JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
|
|
- Yulia Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ME SKRIPSI Operations (ME ) Research Analisis Human Error Terhadap Peralatan Komunikasi dan Navigasi pada Kapal Dosen pembimbing: 1. Ir. Sardono Sarwito, M.Sc. 2. Dr. Eng. M. Badrus Zaman, S.T, M.T. oleh: Moh. Vath Allam ( ) JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2 DAFTAR ISI Latar Belakang Tujuan Lokasi Penelitian Metodologi Metode AHP Perhitungan di Expert Choice SHELL Model Penutup 2
3 LATAR BELAKANG (Database KNKT 27 Desember 2012) Tingkat ekonomi meningkat, maka kebutuhan akan transportasi juga meningkat Jumlah kapal, terutama kapal penyebrangan antar pulau juga akan semakin meningkat Tingkat kecelakaan transportasi laut semakin meningkat tiap tahunnya Analisis Human Error untuk kecelakaan kapal akibat perlatan navigasi dan komunikasi Presentase Penyebab Kecelakaan Kapal 0 Human Error Alam Lainnya (Diolah dari Mahkamah Pelayaran, 2006) 3
4 METODE AHP Tahapan dalam Metode AHP Model yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty 1. Dekomposisi masalah 2. Pembuatan hirarki 3.Pembuatan kolom quisioner Menguraikan masalah yang kompleks menjadi bentuk hirarki Bagan AHP Permasalahan lebih terstruktur dan sistematis Kriteria 1 Goal Kriteria 2 Kriteria 3 Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 1 Alternatif 2 4
5 SHELL MODEL Pertama kali ini dikembangkan oleh Edwards pada tahun 1972 Untuk menggambarkan model konseptual ini menggunakan blok untuk mewakili berbagai komponen dari human factors Perpotongan Tiap Komponen dalam SHELL Model 5
6 TUJUAN Tujuan Tugas Akhir Mengetahui peralatan komunikasi & navigasi yang dioperasikan secara manual Mengetahui permasalahan human error dalam pengoperasian peralatan navigasi & komunikasi Mengetahui penyebab human error dalam peralatan navigasi dan komunikasi Menentukan langkah yang tepat dalam penanggulangan masalah 6
7 LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian untuk tugas akhir ini berada di KMP Dharma Ferry I untuk penyebrangan Selat Bali 7
8 METODOLOGI Flow chart metodologi sbb: 8
9 Proses Metode AHP Telah diketahui bahwa alur pelaksanaan metode AHP adalah sebagai berikut: 1. Dekomposisi masalah 2. Pembuatan hirarki 3.Pembuatan kolom quisioner 1. Dekomposisi masalah Setiap masalah atau persoalan yang sudah terdefinisikan perlu dilakukan dekomposisi, memecah permasalahan utama ke dalam beberapa kriteria dan dari setiap kriteria dapat dibagi lagi menjadi beberapa subkriteria 2. Pembuatan hirarki Tujuan utama dari hirarki ini adalah untuk mengetahui nilai bahaya dari kecelakaan kapal akibat peralatan komunikasi dan navigasi. Dari nilai bahaya ini diturunkan menjadi lima kriteria yang mempengaruhi. Kriteria tersebut adalah faktor human error, faktor kondisi kapal, faktor power supply, faktor kondisi perlatan, dan faktor lingkungan yang secara lengkap dapat dilihat pada gambar struktur hirarki 9
10 Proses Metode AHP Kecelakaan Kapal akibat Peralatan Komunikasi dan Navigasi Human Error Kondisi Kapal Power Supply Kondisi Peralatan Lingkungan Kemampuan dan Pengalaman Jarak antar Kapal Kondisi Disel Engine Kesesuaian Desain Karakteristik Area Penempatan Posisi Kecepatan Kapal Kondisi Generator Usia Pemakaian Karakteristik Gelombang Jam Kerja Panjang Kapal Kondisi Battery Keandalan Fungsi Karakteristik Arus Kemampuan Adaptasi Umur Kapal Perawatan Rutin Kecepatan Angin Kesesuaian dengan SOP Kondisi Psikis 10
11 Proses Metode AHP 3. Pembuatan kolom quisioner Pembuatan kolom quisioner bergantung pada strutur hirarki yang telah dibuat. Halhal yang akan dibandingkan seluruhnya harus sesuai dengan isi dari struktur hirarki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. Gambar 1 Merupakan pengantar pada halaman awal quisioner yang mencantumkan perkenalan dan tujuan dari quisioner tersebut. Untuk keabsahan pengisian quisioner, terdapat kolom identitas responden agar dapat diketahui sumber dari hasil penilaian quisioner tersebut. 11
12 Proses Metode AHP Gambar 2 Merupakan poin-poin penilaian yang dapat diberikan pada suatu elemen yang dibandingkan. Langkah ini disebut comparative judgement, yaitu memberikan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan di atasnya 12
13 Desain Ergonomi Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman 13
14 Manfaat Reduce Human Error Meningkatkan unjuk kerja Meningkatkan kenyamanan ABK Mengurangi waktu terbuang 14
15 Desain Ergonomi Yang harus diperhatikan dalam perencanaan ruang navigasi yang sesuai dengan desain ergonomi: 1. Layout dan Perancangan Dek Navigasi 2. Konsol dan Desain Ruang Kerja 3. Lokasi Peralatan Navigasi, Komunikasi, dan Instrumentasi 15
16 Desain Ergonomi 1. Layout dan Perancangan Dek Navigasi - Desain Umum Dek Navigasi - traffic 16
17 Desain Ergonomi 2. Konsol dan Desain Ruang Kerja - Konfigurasi Workstation Area - Single Watchstander Console - Desain Konsol untuk Dua Kondisi Operasional - Sudut Pengelihatan - Tinggi Konsol - Console Leg Room - Dimensi Chart Table - Desain Kursi 17
18 Desain Ergonomi Dua kondisi operasional 18
19 Peralatan Navigasi & Komunikasi KMP Dharma Ferry I merupakan kapal penyebrangan yang melayani rute Pulau Jawa-Bali. maka termasuk area pelayan A1 yang artinya radio dari kapal masi berada dalam radius nm dari stasiun radio VHF di darat. Maka dari itu peralatan navigasi dan komunikasinya adalah sebagai berikut: Peralatan komunikasi: VHF Radio AIS-SART NAVTEX EPIRB Radio VHF Dua Arah Internal Telephone Peralatan navigasi: Standart Magnetic Compass GPS AIS Radar Daylight Signaling Lamp Lampu Navigasi Horn 19
20 Potensi Human Error Peralatan komunikasi: VHF Radio rentang frekuensi yang tidak sesuai, letak radio VHF yang terlalu jauh dari operator, dan juga adanya gangguan frekuensi yang menyebabkan saluran lain dapat masuk AIS-SART kesalahan penempatan yang mengakibatkan kesalahan pembacaan data, posisi displays pada konsol dari AIS-SART yang tidak sesuai dengan sudut yang telah ditentukan, dan juga desain tempat duduk yang tidak sesuai dengan rekomendasi yang telah ada NAVTEX kesalahan informasi akibat seseorang yang bukan pada bidangnya menerima informasi tersebut dan adanya keterlambatan seorang kru untuk menerima informasi yang telah dikirimkan. EPIRB teridentifikasinya penggunaan perangkat beacon yang ternyata tidak digunakan lagi di internasional dan peletakannya yang tidak mudah diakses oleh kru kapal 20
21 Potensi Human Error Peralatan komunikasi: Radio VHF Dua Arah adanya gangguan akibat frekuensi lain masuk ke saluran komunikasi, suara yang diterima tidak jelasa, dan tidak adanya fasilitas routing Internal Telephone kesalahan informasi akibat yang menerima telepon adalah seseorang tidak bertugas untuk mengangkat telepon tersebut, letak telepon tidak dapat dijangkau dengan mudah, tidak adanya operator di tempatnya ketika ada panggilan dari internal telepon 21
22 Potensi Human Error Peralatan navigasi: Standart Magnetic Compass kesalahan pembacaan arah mata angin akibat pengaruh logam di sekitar magnet dan kesalahan pembacaan pada malam hari akibat tidak adanya lampu penerangan di rumah kompas. GPS letak GPS tidak sesuai, dalam memonitor GPS sudut pengelihatan melebihi batas maksimal, dan tidak menggunakan GPS yang sesuai standar. AIS peletakan displays dari AIS tidak sesuai dengan peraturan dan melebihi batas sudut maksimal, kesalahan pembacaan akibat peletakan monitor AIS tidak sesuai, dan juga dimensi dari tempat AIS atau chart table tidak sesuai dengan ketentuan. Radar kemungkinan gangguan yang terjadi pada radar adalah suplai listrik yang tidak stabil dan mengakibatkan radar mengalami gangguan dan kesalahan pembacaan pada displays akibat peletakannya tidak sesuai 22
23 Potensi Human Error Peralatan navigasi: Daylight Signaling Lamp Adanya anggapan bahwa pelayaran pada siang hari aman dan lupa untuk menyalakan lampu ini Lampu Navigasi kesalahan pengamatan oleh nahkoda untuk menentukan posisi kapal lain. Sehingga timbul kerancuan dalam menerjemahkan warna dari lampu, apakah terlihat dari sisi port atau starboard Horn Kekeliruan penerjemahan yang dilakukan oleh kru terhadap seberapa banyaknya horn berbunyi 23
24 Perhitungan Expert Choice Expert Choice Expert choice merupakan aplikasi khusus yang berfungsi sebagai alat bantu implementasi model dalam Decision Support System (DSS) atau Sistem Penunjang Keputusan (SPK). Hasil yang didapatkan dari survei dan penilaian yang diberikan pada kolom quisioner akan dihitung dengan software ini Tampilan Awal Program Expert Choice 24
25 Perhitungan Expert Choice Tahap sebelum perhitungan Tahap pertama dalam memulai penilaian dengan expert choice ini adalah memasukan fokus dan tujuan utama dari permasalahan, yang dalam hal ini adalah kecelakaan kapal akibat peralatan navigasi dan komunikasi. Gambar di samping merupakan struktur hirarki dengan tujuan Kecelakaan Kapal Akibat Peralatan Navigasi & Komunikasi 25
26 Perhitungan Expert Choice Langkah berikutnya yaitu menentukan berapa responden yang akan dijadikan patokan dalam analisis ini seperti yang tertera pada gambar. Di dalam tugas akhir ini penulis menggunakan sepuluh responden yang mempunyai profesi sebagai kapten kapal dan mualim, sehingga cocok dengan tujuan dari analisis ini. Gambar di samping merupakan daftar responden yang berpartisipasi dalam tuga akhir ini 26
27 Perhitungan Expert Choice Tahap perhitungan Setelah data tujuan utama, kriteria, dan subkriteria dimasukan ke dalam perangat lunak expert choice, penilaian perbandingan tiap elemen dilakukan. Proses penilaian menggunakan metode Pairwise Numerical Comparisons, yaitu membandingkan dua elemen dengan menggunakan skala dalam bentuk angka. 27
28 Perhitungan Expert Choice Tahap perhitungan Setelah seluruh penilaian dimasukan ke dalam expert choice maka akan terlihat berapa bobot relatif dari masing-masing faktor dan subkriteria serta nilai inkonsistensi jawaban yang diberikan oleh responden. Nilai inkonsistensi 28
29 Perhitungan Bobot Relatif Kecelakaan Kapal akibat Peralatan Navigasi dan Komunikasi Tujuan Bobot Nilai Fungsi Kecelakaan Kapal akibat Peralatan Navigasi dan Komunikasi Faktor 1. Human Error Kondisi Kapal Power Supply Kondisi Peralatan Lingkungan
30 Perhitungan Bobot Relatif Faktor Human Error Faktor Bobot Nilai Fungsi Human Error Subkriteria 1. Kemampuan dan Pengalaman Jam Kerja Penempatan Posisi Kemampuan Adaptasi Kesesuaian dengan SOP Kondisi Psikis
31 Perhitungan Bobot Relatif Faktor Kondisi Kapal Faktor Bobot Nilai Fungsi Kondisi Kapal Subkriteria 1. Jarak Antar Kapal Panjang Kapal Umur Kapal Kecepatan Kapal
32 Perhitungan Bobot Relatif Faktor Power Supply Faktor Bobot Nilai Fungsi Power Supply Subkriteria 1. Kondisi Diesel Engine Kondisi Generator Konndisi Battery
33 Perhitungan Bobot Relatif Faktor Kondisi Peralatan Faktor Bobot Nilai Fungsi Kondisi Peralatan Subkriteria 1. Kesesuaian Desain Usia Pemakaian Keandalan Fungsi Perawatn Rutin
34 Perhitungan Bobot Relatif Faktor Lingkungan Faktor Bobot Nilai Fungsi Kondisi Peralatan Subkriteria 1. Karakteristik Area Karakteristik Arus Karakteristik Gelombang Kecepatan Angin
35 SHELL Model Klasifikasi SHELL Model Software berupa aturan, prosedur, dokumen tertulis, dan lainnya yang merupakan bagian dari prosedur operasi standar. Hardware berupa peralatan navigasi, peralatan komunikasi, konfigurasi, kontrol, displays, dan sistem fungsional. Environment berupa situasi di mana sistem L-H-S harus berfungsi, iklim sosial dan ekonomi, serta lingkungan alam. Liveware berupa manusia, controller satu dengan controller lain, kru, insinyur dan personil pemeliharaan, bagian manajemen dan personalia. 35
36 SHELL Model Hubungan Antar Komponen No. Hubungan Unsur Penjelasan Operasi yang efektif antara liveware dan software penting untuk memastikan bahwa 1. Liveware-Software perangkat lunak, terutama jika itu menyangkut aturan dan prosedur, mampu dilakukan atau diimplementasikan. 2. Liveware-Hardware Hubungan antar dua komponen ini adalah salah satu yang paling sering dipertimbangkan ketika berbicara menegnai hubungan antara manusia dengan mesin dalam suatu sistem. Seperti bagaimana tingkat kenyamanan penggunaan peralatan navigasi dan komunikasi. 36
37 SHELL Model Hubungan Antar Komponen 3. Liveware-Environment 4. Liveware-Liveware Hubungan antara liveware-environment mengacu pada hubungan yang mungkin tidak dapat dikontrol secara langsung oleh manusia. Seperti kejadian alam yang berupa suhu, cuaca, dll ketika suatu sistem beroperasi. Dan juga dapat diartikan sebagai lingkungan atau budaya kerja di perusahaan tempat mereka bekerja. Perpotongan komponen antar liveware atau hubungan antar manusia yang akan mempengaruhi sistem. Yang perlu diperhatikan dalam sistem ini adalah dalam hal kepemimpinan, kerjasama, kerja tim, dan juga interaksi antar personal. 37
38 SHELL Model Analisis Human Error dengan Pendekatan SHELL Model Hubungan Liveware-Software Subkriteria Faktor Human Error Kemampuan dan Pengalaman Jam Kerja Penempatan Kemampuan Kesesuaian Kondisi Psikis Posisi Adaptasi dengan SOP Seperti yang dapat dilihat dalam tabel bahwa kesesuaian dengan SOP (batang merah) memiliki bobot relatif sebesar atau 19.9%. 38
39 SHELL Model Hubungan Liveware-Software Kemampuan dan Pengalaman Subkriteria Faktor Human Error Jam Kerja Penempatan Posisi Kemampuan Adaptasi Kesesuaian dengan SOP Kondisi Psikis Seperti yang dapat dilihat dalam tabel bahwa kondisi psikis (batang merah) memiliki bobot relatif sebesar atau 24.2%. 39
40 SHELL Model Hubungan Liveware-Hardware Kemampuan dan Pengalaman Subkriteria Faktor Human Error Jam Kerja Penempatan Posisi Kemampuan Adaptasi Kesesuaian dengan SOP Kondisi Psikis Seperti yang dapat dilihat dalam tabel bahwa kemampuan dan pengalaman (batang merah) memiliki bobot relatif sebesar atau 15.3%. 40
41 SHELL Model Hubungan Liveware-Hardware Kemampuan dan Pengalaman Subkriteria Faktor Human Error Jam Kerja Penempatan Posisi Kemampuan Adaptasi Kesesuaian dengan SOP Kondisi Psikis Seperti yang dapat dilihat dalam tabel bahwa jam kerja (batang merah) memiliki bobot relatif sebesar atau 16.5%. 41
42 SHELL Model Hubungan Liveware-Environment Subkriteria Faktor Human Error Kemampuan dan Pengalaman Jam Kerja Penempatan Posisi Kemampuan Adaptasi Kesesuaian Kondisi Psikis dengan SOP Seperti yang dapat dilihat dalam tabel bahwa penempatan posisi (batang merah) memiliki bobot relatif sebesar atau 10%. 42
43 SHELL Model Hubungan Liveware-Liveware Subkriteria Faktor Human Error Kemampuan dan Pengalaman Jam Kerja Penempatan Posisi Kemampuan Adaptasi Kesesuaian dengan SOP Kondisi Psikis Seperti yang dapat dilihat dalam tabel bahwa kemampuan adaptasi (batang merah) memiliki bobot relatif sebesar atau 14.1%. 43
44 Simpulan Dengan menggunakan metode AHP, kecelakaan kapal akibat perlatan navigasi dan komunikasi dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu human error, kondisi kapal, power supply, kondisi peralatan, dan lingkungan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kecelakaan kapal akibat peralatan navigasi dan komunikasi adalah faktor lingkungan dengan bobot relatif sebesar atau 38.1% Dari analisis human error dengan pendekatan SHELL Model, terdapat dua subkriteria yang termasuk ke dalam hubungan liveware-software. Yang pertama adalah kesesuaian dengan SOP dengan bobot relatif atau 19.9% dan yang kedua adalah kondisi psikis dengan bobot relatif atau 24.2%. 44
45 Simpulan Terdapat dua subkriteria yang termasuk ke dalam hubungan liveware-hardware. Yang pertama adalah kemampuan dan pengalaman yang mempunyai bobot relatif sebesar atau sebesar 15.3% dan yang kedua adalah jam kerja dengan bobot relatif atau 16.5%. Terdapat satu subkriteria yang termasuk ke dalam hubungan liveware-environment. Subkriteria tersebut adalah penempatan posisi dengan bobot relatif atau 10%. Terdapat satu subkriteria yang termasuk ke dalam hubungan liveware-liveware. Subkriteria tersebut adalah kemampuan adaptasi dengan bobot relatif sebesar atau 14.1%. 45
46 Saran Perlu dikembangkan lebih spesifik lagi mengenai subkriteria yang dapat mempengaruhi faktor human error. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan kecelakaan kapal akibat peralatan navigasi dan komunikasi sehingga nantinya dapat diperoleh data dinamis yang valid. Faktor human error harus diutamakan karena faktor human error merupakan kunci dari permasalahan kecelakaan yang terdapat di Indonesia. Perlu dilakukan penelitian yang dapat menurunkan peluang dari laju atau tingkat kecelakaan kapal akibat human error. 46
47 Rekomendasi Selalu menyiagakan perlatan navigasi dan komunikasi karena lingkungan di mana data tugas akhir ini diambil (Selat Bali) memiliki karakteristik arus dalam yang kuat dan ombak yang cukup tinggi. Dalam analisis human error dengan pendekatan SHELL Model, dapat dilakukan peninjauan ulang mengenai hal-hal berikut: Pada hubungan liveware-software dapat meninjau kembali agar para nahkoda dapat mematuhi seluruh perturan dan prosedur standar operasi. Dan mmeninjau kembali masalah lama waktu istirahat yang disediakan, gaji yang diberikan, kebijakan efisiensi perusahaan, jenjang karir, dan pemberian penghargaan yang dapat meningkatkan kinerja awak kapal. 47
48 Rekomendasi Dalam hubungan liveware-hardware dapat meninjau lagi masalah perekrutan kadet-kadet yang berkompenten, pengecekan kondisi peralatan, dan melakukan pemeriksaan terhadap nahkoda secara rutin. Pada hubungan liveware-environment dapat dilakukan peninjauan ulang terhadap penempatan posisi yang diberikan terhadap semua awak kapal. Pada hubungan liveware-liveware dapat dilakukan peninjauan dalam masalah komunikasi nahkoda terhadap nahkoda kapal lain, komunikasi nahkoda dengan manajemen perusahaan, dan komunikasi nahkoda dengan keluarga. 48
49 TERIMA KASIH 49
Analisis Human Error Terhadap Peralatan Komunikasi dan Navigasi pada Kapal
1 Analisis Human Error Terhadap Peralatan Komunikasi dan Navigasi pada Mohammad Vath Allam, Sardono Sarwito, Muhammad Badrus Zaman Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Lebih terperinciAnalisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-10 Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal Lucky Andoyo W, Sardono Sarwito,
Lebih terperinciRancang Bangun Prototipe Kapal Tanpa Awak Menggunakan Mikrokontroler
Rancang Bangun Prototipe Kapal Tanpa Awak Menggunakan Mikrokontroler Dosen Pembimbing: Suwito, ST., MT. Yoga Uta Nugraha 2210 039 025 Ainul Khakim 2210 039 026 Jurusan D3 Teknik Elektro Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN UMUM Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE
34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI BLUETOOTH HC-05 UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECELAKAAN PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR
1 IMPLEMENTASI BLUETOOTH HC-05 UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECELAKAAN PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR Fadila N. Eritha 1, Nurussa adah, Ir, MT 2 dan Akhmad Zainuri, ST, MT 3 1 ASASAAS Abstrak Banyaknya jumlah
Lebih terperinciPENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE
PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan
Lebih terperinciBAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR
BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR Kapal laut yang berlayar melintasi samudera di berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu yang cukup, bergerak dengan adanya daya dorong pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bandara sebagai transportasi udara memberikan kontribusi yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas
Lebih terperinciMANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT
MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM 1 MATERI PEMBELAJARAN Perkembangan
Lebih terperinci2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1814, 2017 BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN. Sistem Komunikasi Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN NOMOR 19 TAHUN 2017
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Kemajuan perekonomian di Indonesia telah membuat perusahaan semakin bersaing. Oleh karena itu, perusahaan terus memperbaiki dan mempertahankan produk yang mereka hasilkan. Perusahaan terus memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah sedemikian pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG PEDOMAN STANDARISASI PENYELENGGARAAN SIMULATOR UNTUK PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPELAUTAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
Lebih terperinciPENERIMAAN SISWA BARU (PRAMUGARI) PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENERBANGAN (STUDI KASUS : LPP PENERBANGAN QLTC)
PENERIMAAN SISWA BARU (PRAMUGARI) PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENERBANGAN (STUDI KASUS : LPP PENERBANGAN QLTC) Safrizal1) 1) Manajemen Informatika Universitas Potensi Utama Jl K.L Yos Sudarso
Lebih terperinciMeskipun jumlah tahapan dalam SDLC dalam berbagai litertur berbeda-beda, namun pada prinsipnya secara keseluruhan semua proses yang dilakukan sama
Meskipun jumlah tahapan dalam SDLC dalam berbagai litertur berbeda-beda, namun pada prinsipnya secara keseluruhan semua proses yang dilakukan sama saja Tahapan analisis sistem dimulai karena adanya permintaan
Lebih terperinciDESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana
DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana 6508040502 ABSTRAK Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan bisa terjadi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM PEREKOMENDASIAN PENERIMA BEASISWA DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ABSTRAK
IMPLEMENTASI SISTEM PEREKOMENDASIAN PENERIMA BEASISWA DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Dimas F Putranto 5108 100 601 Jurusan Teknik Informatika Bidang Studi Intelligent Business System-FTIf, Institut
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM. berkaitan dan berinteraksi yang bertanggung jawab dalam memproses input
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem merupakan kumpulan dari beberapa elemen yang saling berkaitan dan berinteraksi yang bertanggung jawab dalam memproses input sehingga menghasilkan sebuah output
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telekomunikasi merupakan suatu kegiatan menyampaikan suatu informasi dari satu tempat menuju satu tujuan yang lain. Informasi yang disampaikan juga dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PERSYARATAN PRODUK
BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini membuat banyak pihak merasakan manfaat yang luar biasa. Bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan manusia, namun keberadaan
Lebih terperinciABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Kemudahan dalam mengetahui informasi yang diberikan secara visual melalui perangkat display merupakan faktor penting yang digunakan manusia dalam mempresentasikan suatu kondisi. Terlebih bila indera
Lebih terperinciSTUDI PEMILIHAN DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT (PLTAL) MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-114 STUDI PEMILIHAN DESAIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT (PLTAL) MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang komputer saat ini, baik dalam perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), maka hampir sebagian
Lebih terperinciISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014
PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH BERBASIS ARDUINO DAN INFRA MERAH LAPORAN TUGAS AKHIR. oleh NURHASANAH NIM:
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH BERBASIS ARDUINO DAN INFRA MERAH LAPORAN TUGAS AKHIR Diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya (A.Md) Teknik
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK KEBUTUHAN DAYA LISTRIK PADA KAPAL FERRY DALAM RANGKA EFISIENSI ENERGI
ANALISA KARAKTERISTIK KEBUTUHAN DAYA LISTRIK PADA KAPAL FERRY DALAM RANGKA EFISIENSI ENERGI Oleh : Frenniko Eka Bestari Dosen pembimbing : Eddy Setyo Koenhardono, ST, M.Sc Department of Marine Enginering,
Lebih terperinciVII. TATA LETAK PABRIK. Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang
VII. TATA LETAK PABRIK A. Tata Letak Alat dan Pabrik Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang meliputi tempat bekerja karyawan, tempat penyimpanan bahan baku, dan produk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Analisa Kebutuhan SCADA merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau data-data dari lapangan dan kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat yang akan mengatur
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN HASIL
BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dari 3 perusahan kurir dimana tiap bulan dalam periode 6 bulan dan karakteristik perusahaan. Jumlah Pengiriman Bulan Perusahaan Kurir A Perusahaan
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah
Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem
Lebih terperinciBab 1 : Terminologi Analisa Sistem Informasi
Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Bab 1 : Terminologi Analisa Sistem Informasi Analisa dan Perancangan Sistem Informasi memiliki Terminologi sebagai berikut : Analisa Sistem Informasi : Suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu panel listrik selalu dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini sistem untuk memonitoring energi listrik dan mengontrol suatu panel listrik selalu dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mengukur atau mencatat
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA
PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan
Lebih terperinciBAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam
BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA Pengendalian terhadap sistem informasi serta data-data yang tidak tersedia, tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Indikator Layar ROV (Sumber: Rozi, Fakhrul )
BAB 4 ANALISIS 4.1. Penyajian Data Berdasarkan survei yang telah dilakukan, diperoleh data-data yang diperlukan untuk melakukan kajian dan menganalisis sistem penentuan posisi ROV dan bagaimana aplikasinya
Lebih terperinciKONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI
KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI 1.1 "Wajib" digunakan dalam Lampiran untuk menunjukkan suatu ketentuan, penerapan yang seragam
Lebih terperinciSI 2124 PENGANTAR SISTEM TRANSPORTASI
SI 2124 PENGANTAR SISTEM TRANSPORTASI KULIAH KE-14 (KESELAMATAN TRANSPORTASI) Dosen: Harun al-rasyid LUBIS Definisi keselamatan dan keamanan transportasi secara umum Keamanan transportasi adalah keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor transportasi menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan perkembangan sebuah negara. Sektor transportasi harus memiliki sistem manajemen yang sangat baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut pada aktivitas bisnis sehari-hari perusahaan tersebut.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam setiap proses kegiatan, sebuah perusahaan akan melibatkan banyak pertukaran data di dalamnya. Selama ini, banyak perusahaan yang berbasis usaha kecil hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, laju perkembangan teknologi semakin hari semakin bertambah maju, dengan mengedepankan digitalisasi suatu perangkat, maka akan berdampak pada kemudahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kemajuan teknologi di berbagai bidang telah berkembang pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari fungsi yang ditawarkan oleh sebuah teknologi yang telah
Lebih terperinciEngine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan
Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan industri, penggerak generator pembangkit energi listrik,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini
BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2033, 2014 KEMENHUB. Pemanduan Kapal. Prasarana. Sarana Bantu. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : NOMOR PM 93 TAHUN 2014 TENTANG SARANA BANTU
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN I. UMUM Bandar udara sebagai satu unsur dalam penyelenggaraan penerbangan memiliki peranan yang sangat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88, 2012 METEOROLOGI. KLIMATOLOGI. GEOFISIKA. Penyelenggaraan. Pengamatan. Pengelolaan Data. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5304)
Lebih terperinciPERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciDesain Sistem Donny Yulianto, S.Kom
Pertemuan 6 Desain Sistem Donny Yulianto, S.Kom 1 Pendahuluan Setelah tahap analisis sistem dilakukan, maka analisis sistem telah mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana lalu-lintas atau angkutan, memiliki fungsi untuk mendukung kelancaran arus barang, jasa, serta aktivitas masyarakat. Namun
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1089, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelayaran. Sungai. Danau. Alur. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi konsumen, karena dapat melakukan perjalanan yang jauh hanya dalam waktu yang relatif
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR Tentang SAR ( SEARCH AND RESCUE ) PENANGANAN KECELAKAAN DIWILAYAH PERAIRAN Lembar,
Lebih terperinciStudi Working Party. a. Deteksi pesan AIS dari satelit b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan
AGENDA ITEM 1.10 Latar Belakang Agenda item 1.10 bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alokasi frekuensi dalam rangka mendukung pelaksanaan system keselamatan kapal dan pelabuhan serta bagian-bagian terkait
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX
BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX 5.1.1 Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX NASA-TLX merupakan suatu prosedur pembobotan dan rating multi-dimensional yang menyediakan suatu penilaian beban kerja secara keseluruhan
Lebih terperinciINSTRUKSI KERJA. Penggunaan Komputer Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri
INSTRUKSI KERJA Penggunaan Komputer Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 i ii DAFTAR REVISI Revisi ke 00 : Rumusan IK Penggunaan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Otomatis, Waktu Kerja, Efisiensi, Produktivitas
ABSTRAK Dalam melakukan penghitungan waktu kerja biasanya dengan menggunakan pengamatan secara periodik dan hasilnya kemudian dimasukkan dalam suatu lembar kerja yang akan menghasilkan output hasil evaluasi
Lebih terperinciPemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).
Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yg unik. Pengembangan SPK Terdapat 3 (tiga) pendekatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alur pelayaran merupakan salah satu fasilitas pokok dari peruntukan wilayah perairan sebuah pelabuhan dan memiliki peranan penting sebagai akses keluar dan/atau masuk
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI PADA KAPAL (MCST-1 SHIP AUTOPILOT) DENGAN MEDIA KOMUNIKASI RF RADIO UNTUK MENDUKUNG SISTEM AUTOPILOT
PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI PADA KAPAL (MCST-1 SHIP AUTOPILOT) DENGAN MEDIA KOMUNIKASI RF RADIO UNTUK MENDUKUNG SISTEM AUTOPILOT Disusun Oleh : ARIF MUSA KUSUMA WARDHANA NRP. 2409 105 035 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berbasis augmented reality untuk menunjang promosi gedung Fakultas
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini yaitu mengembangkan media brosur berbasis augmented reality untuk menunjang promosi gedung Fakultas Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah jawa tengah keberadaan bus sudah banyak digunakan para masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan bus saat ini sebagai kendaraan angkutan umum untuk di setiap wilayah baik kota maupun provinsi sangatlah penting, tanpa kecuali di daerah jawa tengah
Lebih terperinciMuhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Sistem Informasi Bisnis
Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Sistem Informasi Bisnis 1 Outline Materi Konsep Dasar Sistem dan Informasi Pengertian Sistem Informasi Proses Bisnis Sistem Informasi Bisnis (e-bisnis) Jenis Sistem Informasi
Lebih terperinciLAN Jaringan yang bergantung pada kendali yang dipusatkan lebih mudah terganggu daripada jaringan yang kendalinya terdistribusi
LAN Pertemuan 5 5.1. Keuntungan LAN 1. LAN memudahkan penyaluran informasi dalam daerah geografis yang terbatas. 2. Memberikan suatu cara bagi komputer untuk saling berkomunikasi. 3. LAN memungkinkan adanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara Indonesia ini, perkembangan teknologi masa kini menuntut manusia untuk mengikuti perkembangan di berbagai sektor, salah satu diantaranya adalah sektor industri.
Lebih terperinciRANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciDESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT
DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT Andi Setiawan 1a) Moh Toni Prasetyo 2) Aris Kiswanto 3) 123) Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Jl. Kasipah no 10-12 Semarang-Indonesia a)
Lebih terperinciFTK untuk Karya Maritim Indonesia. Profesionalitas dan Integralistik LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAYARAN IPTEK FTK ITS 2014
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAYARAN IPTEK FTK ITS 2014 Profesionalitas dan Integralistik FTK untuk Karya Maritim Indonesia 15-18 Maret 2014 KM. CIREMAI PT. PELNI supported by : DAFTAR ISI Latar Belakang
Lebih terperinciKUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar
KUISIONER PENELITIAN No : PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD Pengantar Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui tingkat penerapan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.
33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan
Lebih terperinciSEJARAH & PERKEMBANGAN
Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK NEGERI 9 SEMARANG
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK NEGERI 9 SEMARANG Adelia Susanti A12.2008.03318 Program Studi Sistem Informasi S1, Universitas
Lebih terperinciDosen Pembimbing: Dr. Ir Achmad Affandi, DEA
LUCKY FATHMA TRISNANTI 2206100062 TELEKOMUNIKASI MULTIMEDIA TEKNIK ELEKTRO INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Dosen Pembimbing: Dr. Ir Achmad Affandi, DEA Pemanfaatan kanal radio HF dengan range frekuensi
Lebih terperinciPENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL
PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL Penelitian Thesis dilakukan di PT. SPIL. PT. SALAM PACIFIC INDONESIA LINES sebagai sebuah perusahaan dalam pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari Palang Merah Indonesia berada di Jakarta, unit pusat ini mengkoordinir unit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. Unit pusat dari Palang
Lebih terperinciBAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV
BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV 3.1. Persiapan Sebelum kegiatan survei berlangsung, dilakukan persiapan terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan survei
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api adalah salah satu moda transportasi darat disamping angkutan umum pada jalan raya yang diharapkan dapat meningkatkan mobilitas dan melancarkan distribusi
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN
Lebih terperinciSTUDI PENETAPAN DAERAH BAHAYA (DANGEROUS AREA) DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA BERDASARKAN AIS DATA
STUDI PENETAPAN DAERAH BAHAYA (DANGEROUS AREA) DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA BERDASARKAN AIS DATA Abstrak (Sangkya Yuda Yudistira/4205100077) Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah dengan mengumpulkan data-data yang memberikan informasi sesuai dengan materi, yaitu Ergonomi. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan dalam permasalahan.(isikan sesuai dengan masalah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Permasalahan Tuliskan latar belakang sesuai dengan yang ada pada Format Umum Laporan. Persoalan didefinisikan secara mendetail sesuai dengan ruang lingkup persoalan yang
Lebih terperinciVII. TATA LETAK PABRIK
VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik perlu ditentukan dengan tepat agar dapat memberikan keuntungan, baik secara teknis maupun ekonomis. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Skripsi ini bertujuan untuk merancang dan merealisasikan sebuah alat yang dapat mengetahui posisi terkini, menampilkan informasi waktu, ketinggian, dan perkiraan waktu tiba
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berdasarkan hasil analisa dan perancangan sistem yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dilanjutkan ke tingkat implementasi, implementasi program aplikasi menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri
Lebih terperinciISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN METODE MULTI-CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Faisal Piliang Sistem Informasi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan panjang pantai 81.000 Km dimana ± 2/3 wilayah kedaulatannya berupa perairan. Dengan memanfaatkan potensi wilayah ini banyak
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...
Lebih terperinciPENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG
PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com
Lebih terperinciSistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik
Jurnal Teknik Elektro, Vol. 9, No. 2, September 2016, 43-48 ISSN 1411-870X DOI: 10.9744/jte.9.2.43-48 Sistem Kendali dan Pemantauan Kursi Roda Elektrik Daniel Christian Yunanto, Handry Khoswanto, Petrus
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang
Lebih terperinciFakta.
Fakta http://ecocampus.its.ac.id/?p=46 http://file.upi.edu/direktori http://bisnis.vivanews.com Latar Belakang SOLUSI? Sistem Monitoring dan Kontrol Intensitas Cahaya Pada Ruang Kuliah PROGRAM STUDI D3
Lebih terperinciPEMROGRAMAN TERSTRUKTUR
PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR I. SEJARAH PENGEMBANGAN PROGRAM - PROGRAM BANYAK BERISI INSTRUKSI GOTO - BERISI PROSES YANG MELOMPAT MUNDUR KEBARIS SEBELUMNYA Mulai : GOTO Hitung Hitung : GOTO Hitung IDE-IDE :
Lebih terperinci