BAB III FAKTOR DOMESTIK DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI KANADA. Kanada dalam mempengaruhi kebijakan Perjanjian Perubahan Iklim.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III FAKTOR DOMESTIK DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI KANADA. Kanada dalam mempengaruhi kebijakan Perjanjian Perubahan Iklim."

Transkripsi

1 BAB III FAKTOR DOMESTIK DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN LUAR NEGERI KANADA Dalam bab III ini, penulis akan membahas mengenai politik dalam negeri Kanada dalam mempengaruhi kebijakan Perjanjian Perubahan Iklim. Kondisi domestik merupakan salah satu pertimbangan yang digunakan untuk mengambil sebuah kebijakan luar negeri. Hal tersebut selaras dengan asumsi William D. Coplin dalam teorinya, Kebijakan Politik Luar Negeri, yang kemudian dalam hal ini, penulis akan memberikan penjelasan mengenai situasi politik Kanada dengan cakupan materi mengenai sistem politik dan pemerintahan, aktor-aktor yang terlibat dalam pengambil kebijakan serta bagaimana alur proses pengambilan kebijakan di Kanada. Dari kondisi domestik Kanada ini kemudian penulis akan menjabarkan berkaitan dengan pergantian rezim kekuasaan yang berlangsung di Kanada dengan pengaruhnya terhadap kebijakan perjanjian Perubahan Iklim. Kebijakan politik luar negeri suatu negara pada hakikatnya merupakan hasil dari perpaduan dan refleksi antara elemen-elemen yang ada di dalam kondisi domestik negara yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi internasional. Coplin menjelaskan bahwa politik dalam negeri suatu negara memiliki peran signifikan dalam penyusunan politik luar negeri. Peran tersebut ialah adanya ruang interaksi yang saling mempengaruhi antara aktor-aktor politik dalam negeri dengan aktor pengambil kebijakan keputusan politik luar negeri, yang berupaya untuk mempengaruhi perilaku politik luar negeri negara mereka. 43

2 Peran politik dalam negeri terhadap penyusunan politik luar negeri suatu negara sebagaimana terjelaskan dalam Teori William D. Coplin, Kebijakan Politik Luar Negeri, dimobilisasi oleh aktor-aktor politik yang dalam teori disebut sebagai policy influencers. Sebagaimana telah terpaparkan dalam penjelasan dalam landasan teoritik pada bab pertama,terdapat empat tipe policy infulencers dalam politik dalam negeri suatu negara kaitannya dengan penyusunan politik luar negeri yaitu, (1) birokratis, (2) kepentingan, (3) Partai, (4) Massa yang mempengaruhi. Setiap influencers memiliki kontribusi masing-masing dalam penyusunan politik luar negeri suatu negara. Kebijakan politik luar negeri suatu negara pada hakikatnya merupakan hasil dari perpaduan dan refleksi antara elemen-elemen yang ada di dalam kondisi domestik negara yang dipengaruhi oleh perkembangan situasi internasional. Dalam hasil penelitian yang penulis lakukan pada berbagai data sekunder elevan pada pokok permasalahan dalam skripsi ini, maka terdapat dua policy influencers dalam penyusunan kebijakan ratifikasi Perjanjian Paris yang dilakukan pemerintah Kanada pada tahun Yaitu, (1) birokrasi yang mempengaruhi dan (2) partai yang mempengaruhi. Berikut ialah pemaparan terkait kedua policy influencers tersebut: A. Beureaucratic Influencer: Adanya Peran Perdana Menteri dan Kabinet Kanada Coplin menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan beuraucratic influencer menunjuk pada keterlibatan berbagai individu serta organisasi di dalam lembaga eksekutif pemerintah suatu negara yang berkontribusi dalam proses penyusunan 44

3 politik luar negeri. Melihat beuraucratic influencer pada sistem penyusunan politik luar negeri Kanada maka dapat tergambarkan pada lembaga eksekutif pemerintahan yang ada di Kanada. Patrick James, dkk dalam bukunya yang berjudul Handbook of Canadian Foreign Policy menyebutkan bahwa dalam proses pengambilan keputusan luar negeri Kanada, posisi tertinggi dalam memutuskan keputusan berada di tangan Perdana Menteri dan Kabinet Kanada yang dibawah kekuasaan Perdana Menteri. 1 Meskipun Perdana Menteri memiliki kekuasaan tertinggi dalam mengambil keputusan, namun keputusan tersebut dilatarbelakangi oleh dukungan dari para analisis dan penasehat yang disebut dengan Central Agencies terdiri dari Prime Minister s Office (PMO) dan Privy Council Office (PCO). Dua organisasi ini sangat berbeda dalam peran masing-masing dan mandat, mereka peka terhadap kebutuhan untuk konsultasi dan koordinasi dalam upaya mereka untuk memberikan pelayanan terbaik kepada Perdana Menteri dan Kabinet. 2 Prime Minister s Office (PMO) atau Kantor Perdana Menteri, terdiri dari staf pribadi dan politik Perdana Menteri. Peran dari Prime Minister s Office (PMO) bervariasi sesuai dengan kemauan dan preferensi dari Perdana Menteri. PMO menyediakan saran dan dukungan kepada Perdana Menteri, sebagai pemimpin partai politik yang membentuk pemerintahan, prioritas, strategi politik dan taktik, dan dimensi politik kebijakan inisiatif. Hal ini diselenggarakan untuk 1 Patrick James, Nelson Michaud, & Marc J. O'Reilly. (2006). Handbook of Canadian Foreign Policy. 2 Ibid. Hal 24 New York: Lexington Books. 45

4 memastikan penghubung politik nasional dengan Menteri, kaukus atau parlemen dan partai pada umumnya. Prime Minister s Office (PMO) mendukung Perdana Menteri dalam perannya sebagai Anggota Parlemen dan menangani semua hal konstituen. Sebuah tim penasihat juga bertanggung jawab untuk pengarahan Perdana Menteri pada urusan utama tentang perkembangan masyarakat Kanada dan masyarakat internasional. Sementara Privy Council Office (PCO) atau Kantor Dewan Penasihat mendukung langsung Perdana Menteri di berbagai tanggung jawabnya sebagai kepala pemerintahan. Dewan Penasehat memiliki peranan penting dalam proses pengambilan keputusan karena PCO bertanggung jawab untuk menetapkan agenda Kabinet, merekam diskusi dan menulis keputusan Kabinet. Yang penting, PCO menyediakan informasi kepada Perdana Menteri terkait anggota Kabinet dan memberikan analisis terkait dengan rumusan kebijakan yang diusung oleh Perdana Menteri. Melalui hubungannya dengan departemen pemerintah, PCO paham dimana posisi Menteri di Kabinet terhadap suatu isu dan menginformasikannya kepada Perdana Menteri. Akibatnya, PM dalam posisi yang sangat menguntungkan. Ia dapat memprediksi Menteri cenderung menentang atau mendukung. Dengan mengontrol pertemuan Kabinet, Perdana Menteri biasanya dapat mengamankan dukungan yang diperlukan untuk rumusan kebijakan dan meminimalkan potensi konflik. 3 3 Marshall, C. E., & Cashaback, D. (2001). Players, Processes, Institutions: Central Agencies in Decision-Making. Ottawa: Canadian International Development Agencies. 46

5 Kebijakan meratifikasi Perjanjian Paris merupakan suatu hasil keputusan politik dalam negeri Kanada. Justin Trudeau sebagai Perdana Menteri yang terpilih saat ini memiliki kedudukan dan peran serta nilai strategisitas yang tinggi yaitu sebagai kendali utama. Oleh karena itu, Perdana Menteri Justin Trudeau memiliki porsi besar dalam kontribusi penyusunan kebijakan ratifikasi Perjanjian Paris sebagai salah satu langkah Kanada untuk mengurangi emisi GRK dan dampak dari perubahan iklim. Laporan dari Environmental Defence tahun 2015 menyebutkan bahwa Perjanjian Paris merupakan salah satu kesempatan bagi Kanada untuk berperan dalam kepemimpinan dalam skala global dengan menunjukan tekad untuk menanggulangi Perubahan Iklim. 4 Real Change: A New Plan For Canada s Environment and Economy, merupakan salah satu kebijakan yang diusung Justin Trudeau. Dalam plafrom kebijakan tersebut, salah satu langkah Justin Trudeau untuk meningkatkan ekonomi Kanada adalah dengan mengambil tindakan terkait dengan Perubahan Iklim. Langkah dalam menimplementasikan kebijakan tersebut adalah dengan membuat national emissions-reduction targets atau target pengurangan emisi nasional dengan hasil dari analisa para ekonom dan ilmuwan. Taget ini harus menyadari dampak kerugian ekonomi. 5 4 Environmental Defence. (2015). Canada's Role at COP21. Diakses pada 28 April 2017, dari Environmental Defence: 5 Trudeau, Justin. (2015). Real Change: A New Plan For Canada's Environment and Economy. Ottawa: Liberal Party of Canada. Hal 4 47

6 Dalam rancangan ini juga disebutkan bahwa bagi 10 Provinsi dan 3 teritori Kanada harus merancangkan kebijakan mereka sendiri terkait dengan komitmen mereka untuk menurunkan emisi gas rumah kaca termasuk kebijakan carbon pricing. Beberapa ekonom, seperti Kevin Milligan dari University of British Columbia Vancouver School of Economics, keputusan ini masuk akal mengingat bahwa pajak karbon dan struktur cap-and-trade sudah diterapkan di empat provinsi. Hal ini juga memungkinkan provinsi untuk melakukan apa yang mereka inginkan dengan pendapatan penetapan harga karbon mereka. 6 Untuk kerjasama dengan negara lain, Kanada menginisiasi kerjasama antara Amerika Serikat dan Meksiko untuk mengembangkan North America Clean Energy and Environment Agreement. Tujuan dari perjanjian ini adalah koordinasi antar negara untuk mitigasi iklim dan kebijakan ketahanan terhadap perubahan iklim. 7 Beureaucratic influencer kedua terkait dengan ratifikasi Perjanjian Paris adalah Kabinet Kanada. Kabinet adalah inti pengambilan keputusan eksekutif di pemerintahan. merupakan badan penasihat yang menetapkan. Anggota Kabinet (Menteri) ditunjuk oleh Gubernur Jenderal atas saran Perdana Menteri. Kabinet Menteri biasanya dipilih dari House of Commons tetapi juga dapat diangkat dari Senat. Kabinet dibagi menjadi beberapa Komite yang memimpin urusan tertentu 6 Kaljur, Lauren. (2015, NOVEMBER 23). COP21: What is Canada s role? Diakses pada 28 April 2017, dari OpenCanada.org: 7 Trudeau, J. (2015). Real Change: A New Plan For Canada's Environment and Economy. Ottawa: Liberal Party of Canada. Hal 5 48

7 (misalnya, urusan global, sustainable dan lingkungan, urusan Aborigin, hubungan Kanada-AS, keamanan, kesehatan masyarakat, keadaan darurat, dll). 8 Fungsi utama dari Kabinet adalah untuk mengusulkan undang-undang baru dengan menyetujui draft departemen di pemerintah, dan memperkenalkan draf tersebut ke legislatif; menyetujui keputusan besar untuk semua departemen pemerintah; dan menyetujui semua perjanjian pemerintah. Komite Kabinet membantu kabinet berjalan lancar dan efektif. 9 Ketika Menteri memiliki proposal kebijakan, ia akan membawanya ke Kabinet untuk persetujuan. Karakteristik dari proses pengambilan keputusan di Kanada adalah bahwa Kabinet, dalam membuat keputusan, biasanya hanya memberikan pedoman yang luas dari apa yang berusaha untuk mencapai. Mengenai teknis dan pelaksanaan merupakan tanggung jawab birokrasi. 10 Terkait dengan ratifikasi Perjanjian Paris, Kabinet Kanada berada dibawah kontrol Perdana Menteri yang sekaligus merupakan anggota dari Kabinet tersebut. Di dalam Kabinet inilah Justin Trudeau mengusulkan persetujuan komite terhadap Perjanjian Paris untuk diratifikasi. Di dukung oleh Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada, usulan ratifikasi ini langsung disetujui oleh Kabinet, disebutkan dalam laporan Claire E. Marshall & David Cashaback bahwa Komite 8 Schacter, M., & Haid, P. (1999). Cabinet Decision-Making in Canada: Lessons and Practices. Ottawa: Institute On Governance. 9 Milne, G. (2000). Making policy: a guide to the federal government's policy process. Ottawa: Glen Mine. 10 Marshall, C. E., & Cashaback, D. (2001). Players, Processes, Institutions: Central Agencies in Decision-Making. Ottawa: Canadian International Development Agencies. 49

8 akan membuat rekomendasi yang hampir selalu diratifikasi oleh Kabinet (sangat jarang bagi Kabinet untuk membahas kembali keputusan komite). Oleh karena itu, keputusan untuk meratifikasi Perjanjian Paris ini langsung disetujui oleh Kabinet dan membawa Catherine McKenna selaku Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada menyampaikannya ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada tanggal 5 Oktober 2016 dan sekaligus menjadikan Kanada sebagai negara selanjutnya yang meratifikasi Perjanjian tersebut. 11 B. Partisan Influencer: Peran Partai Kanada Partisan Influencer merupakan tipe policy influencer kedua dari aktor politik dalam negeri suatu negraa yang dapat mempengaruhi penyusunan suatu politik luar negeri negaranya. Kebanyakan negara di dunia, perjanjian internasional membutuhkan dukungan dari parlemen untuk diratifikasi sehingga dukungan dari badan legislatif sangat krusial dalm proses ratifikasi sebuah perjanjian internasional. 12 Kerjasama internasional hanya terjadi apabila aktor politik memiliki kepentingan yang sejalan dengan perjanjian. Di Kanada, peran parlemen dalam urusan luar negeri sangat sedikit dibandingkan dengan eksekutif, hal ini tertuang dalam parlemen Kanada Activities relating to the conduct of foreign affairs such as; receiving and sending diplomatic representatives, conducting international negotiations, concluding and approving treaties and 11 McSheffrey, E. (2016, October 5). Canada officially ratifies historic Paris climate agreement. Diakses pada 28 April 2017, dari National Observer: 12 Milner, H. V. (1997). Interests, Institutions, and Information: Domestic Politics and International Relations. New Jersey: Princeton University Press. 50

9 other international agreements, and even declaring war all fal within the royal prerogative of the crown, which is today exercised by Cabine. 13 Kekuasaan untuk meratifikasi perjanjian internasional barada dibawah kekuasaan eksekutif di Kanada. Namun untuk beberapa perjanjian internasional dengan permasalah sensitif membutuhkan dukungan dari parlemen seperti perjanjian perubahan iklim yang sangat kontoversi di kalangan masyarakat, NGO, maupun bagi pemerintah provinsi dan teritori Kanada sehingga dukungan dari Parlemen dibutuhkan untuk meratifikasi perjanjian ini. Alur pembuatan keputusan di Kanada dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1. Proses Pengambilan Keputusan Kanada Sumber: Parliament of Canada, Parliamentary Involvement in Foreign Policy (PRB 08-60E) Dalam perpolitikan Kanada memiliki tiga partai Nasional utama yakni Partai Demokrat Baru (NDP), Partai Liberal Kanada dan Partai Konservatif Kanada. Kemudian, Partai berbasis kedaerahan, Bloc Québécois, memperoleh banyak kursi di Provinsi Quebec dan mempromosikan kemerdekaan Quebec dari 13 Barnett, L., & Spano, S. (2008, November 10). Parliamentary Involvement in Foreign Policy. Diakses pada 28 April 2017, dari PARLIAMENT of CANADA: 51

10 Kanada. Juga terdapat banyak partai yang lebih kecil dan ada pula yang tidak memiliki perwakilan Parlemen pada pemilihan federal tahun Partai Hijau Kanada berhasil memperoleh suara dan menduduki perlemen dengan satu kursi. Semenjak diratifikasinya Protokol Kyoto hingga masa pelaksanaan, kemudian dilanjutkan dengan bergantinya Protokol Kyoto ke Perjanjian Paris terjadi perubahan rezim kekuasaan di Kanada dari sistem pemerintahan Liberal ke sistem pemerintahan Konservatif dan sekarang menjadi pemerintahan Liberal lagi. Perubahan ini meliputi perubahan badan pemerintahan berdasarkan partai yang memenangkan kompetisi. Kondisi ini dapat dikategorikan ke dalam perubahan kekuasaan secara keseluruhan di antara partai atau kelompok bersaing. Dalam beberapa tahun, terdapat pemilihan federal di Kanada yang bertujuan untuk menghasilkan jumlah kursi dalam House of Commons (lower house of parliament) yang akan diduduki oleh partai-partai yang bersaing. Partai yang mendapat jumlah kursi terbanyak akan memimpin pemerintahan. Pada pemilihan federal tahun 2015, Partai Liberal memperoleh 184 kursi dari keseluruhan total di parlemen yang berjumlah 338 kursi sehingga menjadikannya Partai mayoritas dalam pemerintahan dengan Justin Trudeau sebagai Perdana Menteri. Sedangkan Partai Konservatif mendapatkan 99 kursi dan menjadikannya sebagai Pihak Oposisi setelah 9 tahun lamanya menjadi partai mayoritas dalam parlemen. Partai New Democratic mendapatkan 44 kursi, Partai Bloc Québécois sebanyak 10 kursi dan Partai Hijau mendapatkan 1 kursi dalam parlemen. 52

11 Dalam gambar dapat dilihat bahwa Partai Liberal (warna merah) memenangkan 8 provinsi di Kanada (British Columbia, Manitoba, Ontario, Quebec, New Brunswick, Nova Scotia, Prince Edward Islands, dan Newfoundland and Labrador) dan 3 Teritori (Yukon Territory, Northwest Territories and Nunavut). Sementara Partai Konservatif Kanada (warna biru) memenangkan 2 provinsi. Dari masing-masing provinsi terdapat angka-angka yang menunjukan jumlah perolehan kursi dari partai-partai yang berkompetisi. Partai Liberal memperoleh jumlah kursi paling banyak dan memenangkan pemihal federal Gambar 2. Hasil Pemilihan Federal Kanada tahun The Canadian Press. (2015, October 20). Justin Trudeau's Liberals to form majority government. Diakses pada 8 April 2017, dari CBC News: 53

12 Sumber: CBC News, Justin Trudeau's Liberals to form majority government (diakses pada 8 April 2017) Masing-masing kelompok partai memiliki perbedaan prinsip dalam menjalankan pemerintahan. Pada masa pemerintah digantikan oleh rezim konservatif maka terdapat perdebaan pandangan dan cara menentukan kebijkana, terutama kaitannya dengan masalah perubahan iklim. Pada masa Protokol Kyoto masih berlaku hingga munculnya Perjanjian Paris ini, Partai Konservatif menjadi pihak yang menentang atau tidak mendukung dengan adanya perjanjian perubahan iklim ini, bagi mereka baik Protokol Kyoto maupun Perjanjian Paris dapat menjadi ancaman bagi Kanada. Sementara Partai New Democratic (NDP), Partai Hijau, Partai Liberal, dan Partai Bloc Québécois merupakan partai-partai yang pro dan setuju dengan Perjanjian Paris ini. 15 Bagi partai Liberal, komitmen untuk menurunkan emisi dan mencegah perubahan iklim telah ditunjukan dari masa kampanye hingga kemenangan partai, Dalam pemilihan platform mereka, Trudeau dan Liberal telah berkomitmen untuk memberi $2 miliar Low Carbon Economy Trust yang akan mendanai proyekproyek yang membantu mengurangi emisi karbon. Di sisi kebijakan internasional, Liberal mengatakan mereka akan menghadiri KTT iklim Paris dan dalam 90 hari membangun kerangka kerja pan-kanada untuk memerangi perubahan iklim. Hal yang sama juga ditunjukan oleh Tom Mulcair, pemimpin Partai New Domocratic (NDP). Bersama dengan Perdana Menteri Justin Trudeau, mengatakan mereka 15 Grandia, K. (2015, October 6). Canada Election 2015: Where do the Parties Stand on Climate Change? Diakses pada 28 April 2017, dari DESMOGCANADA: 54

13 akan bekerja untuk mengembalikan reputasi internasional Kanada terkait isu lingkungan, yang mereka katakan Pemimpin Konservatif Stephen Harper telah rusak. 16 Kebijakan untuk meratifikasi Perjanjian Paris kemudian dibawa ke House of Commons sehingga mendapatkan dukungan parlemen. Lebih dari 200 anggota parlemen federal yang memilih mendukung gerakan dalam pemungutan suara di House of Commons, sedangkan 81 - sebagian besar anggota Konservatif - menentangnya. NDP, Partai Bloc Quebecois dan Partai Hijau membantu pemerintahan Liberal dalam pemungutan suara sehingga memberikan suara mayoritas dalam parlemen yang kemudian menjadikan Kanada resmi bergabung dengan jajaran lebih dari 60 negara di seluruh dunia yang telah secara resmi meratifikasi perjanjian perubahan iklim Paris The Canadian Press. (2015, September 22). Mulcair, Trudeau Promise To Work With Provinces In Paris Climate Talks. Diakses pada 28 April 2017, dari Huff Post Politcs Canada: 17 Harris, K. (2016, October 5). MPs vote 207 to 81 to back Paris climate change agreement. Diakses pada 8 April 2017, dari CBC News: 55

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, dituliskan mengenai gambaran secara umum dari isi skripsi yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau dalam

Lebih terperinci

BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM. lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim.

BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM. lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim. BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM Dalam bab II ini, penulis akan membahas mengenai dinamika politik lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim. Awalnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibahas oleh masyarakat internasional sejak awal tahun 1990-an melalui

BAB I PENDAHULUAN. dibahas oleh masyarakat internasional sejak awal tahun 1990-an melalui BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Isu perubahan iklim (climate change) menjadi salah satu isu penting yang dibahas oleh masyarakat internasional sejak awal tahun 1990-an melalui UNFCCC dan Protokol

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 )

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) A. PENDAHULUAN Masalah keprotokoleran semula diawali dengan adanya pengaturan atas pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan menjadi salah satu isu utama di dalam hubungan internasional kontemporer. Hal ini terjadi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran publik dan

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG Pada bab ini, penulis akan menjelaskan sistem pemerintahan Jepang dan transformasi kebijakan kemanan

Lebih terperinci

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari 2018 Agenda Presentasi RPP Perubahan Iklim sebagai Instrumen Pelaksana UU 16/2016 Good Governance dalam RPP Perubahan

Lebih terperinci

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam PELUNCURAN ICCTF MEDIA AWARD 2015 Jakarta, 8 September 2015 Perubahan Iklim dan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar

Lebih terperinci

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *) Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara alami perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal untuk mempertahankan keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability). Keberlanjutan

Lebih terperinci

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban COP 17 di Durban akan menjadi titik balik proses negosiasi PBB untuk perubahan iklim. Para pemimpin dunia dapat meneruskan capaian yang telah dihasilkan

Lebih terperinci

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Proses UNFCCC terkait pendanaan, 2013 ADP 2-1 Bonn 29 Apr-3 Mei Intersessional Bonn 3-14

Lebih terperinci

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas

Lebih terperinci

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. p K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988,

BAB I PENDAHULUAN. p K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Konstitusi yang dibuat tahun 1947, Jepang menjadi sebuah negara yang memiliki keterbatasan besar akan kekuatan militer. Pasal 9 Konstitusi ini kurang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum

Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Definisi

Lebih terperinci

RESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang

RESUME. Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment. Organization) internasional yang bergerak dalam bidang RESUME Greenpeace merupakan NGO (Non Goverment Organization) internasional yang bergerak dalam bidang lingkungan. Salah satu perjuangan Greenpeace adalah menyelamatkan kelestarian lingkungan dunia. Dalam

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KEMENANGAN PARTAI REPUBLIK DALAM PEMILU SELA 2010 DI AMERIKA SERIKAT

FAKTOR FAKTOR KEMENANGAN PARTAI REPUBLIK DALAM PEMILU SELA 2010 DI AMERIKA SERIKAT FAKTOR FAKTOR KEMENANGAN PARTAI REPUBLIK DALAM PEMILU SELA 2010 DI AMERIKA SERIKAT (THE VICTORY OF REPUBLIC PARTY IN THE 2010 US MIDTERM ELECTION) SKRIPSI oleh Putri Sulistyorini NIM 070910101091 JURUSAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Oleh: Dr. Dolly Priatna Yayasan Belantara Seminar Nasional Perubahan Iklim Mengembangkan Program Pendidikan Konservasi dan Lingkungan Hidup Bagi Para Pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan menegenai latar belakang masalah yang melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam pendahuluan juga akan dijelaskan tujuan

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Pokok Bahasan Tentang Konvensi Struktur Konvensi Peluang dukungan dan dana Tentang Protokol Kyoto Elemen & Komitmen Protokol Kyoto

Lebih terperinci

SISTEM PEMILU DI JERMAN

SISTEM PEMILU DI JERMAN SISTEM PEMILU DI JERMAN Jerman merupakan demokrasi parlementer berbentuk negara federasi. Organ konstitusi yang sangat dikenal masyarakat adalah Parlemen Federal, Bundestag. Anggotanya dipilih langsung

Lebih terperinci

Harga Sebuah Kebijakan Bahan Bakar Fosil: Subsidi Pemerintah Indonesia di Sektor Hulu Minyak & Gas Bumi

Harga Sebuah Kebijakan Bahan Bakar Fosil: Subsidi Pemerintah Indonesia di Sektor Hulu Minyak & Gas Bumi Harga Sebuah Kebijakan Bahan Bakar Fosil: Subsidi Pemerintah Indonesia di Sektor Hulu Minyak & Gas Bumi OKTOBER 2010 OLEH: PT. Q ENERGY SOUTH EAST ASIA David Braithwaite PT. CAKRAMUSTIKA SWADAYA Soepraptono

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Muchlis Hamdi, M.P.A., Ph.D.

Oleh: Prof. Muchlis Hamdi, M.P.A., Ph.D. STATE AUXILIARY BODIES 01 BEBERAPA NEGARA* Oleh: Prof. Muchlis Hamdi, M.P.A., Ph.D. PENDAHULUAN Setiap negara akan memiliki lembaga-lembaga untuk dapat melaksanakan fungsinya mewujudkan tujuan negara.

Lebih terperinci

Penyelenggara Pemilu Harus Independen

Penyelenggara Pemilu Harus Independen Penyelenggara Pemilu Harus Independen SALAH satu hasil studi banding Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu DPR ke Meksiko dan Jerman ialah keinginan sejumlah anggota untuk menempatkan anggota partai sebagai

Lebih terperinci

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI)

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI) Dosen : Christian Ramos Kurniawan C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI) 1-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield,

Lebih terperinci

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada

Lebih terperinci

Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur

Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur REDD+ telah menjadi hal yang menonjol dalam beberapa tahun terakhir sebagai salah satu dari sedikit hal menyangkut konsensus dalam kebijakan politik internasional.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

NEGARA-NEGARA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU

NEGARA-NEGARA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU NEGARA-NEGARA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU SISTEM PEMILU Pilihan atas sistem pemilu merupakan salah satu keputusan kelembagaan yang paling penting bagi negara demokrasi di manapun. Pilihan sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat 0 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( 1998 2011 ) RESUME SKRIPSI Disusun Oleh : Pongky Witra Wisesa (151040295) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri 2015 Outline Pentingnya SDGs Proses dan

Lebih terperinci

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN Jerman merupakan sebuah negara republik federal yang terdiri atas 16 negara bagian (Länder). Kekuasaan legislatif dibagi antara Bundestag dan Landtage (Parlemen Negara

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

BAB II POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT. Amerika Serikat. Dalam bab ini akan terdapat penjelasan mengenai pengertian

BAB II POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT. Amerika Serikat. Dalam bab ini akan terdapat penjelasan mengenai pengertian BAB II POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT Bab ini akan membahas tentang proses pembuatan politik luar negeri Amerika Serikat yang lebih dipengaruhi oleh faktor internal seperti adanya konstitusi Amerika

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Sistem Pemerintahan. Fitra Arsil

Sistem Pemerintahan. Fitra Arsil Sistem Pemerintahan Fitra Arsil Susunan Pemerintahan Horisontal Dalam membahas pembagian kekuasaan Horisontal (separation of powers), hanya akan dibahas hubungan antara eksekutif dan legislatif, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global telah menjadi isu politik dan bisnis yang semakin penting bagi sebagian besar negara. Ada panggilan yang kuat dari lingkungan, bisnis dan pemimpin

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

National Planning Workshop

National Planning Workshop Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan

Lebih terperinci

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Juli 2014 Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi risiko perubahan iklim tercermin melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Interaksi dan kontribusi koalisi Partai PAN dan Golkar dengan Walikota

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen

Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen OLEH: ALAN KOROPITAN Sinar Harapan, 13 Juni 2009 Tak terasa, dengan hadirnya PP No 46 Tahun 2008, Dewan Nasional

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berturut-turut dari tahun 1949 hingga tahun Sebelum Perang Dunia hanya terjadi tujuh kali pergantian pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. berturut-turut dari tahun 1949 hingga tahun Sebelum Perang Dunia hanya terjadi tujuh kali pergantian pemerintahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Australia, resminya Persemakmuran Australia adalah sebuah Negara di belahan selatan yang terdiri dari daratan utama benua Australia, Pulau Tasmania, dan berbagai pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Revolusi Industri telah mengubah wajah dunia menjadi lebih maju dan modern. Revolusi yang berawal dari daratan Eropa ini mendorong negara-negara Eropa untuk

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu terjadinya pemanasan global. Padahal konsep mengenai green accounting

BAB I PENDAHULUAN. memicu terjadinya pemanasan global. Padahal konsep mengenai green accounting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahunterakhir ini terjadi perubahan yang signifikan pada ilmu ekonomi, aktivitas konsumsi yang dilakukan manusia secara sadar atau tidak telah memicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya tujuan perusahaan adalah memproduksi produk atau jasanya secara maksimal dan mendapatkan keuntungan yang sebanyakbanyaknya. Tetapi banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1966 TENTANG KEANGGOTAAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA DALAM DANA MONETER INTERNASIONAL

Lebih terperinci

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global Kementerian Luar Negeri 30/01/2014 1 KTT Rio+20: the Future We Want Konferensi PBB untuk Pembangunan

Lebih terperinci

konsil lsm indonesia

konsil lsm indonesia Penulis: Lily Pulu, Lusi Herlina, Catherine Nielson Penerbit: konsil lsm indonesia Jl Kerinci XII No 11, Kebayoran Baru Jakarta 12120. Email : sekretariat@konsillsm.or.id http://konsillsm.or.id ISBN :

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. -The Guardian- 1

BAB I PENDAHULUAN. -The Guardian- 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN As the nation state descends into paralysis and democratic dysfunction, cities are reemerging as problem solvers going boldly where states no longer dare to go -The

Lebih terperinci

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5784 EKONOMI. Keanggotaan Kembali. Republik Indonesia. Dana Moneter Internasional. Bank Internasional. Undang-Undang. Nomor 9 Tahun 1966. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1967.

Lebih terperinci

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap BAB V KESIMPULAN BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap pembahasan yang ada di dalam karya tulis (skripsi) ini. Kesimpulan tersebut merupakan ringkasan dari isi perbab yang kemudian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1966 TENTANG KEANGGOTAAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA DALAM DANA MONETER INTERNASIONAL

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang sering kali diperdebatkan. Sejak tahun 2002, mayoritas para aktivis politik, tokoh perempuan dalam partai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100. 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi kawasan hutan di semua kabupaten di provinsi Jambi menurut hasil pengukuran indeks tata kelola hutan di 9 Kabupaten di provinsi oleh PGA UNDP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional kontemporer di era globalisasi modern saat ini tidak hanya memperhatikan isu politik antar negara saja, tetapi isu-isu lain juga terus

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Ciptahadi Nugraha 10/296341/SP/23828 Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Seperti yang kita ketahui, dalam politik pemerintahan Australia terdapat dua partai yang

Lebih terperinci

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE 2014-2019 Tesis Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, akuntabilitas dan transparansi kinerja

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

PENGUNDURAN DIRI KANADA DARI PROTOKOL KYOTO IKE ANGGI YULIANTO

PENGUNDURAN DIRI KANADA DARI PROTOKOL KYOTO IKE ANGGI YULIANTO ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 793-806 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PENGUNDURAN DIRI KANADA DARI PROTOKOL KYOTO IKE ANGGI YULIANTO 1 0902045123 Abstrak:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Strategi Promosi Perdagangan Iran Central Chamber of Cooperatives (ICC) Oleh: M. R. Ramezani Sekretaris Jenderal ICC Bali- Indonesia Juli, 2007

Strategi Promosi Perdagangan Iran Central Chamber of Cooperatives (ICC) Oleh: M. R. Ramezani Sekretaris Jenderal ICC Bali- Indonesia Juli, 2007 Simposium tentang Jejaring Perdagangan antar Koperasi Strategi Promosi Perdagangan Iran Central Chamber of Cooperatives (ICC) Oleh: M. R. Ramezani Sekretaris Jenderal ICC Bali- Indonesia Juli, 2007 1 Pertama-tama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas, arus informasi menjadi sangat bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam

Lebih terperinci