BAB I PENDAHULUAN. p K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. p K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Konstitusi yang dibuat tahun 1947, Jepang menjadi sebuah negara yang memiliki keterbatasan besar akan kekuatan militer. Pasal 9 Konstitusi ini kurang lebih menyebutkan bahwa masyarakat Jepang tidak mengakui perang sebagai hak kedaulatan suatu negara dan lebih jauh lagi, menyatakan bahwa...land, sea, and air forces, as well as other war potential, will never be maintained. 1 Keseluruhan pasal 9 ini merupakan manifestasi dari prinsip kedua yang dijunjung oleh Konstitusi baru Jepang paska perang dunia ke-dua, yaitu pasifisme. Hal ini secara otomatis menghapuskan Jepang dari hak membangun kekuatan militer. Amandemen terhadap pasal 9 kemudian hanya sebatas memperbolehkan pengadaan pasukan pertahanan diri yang disebut Self-Defense Force(SDF). Pasukan ini bukan hanya tidak dapat aktif diluar wilayah Jepang, namun apa yang dapat diperbuatnya di dalam negeri sendiri sangat terbatas. Selain itu, Jepang juga berada dalam aturan dimana dana militer tahunan yang dapat dipergunakan tidak boleh melebihi 1 persen dari jumlah GDP Jepang. Dengan seluruh keterbatasan tersebut, secara umum Jepang menjadi rentan akan ancaman dari sekitarnya. Untuk masalah keamanan, Jepang menggantungkan diri pada aliansinya dengan Amerika Serikat sebagai deteren. Akan tetapi, semakin meningkatnya konflik di dunia internasional dan di kawasan regional Asia Timur memunculkan pertanyaan mengenai sejauh manakah kekuatan deteren Amerika Serikat mampu mempertahankan Jepang dari serangan-serangan langsung yang begitu dekat di depan mata dan membutuhkan gerak pertahanan cepat, seperti invasi China dan misil Korea Utara. 1 K. Kishimoto, Politics in Modern Japan: Development and Organization, 3rd ed., Japan Echo, Tokyo, 1988, p.43 1

2 Dalam Reuters disebutkan, bahwa pengeluaran militer di Asia telah mencapai 287,4 miliar dolar pada tahun Angka ini bukan hanya mengalahkan belanja militer NATO, tapi juga mengalahkan biaya pertahanan seluruh kawasan Eropa, memperlihatkan bahwa pengembangan kekuatan militer besar-besaran tengah terjadi di kawasan Asia, khususnya dikawasan Asia Timur. Melihat kondisi regional Asia Timur yang ada, pemerintah Jepang perlu melakukan peningkatan pada program politik kemanannya. Peningkatan tersebut pada akhirnya terlihat dalam rincian National Defense Program Guidelines (NDPG) yang menjadi panduan pertahanan Jepang pada tahun 2010 dengan munculnya konsep Dynamic Defense Force (DDF). 3 Konsep ini memungkinkan Jepang untuk membentuk pasukan SDF yang lebih agresif dan mobilitatif. NDPG 2010 juga memuat rancangan untuk memperkuat maritim dan angkatan udara Jepang untuk menghadapi konflik yang berbentuk serangan dari luar Jepang. Peningkatan kekuatan air dan udara Jepang ini mengindikasikan bahwa Jepang telah bergerak untuk bersikap lebih mandiri dalam mempertahankan wilayah kedaulatannya. Lebih jauh lagi, hal ini juga dapat berarti bahwa Jepang mulai bersikap ofensif dalam pertahanannya. Yang jelas, penguatan militer pada maritim dan udara cenderung menunjukkan kepentingan kearah luar negeri 4. Perubahan politik keamanan Jepang ini menjadi semakin menarik dengan kembalinya Shinzo Abe sebagai Perdana Menteri Jepang semenjak Desember Shinzo Abe dikenal sebagai nasionalis yang keras dan cenderung berkeinginan untuk memperkuat Jepang baik secara ekonomi maupun militer dan mengembalikan hard power yang pernah dimiliki Jepang, termasuk 2 Myra MacDonald, Asia s Defense Spending Overtakes Europe s: ISSS (online), 14 Maret 2013, < diakses 20 Juni National Defense Program Guidlines for FY 2011 and beyond, p.6, diakses 19 Juni Robert Farley, How to View Defense Spending in Asia (online), 7 November 2012, < diakses 3 Maret

3 memperkenalkan patriotisme pada kurikulum pelajaran sekolah seperti yang pernah coba dilakukannya saat menjadi perdana menteri pada tahun Setelahnya, LDP dibawah kepemimpinan Abe juga mengajukan proposal amandemen terhadap konstitusi, diantaranya mengenai diubahnya ketentuan yang membatasi hak pertahanan kolektif, juga mengubah nama SDF menjadi National Defense Force. 6 Meskipun Dynamic Defense Force sendiri telah dikonsepkan sejak tahun 2010, akan menarik melihat implementasinya pada masa pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe, seorang konservatif yang menaikkan anggaran belanja militer Jepang untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir. 7 Terlebih pada masa sekarang, dimana konflik kawasan Asia Timur tengah mengalami masa-masa tegang, lebih dari tahun 2006 silam saat Abe pertama kali menjabat dan mengalami kegagalan. Dengan demikian, skripsi ini akan membahas mengenai perubahan politik keamanan Jepang yang termuat dalam NDPG 2010 berupa konsep Dynamic Defense Force (sebagai pengganti konsep Basic Defense Force) dan penerapannya selama masa pemerintahan Shinzo Abe sebagai respon terhadap konflik Asia Timur. B. Rumusan Masalah Pada masa pemerintahannya yang kedua, Shinzo Abe menerapkan banyak kebijakan keamanan yang merupakan isu sensitif di Jepang, dan menjadi salah satu penyebab kegagalan masa jabatannya yang pertama di tahun Keputusannya 5 Sebastian Maslow, Yet Another Lost Decade? Whither Japan s North Korea Policy Under Shinzo Abe, 15 April 2013, The Asia-Pacific Journal, Vol. 11, Issue 15, No. 3 6 The Asahi Shinbun, EDITORIAL: Why Change the SDF to a national defense force? (online), 30 November 2012, <ajw.asahi.com/article/views/editorial/aj > diakses 23 Juni Martin Fackler, Japan Shift From Pacifism as Anxiety in Region Rises (online), 1 April 2013, < diakses 14 Mei

4 untuk menerapkan konsep Dynamic Defense Force dan membentuk serangkaian kebijakan keamanan baru menimbulkan pertanyaan; Bagaimana pemerintahan Shinzo Abe dapat menerapkan politik keamanan Dynamic Defense Force sebagai respon terhadap Konflik Asia Timur? Hal ini akan dilihat dari kekuatan politik dan legitimasi Shinzo Abe pada masa pemerintahannya yang kedua di tahun 2013, yang didapatnya dari dukungan partai politik terutama Liberal Democratic Party dan dukungan dari masyarakat Jepang. C. Landasan Konseptual Pertanyaan yang telah diajukan diatas akan dijawab dengan melihat sistem politik yang berlaku di Jepang. Sistem politik ini akan menjelaskan bagaimana hubungan antar badan pemerintahan dalam sistem parlementer yang berlaku di Jepang, terutama hubungan antara badan eksekutif dengan legislatif. Kemudian, akan dapat dilihat bagaimana perdana menteri mempertahankan posisi dan perannya dalam pemerintahan, termasuk dukungan yang diperlukan oleh perdana menteri baik dari partai politik maupun publik. Sistem politik di Jepang, sama dengan keamanannya, didasarkan atas Konstitusi 1947 yang dibuat paska Perang Dunia II oleh Supreme Allied Command Force. Sistem tersebut menganut dasar demokrasi dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, dan tiga badan yang berdiri secara terpisah yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Masing-masing memiliki fungsinya sendiri, yang secara berdampingan melakukan check and balance terhadap performa masing-masing pihak. 8 Sementara legislatif berhak mengangkat perdana menteri, eksekutif berhak pula membubarkan parlemen. 8 Kishimoto, p.44 4

5 Chart 1.1. Sistem pemerintahan Jepang (sumber : Web Japan, Government, < diakses 26 Juni 2013) Dalam sistem politik yang memiliki tiga cabang berbeda tersebut, ada satu peran yang memiliki andil maupun pengaruh pada ketiganya, yakni perdana menteri. Berdasarkan konstitusi saat ini, perdana menteri memiliki kekuatan yang lebih besar dan luas dibandingkan era Meiji. Pada dasarnya, dengan memiliki kemampuan untuk membentuk dan memimpin kabinet, perdana menteri memiliki kekuasaan besar dalam bidang eksekutif. Sebagai pemimpin dari partai yang menguasai parlemen, perdana menteri memiliki kekuatan atas badan legislatif. Dan karena memiliki wewenang untuk menunjuk hakim, perdana menteri memiliki pengaruh dalam badan judikatif. 9 Dengan kata lain, perdana menteri memiliki pengaruh pada semua cabang pemerintahan. Selain itu, dengan terhapusnya kekuatan-kekuatan pada masa sebelum perang termasuk kekuatan kekaisaran, genro, dan privy council, perdana menteri memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menentukan arah kebijakan Jepang. 9 Kishimoto, p. 70 5

6 Perdana menteri, berperan sebagai kepala pemerintahan, merupakan sosok yang penting karena menjadi wajah bagi pemerintahan. Namun, Jepang menganut sistem parlementer, dan dalam sistem parlementer, pada dasarnya kekuasaan berada di tangan parlemen. Mengapa demikian? Pertama, parlemen memiliki hak untuk mengajukan mosi tidak percaya kepada perdana menteri. 10 Dengan kata lain, parlemen memiliki wewenang untuk memecat perdana menteri dari jabatannya apabila perdana menteri tersebut dirasa tidak lagi mampu ataupun gagal dalam kepemimpinannya. Berdasarkan hal ini, parlemen memiliki kekuasaan untuk menentukan arah pemerintahan dengan memutuskan perdana menteri mana yang sebaiknya di biarkan menjabat dan perdana menteri mana yang sebaiknya diturunkan. Kedua, parlemen memiliki kekuatan legislatif. Artinya, parlemen memiliki kekuasaan untuk menentukan kebijakan mana yang boleh dilaksanakan dan kebijakan mana yang harus diurungkan. Dengan wewenang yang demikian, parlemen memiliki kekuasaan untuk menentukan arah kebijakan Jepang, baik untuk urusan domestik maupun urusan dalam negeri. Kedua hal inilah yang merupakan kekuatan utama milik parlemen, yang membuatnya memiliki kekuasaan amat tinggi dalam pemerintahan. Parlemen Jepang, yang disebut National Diet terdiri dari dua kamar, yakni majelis tinggi (House of Councillors) dan majelis rendah (House of Representatives). Secara konstitusi, National Diet merupakan sole law-making organ of the state dan the highest organ of state power (pasal 41). 11 Kebijakan maupun undang-undang harus melalui parlemen untuk dapat disahkan. Untuk itu, diperlukan persetujuan mayoritas dari kedua majelis, yang terdiri dari perwakilan partai politik maupun independen. Sistem persetujuan mayoritas seperti ini 10 Prime Minister of Japan and His Cabinet, Fundamental Structure of the Government of Japan, diakses 5April Kishimoto, p. 51 6

7 menciptakan keadaan dimana kekuasaan suatu partai politik ditentukan oleh besar kecilnya jumlah kekuatan mereka di kursi parlemen. Dalam sistem parlementer ini, kekuasaan berada di tangan partai mayoritas. Atau, dalam kasus dimana ada dua partai terbesar yang memiliki jumlah perwakilan sama, maka kekuasaan berada di tangan koalisi terbesar. Semakin besar jumlah perwakilan suatu partai di parlemen, semakin besar persentase suara yang mereka dapatkan dalam sesi-sesi parlemen. Maka, akan semakin besar pula kekuasaan partai tersebut dalam pemerintahan, karena besarnya jumlah suara mempengaruhi keberhasilan partai untuk menentukan arah kebijakan pemerintah sesuai dengan agenda, kepentingan, dan ideologi mereka. Sistem politik parlementer yang semacam ini memberikan kekuatan yang besar pada partai mayoritas untuk membentuk kebijakan yang mereka inginkan. Pada dasarnya, perdana menteri di Jepang dipilih oleh parlemen, sehingga sudah pasti bahwa kandidat dari partai mayoritas-lah yang akan memegang kepemimpinan. Hal ini menyebabkan kebijakan yang diambil oleh perdana menteri pada dasarnya merupakan kebijakan yang diambil oleh partainya. Selama eksekutif mengeluarkan kebijakan yang sesuai dan disetujui oleh kekuatan mayoritas, yaitu partai terbesar dan koalisinya, maka kebijakan itu hampir pasti dapat dimenangkan. 12 Dengan kata lain, meskipun pembuatan kebijakan berada di tangan perdana menteri dan kabinetnya, perumusannya justru lebih tepat terjadi di dalam tubuh partai mayoritas itu sendiri, dimana pembuat kebijakan harus berusaha menyatukan suara faksi-faksi di dalam partai itu sendiri. Dalam hal ini, meskipun sempat terganjal beberapa tahun yang lalu, Liberal Democratic Party (LDP) berhasil mengukuhkan kembali posisinya sebagai partai terbesar di Jepang, memegang kursi mayoritas di kedua tingkat majelis. 12 Hans H. Baerwald, The Diet and Foreign Policy, dalam Robert A. Scalapino (ed.), The Foreign Policy of Modern Japan, University of California Press, Barkeley, 1977, p. 37 7

8 Melihat bahwa partai terbesarlah yang memegang kekuasaan di parlemen, maka sangat penting bagi perdana menteri untuk mendapatkan dukungan dari partai tersebut. Dukungan dari partai memiliki dua arti besar. Pertama, kebijakan yang dibuat eksekutif akan lebih mudah diloloskan oleh parlemen karena mendapatkan persetujuaxxn dari partai mayoritas. Terlebih apabila jumlah suara partai mayoritas dan koalisnya dapat mencapai 2/3 dari jumlah suara total. Maka, kebijakan dapat diloloskan tanpa perlu direpotkan oleh partai-partai oposisi. Kedua, kemungkinan munculnya mosi tidak percaya ataupun desakan untuk mundur bagi perdana menteri akan semakin kecil, menciptakan masa pemerintahan yang lebih lama dan lebih stabil. Agar seorang pemimpin dapat mempertahankan kekuasaanya, pemimpin tersebut membutuhkan legitimasi. Ada banyak pendapat dan deskripsi mengenai legitimasi. Rousseau menyebutkan dalam Social Contract bahwa pemerintah dapat dikatakan sah atau legitimate apabila pemerintahan tersebut memiliki hak untuk memerintah. 13 Hak ini, apabila ditilik dari pendapat David Easton, merupakan pemberian dari rakyat. David Easton menyebutkan bahwa legitimasi merupakan keyakinan dari masyarakat bahwa menerima dan mematuhi pihak berwenang, atau pemerintah, adalah tindakan yang benar dan pantas untuk dilakukan. 14 Melihat pendapat-pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan oleh publik kepada pemerintahan yang berlaku. Ditilik dari deskripsi tersebut, maka legitimasi yang dimiliki oleh pemerintah di dapatkan dari rakyat. Dalam sistem parlementer, anggota parlemen terdiri dari perwakilan partai politik yang dipilih oleh rakyat. Dengan demikian, parlemen pada dasarnya mewakili wewenang rakyat untuk memberikan legitimasi kepada pemimpin pemerintahan. Bagaimanapun, dukungan rakyat terhadap perdana menteri ataupun pemerintahan ditunjukkan melalui dukungan suara mereka 13 M.J. Vinod, M. Deshpande, Contemporary Political Theory, PHI Learning Pvd. Ltd., New Delhi, 2013, p M.J. Vinod, p

9 terhadap partai politik. Dalam sistem seperti ini, maka legitimasi diberikan lewat banyaknya jumlah suara dukungan mereka terhadap partai yang memerintah. Maka, bagi perdana menteri, besarnya tingkatan legitimasi yang dimilikinya ditentukan oleh besarnya kekuasaan partai politik pendukungnya dalam hal ini partai mayoritas yang ditentukan oleh dukungan publik lewat pemilihan umum. Berdasarkan hal ini, penting bagi perdana menteri untuk terus mempertahankan dukungan dari partai maupun publik. Dukungan publik akan meningkatkan kekuasaan partai dalam parlemen, dan dukungan partai akan mengamankan posisi perdana menteri dari jabatannya. Pemimpin yang memperoleh legitimasi tinggi tidak perlu lagi menghadapi ketakutan akan diturunkan sebelum masa akhir jabatannya ataupun kalah dalam pemilu. 15 Parlemen Jepang menganut sistem dua tingkat majelis. Dalam sistem yang demikian, legitimasi tinggi yang disebutkan diatas baru dapat ditetapkan setelah masa pemilu dua tingkat majelis selesai. Perdana Menteri seharusnya memiliki masa jabatan selama empat tahun. Namun, apabila partai mayoritas kehilangan pendukung dan tidak mampu menguasai suara mayoritas di dua tingat majelis dalam pemilu, masa pemerintahan perdana menteri di masa itu tidak akan bertahan lama. Semenjak tahun 2006, hal ini telah terjadi dalam tubuh pemerintahan Jepang, dimana perdana menteri terus berganti-ganti setiap tahun, sebagian besar disebabkan oleh menurunnya dukungan publik sehingga dukungan suara di parlemen juga berkurang, dan desakan dari partai politik sendiri mulai bermunculan. Dengan demikian, apabila perdana menteri memiliki dukungan dari parlemen yang menguasai dua tingkat majelis, maka perdana menteri tersebut memiliki tingkat legitimasi yang tinggi. Legitimasi yang tinggi memberikan kekuatan bagi perdana menteri untuk membentuk rezim dan menjalankan kebijakan yang diinginkannya dengan lebih leluasa. 15 M.J. Vinod, p. 16 9

10 Maka, Perdana Menteri Shinzo Abe memiliki keuntungan dalam menjalankan kebijakannya, selama dia dapat menyatukan opini di dalam partai itu sendiri dan mempertahankan kontrol atas kabinetnya. Namun, output atau kebijakan tersebut haruslah diambil secara hati-hati. Seperti yang tertera pada bagan diatas, rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi, dan memiliki hak untuk menetapkan anggota parlemen dalam pemilihan umum. Artinya, rakyat memegang kendali atas keadaan parlemen; partai manakah yang menjadi mayoritas dan berkuasa atas parlemen. Sehingga, pembuat kebijakan tidak dapat mengeluarkan kebijakan yang sembarangan, yang dapat menurunkan popularitasnya dimata publik. Hal ini sempat terjadi pada masa pemerintahan Shinzo Abe yang pertama, dimana secara singkat, Abe mengundurkan diri dari pemerintahannya setelah kebijakannya yang dirasa terlalu agresif dan dukungan terhadap administrasinya merosot. 16 Karenanya, pembuat kebijakan harus berhati-hati, dan menggunakan opini publik atas kebijakannya sebagai input untuk perkembangan kebijakan tersebut. Dalam penerapan konsep Dynamic Defense Force, kebijakan kemanan yang diambil terbentuk sebagai rangkaian kebijakan yang diambil dan diterapkan sedikit demi sedikit, sehingga perdana menteri dapat melihat sejauh mana penerimaan rakyat terhadap kebijakan keamanan yang diambil dan diterapkan. Hal ini krusial, karena kebijakan keamanan merupakan hal yang sensitif di Jepang, dan pembuat kebijakan harus membuat keputusan dengan cerdas, mempertimbangkan kultur masyarakat Jepang paska Perang Dunia II yang mengacu pada pasifisme dalam Konstitusi 1947, sehingga kebijakan dalam hal peningkatan keamanan atau kebijakan keamanan apapun merupakan isu yang sensitif. Singkatnya, sistem perpolitikan di Jepang mengatur bahwa penentu arah kebijakan Jepang adalah eksekutif yang membuat dan menjalankan kebijakan, dan parlemen sebagai pemegang kekuasaan legislatif. Dengan kata lain, kekuatan 16 BBC News, Profile: Shinzo Abe, 17 Desember 2012, < diakses 4 Juni

11 tersebut berada di tangan kabinet dan partai yang memegang suara mayoritas dan menguasai dua tingkat parlemen. Kekuatan perdana menteri ditentukan oleh seberapa besar dukungan yang dimiliki oleh perdana menteri atas dua lembaga tersebut. Selain itu, seberapa besar dukungan publik terhadap pemerintahannya akan berdampak langsung pada pemilu yang menentukan kekuasaan partai di parlemen. Berdasarkan ini, akan dilihat bagaimana Abe memiliki peluang yang lebih baik dalam menerapkan konsep Dynamic Defense Force sebagai kebijakan yang sesuai untuk merespon kondisi regional Asia Timur dengan melihat kecenderungan dukungan partai dan publik pada masa pemerintahannya yang kedua. D. Argumen Utama Pada masa pemerintahannya yang kedua, Shinzo Abe memiliki pendekatan yang lebih agresif dalam hal pertahanan dan keamanan Jepang daripada perdana menteri pendahulunya. Tindakan yang lebih agresif ini dilakukan untuk merespon kondisi regional Asia Timur yang dibandingkan masa sebelumnya, mengalami kenaikan intensitas. Agresifitas ini ditunjukkan lewat rangkaian kebijakan sebagai penerapan terhadap konsep keamanan Dynamic Defense Force, seperti peningkatan dana militer yang belum pernah dilakukan dalam satu dekade terakhir, ataupun penerapan pertahanan misil tiga lapis di ibu kota. Meskipun tindakan tersebut bersinggungan dengan prinsip pasifisme Jepang dan merupakan tindakan yang termasuk dalam isu sensitif bagi masyarakat, Shinzo Abe tidak kehilangan popularitasnya. Hal ini dikarenakan pada masa pemerintahannya yang kedua ini, Abe memiliki lehitimasi yang cukup tinggi, bersumber dari kekuasaan LDP sebagai partai mayoritas maupun tingkat dukungan publik yang disebabkan meningkatnya kekhawatiran publik terhadap China dan Korea Utara. Dengan demikian pemerintahan Abe masih dapat menjalankan agenda keamanannya, selama berhatihati untuk tetap memperhatikan opini publik masyarakat Jepang. 11

12 E. Jangkauan Penelitian Skripsi ini akan memiliki kurun waktu yang dipusatkan semenjak tahun 2006 pada masa pemerintahan Shinzo Abe yang pertama, hingga pada masa pemerintahan Shinzo Abe yang kedua pada tahun 2013 yang masih berjalan. Dalam kurun waktu tersebut, akan dilihat perubahan kondisi keamanan di Asia Timur dan perubahan konsep pertahanan di Jepang, termasuk perubahan status Self Defense Agency dan munculnya konsep Dynamic Defense Force serta penerapannya yang difokuskan pada masa pemerintahan Shinzo Abe yang kedua semenjak Desember F. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif berupa pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka, baik pustaka literatur yang terdiri dari buku, jurnal, serta artikel, maupun pustaka online. Adapun data-data yang diperoleh tersebut akan dikompilasikan, dievaluasi maupun dianalisa untuk kemudian dituliskan dalam skripsi sebagai hasil dari penelitian yang elaboratif. G. Organisasi Penulisan Skripsi ini dibagi menjadi empat bab, dimana bab I akan menjelaskan Pendahuluan dan berisi latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, argumen utama, jangkauan penelitian, metode penelitian, dan organisasi penulisan. Selanjutnya pada bab ke-ii akan dibagi menjadi empat sub bab. Yang pertama akan memaparkan sejarah politik keamanan Jepang paska pembentukan konstitusi 1947 sebelum dibentuknya NDPG tahun Sub bab kedua akan membahas postur pertahanan Jepang pada masa pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe 12

13 yang pertama pada tahun Berikutnya sub bab ketiga akan membahas mengenai NDPG 2010 dan Dynamic Defense Force dan penerapannya sebelum masa pemerintahan Shinzo Abe yang kedua. Sub-bab terakhir akan mengulas mengenai kebijakan pertahanan yang dikeluarkan oleh Shinzo Abe pada masa pemerintahannya yang kedua di tahun 2012 dan 2013 sebagai penerapan terhadap konsep Dynamic Defense Force sebagai respon terhadap kondisi regional Asia Timur. Bab III kemudian akan berisi ulasan menjawab mengapa Perdana Menteri Shinzo Abe dapat mengeluarkan kebijakan pertahanan yang cukup agresif tanpa kehilangan popularitasnya dimata rakyat. Dengan kata lain, bab ini akan membahas sumber legitimasi yang dimiliki oleh Shinzo Abe pada masa pemerintahannya yang kedua ini, dimulai dari dukungan kekuatan LDP sebagai partai mayoritas, tingkat penerimaan publik yang baik terhadap Abe serta pandangan publik terhadap ancaman bagi Jepang. Yang terakhir, akan dibahas mengenai kondisi regional Asia Timur dan bagaimana kondisi tersebut mempengaruhi politik domestik Jepang, teerutama terkait dengan kebijakan pertahanan yang dikeluarkan oleh Shinzo Abe. Bab terakhir, yaitu bab IV akan menutup skripsi ini dengan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan. 13

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG Pada bab ini, penulis akan menjelaskan sistem pemerintahan Jepang dan transformasi kebijakan kemanan

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jepang merupakan negara yang unik karena konsep pasifis dan anti militer yang dimilikinya walaupun memiliki potensi besar untuk memiliki militer yang kuat. Keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat membuat Jepang termotivasi untuk melakukan ekspansi wilayah ke

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat membuat Jepang termotivasi untuk melakukan ekspansi wilayah ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika militer mewarnai sejarah militer Jepang dimasa sebelum dan pasca Perang Dunia II. Sebelum kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang dikenal akan kekuatan

Lebih terperinci

UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER. Oleh. Abstract

UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER. Oleh. Abstract UPAYA JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHINZO ABE DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN MILITER Oleh Ananda F Ayu 1, Christy Damayanti 2, Herning Suryo 3 Abstract This study describes how Japan's efforts to improve

Lebih terperinci

BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5)

BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5) BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5) Pemerintah Dan Pemerintahan Pemerintah (Government) secara etimologis berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Politik dan Pemerintahan Jepang

Politik dan Pemerintahan Jepang Politik dan Pemerintahan Jepang Dasar Sistem Pemerintahan Jepang Jepang adalah negara Monarkhi Konstitusional dengan parlemen bikameral Japan dipimpin oleh Kaisar namun tidak memiliki kewenangan mengatur

Lebih terperinci

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. News. Retrieved from

BAB I PENDAHULUAN. News. Retrieved from BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Jepang kalah Perang Dunia II pada tahun 1945 Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu yang dipimpin oleh Amerika. Sejak saat itu banyak sekali campur

Lebih terperinci

Undang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran

Undang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran Pemerintahan Jepang Gedung Diet Undang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran Jepang yang berlaku hingga tahun 1946. UUD yang sekarang diumumkan

Lebih terperinci

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA Makalah Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RUSDIANTO KARIM SMA NEGERI 1 BONTOMARANNU TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN Sistem pemerintahan suatu

Lebih terperinci

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA A. SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER Sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa

Lebih terperinci

ditemukan bahwa konsentrasi PM 2.5 tertinggi di Jepang terjadi di kota Ichihara yang telah mencapai jumlah konsentrasi 127 mikrogram permeter kubik. P

ditemukan bahwa konsentrasi PM 2.5 tertinggi di Jepang terjadi di kota Ichihara yang telah mencapai jumlah konsentrasi 127 mikrogram permeter kubik. P BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peningkatan polusi udara Tiongkok yang terjadi pada tahun 2013 ditandai dengan tebalnya kabut asap yang terjadi di Beijing. Peningkatan polusi udara tersebut terjadi diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 1 TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 DISUSUN OLEH: NAMA NIM PRODI : IIN SATYA NASTITI : E1M013017 : PENDIDIKAN KIMIA (III-A) S-1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

Lebih terperinci

Suprastruktur Politik, Tenno & Masyarakat serta Sistem Pemilu dan Kepartaian Jepang

Suprastruktur Politik, Tenno & Masyarakat serta Sistem Pemilu dan Kepartaian Jepang Nama : Ansor Budiman NIM : 130205098 Suprastruktur Politik, Tenno & Masyarakat serta Sistem Pemilu dan Kepartaian Jepang Jepang menganut sistem pemerintahan parlementer, oleh karena itukekuasaan lembaga

Lebih terperinci

SISTEM PEMILU DI JERMAN

SISTEM PEMILU DI JERMAN SISTEM PEMILU DI JERMAN Jerman merupakan demokrasi parlementer berbentuk negara federasi. Organ konstitusi yang sangat dikenal masyarakat adalah Parlemen Federal, Bundestag. Anggotanya dipilih langsung

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF Oleh Kelompok 3 : Tondy Nugroho 153112350750001 Umayah Arindah 153112350750002 Mario Risdantino M. 153112350750005 Ketua Kelompok Tri Nadyagatari 153112350750006

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

SISTEM POLITIK INDONESIA

SISTEM POLITIK INDONESIA NAMA : VINA RACHMAYA NIM : 124 674 042 PRODI : S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2012 KELAS : B SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian Sistem, Politik, dan Sistem Politik a. Sistem Sistem menurut pamudji (1981:4)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

Sejarah Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah Hasil Penelitian. 50

Sejarah Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah Hasil Penelitian. 50 7 2.2.4. Sejarah Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah. 45 BAB 3 ANALISA DATA 3.1 Hasil Penelitian. 50 3.1.1 Hasil dan Pembahasan Wwancara Terhadap Parlingdungan Purba, SH., M.M (Anggota DPD Periode DPD 2009

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

Demokrasi: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Antara Teori dan Pelaksanaanya di Indonesia. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Demokrasi: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Antara Teori dan Pelaksanaanya di Indonesia. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: 05 Fakultas PSIKOLOGI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaanya di Indonesia Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengantar: Arti, Makna,

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

1. Jelaskan pengertian pemerintahan : Jawab: a. Dalam arti luas b. Dalam arti sempit 2. Jelaskan pengertian pemerintahan menurut Utrecht : Jawab:

1. Jelaskan pengertian pemerintahan : Jawab: a. Dalam arti luas b. Dalam arti sempit 2. Jelaskan pengertian pemerintahan menurut Utrecht : Jawab: 1. Jelaskan pengertian pemerintahan : a. Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badab legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suaru negara dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti. "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti. negara/negeri matahari terbit. Nama ini disebut dalam korespondensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang disebut Nihon dalam bahasa Jepang. Kata Nihon berarti "negara/negeri matahari terbit". Nama ini disebut dalam korespondensi Kekaisaran Jepang dengan Dinasti

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

Sistem Pemerintahan. Fitra Arsil

Sistem Pemerintahan. Fitra Arsil Sistem Pemerintahan Fitra Arsil Susunan Pemerintahan Horisontal Dalam membahas pembagian kekuasaan Horisontal (separation of powers), hanya akan dibahas hubungan antara eksekutif dan legislatif, karena

Lebih terperinci

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern 1 Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern Disusun oleh: Pamungkas Satya Putra Pamungkas Satya Putra Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang Karawang 2014 2 Perkuliahan Tema Pamungkas

Lebih terperinci

Soal CPNS Tata Negara + PEMBAHASAN

Soal CPNS Tata Negara + PEMBAHASAN LATIHAN SOAL TES CPNS Soal CPNS Tata Negara + PEMBAHASAN 1. Yang disebut dengan Negara Protektorat adalah a. Negara yang terdiri atas beberapa Negara bagian b. gabungan dua buah negara atau lebih yang

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : SMP NEGERI 1 Prambanan, Sleman. Alokasi Waktu : 6 X 40 Menit ( 3 x pertemuan )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : SMP NEGERI 1 Prambanan, Sleman. Alokasi Waktu : 6 X 40 Menit ( 3 x pertemuan ) lampiran Lampiran 1.1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan : SMP NEGERI 1 Prambanan, Sleman : Pendidikan Kewarganegaraan : VIII/2 : V Alokasi Waktu : 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 The Columbia Encyclopedia, Yoshida Shigeru (online), 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 1 The Columbia Encyclopedia, Yoshida Shigeru (online), 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekalahan dari Sekutu dalam Perang Dunia II membuat Jepang harus rela menjadi negara yang tidak memiliki militer aktif seperti yang tertulis di dalam perjanjian San

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri PEMBAGIAN SISTEM KETATANEGARAAN Bentuk Negara Bentuk Pemerintahan Sistem Pemerintahan Sistem Politik 1. Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat pasca Perang Dunia II kerap diikuti dengan kebijakan proteksionisme negara Jepang, khususnya dalam bidang agrikultur

Lebih terperinci

Macam-macam Sistem Pemerintahan. 1. Monarki dan Tirani

Macam-macam Sistem Pemerintahan. 1. Monarki dan Tirani Macam-macam Sistem Pemerintahan 1. Monarki dan Tirani Monarki berasal dari kata monarch yang berarti raja, yaitu jenis kekuasaan politik di mana raja atau ratu sebagai pemegang kekuasaan dominan negara

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB IV PENGARUH KUAT LIBERAL DEMOCRATIC PARTY (LDP) DALAM PEMERINTAHAN JEPANG

BAB IV PENGARUH KUAT LIBERAL DEMOCRATIC PARTY (LDP) DALAM PEMERINTAHAN JEPANG BAB IV PENGARUH KUAT LIBERAL DEMOCRATIC PARTY (LDP) DALAM PEMERINTAHAN JEPANG Pada bab ini, penulis akan memaparkan faktor yang mempengaruhi perumusan Undang-undang Kemanan tahun 2015. Menurut penulis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Arti, Makna, Manfaat Demokrasi Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat Arti, Makna dan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF Susilo Imam Santosa I Ketut Suardita Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Constitutionally Indonesia adopted a presidential

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan negara ini kehilangan kedaulatannya dan dikuasai oleh Sekutu. Berdasarkan isi dari Deklarasi Potsdam, Sekutu sebagai

Lebih terperinci

POLITIK & SISTEM POLITIK

POLITIK & SISTEM POLITIK POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri negara demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu) yang terjadwal dan berkala. Amandemen UUD 1945 yakni Pasal 1 ayat (2), menyatakan

Lebih terperinci

Makalah Mengenai Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dalam Ketatanegaraan Indonesia BAB I PENDAHULUAN

Makalah Mengenai Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dalam Ketatanegaraan Indonesia BAB I PENDAHULUAN Makalah Mengenai Keberadaan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Dalam Ketatanegaraan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

DEMOCRACY DAN CIVIL SOCIETY

DEMOCRACY DAN CIVIL SOCIETY DEMOCRACY DAN CIVIL SOCIETY Oleh Abul Nizam Al-ZanZami/ 201310360311111 Dosen Pembimbing : Najamudin Tema : Demokrasi Dan Peranan Masyarakat Sipil Judul : Demokrasi Inggris Dari Monarki Absolut Menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Modul ke: 02 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Latar Belakang Perlunya Negara B. Pengertian dan Definisi Negara C. Unsur-Unsur Negara D. Klasifikasi Negara E. Sifat Organisasi

Lebih terperinci

Kredo Tentang Perbedaan: Perempuan di Parlemen di Norwegia

Kredo Tentang Perbedaan: Perempuan di Parlemen di Norwegia S T U D I K A S U S Kredo Tentang Perbedaan: H E G E S K J E I E KETIKA STASIUN TELEVISI NORWEGIA MENAYANGKAN ACARA DEBAT PARLEMENTER atau laporan tentang rapat krisis kabinet, potongan tradisional berambut

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia Oleh Syamsuddin Haris Apa Masalah Pemilu-pemilu Kita? (1) Pemilu-pemilu (dan Pilkada) semakin bebas, demokratis, dan bahkan langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara adalah suatu organisasi yang terdiri dari masyarakat yang mempunyai sifat-sifat khusus antara lain sifat memaksa, dan sifat monopoli untuk mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

Badan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif

Badan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif Badan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif Eksekutif Dinegara demokratis biasanya terdiri atas negara beserta menteri-menterinya. Secara lebih luas badan eksekutif juga mencakup PNS dan militer. Anggota lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan

Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang

Lebih terperinci

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA - B Adriana Grahani Firdausy, S.H., M.H. BADAN EKSEKUTIF PENGERTIAN Badan pelaksana UU yang dibuat oleh badan legislatif bersama dengan Pemerintah

Lebih terperinci

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) A. Pengertian Politik POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan rangkaian

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. memiliki isu-isu high politics dan low politics yang menarik untuk dibicarakan.

BAB I. Pendahuluan. memiliki isu-isu high politics dan low politics yang menarik untuk dibicarakan. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Tiongkok dan Jepang adalah dua negara di kawasan Asia Timur yang memiliki isu-isu high politics dan low politics yang menarik untuk dibicarakan. Selain memiliki kedekatan

Lebih terperinci

Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017

Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017 Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia Herlambang P. Wiratraman 2017 Pokok Bahasan Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Wewenang Presiden dan Wakil Presiden Kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara 187 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara bentuk negara kesatuan Indonesia. Ditemukan 7 peluang yuridis terjadinya perubahan non-formal

Lebih terperinci

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMERINTAH TIONGKOK MENGHADAPI KEBANGKITAN MILITER JEPANG ( )

STRATEGI PEMERINTAH TIONGKOK MENGHADAPI KEBANGKITAN MILITER JEPANG ( ) STRATEGI PEMERINTAH TIONGKOK MENGHADAPI KEBANGKITAN MILITER JEPANG (2007-2016) The Chinese Government s Strategy Faces a Revival of The Japanese Military (2007-2016) Friska Ramasanti Ilmu Hubungan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha pembangunan yang sebesar-besarnya dalam memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat diwilayah sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME

UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME UPAYA ETNIS KURDI DALAM MENDAPATKAN PERAN POLITIK DI IRAK PASCA REZIM SADDAM HUSSEIN RESUME Disusun oleh: EKA RIBUT SAPUTRA NIM : 151040024 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan KMA Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Proses Pembuatan Kebijakan

Lebih terperinci