BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Siska Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, akuntabilitas dan transparansi kinerja pemerintahan hanya akan terwujud ketika penerapan e-government mampu menghapus batasan-batasan sosial dengan masyarakat [1]. Konsep e-government tidak hanya semata pada persoalan service delivery dan transformasi layanan publik berbasis TIK. Tantangan e-government saat ini adalah bagaimana publik dapat terlibat dan dilibatkan dalam proses jalannya pemerintahan dan pengambilan keputusan, serta mampu mendorong masyarakat berpartisipasi pada aspek politik, sosial dan budaya [2]. Telah menjadi pemahaman umum bahwa perkembangan TIK dewasa ini sungguh luar biasa. Teknologi memengaruhi gaya hidup dan kehidupan sosial, menciptakan metode-metode baru dalam komunikasi, pendidikan, perdagangan, dan lain sebagainya. Sebagai media komunikasi, TIK -- dan internet sebagai produknya -- telah merevolusi cara-cara manusia berinteraksi antar sesama, maupun berpartisipasi dalam ruang publik, pemerintahan dan demokrasi. Penggunaan perangkat-perangkat digital saat ini mampu mengurangi bahkan mengeliminasi keterbatasan jarak dan waktu pada partisipasi tatap muka, sehingga dengan bantuan teknologi informasi, praktik demokrasi dan partisipasi dapat lebih terjangkau masyarakat [3]. Adopsi TIK dalam wilayah demokrasi melahirkan konsep partisipasi elektronik atau partisipasi online, yang kemudian konsep ini dinamakan e-participation. e-participation didefinisikan sebagai transformasi aktivitas partisipasi publik dalam konteks sosial-demokrasi melalui pemanfaatan teknologi informasi [4]. e-participation merupakan salah satu bagian dari konsep e-demokrasi yang 1
2 menekankan pada keterlibatan publik dalam konteks pengambilan keputusan, sedikit berbeda dengan e-voting yang fokus pada pemungutan suara [5]. Jika dikaitkan dengan konsep e-government, e-participation merupakan salah satu penerapan pada aspek government to citizen (G2C) yang berhubungan erat dengan pelayanan masyarakat. Dalam kajian ilmiah, e-participation merupakan bidang penelitian yang relatif baru berkembang sejak dua dekade belakangan ini. Kebaruan bidang ini cukup menarik minat para ahli dan peneliti untuk mengeksplorasi konsep, metode, manfaat, dan berbagai aspek lainnya. Sejalan dengan itu, berbagai negara maju terutama negara-negara di eropa mulai menerapkan e-participation sebagai inovasi partisipasi di dalam sistem pemerintahannya. E-Participation dipandang sebagai alternatif solusi atas krisis demokrasi yang terjadi di banyak pemerintahan yang dicirikan dengan penurunan angka partisipasi pemilih, dan tingkat kepercayaan publik yang rendah terhadap partai politik dan lembaga pemerintah [6]. Adapun salah satu bentuk penerapan e-participation adalah model konsultasi publik berbasis teknologi informasi, atau disebut juga dengan e- consultation. e-consultation adalah konsep layanan pemerintah yang mengakomodir aspirasi masyarakat melalui diskusi secara daring (online) untuk membahas suatu isu atau permasalahan dalam perumusan kebijakan. Jika sebelumnya konsultasi publik dilaksanakan melalui tatap muka dalam bentuk seminar, rapat dengar pendapat umum (RDPU), ataupun dengan publikasi di mediamedia cetak, maka melalui e-consultation, konsultasi publik diselenggarakan secara online melalui media internet. Inisiatif ini dinilai menjadi langkah positif untuk menampung aspirasi masyarakat dalam perumusan kebijakan yang biasanya relatif lebih sulit jika dilakukan dengan tatap muka [7], yang biasanya disebabkan keengganan masyarakat umum untuk berbicara dalam topik politik dan kebijakan. Hal-hal seperti topik yang kontroversial, rasa tidak ingin berdebat, kekuatiran akan konsekuensi atas pendapatnya, ataupun merasa tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dalam ranah politik menjadi alasan mengapa sebagian orang enggan terlibat dalam diskusi politik. Namun dengan memungkinkannya komunikasi dilangsungkan secara online, hal ini kemudian mampu menghapus 2
3 beban psikologis tadi sehingga mendorong orang untuk terlibat dalam diskusi politik. Karakteristik dunia maya membuat pengguna dapat hadir secara anonim, dan mengurangi kekuatiran akan keberadaan fisiknya. Namun sayangnya, penerapan e-consultation dan e-participation belum menjadi prioritas di lembaga-lembaga pemerintah di Indonesia. Hasil penelusuran layanan konsultasi publik online melalui mesin pencari Google hanya menampilkan satu lembaga yang aktif menerapkannya, yaitu Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika. Rendahnya penerapan e-participation di Indonesia juga diperkuat dengan hasil pemeringkatan index e-participation dunia oleh United Nations yang menunjukkan Indonesia hanya berada pada urutan ke-110, masih cukup jauh tertinggal dibandingkan negara lain [8]. Saat ini sejumlah negara telah mengembangkan dan mengimplementasikan e-consultation sebagai salah satu cara untuk mensosialisasikan kebijakan pemerintahannya. Namun ternyata menggelar wadah komunikasi berbasis teknologi dalam wilayah demokrasi tidak serta merta membawa kepada deliberasi dan diskusi yang berkualitas. Menyediakan layanan online yang ditujukan kepada masyarakat umum berarti menjadikan tingkat partisipasi publik sebagai salah satu indikator keberhasilannya, sebab tanpa adanya partisipasi publik, tentunya layanan tersebut akan menjadi sia-sia. Hal seperti inilah yang terjadi pada forum e- consultation salah satu pemerintah lokal di negara bagian Amerika Serikat yang dihentikan karena jumlah partisipasi yang sangat rendah [9]. Dalam studi yang lain dikatakan bahwa sebagian besar e-consultation yang dilaksanakan masih dalam tahap uji coba atau pilot-project. Kondisi tersebut menjadikan layanan ini belum sepenuhnya menjadi bagian yang resmi dalam proses pengambilan keputusan sehingga kontribusi-kontribusi yang dihasilkan pun belum berdampak pada kebijakan yang dihasilkan [7], [10]. Gagalnya dalam penerapan e-consultation juga dikemukakan oleh Klasinc [11] yang meneliti pelaksanaan e-consultation di Kroasia. Dalam studinya, ia menemukan bahwa pelaksanaan e-consultation di Kroasia berlangsung dengan tidak produktif. Forum komunikasi yang seharusnya menjadi wadah untuk 3
4 menyampaikan kontribusi-kontribusi positif justru menjadi tempat untuk melemparkan komentar-komentar negatif dan penghinaan yang cenderung menyerang pemerintah ketika tema yang dibahas dianggap merugikan pihak-pihak tertentu. Adapun menurut Klasinc, hal tersebut terjadi karena kurangnya perencanaan dan pemahaman yang baik pada strategi pelaksanaannya. Pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi memang tidak selalu diikuti dengan pemanfaatan dan hasil yang diharapkan. Terlebih dalam lingkungan sektor publik seperti halnya e-consultation, keberhasilan layanan berbasis teknologi informasi sangat bergantung pada sejauhmana perencanaan organisasi dan pemahaman yang holistik terhadap sistem yang akan dikembangkan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka melalui penelitian ini akan dikembangkan sebuah kerangka implementasi e-consultation yang dapat digunakan sebagai pendekatan implementasi serta panduan dalam penerapannya inisiatif e- consultation. 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut: 1. Hasil survei United Nations memperlihatkan bahwa index e-participation di Indonesia berada pada urutan ke-110, masih cukup rendah dibandingkan negara-negara lain; 2. Inisiatif konsultasi publik yang digelar secara online (e-consultation) masih jarang dilaksanakan di institusi pemerintahan di Indonesia; 3. Pelaksanaan e-consultation masih menemui kelemahan-kelemahan seperti partisipasi yang rendah baik dari publik maupun dari pemerintah dan politisi, diskusi yang berlangsung dengan tidak produktif, dan sebagian besar masih dalam bentuk uji coba sehingga belum menjadi bagian yang resmi dalam perumusan kebijakan; 4. Belum adanya suatu model pengembangan yang baku sebagai acuan pengembangan dan implementasi e-consultation di Indonesia. 4
5 1.3 Keaslian penelitian Penelitian terkait pengembangan kerangka implementasi e-consultation maupun e-participation secara umum masih jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan konsep e-participation yang masih tergolong baru sehingga belum ada metode pengembangan yang baku dan banyak pelaksanaan e-participation masih bersifat pilot project dan uji coba. Studi pengembangan model dan kerangka (framework) implementasi e- participation yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dibedakan berdasarkan pendekatan tertentu. Diantaranya adalah studi pengembangan framework e-participation yang memfokuskan pada pemilihan teknik partisipasi dan perangkat TIK oleh Phang dan Kankanhalli [12]. Studi ini mengkaji tentang kesesuaian antara tujuan dengan metode partisipasi yang diterapkan. Dalam studinya mereka berpendapat bahwa inisiatif e-participation memiliki 4 (empat) tujuan pelaksanaan, dan pemilihan metode partisipasi serta perangkat TIK harus diselaraskan dengan tujuan pelaksanaan tersebut untuk mendapatkan hasil yang optimal. Berdasarkan tujuan e-participation yang dikemukakan, Phang dan Kankanhalli menyusun kerangka pemanfaatan TIK untuk e-participation dan 3 (tiga) langkah prosedur implementasi e-participation seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1. Tabel 1.1 Kerangka Pemanfaatan TIK untuk e-participation [12] Tujuan e-participation Information Exchange Education & Support building Decision-making Supplement Input Probing Fitur utama Menyediakan wadah partisipasi publik untuk melakukan komunikasi dua arah secara bebas dan terbuka Pemilihan dan pelibatan publik dari kalangan tertentu berdasarkan demografi. Mekanisme untuk untuk memperoleh informasi tertentu untuk kepentingan pengambilan keputusan Mekanisme untuk mengumpulkan dan menganalisis masukan/opini publik secara sistematis. Perangkat TIK yang sesuai Portal web dengan forum online, online chat Electronic profiling, online chat, forum diskusi dengan registrasi, teleconference, videoconference, Group support system, Survei online, Visualization tools Survei online, web comment form, teknik analisis data (Natural Language Processing, dll) 5
6 Gambar 1.1 Tiga langkah prosedur implementasi e-participation [12] Islam [13] mengembangkan model implementasi e-participation yang ia nyatakan bersifat berkelanjutan (sustainable). Studi ini dilaksanakan melalui analisis benchmarking terhadap sejumlah hasil penilaian e-government dan pelayanan publik elektronik oleh lembaga-lembaga internasional. Dalam hasil penelitiannya, Islam menyusun tahapan implementasi e-participation yang kemudian dinamakan 7Ps Sustainable e-participation Implementation Model yang terdiri atas tujuh tahapan, yaitu (1) Pengembangan kapasitas dan kebijakan; (2) Perencanaan dan penentuan sasaran; (3) Pengembangan program dan informasi; (4) Penentuan proses dan perangkat; (5) Promosi; (6) Partisipasi; dan (7) Analisis implementasi. Model implementasi e-participation yang dikembangkan oleh Islam diperlihatkan pada Gambar 1.2. Post-implementation analysis Participation Promotion Process & tools Program & content development Planning & goal settings Policy & capacity buliding Gambar 1.2 7Ps Sustainable e-participation Implementation Model [13] Scherer et.al. [14] melakukan studi penyusunan kerangka panduan inisiatif e-participation. Penelitian ini dilaksanakan melalui studi kasus implementasi 6
7 proyek e-participation VoicE dan VoiceS di Eropa. Kerangka yang disusun berupa proses iteratif yang terdiri atas empat tahapan, yang kemudian di-breakdown menjadi enam aktivitas, yaitu: (1) Inisiasi proyek; (2) Perancangan partisipasi; (3) Perancangan e-participation; (4) Mempersiapkan informasi dan implementasi platform; (5) Promosi dan pemeliharaan; dan (6) Evaluasi. Kerangka panduan e- participation yang disusun Scherer et.al. diperlihatkan pada Gambar 1.3. Gambar 1.3 Kerangka panduan inisiatif e-participation [14] Studi penyusunan kerangka acuan e-participation juga dilaksanakan oleh Scherer dan Wimmer [15]. Penelitian ini menggunakan metodologi reference modelling dan pendekatan enterprise architecture dengan mengambil studi kasus pada proyek e-participation di Eropa yaitu LEX-IS, VoicE, dan VoiceS. Kerangka implementasi yang dikembangkan kemudian dinamakan Model Referensi e- Participation yang terdiri atas empat blok entitas, yaitu (1) Blok model prosedural; (2) Blok dimensi; (3) Blok pustaka (library); dan (4) Blok Domain Meta Model. Model referensi e-participation yang dikembangkan diperlihatkan pada Gambar
8 Gambar 1.4 Kerangka panduan inisiatif e-participation [15] Dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan di atas, umumnya kerangka implementasi yang dihasilkan masih bersifat generik, dalam artian dikembangkan sebagai panduan implementasi e-participation secara umum yang tidak spesifik pada bentuk-bentuk dan area partisipasi tertentu. Disini peneliti berasumsi bahwa setiap bentuk e-participation tentunya memiliki karakteristik yang unik dan proses yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga perspektif dalam perencanaan dan implementasinya tentu berbeda pula. Melihat kekurangan tersebut, penelitian ini mencoba untuk menutupi kekurangan tersebut dengan mengembangkan kerangka implementasi e-consultation sebagai panduan implementasi e-participation yang spesifik pada konsultasi publik elektronik. Perbandingan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dituangkan dalam Tabel
9 Tabel 1.2 Penelitian terkait pengembangan model dan kerangka implementasi Peneliti Tujuan Metode Area E-participation Phang & Kankanhalli [12] Mengembangkan kerangka pemanfaatan TIK dalam menerapkan e-participation Studi literatur Umum Islam [13] Mengembangkan Model Implementasi e-participation yang berkelanjutan (sustainable) Benchmarking, Studi literatur Umum Scherer et.al. [14] Mengembangkan kerangka panduan inisiatif e-participation Studi kasus Umum Scherer & Wimmer [15] Mengembangkan model referensi untuk penerapan e-participation Studi kasus Umum Penelitian ini Kerangka implementasi e- consultation Studi literatur, best practice, dan studi lapangan. E-consultation 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka implementasi layanan e-consultation. Kerangka implementasi terdiri atas komponen-komponen yang menjadi karakteristik e-consultation yang disusun dalam bentuk model tahapan yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menerapkan e-consultation di institusi pemerintah. Penelitian ini juga akan mengembangkan prototipe aplikasi yang akan menggambarkan antarmuka (interface) e-consultation yang akan dikembangkan. 1.5 Manfaat Penelitian Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dan acuan pengembangan layanan e-consultation sebagai media konsultasi publik bagi institusi pemerintahan untuk mendorong tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perumusan kebijakan. Adapun manfaat secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi keilmuan dan tambahan informasi dalam lingkup 9
10 keilmuan e-participation, serta dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitianpenelitian sejenis. 10
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai respon dari perkembangan teknologi serta tuntutan masyarakat terhadap peningkatkan pelayanan, transparasi dan efektifitas, pemerintah mulai melakukan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas. Penggunaan teknologi yang tidak hanya terbatas pada bidang bisnis dan perdagangan tetapi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi. pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi internet di lingkungan pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting untuk
Lebih terperinciIMPLEMENTASI STANDAR PENGELOLAAN SUMBER DAYA TEKNOLOGI INFORMASI GUNA MENDUKUNG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DI LEMBAGA PEMERINTAHAN
IMPLEMENTASI STANDAR PENGELOLAAN SUMBER DAYA TEKNOLOGI INFORMASI GUNA MENDUKUNG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DI LEMBAGA PEMERINTAHAN Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom., M.Cs. Ariya Dwika Cahyono, S.Kom.,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadikan suatu informasi tersebut berguna bagi setiap individu yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, perkembangan teknologi sudah semakin pesat dan informasi yang ada di sekitar kita juga semakin banyak. Maka dengan adanya informasi tersebut dapat
Lebih terperinciMEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif
12/28/2016 MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif Direktorat Aparatur Negara, Kementerian PPN/Bappenas MEMBANGUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transformasi traditional government menjadi electronic government (e-government) merupakan salah satu isu kebijakan publik yang hangat dibicarakan saat ini [1]. Transformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sedemikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi proses akses, pengelolaan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi informasi menjadi bagian yang signifikan bagi perusahaan maupun instansi pemerintahan. Teknologi informasi berperan dalam mendukung tujuan bisnis perusahaan
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ditunjukkan dengan pesatnya perkembangan perangkat komputasi, telekomunikasi, jaringan internet
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam bidang ICT (Information and Communication Technology) telah membawa dampak yang cukup signifikan pada kehidupan manusia. Terjadi perubahan
Lebih terperinciTerm of Reference Hibah Inovasi Data untuk Pembangunan
Term of Reference Hibah Inovasi Data untuk Pembangunan 1. LATAR BELAKANG Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas, bekerja sama dengan Pulse Lab Jakarta, Knowledge Sector Initiative, dan
Lebih terperinciKOORDINASI PENGEMBANGAN APLIKASI DI KEMENTERIAN PUPR. Oleh Masagus Z. Rasyidi (Kepala Subbidang Layanan TI PUSDATIN)
KOORDINASI PENGEMBANGAN APLIKASI DI KEMENTERIAN PUPR Oleh Masagus Z. Rasyidi (Kepala Subbidang Layanan TI PUSDATIN) Latar Belakang Beberapa waktu yang telah lalu, terdapat satu Unit Kerja (Uker) yang berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi digital berkaitan erat dengan digitalisasi media. Hal ini mendorong setiap media dan suatu perusahaan
Lebih terperinciInisiatif Accountability Framework
Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda
Lebih terperinciManejemen Pusat Data
Manejemen Pusat Data Modul ke: 03 Fakultas Ilmu Komputer ITSM (Management Layanan Teknologi Informasi) Dian Wirawan, S.Kom, M.Kom Program Studi Teknik Informatika ITSM (BERBASIS ITIL V3) Management Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang lebih berorientasi kepada masyarakat (citizen centric). Peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat diperlukan sebuah transformasi model kepemerintahan menuju konsep model pemerintahan yang lebih berorientasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan zaman, Teknologi dan Informasi merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan oleh sebuah perusahaan. Sistem informasi merupakan salah
Lebih terperinciE-Government di Indonesia dan Dunia
E-Government di Indonesia dan Dunia 18 Juni 2011 STTA, Yogyakarta Josua M. Sinambela, M.Eng Konsultan Teknologi Informasi www.rootbrain.com Pengertian E-Government proses pemanfaatan teknologi informasi
Lebih terperinciRechtsVinding Online. Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 92.
PELUANG DAN TANTANGAN PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG USUL INISIATIF DPR Oleh: Khopiatuziadah, S.Ag., M.A., LL.M. * Konsultasi publik sebagai
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi merupakan salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dewasa ini dengan kemajuan teknologi yang pesat, hampir seluruh kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi dewasa ini berpengaruh pada transformasi pelayanan masyarakat di pemerintahan. Pelayanan informasi dari pemerintah untuk masyarakat juga
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Peran dari sistem informasi dan teknologi informasi (SI/TI) dalam menjalankan kegiatan bisnis suatu organisasi di era informasi saat ini sangat dibutuhkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah mencakup berbagai bidang. Hal tersebut dapat dilihat bahwa Teknologi Informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi menjadi ciri khas pada era globalisasi saat ini. Perkembangan sistem informasi saat ini sangat pesat khusunya dalam urusan bisnis manusia. Terlebih
Lebih terperinciyang mengetahui penyakitnya (Arbabi, 2014). Sebuah penelitian di Arab Saudi menemukan bahwa hanya 16% pasien kanker yang memperoleh informasi
BAB I. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Keterampilan komunikasi efektif merupakan salah satu kompetensi yang mendapat sorotan dalam pelayanan kesehatan. Keterampilan ini dinilai sangat penting dalam memberikan
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
Lebih terperinciAsesmen Gender Indonesia
Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2
Lebih terperinciSTATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*
STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah
Lebih terperinciModul 3 PENERAPAN E-GOVERNMENT -SESI 1: SEKILAS TENTANG PENERAPAN TIK. Penulis: Dr. Nag Yeon Lee
Modul 3 PENERAPAN E-GOVERNMENT -SESI 1: SEKILAS TENTANG PENERAPAN TIK Penulis: Dr. Nag Yeon Lee 1.1 Definisi e-government e-government secara umum dapat didefinisikan sebagai penerapan teknologi informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akhir-akhir ini. Pengaruhnya telah merubah tata cara manusia bersikap dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat akhir-akhir ini. Pengaruhnya telah merubah tata cara manusia bersikap dan berperilaku, terutama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan mengenai dasar awal pada pembuatan laporan tugas akhir. Dasar awal tersebut terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan dilakukan
Lebih terperinciPenataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government DEPUTI BIDANG TATALAKSANA 2012 Reformasi Birokrasi merupakan transformasi segenap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sangat cepat membawa dampak yang begitu besar terhadap pemanfaatan dan implementasi dari Teknologi itu sendiri.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, segala kebutuhan yang diperlukan dapat dipenuhi dengan cara praktis dan tidak menyulitkan. Terlebih
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era teknologi informasi ini yang mulai sudah berkembang sangat pesat ini, suatu organisasi tidak pernah terlepaskan dari peranan teknologi dan informasi. Teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi
Lebih terperinciE-GOVERNMENT : TANTANGAN, IMPLEMENTASI dan INTEGRASI
E-GOVERNMENT : TANTANGAN, IMPLEMENTASI dan INTEGRASI DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UPN, 24 Mei 2008 APA ITU e-governmente Kata Kunci Oleh Pemerintah Untuk Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menduduki peringkat ke-4 oleh Kementerian Informasi dan Komunikasi dalam penilaian peringkat e-government di Indonesia pada tahun
Lebih terperinciREPOSITORI INSTITUSI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI
REPOSITORI INSTITUSI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI Repositori Institusi Sebagai Wujud Pengembangan Manajemen Pengetahuan di Sekretariat Negara Jakarta, 6 September 2017 Pengertian Repositori Institusi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) merupakan lembaga penelitian di bawah Kementerian Pertanian RI yang khusus melakukan riset bidang pertanian
Lebih terperinciHambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia *
Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia * Teguh Kurniawan Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI,Kampus FISIP UI Gd B Lt 2 Depok 16424, email
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. merupakan bentuk penghormatan atas demokrasi di suatu negara, yang nampak dari
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik merupakan bentuk penghormatan atas demokrasi di suatu negara, yang nampak dari cara pandang terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kehadiran teknologi informasi pada zaman sekarang telah menjadi hal mutlak bagi siapapun. Teknologi informasi menghadirkan pilihan bagi setiap orang untuk dapat terhubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi, yang tidak lagi dibatasi oleh dimensi ruang
Lebih terperinciKomputer & Pemerintah. E-Government
Komputer & Pemerintah E-Government Definisi E-Goverment Electronics government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, pelaku bisnis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin berkembanganya teknologi informasi menuntut perusahaan untuk melakukan pengembangan internal maupun eksternal organisasi. Hal ini mengakibatkan teknologi informasi
Lebih terperinciPertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.
PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang dilakukan dari awal kegiatan sampai akhir. Gambar
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memegang andil yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dimana ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memegang andil yang sangat besar dalam kehidupan manusia, tidak jarang bahkan hampir ditemukan di setiap tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TIK disebut sebagai kesenjangan digital (Smith, 2015). Pada awalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenjangan antara masyarakat yang telah dan belum mendayagunakan TIK disebut sebagai kesenjangan digital (Smith, 2015). Pada awalnya, kesenjangan digital didefinisikan
Lebih terperinciOPEN DATA + INDUSTRI EKSTRAKTIF. Transparansi dan Akuntabilitas Penerimaan dan Belanja di Sektor Sumberdaya Ekstraktif
OPEN DATA + INDUSTRI EKSTRAKTIF Transparansi dan Akuntabilitas Penerimaan dan Belanja di Sektor Sumberdaya Ekstraktif Transformasi Industri Ekstraktif Melalui Open Data Indonesia, bangsa yang dulunya masih
Lebih terperinciKegagalan dalam Pengembangan maupun Penerapan Sistem Informasi di Organisasi (Merujuk Pendapat Rosemary Cafasso)
Kegagalan dalam Pengembangan maupun Penerapan Sistem Informasi di Organisasi (Merujuk Pendapat Rosemary Cafasso) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada setiap kegiatan penyelenggaraan organisasi
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005)
Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dekade ini telah mendorong pertumbuhan ketersediaan informasi yang sangat besar, dalam sisi kuantitas dan
Lebih terperinciMETODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Nuri Andarwulan SEAFAST Center, IPB Southeast Asian Food & Agr. Sci & Tech Center Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB 23 Oktober
Lebih terperinciKebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita
DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN DAN TATA LAKSANA TAHUN 2015 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita PERUBAHAN POLA KERJA
Lebih terperincimemberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan
INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi memberikan pengaruh yang begitu besar bagi kehidupan. Di era modern ini, manusia tidak terlepas dari teknologi informasi yang menggiring
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Goodluck Ebele Jonathan sebagai rencana pembangunan pertanian nasional yang akan
BAB V PENUTUP 5. 1. Kesimpulan Sejak diluncurkan pada tahun 2011, ATA telah ditetapkan oleh Presiden Goodluck Ebele Jonathan sebagai rencana pembangunan pertanian nasional yang akan menerapkan pendekatan
Lebih terperinciManajemen Sistem Informasi Publik
Manajemen Sistem Informasi Publik Disusun Oleh Kelompok 1: Praherdyan Navy P (105030101111011) Dhio Yudhistira (105030107111006) Kurnia Romadhoni (105030100111012) UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam beberapa tahun terakhir teknologi informasi dan telekomunikasi berkembang dengan pesat. Masyarakat mendapatkan manfaat dari tekonologi informasi dan telekomunikasi
Lebih terperinciKERANGKA IMPLEMENTASI LAYANAN E-CONSULTATION SEBAGAI SARANA KONSULTASI PUBLIK MELALUI INTERNET
KERANGKA IMPLEMENTASI LAYANAN E-CONSULTATION SEBAGAI SARANA KONSULTASI PUBLIK MELALUI INTERNET Marudur Pandapotan Damanik 1, P. Insap Santosa 2, Hanung Adi Nugroho 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi
Lebih terperinciMetode Belajar di MEDIU
Metode Belajar di MEDIU Dalam proses belajar mengajar di MEDIU, ada 4 metode utama yang digunakan: a) Aktifitas belajar mengajar : i- Kuliah ii- Tutorial iii- Kuliah Online b) Aktifitas pendukung belajar:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mahasiswa sering menganggap dirinya mahir dalam mempergunakan teknologi-teknologi modern, tetapi beberapa diantaranya cenderung keliru dalam konteks akademis. Banyak mahasiswa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas layanan sebagai salah satu realisasi dari tata kelola pemerintahan yang baik (Good Corporate Governance) mensyaratkan penerapan tata kelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada umumnya dikehidupan sehari-hari sangat akrab dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya dikehidupan sehari-hari sangat akrab dengan keberadaan organisasi sektor publik di sekitar lingkungannya. Adapun institusi pemerintah
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang Perkembangan Information and Communication Technology (ICT) yang pesat pada saat ini menimbulkan dampak yang signifikan untuk kehidupan manusia. Hal ini mendorong terjadinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. beberapa kepulauan yang ada di Indonesia terdapat pulau Jawa yang dimana
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dalam satu kesatuan, yang dimana terdiri dari beberapa daerah dan juga luas wilayah yang berbeda-beda. Dari beberapa kepulauan
Lebih terperinciBAB I BAB 1 PENDAHULUAN
BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media massa elektronik yang fungsinya sebagai
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Radio merupakan salah satu media massa elektronik yang fungsinya sebagai penyampaian informasi kepada khalayak dalam ruang lingkup yang luas dan dapat dilakukan secara
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) pada era digital saat ini tidak dapat terelakkan lagi. Perkembangan teknologi yang sangat cepat menuntut masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah jendela dunia dan kegiatan membaca buku merupakan suatu cara untuk membuka jendela tersebut untuk dapat mengetahui lebih tentang dunia yang belum diketahui
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN Ranc. 070116 0948 MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciStudi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE
Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE 1. Persoalan apa yang akan diselesaikan? Pertumbuhan produktivitas di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan e-government merupakan upaya pemerintah Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengembangan e-government merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas layanan publik serta kinerja birokrasi menuju terwujudnya pemerintahan
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciSI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #9 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)
SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #9 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan dasar, prinsip, struktur dan poin kunci framework TOGAF sebagai pendekatan arsitektur enterprise
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN
BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Mengingat masih barunya tema e-government ini di dunia pemerintahan dan dunia penelitian terutama di Indonesia, maka proses awal penelitian
Lebih terperinciI. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) dalam perusahaan saat ini tidak lagi dipandang hanya sebagai penyedia layanan saja, tetapi lebih jauh lagi penerapan teknologi informasi
Lebih terperinciTulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan
Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sistem informasi saat ini telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini mengakibatkan timbulnya persaingan yang semakin ketat pada sektor bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dengan konsep
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia periode tahun 2014-2019, mengesahkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 dengan konsep membangun Indonesia dari pinggir.
Lebih terperinci1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, website bukanlah hal asing dalam dunia internet. Jutaan bahkan miliaran domain website dapat diakses secara online untuk mencari berbagai informasi seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
Lebih terperinciPengembangan Portal Belajar Online
Pengembangan Portal Belajar Online PENDAHULUAN Permasalahan B A B 1 Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya yang harus dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh hasil yang optimal. Hal ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN
37 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dukungan terhadap pembangunan Online Lesson Plan (OLP) matematika bagi lingkungan sekolah merupakan suatu kebutuhan penting untuk membantu kinerja guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan
Lebih terperinci