BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat sipil lahir dari interaksi sosial masyarakat yang terbina berkat ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh sebagai penyeimbang negara. Kehidupan sosial pada umumnya kelompok masyarakat selalu memiliki kebutuhan. Kelompok masyarakat sipil mulai terbentuk agar dapat lebih menjamin berbagai tujuan dan kepentingan masyarakat dapat terpenuhi. Remaja Islam Ngetos Sriwedari (RING S) merupakan salah satu bentuk kelompok masyarakat sipil secara informal lahir dari adanya hubungan sosial yang dimiliki oleh warga Ngetos Wetan. Bangunan organisasi tersebut berasal dari paduan norma, nilai dan kepercayaan para pemuda dusun yang siap untuk menjalankan serangkaian kegiatan bersifat sosial dan religius dalam tujuan menciptakan dusun yang lebih maju melalui pelaku kearifan lokal. Organisasi masyarakat sipil tersebut dapat berjalan dengan baik di bawah kepemimpinan Anang Imamuddin. Mengingat masyarakat pedesaan masih kental dengan gaya kepemimpinan paternalistik, sikap pemimpin yang dimiliki oleh Anang Imamuddin dapat diterima sangat baik oleh RING S. Berlandaskan dari menciptakan sebuah modal sosial, dengan jaringan dan hubungan sosial yang baik, melaksanakan nilai serta norma yang menjadi pedoman warga, maka menciptakan sebuah trust pada Anang Imamuddin untuk membawa nama RING S. Pergerakan RING S mulai bergeser dari kepentingan bersama menjadi 170

2 kepentingan dari tokoh elit organisasi. Ketika Anang Imamuddin berkedudukan menjadi aktor politik dan berkeinginan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif tingkat satu, orientasi pergerakan RING S menjadi bergeser dari aktivitas sosial religius kemudian mengarah ke gerakan politik. Hal ini diyakini masyakarat Dusun Ngetos Wetan sebagai perwujudan partisipasi RING S dalam mengusung putra daerah dan pemimpin RING S untuk maju dalam pertempuran politik. Pergeseran orientasi ini didasari atas bentuk kepemimpinan Anang Imamuddin dalam mempengaruhi pergerakan RING S untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan pribadinya. Adanya modal sosial yang telah terbangun selama ini, menjadi kesempatan politik hingga RING S dimanfaatkan oleh Anang Imamuddin sebagai mesin politik. Pergeseran yang terjadi di tubuh RING S dapat dikatakan berasal dari pengaruh Anang Imamuddin, meski RING S didirikan bukan dengan tujuan politik. RING S berdiri murni bersifat sosial dan religius, sebab pada saat itu tidak ada satu anggota yang masuk ke ranah politik dalam artian pada lingkaran partai politik. RING S juga tidak memiliki hubungan dengan partai politik. Pergeseran itu terjadi juga karena kondisi politik praktis Anang Imamuddin yang memanfaatkan peluang politik pada saat itu. RING S dapat dikatakan sebagai alat politik dari oknum elite organisasi. Akan tetapi hal tersebut dapat dikatakan mengalami pergeseran karena gerakan politik yang dilakukan memiliki unsur kesadaran yang dilaksanakan secara bersama melalui identitas organisasi. Adanya kekuatan dan pengaruh Anang Imamuddin yang sangat besar mengakibatkan organisasi tersebut berjalan secara tidak sehat. Kemudian kurangnya pengkaderan 171

3 untuk kepemimpinan mengakibatkan RING S mengalami ketergantungan kepada ketokohan seseorang dan mempermudah terjadinya suatu pergeseran karena tidak dapat menentukan sikap secara tegas. Hal ini menjadi bentuk kegagalan bagi sebuah organisasi masyarakat sipil, sebab jika terjadi kekuatan besar di luar tujuan bersama maka akan merusak tubuh organisasi itu sendiri. Kondisi tersebut ditandai dengan adanya : 1. Sikap ketergantungan RING S terhadap Anang Imamuddin. Ketika nantinya RING S ditinggal oleh Anang Imamuddin maka pergerakan RING S akan merosot bahkan hilang. 2. Keputusan yang terjadi pada tubuh RING S bukan murni dari keputusan organisasi, namun ada campur tangan dan pragmatisme dari Anang Imamuddin 3. RING S tidak dapat menciptakan kaderisasi dengan baik, sehingga tidak ada regenerasi yang nantinya dapat menjadi penyeimbang berjalannya organisasi Kemudian RING S juga telah mengalami lompatan orientasi politik. Hal ini terjadi karena RING S juga tidak memiliki fungsi kontrol terhadap desa. RING S yang hanya merupakan sebuah organisasi kepemudaan melalui kegiatan murni bersifat sosial dan religius dan tidak memiliki kapasitas untuk ikut mempengaruhi kebijakan di Desa Sriwedari. RING S justru secara tiba-tiba membuat gerakan politik pada pemilihan umum di tahun 2013 hingga Dampak adanya pergerakan politik tersebut mengakibatkan RING S mengalami perpecahan di 172

4 dalam internal organisasi maupun di lingkungan Dusun Ngetos Wetan. Berdasarkan peristiwa tersebut maka dapat dikatakan bahwa RING S belum siap untuk masuk ke jalur politik. Pergerakan RING S terjadi hanya karena pragmatisme Anang Imamuddin yang berambisi untuk menduduki sebuah jabatan politik. B. SARAN Berdasarkan dari hasil pengumpulan data, analisis data dan kesimpulan diatas. Maka peneliti sebenarnya hanya ingin mengungkap dinamika yang terjadi dalam proses pergeseran orientasi kelompok masyarakat sipil yang awalnya bergerak di bidang sosial dan religius kemudian dapat membentuk suatu gerakan politik. Mengingat kelompok masyarakat sipil tersebut hanya sebuah organisasi pemuda kampung dengan berbasis komunitas, hal ini merupakan sebuah pencapaian yang jarang ditemui. Meskipun sebenarnya dalam politik, kegiatan dalam memobilisasi massa dengan menggunakan kelompok masyarakat sipil bukan menjadi hal yang perlu dilarang. Bahkan menjadi poin bagus ketika seorang politisi telah berhasil membangun sebuah pergerakan masyarakat sipil untuk berpartisipasi di pesta demokrasi. Jika peneliti dapat memberikan sedikit saran, seharusnya RING S melepaskan diri dari Anang Imamuddin dalam melakukan pergerakannya. Hal ini dilakukan agar RING S dapat berkembang lebih dewasa dan tidak serta merta secara terus menerus mendapat intervensi dari Anang Imamuddin. Ketika nantinya RING S mengalami ketergantungan pada ketokohan seseorang akan 173

5 berakibat organisasi tersebut menjadi lumpuh ketika kehilangan sosok tersebut. Kemudian perlu adanya kaderisasi pemimpin RING S secara jelas agar dapat menjadi penyeimbang pergerakan organisasi. Selain itu juga perlu dibentuk ADART dan peraturan organisasi secara jelas agar arah tujuan RING S dapat fokus dan tercapai dengan baik. Maka dari hal tersebut akan memperjelas perjalanan organisasi, sehingga dapat menentukan sikap yang tidak hanya berfokus dan tergantung pada ketokohan seseorang. RING S juga perlu memiliki pendidikan politik lokal di tingkat desa. Agar orgnisasi tersebut dapat memiliki fungsi kontrol politik yang baik. Jadi ketika terjadi pergerakan politik, RING S tidak hanya akan menimbulkan sebuah pandangan dimana RING S hanya sebagai sebuah alat politik semata. Tentu nantinya hal ini juga dapat digunakan oleh tokoh-tokoh lain dalam internal maupun eksternal RING S dalam mewujudkan tujuan pribadi masing-masing. Maka dari itu RING S harus memiliki sikap yang tegas dan fokus yang jelas dalam mencapai tujuan bersama. 174