Second Amendment, Cornell University Law School, diakses 18 Agustus 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Second Amendment, Cornell University Law School, https://www.law.cornell.edu/wex/second_amendment, diakses 18 Agustus 2015"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu mengenai kepemilikan senjata api di Amerika Serikat (AS) memang telah lama diperdebatkan. Banyak pro maupun kontra dalam hal ini. Pasalnya, isu ini menjadi kontroversial bila telah dibahas baik oleh kelompok kepentingan dan asosiasi penggemar senjata api AS, maupun para aktivis kemanusiaan yang bergerak membela kepentingan para korban senjata. Kiprah senjata api di AS sendiri resmi dimulai pada 1791, saat Amandemen Kedua Konstitusi AS muncul. Amandemen tersebut memuat aturan resmi mengenai senjata api yang berbunyi, "A well-regulated Militia, being necessary to the security of a free State, the right of the people to keep and bear Arms, shall not be infringed". Bahkan pasca munculnya amandemen ini, perdebatan pun sudah mulai terlihat. Di satu sisi, para penganut individualist theory berpendapat bahwa the right of the people to keep and bear Arms, shall not be infringed, merupakan penegasan bahwa memang merupakan hak setiap warga negara untuk dapat memiliki senjata api. Namun bagi para penganut collective theory, yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka berpegang pada pembukaan A well-regulated Militia. Bahwa sebenarnya hak untuk memiliki dan mengatur persenjataan hanyalah ditujukan untuk level pemerintahan, baik itu lokal, negara bagian, atau pemerintah federal. Bukan masyarakat umum. 1 Dan perdebatan semacam ini pun tak hanya berhenti pada abad 18, namun terus terjadi hingga sekarang. Kini, saat senjata api telah tersebar luas di penjuru AS, tidak sedikit korban masyarakat sipil yang jatuh akibat gun violence. Fenomena inilah yang kemudian mengundang perdebatan baru. Yakni apakah amandemen kedua dan senjata api masih relevan digunakan di era modern Amerika seperti saat ini. Salah satu insiden gun violence yang mungkin masih terekam dalam ingatan adalah peristiwa penembakan massal pada 14 Desember 2012 di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown, Connecticut. Sebanyak 20 orang murid; berumur antara 6 dan 7 tahun, serta 6 orang dewasa, meninggal dunia. Sang pelaku yang bernama Adam Lanza, diduga 1 Second Amendment, Cornell University Law School, diakses 18 Agustus

2 mengidap gangguan mental. Karena ia menembak mati ibunya sendiri, Nancy Lanza, sebelum menembaki anak-anak di Sandy Hook. Adam sendiri juga kemudian menembak dirinya sendiri saat hampir diamankan oleh regu kepolisian. Dalam kasus penembakan tersebut, Adam membawa tiga senjata: assault rifle AR 15 dari Bushmaster, dan dua pistol keluaran Glock dan Sig Sauer. 2 Kasus gun violence ini pun kemudian memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Termasuk Presiden Obama sendiri, yang menentang keras kebijakan gun rights yang ada. Obama kemudian melangkah lebih jauh, dengan mengajukan proposal RUU background checks pada awal tahun Tujuan pengajuan ini adalah untuk mengatasi perdebatan isu senjata yang masih santer, dengan cara menerapkan gun control yang lebih ketat. Secara spesifik, Obama menawarkan rancangan kebijakan yang mengharuskan adanya background check pada calon pembeli senjata api, dan pembatasan pembelian peluru hingga 15 magasin. Usulan ini pun kandas karena mengalami kekalahan vote dari kubu pro-gun rights, yang berisi mayoritas anggota Partai Republik, dan sebagian Demokrat. 3 Dari batasan minimum untuk lolos voting, yakni 60 suara, kebijakan ini hanya mendapat 57 suara. Dari 57 suara ini pun, sebagian diantaranya adalah suara dari beberapa orang anggota Partai Republik. Faktor utama kebijakan ini tidak lolos, disebabkan oleh kurangnya suara para senator Demokrat yang berdomisili di negara bagian yang konservatif, seperti Colorado. Di negara-negara bagian yang terhitung konservatif, atau negara bagian yang bipartisan, NRA telah menancapkan kuat pengaruhnya. Di wilayahwilayah tersebut, NRA memobilisasi massa, baik anggota maupun simpatisannya, untuk menekan senator masing-masing. Baik melalui , telepon, maupun surat. Semuanya berisi kecaman akan kebijakan pembatasan senjata api. Hal inilah yang kemudian berimplikasi pada jatuhnya suara para Senator Demokrat yang tinggal di negara-negara konservatif. 4 2 Sandy Hook Shooting: What Happened?, CNN (online), diakses 24 September D.Bash, Leading Senate Talks Falling Short of Universal Background Checks, CNN (online), 9 April 2013, diakses 25 Maret J.Weisman, Senate Blocks Drive for Gun Control, The Washington Post (online),17 April 2013, diakses 26 Mei

3 Fenomena ini seakan menjadi sebuah pembuktian akan kekuatan NRA di AS. Berikut adalah beberapa faktor mengapa NRA dapat menjadi sebuah pressure group yang amat kuat. Pertama, jumlah anggota dan aktivis yang terlibat NRA sangatlah besar. Tak lupa, dana jutaan dolar yang mengalir ke dalam NRA yang berasal dari berbagai korporasi dan industri senjata. Kedua, selain menjadi badan lobi, NRA juga merupakan klub masyarakat yang populer dan mitra yang bersahabat bagi industri dan politisi, sehingga berkat popularitasnya ini, pengaruh NRA sangat kuat hampir di banyak wilayah di AS. 5 Ketiga, NRA hampir tak memiliki rival dalam memperjuangkan kepentingannya. Bahkan pada 2010, Brady Center to Prevent Gun Violence, pressure group terbesar dalam hal pembatasan senjata api, hanya mampu mengucurkan dana lobi sekitar $3 juta. Sedangkan di tahun yang sama, NRA berhasil mengucurkan dana sebesar $243 juta. Selisih dana sebesar $240 juta ini tentu dapat memberikan gambaran, kepentingan siapa nantinya yang akan terakomodir. 6 Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi penulis, mengenai kenapa hal ini bisa terjadi. Bagaimana NRA dapat menjadi mempengaruhi kebijakan? Dalam karya tulis ini, penulis akan mencoba menjelaskan mengenai hubungan antara kebijakan kepemilikan senjata, kelompok-kelompok lobi, dan industri senjata api AS itu sendiri. B. Rumusan Masalah Bagaimana NRA sebagai pressure group dapat mempengaruhi kebijakan mengenai kepemilikan senjata api di AS pada masa pemerintahan pertama Obama ? C. Landasan Teori Lobbying Lobbying lebih identik dengan suatu proses tertentu, daripada sebuah organisasi. Sehingga proses lobbying tidak terbatas pada beberapa kelompok orang, maupun sebuah organisasi. Proses ini pun paling mudah diartikan sebagai proses komunikasi oleh 5 W.Hickey, How The NRA Became The Most Powerful Special Interest In Washington, Business Insider (online), 18 Desember 2012, diakses 26 Mei C.Chiliza, The NRA s Big Spending Edge In 1 Chart, The Washington Post (online), 18 Desember 2012, diakses 26 Mei

4 seorang lobbyist kepada pemerintah, agar pemerintah dapat menyetujui kebijakan atau keinginan yang diinginkan oleh klien kelompok lobbying. Komunikasi kepada pemerintah ini dapat dilakukan dengan beragam cara, tergantung oleh lobbyist yang melakukannya. Metode lobi sendiri tidaklah mudah, karena lobbyist harus memastikan bahwa pesan yang dia sampaikan, harus sampai dengan seakurat mungkin kepada para pemangku kebijakan. 7 Semisal, jika proses lobi menggunakan cara dengan menggerakkan opini publik, maka pesan tersebut haruslah sampai dengan akurat. Dan tidak terdistorsi dalam gelombang opini publik itu sendiri. Proses lobi (lobbying) terdiri dari dua metode: Pertama adalah metode direct communication. Metode ini merupakan taktik lobi dengan cara dikirimkannya perwakilan lobbyist untuk bernegosiasi langsung ke pejabat pemerintahan. Keberhasilan metode ini bergantung pada seberapa kuat hubungan personal sang pelobi dengan sang pejabat. Karena pelobi dihadapkan face to face dengan pemangku kebijakan. Sedangkan metode Kedua adalah indirect communication. Cara ini biasanya digunakan ketika metode pertama sulit digunakan. Bisa jadi karena para pejabat pemerintahan sulit ditemui, atau para pejabat memang sulit untuk dilobi. Indirect communication adalah taktik lobi dengan menggunakan kekuatan gerakan massa untuk menekan pemerintah. Sehingga kemudian pemerintah/institusi terkait mendapatkan kesan bahwa isu yang dibawa sang lobbyist ini didukung oleh publik. Metode ini disebut juga dengan lobbying at the grass-roots. 8 Pressure Groups Menurut definisinya, pressure groups dapat diartikan sebagai groups of likeminded individuals who campaign for their collective interests and/or in pursuit of a common cause. They aim to influence the policies or actions of government. 9 Dengan kata lain, pressure groups bukan hanya sekumpulan individu biasa dengan minat dan kepentingan yang sama, seperti sebuah komunitas. Namun kelompok ini lebih dari sekedar 7 David L.S, International Encyclopedia of the Social Sciences, Macmillan Reference USA, New York City, hlm Ibid. hlm AS Revision Guide; Pressure Groups, KEGSNet. VLE of King Edward VI Grammar School (online), 20guide.pdf, diakses 12 Agustus

5 hal itu. Pressure groups juga bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Terutama terkait isu dan kebijakan yang terkait dengan kepentingan mereka. Menurut Andrew Heywood, pressure groups mempunyai 3 karakteristik: (1) Bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan/langkah pemerintah dari luar lingkup pemerintahan dari masyarakat. (2) Bergerak dalam bidang isu yang terfokus, misal; isu senjata api, isu lingkungan hidup, dll. (3) Berusaha merangkul masyarakat dari bermacam latar belakang. 10 Dalam kasus NRA serta pressure groups lain seperti Gun Owners of America, atau Brady Center to Prevent Gun Violence, penulis mengasumsikan bahwa mereka termasuk dalam kategori pressure groups. Hal ini dikarenakan masing-masing dari kelompok ini: berusaha mengubah kebijakan sesuai dengan kepentingan mereka di bidang regulasi senjata api, serta telah merangkul banyak anggota dari berbagai macam latar belakang. Kelompok unik ini juga mempunyai fungsinya sendiri, yakni: (1) Sebuah pressure group menyediakan tempat bagi aspirasi-aspirasi masyarakat yang kiranya tidak berhasil terakomodasi dalam proses elektoral formal. Dengan kata lain, kelompok ini juga mempunyai fungsi representative, sama halnya dengan fungsi dari partai politik. (2) Pressure groups dapat menjadi sebuah agen transformatif dalam peningkatan partisipasi politik. Misalnya, pressure group A terindikasi dekat dan sangat mendukung partai X. Karena partai X juga mengusung kepentingan A dalam platform mereka. Kemudian, menjadi besar kemungkinan bahwa para anggota dan simpatisan A akan mendukung partai X sebagai pilihan mereka dalam pemilihan umum. Karena dengan demikian, para anggota A menjadi berharap bahwa kepentingan mereka akan terpenuhi oleh partai X. (3) Kelompok ini membantu dalam peningkatan edukasi politik. Karena banyak bagian dari masyarakat yang mengetahui beragam informasi terbaru, justru dari broadcast yang dilakukan oleh pressure groups. Di era global seperti saat ini, mereka dapat dengan berkomunikasi, baik dengan anggotanya maupun masyarakat umum, melalui website, media sosial, bulletin, dsb. (4) Beberapa pressure group terkadang melangkah lebih jauh. Mereka tak hanya berhenti pada tahap pembuatan kebijakan. Namun mereka juga turut berpartisipasi dalam implementasi kebijakan itu sendiri. 11 Sebagai contoh, dalam kebijakan 10 Ibid. 11 Ibid. 5

6 gun control selama ini, pemerintah memfokuskan agar pemakaian senjata dapat terkontrol, baik oleh aparat, maupun warga sipil. Dan NRA pun menolong pemerintah dalam mengimplementasikan hal ini. NRA mempunyai program khusus pelatihan senjata api bagi institusi kepolisian. NRA juga mempunyai program pelatihan menembak bagi masyarakat sipil, serta edukasi mengenai bagaimana penanganan dan pemakaian senjata api yang pantas, bagi para pemuda AS. Dengan program-program tersebut, NRA secara tak langsung telah membantu pemerintah dalam pengimplementasian gun control. 12 Terakhir, aspek paling penting yang akan dibahas adalah taktik/strategi yang digunakan oleh pressure groups dalam mencapai tujuannya. Taktik yang digunakan dapat dibagi menjadi dua jenis; taktik insider groups & outsider groups. Taktik insider berarti pressure groups menggunakan pendekatan dari dalam pemerintahan, berupa (1) Lobi ke pemerintah. (2) Metode pendekatan ke parlemen (parliamentary methods). Sedangkan taktik dari outsider groups lebih variatif, ia dapat berwujud seperti: (1) Berafiliasi ke partai politik. (2) Legal action melalui pengadilan. (3) Mengadakan kampanye dan aksi. (4) Mengarahkan opini publik. (5) Bersuara melalui media massa. 13 Sistem Politik Menurut Gabriel Almond, yang dikatakan sebagai sistem politik sebenarnya terdiri dari tiga konsep: sistem, struktur, dan fungsi. Sebuah sistem politik adalah kesatuan dari ketiga konsep tersebut. Karena untuk melakukan berbagai kegiatan politik, hal pertama yang dibutuhkan adalah sistem itu sendiri. Sistem diartikan sebagai usaha pengorganisasian masyarakat yang berusaha mencapai kepentingan mereka bersama. Almond mengibaratkan gambaran suatu sistem serupa dengan gambaran sebuah lingkungan ekologis, dimana dalam satu lingkungan ekologi, pasti terdapat satu 12 Pressure Groups, BBC (online), diakses 17 Agustus AS Revision Guide; Pressure Groups, KEGSNet. VLE of King Edward VI Grammar School (online), 20guide.pdf, diakses 12 Agustus

7 kepentingan bersama. 14 Satu lingkungan ini pun tak berdiri sendiri, ia dalam perjalanannya juga berinteraksi dengan lingkungan lain. Selama berinteraksi tersebut, satu sistem pun dapat mempengaruhi sistem lainnya. Lebih detailnya, kepentingan satu kelompok masyarakat bisa mempengaruhi kepentingan kelompok lainnya. Sehingga terjadilah saling ketergantungan. Dalam satu sistem yang bisa berisi banyak kepentingan- terdapat sebuah struktur. Struktur berfungsi sebagai sarana untuk melakukan berbagai kegiatan politik. Struktur juga pada umumnya terdiri dari kumpulan lembaga yang menjamin berjalannya suatu kegiatan politik, seperti partai politik, legislatif, eksekutif, yudikatif, birokrasi, dan pressure group. Lembaga-lembaga ini mempunyai fungsi dan peranannya sendiri dalam kehidupan perpolitikan suatu sistem. 15 Ketiga, bila keseluruhan gambaran tentang tujuan sistem dan struktur telah diketahui. Maka dapat ditelaah kemudian mengenai peranan, fungsi, dan titik ketergantungan masing-masing struktur. Dari keseluruhan sistem tersebut, terdapat tiga fungsi utama sistem politik. Pertama adalah sosialisasi politik, yang merupakan fungsi untuk mengembangkan dan memperkuat sikap politik dalam masyarakat. Dengan kata lain, menghindarkan masyarakat dari sikap apatis. Karena politik sangatlah esensial bagi perubahan yang lebih baik dalam masyarakat. Kedua adalah rekrutmen politik, yang berfungsi untuk memilih masyarakat untuk mendapatkan peranannya masing-masing dalam politik. Ketiga adalah komunikasi politik, yang berfungsi untuk menjamin aliran informasi politik ke masyarakat, melalui lembaga-lembaga yang tersedia. Namun sebelumnya, sistem ini hanya bisa berjalan efektif bila masyarakat mengetahui apa yang mereka inginkan. Kepentingan masyarakat tersebut kemudian diwujudkan menjadi tuntutan, yang kemudian akan menjadi alternatif kebijaksanaan yang akan dibahas dalam struktur politik. Namun demikian, tuntutan kebijakan tersebut tak hanya bersifat linear. Karena banyak proses yang harus dilalui oleh suatu kebijakan agar terlaksana. Dan tidak menutup kemungkinan, bahwa kebijakan akan berubah seiring berjalannya proses. Dibawah ini terdapat skema mengenai konsep sistem politik menurut Almond. 14 M.Mas oed & C.MacAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2001, hlm Ibid. hlm

8 Figure 1. Skema sistem politik menurut Gabriel Almond Dalam kasus kepemilikan senjata api di AS ini, output memang sebuah proses yang tak terlalu signifikan. Khususnya pada masa kepemimpinan Presiden Obama yang pertama. Karena hampir belum ada perubahan dalam kebijakan kebebasan kepemilikan senjata. Meskipun pada era pertama Obama, kubu Demokrat menjadi mayoritas baik di Senat maupun House of Representatives (HoR). Satu hal yang menarik, adalah bahwa industri manufaktur senjata api diasumsikan mengambil peranan yang kuat pula. Melalui teori sistem politik, penulis dapat menelaah mengenai di proses mana pressure group masuk mengambil peranannya. Bisa jadi di bagian input, process, 8

9 maupun output/decision-making process. Kemudian dapat ditelaah pula bagaimana industri senjata api bergabung ke ranah decision-making. D. Argumen Utama NRA merupakan pressure group terkuat dalam isu senjata api di Amerika Serikat. Campur tangan NRA sedikit banyak berhasil mempengaruhi kebijakan senjata api di AS sejak tahun 1990an hingga kini. Kelompok ini juga dirasa berhasil sebagai sebuah pressure group, karena telah melakukan beragam fungsinya, seperti fungsi representatif, agen peningkatan partisipasi politik, mengedukasi masyarakat tentang politik, dan membantu implementasi kebijakan senjata api. Dalam menjalankan beragam fungsi tersebut, NRA melakukan kerjasama dengan dua pihak, yaitu: industri senjata api, kelompok kepentingan lain, dan kubu pro gun rights dalam pemerintahan. Kerjasama antara NRA dengan industri senjata api dilatarbelakangi oleh hubungan saling menguntungkan antara kedua belah pihak; industri senjata api mendonasikan sejumlah besar uang kepada NRA. Imbal baliknya, mereka tetap mendapatkan pelanggan, di tengah maraknya seruan larangan senjata api oleh kubu pro gun control. Kemudian berbekal uang dari industri tersebut, NRA lah yang mengamankan pasar dan pelanggan senjata api, berkat pengaruhnya di masyarakat, serta usaha lobi di kongres, yang berhasil menjatuhkan salah satu RUU gun control. Kedua, NRA menjalin kerjasama dengan kubu pro gun rights di pemerintahan. Yang dimaksud disini ialah Partai Republik. Kerjasama ini berupa; NRA memilih kandidat kongres dari Partai Republik. Kandidat tersebut diberi persyaratan bahwa nantinya mereka akan menyuarakan sikap pro gun rights dalam Kongres. Sebagai imbalannya, NRA akan membiayai kampanye dari kandidat tersebut agar terpilih di Kongres. Seperti dilansir dari Project Vote Smart, Center for Responsive Politics; statistik pada pemilihan tahun 2012 menjelaskan bahwa bantuan dari NRA sebanyak 90% dialokasikan kepada kandidat dari Republik. Dan pasca pemilihan, sebanyak 80% dari kandidat yang disponsori NRA berhasil terpilih. Banyaknya kandidat Republik yang terpilih inilah yang menjadi akses masuknya pengaruh NRA di Kongres. Dalam pembahasan RUU 9

10 background checks Obama pada 2013, Republik, bersama dengan NRA, berhasil menjegal RUU ini melalui voting. E. Metode Penelitian Penelitian dalam skripsi ini akan dilakukan dengan metode kualitatif. Segala data yang dicantumkan dalam penulisan skripsi ini didapat dari studi pustaka dan literatur dari beberapa sumber, seperti: (1) Buku. (2) Jurnal online. (3) Website. Pengumpulan sumber data dilakukan dalam jangka waktu lima bulan fase pengerjaan skripsi. Mayoritas sumber data memuat beragam informasi yang kemudian dikombinasikan dengan landasan teori untuk dapat menjadi analisis. Skripsi ini juga mengambil lebih banyak sumber dari website, dikarenakan topik senjata api dan RUU background checks Obama 2013 merupakan topik kontemporer yang datanya lebih mudah dijumpai di beragam website, daripada di buku. Terutama website resmi NRA dan website media massa seperti Washington Post dan Huffington Post. F. Rencana Bab Dibawah ini akan dicantumkan rencana bab yang akan ditulis dalam skripsi ini: BAB I berisi latar belakang, rumusan masalah, landasan teori, argumen utama, dan metode penelitian. BAB II dijelaskan mengenai perdebatan tentang senjata api di AS. Baik mengenai sejarah senjata api, kebijakan senjata api kontemporer di AS, pemetaan pressure groups dalam gun debate, NRA sebagai pressure group, mengenal industri senjata api AS, hubungan industri senjata api dan NRA, dan pro-kontra senjata api dalam kongres. BAB III akan memuat strategi NRA dalam mempengaruhi kebijakan senjata api di AS. Akan dibahas dari tipologi NRA sebagai pressure group, hubungan NRA dan kongres, dan bagaimana NRA masuk dalam proses sistem politik BAB IV berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan dan analisis sebelumnya. 10

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi menugaskan Biden dalam memimpin tim kerja yang bertanggung jawab mengumpulkan rekomendasi kebijakan dari berbagai pihak dapat dilihat sebagai penyatuan aliran-aliran tersebut dan menjadikan Obama-Biden

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjelang Pemilihan Umum 2014, lahir gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh masyarakat untuk mendukung jalannya pemilihan umum. Aktivitas gerakan-gerakan tersebut beragam, mulai

Lebih terperinci

Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT

Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT Reza Laksmana Nugraha 10/299127/SP/24062 Pendahuluan Kekerasan yang melibatkan senjata api atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat

Lebih terperinci

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO Smile Indonesia LOBI DAN NEGOSIASI PENGERTIAN LOBI Istilah Lobi = lobbying. berarti orang atau berarti orang atau kelompok yang mencari muka untuk mempengaruhi anggota parlemen KATA LOBI Lobby {kata benda}

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki awal abad ke-21 masyarakat Amerika Serikat banyak diperhadapkan dengan berbagai kasus pembunuhan yang melibatkan senjata api. Sebagai negara yang memberikan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase

BAB VII KESIMPULAN. Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase Konsolidasi dan Fase Perlawanan. Di Fase Inisiasi, 4 (Empat) Elemen Kelompok Kelompok Kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, akuntabilitas dan transparansi kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

SISTEM POLITIK INDONESIA

SISTEM POLITIK INDONESIA NAMA : VINA RACHMAYA NIM : 124 674 042 PRODI : S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2012 KELAS : B SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian Sistem, Politik, dan Sistem Politik a. Sistem Sistem menurut pamudji (1981:4)

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 ini menjadi tahun yang ramai dengan perbincangan politik. Mulai dari pemilihan anggota DPRD sampai pemilihan calon presiden terjadi pada tahun 2014 ini.

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Peristiwa besar di tahun 1998 telah menciptakan beberapa perubahan yang signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT 37 BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia Demokrasi adalah bentuk

Lebih terperinci

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pilkada beberapa daerah telah berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa angka Golput semakin meningkat, bahkan pemenang pemiluhan umum adalah golput. Di Medan, angka golput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita pasti masih ingat dengan fenomena kemenangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki (Ahok) dalam pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berjalan selama 2 kali

Lebih terperinci

akan diambil. Apalagi Obama adalah salah satu yang mendukung ratifikasi WHO FCTC.

akan diambil. Apalagi Obama adalah salah satu yang mendukung ratifikasi WHO FCTC. BAB V KESIMPULAN Kebijakan FSPTCA yang dikeluarkan pemerintah AS tahun 2009 ditujukan untuk mengurangi jumlah perokok AS khususnya bagi pemuda dan anak-anak. FSTPCA pada dasarnya mengatur tentang produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

PENTINGNYA KEBERADAAN DPD RI SEBAGAI LEMBAGA PENYEIMBANG DI REPUBLIK INDONESIA

PENTINGNYA KEBERADAAN DPD RI SEBAGAI LEMBAGA PENYEIMBANG DI REPUBLIK INDONESIA PENTINGNYA KEBERADAAN DPD RI SEBAGAI LEMBAGA PENYEIMBANG DI REPUBLIK INDONESIA Oleh : MAHYU DARMA *) ABSTRACT DPD which is representative of the area to be balancing on strengthening the parliamentary

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi masyarakat di Indonesia maupun di seluruh dunia, politik merupakan permasalahan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Hal ini tentu saja membuat para pelaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini merupakan salah satu saran penyampaian aspirasi rakyat yang paling

Lebih terperinci

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Published: March 2016 ISSN: 2502 8634 Volume 1, Number 6 LSC INSIGHTS The Contemporary Policy Issues in Indonesia DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Nawawi Asmat Department

Lebih terperinci

Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat

Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat SILABUS Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat Semester Ganjil 2017-2018 22 Agustus 28 November 2017 Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan BAB V KESIMPULAN Konstitusi yang berlaku dari era sebelum dan setelah Revolusi 2011 untuk dapat menjamin kesetaraan gender dan penolakan diskriminasi bagi perempuan dan lakilaki tampaknya hanya hitam diatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan

I. PENDAHULUAN. Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan I. PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan rezim. Bilamana negara kuat, memiliki kecenderungan melakukan penetrasi dan kooptasi,

Lebih terperinci

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan melemahkannya. Birokrasi, misalnya dapat menjadi sarana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah Petunjuk Umum: Baca dan tandatangani pernyataan patuh pada Etika Akademik Pilihan Ganda 1. Berilah tanda silang pada lembar jawaban dengan memilih

Lebih terperinci

PETA PERSAMPAHAN BANDUNG. Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung

PETA PERSAMPAHAN BANDUNG. Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung PETA PERSAMPAHAN BANDUNG Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung permasalahan 1. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Walaupun

Lebih terperinci

Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1

Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1 Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1 Beberapa ilmuan melihat komunikasi politik sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan politik. Oleh karena itu komunikasi politik dianggap memiliki fungsi yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum hampir tidak mungkin dilaksanakan tanpa kehadiran partai-partai politik di tengah masyarakat. Keberadaan partai-partai politik juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

POLLING DAN PENDAPAT UMUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PERKULIAHAN OPINI PUBLIK FASILITATOR: DANANG TRIJAYANTO

POLLING DAN PENDAPAT UMUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PERKULIAHAN OPINI PUBLIK FASILITATOR: DANANG TRIJAYANTO POLLING DAN PENDAPAT UMUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PERKULIAHAN OPINI PUBLIK FASILITATOR: DANANG TRIJAYANTO PUBLIC OPINION POLLING Bagaimanakah Polling bekerja? Polling akan berpengaruh lebih

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kemunculan suatu gerakan, termasuk gerakan yang dilakukan organisasi SMI memang tidak bisa terlepas dari ketidakpuasan yang terjadi di sekitarnya. Latarbelakang hadirnya SMI

Lebih terperinci

Karakteristik Komunikator politik 1

Karakteristik Komunikator politik 1 Karakteristik Komunikator politik 1 Oleh: Adiyana Slamet 2 Sosiolog J.D. Halloran, seorang pengamat komunikasi massa mengatakan, bahwa banyak studi komunikasi mangabaikan satu karakteristik proses yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan 119 BAB V PENUTUP A. Simpulan Calon legislatif merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap rancangan undang-undang

Lebih terperinci

Corporate Brand & Communication Plan

Corporate Brand & Communication Plan MODUL PERKULIAHAN Corporate Brand & Communication Plan Government Relations yang Strategis untuk Reputasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public Relations 05 420300

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara negara lain di dunia sebagai pusat ekonomi dan demokrasi. Amerika

BAB I PENDAHULUAN. negara negara lain di dunia sebagai pusat ekonomi dan demokrasi. Amerika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan sebuah negara yang menjadi acuan dari negara negara lain di dunia sebagai pusat ekonomi dan demokrasi. Amerika sebagai negara yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN POLICY BERBEDA DENGAN WISDOM KAJIAN UTAMA KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN ADALAH ADALAH KEBIJAKAN PEMERINTAHAN (PUBLIC POLICY) KEBIJAKAN ADALAH WHATEVER GOVERMENT CHOOSE TO DO OR NOT TO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga. demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,

I. PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga. demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan fungsifungsi pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga merupakan wadah partisipasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang relevan bagi investor dalam berinvestasi di pasar modal dan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang relevan bagi investor dalam berinvestasi di pasar modal dan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Penelitian mengenai reaksi pasar modal akibat adanya peristiwa politik setelah reformasi semakin banyak, dikarenakan penelitian tersebut dapat menjadi informasi

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations KESALAHAN ETIKA Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations Kesalahan Etika Modul 5 Syerli Haryati, SS. M.Ikom 0812-966 2614 Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia politik adalah suatu pasar, dalam pasar itu terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan. Dan seperti halnya pertukaran dalam dunia bisnis yang perlu

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

PARTISIPASI POLITIK PEMILU PARTISIPASI POLITIK PEMILU DEMOKRASI TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami A. B. Partisipasi Politik Pemilu C. Demokrasi PARTISIPASI POLITIK DINAMIKA PARTISIPASI POLITIK Awalnya studi

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015 No. 47/08/36/Th.X, 3 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) BANTEN 2015 SEBESAR 68,46 DALAM SKALA 0 SAMPAI 100 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Banten

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

Pemungutan Suara In Absentia dan Pemungutan Suara Lebih Awal: Tren yang Terus Tumbuh

Pemungutan Suara In Absentia dan Pemungutan Suara Lebih Awal: Tren yang Terus Tumbuh Pemungutan Suara In Absentia dan Pemungutan Suara Lebih Awal: Tren yang Terus Tumbuh Pada pemilihan presiden 2008, pemilih berhak yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 61.7%, dan 131.3 juta surat suara

Lebih terperinci

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik Komunikasi Politik Definisi Steven H. Chaffee (1975) Political Communication...peran komunikasi dalam proses politik Brian McNair (1995) Introduction to Political Communication Setiap buku tentang komunikasi

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA A. SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER Sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar untuk saling berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui komunikasi, manusia menunjukkan kodratnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu kegiatan sosial perusahaan, dari tahun ke tahun semakin menjadi perbincangan. CSR merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan

Lebih terperinci

PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU Oleh: Pan Mohamad Faiz

PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU Oleh: Pan Mohamad Faiz PELAJAR, POLITIK, DAN PEMILU 2014 Oleh: Pan Mohamad Faiz Tahun 2014 di Indonesia dianggap oleh sebagian besar kalangan sebagai Tahun Politik. Di tahun ini akan digelar hajatan politik terbesar setiap lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat sipil lahir dari interaksi sosial masyarakat yang terbina berkat ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh sebagai penyeimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DUNIA

SEJARAH PEMILU DUNIA SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, politik merupakan kegiatan yang dekat dengan masyarakat. Bukan hanya para penyelenggara pemerintahan yang mempraktekan ilmu tersebut. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Partai Gerindra adalah partai yang mencintai Indonesia. Terlepas dari usaha untuk menilai apakah berhasil atau tidak dalam mewujudkan cita-citanya, konsistensi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat kita telah memasuki era masyarakat informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, masyarakat kita telah memasuki era masyarakat informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat kita telah memasuki era masyarakat informasi. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat yang membuat kemungkinan terbaik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Pemerintahan Daerah dalam. Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemilukada perlu dilakukan untuk

I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Pemerintahan Daerah dalam. Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemilukada perlu dilakukan untuk I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Pemerintahan Daerah dalam pasal 56 dan pasal 119 serta Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korupsi masih menjadi masalah mendasar di dalam berjalannya demokrasi di Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi menjadi terhambat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Yang Maha Esa memberikan anugerah kepada manusia yaitu sebuah kehidupan yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang

Lebih terperinci