BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN. Proses simulasi dilakukan pada komputer dengan spesifikasi sebagai. - prosesor : Pentium Dual Core 2,66 Ghz,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN. Proses simulasi dilakukan pada komputer dengan spesifikasi sebagai. - prosesor : Pentium Dual Core 2,66 Ghz,"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Model Batuan Proses simulasi dilakukan pada komputer dengan spesifikasi sebagai berikut : - prosesor : Pentium Dual Core 2,66 Ghz, - memori (RAM) : 960 Mb, DDR2 PC4200, - harddisk : 80 Gb, - kartu grafik : ATI RADEON XPRESS 200 Series. Untuk model 2 dimensi, simulasi dilakukan pada model dengan panjang sisi adalah 30 satuan sel yang dimulai dari porositas 0,1 sampai dengan 0,9 dengan pertambahan sebesar 0,05. Sedangkan untuk model 3 dimensi, simulasi dilakukan pada model dengan panjang sisi atau rusuk 10 satuan sel yang dimulai dari porositas 0,02 sampai dengan 0,7 dengan pertambahan sebesar 0,02. Waktu total yang tercatat adalah waktu bersih yang diperlukan selama program bekerja. Total waktu yang tercatat adalah detik untuk model 2 dimensi arah sumbu X dan detik untuk arah sumbu Y. sedangkan untuk model 3 dimensi, detik diperlukan untuk penelusuran pada sumbu X, detik untuk sumbu Y dan detik untuk sumbu Z. Total waktu yang dibutuhkan untuk keseluruhan proses adalah detik atau 22 jam 2 menit 14 detik.

2 46 Gambar 4.1 adalah gambar hasil program simulasi 2 dimensi, untuk penelusuran pada arah sumbu X dan sumbu Y. Bila dibandingkan dengan gambar yang dihasilkan pada program sebelumnya yaitu gambar 4.2 maka secara visual kesuksesan program dalam hal pencarian seluruh jalur yang memungkinkan untuk tembus telah tercapai. (a)

3 47 (b) Gambar 4.1 Contoh pengambilan data model 2 dimensi (a) pada arah sumbu X, (b) pada arah sumbu Y. Gambar 4.2 Contoh pengambilan data model 2 dimensi pada program sebelumnya. [Ariwibowo, 2006]

4 48 Pada model 3 dimensi, jalur yang terbentuk sangat rumit dan jalur-jalurnya tidak dapat diamati dengan mudah. Bila dibandingkan dengan gambar 4.4 hasil pada program sebelumnya maka akan tampak perubahan yang signifikan atas hasil dari program pengembangan ini. Berikut ini adalah gambar hasil program 3 dimensi dengan nilai transparasi sama dengan nol. (a) (b)

5 49 (c) Gambar 4.3 Contoh pengambilan data model 3 dimensi dengan nilai transparansi 0 (a) pada arah sumbu X, (b) pada arah sumbu Y, (c) pada arah sumbu Y. Gambar 4.4 Contoh pengambilan data model 3 dimensi pada program sebelumnya dengan nilai transparansi 0. [Ariwibowo, 2006]

6 50 Pada gambar 4.5 di bawah ini, terdapat 3 buah gambar yang menunjukkan hasil model 3 dimensi dengan transparansi gambar senilai 0,3. Pada gambar 4.5(a) dengan arah penelusuran sumbu X tidak tampak garis-garis jalur yang menandakan tidak adanya jalur pada arah pencarian sumbu X. Sebagai perbandingan untuk ketiga gambar ini adalah gambar 4.6 yang merupakan contoh hasil program model 3 dimensi sebelumnya. (a)

7 51 (b) (c) Gambar 4.5 Contoh pengambilan data model 3 dimensi dengan nilai transparansi 0,5 (a) pada arah sumbu X, (b) pada arah sumbu Y, (c) pada arah sumbu Z.

8 52 Gambar 4.6 Contoh pengambilan data model 3 dimensi pada program sebelumnya dengan nilai transparansi 0,5. [Ariwibowo, 2006] Dapat dilihat bahwa pada program sebelumnya baik 2 dimensi maupun 3 dimensi jalur-jalur yang terbentuk sangatlah sederhana dan mengabaikan jalur-jalur yang berpotensi lainnya. 4.2 Hasil Perhitungan Besaran-besaran Model Perkolasi Berikut ini adalah hasil pengambilan data hubungan antara persen tembus atau probabilitas perkolasi (P(Φ)) terhadap porositas (Φ) untuk model 2 dimensi pada arah X dan Y. Pada gambar 4.7 adalah gambar keseluruhan sedangkan pada gambar 4.8 adalah gambar perbesaran pada nilai perkolasi kritis.

9 53 (a) (b) Gambar 4.7 Data nilai perkolasi terhadap porositas dari model 2 dimensi (b) pada arah X (b) pada arah Y.

10 54 (a) (b) Gambar 4.8 Data nilai perkolasi terhadap porositas dari model 2 dimensi (a) pada arah X (b) perbesaran pada nilai perkolasi kritis

11 55 Tampak pada gambar 4.8 bahwa nilai perkolasi kritis untuk model 2 dimensi pada arah X adalah pada saat porositasnya 0.35 dan pada arah Y pun bernilai 0,35 juga. Selanjutnya adalah hasil pengambilan data hubungan antara persen tembus atau probabilitas perkolasi P(p) terhadap porositas atau perkolasi (p) untuk model 3 dimensi pada arah X, Y, Z. Pada gambar 4.9 adalah gambar keseluruhan sedangkan pada gambar 4.10 adalah gambar perbesaran pada nilai perkolasi kritis. (a)

12 56 (b) (c) Gambar 4.9 Data nilai perkolasi terhadap porositas dari model 3 dimensi (a) pada arah X (b) pada arah Y (c) pada arah Z

13 57 (a) (b)

14 58 (c) Gambar 4.10 Data nilai perkolasi yang diperbesar pada nilai perkolasi kritis. Tampak pada model 3 dimensi, nilai perkolasi lebih bervariasi. Pada arah X nilai perkolasi kritis berada ketika porositas model sama dengan 0,06, pada arah Y adalah 0,08 dan pada arah Z perkolasi kritis berada ketika porositas model bernilai 0,1.

15 Tortuositas Berikut ini adalah hasil pengambilan data sebaran nilai tortuositas rata-rat untuk berbagai nilai porositas pada model 2 dimensi pada arah X dan Y. (a) (b) Gambar 4.11 Data sebaran nilai tortuositas rata-rata yang diperoleh dari model 2 dimensi (a) pada arah X (b) pada arah Y. Pada model 2 dimensi arah X nilai maksimum tortuositas rata-rata adalah 1,582 pada porositas 0,463 dan nilai minimum tortuositas rata-rata adalah

16 60 1,051 pada porositas 0,919. Sedangkan pada arah Y nilai maksimum tortuositas rata-rata adalah 1,583 pada porositas 0,509 dan nilai minimumnya adalah 1,046 pada porositas 0,92. Sehingga pada keseluruhan model 2 dimensi, rentang nilai bilangan koordinasi dimulai dari nilai 1,046 hingga 1,583. (a) (b) (c) Gambar 4.12 Data sebaran nilai tortuositas rata-rata yang diperoleh dari model 3 dimensi pada arah Z

17 61 Pada model 3 dimensi arah X nilai maksimum tortuositas rata-rata adalah 3,019 pada porositas 0,247 dan nilai minimum tortuositas rata-rata adalah 1,265 pada porositas 0,153. Sedangkan pada arah Y nilai maksimum tortuositas rata-rata adalah 3,018 pada porositas 0,263 dan nilai minimumnya adalah 1,216 pada porositas 0,199. Pada arah Z nilai maksimum tortuositas rata-ratanya adalah 2,874 pada porositas 0,391 dan nilai minimum rata-ratanya adalah 1,231 pada porositas 0,151. Sehingga pada keseluruhan model 3 dimensi, rentang nilai tortuositas rata-rata dimulai dari nilai 1,216 hingga 3,019. Pada grafik nilai tortuositas terhadap nilai porositas terdapat anomali ketika porositas berada pada nilai di bawah 0,24. Fenomena ini tidak mendukung hasil eksperimen para peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa nilai tortuositas akan berkurang sesuai dengan pertambahan nilai porositas. Oleh karena itu dilakukan pemisahan pada ketiga grafik gambar 4.12 ketika nilai porositasnya 0,24 hingga membentuk grafik seperti pada gambar 4.13 dan gambar Hal ini dilakukan agar perilaku nilai tortuositas ketika porositas di bawah nilai 0,24 dapat diamati secara terpisah.

18 62 (a) (b)

19 63 (c) Gambar 4.13 Porositas vs Tortuositas dengan porositas di bawah nilai 0,24 (a) arah sumbu X (b) arah sumbu Y (c) arah sumbu Z. (a)

20 64 (b) (c) Gambar 4.14 Porositas vs Tortuositas dengan porositas di atas nilai 0,24 (a) arah sumbu X (b) arah sumbu Y (c) arah sumbu Z.

21 65 Setelah dipisah, grafik nilai tortuositas terhadap porositas ketika nilai porositas di atas 0,24 dibandingkan dengan hasil pengamatan Bruggeman (1935) dan Boudrau (1996). Gambar 4.15 Perbandingan nilai tortuositas terhadap nilai porositas dengan pengamatan-pengamatan sebelumnya. Dapat dilihat kesamaan arah perubahan nilai berupa penurunan nilai tortuositas ketika nilai porositas bertambah. Pada porositas di bawah 0,24 terdapat perilaku yang berbeda karena ketika nilai porositas semakin kecil maka bentuk jalur tembus akan semakin sederhana. Hal ini menyebabkan panjang jalur semakin pendek dan nilai toruositas semakin kecil. Pada gambar 4.15 tampak bahwa saat nilai porositas bertambah, pada grafik hasil tugas akhir nilai tortuositas berkurang lebih lambat dibanding dengan grafik lainnya. Hal ini diakibatkan kelemahan yang dijelaskan pada sub bab 4.3 yang menejelaskan ketidakmampuan program untuk menelusuri jalur yang bergerak mundur.

22 66 (a) (b) Gambar 4.16 Bentuk jalur tembus yang sederhana yang menyebabkan nilai tortuositas rendah pada (a) porositas 0,165 (b) porositas 0,204.

23 67 Tampak pada gambar 4.16, jalur-jalur tembus yang terbentuk pada model sangat sederhana dan menyebabkan nilai tortuositas berkurang ketik nilai tortositas mengecil Bilangan Koordinasi Berikut ini adalah hasil pengambilan data sebaran nilai bilangan koordinasi rata-rata untuk berbagai nilai porositas pada model 2 dimensi pada arah X dan Y. (a)

24 68 (b) Gambar 4.17 Data sebaran nilai bilangan koordinasi rata-rata yang diperoleh dari model 2 dimensi pada arah Y. Pada model 2 dimensi arah X nilai maksimum bilangan koordinasi ratarata adalah 2,688 pada porositas 0,743 dan nilai minimum bilangan koordinasi rata-rata adalah 1,939 pada porositas 0,331. Sedangkan pada arah Y nilai maksimum tortuositas rata-rata adalah 2,698 pada porositas 0,689 dan nilai minimumnya adalah 1,938 pada porositas 0,347. Sehingga pada keseluruhan model 2 dimensi, rentang nilai bilangan koordinasi dimulai dari nilai hingga Pada model 3 dimensi arah X nilai maksimum bilangan koordinasi ratarata adalah 6,252 pada porositas 0,582 dan nilai minimum bilangan koordinasi rata-rata adalah 1,833 pada porositas 0,128. Sedangkan pada arah Y nilai maksimum bilangan koordinasi rata-rata adalah 6,481 pada porositas 0,621 dan nilai minimumnya adalah 1,819 pada porositas 0,13.

25 69 Pada arah Z nilai maksimum bilangan koordinasi rata-ratanya adalah 6,419 pada porositas 0,524 dan nilai minimum bilangan koordinasi rata-ratanya adalah 1,8 pada porositas 0,104. (a) (b)

26 70 (c) Gambar 4.18 Data sebaran nilai bilangan koordinasi rata-rata yang diperoleh dari model 3 dimensi pada arah Z. Pada keseluruhan model 3 dimensi, rentang nilai bilangan koordinasi dimulai dari nilai 1,8 hingga 6,481. Gambar 4.19 Perbandingan nilai Bilangan Koordinasi terhadap nilai porositas dengan hasil pengamatan sebelumnya oleh Dullien (1992).

27 71 Pada gambar 4.19 terlihat bahwa data hasil eksperimen ini mendukung hasil yang diperoleh Dullien (1992), yaitu bilangan koordinasi bertambah sering dengan naiknya porositas Koefisien Anisotropik Berikut ini adalah hasil pengambilan data sebaran nilai koefisien anisotropik τ XY untuk berbagai nilai porositas pada model 2 dimensi. Gambar 4.20 Data sebaran nilai koefisien anisotropik τ XY yang diperoleh dari model 2 dimensi Pada model 2 dimensi nilai maksimum bilangan nilai koefisien anisotropik τ XY adalah 1,193 pada porositas 0,528 dan nilai minimum koefisien anisotropik τ XY adalah 0,810 pada porositas 0,509.

28 72 (a) (b) Gambar 4.21 Data sebaran nilai (a) koefisien anisotropik XZ (b) koefisien anisotropik τ YZ yang diperoleh dari model 3 dimensi Pada model 3 dimensi nilai maksimum koefisien anisotropik τ XZ adalah 1,735 pada porositas 0,235 dan nilai minimum koefisien anisotropik τ XZ adalah 0,604 pada porositas 0,199. Sedangkan nilai maksimum koefisien anisotropik τ YZ adalah 1,651 pada porositas 0,351 dan nilai minimum koefisien anisotropik τ YZ adalah 0,609 pada porositas 0,467. Dari nilai maksimum dan minimum di atas dapat diamati tidak adanya pola yang berkaitan antara nilai porositas dan nilai koefisien anisotropik. Nilai koefisien anisotropik tersebar merata di sekitar nilai 1. Dapat diamati pula bahwa pada porositas yang tinggi model 2 dimensi dan 3 dimensi cenderung isotropik yang ditunjukan dengan semakin merapatnya sebaran nilai koefisien anisotropik. τ

29 Kelemahan Program Selain menghasilkan perbaikan dibanding program sebelumnya, program ini memiliki kelemahan pada kasus jalur tembus bergerak ke arah belakang atau mundur seperti pada gambar 4.22 Gambar 4.22 Kelemahan program pada jalur yang bergerak mundur Kelemahan ini pada dasarnya menghindari kejanggalan yang diakibatkan bila terjadi kasus seperti pada gambar 4.23 di bawah ini. Gambar 4.23 Kejanggalan pada kasus jalur tembus bergerak mundur

30 74 Hal ini dapat terjadi karena kemudahan fluida untuk mengalir ke jalur dengan arah garis tegas lebih mudah dibandingkan mengalir ke jalur dengan arah garis putus-putus. Kemudian dilakukan pengujian ulang untuk program dengan kemampuan mencari jalur kearah belakang seperti gambar 4.23 di atas maka salah satu gambar hasilnya seperti gambar 4.24 di bawah ini. Gambar 4.24 Contoh gambar hasil pengujian ulang dengan program yang dapat mencari jalur yang bergerak mundur. Setelah dilakukan perubahan dan dilakukan pengambilan data untuk mengamati perilaku tortuositas terhadap perubahan porositasnya, grafik yang dihasilkan dari sebaran nilai rata-rata tortuositas terhadap porositas model 2 dimensi seperti pada gambar 4.25 di bawah ini.

31 75 (a) (b) Gambar 4.25 Grafik perilaku perubahan tortuositas terhadap porositas pada model 2 dimensi (a) pada arah sumbu X, (b) pada arah sumbu Y. Bila grafik pada gambar 4.25 dibandingkan dengan grafik pada gambar 4.15 dapat dilihat perubahan terutama pada gambar 4.25(b) yang tampak linier. Hal ini dapat terjadi ketika program memiliki kemampuan untuk mencari jalur yang bergerak mundur pada arah serong belakang. Bila program memiliki kemampuan untuk mencari jalur yang bergerak lurus ke

32 76 arah belakang maka pada model dengan porositas yang cukup rendah panjang jalur akan lebih panjang atau tortuositas lebih besar dan seiring dengan bertambahannya porositas maka panghambat jalur akan semakin berkurang dan jalur tembus yang terbentuk akan semakin pendek. Penurunan nilai tortuositas seiring pertambahan nilai porositas akan lebih besar dari grafik 4.25(b), sehingga grafik yang dihasilkan akan lebih mendekati grafik hasil penelitian-penelitian sebelumnya seperti pada gambar 4.15.

BAB III PEMBUATAN MODEL BATUAN DAN PERHITUNGAN BESARAN FISIS MODEL. 3.1 Pengujian Model dengan Menggunakan Metode Selular Automata

BAB III PEMBUATAN MODEL BATUAN DAN PERHITUNGAN BESARAN FISIS MODEL. 3.1 Pengujian Model dengan Menggunakan Metode Selular Automata BAB III PEMBUATAN MODEL BATUAN DAN PERHITUNGAN BESARAN FISIS MODEL 3.1 Pengujian Model dengan Menggunakan Metode Selular Automata 3.1.1 Pencarian Titik Masuk Awal dan Titik Akhir Pada tahap awal program,

Lebih terperinci

KAJIAN PERKOLASI, TORTUOSITAS, DAN BILANGAN KOORDINASI MODEL BATUAN POROSITAS RENDAH YANG DIBENTUK OLEH RANDOM NUMBER GENERATOR TUGAS AKHIR

KAJIAN PERKOLASI, TORTUOSITAS, DAN BILANGAN KOORDINASI MODEL BATUAN POROSITAS RENDAH YANG DIBENTUK OLEH RANDOM NUMBER GENERATOR TUGAS AKHIR KAJIAN PERKOLASI, TORTUOSITAS, DAN BILANGAN KOORDINASI MODEL BATUAN POROSITAS RENDAH YANG DIBENTUK OLEH RANDOM NUMBER GENERATOR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan S-1 di Program

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang BAB II TEORI DASAR 2.1 Besaran-besaran Fisis Batuan Sifat fisis struktur makro dari batuan dipengaruhi oleh bentuk struktur mikro batuan tersebut [Palciauskas et al., 1994]. Dua buah besaran fisis yang

Lebih terperinci

BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Eksperimen Data penelitian didapatkan dari dua batuan sampel yaitu batu apung dan batu karbonat. Ukuran dimensi data pada batu karbonat untuk rekonstruksi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Algoritma yang telah dirancang, akan diimplementasikan dalam program simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Keutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah:

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SISTEM 4.1 Perangkat Sistem 4.1.1 Perangkat Lunak Perangkat lunak atau software yang digunakan pada keseluruhan sistem, baik yang terdapat pada sisi host maupun pada sisi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan Terdapat empat buah kesimpulan sesuai Tujuan Penelitian pada Bab I. Kesimpulan pada poin ke-1 dan poin ke-3 merupakan kesimpulan yang terkait pada Tujuan Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi. 4.3 Pemodelan Data yang digunakan dalam pemodelan adalah data anomali gayaberat 4D akibat perubahan fluida. Data dari titik pengukuran sangat sedikit untuk mencakup inversi daerah semarang yang luas, maka

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi Program Simulasi. mengevaluasi program simulasi adalah sebagai berikut :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi Program Simulasi. mengevaluasi program simulasi adalah sebagai berikut : BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Program Simulasi Dari keseluruhan perangkat lunak yang dibuat pada skripsi ini akan dilakukan implementasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan simulasi

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Diskusi

Bab IV Analisis dan Diskusi Bab IV Analisis dan Diskusi IV.1 Hasil Perhitungan Permeabilitas Pemodelan Fisis Data yang diperoleh dari kelima model fisis saluran diolah dengan menggunakan hukum Darcy seperti tertulis pada persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dunia teknologi dan sistem informasi semakin berkembang pesat. Berdasarkan perkembangan tersebut, organisasi dalam bahasan ini perusahaan kontraktor

Lebih terperinci

Spesifikasi Kebutuhan Software Spesifikasi software yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi penjualan Toko Batik Candi Luhur berbasis web adalah:

Spesifikasi Kebutuhan Software Spesifikasi software yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi penjualan Toko Batik Candi Luhur berbasis web adalah: Spesifikasi Sistem Spesifikasi Kebutuhan Software Spesifikasi software yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi penjualan Toko Batik Candi Luhur berbasis web adalah: 1. Developer Berikut adalah beberapa

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. di bumi. Mineral biasa ditemukan dalam bentuk butiran yang diameternya

BAB II TEORI DASAR. di bumi. Mineral biasa ditemukan dalam bentuk butiran yang diameternya BAB II TEORI DASAR 2.1 Batuan Mineral terbentuk secara alamiah oleh alam dari gabungan senyawa kimia di bumi. Mineral biasa ditemukan dalam bentuk butiran yang diameternya berkisar antara sub atomik hingga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan program dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan program dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pelaksanaan Pembuatan Program 1. Waktu Pembuatan program dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 1 Mei 2014. 2. Tempat Pembuatan program dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Untuk menjalankan aplikasi ini ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengguna. Spesifikasi kebutuhan berikut ini merupakan spesifikasi

Lebih terperinci

JENIS JENIS RAM. Eky Windriya Syafitri TI Sore

JENIS JENIS RAM. Eky Windriya Syafitri TI Sore JENIS JENIS RAM Eky Windriya Syafitri 1310652034 TI Sore PENGERTIAN RAM RAM (Random Access Memory) adalah sebuah perangkat keras komputer yang bertugas untuk menyimpan data. RAM bersifat sementara artinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis tidak lepas dari penghitungan dan analisa data-data, dalam hal ini komputer dapat dikembangkan untuk proses pendataan dan penghitungan yang rumit.

Lebih terperinci

- Istilah-istilah RAM : 1. Speed 2. Megahertz 3. PC Rating 4. CAS Latency Penjelasan lebih lengkap disini

- Istilah-istilah RAM : 1. Speed 2. Megahertz 3. PC Rating 4. CAS Latency Penjelasan lebih lengkap disini Definisi RAM (Random Access Memory) RAM (Random Access Memory) adalah sebuah tipe penyimpanan komputer yang isinya dapat diakses dalam waktu yg tetap tidak memperdulikan letak data tersebut dalam memori.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Saat melakukan perancangan program aplikasi ini digunakan hardware dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Saat melakukan perancangan program aplikasi ini digunakan hardware dan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perancangan Program Saat melakukan perancangan program aplikasi ini digunakan hardware dan software yang spesifikasinya adalah sebagai berikut : 1. Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Analisis Permasalahan Pada regresi berganda terdapat beberapa masalah yang dapat terjadi sehingga dapat menyebabkan estimasi koefisien regresi menjadi tidak stabil.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 42 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Komputer yang Digunakan Spesifikasi sistem komputer yang digunakan untuk menjalankan program simulasi adalah sebagai berikut. 4.1.1 Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

Performance. Team Dosen Telkom University 2016

Performance. Team Dosen Telkom University 2016 Performance Team Dosen Telkom University 2016 Definisi Performa Pesawat Kapasitas (orang) Jarak Tempuh (mil) Kecepatan (mil/jam) Berat (kg) Boeing 777 375 4630 610 228.750 Boeing 747 470 4150 610 268.700

Lebih terperinci

Seri ini melanjutkan generasi prosesor baru dengan melipatgandakan kekuatan tanpa meningkatkan biaya produksi.

Seri ini melanjutkan generasi prosesor baru dengan melipatgandakan kekuatan tanpa meningkatkan biaya produksi. Peningkatan Minor Seri ini melanjutkan generasi prosesor baru dengan melipatgandakan kekuatan tanpa meningkatkan biaya produksi. Statistik menunjukkan bahwa tren notebook tetap tinggi meskipun tergerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan militer, kini telah digunakan secara luas di berbagai bidang, misalnya Bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. dan militer, kini telah digunakan secara luas di berbagai bidang, misalnya Bisnis, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan komputer dewasa ini telah mengalami banyak perubahan yang sangat pesat seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Komputer yang

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase)

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase) BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase) 5.1 Lingkungan Implementasi Implementasi merupakan tahapan dimana hasil perancangan yang telah dibangun mulai diterapkan pada kondisi yang menyerupai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan terhadap hasil perancangan yang telah diperoleh sebelumnya. Hasil perancangan pada tahap perancangan akan diimplemetasikan menjadi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap yang dimulai dari analisa hingga hasil penelitian, seperti diilustrasikan dalam Gambar

Lebih terperinci

Sejarah perkembangan RAM

Sejarah perkembangan RAM Sejarah perkembangan RAM 1. R A M RAM yang merupakan singkatan dari Random Access Memory ditemukan olehrobert Dennard dan diproduksi secara besar besaran oleh Intel pada tahun 1968, jauh sebelum PC ditemukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian adalah pada Semester Genap Tahun Akademik mendukung dan menunjang pelaksanaan penelitian.

METODE PENELITIAN. penelitian adalah pada Semester Genap Tahun Akademik mendukung dan menunjang pelaksanaan penelitian. III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Komputer Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan sistem, implementasi dan evaluasi simulasi pelayanan retoran cepat saji dengan menggunakan metode next event time advance.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Untuk mengetahui manfaat dari aplikasi backup dan restore ini, perlu dilakukan suatu implementasi. Implementasi yang benar dan tepat sasaran memerlukan pula ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan aplikasi perancangan SIG lokasi klinik hewan di wilayah Medan akan tampil baik menggunakan Mozilla Firefox, untuk menjalankan aplikasi ini buka Mozilla

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik tanaman padi yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi komponen hasil (jumlah malai per m 2, persen gabah isi, dan produktivitas) dan serapan hara (serapan total

Lebih terperinci

GERAK LURUS Kedudukan

GERAK LURUS Kedudukan GERAK LURUS Gerak merupakan perubahan posisi (kedudukan) suatu benda terhadap sebuah acuan tertentu. Perubahan letak benda dilihat dengan membandingkan letak benda tersebut terhadap suatu titik yang diangggap

Lebih terperinci

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK Dalam bab ini, kita akan mengamati perambatan gelombang pada fluida ideal dengan dasar rata. Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar 3.1 Aliran Fluida pada Dasar

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan percetakaan terdapat banyak departemen. Salah satu divisi yang cukup penting adalah departemen produksi. Departemen produksi merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 152 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1 Hardware Sistem yang dikembangkan menggunakan spesifikasi komputer sebagai berikut: 1. Prosesor Intel Core 2 Duo E4300 1,80 GHz,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat yang modern dan serba digital. Kehadiran komputer sangat memberi

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat yang modern dan serba digital. Kehadiran komputer sangat memberi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan komputerisasi berkembang sangat pesat, berbagai penemuan baru dan munculnya teknologi yang semakin canggih menciptakan alat-alat yang modern

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk

Lebih terperinci

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600 Citra asli Citra ya Inisialisasi: Topologi jaringan, Bobot awal, Lebar tetangga, Nilai laju awal pembelajaran Kriteria pemberhentian Training Error> -6 Epoch< 4 Alpha> HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian

Lebih terperinci

GEOMETRI ANALIT DI R3

GEOMETRI ANALIT DI R3 GEOMETRI ANALIT DI R3 1. Persamaan berderajat pertama dengan tiga variabel di Persamaan yang berbentuk Ax + By + Cz + D = 0, (3*) dengan A, B, C, D merupakan bilangan real dan A, B, C tak bersama-sama

Lebih terperinci

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) A. LANDASAN TEORI Misalkan χ merupakan matriks berukuran nxp, dengan baris-baris yang berisi observasi sebanyak n dari p-variat variabel acak X. Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Analisis Kebutuhan Fungsi dan Kinerja Fungsi dan kinerja yang dibutuhkan dalam aplikasi ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI Analisis Kebutuhan Fungsi dan Kinerja Fungsi dan kinerja yang dibutuhkan dalam aplikasi ini adalah sebagai berikut: BAB III METODOLOGI 3.1 Pengumpulan Data Tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan pembuatan aplikasi ini, diantaranya mencari dan mengumpulkan data mengenai contoh kuis dan gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Data Pengambilan data dilakukan dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebagai berikut: Pengujian : Sembilan kecepatan motor (1000 RPM, 1200 RPM, 1400 RPM,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Dalam bab ini akan dijelaskan dan ditampilkan bagaimana hasil dari rancangan sistem yang dibuat beserta pembahasan tentang sistem tersebut. Adapun hasil dari

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tujuan Umum

1. Pendahuluan. 2. Tujuan Umum 1. Pendahuluan Proses pemahaman akan lebih cepat dijalani jika dilakukan melalui jalur yang seimbang antara teori dan praktikum, tak terkecuali untuk matakuliah Analisis Kinerja Sistem ini. Proses pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi dari Sistem Informasi Rekrutmen Karyawan PT. Intidragon Suryatama. 4.1. Konfigurasi Perangkat Keras

Lebih terperinci

::

:: SEJARAH MEMORI/ RAM Sirmauli irmasirmauli.coa@gmail.com :: http://irmasirmauli.blogspot.com Abstrak RAM (Random Access Memory) merupakan sebuah perangkat keras komputer yang berfungsi sebagai alat penyimpanan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah: Processor : Intel Pentium IV 2,13 GHz

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah: Processor : Intel Pentium IV 2,13 GHz 62 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah: Processor :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1 Tampilan Hasil dan Pembahasan Berikut ini adalah tampilan hasil dan pembahasan Aplikasi Media Pembelajaran Tajwid Al-Qur an Berbasis Mobile menggunakan Emulator yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Selama proses pengujian aplikasi rute terpendek akan digunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang berspesifikasi sama. Hal ini dilakukan agar

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Piranti yang digunakan untuk pelatihan maupun pengujian sistem terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. 4.1.1 Perangkat Keras Perangkat keras

Lebih terperinci

Tips Memilih Spesifikasi Komputer

Tips Memilih Spesifikasi Komputer Tips Memilih Spesifikasi Komputer Oleh : Damar Swandanu Abstrak Komputer merupakan suatu alat yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak di dalamnya. Sebuah komputer biasanya terdiri dari perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian maka dampak buruk akibat kondisi lingkungan yang kurang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. demikian maka dampak buruk akibat kondisi lingkungan yang kurang baik dapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hal yang merugikan lingkungan banyak terjadi sehingga diperlukan kesadaran dari setiap orang agar lebih peduli terhadap lingkungan. Dengan demikian maka dampak buruk

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA PENDETEKSI KERUSAKAN MODUL SURYA

BAB III ALGORITMA PENDETEKSI KERUSAKAN MODUL SURYA BAB III ALGORITMA PENDETEKSI KERUSAKAN MODUL SURYA Bab ini menerangkan urutan langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat simulator algoritma pendeteksi kerusakan modul surya. Urutan langkah tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Permasalahan Hasil uji ANOVA yang didapat dari rancangan percobaan akan sah atau valid nilainya jika memenuhi salah satu asumsi yang telah ditetapkan. Salah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Aplikasi pintu otomatis ini menggunakan spesifikasi perangkat keras dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Aplikasi pintu otomatis ini menggunakan spesifikasi perangkat keras dan 31 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Aplikasi pintu otomatis ini menggunakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang sama untuk semua pengujian. 4.1.1 Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang komprehensif dan akurat tentang badan usaha yang dikelola atau yang

BAB I PENDAHULUAN. yang komprehensif dan akurat tentang badan usaha yang dikelola atau yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanpa data dan informasi yang memadai dan akurat, setiap pihak yang memerlukan informasi keuangan dari suatu badan usaha akan mengambil keputusan yang salah dan tanpa

Lebih terperinci

BAB IV EKSPERIMEN. 4.1 Tujuan

BAB IV EKSPERIMEN. 4.1 Tujuan BAB IV EKSPERIMEN Pada bab ini dibahas mengenai eksperimen penggunaan SVM dalam pendeteksian intrusi pada jaringan. Pembahasan ini meliputi tujuan yang ingin dicapai melalui eksperimen ini, parameter evaluasi

Lebih terperinci

BAB V. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab lima laporan Tugas Akhir ini, akan dijelaskan mengenai proses implementasi perangkat lunak dari hasil perancangan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu,

Lebih terperinci

U K D W BAB I PENDAHULUAN

U K D W BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui nilai angka kredit guru itu sangat penting, karena untuk menilai mutu atau kualitas kinerja dari setiap guru, selain itu angka kredit juga berguna

Lebih terperinci

PCQue Standard. Apa itu PCQue Standard?

PCQue Standard. Apa itu PCQue Standard? Apa itu PCQue Standard? PCQue Standard PCQue Standard merupakan sistem antrian yang secara keseluruhan telah menggunakan komputer sebagai perangkat utama. Berbasiskan software antrian yang powerfull, menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Absorbtivitas Molar I 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan dilakukan dengan mereaksikan KI

Lebih terperinci

Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan

Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan BAB II TEORI DASAR.1 Batuan Berpori Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan padat (matriks) dan rongga-rongga kosong (pori). Pada batuan, bagian pori inilah yang terisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Pemrosesan dan Analisis Data 4.1.1 Pembangkitan Data Untuk membangkitkan nilai varibel Y yang berdistribusi binomial maka sebelum melakukan membangkitkan nilai

Lebih terperinci

BAB IV PERCOBAAN DAN ANALISIS. Percobaan metode kompresi citra fraktal menggunakan algoritma

BAB IV PERCOBAAN DAN ANALISIS. Percobaan metode kompresi citra fraktal menggunakan algoritma BAB IV PERCOBAAN DAN ANALISIS Percobaan metode kompresi citra fraktal menggunakan algoritma genetika dilakukan menggunakan bahasa pemrograman Matlab 7.6.0.324 (R2008a). Percobaan dilakukan pada komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah pemilihan lokasi usaha yang tepat merupakan salah satu faktor penunjang suksesnya suatu usaha. Dalam pemilihan lokasi usaha yang tepat diperlukan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN. 5.1 Tujuan Pengujian. 5.2 Perancangan Kasus Uji

BAB V PENGUJIAN. 5.1 Tujuan Pengujian. 5.2 Perancangan Kasus Uji BAB V PENGUJIAN Bagian ini membahas tentang pengujian yang dilakukan terhadap perangkat lunak Dio-StockAnalyzer yang telah diimplementasikan. Kemudian hasil pengujian tersebut akan dianalisis untuk mengetahui

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Toko Rudi Music merupakan salah satu toko alat musik di kota Magelang yang menjual berbagai macam alat musik. Toko ini tidak buka cabang dan merupakan toko

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Dalam bab ini dibahas mengenai hasil dan uji coba aplikasi game berburu bebek yang telah dirancang dan dibuat. Hasil dan uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah aplikasi dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Perkembangan teknologi informasi khususnya jaringan Internet telah membawa perubahan dalam tingkah laku sosial masyarakat dalam berinteraksi. Masyarakat sudah mengenal Internet

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.

BAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori. 16 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Serial Sectioning Pengetahuan tentang struktur pori tiga dimensi secara komputasi menjadi bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan algoritma Bipartite Matching yang telah dirancang, maka perlu dilakukan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan algoritma Bipartite Matching yang telah dirancang, maka perlu dilakukan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Aplikasi Untuk mengetahui nilai manfaat dari program aplikasi pemainan Sudoku dengan menggunakan algoritma Bipartite Matching yang telah dirancang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat dengan jenis yang beragam mulai dari game strategy, adventure,

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat dengan jenis yang beragam mulai dari game strategy, adventure, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi informasi, saat ini perkembangan game begitu pesat dengan jenis yang beragam mulai dari game strategy, adventure, arcade, puzzle, sport,

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. kebutuhan fungsional dan analisis kebutuhan non-fungsional.

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. kebutuhan fungsional dan analisis kebutuhan non-fungsional. BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN 2.1 Analisis Kebutuhan Dalam analisis kebutuhan sistem terbagi menjadi dua jenis yaitu analisis kebutuhan fungsional dan analisis kebutuhan non-fungsional. 2.1.1 Kebutuhan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tahap Pembangunan Sistem 4.1.1. Implementasi Windows Server 2012 R2 Pada tahap pertama, penulis menggunakan Windows Server 2012 R2 sebagai sistem operasi pada server utama,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Rancangan Arsitektur Sistem Arsitektur sistem yang akan dikembangkan dari penelitian ini terdiri dari 2 Komponen, yaitu: Komponen pertama adalah Komponen web, yaitu bagian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Rancangan Pada sub bab spesifikasi rancangan ini akan dibahas mengenai spesifikasi perangkat lunak dan spesifikasi perangkat keras. 4.1.1 Spesifikasi Perangkat

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Lunak Aplikasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang dibutuhkan agar dapat menjalankan aplikasi ini adalah

Lebih terperinci

BAB 4 APLIKASI DAN IMPLEMENTASI. Untuk implementasi basis data pada PD Rudy Motors dibutuhkan spesifikasi

BAB 4 APLIKASI DAN IMPLEMENTASI. Untuk implementasi basis data pada PD Rudy Motors dibutuhkan spesifikasi BAB 4 APLIKASI DAN IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Untuk implementasi basis data pada PD Rudy Motors dibutuhkan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang memandai. Berikut akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sebelum dapat mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi evaluasi

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sebelum dapat mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi evaluasi BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum dapat mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi evaluasi siswa ini, dibutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak dengan kondisi tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA HASIL SISTEM

BAB 4 ANALISA HASIL SISTEM BAB 4 ANALISA HASIL SISTEM 4.1. Umum Pada bab ini akan dilakukan mengenai pengujian terhadap prosentase kemiripan dari sistem aplikasi yang telah dirancang. lingkup uji coba sistem aplikasi ini adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL SIMULASI

BAB V HASIL SIMULASI 46 BAB V HASIL SIMULASI Pada bab ini akan disajikan beberapa hasil pendekatan numerik harga opsi put Amerika menggunakan metode beda hingga. Algoritma yang disusun di bawah ini untuk menentukan harga opsi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Bab IV berisi tentang implementasi dan evaluasi sistem.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Bab IV berisi tentang implementasi dan evaluasi sistem. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab IV berisi tentang implementasi dan evaluasi sistem. 4.1 Implementasi Untuk dapat menjalankan sistem sesuai rancangan yang telah dibuat, dibutuhkan spesifikasi minimum

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Tahapan implementasi merupakan kelanjutan dari kegiatan rancangan sistem dan dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mewujudkan sistem yang telah dirancang. Langkah langkah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4. Implementasi 4.. Spesifikasi Hardware untuk Pengembangan Sistem Aplikasi dikembangkan dengan (satu) buah PC dengan spesifikasi sebagai berikut : - Processor : 3 GHz -

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap aplikasi yang dibangun. Tahapan ini dilakukan setelah analisis dan perancangan selesai dilakukan dan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 36 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 KONSEP (CONCEPT) Aplikasi ini dibuat untuk pembelajaran bagi user menentukan benda yang tepat dalam ruangan yang tepat, dimana user lebih dominan pada kegiatan bermain

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Adapun spesifikasi komputer yang digunakan penulis dalam melakukan simulasi pada aplikasi penelitian pengenalan citra wajah dengan variasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN RENTANG UKURAN BUTIR TERHADAP BESARAN BATUAN

HUBUNGAN RENTANG UKURAN BUTIR TERHADAP BESARAN BATUAN DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.epa.13 HUBUNGAN RENTANG UKURAN BUTIR TERHADAP BESARAN BATUAN Siti Sarah Munifah a), Siska Nuraidah, Siti Marya Darmawati, Selly Feranie b) Departemen Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR TEORI FUNGSI Fungsi yaitu hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Unsur-unsur pembentukan fungsi yaitu variabel (terikat dan bebas), koefisien dan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk menjalankan alat bantu normalisasi ini dibutuhkan sarana perangkat keras

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk menjalankan alat bantu normalisasi ini dibutuhkan sarana perangkat keras BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Untuk menjalankan alat bantu normalisasi ini dibutuhkan sarana perangkat keras dan piranti lunak sebagai berikut : Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi pada saat melakukan perancangan prototipe aplikasi mikrokontroller dengan smart card pada Stasiun Kereta

Lebih terperinci

Memilih Laptop Yang Baik Untuk Game

Memilih Laptop Yang Baik Untuk Game Memilih Laptop Yang Baik Untuk Game Rakhmat Gunawan ogunogun@ymail.com :: ogunguogun@gmail.com Abstrak Seiring dengan berkembangnya teknologi khususnya di bidang elektronik, masyarakat saat ini mulai beralih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Hasil akhir dari pelaksanaan penelitian tugas akhir ini yaitu berupa suatu aplikasi pengolahan data penjualan kendaraan pada PD. Rezeki Palembang yang di buat menggunakan

Lebih terperinci

BAB VIII APLIKASI MODEL

BAB VIII APLIKASI MODEL BAB VIII APLIKASI MODEL 8.1. Umum Seluruh tahapan dalam proses pengembangan model pemilihan moda, pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh prediksi jumlah penumpang yang menggunakan moda tertentu jika

Lebih terperinci