SKRIPSI ALFIANTI SARI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI ALFIANTI SARI H"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO DAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) (Studi Kasus : BRI unit Cibungbulang, Bogor) SKRIPSI ALFIANTI SARI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN ALFIANTI SARI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus : BRI Unit Cibungbulang, Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting. UMKM berperan dalam mengatasi masalah perekonomian Indonesia, khususnya dalam mengurangi pengangguran dengan menyediakan kesempatan kerja. Menurut Kementrian UMKM dan Koperasi 2010, pada tahun 2009 UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar orang dan pada tahun 2008 sebesar orang. UMKM juga berkontribusi dalam penciptaan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2009, peran UMKM terhadap penciptaan nilai PDB nasional atas harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 58,17 persen dari total PDB nasional. UMKM tersebut yang berkontribusi paling banyak adalah usaha mikro. Usaha mikro yang memiliki peran penting dalam peningkatan PDB dan mengurangi pengangguran sebagian besar terdapat pada sektor agribisnis (tidak hanya sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tetapi juga sebagian besar dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran serta industri pengolahan). Masalah utama dalam sektor agribisnis mikro terutama sektor pertanian yaitu kurangnya permodalan petani. Lembaga perbankan sangat berperan dalam hal ini, akan tetapi seperti yang kita ketahui petani sangat sulit meminjam modal di bank. Kekurangan-kekurangan ini dapat diatasi oleh lembaga keuangan yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang ada hingga pelosok kecamatan. BRI memiliki dua program kredit yaitu Kupedes merupakan kredit komersial untuk UMKM dan KUR Mikro yang merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah. Meskipun kedua program ini berasal dari lembaga keuangan yang sama, tetapi memiliki performa pengembalian yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada BRI Unit Cibungbulang, Bogor. Data yang digunakan terbagi kedalam dua bagian yaitu data primer dan sekunder. Data primer berupa informasi yang diperoleh melalui diskusi dengan pihak manajemen BRI Unit Cibungbulang dan didapat secara langsung dari responden yang menjadi sampel yaitu nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI Unit Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro adalah jangka waktu pengembalian dan tingkat pendidikan. Dari hasil output dapat dijelaskan bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka peluang kelancarannya semakin kecil karena arah yang dimiliki bertanda negatif. Hal ini dikarenakan variabel jangka waktu pengembalian KUR Mikro disesuaikan dengan perputaran uang yang dimiliki nasabah. Pada umumnya sektor perdagangan yang perputaran uangnya lebih cepat sehingga jangka waktu yang lebih singkat merupakan yang terbaik. Dari hasil output juga dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka peluang kelancaran ii

3 pengembalian kredit semakin kecil. hal tersebut dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka nasabah mengetahui bahwa KUR Mikro merupakan kredit pemerintah tetapi pengetahuan tersebut tidak dipahami secara mendalam. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian Kupedes yaitu faktor jumlah tanggungan keluarga. Faktor jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap peluang kelancaran pengembalian kredit yaitu semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka peluang kelancaran pengembalian kredit semakin kecil. Variabel jumlah tanggungan keluarga proyeksi dari konsumsi rumah tangga. Pada umumnya usaha mikro merupakan home industry sehingga peran keluarga sangat berpengaruh. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar pengeluaran rumah tangga maka pendapatan bersih rumah tanggapun semakin kecil. hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah tunggakan Kupedes. Saran yang dapat diajukan bagi PT. BRI Unit Cibungbulang diantaranya : Pertama, pihak BRI Unit Cibungbulang dalam memilih debitur KUR Mikro sebaiknya lebih memperhatikan tingkat pendidikan nasabah dan jangka waktu pengembaliannya. Kedua, pihak BRI Unit Cibungbulang dalam memilih debitur Kupedes harus lebih memerhatikan faktor jumlah tanggungan keluarga. Ketiga, Sebaiknya diadakannya pendampingan usaha dan monitoring dari pihak BRI. iii

4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO DAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) (Studi Kasus : BRI unit Cibungbulang, Bogor) ALFIANTI SARI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iv

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus: BRI Unit Cibungbulang, Bogor) : Alfianti Sari : H Disetujui, Pembimbing Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Istitut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus : BRI Unit Cibungbulang, Bogor) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2011 Alfianti Sari H vi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 6 maret 1989 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Asundih dan Ibu Ayatih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Islam Miftahul Falah Jakarta pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP Negeri 142 Jakarta. Lalu penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2007 di SMA Negeri 78 Jakarta. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2007 dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai mayor. Selama mengikuti pendidikan, penulis meraih juara I dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan DPW I POPMASEPI di Universitas Jambi. Penulis juga aktif di organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA). Penulis pernah ikut serta dalam beberapa kepanitiaan di kampus seperti Agrination 2008 dan 2009, Olimpiade Mahasiswa IPB Penulis memperoleh beasiswa dari Bank Central Asia (BCA) cabang Bogor selama menempuh perkuliahan di IPB. Penulis juga berhasil didanai dalam Program Kretivitas Mahasiswa di bidang Kewirausahaan 2010 (PKM-K) dengan tulisan yang berjudul fruitaro (snack sehat dari talas dengan rasa buah asli). vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) (Studi Kasus: BRI Unit Cibungbulang, Bogor). Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang, Bogor. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pihak-pihak yang terkait dan pembaca. Bogor, Mei 2011 Alfianti Sari viii

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada ; 1. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Nunung kusnadi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Ngatari sebagai pemimpin cabang BRI cabang Bogor Dewi Sartika, Arie Djunianto sebagai Kepala Unit BRI Unit Cibungbulang, Ananta Pasdiah (Mantri 1), Yadi Setiadi (Mantri 2), Andita Hidayat (CS 1), Nia Herlina (CS 2), Reni Anggraeni (Teller 1), Gita Puspita (Teller 2), Tatang Sutisna, M. Nur, dan Murdoh atas waktu, kesempatan dan informasi yang telah diberikan kepada penulis. 5. Nasabah KUR Mikro dan Kupedes sektor Agribisnis PT. BRI Unit Cibungbulang, Bogor yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian. 6. Ibu dan Bapak tercinta serta adikku (Irfan dan Raffi) yang memberikan dukungan moril dan material, doa, serta kasih sayang yang tiada pernah putus. Semoga skripsi ini menjadi persembahan yang terbaik dan awal untuk membahagiakan kalian. 7. Zulfikri Kordova V Patzick yang telah mendukung moril, doa dan memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. 8. Seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, seminar, dan sidang. ix

10 9. Siska Oktavianis sebagai pembahas, Citra Sari, Astri Yulita, Ana, Risa, Febi dan teman-teman AGB yang tidak saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat Nuri Evelina, Septia Magdalena, Sri Wahyuni, Fachri W atas bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini. 11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Bogor, Mei 2011 Alfianti sari x

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik UMKM Performance Kredit Usaha Rakyat BRI Performance Kredit Umum Pedesaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Unsur-unsur Kredit Siklus Kredit Pertimbangan Kredit Kualitas Kredit Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Metode Penentuan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif (Metode Regresi Logistik) Definisi Operasional V GAMBARAN UMUM BANK RAKYAT INDONESIA Sejarah Bank Rakyat Indonesia Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan Jangka Panjang BRI Bidang Usaha BRI Gambaran Umum BRI Cabang Bogor Dewi Sartika Gambaran Umum BRI Unit Cibungbulang Persyaratan, Mekanisme Penyaluran dan Cara pembayaran KUR dan Kupedes 49 xiii xv xvi xi

12 VI VII PEMANFAATAN KUR MIKRO DAN KUPEDES DI BRI UNIT CIBUNGBULANG Mekanisme Penyaluran KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang Persyaratan KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KUR MIKRO DAN kupedes Penilaian Model KUR Mikro dan Kupedes Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KUR Mikro dan Kupedes VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro, kecil, Menengah, dan Besar Tahun Perkembangan Jumlah Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun Perkembangan jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Harga Dasar Konstan Tahun Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro Menurut Sektor Ekonomi Tahun Atas harga Konstan Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional Menurut Sektor Ekonomi Per 31 Januari Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional Per 31 Januari Nilai Tunggakan Riil (Non Performing Loan/NPL) KUR Mikro dan Kupedes BRI Unit Cibungbulan Mei 2009 Januari Jumlah Debitur KUR Nasional per Mei 2008 dan Per 31 Juli Persyaratan KUR Mikro Persyaratan Kupedes Persyaratan KUR Mikro dan Kupedes Sebaran Responden KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Jenis usaha Sebaran Responden Berdasarkan Ada atau Tidak Adanya Usaha Sampingan Sebaran Responden Berdasarkan Pemanfaatan KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nasabah Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga. 63 xiii

14 19. Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Frekuensi peminjaman Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Omset Nasabah Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Jangka Waktu pengembalian Kredit Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Agunan yang diberikan Sebaran Responden Pengembalian KUR mikro dan Kupedes Berdasarkan Pendapatan Bersih Nasabah Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Classification Tabel Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Omnibus Test Of Model Coefficient dengan Metode Enter Dugaan parameter Regresi Logistik Berdasarkan Hosmer and Lemeshow Test Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Variables in the equation Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Classification Tabel Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Omnibus Test Of Model Coefficient dengan Metode Enter Dugaan parameter Regresi Logistik Berdasarkan Hosmer and Lemeshow Test Dugaan Parameter Regresi Logistik Berdasarkan Variables in the equation 76 xiv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Grafik Perkembangan NPL KUR dan Kupedes BRI Unit Cibungbulang pada Bulan Juni 2009 Januari Siklus Perkreditan Kerangka Pemikiran Operasional Struktur organisasi BRI Unit Cibungbulang Skema Penyaluran KUR Mikro dan Kupedes BRI Unit Cibungbulang Mekanisme Pembayaran Kredit Diagram Karakteristik Tingkat Pengembalian KUR BRI Unit Cibungbulang Diagram Karakteristik Tingkat Pengembalian Kupedes BRI Unit Cibungbulang xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Penelitian Output Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR BRI Unit Cibungbulang Output Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengembalian Kupedes BRI Unit Cibungbulang Formulir KUR Mikro Formulir Kupedes xvi

17 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting. Peran tersebut dapat dilihat pada saat krisis moneter tahun 1998, UMKM dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja. Begitupula peran UMKM pada saat krisis global tahun 2007, ketika perusahaan besar tidak mampu bertahan menghadapi krisis global tetapi usaha mikro, kecil dan menengah mampu menghadapi hal tersebut dan mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan jumlah PDB dan penyerapan tenaga kerja 1. Kontribusi UMKM dapat dilihat berdasarkan perkembangan jumlah UMKM yang ada di Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 2,64 persen yaitu dari unit pada tahun 2008 menjadi unit pada tahun Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, menengah, dan besar tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar Tahun Jumlah (unit) Perkembangan No. Indikator Tahun Tahun 2008*) 2009**) Unit % 1. Usaha Mikro ,61 2. Usaha Kecil (UK) ,70 3. Usaha Menengah (UM) ,57 Total Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ,64 4. Usaha Besar (UB) ,58 Jumlah ,64 Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010) 1 Nguyen T Dampak Krisis Global dan Kenaikan BBM terhadap UKM di Indonesia. [8 April 2011] 1

18 Berdasarkan Tabel 1 persentase jumlah UMKM yang ada di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 99,99 persen dan pada tahun 2009 sebesar 99,99 persen dari total skala usaha yang ada di Indonesia. Jumlah pelaku usaha terbesar menurut skala usaha di Indonesia pada tahun dimiliki oleh usaha mikro yaitu mencapai 98,90 persen pada tahun 2008 dan 98,88 persen pada tahun 2009 dari total pelaku usaha yang ada. Hal ini menunjukan betapa besarnya peran usaha mikro dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Perkembangan jumlah usaha mikro menurut sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit terbesar dalam pembangunan perekonomian pada tahun tersebut adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tercatat sebesar 51,57 persen pada tahun 2008 dan 50,53 persen pada tahun 2009 diikuti oleh (2) Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 28,29 persen pada tahun 2008 dan 28,96 persen pada tahun 2009 lalu diikuti oleh (3) Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,27 persen pada tahun 2008 dan 6,49 persen pada tahun 2009 dan diikuti oleh (4) Sektor industri pengolahan sebesar 6,25 persen pada tahun 2008 dan 6,14 persen pada tahun Tabel 2. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun Jumlah (unit) Perkembangan No. Sektor Ekonomi Tahun Tahun 2008*) 2009**) Unit % 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ,54 2. Pertambangan dan penggalian ,07 3. Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih ,76 5. Bangunan ,93 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,03 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,36 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ,33 9. Jasa-Jasa ,96 Jumlah ,61 Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010) 2

19 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sektor agribisnis memberikan peran yang cukup besar dalam perkembangan jumlah usaha mikro yang ada di Indonesia. Sektor agribisnis disini tidak hanya dari sektor pertanian, peternakan. kehutanan dan perikanan saja, akan tetapi juga sebagian besar terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Perkembangan jumlah usaha mikro menurut sektor ekonomi tahun dapat dilihat pada Tabel 2. UMKM berperan dalam mengatasi masalah perekonomian Indonesia, khususnya dalam mengurangi pengangguran dengan menyediakan kesempatan kerja dan membuka lapangan kerja. Pada tahun 2009, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar orang dan pada tahun 2008 sebesar orang. Jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UMKM tersebut meningkat sebesar 2,33 persen pada tahun 2009 atau orang dibanding tahun Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja menurut Skala Usaha Tahun Jumlah (orang) Perkembangan No. Indikator Tahun Tahun 2008*) 2009**) orang % 1. Usaha Mikro ,51 2. Usaha Kecil (UK) ,03 3. Usaha Menengah (UM) ,61 Total Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ,33 4. Usaha Besar (UB) ,534-2,96 Jumlah ,18 Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010) Dari Tabel 3 dapat kita lihat bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar adalah usaha mikro yang mencapai 90,73 persen pada tahun 2008 dan persen pada tahun Hal ini menunjukan betapa besarnya peran usaha mikro dalam mengatasi masalah pengangguran di Indonesia. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja usaha mikro menurut sektor ekonomi yang memiliki proporsi terbesar dalam mengatasi pengangguran pada tahun

20 tersebut adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tercatat sebesar 47,51 persen pada tahun 2008 dan 46,71 persen pada tahun 2009 dan kemudian diikuti oleh (2) Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 22,11 persen pada tahun 2008 dan 22,79 persen pada tahun 2009 lalu diikuti oleh (3) Sektor industri pengolahan sebesar 9,65 persen pada tahun 2008 dan 9,81 persen pada tahun Proporsi tersebut membuktikan bahwa sektor agribisnis juga memberikan peranan yang cukup besar dalam mengatasi pengangguran. Adanya Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pengangguran yang ada di Indonesia dapat diatasi. Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja Usaha Mikro menurut sektor ekonomi tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun Jumlah (orang) Perkembangan No. Sektor Ekonomi Tahun Tahun 2008*) 2009**) Orang % 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ,77 2. Pertambangan dan penggalian ,88 3. Industri Pengolahan ,28 4. Listrik, Gas dan Air Bersih ,56 5. Bangunan ,87 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,67 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,32 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ,01 9. Jasa-Jasa ,74 Jumlah ,51 Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010) Berdasarkan Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa perkembangan penyerapan jumlah tenaga kerja tahun 2009 pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami peningkatan sebesar orang atau 0,77 persen dari tahun sebelumnya. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan sebesar orang atau sebesar 5,67 persen dari tahun 4

21 sebelumnya serta sektor industri mengalami peningkatan sebesar orang atau sebesar 4,28 persen dari tahun sebelumnya. UMKM dalam memajukan perekonomian Indonesia juga dapat dilihat berdasarkan kontribusinya dalam penciptaan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2009, peran UMKM terhadap penciptaan nilai PDB nasional atas harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar ,3 milyar rupiah atau 58,17 persen dari total PDB nasional. Konstribusi UMKM tersebut meningkat sebesar ,1 milyar rupiah atau 4,20 persen dibanding tahun sebelumnya. Diantara UMKM tersebut proporsi terbesar dimiliki oleh usaha mikro. Proporsi usaha Mikro dalam penciptaan nilai PDB pada tahun 2008 kurang lebih 32,82 persen dan pada tahun 2009 kurang lebih 32,68 persen. Perkembangan Nilai PDB menurut skala usaha tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Jumlah (Milyar) Perkembangan No. Indikator Tahun Tahun 2008*) 2009**) Milyar % 1. Usaha Mikro ,08 2. Usaha Kecil (UK) ,84 3. Usaha Menengah (UM) ,73 Total Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ,20 4. Usaha Besar (UB) ,97 Jumlah ,52 Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010) Usaha Mikro yang memiliki proporsi terbesar dalam penciptaan PDB tersebut adalah (1) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tercatat sebesar 37,81 persen pada tahun 2008 dan 37,92 persen pada tahun 2009 dan diikuti oleh (2) Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 29,90 persen pada tahun 2008 dan 29,23 persen pada tahun 2009 dan lalu diikuti oleh (3) Sektor jasa-jasa sebesar 10,17 persen pada tahun 2008 dan 10,30 persen pada tahun 2009 serta diikuti oleh (4) Sektor industri pengolahan sebesar 9,35 persen pada tahun 2008 dan 9,49 persen pada tahun

22 Sektor agribisnis dapat dikatakan memiliki peran yang besar dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan Nilai PDB Usaha Mikro menurut sektor ekonomi tahun atas harga dasar konstan tahun 2000 dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 dan Tabel 4 dapat dinyatakan bahwa agribisnis walaupun sebagian besar dalam usaha mikro sangat berperan dalam perekonomian Indonesia terutama dalam hal peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja dan PDB. Sektor agribisnis dalam hal ini tidak hanya sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tetapi juga sebagian besar dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Tabel 6. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro menurut Sektor Ekonomi Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 No. Sektor Ekonomi Jumlah (Milyar) Tahun 2008*) Tahun 2009**) Perkembangan Milyar % 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan , , ,9 4,4 2. Pertambangan dan penggalian , , ,0 7,2 3. Industri Pengolahan , , ,7 5,7 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 33,9 34,4 0,5 1,5 5. Bangunan , , ,4 7,8 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,6 1,7 7. Pengangkutan dan Komunikasi , , ,0 6,9 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , ,2 843,5 4,0 9. Jasa-Jasa , , ,9 5,4 Nilai PDB Total , , ,6 4,0 Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2010) Menurut Ashari (2009), masalah utama dalam sektor agribisnis (pertanian) yaitu kurangnya permodalan petani dan pelaku usaha pertanian. Perbankan sangat berperan aktif dalam memajukan pertanian di Indonesia khususnya dalam hal permodalan, akan tetapi seperti yang kita ketahui petani sangat sulit meminjam modal di bank. Hal tersebut terkait peraturan yang ditetapkan oleh bank (seperti jumlah agunan dan lamanya usaha yang telah berjalan), baik bank pemerintah maupun bank swasta. Penyaluran kredit perbankan nasional ke sektor pertanian 6

23 yang sudah berjalan dan yang terjadi di lapangan masih sangat kecil yaitu di bawah 6 persen. Pada umumnya sistem perkreditan yang diterapkan oleh bank-bank yang ada di Indonesia menyulitkan petani dan UMKM. Sistem yang umumnya menyulitkan terletak pada syarat-syarat peminjaman yang harus dipenuhi. Syaratsyarat yang menyulitkan petani dan UMKM pada umumnya adalah jaminan yang tinggi, cicilan pembayarannya melebihi pendapatan rumah tangga setiap bulannya, lamanya pencairan dana, dan jangkauan yang sangat terbatas. Hal tersebut membuat petani dan UMKM sulit meminjam modal pada lembaga keuangan perbankan. Kekurangan-kekurangan yang pada umumnya dimiliki oleh perbankan dapat diatasi oleh lembaga keuangan ini yaitu Bank rakyat Indonesia (BRI). Jaringan BRI yang ada hingga pelosok Kecamatan (Bank Unit Desa) menyebabkan BRI masih menjadi leader dalam penyaluran kredit di sektor pertanian dan pedesaan. Bank rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor unggulan, melalui program Unit Desa. BRI Unit Desa ini dibentuk pada pertengahan 1970-an yang digunakan untuk menyalurkan kredit Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan pada tahun 1984 Bimas dihapuskan dan BRI menciptakan kredit umum pedesaan (Kupedes) dan sekaligus memperkenalkan Simpanan Pedesaan (Simpedes) (Ashari 2009). Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) merupakan suatu kredit komersial yang dimiliki oleh BRI yang diperuntukan bagi UMKM untuk memperoleh modal tambahan usaha. Satu hal yang perlu diketahui adalah bagi nasabah yang ingin meminjam harus memiliki agunan (jaminan). Persyaratan harus memiliki agunan menyulitkan para petani dan UMKM yang usahanya layak untuk dijalankan tapi bermasalah dalam hal permodalan serta tidak mempunyai agunan sebagai jaminan kredit. Oleh karena itu, pemerintah bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada di Indonesia untuk mempermudah UMKM mendapatkan dana yaitu dengan dikeluarkannya Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tanggal 5 November Bank BRI merupakan salah satu bank yang dipercaya untuk menyalurkan kredit ini (Retnadi, 2008). Adanya KUR Mikro dan Kupedes membuat BRI mempunyai dua program kredit untuk UMKM yaitu Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang 7

24 merupakan kredit komersial lembaga keuangan tersebut dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah. Tabel 7. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional menurut Sektor Ekonomi Per 31 Januari 2011 NO. Sektor Ekonomi Plafon Kredit Jumlah Debitur Rp Juta (%) Debitur (%) 1. Pertanian , ,76 2. Pertambangan , , Industri Pengolahan , ,37 4. Listrik Gas dan Air , , Konstruksi , ,10 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel , ,52 7. Pengangkutan,Pergudangan, Komunikasi , ,20 8. Jasa-jasa Dunia Usaha , ,65 9. Jasa-jasa Sosial/ Masyarakat , , Lain-lain , ,83 Total , ,000 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2011) Pada Tabel 7. Terlihat bahwa sektor ekonomi yang paling banyak menyerap KUR adalah (1) Sektor perdagangan, restoran, dan hotel sebesar 64,01 persen dan diikuti oleh (2) Sektor pertanian yang tercatat sebesar 16,94 persen serta (3) Sektor lain-lain sebesar 7,37 persen lalu diikuti oleh (4) Jasa dunia usaha sebesar 4,51 persen dan (5) Industri pengolahan sebesar 2,32 persen. KUR disalurkan oleh enam bank pelaksana yang disetujui oleh pemerintah yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Bukopin serta pada tahun 2010 direalisasikan oleh 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD). Ketiga belas bank tersebut adalah Bank DKI, Bank Jabar-Banten, Bank Jateng, Bank Jatim, BPD Yogyakarta, Bank Nagari, Bank NTB, Bank Sulut, Bank Kalbar, Bank Kalsel, Bank Kalteng, Bank Maluku, dan Bank Papua. Realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) nasional per 31 Januari 2011 dapat dilihat pada Tabel 8. 8

25 Tabel 8. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Nasional Per 31 Januari 2011 REALISASI PENYALURAN KUR Rata-Rata Bank Plafon Outstanding Debitur Kredit (Rp Juta) (Rp Juta) (Rp/Debitur) BNI ,9 BRI KUR Ritel 69,8 BRI KUR Mikro 1,6 Mandiri ,7 BTN ,2 Bukopin ,0 BSM ,9 Bank Nagari ,0 Bank DKI ,9 Bank Jabar ,1 Bank Jateng ,3 BPD DIY ,7 Bank Jatim ,7 Bank NTB ,3 Bank Kalbar ,6 Bank Kalteng ,2 Bank Kalsel ,3 Bank Sulut ,6 Bank Maluku ,9 Bank Papua ,8 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, 2011 (diolah) Pada Tabel 8. Terlihat bahwa penyaluran dana KUR terbesar dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI), khususnya penyaluran KUR Mikro yaitu dilihat dari jumlah plafond. BRI juga berhasil memiliki debitur KUR terbesar dibanding bank penyalur lainnya yaitu mencapai debitur. Keberhasilan BRI tersebut dilatarbelakangi oleh sejarah BRI yang berpengalaman dalam membantu permodalan usaha mikro dan kecil Perumusan Masalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank yang menjadikan agribisnis sebagai salah satu sektor unggulan melalui program unit desanya. BRI adalah suatu bank yang dikenal sebagai bank rakyat karena kedekatannya dan keramahannya dengan rakyat kecil. BRI mempunyai kredit untuk UMKM yaitu Kredit Umum Pedesaan (Kupedes). Mudahnya akses dan persyaratan peminjaman membuat pihak UMKM lebih memilih meminjam modal kepada BRI daripada ke 9

26 bank lainnya. Kupedes adalah kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga bersaing yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha mikro yang layak (feasible). Kupedes mikro dapat diberikan dalam jumlah sampai dengan Rp100 juta. Jangka waktu kredit ini berkisar dari tiga bulan hingga 60 bulan. Produk Kupedes bersifat multiguna, yaitu dapat untuk membiayai seluruh usaha yang ada di masyarakat 2 Kupedes yang ada di BRI Unit merupakan kredit yang diperuntukan untuk usaha mikro dengan persyaratan yang tidak sulit, tetapi adanya agunan merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi nasabah untuk pencairan pinjaman. Hal tersebut membuat UMKM yang tidak mempunyai harta yang dapat dijadikan agunan tidak bisa memperoleh kredit ini. Oleh karena itu pada tahun 2007 pemerintah bekerjasama dengan bank-bank yang ada di Indonesia yang salah satunya dipercaya untuk menyalurkan kredit ini adalah BRI mengeluarkan kredit untuk UMKM tanpa agunan dan melihat prospek usahanya yang dikenal dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). BRI merupakan penyalur kredit terbesar yang dapat dilihat dari jumlah plafond dan debitur terbanyak bibanding dengan bank pelaksana lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Adanya kerjasama penyaluran KUR antara BRI dengan pemerintah membuat BRI mempunyai dua program kredit untuk UMKM yaitu Kupedes yang merupakan kredit komersial BRI dan KUR yang merupakan program kredit yang bekerjasama dengan pemerintah. Meskipun kedua program tersebut sama-sama program kredit untuk UMKM dan dijalankan oleh lembaga keuangan yang sama yaitu BRI, akan tetapi program tersebut memiliki tingkat pengembalian yang berbeda. NPL (Non Performing Loan) Kupedes BRI unit Cibungbulang per 31 Januari 2011 adalah sebesar 3,03 persen (BRI Unit Cibungbulang 2011). Hal ini berarti Kupedes memiliki pengembalian yang yang cukup rendah karena tingkat NPL di atas tiga persen. NPL dapat dijadikan tolak ukur besarnya tunggakan kredit dan ketetapan Bank Indonesia jika suatu bank memiliki tingkat NPL di atas 2 Bank Rakyat Indonesia Kupedes. [ 10 Februari 2011]. 10

27 5 persen maka dikatakan bank tersebut tidak sehat 3. Sedangakan KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang dalam pelaksanaannya memiliki tingkat NPL yang cukup rendah yaitu sebesar 1,32 persen per 31 januari 2011 (BRI Unit Cibungbulang 2011). Grafik NPL KUR dan Kupedes dapat dilihat pada Gambar NPL KUR NPL Kupedes Jun 09 Sep 09 Des 09 Mar 10 Jun 10 Sep 10 Des 10 Gambar 1. Grafik Perkembangan NPL KUR dan Kupedes BRI Unit Cibungbulang pada Bulan Juni 2009-Januari2011 Berdasarkan Gambar 1 pada tahun 2009 tingkat NPL KUR Mikro mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Pada bulan Juni 2009 NPL KUR sangat tinggi yaitu sebesar 33,69 persen lalu turun secara perlahan-lahan dan drastis pada bulan Desember 2009 yaitu nilai NPL mencapai 1,18 persen. Lalu tetap di bawah 3 persen dari bulan Januari 2010 sampai Januari Berdasarkan grafik tersebut, maka timbul pertanyaan mengapa nilai NPL KUR Mikro dari Juni 2009 ke Desember 2009 turun secara drastis dan selama tahun 2010 dan Januari 2011 nilai NPL bisa tetap di bawah 3 persen. Berdasarkan Gambar 1 juga dapat dilihat pada tahun 2010 Nilai NPL KUR Mikro berfluktuatif, tapi masih di dalam tingkat pengembalian yang bagus yaitu nilai NPL di bawah 3 persen sehingga dapat dikatakan jumlah tunggakan yang termasuk ke dalam 3 Fadli M Jaga Nasabah Jaga NPL. bataviase.co.id/node/ [ 6 Mei 2011] 11

28 kurang lancar, diragukan, dan macet tidak terlalu banyak. Pada tahun 2010 sampai januari 2011 dapat dilihat nilai NPL KUR Mikro per bulannya sebagian besar berada di bawah NPL Kupedes. Nilai NPL Kupedes pada bulan januari 2011 cukup tinggi yaitu di atas 3 persen. Hal tersebut dapat dikatakan jumlah baki debet debitur (sisa kredit) yang pembayarannya termasuk ke dalam kurang lancar, diragukan dan macet cukup besar. Sesuai ketetapan BRI jika BRI Unit memiliki NPL di atas 3 persen maka putusan kredit diputuskan oleh Asisten Manajer Bisnis Mikro (AMBM) hingga NPL di bawah 3 persen. Dari pernyataan tersebut timbullah pertanyaan mengapa NPL Kupedes BRI Unit Cibungbulang lebih tinggi daripada NPL KUR Mikro. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah tunggakan pada Kupedes lebih besar daripada KUR Mikro atau pengembalian Kupedes lebih rendah daripada pengembalian KUR Mikro. Perbedaan tunggakan ini diakibatkan kemampuan pengembalian yang berbeda pada masing-masing nasabah. Persyaratan untuk mendapatkan Kupedes harus memiliki agunan dan kedua kredit tersebut samasama dikeluarkan oleh lembaga keuangan yang sama. Apakah hal tersebut diakibatkan oleh mekanisme dan persyaratan peminjaman antara KUR Mikro dan Kupedes yang berbeda atau perbedaan karakteristik nasabah KUR Mikro dan Kupedes. Dari perbedaan pengembalian nasabah antara kedua program tersebut, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit di BRI unit Cibungbulang dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing nasabah dalam mengembalikan kredit. Kemampuan masing-masing nasabah dalam mengembalikan kredit dapat terlihat dari nilai NPL yang ada di bank karena NPL adalah banyaknya tunggakan kredit yang termasuk ke dalam kurang lancar, diragukan dan macet. Faktor-faktor ini diturunkan dari 5 prinsip yaitu Character, Capacity, Collateral, Capital, dan Condition of Economy. Hasil dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kedua kredit tersebut diharapkan dapat menjadi saran bagi pihak BRI untuk memilih nasabah yang kemungkinan pengembaliannya besar. 12

29 Tabel 9. Nilai Tunggakan Riil (Non Performing Loan/NPL) KUR Mikro dan Kupedes BRI Unit Cibungbulan Mei 2009 Januari 2011 Tahun Bulan Kurang NPL (%) Lancar+Diragukan+Macet KUR Mikro Kupedes KUR Kupedes (Rp) (Rp) Mikro Jun ,69 2,5 Jul ,01 2,27 Agust ,52 2, Sept ,22 2,33 Okt ,07 2,03 Nov ,18 2,71 Des ,18 2,68 Jan ,73 2,93 Feb ,60 3,23 Mar ,07 3,13 Apr ,78 2, Mei ,39 2,31 Jun ,49 2,38 Jul ,57 2,21 Agus ,57 2,09 Sept ,32 2,31 Okt ,01 2,07 Nov ,95 2,55 Des ,41 2, Jan ,32 3,03 Dengan demikian BRI tidak hanya dapat menentukan nasabah yang tepat untuk menerima KUR Mikro dan Kupedes tetapi juga sekaligus dapat menentukan nasabah yang memiliki kemampuan dalam pengembalian kredit dan dapat menanggulangi masalah kredit macet. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Mengapa pengembalian KUR Mikro dan Kupedes memiliki performance yang berbeda? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembalian KUR Mikro dan Kupedes tersebut? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 13

30 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan kegunaan juga informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi BRI unit Cibungbulang yaitu mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pengembalian di kedua program tersebut sehingga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan saran untuk menentukan kebijakan yang bisa mencegah adanya kasus penunggakan pengembalian kredit (kredit bermasalah). 2. Bagi mahasiswa, dapat memberi masukan dan menjadi bahan pustaka serta referensi bagi penelitian terkait. 3. Bagi peneliti yaitu menerapkan disiplin ilmu yang didapat diperkuliahan, implementasi teori, berpikir kritis dan sistematis Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR Mikro dan Kupedes. Karakteristik debitur KUR Mikro dan Kupedes, khususnya debitur yang bergerak dalam bidang agribisnis di wilayah Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibungbulang, Bogor. 14

31 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Menurut Rafinaldy (2006), UMKM mempunyai karakteristik yang berupa sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya. Seperti yang kita ketahui berdasarkan skala usahanya jenis usaha dibedakan menjadi tiga yaitu usaha mikro, kecil dan menengah. Usaha Mikro memiliki karakteristik yaitu : (1) Jenis komoditinya berubahubah dan sewaktu-waktu dapat berganti produk/usaha.(2) Tempat usahanya tidak selalu menetap atau sewaktu-waktu dapat pindah. (3) Belum adanya pencatatan keuangan usaha secara baik. (4) Sumber daya manusianya rata-rata sangat rendah yakni SD-SMP. (5) Pada umumnya belum mengenal perbankan dan lebih sering berhubungan dengan tengkulak atau rentenir. (6) Umumnya usaha ini tidak memilki izin usaha. Usaha Kecil memiliki karakteristik yaitu : (1) Jenis barang atau komoditinya tidak mudah berubah. (2) Mempunyai kekayaan maksimal 200 juta dan dapat menerima kredit maksimal 500 juta. (3) Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap. (4) Sudah memiliki pembukuan walaupun masih sederhana artinya pencatatan administrasi keuangan perusahaan sudah mulai dipisah. (5) Memiliki legalitas usaha atau perizinan lainnya. (6) Sumber daya manusianya sudah lumayan baik, dari aspek tingkat pendidikan yakni rata tingkat SMU. (7) Sudah mulai mengenal perbankan. Usaha Menengah memiliki karakteristik yaitu : (1) Kekayaan 200 juta sampai 10 milyar, dan dapat menerima kredit antara 500 juta sampai 5 milyar. (2) Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur dan baik dengan pembagian yang lebih jelas antar bagian/unit. (3) Telah memiliki sistem manajemen keuangan sehingga memudahkan untuk dilakukan auditing termasuk oleh pihak auditor publik. (4) Telah melakukan penyesuaian terhadap peraturan pemerintah dibidang ketenagakerjaan, Jamsostek dan lain-lain. (5) Memiliki persyaratan legal secara lengkap. (6) Sering bermitra dengan perbankan dan 15

32 pelaku usaha lainnya, dan (7) Sumber daya manusianya jauh lebih baik dan handal pada level Manajer dan Supervisor Performance Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Pertumbuhan KUR yang hampir satu triliun per bulan sejak diluncurkan pada tahun 2007 merupakan prestasi yang luar biasa jika dibanding dengan jenis kredit lain. Sejak diluncurkan pada tanggal 5 November 2007, jumlah KUR telah mencapai 6,8 triliun dengan enam ratus tujuh puluh dua ribu debitur. Awal diluncurkan, skim KUR hanya satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan plafond kredit sampai dengan Rp 500 juta. Namun pada tanggal 7 Mei 2008 diluncurkan kredit dengan plafond maksimal Rp 5 juta untuk nasabah mikro. Tabel 10. Jumlah Debitur KUR Nasional per Mei 2008 dan Per 31 Juli 2009 Bank Total Debitur Mei 2008 Juli 2009 BNI BRI KUR Ritel BRI KUR Mikro Mandiri BTN Bukopin BSM Total Sumber : Kantor Menteri Koordinator Perekonomian dalam Retnadi (2008) dan Kementerian Kordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (2009) Dapat dilihat dari Tabel 9 bahwa jumlah debitur per Mei 2008 dan Juli 2009 meningkat. Bahkan untuk BRI KUR Mikro peningkatan jumlah debitur sangat besar. Meskipun jumlah debitur KUR mengalami kenaikan setiap tahunnya akan tetapi ditemukan kendala-kendala dalam penyaluran kredit. Retnadi (2008) menyatakan bahwa dari keadaan yang ditemukan dilapangan ditemukan kendalakendala dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Beberapa kendala penyaluran KUR antara lain: 1. Belum adanya pemahaman yang seragam terhadap skim KUR, baik oleh para petugas bank di lapangan maupun masyarakat, sehingga mungkin saja masih ada beberapa penyimpangan dan persepsi yang keliru tentang KUR, misalnya tentang ketentuan agunan, persyaratan administrasi, sumber dana KUR, beroperasinya para calo KUR Mikro dan sebaginya. 16

33 2. Pemenuhan tenaga pemasaran KUR tidak bisa dilakukan seketika oleh perbankan namun harus dilakukan secara bertahap. Hal ini terjadi karena pemberian KUR harus dilaksanakan sesuai prinsip kehati-hatian dalam perbankan sehingga diperlukan kompetensi tenaga kerja yang sesuai. 3. Adanya perubahan kondisi makro-ekonomi, misalnya: kenaikan inflasi, kenaikan suku bunga yang menyebabkan permintaan kredit menurun. Retnadi (2008) menyatakan bahwa keadaan yang terjadi di lapangan adalah calon nasabah KUR masih diminta agunan tambahan senilai 30 persen dari nilai kredit. Seperti yang kita ketahui, kesepakatan antara pemerintah dan pihak bank bahwa nasabah KUR tidak perlu memenuhi persyaratan berupa adanya agunan karena risiko kegagalan pengembalian dijamin 70 persen oleh PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan PT. Sarana Pengembangan Usaha (SPU). Kejadian tersebut disebabkan adanya kepentingan yang berbeda antara pemerintah, perusahaan penjaminan kredit, perbankan, dan nasabah. Dari sisi pemerintah, tentu saja penyaluran KUR sebanyak mungkin adalah indikator kunci keberhasilan pemerintah. Dari sisi perusahan penjaminan kredit, penyaluran KUR yang maksimum akan dapat memberikan penerimaan premi penjaminan semakin besar, juga jumlah Non Performing Loan (NPL) yang kecil merupakan indikator kesuksesan program penjaminan. Bagi perbankan, penyaluran KUR yang besar dengan NPL rendah merupakan bisnis yang menguntungkan. Sedangkan dari sisi debitur, memperoleh kredit dengan mudah dan (kalau perlu) tanpa agunan adalah impian para UMKM. Kejadian penyelewengan penyaluran KUR yang berupa debitur harus menyediakan agunan sebesar 30 persen dari jumlah kredit merupakan solusi untuk menyatukan kepentingan para pihak. Hal tersebut disepakati karena pihak bank masih menanggung risiko 30 persen dari penyaluran KUR ketika terjadi kredit macet. Oleh karena itu hal tersebut sesuai apabila pihak bank meminta agunan sebesar 30 persen dari jumlah kredit kepada calon nasabah KUR yang mendekati Rp 500 juta. Sehingga dengan melakukan hal tersebut pihak perbankan masih dapat menyalurkan KUR. Kondisi seperti ini jauh lebih baik daripada pihak bank tidak menyalurkan KUR terkait dengan kondisi dan keseriusan debitur. 17

34 2.3. Performance Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Pada tahun 1984 BRI Unit mulai menyalurkan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) untuk UMKM. Kupedes merupakan kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha mikro yang layak (feasible). Pada tahun 2002, BRI mengeluarkan kebijakan tentang peningkatan plafond maksimum Kupedes dari maksimum Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta. Pada tahun 2005, plafond Kupedes ditingkatkan sampai dengan 100 juta rupiah. Naftalia (2009) menyatakan bahwa pada tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juli penyaluran kupedes di BRI Unit Klaten Kota mengalami peningkatan yaitu sebesar 97 persen dengan plafond minimal Rp sampai dengan Rp yang mayoritas untuk kepentingan produktif. Hal tersebut di karenakan mekanisme penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) dimulai dari tahap pendaftaran, pemeriksaan, putusan sampai dengan pencairan melalui struktur organisasi yang sederhana menjadikan para pengusaha kecil tertarik untuk mengajukan permohonan kredit di BRI Unit Klaten Kota. Dalam surat harian suara merdeka yang dipublikasi bulan Maret tahun 2010, Selama tahun 2009 Bank BRI Cabang Kudus berhasil menyalurkan pinjaman Kredit Umum Pedesaan sebesar Rp dengan jumlah debitur orang. Jumlah tersebut meningkat cukup besar dibanding tahun sebelumnya yang terealisasi Rp dengan jumlah debitur orang 4. Maka dapat dikataka bahwa penyaluran Kupedes di Klaten Kota mengalami peningkatan baik dalam jumlah plafond maupun debitur dan daerah kudus mengalami peningkatan dalam jumlah plafond. Akan tetapi dalam penyaluran Kupedes sering dihadapi kredit bermasalah. Pihak bank harus mempunyai cara-cara untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut agar penyaluran dan pengembalian Kupedes lancar. 4 Admin Kupedes BRI Capai Rp 176 Miliar. Rp-176-Miliar [22 maret 2010] 18

35 Menurut Pamungkas (2007), menyatakan bahwa Prosedur penanganan kupedes bermasalah pada PT. BRI Unit Sendang Mulyo meliputi : 1. Melakukan pendekatan penanganan Kupedes bermasalah 2. Melakukan penetapan strategi penanganan Kupedes bermasalah 3. Melakukan penyelamatan kredit bermasalah yaitu dengan melakukan rencana tindak lanjut dengan melakukan 3R yaitu rescedulling, reconditioning, restructuring, dan barang jaminan yang dijual. 4. Melakukan penyelesaian Kupedes bermasalah yaitu dengan cara damai dan melalui saluran hukum Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Tingkat pengembalian kredit lancar atau tidak lancar dapat dianalisis berdasarkan karakteristik individu debitur, karaktesitik usaha debitur, dan karakteristik dari kredit itu sendiri. Haloho (2010) menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang signifikan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian KMU adalah variabel usia, tingkat pendidikan, dan jaminan kredit. Sedangkan variabel independen yang tidak signifikan pengaruhnya bagi pengembalian KMU adalah jenis kelamin, status nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omset usaha, total pendapatan usaha bersih, plafond kredit, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman kredit, dan tingkat suku bunga. Handoyo (2009) melakukan penelitian untuk menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah untuk UMKM yang Bergerak dalam Sektor Agrbisnis pada KMBT Wihdatul Ummah Kota Bogor. Hasil analisis regresi logistik menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan adalah tingkat pendidikan dan pengalaman usaha. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin berpengalaman debitur maka peluang pengembalian pembiayaan semakin lancar. Triwibowo (2009) menganalisis tentang Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah oleh Nasabah di Sektor Perdagangan Agribisnis (Kasus pada BPR Rama Ganda Bogor). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit pada sektor 19

36 perdagangan agribisnis yang mengalami kredit bermasalah adalah jumlah tanggungan keluarga, pengalaman pengambilan kredit, omset usaha, dan beban bunga. Haerudin (2007) Menganalisis Kinerja Keuangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Swamitra-Kowapi, (Kasus USP Swamitra-Kowapi, Cikini-Jakarta Pusat). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit dalam model adalah faktor tingkat rata-rata pendapatan dan pengalaman ambil kredit artinya semakin tinggi tingkat rata-rata pendapatan dan semakin tinggi pengalaman nasabah dalam mengambil kredit maka semakin besar peluang dalam pengembalian kredit. Sedangkan faktor umur, jenis kelamin, faktor tingkat pendidikan, faktor pengalaman usaha, faktor jumlah tanggungan keluarga, faktor jarak dari rumah ke bank, dan faktor biaya/ongkos transportasi ke bank tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman pengambilan kredit. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat pendidikan debitur maka semakin besar peluang kelancaran dari pengembalian kredit. Untuk pengalaman pengambilan kredit yaitu semakin besar pengalaman pengambilan kredit oleh debitur maka semakin besar peluang kelancaran pengembalian kredit. Agustania (2009) Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa karakteristik responden debitur KUR BRI Unit Cimanggis baik responden debitur lancar maupun menunggak sebagian berjenis kelamin pria dengan tingkat pendidikan yang rendah. Jumlah tanggungan dalam keluarga sebagian besar berjumlah empat orang. Mereka sebagian besar mengakses kredit dengan masa pengembalian 12 bulan. Antara responden debitur lancar dengan responden debitur menunggak dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya pinjaman lain yang sedang diakses responden debitur bersamaan dengan KUR pada BRI Unit Cimanggis, besarnya jumlah pinjaman, serta besarnya omset usaha. Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR adalah 20

37 omset usaha, besarnya jumlah pinjaman, dan pinjaman lain pada selang kepercayaan 90 persen (α = 0,1). Lubis (2009) menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat di BRI Unit Cibungbulang. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit diturunkan dari tiga jenis karakteristik nasabah yaitu karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan jarak tempat tinggal), karakteristik usaha (nilai RPC per bulan, jenis usaha dan lama menetap di lokasi usaha) serta karakteristik kredit (nilai plafond kredit, jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit, nilai agunan, dan kewajiban per bulan). Berdasarkan analisis regresi logistik faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian KUR-Kupedes (lancar atau menunggak) adalah jenis kelamin dan kewajiban per bulan. Debitur wanita berpeluang lebih kecil dalam mengembalikan kredit dengan lancar dibandingkan debitur pria dan tidak ada perbedaan yang berarti terhadap perubahan peluang kelancaran pengembalian kredit jika peningkatan kewajiban per bulan tidak cukup besar. Hasibuan (2010) melakukan penelitian untuk Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang terkait Sektor Agribisnis di BRI Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi debitur untuk mengembalikan tunggakan Kupedes (kredit macet) adalah usia, pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset usaha. Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik maka variabelvariabel yang berpengaruh nyata (signifikan) adalah usia, tingkat pendidikan, agunan yaitu semakin tinggi variabel tersebut menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Muhammad (2008) Mengidentifikasikan Karakteristik Debitur yang Berstatus Lancar dan Menunggak dalam Pengembalian Kupedes serta Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM melalui Studi Kasus pada Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero), Unit Cigudeg, Cabang Bogor. Hasil analisis 21

38 menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dan memiliki keterkaitan yang nyata dengan tingkat pengembalian Kupedes adalah omset usaha dan frekuensi peminjaman dengan pengaruh yang positif. Sedangkan faktor-faktor lainnya, tidak berpengaruh ataupun memiliki keterkaitan dengan tingkat pengembalian kredit. Hermawan (2007) Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembalian Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Kasus: BRI Unit Leuwiliang). Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pengembalian kredit terdiri dari tiga faktor utama, yaitu: 1). Karakteristik Individu, yang terdiri dari umur dan jarak tempat tinggal nasabah dengan bank. 2). Karakteristik Usaha, meliputi pengalaman usaha, omset, pengalaman kredit nasabah, dan besarnya plafond pinjaman, serta jangka waktu pinjaman. 3). Agunan, faktor ini ditambahkan karena ikut mempengaruhi permintaan pinjaman. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik yang berpengaruh nyata terhadap keberhasilan Kupedes terdiri dari jarak tempat tinggal nasabah yang merupakan karakteristik individu. Dari karakteristik usaha yang berpengaruh nyata yaitu omset, pengalaman kredit dan jangka waktu pinjaman. Sedangkan agunan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan pengembalian Kupedes. Alamsyah (2007) menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis (Kasus PT. Bank rakyat Indonesia, Tbk Unit Ciomas, Kota Bogor, jawa Barat). Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik individu debitur Kupedes sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan kredit sebagian besar berada pada usia produktif, berpendidikan SD, memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, mengikuti pembinaan dari petugas BRI Unit Ciomas, dan memiliki rumah yang berjarak sekitar dua sampai empat kilometer dengan BRI Unit Ciomas. Adapun berdasarkan karakteristik usaha yaitu pengalaman usaha 3-6 tahun, memiliki jangka waktu pengembalian kredit 24 bulan, menyatakan tidak keberatan dengan beban bunga, dan memiliki omset per bulan Rp sampai Rp Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor 22

39 yang berpengaruh nyata yaitu jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dan omset usaha. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian Kupedes sebagian besar yang berpengaruh nyata adalah omset usaha dan jarak tempat tinggal debitur. Hal tersebut berarti semakin tinggi omset usaha debitur maka semakin besar peluang kelancaran dari pengembalian kredit. Untuk jarak tempat tinggal debitur yaitu semakin dekat jarak tempat tinggal debitur maka semakin besar peluang kelancaran pengembalian kredit. Penelitian yang akan dilakukan berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Studi Kasus : BRI Unit Cibungbulang, Bogor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini meneliti kedua program kredit yang dikeluarkan oleh BRI yaitu antara Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dengan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) serta apa saja yang menjadi perbedaan dalam tingkat pengembalian kedua jenis kredit tersebut. 23

40 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Unsur-unsur Kredit Menurut Kasmir (2002) Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah : a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. b. Kesepakatan, yaitu kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan. c. Jangka waktu, yaitu masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Risiko, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit. e. Balas Jasa, yaitu keuntungan atau pendapatan yang diterima bank atas pemberian suatu kredit. Dalam bank konvensional balas jasa yang kita kenal dengan nama bunga. Selain balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan sistem bagi hasil Siklus Kredit Siklus perkreditan dimulai sejak pengajuan kredit hingga realisasi kredit yang telah disetujui berdasarkan berbagai pertimbangan, kemudian berlanjut pada 24

41 proses pencairan dan pengawasan kredit. Bagan siklus perkreditan dapat dilihat pada Gambar 2. 1 Permohonan Kredit Kredit Bermasalah 7b Tambahan Kredit 7c 7a Pelunasan 2 Analisis Kredit Kredit Persetujuan Pengawasan 6 3 Kredit Kredit 5 4 Perjanjian Kredit Pencairan Kredit Gambar 2. Siklus Perkreditan Sumber : Dendawijaya (2001) Pertimbangan Kredit Risiko yang sering terjadi dalam usaha perbankan pada umumnya adalah risiko kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Faktor penyebab risiko kredit macet antara lain karena kesalahan penggunaan kredit, manajemen penggunaan kredit yang buruk, serta kondisi perekonomian yang memengaruhi iklim usaha dalam negeri. Keyakinan bank diperoleh berdasarkan analisis yang mendalam atau iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya. Harun (2010) dalam memberikan kredit kapada calon debitur ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi bank dalam menilai permohonan kredit diantaranya: 1. Karakter (character), yaitu kepribadian debitur yang dimaksudkan untuk menilai kejujuran dan iktikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan penagihan di kemudian hari. 2. Kapasitas (capacity), yaitu kemampuan untuk membayar kredit yang diajukan dengan melihat prospek usahanya. 25

42 3. Modal (capital), yaitu modal usaha yang telah ada pada bank sehingga fungsi bank sebenarnya dalam penyediaan modal hanyalah sebagai pemberi modal tambahan saja. 4. Agunan (collateral), yaitu barang-barang berharga yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai agunan atas kredit yang diterimanya atau jaminan yang mudah dicairkan. 5. Kondisi Ekonomi (condition of economy) yaitu prospek usaha nasabah debitur. Bila bank tidak melihat adanya prospek dari usaha ini, maka bisa jadi kredit yang dikucurkan tidak memberi manfaat apapun sehingga mengancam keberlangsungan kredit yang diberikan Kualitas Kredit Kredit macet merupakan beban bagi bank karena akan mempengaruhi kelangsungan usaha dan tingkat kesehatan bank. Semakin besar jumlah persentase kredit macet pada bank maka semakin menyulitkan bank tersebut dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan SE BI No. 31/10/UPPB tanggal 12 November 1998, kualitas kredit digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu : 1. Lancar, yaitu Kredit yang tidak ada tunggakan bunga maupun angsuran pokok (jika ada). 2. Perhatian Khusus, yaitu kredit yang menunjukan adanya kelemahan pada kondisi keuangan ataupun kelayakan kredit debitur atau terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari. 3. Kurang Lancar, yaitu kredit yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang melampaui 90 hari. 4. Diragukan, yaitu kredit yang pengembalian seluruh pinjaman mulai diragukan sehingga berpotensi menimbulkan kerugian bagi bank, hanya saja belum ditentukan besar maupun saatnya atau terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari. 5. Macet, yaitu kredit yang dinilai sudah tidak bisa ditagih kembali atau terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari. 26

43 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah suatu lembaga keuangan yang dikenal fokus terhadap penyaluran kredit di bidang agribisnis dan UMKM. Hal tersebut dikarenakan BRI dikenal lebih dekat dengan rakyat yaitu dengan adanya BRI unit dengan bunga bersaing dan persyaratan yang mudah sehingga membuat masyarakat kecil percaya terhadap BRI dan lebih memilih meminjam dana pada BRI dibanding dengan lembaga keuangan lainnya 5. Program kredit yang dikeluarkan oleh BRI untuk UMKM diantaranya adalah Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Umum Pedesaan merupakan program kredit di BRI yang sudah berdiri sejak tahun Kupedes merupakan kredit yang bersifat umum, individual, selektif dan berbunga bersaing yang bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan usaha mikro yang layak (feasible). Plafond maksimum Kupedes di BRI dalam sektor mikro sampai mencapai Rp 100 juta. Kredit ini merupakan kredit untuk UMKM dengan persyaratan yang tergolong mudah. Kredit perbankan biasanya menggunakan agunan sebagai jaminannya begitupun Kupedes. Hal tersebut dapat menyulitkan pihak UMKM yang mempunyai masalah dalam hal permodalan dan tidak punya harta untuk dijadikan agunan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kredit tanpa agunan yang diberi nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). BRI merupakan salah satu bank yang dipercaya pemerintah untuk menyalurkan kredit tersebut. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro yang dikeluarkan oleh BRI Unit sebesar lima juta rupiah dan pada tahun 2010 dikeluarkan addendum baru untuk meningkatkan menjadi dua puluh juta rupiah (Menteri Perekonomian 2010). Adanya kerjasama tersebut mengakibatkan BRI mempunyai dua program kredit yaitu Kupedes yang merupakan kredit komersial BRI dan KUR Mikro yang merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah. Kupedes dan KUR merupakan program yang berasal dari BRI dan kredit tersebut diperuntukan untuk UMKM, akan tetapi kedua program tersebut memiliki tingkat pengembalian (NPL) yang berbeda. Kupedes memiliki NPL sebesar 3,03 persen pada akhir 5 BRI Kupedes. kami/kupedes/tabid/61/default.aspx [10 februari 2011] 27

44 Januari 2011 (BRI Unit Cibungbulang 2011). Sedangkan tingkat NPL KUR Mikro cukup rendah yaitu sebesar 1,32 persen. NPL ini dapat mengindikatorkan banyaknya tunggakan kredit karena NPL merupakan jumlah sisa kredit yang termasuk ke dalam Kurang lancar, diragukan dan macet. NPL juga dapat mencerminkan bahwa tingkat pengembalian KUR Mikro yang cukup besar karena tingkat NPL di bawah 3 persen sedangkan NPL Kupedes kurang baik karena di atas 3 persen. Kupedes yang merupakan kredit komersial dari BRI dan dalam persyaratan peminjaman harus memiliki agunan berupa harta keluarga tetapi mengapa memiliki tunggakan yang lebih besar dari KUR Mikro. Sedangkan seperti yang diketahui jika nasabah ingin menambah jumlah pinjaman, jumlah agunan juga harus disesuaikan dengan jumlah pinjaman tersebut. Tunggakan yang berbeda tersebut dapat disebabkan oleh tingkat pengembalian yang berbeda antara nasabah di kedua program tersebut. Perbankan dalam memilih debiturnya melakukan lima prinsip yang dikenal dengan prinsip 5 C yaitu Character (Karakter), Capacity (Kapasitas), Capital (Kapital), Collateral (Jaminan), Condition of Economy (Kondisi Ekonomi). Penilaian tersebut berpengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit. Untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit, kelompok debitur dibedakan dalam tiga karakteristik yaitu terdiri faktor tingkat pendidikan (hanya untuk program KUR Mikro), jumlah tanggungan dalam keluarga dan pendapatan bersih rumah tangga merupakan karakteristik rumah tangga. Alasan pemilihan karakteristik rumah tangga dalam penelitian ini adalah objek penelitian ini yaitu KUR Mikro dan Kupedes yang merupakan kredit untuk usaha mikro. Seperti yang diketahui bahwa usaha mikro belum mempunyai pencatatan keuangan usaha secara baik sehingga antara asset rumah tangga dengan asset usaha belum bisa dipisahkan dan pada umumnya usaha mikro ini merupakan home industry sehingga peran keluarga sangat berpengaruh. Alasan tersebut membuat karakteristik rumah tangga ini perlu untuk diteliti. Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit meliputi faktor omset. Pemilihan variabel ini dikarenakan omset sangat berpengaruh untuk melihat kelancaran usaha. Variabel ini sangat penting untuk diteliti karena kredit yang diberikan harus melihat prospek usaha 28

45 nasabahnya sehingga tunggakan kredit dapat dihindari. Selain itu karakteristik kredit meliputi jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit dan nilai agunan juga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Variabel yang termasuk dalam karakteristik kredit ditentukan oleh pihak bank yaitu berapa lama nasabah tersebut dapat mengambil kredit, berapa kali dan harus menyerahkan agunan berapa besar. Walaupun variabel tersebut ditentukan oleh pihak bank, akan tetapi nasabah tetap mengetahuinya dan variabel ini juga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Faktor tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan bersih rumah tangga dan frekuensi peminjaman merupakan faktor-faktor penilaian yang termasuk ke dalam prinsip character (karakter). Faktor omset termasuk ke dalam penilaian prinsip capacity (kapasitas), capital (kapital) dan condition of economy (kondisi ekonomi). Faktor nilai agunan termasuk ke dalam penilaian prinsip collateral (agunan). Variabel jangka waktu pengembalian merupakan proyeksi dari jenis usaha sehingga variabel jenis usaha termasuk ke dalam capacity (kapasitas) Pemilihan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit berdasarkan hasil diskusi dengan pimpinan BRI Unit Cibungbulang, AMBM (Asisten Manajemen Bisnis Mikro), dan Mantri BRI Unit Cibungbulang serta disesuaikan dengan kondisi nasabah BRI Unit Cibungbulang yang merupakan usaha mikro. Faktor yang termasuk ke dalam karakteristik rumah tangga adalah Faktor tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki tentang KUR, bahwa KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah tapi 20 persen kerugian tetap ditanggung pihak bank. Oleh karena itu diduga semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka debitur semakin memahami bahwa meskipun KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah tapi BRI tetap menanggung kerugian akibat penunggakan pembayaran kredit. Oleh karena itu diharapkan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan nasabah maka semakin memahami dengan benar tentang KUR dan semakin lancar dalam pengembalian kredit. Faktor jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Hal 29

46 tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Faktor pendapatan bersih rumah tangga berkaitan dengan pendapatan usaha yang telah dikurangi dengan risiko-risiko atau pengeluaran-pengeluaran keluarga dan biaya-biaya tak terduga serta yang telah ditambah dengan pendapatan sampingan. Semakin tinggi tingkat pendapatan bersih rumah tangga maka semakin besar kelancaran pengembalian kredit. Pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit yang termasuk kedalam karakteristik usaha berdasarkan kondisi yang berkaitan dengan usaha yang akan dijalankan. Faktor omset berkaitan dengan jumlah pendapatan kotor yang diterima dari menjalankan usaha. Omset tersebut sangat mempengaruhi pengembalian kredit sehingga diduga semakin tinggi omset maka akan semakin lancar dalam pengembalian kredit. Pemilihan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian kredit yang termasuk kedalam karakteristik kredit adalah faktor jangka waktu pengembalian berkaitan dengan karakter dari nasabah terhadap lamanya pengembalian kredit dan beban bunga yang akan ditanggung. Semakin lama jangka waktu pengembalian kredit pada umumnya tingkat bunga yang ditanggung akan semakin besar dan semakin besar risiko-risiko yang tidak terduga yang ditanggung bank. Oleh karena itu diduga bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Faktor frekuensi peminjaman kredit berkaitan dengan karakter nasabah yang dapat dipercaya dan hal tersebut sudah terbukti dari pengalaman kredit sebelumnya. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin tinggi frekuensi peminjaman kredit maka semakin tinggi tingkat kelancaran pengembalian kredit karena tingkat kepercayaan bank terhadap nasabah tinggi. Faktor nilai agunan berkaitan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu kredit. Semakin tinggi benda berharga yang dikorbankan (agunan) maka nasabah akan semakin lancar dalam pengembalian kredit karena nasabah tidak ingin kehilangan benda berharga tersebut. 30

47 Semua karakteristik tersebut diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro dan Kupedes sehingga pihak BRI perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam menyetujui suatu permohonan kredit. Hasil analisis faktor-faktor dari semua karakteristik nasabah yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit tersebut akan menghasilkan tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes serta karakteristik nasabah yang layak diberikan kredit. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjadi saran bagi BRI Unit Cibungbulang untuk mengatasi penunggakan pengembalian kredit dan hasil tersebut juga menjadi saran bagi pihak BRI agar lebih hati-hati dalam pemilihan debitur sehingga lancar dalam mengembalikannya. Kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 3. 31

48 Tingkat Pengembalian Pengembalian (NPL) Kredit (NPL) Lancar Menunggak: 1. DPK 2. Kurang Lancar 3. Diragukan 4. Macet Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes Charakter (Karakter): Tingkat Pendidikan, Jumlah Tanggungan keluarga, Pendapatan Bersih Rumah Tangga, Frekuensi Pengambilan Kredit Capacity (Kapasitas): Omset, Jangka Waktu Pengembalian Capital (Modal): Omset Collateral (Agunan): Agunan Condition of Ekonomi (Kondisi Ekonomi): Omset Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional 32

49 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cibungbulang, Cabang Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan tingkat NPL KUR Mikro di BRI unit Cibungbulang pada tahun 2009 sangat besar yaitu 35,61 persen dan saran dari penelitian terdahulu (Lubis 2009) untuk membandingkan KUR Mikro dan Kupedes Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Pelaksanaan penelitian berlangsung bulan Februari 2011 sampai Maret 2011 sedangkan upaya persiapan (prapenelitian) dan penjajakan dilakukan sejak bulan Oktober Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) sektor agribisnis yang masih aktif sampai bulan Januari Jumlah nasabah KUR Mikro yang masih aktif sampai januari 2011 sebanyak 177 orang dan yang termasuk ke dalam sektor agribisnis sebanyak 142 orang. Jumlah nasabah Kupedes yang masih aktif sampai Januari 2011 sebanyak 662 orang dan yang termasuk ke dalam sektor agribisnis sebanyak 530 orang. Tingkat pengembalian kredit dibedakan menjadi dua kategori atau strata yaitu pengembalian lancar dan tidak lancar. Metode penentuan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling dengan metode berimbang (Proposionate) untuk mentratifikasi populasi dengan ketentuan: a) Strata I adalah nasabah dengan kredit lancar (Kolektibilitas I); b) Strata II adalah nasabah dengan kredit tidak lancar (menunggak) terdiri atas nasabah dengan pembiayaan kredit dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar, diragukan, dan macet. Nasabah yang pengembaliannya lancar merupakan nasabah KUR dan Kupedes yang mengembalikan pinjaman sesuai dengan tanggal jatuh tempo pinjaman atau bayar lewat dari tanggal jatuh tempo tetapi masih dalam bulan wajib bayar. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia, nasabah yang tidak lancar (menunggak) adalah nasabah yang tergolong ke dalam DPK (dalam Perhatian Khusus), kurang lancar, diragukan, dan macet. 33

50 Besarnya jumlah sampel yang diambil mengacu pendapat Gay dalam buku metodologi penelitian ekonomi islam yang menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima minimal 30 subjek. Oleh karena itu pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil berjumlah 66 sampel, yaitu 33 untuk sampel KUR dan 33 untuk sampel Kupedes. Masing-masing dilebihkan 10 persen dari 30. Tahap selanjutnya, menentukan jumlah subsampel tiap strata dengan perhitungan menggunakan rumus Sugiyono (sampel berstrata) 6. Keterangan : N = Jumlah populasi seluruhnya Ni = Jumlah populasi menurut strantum n = Jumlah sampel keseluruhan ni = jumlah sampel pada menurut strantum Jumlah nasabah KUR Mikro yang lancar sebanyak 100 orang dan yang tidak lancar sebanyak 42 orang. Sehingga berdasarkan rumus Sugiyono jumlah sampel nasabah KUR Mikro sebanyak 9 orang menunggak dan 24 orang lancar sudah memenuhi kriteria tersebut. Jumlah nasabah Kupedes yang lancar sebanyak 433 orang dan nasabah yang menunggak sebanyak 97 orang. Sehingga Jumlah sampel nasabah Kupedes sebanyak 6 orang menunggak dan 27 lancar sudah memenuhi kriteria tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan responden yaitu pengusaha disistem agribisnis yang lancar dan tidak lancar dalam hal pengembalian kredit. Sistem wawancara ini menggunakan alat bantu kuesioner (lampiran 1). Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan kepada responden seputar variabel-variabel yang akan diteliti. Penentuan nasabah yang akan diwawancarai dilakukan dengan metode random. 6 Admin Pengertian populasi dan sampel. [4 Januari 2011] 34

51 4.3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi yang diperoleh melalui diskusi dengan pihak manajemen BRI Unit Cibungbulang mengenai mekanisme dan tata cara pemberian kredit kepada nasabah, mulai dari awal pengajuan pinjaman sampai dengan perealisasian pinjaman serta tatacara pembayaran kredit dan nasabah yang bermasalah dalam hal pengembalian kredit. Data primer juga didapat secara langsung dari responden yang menjadi sampel yaitu nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI Unit Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Data sekunder berupa data internal BRI serta data yang diperoleh dari Kementrian Koperasi dan UMKM. Data internal tersebut berupa laporan bulanan BRI Unit, laporan keragaan BRI Unit Cibungbulang dan dokumen permohonan kredit debitur KUR Mikro dan Kupedes. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari jurnal-jurnal penelitian, skripsi, dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini Metode Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perangkat komputer dengan program Software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17. Analisis data yang akan dilakukan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif Analisis Kualitatif Analisis kualitatif merupakan deskripsi yang akan menggambarkan prosedur penyaluran KUR Mikro dan Kupedes serta karakteristik yang mempengaruhi pengembaliannya yang didukung penyajian data dalam bentuk tabulasi. Sehingga dapat diketahui karakteristik masyarakat (pelaku usaha kecil) yang menerima KUR Mikro dan Kupedes serta mengetahui karakteristik antara debitur lancar dengan debitur yang tidak lancar (menunggak) dalam pengembalian kreditnya Analisis Kuantitatif Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes menggunakan model analisis Regresi Logistik (LOGIT) 35

52 sehingga diketahui variabel-variabel independent yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tingkat kelancaran pengembalian KUR Mikro dan Kupedes sebagai variabel dependent. Variabel-variabel independent model tersebut terdiri dari tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, omset, pendapatan bersih rumah tangga, jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit, dan nilai agunan. Menurut Gujarati (2006) Regresi logistik yaitu digunakan untuk mengestimasikan suatu model dimana variabel tak bebas, Y, bersifat biner, dengan menggunakan nilai 1 atau 0, dimana 1 menunjukkan adanya atau dimilikinya suatu atribut (contohnya kawin, perempuan, bekerja, dan lain-lain) sedang 0 menunjukkan tidak adanya atribut itu (contohnya tak kawin, pria, tidak bekerja, dan lain-lain). Variabel-variabel penjelasnya bisa sendirinya binner atau dummy atau kuantitaif. 1) Estimasi Model Regresi Logistik Pada model logit yang digunakan dalam penelitian ini, mengambil nilai 1 dan 0 untuk nilai variabel dependen/respon (Y), yaitu sebagai berikut : Y=1; untuk kredit lancar Y=0; untuk kredit menunggak Estimasi model regresi logistik menurut Gurajati (2006) : =β0 + β1x1+ β2x2+ β3x3+ + β6x6 + β7x7 Keterangan: Li = Variabel respon, dimana P = Peluang terjadinya Y=1 p-1 = Peluang terjadinya Y=0 β0 = Konstanta X1,,X7 = Variabel independent X1 = Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) X2 = Jangka Waktu Pengembalian (bulan) X3 = Pendapatan Bersih Rumah Tangga per bulan (Rp) 36

53 X4 = Frekuensi Pengambilan Kredit (kali) X5 X6 X7 β1,,β7 = Agunan (Rp) = Omset (Rp) = Tingkat Pendidikan (tahun) = Koefisien variabel independent Variabel tingkat pendidikan (X7) hanya untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. 2) Uji Kelayakan Model Pengujian kelayakan model menggunakan statistik G yang merupakan nisbah kemungkinan maksimum untuk mengetahui peran variabel-variabel prediktor dalam model secara simultan/ bersama-sama. Rumus uji G adalah sebagai berikut : Keterangan : l0 = Likelihood model H0 l1 = Likelihood model H1 Hipotesis : H0 = β1 = β2 = = βk = 0 H1 = Minimal ada satu nilai βi 0, I = 1,2,,n Jika nilai G > (p,α) atau p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,10) maka keputusannya adalah menolak H0, artinya setidak-tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. 3) Uji akurasi Model Uji akurasi model atau uji kebaiksesuaian (goodness of fit) model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran Hosmes & Lemeshow Goodness of Fit Test 7. 7 Ariyoso Analisis Regresi Logistik. http//sattistik4life.blogspot.com/2009/12/regresilogistik.html [ 10 Januari 2011] 37

54 Hipotesis : H0 = Model cukup layak untuk dianalisis H1 = Model tidak cukup layak untuk dianalisis Jika p-value dari ketiga alat uji statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata (α=0,01) maka keputusannya adalah menerima H0, artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam analisis. 4) Uji Signifikansi Variabel Prediktor Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel predictor dilakukan dengan uji Wald (W) dengan statistik uji sebagai berikut: Keterangan : = Penduga β = Penduga standart error dari β βk = Koefisien variabel independent ke-k Hipotesis : H0 = βk = 0 H1 = βk 0, k = 1,2,,k Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj > Zα/2 atau twotailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,10) maka keputusannya adalah menolak H0, artinya variabel independent ke-k tersebut berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel respon Definisi Operasional 1. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Pada penelitian ini nasabah yang dimaksud adalah nasabah penggunaan KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang. 2. Kredit Lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan/penunggakan dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari waktu yang ditetapkan atau maksimal masih dalam bulan wajib bayar kewajiban. 3. Dalam Perhatian Khusus yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari. 38

55 4. Kurang lancar yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari. 5. Diragukan yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari. 6. Macet yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari. 7. Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan terakhir yang diperoleh debitur, diukur berdasarkan lama pendidikan yang dijalani dalam satuan tahun. 8. Jumlah tanggungan keluarga yaitu banyaknya orang yang masih dibiayai hidupnya oleh debitur dalam keluarganya (termasuk debitur sendiri), dihitung dalam satuan orang. 9. Pendapatan bersih rumah tangga adalah pendapatan yang dihasilkan oleh nasabah dari hasil usaha setelah dikurangi biaya usaha, biaya keluarga dan biaya lainnya serta telah ditambah dengan pendapatan sampingan, diukur dalam satuan rupiah. 10. Omset usaha yaitu jumlah penerimaan kotor rata-rata per bulan dari hasil usaha debitur yang tercatat dalam dokumen permohonan kredit, dihitung dalam satuan rupiah. 11. Jangka waktu pengembalian kredit yaitu lama pengembalian/pelunasan kredit yang telah disepakati dalam perjanjian, diukur dalam satuan bulan. 12. Nilai Agunan adalah kekayaan atau surat berharga lainnya yang diserahkan ke bank sebagai jaminan kredit, diukur dalam satuan rupiah. 13. Frekuensi Peminjaman Kredit yaitu berapa kali debitur telah memperoleh pinjaman/kredit (KUR Mikro dan Kupedes) di BRI Unit Cibungbulang. 14. Plafond kredit yaitu nilai nominal pinjaman kredit (KUR Mikro dan Kupedes) yang diterima oleh debitur, diukur dalam satuan rupiah. 39

56 V GAMBARAN UMUM BANK RAKYAT INDONESIA 5.1. Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). BRI berdiri pada tanggal 16 Desember Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Pada masa perang yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. 40

57 Pada tanggal 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT). Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang masih digunakan sampai dengan saat ini Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Jangka Panjang Bank Rakyat Indonesia PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Mempunyai visi, misi, tujuan dan sasaran jangka panjang. Visi BRI adalah Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Hal itu didukung oleh misi BRI yaitu Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Misi kedua adalah memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance. Misi yang ketiga yaitu memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. BRI mempunyai tujuan khusus di bidang kredit yang menitikberatkan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah. Hal itu dapat dilihat berdasarkan visi dan misi BRI serta ditunjukan dengan 80 persen dari jumlah kredit yang disalurkan oleh bank BRI diberikan kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Bidang pendanaan BRI mengutamakan kepuasaan nasabah dengan memberikan pelayanan yang prima melalui jaringan kerja dan pengembangan dukungan teknologi perbankan yang canggih. Di samping itu, BRI juga menetapkan tujuan untuk kepentingan stakeholders, baik pemerintah maupun public, yaitu: a. Pemerintah, BRI ikut serta dalam meningkatkan mutu industri perbankan di Indonesia, memperlancar perputaran uang di masyarakat, menjadi agen pembangunan dan meningkatkan pendapatan pajak. 41

58 b. Pemegang saham, BRI memberikan tambahan penghasilan bagi pemegang saham melalui dividen yang dibagikan sesuai keuntungan dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). c. Nasabah, BRI memberikan bantuan di bidang permodalan dan mengamankan dana masyarakat serta memberikan jasa perbankan melalui pelayanan berkualitas, sehingga memberi nilai tambah yang wajar dan terpeliharanya hubungan kemitraan dengan nasabah. d. Pekerja, BRI menjadikan pekerja sebagai asset utama perusahaan serta menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang sehat, mengembangkan budaya kerja perusahaan (corporate culture) dan memberikan penghasilan bagi pekerja. e. Masyarakat, BRI memberikan kontribusi kepada masyarakat untuk membangun ekonomi, sosial maupun lingkungan dengan menyisihkan laba usaha yang diperoleh. Selain visi dan misi serta tujuan tersebut, bank BRI juga mempunyai sasaran jangka panjang, yaitu : a. Menjadi bank yang sehat dan salah satu dari lima bank terbesar dalam hal asset maupun keuntungan. b. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah. c. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan agribisnis. d. Menjadi bank go public terbaik. e. Menjadi bank yang melaksanakan good corporate governance secara konsisten Bidang Usaha Bank Rakyat Indonesia Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp ,8 milyar yang meningkat menjadi Rp ,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp milyar. 42

59 Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa 8. Bidang usaha BRI secara garis besar dapat dibagi menjadi bidang usaha simpanan, pinjaman, jasa bank, produk konsumer dan investment banking. 1. Bidang Simpanan, meliputi Deposito BRI (Depobri) Rupiah maupun US Dollar, Sertifikat BRI (Sertibri), Giro BRI (Girobri) baik dalam mata uang rupiah maupun US Dollar, Tabungan Britama baik Britama Rupiah maupun Britama Dollar, Tabungan Simpedes, BRI Prioritas dan Tabungan Haji. 2. Bidang Pinjaman, meliputi kredit mikro yaitu Kupedes, Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI, kredit ritel (kredit BRIGuna, Kredit SPBU, Kredit Talangan BBM, Kredit Resi Gudang, Kredit waralaba, Kredit Ekspress, Kredit dengan Agunan Kas, Kredit Modal Kerja, Kredit Modal Kerja Konstruksi, dan Kredit Investasi), Kredit Menengah baik untuk agribisnis maupun umum, kredit program (KPEN-rp), KPR dan KPRS bersubsidi, KKP-E). 3. Usaha Jasa Bank, meliputi bank garansi, kliring, remittance, SKBDN, bill payment, Cek perjalanan BRI (Cepebri), Inkaso, penerimaan setoran, transaksi online, transfer dan LLG, setoran pajak, dana orang tua asuh, western union, denda tilang, zakat dan infaq, layanan ekspor maupun impor, cash management, salary crediting, SPP online, Automatic Teller Machine (ATM), SMS and Phone banking, jual beli mata uang asing, money market, Fixed Income Securities (FIS), derivative and structured treasury product, dan jasa bank untuk transaksi internasional lainnya. 4. Produk Konsumer, meliputi Kredit Perumahan Rakyat (KPR), Kartu Kredit, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Multi Guna (KMG). 8 Ichsan Visi-misi & Sejarah Bank BRI. [10 februari 2011] 43

60 5. Investasi perbankan Obligasi Negara Ritel (ORI), Reksadana dan produk jasa investasi Gambaran Umum Kantor Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor Dewi Sartika Kantor cabang (Kanca) BRI Bogor Dewi Sartika merupakan salah satu dari 24 kanca BRI yang ada di wilayah Kanwil Jakarta II. Kanca BRI Bogor dipimpin oleh Pemimpin Cabang (Pinca) yang membawahi kegiatan pelayanan sektor makro dan ritel. Dalam kegiatannya Pinca dibantu oleh tiga orang manajer, yaitu : 1. Manajer Pemasaran (MP), bertanggung jawab terhadap bisnis ritel baik kredit maupun dana. Kredit merupakan sejumlah dana yang dipinjamkan kepada nasabah (debitur). Sedangkan dana adalah pemasukan yang diterima oleh BRI baik melalui simpanan, pinjaman, penjualan saham BRI, dan sebagainya. Manajer Pemasaran ini membawahi para Account Officer (AO). 2. Manajer Operasional (MO), bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh proses kegiatan operasional Kanca. Manajer Operasional membawahi Asisten Manajer Operasional (AMO), Supervisor Kas serta Supervisor dana dan Jasa. 3. Manajer Bisnis Mikro (MBM), bertanggung jawab terhadap bisnis baik kredit maupun dana dan operasional mikro di BRI Unit. MBM dibantu oleh Asisten Manajer Bisnis Mikro (AMBM) yang membawahi Kepala Unit. Selain itu, MBM juga membawahi Petugas administrasi Unit (PAU) dan Petugas Rekonsiliasi Unit (PRU). Kantor Cabang (Kanca) BRI Bogor terdiri dari Kanca dewi sartika, Kanca Padjajaran dan Kanca Cibinong. Kanca Cibinong baru didirikan pada tahun Kanca Dewi sartika saat ini membawahi 31 kantor BRI Unit yang tersebar diberbagai kecamatan yang ada di Kota dan Kabupaten Bogor. Kanca BRI Bogor Padjajaran membawahi tiga Kantor Cabang Pembantu (KCP) yaitu KCP surya Kencana, KCP tajur, dan KCP IPB Dramaga. Kanca BRI Bogor Dewi Sartika, Kanca Cibinong, Kanca BRI Bogor Padjajaran, dan KCP menangani segmen pelayanan perbankan di bidang Ritel, sedangkan untuk 31 Kantor BRI Unit yang berada di wilayah Kanca BRI Bogor Dewi sartika khusus menangani segmen pelayanan perbankan di bidang mikro. 44

61 5.5 Gambaran Umum Kantor Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang Kantor BRI Unit Cibungbulang merupakan salah satu dari 31 Unit yang ada di wilayah Kantor Cabang BRI Bogor. BRI Unit Cibungbulang berdiri pada tahun 1974 bersamaan dengan berdirinya BRI Unit di seluruh Indonesia. Berdirinya BRI Unit tidak terlepas dari kegagalan pelaksanaan program bimbingan massal (Bimas) dan Intensifikasi Massal (Inmas) yang didirikan oleh pemerintah pada tahun BRI Unit Cibungbulang terletak di Kecamatan Cibungbulang tepatnya di Kampung Babakan Cibatok, Desa Cibatok I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Wilayah kerja BRI Cibungbulang meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan. Kecamatan Cibungbulang terdiri dari 15 desa, yaitu Ciaruteun Ilir, Leuweng Kolot, Girimulya, Cibatok I, Cibatok II, Ciaruteun Udik, Cijujung, Cimanggu I, Cimanggu II, Dukuh, Galuga, Cemplang, Sukamaju, Situ Ilir, dan Situ Udik. Begitupula dengan Kecamatan Pamijahan terdiri dari 15 desa, yaitu Pamijahan, Ciasmara, Purwabakti, Ciasihan, Gunung Sari, Gunung Bunder II, Gunung Bunder I, Cibening, Picung, Cibitung Kulon, Pasarean, Gunung Menyan, dan Cimayang, Cibunian, Parabakti. Organisasi BRI Unit Cibungbulang dipimpin oleh Kepala Unit (Ka. Unit) yang membawahi dua orang mantri (AO), dua orang Customer Service, dua orang Teller, satu orang satpam, satu orang Office boy, dan satu orang penjaga malam (Gambar 4). Masing-masing bagian mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh kantor pusat BRI. a. Kepala Unit (Ka. Unit), bertugas sebagai pimpinan kantor BRI Unit. Dalam hal ini Ka. Unit bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh BRI Unit tersebut. Setiap Ka. Unit memiliki wewenang dalam hal simpanan dan pinjaman. Kewenangan dalam bidang simpanan yaitu menyangkut batasan kewenangan dalam menyetujui penarikan simpanan. Kewenangan penarikan simpanan sampai 200 juta rupiah. Kewenangan pada sektor pinjaman adalah dalam hal menentukan atau menyetujui besarnya pinjaman yang dapat disetujui oleh Ka. Unit adalah maksimal sebesar 40 juta rupiah. diatas 40 juta rupiah sampai 75 juta rupiah merupakan wewenang 45

62 AMBM dan diatas 75 juta rupiah sampai 100 juta rupiah merupakan wewenang MBM. b. Mantri, bertugas sebagai tenaga pemasaran yang berfungsi ganda yaitu sebagai lending dan funding officer. Khusus untuk bidang pinjaman seorang mantri berfungsi sebagai seorang analis kredit yaitu melakukan analis kredit untuk merekomendasikan putusan kredit kepada Ka. Unit, dan berfungsi sebagai tenaga Pembina debitur. c. Customer Service, memiliki tugas ganda yaitu melayani nasabah, baik nasabah pinjaman maupun nasabah simpanan dan untuk memberikan informasi produk perbankan lainnya. Pelayanan ini hanya terbatas pada pelayanan secara administratif. Seorang customer service juga berfungsi memberikan pembinaan kepada nasabah pinjaman, khususnya dalam hal pembayaran pinjaman serta hak dan kewajiban seorang peminjam. Tugas lainnya yaitu melakukan segala registrasi dan pembuatan laporan yang diperlukan oleh Kantor Cabang, maupun Kantor Wilayah. d. Teller, bertugas untuk melayani segala bentuk transaksi tunai perbankan yang meliputi : setoran dan penarikan simpanan, setoran pinjaman, setoran transfer dan kliring, pembayaran tagihan rekening telepon dan listrik, pembayaran setoran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta berbagai transaksi tunai lainnya. e. Petugas Keamanan, bertugas untuk memberitahu nasabah dan menjaga keamanan Unit. Office boy, bertugas untuk membantu kelancaran tugas Ka. Unit, Teller, Mantri dan Customer Service. Penjaga Malam, bertugas untuk menjaga keamanan unit pada malam hari. 46

63 Manajer Bisnis Mikro (MBM) Assiten manajer Bisnis Mikro (AMBM) Assiten manajer Bisnis Mikro (AMBM) Assiten manajer Bisnis Mikro (AMBM) Kepala Unit (Ka. Unit) PAU Mantri Customer Service Teller Satpam Penjaga Malam Office Boy Gambar 4. Struktur Organisasi BRI Unit Cibungbulang Sebagai perbankan simpan pinjam, BRI Unit Cibungbulang memiliki berbagai produk perbankan untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. Secara garis besar, BRI Unit Cibungbulang melayani tiga macam produk perbankan yaitu simpanan (tabungan dan deposito), pinjaman dan jasa bank lainnya. a. Simpedes (Simpanan Pedesaan), merupakan produk tabungan. Produk ini pada awalnya hanya dikenalkan khusus di BRI Unit, namun pada saat ini sudah dapat dilayani di seluruh kantor BRI. Pembukaan tabungan simpedes dibuat sesederhana mungkin dan dengan setoran yang terjangkau oleh masyarakat, serta beban administrasi yang tergolong ringan. Sebagai penghargaan terhadap nasabah, produk ini disertai dengan suku bunga yang bersaing dan undian berhadiah. Wilayah undian simpedes hanya mencakup satu wilayah kantor cabang. Simpedes adalah produk tabungan yang sangat diminati oleh nasabah BRI Unit Cibungbulang. Pada Januari 2011, BRI Unit Cibungbulang berhasil menghimpun tabunga simpedes sampai Rp Dengan jumlah nasabah sebanyak 7721 orang. b. Britama, merupakan produk yang pada awalnya adalah produk Kantor Cabang yang juga dapat dilayani di Kantor BRI Unit. Britama memiliki 47

64 batasan setoran minimal dan biaya administratif yang lebih besar dibandingkan Simpedes. Hal ini disesuaikan dengan sasarannya yang mengutamakan kalangan menengah ke atas. Seperti halnya Simpedes, britama juga menawarkan program undian berupa uang tunai. Setiap rekening Britama dilindungi oleh asuransi kecelakaan dengan klaim sebesar 250 persen dari saldo tabungan, maksimal klaim asuransi per rekening adalah sebesar 100 juta. Jumlah tabungan Britama di BRI Unit Cibungbulang pada bulan Januari 2011 yaitu sebesar Rp dengan jumlah nasabah sebanyak 662 orang. c. Deposito, sebagai simpanan berjangka sangat diminati nasabah karena menawarkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan tabungan. Jumlah minimal deposito adalah 2,5 juta rupiah dengan jangka waktu deposito mulai dari sebulan, dua, tiga, enam, 12 dan 24 bulan. d. Kupedes, setelah berhasil menghimpun dana pihak ketiga maka langkah selanjutnya adalah bagaimana menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat khususnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Mulai dari awal didirikannya BRI Unit Cibungbulang, telah banyak pelaku bisnis yang merasakan manfaat penyaluran Kupedes. Jumlah nasabah Kupedes yang aktif sampai januari 2011 di BRI Unit Cibungbulang sebanyak 662 orang dan yang bergerak dibidang agribisnis sebanyak 530 orang. Penyaluran yang berkonsentrasi pada sektor Usaha Mikro ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. e. KUR Mikro, diselenggarakan untuk membantu para pengusaha mikro di Indonesia khususnya masyarakat yang berada di wilayah kerja BRI Unit Cibungbulang. KUR Mikro dengan berbagai kemudahannya seperti persyaratan kredit yang relatif sederhana sehingga mudah dipenuhi. Jumlah debitur yang masih aktif sampai Januari 2011 sebanyak 177 debitur dan yang bergerak di bidang agribisnis sebanyak 142 orang. f. Jasa Perbankan, BRI Unit Cibungbulang berupaya untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya dan menghasilkan laba optimal. Tindakan nyata untuk kedua hal tersebut adalah dengan menawarkan jasa perbankan lainnya kepada nasabah. Jasa perbankan yang dilayani oleh BRI Unit 48

65 Cibungbulang terdiri dari penerbitan ATM untuk setiap tabungan yang memiliki saldo mencukupi, pelayanan setoran rekening listrik dan telepon, pelayanan setoran pembiayaan kendaraan (FIF, Busan, dan OTO), pelayanan setoran PBB, dan jasa transfer serta kliring. Seluruh jasa perbankan tersebut akan menambah Fee based Income BRI Unit Cibungbulang yang akan meningkatkan laba on balance sheet Persyaratan, Mekanisme Penyaluran dan Cara pembayaran KUR dan Kupedes KUR merupakan sebuah kredit program pemerintah dan BRI sebagai salah satu bank yang dipercaya untuk menyalurkannya. KUR dapat berupa Kredit Modal Kerja dan atau Kredit Investasi dengan plafon kredit sampai dengan 20 juta rupiah untuk usaha mikro yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin. Tabel 11. Persyaratan KUR Mikro Keterangan Syarat Calon Debitur Individu yang melakukan usaha produktif yang layak Lama Usaha Minimal 6 bulan Plafond Kredit Maksimal Rp. 20 juta Jangka Waktu & KMK : maksimal 3 tahun Jenis Kredit KI : maksimal 5 tahun Dalam hal perpanjangan,suplesi dan restrukturisasi KMK : maksimal 6 tahun KI : maksimal 10 tahun Suku Bunga Efektif maksimal 22 % per tahun Legalitas KTP & KK Agunan Pokok : Dapat hanya berupa agunan Pokok apabila sesuai keyakinan Bank Proyek yang dibiayai cashflownya mampu memenuhi seluruh kewajiban kepada bank (layak) Tambahan : Sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana, Identitas Pas photo suami dan istri (4x6) 1 lembar Sumber : Bank Rakyat Indonesia (2008) 9 Tujuan disalurkan KUR ini adalah untuk Meningkatkan akses pembiayaan UMKM & K kepada Bank. Tujuan kedua yaitu Pembelajaran UMKM dan 9 [BRI] Bank Rakyat Indonesia KUR. [10 Februari 2011]. 49

66 Koperasi untuk menjadi debitur yang bankable sehingga dapat dilayani sesuai ketentuan komersial perbankan pada umumnya (Sebagai embrio debitur komersial). Tujuan ketiga adalah Diharapkan usaha yang dibiayai dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan. Selain bekerjasama dengan pemerintah BRI juga menyalurkan kredit komersial yaitu Kupedes. Kupedes BRI dapat diberikan kepada debitur/calon debitur yang mengembangkan usaha kecil di sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa lainnya. Kupedes memiliki sifat umum yaitu untuk semua sektor ekonomi, individual yaitu untuk perorangan, selektif yaitu untuk yang memenuhi persyaratan dan Bunga bersaing. Kupedes memiliki beberapa manfaat yaitu mendukung berbagai keperluan pembiayaan semua jenis usaha dengan memenuhi kebutuhan modal kerja dan investasi, mendukung pemenuhan kebutuhan konsumtif seperti pembiayaan pendidikan, perbaikan rumah, pembelian rumah, dan sebagainya. Tabel 12. Persyaratan Kupedes Keterangan Syarat Calon Debitur Individu yang melakukan usaha produktif yang layak Lama Usaha Minimal sudah berjalan 1 tahun Plafond Kredit Maksimal Rp. 100 juta Jangka Waktu & Jangka waktu pengembalian sampai dengan 60 bulan Jenis Kredit Suku Bunga Efektif maksimal 22 % per tahun Legalitas KTP & KK Agunan Pokok : Agunan dapat berupa akte jual beli, sertifikat, BPKB Tambahan : Sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana. Identitas Pas photo suami dan istri (4x6) 1 lembar Sumber : Bank Rakyat Indonesia (2008) 10 Nasabah yang ingin mengambil kredit harus mengikuti mekanisme penyaluran yang ditetapkan oleh BRI. Mekanisme penyaluran KUR dan Kupedes yang ditetapkan oleh BRI adalah sebagai berikut : 10 [BRI] Bank Rakyat Indonesia Kupedes. [10 Februari 2011]. 50

67 1. Nasabah datang ke BRI. 2. Bertemu Customer service untuk mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan. 3. Berkas-berkas dari customer service diserahkan ke kepala unit. 4. Kepala unit berkas diberikan ke mantri untuk dianalisis. 5. Mantri atau Acount Officer (AO) melakukan survey ke usaha nasabah. 6. Hasil survey dinyatakan layak maka pemberian kredit diputuskan oleh kepala unit jika jumlah kredit sampai dengan Rp dan jika kredit antara Rp sampai Rp maka diputuskan oleh Asisten Manajer Bisnis Mikro (AMBM) jika melebihi Rp sampai Rp maka diputuskan oleh Manajer Bisnis Mikro (MBM). Untuk KUR Mikro putusan kredit semua diputuskan oleh kepala unit karena plafond maksimal KUR adalah 20 juta rupiah. Wawancara dan persyaratan Nasabah Customer Service Kepala Unit (Ka. Unit) Ka. Unit <= 40 juta realisasi Putusan Nasabah Realisasi AMBM.>40 - <=75jt Putusan Mantri Realisasi putusan Survey MBM >75- <= 100 jt Nasabah Gambar 5. Skema Penyaluran KUR mikro dan Kupedes BRI Unit Cibungbulang Setelah putusan direalisasi, kewajiban debitur untuk melunasi hutangnya dengan cara membayar cicilan. Mekanisme pembayaran kredit yaitu debitur datang ke customer service untuk menanyakan apa yang harus diisi untuk melakukan cicilan. Setelah itu debitur datang ke teller untuk melakukan pembayaran. Mekanisme dapat dilihat pada Gambar 6. 51

68 Customer Service 1 2 Nasabah Teller Gambar 6. Mekanisme Pembayaran Kredit pada BRI Unit Cibungbulang Tahun

69 VI PEMANFAATAN KUR MIKRO DAN KUPEDES DI BRI UNIT CIBUNGBULANG 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang Nasabah yang ingin mengambil kredit harus mengikuti mekanisme penyaluran yang ditetapkan oleh BRI. Mekanisme penyaluran KUR Mikro dan Kupedes yang ditetapkan oleh BRI Unit Cibungbulang tidak jauh berbeda yaitu sebagai berikut : 1. Nasabah datang ke BRI. 2. Bertemu Customer service untuk mengajukan permohonan dan memenuhi persyaratan. 3. Berkas-berkas dari customer service diserahkan ke kepala unit. 4. Kepala unit berkas diberikan ke mantri untuk dianalisis. 5. Mantri atau Acounting Officer (AO) melakukan survey ke usaha nasabah. 6. Hasil survey dinyatakan layak maka pemberian kredit diputuskan oleh kepala unit jika jumlah kredit sampai dengan Rp dan jika kredit antara Rp sampai Rp maka diputuskan oleh Asisten Manajer Bisnis Mikro (AMBM) jika melebihi Rp sampai Rp maka diputuskan oleh Manajer Bisnis Mikro (MBM). Untuk KUR Mikro putusan kredit semua diputuskan oleh kepala unit karena plafond maksimal KUR adalah 20 juta rupiah. 7. Setelah kredit diputuskan lalu dibuat perjanjian kredit dan dana siap untuk direalisasikan kepada nasabah. Perbedaan antara mekanisme penyaluran KUR Mikro dan Kupedes adalah dalam hal pencairan/realisasi kredit. Nasabah KUR Mikro pada umumnya adalah nasabah yang baru meminjam sehingga dalam menganalisis mantri lebih teliti sehingga pada umumnya nasabah dalam pencairannya membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu antara 2 minggu sampai 1 bulan bahkan ada yang sampai 2 bulan, akan tetapi bagi nasabah yang sudah pernah meminjam dan daftar riwayat pengembaliannya bagus untuk realisasi hanya membutuhkan waktu 5 hari sampai 1 minggu. Hal ini berbeda dengan Kupedes yang pada umumnya merupakan nasabah lama waktu realisasi dana pada umumnya kurang dari 1 minggu. 53

70 Setelah putusan direalisasi, kewajiban debitur untuk melunasi hutangnya dengan cara membayar cicilan. Mekanisme pembayaran kredit yaitu debitur datang ke customer service untuk menanyakan apa yang harus diisi untuk melakukan cicilan. Setelah itu debitur datang ke teller untuk melakukan pembayaran Persyaratan KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang Pada umumnya persyaratan antara KUR Mikro dan Kupedes tidak berbeda jauh, hal yang membedakan diantara keduanya pada jumlah agunan yang harus dipenuhi. Nasabah yang membutuhkan dana dan tidak mempunyai agunan yang dikorbankan akan tetapi nasabah tersebut mempunyai karakter yang baik untuk mengembalikan dan memiliki usaha yang layak maka nasabah tersebut dapat meminjam KUR Mikro di BRI karena usaha tersebut merupakan jaminannya. Akan tetapi ada beberapa nasabah yang menyerahkan agunan secara sendirinya berupa BPKB motor untuk mendapatkan KUR Mikro. Hal tersebut dilakukan agar pihak BRI Unit Cibungbulang lebih percaya meminjamkan uangnya kepada nasabah tersebut. Ada beberapa nasabah yang sengaja diminta untuk menyerahkan agunan berupa BKB motor oleh tim analisis BRI Unit Cibungbulang jika nasabah tersebut memang butuh dana untuk menjalankan usahanya dan usaha tersebut layak akan tetapi pihak bank masih ragu terhadap karakter pengembaliannya. Bagi nasabah Kupedes yang ingin meminjam dana Kupedes di BRI Unit Cibungbulang, persyaratannya adalah berupa segel/girik rumah atau tanah untuk plafond tertentu. Jika nasabah tersebut ingin meminjam uang lebih besar maka segel tersebut harus di rubah menjadi sertifikat. Pengklasifikasian pada tahun 2011 antara nasabah KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang tergantung mantri (account officer). Salah satunya dilihat dari nilai agunannya. Jika agunan yang diserahkan oleh nasabah BRI Unit Cibungbulang berupa girik atau akte atau sertifikat tanah maka nasabah tersebut akan diklasifikasikan kedalam nasabah Kupedes walaupun nasabah tersebut meminjam kurang dari 10 juta. Jika nasabah yang akan meminjam dana di BRI Unit Cibungbulang tidak mempunyai agunan tetapi usahanya layak dan nasabah memiliki karakter yang baik dalam hal pengembalian maka nasabah tersebut diklasifikasikan ke dalam nasabah KUR Mikro dan plafond pinjaman yang diberikan sesuai plafond KUR 54

71 Mikro dan hasil usaha tersebut menjadi jaminannya. Jika nasabah menyerahkan BPKB motor sebagai agunan maka nasabah tersebut diklasifikasikan kedalam nasabah KUR Mikro dan bisa meminjam sampai dengan 20 juta rupiah. nasabah KUR Mikro ini nanti akan direkomendasikan menjadi nasabah Kupedes jika riwayat pengembaliannya bagus dan membutuhkan tambahan dana melebihi plafond KUR Mikro akan tetapi mereka harus memenuhi persyaratan agunan. Persyaratan KUR Mikro dan Kupedes dapat dilihat pada Tabel 13. Contoh formulir KUR Mikro dan Kupedes dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Tabel 13. Persyaratan KUR Mikro dan Kupedes Keterangan KUR Mikro Kupedes Calon Debitur Individu yang melakukan usaha produktif yang layak Individu yang melakukan usaha produktif yang layak Lama Usaha Minimal sudah berjalan 6 bulan Minimal sudah berjalan 1 tahun Plafond Kredit Maksimal Rp 20 juta Maksimal Rp 100 juta Jangka Waktu & Jenis Kredit KMK : maksimal 3 tahun KI : maksimal 5 tahun Dalam hal perpanjangan,suplesi dan restrukturisasi KMK : maksimal 6 tahun KI : maksimal 10 tahun Jangka waktu pengembalian sampai dengan 60 bulan Suku Bunga Efektif maksimal 22 % per tahun Efektif maksimal 22 % per tahun Legalitas KTP, SKU KTP, SKU, SPPT & STTS Agunan Tanpa agunan material jika Segel, girik, sertifikat tanah dipercaya usahanya layak dan atau rumah, BPKB motor ada karakter baik dalam mengembalikan, BPKB motor, investasi usaha Identitas Pas photo suami dan istri (4x6) 1 Pas photo suami dan istri (4x6) 1 lembar Lainnya Buka rekening tabungan BRI (Simpedes atau Britama) Sumber : BRI Unit Cibungbulang (2011) lembar Buka rekening tabungan BRI (Simpedes atau Britama) 6.3. Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang Pada Tabel 9 yang telah dijelaskan sebelumnya pada perumusan masalah nilai NPL KUR Mikro pada bulan Juni 2009 sangat besar yaitu mencapai 33,69 persen dan pada bulan Januari 2009 turun drastis hingga mencapai 1,18 persen. Hal tersebut dikarenakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang gencargencarnya mengiklankan KUR Mikro dan BRI mengejar target realisasi yang telah ditetapkan. Target yang ditetapkan tidak sebanding dengan jumlah accounting officer yang ada di BRI Unit Cibungbulang pada waktu itu sehingga 55

72 dalam menganalisis tidak maksimal. Tunggakan cukup besar juga dikarenakan tingkat pengembalian dari nasabah KUR Mikro yang rendah. Hal tersebut mengakibatkan pemilihan debitur tidak sesuai dan menimbulkan jumlah tunggakan yang besar. Kebijakan BRI pada tahun 2009 yang berkaitan dengan hal tersebut adalah bank tidak boleh menyalurkan KUR Mikro ketika NPL di atas 3 persen. Oleh karena itu BRI Unit Cibungbulang menghentikan penyalurannya hingga NPL kembali normal yaitu di bawah 3 persen. Kebijakan tidak bolehnya menyalurkan KUR Mikro ketika nilai NPL di atas 3 persen dan kondisi keadaan banyaknya debitur yang menunggak di BRI Unit Cibungbulang, membuat NPL KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang meningkat terus yang mencapai puncak pada Mei 2009 yaitu sebesar 35,61 persen dan menurun pada bulan Juni 2009 yaitu sebesar 33,69 persen dan terus menurun hingga normal pada bulan Desember yaitu sebesar1,18 persen. NPL yaitu jumlah baki debet atau sisa kredit (Kurang lancar + Diragukan + Macet) dibanding dengan outstanding (jumlah dana yang disalurkan). Jika tidak ada dana kredit yang disalurkan dan jumlah baki debet besar maka nilai NPL pun akan semakin tinggi dan lama-lama turun ketika debitur yang menunggak masuk ke dalam daftar hitam (DH). DH yaitu piutang di anggap tidak tertagih jika masa tunggakan lebih dari 270 hari. BRI Unit Cibungbulang menghentikan penyaluran KUR Mikro hingga NPL kembali stabil yaitu dibawah 3 persen pada bulan Desember 2009 (1,18 persen). Akan tetapi pada tahun 2010 dikeluarkannya nota facksimile BRI yang berisi bahwa bank tetap bisa menyalurkan KUR Mikro walaupun NPL berada di atas 3 persen. Dengan adanya kebijakan tersebut dan tingkat pengembalian yang tinggi dari debitur serta analisis yang teliti dari account officer KUR Mikro BRI Unit Cibungbulang, membuat NPL BRI Unit Cibungbulang pada tahun 2010 dan 2011 masih dalam batas normal yaitu di bawah 3 persen. Pada akhir Januari 2011 NPL Kupedes lebih tinggi daripada NPL KUR Mikro (3,03 persen > 1,32 persen). Hal tersebut dapat dikarenakan pada umumnya nasabah Kupedes merupakan nasabah lama dan jika nasabah tersebut ingin meminjam kembali maka sangat mudah. Kemudahan peminjaman dana dapat berjalan dengan mudah jika mereka tidak punya riwayat buruk. Hal tersebut dapat 56

73 memungkinkan terjadinya tunggakan kredit jika di kemudian hari biaya tidak terduga nasabah besar akibat jumlah tanggungan keluarga. Tabel 14. Sebaran Responden KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha KUR Mikro Kupedes Jumlah % Jumlah % KUR Kupedes Hulu 0 % 3,03 % (jual pakan dan ,03 pupuk) On 3,03% 18,18 % Budidaya benih ikan 1 3,03 2 6,06 Farm Peternak ayam ,09 Petani padi ,03 Hilir 83,85% 72,73% Pedagang makanan 3 9,09 1 3,03 Pedagang lemari & 10 30, ,31 tempat tidur, dll Pedagang sembako 11 33, ,21 Pedagang ikan lele, 1 3,03 1 3,03 kerbau Pedagang sayuran 3 9, ,15 9,09 % 6,06% Industri pengolahan 3 9,09 2 6,06 3,03% 0% Penggilingan Padi 1 3,03-0 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa pada umumnya nasabah sektor pertanian, perikanan dan peternakan (on farm) berada pada Kupedes. Hal tersebut dapat mempengaruhi besarnya tunggakan pada Kupedes karena risiko di bidang on farm sangat tinggi dan perputaran uangnya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan perputaran uang di jenis usaha perdagangan. Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan Ada atau Tidaknya Pendapatan Sampingan Keluarga Usaha sampingan KUR Mikro Kupedes Jumlah % Jumlah % Ada 23 69, ,31 Tidak ada 10 30, ,69 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa perbedaan lainnya antara nasabah KUR Mikro dengan Kupedes adalah ada atau tidak adanya pendapatan sampingan. Hal ini dapat mempengaruhi besarnya tunggakan pada Kupedes karena usaha nasabah Kupedes yang pada umumnya adalah sumber pendapatan utama, jika usaha nasabah tersebut goyah maka tidak ada sumber pendapatan lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehingga nasabah tersebut lebih mengutamakan perbaikan iklim usaha dan memenuhi kebutuhan keluarga daripada membayar cicilan kredit per bulan. Hal itu berbeda dengan nasabah KUR 57

74 Mikro, jika usaha nasabah goyah maka nasabah masih bisa menutupi keperluan keluarga dan cicilan kredit dengan pendapatan sampingan tersebut. Pada tahun 2011, banyak nasabah Kupedes yang usahanya mengalami kegoyahan. Hal tersebut membuat mereka lebih mengutamakan perbaikan iklim usaha dan mengeluarkan biaya tidak terduga tersebut sehingga pengembalian kredit mereka menunggak. Banyaknya yang menunggak ini menyebabkan nilai NPL Kupedes lebih tinggi daripada nilai KUR Mikro. Pemanfaatan KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran Responden berdasarkan Pemanfaatan KUR Mikro dan Kupedes pada BRI Unit Cibungbulang Pemanfaatan KUR Mikro (orang) Kupedes (orang) Kredit Modal Kerja (KMK) Kredit Investasi (KI) 1 4 Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa pemanfaatan KUR Mikro untuk KMK sebanyak 32 orang (96,97 persen) dan untuk kredit investasi sebanyak 1 orang (3,03 persen). Pemanfaatan Kupedes untuk KMK sebanyak 29 orang (87,88 persen) dan untuk KI sebanyak 4 orang (12,12 persen). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar nasabah meminjam kredit di BRI untuk menambah modal kerjanya. Berdasarkan tingkat pengembalian pinjaman, maka nasabah KUR Mikro dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu nasabah yang dapat mengembalikan pinjaman tepat pada tanggal jatuh tempo yang tergolong dalam kelompok lancar. Kelompok ini memiliki proporsi sebanyak 70,42 persen ( 100 orang) dari total jumlah nasabah KUR Mikro untuk sektor agribisnis. Kelompok kedua yaitu nasabah yang menunggak, yaitu kelompok nasabah yang mengembalikan pinjaman melebihi jatuh tempo (status kurang lancar, diragukan, macet). Proporsi nasabah yang menunggak sebesar 29,58 persen (42 orang). Adanya kelompok nasabah yang menunggak, mengharuskan BRI Unit Cibungbulang membentuk cadangan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang cukup besar. Pencadangan PPAP untuk kelompok nasabah yang menunggak sebesar 5 persen hingga 100 persen dari sisa kredit (baki debet). Pencadangan PPAP pada nasabah yang menunggak jauh lebih besar dibandingkan 58

75 pencadangan yang harus dibentuk pada kelompok kredit lancar yang hanya sebesar 1 persen. Proporsi jumlah nasabah yang lancar dan menunggak dapat dilihat pada Gambar 7. 29,58 70,42 Gambar 7. Tingkat Pengembalian KUR BRI Unit Cibungbulang Begitupun dengan Kupedes, Berdasarkan tingkat pengembalian pinjaman nasabah Kupedes juga dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu nasabah yang dapat mengembalikan pinjaman tepat pada tanggal jatuh tempo yang tergolong dalam kelompok lancar. Kelompok ini memiliki proporsi sebanyak 81,70 persen (433 orang) dari total jumlah nasabah Kupedes untuk sektor agribisnis. Kelompok kedua yaitu nasabah yang menunggak, yaitu kelompok nasabah yang mengembalikan pinjaman melebihi jatuh tempo (status kurang lancar, diragukan, macet). Proporsi nasabah yang menunggak sebesar 18,30 persen (97 orang). Seperti halnya KUR Mikro, Adanya kelompok nasabah yang menunggak pada Kupedes mengharuskan BRI Unit Cibungbulang membentuk cadangan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang cukup besar. Pencadangan PPAP untuk kelompok nasabah yang menunggak sebesar 5 persen hingga 100 persen dari sisa kredit (baki debet). Pencadangan PPAP pada nasabah yang menunggak jauh lebih besar dibandingkan pencadangan yang harus dibentuk pada kelompok kredit lancar yang hanya sebesar 1 persen. Proporsi jumlah nasabah yang lancar dan menunggak dapat dilihat pada Gambar 8. 59

76 Tk Pengembalian 18,3 81,7 menunggak Lancar Gambar 8. Tingkat Pengembalian Kupedes BRI Unit Cibungbulang Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana karakteristik pengembalian nasabah Kupedes BRI Unit Cibungbulang. Untuk menganalisis karakter apa saja yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian kredit, kelompok debitur debedakan dalam tiga karakteristik yaitu karakteristik rumah tangga, karakteristik usaha dan karakteristik kredit Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan Tingkat Pendidikan Nasabah Faktor tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang KUR secara menyeluruh dan pengetahuan tentang cara mengembangkan usahanya. Tingkat pendidikan diduga sebagai salah satu faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang sedangakan pada Kupedes diduga tidak berpengaruhnyata sehingga pada penelitian ini tidak dimasukan kedalam variabel independent. Pengaruh tingkat pendidikan nasabah terhadap pengembalian Kupedes diduga tidak berpengaruh nyata karena tidak ada hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan dengan dengan pengembalian Kupedes. Jika pada KUR Mikro tingkat pendidikan diduga berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro karena atas dasar pengetahuan nasabah terhadap KUR yang merupakan kredit pemerintah. Diduga semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka semakin tinggi pemahaman tentang KUR maka diduga semakin tinggi tingkat kelancarannya. Pemahaman tentang KUR disini adalah bahwa KUR merupakan kredit pemerintah yang bekerjasama dengan BRI akan tetapi BRI tetap menanggung kerugian oleh karena itu kredit tersebut wajib untuk dikembalikan. 60

77 Proporsi debitur KUR Mikro yang menjadi sampel sebagian debitur berada pada tingkat pendidikan kurang dan sama dengan 6 tahun atau setara SD yaitu sebesar 15 orang (45,46 persen) untuk debitur Kupedes dan 14 orang (42,42 persen). Nasabah KUR Mikro yang berada pada tingkat pendidikan 7 sampai 9 tahun berjumlah 9 orang (27,27 persen) dan Kupedes sebanyak 6 orang (18,18 persen). Nasabah KUR Mikro yang berada pada tingkat pendidikan lebih dari 9 tahun berjumlah 9 orang (27,27 persen) dan Kupedes sebanyak 13 orang (39,40 persen). Karakteristik tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 menunjukan bahwa tunggakan KUR Mikro cukup besar pada kisaran pendidikan lebih dari 9 tahun yaitu setara SMA ke atas (55,56 persen) begitupula dengan Kupedes yaitu sebesar 30,77 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang lancar sebesar 44,44 persen untuk KUR Mikro dan 69,23 persen untuk Kupedes. Angka tersebut menunjukan bahwa penyaluran KUR Mikro dan Kupedes pada kelompok ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi. Hal itu dapat disebabkan karena nasabah yang pendidikan lebih dari 9 tahun semakin tinggi pengetahuan nasabah tentang kredit KUR yaitu bahwa KUR adalah program kredit dari pemerintah, akan tetapi pengetahuan yang dimiliki tentang KUR tidak dipahami sepenuhnya. Hal tersebut berbeda dengan nasabah yang ada di desa yang pada umumnya berpendidikan SD. Berdasarkan hasil penelitian nasabah yang pendidikannya SD tidak mengetahui apa itu KUR Mikro, pada saat mereka meminjam KUR Mikro mereka hanya diajak oleh tetangga mereka. Tabel 17. Sebaran Responden Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nasabah Tingkat Pengembalian Pendidikan KUR Kupedes Lancar Menunggak Lancar Menunggak Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % <=6 Th 13 86, , ,86 1 7, Th 7 77, , , ,67 >9 Th 4 44, , , ,77 Rata-Rata 8,76 10,50 9,24 9,56 61

78 Kelompok nasabah yang memiliki tingkat pendidikan kurang dan sama dengan 6 tahun atau setara SD memiliki proporsi tunggakan yang cukup rendah dibanding dengan kelompok nasabah yang berada pada kisaran pendidikan lebih dari 9 tahun. Kelompok KUR Mikro memiliki nasabah yang menunggak sebesar 13,33 persen dan nasabah yang lancar sebesar 86,67 persen. Kelompok Kupedes memiliki nasabah yang menunggak sebesar 7,14 persen dan kelompok yang lancar sebesar 92,86 persen. Sedangkan kelompok nasabah yang memiliki tingkat pendidikan 7-9 tahun yaitu setara SMP memiliki tunggakan sebesar 22,22 persen dan nasabah yang lancar sebesar 77,78 persen untuk KUR Mikro. Kelompok Kupedes yang berpendidikan setara SMP memiliki tunggakan 16,67 persen. Kelompok nasabah yang memiliki tingkat pendidikan kurang dan sama dengan 6 tahun dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding KUR Mikro dan Kupedes karena pada kisaran umur ini memiliki jumlah tunggakan kecil Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Faktor jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jumlah tanggungan keluarga diduga sebagai salah satu faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan pengembalian KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Proporsi sampel debitur KUR Mikro sebagian debitur yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kurang dan sama dengan empat orang yaitu sebanyak 26 orang (78,79 persen) dan nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dar empat orang sebanyak 7 orang (21,21 persen). Untuk nasabah Kupedes yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kurang dan sama dengan empat orang yaitu sebanyak 28 orang (84,85 persen) dan nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari empat orang sebanyak 5 orang (15,15 persen). Karakteristik pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 menunjukan bahwa tunggakan KUR Mikro cukup besar pada nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari empat orang yaitu sebanyak 28,57 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang 62

79 lancar sebesar 71,43 persen. Begitupula dengan Kupedes tunggakan cukup besar pada nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari empat orang yaitu sebesar 80 persen dan nasabah yang lancar sebesar 20 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa penyaluran KUR Mikro dan Kupedes pada kelompok ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi. Tabel 18. Sebaran Responden Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggu- Pengembalian ngan KUR Kupedes Keluarga Lancar Menunggak Lancar Menuggak Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % <= , , ,86 2 7,14 >4 5 71, , , ,00 Rata-rata 3,76 3,44 3,67 5,33 Kelompok nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kurang dan sama dengan empat orang memiliki proporsi tunggakan yang tidak jauh berbeda dengan kelompok sebelumnya. Untuk KUR Mikro nasabah yang menunggak sebesar 26,92 persen dan nasabah yang lancar sebesar 73,08 persen. Pada kelompok nasabah Kupedes yang menunggak sebesar 7,14 persen dan nasabah yang lancar sebesar 92,86 persen. Kelompok ini dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding KUR Mikro dan Kupedes karena nasabah pada sampel ini memiliki jumlah tunggakan kecil Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan Frekuensi Pinjaman Nasabah Faktor Frekuensi Pinjaman yaitu seberapa sering nasabah meminjam kredit di BRI. Semakin sering nasabah meminjam kredit di BRI maka semakin mudah debitur mendapatkan kredit jika ingin meminjam kembali. Akan tetapi hal tersebut harus didukung dengan kelakuan baik dalam pengembalian kredit dan hal itu dibuktikan dengan sejarah nasabah terdahulu. Frekuensi pinjaman diduga sebagai salah satu faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan pengembalian KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Hal tersebut dikarenakan semakin sering nasabah meminjam kredit dan berkelakuan baik dalam mengembalikan maka semakin percaya bank meminjamkan dananya maka diduga 63

80 akan semakin lancar dalam tingkat pengembaliannya. Proporsi sampel KUR Mikro sebagian debitur berada pada frekuensi pinjaman 1 kali yaitu sebanyak 13 orang (39,39 persen) dan nasabah Kupedes sebanyak 4 orang (12,12 persen). Nasabah KUR Mikro yang frekuensi pinjaman lebih dari 1 kali berjumlah 20 orang (60,61 persen) dan nasabah Kupedes sebanyak 29 orang (87,88 persen). Karakteristik pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan frekuensi pinjaman dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Sebaran Responden Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Frekuensi Peminjaman Frekuensi Pengembalian Pinjaman KUR Kupedes (kali) Lancar Menunggak Lancar Menunggak Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % , , , ,00 > , , , ,34 Rata-rata 1,76 1,67 5,20 4,93 Tabel 19 menunjukan bahwa tunggakan KUR Mikro dan Kupedes yaitu cukup besar pada nasabah baru (frekuensi peminjaman 1 kali) yaitu sebesar 38,46 persen untuk KUR Mikro dan pada kupedes lebih besar yaitu sebesar 75 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang lancar sebesar 61,54 persen untuk KUR Mikro dan Kupedes sebesar 25 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa penyaluran KUR Mikro dan Kupedes pada kelompok ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi dan peningkatan pembinaan harus lebih ditingkatkan. Kelompok nasabah yang frekuensi pinjaman lebih dari 1 kali memiliki proporsi tunggakan yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Kelompok KUR Mikro memiliki nasabah yang menunggak sebesar 20 persen dan nasabah yang lancar sebesar 80 persen. Kelompok Kupedes memiliki nasabah yang menunggak pada kelompok ini cukup kecil yaitu sebesar 10,34 persen dan nasabah yang lancar sebesar 89,66 persen. Kelompok ini dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding KUR Mikro dan Kupedes karena sampel ini memiliki jumlah tunggakan kecil. 64

81 Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan Omset Nasabah Faktor omset berkaitan dengan jumlah pendapatan kotor yang diterima dari menjalankan usaha. Faktor ini juga bisa melihat seberapa cepat perputaran uang pada usaha tersebut. Faktor inilah yang akan menentukan apakah seorang nasabah dapat diberikan kredit atau tidak dan berapa besar pinjaman yang dapat diperoleh nasabah, agar nasabah dapat meningkatkan usaha dan mengembalikan pinjaman dengan lancar. Omset diduga sebagai salah satu faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan pengembalian KUR Mikro dan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Diduga semakin tinggi omset maka semakin besar pendapatan kotor usaha tersebut atau semakin cepat perputaran uang pada usaha tersebut sehingga diduga semakin lancar dalam pengembalian kredit. Proporsi sampel debitur KUR Mikro sebagian berada pada omset usaha lebih dari 75 juta yaitu sebanyak 21 orang (63,64 persen). Nasabah KUR Mikro yang omsetnya kurang dan sama dengan 30 juta berjumlah 6 orang (18,18 persen). Nasabah KUR Mikro yang mempunyai omset usaha 31 juta sampai 75 juta sebanyak 6 orang (18,18 persen). Proporsi sampel debitur Kupedes sebagian debitur berada pada omset usaha lebih dari 75 juta yaitu sebanyak 21 orang (63,64 persen). Nasabah Kupedes yang omsetnya kurang dan sama dengan 30 juta berjumlah 4 orang (12,12 persen). Nasabah Kupedes yang mempunyai omset usaha 31 juta sampai 75 juta sebanyak 8 orang (24,24 persen). Karakteristik tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan omset usaha dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Sebaran Responden Pengembalian Pinjaman KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Omset Nasabah Omset Pengembalian Usaha KUR Kupedes (Rp) Lancar Menunggak Lancar Menunggak Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % <=30 Juta 5 83, , , , juta 4 66, , , ,00 > 75 juta 15 71, , ,24 1 4,76 Rata-rata , , , ,00 Tabel 20 menunjukan bahwa tunggakan KUR Mikro cukup besar pada nasabah yang memiliki omset usaha 31 sampai 75 juta yaitu sebesar 33,33 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang lancar sebesar 66,67 65

82 persen. Begitupun dengan Kupedes tunggakan cukup besar pada nasabah yang memiliki omset 31 sampai 75 juta yaitu sebesar 50 persen dan nasabah yang lancar sebesar 50 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa penyaluran KUR Mikro dan Kupedes pada kelompok ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi dan pembinaan harus lebih ditingkatkan. Kelompok nasabah pada KUR Mikro yang memiliki omset usaha lebih dari 75 juta memiliki proporsi tunggakan yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Kelompok ini memiliki nasabah yang menunggak sebesar 28,57 persen dan nasabah yang lancar sebesar 71,43 persen. Sedangakan kelompok nasabah yang memiliki omset usaha di bawah 30 juta memiliki proporsi tunggakan sebesar 16,67 persen dan nasabah lancar sebesar 83,33 persen. Berbeda dengan Kupedes tunggakan pada nasabah yang memiliki omset kurang dan sama dengan 30 juta sebesar 25 persen dan yang lancar sebesar 75 persen. Nasabah yang memiliki omset lebih dari 75 juta memiliki proporsi tunggakan sebesar 4,76 persen dan nasabah yang lancar sebesar 95,24 persen. Kelompok nasabah yang memiliki omset di atas 75 juta dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding KUR Mikro karena pada kisaran omset ini memiliki jumlah tunggakan tidak terlalu besar. Pada Kupedes juga kisaran omset di atas 75 juta dapat dijadikan sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding karena tunggakan kecil Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Faktor jangka waktu pengembalian berkaitan dengan karakter dari nasabah terhadap lamanya pengembalian kredit dan beban bunga yang akan ditanggung. Jangka waktu pengembalian juga bisa berkaitan dengan kondisi usaha yang akan dijalankan. Semakin besar jangka waktu pengembalian maka akan semakin besar beban risiko yang akan ditanggung bank. Risiko itu adalah pengembalian yang tidak lancar akibat usaha yang tidak lancar pada kondisi tertentu. Sehingga diduga semakin lama jangka waktu pengembalian KUR Mikro dan Kupedes maka semakin besar jumlah yang menunggak. 66

83 Proporsi sampel debitur KUR Mikro sebagian besar berada pada jangka waktu pengembalian kurang dan sama dengan 1 tahun yaitu sebanyak 21 orang (63,64 persen). Nasabah KUR Mikro yang jangka waktu pengembaliannya 1,5 sampai 2 tahun berjumlah 12 orang (36,36 persen). Proporsi sampel debitur Kupedes sebagian besar berada pada jangka waktu pengembalian 1,5 sampai 2 tahun yaitu sebanyak 22 orang (66,67 persen). Nasabah Kupedes yang jangka waktu pengembaliannya kurang dan sama dengan dari 1 tahun berjumlah 9 orang (27,27 persen). Nasabah Kupedes yang jangka waktu pengembaliannya 3 tahun sebanyak 2 orang (6,06 persen). Karakteristik tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan jangka waktu pengembalian kredit dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Sebaran Responden Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian Kredit Jangka Waktu Pengembalian (thn) Pengembalian KUR Kupedes Lancar Menunggak Lancar Menunggak Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % <= , , , ,22 1, , , , , Rata-rata 16,00 17,59 20,50 20,00 Tabel 21 menunjukan bahwa tunggakan KUR Mikro cukup besar pada nasabah yang jangka waktu pengembaliannya 1,5 sampai 2 tahun yaitu sebesar 33,33 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang lancar sebesar 66,67 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa penyaluran KUR Mikro pada kelompok ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi dan pembinaan harus lebih ditingkatkan. Kelompok nasabah yang jangka waktu pengembalian kredit kurang dan sama dengan 1 tahun memiliki proporsi tunggakan yang lebih kecil dari sebelumnya. Kelompok ini memiliki nasabah yang menunggak sebesar 23,81 persen dan nasabah yang lancar sebesar 76,19 persen. Kelompok nasabah ini dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding KUR karena pada kisaran omset ini memiliki jumlah tunggakan lebih kecil daripada jangka waktu pengembalian 1,5 sampai 2 tahun. 67

84 Berbeda dengan KUR Mikro, Tabel 19 menunjukan bahwa tunggakan Kupedes cukup besar pada nasabah yang jangka waktu pengembaliannya kurang dan sama dengan 1 tahun yaitu sebesar 22,22 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang lancar sebesar 77,78 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa penyaluran Kupedes pada kelompok ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi dan pembinaan harus lebih ditingkatkan. Kelompok nasabah yang jangka waktu pengembalian kredit kurang dan sama dengan 1,5 sampai 2 tahun memiliki proporsi tunggakan yang lebih kecil dari sebelumnya. Kelompok ini memiliki nasabah yang menunggak sebesar 18,18 persen dan nasabah yang lancar sebesar 81,82 persen. Kelompok nasabah yang jangka waktu pengembaliannya 3 tahun memiliki nasabah yang menunggak sebesar 0 persen dan nasabah yang lancar sebesar 100 persen. Hal tersebut dapat dikarenakan besarnya pengembalian disesuaikan dengan pendapatan yang diterima nasabah jadi semakin lama jangka waktu pengembalian maka semakin lancar karena cicilan perbulannya lebih rendah daripada jangka waktu pengembalian yang lebih singkat. Maka hal ini tidak sesuai dengan hipotesis. Kelompok nasabah ini yang jangka waktu pengembalian lebih dari 1 tahun dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding Kupedes karena pada kisaran jangka waktu pengembalian ini memiliki jumlah tunggakan lebih kecil Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan Agunan yang diberikan Faktor nilai agunan berkaitan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu kredit. Sebenarnya syarat untuk KUR Mikro tanpa adanya agunan, akan tetapi ada beberapa nasabah yang menawarkan barang berharganya seperti BPKB motor sebagai jaminan agar lebih dipercaya oleh pihak bank dan adapula yang memang diminta sama pihak bank jika nasabah tersebut memang membutuhkan dana untuk usahanya dan pihak bank belum percaya terhadap karakter pengembaliannya. Faktor agunan merupakan salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. 68

85 Proporsi sampel debitur KUR Mikro sebagian besar yang tidak menyerahkan jaminan (agunan=0) yaitu sebanyak 10 orang (30,30 persen). Nasabah KUR Mikro yang menyerahkan agunan sebesar kisaran 1 sampai 50 juta berjumlah 23 orang (69,70 persen). Berbeda halnya dengan Kupedes, syarat untuk mendapatkan Kupedes adalah menyerahkan agunan. Proporsi sampel debitur Kupedes sebagian besar yang menyerahkan agunan lebih besar dari 50 juta yaitu sebanyak 17 orang (51,52 persen). Nasabah Kupedes yang menyerahkan agunan sebesar kisaran 1 sampai 50 juta berjumlah 16 orang (48,48 persen). Karakteristik tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan Agunan nasabah dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Sebaran Responden Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Agunan yang diberikan Agunan Pengembalian (Rp) KUR Kupedes Lancar Menunggak Lancar Menunggak Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % juta 19 82, , >50 juta , ,76 Rata-rata , , , ,00 Tabel 22 menunjukan bahwa tunggakan KUR Mikro cukup besar pada nasabah yang tidak menyerahkan agunan yaitu sebesar 50 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang lancar sebesar 50 persen. Berbeda halnya dengan Kupedes tunggakan cukup besar pada nasabah yang menyerahkan agunan 1 sampai 50 juta yaitu sebesar 25 persen dan nasabah yang lancar sebesar 75 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa penyaluran KUR Mikro dan Kupedes pada kelompok ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi dan pembinaan harus lebih ditingkatkan agar tunggakan yang lebih besar dapat dihindari. Kelompok nasabah KUR Mikro yang menyerahkan agunan 1 sampai 50 juta memiliki proporsi tunggakan yang lebih kecil dari sebelumnya. Kelompok ini memiliki nasabah yang menunggak sebesar 17,39 persen dan nasabah yang lancar sebesar 82,61 persen. Kelompok nasabah yang menyerahkan agunan 1 sampai 50 juta dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding KUR Mikro karena pada nasabah sampel ini memiliki tunggakan lebih kecil. 69

86 Sedangkan pada nasabah Kupedes yang menyerahkan agunan lebih dari 50 juta memiliki tunggakan yang lebih kecil dari sebelumnya, nasabah yang menunggak sebesar 11,76 persen dan nasabah yang lancar sebesar 88,24 persen. Kelompok nasabah yang menyerahkan agunan lebih dari 50 juta dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding Kupedes karena pada nasabah ini memiliki tunggakan lebih kecil. Sehingga diharapkan dapat menghindari tunggakan yang terlalu besar Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan Pendapatan Bersih Rumah Tangga Nasabah Faktor pendapatan bersih rumah tangga berkaitan dengan pendapatan usaha yang telah dikurangi dengan biaya usaha dan risiko-risiko atau pengeluaranpengeluaran keluarga serta biaya-biaya tak terduga lalu ditambah dengan pendapatan sampingan. Faktor pendapatan bersih merupakan salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. Proporsi sampel debitur KUR Mikro sebagian besar memiliki pendapatan lebih dari satu juta rupiah yaitu sebanyak 14 orang (42,42 persen). Nasabah KUR Mikro yang memiliki pendapatan bersih antara Rp sampai Rp berjumlah 12 orang (36,36 persen). Nasabah KUR Mikro yang memiliki pendapatan kurang dan sama dengan Rp sebanyak 7 orang (21,22 persen). Proporsi sampel debitur Kupedes sebagian besar memiliki pendapatan lebih dari satu juta rupiah yaitu sebanyak 23 orang (69,69 persen). Nasabah Kupedes yang memiliki pendapatan bersih antara Rp sampai Rp berjumlah 8 orang (24,24 persen). Nasabah Kupedes yang memiliki pendapatan kurang dan samadengan Rp sebanyak 2 orang (6,07 persen). Karakteristik tingkat pengembalian KUR Mikro dan Kupedes berdasarkan pendapatan bersih nasabah tiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 menunjukan bahwa tunggakan KUR Mikro cukup besar pada nasabah yang pendapatan bersihnya kurang dari dan sama dengan yaitu sebesar 42,86 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang lancar sebesar persen. Begitupula dengan tunggakan Kupedes cukup besar pada nasabah yang pendapatan bersihnya kurang dari dan sama dengan yaitu sebesar 50 persen. Sedangkan pada kelompok ini memiliki nasabah yang 70

87 lancar sebesar 50 persen. Angka tersebut menunjukan bahwa penyaluran KUR Mikro dan Kupedes pada kelompok ini harus dilakukan dengan lebih hati-hati karena adanya peluang tunggakan yang lebih tinggi dan pembinaan harus lebih ditingkatkan. Tabel 23. Sebaran Responden Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes Berdasarkan Pendapatan Bersih Nasabah Pendapatan Pengembalian Bersih KUR Kupedes (Rp) Lancar Menunggak Lancar Menunggak Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % <= , , , , ,5 1 12, > , , , ,39 Rata-rata , , , ,67 Kelompok nasabah KUR Mikro yang pendapatan bersihnya antara Rp sampai Rp memiliki proporsi tunggakan yang lebih kecil dari sebelumnya. Kelompok ini memiliki nasabah yang menunggak sebesar 33,33 persen dan nasabah yang lancar sebesar 66,67 persen. Kelompok nasabah yang pendapatan bersihnya lebih dari Rp memiliki proporsi tunggakan yang paling kecil yaitu sebesar 14,29 persen dan nasabah yang lancar sebesar 85,71 persen. Kelompok nasabah ini dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding KUR Mikro karena pada nasabah ini memiliki tunggakan lebih kecil. Kelompok nasabah Kupedes yang pendapatan bersihnya lebih dari Rp memiliki proporsi tunggakan yang lebih kecil dari sebelumnya. Kelompok ini memiliki nasabah yang menunggak sebesar 17,39 persen dan nasabah yang lancar sebesar 82,61 persen. Kelompok nasabah yang pendapatan bersihnya antara Rp sampai Rp memiliki proporsi tunggakan yang paling kecil yaitu sebesar 12,05 persen dan nasabah yang lancar sebesar 87,50 persen. Kelompok nasabah yang pendapatannya lebih dari Rp dapat dijadikan sebagai sasaran peningkatan jumlah nasabah dan outstanding Kupedes karena pada nasabah ini memiliki tunggakan yang kecil. 71

88 VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KUR MIKRO DAN KUPEDES 7.1. Penilaian Model KUR Mikro dan Kupedes Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang meliputi beberapa variabel independent yaitu, faktor tingkat pendidikan, pendapatan bersih rumah tangga dan jumlah tanggungan dalam keluarga merupakan karakteristik rumah tangga. Sedangkan karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit meliputi faktor omset. Selain itu karakteristik kredit meliputi jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit dan nilai agunan juga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Variabel yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan, yaitu apakah nasabah mengembalikan kredit dengan lancar (Y=1) atau nasabah yang mengembalikan pinjaman secara menunggak (Y=0). Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 90 persen atau dengan taraf nyata (α) sebesar 10 persen 11 (output dapat dilihat pada lampiran 2). Tabel 24. Dugaan Parameter Regresi Logistik berdasarkan Classification Table Observed Step 0 Kredit tidak_lancar Lancar Overall percentage Predicted Kredit Tidak Lancar Lancar Percentage Correct ,7 Berdasarkan Tabel 24 dapat dilihat bahwa klasifikasi 72,7 persen baik untuk dibangunnya sebuah model. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabelvariabel tersebut dapat dijelaskan oleh model. 11 Mauludin H Perbincangan Seputar Pengolahan Data Penelitian (Pendekatan Praktis dengan SPSS Versi Mahasiswa S1). Berganda [ 1 April 2011]. 72

89 Tabel 25. Dugaan Parameter Regresi Logistik Biner Berdasarkan Omnibus Tests of Model Coefficients dengan metode Enter Chi-square Df Sig. Step 1 Step Block Model 12,754 12,754 12, ,078 0,078 0,078 Berdasarkan Tabel 25, dapat kita lihat bahwa hasil omnibus tests of model coefficients, nilai signifikansi model lebih kecil dari nilai taraf nyata α=0,10 (0,078 < 0,10). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa model signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa setidak-tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Tabel 26. Dugaan parameter Regresi Logistik Biner Berdasarkan Hosmer and lemeshow Test Step Chi-square Df Sig ,133 Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat bahwa kita dapat menerima H0 karena nilai signifikansi model lebih besar dari taraf nyata 0,10 (0,133 > 0,10). Sehingga hal tersebut dapat dinyatakan bahwa model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam analisis. Untuk melihat variabel-variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent dapat dilihat berdasarkan Tabel 27. Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa variabel independent yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependent yaitu variabel tingkat pendidikan dan Jangka waktu pengembalian karena nilai koefisien signifikansi variabelnya lebih kecil dari taraf nyata 0,10 yaitu untuk tingkat pendidikan (X7) 0,043 < 0,10 dan untuk jangka waktu pengembalian (X2) 0,078 < 0,10. Masing-masing variabel independent memberikan peluang yang berbeda terhadap pola pengembalian kredit. Besarnya peluang dapat diketahui dengan menginterpretasikan nilai odds ratio pada masing-masing variabel independent dan besarnya arah dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien (B). 73

90 Tabel 27. Dugaan parameter Regresi Logistik Biner Berdasarkan Variables in the Equation Variabel B S.E Wald Df Sig Exp(B) Jumlah Tanggungan Keluarga -0,145 0,434 0, , Jangka Waktu -0,276 0,156 3, ,078 0,759 Pengembalian Pendapatan Bersih 0,000 0,000 0, ,915 1,000 Keluarga Frekuensi 0,639 0,622 1, ,304 1,895 Peminjaman Agunan 0,000 0,000 0, ,718 1,000 Omset 0,000 0,000 0, ,888 1,000 Tingkat Pendidikan -0,547 0,270 4,094 0,043 0,579 Constant 9,005 4,346 4, , ,569 Berdasarkan nilai odd ratio (Exp (B)) atau perbandingan peluangnya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka peluang pembayaran kredit secara lancar 0,579 kali lipat lebih kecil di banding pendidikan yang lebih rendah. Hal itu ditandakan karena arah B pendidikan bernilai negatif. Berdasarkan perbandingan peluangnya antara jangka waktu yang lama dengan jangka waktu yang lebih rendah bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka peluang pembayaran kredit secara lancar 0,759 kali lipat lebih kecil dibanding jangka waktu yang lebih pendek. Selain kedua variabel independent tersebut, variabel independent-independent lainnya seperti jumlah tanggungan keluarga, frekuensi peminjaman, omset, agunan, dan pendapatan bersih rumah tangga tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa variabel-variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit memiliki arah koefisien negatif. Hal tersebut berarti bahwa variabel independent tersebut berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. Variabel-variabel independent yang tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian KUR Mikro yang memiliki arah koefisien negatif yaitu jumlah tanggungan keluarga yang berarti hal ini menunjukan bahwa variabel independent tersebut berpengaruh negatif terhadap pengembalian KUR Mikro. Pendidikan debitur memiliki pengaruh yang berbeda dengan hipotesis uji (hipotesis uji: pendidikan debitur peminjaman berpengaruh positif terhadap keberhasilan pengembalian KUR Mikro sedangkan pada hasil berpengaruh negatif). Variabel-variabel Independent yang tidak berpengaruh 74

91 nyata terhadap pengembalian KUR Mikro yang memiliki pengaruh positif adalah frekuensi pengambilan kredit, omset usaha, agunan, dan pendapatan. Sehingga variabel tersebut kurang tepat sebagai dasar penentuan nasabah di BRI Unit Cibungbulang. Sama seperti halnya faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian Kupedes meliputi beberapa variabel independent yaitu, faktor jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan bersih rumah tangga merupakan karakteristik rumah tangga. Sedangkan karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit meliputi faktor omset. Selain itu karakteristik kredit meliputi jangka waktu pengembalian, frekuensi peminjaman kredit dan nilai agunan juga mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Variabel yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan, yaitu apakah nasabah mengembalikan kredit dengan lancar (Y=1) atau nasabah yang mengembalikan pinjaman secara menunggak (Y=0). Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 90 persen atau dengan taraf nyata (α) sebesar 10 persen (output dapat dilihat pada lampiran 3). sama seperti halnya pengujian yang dilakukan pada tingkat pengembalian KUR Mikro, pada penelitian Kupedes juga menggunakan regresi logistik dengan metode enter. Tabel 28. Dugaan parameter regresi Logistik berdasarkan Classification Table Predicted Observed Kredit Percentage Tidak Lancar Lancar Correct Step 0 Kredit tidak_lancar Lancar Overall percentage ,8 Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa variabel 81,8 persen baik untuk dibangunnya sebuah model. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan oleh model. 75

92 Tabel 29. Dugaan Parameter Regresi Logistik Biner Berdasarkan Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Sig. Step 1 Step Block Model 21,704 21,704 21, ,001 0,001 0,001 Berdasarkan Tabel 28, dapat kita lihat bahwa nilai signifikansi model lebih kecil dari taraf nyata 0,10 (0,01 < 0,10). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa model adalah signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa setidak-tidaknya ada satu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Tabel 30. Dugaan parameter Regresi Logistik Biner Berdasarkan Hosmer and lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 0, ,000 Hasil pada output Hosmer and Lemeshow Goodness-of-Fit Test mengindikasikan bahwa kita dapat menerima H0 karena nilai signifikansi model lebih dari 0,10 (1,000 > 0,10). Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam analisis. Untuk melihat variabelvariabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent dapat dilihat berdasarkan Tabel 31. Tabel 31. Dugaan parameter Regresi Logistik Biner Berdasarkan Variables in the Equation Variabel B S.E Wald Df Sig Exp(B) Jumlah Tanggungan Keluarga -2,885 1,330 4, ,030 1,056 Jangka Waktu 0,010 0,193 0, ,959 1,010 Pengembalian Pendapatan Bersih 0,000 0,000 1, ,264 1,000 Keluarga Frekuensi 0,080 0,263 0, ,760 1,084 Peminjaman Agunan 0,000 0,000 0, ,877 1,000 Omset 0,000 0,000 0, ,402 1,000 Constant 12,203 9,063 1, , ,047 Berdasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit adalah variabel Jumlah Tanggungan Keluarga (X1). Variabel tersebut berpengaruh nyata karena memilik signifikansi variabel yang lebih kecil dari taraf nyata 0,10 (0,03 < 0,10). 76

93 Selain variabel Jumlah Tanggungan Keluarga, variabel-variabel Independent lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. Berdasarkan nilai odd ratio (Exp (B)) atau perbandingan peluangnya bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga nasabah maka peluang pembayaran kredit tingkat kelancarannya 0,056 kali lipat lebih rendah dibanding jumlah tanggungan keluarga yang lebih sedikit. Berdasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa variabel-variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit hanya variabel jumlah tanggungan keluarga yang memiliki arah koefisien negatif. Hal tersebut berarti bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. Variabel-variabel Independent yang tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes yang memiliki pengaruh positif adalah omset usaha, agunan, pendapatan bersih rumah tangga, frekuensi pengambilan kredit dan jangka waktu pengembalian kredit. Variabel Jangka waktu pengembalian memiliki pengaruh yang berbeda dengan hipotesis uji (hipotesis uji: Jangka waktu pengembalian berpengaruh negatif terhadap keberhasilan pengembalian Kupedes sedangkan menurut hasil output jangka waktu pengembalian berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Mikro dan Kupedes Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga Nasabah (X1) Variabel jumlah tanggungan keluarga merupakan hasil proyeksi dari konsumsi rumah tangga. Nasabah yang bergerak di sektor onfarm memiliki perputaran uang yang lebih rendah daripada sektor perdagangan. Jika jumlah tanggungan keluarga lebih banyak maka pengeluaran keluarga lebih besar sehingga pendapatan bersihpun akan lebih kecil dan tunggakan kreditpun tidak dapat terhindarkan. Nasabah yang meminjam dana KUR Mikro maupun Kupedes adalah usaha mikro yang pada umumnya home industry sehingga peran keluarga khususnya jumlah tanggungan keluarga sangat berpengaruh dalam usaha ini dan usaha mikro belum melakukan pencatatan usaha maka antara asset usaha dengan asset rumah tangga masih tercampur. 77

94 Variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap pengembalian KUR Mikro, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel jumlah tanggungan keluarga yang bernilai negatif (-0,145). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengambilan kredit. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena nilai signifikansi variabelnya lebih besar dari taraf nyata 0,10 (0,739 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapapun jumlah tanggungan keluarga nasabah tidak akan mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro secara langsung. Oleh karena itu, variabel jumlah tanggungan keluarga kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Perbandingan peluang (odds ratio) sebesar 0,865 yang menandakan bahwa peluang pengembalian KUR Mikro pada nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak memiliki tingkat pengembalian secara lancar 0,865 kali lipat lebih kecil dibanding nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih sedikit. Variabel jumlah tanggungan keluarga penting untuk di analisis dalam pemilihan debitur KUR Mikro Akan tetapi variabel ini kurang tepat sebagai penentuan pemilihan nasabah. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro. Hal itu dapat dikarenakan pada kondisi di lapangan, jumlah rata-rata tanggungan keluarga nasabah KUR Mikro yang lancar dan menunggak tidak berbeda jauh berdasarkan karakteristik sebaran respondennya. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga untuk nasabah KUR Mikro yang secara lancar pengembaliannya sebesar 3,76 orang dan untuk yang menunggak sebesar 3,44 orang. Jumlah rata-rata nasabah KUR Mikro dan Kupedes yang tidak berbeda jauh ini salah satu yang dapat menjadi penyebab variabel jumlah tanggungan dalam keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR 78

95 Mikro. Hal itu membuat vaiabel jumlah tanggungan keluarga kurang tepat sebagai dasar penetuan nasabah KUR Mikro. Berbeda halnya dengan KUR Mikro, variabel jumlah tanggungan keluarga pada Kupedes berpengaruh nyata. Hal itu dapat dilihat pada nilai signifikansi variabel yang lebih kecil dari taraf nyata. Variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap pengembalian Kupedes, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel jumlah tanggungan keluarga yang bernilai negatif (-2,885). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran pengambilan kredit. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa variabel Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes karena nilai signifikansi variabel jumlah tanggungan keluarga lebih kecil daripada taraf nyata 0,10 (0,030 < 0,10). Hal ini menandakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar peluangnya nasabah yang menunggak. Oleh karena itu, variabel jumlah tanggungan keluarga tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran Kupedes di BRI Unit Cibungbulang untuk memperkecil jumlah tunggakan. Nilai perbandingan peluang jumlah tanggungan keluarga sebesar 0,056 yang menandakan bahwa peluang pengembalian Kupedes pada nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak memiliki pengembalian secara lancar 0,056 kali lipat lebih kecil dibanding nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih sedikit. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit karena jika semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar risiko-risiko tidak terduga yang dihadapi kedepannya sehingga hal tersebut mempengaruhi kelancaran pengembalian Kupedes. Variabel jumlah tanggungan keluarga tepat sebagai penentu pemilihan nasabah karena variabel ini berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Pada umumnya sektor on farm yang ditemukan dilapangan meminjam Kupedes. Usaha on farm memiliki perputaran uang lebih rendah daripada usaha di bidang perdagangan dan dari hasil lapang 79

96 ditemukan bahwa pada umumnya nasabah Kupedes tidak memiliki pendapatan rumah tangga dari pekerjaan lainnya, jika jumlah tanggungan keluarga semakin banyak maka peluang tunggakan semakin besar karena hasil dari usaha tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu daripada membayar cicilan kredit. Jumlah tanggungan keluarga yang banyak dapat menimbulkan risiko pengeluaran rumah tangga yang besar akibat pengeluaran tidak terduga yang mungkin timbul di kemudian hari dan dapat memperkecil pendapatan bersih rumah tangga nasabah. Sehingga pada nasabah Kupedes jumlah tanggungan kelurga tepat untuk dijadikan dasar penentuan BRI Unit Cibungbulang dalam pemilihan debitur Kupedes Variabel Jangka Waktu Pengembalian Kredit (X2) Variabel jangka waktu pengembalian disesuaikan dengan turn over dan pendapatan bersih rumah tangga nasabah. Pada umumnya sektor usaha On farm meminjam dana Kupedes, perputaran uang di sektor onfarm lebih kecil dibandingkan perputaran uang di sektor perdagangan dan risiko sektor usaha on farm lebih besar dibandingakan dengan sektor laninnya. Oleh karena itu dalam menentukan jangka waktu pengembalian kredit ditentukan oleh kemampuan masing-masing dari nasabah. Variabel jangka waktu pengembalian berpengaruh negatif terhadap pengembalian KUR Mikro, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel jangka waktu pengembalian kredit yang bernilai negatif (-0,276). Hal tersebut berbeda dengan Kupedes yang memiliki arah koefisien positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor jangka waktu pengembalian berkaitan dengan karakter dari nasabah terhadap lamanya pengembalian kredit dan beban bunga yang akan ditanggung. Semakin lama jangka waktu pengembalian kredit pada umumnya tingkat bunga yang ditanggung akan semakin besar dan risiko yang ditanggung BRI pun semakin besar karena bagaimanapun kondisi keadaan bank, bank tidak bisa menembus masa depan. Oleh karena itu diduga bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Variabel jangka waktu pengembalian berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena dapat dilihat dari nilai signifikansi 80

97 variabel jangka waktu pengembalian yang lebih kecil dari taraf nyata 0,10 (0,078 < 0,10). Hal ini menandakan bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka semakin rendah kelancaran pengembalian kredit. Oleh karena itu, jangka waktu pengembalian nasabah tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Dilihat dari perbandingan peluang jangka waktu pengembalian kredit (odds ratio) sebesar 0,759 yang menandakan bahwa peluang pengembalian KUR Mikro pada nasabah yang jangka waktu pengembaliannya lebih lama memiliki peluang pengembalian secara lancar 0,759 kali lebih rendah dibanding nasabah yang jangka waktu pengembaliannya lebih pendek. Semakin lama jangka waktu pengembalian maka semakin rendah tingkat pengembaliannya. Hal tersebut dapat disebabkan semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka semakin besar risiko-risiko yang akan ditanggung oleh bank seperti risiko usaha nasabah kedepannya apakah mampu bertahan saat iklim usaha goyah atau pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga kedepannya yang dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit serta risiko karakter nasabah seperti risiko kemalasan membayar cicilan kredit jika terlalu lama jangka waktunya. Pada umumnya nasabah KUR Mikro yang ditemukan dilapangan berada di sektor perdagangan yang perputaran uangnya cepat dan sebagian besar memiliki pendapatan rumah tangganya tidak berasal dari usaha yang diberi kredit tersebut, sehingga jika semakin lama jangka waktu pengembalian ditakutkan karakter kemalasan nasabah dalam mencicil kredit semakin besar. Oleh sebab itu sebaiknya jangka waktu pengembalian sangat diperhatikan dalam menganalis pemberian kredit terkait dengan kemampuan usaha dan karakter dari nasabah itu sendiri. Sebaiknya untuk KUR Mikro yang bergerak di sektor perdagangan, jangka waktu pengembaliannya jangan terlalu lama. Berbeda halnya dengan KUR Mikro, Variabel jangka Waktu Pengembalian berpengaruh positif terhadap pengembalian Kupedes, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel jangka waktu pengembalian kredit yang bernilai positif (0,010). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor jangka waktu pengembalian berkaitan dengan karakter dari nasabah terhadap lamanya pengembalian kredit dan beban bunga yang akan ditanggung. 81

98 Semakin lama jangka waktu pengembalian kredit pada umumnya tingkat bunga yang ditanggung akan semakin besar dan risiko yang ditanggung BRI pun semakin besar. Oleh karena itu diduga bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka semakin rendah tingkat kelancaran pengembalian kredit. Variabel jangka waktu pengembalian kredit tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit karena memiliki nilai signifikansi variabel jangka waktu pengembalian lebih besar dari 0,10 (0,959 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapa lamapun jangka waktu pengembalian kredit tidak mempengaruhi tingkat pengembalian kredit secara langsung. Oleh karena itu, jangka waktu pengembalian nasabah kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang jangka waktu pengembalian Kupedes nasabah (odds ratio) sebesar 1,010 yang menandakan bahwa peluang pengembalian Kupedes pada nasabah yang jangka waktu lebih lama memiliki tingkat kelancaran 1,010 kali lipat lebih besar dibanding nasabah yang jangka waktu pengembaliannya lebih singkat. Berdasarkan hasil lapang, pengaruh yang positif dari variabel jangka waktu pengembalian ini bisa disebabkan kemampuan cicilan yang telah disesuaikan oleh kemampuan membayar nasabah sehingga semakin lama jangka waktu pengembalian semakin besar peluang pengembalian kredit secara lancar daripada yang jangka waktu pengembaliannya yang lebih pendek. Seperti yang kita ketahui pada umumnya nasabah yang bergerak di sektor on farm meminjam Kupedes dan nasabah Kupedes pada umumnya tidak memiliki pendapatan rumah tangga lainnya selain usaha tersebut. Hal tersebut membuat pihak BRI Unit Cibungbulang menyesuaikan cicilan kredit terhadap pendapatan rumah tangga yang diterima. Akan tetapi variabel jangka waktu pengembalian kurang tepat sebagai dasar penentu pemilihan nasabah karena variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Ketidaksignifikansian variabel jangka waktu pengembalian ini terhadap pengembalian Kupedes dapat dikarenakan ratarata jangka waktu pengembalian Kupedes tidak berbeda jauh. Berdasarkan sebaran respondennya, rata-rata jangka waktu pengembalian untuk Kupedes yang pembayarannya secara lancar sebesar 20,50 bulan dan yang menunggak sebesar 82

99 20 bulan. Perbedaan rata-rata yang tidak begitu berbeda dapat menyebabkan jangka waktu pengembalian di Kupedes tidak berpengaruh nyata Variabel Pendapatan Bersih Rumah Tangga Nasabah per Bulan (X3) Variabel pendapatan bersih nasabah merupakan proyeksi dari jenis usaha dan konsumsi rumah tangga nasabah. Pendapatan bersih rumah tangga merupakan pendapatan kotor usaha dikurang biaya usaha dikurang pengeluran rumah tangga ditambah dengan pendapatan keluarga lainnya. Variabel pendapatan bersih rumah tangga nasabah per bulan berpengaruh positif terhadap pengembalian KUR Mikro, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel pendapatan bersih rumah tangga kredit yang bernilai positif (0,000). Variabel pendapatan bersih nasabah tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena dapat dilihat dari signifikansi variabel pendapatan bersih rumah tangga lebih besar dari taraf nyata 0,10 (0,915 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapapun pendapatan bersih rumah tangga nasabah tidak akan mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro secara langsung. Oleh karena itu, pendapatan bersih rumah tangga nasabah kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang variabel pendapatan bersih rumah tangga nasabah (odds ratio) sebesar 1,000 yang menandakan bahwa peluang pengembalian KUR Mikro pada nasabah yang memiliki pendapatan bersih lebih besar memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat atau bisa dikatakan sama dibanding nasabah yang memiliki pendapatan bersih rumah tangga yang lebih sedikit. Pendapatan bersih rumah tangga tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang sehingga variabel independent ini kurang tepat sebagai dasar penentuan pemilihan nasabah akan tetapi variabel ini tetap harus diperhitungkan dalam analisis kredit. Ketidaksignifikansian variabel pendapatan bersih rumah tangga terhadap pengembalian KUR Mikro dapat dikarenakan rata-rata pendapatan bersih rumah tangga yang tidak terlalu berbeda antara nasabah yang lancar dan nasabah yang menunggak. Berdasarkan sebaran responden variabel pendapatan bersih rumah tangga, rata-rata untuk pendapatan bersih rumah tangga pada nasabah yang lancar sebesar rupiah dan untuk nasabah yang menunggak sebesar

100 rupiah. Perbedaan yang tidak bergitu jauh membuat variabel jangka waktu pengembalian tidak signifikan terhadap pengembalian KUR Mikro dan variabel ini kurang tepat sebagai dasar penentuan nasabah. Variabel pendapatan bersih rumah tangga nasabah Kupedes per bulan berpengaruh positif terhadap pengembalian Kupedes, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel pendapatan bersih rumah tangga nasabah yang bernilai positif (0,000). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor pendapatan bersih rumah tangga berkaitan dengan pendapatan usaha yang telah dikurangi dengan risiko-risiko atau pengeluaran-pengeluaran keluarga dan biayabiaya tak terduga serta yang telah ditambah dengan pendapatan sampingan dari rumah tangga. Semakin tinggi tingkat pendapatan bersih rumah tangga maka semakin besar kelancaran pengembalian kredit. Variabel pendapatan bersih rumah tangga nasabah tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena berdasarkan nilai signifikansi variabel pendapatan bersih rumah tangga yang lebih besar dari taraf nyata 0,10 (0,264 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapapun pendapatan bersih rumah tangga nasabah tidak akan mempengaruhi tingkat pengembalian Kupedes secara langsung. Oleh karena itu, pendapatan bersih rumah tangga nasabah kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang variabel pendapatan bersih nasabah (odds ratio) sebesar 1,000 yang menandakan bahwa peluang pengembalian Kupedes pada nasabah yang memiliki pendapatan bersih rumah tangga lebih banyak memiliki pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat atau sama dibanding nasabah yang memiliki pendapatan bersih rumah tangga yang lebih sedikit. Akan tetapi variabel ini kurang tepat sebagai dasar penentu pemilihan nasabah karena variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Besarnya jumlah cicilan Kupedes di BRI Unit Cibungbulang biasanya disesuaikan oleh pendapatan bersih dari debitur dan pendapatan bersih rumah tangga nasabah bergantung kepada pendapatan usaha bersih, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan sampingan keluarga. Ketidaksignifikansian variabel ini dapat juga dikarenakan jumlah rata-rata pendapatan bersih variabel ini yang tidak berbeda jauh. Berdasarkan sebaran 84

101 respondennya, rata-rata pendapatan bersih untuk nasabah Kupedes yang lancar sebesar rupiah dan yang menunggak sebesar ,67 rupiah. perbedaan rata-rata yang tidak terlalu berbeda menyebabkan variabel ini tidak signifikan dan akibat ketidaksignifikansian variabel ini membuta variabel ini kurang tepat sebagai dasar penentuan nasabah Kupedes Variabel Frekuensi Pengambilan Kredit (X4) Variabel frekuensi pengambilan kredit berkaitan dengan riwayat nasabah dari pinjaman sebelumnya. Hal ini menjadi penilaian yang penting bagi pihak bank. Variabel frekuensi kredit berpengaruh positif terhadap pengembalian KUR Mikro, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel frekuensi kredit yang bernilai positif (0,639). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor frekuensi peminjaman kredit berkaitan dengan karakter nasabah yang dapat dipercaya dan hal tersebut sudah terbukti dari pengalaman kredit sebelumnya. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin tinggi frekuensi pengambilan kredit maka semakin tinggi tingkat kelancaran pengembalian kredit karena tingkat kepercayaan bank terhadap nasabah tinggi. Variabel frekuensi kredit tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit berdasarkan nilai signifikansi variabel frekuensi pinjaman lebih besar dari taraf nyata 0,10 (0,304 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapa kalipun frekuensi nasabah dalam mengambil kredit tidak akan mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro secara langsung. Oleh karena itu, frekuensi kredit kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang variabel frekuensi peminjaman kredit (odds ratio) sebesar 1,895 yang menandakan bahwa peluang pengembalian KUR Mikro pada nasabah yang frekuensi pengambilan kreditnya lebih besar memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,895 kali lebih besar dibanding nasabah yang frekuensi peminjamannya yang kurang sering. Hal ini memiliki peluang yang cukup besar karena perbandingan peluang variabel frekuensi yang sering terhadap yang kurang sering meminjam lebih besar dari 1, akan tetapi variabel independent ini kurang tepat sebagai dasar penentuan nasabah karena variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian KUR Mikro. Variabel frekuensi pengambilan kredit kurang tepat dijadikan dasar 85

102 penentuan debitur karena pada umumnya nasabah KUR Mikro BRI Unit Cibungbulang merupakan nasabah baru yaitu yang masih kisaran satu sampai dua kali meminjam kredit. Oleh karena itu frekuensi pengambilan kredit belum tepat sebagai dasar penentuan nasabah KUR Mikro Unit Cibungbulang. Sama halnya dengan KUR Mikro, Variabel frekuensi kredit berpengaruh positif terhadap pengembalian Kupedes, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel frekuensi kredit nasabah yang bernilai positif (0.080). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor frekuensi pengambilan kredit berkaitan dengan karakter nasabah yang dapat dipercaya dan hal tersebut sudah terbukti dari pengalaman kredit sebelumnya. Oleh karena itu dapat diduga bahwa semakin tinggi frekuensi pengambilan kredit maka semakin tinggi tingkat kelancaran pengembalian kredit karena tingkat kepercayaan bank terhadap nasabah tinggi. Variabel frekuensi kredit tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian kredit karena berdasarkan signifikansi variabel frekuensi kredit lebih besar dari taraf nyata 0,10 (0,76 > 0,10). Sehingga dapat dikatakan bahwa seberapa seringpun nasabah meminjam kredit tidak mempengaruhi pengembalian kredit secara langsung. Oleh karena itu, frekuensi kredit kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang variabel frekuensi pinjaman sebesar 1,084 yang menandakan bahwa peluang pengembalian Kupedes pada nasabah yang sering meminjam kredit memiliki tingkat kelancaran 1,084 kali lipat lebih besar dibanding nasabah yang jarang meminjam kredit. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umumnya nasabah Kupedes adalah nasabah lama yang frekuensi peminjaman lebih dari dua kali. Hal tersebut sangat mempengaruhi penilaian tim analisis kredit BRI Unit Cibungbulang. Akan tetapi variabel ini kurang tepat sebagai dasar penentu pemilihan nasabah karena variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Ketidaksignifikansian variabel ini dapat dikarenakan rata-rata nasabah Kupedes yang lanar dan menunggak meminjam kredit ini memiliki frekuensi yang tidak berbeda jauh. Berdasarkan hasil sebaran respondennya, rata-rata frekuensi nasabah lancar sebesar 5,20 kali atau bisa dikatakan sekitar 5 kali dan yang 86

103 menunggak sebesar 4,93 kali atau bila dibulatkan sebesar 5 kali juga. Alasan tersebut membuat variabel ini tidak signifikan, sehingga membuat kurang tepat untuk dijadikan dasar pennetuan nasabah Variabel Agunan yang Diberikan (X5) Variabel agunan berkaitan dengan benda berharga nasabah yang dikorbankan untuk mendapatkan sebuah kredit. variabel ini bisa sangat bermanfaat jika analisis variabel lain kurang tepat. Variabel agunan berpengaruh positif terhadap pengembalian KUR Mikro, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel agunan yang bernilai positif (0,000). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor nilai agunan berkaitan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu kredit. Semakin tinggi benda berharga yang dikorbankan (agunan) maka nasabah akan semakin lancar dalam pengembalian kredit karena nasabah tidak ingin kehilangan benda berharga tersebut. Variabel agunan tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena berdasarkan nilai signifikasni variabel agunan yang melebihi taraf nyata 0,10 (0,718 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapapun agunan yang diberikan nasabah tidak akan mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro secara langsung. Oleh karena itu, agunan yang diberikan kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang variabel agunan (odds ratio) sebesar 1,000 yang menandakan bahwa peluang pengembalian KUR Mikro pada nasabah yang menyerahkan agunan lebih besar memiliki tingkat pengembalian secara lancar 1,000 kali lipat atau bisa dikatakan sama dibanding nasabah yang menyerahkan agunan lebih kecil. Walaupun variabel agunan memiliki arah yang positif, akan tetapi variabel ini kurang tepat untuk dijadikan dasar penentuan nasabah karena variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. BRI Unit Cibungbulang lebih mengutamakan penilaian karakter individu pada nasabah KUR Mikro. Persyaratan utama KUR Mikro adalah tanpa adanya agunan material sehingga kredit ini dapat diberikan kepada siapapun yang usahanya layak dan pihak bank percaya terhadap karakter pengembalian debitur 87

104 KUR Mikro tersebut. Oleh karena itu, variabel agunan kurang tepat sebagai dasar penentu pemilihan debitur KUR Mikro BRI Unit Cibungbulang. Agunan bisa dijadikan pengaman, oleh karena itu sebagian nasabah KUR Mikro yang dimintai agunan berupa BPKB motor untuk pengaman agar kredit tersebut dikembalikan. Ketidaksignifikanan variabel KUR Mikro juga dapat dikarenakan perbedaan ratarata agunan yang diserahkan antara nasabah yang lancar dan nasabah yang menunggak tidak terlalu berbeda. Berdasarkan sebaran responden, rata-rata varuabel agunan yang diserahkan nasabah lancar sebesar rupiah dan nasabah menunggak sebesar rupiah. Variabel agunan berpengaruh positif terhadap pengembalian Kupedes, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel agunan yang bernilai positif (0,000). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor nilai agunan berkaitan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu kredit. Semakin tinggi benda berharga yang dikorbankan (agunan) maka nasabah akan semakin lancar dalam pengembalian kredit karena nasabah tidak ingin kehilangan benda berharga tersebut. Variabel agunan tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena memiliki nilai signifikansi variabel agunan lebih besar dari taraf nyata 0,10 (0,877 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapapun agunan yang diberikan nasabah tidak akan mempengaruhi tingkat pengembalian Kupedes secara langsung. Oleh karena itu, agunan yang diberikan kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang variabel agunan sebesar 1,000 yang menandakan bahwa peluang pengembalian Kupedes pada nasabah yang menyerahkan agunan lebih besar tingkat kelancarannya 1,000 kali lipat (sama) dibanding nasabah yang menyerahkan agunan lebih kecil. Agunan ini bisa sangat penting mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit jika empat prinsip (4 C) lainnya tidak berfungsi. Pada umumnya nasabah yang ingin meminjam Kupedes harus menyerahkan agunan. Agunan dapat berupa akte tanah, girik tanah, sertifikat tanah atau rumah. Akan tetapi variabel ini kurang tepat sebagai dasar penentu pemilihan nasabah karena variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit. ketidaksignifikansian variabel ini dapat dikarenakan nilai 88

105 rata-rata variabel antara nasabah yang lancar dan menunggak tidak terlalu berbeda. Berdasarkan hasil sebaran responden, rata-rata variabel agunan yang diserahkan bagi nasabah yang lancar sebesar rupiah dan nasabah menunggak sebesar rupiah. BRI dalam meminjamkan kredit ini tidak menginginkan agunan akan tetapi agunan ini hanya dijadikan pengaman jika terjadi tunggakan kredit sehingga nasabah ada kemauan membayar karena benda berharga milik nasabah masih ada dipihak perbankan Variabel Omset Usaha (X6) Variabel omset merupakan hasil daru proyeksi jenis usaha. Nasabah yang jenis usaha di sektor on farm memiliki perputaran uang yang lebih lambat sehingga omset yang dihasilkan lebih kecil pertahunnya berbeda halnya dengan jenis usaha perdagangan yang perputaran uangnya lebih cepat sehingga omset yang dihasilkan pertahunnya lebih besar dibandingkan dengan jenis usaha onfarm. Variabel omset berpengaruh positif terhadap pengembalian KUR Mikro, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel omset nasabah yang bernilai positif (0,00). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor omset berkaitan dengan jumlah pendapatan kotor yang diterima dari menjalankan usaha. Omset tersebut sangat mempengaruhi pengembalian kredit sehingga diduga semakin tinggi omset maka akan semakin lancar dalam pengembalian kredit. Variabel omset tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena memiliki nilai signifikansi variabel omset lebih besar dari taraf nyata 0,10 (0,888 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapapun omset yang dimiliki nasabah dalam mengambil kredit tidak akan mempengaruhi tingkat pengembalian KUR Mikro secara langsung. Oleh karena itu, omset nasabah kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang variabel omset (odds ratio) sebesar 1,000 yang menandakan bahwa peluang pengembalian KUR Mikro pada nasabah yang memiliki omset lebih banyak memiliki peluang tingkat kelancarannya 1,000 kali lipat atau bisa dikatakan sama dibanding nasabah yang omsetnya lebih kecil. Walaupun omset usaha mempunyai arah yang positif terhadap pengembalian KUR Mikro tetapi variabel ini kurang tepat sebagai dasar penentu pemilihan nasabah karena variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap 89

106 pengembalian kredit. Ketidaksignifikansian variabel ini dapat dikarenakan jumlah rata-rata antara nasabah lancara dan menunggak memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh. Rata-rata nasabah lancar sebesar rupiah dan nasabah menunggak sebesar rupiah. Variabel omset berpengaruh positif terhadap pengembalian Kupedes, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel omset nasabah yang bernilai positif (0,00). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor omset berkaitan dengan jumlah pendapatan kotor yang diterima dari menjalankan usaha. Omset tersebut sangat mempengaruhi pengembalian kredit sehingga diduga semakin tinggi omset maka akan semakin lancar dalam pengembalian kredit. Variabel omset tidak berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena memiliki nilai signifikansi variabel omset lebih besar dari 0,10 (1,000 > 0,10). Hal ini menandakan bahwa berapapun omset yang dimiliki nasabah dalam mengambil kredit tidak akan mempengaruhi tingkat pengembalian Kupedes secara langsung. Oleh karena itu, omset nasabah kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran Kupedes di BRI Unit Cibungbulang. Berdasarkan perbandingan peluang kelancaran variabel omset (odds ratio) sebesar 1,000 yang menandakan bahwa peluang pengembalian Kupedes pada nasabah yang memiliki omset lebih banyak memiliki tingkat kelancaran 1,000 kali lipat atau bisa dikatakan sama dibanding nasabah yang omsetnya lebih kecil. Variabel omset ini tetap harus diperhatikan dalam pemilihan debitur Kupedes tetapi variabel ini kurang tepat sebagai dasar penentu pemilihan nasabah karena variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Ketidaksignifikansian variabel ini dapat dikarenakan rata-rata antara nasabah lancar dan menunggak variabel ini memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar. Rata-rata nasabah lancar sebesar rupiah dan nasabah menunggak sebesar rupiah Variabel Pendidikan Nasabah (X7) Variabel pendidikan nasabah berpengaruh negatif terhadap pengembalian KUR Mikro, hal ini dapat dilihat dari arah koefisien variabel pendidikan yang bernilai negatif (-0,547). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal penelitian, dimana faktor tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki 90

107 tentang KUR Mikro yang merupakan kredit pemerintah. Oleh karena itu diduga semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka semakin lancar dalam pengembalian kredit karena pemahaman tentang KUR Mikro besar. Variabel pendidikan berpengaruh nyata dalam keberhasilan pengembalian kredit, karena memiliki nilai signifikansi variabel tingkat pendidikan lebih kecil dari 0,10 (0,043 < 0,10). Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka semakin besar yang menunggak. Hal ini dapat dikarenakan pendidikan yang semakin tinggi debitur mengetahui aturan perbankan tentang KUR yaitu bahwa KUR adalah kredit pemerintah sehingga ada jaminan dari pemerintah tetapi pengetahuan itu tidak dipahami secara benar. Oleh karena itu, variabel pendidikan tepat untuk digunakan sebagai dasar penentuan penyaluran KUR Mikro di BRI Unit Cibungbulang untuk mencegah peluangnya nasabah yang menunggak besar. Berdasarkan peluang perbandingan variabel tingkat pendidikan nasabah (odds ratio) sebesar 0,579 yang menandakan bahwa peluang pengembalian KUR Mikro pada pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengembalian secara lancar 0,579 kali lipat lebih rendah dibanding yang pendidikannya lebih rendah. Variabel tingkat pendidikan nasabah berpengaruh nyata dan memiliki arah yang negatif karena semakin tinggi pendidikan nasabah, mereka mengetahui tentang program KUR Mikro yaitu program pemerintah. Akan tetapi pengetahuan tersebut hanya sekedar mengetahui program tersebut adalah program pemerintah, mereka tidak memahami secara penuh bahwa pihak bank tetap mengalami kerugian sebesar 20 persen jika mereka tidak mengembalikan pinjaman tersebut. Oleh karena itu, mereka lebih mendahulukan kepentingan lain daripada membayar cicilan kredit. 91

108 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro adalah jangka waktu pengembalian dan tingkat pendidikan. Dari hasil output dapat dijelaskan bahwa semakin lama jangka waktu pengembalian kredit maka peluang kelancarannya semakin kecil karena arah yang dimiliki bertanda negatif. Hal ini dikarenakan variabel jangka waktu pengembalian KUR Mikro disesuaikan dengan perputaran uang dari usaha nasabah. Pada umumnya sektor perdagangan yang perputaran uangnya lebih cepat sehingga jangka waktu yang lebih singkat merupakan yang terbaik. Dari hasil output juga dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka peluang kelancaran pengembalian kredit semakin kecil. hal tersebut dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka nasabah mengetahui bahwa KUR Mikro merupakan kredit pemerintah kan tetapi pengetahuan tersebut tidak dipahami secara mendalam. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian Kupedes yaitu faktor jumlah tanggungan keluarga. Faktor jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap peluang kelancaran pengembalian kredit yaitu semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka peluang kelancaran pengembalian kredit semakin kecil. variabel jumlah tanggungan keluarga proyeksi dari konsumsi rumah tangga. Pada umumnya usaha mikro merupakan home industry sehingga peran keluarga sangat berpengaruh. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar pengeluaran rumah tangga maka pendapatan bersih rumah tanggapun semakin kecil. hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah tunggakan Kupedes Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran untuk BRI Unit Cibungbulang dalam memilih debitur KUR Mikro dan Kupedes agar kelancaran pengembalian kredit tinggi atau NPL rendah. Saran tersebut adalah : 92

109 1. Pihak BRI Unit Cibungbulang dalam memilih debitur KUR Mikro sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit terutama tingkat pendidikan nasabah dan jangka waktu pengembaliannya. Hal yang penting juga menjelaskan kembali kepada debitur bahwa walaupun KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah, akan tetapi debitur tetap harus mengembalikan karena dana tersebut merupakan dana yang berasal dari BRI dan BRI masih menanggung kerugian bila debitur tidak mengembalikan kredit. Selain melihat tingkat pendidikan nasabah, dalam pemilihan debitur hal yang paling penting BRI juga harus melihat jangka waktu pengembalian kredit. BRI Unit Cibungbulang juga harus lebih memerhatikan jangka waktu pengembaliannya, sebaiknya jangka waktu pengembalian yang diberikan jangan terlalu lama karena jangka waktu yang lama terdapat risiko-risiko ke depannya yang lebih besar. 2. Pihak BRI Unit Cibungbulang dalam memilih debitur Kupedes sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit terutama faktor jumlah tanggungan keluarga. Hal tersebut dikarenakan usaha mikro merupakan usaha home industry sehingga peran keluarga sangat diperlukan dan usaha mikro belum memiliki pencatatan keuangan sehingga keuangan rumah tangga dan usaha masih tercampur. Jika jumlah tanggungan keluarga banyak maka beban keluargapun besar sehingga dapat mempengaruhi pendapatan bersih rumah tangga nasabah. 3. Sebaiknya diadakannya pendampingan usaha dari pihak BRI atau seperti konsultan bisnis bagi nasabah sehingga jika usaha nasabah mengalami kondisi yang buruk, pihak BRI dapat memberi saran-saran terhadap usaha nasabah agar usaha tetap berjalan walaupun dalam kondisi yang buruk sehingga tunggakan dapat dihindari. 4. Monitoring langsung ke usaha nasabah juga perlu dilakukan oleh pihak BRI Unit Cibungbulang di waktu-waktu yang telah disepakati. Hal tersebut dilakukan agar pihak BRI Unit Cibungbulang dapat memprediksi risiko-risiko yang mungkin terjadi seperti risiko yang menghambat pengembalian kredit sehingga risiko-risiko tersebut dapat dihindari dan tunggakanpun dapat dihindari. 93

110 DAFTAR PUSTAKA Alamsyah T Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Ciomas, Kota Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Agustania VI Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat PT Bank BRI Unit Cimanggis Cabang Pasar Minggu [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ashari Peran Perbankan Nasional Dalam Pembiayaan Sektor Pertanian Di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi 27 (1): [BRI] Bank Rakyat Indonesia Sendi-sendi Analisis Kredit. Ed ke-1. Jakarta: Bank rakyat Indonesia. Dendawijaya L Manajemen Perbankan.Jakarta: Ghalia Indonesia. Gurajati DN Dasar-dasar Ekonometrika. Ed ke-3. Jakarta: Erlangga. Haerudin Kinerja Keuangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Swamitra-Kowapi (Kasus di USP Swamitra- Kowapi, Cikini-Jakarta Pusat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Haloho F Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Handoyo M Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah untuk UMKM Agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Harun B Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah Solusi Hukum (Legal Action) dan Alternatif Penyelesaian Segala Jenis Kredit Bermasalah.Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Hasibuan R Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet pada Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang terkait Sektor Agribisnis Unit Cijeruk [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hermawan AR Faktor-Faktor yang Mempengruhi Keberhasilan Pengembalian Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Kasus : BRI Unit Leuwiliang) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Kementerian Negara Koperasi dan UMKM Usaha kecil dan Menengah tahun Jakarta: Kementerian Negara koperasi dan UMKM. 94

111 Kementerian Negara Koperasi dan UMKM Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) per januari Jakarta: Kementerian Negara koperasi dan UMKM. Lubis AM Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Relisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat ( Kasus : BRI Unit Cibungbulang) [skripsi]. Bogor:Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kementrian Koordinator bidang Perekonomian Penandatanganan Addendum III Nota Kesepahaman Bersama Tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi. addendum-iii-nota-kesepahaman-bersama-tentang-penjaminankreditpembiayaan-kepada-usaha-mikro-kecil-menengah-dan-koperasi. [ 4 januari 2011]. Muhammad Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: rajawali pers. Muhammad EN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit oleh UMKM melalui Studi pada Nasabah Kupedes PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (Persero), Unit Cigudeg [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Naftalia S Mekanisme Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) kepada Bisnis Mikro di BRI Unit Klaten Kota [Skripsi]. Semarang: Fakultas Ekonomi, Universitas negeri Semarang. Pamungkas F Prosedur Penanganan Kupedes Bermasalah pada PT BRI (persero) tbk Unit Sendangmulyo Semarang [skripsi]. Semarang: Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Rafinaldy N Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha baru. Infokop 22 (29): Retnadi D Kredit Usaha Rakyat (KUR), harapan dan Tantangan. Economic Review 212:1-5. Tribowo D Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah Oleh Nasabah di Sektor Perdagangan Agribisnis (Kasus pada BPR Rama Ganda Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 95

112 LAMPIRAN 96

113 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) (Studi Kasus : BRI unit Cibungbulang, Bogor) Kuesioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian untuk skripsi oleh Alfianti Sari, mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi kuesioner dengan jujur dan objektif sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, karena hal ini sangat membantu keberhasilan penelitian ini. Terima kasih. I. IDENTITAS RESPONDEN 2. Nama : Alamat : No. KTP/SIM :... II. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : (1)Laki-laki (0)Perempuan 2. Usia : Tahun 3. Jumlah Tanggungan Keluarga. Orang 4. Pendidikan Terakhir (pendidikan formal) Tahun 5. Pendidikan non formal : (1) Ada (2)Tidak ada 6. Pekerjaan Utama nasabah.. 7. Pekerjaan Sampingan (diisi jika ada) 8. Asset Rumah Tangga yang dimiliki : No Jenis Asset yang dimiliki Harga (Rp) 1. Rumah 2. Tanah Total 97

114 Lampiran 1. Lanjutan III. KARAKTERISTIK USAHA Sektor pertanian 1. Komoditas yang diusahakan oleh anda? Sudah berapa lama usaha anda berjalan?...tahun 3. Berapa Biaya Bahan Baku dan penolong dalam satu tahun No. Bahan Baku dan Penolong 1. Bibit 2. Pupuk Pestisida 4. Obat-obatan Total Biaya (per kg) Banyaknya (kg) Total Biaya 4. Berapa Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung dalam satu tahun No. Keterangan Tenaga Kerja (orang) Biaya Total Keluarga Non Keluarga (HOK) Biaya Laki2 Wnt Laki2 Wnt Tenaga Kerja Langsung 1. Persiapan Lahan 2. Penyemaian 3. Pemeliharaan 4. Pemanenan 5, Packaging 6. Penjualan Tenaga Kerja Tidak Langsung 1. Biaya Keamanan Total 98

115 Lampiran 1. Lanjutan 5. Biaya Penyusutan dalam satu tahun? No Penyusutan 1. Traktor 2. Cangkul Total Estimasi Penyusutan dalam satu tahun Biaya penyusutan 6. Berapa modal kerja yang dibutuhkan pada saat memulai usaha per tahun? No. Modal Kerja Harga (Rp) 1. Biaya Bahan baku 2. Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung 3 Biaya Penyusutan 4. Estimasi Harga lahan sendiri bila disewakan Total 7. Biaya Investasi No Investasi Harga (Rp) 1. Lahan (sendiri/sewa) 2. Traktor 3. Cangkul 4. Kendaraan Total 8. Biaya Usaha (Biaya promosi, biaya administrasi kantor, biaya komunikasi, biaya komisi penjualan.) jika ada? Biaya Bunga pertahun? Rp. 10. Modal awal yang dibutuhkan? Rp.. (biaya investasi+modal kerja+biaya usaha) 11. Modal awal yang dimiliki? Rp... 99

116 Lampiran 1. Lanjutan 12. Status lahan? (1) Sewa (2) Milik (3) Gadai (4) Dll(.) 13. Sifat usaha yang anda jalankan? (1) Utama (2) Sampingan 14. Pekerjaan sampingan (jika ada)? Pendapatan dari pekerjaan sampingan per bulan? Rp 16. Total produk yang dihasilkan dalam satu tahun?...kg Panen ke-1 :..kg Panen ke-2 :..kg Panen ke-3 :..kg Panen ke-4 :..kg Total :..kg 17. Apakah ada hasil panen yang dikonsumsi sendiri? 18. Jika ada berapa kg/buah yang dipakai untuk konsumsi setiap kali panennya?...kg/buah 19. Total hasil panen yang dikonsumsi sendiri setiap tahunnya?...kg/buah 20. Total produk bersih yang dijual?...kg (total produk satu tahun-total produk yang dikonsumsi) 21. Harga penjualan 1 kg/buah produk yang dihasilkan?rp 22. Berapa omset usaha yang anda terima? Panen ke-1 : Panen ke-2 : Panen ke-3 : Panen ke-4 : 23. Total omset dalam satu tahun? Rp. (panen ke-1 + panen ke-2 + panen ke-3 + penen ke-4) 24. Berapa Pengeluaran keluarga Tiap bulannya? Rp. 25. Pengeluran Keluarga Tiap tahunnya? Rp. (Pengeluaran tiap bulan X 12 bulan ) 26. Pengeluaran lain-lain tiap bulannya? Rp. 27. Pengeluaran tiap tahunnya? (Perbulan X 12) Rp. 28. Pendapatan Bersih pertahun? Rp. (omset-biaya usaha-biaya keluarga-biaya lainnya+pendapatan lainnya) 29. Asset Usaha yang dimiliki : No. Jenis Aset yang dimiliki Harga (Rp) 1. Lahan Pertanian 2. Cangkul 3. Gudang Total 100

117 Lampiran 1. Lanjutan Sektor Perikanan 1. Komoditas yang diusahakan oleh anda? Sudah berapa lama usaha anda berjalan?...tahun 3. Berapa Biaya Bahan Baku dan penolong dalam satu tahun No. Bahan Baku dan Penolong 1. Bibit 2. Pakan Obat-obatan Biaya Plastik 5. Biaya Oksigen Total Biaya (per kg) Banyaknya (kg) Total Biaya 5. Berapa Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung dalam satu tahun No. Keterangan Tenaga Kerja (orang) Biaya Total Keluarga Non Keluarga (HOK) Biaya Laki2 Wnt Laki2 Wnt (Rp) Tenaga Kerja Langsung 1. Persiapan 2. Pemeliharaan 3. Pemanenan 4. Packaging 5. Penjualan Tenaga Kerja Tidak Langsung 1. Biaya Keamanan 2. Total 101

118 Lampiran 1. Lanjutan 6. Biaya Penyusutan dalam satu tahun? No Penyusutan 1. Jaring Total Estimasi Penyusutan dalam satu tahun Biaya penyusutan 7. Berapa modal kerja yang dibutuhkan pada saat memulai usaha per tahun? No. Modal Kerja Harga (Rp) 1. Biaya Bahan baku 2. Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung 3 Biaya Penyusutan 4. Estimasi Harga lahan sendiri bila disewakan Total 8. Biaya Investasi No Investasi Harga (Rp) 1. Lahan (sendiri/sewa) 2. Kolam Ikan Total 9. Biaya Usaha (Biaya promosi, biaya administrasi kantor, biaya komunikasi, biaya komisi penjualan.) jika ada? Biaya Bunga pertahun? Rp. 11. Modal awal yang dibutuhkan? Rp.. (biaya investasi+modal kerja+biaya usaha) 12. Modal awal yang dimiliki? Rp Status lahan? (1) Sewa (2) Milik 102

119 Lampiran 1. Lanjutan (3) Gadai (4) Dll(.) 14. Sifat usaha yang anda jalankan? (3) Utama (4) Sampingan 15. Pekerjaan sampingan (jika ada)? Pendapatan dari pekerjaan sampingan per bulan? Rp 17. Total produk yang dihasilkan dalam satu tahun?...kg Panen ke-1:.kg Panen ke-2:.kg Panen ke-3:.kg Panen ke-4:.kg Panen ke-5:.kg Panen ke-6:.kg 18. Apakah ada hasil panen yang dikonsumsi sendiri? Jika ada berapa kg/buah yang dipakai untuk konsumsi setiap kali panennya?...kg/buah 20. Total hasil panen yang dikonsumsi sendiri setiap tahunnya?...kg/buah 21. Total produk bersih yang dijual?...kg (total produk satu tahun-total produk yang dikonsumsi) 22. Harga penjualan 1 kg/buah produk yang dihasilkan?rp 23. Berapa omset yang anda terima? Panen ke-1: Rp Panen Ke-2: Rp. Panen Ke-3: Rp Panen ke-4; Rp. Panen ke-5: Rp. Panen Ke-6: Rp. 24. Total Omset dalam satu tahun (total panen)? Rp Berapa Pengeluaran keluarga Tiap bulannya? Rp. 26. Pengeluran Keluarga Tiap tahunnya? Rp. (Pengeluaran tiap bulan X 12 bulan ) 27. Pengeluaran lain-lain tiap bulannya? Rp. 28. Pengeluaran tiap tahunnya? (Perbulan X 12) Rp. 29. Pendapatan Bersih pertahun? Rp. (omset-biaya usaha-biaya keluarga-biaya lainnya+pendapatan lainnya) 30. Asset Usaha yang dimiliki : No. Jenis Aset yang dimiliki Harga (Rp) 1. Kolam 2. Jaring Total 103

120 Lampiran 1. Lanjutan Sektor Peternakan 1. Komoditas yang diusahakan oleh anda? Sudah berapa lama usaha anda berjalan?...tahun 3. Berapa Biaya Bahan Baku dan penolong dalam satu tahun No. Bahan Baku dan Penolong 1. Bibit 2. Pakan Obata-obatan Total Biaya (per kg) Banyaknya (kg) Total Biaya 4. Berapa Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung dalam satu tahun No. Keterangan Tenaga Kerja (orang) Biaya Total Keluarga Non Keluarga (HOK) Biaya Laki2 Wnt Laki2 Wnt (Rp) Tenaga Kerja Langsung 1. Persiapan 2. Pemeliharaan 3. Pemanenan 4. Packaging 5. Penjualan Tenaga Kerja Tidak Langsung 1. Biaya Keamanan Total 104

121 Lampiran 1. Lanjutan 5. Biaya Penyusutan dalam satu tahun? No Penyusutan Estimasi Penyusutan dalam satu tahun Biaya penyusutan 1. Kandang Total 6. Berapa modal kerja yang dibutuhkan pada saat memulai usaha per tahun? No. Modal Kerja Harga (Rp) 1. Biaya Bahan baku 2. Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung 3 Biaya Penyusutan 4. Estimasi Harga lahan sendiri bila disewakan Total 7. Biaya Investasi No Investasi Harga (Rp) 1. Lahan (sendiri/sewa) 2. Kandang Total 8. Biaya Usaha (Biaya promosi, biaya administrasi kantor, biaya komunikasi, biaya komisi penjualan.) jika ada? Biaya Bunga pertahun? Rp. 10. Modal awal yang dibutuhkan? Rp.. (biaya investasi+modal kerja+biaya usaha) 11. Modal awal yang dimiliki? Rp Status lahan? (1)Sewa (2) Milik 105

122 Lampiran 1. Lanjutan (3) Gadai (4) Dll(.) 13. Sifat usaha yang anda jalankan? (1) Utama (2) Sampingan 14. Pekerjaan sampingan (jika ada)? Pendapatan dari pekerjaan sampingan per bulan? Rp 16. Total produk yang dihasilkan dalam satu tahun?...kg Panen ke-1: Panen ke-7: Panen ke-2: Panen ke-8: Panen ke-3: Panen ke-9: Panen ke-4: Panen ke-10: Panen ke-5: Panen ke-11: Panen ke-6: Panen ke-12: 17. Apakah ada hasil panen yang dikonsumsi sendiri? 18. Jika ada berapa kg/buah yang dipakai untuk konsumsi setiap kali panennya?...kg/buah 19. Total hasil panen yang dikonsumsi sendiri setiap tahunnya?...kg/buah 20. Total produk bersih yang dijual?...kg (total produk satu tahun-total produk yang dikonsumsi) 21. Harga penjualan 1 kg/buah produk yang dihasilkan?rp 22. Berapa omset yang anda terima? Panen ke-1 : Rp. Panen ke-7: Rp Panen ke-2: Rp. Panen ke-8: Rp Panen Ke-3: Rp. Panen ke-9: Rp. Panen ke-4 : Rp Panen ke-10: Rp Panen ke-5: Rp Panen ke-11: Rp Panen ke-6: Rp Panen ke-12: Rp 23. Total Omset dalam satu tahun? Rp.. (jumlah keseluruhan omset per panen) 24. Berapa Pengeluaran keluarga Tiap bulannya? Rp. 25. Pengeluran Keluarga Tiap tahunnya? Rp. (Pengeluaran tiap bulan X 12 bulan ) 26. Pengeluaran lain-lain tiap bulannya? Rp. 27. Pengeluaran tiap tahunnya? (Perbulan X 12) Rp. 28. Pendapatan Bersih pertahun? Rp. 29. (omset-biaya usaha-biaya keluarga-biaya lainnya+pendapatan lainnya) 30. Asset Usaha yang dimiliki : No. Jenis Aset yang dimiliki Harga (Rp) 1. Lahan 2. Kandang Total 106

123 Lampiran 1. Lanjutan Sektor Kehutanan 1. Komoditas yang diusahakan oleh anda? Sudah berapa lama usaha anda berjalan?...tahun 3. Berapa Biaya Bahan Baku dan penolong dalam satu tahun No. Bahan Baku dan Penolong 1. Bibit 2. Pupuk/Pakan Total Biaya (per kg) Banyaknya (kg) Total Biaya 4. Berapa Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung dalam satu tahun No. Keterangan Tenaga Kerja (orang) Biaya Total Keluarga Non Keluarga (HOK) Biaya Laki2 Wnt Laki2 Wnt (Rp) Tenaga Kerja Langsung 1. Persiapan 2. Pemeliharaan 3. Pemanenan 4. Packaging 5. Penjualan Tenaga Kerja Tidak Langsung 1. Biaya Keamanan Total 107

124 Lampiran 1. Lanjutan 5. Biaya Penyusutan dalam satu tahun? No Penyusutan 1. Gudang Total Estimasi Penyusutan dalam satu tahun Biaya penyusutan 6. Berapa modal kerja yang dibutuhkan pada saat memulai usaha per tahun? No. Modal Kerja Harga (Rp) 1. Biaya Bahan baku 2. Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung 3 Biaya Penyusutan 4. Estimasi Harga lahan sendiri bila disewakan Total 7. Biaya Investasi No Investasi Harga (Rp) 1. Lahan (sendiri/sewa) 2. Gudang Total 8. Biaya Usaha (Biaya promosi, biaya administrasi kantor, biaya komunikasi, biaya komisi penjualan.) jika ada? Biaya Bunga pertahun? Rp. 10. Modal awal yang dibutuhkan? Rp.. (biaya investasi+modal kerja+biaya usaha) 11. Modal awal yang dimiliki? Rp Status lahan? (1) Sewa (2) Milik 108

125 Lampiran 1. Lanjutan (3) Gadai (4) Dll(.) 13. Sifat usaha yang anda jalankan? (1) Utama (2) Sampingan 14. Pekerjaan sampingan (jika ada)? Pendapatan dari pekerjaan sampingan per bulan? Rp 16. Total produk yang dihasilkan dalam satu tahun?...kg/buah Panen ke-1: Panen ke-7: Panen ke-2: Panen ke-8: Panen ke-3: Panen ke-9: Panen ke-4: Panen ke-10: Panen ke-5: Panen ke-11: Panen ke-6: Panen ke-12: 17. Apakah ada hasil panen yang dikonsumsi sendiri? 18. Jika ada berapa kg/buah yang dipakai untuk konsumsi setiap kali panennya?...kg/buah 19. Total hasil panen yang dikonsumsi sendiri setiap tahunnya?...kg/buah 20. Total produk bersih yang dijual?...kg (total produk satu tahun-total produk yang dikonsumsi) 21. Harga penjualan 1 kg/buah produk yang dihasilkan?rp 22. Berapa omset yang anda terima dalam satu tahun? Rp. Panen ke-1 : Rp. Panen ke-7: Rp Panen ke-2: Rp. Panen ke-8: Rp Panen Ke-3: Rp. Panen ke-9: Rp. Panen ke-4 : Rp Panen ke-10: Rp Panen ke-5: Rp Panen ke-11: Rp Panen ke-6: Rp Panen ke-12: Rp 23. Berapa Pengeluaran keluarga Tiap bulannya? Rp. 24. Pengeluran Keluarga Tiap tahunnya? Rp. (Pengeluaran tiap bulan X 12 bulan ) 25. Pengeluaran lain-lain tiap bulannya? Rp. 26. Pengeluaran tiap tahunnya? (Perbulan X 12) Rp. 27. Pendapatan Bersih pertahun? Rp. 28. (omset-biaya usaha-biaya keluarga-biaya lainnya+pendapatan lainnya) 29. Asset Usaha yang dimiliki : No. Jenis Aset yang dimiliki Harga (Rp) 1. Lahan 2. Kendaraan 3. Gudang Total 109

126 Lampiran 1. Lanjutan Sektor Perdagangan, Restoran dan industri Pengolahan 1. Komoditas yang diusahakan oleh anda? Sudah berapa lama usaha anda berjalan?...tahun 3. Berapa Biaya Bahan Baku dan penolong dalam satu tahun No Bahan Baku dan Penolong Total Biaya (per kg) Banyaknya (kg) Total Biaya 4. Berapa Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung dalam satu tahun No. Keterangan Tenaga Kerja (orang) Biaya Total Keluarga Non Keluarga (HOK) Biaya Laki2 Wnt Laki2 Wnt (Rp) Tenaga Kerja Langsung Tenaga Kerja Tidak Langsung 1. Biaya Keamanan 2. Total 110

127 Lampiran 1. Lanjutan 5. Biaya Penyusutan dalam satu tahun? No Penyusutan 1. Bangunan 2. Kendaraan Total Estimasi Penyusutan dalam satu tahun Biaya penyusutan 6. Berapa modal kerja yang dibutuhkan pada saat memulai usaha per tahun? No. Modal Kerja Harga (Rp) 1. Biaya Bahan baku 2. Biaya tenaga Kerja langsung maupun tidak langsung 3 Biaya Penyusutan 4. Estimasi Harga lahan sendiri bila disewakan Total 7. Biaya Investasi No Investasi Harga (Rp) 1. Bangunan 2. Kendaraan Total 8. Biaya Usaha (Biaya promosi, biaya administrasi kantor, biaya komunikasi, biaya komisi penjualan.) jika ada? Biaya Bunga pertahun? Rp. 10. Modal awal yang dibutuhkan? Rp.. (biaya investasi+modal kerja+biaya usaha) 11. Modal awal yang dimiliki? Rp

128 Lampiran 1. Lanjutan 12. Status lahan? (1) Sewa (2) Milik (3) Gadai (4) Dll(.) 13. Sifat usaha yang anda jalankan? (1) Utama (2) Sampingan 14. Pekerjaan sampingan (jika ada)? Pendapatan dari pekerjaan sampingan per bulan? Rp 16. Total penjualan dalam satu tahun? Rp... Bulan ke-1: Bulan ke-7: Bulan ke-2: Bulan ke-8: Bulan ke-3: Bulan ke-9: Bulan ke-4: Bulan ke-10: Bulan ke-5: Bulan ke-11: Bulan ke-6: Bulan ke-12: 17. Harga penjualan 1 kg produk yang dihasilkan?rp 18. Berapa omset yang anda terima dalam satu tahun?rp.. Bulan ke-1: Bulan ke-7: Bulan ke-2: Bulan ke-8: Bulan ke-3: Bulan ke-9: Bulan ke-4: Bulan ke-10: Bulan ke-5: Bulan ke-11: Bulan ke-6: Bulan ke-12: 19. Berapa Pengeluaran keluarga Tiap bulannya? Rp. 20. Pengeluran Keluarga Tiap tahunnya? Rp. (Pengeluaran tiap bulan X 12 bulan ) 21. Pengeluaran lain-lain tiap bulannya? Rp. 22. Pengeluaran tiap tahunnya? (Perbulan X 12) Rp. 23. Pendapatan Bersih pertahun? Rp. 24. (omset-biaya usaha-biaya keluarga-biaya lainnya+pendapatan lainnya) 25. Asset Usaha yang dimiliki : No. Jenis Aset yang dimiliki Harga (Rp) 1. Bangunan 2. Kendaraan Total IV. KARAKTERISTIK KREDIT 1. Sejak kapan anda mulai mengambil kredit? dari tahun.sampai 112

129 Lampiran 1. Lanjutan 2. Alasan anda memilih Bank Rakyat Indonesia (BRI)? (persyaratan mudah/tidak) Alasan mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR)? (persyaratan mudah atau tidak dan terkait dengan adanya iklan pemerintah tentang KUR) 4. Tanggapan anda tentang KUR atas iklan yang dilakukan pemerintah? Alasan mengambil Kredit Umum Pedesaan (Kupedes)? (persyaratan mudah atau tidak) Peruntukan pinjaman : (1) Usaha (2) Konsumsi 7. Sudah berapa kali anda mengambil kredit atau frekuensi kredit?...kali 8. Jarak bank BRI dengan rumah anda. Menit.Km dan biaya Rp Berapa lama jangka waktu pengembalian kredit anda?... tahun 10. Berapa cicilan yang harus dibayar tiap bulannya? Rp Berapa bunga yang harus dibayar tiap bulannya? Rp 12. Berapa nilai agunan yang harus dipenuhi untuk kredit ini?rp Mekanisme peminjaman 14. Persyaratan peminjaman 15. Ada atau tidaknya pembinaan? Permasalahan apa yang anda peroleh dalam pengambilan ataupun pengembalian kredit?... Saran anda terhadap pelayanan KUR atau Kupedes

130 Lampiran 2. Output Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian KUR Mikro BRI Unit Cibungbulang Logistic Regression [DataSet1] D:\SPSS KUR.sav Case Processing Summary Unweighted Cases a N Percent Selected Cases Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases tidak_lancar Lancar Original Value Dependent Variable Encoding Internal Value 0 1 Block 0: Beginning Block Observed Step 0 Kredit tidak_lancar Lancar Overall percentage Classification Table a,b tidak_lancar Kredit 0 0 Predicted Lancar 9 24 Percentage Correct ,7 a. Constant is included in the model. b. The cut value is,500 Variables in the equation B S.E Wald Df Sig. Exp(B) Step 0 Constant 0,981 0,391 6, ,012 2,667 Step 0 Variables X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Variables not in the Equation a Score Df Sig. 0, , , , , , , ,778 0,083 0,469 0,125 0,313 0,864 0,028 Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Sig. Step 1 Step Block Model 12,754 12,754 12, ,078 0,078 0,

131 Lampiran 2. Lanjutan Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 12, ,133 Step 1 a X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Constant Variables in the Equation B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) -0, , ,739 0,865-0,276 0,156 3, ,078 0,759 0,000 0,000 0, ,915 1,000 0,639 0,622 1, ,304 1,895 0,000 0,000 0, ,718 1,000 0,000 0,000 0, ,888 1,000-0,547 0,270 4, ,043,579 90,005 4.,346 4, , ,569 a. Variable(s) entered on step 1: tanggungankel, pengembalian, pendapatan, frekuensi, agunan, omset, pendidikan. 115

132 Lampiran 3. Output Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kupedes BRI Unit Cibungbulang Logistic Regression [DataSet1] D:\SPSS Kupedes.sav Case Processing Summary Unweighted Cases a N Percent Selected Cases Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases tidak_lancar Lancar Original Value Dependent Variable Encoding Internal Value 0 1 Block 0: Beginning Block Observed Step 0 Kredit tidak_lancar Lancar Overall percentage Classification Table a,b tidak_lancar Kredit 0 0 Predicted Lancar 6 27 Percentage Correct ,8 a. Constant is included in the model. b. The cut value is,500 Variables in the equation B S.E Wald Df Sig. Exp(B) Step 0 Constant 1,504 0,451 11, ,001 4,500 Step 0 Variables X1 X2 X3 X4 X5 X6 Variables not in the Equation a Score Df Sig. 18, , , , , , ,000 0,938 0,675 0,171 0,431 0,227 Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Df Sig. Step 1 Step Block Model 21,704 21,704 21, ,001 0,001 0,

133 Lampiran 3. Lanjutan Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig Step 1 a X1 X2 X3 X4 X5 X6 Constant Variables in the Equation B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) a. Variable(s) entered on step 1: tanggungankel, pengembalian, pendapatan, frekuensi, agunan, omset. 117

134 Lampiran 4. Formulir KUR Mikro 118

135 Lampiran 4. Lanjutan 119

136 Lampiran 4. Lanjutan 120

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM Menurut Raffinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru bahwa karakteristik UMKM merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

SKRIPSI AUDITIYA ASTRI YULITA SNIS

SKRIPSI AUDITIYA ASTRI YULITA SNIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO (Studi Kasus : BRI Unit Lalabata Rilau, Soppeng) SKRIPSI ASTRI YULITA AUDITIYA H34070121 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, hampir tidak satupun aspek kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh atau dipengaruhi oleh negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR SKRIPSI MASTUTY HANDOYO H 34066079 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H14053267 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

SKRIPSI RISKI IRAWATI H

SKRIPSI RISKI IRAWATI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI DAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) UNIT CIBINONG CABANG BOGOR - JAWA BARAT SKRIPSI RISKI IRAWATI H34096095 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain petani perkebunan,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR) FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR) SKRIPSI IMMANUEL SEMBIRING H34104111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu barometer bagi perekonomian nasional (Marantika, 2013). Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari dan untuk

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR [ Senin, 25 Februari 2013 09:41:20 Oleh : Administrasi] TANYA JAWAB TENTANG KUR 1. Apakah Kredit Usaha Rakyat itu? Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan Modal Kerja

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) SKRIPSI EDINHO IKHTISAR PANGIHUTAN HUTAGAOL H 34066037

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini banyak sekali lembaga Bank bermunculan dengan menawarkan berbagai macam produk dan layanan guna meraih kepercayaan dari masyarakat maupun pemerintah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR Oleh : A LAA HIMMATI H14052961 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP PENYALURAN BERBAGAI JENIS KREDIT UMKM DI INDONESIA Oleh: ANGGIT GUMILAR H 14104103 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu semata-mata ditujukan untuk membawa pada suatu keadaan perekonomian yang diharapkan. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER AGUSTUS 2012

SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER AGUSTUS 2012 SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER 2007 AGUSTUS 2012 [ Senin, 15 Oktober 2012 18:30:53 Oleh : Administrasi] Normal 0 false false false IN XNONE XNONE /* Style Definitions */ table.msonormaltable

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat Indonesia yang terbatas dalam mendirikan

Lebih terperinci

SKRIPSI ARIES ANGGRIAWAN H

SKRIPSI ARIES ANGGRIAWAN H ANALISIS EFEKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR AGRIBISNIS (Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor) SKRIPSI ARIES ANGGRIAWAN H34061941

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EKO PUTRO MULYARTO H34066038 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi disuatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh 1 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H14103116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasca krisis tahun 1997 dan krisis ekonomi global tahun 2008 di Indonesia, UMKM mampu membuktikan bahwa sektor ini mampu menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sebelum krisis tahun 1998 sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak dilirik oleh perbankan karena mereka menilai sektor ini tidak layak untuk dibiayai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional,

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembiayaan Mudharabah berdasarkan PSAK No. 105 dan PAPSI 2003. 1. Kebijakan umum pembiayaan mudharabah PT Bank Syariah Mandiri menetapkan sektor-sektor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan kategori bisnis berskala kecil menengah yang dipercaya mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,

Lebih terperinci

PENENTUAN PERINGKAT DEFAULT

PENENTUAN PERINGKAT DEFAULT PENENTUAN PERINGKAT DEFAULT DEBITUR DALAM VaR (Value at Risk) DENGAN REGRESI BINER LOGISTIK (Studi di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Unit Gajah Mada Cabang Jember) SKRIPSI Oleh : FRIDA MURTINASARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah mendorong banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan perekonomian Indonesia terpuruk. Fenomena yang menggambarkan hal ini yaitu tingginya tingkat inflasi,

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Rumah Sutera Alam memulai kegiatannya pada tahun 2001. Dengan bantuan beberapa karyawan, Bapak H. Tatang Godzali yang merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis perbankan di Indonesia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bank-bank dituntut untuk menjadi lebih dinamis terhadap perubahan agar siap bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2012 hingga 20 Februari 2012 pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005)

ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) ANALISIS PENGARUH PROMOSI BANK TERHADAP PENGHIMPUNAN TABUNGAN DAN DEPOSITO (Studi Kasus Sepuluh Bank Terbaik Berdasarkan Aset Tahun 2005) OLEH LAMBOK SIRINGORINGO H14102102 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan bank yang diperoleh dari sektor perkreditan masih

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan bank yang diperoleh dari sektor perkreditan masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendapatan bank yang diperoleh dari sektor perkreditan masih merupakan sumber pendapatan yang terbesar bila dibandingkan dengan jumlah pendapatan yang diperoleh dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Evaluasi Kinerja Kredit UMKM Bank Pemerintah (Data Bank Indonesia) Perkembangan dunia perbankan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kinerja bisnis perbankan bertumbuh

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS. kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

PERNYATAAN ORISINALITAS. kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar PERNYATAAN ORISINALITAS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan perekonomian global telah memperkuat posisi perbankan sebagai pilar utama dalam menunjang pertumbuhan ekonomi baik secara internasional maupun nasional.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan sudah banyak dilakukan sebelumnya, yaitu pada pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan bank.

Lebih terperinci

MEKANISME ACCOUNT OFFICER (AO) DALAM MELAKUKAN ANALISIS KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG KARANGANYAR

MEKANISME ACCOUNT OFFICER (AO) DALAM MELAKUKAN ANALISIS KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG KARANGANYAR MEKANISME ACCOUNT OFFICER (AO) DALAM MELAKUKAN ANALISIS KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG KARANGANYAR Disusun Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan yang semakin pesat membutuhkan pendanaan yang baik. Peran bank cukup penting untuk dapat menyediakan dana yang mencukupi bagi pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERUM PEGADAIAN OLEH YUSTIANA RATNA NURAINI H14104059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) SKRIPSI DICKY TRIWIBOWO A 14105530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT http://www.siperubahan.com I. PENDAHULUAN Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dinyatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Oleh: DR. Syarief Hasan, MM. MBA. Menteri Negara Koperasi dan UKM Pada Rapimnas Kadin Yogyakarta, 3 4 Oktober 2012 UMKM DALAM

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal

Lebih terperinci