FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 RINGKASAN EKO HIDAYANTO. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Studi Kasus Usaha Agribisnis di BRI Unit Tongkol, Jakarta. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RATNA WINANDI). Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan pada saat terjadinya krisis moneter. Bahkan terus tumbuh hingga saat ini. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan perekonomian Indonesia, khususnya dalam pemulihan dan pembenahan perekonomian yang pernah terpuruk akibat krisis. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah UMKM yang ada di Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 2,18 persen yaitu dari unit pada tahun 2006 menjadi unit pada tahun Persentase terbesar dari usaha mikro ini berasal dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar 54,91 persen pada tahun Sektor ini memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia yang tidak lepas sebagai Negara Agraris. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan merupakan bagian dari agribisnis. Agribisnis merupakan suatu kesatuan sistem usaha dimana antara satu subsistem dengan subsistem lainnya (penyediaan faktor-faktor produksi, budidaya/produksi, pengolahan/agroindustri, dan distribusi pemasaran) saling terkait. Keterkaitan tersebut dijalin oleh suatu kelembagaan yang memiliki peranan sebagai penunjang dalam usaha agribisnis. Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu sistem. Setiap subsistem dalam sistem agribisnis memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang, hal ini menunjukkan bahwa setiap subsistem akan berfungsi baik apabila ditunjang oleh subsistem yang lainnya. Lembaga perbankan dalam sistem agribisnis merupakan lembaga pendukung yang berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Dalam hal ini lembaga perbankan memberikan kredit kepada UMKM. Dalam menjalankan fungsinya, lembaga perbankan memiliki beberapa kriteria kredit yang diberikan kepada calon debitur, salah satunya yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu kredit yang sebagian jaminannya dijamin oleh pemerintah melalui PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) sebesar 70 persen dan 30 persen sisanya ditanggung oleh bank sendiri. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program pemerintah dalam membantu UMKM juga koperasi yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable, yaitu usaha yang memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan kredit. Kredit Usaha Rakyat (KUR) disalurkan melalui bank-bank agen pemerintah diantaranya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Bukopin, dan Bank Mandiri Syariah. Sejak bulan Desember 2008, realisasi KUR di Unit Tongkol mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 74,22 persen hingga bulan April Total 2

3 realisasi pada bulan April mencapai Rp 2,215 milyar. Sejauh ini pokok permasalahan yang terdapat dalam realisasi KUR di Unit Tongkol, yaitu belum tercapainya total realisasi kredit sebesar Rp 12 milyar per bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol, (2) menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR ditingkat debitur pada BRI Unit Tongkol, dan (3) mendeskripsikan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi meningkatnya realisasi KUR. Penelitian dilakukan di BRI Unit Tongkol, Cabang Tanjung Priok, Jakarta. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Populasi dalam penelitian ini adalah debitur KUR sektor agribisnis yang masih tergolong aktif hingga akhir bulan April Sampel yang digunakan dipilih secara acak dengan metode (stratified simple random sampling) dimana hanya debitur yang menjalankan usaha dalam bidang agribisnis yang dipilh. Sampel yang diambil sebanyak 81 orang dari total populasi debitur yang melakukan usaha agribisnis sebesar 287 orang. Semua faktor yang diduga mempengaruhi realisasi dianalisis menggunakan analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah realisasi KUR menggunakan model analisis Linier Berganda, sebagai variabel dependent adalah jumlah realisasi kredit, dan variabel independent diantaranya tingkat pendapatan, frekuensi kredit, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Dari hasil pembahasan karakteristik responden berdasarkan pada prinsip penyaluran kredit, dapat diketahui bahwa karakteristik nasabah KUR BRI Unit Tongkol secara umum responden mayoritas adalah laki-laki sebesar 58,02 persen, usia responden KUR BRI Unit Tongkol mayoritas berusia tahun sebesar 46,91 persen, tingkat pendidikan responden mayoritas mengeyam pendidikan sampai dengan SMU sebesar 53,09 persen. Responden sebagian besar merupakan nasabah dengan frekuensi kredit sebanyak satu kali sebesar 51,85 persen, besar modal usaha yang digunakan responden mayoritas memiliki modal sebanyak Rp 1,5 hingga Rp 3 juta sebesar 66,67 persen. Rata-rata tingkat pendapatan nasabah KUR BRI Unit Tongkol sebesar Rp ,40. Sebanyak 26 orang memiliki pendapatan diatas rata-rata dan sisanya sebesar 55 orang memiliki pendapatan di bawah rata-rata setiap bulannya, mayoritas nasabah memiliki tingkat pendapatan Rp 3 hingga Rp 5 juta sebesar 46,91 persen. Penilaian karakteristik responden juga dapat dilihat dari jarak tempuh responden ke BRI Unit Tongkol. Berdasarkan hasil penelitian, responden BRI Unit Tongkol mayoritas memerlukan waktu 1-15 menit sebesar 80,25 persen. Fakta ini karena BRI Unit Tongkol dapat mengawasi dan mengontrol debitur. Jenis usaha yang dijalankan responden semuanya dalam bidang off farm dengan sebagian besar menjalankan usaha kelontong sebesar 30,86 persen. Nilai RPC responden berkisar antara Rp ,00 hingga Rp ,00 per bulan sebagian besar memiliki nilai RPC antara Rp ,00 hingga Rp ,00 per bulan sebanyak 39 orang atau 48,15 persen. Berdasarkan hasil regresi linier berganda diketahui bahwa dengan melakukan pengujian secara serentak (uji-f) menyatakan bahwa dari keseluruhan peubah bebas mempengaruhi secara nyata realisasi KUR di BRI Unit Tongkol, dengan nilai P-Value sebesar 0,01 persen. Dari hasil uji secara parsial (uji-t) diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap 3

4 realisasi KUR pada taraf = 0,05 terdapat lima variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap realisasi KUR, yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Koefisien determinasi yang dihasilkan dari penelitian ini sebesar 63,40 persen artinya variasi variabel realisasi kredit dapat dijelaskan 63,40 persen oleh variasi variabel-variabel independent sedangkan sisanya 36,60 persen dijelaskan oleh variabel independent lain yang ada di luar model. Melakukan sosialisasi persyaratan kredit dan proses pengajuan kredit kepada calon debitur pelaku usaha mikro dan kecil untuk dapat meningkatkan daya serap KUR. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tongkol lebih memperhatikan kembali karakteristik debitur khususnya tingkat pendapatan, modal usaha, waktu pengembalian kredit, tingkat pendidikan, dan frekuensi kredit sehingga dapat meningkatkan total realisasi kredit. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tongkol memperhatikan kembali nilai Re-payment Capacity (RPC) nasabah karena akan berpengaruh terhadap jumlah realisasi dan kelancaran pengembalian kredit. 4

5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA EKO HIDAYANTO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

6 Judul Skripsi Nama NIM : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Studi Kasus Usaha Agribisnis di BRI Unit Tongkol, Jakarta : Eko Hidayanto : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Ratna Winandi, MS NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus: 6

7 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Studi Kasus Usaha Agribisnis di BRI Unit Tongkol, Jakarta adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2010 Eko Hidayanto H

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 September 1986 sebagai putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Agus Wismanto dan Siti Rohaya S.Pdi. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh penulis adalah SMU Negeri 22 Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan jenjang pendidikan perguruan tinggi dan diterima melalui jalur USMI sebagai mahasiswa pada Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2007 penulis menamatkan studinya pada Program Studi Manajemen Bisnis Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun yang sama, penulis kembali melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saat ini penulis juga aktif sebagai pegawai di Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai frontliner. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa. Pada tahun 2005 menjadi staff Himpunan Profesi Sosial Ekonomi Perikanan (HIMASEPA), pada tahun 2005 sampai dengan 2007 menjadi penanggung jawab kemampuan Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis (UKM- Bulutangkis) dan berbagai kepanitiaan di kampus. Kepanitiaan yang pernah diikuti, WEB DESIGN, PORIKAN, OLIMPIADE PERTANIAN, DUTA BULUTANGKIS IPB dan masih banyak lagi. Selain aktif di berbagai kegiatan, penulis juga memiliki prestasi di bidang non akademik seperti futsal, bulutangkis, dan menjadi duta IPB untuk bulutangkis. Penulis juga mendapatkan beasiswa dari Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) atas prestasi akademik. 8

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih sayang, dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Studi Kasus Usaha Agribisnis di BRI Unit Tongkol, Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik debitur KUR serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Tongkol, Jakarta. Dalam penelitian ini dilakukan analisis karakteristik nasabah dan beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi realisasi KUR sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah realisasi KUR dan dapat mencapai target yang ditetapkan oleh BRI Unit Tongkol. Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan evaluasi bagi pihak BRI Unit Tongkol untuk dapat meningkatkan realisasi KUR sehingga dapat mencapai target yang ditetapkan dan sebagai literatur bagi yang membutuhkan. Penelitian ini merupakan hasil kerja maksimal yang dapat dilakukan penulis dan diharapkan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Bogor, Maret 2010 Eko Hidayanto 9

10 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM. dan Ir. Harmini, M.Si. selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya dan memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ayahanda tercinta Agus Wismanto, Ibunda tercinta Siti Rohaya, S.Pdi., adik perempuan tersayang Dewi Rizki Hidayanti dan keluarga tercinta untuk doa, dukungan, kasih sayang, dan bimbingannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dd Reni Kasmita untuk pengorbanan waktu, kesabaran, sayang, dan semangat yang dicurahkan selama ini. 4. Pihak BRI Unit Tongkol atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 5. Teman-teman Wisma Baristar, Beta House, dan teman-teman Agribisnis atas dukungan, semangat, dan berbagi selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuanya. Bogor, Maret 2010 Eko Hidayanto 10

11 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Ketentuan Umum Perkreditan Bank Unsur-unsur dan Tujuan Kredit Jenis-jenis Kredit Macam-macam Kredit BRI Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Pertimbangan Kredit Prosedur Umum Perkreditan Kajian Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Permintaan Kredit Usaha Rakyat Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Sampel Metode Pengolahan Analisis Data Analisis Kualitatif Model Analisis Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR Analisis Regresi Linier Berganda Evaluasi Model Pendugaan Asumsi dalam Analisis Regresi Linier Uji Normalitas Uji Homogenitas Uji Multikolinieritas i iii iv v

12 4.6. Hipotesa Penelitian V. GAMBARAN UMUM BRI Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Visi, Misi, Tujuan BRI, dan Sasaran Jangka Panjang Organisasi dan Jaringan Kerja BRI Bidang Usaha BRI Gambaran Umum Kantor BRI Cabang Tanjung Priok Gambaran Umum Kantor BRI Unit Tongkol VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Karakter (charácter) Kapasitas (capacity) Modal (capital) Agunan (collateral) Kondisi Ekonomi (condition of economy) Karakteristik Responden KUR BRI Unit Tongkol Jenis Kelamin Responden Usia Responden Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendapatan per Bulan Responden Waktu Tempuh Responden ke BRI Jenis Usaha Responden VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR Tingkat Pendapatan Frekuensi Kredit Lama Usaha Modal Usaha Tingkat Pendidikan Waktu Pengembalian Kredit VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d Perkembangan Jumlah Usaha Mikro Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006 s.d Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Dirinci Menurut Provinsi per 31 Desember 2008 BRI dan BRI Mikro Perkembangan Jumlah Debitur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Pelaksana Periode Januari 2008 s.d. Desember Jumlah Realisasi Kredit Usaha Rakyat Unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April Jumlah Debitur Kredit Usaha Rakyat Unit-unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April Realisasi Kredit Usaha Rakyat Unit-unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April Persyaratan Pengajuan KUR BRI Frekuensi Kredit Menurut Pengalaman Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Modal Usaha Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Jenis Kelamin Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Usia Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Tingkat Pendidikan Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Tingkat Pendapatan per Bulan Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Waktu Tempuh Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Jenis Usaha Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Pendugaan dan Pengujian Model Linier Berganda Realisasi KUR BRI Unit Tongkol Nilai RPC Responden Debitur KUR Unit Tongkol iii

14 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Perkembangan Total Realisasi Penyaluran KUR di Indonesia oleh Bank-bank Penyelenggara (Januari s.d. Desember 2008) Prosedur Umum Perkreditan Permintaan dan Penawaran Kredit Diagram Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi BRI Unit Tongkol iv

15 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Realisasi Penyaluran KUR Bank Pelaksana dirinci Menurut Provinsi Struktur Organisasi BRI Pusat Struktur Organisasi Kantor Wilayah BRI Struktur Organisasi Kantor Cabang BRI Struktur Organisasi BRI Cabang Pembantu Hasil Analisis Linier Berganda v

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan pada saat terjadinya krisis moneter, bahkan terus tumbuh hingga saat ini. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan perekonomian Indonesia, khususnya dalam pemulihan dan pembenahan perekonomian yang pernah terpuruk akibat krisis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM di Indonesia yang mengalami peningkatan sebesar 2,18 persen, yaitu dari unit pada tahun 2006 menjadi unit pada tahun Sedangkan untuk usaha besar mengalami peningkatan sebesar 2,93 persen, yaitu dari unit pada tahun 2006 menjadi pada tahun Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia tahun 2006 s.d dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d No. Skala Usaha Jumlah (Unit) Perkembangan Tahun 2006 Tahun 2007 (Unit) (%) 1. Usaha Mikro ,04 2. Usaha Kecil (UK) ,22 3. Usaha Menengah (UM) ,85 Jumlah ,18 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2008) Persentase terbesar dari usaha mikro ini berasal dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, yaitu sebesar 54,91 persen pada tahun Sektor ini memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia yang

17 tidak lepas sebagai Negara Agraris. Jumlah dan perkembangan usaha mikro menurut sektor ekonomi pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Jumlah Usaha Mikro Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2006 s.d No. 1. Sektor Ekonomi Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Jumlah (Unit) Perkembangan Tahun 2006 Tahun 2007 (Unit) (%) ,20 2. Pertambangan dan Penggalian ,09 3. Industri Pengolahan ,06 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih ,42 5. Bangunan ,72 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran ,49 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,77 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan ,22 9. Jasa - Jasa ,42 Jumlah ,04 Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2008) Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan merupakan bagian dari agribisnis. Agribisnis merupakan suatu kesatuan sistem usaha dimana antara satu subsistem dengan subsistem lainnya (penyediaan faktor-faktor produksi, budidaya/produksi, pengolahan/agroindustri, dan distribusi pemasaran) saling terkait. Keterkaitan tersebut dijalin oleh suatu kelembagaan yang memiliki fungsi sebagai penunjang usaha agribisnis. Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu sistem. Setiap subsistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang, hal ini menunjukkan 2

18 bahwa setiap subsistem akan berfungsi baik apabila ditunjang oleh subsistem yang lainnya. Menurut Intan A.H (2006), satuan keterkaitan subsistem agribisnis adalah transaksi dimana kelembagaan (property rights), batas yuridiksi, dan aturan representasi mengkondisikan transaksi tersebut. Dengan demikian, transaksi akan ditentukan secara bermakna oleh kelembagaan, baik itu sebagai suatu aturan, norma, tradisi, hukum maupun sebagai organisasi. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam perusahaan dengan berbagai bidang usaha, mulai dari usaha perdagangan, industri agribisnis, manufaktur, keuangan, dan usaha lainnya. Masalah pokok yang sering dihadapi setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apa pun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik untuk modal investasi atau modal kerja. Kredit merupakan salah satu sumber permodalan yang sangat penting untuk membiayai kegiatan suatu usaha. Usaha mikro, kecil, menengah, dan besar adalah skala bisnis yang terdapat di Indonesia yang memerlukan kredit sebagai tambahan permodalan dalam mengembangkan suatu usaha. Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang dapat memberikan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam menjalankan fungsinya, lembaga perbankan memiliki beberapa kriteria kredit yang diberikan kepada calon debitur. Pada tahun 2007, peran UMKM dalam pembentukan investasi nasional menurut harga konstan tahun 2000 lebih rendah daripada usaha besar yaitu sebesar Rp 195,05 1 triliun atau 44,32 persen dari total investasi nasional. Padahal, jumlah unit usaha UMKM jauh lebih besar daripada usaha besar. Begitu juga dengan peran usaha kecil (termasuk usaha mikro) yang lebih kecil dari usaha menengah dan usaha besar yaitu Rp 90,57 triliun atau 20,58 persen, padahal jumlah unit usaha kecil (termasuk Usaha Mikro) jauh lebih besar dari usaha menengah dan usaha besar. Mempertimbangkan kondisi tersebut, akhirnya Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Inpres No.6 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan 1 Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2008) 3

19 Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM yang diikuti dengan adanya Nota Kesepahaman Bersama antara Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan. Nota Kesepahaman Bersama tersebut ditandatangani oleh para pihak yang berwenang pada tanggal 9 Oktober 2007 dengan ditandai peluncuran penjaminan kredit/pembiayaan kepada UMKM. Akhirnya pada tanggal 5 November 2007, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan kredit bagi UMKM dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kebijakan penjaminan kredit ini diharapkan akan dapat memberikan kemudahan akses yang lebih besar bagi para pelaku UMKM dan koperasi yang telah feasible namun dianggap belum bankable (pelaku UMKM tidak memiliki jaminan pinjaman yang sesuai bagi bank). Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu kredit yang sebagian jaminannya dijamin oleh pemerintah melalui PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) 2 sebesar 70 persen dan 30 persen sisanya ditanggung oleh bank sendiri. Kredit Usaha Rakyat (KUR) disalurkan melalui bank-bank agen pemerintah diantaranya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Bukopin, dan Bank Mandiri Syariah. Program KUR ini dilaksanakan di semua provinsi yang ada di Indonesia. Pada saat awal diluncurkan, skim KUR hanya satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan plafond kredit sampai dengan Rp 500 juta rupiah. Namun setelah berjalan beberapa waktu, Presiden Republik Indonesia mengarahkan agar penyaluran KUR lebih banyak untuk nasabah-nasabah usaha mikro dengan plafond kredit maksimal lima juta rupiah. Total realisasi KUR di semua provinsi Indonesia pada tahun 2008 mencapai Rp 12,624 triliun dengan total debitur sebesar orang (lampiran 1). Hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun, jumlah realisasi KUR mengalami peningkatan yang signifikan karena kredit lunak yang menjadi program pemerintah ini sangat dibutuhkan para pengusaha mikro, kecil, dan menengah. 2 Tim Usaha Anda. 4 juli BRI Luncurkan Kredit Usaha Rakyat. Liputan 6.com 4

20 Tabel 3. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Dirinci Menurut Provinsi per 31 Desember 2008 BRI dan BRI Mikro BRI BRI Mikro No. Provinsi Total Kredit Total Total Kredit Total (juta) Debitur (juta) Debitur 1. Nanggroe Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Riau Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Total 2, Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha (2009) 5

21 Data pada Tabel 3 menunjukkan realisasi KUR selama periode tahun 2008 untuk provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Total kredit yang didapat BRI selama periode 2008 sebesar Rp 2,908 triliun atau 23,04 persen dari total realisasi KUR sebesar Rp 12,624 triliun. Total debitur sebesar debitur atau 1,55 persen yang mengajukan kredit di BRI dari debitur. Sedangkan untuk BRI mikro, total kredit sebesar Rp 6,293 triliun atau 49,85 persen dari total realisasi kredit dengan total debitur sebesar pada tahun 2008 atau 95,11 persen di seluruh wilayah provinsi di Indonesia untuk BRI mikro. Hasil realisasi dan jumlah debitur yang didapat BRI jauh diatas bank pelaksana yang lain 3 (Lampiran 1). Total realisasi KUR dari bank pelaksana selama tahun 2008 sebesar Rp 12,624 triliun dari juta debitur 4. Dalam KUR ini, pemerintah memfokuskan pada lima sektor usaha, seperti pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian dan perdagangan. Selama periode tahun 2008 bank penyelenggara mengalami peningkatan dalam jumlah debitur sebesar 9.386,43 persen dari bulan Januari sampai dengan Desember Perkembangan jumlah debitur selama periode tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa BRI mengalami peningkatan jumlah debitur dalam penyaluran KUR yang cukup signifikan selama periode 2008 dibandingkan dengan bank-bank penyelenggara lainnya, yaitu debitur pada bulan Januari dan debitur pada bulan Desember. Jumlah debitur BRI lebih besar dibandingkan bank penyelenggara lainnya. Total debitur BRI untuk KUR sebesar 96,67 persen dari total jumlah debitur KUR. Peningkatan jumlah debitur selama tahun 2008 diharapkan membawa dampak positif bagi perekonomian negara dengan terbukanya lapangan kerja yang baru. Banyaknya jumlah debitur yang ada di BRI tak lepas karena BRI memiliki banyak unit kerja hingga ke pelosok daerah yang belum dijajaki oleh bank lain. Selain itu, BRI dianggap sebagai bank yang memiliki pengalaman dalam 3 Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan Dan Restrukturisasi Usaha. 4 Februari Loc.cit 6

22 memberikan kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah dibandingkan dengan bank lainnya. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Debitur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Pelaksana Periode Januari 2008 s.d. Desember 2008 Bulan Bank BNI Bank BRI Bank Mandiri Bank BTN Bank Bukopin Bank BSM Total Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha (2009) 1.2. Perumusan Masalah Meningkatnya jumlah debitur dan realisasi jumlah KUR dari bank penyelenggara menunjukkan bahwa program KUR yang dicanangkan oleh pemerintah diminati para debitur untuk menambah modal usaha mereka. Peningkatan ini diharapkan akan memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan investasi dan usaha masyarakat sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian negara. Dengan adanya KUR sebagai kredit lunak bagi pelaku usaha sehingga pengusaha akan memiliki pilihan-pilihan dalam menggunakan uang yang ada untuk diinvestasikan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) memiliki potensi yang tinggi dalam pembiayaan bisnis. Minat masyarakat terhadap KUR sangat tinggi, karena saat ini para pengusaha sulit dalam mendapatkan kredit jangka pendek. Antusias 7

23 masyarakat yang tinggi dapat dilihat dari jumlah debitur yang ada. Peningkatan realisasi KUR dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Gambar 1. Perkembangan Total Realisasi Penyaluran KUR di Indonesia oleh Bank-bank Penyelenggara (Januari s.d. Desember 2008) Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha (2009) Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa perkembangan realisasi KUR dari bulan Januari sampai dengan Desember cenderung meningkat. Realisasi ini diberikan kepada debitur yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha khususnya UMKM. Meningkatnya realisasi KUR ini menggambarkan bahwa kredit yang menjadi program pemerintah ini benar-benar dibutuhkan oleh para debitur. Penyaluran kredit yang realisasinya selalu meningkat diharapkan membuat perusahaan dapat berkembang dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Dengan kualitas yang tinggi, perusahaan dapat bersaing dengan para pesaing besar dan dapat menembus pasar ekspor. Hal ini akan berdampak positif bagi atmosfer investasi negara dan pendapatan bagi negara. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan fasilitas pembiayaan yang khusus diperuntukkan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah yang usahanya layak namun tidak memiliki agunan yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan 8

24 oleh bank. Tujuan dari program KUR adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan, dan penyerapan tenaga kerja. Daerah DKI Jakarta merupakan salah satu tempat pelaku agribisnis, salah satunya adalah daerah Tanjung Priok yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara. Daerah Tanjung Priok memiliki total realisasi KUR yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Jumlah Realisasi Kredit Usaha Rakyat Unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April 2009 Bulan Debitur (Orang) Pertumbuhan (%) Realisasi (Rp) Pertumbuhan (%) Desember , ,02 Januari , ,01 Februari , ,02 Maret , ,02 April , ,82 Total Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Priok, Jakarta (2009) Dari data pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa total realisasi KUR pada BRI Cabang Tanjung Priok terus meningkat setiap bulannya. Peningkatan realisasi rata-rata 1,02 persen per bulan. Dengan melihat total realisasi pada Gambar 1 jelas terlihat bahwa total penyaluran KUR di Indonesia selalu meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan realisasi yang ada di BRI Tanjung Priok, dimana realisasi KUR selalu meningkat setiap bulannya. Penyaluran KUR di Cabang Tanjung Priok dilakukan di unit-unit kerja Cabang Tanjung Priok atau disebut kantor unit BRI. Kantor unit memiliki peran dalam menyalurkan KUR karena kantor unit diperuntukkan untuk kredit yang memiliki plafond di bawah Rp 100 juta, sedangkan KUR memiliki plafond sebesar lima juta rupiah sehingga penyaluran KUR dilakukan di kantor unit BRI. 9

25 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Tanjung Priok memiliki 12 kantor unit yang menyalurkan KUR. Unit-unit yang ada telah memiliki debitur KUR sampai saat ini dan terus meningkat. Unit Tongkol memiliki jumlah debitur lebih tinggi dibandingkan dengan unit kerja lain yang ada di bawah cabang kerja Tanjung Priok. Jumlah debitur unit-unit kerja cabang Tanjung Priok dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Debitur Kredit Usaha Rakyat Unit-unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April 2009 No. Unit Kerja Desember Januari Februari Maret April 1. Tongkol Kramat Podomoro Sindang Mandiri Warakas Cilincing Semper Cakung Boulevard S. Hijau Plumpang Total Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Priok, Jakarta (2009) Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah debitur yang mengajukan kredit di Unit Tongkol terus meningkat sebesar 142,13 persen dari Desember 2008 sampai dengan April Hal ini menggambarkan bahwa kinerja prestasi Unit Tongkol lebih baik dibandingkan dengan unit lain yang berada di bawah Cabang Tanjung Priok. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penghubung antara pemerintah dan debitur, BRI Unit Tongkol telah menjalankan tugasnya dalam bentuk realisasi kredit. Dibandingkan dengan unit-unit kerja di Cabang Tanjung Priok, realisasi 10

26 Unit Tongkol lebih baik dibandingkan dengan unit yang lain. Realisasi KUR di unit-unit kerja BRI Cabang Tanjung Priok dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Realisasi Kredit Usaha Rakyat Unit-unit Kerja BRI Cabang Tanjung Priok Periode Desember 2008 s.d. April 2009 No. Unit Kerja Desember (Rp) Jumlah Realisasi (milyar) Februari (Rp) Januari (Rp) Maret (Rp) April (Rp) 1. Tongkol 1,644 1,797 1,888 2,066 2, Kramat 2,082 2,082 2,082 2,082 2, Podomoro Sindang 1,318 1,336 1,345 1,383 1, Mandiri 1,803 1,888 1,893 1,893 1, Warakas 1,182 1,197 1,207 1,227 1, Cilincing 1,620 1,631 1,631 1,631 1, Semper 1,619 1,619 1,619 1,619 1, Cakung 1,808 1,813 1,818 1,838 1, Boulevard 1,449 1,449 1,449 1,449 1, S. Hijau 1,361 1,371 1,386 1,389 1, Plumpang Total 17,327 17,679 17,875 18,203 18,614 Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Priok, Jakarta (2009) Jumlah debitur maupun realisasi di Unit Tongkol setiap bulannya selalu mengalami peningkatan dibandingkan unit-unit yang lain. Jumlah debitur KUR di BRI Unit Tongkol sampai bulan Juli 2009 sebanyak orang dengan total realisasi sebesar Rp ,00. Jumlah tersebut berada pada urutan pertama dibandingkan dengan unit-unit yang lain. Batas maksimum dalam mengajukan KUR di BRI unit sebesar lima juta rupiah. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga pelaku usaha UMKM dapat meningkatkan permintaan realisasi KUR oleh nasabah. Secara deskriptif diketahui bahwa penyaluran KUR oleh BRI Unit Tongkol belum pernah mencapai target realisasi kredit sebesar Rp 12 milyar per bulan, padahal permintaan relatif tinggi dari para pelaku usaha mikro. Sejak bulan Desember 2008, realisasi KUR mengalami peningkatan yang signifikan hingga 11

27 bulan April 2009, namun belum mampu mencapai target realisasi, sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di Unit Tongkol agar permintaan KUR dapat terus meningkat dan dapat diikuti oleh unit yang lain. Tingkat realisasi yang belum mencapai target mengidentifikasikan belum maksimalnya kinerja dari BRI Unit Tongkol dalam menyalurkan KUR. Untuk itu, pentingnya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit sehingga mendorong BRI Unit Tongkol untuk membantu para pelaku usaha mikro dalam memperoleh KUR sebagai modal pengembangan usahanya dan pada akhirnya akan membantu pencapaian target realisasi kredit. Dengan melihat uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Tongkol? 3. Apa saja faktor-faktor yang dapat menigkatkan total realisasi KUR? 1.3. Tujuan Penelitian Setelah memaparkan dan menjelaskan latar belakang yang mendasari perumusan masalah dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Menganalisis karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol. 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR ditingkat debitur pada BRI Unit Tongkol. 3. Mendeskripsikan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi meningkatnya realisasi KUR 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat, informasi serta masukkan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Bagi BRI Unit Tongkol, diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan total realisasi KUR sesuai target dan tepat sasaran dengan melihat faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan realisasi pinjaman KUR. 12

28 2. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan. 3. Bagi penulis, yaitu dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh saat kuliah, mengaplikasikan teori, berpikir kritis, dan sistematis sebagai bekal yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit, khususnya realisasi terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh debitur yang bergerak dalam bidang agribisnis di wilayah Kecamatan Warakas, Jakarta Utara. Studi kasus pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tongkol. 13

29 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan dana untuk membiayai berbagai kegiatan usaha. Karena peranannya yang penting, volume penyaluran kredit juga dapat menjadi petunjuk mengenai laju perkembangan suatu sektor usaha tertentu. Dalam proses realisasi kredit bagi debitur ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh debitur dan bank pemberi kredit. Calon debitur harus mengajukan permohonan kredit terlebih dahulu dengan memenuhi persyaratan kredit yang ada. Kemudian calon debitur mengisi formulir permohonan kredit di bank yang diajukan. Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa calon debitur benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, serta faktor-faktor lainnya. Hal ini bertujuan agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman. Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank itu sendiri. Calon debitur dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Hal ini akan berdampak kepada proses pengembalian kredit oleh debitur dan mengakibatkan kredit macet apabila salah dalam menganalisis calon debitur Unsur-unsur dan Tujuan Kredit Dalam pemberian kredit kepada debitur terdapat unsur-unsur yang terkandung dalam proses realisasi kredit. Menurut Kasmir (2002) dalam transaksi kredit terdapat lima unsur kredit diantaranya kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, resiko, dan balas jasa. Kepercayaan merupakan keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu atau dimasa yang

30 akan datang. Disamping unsur percaya dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit yang dituangkan dalam suatu perjanjian dimana pemberi dan penerima kredit menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu dalam waktu pengembalian kredit. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak kembalinya kredit yang diberikan. Resiko ini menjadi tanggungan bank itu sendiri sehingga bank harus benar-benar mengenal karakteristik para calon debitur. Pemberian kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat diberikan dalam bentuk barang atau jasa, namun dapat dinilai dengan bentuk uang. Dalam prakteknya, transaksi kredit umumnya adalah menyangkut uang. Bank umum, khususnya bank pemerintah sebagai agent of development memiliki tujuan dalam memberikan kredit yaitu : 1. Turut menyukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan bervariasi antara lain meningkatkan daya guna uang, meningkatkan peredaran lalu lintas uang, salah satu alat stabilitas ekonomi, meningkatkan kegairahan berusaha, pemerataan pendapatan, dan meningkatkan hubungan internasional Jenis-jenis Kredit Kredit yang diberikan oleh pihak bank memiliki jenis dan kegunaan masing-masing, dimana setiap jenis kredit memiliki tingkat bunga dan plafond yang berbeda-beda. Jenis kredit dibagi dari berbagai aspek, yaitu dilihat dari segi kegunaan dimana ada kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit investasi biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi. Sedangkan kredit 15

31 modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Dalam segi tujuan, kredit dibagi atas kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit perdagangan. Kredit produktif diberikan kepada debitur untuk menghasilkan barang atau jasa. Kredit konsumtif digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada penambahan barang dan jasa yang dihasilkan. Untuk kredit perdagangan digunakan dalam kegiatan perdagangan seperti membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Dalam jangka waktu pengembalian kredit pihak bank memberikan jangka waktu yang berbeda tergantung pada jenis kredit. Jangka waktu pengembalian dibedakan atas tiga jenis, yaitu kredit jangka pendek, kredit jangka menengah, dan kredit jangka panjang. Kredit jangka pendek memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. Kredit jangka pendek biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Kredit jangka menengah memiliki waktu antara 1-3 tahun, biasanya untuk investasi. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang memiliki masa waktu pengembalian paling lama yaitu 3-5 tahun, biasanya untuk investasi yang karakteristik usahanya tahunan seperti perkebunan kelapa sawit, karet, dan lainnya. Usaha agribisnis sebagian besar merupakan kredit jangka menengah. Hal ini disebabkan karakteristik usaha yang membutuhkan periode waktu yang relatif lama untuk menghasilkan suatu produk, sehingga untuk mendapatkan penghasilan membutuhkan waktu satu periode tanam. Untuk usaha agribisnis yang menggunakan investasi besar yang membutuhkan dana besar biasanya kredit yang digunakan yaitu kredit dengan jangka waktu panjang Macam-macam Kredit BRI Dalam kegiatannya menyalurkan kredit kepada debitur, BRI memiliki jenis-jenis kredit yang dapat digunakan oleh para debitur. Kredit yang disediakan oleh BRI dalam menyalurkannya kepada para debitur seperti, Kredit Golongan Berpenghasilan Tetap (KRETAP), Kredit Pensiun (KRESUN), Kredit Umum 16

32 Pedesaan (KUPEDES), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan Kredit Multi Guna (KMG). 1. Kredit Golongan Berpenghasilan Tetap (KRETAP) Kredit jenis ini disalurkan oleh BRI kepada para pekerja yang memiliki gaji tetap yang berada di bawah suatu instansi pemerintah baik pusat, daerah, dan perusahaan swasta. Para golongan yang dapat mengajukan kredit ini seperti PNS, pegawai BUMN, pegawai BUMD, TNI, POLRI, dan pegawai swasta yang telah diangkat sebagai pegawai tetap. Pemberian KRETAP ini dilakukan kepada pegawai dimana dalam pengajuannya terlebih dahulu mendapat rekomendasi dan adanya perjanjian kerjasama antara BRI dengan pimpinan instansi atau perusahaan pegawai bekerja. Kredit ini dapat diajukan pada semua kantor cabang dan kantor cabang pembantu BRI. Angsuran yang harus dibayar oleh para debitur sebelumnya dilakukan kerjasama dengan instansi untuk pemotongan gaji para debitur yang mengajukan kredit di BRI. Kredit ini diberikan dalam bentuk persekot dengan angsuran secara tetap pokok dan bunga setiap bulannya. 2. Kredit Pensiun (KRESUN) Kredit pensiun merupakan bentuk kredit yang diberikan kepada para pensiunan PNS, BUMN, BUMD, TNI, POLRI, dan karyawan swasta yang memiliki Yayasan Dana Pensiun. Kredit ini juga bisa diajukan oleh para janda atau istri para pensiunan. Pembayaran kredit sebelumnya dilakukan kerjasama dengan lembaga pensiun dan BRI. Angsuran kredit dibayarkan setiap bulannya dengan cara pemotongan gaji pensiun. 3. Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) Kredit umum pedesaan adalah salah satu kredit produktif yang ada di BRI. Kredit ini biasanya dilayani oleh BRI unit, namun ada juga kantor cabang yang melayani KUPEDES. Kredit ini memiliki tujuan untuk mengembangkan usaha mikro yang layak. 17

33 4. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit usaha rakyat merupakan salah satu program pemerintah untuk pembiayaan bagi pengusaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Penyaluran kredit dilakukan di BRI unit. Kredit ini diberikan oleh BRI tanpa adanya agunan, hal ini karena KUR merupakan program pemerintah. Dalam penelitian ini KUR yang dimaksud adalah KUR yang diberikan kepada pelaku usaha yang bergerak di sektor agribisnis baik on farm ataupun off farm. 5. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Kredit jenis ini diperuntukkan bagi kreditur yang ingin memiliki kendaraan bermotor. BRI terlebih dahulu memberikan kendaraan yang diinginkan kemudian kreditur membayar cicilan dan bunga setiap bulannya untuk pembayaran kendaraan tersebut. 6. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Kredit pemilikan rumah merupakan suatu jenis kredit yang diperuntukkan bagi perseorangan, profesional maupun wiraswasta baik pembelian, membangun ataupun renovasi rumah. 7. Kredit Multi Guna (KMG) Kredit multi guna merupakan salah satu jenis kredit yang diberikan kepada individu yang berpenghasilan tetap ataupun tidak tetap untuk berbagai keperluan yang tidak dapat dilayani dengan SIM KKB/KPR/lainnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Pada akhir tahun 2007 pemerintah mengeluarkan program KUR, program yang sedikit diadaptasi pemerintah Indonesia dari Bank Pedesaan yang pertama kali didirikan di Bangladesh pada tahun Kredit usaha rakyat merupakan fasilitas kredit yang khusus diberikan kepada kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi yang usahanya cukup layak namun tidak memiliki agunan yang cukup sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak perbankan. Kredit usaha rakyat baru dilaksanakan oleh BRI pada Maret 2008 dimana KUR ini dibagi menjadi dua yaitu, KUR Retail dan KUR Mikro. Untuk plafond KUR Retail sebesar Rp 500 juta, sedangkan KUR Mikro maksimum plafond 18

34 sebesar lima juta rupiah, untuk saat ini BRI baru menyediakan KUR Mikro, hal ini karena KUR merupakan kredit yang tidak menggunakan agunan sehingga BRI tidak ingin mengambil resiko yang tinggi. Selain itu, BRI fokus terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jangka waktu pengembalian kredit bagi debitur dapat dibedakan menjadi tiga tergantung kesepakatan diantaranya : 1. Kredit jangka pendek yang berjangka waktu satu tahun. 2. Kredit jangka menengah yang berjangka waktu antara 1-3 tahun. 3. Kredit jangka panjang yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. Dalam KUR jangka waktu pengembalian kredit dibedakan atas dua, yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja. Untuk kredit investasi BRI memberikan jangka waktu pengembalian maksimum 3 tahun, sedangkan untuk kredit modal kerja BRI memberikan jangka waktu maksimum 2 tahun. Dalam KUR tidak ada agunan yang harus diberikan debitur kepada bank penyalur karena KUR merupakan kredit tanpa agunan yang dijamin pemerintah melalui PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Sarana Pembinaan Usaha (SPU). Kredit yang ditanggung kedua perusahaan yang menjadi penjamin adalah kredit macet hingga 70 persen dari total kredit Pertimbangan Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Dalam pemberian kredit ada beberapa faktor yang dilihat oleh pihak bank dari calon debiturnya. Menurut Kasmir (2002) dalam memberikan kredit kepada calon debitur ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi bank dalam menilai pemohon kredit diantaranya : 1. Karakter (character), yaitu tabiat serta kemauan si pemohon untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah dijanjikan. Pada karakter ini yang diteliti adalah sifat-sifat, kebiasaan, kepribadian, cara hidup, dan keadaan keluarga. 2. Kapasitas (capacity), yaitu kesanggupan si pemohon dalam mewujudkan rencana menjadi kenyataan serta untuk mengembalikan pinjaman dan untuk 19

35 memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya. Penelitian diarahkan pada kemampuan dan kecakapan pemohon kredit dalam mempergunakan pinjamannya. Kemampuan si pemohon tergantung pada kecakapan, sifat, keadaan perusahaan, dan situasi perekonomian pada umumnya. Kecakapan dan kesungguhan pemohon merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Untuk itu diperlukan suatu ukuran. Setiap bank memiliki ukuran penilaian sendiri. 3. Modal (capital), yaitu modal dasar yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Penilaian terhadap modal si pemohon tidak hanya ditinjau dari segi besar kecilnya modal yang ditanam, tetapi bagaimana penyebaran pembagian di dalam alat-alat produksi. 4. Agunan (collateral), yaitu barang-barang berharga yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai agunan atas kredit yang diterimanya. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana resiko tidak terpenuhinya kewajiban finansial kepada bank dapat ditutup oleh nilai agunan yang diserahkan calon nasabah. Penilaian terhadap barang agunan ini meliputi jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti pemilikan, dan status hukumnya. Dalam pemberian kredit KUR tidak ada agunan yang harus diserahkan nasabah kepada pihak bank karena KUR sudah dijamin oleh pemerintah. 5. Kondisi Ekonomi (condition of economy), merupakan faktor eksternal berupa kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap kredit. Selain penilaian 5 C diatas, menurut Kasmir (2002) ada penilaian yang juga biasa digunakan, yaitu 7 P diantaranya : 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam mengajukan kredit. 20

36 2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalityas, serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke dalam golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam tergantung keperluan nasabah. 4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa memiliki prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi juga nasabah. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lain. 6. Profitability Untuk menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya. 7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi Prosedur Umum Perkreditan Pengajuan kredit dari nasabah kepada pihak BRI Unit Tongkol melalui beberapa tahap atau prosedur. Prosedur umum perkreditan dimulai dari tahap awal yaitu permohonan kredit, pemenuhan persyaratan kredit, dan pengisian formulir permohonan kredit, kemudian dilakukan penilaian dan analisis dari permohonan 21

37 kredit sehingga dapat diambil keputusan atas permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah, setelah itu tahap pengawasan kredit. Prosedur umum perkreditan ini dapat dilihat pada Gambar 2. Permohonan Kredit Pemenuhan Persyaratan Kredit Pengisian Formulir permohonan Kredit Pencairan Kredit Keputusan Atas Permohonan Kredit Penilaian dan Analisis Permohonan Kredit Pelunasan Kredit Pengawasan Kredit Gambar 2. Prosedur Umum Perkreditan Sumber : BRI Tanjung Priok (2009) 2.8. Kajian Penelitian Terdahulu Pursito (2003) melakukan penelitian mengenai analisis efektivitas dan faktor-faktor penyaluran kredit dalam pembiayaan industri pangan skala kecil dan menengah oleh BRI di Semarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang dikenal berpengaruh nyata positif terhadap pengambilan kredit ritel komersial. Ditinjau dari sisi kreditur, semakin dikenalnya calon nasabah (kreditur) oleh pegawai bank, maka akan memudahkan kreditur dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan sehingga analisis dan evaluasi prinsip 5C diharapkan memiliki tingkat keyakinan yang tinggi. Hasil analisis menggunakan model logit maka diketahui bahwa peubah lama pendidikan, pengalamaan usaha, rasio pendapatan, jumlah karyawan, dan jarak ke bank tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan kredit. Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2006) dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) dalam Sektor Pertanian di BRI Unit Parung Bogor menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan KUPEDES di BRI Unit Parung adalah jumlah agunan, pengalaman kredit, dan omset. Dalam 22

38 penelitian ini digunakan analisi regresi linier berganda dengan uji statistik t, uji F, dan koefisien determinasi. Jenis kredit dalam penelitian Tarigan (2006) sama dengan kredit yang ada dalam penelitian ini, yaitu kredit yang menjadi program pemerintah namun berbeda segmentasi pasar dan adanya agunan dalam KUPEDES. Dalam KUR segmentasi ditujukan bagi para debitur yang telah memiliki usaha dan tidak memiliki agunan untuk mengajukan kredit. Penelitian yang dilakukan Sari (2006) tentang Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (Kasus pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup) dilakukan perbandingan antara pedesaan dan perkotaan dengan melihat karakteristik debitur. Dalam penelitian ini dilakukan hanya pada wilayah perkotaan dan tidak melakukan perbandingan. Mulyarto (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui studi kasus pada nasabah BRI Unit Leuwiliang, Cabang Bogor. Metode pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 80 debitur yang dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan regresi linear berganda. Variabel respon dalam analisis tersebut adalah jumlah realisasi kredit (Y) dalam satuan rupiah, sedangkan variabel-variabel prediktornya meliputi X 1 =tingkat pendapataan per bulan (rupiah), X 2 =aset keluarga (rupiah), X 3 =aset usaha (rupiah), X 4 = frekuensi/pengalaman (kali), X 5 =lama usaha (tahun), X 6 =modal usaha (rupiah) dan X 7 =lama pendidikan formal (tahun). Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR ada empat yaitu pendapatan, frekuensi pengambilan kredit, lama usaha, dan modal usaha. Sedangkan faktor-faktor lainnya, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR. Hutagaol (2009) menganalisis mekanisme penyaluran KUR dan faktorfaktor yang mempengaruhi pencairan pinjaman KUR pada sektor agribisnis di BRI Unit Cigombong. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 43 debitur yang kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Adapun 23

39 faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pencairan kredit adalah lama usaha (tahun), pendapatan bersih rumah tangga per tahunnya (dalam Rupiah), tingkat pendidikan nasabah (dimana D = 0 jika tingkat pendidikan SD; D = 1 jika tingkat pendidikan SMP/SLTP ; D = 2 jika tingkat pendidikan SMA/SLTA), ada tidaknya agunan atau jaminan (dimana D = 0 jika tidak ada agunan ; D = 1 jika ada agunan), jarak lokasi usaha dari BRI Unit Cigombong (km), dan usia nasabah (tahun). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pencairan kredit adalah pengalaman usaha, pendapatan rumah tangga dalam setahun, tingkat pendidikan, ada tidaknya jaminan, dan usia nasabah. Sedangkan variabel jarak lokasi usaha dari BRI Unit Cigombong tidak berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang disusun, dimana diduga semua variabel berpengaruh nyata. Jarak lokasi usaha tidak berpengaruh nyata terhadap pencairan kredit karena dianggap bahwa jarak wilayah Kecamatan Cigombong yang tidak terlalu luas sehingga memungkinkan untuk dicapai dan diberikan pencairan kredit. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu, yaitu dilihat dari variabel yang ada dalam penelitian sehingga adanya gambaran variabel penjelas lain yang mempengaruhi realisasi KUR ditingkat debitur sub sektor agribisnis. Selain itu, tempat yang digunakan dalam penelitian adalah unit BRI yang memiliki prestasi yang bagus dalam realisasi KUR diantara unit yang lain dalam satu unit kerja cabang Tanjung Priok. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel dependent yaitu realisasi kredit, dan alat analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. 24

40 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri sering dipandang tidak cukup untuk memenuhi biaya yang harus dikeluarkan untuk peningkatan intensifikasi usaha taninya. Kekurangan dana untuk intensifikasi usaha agribisnis ini merupakan suatu potensi permintaan akan kredit bagi usaha agribisnis. Menurut Nuryartono (2005) permintaan pinjaman dana atau kredit tidaklah sama dengan permintaan atas barang dalam pasar pada umumnya. Di dalam pasar tiap-tiap harga barang akan melakukan penyesuaian secara otomatis untuk memenuhi permintaan (demand) dan penawaran (supply) barang. Jika terdapat kelebihan permintaan barang, maka harga akan naik dan jumlah persediaan barang akan meningkat. Dalam permintaan dana (kredit), untuk pemenuhan permintaan kredit akan terdapat keterbatasan apabila terjadi kelebihan permintaan kredit atau pinjaman. Hal ini disebabkan karena jumlah realisasi yang dapat diberikan oleh pihak bank dilihat dari seberapa besar bank tersebut dapat menghimpun dana dari masyarakat. Apabila dana yang dihimpun oleh pihak bank lebih besar maka jumlah kredit yang disalurkan pun juga semakin besar. Mengikuti aturan umum yang berlaku dalam pasar kredit, jika permintaan kredit melebihi persediaannya, maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah pinjaman dan tingkat suku bunga yang dikenakan tetap. Selain itu, yang membedakan permintaan barang dengan permintaan kredit adalah resiko, karena dalam permintaan kredit resiko yang dihadapi adalah pengembalian kredit. Oleh karena itu, untuk menghindari resiko yang terjadi maka diperlukan adanya jaminan dalam permintaan kredit yang berguna sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai oleh kredit tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi kreditnya. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada saat keseimbangan awal, keseimbangan ada pada titik E 0, dimana jumlah kredit yang ditawarkan adalah Q 0 dan harga (tingkat bunga) i 0. Jika jumlah permintaan terhadap kredit mengalami

41 peningkatan (D 0 ke D 1 ) maka jumlah kredit juga akan meningkat menjadi Q 1 dan tingkat suku bunga menjadi i 2. Dengan demikian, tingkat suku bunga akan naik sehingga pemerintah akan mengeluarkan berbagai kebijakan, hal ini diharapkan dapat menggeser kurva penawaran dari S 0 ke S 1. Dengan kata lain, tingkat keseimbangan turun ke E 2 sehingga terjadi keseimbangan baru dengan tingkat suku bunga lebih rendah. Tingkat Bunga D 1 S 0 E 1 i 2 D 0 S 1 i 1 E 2 i 0 E 0 Q 0 Q 1 Q 0 Jumlah Kredit Gambar 3. Permintaan dan Penawaran Kredit Sumber : Nuryantono (2005) Program kredit yang dijalankan pemerintah merupakan program kredit yang bersubsidi. Bentuk subsidi tersebut adalah penetapan suku bunga kredit program yang lebih rendah dari suku bunga di pasar umum. Dalam penetapan suku bunga KUR, pemerintah melalui agen bank-bank pemerintah menetapkan suku bunga 1,125 persen per tahun. Pembebanan bunga KUR sebesar 1,125 persen per tahun sangat rendah karena tidak adanya provisi (biaya yang dipungut dari BRI). Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan bagi pihak bank dalam melakukan seleksi pengajuan kredit. Dua jenis prinsip yang biasa diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit), yaitu prinsip 5C dan prinsip 6A. 26

42 Menurut Kasmir (1999), prinsip 5C meliputi : 1. Character (Kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit (willingness to pay) yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar. 2. Capacity (Kemampuan), terkait dengan kesanggupan calon debitur untuk melunasi pokok pinjamannya disertai bunga dan syarat-syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatan/omset usaha yang dapat mencerminkan tingkat likuiditas dan profitabilitas usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar. 3. Capital (Modal), merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah (pengusaha) dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dinilai melalui debt to equity ratio. Hal ini dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit. 4. Collateral (Angunan), meliputi barang-barang yang diserahkan calon nasabah atau debitur sebagai agunan kredit yang akan diterimanya. Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana resiko tidak terpenuhinya kewajiban finansial kepada bank dapat ditutup oleh nilai agunan yang diserahkan calon nasabah. Penilaian terhadap barang agunan ini meliputi jenis atau macam barang, nilainya, lokasinya, bukti pemilikan, dan status hukumnya. 5. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang tentunya berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit. Contohnya, sektor usaha yang sedang booming akan berprospek bagus dalam pemberian kredit. 27

43 Selain prinsip 5C diatas, prinsip tambahan lainnya yang biasa diterapkan dalam mempertimbangkan pengajuan kredit (analisis kredit) adalah prinsip 6A. Menurut Dendawijaya (2001), prinsip 6A mencakup : 1. Aspek yuridis (hukum), bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit. 2. Aspek pasar dan pemasaran, mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. 3. Aspek teknik, bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek/usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya nanti sebagai suatu business entity. 4. Aspek manajemen, mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 5. Aspek keuangan, bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangannya. 6. Aspek sosial ekonomi, suatu kajian terhadap value added yang dimiliki perusahaan dari sudut pandang sosial dan makroekonomi terutama manfaat sosial ekonomi yang diterima oleh pemerintah maupun masyarakat seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah. Pelaku usaha mikro dapat mengajukan permohonan kredit dengan cara memenuhi semua persyaratan KUR. Permohonan kredit dapat langsung diserahkan kepada BRI unit terdekat sehingga proses pemeriksaan berkas dan analisa kredit dapat dilakukan secepat mungkin. Untuk lebih jelasnya mengenai persyaratan pengajuan KUR BRI dapat dilihat pada Tabel Permintaan Kredit Usaha Rakyat Karakteristik permintaan dibedakan menurut umur, gender (jenis kelamin), dan tanggung jawab sosial (Zeller, 2002). Dalam suatu rumah tangga, alokasi tenaga kerja yang kompleks dibedakan menurut gender dan umur yang digunakan dalam mengajukan permintaan dana atau kredit. Dalam ekonomi rakyat, seorang 28

44 kepala rumah tangga memiliki tenaga kerja yang merupakan anggota keluarga, serta beberapa harta. Seluruh anggota keluarga bertanggung jawab penuh pada investasi utama (modal). Oleh karena itu, untuk pemenuhan kebutuhan hidup serta untuk pertumbuhan, suatu rumah tangga harus memiliki tabungan, dan strategi kredit. Tabel 8. Persyaratan Pengajuan KUR BRI No. Keterangan Persyaratan 1. Calon Debitur Individu yang melakukan usaha produktif yang layak 2. Lama Usaha Minimal 6 bulan 3. Besar Kredit Maksimal Rp ,- 4. Bentuk Kredit Kredit Modal Kerja (KMK) atau Kredit Investasi (KI) menurun maksimal 3 tahun 5. Suku Bunga Efektif maksimal 1,125 persen flate rate per bulan 6. Provisi dan Adm Tidak dipungut 7. Legalitas Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) 8. Agunan Usaha atau tempat usaha yang dibiayai (baik untuk KUR Modal Kerja maupun KUR Investasi) proyek yang dibiayai cashflow-nya mampu memenuhi seluruh kewajiban kepada bank (layak) Sumber : Bank Rakyat Indonesia Cabang Tanjung Priok, Jakarta (2009) Realisasi terhadap KUR akan diduga dengan beberapa variabel atau karakteristik. Karakteristik yang digunakan untuk menduga permintaan KUR dalam penelitian ini adalah rumah tangga nasabah, karakteristik usaha, pengalaman kredit, dan lama pendidikan. Permintaan nasabah terhadap KUR diduga dipengaruhi karakteristik rumah tangga nasabah yaitu : 1. Tingkat pendapatan Besarnya pendapatan yang diperoleh dari omset usaha-usaha yang dimiliki maupun upah atau gaji sebagai pegawai. Besarnya pendapatan menjadi salah satu kriteria dalam permintaan kredit untuk mengukur kemampuan nasabah dalam membayar kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan pihak perbankan. 29

45 2. Modal usaha Modal usaha dilihat karena apabila modal besar secara tidak langsung aset usaha yang dijalankan akan besar pula karena pengusaha tersebut akan menempatkan modal tersebut sebagai invesatsi selain untuk modal kerja. Modal usaha akan mempengaruhi skala usaha yang dijalankan dan secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pendapatan. 3. Lama usaha Dalam penyaluran kredit, ada syarat yang wajib dipenuhi oleh debitur yaitu adanya suatu usaha sehingga lama usaha akan berpengaruh terhadap permintaan kredit. Selain itu, lama usaha menggambarkan bahwa pengusaha tersebut mampu dalam menjaga usahanya agar terus berjalan. Karakteristik usaha agribisnis diduga berpengaruh positif terhadap realisasi KUR karena dalam menjalankan usaha diperlukan modal, modal digunakan untuk membeli investasi, dan modal kerja usaha. Perusahaan akan selalu mencoba mengembangkan usaha, sehingga perlu adanya penambahan modal yang akan mempengaruhi permintaan KUR. Lama usaha menunjukkan bagaimana suatu pengusaha mampu menjalankan dan mempertahankan suatu usaha sehingga diharapkan pada masa yang akan datang pengusaha dapat mempertahankan eksistensinya. Hal ini diduga berpengaruh positif terhadap permintaan KUR karena bank akan menilai sehat tidaknya usaha. Aset usaha juga diduga berpengaruh positif terhadap permintaan KUR karena menyangkut terhadap berkembangnya suatu usaha. Perkembangan suatu usaha dapat dilihat dari meningkatnya aset usaha yang dimilki. Selain karakteristik rumah tangga nasabah dan karakteristik usaha nasabah, karakteristik pengalaman kredit juga berpengaruh positif terhadap permintaan KUR. Khusus dalam KUR, tidak digunakan agunan untuk mendapatkan kredit sehingga agunan tidak dibahas dalam penelitian ini. Pengalaman kredit memiliki peranan khusus dalam pemberian suatu kredit karena menjadi gambaran bagi bank untuk melihat apakah selama debitur mengajukan kredit sebelumnya baik dari bank lain maupun dari bank itu sendiri, debitur tersebut melakukan pembayaran tepat waktu atau tidak menunggak. Karena 30

46 semakin baik pengembalian kredit sebelumnya, maka bank akan percaya terhadap debitur tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi penyaluran KUR yaitu pendidikan dan waktu pengembalian. Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan KUR dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pemikiran debitur tersebut semakin maju sehingga diharapkan berpengaruh terhadap perkembangan usahanya. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan nasabah tersebut memiliki kecakapan dalam prosedur kredit, baik hak dan kewajibannya sebagai debitur kredit dan juga memiliki tanggung jawab dalam pengembalian kredit. Waktu pengembalian akan diperhatikan dalam proses realisasi KUR. Waktu pengembalian dilihat dari kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya membayar angsuran. Apabila waktu pengembalian yang diminta oleh debitur KUR terlalu singkat namun kemampuan debitur tersebut dinilai tidak mampu dalam membayar angsurannya maka waktu pengembalian tersebut akan ditambah sesuai dengan kemampuan debitur Kerangka Pemikiran Operasional Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan lembaga keuangan yang berfokus pada penyediaan kredit bagi usaha kecil dan menengah. Visi BRI adalah bank yang diharapkan menjadi bank komersial terkemuka yang akan selalu peduli terhadap nasabah. Sebagai agen bank pemerintah, BRI telah mengeluarkan program pinjaman dari pemerintah dalam bentuk kredit yang bernama Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program ini dijalankan dengan tujuan membantu para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah agar dapat berkembang dan maju. Dalam pemenuhan target KUR yang sampai saat ini belum tercapai dan untuk melakukan peningkatan jumlah pinjaman agar setiap bulannya dapat meningkatkan jumlah realisasi kreditnya, maka BRI perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pinjaman KUR oleh nasabah. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 31

47 BRI Unit Tongkol Peningkatan Nasabah KUR Permasalahan 1. Bagaimana karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Tongkol? 3. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempercepat peningkatan realisasi KUR? 1. Menganalisis karakteristik nasabah KUR di BRI Unit Tongkol 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR ditingkat debitur pada BRI Unit Tongkol 3. Mendeskripsikan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi meningkatnya realisasi KUR Karakteristik nasabah KUR berdasarkan 5C : 1. Character (Karakter) 2. Capacity (Kapasitas) 3. Capital (Modal) 4. Collateral (Agunan) 5. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi) Variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi KUR : 1. Tingkat Pendapatan 2. Frekuensi Kredit 3. Lama Usaha 4. Modal Usaha 5. Tingkat Pendidikan 6. Waktu Pengembalian Kredit Analisis Regresi Linier Berganda Hasil dan Pembahasan Rekomendasi kebijakan kepada BRI Unit Tongkol Gambar 4. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional 32

48 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di wilayah perkotaan ini dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank ini dipilih karena memiliki jumlah realisasi terbanyak dan jumlah debitur terbesar dibandingkan dengan bank agen yang lain. Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah BRI Unit Tongkol, Cabang Tanjung Priok, Jakarta. Pemilihan Unit Tongkol karena unit ini memiliki jumlah debitur KUR terbanyak dibandingkan dengan unit yang lain di Cabang Tanjung Priok. Waktu penelitian dilakukan pada akhir Juli sampai dengan Agustus Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari sumber informasi melalui pengamatan langsung, diskusi, dan wawancara yang berpedoman pada kuisioner. Data sekunder merupakan data yang diambil dari data yang telah ada dari data internal laporan bulanan KUR Unit Tongkol, surat permohonan pengajuan kredit, literatur, buku atau jurnal yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. Data sekunder juga didapat dari situs internet yang berhubungan dengan penelitian ini Metode Pengambilan Sampel Total populasi yang diambil dalam penelitian ini merupakan debitur KUR aktif yang bergerak dalam usaha agribisnis. Debitur KUR BRI Unit Tongkol sebanyak 533 orang tetapi populasi yang bergerak dalam agribisnis sebanyak 287 orang, sehingga populasi yang digunakan yaitu sebanyak 287 orang yang merupakan pelaku agribisnis. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan teknik probability yaitu stratified simple random sampling (Nazir, 2003). Dimana setiap responden yang dipilih hanya debitur KUR yang bisnis atau usahanya bergerak dalam bidang agribisnis. Teknik ini dilakukan dengan

49 mengumpulkan nama-nama debitur KUR, kemudian nama-nama tersebut diundi secara acak dan nama yang keluar akan menjadi responden dalam penelitian ini. Penentuan jumlah responden ini menggunakan Metode Gay dalam Cendrayasa (2000) yang menyatakan bahwa jumlah responden yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi adalah minimal 10 persen dari total populasi. Dari perhitungan responden yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 40 responden namun untuk lebih menggambarkan populasi maka dalam penelitian ini digunakan sebanyak 81 responden atau dua kali lebih banyak dari perhitungan Metode Gay yang hanya perlu menggunakan sampel 40 responden dari 287 total populasi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Responden diharapkan dapat mengisi kuisioner yang telah dibagikan sesuai dengan keadaan usaha yang dijalankannya. Kuisioner berisi daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan responden memberikan respon terhadap daftar pertanyaan tersebut Metode Pengolahan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Nazir (2003) mengartikan analisis deskriptif sebagai suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki Analisis Kualitatif Analisis kualitatif berupa deskripsi dari karakteristik pelaku usaha mikro sebagai debitur KUR yang didukung penyajian data dalam bentuk tabulasi dengan menggunakan pendekatan pemusatan proporsi sehingga dapat diketahui karakteristik masyarakat (pelaku usaha kecil) yang menerima KUR. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik debitur, faktor-faktor yang mempengaruhi dan dapat meningkatkan KUR, syarat- 34

50 syarat penyaluran kredit serta prosedur yang diterapkan untuk memperoleh kredit yang dikeluarkan oleh BRI Unit Tongkol. Gambaran dilihat dari tabulasi dan kecenderungan (%) dari hasil yang didapat dengan respon yang dimiliki. Dengan demikian dapat dilihat bagaimana mekanisme penyaluran kredit BRI berdasarkan prinsip 5C, yaitu character (karakter), capacity (kapasitas), capital (modal), collateral (agunan), dan condition of economy (kondisi ekonomi) Model Analisis Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR Analisis regresi berhubungan dengan studi ketergantungan satu variabel (variabel tak bebas) pada satu atau lebih variabel lain (variabel yang menjelaskan) dengan maksud meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata variabel tak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sampel berulang) variabel yang menjelaskan (Gujarati, 1997). Apabila yang dipelajari adalah ketergantungan satu variabel pada lebih dari satu variabel yang menjelaskan dikenal sebagai analisis regresi majemuk (multiple regression) atau analisis regresi linier berganda Analisis Regresi Linier Berganda Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR akan dilakukan dengan menggunakan data dari keseluruhan responden, maka diperoleh model permintaan KUR seluruh nasabah. Model yang digunakan adalah regresi linier berganda, model persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut : Y= b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 Dimana : Y = Jumlah realisasi kredit (rupiah) X1 = Tingkat pendapatan (rupiah) X2 = Frekuensi kredit (kali) X3 = Lama usaha (tahun) X4 = Modal usaha (rupiah) X5 = Tingkat pendidkan (tahun) X6 = Waktu pengembalian (bulan) Analisis dimulai dengan melakukan wawancara berdasarkan kuisioner yang dibuat kepada responden. Realisasi KUR diasumsikan dipengaruhi oleh 35

51 beberapa variabel, yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Variabel-variabel tersebut diduga berpengaruh terhadap realisasi KUR di BRI Unit Tongkol Evaluasi Model Pendugaan Evaluasi model pendugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model yang diduga terpenuhi secara statistik. Dalam membuat suatu keputusan ada atau tidaknya pengaruh varibel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka digunakan uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersama-sama (simultan), sedangkan uji t digunakan untuk melihat pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dalam penelitian ini. a. Uji-F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor (Xi) secara bersamaan atau serentak terhadap variabel terikat (Y) dengan hipotesis sebagai berikut : H 0 : b 1 = b 2 = 0 (Semua faktor Xi tidak mempengaruhi Y) H 1 : b 1 0 (Sekurang-kurangnya ada satu Xi yang mempengaruhi Y) Rumus Uji F adalah : JKKxk( n 1) F JKGx( k 1) Keterangan : JKK : Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom JKG : Jumlah kuadrat galat k : Jumlah faktor yang dianalisis n : Jumlah contoh Kriteria Uji : 1. F-hit > F Tabel, maka tolak H 0 berarti semua variabel bebas mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas. 2. F-hit < F Tabel, maka terima H 0 berarti semua variabel bebas tidak mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel bebas. 36

52 b. Uji-t Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan uji-t dengan hipotesis sebagai berikut : H 0 : b i = 0 (Variabel X tidak mempengaruhi variabel Y) H 1 : b i 0 (Variabel X mempengaruhi variabel Y) Dalam melihat pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka digunakanlah uji t. Rumus perhitungan uji t (Walpole, 1993) adalah : t hitung bi b0 SE Keterangan : b b 0 SE = Slope faktor Xi = Slope konstanta = standard Error Kriteria Uji : 1. t-hit > t tabel, maka tolak H 0 artinya variabel-variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. 2. t-hit < t tabel, maka terima H 0 artinya variabel-variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. c. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan model. Semakin tinggi keragaman dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien determinasi. Koefisien determinasi (Walpole, 1993) dapat dirumuskan sebagai berikut : JKG 1 ( n 1) S 2 R 2 y 4.5. Asumsi dalam Analisis Regresi Linier Untuk membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, multikolinieritas, dan autokorelasi (Santoso, 1999). Dalam penelitian ini, analisis regresi yang digunakan adalah regresi linier berganda karena memiliki enam variabel bebas, sehingga asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu normalitas, multikolinieritas, dan homogenitas. 37

53 Uji Normalitas Normalitas atau disebut juga uji kenormalan data diperlukan dalam analisis regresi berganda, hal ini disebabkan metode ini merupakan salah satu metode analisis parametrik. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran yang normal dan sebaliknya jika garis tidak terletak disekitar garis, maka data tidak normal (Santoso, 1999) Uji Homogenitas Menurut Santoso (1999) uji homogenitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai variabel terikat (Y) bervariasi dalam satuan yang sama. Untuk menguji asumsi ini, dibuat plot antara standardized residual cumulative probability dengan faktor X. Jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogen Uji Multikolinieritas Multikolinieritas (kolinier ganda) merupakan hubungan linier yang sama kuat antara peubah-peubah bebas dalam persamaan regresi berganda. Adanya kolinier berganda ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Pendeteksian terjadinya suatu kolinier ganda, dapat dilihat pada hasil VIF (Variance Inflation Factors). Nilai VIF ini diperoleh dari persamaan berikut : Keterangan : R 2 = Koefisien determinasi dari regresi peubah bebas ke-j dengan semua peubah lainnya. 38

54 Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa peubah tersebut berkolinier ganda. Adanya kolinier ganda dalam model akan mengakibatkan : a. Penduga koefisien regresinya menjadi tidak nyata walaupun R 2 nya tinggi. b. Nilai-nilai dengan koefisien regresi menjadi sangat sensitif terhadap perubahan data. c. Dengan metode kuadrat terkecil, penduga koefisien regresi memiliki simpangan baku yang sangat besar Hipotesa Penelitian Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi realisasi KUR dapat dirumuskan hipotesa dalam penelitian adalah variabel tingkat pendapatan, lama usaha, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit diduga bernilai positif terhadap realisasi kredit. Variabel tingkat pendapatan responden dianggap bernilai positif karena jumlah pendapatan mempengaruhi terhadap pengembalian kredit. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka nasabah tersebut akan semakin mampu dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam membayar kredit yang diajukan. Lama usaha menggambarkan eksistensi perusahaan, sehingga semakin lama usaha maka perusahaan tersebut mampu bertahan dan bersaing. Modal usaha diduga berpengaruh positif karena modal usaha menggambarkan skala usaha yang dijalankan, semakin besar modal maka semakin besar pula skala usaha yang dijalankan. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir debitur dalam menjalankan usaha dan dapat memahami prosedur serta memiliki tanggung jawab dalam pengembalian kredit. Frekuensi kredit memberikan gambaran bagaimana debitur tersebut baik atau tidak dalam memenuhi kewajibannya. Gambaran ini dapat dilihat dari kredit sebelumnya yang diajukan oleh debitur. Apabila nasabah tersebut selalu tepat waktu dalam pembayaran angsuran, maka dalam pengajuan kredit selanjutnya biasanya akan lebih mudah karena nasabah tersebut selalu tepat waktu dalam pembayaran angsuran. Sebaliknya apabila nasabah selalu terlambat dalam pengembalian angsuran maka pihak bank akan meninjau kembali apakah nasabah tersebut layak atau tidak. 39

55 Faktor lain yang dianggap postif yaitu waktu pengembalian kredit. Waktu pengembalian kredit dianggap positif karena menggambarkan kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit yang diajukan. Kemampuan nasabah dilihat dari hasil analisis yang dilakukan oleh mantri dengan membandingkan jumlah penghasilan yang didapat oleh suami dan istri setiap bulan dengan pengeluaran rutin keluarga setiap bulan. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendapatan nasabah, semakin tinggi tingkat pendapatan nasabah maka kemampuan nasabah tersebut dalam mengembalikan kredit lebih besar karena mampu membayar angsuran yang lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang tingkat pendapatannya lebih rendah. Berdasarkan gambaran hipotesa diatas bahwa semua variabel-variabel yang diamati memiliki korelasi positif terhadap realisasi KUR. 40

56 V. GAMBARAN UMUM BRI 5.1. Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Rakyat Indonesia atau sekarang ini dikenal dengan nama Bank BRI didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 16 Desember 1895 oleh seorang patih yang bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Awalnya bank tersebut bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofdeen (Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia atau pribumi), selanjutnya berubah menjadi Halp Spaarbank der Inlandsche Bestuur Ambtenaren (Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pegawai Pangreh Praja Berkebangsaan Pribumi). Pada kegiatan awalnya, bank tersebut menggunakan uang kas Masjid untuk kemudian digunakan sebagai pinjaman bagi masyarakat dengan angsuran ringan. Dalam perkembangannya terdapat berbagai perubahan dan pembenahan sistem, yaitu : a. Pada tahun 1987 namanya diubah menjadi Purwokertosche Hulp Spaar en Landbouw Creditbank oleh W.P.D. de Wollf Van Westerrode, seiring dengan reorganisasi yang meliputi pembentukan badan hukum, penyusunan prosedur, perluasan keanggotaan, perluasan bidang usaha, dan lain-lain. b. Pada tahun 1898 namanya lebih dikenal sebagai Volksbank atau Bank Rakyat yang tumbuh dengan pesat diberbagai tempat sehingga mulai melibatkan pemerintahan Hindia Belanda secara langsung dan namanya berganti lagi menjadi Vokscredietwezwn. c. Berdasarkan surat keputusan Ratu Belanda No.118 tanggal 10 Juli 1912, Staatsblad 1912 No.392, berubah menjadi Centrale Kas Voor het Volkscredietwezen. d. Pada tahun 1934 berubah menjadi Agemeene Volscredietbank (AVB), berdasarkan Staatsblad No.82 menyatakan bahwa AVB bukanlah usaha yang dimiliki oleh negara meskipun didirikan dengan keputusan pemerintahan. e. Pada masa kedudukan Jepang di Indonesia, tanggal 3 Oktober 1934 AVB berganti nama menjadi Syomim Ginko (Bank Rakyat). Kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No.1

57 tanggal 22 November 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah Bank Pemerintahan pertama di Republik Indonesia. f. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No.41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). g. Berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang ekspor impor (Exim). h. Berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1967 tentang Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang No.13 tahun 1968 tentang Undang- Undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sental dan Bank Negara Indonesia unit II bidang rural dan ekspor impor dipisahkan masing-masing menjadi dua bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No.21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. i. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No.21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100 persen ditangan pemerintah. Sejak bulan Oktober 2003, BRI melakukan go public sehingga dalam kepemilikannya, BRI telah menjadi perusahaan publik dan namanya ditambah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang dikenal dengan nama Bank BRI. 42

58 5.2. Visi, Misi, Tujuan BRI, dan Sasaran Jangka Panjang Visi BRI adalah Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah, sedangkan misi BRI adalah : a. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. b. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumberdaya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate government. c. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Berdasarkan dari visi dan misi BRI, maka BRI telah memiliki tujuan yang jelas, khususnya dibidang kredit, yaitu menjadi bank komersial dengan menitikberatkan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah. Hal ini ditunjukkan dengan 80 persen dari jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank BRI mengutamakan kepuasan nasabah dengan memberikan pelayanan yang prima melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan mengembangkan dukungan teknologi perbankan yang canggih. Disamping itu bank BRI juga menetapkan tujuan untuk kepentingan stakeholders, baik pemerintah maupun publik,yaitu : a. Pemerintah Berperan serta dalam meningkatkan mutu industri perbankan di Indonesia, memperlancar perputaran uang di masyarakat, menjadi agen pembangunan, dan meningkatkan pendapatan pajak. b. Pemegang Saham Memberikan tambahan penghasilan bagi pemegang saham melalui dividen yang dibagikan sesuai keuntungan dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). c. Nasabah Memberikan bantuan di bidang permodalan dan mengamankan dana masyarakat serta memberi jasa perbankan dengan melalui pelayanan dan kualitas 43

59 yang terbaik, sehingga memberi nilai tambah yang wajar dan terpeliharanya hubungan kemitraan dengan nasabah. d. Pekerja Menjadikan pekerja sebagai aset utama perusahaan serta menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang sehat, mengembangkan budaya kerja perusahaan (corporate culture), dan memberikan penghasilan bagi pekerja. e. Masyarakat Memberikan kontribusi kepada masyarakat untuk membangun ekonomi, sosial maupun lingkungan dengan menyisihkan sebagian laba usaha yang diperoleh. Selain visi dan misi serta tujuan BRI, BRI juga memiliki sasaran jangka panjang, yaitu : 1. Menjadi bank sehat dan salah satu dari lima bank terbesar dalam asset dan keuntungan. 2. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. 3. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan agribisnis. 4. Menjadi bank go public terbaik. 5. Menjadi bank yang melaksanakan good corporate secara konsisten Organisasi dan Jaringan Kerja BRI Bank Rakyat Indonesia (BRI) dipimpin oleh seorang direktur utama dan seorang wakil direktur utama yang dibantu oleh enam orang direktur yang membidangi bisnis. Masing-masing direktur membawahi bidang bisnis mikro dan ritel, bisnis menengah, bidang pengendalian kredit, bidang keuangan dan internasional, bidang operasional, dan bidang kepatuhan. Secara struktural direksi membawahi para kepala divisi di kantor pusat dan pemimpin wilayah di kantor wilayah BRI. Struktur Organisasi BRI Pusat dapat dilihat pada Lampiran 2. Unit kerja di kantor pusat BRI meliputi berbagai bidang bisnis operasional dan penunjang, yang masing-masing dipimpin oleh para kepala divisi dibantu oleh wakil kepala divisi yang membawahi kepala bagian dan staf. Unit kerja ditingkat wilayah yang membawahi kepala bagian dan pemimpin cabang yang ada di 44

60 wilayah tersebut. Struktur organisasi kantor wilayah BRI dapat dilihat pada Lampiran 3. Unit kerja di kantor cabang BRI dipimpin pemimpin cabang yang dibantu oleh wakil pemimpin cabang yang membawahi para officer, kepala seksi serta seluruh kantor cabang pembantu dan BRI unit yang ada di wilayah kantor cabang tersebut (Lampiran 4). Unit kerja kantor cabang pembantu (KCP) dipimpin oleh pemimpin cabang pembantu (Pincapem). Struktur organisasi kantor cabang pembantu dapat dilihat pada Lampiran 4. Unit kerja di tingkat BRI unit dipimpin oleh seorang kepala unit (Kaunit) yang membawahi mantri, deskman, dan teller di BRI unit tersebut Bidang Usaha BRI Bank BRI memiliki berbagai bidang usaha yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bidang usaha simpanan, pinjaman, dan jasa bank lainnya. 1. Bidang Simpanan Meliputi Giro BRI (Girobri), Deposito BRI (Depobri) baik dalam mata uang Rupiah maupun US Dollar, Sertifikat BRI (Sertibri), Tabungan Britama baik Britama Rupiah maupun Britama Dollar, Tabungan Simaskot, Tabungan Simpedes, dan Tabungan Haji. 2. Bidang Pinjaman Meliputi Kredit Prioritas atau Kredit Program, Kredit Non Program, Kredit Komersial, Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kredit Profesi, Kredit Expres, Kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani atau Nelayan (P4K), Kupedes, Kredit Golongan Berpenghasilan Tetap, Kredit Pensiun, Kredit Cash Collateral, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). 3. Usaha Jasa Bank Meliputi transfer, Inkaso, Safe Deposit Box, Automatic Teller Machine (ATM), Cek Perjalanan BRI (Cepebri), Kliring, dan jual beli Bank Notes atau mata uang asing. Selain itu, jasa bank lainnya meliputi biaya penyelenggaraan ibadah haji, penerimaan Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Surat Izin Mengemudi (SIM), Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), penerimaan 45

61 setoran denda tilang, penerimaan setoran tagihan telepon dan listrik, pembayaran uang pensiun PT Taspen dan PT Asabri, pembayaran Pajak Bea Cukai KPKN, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Subsidi Pembangunan Inpres (P2KP), Pelayanan setoran PT Pusri, pelayanan pembayaran Pertamina, dan pelayanan setoran Pegadaian Gambaran Umum Kantor BRI Cabang Tanjung Priok Kantor Cabang (Kanca) BRI Tanjung Priok merupakan salah satu dari 23 Kanca BRI yang ada di wilayah Kanwil Jakarta 1. Kanca Tanjung Priok dipimpin oleh seorang Pemimpin Cabang (Pinca) yang membawahi kegiatan pelayanan kepada sektor makro dan ritel. Dalam kegiatannya Pinca dibantu oleh tiga manajer, yaitu: 1. Manajer Pemasaran (MP) Manajer Pemasaran bertanggung jawab terhadap bisnis ritel baik kredit maupun dana. Kredit merupakan sejumlah dana BRI yang dipinjamkan kepada nasabah (debitur). Sedangkan dana adalah pemasukkan yang diterima oleh BRI baik melalui simpanan, pinjaman, penjualan saham BRI, dan sebagainya. Manajer Pemasaran membawahi para Account Officer (AO). 2. Manajer Operasional (MO) Manajer Operasional bertanggung jawab terhadap kelancaran seluruh proses kegiatan operasional Kanca. Manajemen Operasional membawahi Asisten Manajer Operasional (AMO) serta Supervisor Kas dan Supervisor Dana dan Jasa. 3. Manajer Bisnis Mikro (MBM) Manajer Bisnis Mikro bertanggung jawab terhadap bisnis baik kredit maupun dana dan operasional mikro di BRI unit. Manajer Bisnis Mikro dibantu oleh Asisten Manajer Bisnis Mikro (AMBM) yang membawahi penilik BRI unit. Selain itu, MBM juga membawahi Petugas Administrasi Unit (PAU) dan Petugas Rekonsiliasi Unit (PRU). Kantor Cabang BRI Tanjung Priok membawahi 12 kantor BRI unit. Unitunit yang berada di bawah Kantor Cabang Tanjung Priok tersebar di berbagai kecamatan yang ada di kotamadya Jakarta Utara. BRI unit yang berada di wilayah 46

62 Kantor Cabang Tanjung Priok bergerak dalam segmen pelayanan perbankan di bidang mikro Gambaran Umum Kantor BRI Unit Tongkol Unit Tongkol merupakan salah satu unit kerja yang berada di bawah kantor cabang Tanjung Priok selain 11 unit kerja yang lain. Unit Tongkol diresmikan pada tanggal 2 Oktober 2003 oleh kepala kantor wilayah Prayogo Sedjati. Unit Tongkol berada di Jalan Tongkol No. 99, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Unit Tongkol didirikan dengan tujuan memperluas jaringan BRI di masyarakat. Bank Rakyat Indonesia Unit Tongkol dipimpin oleh seorang Kepala Unit (Kaunit) yang membawahi mantri, deskman, dan teller (Gambar 5). Masingmasing bagian memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai berikut : Kepala Unit Mantri Teller Deskman Gambar 5. Struktur Organisasi BRI Unit Tongkol Sumber : BRI Unit Tongkol (2009) a. Kepala Unit (Kaunit) Kepala Unit memiliki tugas sebagai pemimpin kantor BRI unit dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh BRI unit tersebut. Selain itu, Kaunit memiliki wewenang dalam melakukan putusan kredit sebatas Kuasa Memutus Permohonan Pinjaman (KMPP). Dalam hal ini, Kaunit memiliki KMPP sebesar Rp 10 juta. b. Mantri Bertugas sebagai tenaga pemasaran yang berfungsi ganda sebagai lending atau funding officer. Dalam proses pinjaman, mantri memiliki tugas sebagai analisa kredit yang melakukan analisis dan merekomendasikan putusan kredit 47

63 sekaligus berfungsi sebagai pengawas kredit bagi debitur dalam proses pengembalian kredit. c. Deskman Berfungsi melayani kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi di BRI unit yang bersifat administratif. Selain itu memberikan informasi kepada nasabah tentang produk-produk yang dimiliki oleh BRI unit seperti simpanan dan pinjaman. d. Teller Bertugas melayani nasabah dalam melakukan transaksi tunai, yaitu simpanan dan pembayaran cicilan. Produk yang ditawarkan oleh Unit Tongkol diantaranya simpanan dan pinjaman. Simpanan berbentuk tabungan dan deposito. Tabungan yang ada di BRI unit dikenal dengan Britama, Simpedes, dan tabungan haji. Pinjaman yang ada di Unit Tongkol terdiri dari Kupedes dan KUR yang menjadi program pemerintah. Setoran minimal awal untuk tabungan BRI yaitu Rp ,00 untuk simpedes dan Rp ,00 untuk Britama dan tabungan haji sebesar Rp ,00. Untuk deposito minimal setoran sebesar Rp ,00 yang dapat disimpan dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. Unit Tongkol telah on line sehingga dalam penarikan atau setoran dapat dilakukan di BRI mana saja. Produk kredit yang dimiliki Unit Tongkol biasa disebut Kupedes. Kupedes merupakan fasilitas kredit yang bersifat umum untuk mengembangkan kredit. Plafond untuk Kupedes sebesar Rp 50 juta. Jangka waktu pengembalian pinjaman berdasarkan pada kriteria nasabah dan penggunaan pinjaman, yaitu pinjaman untuk modal kerja selama dua tahun, pinjaman investasi selama tiga tahun, dan pinjaman untuk pegawai selama lima tahun. 48

64 VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan oleh calon debitur. Secara umum prosedur pengambilan KUR melewati dua tahap, yaitu tahap pengajuan permohonan dan tahap pembayaran kembali. Tahap pengajuan permohonan diawali dengan mengisi formulir yang tersedia di BRI Unit Tongkol. Formulir dilengkapi dengan pas foto suami dan istri ukuran 4 x 6, foto copy KTP, dan foto copy kartu keluarga. Formulir diserahkan kepada BRI Unit Tongkol untuk kemudian Mantri KUR dari pihak BRI Unit Tongkol melakukan kunjungan ke rumah calon debitur dengan membawa Laporan Kunjungan Nasabah (LKN) dimana dalam LKN tersebut ada beberapa hal yang harus diisi oleh calon debitur, meliputi identitas responden, lama usaha, alamat usaha, modal usaha, penghasilan per bulan gabungan antara penghasilan istri dan suami, dan pengeluaran keluarga per bulan. Setelah Mantri melakukan kunjungan nasabah, kemudian Mantri tersebut melakukan analisis dari hasil LKN tersebut, analisis yang dilakukan meliputi menghitung pendapatan bersih, R/C ratio, dan jumlah angsuran (anuitas) kemampuan debitur. Dari hasil analisis perhitungan mantri dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu, seberapa besar kemampuan calon debitur dalam membayar angsuran, jumlah kredit yang dapat diberikan, dan berapa lama jangka waktu yang diberikan. Hasil ini yang kemudian menjadi rekomendasi dari mantri terhadap calon debitur tersebut, apakah calon debitur tersebut layak diberikan kredit atau tidak. Hasil analisis calon debitur dari Mantri tersebut kemudian diberikan kepada Kepala Unit (Kaunit). Kaunit melakukan peninjauan dan menilai analisis LKN yang dilakukan oleh Mantri. Hasil analisis yang dikatakan layak oleh Kaunit kemudian dilakukan pengecekan/identifikasi nasabah yang terhubung secara online ke bagian kredit Bank Indonesia. Dalam sistem tersebut dicari nama nasabah yang akan mengajukan kredit tersebut. Pengecekan/identifikasi ini dilakukan dengan tujuan apakah calon debitur memiliki pinjaman lain di bank lain dan juga melihat apakah calon debitur merupakan debitur yang masuk daftar

65 hitam atau tidak. Hal ini dilakukan karena KUR diperuntukkan bagi nasabah yang tidak memiliki pinjaman lain di lembaga keuangan yang lain Apabila dalam analisis usaha tersebut dinyatakan layak, maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit, kemudian nasabah tersebut akan dihubungi oleh pihak bank. Lama proses realisasi mulai dari permohonan kredit sampai dengan realisasi adalah 7 hari. Dalam proses pencairan kredit yang dilakukan BRI Unit Tongkol, tidak ada biaya apapun seperti biaya provisi, asuransi, dan percetakan. Nasabah mendapatkan pinjaman secara utuh tanpa adanya potongan. Plafond KUR di Unit Tongkol yang dapat direalisasi sebesar lima juta rupiah. Proses realisasi KUR kurang dari seminggu setelah pengajuan kredit. Dalam penyaluran KUR, tidak terlepas dari prinsip 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital, dan Condition of Economy) Karakter (Character) Salah satu prinsip 5C, yaitu karakter yang merupakan persyaratan dalam mekanisme penyaluran KUR. Nasabah BRI Unit Tongkol memiliki karakter yang berbeda, realisasi KUR dipengaruhi dari baik tidaknya seorang debitur dalam pengajuan kredit. Pemberian kredit berdasarkan atas kepercayaan atau adanya keyakinan bahwa debitur mempunyai watak atau sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Selain itu, juga memiliki rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat, ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya, secara sadar untuk membayar seluruh kewajibannya termasuk hutang. Manfaat dari penilaian karakter ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik, yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari calon debitur. Karakter ini merupakan faktor yang dominan, sebab walaupun calon debitur tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan hutangnya tetapi jika tidak memiliki itikad baik, tentu akan membawa kesulitan bagi bank dikemudian hari. Pada dasarnya pihak perbankan lebih suka memberikan kredit kepada nasabah yang telah lama menjadi nasabah di bank tersebut. Hal ini dikarenakan pihak bank merasa lebih mengetahui watak dan karakteristik debitur sehingga 50

66 pihak perbankan tidak merasa takut jika debitur tersebut tidak membayar kewajibannya. Nasabah KUR di BRI Unit Tongkol memiliki itikad baik dalam membayar angsuran dan tidak memiliki tunggakkan. Hal ini disebabkan sebelum permohonan kredit direalisasikan, pihak bank sebelumnya mencari informasi apakah nasabah tersebut baik dalam pembayaran dan tidak ada tunggakkan di bank lain dengan mencari informasi dari Bank Indonesia. Pencarian informasi dilakukan secara langsung dengan jaringan yang berhubungan dengan Bank Indonesia. Dalam pencarian informasi tersebut pihak bank BRI Unit Tongkol mencari data tentang calon nasabah apakah nasabah tersebut bermasalah atau tidak dengan melihat track record nasabah tersebut dalam pengembalian kredit. Nasabah yang dapat mengajukan KUR adalah nasabah yang tidak memiliki pinjaman lain baik di BRI ataupun di bank lain. Hal ini untuk mengurangi resiko dalam tingkat pengembalian kredit karena KUR tidak menggunakan agunan dan dikhawatirkan nasabah tidak terlalu peduli dengan angsuran pembayaran KUR. Nasabah KUR BRI Unit Tongkol memiliki frekuensi kredit yang tidak memiliki masalah dalam pengembalian. Frekuensi kredit nasabah KUR BRI Unit Tongkol sangat bervariasi mulai dari satu kali yang merupakan frekuensi kredit terkecil hingga di atas tiga kali yang terbesar. Frekuensi kredit nasabah KUR BRI Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Frekuensi Kredit Menurut Pengalaman Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Frekuensi Kredit Responden Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1 Kali 42 51,85 2 Kali 24 29,63 3 Kali 18 16,05 > 3 Kali 7 2,47 Total Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar nasabah KUR BRI Unit Tongkol memiliki frekuensi kredit selama satu kali atau masih termasuk 51

67 kategori nasabah baru karena memiliki frekuensi kredit satu kali. Hal ini disebabkan bahwa tujuan KUR yaitu memberikan bantuan kredit bagi para pengusaha yang tidak memiliki kredit Kapasitas (capacity) Kapasitas merupakan suatu penilaian kepada calon debitur yang mengajukan KUR mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Penilaian terhadap kapasitas ini untuk menilai sampai mana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut mampu melunasi kewajiban tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dalam pengukuran kapasitas oleh BRI dalam menilai calon debitur dilakukan berbagai pendekatan diantaranya yaitu pendekatan historis, pendekatan finansial, pendekatan edukasional, pendekatan yuridis, pendekatan manajerial, dan pendekatan teknis. Pendekatan historis dilakukan dengan menilai past performance dari nasabah apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu menunjukkan perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu. Pendekatan finansial dilakukan dengan menilai posisi neraca dan laporan perhitungan rugi atau laba untuk beberapa periode terakhir, dengan tujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan debitur dalam melunasi kewajibannya. Dalam pendekatan edukasional pihak bank menilai latar belakang pendidikan para calon debitur. Hal ini diharapkan para calon debitur cakap dalam mengetahui hak dan kewajiban yang harus dilakukan sehingga pemahaman tentang kredit dapat diterima dengan baik. Selain itu, pihak bank juga menilai pendekatan yuridis dengan menilai apakah calon debitur secara yuridis memiliki kapasitas mewakili dirinya untuk mengadakan ikatan perjanjian kredit dengan bank. Penilaian yang dilakukan pendekatan manajerial yaitu menilai sampai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsifungsi manajemen dalam memimpin perusahaannya. Pihak bank juga menilai kapasitas nasabah dengan pendekatan teknis dimana calon debitur dinilai sampai sejauh mana kemampuan calon debitur dalam mengelola faktor-faktor produksi. 52

68 6.4. Modal (capital) Modal merupakan jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini terlihat kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi sebagai penyedia dana. Namun dalam kaitan bisnis yang murni, semakin kaya seseorang maka semakin dipercaya untuk memperoleh kredit. Rata-rata modal nasabah KUR BRI Unit Tongkol sebesar Rp ,74. Sebagian besar nasabah KUR BRI Unit Tongkol memiliki modal antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta atau 66,67 persen. Dengan melihat rata-rata jumlah modal yang digunakan dan sebagian besar modal debitur maka dapat disimpulkan bahwa skala usaha debitur KUR BRI Unit Tongkol merupakan skala kecil. Hal ini sesuai dengan tujuan dari KUR dimana KUR digunakan untuk memberikan bantuan modal bagi usaha dengan skala kecil. Berdasarkan 81 responden yang ada, sebanyak 38 responden memiliki modal usaha dibawah ratarata dan sisanya 41 responden berada diatas rata-rata. Jumlah modal yang digunakan reponden dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Modal Usaha Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Modal Usaha (Rp) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) <1,5 Juta 14 17,28 1,5-3 Juta 55 67,90 >3 Juta 12 14,82 Total Agunan (collateral) Agunan merupakan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat agunan yaitu sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usaha secara normal. Jaminan juga dapat berfungsi sebagai alat pengamanan dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit tersebut harus dilunasi. 53

69 Dalam penyaluran KUR bagi calon nasabah, tidak ada agunan yang diberikan debitur kepada pihak bank untuk menjamin kredit tersebut. Karena KUR merupakan program pemerintah sehingga pmerintah menjamin kredit yang diajukan debitur. Jaminan KUR dijamin pemerintah sebesar 70 persen melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan 30 persen sisanya ditanggung oleh pihak bank itu sendiri Kondisi Ekonomi (condition of economy) Kondisi ekonomi merupakan suatu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu. Hal ini memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit baik yang bersifat positif maupun negatif. Kondisi ini dapat digambarkan dengan adanya KUR yang merupakan program pemerintah dalam memberikan bantuan modal bagi UMKM, program ini bersifat positif sehingga diharapkan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dan dapat membantu usaha yang kesulitan modal Karakteristik Responden KUR BRI Unit Tongkol Responden dalam penelitian ini adalah nasabah KUR sektor agribisnis yang berjumlah 81 orang dan berdomisili di wilayah kerja BRI Unit Tongkol. Karakteristik responden yang dilihat dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, umur responden, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, waktu tempuh, dan jenis usaha Jenis Kelamin Responden Dalam pemberian KUR kepada debitur, BRI Unit Tongkol tidak membedakan pria dan wanita. Oleh karena itu nasabah KUR BRI tidak mengenal gender. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, nasabah yang menjadi responden di BRI Unit Tongkol berjenis kelamin pria sebesar 58,02 persen lebih banyak dibandingkan dengan nasabah berjenis kelamin wanita sebesar 41,98 persen (Tabel 11). 54

70 Tabel 11. Jenis Kelamin Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (Orang) (%) Pria 47 58,02 Wanita 34 41,98 Total Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa nasabah KUR berjenis kelamin pria berjumlah 47 orang, sedangkan nasabah wanita berjumlah 34 orang. Hal ini karena seorang pria memiliki tanggung jawab terhadap keluarga dalam mencari nafkah. Selain itu, pria memiliki pekerjaan dan memiliki penghasilan sehingga tingkat kepercayaan pada nasabah pria lebih besar. Walaupun debitur KUR Unit Tongkol lebih banyak pria, namun permohonan kredit juga harus diketahui oleh istri karena seorang istri juga memiliki tanggung jawab bersama dalam pengembalian kredit Usia Responden Usia responden memiliki pengaruh dalam melihat karakter seorang debitur. Apabila umur seorang debitur terlalu muda, dikhawatirkan debitur tersebut belum dapat bertanggung jawab terhadap kredit yang diajukan. Selain itu, debitur yang terlalu muda belum memiliki pengalaman dalam menjalankan suatu usaha, sedangkan usia yang terlalu tua dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap tingkat produktifitas debitur tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, usia responden nasabah KUR di BRI Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 12. Pada Tabel 12, usia responden nasabah KUR BRI Unit Tongkol paling banyak berusia tahun sebanyak 38 orang atau sebesar 46,91 persen. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa responden yang menjadi nasabah KUR di BRI Unit Tongkol termasuk ke dalam umur yang produktif dimana seseorang masih mampu bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Semakin produktif seorang nasabah maka diharapkan akan semakin besar pula kemungkinan untuk memajukan usahanya. 55

71 Tabel 12. Usia Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Usia Responden Jumlah Responden Persentase (Orang) (%) <30 Tahun 3 3, Tahun 32 39, Tahun 38 46,91 >50 Tahun 8 9,88 Total Dalam penyaluran KUR, BRI Unit Tongkol mempertimbangkan umur nasabah. Nasabah yang terlalu muda dikhawatirkan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan usaha sedangkan nasabah dengan umur yang sudah tua dikhawatirkan sudah tidak mampu lagi menjalankan usaha. Dengan demikian, nasabah dengan umur produktif dipertimbangkan telah memiliki pengalaman usaha yang cukup baik dari segi teknis maupun manajemen. Umur calon nasabah yang dapat mengajukan KUR yaitu antara 21 tahun atau telah berkeluarga hingga umur 60 tahun pada saat jatuh tempo pembayaran terakhir Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator dalam realisasi KUR, karena semakin tinggi pendidikan diharapkan seorang debitur memiliki pola pikir yang lebih luas dalam pengajuan kredit serta mengetahui hak dan kewajiban sebagai nasabah KUR sehingga peluang keterlambatan pembayaran pinjaman akan semakin kecil. Tingkat pendidikan nasabah KUR Unit Tongkol mulai dari SD sampai D3 atau sarjana. Tingkat pendidikan nasabah KUR BRI Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel

72 Tabel 13. Tingkat Pendidikan Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Tingkat Pendidikan Responden Jumlah Responden (Orang) Persentase SD 20 24,69 SMP 13 16,05 SMU 43 53,09 D3/Sarjana 5 6,17 Total (%) Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa nasabah KUR BRI Unit Tongkol memiliki tingkat pendidikan yang beragam, namun tingkat pendidikan nasabah lebih banyak responden yang mengenyam pendidikan sampai akhir SMU sebanyak 43 orang atau 53,09 persen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan walaupun nasabah KUR berpendidikan SD namun dapat menjadi nasabah KUR. Dalam hal ini, tingkat pendidikan SD juga dianggap dapat bertanggung jawab dan mengetahui hak dan kewajiban dalam mengajukan kredit Tingkat Pendapatan per Bulan Responden Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria yang benar-benar diperhatikan oleh pihak bank karena berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit. Pendapatan bersih ini disebut juga sebagai Re-payment Capacity (RPC) yaitu besar kapasitas pembayaran kredit oleh nasabah tersebut. Nasabah yang dianggap mampu melunasi kredit yaitu apabila nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran per bulan. Dalam hal ini tingkat RPC yang digunakan BRI dalam memberikan kredit yaitu sebesar 75 persen dari nilai RPC, sehingga apabila 75 persen dari nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran yang ada, maka nasabah tersebut dapat diberikan kredit berapapun jumlah pendapatannya. Dalam pemberian kredit ini tidak ada penghasilan minimum atau maksimum selama nilai RPC lebih besar dari jumlah angsuran, maka akan diberikan kredit. Tingkat pendapatan nasabah Unit Tongkol sangat bervariasi tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendapatan dapat berupa omset usaha untuk wiraswasta, pengusaha agribisnis, dan upah untuk pegawai negeri, buruh, dan pegawai swasta. Rata-rata pendapatan nasabah KUR BRI Unit 57

73 Tongkol sebesar Rp ,40. Sebanyak 26 orang memiliki pendapatan diatas rata-rata dan sisanya sebesar 55 orang memiliki pendapatan di bawah rata-rata setiap bulannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasabah KUR BRI Unit Tongkol sebagian besar merupakan para pengusaha yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata sebesar Rp ,40. Tingkat pendapatan nasabah KUR BRI Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Tingkat Pendapatan per Bulan Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Pendapatan per Bulan (Rp) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) <3 Juta 13 16, Juta 38 46,91 5,1-7,5 Juta 14 17,28 >7,5 Juta 16 19,76 Total Dari data pada Tabel 14, responden nasabah KUR di BRI Unit Tongkol sebagian besar memiliki pendapatan antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta atau 46,91 persen dari total responden. Penghasilan ini merupakan total dari penghasilan suami dan istri para debitur KUR. Tingkat penghasilan ini sangat berpengaruh terhadap keputusan bank dalam memberikan KUR terhadap debitur karena adanya keterkaitan dengan kewajiban debitur terhadap pengembalian kredit. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pula nasabah KUR yang memiliki jumlah penghasilan di bawah tiga juta rupiah yang mendapatkan KUR. Hal ini dapat digambarkan bahwa tujuan KUR terpenuhi dimana pengusaha kecil dapat dipercaya mendapatkan kredit untuk menjalankan usahanya Waktu Tempuh Responden ke BRI Nasabah KUR BRI Unit Tongkol diutamakan masyarakat yang tinggal dekat dengan ruang lingkup Unit Tongkol. Karena berpengaruh terhadap aksesibilitas dan kontrol terhadap nasabah. Hal ini disebabkan karena tidak 58

74 adanya agunan dalam KUR sehingga pihak bank tidak ingin mengambil resiko apabila nasabah tersebut lari dari tanggung jawab. Sebagian besar tempat usaha nasabah KUR Unit Tongkol berada di lingkungan rumah para debitur itu sendiri, namun ada juga nasabah yang tempat usahanya berada jauh dari tempat tinggal. Sebagian besar waktu tempuh nasabah ke BRI Unit Tongkol yaitu selama 1-15 menit atau 80,25 persen. Fakta ini menggambarkan bahwa debitur KUR BRI Unit Tongkol merupakan masyarakat sekitar yang memiliki usaha dekat dengan BRI Unit Tongkol. Debitur yang dekat dengan BRI Unit Tongkol dapat dikontrol oleh Mantri KUR sehingga resiko tidak kembalinya kredit dapat diperkecil dengan memilih responden yang usahanya dekat dengan BRI Unit Tongkol. Waktu tempuh nasabah KUR Unit Tongkol dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Waktu Tempuh Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Waktu Tempuh (Menit) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1-15 menit 65 80, menit 10 12,35 >30 menit 6 7,40 Total Jenis Usaha Responden Jenis usaha berpengaruh terhadap realisasi kredit karena setiap usaha memiliki resiko yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan yang nantinya digunakan dalam membayar pinjaman. Jenis usaha yang dijalankan para responden sangat beragam. Umumnya usaha nasabah KUR BRI Unit Tongkol merupakan rumah makan, toko sembako, kelontong, dan usaha sayuran atau ikan. Jenis usaha yang dilakukan merupakan jenis usaha yang bergerak dibidang pemasaran. Jenis usaha debitur KUR Unit Tongkol keseluruhannya merupakan usaha agribisnis yang bergerak pada usaha off farm. Hal ini disebabkan karena DKI Jakarta merupakan salah satu pasar yang potensial dalam memasarkan suatu 59

75 produk. Sebagian besar responden memiliki jenis usaha kelontong sebanyak 25 orang atau 30,86 persen. Jenis usaha kelontong sangat diminati karena merupakan penyedia kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi oleh seseorang. Jenis usaha responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jenis Usaha Responden Nasabah KUR BRI Unit Tongkol Jenis Usaha Jumlah Responden Persentase (Orang) (%) Sembako 15 18,53 Kelontong 25 30,86 Rumah Makan 19 23,46 Sayuran/ikan 22 27,15 Total Dari hasil gambaran karakteristik debitur KUR BRI Unit Tanjung Priok, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar debitur BRI Unit Tongkol mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah persentase sebesar 58,02. Hasil ini menggambarkan bahwa nasabah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan dan pihak bank lebih percaya terhadap nasabah laki-laki karena lakilaki dianggap memiliki tanggung jawab yang tinggi dibandingkan dengan perempuan. Sebagian besar responden berumur antara tahun atau 46,91 persen, batas umur calon debitur yaitu 21 tahun atau sudah menikah sampai dengan umur 60 tahun pada saat jatuh tempo. Hasil ini menggambarkan bahwa nasabah KUR Unit Tongkol merupakan nasabah yang memiliki usia produktif. Tingkat pendidikan debitur KUR Unit Tongkol mayoritas mengenyam pendidikan SMU sebesar 53,09 persen. Selain itu, ada juga nasabah yang mengeyam pendidikan hanya sampai SD. Hal ini menggambarkan bahwa pihak BRI Unit Tongkol menganggap tingkat pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap realisasi KUR. Tingkat pendidikan SD telah dianggap mampu dan cakap dalam melakukan hak dan kewajiban seorang debitur. Responden KUR sebagian besar memiliki pendapatan berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta atau 46,91 persen. Pendapatan ini berada di atas UMR kota Jakarta. Tingkat pendapatan yang 60

76 diperoleh mempengaruhi sampai sejauh mana kemampuan calon debitur dalam membayar angsuran KUR. Kemampuan calon debitur dalam membayar angsuran atau Re-payment Capacity (RPC) didapat dari pengurangan antara total pendapatan gabungan antara suami dan istri dengan total pengeluaran keluarga selama satu bulan. Pihak bank dalam menentukan apakah calon nasabah mendapatkan kredit KUR atau tidak dengan cara menghitung nilai RPC. Nilai RPC yang digunakan yaitu sebesar 75 persen dari total RPC. Apabila nilai 75 persen RPC lebih besar dari angsuran per bulannya, nasabah tersebut diberikan kredit oleh pihak bank. Namun apabila nilai dari 75 persen RPC lebih kecil dari jumlah angsuran per bulan, maka calon debitur tersebut tidak dapat realisasi dari pihak bank. Modal usaha yang digunakan responden KUR berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta atau dapat dikatakan sebagian besar debitur KUR merupakan usaha dengan skala kecil. Responden KUR BRI Unit Tongkol merupakan masyarakat yang tinggal dekat dengan BRI Unit Tongkol, sebagian besar responden hanya membutuhkan 1-15 menit untuk sampai ke BRI Unit Tongkol. Hal ini disebabkan karena pihak BRI Unit Tongkol tidak mau menanggung resiko besar. Apabila nasabah dekat dengan BRI Unit Tongkol, maka pihak bank dapat lebih mengawasi para debitur KUR. 61

77 VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL 7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR dapat dimodelkan kedalam suatu fungsi permintaan. Dalam penelitian ini terdapat enam faktor yang diduga mempengaruhi realisasi KUR, yaitu tingkat pendapatan (X 1 ), frekuensi kredit (X 2 ), lama usaha (X 3 ), modal usaha (X 4 ), tingkat pendidikan (X 5 ), dan waktu pengembalian kredit (X 6 ). Dalam pembuatan suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan beberapa asumsi mendasar, yaitu normalitas, homogenitas, dan multikolinieritas. Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel dependent dan independent, yang menjadi variabel dependent dalam penelitian ini merupakan besarnya kredit yang direalisasikan oleh BRI Unit Tongkol, sedangkan varibel independent terdiri dari enam variabel yaitu tingkat pendapatan, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, frekuensi kredit, dan waktu pengembalian kredit. Nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing variabel independent (peubah bebas) yang mempengaruhi realisasi KUR diuji dengan menggunakan uji-f dan uji-t. Uji-F dan uji-t digunakan untuk mengetahui apakah peubah bebas mempengaruhi realisasi KUR, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi KUR. Hasil yang didapat dalam uji-f ini diketahui bahwa dari seluruh peubah mempengaruhi secara nyata realisasi KUR di BRI Unit Tongkol (Tabel 17) penilaian pada P-Value dalam tabel sebesar 0,01 persen (Lampiran 6). Berdasarkan hasil uji-t diketahui lama usaha memiliki = 97,30 persen, waktu pengembalian memiliki = 1,10 persen, dan faktor lainnya memiliki nilai dibawah 0,60 persen. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI Unit Tongkol dari nilai = 0,05 terdapat 5 variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap realisasi KUR, yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit.

78 Tabel 17. Pendugaan dan Pengujian Model Linier Berganda Realisasi KUR BRI Unit Tongkol Variabel Koefifien Regresi T hiung Sig VIF Konstanta Tingkat Pendapatan Frekuensi kredit Lama usaha Modal usaha Tingkat Pendidikan Waktu pengembalian Kredit S = R-sq = 63.40% R-sq(adj) = 60.4% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression E E Residual Error E E+11 Total E+13 Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang mempengaruhi realisasi KUR. Berdasarkan hasil penelitian, pada Tabel 18 didapat nilai R 2 sebesar 63,40 persen, yang artinya variabel-variabel yang ada mampu menjelaskan 63,40 persen secara nyata keragaman realisasi KUR dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain sebesar 36,60 persen Tingkat Pendapatan Dari perhitungan diatas didapat koefisien regresi tingkat pendapatan terhadap realisasi KUR sebesar 0,14 artinya apabila tingkat pendapatan naik Rp 1,00 maka realisasi KUR naik sebesar Rp 0,14. Tingkat pendapatan diduga bernilai positif terhadap permintaan, sehingga semakin tinggi tingkat penghasilan maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan pihak bank dalam memberikan 63

79 kredit kepada calon debitur. Hasil ini menggambarkan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap realisasi KUR sehingga, asumsi tingkat pendapatan terhadap realisasi KUR terbukti memiliki nilai positif. Rata-rata tingkat pendapatan debitur KUR BRI Unit Tongkol sebesar Rp ,40. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pendapatan debitur KUR berada di atas UMR Jakarta. Pendapatan paling besar dari responden KUR BRI Unit Tongkol sebesar Rp 15 juta dan yang terkecil sebesar Rp 1,5 juta. Bagi pihak bank tingkat pendapatan para calon debitur sangat mempengaruhi pemberian kredit bagi calon debitur. Pihak bank akan percaya memberikan kredit kepada calon debitur apabila calon nasabah tersebut memiliki pendapatan yang tinggi. Sebelum memberikan kredit pihak bank menganalisis seberapa besar tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran calon debitur per bulan yang kemudian dihitung nilai R/C ratio dan seberapa besar sisa pendapatan yang ada setelah dikurangi biaya hidup. Hal ini berpengaruh terhadap seberapa besar kemampuan calon nasabah dalam membayar angsuran per bulan. Hasil perhitungan ini juga berpengaruh terhadap seberapa besar jumlah cicilan per bulan yang harus dibayar oleh calon debitur sesuai dengan jumlah kredit yang diajukan Frekuensi Kredit Frekuensi kredit sangat menentukan apakah nasabah tersebut pernah mengajukan kredit atau tidak. Dalam hal ini, pihak bank memberikan KUR kepada nasabah yang tidak memiliki kredit lain baik di BRI ataupun bank lain karena akan mempengaruhi dalam pembayaran cicilan yang dibayar nasabah. Apabila nasabah memiliki kredit lain maka tingkat pengembalian KUR dikhawatirkan akan terhambat dan nasabah akan lebih memprioritaskan pinjaman yang lainnya karena KUR tidak menggunakan agunan sehingga nasabah akan berpikir bahwa walaupun dia tidak membayar tidak akan ada yang disita oleh pihak bank. Nilai koefisien regresi frekuensi kredit terhadap realisasi KUR sebesar 20,66 dimana apabila frekuensi kredit naik satu kali maka nilai realisasi KUR akan naik sebesar Rp 20,66. Frekuensi kredit dapat memperlihatkan bagus tidaknya seorang nasabah dalam membayar angsuran dan mengembalikan kredit 64

80 yang diterimanya. Apabila pada kredit sebelumnya nasabah tersebut bagus dalam pembayaran cicilan yang selalu tepat waktu maka dapat disimpulkan nasabah tersebut memiliki tabiat yang baik sehingga diharapkan pada saat pihak bank memberikan kredit baru maka nasabah tersebut juga mampu membayar cicilan tepat waktu Lama Usaha Lama usaha menggambarkan bagaimana pengusaha tersebut mampu menjalankan dan mempertahankan usaha tersebut dan meningkatkan modal usaha. Berdasarkan hasil perhitungan pendugaan didapat nilai koefisien regresi lama usaha terhadap realisasi KUR sebesar -579 artinya apabila lama usaha naik satu tahun maka nilai total realisasi KUR akan menurun sebesar Rp 579,00. Semakin lama usaha maka semakin berkurang tingkat kepercayaan bank dalam memberikan KUR. Hasil ini berbeda dengan hipotesis penelitian dimana semakin lama usaha maka tingkat kepercayaan bank dalam memberikan kredit semakin tinggi. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa lama usaha tidak berpengaruh terhadap pemberian realisasi KUR kepada calon debitur karena semakin lama usaha belum tentu baik dalam pembayaran cicilan dan pengembalian kredit. Pemberian KUR ditujukan bagi para pengusaha baru yang ingin berkembang namun tidak memiliki cukup modal sehingga lama usaha menjadi faktor yang mempengaruhi realisasi KUR. Hal ini sesuai dengan tujuan KUR dimana memberikan bantuan modal bagi para pengusaha UMKM yang belum memiliki modal yang cukup untuk berkembang Modal Usaha Nilai koefisien regresi modal usaha terhadap realisasi KUR sebesar 0,29 yang artinya apabila modal usaha naik Rp 1,00 maka nilai realisasi kredit akan meningkat sebesar Rp 0,29. Semakin tinggi modal maka semakin tinggi tingkat kepercayaan bank untuk memberikan KUR kepada nasabah tersebut. Modal usaha memiliki pengaruh yang kuat terhadap realisasi KUR. Modal yang besar akan 65

81 menggambarkan skala usaha yang dijalankan juga besar. Selain itu, modal yang besar akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Modal usaha yang besar akan mempengaruhi perilaku pemilik usaha karena secara rasional apabila modal yang ditanamkan lebih besar maka pemilik usaha akan melakukan usahanya dengan penuh kesungguhan untuk mempertahankan usahanya Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan menggambarkan seberapa lama seseorang mengenyam pendidikan. Hal ini berpengaruh terhadap daya pikir dan pemahaman calon debitur. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda tingkat pendidikan berpengaruh secara nyata terhadap realisasi KUR. Nilai koefisien regresi pendidikan sebesar 64,47 hal ini menggambarkan bahwa apabila nilai pendidikan naik satu tahun maka realisasi KUR akan meningkat sebesar Rp 64,47. Tingkat pendidikan diperhatikan oleh pihak bank dalam memberikan KUR. Tingkat pendidikan akan memberikan pengaruh kepada calon debitur untuk mengetahui dan memahami hak dan kewajiban sebagai seorang debitur. Hal ini akan berpengaruh kepada tingkat pembayaran cicilan kredit Waktu Pengembalian Kredit Dalam proses realisasi kredit, tentu ada pengembalian kredit yang harus dilakukan oleh debitur. Pengembalian kredit oleh debitur memerlukan waktu untuk mengembalikan kredit tersebut sehingga waktu pengembalian akan diperhatikan oleh pihak bank. Waktu pengembalian ditentukan oleh perhitungan pendapatan oleh pihak bank terhadap calon debitur. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dapat digambarkan seberapa besar tingkat kemampuan calon debitur dalam membayar cicilan dan lama waktu yang ditetapkan. Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier berganda didapat nilai koefisien regresi waktu pengembalian terhadap realisasi KUR sebesar 36,33. Artinya apabila nilai waktu pengembalian kredit naik satu bulan maka nilai realisasi KUR akan meningkat Rp 36,33. Tingkat pengembalian ditentukan oleh seberapa besar kemampuan yang dimiliki debitur dalam membayar angsuran. 66

82 Semakin lama waktu pengembalian, maka semakin banyak bunga yang diterima oleh pihak bank. Dari hasil perhitungan dapat dilihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempercepat atau meningkatkan KUR yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Pendapatan calon debitur sangat signifikan atau sangat berpengaruh terhadap realisasi KUR, sehingga dapat dijelaskan bahwa apabila ingin mengajukan KUR tingkat pendapatan calon debitur harus tinggi atau lebih besar dari perhitungan nilai angsuran yang diajukan. Karakteristik responden sangat berpengaruh terhadap meningkatnya realisasi KUR. Apabila karakteristik sesuai dengan kriteria calon debitur, maka realisasi kredit dapat dilakukan sehingga dapat mempercepat peningkatan realisasi kredit KUR. Dari beberapa karakteristik yang dibahas, ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi meningkatnya realisasi KUR sehingga dapat meningkatkan total realisasi yaitu, usia responden, waktu tempuh, jenis usaha responden, dan nilai Re-payment Capacity (RPC) per bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, usia responden nasabah KUR BRI Unit Tongkol paling banyak berusia tahun sebanyak 38 orang atau sebesar 46,91 persen. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa responden yang menjadi nasabah KUR di BRI Unit Tongkol termasuk ke dalam umur yang produktif dimana seseorang masih mampu bekerja untuk mendapatkan pendapatan. Semakin produktif seorang nasabah maka diharapkan akan semakin besar pula kemungkinan untuk memajukan usahanya. Tingkatan usia mempengaruhi kematangan berpikir dan kebijakan seseorang dalam mengambil keputusan atau bertindak, karena dengan bertambahnya usia maka biasanya pengalaman hidup dalam menghadapi dan memecahkan suatu permasalahan semakin banyak. Sejalan dengan peningkatan usia tersebut juga meningkatkan pengalaman mengelola usaha sehingga keberhasilan usaha kemungkinan lebih terjamin. Secara administratif, penyaluran KUR didasarkan pada wilayah kerja masing-masing BRI Unit yang telah ditetapkan oleh Kantor Cabang. Sebagian besar tempat usaha nasabah KUR Unit Tongkol berada di lingkungan rumah para 67

83 debitur itu sendiri, namun ada juga nasabah yang tempat usahanya berada jauh dari tempat tinggal. Sebagian besar waktu tempuh nasabah ke BRI Unit Tongkol yaitu selama 1-15 menit atau 80,25 persen. Jenis usaha berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit karena setiap usaha memiliki resiko yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan yang nantinya digunakan dalam membayar pinjaman. Usaha on farm diduga memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan usaha off farm sehingga usaha off farm diharapkan akan lebih lancar dalam mengembalikan kredit. Jenis usaha debitur KUR Unit Tongkol keseluruhannya merupakan usaha agribisnis yang bergerak pada usaha off farm. Sebagian besar responden memiliki jenis usaha kelontong sebanyak 25 orang atau 30,86 persen. Re-payment Capacity (RPC) adalah kapasitas pengembalian kredit yang dimiliki oleh debitur dan nilainya maksimal 75 persen dari pendapatan bersih per bulan. Dengan demikian, nilai RPC diharapkan berpengaruh positif terhadap realisasi KUR dan kelancaran pengembalian kredit. Artinya, semakin tinggi nilai RPC seorang debitur maka diharapkan debitur tersebut semakin lancar dalam mengembalikan kredit. Nilai RPC responden berkisar antara Rp ,00 hingga Rp ,00 per bulan (nilai tertinggi). Jumlah dan proporsi responden debitur menurut nilai RPC per bulan dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Nilai RPC Responden Debitur KUR Unit Tongkol Waktu Tempuh (Menit) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) < , ,15 > ,33 Total Dari hasil perhitungan nilai RPC responden KUR Unit Tongkol sebagian besar memiliki nilai RPC antara Rp ,00 hingga Rp ,00 per bulan sebanyak 39 orang atau 48,14815 persen. Nilai RPC ini berpengaruh terhadap 68

84 realisasi KUR. Calon debitur harus memiliki nilai RPC yang besar apabila ingin kredit yang diajukan dapat direalisasikan oleh pihak bank. Selain karakteristik nasabah, promosi juga akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan dan akan meningkatkan jumlah realisasi KUR. Selama program KUR berlangsung, promosi kurang dilakukan oleh BRI sehingga kurang mampu menarik nasabah untuk mengajukan kredit KUR, calon nasabah biasanya mendapatkan informasi KUR dari teman atau keluarganya yang sebelumnya sudah mengajukan KUR terlebih dahulu. Bank Rakyat Indonesia seharusnya lebih mengenalkan kredit KUR bagi para pengusaha UMKM. Selain itu, para Mantri KUR juga harus lebih giat dalam menawarkan produk KUR ini sehingga dapat meningkatkan permintaan KUR dan dapat memenuhi target yang ditetapkan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program baru pemerintah untuk membantu pembiayaan pelaku usaha UMKM. Program ini pertama kali dilakukan pada tahun 2008 sehingga debitur yang ada merupakan debitur yang baru mengajukan KUR sehingga untuk meningkatkan total realisasi KUR dilakukan dengan cara menambah jumlah debitur yang akan berpengaruh terhadap total realisasi KUR, karena untuk menambahkan kredit bagi debitur yang lama belum dapat dilakukan. Hal ini disebabkan karena program KUR merupakan kredit lunak dengan plafond tertinggi Rp 5 juta. Apabila ada nasabah yang sudah mengajukan KUR sebesar Rp 5 juta, maka debitur tersebut tidak dapat meminta kenaikan plafond dan pihak bank tidak dapat menaikan plafond tersebut karena plafond tertinggi KUR sebesar Rp 5 juta. 69

85 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan karakteristik responden KUR BRI Unit Tongkol mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Sebagian besar responden berumur antara tahun dan tingkat pendidikan mayoritas mengenyam pendidikan SMU. Responden KUR sebagian besar memiliki pendapatan berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. Modal usaha yang digunakan responden KUR berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta. Responden KUR BRI Unit Tongkol merupakan masyarakat yang tinggal dekat dengan BRI Unit Tongkol, sebagian besar responden hanya membutuhkan 1-15 menit untuk sampai ke BRI Unit Tongkol. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa dari variabel-variabel yang ada berpengaruh secara nyata terhadap realisasi KUR pada taraf = 0,05 diantaranya, yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Pada taraf nyata = 0,1 variabelvariabel yang berpengaruh nyata yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Berdasarkan perhitungan regresi linear berganda variabel-variabel yang ada berpengaruh secara nyata baik dengan menggunakan uji-f dan uji-t. Nilai R 2 yang didapat sebesar 63,40 persen, yang artinya variabel-variabel yang ada hanya mampu menjelaskan 63,40 persen secara nyata keragaman realisasi KUR dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain sebesar 36,60 persen. Dari keenam variabel hanya lima variabel yang sesuai hipotesa yang memiliki pengaruh positif terhadap realisasi KUR yaitu tingkat pendapatan, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Karaktersitik yang dapat meningkatkan permintaan KUR yaitu, tingkat pendapatan, frekuensi kredit, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktu pengembalian kredit. Nilai RPC yang digunakan yaitu sebesar 75 persen dari total RPC.

86 8.2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan kepada BRI Unit Tongkol dalam proses realisasi KUR, yaitu : 1. Melakukan sosialisasi persyaratan kredit dan proses pengajuan kredit kepada calon debitur pelaku usaha mikro dan kecil untuk dapat meningkatkan daya serap KUR. 2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tongkol lebih memperhatikan kembali karakteristik debitur khususnya tingkat pendapatan, modal usaha, waktu pengembalian kredit, tingkat pendidikan, dan frekuensi kredit sehingga dapat meningkatkan total realisasi kredit. 3. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tongkol memperhatikan kembali nilai Re-payment Capacity (RPC) nasabah karena akan berpengaruh terhadap jumlah realisasi dan kelancaran pengembalian kredit. 71

87 DAFTAR PUSTAKA [BRI] Bank Rakyat Indonesia Management Information Report (MIR) 02. Jakarta: BRI Unit Tongkol. Dendawijaya L Manajemen Perbankan. Nazwar Akhria dan Sofyan M, editor. Jakarta: Ghalia Indonesia. Gujarati D Ekonometrika Dasar. Zain Sumarno, penerjemah; Hutauruk Gunawan, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Basic Econometrics. Gumbira-Sa id E dan Intan AH Manajemen Agribisnis. Cetakan ke-2. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hutagaol EIP Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencairan Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (Kasus pada BRI Unit Cigombong-Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kasmir Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi ke-4. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kementerian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM Periode Tahun Jakarta. Mangkuprawira S Hubungan Kelembagaan dalam Agribisnis. Di Dalam Intan AH, penyunting. Kelembagaan Penunjang Agribisnis. Bogor. MMA IPB. Hlm Mulyarto EP Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwililiang Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nazir M Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nuryantono N Impact Of Smallholders Access To Land And Credit Market On Technology Adoption And Land Use Decision : The Case Of Tropical Forest Margins In Central Sulawesi Indonesia. Cuvillier Verlag Gottigen. Pursito DJ Kajian Efektivitas dan Faktor-Faktor Penyaluran Kredit dalam Pembiayaan Industri Kecil dan Menengah Pangan oleh BRI di Semarang [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

88 Sari, Gustianti Wulan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (Kasus Pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeurep [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Simorangkir OP Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Nazwar Akhria dan Sofyan M, editor. Cetakan ke-2. Bogor: Ghalia Indonesia. Suyatno T, Chalik HA, Sukada M, Ananda TY, dan Marala DT Dasar- Dasar Perkreditan. Ed ke-4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, Karmina Putri Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) dalam Sektor Pertanian di BRI Unit Parung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Walpole RE Pengantar Statistika. Bambang Sumantri, penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wikimedia Bank Rakyat Indonesia (BRI). com/bri.html. [20 Juni 2009]. Zeller M, Richard LM The Triangle of Microfinance Financial Sustainability, Outrech, and Impact. The International Food Policy Research Institute. 73

89 LAMPIRAN

90 Lampiran 1. Realisasi Penyaluran KUR Bank Pelaksana dirinci Menurut Provinsi Tabel Realisasi Penyaluran KUR dirinci Menurut Provinsi per 31 Desember 2008 Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bank BNI 75

91 Lanjutan Lampiran 1 Tabel Realisasi Penyaluran KUR dirinci Menurut Provinsi per 31 Desember 2008 Bank Bukopin, Bank BRI, dan Bank BRI Mikro 76

92 Lanjutan Lampiran 1 Tabel Realisasi Penyaluran KUR dirinci Menurut Provinsi per 31 Desember 2008 Bank BTN dan Jumlah Keseluruhan Sumber: Bank Pelaksana (diolah Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha) 77

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Mekanisme Penyaluran KUR di BRI Unit Tongkol Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL

VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL VII. ANALISIS REALISASI KUR DI BRI UNIT TONGKOL 7.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR dapat dimodelkan kedalam suatu fungsi permintaan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI BANK RAKYAT INDONESIA UNIT LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EKO PUTRO MULYARTO H34066038 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, hampir tidak satupun aspek kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh atau dipengaruhi oleh negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang jasa perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan yaitu, menghimpun dana

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus berdampak kurang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) SKRIPSI EDINHO IKHTISAR PANGIHUTAN HUTAGAOL H 34066037

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat,bak merupakan perusahaan yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket

Lebih terperinci

SKRIPSI RISKI IRAWATI H

SKRIPSI RISKI IRAWATI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI DAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) UNIT CIBINONG CABANG BOGOR - JAWA BARAT SKRIPSI RISKI IRAWATI H34096095 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan perekonomian global telah memperkuat posisi perbankan sebagai pilar utama dalam menunjang pertumbuhan ekonomi baik secara internasional maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain petani perkebunan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di wilayah perkotaan ini dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank ini dipilih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang besar ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional,

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR [ Senin, 25 Februari 2013 09:41:20 Oleh : Administrasi] TANYA JAWAB TENTANG KUR 1. Apakah Kredit Usaha Rakyat itu? Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan Modal Kerja

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sekarang ini tengah melaksanakan pembangunan di berbagai bidang terutama perekonomian. Pembangunan perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola secara perorangan yang disebut UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Menurut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010] I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tingkat perekonomiannya sedang berkembang. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan perbankan yang didirikan, baik itu bank BUMN maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Menurut ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. melanda bangsa Indonesia pada tahun konvensional, sehingga memilih untuk berhubungan dengan lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, keberhasilannya banyak ditopang oleh kegiatan usaha riil berskala kecil atau mikro. Hal itu

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2005:5) prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Oleh: DR. Syarief Hasan, MM. MBA. Menteri Negara Koperasi dan UKM Pada Rapimnas Kadin Yogyakarta, 3 4 Oktober 2012 UMKM DALAM

Lebih terperinci

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN 5. Berakhirnya Perjanjian Kredit...... 30 C. Tinjauan Umum Tentang Kredit Usaha Rakyat...37 1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat...37 2. Tujuan dan Lembaga Penjamin Kredit Usaha Rakyat...37 BAB III PEMBAHASAN

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Rumah Sutera Alam memulai kegiatannya pada tahun 2001. Dengan bantuan beberapa karyawan, Bapak H. Tatang Godzali yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Amsyah (1977: 11), menyatakan bahwa prosedur adalah aturan permainan atau langkah-langkah aturan yang harus dipatuhi oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Bukan hanya untuk golongan tertentu saja,

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Bukan hanya untuk golongan tertentu saja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Kualitas hidup yang mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR) FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT HARJASARI-BOGOR) SKRIPSI IMMANUEL SEMBIRING H34104111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian bank Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG

PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG TUGAS AKHIR PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG Diajukan sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi pada program Diploma III Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Hasil analisis deksriptif (Wangi SP, 2008) memperlihatkan bahwa semakin besar nilai pengajuan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetian Deposito Berjangka Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account dimana artinya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENGUSAHA UMKM DALAM MENGAMBIL ATAU MENGGUNAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (BRI) DI KABUPATEN SRAGEN Liana Vivin Wihartanti Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas PGRI Madiun lianavivin1987@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal bulan September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong perekonomian nasional. Kebijakan tersebut ditujukan kepada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang melaksanakan pembangunan di berbagai bidang yang berpedoman pada Undangundang Dasar 1945 alinea 4

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2012 hingga 20 Februari 2012 pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Cibungbulang. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR SKRIPSI MASTUTY HANDOYO H 34066079 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Fungsi bank 1) Pengertian Bank Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Kualitas hidup yang

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini menjadi negara yang masih tergolong miskin dan kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan maupun ekonomi. Permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat Indonesia yang terbatas dalam mendirikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu barometer bagi perekonomian nasional (Marantika, 2013). Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam penambahan modal ini adalah bank. Bank sebagai sebuah lembaga

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam penambahan modal ini adalah bank. Bank sebagai sebuah lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

KREDIT TANPA JAMINAN

KREDIT TANPA JAMINAN KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia telah memberikan peranan penting yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci