Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT"

Transkripsi

1 Skripsi RENCANA KOMPREHENSIF NOW IS THE TIME UNTUK MENGURANGI KEKERASAN BERSENJATA API DI AMERIKA SERIKAT Reza Laksmana Nugraha 10/299127/SP/24062 Pendahuluan Kekerasan yang melibatkan senjata api atau yang sering disebut sebagai gun violence telah menjadi sebuah isu penting dalam kehidupan masyarakat Amerika Serikat (AS). Senjata api tidak hanya membahayakan nyawa orang lain, namun juga diri sendiri. Banyaknya kasus dan korban yang berjatuhan, baik yang mengalami luka hingga meninggal dunia, 1 telah membuat masyarakat AS selalu memikirkan isu yang mengancam aspek keamanan ini. Isu ini menjadi semakin kontroversial bila dikaitkan dengan status AS sebagai negara maju dengan tingkat kekerasan bersenjata api tertinggi di dunia. 2 Namun, hingga kini isu gun violence masih mengalami kebuntuan politik di pemerintahan sehingga mempersulit upaya untuk mengatasinya. Kemunculan gun violence dapat ditelisik sejak tahun 1791 ketika Bill of Rights atau sepuluh amandemen pertama terhadap Konstitusi AS diratifikasi. Amandemen Kedua menyatakan sebuah kalimat yang menjadi awal perdebatan dan perkembangan hak warga negara AS dalam hal kepemilikan senjata api: A well regulated Militia, being necessary to the security of a free State, the right of the people to keep and bear Arms, shall not be infringed. Pada perkembangannya, pernyataan Amandemen Kedua telah menimbulkan dinamika sosial politik di tingkat negara bagian maupun federal. Kebebasan dalam memiliki senjata api sebagai interpretasi umum dari Amandemen Kedua telah membagi masyarakat AS ke dalam dua kelompok besar, yaitu gun-rights group dan gun-control group. 3 1 M. Chalabi, Gun crime statistics by US state, the Guardian, 17 September 2013, < diakses pada 27 Oktober S. Lupkin, U.S. Has More Guns And Gun Deaths Than Any Other Country, Study Finds, ABC News, 19 September 2013, < diakses pada 27 Oktober Gun Control and Gun Rights, U.S. News & World Report, < diakses pada 27 Oktober

2 Gun-rights group adalah kelompok yang mendukung kebebasan dalam memiliki senjata api. Kelompok ini menganggap bahwa Amandemen Kedua merupakan sebuah pesan bagi setiap warga negara untuk secara bebas memiliki senjata api secara individual. 4 Tujuannya adalah untuk berbagai hal, terutama untuk melindungi diri ketika bahaya muncul, untuk keperluan rekreasional, dan olah raga. The National Rifle Association (NRA) menjadi salah satu kelompok gun-rights yang memiliki peran sangat kuat dalam mempertahankan dan mempengaruhi kebijakan pemerintah negara bagian maupun federal dalam isu kepemilikan senjata api. NRA melakukan berbagai lobi dan advokasi yang begitu kuat di pemerintahan, salah satunya adalah dengan tegas menyatakan Guns don t kill people, people kill people. 5 Pernyataan ini menimbulkan berbagai reaksi, utamanya dari gun-control group yang tidak setuju dan berusaha mengatur alur persenjataan untuk mengurangi tingkat kriminalitas yang melibatkan senjata api di AS. Gun-control group adalah kelompok yang percaya bahwa pengawasan terhadap senjata perlu dilakukan untuk mengurangi angka kriminalitas. Menurut kelompok ini, pemahaman yang utuh terhadap Amandemen Kedua diperlukan: bahwa hak untuk memiliki senjata diperuntukkan bagi militia dan untuk keperluan melindungi keamanan secara kolektif. 6 Ini yang kemudian membuat kalangan pro-kontrol senjata api percaya akan pentingnya mengatur kepemilikan senjata secara individual, terutama apabila senjata itu diperkirakan jatuh ke pihak yang salah. Oleh karena itu, kelompok ini menginginkan background check yang lebih ketat atas para pembeli senjata api. Sesuai dengan namanya, aturan ini menekankan pemeriksaan latar belakang dan rekam jejak pembeli untuk memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam kegiatan kriminal ataupun memiliki kondisi mental yang meresahkan. 7 Kekerasan yang melibatkan senjata api telah menjatuhkan banyak sekali korban dan keresahan di berbagai tingkat. Tragedi penembakan yang terjadi di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown, Connecticut, pada tahun 2012 menjadi alasan kuat yang mendorong pemerintahan Barack Obama tergerak untuk memperkuat kontrol terhadap senjata api di AS. Dalam peristiwa itu, korban yang jatuh oleh serangan yang dilakukan oleh Adam Lanza 4 E.Chemerinsky, Putting the Gun Control Debate in Social Perspective, Fordham Law Review, vol. 73, no. 2, 2004, p T. Cohen, NRA plucks the bird to weaken gun proposals, CNN, 3 April 2013, < 2013/04/03/politics/pol-gun-laws/index.html>, diakses pada 27 Oktober Chemerinsky, p M.D. Shear, Gun Control Group Urges Expanded Background Checks, The New York Times, 12 January 2013, < diakses pada 27 Oktober

3 berjumlah 26 orang, dua puluh di antaranya adalah anak berusia 6 hingga 10 tahun. 8 Sebelum Sandy Hook, kekerasan bersenjata api telah menelan korban dalam tragedi di Aurora dan Oak Creek, Tucson; Sekolah Tinggi Columbine; hingga kasus pembunuhan Presiden John F. Kennedy dan pembela hak sipil orang-orang Afrika-Amerika, Martin Luther King, Jr. Pemerintahan Barack Obama telah berusaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pembahasan upaya penyelesaian isu ini. Hal tersebut direalisasikan dengan paket rencana komprehensif Now is the Time yang pada dasarnya berusaha untuk mengurangi kekerasan bersenjata api. Dalam paket tersebut, Obama memfokuskan upaya dalam beberapa bidang, di antaranya menutup celah yang terdapat pada pemeriksaan riwayat kepemilikan senjata api agar tidak jatuh ke tangan kriminal, melarang penggunaan senjata api bergaya militer dan magazen berkapasitas tinggi, membuat lingkungan sekolah yang lebih aman, dan meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan mental. 9 Upaya-upaya ini disebut Obama sebagai common-sense steps atau langkah-langkah yang masuk akal karena selama ini upaya untuk mengurangi kekerasan bersenjata api telah dialangi oleh keengganan beberapa aktor politik, terutama kubu Republikan 10 dan lobi yang kuat dari NRA yang menentang keras langkah apa pun untuk mengurangi akses masyarakat dalam memiliki senjata api. 11 Menjadi menarik untuk mengamati lebih dalam proses di balik pengajuan rencana komprehensif Now is the Time oleh pemerintahan Barack Obama demi mengurangi dan mencegah meningkatnya kekerasan bersenjata api di tengah situasi yang panas antara pihak yang pro dan kontra terhadap isu tersebut. Pertanyaan penelitian dan kerangka teori Skripsi ini hendak menjawab pertanyaan bagaimana proses penyusunan agenda dalam rencana komprehensif Now is the Time yang diajukan oleh pemerintahan Barack Obama untuk mengurangi kekerasan bersenjata api di Amerika Serikat. Untuk itu, penulis akan menggunakan teori multiple streams dari John Kingdon. Pada dasarnya, teori ini berfokus pada tahap penyusunan agenda dalam proses kebijakan publik yang digambarkan melalui tiga aliran (streams) menyatu untuk membuka jendela kesempatan 8 S. Candiotti, G. Botelho & T. Watkins, Newtown Shooting Details Revealed in Newly Released Documents, CNN News, March 2013, < diakses pada 27 Oktober Now is the Time to do something about gun violence, The White House, < issues/preventing-gun-violence>, diakses pada 27 Oktober Republican Views on Gun Control, Republican Views, December 2013, < diakses pada 27 Oktober Cohen, NRA plucks the bird to weaken gun proposals. 3

4 (window of opportunity). Gambaran tersebut mengartikan bahwa kebijakan publik memiliki peluang untuk berubah apabila terdapat tiga hal (aliran) yang bertemu di saat yang bersamaan, yaitu masalah, politik, dan kebijakan. Setiap aliran memiliki karakteristik masingmasing dan membutuhkan kedua aliran yang lain untuk membentuk dorongan kuat agar dapat masuk ke dalam proses penyusunan agenda di tingkat pemerintahan. Penjelasan mengenai aliran masalah diawali dengan pertanyaan bagaimana sebuah kondisi dapat berubah menjadi masalah. 12 Pemaknaan nilai, perbandingan, dan kategori menjadi tiga cara dalam melihat hal tersebut. 13 Pemaknaan melalui nilai dapat ditelisik melalui bagaimana sebuah pihak melihat kondisi melalui nilai yang dianut. Ketika kondisi berlawanan dengan cara pandang sebuah ideologi, misalnya konservatif atau liberal, maka permasalahan dapat muncul. Melalui perbandingan, kondisi di satu negara dapat dipandang sebagai sebuah masalah atau tidak ketika dibandingkan dengan kondisi di negara lain. Sedangkan melalui kategori, kondisi dapat dilihat sebagai sebuah masalah ketika dikaitkan dengan sebuah kategori atau topik tertentu. Melalui cara-cara di atas, kondisi kemudian dapat diartikan sebagai sebuah permasalahan yang perlu untuk ditindaklanjuti dan diubah. Namun, untuk mengetahui mengapa permasalahan satu dapat lebih diperhatikan daripada yang lain, terdapat beberapa macam mekanisme yang dapat digunakan, di antaranya adalah indikator, fokus kejadian, dan masukan (feedback). Indikator digunakan untuk memperkirakan besar dan mengawasi adanya perubahan dalam sebuah permasalahan. Dalam memperkirakan seberapa besar sebuah permasalahan, pengawasan rutin dan studi menjadi dua hal yang dituju untuk mendapatkan informasi. Keduanya digunakan oleh kalangan pemerintah maupun akademis untuk mengetahui berbagai dimensi dalam sebuah masalah. Identifikasi terhadap penyebab, efek yang dapat ditimbulkan, hingga anjuran untuk menanggapi masalah yang ada menjadi aspekaspek penting dalam sebuah studi. Ketika dua cara ini menghasilkan cukup bukti bahwa sebuah masalah memiliki besaran yang tinggi, maka perhatian pemerintah diperlukan untuk berfokus pada masalah tersebut dibandingkan masalah yang lain. Poin berikutnya adalah fokus kejadian. Fokus kejadian dapat berupa krisis atau bencana, pengalaman pribadi seorang pembuat kebijakan, atau masalah yang menjadi sebuah simbol. Kingdon berpendapat bahwa indikator belum sepenuhnya dapat menarik perhatian dari pembuat kebijakan untuk mengetahui seberapa penting sebuah permasalahan 12 S. Stachowiak, Pathways for Change: 6 Theories about How Policy Change Happens, Organizational Research Service, Seattle, J. Kingdon, Agendas, Alternatives, and Public Policies, Little, Brown and Company, Toronto, 1984, p

5 dibandingkan yang lain. 14 Oleh karena itu, fokus kejadian ada untuk memberikan penekanan. Namun, apabila kejadian hanya muncul secara independen, efek yang terasa belum begitu kuat untuk menarik perhatian dari pemerintah. Untuk itu, sebuah kejadian harus diikuti oleh persepsi di benak masyarakat mengenai bagaimana sebuah masalah dapat muncul atau melalui indikasi yang lebih kuat dengan munculnya kejadian lainnya yang serupa atau masalah lain yang mengiringi. Sementara itu, masukan (feedback) menekankan pada bagaimana pemerintah mendapatkan informasi terkait program yang telah dilaksanakan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pengawasan terhadap bagaimana program dijalankan dan evaluasi. Apabila sebuah masalah memenuhi aspek-aspek di atas, maka kesempatan bagi ia untuk mendapatkan perhatian dan masuk dalam agenda pemerintahan semakin tinggi. Berbeda dengan aliran masalah, aliran politik memiliki karakteristik sendiri yang terdiri atas national mood, kekuatan politik terorganisir, struktur dan perubahan susunan pemerintahan. National mood merupakan suasana yang sedang terdapat di sebuah negara dan berubah dari waktu ke waktu. National mood memiliki peran untuk mendorong atau justru menghambat sebuah masalah atau proposal kebijakan masuk ke dalam agenda pemerintahan. Hal tersebut dikarenakan ketika national mood pada satu waktu digambarkan konservatif, maka langkah ambisius untuk meningkatkan peran pemerintah akan teralang. National mood tidak semertamerta merupakan suasana yang diciptakan oleh masyarakat luas. National mood dapat berasal dari upaya pemerintah dengan mengumpulkan informasi dari kalangan publik yang menaruh perhatian, aktivis, maupun elit politik yang lainnya. Media memainkan peran yang penting pula melalui pembentukan opini publik. Hal lain yang terdapat dalam aliran politik adalah kekuatan politik terorganisir. Poin ini membahas mengenai dukungan dan oposisi dari kelompok-kelompok kepentingan terhadap langkah pemerintah dalam proses penyusunan agenda. Apabila dalam proses terdapat lebih banyak oposisi daripada dukungan, maka kelompok kepentingan akan menghambat sebuah agenda pemerintah untuk dicanangkan. Kendati demikian, penghambatan tersebut bukan berarti membuat masalah atau proposal kebijakan tidak dapat masuk ke tahap penyusunan agenda karena pihak yang mendukung akan selalu berupaya untuk mendorong dan oposisi memberikan tekanan untuk menyadarkan risiko yang kelak akan diterima. Terdapat atau tidaknya inersia (keengganan kalangan pemerintahan untuk melakukan perubahan) memberikan efek terhadap proses penyusunan agenda. Alasan mengapa inersia dalam 14 Kingdon, p

6 pemerintahan dilakukan adalah karena adanya hubungan dengan klien yang tidak menginginkan adanya perubahan. Ketika sebuah program dari pemerintah berjalan, maka klien akan membentuk kelompok-kelompok kepentingan untuk melindungi keberlanjutan program. Hal ini membuat perubahan sulit dilakukan. Namun, inersia bisa dilawan dengan menyatakan bahwa konstituensi membutuhkan sebuah perubahan dan membuktikan ide tersebut dengan mencontohkan kegagalan-kegagalannya. Perubahan susunan pemerintah menjadi aspek lain yang akan berpengaruh dalam aliran politik. Susunan pemerintahan yang beranggotakan politisi dari kelompok-kelompok tertentu turut mempengaruhi kondisi politik di sebuah negara dan akan berubah ketika terjadi pergantian di pemerintahan. Perubahan ini mengartikan kesempatan bagi sebuah proposal kebijakan atau masalah untuk masuk ke dalam penyusunan agenda atau tidak. Di sisi yang lain, struktur pemerintahan yang sarat akan keterbatasan jurisdiksi juga mempunyai perannya. Tumpang tindih kewenangan terkadang membuat kinerja pemerintah mengalami kebuntuan, namun Kingdon berargumen bahwa kepentingan untuk pemilu, misalnya, membuat tumpang tindih jurisdiksi justru menghasilkan kompetisi untuk melakukan tindakan, bukan sebaliknya. 15 Selanjutnya, aliran kebijakan dipenuhi oleh ide mengenai alternatif kebijakan yang digambarkan oleh Kingdon seperti sup dari zaman purba (primeval soup). 16 Hal ini disebabkan ide alternatif kebijakan tidak jelas datang dari mana dan kapan; mereka melayang, bertabrakan satu dengan yang lain, membentuk sebuah gagasan baru, dan bergabung dengan yang lain. Walaupun asalnya tidak jelas, namun pemilihan ide kebijakan apa yang cocok untuk merespon sebuah masalah dilakukan dengan jelas. Alternatif kebijakan diambil apabila memenuhi beberapa kriteria, antara lain kemampuan untuk dijalankan secara teknis (technical feasibility), dapat diterima menurut nilai yang berlaku (value acceptability), dan antisipasi alangan di masa depan (anticipation of future constant). Secara singkat, kemampuan teknis merupakan kriteria bagi sebuah alternatif kebijakan apakah ia benar-benar dapat diimplementasikan dan menyelesaikan masalah yang dipersepsikan ketika nantinya diadopsi oleh para pembuat kebijakan. Penerimaan nilai adalah persyaratan apakah sebuah proposal kebijakan memenuhi nilai-nilai dalam sistem negara. Nilai-nilai tersebut adalah ideologi, ekuitas, dan efisiensi. Apabila kebijakan yang diajukan berseberangan dengan ideologi negara atau partai berkuasa, maka kebijakan memungkinkan 15 Kingdon, p J. Kingdon, Why Some Issues Rise and Others Are Negated, dalam S.Z. Theodoulou & M.A. Cahn (eds.), Public Policy: The Essential Readings, Pearson Education, Upper Sadle River, 2013, p

7 untuk disesuaikan kembali. 17 Ekuitas berkaitan dengan bagaimana alternatif kebijakan dapat memberikan efek yang sama, adil, seimbang kepada seluruh pihak. Kriteria ekuitas terkadang dikaitkan dengan nilai moral, maka apabila ia tidak diperhatikan, akan timbul ketidakstabilan politik dan sosial yang membuat pemerintah tidak memilih alternatif kebijakan yang dapat melemahkan posisinya. Berikutnya, efisiensi berkaitan dengan keuntungan yang didapat dan biaya yang harus dikeluarkan. Ketidakseimbangan keduanya akan membuat alternatif kebijakan berada pada posisi yang lemah. Sementara itu, antisipasi alangan di masa depan berkaitan dengan keberlanjutan kebijakan dalam jangka panjang yang ditentukan dari alokasi anggaran dan penerimaan warga. Spesialis kebijakan mengajukan kebijakan dengan harapan bahwa nantinya ia akan dimasukkan ke dalam penyusunan agenda, sehingga diperlukan sebuah keyakinan bahwa proposal kebijakan dapat didukung oleh pemerintah dari segi anggaran dan oleh masyarakat. Poin-poin di atas merupakan cara-cara spesialis kebijakan membuat alternatif, proposal, solusi kebijakan atas sebuah masalah agar dapat diterima oleh pemerintah dalam proses tahap penyusunan agenda. Namun, proposal tersebut tetap akan berjalan di tempat ketika tidak ada upaya untuk memperjuangkannya kepada pemerintah. Proses ini disebut pelunakan (softening up) yang berisikan upaya-upaya yang ditempuh spesialis kebijakan dalam mempromosikan proposal kebijakan yang telah ia buat karena proposal kebijakan tidak kemudian berhasil dengan cara didiamkan saja. Apabila seluruh aliran disatukan, akan tercipta sebuah dorongan besar untuk membuka jendela kesempatan pada tahap penyusunan agenda. Kesempatan bagi jendela untuk terbuka akan melemah apabila hanya terdapat sebagian aliran saja yang muncul. 18 Oleh karena itu, perlu bagi seluruh aliran untuk muncul di saat yang bersamaan (coupling), mengingat jendela kesempatan juga tidak selamanya terbuka: sebuah momentum tidak terjadi dalam waktu yang lama dan apabila terlewatkan membutuhkan waktu hingga akhirnya muncul kembali. Jendela kesempatan berlangsung ketika kesempatan datang untuk diubahnya sebuah kebijakan publik. Walaupun pertemuan dari ketiga aliran dapat membuka jendela kesempatan, tetapi fenomena ini tidak selalu menjamin bahwa perubahan dalam kebijakan publik akan terjadi Kingdon, p S.Z. Theodoulou, In Search of a Framework to Understand the Policy Process, dalam S.Z. Theodoulou, & M.A. Cahn (eds.), Public Policy: The Essential Readings, Pearson Education, Upper Sadle River, 2013, pp Fenomena terbukanya jendela kesempatan dapat diartikan sebagai perubahan pemahaman terhadap sebuah permasalahan, perubahan dalam aliran politik yang dapat berkontribusi terhadap perubahan kebijakan, dan perubahan cara pandang dalam melihat permasalahan dari solusi yang ditawarkan. Lihat T.A. Birkland, An 7

8 Lebih lanjut, Kingdon menegaskan bahwa setiap aliran tidak muncul begitu saja. Ada saatnya ketika sebagian aliran saja yang muncul dan sebuah pihak mencari aliran yang lain untuk digabungkan. 20 Hal ini dilakukan karena dengan menggabungkan semua aliran akan membuka kesempatan besar untuk mempengaruhi proses penyusunan agenda. Salah satu contohnya adalah apabila aliran masalah dan politik yang muncul, maka proposal kebijakan yang akan diajukan. Dari sini, terdapat aktor yang dapat melakukannya, yang disebut pengusaha kebijakan (policy entrepreneur). Teori multiple streams dirasa oleh penulis mampu untuk menjawab proses di balik rencana komprehensif Now is the Time yang diajukan oleh Barack Obama. Hal ini dikarenakan apabila dilihat dari sistem kebijakan publik, Now is the Time merupakan langkah lebih lanjut dari tahap penyusunan agenda yang telah dipengaruhi oleh tiga aliran sebagaimana diuraikan oleh John Kingdon. Penyatuan dari aliran masalah, kebijakan, dan politik (coupling) telah menghasilkan dorongan yang cukup untuk membuka jendela kesempatan, yaitu respon pemerintah dengan mengajukan Now is the Time untuk selanjutnya dibahas di dalam Kongres. Dari sini, penulis tertarik untuk mengetahui dengan lebih jelas faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan agenda dan membuka jendela kesempatan melalui analisis dari masing-masing aliran dan akhirnya melihat bagaimana ketiganya disatukan. Permasalahan mengenai kekerasan bersenjata api di AS menjadi studi kasus yang tepat ketika dianalisis menggunakan berbagai karakteristik yang terdapat dalam aliran masalah. Selain itu, aliran masalah juga membantu penulis dalam mencari tahu bagaimana isu kepemilikan senjata api dapat menjadi sebuah masalah dan mendesak pemerintahan Barack Obama untuk menaruh perhatian dan melakukan tindakan dengan memasukan isu ini ke agenda pemerintahan serta membuat keputusan yang diharapkan dapat mengubah atau menciptakan situasi yang baru. Aliran politik memberikan penjelasan lebih lanjut bagaimana Now is the Time dapat muncul. Perpolitikan AS secara umum terpecah menjadi kubu Demokrat dan Republikan yang saling berkompetisi untuk memberikan pengaruh ke segala segi kehidupan, namun apabila dilihat hanya dari ideologi keduanya yang berbeda, akan sulit untuk mengkaji bagaimana sebuah kebijakan diimplementasikan. Oleh karena itu, dengan menjelaskan kondisi politik di AS melalui national mood, susunan anggota di pemerintahan yang dinamis, Introduction to the Policy Process: Theories, Concepts, and Models of Public Policy Making, M.E. Sharpe, Armonk, 2011, pp Kingdon, p

9 dan peran kelompok kepentingan di AS, alasan mengapa Now is the Time dapat diajukan oleh pemerintahan Barack Obama pada Januari 2013 ketika Republikan menguasai kursi House of Representatives dapat terjawab. 21 Berikutnya adalah aliran kebijakan yang menitikberatkan pada alternatif yang muncul dari spesialis kebijakan. Kekerasan bersenjata api di AS telah berlangsung begitu lama dan diiringi oleh berbagai solusi yang telah muncul dari waktu yang lama pula. Namun, menarik untuk mengetahui bagaimana dan mengapa Now is the Time yang diajukan oleh pemerintahan Barack Obama untuk menghadapi masalah yang ada. Penulis berasumsi bahwa aliran kebijakan ini dapat membantu untuk mencari tahu dari mana ide tersebut berasal dan siapakah yang mempengaruhinya. Penulis akan meneruskan penjelasan dengan mencari tahu bagaimana ketiga aliran menyatu, membuka jendela kesempatan, dan melihat peran dari pengusaha kebijakan. Hipotesis Rencana komprehensif Now is the Time diajukan oleh pemerintahan Barack Obama pada awal tahun 2013 sebagai respon atas krisis akibat tragedi penembakan anak-anak di bawah umur di Sekolah Dasar Sandy Hook, Connecticut yang terjadi pada akhir Proses penyusunan agenda bermula dari aliran masalah bahwa krisis ini telah meningkatkan dukungan publik kepada pemerintah untuk mengambil tindakan dalam isu kekerasan bersenjata api. Ia didukung oleh aliran politik, yaitu posisi Obama sebagai presiden, yang sangat penting ketika dihadapkan kepada tahap penysunan agenda dari proses pembuatan kebijakan publik untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan. Setelah isu ditangkap oleh Presiden, tahapan berikutnya adalah mencari proposal kebijakan dari berbagai pihak dan kemudian mengajukan kepada Kongres yang berwenang dalam mengolah serta mengesahkan sebuah kebijakan. Proposal kebijakan inilah yang dapat disebut sebagai penyatuan karena dihasilkan dari pertemuan ketiga aliran dan membuka kemungkinan bahwa sebuah perubahan akan muncul. Jendela kesempatan berupa pengajuan rencana komprehensif Now is the Time muncul di tengah situasi panas politik AS yang selalu dipenuhi oleh perdebatan dan oposisi dari Partai Republik dan kelompok kepentingan NRA terhadap segala upaya pemerintah mengontrol kepemilikan senjata api. 21 Members of the U.S. Congress, the Congress of the United States, < members>, diakses pada 10 Februari

10 Skripsi ini akan terdiri dari empat bagian. Setelah bagian pertama ini, bagian kedua akan berisikan dua subbagian, yaitu kultur dan perdebatan senjata api di Amerika Serikat serta penjelasan mengenai rencana komprehensif Now is the Time. Analisis akan ditunjukkan di bagian ketiga. Di sini penulis akan memberikan penjelasan tentang munculnya setiap aliran sebagaimana yang diteorikan oleh John Kingdon dalam isu kekerasan senjata api di Amerika Serikat, bagaimana ketiganya bertemu, dan berkontribusi kepada terbentuknya Now is the Time. Skripsi akan ditutup dengan bagian keempat yang berisikan kesimpulan dan inferens dari hasil temuan penelitian. Perdebatan tentang Senjata Api di Amerika Serikat dan Now is the Time Kultur dan Perdebatan tentang Senjata Api di Amerika Serikat Amerika Serikat merupakan negara maju yang masih mempertahankan kultur senjata apinya dengan kuat. Kultur senjata api ini dipengaruhi dari pemikiran menjaga perbatasan (frontier) dan kegiatan berburu menjadi salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan berburu membutuhkan kesiapan spiritual dan emosional di dalam membaur dengan alam yang menantang kemampuan dan kecerdasan para pemburu. 22 Faktor geografis, penguasaan teknologi, dan perlindungan diri turut berkontribusi terhadap semakin kuatnya kelekatan masyarakat AS dengan tradisi berburu dan menembak. Dari sini, berburu menjadi kegiatan yang tumbuh dengan nilai-nilai maskulin seperti yang sering digambarkan seorang ayah dan anak laki-lakinya yang pergi berburu bersama dengan baju kembar bermotif kotakkotak. 23 Namun, tradisi ini diperlemah dengan adanya pergantian struktur keluarga yang tidak dapat diteruskan ketika tidak ada keturunan laki-laki yang dapat menjadi panutan. Faktor lain seperti meningkatnya kesadaran akan perlindungan satwa dan lingkungan serta tekanan terhadap penggunaan senjata api juga turut berdampak terhadap tradisi ini. Kondisi pasar yang menggeser penjualan senjata api tembak (shotgun) dan senapan akibat ketakutan menurunnya keuntungan yang didapat oleh penjual ke senjata api tangan (handgun) telah membuat perubahan sosial terhadap cara pandang penggunaan senjata api dengan lebih menekankan pada fungsinya untuk melindungi diri dari kejahatan P. Squires, Gun Cultures or Gun Control? Firearms, violence, and society, Routledge, New York, 2000, p M-L. Bigony, Ethical choices, Texas Parks and Wildlife, 1995, pp Squires, p

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi menugaskan Biden dalam memimpin tim kerja yang bertanggung jawab mengumpulkan rekomendasi kebijakan dari berbagai pihak dapat dilihat sebagai penyatuan aliran-aliran tersebut dan menjadikan Obama-Biden

Lebih terperinci

Second Amendment, Cornell University Law School, https://www.law.cornell.edu/wex/second_amendment, diakses 18 Agustus 2015

Second Amendment, Cornell University Law School, https://www.law.cornell.edu/wex/second_amendment, diakses 18 Agustus 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu mengenai kepemilikan senjata api di Amerika Serikat (AS) memang telah lama diperdebatkan. Banyak pro maupun kontra dalam hal ini. Pasalnya, isu ini menjadi kontroversial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah korban yang terus meningkat setiap tahun (Valdez and Ferguson BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki awal abad ke-21 masyarakat Amerika Serikat banyak diperhadapkan dengan berbagai kasus pembunuhan yang melibatkan senjata api. Sebagai negara yang memberikan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

PELARANGAN ATAU REGULASI NAPZA?

PELARANGAN ATAU REGULASI NAPZA? PELARANGAN ATAU REGULASI NAPZA? Patri Handoyo Pertemuan Nasional Harm Reduction ke 2 Dari peningkatan tersebut menunjukkan seolah-olah negara sedang mengendalikan peredaran napza agar masyarakat tidak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 United Nations Development Programme, Human Development Report 2013 (online), 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 1 United Nations Development Programme, Human Development Report 2013 (online), 2013, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan tingkat perekonomian yang kuat, Amerika Serikat (AS) tercatat menempati urutan ketiga dalam Human Development Index (HDI) pada tahun 2013, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan Studi ini mengkaji dinamika terbentuknya pemerintahan divided atau unified yang dikaitkan dengan pembuatan kebijakan APBD pada satu periode pemerintahan. Argumen yang dikembangkan

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,

Lebih terperinci

Mubasysyir Hasanbasri: Policy making process - managerial approach

Mubasysyir Hasanbasri: Policy making process - managerial approach Topik Ini: Mengapa Keterampilan membuat kebijakan di Program MPH 1.Tekanan pada pendekatan rasional producing policy document 2.Lack of management practice dalam pendidikan 3.The need to learn from realities

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A

PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A DAFTAR ISI Pengantar: Lomba Debat Nasional Indonesia 1. Lembar Penilaian hal.4 a. Isi hal. 4 b. Gaya hal.5 c. Strategi hal.5

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh : Angga Indra Nugraha Pembimbing : Ibrahim R. Program Kekhususan: Hukum Pidana, Universitas Udayana Abstract: The rise of

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi media baru (new media) menghasilkan perubahan besar dalam pengalaman politik masyarakat. Media baru yang dirancang untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PERKEMBANGAN KONTEMPORER SISTEM ETIKA PUBLIK Dewasa ini, sistem etika memperoleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 121 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul " Refungsionalisasi Tentara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kehadiran gerakan perempuan yang ada di Yogyakarta telah dimulai sejak rejim orde baru berkuasa. Dalam tesis ini didapatkan temuan bahwa perjalanan gerakan perempuan bukanlah

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN dan SARAN

Bab 5. KESIMPULAN dan SARAN 72 Bab 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Setiap manusia berhak atas penghidupan yang layak. Amanat konstitusi menghendaki agar negara mampu memberikan setiap Warga Negara Indonesia pekerjaan dan dengan

Lebih terperinci

Rethinking Corporate Crime

Rethinking Corporate Crime Rethinking Corporate Crime James Gobert Maurice Punch 1. Pengantar dan Latar Belakang Korporasi sebagai alat yang sangat luar biasa untuk memperoleh keuntungan pribadi tanpa perlu adannya pertanggung jawaban.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada penelitian ini penulis akan menjelaskan tindakan pemerintah Jepang dalam kebijakan anti-bullying sebagai upaya penanganan ijime yang dilihat dari perspektif keamanan

Lebih terperinci

Perkembangan RS. Sektor RS dan Ideologinya di Indonesia

Perkembangan RS. Sektor RS dan Ideologinya di Indonesia Perkembangan RS Sektor RS dan Ideologinya di Indonesia 1 Apa arti ideologi? 1. The body of ideas reflecting the social needs and aspirations of an individual, group, class, or culture. 2. A set of doctrines

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

MUHNUR SATYAHAPRABU A D V O C A T E

MUHNUR SATYAHAPRABU A D V O C A T E RAKYAT MENGGUGAT MUHNUR SATYAHAPRABU A D V O C A T E Sejarah CLS Gugatan Citizen Law Suit ini berkembang pertama di negara common law seperti Amerika Serikat. Ditandai dari gugatan pertama pada tahun 1943

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Fear Of Crime 1. Pengertian Fear Of Crime Salah satu masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat adalah timbulnya tindak kejahatan. Berbagai tindak kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kongres Rakyat Papua III yang baru-baru ini terjadi mendapat perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat negara kembali terjadi dan

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada akhir tahun belakangan ini salah satu organisasi Transnasional (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Pasalnya hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

PANDUAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun Oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A

PANDUAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun Oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A PANDUAN DEBAT BAHASA INDONESIA Disusun Oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A DAFTAR ISI I. PERKENALAN TERHADAP DEBAT a. Pengertian Debat.. hal. 3 b. Format Debat Bahasa Indonesia hal. 4 c. Unsur unsur dalam debat...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah bagian yang tak terpisahkan bagi manusia karena aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah bagian yang tak terpisahkan bagi manusia karena aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah bagian yang tak terpisahkan bagi manusia karena aktivitas komunikasi adalah hal mutlak yang yang harus dilakukan manusia untuk dapat menunujukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karakteristik dari negara berkembang adalah salah satunya gencar melakukan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, rumah sakit pemerintahan, waduk pembangkit

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

KEAMANAN NASIONAL KEBEBASAN INFORMASI

KEAMANAN NASIONAL KEBEBASAN INFORMASI & Mencari Keseimbangan KEAMANAN NASIONAL KEBEBASAN INFORMASI Ádám Földes Transparency Interna4onal 11 September 2014 HUKUM INTERNATIONAL International Covenant on Civil and Political Rights Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perempuan pada kompas.com tahun 2011, tindak kekerasan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan seksual merupakan salah satu tindak kriminalitas yang jumlahnya tergolong tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan BAB V KESIMPULAN Konstitusi yang berlaku dari era sebelum dan setelah Revolusi 2011 untuk dapat menjamin kesetaraan gender dan penolakan diskriminasi bagi perempuan dan lakilaki tampaknya hanya hitam diatas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

COSO ERM (Enterprise Risk Management) Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah

Lebih terperinci

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bukan berdasarkan atas kekuasaan semata. Indonesia

Lebih terperinci

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI , Edisi 003, Oktober 2011 i g i t a l l i m e m o k r a t i s m o k r a t i s. c o m SEKULARISME, ISLAM AN EMOKRASI I TURKI Ihsan Ali-Fauzi 1 Informasi Buku: Hakan Yavuz, Secularism and Muslim emocracy

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

Profil PBHI Wednesday, 07 September :45 - Last Updated Tuesday, 25 February :36

Profil PBHI Wednesday, 07 September :45 - Last Updated Tuesday, 25 February :36 Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) adalah perkumpulan yang berbasis anggota individual dan bersifat non-profit yang didedikasikan bagi pemajuan dan pembelaan hak-hak manusia

Lebih terperinci

WELLBEING, PERAWATAN DIRI, DAN KEAMANAN TERPADU

WELLBEING, PERAWATAN DIRI, DAN KEAMANAN TERPADU WELLBEING, PERAWATAN DIRI, DAN KEAMANAN TERPADU Berawal dari diri sendiri Mengapa penting? Apa itu wellbeing? Dalam bahasa, wellbeing diterjemahkan sebagai kesejahteraan yang sebelumnya dikenal sebagai

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Paparan Metode Penelitian Penelitian tesis ini memfokuskan pada formulasi kebijakan kriminal dalam kaitan fenomena korupsi selama masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

Managing and Resolving Workplace Conflicts. By: Firda Agustina

Managing and Resolving Workplace Conflicts. By: Firda Agustina Managing and Resolving Workplace Conflicts By: Firda Agustina FIRDA AGUSTINA VITALSMARTS SKILLS FACILITATOR Dunamis Organization Services PERSONAL INTERPERSONAL Self-Directed Change Open Dialogue TEAM

Lebih terperinci

Pengantar: Kebijakan Berbasis Bukti

Pengantar: Kebijakan Berbasis Bukti Pengantar: Kebijakan Berbasis Bukti 1 Kebijakan Publik dan Penelitian Sosial Proses Kebijakan: Anggapan bahwa proses kebijakan merupakan suatu chaos tujuan dan kecelakaan. Sama sekali bukan persoalan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagaimana pernyataan Jimly Ashiddiqie (dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ALLISON Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP, M.Si Dosen Jurusan Hubungan Internasional

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang modern ini masyarakat pada khususnya para pemuda sudah mengerti apa pentingnya olahraga. Olahraga yang dipilih bermacam macam, tapi belakangan

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA - B Adriana Grahani Firdausy, S.H., M.H. BADAN EKSEKUTIF PENGERTIAN Badan pelaksana UU yang dibuat oleh badan legislatif bersama dengan Pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan 1 ` BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan, globalisasi dan regionalisme telah menjadi salah satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan lingkungan

Lebih terperinci

Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat

Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat SILABUS Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat Semester Ganjil 2017-2018 22 Agustus 28 November 2017 Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

Badai sandy yaitu sesuatu siklon tropis yang menerjang beberapa karibia, amerika serikat mid-atlantik serta timur laut pada akhir oktober 2012.

Badai sandy yaitu sesuatu siklon tropis yang menerjang beberapa karibia, amerika serikat mid-atlantik serta timur laut pada akhir oktober 2012. Badai sandy yaitu sesuatu siklon tropis yang menerjang beberapa karibia, amerika serikat mid-atlantik serta timur laut pada akhir oktober 2012. Badai ini adalah hurikan atlantik dengan diameter terbesar

Lebih terperinci

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum mempunyai berbagai cara dan daya upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan dimasyarakat demi terciptanya

Lebih terperinci

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS MORAL INTELLIGENCE Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan

Lebih terperinci

Pernyataan Misi

Pernyataan Misi USDA Departemen Pertanian Amerika Serikat (Departemen Pertanian informal atau USDA) adalah departemen eksekutif federal Amerika Serikat yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa peralihan Indonesia menuju suatu cita demokrasi merupakan salah satu proses yang menjadi tahapan penting perkembangan Indonesia. Salah satu aspek yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa mengadakan hubungan internasional dengan negara maupun subyek hukum internasional lainnya yang bukan negara.

Lebih terperinci

Memerangi Korupsi: Peran Sistem Keuangan Politik. Sebuah Presentasi pada Majelis Umum South East Asian Parliamentarians Against Corruption

Memerangi Korupsi: Peran Sistem Keuangan Politik. Sebuah Presentasi pada Majelis Umum South East Asian Parliamentarians Against Corruption Memerangi Korupsi: Peran Sistem Keuangan Politik Sebuah Presentasi pada Majelis Umum South East Asian Parliamentarians Against Corruption Andrew Ellis Direktur untuk Asia dan Pasifik Medan, Indonesia 24

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial Ringkasan terjemahan laporan Persons with Disabilities in Indonesia: Empirical Facts and Implications for Social Protection Policies (Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci