Gambar 2. Up view Pelabuhan Ujung. Gambar 3. Up view Pelabuhan kamal Kekuatan Armada Lintas penyeberangan Ujing Kamal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 2. Up view Pelabuhan Ujung. Gambar 3. Up view Pelabuhan kamal Kekuatan Armada Lintas penyeberangan Ujing Kamal"

Transkripsi

1 Studi Awal Sistem Kendali Ketepatan Kedatangan dan Keberangkatan Kapal-Kapal Ferry Ujung Kamal Berdasarkan Data AIS Ahmad Ali Ridloh- NRP: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan,Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Abstrak kedatangan dan keberangkatan kapal,masih cukup lama. Hal Ini disebabkan tidak adanya ketepatan jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal-kapal ferry ujungkamal.salah satu penyelesaiannya adalah dengan melakukan perancangan sistem kendali yang melakukan mengkoordinasi kapal-kapal yang beroperasi dan Pelabuhan. Untuk mendukung hal tersebut digunakan Automatic Identification System (AIS).Menggunkan data AIS akan diketahui kecepatan dan posisi setiap kapal Ferry yang beroperasi.dengan data tersebut dapat dilakukan Pola pengendalian pergerakan kapal Ferry.Pola pengendalian yang mengendalikan pada banyak kapal yang menggunakan lintasan yang sama. Bukanlah perkara mudah karena terdapat eberapa persyaratan operasi layanan dan aturan.oleh karena itu untuk memudahkan pola pengendalian. Dimanfaatkan 5 buah petak blok basis data AIS. Dimana petak blok tersebut dibatasi oleh dua buah sinyal berturutan yang memastikan kapal tersebut belum atupun telah melalui petak blok. Dengan demikian, perjalanan Kapal Ferry merupakan operasi pilihan dalam melewati petak-petak blok. Pilihan untuk menambah ataupun mengurangi kecepatan. Oleh karena itu dapat diketahui perkiraan waktu yang diperlukan untuk sampai dipetak selanjutnya dan untuk mencapai dermaga tujuan sesuai dengan waktu maksimal yang telah ditentukan 1. Pendahuluan Kapal Ferry merupakan salah satu sarana transportasi penyeberangan utama antar pulau di Indonesia dan banyak negara lain.maka Ketepatan waktu dan kenyamanan merupakan bentuk kualitas pelayanan kapal Ferry. Pada penyeberangan kapal ferry ujung kamal digunakan lintasan jalur tunggal,artinya satu lintasan kapal ferry digunakan dua arah yang berbeda. Karena terdapat banyak kapal yang menggunakan lintasan yang sama penjadwalan mutlak diperlukan. Namun penjadwalan kapal ferry bukanlah perkara mudah karena terdapat persyaratan operasi layanan dan batasan (constraints) yang harus dipenuhi misalnya, pelayanan ukang alik, Pelayanan terjadwal dengan Headway konstan, Pelayanan yang reliable,kecepatan operasi kapal tiap kapal yang berbeda-beda. Salah permasalahn dalam penjadwalan adalah waktu tunggu antara kedatangan kapal masih diperkirakan cukup lama. Hal Ini disebabkan tidak adanya ketepatan jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal-kapal ferry ujung-kamal. Salah satu penyelesaian masalah ketepatan dan keberangkatan jadwal keberangkatan yaitu perancangan sistem kendali yang mengkoordinasikan ketepatan dan keberangkatan kapal-kapal Ferry Ujung antar pelabuhan Ujung-Kamal.Dalam mendukung system kendali tersebut di gunakan Automatic Identification System (AIS). The Automatic Identification System (AIS) adalah sistem yang dipakai oleh kapal dan Vessel Traffic Services (VTS) secara prinsip untuk identifikasi dan menemukan kapal untuk memudahkan mengidetifkasi posisi kapal dan memungkinkan yang berwewenang mengamati gerak-gerik kapal. AIS menyediakan alat untuk kapal untuk secara elektronik bertukaran data

2 kapal termasuk: identifikasi, posisi, jalan, dan meluncur, dengan kapal yang terdekat dan stasiun VTS. Dengan penggunaan, Class A AIS unit broadcasts akan mengirimkan informasi setiap 6 menit mengenai MMSI number, IMO number, Radio call sign, Name of ship, Type of ship, Dimensions of ship, Type of position fixing device, Destination dan Estimated time of Arrival at destination. Melalui jarak tertentu VHF Transmitter yang terpasang didalam trnsponder.informasi dipancarkan melalui sensor navigasi, yang berupa penerima global navigation satellite system (GNSS) dan gyrocompass. Sinyal diterima oleh AIS transponder dan dicoba pada kapal lain atau pada sistem yang ada di darat,berupa VTS system. penerimnaan informasi dapat berupa tampilan pada layar ataupun chart plotter, yang menujukan posisi kapal lain seperti yang berada pada radar. Setiap AIS unit yang terpasang pada kapal memiliki port dengan IPA(Internet Programmable Address) seperti yang diterpakan pada LAN(Local Area Network). IPA itulah yang nantinya digunakan untuk menditeksi keberada kapal. Menggunkan data AIS akan diketahui setiap kecepatan dan posisi kapal Ferry yang berada pada penyeberangan Ujung Kamal. Dengan data dapat diukur waktu kedatangan kapal di pelabuhan selanjutnya. Karena kondisi kecepatan yang berubah-ubah maka penditeksian akan dilakukan sekali dalam setiap 6 menit. Jadi dari pola kendali seperti ini dapat diketahui ketepatan dan keterlambatan kedatangan kapal. Dari waktu tersebut dapat dilakukan scheduling kedatangan dan keberangkatan kapal. Untuk melakukan pola pengendalian pada pergerakan kapal Ferry, maka dimanfaatkan Petak blok waktu untuk pengecekan posisi dan kecepatan Kapal, dimana petak blok tersebut dibatasi oleh dua buah sinyal berturutan. Sinyal-sinyal tersebut digunakan sebagai tanda apakah Kapal Ferry telah melalui petak blok yang bersangkutan atau tidak. Hal ini diperlukan untuk mengetahui perkiraan waktu yang diperlukan untuk sampai dipetak selanjutnya dan untuk mencapai dermaga tujuan. Dengan penggunaan petak Blok tersebut Rute pelayaran Kapal Ferry dapat dipandang sebagai himpunan terurut petak-petak blok yang diakhiri dengan pengecekan posisi kapal dan kecepatan kapal menggunakan AIS.yang berjumlah 6 buah petak blok. Dengan demikian, perjalanan Kapal Ferry dapat dipandang sebagai sekumpulan operasi pilihan dalam melewati petak-petak blok. Pilihan untuk menambah ataupun mengurangi kecepatan. Terdapat beberapa aturan yang harus dipenuhi dalam system Kendali kapal Ferry. Aturan yang utama adalah mencegah terjadinya konflik, yaitu terjadi perpotongan area aman tiap kapal, pada waktu dan koordinat yang sama. Konflik tersebut terjadi pada dua Kapal yang berjalan pada arah yang berlawanan maupun arah yang sama. Untuk mencegah terjadinya konflik ini, kecepatan dari kedua kapal dikurangi secara bersama bersama-sama higga tidak terjadi perpotongan antar area aman Jika arahnya berlawanan, aturan penundaan perjalanan kereta api ini biasa disebut sebagai aturan persilangan dan jika arahnya sama disebut aturan penyusulan. 2. Persyaratan Operasi Sebagai bagian dari angkutan darat, angkutan penyeberangan diharapkan memenuhi kriteria : a. Pelayanan ukang alik dengan frekuensi tinggi. Pada umumnya, pemakai menginginkan pelayanan tanpa waktu tunggu yang lama. b. Pelayanan terjadwal dengan Headway konstan sangat iinginkan oleh penumpang sesuai dengan tujuan mereka.

3 c. Pelayanan yang reliable, yaitu teratur dan tepat waktu bagi penumpang atau barang sangat dituntut oleh pemakai yang diharapkan efisiensi transport. d. Pelayaran yang aman dan nyaman, dimana aman dituntut pada semua jarak pelayaran, sedang nyaman dituntut terutama pada pelayaran yang memerlukan waktu tempuh yang lama. e. Tarif yang moderat (murah). Diharapkan berada pada tingkat moderat. f. Akseptabilitas ke Terminal Angkutan Penyeberangan dimana lokasi terminal diharapkan tidak terlalu jauh dari pusat lalu lintas sehingga waktu dapat dipersingkat. 4. Profil Penyeberangan Ujung Kamal Pelabuahan penyeberangan Ujung Kamal merupakan pelabuhan yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura sejauh 3.5 NM. Pelabuhan ujung yang terdapat di Surabaya,Jawa dan Pelabuhan Kamal yang berada di Bangkalan,Madura Gambar 2. Up view Pelabuhan Ujung Gambar 3. Up view Pelabuhan kamal Kekuatan Armada Lintas penyeberangan Ujing Kamal NAMA KAPAL Dermaga 1 Tongkol NAMA PEMILIK PT.ASDP Indonesia Feery (persero) KETERANGAN GT Th Potre Koneng PT.Dharma Lautan Utama Joko Tole PT.Dharma Lautan Utama Dharma Ferry 1 PT.Dharma Lautan Utama Dharma Ferry PT.Dharma Lautan Utama Mulia Nusantara PT.Jembatan Madura Dermaga 2 Niaga Ferry II PT. Sindutama Bahari Selat Madura II PT.Jembatan Madura Gajah Mada PT.ASDP Indonesia Feery (persero) Selat Madura I PT.Jembatan Madura Aeng Mas PT.Pewete Bahtera Kencana Gambar 1. Peta Pelabuhan Ujung kamal Banyumas PT.Pewete Bahtera Kencana Dermaga 3 Citra M Sakti PT.Jembatan Madura Bahari Nusantara PT.Jembatan Madura Satria Nusantara PT.Jembatan Madura Suramadu Nusantara PT.Jembatan Madura Wicitra Dharma PT.Dharma Lautan Utama Adhiswadarma III PT.Prima Eksekutif

4 5. Automatic Identification System (AIS) Berdasarkan IMO Resolution MSC.74(69), Annex 3 tentang RECOMMENDATION ON PERFORMANCE STANDARDS FOR AN UNIVERSAL SHIPBORNE AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEMS (AIS). standar ini menetapkan persyaratan penampilan dasar untuk perlengkapan AIS, dan digunakan oleh International Telecommunications Union dan International Electrotechnical Commission dalam pengembangan teknis serta standart test. AIS harus meningkatkan kemamanan navigasi dengan membantu di navigasi efisien kapal, perlindungan terhadap lingkungan, dan pengoperasian Vessel Traffic System(VTS), dengan mengikuti beberapa ketentuan sebagai berikut: a. Dapat menghidari tubrukan /kecelakaan antar kapal b. Untuk mengetahui informasi tentang kapal dan muatanya c. Merupakan alat bantu VTS untuk traffic management AIS sigunakan sebagai pelengkap pda informasi bernavigasi. AIS sebagai alat yang sangat membantu, tetapi tidak dapat menggantikan system navidasi radar dan VTS. Sebenarnya, AIS memberiakan jalur yang terbaik secara signifikan: a. informasi yang sangat kurat b. melayani setip waktu c. mampu menjelaskan tentang jalur alternative secara cepat. d. Bukan subyek untuk tukar menukar target e. Bukan subject untuk menangani target yang dalam kekacauan f. Bukan subyek untuk menangani target yang melakukan manuver terlalu cepat Selalu sigunakan melihat belokan dan apa yang di hambatan di laut. 6. Penyebaran data AIS Dalam penyeberan data AIS,pada Class A AIS unit broadcasts memberikan informasi setiap 6 menit: a. MMSI number - same unique identification used above, links the data above to described vessel b. IMO number - unique referenceable identification (related to ship's construction) c. Radio call sign - international call sign assigned to vessel, often used on voice radio d. Name - Name of ship, 20 characters are provided e. Type of ship/cargo - there is a table of possibilities that are available f. Dimensions of ship - to nearest meter g. Location on ship where reference point for position reports is located h. Type of position fixing device - various options from differential GPS to undefined 7. Deskripsi pergerakan Kapal Ferry Ujung-Kamal Pada pergerakan kapal Ferry dimanfaatkan Petak blok waktu untuk pengecekan posisi dan kecepatan Kapal, dimana petak blok tersebut dibatasi oleh dua buah sinyal berturutan. Sinyal-sinyal tersebut digunakan sebagai tanda apakah Kapal Ferry telah melalui petak blok yang bersangkutan atau tidak. Hal ini diperlukan untuk mengetahui perkiraan waktu yang diperlukan untuk sampai dipetak selanjutnya dan untuk mencapai dermaga tujuan. Dengan penggunaan petak Blok tersebut Rute pelayaran Kapal Ferry dapat dipandang sebagai himpunan terurut petak-petak blok yang diakhiri dengan pengecekan posisi kapal dan kecepatan kapal.yang berjumlah 6 buah petak blok. Dengan demikian, perjalanan Kapal Ferry dapat dipandang sebagai sekumpulan operasi pilihan dalam melewati petak-petak blok. Pilihan

5 untuk menambah ataupun mengurangi kecepatan. Gambar 4. Rute Pelayaran kapal Ferry dengan petak blok dan pengecekan waktu Dalam system kendali Kapal Ferry,jadwal pada umumnya dinyatakan dalam bentuk ruang-waktu (time-space diagram) dan dalam tugas akhir ini, satuan waktu terkecil yang digunakan adalah menit. Terdapat beberapa aturan yang harus dipenuhi dalam system Kendali kapal Ferry. Aturan yang utama adalah mencegah terjadinya konflik, yaitu terjadi perpotongan area aman tiap kapal, pada waktu dan koordinat yang sama. Konflik tersebut terjadi pada dua Kapal yang berjalan pada arah yang berlawanan maupun arah yang sama. Untuk mencegah terjadinya konflik ini, kecepatan dari kedua kapal dikurangi secara bersama bersama-sama higga tidak terjadi perpotongan antar area aman Jika arahnya berlawanan, aturan penundaan perjalanan kereta api ini biasa disebut sebagai aturan persilangan dan jika arahnya sama disebut aturan penyusulan. Selain aturan di atas yang menjamin keselamatan penyeberangan kapal Ferry, terdapat aturan-aturan lain yang harus diperhatikan dalam system kendali kapal ferry, antara lain: a. Batas kecepatan operasi kapal Ferry b. Batas waktu minimal dan maksimal penundaan peyalaran kapal ferry di dermaga c. Urutan prioritas dua kapal ferry berpapasan dam berpotongan pada area aman kapal d. Batas pengurangan kecepatan maksimal antara dua kapal Ferry yang berlawanan arah di dermaga e. Jumlah kapal ferry bertemu di pelabuhan yang sama selama selang waktu tertentu f. Pengkondisian keadaan alam antara lain arah arus laut,kecepatan arus laut. g. Pengkondisian frekuensi kepadatan kapal. 8. Pemodelan system kendali Bagian utama pemodelan system kendali keberangkatan dan kedatangan kapal Ferry berdasarkan data AIS teah dijelaskan sebelumnya, yaitu peran penyeberangan kapal Ferry dan petak-petak blok waktu sebagai acuan dalam pengecekan posisi dan kecepatan kapal.sekarang misalkan diberikan sebuah perjalanan kapal ferry dengan target waktu t. yang harus dijadwalkan pada rute penyeberang tertentu. Setiap rute terdiri atas petak-petak blok waktu yang berturutan. Jika sebuah perjalanan A melewati sebuah rute yang terdiri atas 6 buah petak blok posisi dan kecepatan kapal dicek diakhir tiap bloknya, maka pekerjaan yang merepresentasikan perjalanan A tersebut terdiri atas 5 buah operasi pengecekan posisi,waktu dan kecepatan kapal p1,p2,p3 dst.setiap operasi pengecekan yang dilakukan dalam perjalanan A tersebut menggunakan tepat satu sumber daya berupa satu petak blok yang ada pada rute yang dilalui, yaitu operasi pengecekan posisi,waktu dan kecepatan. menggunakan petak blok ke-n pada rute yang dilalui oleh A. jika waktu saat A melalui blok tidak memungkinkan kapal dating secara tepat waktu. Maka ada penambahan kecepatan yang memungkin kapal menuju blok selanjutnya.begitu pula seterusnya.

6 Perancangan Sistem Kendali kedatangan dan keberangkatan kapal Ferry Ujung Kamal menggunakan Perangkat Lunak. Pada tahap Perancangan dilakukan identifikasi kebutuhan-kebutuhan utama perangkat lunak, diagram use-case dan diagram kelas tahap analisis. Kebutuhan utama perangkat lunak ini adalah: i. Memasukkan data perjalanan Kapal Ferry yang meliputi o Target waktu yang harus ditempuh o o o o Jarak lintasan penyeberangan Waktu keberangkatan kapal Ferry dari dermaga asal. Hasil pengecekan tiap bloknya yaitu berupa posisi kapal,waktu saat diblok dan kecepatan kapal. Waktu kedatangan kapal Ferry dari dermaga asal. 1. Melihat data perjalanan yang telah dimasukkan. 2. Memonitor pergerakan kapal,serta mencatat posisi kapal dan kecepatan kapal di titik yang telah ditentukan 3. Menentukan kecepatan rekomndasi agar kapal sampai de dermaga tujuan tepat waktu 4. Melakukan pencatatan jadwal keberangkatan dan kedatangan 5. Melakukan penjadwalan. 5. Menampilkan jadwal Diagram dari perangkat lunak ini disajikan pada Gambar berikut. Gambar 5 Diagram Use-Case Selanjutnya dilakukan identifikasi waktu kebernakatan dan kedatangan,serta hubungan antara waktu yang telah dicatat. Hubungan ini kemudian direpresentasikan dalam sebuah table penjadwalan kapal. Pada tahap perancangan, kelas-kelas yang dibuat dibagi menjadi tiga paket utama, yaitu paket antarmuka, paket penjadwalan dan paket basis data. Paket antarmuka berisi kelaskelas untuk menangani antarmuka masukan dan keluaran, paket penjadwalan berisi kelas-kelas yang melakukan proses penjadwalan dan paket basis data berisi kelas-kelas yang menangani penyimpanan dan pengambilan data dari dan ke basis data Simulasi model dimulai dengan pembuatan peta digital pelabuhan ujung kamal lengkap dengan dermaga-dermaga yang beroperasi.setelah dibuatlah model operasi kapal-kapal ferry. Digunakan data AIS untuk mensimulasikan pergerakan kapal yang meliputi kecepatan dan posisi kapal Ferry yang berada pada penyeberangan Ujung Kamal. Simulasi Penyeberangan Ferry Ujung- Kamal ini terdiri atas beberapa bagian anatara lain: a. Saat penumpang masuk ke kepal b. Saat kapal keluar dari pelabuhan c. Saat kapal menyeberangi selat Madura d. Saat kapal merapat di pelabuahan tujuan

7 Beberapa batasan yang menjadi acuan dalam pembuatan simulasi: a. Batas kecepatan operasi kapal Ferry b. Batas waktu minimal dan maksimal penundaan peyalaran kapal ferry di dermaga c. Urutan prioritas dua kapal ferry berpapasan pada lintasan yang sama d. Batas waktu minimal antara dua kapal Ferry yang berlawanan arah di dermaga e. Jumlah kapal ferry bertemu di pelabuhan yang sama selama selang waktu tertentu f. Pengkondisian keadaan alam antara lain arah arus laut,kecepatan arus laut. Input dari simulasi adalah waktu keberangkatan,posisi koordinat dermaga.saat penumpang masuk ke kapal diberi batasan waktu sekitar 20 menit hingga kapal siap untuk diberangkatkan. Selanjutnya Saat kapal keluar dari pelabuhan digunakan kecepatan sekitar 4 knots untuk semua kapal yang beroperasi dengan tetap memperhitungkan bentuk dari dermaga. Karena kondisi kecepatan yang berubah-ubah saat menyeberangi selat Madura maka dilakukan penditeksian akan dilakukan sekali dalam setiap 6 menit. Jadi dari pola kendali seperti ini dapat diketahui ketepatan dan keterlambatan kedatangan kapal. Dari waktu tersebut dapat dilakukan scheduling kedatangan dan keberangkatan kapal.selanjunya model yang dibuat disimulasikan Gambar 6.Blok diagram model simulasi Penyeberangan Kapal Ferry Ujung- Kamal terdiri dua pelabuhan penyeberangan yang dibatasi oleh sebuah selat sepanjang 2.5 NM.Untuk Mempermudah melakukan kendali kapal Ferry, maka digunakan petak-petak blok waktu. Untuk melakukan pengecekan posisi dan kecepatan Kapal Ferry yang sedang melakukan penyeberangan. 9. Pengujian Perangkat Lunak Perangkat lunak ini diuji dengan menggunakan data perjalanan Kapal Ferry dan pencatat data yang ada pada simulasi tersebutyang diperoleh dari PT ASDP (persero) Pengujian dilakukan dengan tujuan: a. Mengetahui apakah perangkat lunak yang diimplementasikan telah sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan utama perangkat lunak yang dispesifikasikan pada tahap analisis, yaitu kebutuhan fungsional dan kebutuhan nonfungsional. b. Mengetahui apakah keluaran perangkat lunak yang berupa jadwal perjalanan Kapal Ferry telah sesuai dengan aturanaturan yang ada. c. Mengetahui kualitas jadwal yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengujian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengujian fungsional dan pengujian penjadwalan. Pengujian fungsional yaitu pengujian berberbagai fungsi pengkondisian yang meliputi target waktu penyeberangan,kondisi arus luat,kondisi frekuensi lalu lintas kapal yang akan dikondisikan pada tahap analisis dan pengujian penjadwalan dilaksanakan untuk menguji jadwal yang dihasilkan oleh perangkat lunak. Sedangkan pengujian penjadwalan yaitu pegujian penjadwalan yang telah mampu dicatat oleh perangkat lunak. Kasus uji yang digunakan dalam pengujian dapat dibagi menjadi tiga. Yang pertama adalah kasus uji dimana basis data yang digunakan masih kosong tanpa ada pengkondisian perjalanan kapal Ferry,ataupun dalam kondisi normal. Kasus uji ini digunakan untuk menguji kebutuhan-kebutuhan fungsional

8 perangkat lunak, seperti memasukkan data penyeberangan kapal berupa pencatatan posisi,waktu,dan kecepatan kapal Ferry data memasuki blok-blok yang telah disediakan.pemasukan data Penyeberangn tersebut dilakukan secara automatis oleh perangkat lunak. Kasus uji yang kedua adalah kasus uji dimana basis data sudah terisi dengan data perjalanan Kapal Ferry, dapat dimulai mengvariasikan pengkondisian dari penyeberangan Ujung-Kama,yaitu mengkondisikan arus laut dan frekuensi lalu lintas dengan menggunkan target waktu seperti kasus uji yang pertama. Kasus uji ini digunakan untuk pengujian penjadwalan,apakah dengan berbagai pengkondisian tersebut kapal Ferry mampu mencapai target waktu standart penyeberangan. Sedangkan pada kasus uji yang ketiga,dengan menggunakan referensi basis data pada kasus uji yang pertama dan kedua, pengkondisian terhadap target waktu dapat dilakukan. Kasus uji ini digunakan untuk pengujian penjadwalan,apakah dengan berbagai pengkondisian dan waktu target baru, kapal Ferry mampu mencapai target waktu penyeberangan yang telah ditentukan. Pengujian fungsional yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa perangkat lunak sudah memenuhi semua kebutuhan fungsional yang telah dispesfikasikan pada tahap analisis. Dan pengujian penjadwalan menunjukkan bahwa perangkat lunak selalu dapat memperoleh jadwal yang memenuhi semua aturan umum yang diajukan. Setelah perangkat lunak memperoleh jadwal pertama, perangkat lunak ini juga mampu memperoleh jadwal tetangga lain yang lebih baik 10. Analisa Perancangan Sistem Kendali kedatangan dan keberangkatan kapal Ferry Ujung Kamal berdasarkan AIS data Pada tahap Analisa digunakan tiga kasus uji, antara lain: 1. Kasus uji 1 Dalam kasus uji pertama ini, dimana basis data yang digunakan masih kosong tanpa ada pengkondisian perjalanan kapal Ferry,ataupun dalam kondisi normal. Kasus uji ini digunakan untuk menguji kebutuhankebutuhan fungsional perangkat lunak, seperti memasukkan data penyeberangan kapal berupa pencatatan posisi,waktu,dan kecepatan kapal Ferry data memasuki blokblok yang telah disediakan.pemasukan data Penyeberangn tersebut dilakukan secara automatis oleh perangkat lunak Gambar 7. pencatatan posisi,waktu,dan kecepatan kapal Ferry saat kapal memasuki petak blok Dalam tampilan pergerakan kapal pada kasus uji pertama ini,seperti pad gambar, telah dilakukan pengecekan posisi,waktu dan kecepatan kapal. Dari hasil pengujian kasus perama tersebut dapat dilihat kecepatan kapal dalam kondisi tetap di petak-petak blok manapun. Hal ini terjadi karena tidak ada gangguan ataupun pengondisian yang

9 mengakibatkan kapal menambah maupun mengurangi kecepatan. Agar sampai pada dermaga tujuan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan. Gambar 8. pencatatan waktu kedatangan dan keberangkatan kapal. Dalam pencatatan waktu kedatangan dan keberangkatan kapal dapat dilihat bahwa pada kolom kedatangan kapal-kapal ferry, yaitu tentang waktu perjalanan yang talah ditempuh oleh kapal. Sebagai contoh pada KMP.Tongkol.Kapal tersebut berangkat dari dermaga ujung pada pukul dan mampu mencapai target waktu standart yang telah ditentukan yaitu 30 menit. 2. Kasus uji 2 Dalam Kasus uji yang kedua ini, pengujian saat basis data sudah terisi dengan data perjalanan Kapal Ferry. Dalam Kasus uji ini digunakan untuk pengujian penjadwalan,apakah dengan berbagai pengpkondisian tersebut kapal Ferry mampu mencapai target waktu standart penyeberangan. Gambar9. Tampilan pengujian dengan mengunaan pengkodisian arus laut dan lalu lintas laut. Seperti yang telihat pada gambar,terkait dengan pengkondisian penyeberangan kapal ferry. Pengkondisian deilakukan dengan cara mengvariasikan pengkondisian dari penyeberangan Ujung-Kamal,yaitu mengkondisikan arus laut dan frekuensi lalu lintas dengan menggunkan target waktu seperti kasus uji yang pertama. Gambar 10. saat kapal memasuki petak-petak blok pada kasus 2 yaitu saat pengkondisian arus laut.

10 Dalam tampilan pergerakan kapal pada kasus uji kedua ini,seperti pada gambar, telah dilakukan pengecekan posisi,waktu dan kecepatan kapal saat arus. Dari hasil pengujian kasus tersebut dapat dilihat ada perbedaan ditiap petak blok. Hal ini terjadi karena adanya gangguan ataupun pengondisian yang mengakibatkan kapal menambah maupun mengurangi kecepatan. Agar sampai pada dermaga tujuan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan. Penambahan kecepatan mulai dilakukan disaat kapal berada di petak blok kedua dan blok ketiga. Sedangkan pada petak blok 4 dan 5 kapal. Terjadi pengurangan kecepatan kapal hingga pada kecepaan awal. Hal tersebut dilakukan karena kapal mampu menuju blok selanjutnya meskipun kecepatan mendekati kecepatan awal Gambar. pencatatan waktu kedatangan dan keberangkatan kapal. Dalam pencatatan waktu kedatangan dan keberangkatan kapal dapat dilihat bahwa pada kolom kedatangan kapal-kapal ferry, yaitu tentang waktu perjalanan yang talah ditempuh oleh kapal setelah diberi pengkondisian arus laut. Sebagai contoh pada KMP.Potre koneng.kapal tersebut berangkat dari dermaga ujung pada pukul dan mampu mencapai target waktu standart yang telah ditentukan yaitu 30 menit, dan sampai di dermaga Kamal pda jam meskipun ada peengkondisian arus laut. 3. Kasus Uji 3 Dalam kasus uji yang ketiga,dengan menggunakan referensi basis data pada kasus uji yang pertama dan kedua, pengkondisian terhadap target waktu dapat dilakukan. Kasus uji ini digunakan untuk pengujian penjadwalan,apakah dengan berbagai pengkondisian dan waktu target baru, kapal Ferry mampu mencapai target waktu penyeberangan yang telah ditentukan. Gambar. Tampilan pengujian dengan mengunaan pengkodisian perubahan target waktu sampai Seperti yang telihat pada gambar,terkait dengan pengkondisian penyeberangan kapal ferry. Pengkondisian dilakukan dengan cara merubah target waktu, yang semula ditargetkan 30 menit diubah menjadi 18 menit. Dengan perubahan target waktu ini mengharuskan kapal menambah kecepatan kapal, lebih cepat dari target waktu sebelumnya. hal tersebut dilakukan agar kapal data sampai ke dermaga tujuan, sesuai dengan target aktu yang telah ditentukan. Gambar. kasus 3 yaitu saat dilakukan perubahan target waktu tanpa pengkondisian arus laut

11 Seperti pada gambar, telah dilakukan pengecekan posisi,waktu dan kecepatan kapal saat target waktu dirubah. Dari hasil pengujian kasus, dapat dilihat ada perbedaan kecepatan antara kasus pertama dan kedua. Gambar. kasus 3 yaitu saat dilakukan perubahan target waktu menggunakan pengkondisian arus laut Dalam tampilan pergerakan kapal pada kasus uji ketiga ini,seperti pada gambar, telah dilakukan pengecekan posisi,waktu dan kecepatan kapal saat arus. Dari hasil pengujian kasus tersebut dapat dilihat ada perbedaan ditiap petak blok. Hal ini terjadi karena adanya gangguan ataupun pengondisian yang mengakibatkan kapal menambah maupun mengurangi kecepatan. Agar sampai pada dermaga tujuan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan. Penambahan kecepatan kapal dimulai dilakukan disaat kapal berada di petak blok kedua. Tetapi keceaptan petak blok ke tiga kecepatn berkurang hingga petak blok keempat. dan blok ketiga. Sedangkan pada petak blok 4 dan 5 kapal Terjadinya pengurangan kecepatan pada petak blok keempat dan kembali pada kecepatan normal pada petak blok lima Hal itu terjadi karena pada saat itu kapal sedang berpapasan dengan kapal kainya. Oleh kerenanya perlu adanya pengurangan kecepatan kapal agar tidak terjadi tabrakan Evaluasi Simulasi yang dilakukan belum sepenuhnya benar. Karena itu harus divalidasi dengan beberapa pengkondisian sesuai kondisi sebenarnya agar di dapatkan scheduling kapal ferry yang tepat. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara Simulasi system kendali dengan kondisi sesungguhnya di pelabuhan 13.DAFTAR PUSTAKA 1. Fajar Yuliwan, Implementasi Model Penjadwalan Job-Shop dalam Masalah Penjadwalan Kereta Api Jalur Tunggal dengan Pendekatan Constraint Programmin. Institut Teknologi Bandung 2. Mladenovc, Snezana & Cangalovic, Mirjana, 2007, Heuristic Approach to Train Scheduling, University of Belgrade. 3. [2] Monfroy, Eric, 2001, Constraint Programming: Introduction, Universite de Nantes 4. entification_system 5. IMO Resolution MSC.74(69), Annex 3, RECOMMENDATION ON PERFORMANCE STANDARDS FOR AN UNIVERSAL SHIPBORNE AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEMS (AIS) 6.

TINJAUAN PUSTAKA. Pelabuhan Ujung Kamal KETERANGAN NAMA KAPAL NAMA PEMILIK JENIS. Dermaga 1 PT.ASDP Indonesia Feery Ro Ro Tongkol

TINJAUAN PUSTAKA. Pelabuhan Ujung Kamal KETERANGAN NAMA KAPAL NAMA PEMILIK JENIS. Dermaga 1 PT.ASDP Indonesia Feery Ro Ro Tongkol TINJAUAN PUSTAKA NAMA KAPAL NAMA PEMILIK JENIS KETERANGAN GT TAHUN Dermaga 1 PT.ASDP Indonesia Feery Ro Ro Tongkol (persero) 259 1970 Potre Koneng PT.Dharma Lautan Utama Ro Ro 342 1980 Joko Tole PT.Dharma

Lebih terperinci

STUDI PENETAPAN DAERAH BAHAYA (DANGEROUS AREA) DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA BERDASARKAN AIS DATA

STUDI PENETAPAN DAERAH BAHAYA (DANGEROUS AREA) DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA BERDASARKAN AIS DATA STUDI PENETAPAN DAERAH BAHAYA (DANGEROUS AREA) DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA BERDASARKAN AIS DATA Abstrak (Sangkya Yuda Yudistira/4205100077) Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan dalam Tugas Akhir ini. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Implementasi Model Penjadwalan Job-Shop dalam Masalah Penjadwalan Kereta Api Jalur Tunggal dengan Pendekatan Constraint Programming

Implementasi Model Penjadwalan Job-Shop dalam Masalah Penjadwalan Kereta Api Jalur Tunggal dengan Pendekatan Constraint Programming Abstrak Implementasi Model Penjadwalan Job-Shop dalam Masalah Penjadwalan Kereta Api Jalur Tunggal dengan Pendekatan Constraint Programming Fajar Yuliawan NIM: 13503022 Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini akan menjelaskan kesimpulan dan saran Tugas Akhir. Kesimpulan dan saran terdiri atas dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran mengenai pemodelan dan penyelesaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selat Madura merupakan jalur pelayaran paling padat di wilayah Indonesia timur. Tahun 2010 lalu alur selat Madura dilintasi 30.000 kapal per tahun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MASALAH

BAB III PEMODELAN MASALAH BAB III PEMODELAN MASALAH Masalah penjadwalan kereta api jalur tunggal dapat dimodelkan sebagai sebuah kasus khusus dari masalah penjadwalan Job-Shop. Hal ini dilakukan dengan menganggap perjalanan sebuah

Lebih terperinci

Penjadwalan Kereta Api di Daop VIII Surabaya

Penjadwalan Kereta Api di Daop VIII Surabaya Penjadwalan Kereta Api di Daop VIII Surabaya Dosen Pembimbing : Dra. Sri Mumpuni Retnaningsih, MT Rahmat Septiawan Putra 1309 106 003 Abstrak Kereta api merupakan salah satu jenis transportasi darat yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT SIMULASI MARINE TRAFFIC MELALUI INTEGRASI AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS)

PENGEMBANGAN PERANGKAT SIMULASI MARINE TRAFFIC MELALUI INTEGRASI AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS) 0044: Ketut Buda Artana dkk. TR-21 PENGEMBANGAN PERANGKAT SIMULASI MARINE TRAFFIC MELALUI INTEGRASI AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS) Ketut Buda Artana, Dinariyana

Lebih terperinci

Studi Working Party. a. Deteksi pesan AIS dari satelit b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan

Studi Working Party. a. Deteksi pesan AIS dari satelit b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan AGENDA ITEM 1.10 Latar Belakang Agenda item 1.10 bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alokasi frekuensi dalam rangka mendukung pelaksanaan system keselamatan kapal dan pelabuhan serta bagian-bagian terkait

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN Tugas Akhir ini akan menghasilkan sebuah perangkat lunak penjadwalan kereta api jalur tunggal dengan nama Kimspoor Scheduler. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Deskripsi Perjalanan Kereta Api Jalur Tunggal Pokok-Pokok Perjalanan Kereta Api Jalur Tunggal

BAB II DASAR TEORI 2.1 Deskripsi Perjalanan Kereta Api Jalur Tunggal Pokok-Pokok Perjalanan Kereta Api Jalur Tunggal BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi perjalanan kereta api yang terkait dengan masalah penjadwalan. Hal ini meliputi pokok-pokok perjalanan kereta api dan aturan-aturan atau

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api adalah salah satu moda transportasi darat disamping angkutan umum pada jalan raya yang diharapkan dapat meningkatkan mobilitas dan melancarkan distribusi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Transportasi udara dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok: 1. Penerbangan domestik 2. Penerbangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi modern saat ini yang paling sering digunakan sebagai alat transportasi utama di beberapa kota besar di Indonesia,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kereta api merupakan salah satu jenis transportasi darat yang menjadi andalan masyarakat. Pelayanan jasa angkutan kereta api sepenuhnya dijalankan oleh manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base).

BAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Navigasi merupakan hal yang sangat penting dalam lalu lintas udara untuk mengarahkan pesawat dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam prakteknya pesawat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pendekatan Analisis Optimasi pada tujuan penelitian dilakukan dengan pendekatan sistem dimana pola operasi adalah optimum bila frekwensi perjalanan kereta api mendekati

Lebih terperinci

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PETA LOKASI KEGIATAN STRATEGIS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 Peta - 1 LOKASI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk pemenuhan kebutuhan barang dan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi khususnya dibidang mobile semakin pesat, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Dengan perkembangan teknologi yang maju, maka

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER ME SKRIPSI 091217 Operations (ME 091329) Research Analisis Human Error Terhadap Peralatan Komunikasi dan Navigasi pada Kapal Dosen pembimbing: 1. Ir. Sardono Sarwito, M.Sc. 2. Dr. Eng. M. Badrus Zaman,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A CONTOH KASUS UJI DAN PENJADWALANNYA

LAMPIRAN A CONTOH KASUS UJI DAN PENJADWALANNYA DAFTAR PUSTAKA [FOR97] Fortemps, Philippe & Hapke, Maciej, 1997, On the Disjunctive Graph for Project Scheduling. [ING06] Ingolotti, L., Lova, A., Barber, F., Tormos P., Salido, M. A., & Abril, M., 2006,

Lebih terperinci

Studi Perancangan Sistem Kendali Lalu Lintas Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Berdasarkan Aplikasi Sistem Pakar

Studi Perancangan Sistem Kendali Lalu Lintas Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Berdasarkan Aplikasi Sistem Pakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Studi Perancangan Sistem Kendali Lalu Lintas Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Berdasarkan Aplikasi Sistem Pakar Fajar Wardika, A.A. Masroeri, dan

Lebih terperinci

Penjadwalan Kereta Api di Daerah Operasi 8 Surabaya

Penjadwalan Kereta Api di Daerah Operasi 8 Surabaya Penjadwalan Kereta Api di Daerah Operasi 8 Surabaya Rahmat Septiawan Putra 1, Sri Mumpuni Retnaningsih 1 Mahasiswa Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dosen Jurusan Statistika Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian berupa rencana sistem angkutan kereta api khusus batubara yang menghubungkan antara lokasi tambang di Tanjung Enim Sumatra

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kenerja dari sistem operasi trasportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelabuhan Bakauheni Pelabuhan Bakauheni adalah pelabuhan yang terletak di kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Tampilan Layar Monitor VTS

Gambar 3.1 Tampilan Layar Monitor VTS BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Vessel Traffic Service (VTS) Tanjung Priok adalah suatu pelayanan yang dilaksanakan oleh Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok, Direktorat

Lebih terperinci

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain. III. LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Menurut Hendarto (2001), untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem transportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu mengaplikasikan strategi dasar manajemen lalu lintas dalam perancangan sesuai acuan teknis yang berlaku Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang Krishna Varian K, Hera Widyastuti, Ir., M.T.,PhD Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP IV SEMARANG)

MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP IV SEMARANG) Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada aspek aspek pola operasi jalur ganda lintas layanan Stasiun Betung Stasiun Sumber Agung untuk mendukung perjalanan kereta api

Lebih terperinci

OCKY NOOR HILLALI

OCKY NOOR HILLALI OCKY NOOR HILLALI 2407100045 Dosen Pembimbing I: Dr. Ir. AULIA SITI AISJAH, MT Dosen Pembimbing II: Dr. Ir. AGOES A. MASROERI, M. Eng JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

K : DIMAS CRISNALDI ERNAND DIMAS

K : DIMAS CRISNALDI ERNAND DIMAS Perancangan Sistem Monitoring di Pelabuhan Tanjung Perak Dalam Rangka Meningkatkan Faktor Keamanan Presented By : DIMAS CRISNALDI ERNANDA 4203 109 019 Latar Belakang Kecelakaan yang terjadi pada kapal

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MERAK

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MERAK ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MERAK SKRIPSI Disusun oleh ARIYO KURNIAWAN 24010211140086 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015 ANALISIS

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan 1. Analisis kapasitas lintas Dari hasil analisis Grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2015 didapatkan kesimpulan mengenai persentase jenis kereta api pada jalur Rewulu-Wojo.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Indikator Kinerja Angkutan Umum Angkutan umum dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila memenuhi kinerja-kinerja yang distandarkan. Hingga saat ini belum ada standar

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu mengaplikasikan strategi dasar manajemen lalu lintas dalam perancangan sesuai acuan teknis yang berlaku Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum yang sudah memenuhi kinerja yang baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

ILMU SAINS DALAM BIDANG TRANSPORTASI DAN TEKNIK NAVIGASI

ILMU SAINS DALAM BIDANG TRANSPORTASI DAN TEKNIK NAVIGASI ILMU SAINS DALAM BIDANG TRANSPORTASI DAN TEKNIK NAVIGASI IIN YUNIARSIH (1757021008) MITHA VALENTINA T.P(1757021009) VALANTINA DEWI ANGGITA SARI (1757021007) Sains transportasi Sains Transportasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang telah dinobatkan sebagai kota pendidikan dan juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kurang

Lebih terperinci

AGENDA ITEM Latar Belakang

AGENDA ITEM Latar Belakang AGENDA ITEM 1.10 1. Latar Belakang Agenda item 1.10 bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alokasi frekuensi dalam rangka mendukung pelaksanaan system keselamatan kapal dan pelabuhan serta bagian-bagian terkait

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis dan Kegiatan Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api dalam bab 2 Jenis dan Kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN DAN TANGGAPAN PENUMPANG TERHADAP PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN JANGKAR DI KABUPATEN SITUBONDO

ANALISIS KINERJA PELAYANAN DAN TANGGAPAN PENUMPANG TERHADAP PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN JANGKAR DI KABUPATEN SITUBONDO ANALISIS KINERJA PELAYANAN DAN TANGGAPAN PENUMPANG TERHADAP PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN JANGKAR DI KABUPATEN SITUBONDO Alfian Zaki Ghufroni Universitas Negeri Malang E-mail: al_ghufroni@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau-pulau besar maupun kecil, yang terhubung oleh selat dan laut. Pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Angkutan (transport) pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang-undang No.14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, transportasi adalah pemindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa system Pada bagian ini akan dibahas mengenai system yang sedang berjalan ditinjau terutama dari segi proses. Pada pemodelan system antar muka (interface

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam penggerak utama perekonomian nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang memiliki banyak jenis transportasi darat dari transportasi yang menggunakan mesin (bus, angkutan umum, dan kereta api) sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa angkutan laut dengan menggunakan kapal laut merupakan jasaangkutan yang berperan dalam jasa pengangkutan barang dan penumpang. Sektortransportasi selain

Lebih terperinci

SKRIPSI TEKNOLOGI PELACAKAN LOKASI MENGGUNAKAN FITUR WAKTU SAMPAI (ETA) PADA APLIKASI PERJALANAN KERETA API

SKRIPSI TEKNOLOGI PELACAKAN LOKASI MENGGUNAKAN FITUR WAKTU SAMPAI (ETA) PADA APLIKASI PERJALANAN KERETA API SKRIPSI TEKNOLOGI PELACAKAN LOKASI MENGGUNAKAN FITUR WAKTU SAMPAI (ETA) PADA APLIKASI PERJALANAN KERETA API AGUS FIRMANUDIN Nomor Mahasiswa : 125410139 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru Dr. Ir. Sunaryo M.Sc 1), Kiki Juniarko 2) 0806 459 236 Email : red.kijun@gmail.com Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. Kondisi geografis yang sedemikian rupa menyebabkan alat-alat transportasi baik transportasi darat,

Lebih terperinci

III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA

III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA 8 sidding petak jalan petak blok Keterangan: Stasiun Sinyal Crossing Overtaking Gambar 5 Ilustrasi dari istilah perkeretaapian. III PEMODELAN MASALAH PENJADWALAN KERETA API DAN APLIKASINYA 3.1 Model Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Nama Proyek Kategori Proyek Sifat Proyek Pemilik Luas Lahan : Transportasi Antar Moda : Fasilitas Transportasi : Fiktif : Negri : ± 4 Ha KDB (%) : 60 % KLB

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Kajian Pola Operasi 1. Jenis dan Kegiatan Stasiun Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas, dan Kegiatan

Lebih terperinci

TRAFFIC ALERT AND COLLISION AVOIDANCE SYSTEM CAS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA CN-235

TRAFFIC ALERT AND COLLISION AVOIDANCE SYSTEM CAS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA CN-235 Makalah Seminar Kerja Praktek TRAFFIC ALERT AND COLLISION AVOIDANCE SYSTEM (TCAS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA CN-235 Bramono Hanindito (L2F 008 019) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Mochamad Faridz Ristanto Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Michael Ardita, S.T, M.T

Mochamad Faridz Ristanto Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Michael Ardita, S.T, M.T Mochamad Faridz Ristanto 2208100623 Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Michael Ardita, S.T, M.T Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI PADA KAPAL (MCST-1 SHIP AUTOPILOT) DENGAN MEDIA KOMUNIKASI RF RADIO UNTUK MENDUKUNG SISTEM AUTOPILOT

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI PADA KAPAL (MCST-1 SHIP AUTOPILOT) DENGAN MEDIA KOMUNIKASI RF RADIO UNTUK MENDUKUNG SISTEM AUTOPILOT PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI PADA KAPAL (MCST-1 SHIP AUTOPILOT) DENGAN MEDIA KOMUNIKASI RF RADIO UNTUK MENDUKUNG SISTEM AUTOPILOT Disusun Oleh : ARIF MUSA KUSUMA WARDHANA NRP. 2409 105 035 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkurang dalam memakai jasa angkutan umum. Terkadang, banyak. pengguna angkutan umum kurang memahami rute atau jalur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berkurang dalam memakai jasa angkutan umum. Terkadang, banyak. pengguna angkutan umum kurang memahami rute atau jalur yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman yang semakin maju ini, pengguna angkutan umum berkurang dalam memakai jasa angkutan umum. Terkadang, banyak pengguna angkutan umum kurang memahami rute atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai pusat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Standar Pelayanan Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum dapat dikatakan baik apabila sesuai dengan standar-standar yang telah di keluarkan pemerintah. Pengoperasian angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif. Untuk mendukung aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif. Untuk mendukung aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, manusia dituntut untuk melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif. Untuk mendukung aktivitas tersebut, diperlukan mobilitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No 60 Tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api, persyaratan tata letak, tata

Lebih terperinci

Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit

Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar pada mata kuliah Sistem Komunikasi Satelit prodi S1 Teknik Telekomunikasi. Oleh

Lebih terperinci

APLIKASI AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) UNTUK MENENTUKAN RISK COLLISION KAPAL BERDASARKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM

APLIKASI AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) UNTUK MENENTUKAN RISK COLLISION KAPAL BERDASARKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM APLIKASI AUTOMATIC IDENTIFICATION SYSTEM (AIS) UNTUK MENENTUKAN RISK COLLISION KAPAL BERDASARKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM Emmy Pratiwi 1, Ketut Buda Artana 2, AAB Dinariyana 2 Putri Dyah Setyorini 2 1 Program

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

JENIS-JENIS SISTEM PENGENDALIAN TRANSPORTASI

JENIS-JENIS SISTEM PENGENDALIAN TRANSPORTASI MATA KULIAH DASAR-DASAR JENIS-JENIS SISTEM SISTEM : ADALAH SEPERANGKAT ATURAN ATAU PROSEDUR YANG DIKENAKAN PADA KENDARAAN DAN LALU-LINTAS UNTUK MENJAMIN OPERASI YANG AMAN, EFESIEN SERTA MENGHINDARI TERJADINYA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN Tujuan pembahasan analisis pelaksanaan perencanaan alur pelayaran untuk distribusi hasil pertambangan batubara ini adalah untuk menjelaskan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perusahaan pengangkutan di Indonesia mulai menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa yang percaya untuk menggunakan

Lebih terperinci

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI 2015 TRANSPORTASI KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input) dari kegiatan produksi, perdagangan, pertanian, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri, transportasi merupakan salah satu aktivitas utama dalam sistem logistik dan memiliki peranan yang penting dalam perusahaan. Transportasi

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Artha Daya Coalindo (ADC) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan batubara, transportasi batubara, pembongkaran batubara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan mengenai kenavigasian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alur pelayaran merupakan salah satu fasilitas pokok dari peruntukan wilayah perairan sebuah pelabuhan dan memiliki peranan penting sebagai akses keluar dan/atau masuk

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Automatic Identification System (AIS), Pergerakan Kapal, GIS (Geographic Information System)

Abstrak. Kata kunci: Automatic Identification System (AIS), Pergerakan Kapal, GIS (Geographic Information System) Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 2, October 2016, 139-143 p-issn: 2085-3858 Article History Received August, 2016 Accepted September, 2016 Penggunaan Data Automatic Identification System (AIS) untuk Mengetahui

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda BAB III LANDASAN TEORI A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda Kajian pola operasi jalur kereta api ganda merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan jalur kereta api. Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Standar Pelayanan Berdasarkan PM 37 Tahun 2015 Standar Pelayanan Minimum adalah suatu tolak ukur minimal yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan alat transportasi darat utama yang digunakan hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki multi keunggulan komparatif,

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol

Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing. Border Gateway Protocol Analisa Pengaruh Model Jaringan Terhadap Optimasi Dynamic Routing Border Gateway Protocol Nanda Satria Nugraha Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK Semarang,

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. LokasiPengamatan Lokasi pengamatan berada pada terminal Arjosari Kota Malang dan terminal Blitar. Sedangkan survei statis dilakukan di dalam bus sepanjang rute Malang-Blitar.

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti) JurusanTeknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke 12 PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti) Mata Kuliah: Pengantar Perencanaan Transportasi Prof. Siti Malkhamah

Lebih terperinci

SISTEM KEAMANAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN GPS SEBAGAI PEMANTAU JALUR DAN POSISI SARANA

SISTEM KEAMANAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN GPS SEBAGAI PEMANTAU JALUR DAN POSISI SARANA TR-46 SISTEM KEAMANAN KERETA API DENGAN MENGGUNAKAN GPS SEBAGAI PEMANTAU JALUR DAN POSISI SARANA Yudi Yuliyus M. 1,, Yuyu Wahyu 1, Yadi Radiansyah 1, Dadin Mahmudin 1, dan Iskandar 2 1 Pusat Penelitian

Lebih terperinci