengan sistem, aktor membutuhkan input yang sesuai agar output yang diinginkan dapat diperoleh. Tugas sistem sendiri nantinya adalah memproses input-an yang diberikan aktor. Input-an sendiri dapat berupa data-data seperti nilai, tanggal, nama, divisi, 42

24 jumlah, dan lain sebagainya. Dalam merancang sistem, perancang harus menganalisis hal tersebut agar dapat menyesuaikan antara input-an dan output yang diberikan sistem. Penjelasan ini digambarkan ke dalam model SSD, dimana merupakan diagram yang menjelaskan interaksi aktor terhadap sistem, input-an apa yang dilakukan dan output yang diberikan sistem sebagai reaksi timbal balik. Untuk penjelasan gambar dapat dilihat pada lampiran 2 halaman Storyboard Tahapan akhir dari requirement analysis adalah merencanakan navigasi dari sistem. Ini bertujuan untuk memberikan gambaran dalam merancang sistem secara fisik nantinya, mengenai dokumen atau UI apa yang diperlukan dan dilakukan perancangan. Storyboard merupakan diagram yang menampilkan navigasi setiap tampilan (user interface) dalam sistem. Dalam gambar dibawah, tampilan dikelompokkan ke dalam empat warna, dimana warna biru merupakan form login dan menu utama, warna hijau merupakan master data, warna oranye merupakan data transaksi, dan warna kuning adalah laporan. 43 Gambar 4.12 Storyboard Design Systems Setelah dilakukan analisis kebutuhan, dilakukan desain arsitektur dan infrastruktur sistem dengan bantuan model UML sebagai alat bantu. 1. First-Cut Class Diagram Merupakan pengembangan dari domain class diagram, dimana didalam first cut class diagram diberikan panah. Panah tersebut

25 menandakan navigation visibility, yang berarti kelas dari data membutuhkan kelas mana dalam pengambilan informasi. Misal, terdapat panah dari kelas pekerja ke arah kelas divisi. Hal ini berarti, kelas pekerja membutuhkan atribut dari kelas divisi. Untuk penjelasan gambar dapat dilihat pada lampiran 3 halaman Deployment Environment (DE) and Application Architecture (AA) Sistem ini nantinya akan digunakan dalam PC dengan spesifikasi minimum, yang ditujukan untuk menjalankan aplikasi dan penyimpanan ke dalam database. Dalam pengembangan deployment environment, bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa Java dengan database MYSQL. Untuk perangkat keras (hardware), prosesor yang digunakan adalah Intel core i3-i5, memori 2GB DDR 3, VGA intel minimal 500Mb VRAM dan Hard Disk 320 GB SATA. Sesuai dengan kebutuhan perusahaan, nantinya sistem ini tidak membutuhkan jaringan internet tetapi hanya mengintegrasikan komputer di masing-masing divisi dengan jaringan LAN. Nantinya, akan ada satu PC yang berfungsi sebagai server dari penyimpanan data. Alasan tidak digunakan internet dikarenakan sistem ini hanya digunakan dan berfungsi untuk internal perusahaan, tidak berpengaruh langsung dengan pihak eksternal perusahaan. Komponen software tambahan dalam penggunaan sistem ini yaitu Microsoft Office dan software lain yang mendukung sistem. 44 Gambar 4.13 Arsitektur Sistem Penggunaan bahasa dalam sistem ini menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris (English). Penggunaan Bahasa Indonesia terletak pada kolom isian form, hal ini bertujuan untuk membantu pengguna sistem dalam melakukan pengisian dikarenakan pengguna merupakan warga Negara Indonesia. Penggunaan Bahasa Inggris (English) banyak terdapat pada nama produk dan navigasi sistem. Dalam implementasinya nanti, setiap divisi yang memiliki komputer diberikan printer untuk mencetak laporan atau data-data yang dibutuhkan seperti data pekerja, data kecelakaan kerja, data produksi, dan

26 data pemeriksaan dan perbaikan. Sedangkan untuk manajer produksi, penggunaan komputer dan printer bertujuan untuk melakukan pemantauan produksi dan kecelakaan kerja serta mencetak laporanlaporan terkait yang dibutuhkan. 3. Completed Three-Layer Sequence Diagram Tahap akhir dalam pengembangan sequence diagram setelah SSD. Diagram ini menjelaskan secara rinci urutan dari apa yang dilakukan aktor terhadap sistem maupun oleh sistem itu sendiri. Logika dari sistem juga dijabarkan disini dan lebih lengkap dikarenakan seluruh kelas dan database yang terkait dalam sistem juga digambarkan keterkaitannya. Untuk penjelasan gambar dapat dilihat pada lampiran 3 halaman Updated Design Class Diagram Setelah domain class diagram, first-cut design class diagram, tahapan terakhir dalam pembuatan class diagram ialah updated design class diagram. Diagram ini lebih lengkap dan merupakan pengembangan dari perancangan kelas diagram sebelumnya. Diagram ini menambahkan method-method yang ada di dalam sistem dari masing-masing kelas yang berkaitan. Sebagai contoh, method InfoPekerja = getinfopekerja() merupakan method untuk mengambil data pekerja ketika dilakukan pencatatan kecelakaan kerja dan pemeriksaan. Untuk penjelasan gambar dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 82. Sedangkan untuk penjelasan rinci (partial) dapat dilihat pada lampiran 3 halaman Package Diagram Setelah didapatkan keterkaitan objek dan class yang digambarkan dalam model class diagram dan sequence diagram, maka dilakukan pengelompokkan objek-objek ke dalam layer. Terdapat tiga layer yang dikelompokkan oleh tools model package diagram yaitu view layer, domain layer, dan data access layer. Seluruh tampilan atau UI dalam sistem yang dibuat seperti yang tertera pada storyboard dikelompokkan ke dalam view layer. Terdapat sepuluh UI yang dikelompokkan ke dalam view layer seperti UI Main Menu, UI Kecelakaan Kerja, UI Hasil Produksi, dan lain sebagainya. Selanjutnya, dilakukan pengelompokkan class beserta handler seperti yang tertera pada three layer sequence diagram ke dalam domain layer. Setiap class yang ada memiliki handler sebagai penangkap informasi transaksi, sebagai contoh class pekerja memiliki pekerjahandler dan lain sebagainya. Terakhir, dilakukan pengelompokkan database dari masing-masing class ke dalam data access layer. Selain itu, package diagram juga menggambarkan hubungan antar layer yang menggambarkan komunikasi dan kebutuhan antara satu layer dengan layer lainnya. Hubungan ini disimbolkan dengan garis putus-putus. Untuk penjelasan gambar dapat dilihat pada lampiran 3 halaman Design of User Interfaxe Tahapan akhir dari design system adalah melakukan perancangan tampilan antar muka (user interface). Sebelumnya, terkait dengan penggambaran UI telah disinggung pada bagian storyboard. UI merupakan salah satu bentuk komunikasi antara user dengan sistem, dimana user melakukan input kedalam sistem yang nantinya dilakukan proses oleh sistem. UI inilah yang membantu user dalam melakukan input ke dalam sistem. Output dari proses dapat berupa tampilan grafik, 45

27 diagram, atau laporan sesuai dengan kebutuhan dan pilihan layanan pada sistem yang telah dibentuk. Pedoman dasar dalam merancang UI berasal dari hasil analisis kebutuhan (requirement analysis) yang telah dilakukan, yakni secara garis besar pada model event table, use case, dan SSD. UI dibuat berdasarkan pembagian fungsi dari user. Nantinya, dalam UI ada kolom isian yang dapat berupa text box, text area, combo box, dan lain sebagainya dimana kolom tersebut merupakan tempat input-an dari user dimasukkan. Hasil dari input-an nantinya diproses oleh sistem, dimana logika dari proses tersebut telah digambarkan pada three layer sequence diagram. Dalam sistem yang dibuat pada studi kasus ini, terdapat sebelas tampilan dari sistem, yang diantaranya sebagai berikut: - Menu Utama, merupakan tampilan awal ketika aktor menggunakan sistem. Dalam menu utama, terdapat banyak pilihan sub-menu sebagai intepretasi layanan dan fungsi dari sistem seperti manajemen operasional dan manajemen data. Dari masing-masing sub-menu tersebut, nantinya memiliki sub-sub menu di dalamnya. - Form login, merupakan tampilan ketika aktor melakukan login ke dalam sistem. Login dimaksudkan untuk membatasi akses dari aktor, sehingga setiap aktor memiliki tanggung jawab berbeda dalam menjalankan sistem. - Form kecelakaan kerja, bagian dari tampilan menu manajemen operasional. Merupakan form pengisian data kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan, yang nantinya akan disimpan di dalam database. - Form pencatatan hasil produksi merupakan bagian dari tampilan menu manajemen operasional. Merupakan form pengisian hasil produksi perusahaan yang tepatnya ditujukan untuk divisi pembuatan frame dan weaving, nantinya akan disimpan di dalam database perusahaan. - Form pekerja merupakan bagian dari tampilan menu manajemen data. Merupakan form pengisian data pekerja perusahaan di seluruh departemen, baik yang baru masuk ataupun yang telah bekerja lama di perusahaan, yang nantinya akan disimpan di dalam database perusahaan. - Form pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari tampilan menu manajemen operasional. Merupakan form pengisian hasil pemeriksaan perusahaan yang tepatnya ditujukan untuk divisi quality control. Pemeriksaan disini sudah termasuk pada perbaikan produk. Data pemeriksaan dan perbaikan nantinya akan disimpan di dalam database perusahaan. - Form laporan kecelakaan kerja LTFR, merupakan tampilan laporan yang sebagai gambaran dari data kecelakaan dan perhitungan LTFR serta perhitungan lainnya dalam sistem. Laporan digambarkan dalam data tabel dan grafik. - Form laporan hasil produksi, merupakan tampilan laporan yang sebagai gambaran dari pencatatan hasil produksi pekerja di perusahaan. Hal ini nantinya sebagai alat bantu dalam melihat produktivitas kerja di perusahaan. Laporan digambarkan dalam data tabel dan grafik. 46

LAMPIRAN 1 DATA KECELAKAAN KERJA

LAMPIRAN 1 DATA KECELAKAAN KERJA LAMPIRAN 1 DATA KECELAKAAN KERJA 1. Divisi Produksi Frame Tabel L.1 Data Kecelakaan Kerja Divisi Produksi Frame Sumber: PT Artistika Kreasi Mandiri (2013) Tabel L.2 Data Kecelakaan Kerja Divisi Produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Observasi yang dilakukan pada PT Artistika Kreasi Mandiri berfokus mengenai penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja serta sistem informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN KERJA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI PADA PT ARTISTIKA KREASI MANDIRI

ANALISIS KECELAKAAN KERJA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI PADA PT ARTISTIKA KREASI MANDIRI ANALISIS KECELAKAAN KERJA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI PADA PT ARTISTIKA KREASI MANDIRI Adrians Perdana, Fuadi A. Nasution, J. Sudirwan Binus University, Jl. K. H.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Studi kasus pada PT Surya Toto Indonesia, Tbk (PT STI) dilaksanakan untuk memecahkan masalah penjadwalan mesin produksi yang berfokus pada pabrik kedua.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. berupa data data hasil wawancara, observasi, analisis masalah.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. berupa data data hasil wawancara, observasi, analisis masalah. 25 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis sistem Tahap ini merupakan tahap awal dalam pembuatan aplikasi dimulai dari tahap perencanaan yang membahas mengenai proses pengumpulan informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN DESAIN

BAB IV ANALISA DAN DESAIN 26 BAB IV ANALISA DAN DESAIN 4.1 Identifikasi Masalah Sebelum proses analisa dilakukan, tahapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survey, wawancara kepada

Lebih terperinci

BAB III CARA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III CARA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III CARA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Penelitian tentang Sistem Informasi Perusahaan dan Kepegawaian PT. BUHARUM berbasis website menggunakan metode Software Development Life

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada fase pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN ULANG SISTEM. perancangan yang kompleks dimana pada setiap tahapan tersebut memerlukan proses

BAB 4 PERANCANGAN ULANG SISTEM. perancangan yang kompleks dimana pada setiap tahapan tersebut memerlukan proses BAB 4 PERANCANGAN ULANG SISTEM Perancangan ulang suatu proses bisnis dilakukan melalui tahapan-tahapan perancangan yang kompleks dimana pada setiap tahapan tersebut memerlukan proses analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DALAM PENGAJUAN ANGGARAN BIAYA DALAM RANGKA PENENTUAN TARIF TIKET PT. KALSTAR AVIATION

BAB 4 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DALAM PENGAJUAN ANGGARAN BIAYA DALAM RANGKA PENENTUAN TARIF TIKET PT. KALSTAR AVIATION BAB 4 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DALAM PENGAJUAN ANGGARAN BIAYA DALAM RANGKA PENENTUAN TARIF TIKET PT. KALSTAR AVIATION 4.1 Requirement Discipline PT. Kalstar Aviation adalah suatu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perusahaan atau instansi tentu nya memiliki data yang cukup besar, salah satunya adalah inventory. Suatu kegiatan dalam proses pengolahan data pada suatu gudang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang memiliki peranan sangat penting pada suatu perusahaan. Hal tersebut dikarenakan karyawan itulah yang nantinya akan memberdayakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Sistem Dari hasil wawancara, maka dapat diketahui sistem apa yang akan dibutuhkan oleh CV. Primatama untuk mengatasi permasalahan yang ada. Analisa kebutuhan sistem

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI HUMAN RESOURCES MANAGEMENT YANG DIUSULKAN PADA PT SERTCO QUALITY

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI HUMAN RESOURCES MANAGEMENT YANG DIUSULKAN PADA PT SERTCO QUALITY 80 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI HUMAN RESOURCES MANAGEMENT YANG DIUSULKAN PADA PT SERTCO QUALITY Berdasarkan teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya,dan hasil survey yang telah dilakukan ke

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM. yang diusulkan. Dimulai dari Non Member mendaftar sampai pengetahuan diperoleh

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM. yang diusulkan. Dimulai dari Non Member mendaftar sampai pengetahuan diperoleh BAB 4 PERANCANGAN SISTEM 4.1 Activity Diagram Activity Diagram digambarkan untuk menjelaskan alur dari proses bisnis yang diusulkan. Dimulai dari Non Member mendaftar sampai pengetahuan diperoleh karyawan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada fase pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan

Lebih terperinci

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains.

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains. 17 `BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis dan perancangan sistem, rancangan pengujian, dan evaluasi sistem dalam rancang bangun aplikasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Kambing Etawa Menggunakan Metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Kambing Etawa Menggunakan Metode Pearson Square pada Peternakan Nyoto. BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan objek penelitian pada Qwords.com perusahaan penyedia jasa layanan Web Hosting (Web Hosting Provider) yang melayani registrasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada fase pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan

Lebih terperinci

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar 261 Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar e) Form Historis BB Bulanan Form ini merupakan form yang menampilkan data bahan baku keluar, tetapi data akan dikelompokkan dalam kurun waktu bulanan. Sehingga dari

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Tahap kebutuhan sistem merupakan tahap menjelaskan kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta menjalankan

Lebih terperinci

STANDARD OPERATING PROCEDURE INVESTIGASI INSIDEN, KETIDAKSESUAIAN, TINDAKAN PERBAIKAN & PENCEGAHAN

STANDARD OPERATING PROCEDURE INVESTIGASI INSIDEN, KETIDAKSESUAIAN, TINDAKAN PERBAIKAN & PENCEGAHAN 1. TUJUAN : Untuk memastikan efektifitas pencatatan, investigasi incident, analisa insiden dan tindakan perbaikan, pencegahan, continual improvement serta komunikasi hasil investigasi. Memastikan investigasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau dianggap yang dikumpulkan (Hasan, 2009, p16), tetapi banyak data yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 53 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Metode Penelitian Gambar 3.1 Flow chart metode penelitian (A) Gambar 3.2 Flow chart metode penelitian (B) 54 Gambar 3.3 Flow chart metode penelitian (C) 55 Gambar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Berdasarkan hasil wawancara di perusahaan tersebut terdapat

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Berdasarkan hasil wawancara di perusahaan tersebut terdapat BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Analisis Permasalahan Berdasarkan hasil wawancara di perusahaan tersebut terdapat berbagai masalah terkait proses penggajian karyawan. Berbagai masalah yang ada di perusahaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM 27 BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem ng Sedang Berjalan Adapun analisa sistem yang sedang berjalan dalam saat ini adalah sebagai berikut : III.1.1. Input Adapun yang menjadi analisa

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI HELPDESK

SISTEM INFORMASI HELPDESK SISTEM INFORMASI HELPDESK Rikip Ginanjar 1, M. Kahfi Kresnotutuko 2, R.B. Wahyu 3, Eko Syamsuddin Hasrito 4, Yuyu Wahyu 5, Budi Sulityo 6 (1) President University, (Contact :rikipginanjar@president.ac.id)

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM 33 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Saat ini, proses pengendalian biaya persediaan pada PT. Indojaya Agri Nusa masih kurang efektif karena belum dapat mencapai tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Pada SMEC (Sumatera Medical Eye Center) kegunaan obat-obatan sudah menjadi kebutuhan primer, sehingga stok obat harus selalu terjaga agar kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

BAB IV HASIL DAN UJICOBA 48 BAB IV HASIL DAN UJICOBA IV.1. Hasil Berdasarkan dari rancangan di Bab III, maka dihasilkan program berikut adalah tampilan hasil dan pembahasan dari sistem mencocokkan gambar metode Linear Congruent

Lebih terperinci

19

19 20 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Dalam bab ini penulis mencoba menguraikan secara garis besar sistem yang berjalan, maka dapat menyebutkan hal-hal yang menjadi masalah dan perlu diselesaikan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekretariat Badan Geologi adalah divisi yang bergerak melaksanakan koordinasi penyusunan rencana, program dan anggaran, serta evaluasi dan penyusunan laporan departemen.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Pengkonsepan (Concept) Informasi pada sistem yang berjalan pada saat ini berupa hardcopy seperti buku menu atau daftar menu yang disediakan oleh pihak restaurant dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisa masalah dilakukan untuk membuat langkah langkah yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisa masalah dilakukan untuk membuat langkah langkah yang BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM III.1.Analisa Masalah Analisa masalah dilakukan untuk membuat langkah langkah yang berguna dalam mengatasi berbagai masalah yang ada, sehingga dengan adanya aplikasi

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Sekolah Internasional di Kota Medan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan, desain sistem,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Sistem ini akan menggunakan sebuah personal computer (PC) untuk melakukan semua proses yang ada dalam sistem. Proses yang ada meliputi input data master

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada fase pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengertian Kecelakaan Kerja

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengertian Kecelakaan Kerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu ilmu yang diterapkan pada dunia kerja yang bertujuan memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sistem yang sedang berjalan, dimana pada tahapan ini akan di gambarkan sebuah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sistem yang sedang berjalan, dimana pada tahapan ini akan di gambarkan sebuah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan Aplikasi Perancangan sistem merupakan tahapan lanjutan dari tahapan analisis sistem yang sedang berjalan, dimana pada tahapan ini akan di gambarkan sebuah perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. Sistem yang dibangun adalah Sistem Informasi Penjadwalan kegiatan

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. Sistem yang dibangun adalah Sistem Informasi Penjadwalan kegiatan BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK Sistem yang dibangun adalah Sistem Informasi Penjadwalan kegiatan Kemahasiswaan STIKOM Surabaya. Studi kasus pada kerja praktik ini pada Kemahasiswaan STIKOM Surabaya. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi dalam berbagai industri telah mendorong terciptanya kebutuhan dalam mendapatkan informasi secara cepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini peran teknologi informasi sangat penting bagi proses bisnis pada suatu perusahaan. Adanya teknologi informasi pada perusahaan dapat mendukung

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PT. MASS SARANA MOTORAMA (NV MASS) TUGAS AKHIR. Oleh. Adelya Handoko

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PT. MASS SARANA MOTORAMA (NV MASS) TUGAS AKHIR. Oleh. Adelya Handoko PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PT. MASS SARANA MOTORAMA (NV MASS) TUGAS AKHIR Oleh Adelya Handoko 1401106586 Andri Dwinanda 1401112456 Rizaldy Maulana 1401128435 Kelas/Kelompok:

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara BAB IV DESKRIPSI SISTEM 4.1 Identifikasi Masalah Sebelum proses analisa dilakukan, tahapan yang terlebih dahulu dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara kepada pihak

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM. a. Prosesor yang digunakan adalah Intel Pentium processor T4400 (2.2 GHz,

BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM. a. Prosesor yang digunakan adalah Intel Pentium processor T4400 (2.2 GHz, BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat a. Prosesor yang digunakan adalah Intel Pentium processor T4400 (2.2 GHz, 800 MHz FSB). b. Memori RAM yang digunakan 1 GB.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai sistem informasi geografis penentuan jumlah penduduk yang kurang mampu pada kecamatan Medan Labuhan berbasis web yang meliputi analisa

Lebih terperinci

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN. mengecek benar atau tidaknya list barang dalam FPP melalui View FPP dan

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN. mengecek benar atau tidaknya list barang dalam FPP melalui View FPP dan BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN 4.1 Prosedur Yang Diusulkan Proses pembelian dimulai ketika divisi gudang mengetahui produk sudah mencapai ROP melalui sistem, kemudian divisi gudang akan mengentry

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikannya.

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikannya. BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Sistem Analisis sistem ini merupakan penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Proses yang sedang berjalan dalam pengolahan data pendapatan dan pengeluaran masih bersifat manual. Bentuk manual yang dibuat oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Perancangan Sistem Perancangan sistem dimaksudkan untuk membantu menyelesaikan beberapa masalah yang terjadi saat ini sehingga dapat menjadi lebih baik dengan adanya sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Sistem Untuk pengembangan sistem, penelitian ini menggunakan model SDLC (Software Development Life Cycle). Selain untuk proses pembuatan, SDLC juga

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Di Kota Medan Berbasis Web yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem. III.1

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III. 1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem dilakukan guna mengetahui gambaran umum sistem informasi geografis letak lokasi baliho di Kota Medan, yakni menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Setelah semua proses perancangan selesai, maka tampilan hasil dari perancangan Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Predikat Mahasiswa Berprestasi Dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM 28 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada fase pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk mengetahui kelebihan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SYSTEM PENCETAKAN PO ONLINE PADA PT. DASS. suatu perusahaan yang memproduksi minuman kaleng didirikan pada tahun 1970.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SYSTEM PENCETAKAN PO ONLINE PADA PT. DASS. suatu perusahaan yang memproduksi minuman kaleng didirikan pada tahun 1970. 39 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SYSTEM PENCETAKAN PO ONLINE PADA PT. DASS 3.1 Sejarah dan Struktur PT. DASS PT.DASS adalah industry yang bergerak untuk supplay kebutuhan dari suatu perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Masalah Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk memahami informasi-informasi

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Penelitian

Bab 3 Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai proses bisnis yang berlangsung pada Toko Istana Boneka dan metode perancangan yang digunakan dalam membuat sistem informasi perhitungan arus kas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Kebutuhan akan teori dalam dunia pendidikan sangat besar. Teori banyak di tulis ke dalam sebuah buku maupun jurnal. Pada universitas potensi utama,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Sistem Analisa sistem lama dilakukan untuk mengetahui dan memahami tentang alur sistem yang telah digunakan sebelumnya oleh perusahaan, dalam hal ini adalah Badan

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN Kerja praktek ini dilakukan selama 160 jam pada PT. Sinar Baja Hutama yang bertujuan untuk mengidentifikasi sistem yang ada serta untuk menemukan permasalahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

DESKRIPSI PEKERJAAN. Pada proses penyusunan laporan kerja praktik peneliti melakukan

DESKRIPSI PEKERJAAN. Pada proses penyusunan laporan kerja praktik peneliti melakukan DESKRIPSI PEKERJAAN Pada proses penyusunan laporan kerja praktik peneliti melakukan proses penghimpunan data yang akan digunakan sebagai dasar kebutuhan sistem pelayanan pengelolaan obat. Penghimpunan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Implementasi Sistem BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Tahap implementasi dan pengujian sistem, dilakukan setelah tahap analisa dan perancangan selesai dilakukan. Pada sub bab ini akan dijelaskan implementasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Adapun analisis sistem akan dilakukan pada bagian gudang ruang lingkup kegiatannya diantaranya adalah melakukan pemesanan barang,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Perancangan Sistem Pada toko Mutiara Fashion akan dibuat sebuah Sistem informasi penjualan berbasis web (e-commerce) itu sendiri. Perancangan aplikasi ini di bangun bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. penyebaran informasi masih menggunakan cara selebaran ataupun melalui suratsurat

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. penyebaran informasi masih menggunakan cara selebaran ataupun melalui suratsurat BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN 4.1 Membuat Prosedur Kerja Dinas Komunikasi Dan Informatika Surabaya saat ini belum memiliki media penyebaran informasi seperti Dinas Pemerintahan yang lain. Selama ini penyebaran

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. Daftar Account Customer. Pesan LOGIN GAGAL! Ulangi Lagi. Input Booking Service. Simpan Data ke Database. Cetak Nota Boking Service

BAB IV PERANCANGAN. Daftar Account Customer. Pesan LOGIN GAGAL! Ulangi Lagi. Input Booking Service. Simpan Data ke Database. Cetak Nota Boking Service BAB IV PERANCANGAN 4.1 Perancangan Algoritma 4.1.1 Algoritma Pemesanan Servis Start Login Punya Account User? Daftar Account Y Input Login T Pesan LOGIN GAGAL! Ulangi Lagi Tampil Halaman Utama Input Data

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sistem Dalam tahap ini membahas tentang perancangan aplikasi yang penulis rencanakan, yaitu sebuah aplikasi yang bertujuan memberikan layanan absensi Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. Sembada dan digunakan agar dapat memudahkan pengguna untuk menggunakan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. Sembada dan digunakan agar dapat memudahkan pengguna untuk menggunakan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4. 1 Implementasi Tahap ini merupakan implementasi dari analisis dan desain sistem yang telah dibuat. Implementasi yang dibuat berdasarkan kebutuhan PDAM Surya Sembada

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM 31 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), belum memiliki sebuah sistem informasi yang terprogram, belum adanya aplikasi khusus yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem pada penelitian ini menggunakan model SDLC (Software Development Life Cycle). SDLC merupakan sebuah siklus pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam penelitian ini, alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: 1. Perangkat Keras (Hardware) a) Personal Computer (PC)/Laptop 32/64 bit architecture

Lebih terperinci

3. BAB III METODE PENELITIAN

3. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3. BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian dibutuhkan beberapa alat dan bahan untuk mendukung berjalannya perancangan dan implementasi sistem. 3.1.1 Alat Alat yang digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i SURAT PERNYATAAN... ii ABSTRACT... iii ABSTRAKSI... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR SIMBOL... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era milenium, perkembangan teknologi telah berkembang pesat dimana hal tersebut memberi dampak besar bagi berbagai aspek termasuk salah satunya dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISIS DAN PROSES BISNIS YANG BERJALAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISIS DAN PROSES BISNIS YANG BERJALAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 ANALISIS DAN PROSES BISNIS YANG BERJALAN Proses pengelolaan surat yang sedang berjalan di Departemen Pengawasan Bank adalah 1. Dalam mengelola surat masih dengan manual

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Masih banyaknya sebagian dari siswa yang tidak lulus tiap tahunnya dikarenakan sebagian dari siswa masih belum paham dalam mengerjakan soalsoal

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Rute jalur terpendek merupakan suatu persoalan untuk mencari lintasan menuju toko Majestyk yang dilalui dengan jumlah yang paling minimum. Maka

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 PERANCANGAN SISTEM Untuk memudahkan pembuatan aplikasi sistem pakar berbasis website, maka akan dibuat model menggunakan UML (Unified Modeling Language). Perlu diketahui metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Sistem Dari hasil survey dan observasi, maka dapat diketahui sistem apa yang akan dibutuhkan oleh UD. Panca Usaha untuk mengatasi permasalahan yang ada. Analisa

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa system yang berjalan Pengolahan data penggajian pada PT. XYZ yang ada sekarang ini belum memenuhi kriteria yang sudah dilakukan pada perusahaan-perusahaan lain

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN PENELITIAN BAB III PERANCANGAN PENELITIAN 3.1 Peralatan Pendukung Peralatan pendukung dalam pembuatan aplikasi berbasis website terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. komponen sistem yang diimplementasikan dan mengetahui kelemahan dari

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. komponen sistem yang diimplementasikan dan mengetahui kelemahan dari BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI 5.1. Pengujian Pengujian merupakan bagian yang terpenting dalam siklus pembangunan perangkat lunak. Pengujian dilakukan untuk untuk memeriksa kekompakan antara komponen

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM 25 BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem pada yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap sistem pakar mendiagnosa herpes

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tinjauan Organisasi Organisasi merupakan wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat hubungan formal dalam rangkaian hirearki untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. mengetahui proses bisnis yang ada dalam sistem yang akan dibuat, dalam hal ini

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. mengetahui proses bisnis yang ada dalam sistem yang akan dibuat, dalam hal ini 24 BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK 4.1 Wawancara dan Pengamatan Dalam melaksanakan kerja praktek ini, dilakukan wawancara untuk mengetahui proses bisnis yang ada dalam sistem yang akan dibuat, dalam hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM YANG DIUSULKAN

BAB IV ANALISIS SISTEM YANG DIUSULKAN 76 BAB IV ANALISIS SISTEM YANG DIUSULKAN 4.1 Sistem yang diusulkan 4.1.1 Strurktur Perusahaan CV. Apotek Cahaya Sturktur organisasi yang kami usulkan dalam CV. Apotek Cahaya dimulai dari jabatan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini, dunia teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini membuat setiap perusahaan bersaing untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Use Case dan Skenarionya 4.1.1 Use Case Usulan 4.1.2 Skenario Use Case 4.1.2.1 Skenario Login Gambar 4. 1 Use Case MT Nama Use Case Login Deskripsi Singkat Melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4.1: Use Case Diagram Plafon Mingguan. Tabel 4.1: Deskripsi Use Case Diagram Plafon Mingguan

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4.1: Use Case Diagram Plafon Mingguan. Tabel 4.1: Deskripsi Use Case Diagram Plafon Mingguan 42 BAB IV PERANCANGAN 4.1 Perancangan Sistem Usulan Berdasarkan analisa permasalahan yang terjadi di PT PLN (Persero) Distribusi Banten, penulis mengusulkan perancangan sistem untuk menangani masalah terebut.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Transmisi TVRI Di Sumatera Utara yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain sistem.

Lebih terperinci

HUMAN RESOURCES MANAGEMENT ELECTRONIC PEGAWAI PADA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA OLEH : RENY RAMDIANI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

HUMAN RESOURCES MANAGEMENT ELECTRONIC PEGAWAI PADA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA OLEH : RENY RAMDIANI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI HUMAN RESOURCES MANAGEMENT ELECTRONIC PEGAWAI PADA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA OLEH : RENY RAMDIANI 41812110121 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 33 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Sirtu Alam Makmur adalah perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor yang melayani jasa pembangunan proyek jalan dan memproduksi hasil

Lebih terperinci