PENGUNDURAN DIRI KANADA DARI PROTOKOL KYOTO IKE ANGGI YULIANTO
|
|
- Yenny Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 PENGUNDURAN DIRI KANADA DARI PROTOKOL KYOTO IKE ANGGI YULIANTO Abstrak: As an effort to address global environment issue, world leaders established the Kyoto Protocol in This accord is the first environmental treaty that legally binding for countries that involved in it. Canada is one of the countries that decided to ratify this treaty in 2002 under the leadership of Prime Minister Jean Chretien. However, in the late 2011 Canada under the leadership of Prime Minister Stephen Harper changed it s policy toward the Kyoto Protocol and annouced its withdrawl from the Kyoto protocol. The result of this research indicate that the factors that led Prime Minister Stephen Harper decided to withdraw from the Kyoto Protocol was based on internal and external factors. The internal factors are Canada s geographic and nature conditions; Canada economic dependence to FDI and oil and gas industry; Canada political process; and the failure of Canada to measure in emission reduction targets. Meanwhile, the external factors are the Kyoto Protocol it s self and the world economic competition with NAFTA member countries. Key Word : The Kyoto Protocol, Canada s Withdrawal Pendahuluan Pemanasan global merupakan masalah penting di abad ke-20 karena masalah yang ditimbulkannya yakni perubahan iklim, berdampak pada perubahan curah hujan serta naiknya intensitas dan frekuensi badai. Permukaan laut akan naik, sebagian karena menguapnya air laut pada suhu yang lebih tinggi sehingga volumenya naik, sebagian lagi karena melelehnya es abadi di pegunungan tinggi dan di daerah kutub (Soemarwoto, 1997). Saat ini, isu lingkungan sudah dianggap menjadi ancaman bagi beberapa negara di dunia karena berkaitan dengan eksplorasi sumber daya yang dibutuhkan oleh komunitas internasional. Persoalan mengenai pemanasan global merupakan permasalahan yang rumit, dikarenakan tidak hanya sebagai persoalan lingkungan, tetapi juga dapat mempengaruhi aspek ekonomi, politik, sosiologi maupun geopolitik. 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. ike.anggi@gmail.com
2 ejournalilmuhubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Kesadaran mengenai bahaya dari kerusakan lingkungan hidup yang berdampak pada keberlangsungan hidup umat manusia meningkat pada akhir 1960-an. Masalah lingkungan hidup mulai menjadi isu penting yang dibahas dalam agenda internasional, termasuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada awalnya, wakil Swedia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan agar PBB menjajaki kemungkinan menyelenggarakan konferensi internasional tentang lingkungan hidup (Almakusumah, 1996). Protokol Kyoto merupakan salah satu langkah terbesar yang pernah dibuat oleh PBB dalam mengikat negara-negara industri besar dunia dan beberapa negara berkembang lainnya untuk terlibat dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Perjanjian ini menetapkan target mengikat untuk 37 negara industri dan Masyarakat Eropa untuk mengurangi gas rumah kaca (GRK) dengan jumlah ratarata yang ingin dicapai sebesar 5 % dari tingkat emisi tahun 1990 selama periode lima tahun, yakni ( Ciri utama dari Protokol Kyoto ialah prinsip kerja sama yang ditetapkan untuk dapat mencapai target yang telah ditetapkan, yakni melalui Joint Implementation, Emission Trading dan Clean Development Mechanism. Setelah diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997, Protokol Kyoto dibuka untuk ditandatangani pada tanggal 16 Maret Sesuai dengan ketentuan Pasal 25, Protokol Kyoto secara efektif akan berlaku 90 hari setelah diratifikasi oleh paling sedikit 55 Pihak Konvensi, termasuk negara-negara maju (Mudiyarso, 2003). Kanada merupakan negara ke-99 yang pada akhirnya meratifikasi Protokol Kyoto dan masuk dalam kategori negara Annex I. Kanada menandatangai Protokol Kyoto pada 1998, dan setelah perdebatan pada akhirnya Parlemen Kanada secara resmi meratifikasi Protokol Kyoto pada Desember Pemerintah Kanada di bawah kepemimpinan Partai Liberal setuju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Kanada sebesar 6 % di bawah tingkat 1990 pada periode komitmen lima tahun dari 2008 sampai 2012 ( Sebagai negara yang tergolong dalam negara Annex I, Kanada berkewajiban untuk memenuhi beberapa target dan kewajiban yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti yang tercantum dalam pasal 2 ayat 1a Protokol Kyoto. Pemerintahan di bawah kepemimpinan Partai Konservatif tidak berusaha untuk melakukan berbagai upaya untuk mencapai target yang telah disepakati dalam komitmennya pada Protokol Kyoto. Perubahan sikap Pemerintah Kanada terjadi pada 12 Desember Menteri Lingkungan Peter Kent memberikan pengumuman resmi bahwa negara persemakmuran Inggris ini memutuskan untuk mundur dari Protokol Kyoto. Pengunduran diri Kanada secara resmi disampaikan kepada Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) pada 15 Desember Berdasarkan Pasal 27 ayat 2 Protokol Kyoto, maka Kanada akan dinyatakan resmi keluar dari Protokol Kyoto setahun setelah pemberitahuan disampaikan kepada pihak PBB yakni tepatnya pada 15 Desember
3 Pengunduran Diri Kanada dari Protokol Kyoto (Ike Anggi Yulianto) Kerangka Dasar Teori 1. Pembuatan Keputusan (Decision Making) Proses pengambilan keputusan secara sederhana didefinisikan sebagai suatu langkah dalam memilih berbagai alternatif yang ada. Hal yang cukup mendasar dalam teori pengambilan keputusan adalah persepsi. Dalam teori pengambilan keputusan, para pengambil keputusan menganggap pandangan tentang dunia dari sudut tertentu (the world as viewed) lebih penting dibandingakan dengan realitas objektif itu sendiri (Rudy, 2001). Snyder dan peneliti lainnya mengungkapkan adanya internal dan eksternal setting yang mempengaruhi pembuatan keputusan, yang didefiniskannya sebagai faktorfaktor dan kondisi yang secara potensial berperan dalam mempengaruhi tindakan suatu negara. Seberapa besar pentingnya faktor-faktor ini bergantung pada bagaimana para pembuat keputusan mempertimbangkannya (Hara, 1991). Faktor internal dalam kerangka itu mengatur nada irama, mulai dari persinalitas, peranan dan organisasi dalam unit penentuan tadi, melalui struktur pemerintahan di sekitar para pengambil keputusan, sampai keadaan-keadaan fisik dan teknolgi yang beraneka ragam, nilai tujuan, serta pengaruh-pengaruh perorangan dan organisasi yang bekerja dalam masyarakat umumnya. Sedangkan faktor eksternal memuat unsur-unsur yang relevan dalam keadaan seluruhnya dan pada waktu tertentu dalam sistem internasional (McClelland, 1981). 2. Rezim Internasional Rezim merupakan seperangkat prinsip-prinsip, norma-norma, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur pembuatan keputusan baik eksplisit maupun implisit di mana harapan-harapan para aktor-aktor yang ada berkumpul dalam sebuah wilayah hubungan tertentu. Banyak sarana yang digunakan untuk mengatur aktivitasaktivitas melalui suatu rezim, tetapi ada empat hal diantaranya yang perlu diperhatikan, yaitu: Menyusun standar, obligasi, alokasi, dan larangan (Rudy, 2001). Sebagai institusi sosial yang berupaya mengatasi masalah-masalah dalam bidang tertentu, ada 2 (dua) konsekuensi yang terdapat dalam suatu rezim, yakni: Output dari sebuah rezim dapat mengubah lingkungan penerima. Hal lainnya yang cukup penting mengenai konsekuensi sebuah rezim dapat dilihat dari sisi input rezim tersebut (Underdal & Young, 2004). Protokol Kyoto merupakan sebuah rezim lingkungan internasional yang diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997 di bawah perjanjian perubahan iklim PBB, yakni United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Protokol Kyoto merupakan rezim yang tergolong dalam obligasi, di mana rezim ini menentukan langkah-langkah tertentu yang harus maupun dapat ditempuh oleh negara-negara yang meratifikasinya, yakni melalui prinsip kerjasama yang dianutnya. Adapun prinsip kerjasama tersebut, yakni Perdagangan Emisi 795
4 ejournalilmuhubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: (Emission Trading); Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism) dan Implementasi Bersama (Joint Implementation). Metodologi Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah eksplanatif dimana penulis menjelaskan latar belakang Pemerintah Kanada memutuskan untuk mengundurkan diri dari Protokol Kyoto. Data-data yang disajikan ialah data sekunder yang diperoleh melalui telaah pustaka dan literatur-literatur, seperti buku maupun internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif dengan metode ilustratif. Hasil Penelitian Berbagai negara di dunia telah mengalami secara langsung dampak merugikan dari fenomena alam ini. Para ilmuwan memeperkirakan bahwa bencana yang ditimbulkan sebagai akibat dari pemanasan global dan perubahan iklim akan terus berlanjut dan bertambah parah di masa yang akan datang. Kesadaran mengenai bahaya dari dampak pemanasan global terhadap keberlangsungan kehidupan umat manusia di bumi meningkat pada paruh kedua abad ke dua puluh. Para pemimpin dunia berupaya mencari solusi bersama untuk menekan laju pemanasan global. Dalam pertemuan CoP 3 UNFCCC di Kyoto, dicapai sebuah kesepakatan untuk mengadopsi suatu protokol, yang kemudian disebut dengan Protokol Kyoto. Protokol ini merupakan sebuah perjanjian pertama yang bersifat mengikat secara hukum bagi negara-negara maju yang meratifikasinya dalam menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca. Protokol ini kemudian dikenal dengan nama resmi Protokol Kyoto untuk Konvensi Kerangka Kerja PBB dalam Perubahan Iklim (Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change). Kanada dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Jean Chretien yang berasal dari Partai Liberal menandatangani Protokol Kyoto pada tanggal 20 April 1998 ( Sebagai bentuk keseriusan pemerintah Kanada dalam upaya mengatasi masalah perubahan iklim dan upaya penurunan emisi gas rumah kaca, pemerintah Kanada kemudian membentuk suatu undang-undang yakni Kyoto Protocol Implementation Act. Undang-undang ini secara resmi berlaku sejak tahun 2007, dimana undang-undang tersebut merupakan upaya pemerintah Kanada untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kacanya terkait dengan Protokol Kyoto ( Pada 12 Desember 2011 terjadi perubahan sikap oleh pemerintah Kanada terhadap Protokol Kyoto. Melalui Menteri Lingkungan Hidupnya pemerintah mengumumkan pengunduran diri Protokol Kyoto. Pengunduran diri ini kemudian secara resmi disampaikan kepada pihak depositori Protokol Kyoto pada 15 Desember Berdasarkan pasal 27 ayat 2 Protokol Kyoto, Kanada secara resmi dinyatakan mundur dari Protokol Kyoto pada 15 Desember Beberapa faktor yang mendasari pemerintah Kanada pada akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Protokol Kyoto, diantaranya ialah, Faktor internal berasal dari lingkungan yang merupakan kondisi geografis dan alam Kanada; 796
5 Pengunduran Diri Kanada dari Protokol Kyoto (Ike Anggi Yulianto) lingkungan non-manusia yakni ekonomi Kanada yang dipengaruhi oleh kertergantungan Kanada terhadap FDI dan Industri Migas Kanada. Proses politik dimana terjadi perubahan kepemimpinan partai di Kanada juga menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan dan lainnya ialah kegagaglan Kanada dalam mencapai target yang ditetapkan dalam Protokol Kyoto. Faktor eksternal merupakan kondisi sistem internasional yang sedang berlangsung saat ini. Yang pertama dipengaruhi oleh institusi internasional yakni Protokol Kyoto itu sendiri dan yang kedua merupakan kondisi internasional (persaingan ekonomi dengan negara-negara anggota NAFTA lainnya). 1. Faktor Internal a. Lingkungan Kondisi Geografis & Alam Kanada Terletak di belahan bumi bagian utara dengan posisi kordinat berada pada º Bujur timur dan º Bujur Barat menjadikan Kanada sebagai negara yang mengalami empat musim setiap tahunnya dengan suhu mencapai -25º C dianggap sebagai sesuatu yang wajar pada musim dingin. Dengan kondisi lingkungan hidup yang seperti ini, ketergantungan masyarakat Kanada terhadap penggunaan energi listrik untuk penghangat ruangan cukuplah tinggi. Pembangkit listrik di Kanada terdiri dari berbagai berbagai jenis, diantaranya hidroelektrik (60%), batu bara (17,4%), nuklir (14,8%), gas alam (4.1%) dan energi terbarukan (0.5%) ( Meski telah menggunakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan sebagai sumber utama (hidroelektrik 63,1%), namun penggunaan energi listrik di Kanada tetap tinggi yakni berkontribusi sekitar 14% terhadap jumlah total emisi gas rumah kaca Kanada pada tahun 2010, menempati posisi ke tiga dalam urutan sektor penghasil GRK setelah sektor transportasi dan migas ( Hal ini dikarenakan ketergantungan masyarakat Kanada yang cukup besar terhadap penggunaan energi listrik untuk menunjang aktifitas ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Sehingga, menjadi sebuah dilema bagi Pemerintah untuk memaksa masyarakatnya mengubah pola hidup menjadi lebih ramah lingkungan karena dikhawatirkan akan berdampak pada sektor lain seperti ekonomi. b. Lingkungan Non-Manusia Ekonomi Kanada Perkembangan ekonomi yang telah dicapai oleh Kanada selama ini merupakan hasil dari ketergantungan terhadap investasi asing. Pada tahun 1996, perusahaanperusahaan asing terus mendominasi sektor perekonomian Kanada yang melibatkan produksi energi dan industri yang merupakan pengguna energi yang besar. Lebih dari 56 persen dari produksi bahan kimia, produk kimia, tekstil, peralatan transportasi, dan perangkat listrik dan elektronik berada di bawah kendali asing ( Ketergantungan produk domestik bruto (PDB) Kanada terhadap FDI cukup besar, dan bahkan melebihi rata-rata dari keseluruhan negara-negara anggota G-7 yakni 797
6 ejournalilmuhubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: sekitar 30,4 % pada tahun 2006, sementara keseluruhan rata-rata negara G-7 lainnya hanya mencapai angka 17.8% di tahun yang sama ( Untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 6% yang ditetapkan dalam Protokol Kyoto, Pemerintah Kanada perlu melakukan perombakan kebijakan besar-besaran salah satunya dalam bidang industrinya agar menjadi lebih ramah lingkungan dan menghasilkan emisi yang lebih rendah. Inovasi besar-besaran di bidang teknologi dan industri dibutuhkan oleh suatu negara untuk dapat mengembangkan industri yang ramah lingkungan. Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan hal ini tidaklah sedikit. Kanada merupakan pengekspor dari sebagian besar komoditas energi dan juga merupakan produsen dari pembangkit listrik konvensional dan non-konvensional seperti migas dan pembangkit listrik tenaga air. Hal ini salah satunya dipengauhi oleh kondisi alam Kanada yang dikaruniai dengan kelimpahan sumberdaya alam yang cukup tinggi, sehingga menempatkan Kanada sebagai salah satu dari lima produsen energi terbesar di dunia. Ekonomi Kanada relatif energi-intensif dibandingkan dengan negara-negara industri lainnya, hal ini dikarenakan penggunaan minyak bumi untuk keperluan transportasi, gas alam dan pembangkit listrik tenaga air ( Sektor industri migas memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian Kanada, dan menyumbang sekitar 65 Milliar dolar untuk GDP, berkontribusi sekitar 9 Miliar dolar untuk pajak, dan berperan menyediakan lapangan pekerjaan bagi pekerja ( Tidak hanya berperan besar dalam perekonomian Kanada, sektor industri migas juga berperan besar dalam peningkatan emisi GRK, yakni sebesar 22% pada tahun 2010 menempati posisi kedua setelah sektor transportasi. Perubahan kebijakan dalam sektor industri terkait dengan upaya mencapai target Protokol Kyoto dikhawatirkan akan menurunkan minat investasi asing di Kanada. Kekhawatiran ini dinilai cukup beralasan, karena dapat dilihat bahwa pada saat sebelum Pemerintah Kanada akhirnya memutuskan untuk meratifikasi Protokol Kyoto, mayoritas pihak yang menentang berasal dari kelompok ekonomi Kanada, diantaranya ialah Canadian Council of Chief Executives, the Canadian Manufactures and Exporters, dan Canadian Association of Petroleum Producers. (Fatkurrohman, 2009). c. Proses Politik Perubahan Kepemimpinan Partai dalam Pemerintahan Kanada Sebagai negara demokrasi, Kanada menggunakan sistem pemerintahan Parlementer Federal dengan otoritas Ratu Inggris sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Dua partai besar yang memiliki peranan penting dalam sistem politik Kanada adalah Partai Konservatif Kanada dan Partai Liberal Kanada. Perdana menteri Kanada di dominasi oleh pemimpinpemimpin oleh kedua partai ini. Pada akhir tahun 2002 Kanada di bawah kepemimpinan Partai Liberal memutuskan untuk meratifikasi Protokol Kyoto. Namun, terjadi perubahan 798
7 Pengunduran Diri Kanada dari Protokol Kyoto (Ike Anggi Yulianto) kepemimpinan pada tahun 2006, dimana Stephen Harper dari Partai Konservatif menjadi Perdana Meneteri baru Kanada. Partai Konservatif memiliki pandangan yang berbeda terhadap Protokol Kyoto, dimana pada Mei 2006, Menteri Lingkungan Hidup Kanada menyampaikan pernyataan di Bonn, bahwa target Protokol Kyoto terlalu ambisius dan pada November di tahun yang sama, Menteri Lingkungan Hidup Kanada menyatakan bahwa Kanada tidak berniat untuk mencapai target Protokol Kyoto. Wujud nyata dari perubahan sikap Pemerintah Kanada terhadap Protokol Kyoto terbukti ketika pada 12 Desember 2011, melalui Menteri Lingkungan Hidupnya, Pemerintah Kanada secara resmi memberikan pengumuman pengunduran dirinya. Akhirnya pada tahun 2012, Pemerintah Kanada mencabut undang-undangnya yang terkait dengan Protokol Kyoto yakni Kyoto Protocol Implementation Act. d. Kegagalan Kanada dalam Mencapai Target Protokol Kyoto Sebagai Pihak Annex I, Kanada berkewajiban menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 6% dari tingkat emisi pada tahun 1990 sebesar 589 Mt. Sementara setelah meratifikasi Protokol Kyoto, jumlah emisi yang dihasilkan justru meningkat hingga mencapai angka 718 Mt. Berdasarkan perihtungan dalam Protokol Kyoto, Kanada harus menurunkan emisi gas rumah kacanya sebesar 164 Mt. Selama masa komitmen Protokol Kyoto, emisi gas rumah kaca Kanda mencapai angka 731 Mt, akan tetapi terjadi sedikit penurunan di tahun 2009 dengan angka mencapai 690 Mt dan pada tahun 2010 Kanada memproduksi gas rumah kaca sebesar 692 Mt ( Emisi gas rumah kaca Kanada memang mengalami penurunan sejak diratifikasinya Protokol Kyoto oleh negara ini, akan tetapi jika dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 1990 (yang merupakan tahun dasar penurunan emisi gas rumah kaca terkait Protokol Kyoto), emisi gas rumah kaca Kanada tetaplah meningkat. Sehingga Pemerintah Kanada gagal mencapai target penurunan emisi sebesar 6%. Protokol Kyoto merupakan perjanjian yang mengikat secara hukum bagi negaranegara yang meratifikasinya, khususnya negara-negara industri maju. Hal ini kemudian, berdampak terhadap adanya sanksi bagi negara yang kemudian dianggap gagal mencapai target emisi. Sanksi yang akan diterima suatu negara ketika gagal mencapai target penurunan ialah bahwa selisih dari jumlah penurunan yang gagal dicapai oleh Pihak tersebut akan ditambahkan ke Pihak tersebut untuk periode komitmen selanjutnya. Sanksi ini tercantum dalam pasal 3 ayat 2 Protokol Kyoto ( Alternatif lain yang dapat menjadi pilihan pemerintah Kanada untuk dapat mencapai target penurunan emisi ialah melalui salah satu mekanisme yang diatur dalam Protokol Kyoto, yakni perdagangan karbon/emisi (emission trading). Dimana melalui mekanisme ini, Pemerintah Kanada dapat membeli emisi dari negara-negara yang mencapai jumlah penurunan emisi berlebih. Akan tetapi, mekanisme ini memakan biaya yang cukup besar. Pemerintah Kanada harus mengeluarkan biaya mencapai C$ 14 Miliar ( 799
8 ejournalilmuhubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Karena ketidakmampuannya mencapai target penurunan emisi, satu-satunya kebijakan yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Kanada ialah melalui pengunduran diri dari perjanjian ini. Jika terus bertahan tanpa melakukan perdagangan emisi, akan sulit bagi Kanada untuk mencapai target penurunan emisi dalam periode komitmen yang akan datang karena target tersebut akan diakumulasikan dengan target yang gagal dicapai. Sementara perdagangan emisi memakan biaya yang cukup tinggi. Hal ini yang menjadi salah satu alasan Pemerintah Kanada memutuskan untuk mengundurkan diri dari Protokol Kyoto. 2. Faktor Eksternal a. Institusi Internasional Protokol Kyoto Output dari sebuah rezim dapat mengubah lingkungan penerima. Setelah penerapan aturan bersama atau sebuah keputusan penting, rezim melepaskan signal ke lingkungannya. Meskipun signal yang dilepaskan tidak lebih dari pemilihan solusi yang disetujui secara kolektif, tetapi hal ini dapat menyebabkan negara anggota untuk mengadaptasi perilakunya, jika disertai dengan harapan bahwa negara-negara anggota lainnya turut serta melakukan hal serupa, sehingga kerjasama dapat terwujud (Underdal & Young, 2004). Hal ini berarti, keputusan yang diambil oleh negara anggota rezim sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya termasuk di dalamnya sikap dan peranan negara-negara lain terhadap rezim tersebut. Hal serupa berlaku pada kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kanada, sikap beberapa negara yang kemudian dianggap memiliki peranan yang cukup signifikan dalam mengkontribusikan peningkatan produksi gas rumah kaca global, yang kemudian berpengaruh pada kestabilan suhu bumi, mempengaruhi kebijakan yang diambil Pemerintah Kanada terhadap Protokol Kyoto. Ketidakterikatan dan bahkan ketidakterlibatan negara-negara pengkontribusi emisi besar dunia menjadi pertimbangan Pemerintah Kanada untuk kemudian memutuskan mundur dari Protokol Kyoto. China merupakan penghasil emisi nomor satu dunia dengan kontribusi sebesar 19% dari total keseluruhan emisi GRK dunia, menyusul Amerika Serikat ditempat kedua dengan kontribusi sebesar 18%, sementara Uni Eropa berada di tempat ketiga dengan kontribusi sebesar 13 %. Kanada sendiri berada di urutan kedelapan dengan kontribusi sebesar 2% (Government of Canada, 2011). Berkaitan dengan Protokol Kyoto, dua negara kontributor emisi terbesar di dunia tidak memiliki kewajiban dalam hal target penurunan emisi gas rumah kaca, yakni China dan Amerika Serikat. Untuk menciptakan kondisi suhu bumi yang stabil dan layak untuk dihuni oleh makhluk hidup, Protokol Kyoto membutuhkan ratifikasi setidaknya 55 pihak termasuk negara Annex I dengan total emisi GRK minimum sebesar 55% dari total tingkat emisi tahun 1990 dari kelompok negara-negara annex. Hal ini berarti Protokol ini membutuhkan ratifikasi dari negara-negara penghasil emisi besar dunia. 800
9 Pengunduran Diri Kanada dari Protokol Kyoto (Ike Anggi Yulianto) Amerika Serikat merupakan negara penghasil emisi terbesar dunia di antara negara-negara maju lainnya yang tergolong dalan negara Annex I. Pada awal perundingan Protokol Kyoto, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Bill Clinton memberikan sikap pro terhadap Protokol Kyoto melalui pendandatangan perjanjian ini oleh Amerika Seikat pada 12 November 1998 ( Namun dalam perkembangannya, pemerintahan Clinton tidak mengajukan Protokol Kyoto untuk diproses oleh Senat. Setelah tampuk kepemimpinan Amerika Serikat berpindah tangan kepada Presiden George Walker Bush, pemerintah menolak untuk meratifikasi Protokol Kyoto ( China merupakan negara berkembang yang ikut menandatangani perjanjian Protokol Kyoto pada 29 Mei 1998 dan kemudian meratifikasinya pada 30 Agustus 2000 (www. unfccc.int). Akan tetapi, posisi China sebagai negara berkembang menjadikan China masuk dalam golongan negara Non-Annex I. Hal ini berarti, China tidak memiliki kewajiban untuk mencapai target penurunan emisi dalam level tertentu. Padahal, dalam perkembangan dan pembangunan ekonomi dan industrialisasi yang dilakukan oleh China telah menjadikan negeri tirai bambu ini sebagai salah satu kontributor emisi terbesar di dunia. Di sisi lain, Pihak Non-Annex I yang terdiri dari negara-negara berkembang tidak memiliki kewajiban mengikat untuk menurunkan tingkat emisinya, meskipun menyatakan secara suka rela akan berupaya mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca. Namun, tanpa adanya sanksi ekonomi yang jelas, diragukan bahwa suatu negara bersedia mengorbankan pembangunan ekonomi nasionalnya demi mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca pada level tertentu. 801
10 ejournalilmuhubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Grafik1.1 Perkembangan Jumlah Emisi CO2 oleh Negara-Negara Annex I dan Non-Annex I ( ) Pihak Annex I (Protokol Kyoto) Negara Maju Negara Berkembang Pihak Non-Annex Sumber: Waktu akses : 12 Maret 2013 Pukul : 13:56 Pada tahun 1990an sampai dengan awal 2000an, negara-negara maju masih mendominasi sebagai kontributor emisi CO 2. Namun di sisi lain, perkembangan pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang berakibat pada meningkatnya konsumsi CO 2 oleh negara-negara ini, yang kemudian pada tahun 2006, negara-negara Non-Annex mengalahkan negara-negara Annex I sebagai kontributor emisi CO 2, dengan perbandingan negara maju dan berkembang sebesar 45% : 55% pada tahun 2009 ( Hal ini menunjukkan bahwa, sementara negara-negara Annex I berkewajiban menurunkan emisi gas rumah kacanya, negara-negara berkembang tetap melanjutkan pembangunan nasional mereka yang berpengaruh terhadap meningkatnya tingkat emisi gas rumah kaca oleh negara-negara Non-Annex ini. Kegagalan Protokol Kyoto sebagai rezim lingkungan internasional dalam mengikat seluruh negara-negara di dunia (baik negara maju maupun negara berkembang) untuk berkontribusi dalam upaya menciptakan kondisi lingkungan hidup global yang lebih baik, mengakibatkan perjanjian ini kurang memiliki peranan yang signifikan dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim melalui pengurangan emisi gas rumah kaca. Kondisi yang seperti ini kemudian menjadi salah satu pertimbangan Pemerintah Kanada untuk akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari Protokol Kyoto. 802
11 Pengunduran Diri Kanada dari Protokol Kyoto (Ike Anggi Yulianto) b. Kondisi internasional - Persaingan Ekonomi dengan Negara-Negara Anggota NAFTA Sebagai upaya menciptakan suatu mekanisme yang dapat mengatasi sengketa dan untuk menciptakan perdagangan bebas di wilayah Amerika Utara, Pemerintah Kanada, Amerika Serikat dan Meksiko membentuk NAFTA (North America Free Trade Area). NAFTA kemudian mulai berlaku pada 1 Januari Maksud dari dibentuknya perjanjian internasional ini ialah untuk menghapuskan tarif (biaya yang ditambahkan pada nilai jual) atas impor-ekspor barang di antara ketiga negara tersebut. Tujuan lainnya dari peraturan ini ialah untuk menghapuskan kuota tertentu dengan harapan dapat meningkatkan perdagangan di antara ketiga mitra ini (Desaulniers, 2003). Ketiga negara anggota NAFTA terlibat dalam Protokol Kyoto, namun masingmasing negara memiliki posisi yang cukup berbeda. Kanada merupakan satusatunya negara yang meratifikasi Protokol Kyoto sehingga berkewajiban menurunkan emisi GRK sebesar 6% dari tingkat emisi tahun Meksiko meratifikasi Protokol Kyoto pada 7 September Meski demikian, negara ini tergolong dalam pihak non-annex Protokol Kyoto sehingga tidak memiliki target mengikat terkait dengan penurunan emisi gas rumah kaca. Sementara Amerika Serikat memutuskan untuk tidak meratifikasi, meskipun telah menandatangani Protokol Kyoto. Posisi negara-negara anggota NAFTA ini kemudian berpengaruh pada pola persaingan ekonomi yang akan berlangsung. Tanpa target penurunan emisi gas rumah kaca yang mengikat, Meksiko dan Amerika Serikat tetap dapat melanjutkan pembangunan ekonomi berbasis industrialisasi yang sedang berjalan saat ini (yang pada dasarnya menggunakan teknologi yang menghasilkan emisi tinggi dan tidak ramah lingkungan) tanpa adanya sanksi ekonomi bagi bisnisbisnis yang beroperasi di negara ini. Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara-negara yang meratifikasi Protokol Kyoto diwajibkan untuk melaksanakan operasi bisinis yang ramah lingkungan karena berkaitan dengan target penurunan emisi gas rumah kaca di negara-negara tersebut. Hal serupa berlaku pula di Kanada, dimana perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Kanada akan dipaksa untuk mengembangkan industri ramah lingkungan dan hal ini tentunya memakan biaya produksi yang cukup tinggi. Pilihan lain yang kemudian ditawarkan jika suatu negara atau perusahaan tidak mau atau bahkan tidak dapat mengembangkan teknologi ramah lingkungan dalam proses produksinya ialah melalui perdagangan emisi yang merupakan salah satu mekanisme yang ditetapkan dalam Protokol Kyoto. Akan tetapi mekanisme ini pun tetap akan memakan biaya yang cukup tinggi. Dengan kondisi seperti yang dijabarkan di atas, hal ini akan berpengaruh pada turunnya minat investasi asing di Kanada. Berkaitan dengan NAFTA, para investor asing akan lebih memilih untuk berinvestasi di Meksiko dan Amerika Serikat karena negara ini tidak terikat dengan target emisi Protokol Kyoto. Di sisi lain, Meksiko memiliki tenaga buruh yang jauh lebih murah dibandingkan dengan kedua negara anggota NAFTA lainnya. Sehingga, Meksiko akan diuntungkan dengan posisi negara-negara NAFTA dalam Protokol Kyoto yang seperti ini. 803
12 ejournalilmuhubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Kesimpulan Kanada merupakan salah satu negara yang terlibat dan bahkan meratifikasi Protokol ini dan tergolong dalam kelompok pihak Annex I dan berkewajiban untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya sebesar 6% dari tingkat emisi tahun 1990 pada masa komitmen Akan tetapi, terjadi perubahan sikap ketika pada 12 Desember 2011, Pemerintah Kanada memberikan pengumuman resmi bahwa negara ini memutuskan untuk mengundurkan diri dari Protokol Kyoto. Keputusan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: Faktor internal berupa kondisi geografis Kanada yang mengakibatkan ketergantungan terhadap konsumsi listrik mengingat iklim di negara ini berada pada suhu yang cukup rendah sehingga penggunaan energi listrik untuk pemanas ruangan cukup tinggi. Yang kedua ialah ketergantungan ekonomi Kanada terhadap FDI dan sektor industri migas. Faktor internal ketiga adalah proses politik yang terjadi di Kanada, dimana terajdi perubahan kepemimpinan partai yakni dari partai liberal ke partai konservatif yang memiliki pandangan yang berbeda mengenai Protokol Kyoto. Sementara faktor internal terakhir yang mempengaruhi adalah kegagalan pemerintah Kanada dalam mencapai target yang ditetapkan dalam Protokol Kyoto. Faktor eksternal merupakan institusi internasional, yakni Protokol Kyoto itu sendiri yang dianggap gagal mengikat seluruh negara-negara yang berkontribusi dalam meningkatnya GRK untuk terlibat aktif dalam aksi menurunkan emisi GRK global. Sementara faktor yang kedua merupakan kondisi internsional, dimana terdapat persaingan ekonomi antara Kanada dan negara-negara anggota NAFTA lainnya yang merupakan mitra sekaligus pesaing ekonomi Kanada. Referensi Buku Almakusumah, dkk Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media Massa. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Desaulniers, Kristi L Modern World Nations : Canada. Philadelphia : Chelsea House Publishers. Fatkurrohman Pemanasan Global dan Lubang Ozon: Bencana Masa Depan. Yogyakarta : Media Wacana. Hara, A. Eby Decision Making Theories dalam Studi Hubungan Internasional: Suatu Upaya Teorisasi. AIPI+LIPI, Jurnal Politik 9. Jakarta: PT. Grmadia Pustaka Umum. McClelland, Charles A Ilmu Hubungan Internasonal: Teori ddan Sistem. terj. Mien Joebhaan dan Ishak Zahik. Jakarta: Penerbit CV Rajawali. Mudiyarso, Daniel Protokol Kyoto: Implikasinya bagi Negara Berkembang. Jakarta : Kompas. 804
13 Pengunduran Diri Kanada dari Protokol Kyoto (Ike Anggi Yulianto) Rudy, T May Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung : Refika Aditama. Soemarwoto, Otto Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung : Djambatan. Underdal, Arild, dan Oran Young Regimes Concequences : Methodological Challenges and Research Strategies. Massachusetts : Kluwer Academic Publisher. Internet The Kyoto Protocol Issue in Canada. Lihat pada : waktu akses : Jumat, 24 Februari 2012 pukul : 19:52 wita Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change. Lihat pada : waktu akses : Jumat, 24 Februari 2012 Pukul 20:05 Wita Status of Ratification of The Kyoto Protokol lihat pada: waktu akses: Sabtu, 19 Januari 2013 pukul: wita Green House Gas Emisdion Data Lihat Pada : Waktu Akses : 3 April 2013 Pukul : 19:54 Wita The Kyoto Protocol : Implications of a Flawed but Important Environmental Policy Lihat pada: qed.econ.queensu.ca/pub/cpp/sep2000/magnusson.pdf Waktu Akses : 4 Januari 2013 Pukul : 14:00 Wita What does Canada s withdrawal from Kyoto Protocol means? Lihat Pada waktu akses : Rabu, 22 Februari 2012 pukul : 08:32 Wita The Contributions of The Canadian Oil and Gas Service Sector to the Canadian National Economy Lihat Pada : 05CERIOilandGasReport.pdf waktu akses : Sabtu, 1 Juni Pukul : 07:23 Kyoto Protocol and The United States lihat pada : Waktu akses : 4 Maret 2013 Pukul : Wita Current Publications : Economics and Finance : Overview of Canadian Foreign Direct Investment Lihat Pada : 805
14 ejournalilmuhubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: Waktu Akses : Rabu, 13 Maret 2013 Pukul : 18:28 Kyoto Protocol Implementation Act Lihat Pada : Waktu Akses : 30 November 2012 Pukul : 10:30 Wita 806
BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat
BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.
Lebih terperinciNations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciUPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI
UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( 1998 2011 ) RESUME SKRIPSI Disusun Oleh : Pongky Witra Wisesa (151040295) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global telah menjadi isu politik dan bisnis yang semakin penting bagi sebagian besar negara. Ada panggilan yang kuat dari lingkungan, bisnis dan pemimpin
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lampiran 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya
PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini, aktivitas operasional perusahaan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan dan sosial, Hal ini menyebabkan berbagai pihak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciIUCN Merupakan singkatan dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources sering juga disebut dengan World Conservation Union adalah sebuah organisasi internasional yang didedikasikan
Lebih terperinciSAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini manusia di seluruh dunia (termasuk Indonesia) berteriak akan adanya pemanasan global yang berakibat terjadinya perubahan iklim. Kekhawatiran
Lebih terperinci2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara alami perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal untuk mempertahankan keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability). Keberlanjutan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.
ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan
Lebih terperinciPENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM
PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PROTOKOL KYOTO DALAM MENGURANGI TINGKAT EMISI DUNIA MELALUI CLEAN DEVELOPMENT MECHANISM Disusun oleh: DANIEL AGA ARDIANTO NPM : 02 05 08058 PROGRAM STUDI : Ilmu Hukum PROGRAM
Lebih terperinciPerlindungan Terhadap Biodiversitas
Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu pemanasan global sudah sering dibicarakan pada media berita dan masyarakat sendiri sudah tidak asing lagi dengan kata pemanasan global. Namun isu pemanasan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan
Lebih terperinciKerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM
Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Pokok Bahasan Tentang Konvensi Struktur Konvensi Peluang dukungan dan dana Tentang Protokol Kyoto Elemen & Komitmen Protokol Kyoto
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi
Lebih terperinciEMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR
EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR Dr. Armi Susandi, MT Program Studi Meteorologi Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciPerubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara
Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional kontemporer di era globalisasi modern saat ini tidak hanya memperhatikan isu politik antar negara saja, tetapi isu-isu lain juga terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama pada semua sektor kehidupan. Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, maka meningkat pula permintaan energi listrik. Suplai
Lebih terperinciPERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK
PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia sebagian besar berprofesi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memicu terjadinya pemanasan global. Padahal konsep mengenai green accounting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahunterakhir ini terjadi perubahan yang signifikan pada ilmu ekonomi, aktivitas konsumsi yang dilakukan manusia secara sadar atau tidak telah memicu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Laju pertumbuhan Produk domestik bruto (PDB) Saudi Arabia selama kuartal kedua tahun 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan menegenai latar belakang masalah yang melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam pendahuluan juga akan dijelaskan tujuan
Lebih terperinciSUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI
MATERI SUMBER DAYA ENERGI Energi fosil Dampak penggunaan energi fosil Energi alternatif Upayapenurunan penurunan emisi gas rumah kaca Kyoto Protocol JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA Apakah ada aspek kehidupan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun
Lebih terperinciPertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi dunia mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciANCAMAN GLOBALISASI. Ali Hanapiah Muhi Juli, komunikasi. Revolusi informasi mengarahkan kita ke dalam milenium ketiga
ANCAMAN GLOBALISASI Ali Hanapiah Muhi Juli, 2011 Konsep globalisasi dipahami sebagai kegiatan ekonomi, teknologi serta komunikasi. Revolusi informasi mengarahkan kita ke dalam milenium ketiga yang tidak
Lebih terperinciPENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen
Modul ke: PENGANTAR BISNIS Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat Fakultas EKONIMI DAN BISNIS Oleh: Catur Widayati, SE.,MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Sejarah Perekonomian Amerika ABAD
Lebih terperinciPeningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)
Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat
0 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, dituliskan mengenai gambaran secara umum dari isi skripsi yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau dalam
Lebih terperinciPERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL Oleh: NANI TUARSIH 0810512064 Mahasiswa Program Strata
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciPERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan menjadi salah satu isu utama di dalam hubungan internasional kontemporer. Hal ini terjadi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran publik dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses
BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya
PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang
Lebih terperincitersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota
Lebih terperinciIsu-isu Kontemporer Politik Cina (III)
Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III) 1. LINGKUNGAN HIDUP Salah satu isu yang menjadi masalah domestik kontemporer di Cina adalah lingkungan hidup. Ini terkait dengan adanya proses industrialisasi yang
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian sampai saat ini masih mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional, sektor
Lebih terperinciRencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara, Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara,
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi isu lingkungan yang paling banyak dibicarakan saat ini, baik pada tataran ilmiah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan
Lebih terperinciPandangan Indonesia mengenai NAMAs
Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, dituliskan mengenai gambaran secara umum dari isi
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, dituliskan mengenai gambaran secara umum dari isi skripsi yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Amerika Serikat Dibawah Pemerintahan Presiden Barrack Hussain Obama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi
Lebih terperinciMATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI
MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar
Lebih terperinciDAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI Ida Bagus Gde Restu Adhi
DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI 1978 Ida Bagus Gde Restu Adhi 0921105004 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas
Lebih terperinciRencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak negara di berbagai penjuru dunia dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di masing-masing
Lebih terperinci1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
100 1 BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses penandatangan MoU Microsoft - RI. Proses tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses politisasi hak kekayaan intelektual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat
Lebih terperinciIntegrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek
Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi
Lebih terperinciPercepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil
Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5
Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas, arus informasi menjadi sangat bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga mencuat dalam pertemuan umum pemimpin APEC di Sydney dan. Berbagai fakta mudah sekali ditemukan bahwa pemanasan global telah
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanasan global (global warming) adalah isu yang akan terus menghangat dalam beberapa dekade kedepan. Terakhir, isu pemanasan global juga mencuat dalam pertemuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor
BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga
Lebih terperinciUraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018
Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Genderang perang dagang yang ditabuh oleh Amerika Serikat (AS) meresahkan banyak pihak. Hal ini akibat kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang membatasi
Lebih terperinciTANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Apakah yang dimaksud dengan Efek Rumah Kaca (ERK) dan penyebabnya? Efek Rumah Kaca dapat divisualisasikan sebagai sebuah proses. Pada kenyataannya, di lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,
Lebih terperinciINDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI
Juli 2007 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Juli 2007, secara tahunan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan non niaga, sedangkan kontraksi tertinggi terjadi pada penjualan minyak diesel.
Lebih terperinci