BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap
|
|
- Utami Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini merupakan salah satu saran penyampaian aspirasi rakyat yang paling efektif dalam melakukan perubahan yang lebih baik untuk negara. Pemilu merupakan tanda demokrasi yang harus didukung oleh semua rakyat sebagai tanda keterlibatan dan antusiasme dalam membangun negara dan memiliki sistem pemerintahan dan politik yang lebih baik dari yang sebelumnya. Indonesia merupakan negara yang demokratis, maka itu aspirasi rakyat merupakan komponen utama dalam pembangunan negara. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pemilu tidak hanya dilihat dari keikutsertaannya dalam memberikan suara, tetapi masyarakat juga harus terlibat dalam proses pengawasan pemilihan calon kandidat sampai dengan mengawasi penghitungan suara pemilihan agar terciptanya sistem pemilihan yang transparan dan bebas dari manipulasi beberapa pihak yang tidak diinginkan. Sayangnya, saat ini semakin banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap keterlibatan mereka dalam pemilu. Masyarakat cenderung tidak memberikan suaranya atau yang biasa kita dengar dengan golput (golongan putih) dalam pemilu yang dimana golput merupakan salah satu tanda ketidakikutsertaan mereka dalam kegiatan politik di dalam negaranya sendiri. Hal ini dibuktikan dari Lembaga Survei Indonesia pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa angka golput berada di kisaran 37%. Presentase tersebut 1
2 2 meningkat 2% dibandingkan pilkada sebelumnya (Angka Pemilih Golput Hampir 40%, 2012). Wilayah yang paling tinggi angka golputnya adalah Jakarta Timur dengan total pemilih orang, orang tidak menggunakan hak pilihnya. Jumlah penduduk yang tidak memilih di Jakarta Utara berjumlah dari daftar pemilih tetap yang berjumlah penduduk. Kedua daerah tersebut merupakan daerah dengan jumlah golput sendiri (Angka pemilih golput hampir 40%, 2012). Walau belum ditentukan apa penyebabnya, namun fenomena golput ini dapat disebabkan karena banyak hal, seperti, liburan, sakit, KTP ganda (Angka pemilih golput hampir 40%, 2012) dan dapat juga disebabkan oleh kesalah teknis administrasi antar departemen seperti proses pendaftaran yang berantakan, pemanipulasian data pemilih, dll. (Subanda, 2009). Hal lain yang dapat mendukung terjadinya golput adalah ketidak mauan masyarakat untuk terlibat dalam politik. Sebagian besar masyarakat hanya memikirkan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka tanpa memikirkan apa yang terjadi pada sistem politik, padahal, sistem politik juga berpengaruh kepada sistem ekonomi bangsa. Golput juga dinilai sebagai ideologi atau hak azasi dengan alasan masyarakat kapok karena parpol yang ada dianggap tidak berkompetensi dan melanggar janji yang telah dijanjikan (Subanda, 2009). Bagaimanapun, sebagai warga Negara yang baik seharusnya kita menggunakan kesempatan ini dengan sebaikbaiknya. Karena kesempatan ini berguna untuk membangun Negara kita agar lebih baik lagi dan dengan adanya informasi yang telah disampaikan melalui kampanye yang telah dilakukan oleh para kandidat. Pemilu merupakan sarana
3 3 dimana kita sebagai warga dapat memiliki kemampuan untuk merubah dan memiliki rasa kewargaan. Golput merupakan salah satu sifat apatis terhadap politik karena tidak memberikan suara dalam pemilihan merupakan salah satu ketidak terlibatan individu dalam kegiatan politik negaranya sendiri. Apatis adalah sifat ketidak acuhan dimana individu kehilangan minat atau ketertarikan terhadap beberapa aspek emosional, social dan bahkan fisikal. Individu dapat dikatakan apatis apabila ia memiliki kurangnya kesadaran, kepedulian, dan tidak adanya rasa tanggung jawab. Sehingga itu individu cenderung melakukan golput apabila mereka sudah bersifat apatis terhadap politik. Sifat apatisme ini lebih sering ditemukan di kalangan remaja dibandingkan di kalangan orang dewasa. Di dalam penelitiannya, dalam penelitiannya mengenai apatisme politik pada anak muda di Spanyol, Garcia-Albacete (2006) mengatakan bahwa anak muda memiliki tingkat ketidakpercayaan yang tinggi terhadap sistem pemerintahan yang ada. Mereka juga kurang tertarik terhadap politik dan pengetahuan mengenai politik juga kurang sehingga mereka enggan mencari tahu mengenai informasi politik dan berpartisipasi dalam pemilihan. Selain itu, anak muda merasa kesulitan untuk masuk dan berpartisipasi dalam dunia politik bila dihubungkan dengan gaya hidup yang modern dan pekerjaan mereka. Anak muda lebih tertarik kepada aksi politik yang lebih modern, contohnya, menjadi aktivis isu-isu social, seperti larangan penebangan pohon secara liar, perlindungan hewan yang hampir punah, dll (Quinteller, 2007). Pada penelitiannya, Marcelo, Lopez, dan Kirby (2007) menemukan bahwa remaja banyak ikut berpartisipasi aktif dalam komunitas lingkungannya, sebagian besar dari mereka beralasan bahwa berpartisipasi dalam komunitas merupakan
4 4 keputusan mereka untuk dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik, sebagian lagi berpendapat bahwa itu merupakan tanggung jawab mereka untuk menciptkakan lingkungan sosial yang lebih baik dengan berpartisipasi dalam sebuah komunitas. Penelitian ini mengkhususkan kepada partisipasi politik, karena menjadi seorang warga berarti ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik di dalam negaranya sendiri. Kebanyakan remaja berpartisipasi dalam pemilu yaitu dengan memberikan suaranya beralasan bahwa memberikan suara dalam pemilihan merupakan keinginan mereka sendiri, beberapa ada yang menjawab bahwa memberikan suara sebagai ekspresi diri dan juga menganggap bahwa memberikan suara merupakan tanggung jawab. Mereka juga lebih suka berpartisipasi dalam bentuk mengajak orang lain untuk memilih dibandingkan untuk hanya sekedar memberikan suara dan memakai atribut kampanye (Marcelo, Lopez, & Kirby, 2007). Disamping sifat apatisme yang dialami oleh anak muda, keberadaan merekapun kurang dilibatkan oleh pihak politisi itu sendiri karena mereka merasa bahwa anak muda masih belum memiliki pandangan yang stabil untuk perduli terhadap politik (Quinteller, 2007). Sifat apatisme terhadap politik yang terjadi di kalangan anak muda ini menyebabkan terjadinya perilaku golput dalam pemilu, karena mereka merasa mereka suara mereka tidak akan berpengaruh dalam sistem politik. Selama ini, aspirasi rakyat lebih sering disampaikan oleh anak muda, khususnya oleh mahasiswa. Mahasiswa merupakan tingkat kesiswaan yang paling tinggi dalam tingkat pendidikan dan proses kuliah merupakan persiapan diri siswa dalam menghadapi dunia luar. Maka itu, mahasiswa diharapkan untuk
5 5 dapat bisa kritis dalam menanggapi isu-isu yang terjadi di sekitarnya termasuk isu politik yang terjadi di negaranya sendiri. Dewasa kini, mahasiswa semakin apatis terhadap isu politik yang terjadi saat ini. Salah satu contohnya adalah ketidak terlibatannya mahasiswa dalam pemilu. Seperti yang telah dihimbau oleh ketua KPU Husni Kamil Malik agar mahasiswa menekan angka golput untuk pemilu tahun Karena menurutnya, mahasiswa yang berjumlah merupakan jumlah yang sangat besar dan cukup dahsyat untuk melakukan perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat (Tekan angka golput tinggi, KPU minta mahasiswa aktif pemilu, 2013). Selain itu, menurut Dr. Muhammad Uhaib As ad, mahasiswa cenderung bersikap apatis dan apolitis dalam pemilu tahun 2009 dalam penjelasannya di Seminar Nasional "Polemik Golput di Era Demokrasi Dalam Perspektif Islam". Beliau juga mengemukakan bahwa fatwa MUI mengenai bahwa golput itu haram tidak berpengaruh dalam menekan angka golput, terutama pada mahasiswa karena mahasiswa sudah tidak percaya lagi erhadap partai politik yang ada (Mahasiswa cenderung golput dalam pemilu 2009, 2009). Fenomena mengenai mahasiswa dan golput tidak sedikit terdengar di telinga masyarakat. Beberapa waktu yang lalu diberitakan bahwa Serikat Mahasiswa Medan Indonesia nyerukan golput dalam pemilukada 2013 dikarenakan menurut mereka pemilukada ini hanya mementingkan kepentingan kaum borjuis setempat (Serikat mahasiswa Indonesia Medan memilih golput, 2012). Seharusnya, mahasiswa adalah panutan bagi para pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang dapat membangun negara yang lebih maju lagi demi kesejahteraan rakyatnya. Memiliki negara yang maju dan kehidupan yang
6 6 sejahtera merupakan impian setiap rakyatnya, maka itu dibutuhkan sifat saling membantu dan partisipasi dalam meraih keinginan tersebut. Terdapat berbagai macam definisi mengenai kewargaan, lingkupnya pun masih sering diperdebatkan. Menurut Wazer (dalam Sears, 2003), warga adalah anggota dari komunitas politik. Kewargaan adalah ekspresi dari hubungan individu terhadap sistem politik yang ada (Sears, 2003). Menurut Olson pada tahun 2008, (dalam Condor, 2011) kewargaan adalah status individu dalam hubungan unit politik. Menurut Kostakopoulopada tahun 2008, (dalam Sindic, 2011), warga berarti memiliki kesamarataan anggota dalam komunitas politk dilihat dari hak dan kewajibannya, keuntungan yang didapat dari sumber daya yang ada, partisipasi dan identitas dalam lingkungan tersebut. Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat diartikan bahwa untuk dikatakan sebagai warga, individu harus dapat memenuhi hak dan kewajibannya dan ikut berpartisipasi dalam lingkungannya agar dapat terbentuk identitas mereka sebagai warga.kewargaan merupakan status keberadaan suatu individu dalam suatu komunitas dan komunitas tersebut merupakan bagian dari identitas individu tersebut (Sindic, 2011). Golput dapat diartikan sebagai protes atau penolakan terhadap mekanisme dan sistem pemerintahan atau politik yang berjalan saat ini. Golput juga berguna sebagai basis ketidak percayaan masyarakat pada kader parpol. Hal ini justru dapat dijadikan pembelajaran bagi para parpol untuk dapat meningkatkan kinerja dan menanamkan kepercayaan kepada masyarakat, karena Lembaga Survei Indonesia menunjukkan bahwa kondisi parpol pada saat ini mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat (Subanda, 2009).
7 7 Ketidakpercayaan masyarakat terhadap parpol atau kandidat dalam pemilihan tentunya ada penyebabnya. Umumnya masyarakat merasa bahwa kandidat yang dicalonkan pada pemilihan dianggap tidak mampu menjalani tugas yang akan diemban, tidak memiliki pemikiran yang sejalan dengan masyarakat bahkan bagi para kandidat yang telah dicalonkan dalam pemilihan sebelumnya dianggap telah melanggar janji dalam kampanyenya yang lalu. Hal ini memberikan potensi bagi masyarakat untuk melakukan golput dalam pemilihan. Hal tersebut dapat ditangani dengan penyampaian informasi melalu kampanye kandidat. Keikutsertaan masyarakat dalam pemilu tentu tidak luput dari informasi-informasi mengenai kandidat pemilihan yang akan dipilih. Masyarakat akan mengolah informasi yang didapat dengan proses pengambilan keputusan yang nantinya akan mempengaruhi perilaku pengambilan suara mereka (voting behavior). Menurut Glasser dan Griffin pada tahun 1990 (dalam Cottam, 2012), orangorang yang mengetahui banyak hal tentang politik dan berminat pada politik akan memproses informasi dalam cara yang berbeda dari orang-orang yang mengetahui sedikit dan tidak berminat pada politik. Namun, bahkan orang-orang yang berminat dan paham terhadap politik akan mengambil jalan pintas informasi dengan menggunakan heuristik dalam memproses informasi dan membuat keputusan (Cottam, 2012). Ottati dan Wyer (dalam Cottam, 2012) menjelaskan bagaimana informasi politik diproses. Infromasi politik yang diterima akan dicocokkan dengan skema yang telah ada. Lalu, informasi dan skema tersebut dihubungkan dan dicocokkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya yang lalu akan dinilai dan disimpan. Nilai-nilai tersebut akan ditarik
8 8 dan digunakan dan lalu dievaluasi saat akan digunakan dalam pengambilan keputusan (Cottam, 2012). Informasi politik yang disampaikan olehpara kandidat dapat berisi berbagai macam informasi, terutama isu apa yang menjadi andalan kandidat atau calon tersebut. Isu-isu yang dikampanyekan oleh antar kandidat merupakan perselisihan mengenai kebijakan publik (Cottam, 2012). Maka itu, kandidat harus dapat dengan sebaik mungkin menyampaikan isu-isu yang akan mereka capai kepada masyarakat dengan sebaik mungkin. Marcus dan MacKuen (1993) berpendapat bahwa masyarakat tidak hanya merespon kadidat yang ada dengan repon yang positif dan negatif, melainkan dengan emosi-emosi yang spesifik. Emosi pokok yang digunakan adalah antusiasme dan kecemasan. Respon antusiasme mempengaruhi keputusan kepada siapa suara akan diberikan. Sedangkan kecemasan mempengaruhi individu untuk mencari informasi lebih mengenai kandidat yang ada. Maka itu rasa kecemasan yang dialami oleh masyarakat mempunyai peran penting dalam pemrosesan informasi dan juga akan menstimulasi pembelajaran (Cottam, 2012). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu aspek kewargaan adalah untuk wajib terlibat dalam sistem politik negaranya sendiri dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan begitu, golput yang dilakukan oleh beberapa masyarakat merupakan cerminan perasaan kewargaan yang rendah sehingga menyebabkan mereka untuk golput. Fenomena ini cukup memprihatinkan mengingat sistem politik merupakan salah satu lembaga yang memiliki pengaruh besar dalam perubahan dan kemajuan suatu negara dan apatisme mahasiswa terhadap politik yang
9 9 ditunjukkan dengan aksi golput merupakan hal yang negatif dan tidak mendukung perubahan dan kemajuan negara. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan masalah yang ada, yaitu: 1. Apakah perasaan kewargaan dapat memprediksi apatisme politik pada mahasiswa? 2. Apakah dimensi indecisive dari decision fatigue dapat memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa? 3. Apakah dimensi impulsif dari decision fatigue dapat memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa? 4. Apakah perasaan kewargaan, dimensi indecisive dan impulsif dari decision fatigue secara bersama-sama dapat memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa? 1.3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah perasaan kewargaan dapat memprediksi apatisme politik pada mahasiswa. 2. Untuk mengetahui apakah dimensi indecisive dari decision fatigue dapat memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa. 3. Untuk mengetahui apakah dimensi impulsif dari decision fatigue dapat memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa.
10 10 4. Untuk mengetahui apakah perasaan kewargaan, dimensi indecisive dan impulsif dari decision fatigue secara bersama-sama dapat memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Sebagai kontribusi penulis dalam meminimalisir apatisme mahasiswa terhadap politik. 2. Sebagai sarana informasi dan pengetahuan bagi masyarakat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pertama ini, peneliti akan memberikan paparan mengenai latar belakang permasalahan dan fenomena yang terkait. Selanjutnya, peneliti akan memaparkan rumusan masalah berupa pertanyaan
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pilkada beberapa daerah telah berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa angka Golput semakin meningkat, bahkan pemenang pemiluhan umum adalah golput. Di Medan, angka golput
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa pertama, fungsi partai sebagai sosialisasi politik sangat minim dilakukan dan bahkan tidak ada, sebagai contoh dalam
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.1.1 Populasi dan Karakteristik Sampel Populasi menurut Pujiati dan Rusliah (2007) adalah seluruh anggota kumpulan objek yang jelas dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap yang terdaftar tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. memiliki kontribusi dan mampu memprediksikan apatisme politik pada
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, perasaan kewargaan memiliki kontribusi dan mampu memprediksikan apatisme politik pada mahasiswa, sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum presiden 2014 semakin ketat dan sangat bersaing tidak hanya dibutuhkan kemampuan dari kandidat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. Negara yang mengaku dirinya adalah negara demokrasi, sejatinya memiliki kekuatan ada pada warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan
119 BAB V PENUTUP A. Simpulan Calon legislatif merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap rancangan undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, merupakan sosialisasi disekolah mengenai pemilihan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia politik adalah suatu pasar, dalam pasar itu terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan. Dan seperti halnya pertukaran dalam dunia bisnis yang perlu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.
106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP Kesimpulan. kualitas dan kuantitas pemilih dalam menggunakan hak pilihnya. Relawan
BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Relawan Demokrasi merupakan program nasional dari KPU RI yang dirancang untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia dan ditempatkan di bawah supervisi KPU kabupaten/kota setempat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi yang dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan jalannya pemerintahan. Warga negara
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan perilaku pemilih memiliki signifikansi yang kuat. Terdapat hubungan positif antara konsumsi
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna. Utama. Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
PENGUAT KONSEP Pada tahun 1971-an salah seorang aktivis yang bernama Arief Budiman mengkampanyekan agar masyarakat dalam pemilihan umum (pemilu) tidak memilih salah satu partai politik. Gerakan yang lebih
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Untuk menganalisis mengapa masyarakat memilih tidak menggunakan hak pilihnya dalam pilkades (golput) diuraikan
Lebih terperinciPERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL
PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan tertinggi dalam tata urutan peraturan perundang-undangan suatu negara serta merupakan hukum tertinggi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi. Partisipasi masyarakat diperlukan sebagai penunjang sistem dalam pemilihan presiden setiap periodenya.
Lebih terperinciPERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperinciMEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015
MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga
Lebih terperinciPemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan
Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan
Lebih terperincinegeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan
Lebih terperinciPERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA
PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA 1. Menambahkan sasaran pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan berada ditangan rakyat. Dengan bentuk pemerintahan yang seperti itu, Indonesia menjadi Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rakyat, untuk rakyat. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partispasi masyarakat penting bagi penyelenggaraan pemerintahan yang berasaskan demokrasi. Sistem demokrasi berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu bermasyarakat, hal ini terkait dengan keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu. Pada masyarakat modern organisasi
Lebih terperinciPemilih Pemuda, Sudah Cerdas?
Pemilih Pemuda, Sudah Cerdas? Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia Diah Setiawaty Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) www.perludem.or.id, www.rumahpemilu.org @twitter:@perludem/@rumahpemilu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemilukada langsung dan pemilukada tidak langsung. Faktor utama yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah mereka yang berumur 17 sampai dengan 21 tahun merupakan pemilih pemula yang baru
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciBAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU
BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU A. Golput Dalam Pemilu Menurut Islam Pemilu beserta hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha pembangunan yang sebesar-besarnya dalam memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat diwilayah sekitarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap
Lebih terperinciPARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGAWAL DEMOKRASI DI KALBAR
PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGAWAL DEMOKRASI DI KALBAR ANDI MURSIDI Ketua STKIP Singkawang Di Sampaikan Dalam Seminar Pemudan & MUSPIMDA PMII Kalimantan Barat dan Di Aula Kampus STKIP Singkawang Jumat 28
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang
259 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan ciri utama sistem pemerintahan yang demokratis. Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, ini merupakan
Lebih terperinciKOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK
KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 01 Demokrasi dan Komunikasi Pemasaran Politik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Demokrasi Demokrasi secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penguatan, partisipasi dan kemandirian rakyat lewat proses-proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya agenda ke depan bangsa ini tidak bisa lepas dari upaya penguatan, partisipasi dan kemandirian rakyat lewat proses-proses yang demokratis. Catatan
Lebih terperinciPARTISIPASI POLITIK PEMILU
PARTISIPASI POLITIK PEMILU DEMOKRASI TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami A. B. Partisipasi Politik Pemilu C. Demokrasi PARTISIPASI POLITIK DINAMIKA PARTISIPASI POLITIK Awalnya studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilih pemula merupakan salah satu segmen pemilih dalam pemilihan umum yang menjadi sorotan dalam pemilihan umum 2014 silam. Kategori pemilih pemula sendiri, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Sehingga, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Oleh karena
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciDewi Masita Umar, NIM: ,**Jusdin Puluhulawa., SH, M.Si***Dr.Udin Hamim, S.Pd.,SH, M.Si, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 1 Golongan Putih ( Golput ) Pada Pemilihan Kepala Daerah di Gorontalo Utara ( Studi Kasus Bagi Warga Pemilih di Kecamatan Atinggola) Oleh Dewi Masita
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. K esimpulan
BAB V PENUTUP Bagian ini berisi kesimpulan dan saran terhadap penelitian. Kesimpulan berisi gambaran menyeluruh tentang hasil temuan dan analisis yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yaitu pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang
Lebih terperinciDasar Pemikiran. Bentuk peran aktif RRI dalam proses demokratisasi RRI => Menginspirasi => Menavigasi
PERAN LPP RRI Dasar Pemikiran Bentuk peran aktif RRI dalam proses demokratisasi RRI => Menginspirasi => Menavigasi PENGERTIAN Program Siaran yang diselenggarkan untuk memberikan pemahaman mengenai hak
Lebih terperincixiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Indikator Variabel... 13 Tabel 3.1 Jumlah Populasi Mahasiswa... 41 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Mahasiswa... 43 Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r... 50 Tabel 4.1 Perilaku
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat. Pemilu merupakan suatu proses memilih orangorang untuk mengisi
Lebih terperinciIDENTITAS RESPONDEN (KERAHASIAAN TERJAMIN) Nomor Angket :... (Diisi peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN (KERAHASIAAN TERJAMIN) Nomor Angket :... (Diisi peneliti) Usia :... Tahun Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan Tingkat Pendidikan : 1. SD/MI/Kebawah 4. D1/D2/D3/D4 2. SMP/MTs 5.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sosialisasi politik merupakan salah satu cara dalam menyebarluaskan informasi politik, sehingga fungsi sosialisasi politik yaitu untuk memberikan pengetahuan dan pembelajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh angin demokrasi yang dipadatkan dalam bentuk berbagai keinginan dan tuntutan dengan mengatasnamakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara demokrasi dimana pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan rakyat. Semua proses pembuatan kebijakan politik yang menyangkut kepentingan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 tahun ke atas atau telah menikah. Responden tersebut telah memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Partai Politik 1. Konsep partai Politik Menurut Epstein (Gatara, 2009: 191), mengatakan bahwa partai politik adalah setiap kelompok-kelompok, meskipun terorganisasi secara sederhana,
Lebih terperinciBab V. Kesimpulan. 1. Product tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilih, dengan. persentase pengaruh sebesar -0,0029 atau -0.
Bab V Kesimpulan 5.1 Hasil Dari hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan : 1. Product tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilih, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi
Lebih terperinciPOLLING DAN PENDAPAT UMUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PERKULIAHAN OPINI PUBLIK FASILITATOR: DANANG TRIJAYANTO
POLLING DAN PENDAPAT UMUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PERKULIAHAN OPINI PUBLIK FASILITATOR: DANANG TRIJAYANTO PUBLIC OPINION POLLING Bagaimanakah Polling bekerja? Polling akan berpengaruh lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, dan kondisi masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya partisipasi politik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pemilih Pemula di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Pemilih Pemula di Indonesia Pada tahun 2014 ini, Indonesia mengadakan pemilu yang ke- 11. Dimana pemilu pertama kali diadakan pada tahun 1955.
Lebih terperinciPARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK
PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK Oleh Dr. H. Mahi M. Hikmat,M.Si. mmhikmat@yahoo.co.id Perpektif Kebijakan Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai
Lebih terperinciMenuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015
Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 1 Konteks Regulasi terkait politik elektoral 2014 UU Pilkada
Lebih terperinci