BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki awal abad ke-21 masyarakat Amerika Serikat banyak diperhadapkan dengan berbagai kasus pembunuhan yang melibatkan senjata api. Sebagai negara yang memberikan keluasan hak bagi setiap warga sipilnya untuk memiliki dan membawa senjata api, Amerika harus menghadapi berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh kebijakan tersebut. Negara ini tercatat menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat kejahatan senjata api tertinggi di dunia dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson Jr., 2011: 45). Ironisnya, kejahatan tersebut kini merebak terjadi di lingkungan pendidikan. Pada bulan Desember 2011, terjadi penembakan di kampus Virginia Tech, yang mengakibatkan dua orang meninggal. Insiden itu mengingatkan kembali pada tragedi pembantaian di kampus yang sama di Virginia yang pernah terjadi di tahun 2007 silam mengakibatkan sedikitnya 32 orang tewas dan 25 lainnya luka-luka. Penembakan secara brutal tersebut dilakukan oleh Seung-Hui Cho, mahasiswa berumur 23 tahun asal Korea Selatan. Pelakunya sendiri kemudian bunuh diri dengan senjatanya. Peristiwa itu disebut sebagai penembakan massal paling buruk dalam sejarah modern Amerika Serikat 1

2 ( Tragedi penembakan pada tahun 2011 dan 2007, sebenarnya bukanlah hal baru dalam sejarah kejahatan senjata api yang terjadi di lingkungan pendidikan di Amerika. Sebelumnya juga telah banyak korban yang jatuh. Pada tahun 2006 lima orang siswi menjadi korban meninggal akibat penembakan di Amish Schoolhouse ( sedangkan tujuh tahun sebelumnya, 12 orang siswa serta 1 guru meninggal dalam tragedi pembantaian di Sekolah Menengah Atas Columbine, Colorado tahun 1999 (Cook and Ludwig, 2000: 3). Lebih dari sekadar data, serangkaian peristiwa tersebut sesungguhnya menjelaskan bahwa kejahatan senjata api begitu mudah terjadi dalam kehidupan kontemporer masyarakat Amerika. Bahkan berdasarkan fakta sejarah, pembantaian massal tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh kasus kejahatan yang terus terjadi secara berulang di Amerika Serikat, sebagai akibat dari penyalahgunaan senjata api. Fenomena kejahatan yang kian meresahkan warga ini memicu debat publik nasional mengenai isu kepemilikan senjata api oleh warga sipil. Banyaknya anak sekolahan khususnya para remaja yang kini terlibat dan menjadi korban kejahatan senjata api menjadi keresahan banyak orang tua dan para guru. Situasi ini mendorong kelompok-kelompok masyarakat turun melakukan protes dan 2

3 kampanye untuk menekan reprsentatif mereka yang duduk di Statehouse dan Capitol Hill (Valdez and Ferguson Jr., 2011: 12). Mereka mempermasalahkan keluasan akses senjata api yang tidak diimbangi dengan kontrol yang baik dari pemerintah. Di pihak lain, terdapat kelompok masyarakat yang tidak menghendaki adanya kontrol senjata api dengan berbagai alasan yang melatarbelakangi, terutama melihat pentingnya makna senjata api dalam tradisi masyarakat Amerika. Masing-masing kelompok pro dan kontra saling berdebat, bersikukuh pada pandangan masing-masing sehingga sukar dicapai titik kesepakatan mengenai jalan keluar yang terbaik. Para pendukung kontrol senjata api berpendapat bahwa kebebasan yang diberikan kepada warga sipil untuk memiliki dan membawa senjata api ke mana saja adalah penyebab utama mudahnya terjadinya kejahatan. Mereka menuntut pembatasan akses senjata api khususnya di ruang-ruang publik seperti sekolah dan tempat ibadah. Selain itu, mereka percaya bahwa banyak nyawa dapat diselamatkan jika pemerintah semakin mempersulit kepemilikan senjata api (Valdez and Ferguson Jr., 2011: 17-18). Tetapi di sisi lainnya, kelompok oposan bersikeras bahwa pemerintah tidak berhak untuk melakukan pembatasan terhadap nilai dan hak individu yang sudah dijamin di dalam Konstitusi Amerika Serikat. Menariknya, para pendukung hak senjata ini mengusulkan bahwa jika semakin banyak orang dipersenjatai, maka seorang penyerang yang bersenjata dapat lebih mudah dihentikan sebelum dia membunuh orang-orang yang tidak bersalah 3

4 (Valdez and Ferguson Jr., 2011: 10). Selain itu, adanya penolakan keras dari kelompok penggemar berburu dan olahraga menembak juga semakin menyulitkan pengaturan regulasi kontrol senjata api oleh pemerintah. Isu ini pun dimanfaatkan oleh partai sebagai alat politik dalam memenangkan pemilu. Partai Demokrat dan partai Republik menjadi dua representatif utama di Amerika yang mengusung aspirasi masyarakat kelompok pendukungnya. Ketika kandidat yang diusung terpilih maka dengan sendirinya ideologi dari partai tersebut pun akan digaungkan yang akan berpengaruh terhadap penyusunan undang-undang negara. Menariknya, kedua partai ini juga merespon isu kepemilikan senjata api secara berbeda. Partai Republik umumnya kuat mendukung hak senjata api sedangkan Demokrat terkenal pro kontrol senjata. Tidak hanya partai, tetapi negara bagian di Amerika Serikat juga menunjukkan keberpihakan dan dukungan yang berbeda terhadap isu ini. Salah satunya yang pro hak senjata api adalah negara bagian Utah yang secara khusus menambahkan senjata api sebagai simbol negaranya ( Selain itu, Maine, Luisiana dan Texas merupakan negara bagian dengan hukum kontrol senjata terlemah, sedangkan dua negara yang memiliki aturan kontrol senjata yang paling ketat yaitu Massachusetts dan Hawai (Open Society Institute, 2000: 3). Adanya situasi politik yang juga melatarbelakangi dan kepentingan 4

5 masing-masing kubu yang berseberangan menjadikan hak kepemilikan senjata api menjadi isu yang paling kontrovesial di Amerika hingga saat ini. Kontroversi hak kepemilikan senjata api sendiri sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama, yakni sejak awal diregulasikan Amandemen Kedua (The Second Amandment) The Bill of Rights. Amandemen Kedua yang diratifikasi pada pada tanggal 15 Desember 1791 memuat tentang hak membawa senjata api (right to bear arms) (Stephens Jr. and Scheb II, 2008: 2). Pada masa itu kontroversi yang terjadi seputar apakah hak yang dimaksudkan di dalam dokumen tersebut adalah hak individu atau hak kolektif. Seiring waktu beberapa perubahan terjadi. Dua di antaranya yang menarik yaitu perkembangan pokok masalah yang diperdebatkan dan orientasi masyarakat yang cenderung berubah terkait kepemilikan senjata api. Pertama, pokok isu yang kini diperdebatkan mengenai apakah perlu menambah peraturan kontrol senjata api atau tidak. Kedua, orientasi masyarakat yang cenderung berubah yakni senjata api yang dulunya umum dimanfaatkan sebagai alat berburu kini dipilih sebagai solusi utama perlindungan diri di abad modern, sebagai reaksi masyarakat terhadap rawannya kejahatan dalam kehidupan kontemporer Amerika. Amerika merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi dan asas kebebasan individu. Kebijakan memiliki senjata api merupakan bagian dari kebebasan individu bagi setiap warga sipil yang dijamin oleh negara, tetapi pada saat yang sama kepentingan pribadi tersebut bersinggungan dengan kepentingan 5

6 keamanan kolektif, sehingga memicu debat publik. Kontroversi yang terus berlangsung sejak awal diregulasikan Amandemen Kedua hingga sekarang, ternyata bukan persoalan yang mudah diselesaikan dengan hanya diundangkan suatu peraturan kontrol senjata api yang baru, oleh karenanya dibutuhkan suatu pendekatan lain dalam upaya memahami persoalan sosial tersebut secara lebih mendalam. Tesis ini bermaksud untuk mengkaji perubahan sosial yang melatarbelakangi terjadinya kontroversi hak kepemilikan senjata api di Amerika Serikat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah: 1. Kontroversi seperti apa yang berhubungan dengan senjata api dari waktu ke waktu? 2. Apa kaitan terus meningkatnya kontroversi kepemilikan senjata api tersebut dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Amerika Serikat? 1.3 Tujuan Penelitian a. Mengindentifikasi kontroversi yang muncul yang berhubungan dengan senjata api dari waktu ke waktu; 6

7 b. Mendeskripsikan perkembangan dan perubahan yang terjadi sejak awal munculnya kontroversi hak kepemilikan senjata api hingga sekarang ini yang menggambarkan perubahan sosial masyarakat Amerika Serikat. 1.4 Tinjauan Pustaka Terdapat banyak buku, ulasan, dan penelitian yang membahas perihal hak senjata api di Amerika. Sebagian besar membahas tentang kontrol senjata api, disebabkan isu ini paling aktual dalam perdebatan kontemporer di Amerika. Beberapa buku yang akan dibahas pada bagian ini adalah Gun Control, Second Edition yang ditulis oleh Angela Valdez dan John E. Ferguson Jr., kemudian Firearms and Violence: A Critical Review yang disusun oleh National Research Council, dan terakhir Gun Violence: The Real Costs oleh Philip J. Cook dan Jens Ludwig. 1 Di dalam buku Gun Control, Second Edition, Valdez dan Ferguson Jr. (2011) memaparkan tentang pengawasan senjata api di Amerika Serikat. Pembahasan diawali dengan beberapa fakta yang mengguncang dunia terkait kasus penembakan yang menimpa dua tokoh penting, Martin Luther king Jr. dan Senator Robert F. Kennedy pada tahun Kejadian tersebut, berdasarkan 1 Gun Control, Second Edition adalah buku yang diterbitkan oleh Chelsea House tahun 2011, Firearms and Violence: A Critical Review diterbitkan oleh The National Academies Press tahun 2005, sedangkan buku Gun Violence: The Real Costs diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun

8 buku ini telah mengundang perdebatan nasional Amerika Serikat terkait isu kontrol senjata api. Perdebatan terjadi antara dua kelompok yang bertentangan pendapat. Kelompok pertama berargumen bahwa pemerintah tidak berhak mengatur pelarangan kepemilikan senjata api. Masalahnya karena senjata api memiliki latar belakang penting dalam sejarah Amerika yang mewakili semangat frontier para pendiri Amerika yang secara tangguh mengusir penjajah, sehingga senjata api telah melekat dalam citra superioritas bangsa, simbol patriotisme dan sebagai bagian dari budaya Amerika. Di pihak lain, kelompok penentang mendesak bahwa negara harus bertanggung jawab terhadap keamanan segenap rakyatnya, oleh karena itu kepemilikan senjata api harus dibatasi. Terlebih karena terbukti telah banyak kejadian yang menyebabkan korban luka dan kematian akibat penyalahgunaan senjata api. Kubu ini berargumen bahwa hak kepemilikan senjata api tidak terkait dengan sejarah bangsa (anachronism), sebab pada masa itu warga memang membutuhkan perlindungan yang sifatnya langsung karena harus menghadapi serangan asing. Dalam buku ini juga tercatat bahwa para pejabat terpilih dari kedua partai besar telah menggunakan isu ini sebagai dukungan untuk melakukan kebijakan kontrol terhadap senjata dan dijadikan sarana untuk memenangkan pemilu. Menurut Center for Responsive Politics, kelompok pendukung hak senjata api (pro-gun rights) berkontribusi sebesar $ selama siklus kampanye

9 2008. Sekitar 90% dari uang tersebut masuk ke kelompok Republik, yang umumnya kuat mendukung hak pengunaan senjata. Sedangkan pendukung opsi kontrol senjata (pro gun control) memberikan hampir $58.000, dengan 97% dari mereka membantu kontribusi Demokrat, yang umumnya pro kebijakan kontrol senjata. Buku ini juga menjelaskan bahwa selain mempromosikan kandidat yang mendukung tujuan politik mereka, isu tersebut telah mempengaruhi undangundang di Kongres, termasuk dengan menggunakan dana yang dihimpun dari masing-masing pendukung. Berdasarkan pokok perdebatan tersebut itulah buku ini menguraikan mengenai infrastruktur dukungan dari masing-masing pihak. Pada bab awal, buku ini membahas awal mula penafsiran yang keliru terhadap Amandemen Kedua, kemudian bab berikutnya membahas mengenai peraturan kontrol senjata yang terbukti mengurangi tindak kejahatan, disusul oleh bab yang memaparkan realitas bahwa kebijakan kontrol senjata tidak menjamin pencegahan tindak kriminal. Bab-bab selanjutnya menyajikan kajian mengenai pabrik persenjataan. Perlu dijelaskan di sini mengenai jumlah kematian yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api, yakni pada tahun 1999 jumlah korban senjata api sebanyak jiwa, sedangkan tahun 2000 tercatat sebanyak jiwa. Pada tahun 2005 jumlahnya menjadi lebih banyak yakni jiwa yang melayang. Korban yang berjatuhan tersebut menguras dana publik yang dikeluarkan oleh pihak keluarga dan pemerintah. Itulah sebabnya terdapat 9

10 argumentasi bahwa pabrik senjata harus ikut bertanggung jawab terhadap penyantunan korban senjata api. Pada bagian akhir buku disimpulkan bahwa perdebatan tidak juga kunjung selesai. Hasil lobi dan tekanan dari masing-masing kelompok pada kenyataannya semakin meneguhkan perdebatan. Pada tahun 2008 dan 2010 The Supreme Court mengeluarkan keputusan yang kontroversial dan memperumit, bahkan dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Sebagaimana dijelaskan pada tahun 2010 Mahkamah Agung menegaskan kepemilikan senjata api sebagai hak individu yang harus dilindungi oleh pemerintah lokal maupun federal. Dengan demikian kelompok pendukung gun-control dan gun-rights, masing-masing menganggap memiliki legalitasnya masing-masing. Oleh sebab itu, isu kepemilikan senjata api telah menjadi isu yang paling kontroversial di Amerika Serikat. Adapun buku berikutnya yang berjudul Firearms and Violence: A Critical Review oleh National Research Council (2005) melengkapi kepustakaan mengenai ekses kekerasan yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api. Pengantar buku ini memaparkan sebuah kenyataan yang ada bahwa Large segments of the population express contradictory opinions and assert contradictory facts when they discuss the role of firearms in violence and especially how to reduce violent injuries and deaths that involve firearms (ix). Buku ini menjelaskan posisinya yang tidak bertendensi untuk memberikan 10

11 kesimpulan terhadap kontroversi yang bersilangan, melainkan hendak memberikan rekomendasi yang terkait dengan kepentingan untuk merancang kebijakan penggunaan senjata api yang mengarah pada perbaikan kondisi empiris, sehingga perdebatan menjadi lebih baik dan berkembang. Buku yang membedah ekses penggunaan senjata api dalam peradaban modern Amerika Serikat ini disajikan dengan angka-angka dari data kekerasan yang diakibatkan penggunaan senjata api. Pada bab dua misalkan, pembaca disuguhi data yang mengukur kekerasan senjata api dan data kepemilikan. Kemudian disusul oleh data yang menyangkut bentuk-bentuk kekerasan yang disebabkan oleh kekerasan senjata api. Selain itu, disajikan data yang mengukur penggunaan senjata api sebagai alat yang digunakan untuk mempertahankan diri dari para kriminalis. Di sini digambarkan bahwa memang terdapat manfaat bagi seseorang untuk memiliki senjata api, tetapi dengan resiko yang sangat besar. Melengkapi bab tersebut, bab-bab berikutnya membicarakan tentang bagaimana efek samping kepemilikan senjata api terhadap bentuk prilaku social disorder, seperti bunuh diri. Hal tersebut juga didukung oleh deskripsi kebijakan untuk membawa senjata api bagi warga sipil, yang dibahas pada bab enam. Selain itu, buku ini juga menggunakan dukungan data-data statistik, sejumlah regulasi, beserta evaluasi terhadap dampak kebijakan membawa senjata api. Adapun buku ketiga berjudul Gun Violence: The Real Costs (Cook and Ludwig, 2000). Buku terbitan universitas Oxford ini melengkapi kajian dari 11

12 sudut pandang ekonomi terhadap penggunaan senjata api di Amerika Serikat. Meskipun begitu, buku ini memaparkan sisi-sisi dramatis yang mengharukan dari tragedi yang disebabkan oleh penyalahgunaan senjata api. Itulah sebabnya buku ini menggambarkan aspek-aspek ketakutan, kesakitan, kecacatan (disability) serta kematian dini yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api. Berdasarkan fakta yang dijelaskan, ekses penggunaan senjata api perlu diketengahkan secara memadai yang sama pentingnya dengan ancaman menakutkan lain, seperti penyakit kanker, polusi serta kegagalan pendidikan. Masalahnya karena harga yang diakibatkan oleh penggunaan senjata api juga besar. Dalam buku ini disebutkan angka per tahunnya adalah $100 miliar. Suatu angka yang besar dan mungkin juga akan semakin tinggi. Tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk mengurangi kemubaziran anggaran yang dikeluarkan sambil pada saat yang sama mengulas penderitaan yang diakibatkan. Itulah sebabnya buku ini mengawali uraian dengan menyajikan kajian mengenai penggunan senjata dan kehidupan Amerika (Gun Violence and Life in America). Bab ini jelas menerangkan tentang asal mula serta realitas faktual kekerasan yang disebabkan oleh penggunaan senjata api di dalam kehidupan sehari-hari bangsa Amerika. Sebagaimana judulnya, buku ini menyuguhkan kalkulasi sebenarnya dari ekses penggunaan senjata api, kalkulasi korban, pengobatan rumah sakit serta berbagai dampak dari penggunaan senjata 12

13 api: penggunaan senjata api yang tidak terkendali telah berdampak pada kerugian yang besar bagi mayarakat dan negara. Dari ulasan ketiga buku tersebut dapat kita ketahui bahwa masing-masing buku memaparkan fenomena hak senjata api berdasarkan sudut pandang dan fokus penelitiannya masing-masing. Adapun penelitian ini mengambil sudut pandang lain dalam menjelaskan kontroversi hak kepemilikan senjata api melalui pendekatan sosial untuk melihat bagaimana isu ini telah memengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan politik masyarakat yang seiring waktu mengalami berbagai perubahan krusial. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam pembahasan masalah penelitian ini dipayungi oleh teori American Studies sebagai kajian interdisipliner, yang di dalamnya mencakup juga pembahasan sejarah, politik dan sosiologi kontroversi hak kepemilikan senjata api. Kerangka waktu yang menjadi fokus penelitian yaitu bermula pada munculnya regulasi Amandemen Kedua pada tahun 1791, kemudian secara khusus melihat perubahan besar yang terjadi sejak tahun 1986 ketika dua tokoh penting di Amerika terbunuh oleh senjata api, yaitu Martin Luther King Jr. dan Robert Kennedy. Kemudian perkembangan mutakhir pada awal abad ke-21 ini yang menjadikan isu kepemilikan senjata api semakin diperdebatkan. Kerangka waktu yang dipilih berfungsi untuk melihat perbedaan dan perkembangan 13

14 kontroversi hak kepemilikan senjata api dibandingkan masa awal diregulasikan Amandemen Kedua. Penelitian ini juga dibatasi hanya pada pembahasan aspek perubahan sosial yang melatarbelakangi terjadinya konflik berkepanjangan terkait isu hak kepemilikan senjata api oleh warga sipil Amerika. 1.6 Landasan Teori Penelitian ini berada di bawah lingkup American Studies yang memiliki kaidah interdisiplin, yakni yang menggabungkan beberapa pendekatan sekaligus seperti pendekatan sosial, ekonomi, politik, sejarah, dan sebagainya dalam menjawab permasalahan penelitian. Meredith menegaskan American studies is an interdiciplinary discipline which utilizes social sciences, literature, history, politics, social and economic structure, etc (1969: 1). Oleh karena itu, penelitian ini juga memanfaatkan pendekatan sejarah, politik dan pendekatan sosiologi dalam menjawab permasalahan penelitian. Pendekatan sejarah dimanfaatkan dengan tujuan untuk mendeskripsikan keadaan masyarakat Amerika pada masa awal pembentukan negara dan saat ini terkait hak senjata api, selain itu untuk mengamati apakah kejadian masa lalu tersebut masih signifikan atau masih dapat berlaku bagi situasi dan kondisi masa kini. Hal ini penting dicermati mengingat bahwa Amerika Serikat memiliki sejarah panjang dalam penggunaan senjata api yang ikut membentuk karakter bangsanya. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip reconciliation of time yang 14

15 diperkenalkan oleh Mc Dowell (1948) yang menekankan pemahaman pastpresent-future. The American Studies move toward the reconciliation of the time, the reconciliation of disciplines and a third long-range goal, namely, a reconciliation of region, nation, and world. Hal ini tidak terlepas dari sifat American Studies sebagai sebuah disiplin ilmu yang fleksibel untuk mencapai tujuan besarnya, yaitu mendapatkan pemahaman secara komprehensif dalam membahas permasalahan penelitian. Sementara itu, pendekatan politik digunakan untuk menjelaskan bagaimana isu hak senjata api telah berkembang menjadi isu politik di kalangan elit politik organisasi pro-kontra dan juga dimanfaatkan oleh kedua partai Republik dan Demokrat yang terus bersaing. Sedangkan hukum kontrol senjata api yang terus berkembang juga menjadi bagian krusial yang memberi dampak langsung bagi kehidupan masyarakat Amerika, dan bahkan menjadi unsur yang mempertajam kontroversi antar-masyarakat. Adapun pendekatan sosiologi melengkapi keutuhan pembahasan, khususnya dalam menganalisa fenomena kekerasan yang berkembang dalam masyarakat yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan signifikan sebagai akibat hak senjata api oleh warga sipil. Dengan begitu, akan didapatkan pemahaman yang komprehensif terkait bagaimana kontroversi hak senjata api berkembang dari waktu ke waktu dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial 15

16 politik masyarakat Amerika itu sendiri, khususnya yang menggambarkan suatu perubahan sosial masyarakatnya. 1.7 Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Melalui penelitian ini diharapkan pembaca mampu mendapatkan pemahaman tentang latar belakang penyebab munculnya kontroversi hak kepemilikan senjata api, yang secara umum orang mengetahui tradisi senjata api melalui pencitraan koboi, gengster, ataupun tokoh heroik lewat berbagai media khususnya televisi. Akan tetapi, dibalik itu senjata api bagi sebagian masyarakat Amerika dipercaya mewakili makna penting sebagai bagian dari warisan budaya dan tradisi masa lampau serta menjadi simbol yang mengusung nilai patriotisme dalam sejarah pendirian bangsa Amerika Manfaat Praktis Adapun secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan dalam memahami perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Amerika sebagai akibat munculnya kontroversi hak kepemilikan senjata api. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan studi kasus bagi Indonesia yang beberapa kali mengalami kasus kejahatan senjata api yang cukup serius. 16

17 1.8 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku yang dapat diamati (Maleong, 1989: 3). Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi, penjelasan, atau penggambaran keadaan secara sistematis tentang peristiwa yang teramati melalui teks buku ataupun dokumentasi sejarah. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan studi kepustakaan (library research), yakni data-data yang dibutuhkan dikumpulkan dari kepustakaan. Sumber data berupa buku-buku, baik buku elektronik (ebook) ataupun buku cetak, koran elektronik, jurnal, hasil penelitian, juga data dari internet yang relevan dengan kajian penelitian. Data-data tersebut dipilah dan dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan fungsi dan kebutuhan, kemudian dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Analisis dan interpretasi data didasarkan pada teori American Studies yang mencakup kajian interdisipliner. 1.9 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama memuat tentang pengantar tema penelitian yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, ruang lingkup penelitian, landasan teori, manfaat penelitian, serta metode penelitian dan teknik pengumpulan data. 17

18 Bab kedua memaparkan ihwal sejarah dan budaya awal penggunaan senjata api di Amerika Serikat, hak sipil dalam Amandemen Kedua, munculnya paham individualisme era Jaksonian dan hukum kontrol senjata api pertama di Amerika. Bab ketiga membahas tentang peningkatan tren kejahatan senjata api di Amerika termasuk pembahasan sejumlah kasus penembakan tokoh politik dan tragedi penembakan massal di lingkungan pendidikan yang mendorong memperketat hukum kontrol senjata api. Selain itu, membahas peningkatan kekerasan senjata oleh pemuda beserta faktor penyebabnya, pro-kontra hak senjata api, partai Republik versus partai Demokrat, permasalahan dalam penegakan hukum kontrol senjata api serta perubahan interpretasi terhadap Amandemen Kedua. Bab keempat membahas tentang penurunan tren kejahatan senjata api yang dipengaruhi oleh penurunan angka kejahatan oleh pemuda, kemudian menganalisa tentang konteks sosial isu kekerasan senjata yang melatarbelakangi yaitu terkait segregasi dan rasisme, isu feminisme, perubahan budaya, nilai dan tradisi masyarakat yang memengaruhi perubahan tren kejahatan senjata api masa kini serta perubahan sikap dan pandangan masyarakat terkait hak kepemilikan senjata. Bab kelima ditutup dengan kesimpulan penelitian. 18

KONTROVERSI HAK KEPEMILIKAN SENJATA API DI AMERIKA SERIKAT

KONTROVERSI HAK KEPEMILIKAN SENJATA API DI AMERIKA SERIKAT KONTROVERSI HAK KEPEMILIKAN SENJATA API DI AMERIKA SERIKAT SEBUAH KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Disusun oleh: Sandra Dewi Dahlan 09/291951/PMU/06149

Lebih terperinci

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi menugaskan Biden dalam memimpin tim kerja yang bertanggung jawab mengumpulkan rekomendasi kebijakan dari berbagai pihak dapat dilihat sebagai penyatuan aliran-aliran tersebut dan menjadikan Obama-Biden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang mengedepankan hukum seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat 3 sebagai tujuan utama mengatur negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

Moral Akhir Hidup Manusia

Moral Akhir Hidup Manusia Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam

Lebih terperinci

Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT

Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT Reza Laksmana Nugraha 10/299127/SP/24062 Pendahuluan Kekerasan yang melibatkan senjata api atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aborsi adalah pembunuhan janin yang di ketahui oleh masyarakat yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi dibedakan antara aborsi yang terjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E Pelaksanaan peradilan tindak pidana penyalahgunaan senjata api yang dilakukan oleh anggota TNI ( studi kasus di pengadilan militer II 11 Yogyakarta ) Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E.0004107 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun yaitu pencapaian kemajuan di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan Yang Maha Esa memberikan anugerah kepada manusia yaitu sebuah kehidupan yang harus dihormati oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT

KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT Bab - 4 Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT Bab 4 Tahukah kalian, bahwa kemerdekaan mengemukakan pendapat dijamin oleh negara? Dengan adanya kemerdekaan berpendapat akan

Lebih terperinci

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini.

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini. BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini. 1) ihwal nilai nasionalisme; 2) ihwal buku sekolah elektronik; 3) ihwal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagaimana pernyataan Jimly Ashiddiqie (dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Jurnalisme memiliki makna penting dalam proses politik di suatu negara. Peran penting ini semakin terasa di kala pemilihan umum, dimana masyarakat menggantungkan akses informasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap individu sejak dilahirkan yang telah dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu, Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum

Lebih terperinci

Kepada Yth: Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI Melalui Ketua Mahkamah Konstitusi RI Di Tempat. Dengan hormat

Kepada Yth: Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI Melalui Ketua Mahkamah Konstitusi RI Di Tempat. Dengan hormat No : 173/Eks/Ketua-PBHI/VII/08 Hal : Tambahan Informasi dalam perkara Nomor 14/PUU-VI/2008 Tentang Pengujian Pasal 310 ayat (1), Pasal 310 ayat (2), Pasal 311 (1), Pasal 316, dan Pasal 207 KUHP terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. BAB I PEDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. Kemajuan negara Cina tentu tidak terjadi begitu saja, ada suatu proses yang cukup panjang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No title of nobility shall be granted by the United States. Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. No title of nobility shall be granted by the United States. Kalimat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang No title of nobility shall be granted by the United States. Kalimat tersebut terdapat dalam Konstitusi Amerika Serikat yang artinya Tidak ada gelar kebangsawanan yang

Lebih terperinci

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat.

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Detik demi detik perubahan di Mesir tidak lepas dari restu Amerika Serikat. Ketika Jenderal

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH HUKUM

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH HUKUM BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH HUKUM Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah,

Lebih terperinci

PR POLITIK & MARKETING POLITIK. Oleh: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

PR POLITIK & MARKETING POLITIK. Oleh: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si PR POLITIK & MARKETING POLITIK Oleh: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si Secara umum dapat dikatakan bahwa PR merupakan kegiatan terlembagakan yang dilaksanakan berbagai lembaga, organisasi, atau perusahaan yang

Lebih terperinci

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta

Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu masalah yang ada di dalam kehidupan masyarakat, baik dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang berbudaya modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu menimbulkan keresahan serta rasa tidak aman pada masyarakat. Tindak pidana yang terjadi di Indonesia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup modern sekarang ini menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya,

Lebih terperinci

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA A. SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER Sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek penyelenggaran negara dewasa ini berkembang ke arah demokrasi dan perlidungan Hak Asasi Manusaia (HAM). Masalah HAM mengemuka pada setiap kehidupan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Oleh: Putrie Tiaraningtyas NIM: E 0001199 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

Wacana Pasal Penghinaan Presiden atau Wakil Presiden Dalam RUU KUHP Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 28 Agustus 2015; disetujui: 31 Agustus 2015

Wacana Pasal Penghinaan Presiden atau Wakil Presiden Dalam RUU KUHP Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 28 Agustus 2015; disetujui: 31 Agustus 2015 Wacana Pasal Penghinaan Presiden atau Wakil Presiden Dalam RUU KUHP Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 28 Agustus 2015; disetujui: 31 Agustus 2015 Pasal Penghinaan Presiden atau Wakil Presiden Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan dan sudah menjadi satu institusi sosial yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir

Lebih terperinci

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003

Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 45 Analisis Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Mengeluarkan Putusan Yang Bersifat Ultra Petita Berdasarkan Undang-Undangnomor 24 Tahun 2003 Oleh: Ayu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Marketing politik adalah salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam

I. PENDAHULUAN. Marketing politik adalah salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Marketing politik adalah salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam pemilihan. Marketing politik digunakan untuk memperkenalkan kandidat kepada masyarakat agar

Lebih terperinci

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Published: March 2016 ISSN: 2502 8634 Volume 1, Number 6 LSC INSIGHTS The Contemporary Policy Issues in Indonesia DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Nawawi Asmat Department

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa pengeboman yang terjadi di Wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas. Mengakibatkan hilangnya nyawa serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Bab IV Penutup A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa diratifikasinya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 108

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar pembangunan nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga pembangunan seluruh rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

Membuka Ruang Kritis. Menolak Lupa

Membuka Ruang Kritis. Menolak Lupa Membuka Ruang Kritis Menolak Lupa http://sorgemagz.com Membuka Ruang Kritis, Menolak Lupa Oleh: Daywin Prayogo 1 You never need an argument against the use of violence, you need an argument for it Noam

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA

RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA Jurnal Komunikasi Universitas tarumanagara, Tahun I/01/2009 RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA Eko Harry Susanto e-mail : ekohs@centrin.net.id Judul Buku : Keutamaan di Balik Kontroversi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Opini adalah pendapat, ide, atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan tertentu terhadap perspektif dan ideologi yang bersifat kontroversial. Publik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

BAB V PENUTUP. merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Konteks kemajemukan beragama di Indonesia menjadikan prinsip kebebasan beragama begitu penting. Para pendiri bangsa telah menyadari akan pentingnya hal ini yang kemudian merumuskannya

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe dan Sifat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, data

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49 Pada 21 Agustus 2014 Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak seluruh permohonan dan gugatan pihak Prabowo-Hatta, baik gugatan mengenai rekapitulasi suara oleh KPU maupun gugatan menyangkut pelanggaran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa

Lebih terperinci

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional Kasus perburuan Osama merupakan contoh kesekian kalinya yang menunjukkan bahwa hukum internasional merupakan aturan yang sangat multiinterpretasi. Kesepakatan

Lebih terperinci