BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 A. Efektivitas Penyemprotan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pengaplikasian herbisida, terlebih dahulu diukur jumlah persentase gulma dilahan A, B, dan C. Menurut usumawardani (1997) penutupan gulma lebih besar dari 75% layak untuk diuji persentase penutupan gulmanya. Hasil pengukuran sampel menggunakan bingkai pengamatan diperoleh jumlah persentase gulma berdaun sempit dan berdaun lebar berturut-turut di lahan percobaan adalah 54.6% dan 39.9%. Pada lahan A (0.40 ha) dan B (0.94 ha) penutupan gulma berturut-turut adalah sebesar 92.55% dan 98.40% yang merupakan lahan pada masa post emergence sedangkan pada lahan C adalah sebesar 0% yang merupakan lahan pada masa pre emergence. Berikut adalah gambar lahan sebelum dilakukan aplikasi herbisida. Gambar 11. ondisi Lahan Sebelum Dilakukan Penyemprotan Aplikasi di lahan A, S I dan II pada lima hari setelah aplikasi menunjukan bahwa penurunan penutupan gulma menjadi sebesar ( )% yakni berkurang 9.85% dari keadaan awal. Aplikasi PS di lahan B pada lima hari setelah aplikasi menunjukan penurunan penutupan gulma menjadi 93.7% atau berkurang 4.7%. usumawandani (1997) menyatakan bahwa setelah penyemprotan herbisida terhadap gulma maka gulma akan mati total sekitar dua minggu setelah penyemprotan. Aplikasi penyemprotan menggunakan BS di lahan C dengan penutupan gulma 0% tidak dilihat keefektivannya dikarenakan setelah aplikasi herbisida di lahan, pengamatan pertumbuhan gulma membutuhkan waktu yang cukup lama. Berikut adalah hasil pengamatan setelah penyemprotan dari hari pertama hingga hari kelima setelah aplikasi herbisida tersaji dalam Tabel 6. 20

2 No Tipe Sprayer 1 S I 2 S II 3 PS Titik Sampel Tabel 6. Hasil Pengamatan Aplikasi Herbisida di Lahan Uraian Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 13 DL, 69 DS, DL, 6 DS, DL, 4 DS 90 DL, DL, 9 DS DS D1, DL D1 DS D1, DL D2 DS D1, DL D2 DS D3, DL D2 DS D1, DL D3 DS D1, DL D3 DS D4, DL D3 DS D3, DL D4 DS D3, DL D4 DS D6, DL D5 DS D4, DL D6 DS D5, DL D6 DS D8, DL D6 DS D6, DL D7 DS D5, DL D6 DL D2 DL D3 DL D4 DL D6 DL D8 DS D1, DL D2 DS D3, DL D4 DS D4, DL D5 DS D5, DL D7 DS D7, DL D7 Jumlah Gulma Teraplikasi 25 M, 8 S, M, 16 S, M, 29 S, 8 50 M, 20 S, 30 Persentase Gulma Mati (%) M, 28 S DS DS D1 DS D3 DS D4 DS D5 DS D7 52 M, 48 S DL DL D2 DL D4 DL D5 DL D6 DL D7 57 M, 30 S, DL, 62 DS D1, DS D4, DS D4, DS D5, DS D7, 43 M, 40 S, 17 DS DL D1 DL D4 DL D4 DL D5 DL D DL, 3 DS D1, DS D1, DS D2, DS D4, DS D6, 63 M, 32 S, 5 DS, 4 DL D2 DL D3 DL D3 DL D5 DL D DS DS D1 DS D3 DS D4 DS D5 DS D7 65 M, 35 S 65 Rata-rata DL, 5 DS D1, DS D1, DS D3, DS D5, DS D6, 30 M, 10 S, 60 DS, 58 DL D1 DL D3 DL D5 DL D6 DL D DL, 98 DS D1, DS D3, DS D4, DS D5, DS D6, DS DL D1 DL D4 DL D5 DL D6 DL D7 77 M, 23 S DL, DS D1, DS D1, DS D3, DS D5, DS D6, 82 M, 4 S, DS, 8 DL D2 DL D3 DL D4 DL D6 DL D DL, 99 DS D1, DS D3, DS D4, DS D6, DS D7, DS DL D2 DL D4 DL D5 DL D7 DL D8 77 M, 23 S DS, 2 43 M, 35 S, 22 DS D2 DS D4 DS D5 DS D6 DS D DL, 97 DS D1, DS D2, DS D3, DS D5, DS D6, 62 M, 18 S, 20 DS DL D2 DL D4 DL D5 DL D7 DL D DL, 1 DS D1, DS D3, DS D4, DS D6, DS D7, 83 M, 10 S, 3 DS, 7 DL D1 DL D3 DL D5 DL D7 DL D DL, 45 M, 4 S, 51 DL D2 DL D3 DL D4 DL D6 DL D DL DL D2 DL D4 DL D5 DL D6 DL D7 44 M, 56 S DL, 1 DS DS D2, DL D2 DS D4, DL D4 DS D4, DL D4 DS D6, DL D6 DS D7, DL D7 52 M, 48 S 52 Rata-rata DS DS D1 DS D2 DS D3 DS D4 DS D5 66 M, 34 S DS DS D1 DS D2 DS D3 DS D3 DS D4 27 M, 73 S DS DS D1 DS D2 DS D4 DS D5 DS D7 96 M, 2 S, DL, 73 DS DS D1, DL D2 DS D2, DL D3 DS D3, DL D3 DS D4, DL D4 DS D5, DL D5 55 M, 27 S, DS DS D1 DS D2 DS D4 DS D5 DS D7 97M, DL, 16 DL D2 DL D3 DL D5 DL D7 DL D9 81 M, DS DS D1 DS D2 DS D3 DS D4 DS D5 77 M, 23 S DS DS D1 DS D2 DS D4 DS D4 DS D5 92 M, 8 S DS DS D1 DS D2 DS D4 DS D6 DS D7 94 M, DS DS D1 DS D2 DS D3 DS D4 DS D5 85 M, Rata-rata 77 21

3 eterangan notasi: DL : Daun Lebar DS : Daun Sempit D1 : Terlihat bercak coklat D2 : Terdapat bercak coklat dan bagian pinggir daun mengering D3 : Daun berubah warna D4 : Daun mulai layu D5 : Daun layu sebagian D6 : Daun mengering sebagian D7 : Daun mengering D8 : Layu kering D9 : Mati ering M : Mati S : Segar : osong Hasil pengamatan lima hari setelah aplikasi menunjukan persentase gulma yang mati (kering) di lahan A untuk S I adalah 53.6% dan S II adalah 59.5%. Di lahan B untuk PS adalah 77%. Dosis herbisida yang digunakan oleh S I, S II, dan PS adalah sama yakni 2,4 D-amina 1.5 liter/ha, ametryn 2.5 liter/ha, paraquat 0.5 liter/ha, sticker 0.5 liter/ha, dan glyphosate 2 liter/ha. Dosis herbisida yang digunakan oleh BS adalah 2,4 D-amina 1.5 liter/ha dan diuron 2.5 liter/ha. Gambar 12. Sampel Aplikasi Menggunakan napsack Sprayer I Gambar 13. Sampel Aplikasi Menggunakan napsack Sprayer II 22

4 Gambar 14. Sampel Aplikasi Menggunakan napsack Power Sprayer Herbisida 2,4 D-amina efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, ametryn efektif untuk mengendalikan gulma berdaun sempit, paraquat efektif untuk melukai dinding sel daun sehingga penetrasi herbisida lain lebih tinggi, sticker efektif sebagai perekat herbisida pada permukaan daun, glyphosate efektif untuk mengendalikan gulma baik berdaun sempit maupun berdaun lebar, dan diuron efektif digunakan pada saat pre emergence. Nishimoto (1985) menyatakan banwa penetrasi herbisida sistemik akan berbanding lurus dengan konsentrasi herbisida yang disemprotkan. Menurut Ashton dan Monaco (1991) menyatakan bahwa penambahan dosis penyemprotan dengan volume pelarut yang sama akan menghasilkan laju penetrasi ke dalam tumbuhan yang lebih baik karena perbedaan konsentrasi antara larutan herbisida dengan larutan di dalam tumbuhan semakin besar. Pengamatan efektivitas pada PS lebih baik dibandingkan menggunakan S, hal ini dapat disebabkan karena pada PS sumber tenaga pemompaan herbisida berasal dari motor bakar internal sehingga debit penyemprotan dan tekanan kerja lebih stabil, jika tekanan lebih tinggi maka penetrasi cairan herbisida yang mengenai permukaan daun akan lebih tinggi dan akan seragam pada setiap luas permukaan daun yang teraplikasi, pada S sumber tenaga pemompaan berasal dari pemompaan tuas oleh operator sehingga keletihan operator sangat mempengaruhi debit penyemprotan dan tekanan kerja yang dihasilkan. Penelitian ini tidak ada perlakuan nosel yang digunakan untuk membandingkan keefektivan kinerja masing-masing sprayer, nosel yang dipergunakan adalah nosel standar yang diberikan produsen pada saat membeli sprayer tersebut. Salah satu nosel yang tepat untuk aplikasi herbisida sistemik adalah nosel flat yang memenuhi pola semprot merata (Houmy, 1999). Berikut adalah gambar nosel yang digunakan dalam penelitian. (a) (b) (c) (d) Gambar 15. Nosel yang Digunakan dalam Penelitian. (a) nosel S I, (b) nosel S II, (c) nosel PS, (d) nosel BS 23

5 B. Biaya dan Unjuk erja Aplikasi Penyemprotan Tiga jenis sprayer yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai bentuk, ukuran, dan teknologi yang berbeda, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7. Spesifikasi masing-masing sprayer dapat mempengaruhi kinerja di lahan. Isi tangki S I lebih besar satu liter dari pada S II sehingga tidak berulang kali mengisi tangki. S I memiliki diameter selang dan pipa lebih kecil dari pada S II sehingga dapat mempengaruhi debit penyemprotan. S I untuk mengaplikasi lahan A (0.20 ha) membutuhkan waktu 2.03 jam sehingga kapasitas lapang efektif (LE) dan kapasitas lapang teroritis (LT) S I berturut-turut adalah ha/jam dan ha/jam. LE dan LT S II berturut-turut adalah adalah ha/jam dan ha/jam serta lama aplikasi 0.20 ha adalah 1.80 jam. LE dan LT PS berturut-turut adalah ha/jam dan ha/jam serta lama aplikasi 0.94 ha adalah 4.62 jam. LE dan LT BS berturut-turut adalah ha/jam dan ha/jam serta lama aplikasi 0.93 ha adalah 0.35 jam. Sehingga efisiensi lapang untuk S I, S II, PS, dan BS berturut-turut adalah 41.89%, 50.14%, 86.71% dan 52.70%. Tabel 7. Spesifikasi tiga jenis sprayer yang digunakan dalam penelitian herbiciding gulma tebu No. Spesifikasi Satuan napsack napsack napsack Power Boom Sprayer 1 Sprayer 2 Sprayer Sprayer 1 Merk Alpha Tasco Tasco Jacto 2 Tipe Alpha 16 Mist 15 TF 900 Condor BX-12/75 3 Panjang mm Lebar mm Tinggi mm Panjang Selang mm (hose) 7 Diameter Selang mm Panjang Pipa (Lance) mm Diameter Pipa mm Panjang Boom mm Jarak antar Nozzle mm Bobot osong kg apasitas Tangki liter Debit liter/detik Tekanan erja kg/cm Lebar erja Efektif cm - 129* 102.4* - 17 Ukuran Droplet mikron - 203* 146* - 18 Tipe Nozzle Flat Fan Flat Fan Hollow Cone Flat Fan 19 Harga Rp/unit 175, ,000 1,550,000 51,300,000 *diperoleh dari hasil pengujian oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian, Deptan 24

6 Hasil tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan kecepatan maju, lebar kerja, dan lama aplikasi di lahan dan perhitungan teoritis menggunakan rumus. PS memperoleh efisiensi lapang terbesar, hal ini dapat dikarenakan lama pengolahan dengan nilai 4.62 jam cukup singkat untuk mengolah 0.94 ha dan kecepatan maju. Namun terdapat kekurangan pada PS yakni bobot yang terlalu berat untuk jenis knapsack sprayer. Pada Tabel 7 ditunjukan bahwa ukuran droplet PS lebih kecil dari pada S II, yang mana dengan ukuran droplet yang lebih kecil meningkatkan daya penetrasi atau daya tembus larutan herbisida yang disemprotkan ke permukaan daun gulma sehingga menimbulkan efek lebih nyata terhadap kematian gulma. Penelitian ini kondisi angin dianggap sama pada setiap pengamatan seingga faktor angin tidak diperhitungkan. Tekanan kerja akan mempengaruhi ukuran butiran cairan yang dihasilkan untuk suatu nosel yang sama. Semakin besar tekanannya proses penumbukan cairan pada waktu akan keluar dari nosel makin besar, disamping itu selisih kecepatan antara udara yang meniup dengan cairan di dalam tangki menjadi makin besar pula, sehingga lembaran cairan di dalam tangki menjadi semakin besar pula, sehingga lembaran cairan yang terbawa makin tipis, tumbukan makin besar dan butiran cairan yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini mempengaruhi bentuk penyebaran dan kemampuan melekatnya butiran pada bagian tanaman. estabilan tekanan juga berpengaruh pada keseragaman penyemprotan pada knapsack sprayer. Tekanan kerja yang terukur pada SI dan S II adalah sama yakni 2.2 kg/cm 2, pada PS 2.5 kg/cm 2, dan BS adalah 3.5 kg/cm 2. BS memiliki tekanan kerja paling tinggi tetapi tidak dapat dilihat efek penyemprotannya dikarenakan BS digunakan pada lahan yang belum tumbuh gulma. Aplikasi herbisida post emergence menggunakan S dan PS, PS memiliki tekanan kerja terukur lebih tinggi dibandingkan S sehingga secara teoritis PS memiliki daya penetrasi lebih tinggi dibandingkan S. Hal ini terbukti pada pembahasan mengenai efektivitas penyemprotan dan ditunjukan pada Tabel 6. Tabel 8. Perhitungan apasitas Penggunaan Larutan Herbisida Tipe Sprayer LE (ha/jam) Debit (liter/jam) Trowput Capacity Volume Herbisida Volume Air Total Volume Campuran Herbisida Inefisiensi Larutan Herbisida Persentase Inefisiensi (%) S I S II PS BS Pada Tabel 7 ditunjukan bahwa hubungan debit dengan kapasitas lapang efektif menghasilkan kapasitas penggunaan larutan herbisida (throwput capacity) di lahan untuk masing-masing sprayer. Hasil perhitungan menunjukan S I memperoleh throwput capacity sebesar liter/ha. Jumlah ini melebihi total volume larutan herbisida standar perusahaan yakni 400 liter untuk satu hektar lahan. Hal ini menyebabkan ketidakefisienan (inefisiensi) penggunaan larutan herbisida sebesar liter atau 54.3%. S II memperoleh throwput capacity sebesar liter/ha. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan S I. Inefisiensi penggunaan larutan herbisida untuk S II adalah liter atau 47.2%, nilai ini lebih kecil 7.1% dibandingkan S I. PS memperoleh throwput capacity sebesar liter/ha. Inefisiensi penggunaan larutan herbisida sebesar liter atau 4.7%. PS memperoleh jumlah inefisiensi tertinggi diantara knapsack sprayer lainnya karena nilai LE dan debit 25

7 lebih tinggi. PS memiliki throwput capacity lebih rendah dibanding S tetapi efektivitas yang dihasilkan yang diperoleh PS lebih tinggi dibanding S, hal ini dapat dikarenakan ukuran droplet dan tekanan kerja yang terukur pada PS lebih tinggi dibandingkan S. Ukuran droplet dan tekanan kerja sangat mempengaruhi evektivitas aplikasi herbisida. BS memperoleh throwput capacity sebesar liter/ha. Larutan herbisida yang digunakan oleh BS merupakan penggunaan paling efisien dibanding dengan sprayer lainnya karena untuk mengolah satu hektar lahan, BS diberikan kapasitas volume 600 liter sehingga BS efisien dalam penggunaan larutan herbisida sebesar liter/ha atau 24.4%. Tabel 9. Tabulasi Perhitungan Biaya Total Masing-masing Sprayer napsack napsack napsack Parameter / Variabel Satuan Boom Sprayer Sprayer I Sprayer II Power Sprayer Luas lahan teraplikasi ha Volume aplikasi larutan liter Lama waktu aplikasi jam Volume bahan bakar liter apasitas lapang efektif ha/jam Debit aplikasi herbisida liter/jam onsumsi bahan bakar liter/jam Harga bahan bakar Rp/liter Throwput capacity liter/ha Weed cover % Biaya aplikasi herbisida Rp/jam 22, , , , Biaya konsumsi b. bakar Rp/jam - - 3, , Upah operator Rp/jam 7, , , , Waktu operasional unit jam/tahun Harga unit sprayer Rp/unit 175, ,000 1,550, ,825,000 Umur Ekonomis tahun Biaya penyusutan Rp/tahun 157, ,000 1,395,000 23,384,250 Biaya Bunga Modal Rp/tahun 18, , , ,004, Biaya operasional Rp/jam 29, , , , Biaya tetap Rp/jam , Biaya total Rp/jam 29, , , , Biaya aplikasi herbisida Rp/ha 303, , , , Perhitungan biaya total untuk masing-masing sprayer terdapat pada tabel diatas. S I dan S II tidak diperhitungkan karena S I dan S II tidak membutuhkan bahan bakar saat aplikasi di lahan. Harga bahan bakar yang digunakan oleh traktor untuk menggerakkan BS adalah standar harga minyak diesel industri sebersar Rp 7,705.00/liter. Asumsi umur ekonomis untuk S I, S II, PS, dan BS berturut-turut adalah satu tahun, satu tahun, dua tahun, dan sepuluh tahun. Perhitungan biaya penyusutan sprayer menggunakan metode garis lurus. Perhitungan biaya bunga modal menggunakan metoda majemuk yakni dengan memperhitungkan tingkat suku bunga yang berlaku didunia perbangkan. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 10.5% bersumber dari bank nasional pada periode Juli Waktu operasional setiap sprayer sama yaitu tujuh jam per hari atau 2520 jam/tahun. 26

8 Biaya aplikasi herbisida dalam rupiah per hektar mengandung pengertian biaya yang barus dikeluarkan untuk aplikasi herbisida mengunakan sprayer dalam satu hektar lahan, sedangkan dalam rupiah per jam mengandung pengertian biaya yang harus dikeluarkan untuk aplikasi herbisida menggunakan sprayer per satu jam operasi kerja. S I lebih tinggi dibanding S II, namun LE S II lebih tinggi dibanding S I. Hal ini dapat disebabkan karena S II, waktu aplikasi di lahan lebih cepat dibanding S I sehingga dengan kecepatan maju dan luas lahan yang sama S II lebih efisien dibanding S I. Biaya aplikasi herbisida dan biaya operasional dalam rupiah per jam untuk S I lebih rendah dibanding S II. Hal ini dapat disebabkan karena debit penyemprotan yang dihasilkan oleh masing-masing knapsack sprayer sehingga dapat mempengaruhi banyaknya herbisida yang dibutuhkan untuk aplikasi di lahan. Weed cover S II lebih rendah dibanding S I, hal ini menunjukan kinerja S II lebih baik dibanding S I, namun kondisi S II masih baru sedangkan S I telah lama dipakai. Membandingkan PS dengan S I dan II, biaya aplikasi herbisida dalam rupiah per jam untuk PS paling tinggi diantara knapsack sprayer lain yang digunakan dalam penelitian. Biaya operasional PS memperhitungkan biaya konsumsi bahan bakar, sehingga biaya operasional dan biaya total PS hampir dua kali lipat dibanding S I dan S II. Namun biaya aplikasi herbisida dalam rupiah per hektar PS tidak berbeda jauh dibandingkan S I dan S II, hal ini disebabkan karena waktu aplikasi dalam jam per hektar lebih kecil dibanding S I dan S II sehingga pengaplikasian herbisida di lahan dapat dilakukan dengan cepat dan membutuhkan biaya yang rendah. Aplikasi menggunakan BS merupakan paling rendah dilihat dari biaya aplikasi herbisida dalam rupiah per hektar. BS paling rendah karena waktu pengaplikasian herbisida di lahan cukup singkat walaupun dari segi biaya konsumsi bahan bakar, biaya operasional, biaya tetap, dan harga unit paling tinggi dibanding PS, S I, dan S II. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 hingga April 2012 di areal lahan hak guna usaha (GU) Divisi I PT PG Laju Perdana Indah site OKU, Palembang,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Data. Lampiran 2. Gambar Aplikasi Herbisida di Lahan. Lampiran 3. Perhitungan Unjuk Kerja dan Biaya Aplikasi Herbisida

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Data. Lampiran 2. Gambar Aplikasi Herbisida di Lahan. Lampiran 3. Perhitungan Unjuk Kerja dan Biaya Aplikasi Herbisida LAMPIRAN 30 Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Data Lampiran 2. Gambar Aplikasi erbisida di Lahan Lampiran 3. Perhitungan Unjuk Kerja dan Biaya Aplikasi erbisida 31 Ulangan ke- Tabel Debit Penyemprotan Masing-masing

Lebih terperinci

PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM APLIKASI HERBISIDA MENGGUNAKAN SPRAYER HIBRID VICKY SYAIFUL ULUM

PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM APLIKASI HERBISIDA MENGGUNAKAN SPRAYER HIBRID VICKY SYAIFUL ULUM PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM APLIKASI HERBISIDA MENGGUNAKAN SPRAYER HIBRID VICKY SYAIFUL ULUM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI LINTASAN UJI Tanah yang digunakan untuk pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB adalah

Lebih terperinci

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi)

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi) 9. PEMBAHASAN UMUM Beberapa metode analisa komputasi cerdas digunakan dalam penelitian pendeteksian serangan gulma. Masing-masing metode diarahkan untuk mencapai tujuan analisa utama yaitu pendeteksian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan perkebunan tebu milik PT. Laju Perdana Indah (LPI), Palembang, Sumatera Selatan. Tempat ini berada pada elevasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Bertempat di salah satu kebun tebu di Kelurahan Cimahpar Kecamatan

Lebih terperinci

Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering

Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering Herbiciding at Dry LandSugarcane Plantation Gatot Pramuhadi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian InstitutPertanian Bogor (IPB)

Lebih terperinci

MENGENAL DAN MERAWAT MESIN PENYEMPROT

MENGENAL DAN MERAWAT MESIN PENYEMPROT MENGENAL DAN MERAWAT MESIN PENYEMPROT Pada budidaya tanaman untuk mengendalikan gulma, hama dan penyakit tanaman umumnya digunakan pestisida berbentuk cair dan tepung. Untuk mengaplikasikannya pestisida

Lebih terperinci

PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM APLIKASI PUPUK CAIR MENGGUNAKAN SPRAYER GENDONG BERMOTOR TEGUH ADITYA SAPUTRA

PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM APLIKASI PUPUK CAIR MENGGUNAKAN SPRAYER GENDONG BERMOTOR TEGUH ADITYA SAPUTRA PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM APLIKASI PUPUK CAIR MENGGUNAKAN SPRAYER GENDONG BERMOTOR TEGUH ADITYA SAPUTRA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM PADA BERBAGAI DOSIS DAN KONSENTRASI HERBISIDA MENGGUNAKAN SPRAYER 2-IN-1 RICHY ZULYVER SINAGA

PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM PADA BERBAGAI DOSIS DAN KONSENTRASI HERBISIDA MENGGUNAKAN SPRAYER 2-IN-1 RICHY ZULYVER SINAGA PENGATURAN PENYEMPROTAN OPTIMUM PADA BERBAGAI DOSIS DAN KONSENTRASI HERBISIDA MENGGUNAKAN SPRAYER 2-IN-1 RICHY ZULYVER SINAGA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP VII. KALIBRASI PESTISIDA & ALAT SEMPROT KALIBRASI PESTISIDA DAN ALAT SEMPROT Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-07 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER DAN KNAPSACK MOTOR PADA PENYEMPROTAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Yuliyanto 1 ; Nafrin Wijaya Kesuma 2 ; & Rufinusta Sinuraya 3 1,2,3 Program Budidaya

Lebih terperinci

STUDI APLIKASI KNAPSACK SPRAYER, KNAPSACK POWER SPRAYER, DAN BOOM SPRAYER DI PT. LAJU PERDANA INDAH, PALEMBANG, SUMATERA SELATAN SKRIPSI

STUDI APLIKASI KNAPSACK SPRAYER, KNAPSACK POWER SPRAYER, DAN BOOM SPRAYER DI PT. LAJU PERDANA INDAH, PALEMBANG, SUMATERA SELATAN SKRIPSI STUDI APLIKASI KNAPSACK SPRAYER, KNAPSACK POWER SPRAYER, DAN BOOM SPRAYER DI PT. LAJU PERDANA INDAH, PALEMBANG, SUMATERA SELATAN SKRIPSI GHULAM ASPAR F14080022 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Modifikasi Nosel pada Sistem Penyemprotan untuk Pengendalian Gulma Menggunakan Sprayer Gendong Elektrik

Modifikasi Nosel pada Sistem Penyemprotan untuk Pengendalian Gulma Menggunakan Sprayer Gendong Elektrik Technical Paper Modifikasi Nosel pada Sistem Penyemprotan untuk Pengendalian Gulma Menggunakan Sprayer Gendong Elektrik Modification of Spraying System For Weed Control Utilize With Knapsack Electric Sprayer

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA

ANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA ANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA Xander Salahudin, Sri Widodo, Miftahkul Khoir, Aris Priyatmoko Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

MODIFIKASI JUMLAH NOSEL SPRAYER GENDONG BERMOTOR DAN UJI KINERJA PADA BERBAGAI TEKANAN SEMPROT DAN TIPE NOSEL TEGUH KURNIAWAN

MODIFIKASI JUMLAH NOSEL SPRAYER GENDONG BERMOTOR DAN UJI KINERJA PADA BERBAGAI TEKANAN SEMPROT DAN TIPE NOSEL TEGUH KURNIAWAN MODIFIKASI JUMLAH NOSEL SPRAYER GENDONG BERMOTOR DAN UJI KINERJA PADA BERBAGAI TEKANAN SEMPROT DAN TIPE NOSEL TEGUH KURNIAWAN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

STUDI TEKNO-EKONOMI MESIN TANAM INDO JARWO TRANSPLANTER 2:1 DI KABUPATEN DHARMASRAYA DAN PADANG PARIAMAN

STUDI TEKNO-EKONOMI MESIN TANAM INDO JARWO TRANSPLANTER 2:1 DI KABUPATEN DHARMASRAYA DAN PADANG PARIAMAN STUDI TEKNO-EKONOMI MESIN TANAM INDO JARWO TRANSPLANTER 2:1 DI KABUPATEN DHARMASRAYA DAN PADANG PARIAMAN Study of Techno-Economic of Indo Jarwo Transplanter 2:1 in Dharmasraya and Padang Pariaman Regency

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tebu bisa dibedakan dalam lima tahap yaitu pengolahan tanah, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Budidaya tebu harus dilaksanakan seefektif dan seefisien

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA TANAMAN PERKEBUNAN Pengenalan Knapsack Sprayer

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA TANAMAN PERKEBUNAN Pengenalan Knapsack Sprayer LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA TANAMAN PERKEBUNAN Pengenalan Knapsack Sprayer Disusun oleh : Sofyan Asiddiq 12-05-0111 BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D IV POLITEKNIK PERKEBUNAN LPP YOGYAKARTA 2014 BAB

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Aspek Teknis

PEMBAHASAN Aspek Teknis 47 PEMBAHASAN Aspek Teknis PT. Gula Putih Mataram menggunakan sistem mekanisasi dalam kegiatan pengolahan lahan, hal ini menyebabkan dalam pelaksanaan pengolahan tanah sangat tergantung pada kondisi tanah.

Lebih terperinci

V. MESIN PENGENTAL HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

V. MESIN PENGENTAL HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN V. MESIN PENGENTAL HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN 5.1 Sprayer 5.1.1 Pengertian Dasar Sprayer Sprayer adalah alat / mesin atau bentuk mekanisme yang memecah suatu cairan atau larutan suspense menjadi partikel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar 39 Lampiran 1. Flowchart pengerjaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Penelitian dilakukan di lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PG Pesantren Baru yang terletak di desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan. menentukan dimensi. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 39 Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William)

Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William) Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William) pipa Koefisien Kehalusan C Pipa besi cor, baru 130 Pipa besi cor, tua 100 Pipa baja, baru 120 ~ 130 Pipa baja, tua 80 ~ 100 Pipa dengan lapisan semen

Lebih terperinci

DESAIN DAN KONSTRUKSI GRID PATTERNATOR UNTUK PENGUJIAN KINERJA PENYEMPROTAN SPRAYER NGUDI AJI JAKA YUWANA

DESAIN DAN KONSTRUKSI GRID PATTERNATOR UNTUK PENGUJIAN KINERJA PENYEMPROTAN SPRAYER NGUDI AJI JAKA YUWANA DESAIN DAN KONSTRUKSI GRID PATTERNATOR UNTUK PENGUJIAN KINERJA PENYEMPROTAN SPRAYER NGUDI AJI JAKA YUWANA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Rekayasa Mobile Sprayer Machine untuk Pemeliharaan Tanaman Tebu Lahan Kering. Design of Mobile Sprayer Machine for Dry Land Sugarcane Maintenace

Rekayasa Mobile Sprayer Machine untuk Pemeliharaan Tanaman Tebu Lahan Kering. Design of Mobile Sprayer Machine for Dry Land Sugarcane Maintenace Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2014 Vol. 19 (2): 98 103 ISSN 0853 4217 Rekayasa Mobile Sprayer Machine untuk Pemeliharaan Tanaman Tebu Lahan Kering Design of Mobile Sprayer Machine for

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS BIAYA DARI PROSES PRODUKSI

KEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS BIAYA DARI PROSES PRODUKSI ANALISIS BIAYA MESIN PERTANIAN Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 ANALISIS BIAYA ALAT/MESIN PERTANIAN TUJUAN SUATU USAHA KEUNTUNGAN KEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Penyusun E. Sutisna Noor Penyunting Arif Musaddad Ilustrasi T. Nizam Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan tanaman tebu PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang yang terletak di blok Cidangdeur, desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten

Lebih terperinci

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung III. METODELOGI PERCOBAAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni-Agustus 2014 dengan lokasi penelitian bertempat di peternakan kambing di Desa Sumberrejo, Kecamatan Batanghari, Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. mulai

Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. mulai 42 Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian mulai Mengukur luas lahan sawah Membagi menjadi 9 petakan Waktu pembajakan Pembajakan Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s Waktu pengglebekan Pengglebekan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB V. ALAT MESIN PERTANIAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN TRAKTOR DALAM PENGOLAHAN TANAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN MAKALAH Oleh: TAUFIK RIZALDI, STP, MP. DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Observasi desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol pada literatur Penyusunan desain dan rancangan Alat Destilasi bioetanol Pemilihan bahan

Lebih terperinci

7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan

7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan 7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN Pendahuluan Pada praktek pertanian presisi peralatan digunakan untuk membawa dan mendistribusikan bahan cair dan padat. Pendistribusian bahan padat bisa berupa bibit

Lebih terperinci

M T. 1 liter air, Kebutuhan bahan bakar. 3 liter air, Kebutuhan bahan bakar

M T. 1 liter air, Kebutuhan bahan bakar. 3 liter air, Kebutuhan bahan bakar 34 Lampiran 1. Kebutuhan bahan bakar Kebutuhan bahan bakar M T 1 liter air, Kebutuhan bahan bakar 67gr 372dtk 0, 18 gr/dtk 3 liter air, Kebutuhan bahan bakar 127gr 1011dtk 0, 12 gr/dtk 5 liter air, Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan September 2011. Studi literatur dan pengambilan data sekunder akan dilaksanakan di perpustakaan IPB

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi manusia untuk beraktifitas sehari-hari dapat terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi manusia untuk beraktifitas sehari-hari dapat terpenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi manusia untuk beraktifitas sehari-hari dapat terpenuhi apabila tanaman pangan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Tanaman pangan berupa hortikultura

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

MODIFIKASI SISTEM PENYEMPROTAN UNTUK PENGENDALIAN GULMA MENGGUNAKAN SPRAYER GENDONG ELEKTRIK MUHAMMAD NAFIS RAHMAN

MODIFIKASI SISTEM PENYEMPROTAN UNTUK PENGENDALIAN GULMA MENGGUNAKAN SPRAYER GENDONG ELEKTRIK MUHAMMAD NAFIS RAHMAN i MODIFIKASI SISTEM PENYEMPROTAN UNTUK PENGENDALIAN GULMA MENGGUNAKAN SPRAYER GENDONG ELEKTRIK MUHAMMAD NAFIS RAHMAN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan terhitung dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni tahun 2009 yang bertempat di lahan HGU PG Pesantren Baru, Kediri,

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU DR. IR. WAHYU WIBAWA,

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai

Pengujian alat. Pengukuran parameter. Analisis data. selesai 47 b a Pengujian alat tidak Uji kelayakan ya Pengukuran parameter Analisis data selesai 48 Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk dalam kehidupan sehari hari keberadaan nyamuk sangat dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat penampungan

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) 1 1) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Limau Manis, Pauh, Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) : PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays. L) PADA BERBAGAI PENGELOLAAN GULMA DI KABUPATEN DELI SERDANG Growth and Production of Maize (Zea mays L) in the Various of Weed Control in Distric Deli Serdang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

UJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA TRENCHER BERTENAGA TRAKTOR RODA EMPAT UNTUK PEMBUATAN PARIT PADA TANAH PADAS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X JEMBER

UJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA TRENCHER BERTENAGA TRAKTOR RODA EMPAT UNTUK PEMBUATAN PARIT PADA TANAH PADAS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X JEMBER UJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA TRENCHER BERTENAGA TRAKTOR RODA EMPAT UNTUK PEMBUATAN PARIT PADA TANAH PADAS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X JEMBER Yuan Septia 1, Siswoyo Soekarno 1, Ida Bagus Suryaningrat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data dan pengumpulan data.data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi obyek penilitian dan hasil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Kinerja Sprayer Bermotor dalam Aplikasi Pupuk Daun di Perkebunan Tebu

Kinerja Sprayer Bermotor dalam Aplikasi Pupuk Daun di Perkebunan Tebu Technical Paper Kinerja Sprayer Bermotor dalam Aplikasi Pupuk Daun di Perkebunan Tebu Working Performance of Motor Sprayer on Foliar Fertilizer Application in a Sugarcane Plantation Wawan Hermawan 1 Abstract

Lebih terperinci

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Lampiran 1. Spesifikasi traktor pengujian Spesifikasi Traktor Pengujian Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Merk/Type Kubota B6100 Tahun pembuatan 1981 Bahan bakar Diesel Jumlah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat m diatas

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat m diatas BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat 1.250 m diatas permukaan laut.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

Mesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet

Mesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet Standar Nasional Indonesia Mesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet ICS 65.060.40 Badan Standardisasi Nasional Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai Mesin pengasap jinjing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kinerja Mesin Diesel Hasil penelitian dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan data dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS AIR KELAPA FERMENTASI SEBAGAI LARUTAN PENGHEMAT HERBISIDA KOMERSIL

EFEKTIFITAS AIR KELAPA FERMENTASI SEBAGAI LARUTAN PENGHEMAT HERBISIDA KOMERSIL JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 1 No.1 ; November 214 ISSN 247-4624 EFEKTIFITAS AIR KELAPA FERMENTASI SEBAGAI LARUTAN PENGHEMAT HERBISIDA KOMERSIL *SETIADI KURNIAWAN 1, YUYUN KURNIAWATI 1, DWI SANDRI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu pada

Lebih terperinci

PANGAN 21. Hal September Terakreditasi B Nomor : 327/Akred-LIPIIP2MBI/04/20 11

PANGAN 21. Hal September Terakreditasi B Nomor : 327/Akred-LIPIIP2MBI/04/20 11 PANGAN Vol. 21 No. 2 Hal. Jakarta ISSN 211-311 September 2012 0852-0607 Terakreditasi B Nomor : 327/Akred-LIPIIP2MBI/04/20 11 PA GAN ISS 0852-0607 Volume 21 Nomor 3, September 2012 Diterbitkan berkala

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN

VII. ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN VII. ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN 7.1. Analisis Teknis Alat dan Mesin Pertanian Apabila ditinjau dari aspek wilayah serta aspek sosial budaya, alat dan mesin pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

DRAFT SPESIFIK PENGOLAHAN TANAH : TERMINOLOGI DAN KEGUNAANNYA. Santosa 1

DRAFT SPESIFIK PENGOLAHAN TANAH : TERMINOLOGI DAN KEGUNAANNYA. Santosa 1 1 DRAFT SPESIFIK PENGOLAHAN TANAH : TERMINOLOGI DAN KEGUNAANNYA Santosa 1 PENDAHULUAN Draft spesifik tanah merupakan sifat mekanik tanah yang sangat terkait dengan besarnya gaya untuk mengolah tanah tersebut,

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman nanas PT GGP Terbanggi Besar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman nanas PT GGP Terbanggi Besar 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman nanas PT GGP Terbanggi Besar Lampung Tengah. Penanaman nanas dilakukan pada tanggal 15 juli 2012. Aplikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah melakukan pengujian maka diperoleh beberapa data, diantaranya adalah data pengujian penghembusan udara bertekanan, pengujian kekerasan Micro Vickers dan pengujian

Lebih terperinci