BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM. lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM. lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim."

Transkripsi

1 BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM Dalam bab II ini, penulis akan membahas mengenai dinamika politik lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim. Awalnya akan dituliskan mengenai perkembangan isu perubahan iklim dari awalnya Protokol Kyoto hingga terbentuknya Perjanjian Paris. Dalam hal ini pula akan membahas tentang ratifikasi Protokol Kyoto yang dilakukan oleh Perdana Menteri Jean Chretien berlanjut dengan dikeluarkannya Kanada dari Protokol Kyoto oleh Perdana Menteri Stephen Harper serta latar belakang dibalik keputusannya. Munculnya Perjanjian Paris sebagai sebuah perjanjian iklim terbaru yang telah diratifikasi oleh Perdana Menteri Justin Trudeau dan usulan kebijakannya untuk isu perubahan iklim akan dijelaskan juga dalam bab ini. A. Isu Perubahan Iklim Persoalan lingkungan mulai menjadi topik berawal pada pertengahan abad ke-20 ketika tumbuh kesadaran pada masyarakat tentang perubahan yang terjadi pada sistem bumi mulai mempengaruhi keberlangsungan masa depan manusia. Ketika sistem bumi sebagai sebuah penyangga kehidupan mulai terganggu dan tidak mampu lagi untuk memopang kehidupan di permukaan bumi maka muncullah berbagai permasalahan lingkungan yang tentu dapat mengancam kehidupan makhluk hidup. Tekanan pada planet ini sekarang mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengalami percepatan pada skala yang masih baru bagi manusia. Permasalah lingkungan yang terjadi akan 16

2 memberikan dampak pada seluruh permukaan planet bumi sehingga tidak ada satu negarapun yang luput dari dampak tersebut, karena dampak dari perubahan lingkungan melapaui batas administrasi dan geo-politik suatu negara serta tidak memandang negara penyebab atau sumber kerusakan. 1 Publikasi dari BBC News yang melaporkan bahwa setidaknya ada enam permasalahan lingkungan hidup yang harus dicari solusinya dan perlu segera dilakukan upaya internasional dalam rangka menyelamatkan planet bumi dan masa depan kelangsungan hidup geneasi di masa mendatang, diantaranya; 2 a. Makanan: diperkitrakan 1 dari 6 orang di dunia menderita kelaparan dan gizi buruk b. Air: diperkitakan pada tahun 2025, du pertiga orang di dunia akan mengalami krisis air yang parah c. Energi: produksi minyak bumi mencapai puncaknya dan mulai menurun pada tahun 2010 d. Perubahan iklim: tantangan terbesar adalah perubahan iklim, akibat dari perubahan iklim ini menyebabkan meningkatnya badai, banjir, kekeringan dan hilangnya spesies e. Keanekaragaman hayati: bumi yang sekarang telah memasuki tahan kepunahan spesies keenam terbesar 1 Surakusumah, Wahyu. Konsensus Global sebagai Solusi Permasalahan Lingkungan Global (Pemanasan Global). Jurusan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia 2 Rachman, Bilhuda Amirur. (2013). Latar Belakang yang Mempengaruhi Kanada Keluar dari Protokol Kyoto. Skripsi S1 Ilmu Hubungan Internasional. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hal 31 17

3 f. Polusi: bahan kimi berbahaya ditemukan di semua generasi baru dan diperkirakan satu dari empat orang di dunia terpapar polusi udara yang tidak sehat. Salah satu diantara keenam isu diatas yang memerlukan perhatian dan tindakan segera adalah isu perubahan iklim sebagai dampak dari terjadinya pemanasan global. Pemanasan global muncul sebagai efek dari fenomena gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi ada juga timbul akibat aktifitas manusia. Ada enam jenis gas rumah kaca, yaitu karbondioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hydrochlorofuorokarbons (HFCs), chlorofluorocanbons (CFCs), dan sulfur heksafluorisa (SF 6 ). Dibandingkan gas rumah kaca lainnya, CO 2 merupakan gas yang paling besar konsentrasinya di atmosfer. Oleh karena itu, CO 2 dijadikan sebagai acuan dalam mengkonveksi satuan gas rumah kaca berdasarkan Potensi Pemanasan Global (Global Warming Potential/GWP). 3 Apabila konsentrasi gas rumah kaca meningkat di troposfer, panas yang diabsorbsi dan dihamburkan kembali ke permukaan bumi akan semakin besar pula, sehingga temperatur rata-rata bumi mungkin akan meningkat, akibat dari meningkatnya temperatur bumi ini diperkirakan akan menyebabkan kenaikan permukaan laut, perubahan pola angin, penumpukan es dan salju di kutub, meningkatnya badai atmosferik, perubahan curah hujan dan siklus hidrologi, perubahan ekosistem hutan, daratan dan ekosistem alami lainnya. Pada akhirnya 3 Ibid Hal 36 18

4 kondisi ini akan berdampak pada kelangsungan kehidupan manusia. 4 Menanggapi bergabai dampak yang ditimbulkan oleh isu perubahan iklim ini, dibutuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dalam masyarakat. Upayaupaya untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan ini telah dilakukan baik negara maupun organisasi internasional. Perubahan iklim ini merupakan masalah global yang tentu tidak bisa dilakukan secara sendiri oleh negara melainkan membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan negara lain untuk menciptakan suatu solusi bersama yang dapat mencegah bahaya atau dampak dari perubahan iklim ini. 1. Protokol Kyoto Pada tahun 1992, di Rio de Jeneiro, Brazil, diadakan Koverensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang lingkungan hidup. Konferensi ini disebut dengan Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conference on Environment and Development) atau juga dikenal sebagai KTT Bumi karena yang hadir pada konferensi tersebut adalah para kepala negara dan pemerintahan yang membicarakan tentang masalah keselamatan bumi. Dalam konferensi tersebut menghasilkan: a. Deklarasi Rio b. Konvensi tentang Perubahan Iklim c. Konvensi tentang Keanekaan Hayati 4 Ibid Hal 37 19

5 d. Prinsip tentang Hutan. 5 Konvensi tentang Perubahan Iklim menjadi salah satu hasil dari konferensi tersebut. Kemudian, PBB sepakat membentuk sebuah badan kerangka kerja yang disebut United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Badan ini bertujuan untuk menstabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim. Tingkat konsentrasi yang dimaksud harus dapat dicapai dalam satu kerangka waktu tertentu sehingga memberikan waktu yang cukup kepada ekosistem untuk beradaptasi secara alami terhadap perubahan iklim dan dapat menjamin produksi pangan tidak terancam dan pembangunan ekonomi dapat berjalan secara berkelanjutan. Konvensi Perubahan Iklim berkekuatan hukum sejak 21 Maret 1994, dimana negara-negara yang meratifikasi Konvensi dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu Negara Annex I dan Negara Non-Annex I. Negara Annex I adalah negara-negara penyumbang emisi GRK sejak revolusi industri. Sedangkan Negara Non-Annex I adalah negara-negara yang tidak termasuk dalam Annex I yang kontribusinya terhadap emisi GRK jauh lebih sedikit dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah. 6 Untuk menjalankan tujuan Konvensi, UNFCCC membentuk badan pengambilan keputusan tertinggi yaitu Pertemuan Para Pihak (Conference of the Parties, COP). Fungsi dari Pertemuan Para Pihak adalah mengkaji pelaksanaan 5 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. (2011). Buku Referensi Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Hal United Nations Framework Convention on Climate Change. List List of Annex I Parties to the Convention. Diakses pada 09 Mei 2017, dari 20

6 Konvensi, memantau pelaksanaan kewajiban para Pihak sesuai tujuan Konvensi, mempromosikan dan memfasilitasi pertukaran informasi, membuat rekomendasi kepada Para Pihak, dan mendirikan badan-badan pendukung jika dipandang perlu. COP/CMP merupakan pertemuan tahunan Para Pihak United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC dan Conferences of the Parties serving as meeting of parties to the Protokol Kyoto (CMP). COP/CMP adalah otoritas pengambilan keputusan tertinggi di bawah UNFCCC. 7 Gambar 1. Struktur Konvensi Perubahan Iklim Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan Nationally Determined Contribution. Edisi 1 7 Ridha, D. M. (2016). Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, dan Nationally Determined Contribution Edisi 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hal 9 21

7 Pertemuan COP/CMP didukung dengan 2 (dua) badan yaitu Badan Pendukung terkait dengan aspek ilmiah dan teknologi atau Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA) dan Badan Pendukung Untuk Pelaksanaan Konvensi atau Subsidiary Body for Implementation (SBI). SBSTA memberikan informasi dan rekomendasi ilmiah serta teknologis secara tepat waktu kepada COP, sedangkan SBI membantu COP mengkaji pelaksanaan dari Konvensi. Untuk mengimplementasikan tujuan Konvensi Perubahan Iklim yakni menstabilkan konsentrasi GRK agar tidak mengganggu sistem iklim. UNFCCC menggelar Konferensi Para Pihak yang ketiga atau COP-3 yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang, tahun 1997, dalam pertemuan tersebut dihasilkan suatu konsensus berupa keputusan bersama (Decision 1/CP.3) untuk mengadopsi Protokol Kyoto untuk Konvensi kerangka PBB tentang Perubahan Iklim. 8 Protokol Kyoto merupakan dasar bagi Negara-negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca gabungan mereka paling sedikit 5% dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang periode Komitmen yang mengikat secara hukum ini, bertujuan mengembalikan tendensi peningkatan emisi yang secara historis dimulai di negara-negara tersebut 150 tahun yang lalu. Protokol Kyoto menempatkan beban yang lebih berat untuk negara-negara maju, dengan berdasarkan pada prinsip common but differentiated responsibilities. Protokol Kyoto mengatur mekanisme penurunan emisi GRK yang dilaksanakan negara-negara maju maupun berkembang, yakni: (1) Implementasi Bersama (Joint 8 Ibid. Hal 10 22

8 Implementation), (2) Perdagangan Emisi (Emission Trading); dan (3) Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM). Joint Implementation (JI) dapat ditemukan dalam Pasal 6 Protokol Kyoto, merupakan mekanisme penurunan emisi dimana negara-negara Annex I dapat mengalihkan pengurangan emisi melalui proyek bersama dengan tujuan mengurangi emisi GRK. Emission Trading (ET) atau perdagangan emisi atau yang lebih dikenal dengan istilah Carbon Trading, ini merupakan mekanisme perdagangan emisi yang dilakukan antar negara industri, dimana negara industri yang emisi GRK-nya di bawah batas yang diizinkan dapat menjual kelebihan jatah emisinya ke negara industri lain yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Mekanisme ini terdapat dalam pasal 17 Protokol Kyoto. Clean Development Mechanism (CDM) yang dapat ditemukan dalam pasal 12 dari Protokol Kyoto. Mekanisme ini bertujuan agar negara Annex I dapat mencapai target pengurangan emisi melalui program pengurangan emisi GRK di negara berkembang. Beberapa prinsip yang terkandung di dalam Protokol Kyoto, sebagai berikut: 1. Komitmen terikat untuk negara Annex I. Tujuan utama adalah dibuatnya komitmen terikat secara hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang diperuntukkan untuk negara-negara kategori Annex I. 2. Implementasi. Dalam rangka memenuhi tujuan dari Protokol, Annex I wajib membuat kebijakan dan langkah-langkah untuk mengurangi gas rumah kaca di negara masing-masing. Selain itu, mereka diwajibkan untuk meningkatkan penyerapan gas-gas dan memanfaatkan semua mekanisme yang tersedia, seperti implementasi bersama, mekanisme pembangunan 23

9 bersih dan perdagangan emisi, agar dapat mencapai target pengurangan emisi. 3. Meminimalkan dampak terhadap Negara Berkembang dengan membentuk dana adaptasi perubahan iklim. 4. Akuntansi, Pelaporan dan Ulasan untuk memastikan integritas Protokol. 5. Pemenuhan. Membentuk Komite Kepatuhan untuk menegakkan kepatuhan terhadap komintem dalam protokol. Setelah diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997, Protokol Kyoto mulai untuk ditandatangani pada tanggal 16 Maret Sesuai dengan ketentuan Pasal 25, Protokol Kyoto secara efektif akan berlaku 90 hari setelah diratifikasi oleh paling sedikit 55 Pihak Konvensi, termasuk negara-negara maju dengan total emisi CO 2 paling sedikit 55 persen dari total emisi tahun 1990 dari kelompok negara-negara industri. Protokol Kyoto memasuki awal berlakunya (entered into force) pada 16 Februari Pengaturan yang lebih rinci untuk mengimplementasikan Protokol Kyoto telah diadopsi pada COP-7 tahun 2001 di Marrakesh, Morocco, yang selanjutnya dikenal sebagai "Marrakesh Accords." Periode komitmen pertama dari pelaksanaan Protokol Kyoto telah dimulai tahun 2008 dan berakhir tahun Perjanjian Paris Konferensi tahunan UNFCCC yang ke-21 atau COP21/CMP11 UNFCCC, yang di selenggarakan di Paris, 30 November 12 Desember Pada pertemuan tersebut Negara Pihak telah menyepakati untuk mengadopsi 9 Ibid. Hal 11 24

10 serangkaian keputusan di antaranya yakni Keputusan 1/ CP.21 on Adoption of the Paris Agreement sebagai hasil utama. Perjanjian Paris mencerminkan kesetaraan dan prinsip tanggung jawab bersama yang dibedakan sesuai kapabilitas Negara Pihak, dengan mempertimbangkan kondisi nasional yang berbeda-beda (common but differentiated responsibilities and respective capabilities, in the light of different national circumstances). Perjanjian Paris bertujuan untuk menahan peningkatan temperatur rata-rata global jauh di bawah 2 C di atas tingkat di masa pra-industrialisasi dan melanjutkan upaya untuk menekan kenaikan temperatur ke 1,5 C di atas tingkat pra industrialisasi. Selain itu, Perjanjian Paris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim, menuju ketahanan iklim dan pembangunan rendah emisi, tanpa mengancam produksi pangan, dan menyiapkan skema pendanaan untuk menuju pembangunan rendah emisi dan berketahanan iklim. 10 Perjanjian Paris ini merupakan sebuah persetujuan seperti hukum internasional sehingga negara-negara yang meratifikasi ini akan terikat pada isi perjanjian ketika mulai diberlakukan. Perjanjian Paris secara efektif akan berlaku 30 hari setelah diratifikasi oleh paling sedikit 55 Negara Pihak Konvensi yang jumlah total emisinya sekurang-kurangnya 55 persen dari jumlah total emisi gas rumah kaca global. Secara keseluruhan, Perjanjian Paris berisi 5 poin penting sebagai berikut: Pertama, upaya mitigasi dengan cara mengurangi emisi untuk mencapai ambang batas kenaikan suhu bumi sesuai dengan yang disepakati yakni di bawah 10 Ibid. Hal 12 25

11 2 C dan diupayakan ditekan hingga 1,5 C. Penekanan emisi hingga 1,5 C adalah untuk mengurangi dampak dari pemanasan global yang dapat mempengaruhi negara-negara di dunia khususnya bagi kelompok negara SIDS (Small Island Developing States) dan negara LDC (Least Developed Countries). Kedua, sistem penghitungan karbon dan pengurangan emisi yang dilakukan secara transparan. Setiap negara harus mempersiapkan Nationally Determined Contribution (NDC) yang merupakan mekanisme bagi setiap negara untuk menunjukan upaya negara menurunkan emisi. Disebutkan dalam isi perjanjian bahwa, NDC ini akan dikomunikasikan dan ditinjau setiap 5 tahun sekali untuk melihat perkembangan negara dengan dilakukan secara transparan, jelas dan sesuai dengan integritas lingkungan. Ketiga, langkah-langkah adaptasi dengan memperkuat kemampuan negara-negara untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim. Disebutkan dalam Pasal 7 isi Perjanjian Paris bahwa perubahan iklim ini merupakan tantangan global yang dihadapi oleh seluruh negara, sehingga setiap negara harus saling mendukung dalam upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim dengan meningkatkan kemampuan negara seperti saling berbagi informasi, pengalaman, teknologi, membantu negara-negara berkembang dalam menemukan upaya efektif. Keempat, memperkuat upaya dalam pemulihan akibat dari kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Upaya pemulihan ini dalam bentuk dana yang diberikan kepada negara-negara yang telah mengalami kerugian akibat dari kerusakan yang diakibatkan oleh perubahan iklim seperti tenggelamnya pulau- 26

12 pulau akibat dari meningkatnya permukaan air laut, kerusakan akibat badai seperti angin topan. Kelima bantuan pendanaan, terkait dengan pendanaan bagi negara-negara untuk membangun ekonomi hijau dan berkelanjutan. Untuk membantu dan memungkinkan negara berkembang memenuhi komitmennya dalam mengurangi emisi, Perjanjian Paris menguluarkan mandat kepada negara maju guna menyediakan sumbar daya keuangan (Pasal 9), transfer teknologi (Pasal 10), dan meminta kepada seluruh negara pihak untuk bekerja sama dan meningkatkan kamampuan (Pasal 11). B. Kanada dan Perjanjian Perubahan Iklim Gambar 2. Peta Kanada Kanada dikenal sebagai salah satu negara terbesar kedua di dunia menurut ukuran luas wilayah. Menjadi sebuah negara besar, Kanada memiliki berbagai 27

13 ekosistem, danau dan sungai menutupi 7 persen wilayah negara. Bagian selatan Kanada beriklim sedang sementara daerah utara dekat dengan wilayah artik. Termasuk dalam kelompok negara industri dan teknologi maju, perekonomian. Kanada merupakan salah satu negara maju yang mempunyai emisi cukup besar yaitu sebesar 22,9 metric ton CO untuk per kapita terbesar ketiga setelah Australia dan Amerika Serikat, dan 2,0% untuk emisi global dengan urutan kedelapan. 11 Terhadap perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global akan mempunyai berbagai macam dampak yang akan dialami oleh Kanada. Pertama, kenaikan suhu selama tahun 1948 hingga 2013, rata-rata suhu tahunan di Kanada mencapai 1.6 C, tingkat pemanasan yang tinggi dibandingan negara lain di dunia. Bagian utara Kanada mengalami peningkatan suhu yang sangat ekstrim, perbedaan suhu yang terjadi di musim dingin dan musim semi berkontribusi terhadap dampak perubahan iklim yang dirasakan Kanada. Kedua, pemanasan global akan menaikkan frekuensi intensitas badai. Kanada merupakan negara maritime dengan 8 dari 10 provinsi dan 3 wilayah yang berbatasan dengan laut (termasuk teluk Hudson Bay). Sehingga banyak daerah Kanada juga akan merasakan dampak dari perubahan lingkungan laut, termasuk perubahan rata-rata permukaan laut, rezim gelombang, dan kondisi es. Pengurangan drastir dari lapisan es di laut Kutub Utara telah terbukti dan telah dikaitkan dengan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia. Upaya pemerintah Kanada untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang akan 11 Chastko, P. A. (2004). Developing Alberta's Oil Sands: From Karl Clark to Kyoto. Calgary: University of Calgary Press. 28

14 dirasakan oleh masyarakat dan juga terhadap perekonomian negara telah dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan nasional maupun internasional seperti bergabung dalam perjanjian-perjanjian perubahan iklim Kanada Ratifikasi Protokol Kyoto Awal keikutsertaan Kanada dalam perjanjian Perubahan Iklim adalah meratifikasi Protokol Kyoto tahun 2002 pada masa pemerintahan Liberal dibawah pimpinan Perdana Menteri Jean Chretien. Dengan meratifikasi Protokol Kyoto, maka Kanada berkomitmen untuk menurunkan emisi sebanyak 6% atau sekitar 570 metric tonnes (Mt). Pilihan pemerintah untuk meratifikasi Protokol Kyoto menuai banyak kritik dari pihak oposisi yakni Partai Aliansi Konservatif (sekarang menjadi Partai Konservatif Kanada), industri minyak dan gas, serta pemerintah Alberta sebagai provinsi industri besar di Kanada. Bagi para oposisi, Protokol Kyoto ini dapat membahayakan perekonomian negara terutama dalam bidang tambang, minyak dan gas. 13 Namun, terdapat beberapa pihak yang menyetujui Protokol Kyoto ini untuk diratifikasi Kanada yakni Partai Liberal Kanada, National Democratic Party (NDP), Parta Hijau dan juga para NGO. Bagi pihak pendukung ini memiliki pemikiran yang berbeda terkait dengan kepentingan ekonomi dalam Protokol ini, menurut mereka mengimplementasikn Protokol Kyoto dapat membuka kesempatan untuk membentuk pasar hijau yang berarti bahwa terbukanya 12 Smith, B. (2015, Agustus 6). Canada: Environmental Issues, Policies and Clean Technology. Diakses pada 28 April 2017, dari AZO Cleantech: 13 Smith, Heather. A. (2008). Political Parties and Canadian Climate Change Policy. International Journal Winter , Hal

15 kesempatan pekerjaan dan inovasi industri yang dapat memberikan keuntungan dengan investasi pada pembentukan industri hijau. Selain itu, letak geografis Kanada yang dekat dengan kutub utara rentan terhadap perubahan iklim, maka dari itu membutuhkan bantuan dari negara-negara lain agar terhindar dari dampak yang akan dirasakan oleh Kanada. Beberapa scholars mengemukakan pendapatnya terkait pilihan Perdana Menteri Jean Chretien ini, menurut Smith ini merupakan masalah spekulasi, salah satu alasan kuat adalah bahwa partai Liberal berpikir Kanada bisa memiliki pengaruh lebih pada perjanjian ini dengan berada di dalam protokol dari pada berdiri sendiri di luar protokol ini. Dengan menjadi bagian dari Protokol Kyoto, bisa memberikan Kanada peluang untuk mempengaruhi perjanjian ini sehingga sesuai dengan kepentingan Kanada kedepannya. Kedua, keinginan Kanada untuk terlihat sebagai pemimpin dalam skala internasional dalam masalah lingkungan. Dengan menunjukan etikat politik, Kanada dapa terhindar dari kritik yang dialami oleh Amerika Serikat pasca keputusannya untuk keluar dari ratifikasi Protokol Kyoto. 14 Meskipun terdapat banyak kritik terkait dengan Protokol Kyoto yang dilayangkan oleh Partai Konservatif dan Aliansi industri, Perdana Menteri Jean Chretien berhasil mendapatkan suara mayoritas untuk ratifikasi Protokol Kyoto di dalam House of Commons atau parlemen Kanada pada tahun Hal ini tidak terlepas dari dukungan Partai Liberal, National Democratic Party (NDP), dan 14 Ibid. Hal

16 Partai Bloque Quebecois. Kemudian setelah itu, secara resmi Protokol Kyoto diratifikasi oleh Kabinet Kanada Kanada Keluar dari Protokol Kyoto Setelah Partai Konservatif menduduki pemerintahan pada tahun 2006, terdapat beberapa kekhawatiran terkait dengan masa depan kebijakan Perubahan Iklim Kanada. Stephen Harper sebagai Perdana Menteri Kanada sekaligus sebagai pemimpin Partai Konservatif pernah menulis kepada aliansi oposisinya pada tahun 2002 bahwa Protokol Kyoto merupakan sebuah Konspirasi Sosialis untuk menarik uang dari negara kaya, dan juga sebagai pemimpin partai, Stephen Harper menyatakan bahwa akan membatalkan Protokol Kyoto. 16 Dia juga mempertanyakan ilmu yang membuktikan otentisitas dan keabsahan data-data yang menerangkan bahwa oemanasan global sebagai ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia dan planet bumi bagi generasi mendatang. 17 Puncak dari keputusan Stephen Harper adalah dengan menarik Kanada dari Protokol Kyoto pada tahun Dinyatakan bahwa Protokol Kyoto sebagai kebijakan lingkungan yang tidak realistis bagi negaranya khususnya dalam menekan tingkat emisi gas buang dibawah 6% sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Protokol Kyoto. Target ini sangat sulit dicapai oleh Kanada mengingat Kanada merupakan salah satu negara industri maju dengan tingkat konsumsi 15 Ibid. Hal CBCNews. (2004, Juni 09). Conservative government would scrap Kyoto: Harper. Diakses pada 09 Mei 2017, dari CBC News: Canada: 17 Smith, Heather. A. (2008). Political Parties and Canadian Climate Change Policy. International Journal Winter , Hal 58 31

17 bahan bakar fosil yang sangat besar dan mobilitas transportasi yang sangat padat. Hal ini diperparah dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca Kanada pada laporan tahunan di COP-15 yang diselenggarakan di Copenhagen. Pada pertemuan tersebut, dilaporkan bahwa terjadi peningkatan jumlah emisi Kanada mencapai 17%, lebih besar dari tahun 1990 dan tentu meningkatkan target penurunan emisi 6% yang harus dipenuhi hingga tahun Kenaikan jumlah emisi ini diakibatkan karena peningkatan jumah hydrocarbons CH4 dari energi minyak pasir yang terdapat di wilayah Alberta, Kanada. Dengan adanya peningkatan emisi ini semakin memberikan dorongan terhadap pemerintahan Stephen Harper untuk menarik Kanada dari protokol Kyoto. 18 Terdapat 4 alasan utama yang menyebabkan keputusan ini dikeluarkan oleh pemerintahan perdana menteri Stephen Harper, yakni; 19 i. Protokol Kyoto sangat rentan dampaknya terhadap industri Kanada, sebagai salah satu negara dengan indutri besar, implementasi Protokol Kyoto dapat meningkatkan tingkat pengangguran dan kerugian besar terhadap industry-industri Kanada, pemerintah provinsi dan juga masyarakat. ii. Keputusan Amerika Serikat untuk tidak meratifikasi Protokol Kyoto pada pemerintahan Presiden Bush tahun 2001 dan bukan bagian 18 Ljunggren, D. (2011, Desember 13). Analysis: Canada's Kyoto withdrawal began when Bush bolted. Diakses pada 09 Mei 2017, dari Reuters: 19 Fjellvang, C. V. (2015). Why did Canada withdraw from the Kyoto Protocol? FNI Report 1/2015,

18 dalam protokol, dengan implematasi Kanada dalam Protokol Kyoto dapat menyebabkan konsekuensi ekonomi kedepannya terhadap daya saing perdagangan Kanada. Seperti yang diketahui, Kanada dan AS menjalin kerjasama ekonomi antar keduanya. AS merupakan partner perdagangan dan penerima ekspor Kanada terbesar sebesar 71% dari total ekspor kanada pada tahun iii. Di dalam Protokol Kyoto sendiri tidak ditentukan mengenai emisi yang mengikat kepada negara-negara berkembang, hal ini dianggap tidak adil bagi negara maju termasuk Kanada. Perjanjian ini hanya mengikat kepada negara-negara Annex I untuk menurunkan emisinya. Dengan tidak mengikutsertakan negara-negara berkembang dengan tingkat emisi tinggi seperti China dan India, perjanjian ini tidak akan mambu menurunkan emisi global yang dapat menghindarkan perubahan iklim. iv. Kompensasi yang diberikan kepada Kanada ketika tidak memenuhi target penurunan emisi pada tahun 2012 yang sangat tinggi juga dirasa tidak menguntungkan bagi Kanada untuk terus berkontribusi dalam Protokol Kyoto. Sebagai gantinya, pemerintah Kanada dibawah pemerintahan Stephen Harper merumuskan kebijakan emisi gas buang dan konservasi lingkungan dalam lingkup internal Kanada tanpa terikat dengan Protokol Kyoto. Terkait dengan penurunan emisi gas rumah kaca, tidak ada perbedaan signifikan antara upaya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan Liberal pada masa Jean Chretien dan 33

19 pemerintahan Koservatif ini, dengan mengeluarkan program Turning the Corner, yakni rencana Perubahan Iklim diusung oleh pemerintah Konservatif Stephen Harper dengan melakukan inisiatif seperti dorongan pajak, dukungan untuk efisiensi energi, dan dana untuk mendukung projek pemerintah provinsi maupun teritorial. Semua program ini sama dengan yang dibuat oleh pemerintahan sebelumnya yakni Project Green. Inti dari rencana Turning the Corner ini adalah komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 150 juta ton hingga tahun 2020, sementara yang tertera dalam Protokol Kyoto adalah Kanada harus memenuhi komitmen untuk menurunkan emisi sebanyak 300 juta ton hingga tahun Secara tidak langsung rencana Perubahan Iklim ini tidak disesuaikan dengan kewajiban Kanada untuk menurunkan emisi sebesar 6% dari level tahun 1990 antara tahun 2008 hingga Ditariknya Kanada dari Protokol Kyoto ini tentu memiliki konsekuensi yang harus diterima oleh Kanada. Protokol Kyoto merupakan sebuah perjanjian internasional yang tentu memiliki norma dalam masyarakat internasional, tentu dengan negara tidak mematuhi atau mengikuti perjanjian Perubahan Iklim ini akan mendapatkan efek reputasi negatif. Dengan Kanada menarik diri dari Protokol Kyoto sementara negara-negara lain tetap bertahan di dalam perjanjian ini hingga masa periode pertama berlaku, pilihan untuk menarik diri dari 20 Jaccard, M. (2007, Januari 1). Canada's Kyoto Delusion: The Evidence Is Finally Forcing Us to Admit We Have Done Nothing. Diakses pada 28 April 2017, dari Questia: 34

20 perjanjian ini merupakan salah satu pelanggaran keras terhadap norma internasional. Hal ini menjadi salah satu yang dikhawatirkan oleh para gerakan lingkungan, seperti yang disebutkan Elizabeth May, pemimpin Partai Hijau Kanada dan salah satu Member of Parlianment: At the multilateral level, who will ever think we re a trustworthy nation again?...we will be seen as a country that deals in bad faith 3. Kanada Ratifikasi Perjanjian Paris Terbentuknya Perjanjian Paris pada tahuhun 2015 mengakhiri masa berlaku Protokol Kyoto sebagai Perjanjian Perubahan Iklim. Pada 12 Desember 2015, 196 negara yang tergabung dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) mengadopsi Perjanjian Paris, sebuah kerangka yang mengikat secara hukum untuk upaya bersama mengatasi perubahan iklim. Perjanjian Paris yang disepakati pada COP-21 di Paris ini telah memasuki masa penandatanganan bagi Negara Pihak yang tergabung dalam Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC). Sesuai Keputusan COP-21, Perjanjian Paris secara efektif akan berlaku 30 hari setelah diratifikasi oleh paling sedikit 55 Negara Pihak Konvensi yang jumlah total emisinya sekurang-kurangnya 55 persen dari jumlah total emisi gas rumah kaca global. 21 Kanada di bawah pemerintahan baru dengan Justin Trudeau sebagai Perdana Menteri terpilih saat ini telah meratifikasi Perjanjian Paris pada 5 oktober 21 Droge, S. (2016). The Paris Agreement 2015: Turning Point for the International Climate Regime. Berlin: German Institute for International and Security Affairs. 35

21 2015 dan menjadikan Kanada sebagai negara ke-60 yang meratifikasi perjanjian tersebut. Ratifikasi Kanada ini didukung oleh persetujuan Parlemen Kanada yang berhasil diraih Justin Trudeau dengan mendapatkan suara mayoritas. Meskipun ratifikasi Perjanjian Paris ini ditentang oleh Partai Konservatif namun dukungan dari partai lain seperti Partai Liberal, Partai Demokrasi Baru (New Democratic Party), Partai Bloc Québécois, dan Partai Hijau menghasilkan suara mayoritas di dalam Parlemen sehingga menjadikan Kanada untuk berkomitmen dalam mencapai tujuan Perjanjian Paris dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. 22 Gambar 3. Target penurunan ERK Kanada Sumber: Canada s INDC Submission to the UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change. 22 McSheffrey, E. (2016, October 5). Canada officially ratifies historic Paris climate agreement. Diakses pada April 28, 2017, dari National Observer: 36

22 Sesuai Keputusan COP- 21 yang mengadopsi Perjanjian Paris, negara pihak (Parties) diharapkan menyampaikan Nationally Determined Contribution (NDC) yang pertama paling lambat bersamaan dengan penyampaian dokumen ratifikasi, yang nantinya akan dimuat dalam Public Registry yang dikelola oleh Sekretariat UNFCCC. Kanada bersamaan dengan keputusan meratifikasi Perjanjian Paris telah menyampaikan NDC dengan target penurunan emisi sebesar 30% dari level tahun 2005 dan akan dicapai hingga tahun Undang-undang utama pemerintah federal Kanada adalah Canadian Environmental Protection Act 1999, yang mencakup otoritas untuk mengatur emisi gas rumah kaca. Untuk mencapai target penurunan emisi tersebut, pemerintah Kanada telah melakukan dan merencanakan beberapa upaya penurunan emisi antara lain mengelurkan kebijakan untuk beberapa sector seperti sector transportasi, penggunaan bahan bakar dan penggunaan energi terbarukan. Provinsi dan wilayah Teritori Kanada memiliki otoritas yang signifikan atas bidang sumber daya alam, energi, dan lingkungan. Masing-masing memiliki kerangka hukum sendiri dan masing-masing memiliki kebijakan dan langkahlangkah yang akan mengurangi emisi gas rumah kaca sendiri. Terdapat mekanisme bagi pemerintah federal untuk terlibat dengan provinsi dan wilayah Teritori Kanada, serta mitra utama lainnya dan pemangku kepentingan, tentang perubahan iklim. Sistem desentralisasi dalam pemerintahan Kanada berarti bahwa pelaksanaan Perjanjian Paris akan memerlukan tindakan di 23 Che, H. (The Road from Paris: Canada s Progress Toward Its Climate Pledge). What is an INDC? IB: A,

23 berbagai tingkatan 24. Oonagh Fitzgerald, Director of the Centre for International Governance Innovation s International Law Research Program yang berbasis di Waterloo, Kanada berpendapat bahwa perjanjian tersebut akan memerlukan review undang-undang dan kebijakan nasional, provinsi dan wilayah teritori untuk melihat di mana undang-undang perlu diperbarui. Dia mencatat bahwa tinjauan harus fokus pada pengembangan strategi perubahan iklim yang komprehensif yang terlihat pada carbon pricing, pengembangan dan komersialisasi teknologi hijau, program untuk konservasi, rehabilitasi hutan dan bangunan penyerap karbon, dan transformasi keseluruhan perekonomian Kanada. Pada akhirnya, Kanada harus terlibat dalam latihan koordinasi yang melibatkan semua provinsi, teritori, serta masyarakat adat, komunitas bisnis, akademisi dan masyarakat sipil untuk menegakkan jalan menuju tujuan yang ditetapkan dalam perjanjian, dengan meninjau pada bukti apa yang telah dan belum bekerja di pemerintahan sebelumnya. Dalam pernyataannya di COP-21, Perdana Menteri Trudeau berjanji pembentukan kerangka perubahan iklim pan-kanada untuk membantu dalam melaksanakan perjanjian Paris. Kanada juga berkomitmen untuk sejumlah aliansi, termasuk Mission Inovation yang bertujuan untuk menghidupkan kembali inovasi energi bersih global dengan menggandakan penelitian energi negara-diarahkan dan pengembangan investasi selama lima tahun dan Aliansi Global untuk Bangunan dan Konstruksi yang bertujuan untuk mempercepat dan skala sektor 24 Minister of Environment and Climate Change. (2016). Canada s INDC Submission to the UNFCCC. Ottawa: UNFCCC. 38

24 potensi untuk mengurangi emisi. Perdana Menteri Justin Trudeau mengatakan pemerintah provinsi dan wilayah teritori dapat menempatkan pajak langsung pada emisi karbon minimal $ 10 Kanada ($ 7,60) per ton atau mengadopsi sistem capand-trade. Jika provinsi gagal untuk melakukan baik pada tahun 2018, pemerintah federal akan menerapkan pajak karbon dasar $ 10 per ton, naik $ 10 per ton tiap tahun hingga mencapai C $ 50 per ton dengan PM Justin Trudeau berpendapat bahwa pricing polusi karbon akan memberikan Kanada sebuah keuntungan yang signifikan dalam membangun ekonomi bersih, memaksa perusahaan untuk mengembangkan cara-cara inovatif untuk mengurangi emisi, dan menciptakan ratusan ribu pekerjaan teknologi bersih. Perjanjian Paris akan memiliki implikasi untuk sejumlah sektor di Kanada, termasuk energi, transportasi, konstruksi, pertanian, perikanan dan lingkungan. Sustainable Canada Dialogues (SCD) - sebuah inisiatif sukarela yang memobilisasi lebih dari 60 penelitian dari seluruh Kanada - mengajukan sejumlah langkah yang Kanada bisa ambil untuk mewujudkan kemajuan perubahan iklim dalam laporan terbaru. 26 Laporan itu menyerukan 10 pergeseran kebijakan, dan menyarankan tindakan jangka panjang pendek, menengah dan spesifik termasuk sehubungan dengan kebijakan energi, transportasi, konstruksi dan lingkungan. Erin Flanagan 25 Kindornay, S., & Venkatesh, J. (2015, December 21). The Paris Agreement: Implications for Canada. Diakses pada 28 April 2017, dari Canadian International Development Platform: 26 Struzik, E. (2017, January 19). Canada s Trudeau is Under Fire For His Record on Green Issues. Diakses pada 28 April 2017, dari Yale Environment: 39

25 dari Pembina Institute berpendapat bahwa pemerintah federal harus mengejar tiga inisiatif segera, termasuk mendukung penghijauan jaringan listrik di seluruh Kanada, memberikan dukungan keuangan dan kebijakan untuk bisnis rendah karbon dan mengadopsi tes iklim yang kredibel untuk semua proyek bahan bakar fosil dan infrastruktur terkait seperti proyek pipa. Sementara untuk pendekatan regulasi Kanada sejalan dengan Amerika Serikat, dimana sesuai, mengakui pentingnya kerjasama dalam pasar Amerika Utara yang terintegrasi. Kanada akan terus mengambil tindangan kooperatif dengan mitra antar benua, terutama Amerika Serikat, dan akan bekarja menuju tindakan lebih lanjut di sektor ekonomi terintegrasi, termasuk energi dan transportasi. Pada Juni 2016, Kanada menjadi tuan rumah North American Leaders Summit, pertemuan tersebut dihadiri Presiden AS saat itu Barack Obama, Presiden Meksiko Enrique Peña Nieto, dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Pertemuan ini menghasilkan North American Climate, Clean Energy, and Environmental Partnership Action Plan, dimana Amerika Utara bertujuan untuk menghasilkan 50 persen listrik dari energi bersih pada tahun Untuk mencapai tujuan ini, negara-negara ini akan berinvestasi dan menyebarkan berbagai teknologi energi bersih, memajukan penelitian kolaboratif, dan menyelaraskan standar dan peraturan lingkungan di berbagai sektor Darby, M. (2016, June 06). US, Canada, Mexico agree climate partnership. Diakses pada 28 April 2017, dari Climate Home: 40

26 Masalah Climate Finance untuk mendukung pengembangan adaptasi negara dan upaya mitigasi adalah aspek sentral dari negosiasi di Paris. Kanada berkomitmen untuk terus menyediakan dana bagi negara-negara berkembang untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sebagai bagian dari Perjanjian Paris. Sebelum COP-21, Perdana Menteri Trudeau mengumumkan bahwa Kanada akan memberikan kontribusi $ 2,65 miliar CAD selama lima tahun ke depan untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim di KTT Commonwealth pada 27 November Seperti yang disebutkan, The Green Climate Fund (GCF) bertujuan untuk meningkatkan $ 100 miliar USD dari masyarakat dan sektor swasta pada tahun 2020 untuk pembiayaan adaptasi ke negara-negara berkembang, untuk memenuhi komitmen negara maju. 28 Kanada baru-baru ini telah memobilisasi CAD $ 300 juta berjanj untuk GCF dari Pengumuman Trudeau ini akan membuat Kanada menjadi salah satu kontributor terbesar untuk Green Climate Fund (GCF). Kanada juga telah memobilisasi $ 22,4 juta USD untuk Least Developed Countries Fund diselenggarakan oleh Green Environment Facility selama dua tahun ke depan, termasuk komitmen keuangan secara keseluruhan dari $ 2,65 miliar CAD. Pengumuman Perdana Menteri merupakan peningkatan yang signifikan dalam komitmen Kanada untuk pendanaan iklim, dan berkontribusi terhadap peran Kanada dalam memenuhi tujuan global memobilisasi $ 100 miliar USD per tahun dari negara-negara maju pada tahun 2020 untuk pendanaan iklim. Selama ini 28 Kindornay, S., & Venkatesh, J. (2015, December 21). The Paris Agreement: Implications for Canada. Diakses pada 28 April 2017, dari Canadian International Development Platform: 41

27 peranan Kanada dengan perjanjian Perubahan Iklim mempunyai dinamikanya tersendiri yang membawa reputasi Kanada di kancah internasional ternodai. Meskipun demikian, dengan adanya Perjanjian Paris ini menjadi suatu titik balik Kanada untuk memperbaiki reputasinya dan juga memperbaiki hubungan dengan negara lain terkait dengan isu Perubahan Iklim ini Grandia, K. (2015, November 27). A Primer on Trudeau's $2.65 Billion Green Climate Fund Announcement. Diakses pada 28 April 2017, dari Desmog Canada: Clearing the PR Pollution: 42

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Lampiran 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM Pokok Bahasan Tentang Konvensi Struktur Konvensi Peluang dukungan dan dana Tentang Protokol Kyoto Elemen & Komitmen Protokol Kyoto

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global telah menjadi isu politik dan bisnis yang semakin penting bagi sebagian besar negara. Ada panggilan yang kuat dari lingkungan, bisnis dan pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, dituliskan mengenai gambaran secara umum dari isi skripsi yang berjudul Perubahan Kebijakan Lingkungan Kanada Di bawah Pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR-RI Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi isu lingkungan yang paling banyak dibicarakan saat ini, baik pada tataran ilmiah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan

Lebih terperinci

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI

UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( ) RESUME SKRIPSI UPAYA JERMAN DALAM MENANGGULANGI PEMANASAN GLOBAL ( 1998 2011 ) RESUME SKRIPSI Disusun Oleh : Pongky Witra Wisesa (151040295) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada

Lebih terperinci

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam

Lebih terperinci

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI MATERI SUMBER DAYA ENERGI Energi fosil Dampak penggunaan energi fosil Energi alternatif Upayapenurunan penurunan emisi gas rumah kaca Kyoto Protocol JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA Apakah ada aspek kehidupan

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu hal pokok yang dilakukan oleh setiap negara. Tiap-tiap negara melakukan pembangunan dalam berbagai bidang di daerah yuridiksinya

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini, aktivitas operasional perusahaan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan dan sosial, Hal ini menyebabkan berbagai pihak

Lebih terperinci

BAB III PARTISIPASI JEPANG DALAM PENANGANAN ISU PERUBAHAN IKLIM GLOBAL (PROTOKOL KYOTO) 3.1 Isu Perubahan Iklim Global (Global Climate Change)

BAB III PARTISIPASI JEPANG DALAM PENANGANAN ISU PERUBAHAN IKLIM GLOBAL (PROTOKOL KYOTO) 3.1 Isu Perubahan Iklim Global (Global Climate Change) BAB III PARTISIPASI JEPANG DALAM PENANGANAN ISU PERUBAHAN IKLIM GLOBAL (PROTOKOL KYOTO) 3.1 Isu Perubahan Iklim Global (Global Climate Change) Perubahan iklim merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai isu lingkungan global. Salah satu dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cuaca dan Iklim Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari prosesproses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan udara pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas

Lebih terperinci

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR

EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR EMISI KARBON DAN POTENSI CDM DARI SEKTOR ENERGI DAN KEHUTANAN INDONESIA CARBON EMISSION AND CDM POTENTIAL FROM INDONESIAN ENERGY AND FORESTRY SECTOR Dr. Armi Susandi, MT Program Studi Meteorologi Departemen

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI

United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3. Kantor UKP-PPI/DNPI United Nations Climate Change Conference (UNCCC Warsaw) COP19, CMP9, SBSTA39, SBI39, ADP2.3 Kantor UKP-PPI/DNPI Alur Perundingan 19th session of the Conference of the Parties to the UNFCCC (COP19) 9th

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban COP 17 di Durban akan menjadi titik balik proses negosiasi PBB untuk perubahan iklim. Para pemimpin dunia dapat meneruskan capaian yang telah dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam

BAB I PENDAHULUAN. melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan menegenai latar belakang masalah yang melatar belakangi isu pemanasan global dan krisis iklim. Selain itu, dalam pendahuluan juga akan dijelaskan tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN CARTAGENA PROTOCOL ON BIOSAFETY TO THE CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BERDAGANG KARBON DENGAN MENANAN POHON: APA DAN BAGAIMANA? 1

BERDAGANG KARBON DENGAN MENANAN POHON: APA DAN BAGAIMANA? 1 BERDAGANG KARBON DENGAN MENANAN POHON: APA DAN BAGAIMANA? 1 ONRIZAL Staf Pengajar Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Bidang Keahlian: Ekologi dan Rehabilitasi Hutan dan

Lebih terperinci

Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia

Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Latar belakang Intended Nationally Determined Contribution (INDC) 2020: Penurunan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS) I. Pernyataan Tujuan A. Perubahan iklim menimbulkan tantangan dan resiko global terhadap lingkungan dan ekonomi, membawa dampak bagi kesehatan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). SDA yang melimpah dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)

Lebih terperinci

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP A. Kebijakan Lingkungan Hidup dan Kependudukan 1. Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia a. Menjelang konferensi Stockholm (5 Juni 1972)

Lebih terperinci

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Oleh: Dr. Dolly Priatna Yayasan Belantara Seminar Nasional Perubahan Iklim Mengembangkan Program Pendidikan Konservasi dan Lingkungan Hidup Bagi Para Pihak

Lebih terperinci

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *) Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim oleh: Erna Witoelar *) Pemanasan Bumi & Perubahan Iklim: tidak baru & sudah jadi kenyataan Kesadaran, pengetahuan & peringatan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama pada semua sektor kehidupan. Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, maka meningkat pula permintaan energi listrik. Suplai

Lebih terperinci

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara di bumi memiliki beberapa unsur yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan. Udara untuk kehidupan sehari-hari tersebut terdapat di atmosfer.

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuat dunia seakan tanpa batas, arus informasi menjadi sangat bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

RINGKASAN UNTUK MEDIA

RINGKASAN UNTUK MEDIA LIVING PLANET REPORT 2012 RINGKASAN UNTUK MEDIA Living Planet Report 2012 adalah laporan berbasis analisis Ilmiah tentang kesehatan planet Bumi serta dampaknya terhadap aktivitas manusia. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari sudut pandang geografis, kepulauan merupakan formasi dari pulaupulau yang dikelompokkan bersama menjadi satu kesatuan. Dari sudut pandang bahasa, kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan abad ke-20 yang lalu. Hal ini ditandai antara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini manusia di seluruh dunia (termasuk Indonesia) berteriak akan adanya pemanasan global yang berakibat terjadinya perubahan iklim. Kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia dalam pengurangan emisi gas karbon di Indonesia melalui kerjasama IAFCP terkait mekanisme

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim TANYA-JAWAB Pemanasan Global dan Perubahan Iklim Apakah yang dimaksud dengan Efek Rumah Kaca (ERK) dan penyebabnya? Efek Rumah Kaca dapat divisualisasikan sebagai sebuah proses. Pada kenyataannya, di lapisan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan suhu global. Kegiatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca dapat berasal dari pembakaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

FENOMENA GAS RUMAH KACA

FENOMENA GAS RUMAH KACA FENOMENA GAS RUMAH KACA Oleh : Martono *) Abstrak Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III ISU LINGKUNGAN DAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN JEPANG DALAM PENANGGULAN ISU LINGKUNGAN

BAB III ISU LINGKUNGAN DAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN JEPANG DALAM PENANGGULAN ISU LINGKUNGAN BAB III ISU LINGKUNGAN DAN KERJASAMA INDONESIA DENGAN JEPANG DALAM PENANGGULAN ISU LINGKUNGAN Bab ini merupakan penjabaran substansial mengenai gambaran emisi karbon yang ditimbulkan oleh Jepang, serta

Lebih terperinci

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon Kurikulum 2013 FIsika K e l a s XI PEMANASAN GLOBAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat menganalisis gejala pemanasan global, efek rumah

Lebih terperinci

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara alami perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal untuk mempertahankan keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability). Keberlanjutan

Lebih terperinci

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi para Pihak pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

National Planning Workshop

National Planning Workshop Strategi Nasional Untuk Meningkatkan Kapasitas SDM Dalam Menghadapi Perubahan Iklim National Planning Workshop Doddy S. Sukadri Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Jakarta, 9 Oktober 2012 Outline Landasan

Lebih terperinci

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN 11. Penanggulangan perubahan iklim merupakan tema inti agenda pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Lebih terperinci

IUCN Merupakan singkatan dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources sering juga disebut dengan World Conservation Union adalah sebuah organisasi internasional yang didedikasikan

Lebih terperinci

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Nama NIM Tugas :Wiwi Widia Astuti :E1A012060 :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber energi tak terbarukan berupa energi fosil yang semakin berkurang merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis energi dunia. Fenomena ini juga

Lebih terperinci

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim

Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Proses UNFCCC terkait pendanaan, 2013 ADP 2-1 Bonn 29 Apr-3 Mei Intersessional Bonn 3-14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

Garis-Besar NAP. Latar Belakang. Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim. Rencana Aksi Nasional

Garis-Besar NAP. Latar Belakang. Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim. Rencana Aksi Nasional Garis-Besar NAP Latar Belakang Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim Rencana Aksi Nasional 1 2 3 Model Pembangunan Sampai Dengan Sekarang Kekhasan Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 OUTLINE 1. PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA 2. PARIS CLIMATE AGREEMENT: PENANDATANGANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu pemanasan global sudah sering dibicarakan pada media berita dan masyarakat sendiri sudah tidak asing lagi dengan kata pemanasan global. Namun isu pemanasan

Lebih terperinci