HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Sekolah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Sekolah"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sekolah SMA Negeri contoh terletak di Jalan Pinang Raya, Perumahan Yasmin Sektor VI, Curug Mekar, Bogor Barat. Sekolah ini berdiri dan diresmikan pada tahun Sekolah ini telah mendapatkan akreditasi A pada tahun Saat ini SMA tersebut dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Drs. H. Mansyur, M.Si. Visi dari SMA tersebut adalah terwujudnya generasi cerdas yang berakhlak mulia berlandaskan iman dan taqwa menuju Sekolah Berstandar Nasional Sedangkan misi yang diemban oleh sekolah ini diantaranya adalah (1) membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas; (2) mengembangkan profesionalisme dalan proses belajar mengajar agar tercipta iklim yang kondusif bagi terwujudnya kualitas hasil belajar; (3) Mewujudkan budaya disiplin dan bersih lingkungan bagi warga sekolah dalam melaksanakan tugas; (4) meningkatkan prestasi dan menbangkan inovasi dalam bidang akademis dan non-akademis; (5) menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembelajaran; (6) memanfaatkan perpustakaan dan laboratorium sebagai saran peningkatan kualitas pembelajaran. Kondisi siswa pada tahun pelajaran 2011/2012 adalah terdiri dari 345 orang siswa yang berada pada kelas X, kemudian kelas XI IPA yang terdiri dari 220 orang, dilanjutkan dengan kelas XI IPS yang terdiri dari 111 orang, selanjutnya, terdapat 193 orang siswa kelas XII IPA dan 69 orang siswa kelas XII IPS. Jumlah total siswa pada tahun ajaran tersebut adalah sebanyak 938 orang. Rata-rata staf pengajar berpendidikan S1 dan D3. SMA Swasta contoh berada di Jalan Raya Pajajaran No. 73, Kompleks Pulo Armen, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Sekolah tersebut didirikan pada tanggal 2 Agustus Dengan surat Kepala Inspeksi Daerah Pendidikan SMA. Djabar No. 167/D2a/k 68 pada tanggal 14 Mei 1968, status SMA tersebut telah diakui secara sah. Saat ini, SMA tersebut memiliki akreditasi dengan peringkat A dan menjadi Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN) pada tahun pelajaran Pada

2 40 tahun 2007 hingga sekarang sekolah tersebut dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Ir. Wiwik Apriyani. Sekolah ini memiliki visi untuk menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan terpercaya yang mengutamakan profesionalisme, kualitas dan selalu bertumbuh. Misi dari sekolah ini antara lain (1) menyelenggrakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pelatihan serta pengabdian secara profesional untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral; (2) berorientasi kepada keputusan keluarga besar kesatuan dan masyarakat luas melalui perbaikan dan peningkatan secara berkesinambungan; (3) mencerdaskan kehidupan bangsa. Gedung sekolah ini tidak hanya berupa gedung SMA saja, tetapi terdiri dari gedung yang dimulai dari tingkat TK hingga gedung akademi (STIE). Fasilitas gedung sekolah swasta ini cukup memadai, yang terdiri dari ruang kelas, kantin, laboratorium, perpustakaan, tempat parkir, ruang guru, lapangan, gedung serba guna, dan taman. Laboratorium yang tersedia hingga saat ini adalah laboratorium bahasa, komputer, dan IPA. Selain itu, sekolah ini dilengkapi dengan tempat pelayanan kesehatan berupa balai pengobatan yang di dalamnya terdapat jasa dokter umum dan dokter gigi. Karakteristik Remaja Umur. Pada Tabel 4 menunjukan bahwa usia contoh terbanyak yang berasal dari SMA negeri adalah siswa yang lahir pada tahun 1995 sebesar 64 persen, sedangkan sisanya dengan jumlah yang sama masingmasing sebesar (18%) lahir pada tahun 1994 dan Sebanyak (80%) siswa dari SMA swasta lahir pada tahun 1995 pada Tabel 4. Siswa yang lahir pada tahun 1994 sebanyak 20 persen dan tidak ada contoh yang lahir pada tahun 1996 dari SMA tersebut. Berdasarkan Tabel 4 tidak terdapat hubungan yang signifikan uji beda t-test (p>0,1) terhadap umur remaja di kedua sekolah.rata-rata tahun lahir remaja laki-laki dan remaja perempuan di kedua sekolah pada tahun 1995 dengan nilai sebesar (72%). Remaja yang lahir selain pada tahun 1995 adalah sebesar (28%) bagi remaja laki-laki dan remaja perempuan.

3 41 Tidak terdapat hubungan yang nyata pada uji beda t-test (p>0,1) pada umur siswa di kedua SMA tersebut. Tabel 4 Sebaran remaja berdasarkan umur (tahun), jenis kelamin dan asal SMA Umur (Tahun) Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta n % n % n % n % Rata-Rata±Sd 17,16±0,51 17,04±0,53 17±0,61 17,20±0,40 p-value t-test 0,428 0,603 Tunjangan Orang Tua. Berdasarkan Tabel 5 telah menunjukan bahwa tunjangan total rata-rata yang diberikan oleh orang tua kepada anak untuk mencukupi kebutuhan anak selama di sekolah adalah sekitar Rp hingga Rp ,00 menurut data anak laki-laki (42%), anak perempuan (30%), serta anak yang bersekolah di SMA negeri (58%). Tunjangan total tersebut terdiri dari uang saku, uang transportasi, uang ekstrakurikuler dan uang SPP yang dihitung pada setiap bulannya. Tabel 5 Sebaran remaja berdasarkan jumlah tunjangan orang tua, jenis kelamin, asal SMA Tunjangan Orang Tua Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta (Rupiah) n % n % n % n % > Total Rata-rata (Rp) 5,62x10 5 5,75x10 5 3,89x10 5 7,48x10 5 p-value t-test 0,062 0,002 ** Keterangan : ** signifikan pada selang kepercayaan 95% Meskipun rata-rata tunjangan orang tua anak adalah berkisar antara Rp ,00 hingga Rp ,00, hal ini tidak terlihat di SMA swasta. Jumlah rata-rata tunjangan orang tua setiap bulan yang diberikan oleh mereka adalah lebih dari RP ,00 dengan prosentase sebesar

4 42 (72%). Dengan prosentase tersebut telah membuktikan bahwa anak yang bersekolah di SMA swasta adalah anak yang berada pada keluarga golongan menengah ke atas. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam uji beda antara tunjangan orang tua yang dilihat berdasarkan asal sekolah anak (P<0,05). Anak yang bersekolah di SMA negeri dapat disimpulkan berada dalam keluarga menengah karena besar tunjangan yang diberikan oleh orang tua kepada mereka adalah lebih dari Rp ,00 hingga mencapai Rp ,00 saja apabila dibandingkan dengan anak yang bersekolah di SMA swasta. Hobi Seni. Berdasarkan data pada Tabel 6 hobi seni yang paling banyak diminati baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan adalah menyanyi dengan masing-masing prosentase sebesar (34%) bagi anak laki-laki dan (54%) bagi anak perempuan. Apabila dibandingkan setengah dari anak perempuan memang lebih banyak memilih hobi seninya dalam bernyanyi jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini terjadi karena sebagian anak laki-laki lebih memilih hobi seninya untuk bermain musik dengan prosentase yang tidak jauh berbeda dengan anak laki-laki yang memiliki hobi menyanyi yaitu sebesar (30%). Tabel 6 Sebaran remaja berdasarkan hobi seni, jenis kelamin, dan asal SMA Hobi Seni Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta n % n % n % n % Tidak Ada Menari Mendengarkan Musik Menggambar Menulis Menyanyi Bermain Musik Membaca Apabila dilihat dari Tabel 6 hobi seni yang paling banyak dilakukan oleh anak SMA negeri maupun SMA swasta adalah menyanyi dengan prosentase sebesar (30%) anak SMA negeri dan (58%) anak SMA swasta. Jika disimpulkan maka anak SMA swasta lebih memiliki minat terhadap

5 43 bidang seni apabila dibandingkan dengan anak SMA negeri. Hampir mencapai setengah anak dari keseluruhan anak SMA negeri memilih hobi selain di bidang seni, tepatnya sebesar (32%). Karakteristik Keluarga Pendidikan Orang Tua. Tingkat pendidikan ayah yang paling banyak diselesaikan terakhir menurut Tabel 7 baik pada anak laki-laki maupun perempuan adalah pada tingkat SMA dan S1 dengan masingmasing total prosentase sebesar (68%) bagi anak laki-laki dan (72%) bagi anak perempuan. Apabila dibandingkan, tingkat pendidikan terakhir ayah dari anak perempuan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ayah dari anak laki-laki karena (38%) ayah dari anak perempuan telah menyelesaikan pendidikan S1 sedangkan bagi ayah dari anak laki-laki hanya sebesar (26%) saja. Apabila dibandingkan berdasarkan asal SMA anak, menurut Tabel 7 pendidikan terakhir ayah dari anak SMA negeri lebih baik apabila dibandingkan dengan ayah dari anak SMA swasta karena (38%) ayah dari anak SMA tersebut menyelesaikan pendidikan S1. Pendidikan terakhir yang paling banyak diselesaikan oleh ayah dari anak SMA swasta adalah pada tingkat SMA (44%). Dari hasil yang telah dijelaskan terbukti tidak ada satupun ayah baik berdasarkan jenis kelamin anak maupun asal SMA anak yang tidak menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD. Tabel 7 Sebaran remaja berdasarkan tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan jenis kelamin, dan asal SMA Pendidikan Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta n % n % n % n % Tidak Tamat SD SD SMP SMA D S S S Total (%) Berdasarkan Tabel 8 rata-rata tingkat pendidikan terakhir ibu berada pada tingkat SMA baik bagi anak laki-laki (34%), anak perempuan

6 44 (32%), anak SMA negeri (34%) dan anak SMA swasta (32%). Selanjutnya, hanya terdapat satu ibu dari anak yang bersekolah di SMA negeri (2%) yang merupakan ibu dari anak perempuan di SMA tersebut tidak menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD. Tingkat pendidikan terakhir kedua tertinggi setelah tingkat SMA baik berdasarkan jenis kelamin anak maupun asal SMA anak adalah pada tingkat S1. Hal ini sama dengan tingkat pendidikan terakhir pada ayah. Tabel 8 Sebaran remaja berdasarkan tingkat pendidikan ibu, jenis kelamin dan asal SMA Pendidikan Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta n % n % n % n % Tidak Tamat SD SD SMP SMA D S S S Total Penghasilan Orang Tua. Menurut data pada Tabel 9 rata-rata penghasilan orang tua terbanyak dari anak laki-laki (26%) dan anak perempuan (36%) adalah sebesar Rp ,00 hingga Rp ,00. Hal tersebut telah membuktikan bahwa hanya (44%) penghasilan orang tua anak laki-laki dan (38%) penghasilan orang tua anak perempuan yang kurang dari RP ,00. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan (P>0,1) antara penghasilan orangtua anak laki-laki dan anak perempuan. Terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara penghasilan orang tua dari anak SMA negeri maupun SMA swasta. Rata-rata penghasilan orang tua anak SMA negeri (32%) hanya berkisar Rp ,00 hingga Rp ,00 apabila dibandingkan dengan penghasilan orang tua anak SMA swasta (32%), yang besarnya antara Rp ,00 hingga Rp ,00. Hal tersebut telah membuktikan bahwa anak dari SMA swasta rata-rata merupakan keluarga golongan menengah ke atas.

7 45 Tabel 9 Sebaran remaja berdasarkan penghasilan orang tua, jenis kelamin, dan asal SMA Penghasilan Orang Tua Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta (Rupiah) n % n % n % n % < > Rata-rata (Rp) 3,92x10 6 3,78x10 6 2,86x10 6 4,84x10 6 p-value t-test 0,386 0,002** Keterangan ** signifikan pada selang kepercayaan 95 % Besar Keluarga. Menurut BKKBN dalam Karina (2012) keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (jumlah anggota keluarga kurang dari empat orang), keluarga sedang (lima hingga tujuh orang) dan keluarga besar (lebih dari 7 orang). Rata-rata besar keluarga baik keluarga dari anak laki-laki (64%) maupun perempuan (76%) berada pada keluarga kecil. Hal yang sama juga terjadi apabila dilihat berdasarkan asal SMA anak pada Tabel 9. Besar keluarga anak SMA negeri (72%) dan anak SMA swasta (68%) adalah kurang dari sama dengan empat orang yang merupakan keluarga kecil. Berdasarkan uji beda t-test, tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0,1) antara besar keluarga anak baik berdasarkan jenis kelamin maupun asal SMA anak tersebut. Tabel 10 Sebaran remaja berdasarkan besar keluarga, jenis kelamin dan asal SMA Besar Keluarga Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta (Orang) n % n % n % n % Kecil ( 4) Sedang (5-7) Besar ( 8) Rata-rata±Sd (orang) 4,74±1,40 4,28±1,10 4,56±1,36 4,46±1,16 p-value t-test 0,102 0,294

8 46 Hobi Seni Musik Orang Tua. Hanya terdapat (24%) ayah dari anak SMA negeri yang memusatkan hobinya pada seni musik apabila ditinjau dari Tabel 11. Dengan hobi seni musik yang dimiliki, tentunya seni musik yang dikuasai pun hanya memiliki besar yang sama sesuai dengan hobi seni yang dimiliki tersebut (24%). Hal yang disayangkan dari ayah anak SMA tersebut adalah hanya satu orang saja ya memiliki prestasi musik. Terdapat perbedaan yang besarnya hampir setengah kali lipat jumlah prosentase ayah dari anak SMA negeri, di mana hobi seni ayah dari anak SMA swasta sebesar (46%). Jumlah prosentase tersebut juga terdapat pada seni musik yang dikuasai oleh ayah tersebut. Akan tetapi, hanya terdapat lima orang saja yang memiliki prestasi dari hobi seni yang dimiliki oleh ayah tersebut. Jumlah ibu dari anak SMA negeri justru lebih sedikit yang memiliki hobi seni musik apabila dibandingkan dengan ayah dari anak tersebut (6%) pada Tabel 11. Selain itu, tidak ada satupun dari ibu yang memiliki hobi seni tersebut yang memiliki prestasi di bidang seni musik, dengan kata lain ibu dari anak tersebut hanya lebih suka memanfaatkan bakat seni musiknya untuk mengisi waktu luang saja, tidak untuk berprestasi lebih. Hal tersebut sangat berbeda hasilnya apabila dibandingkan dengan ibu dari anak SMA swasta. Terdapat (46%) ibu dari anak tersebut yang memiliki hobi seni dan menguasai seni musik yang sesuai dengan hobinya. Sedangkan prestasi yang diraih hanya sebesar (10%) dari keseluruhan ibu dari anak SMA swasta tersebut. Kebetulan jumlah ayah dan ibu pada SMA swasta yang memiliki hobi seni sama. Hal tersebut terjadi karena jumlah remaja yang diteliti memberikan jawaban mengenai orang tua yang memang berdasarkan pendapat mereka sama-sama memiliki hobi seni terutama seni musik. Apabila dilihat berdasarkan total sebaran siswa SMA di Kota Bogor, masih sedikit baik ayah maupun ibu siswa yang memiliki hobi seni. Hal ini dapat terjadi karena contoh sebaran yang terdiri dari anak remaja secara keseluruhan diambil secara acak.

9 47 Tabel 11 Sebaran remaja berdasarkan hobi seni musik ayah, jenis kelamin dan asal SMA Hobi Seni Ayah Hobi seni musik Seni Musik yang dikuasai Prestasi Seni Musik Orang tua Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta Ada (n) (%) Ada (n) (%) Ada (n) (%) Ada (n) (%) Menurut Tabel 11 jumlah ayah dari anak laki-laki (26%) dan anak perempuan (35%) yang memiliki hobi seni musik tidak jauh berbeda. Hal yang sama juga dapat dilihat pada kemampuan ayah dalam menguasai seni musik tersebut baik bagi anak laki-laki (28%) maupun anak perempuan (27%). Akan tetapi, jumlah jumlah ayah yang berprestasi dalam bidang seni musik tersebut masih kurang sama halnya dengan jumlah prestasi seni musik ayah apabila dilihat berdasarkan asal SMA. Tabel 12 Sebaran remaja berdasarkan hobi seni musik ibu, jenis kelamin dan asal SMA Hobi Seni Ibu Laki-Laki Perempuan SMA negeri SMA swasta Ada (%) Ada (%) Ada (%) Ada (%) (n) (n) (n) (n) Hobi seni musik Seni Musik yang dikuasai Prestasi Seni Musik Orang tua Meskipun sangat tipis perbedaannya, ibu dari anak perempuan (30%) lebih banyak yang memiliki hobi dalam bersmusik dibandingkan ibu dari anak laki-laki (22%). Apabila dilihat dari segi prestasi dalam Tabel 12 Ayah yang berprestasi di bidang seni musik (12%) lebih banyak jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki prestasi di bidang seni musik (10%).

10 48 Berikut ini adalah beberapa contoh pernyataan anak terkait hobi seni musik dan prestasi seni musik orang tua. Anak dengan nomor responden 010 adalah anak perempuan dari SMA negeri memiliki ayah yang gemar bermain gitar, serta memiliki prestasi dalam lomba band pelajar saat masih muda. Kemudian, anak dengan nomor responden 032 adalah anak laki-laki dari SMA negeri yang memiliki ayah yang gemar bermain gitar dan ibu yang gemar bermain keyboard. Selanjutnya, anak dengan nomor responden 055 adalah anak perempuan dari SMA swasta yang memiliki ayah yang gemar menyanyi, serta memiliki prestasi dalam lomba menyanyi di Rawangmangun saat masih muda. Contoh terakhir adalah anak dengan nomor responden 076 yang merupakan anak laki-laki dari SMA swasta yang memiliki ayah dan ibu yang gemar dalam bernyanyi. Alokasi Waktu Orang Tua. Banyaknya waktu yang digunakan oleh ayah untuk mendalami seni musik bagi siswa SMA negeri (16%) adalah selama dua jam, sedangkan untuk ayah dari anak SMA swasta (24%) pada Tabel 13 adalah sebanyak satu jam setiap latihannya. Apabila dihitung berdasarkan jenis kelamin anak, ayah dari anak laki-laki (14%) banyak menghabiskan waktu untuk bermusik selama satu jam saja, sedangkan ayah dari anak perempuan (22%) menghabiskan waktunya dalam bermusik selama dua jam.hanya sedikit saja (4%) jumlah ayah baik dari anak lakilaki maupun anak perempuan yang menghabiskan waktunya selama lebih dari dua jam dalam bermusik. Tabel 13 Sebaran remaja berdasarkan alokasi waktu ayah dalam mendalami seni musik, jenis kelamin dan asal SMA Alokasi Waktu Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta Ayah (Jam/ (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) Latihan) Tidak Ada > Total (%) Ratarata±Sd 0,42±0,81 0,74±0,94 0,40 ± 0,76 0,74 ± 0,98 p-value t- 0,032* 0,030* test (Ayah) Keterangan *signifikan pada selang 95 %

11 49 Ibu dari anak yang berada di SMA swasta jauh lebih banyak menggunakan waktunya untuk bermusik apabila dibandingkan dengan ibu dari anak SMA negeri berdasarkan data pada Tabel 14. Terdapat (20%) ibu dari anak SMA swasta yang menghabiskan waktu untuk bermusik selama satu jam, selanjutnya terdapat (26%) ibu dari anak SMA swasta yang menghabiskan waktu dalam bermusik lebih dari satu jam. Terjadi keseimbangan waktu ibu dari anak laki-laki dan anak perempuan dalam mengahbiskan waktu untuk bermusik. Total ibu dari anak laki-laki yang mengabiskan waktu dalam bermusik adalah sebanyak (22%) dan bagi anak perempuan adalah sebanyak (20%). Tabel 14 Sebaran remaja berdasarkan alokasi waktu ibu, asal SMA dan jenis kelamin Alokasi Waktu Ibu (Jam/ Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta Latihan) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) Tidak Ada > Total (%) Ratarata±Sd 0,36±0,75 0,46±0,76 0,08 ± 0,34 0,72 ± 0,90 p-value t- 0,357 0,000** test (Ibu) Keterangan ** signifikan pada selang 95 % Menurut uji beda t-test terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara alokasi waktu ayah berdasarkan asal SMA anak dan jenis kelamin anak. Ayah dari anak yang bersekolah di SMA swasta memiliki waktu yang lebih banyak dalam bermusik. Kemudian, ayah dari anak perempuan juga jauh lebih banyak memanfaatkan waktunya dalam bermusik jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Untuk ibu, hanya terdapat perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara ibu dari anak SMA negeri dengan ibu dari anak SMA swasta, sedangkan ibu dari anak laki-laki dan anak perempuan tidak terjadi perbedaan yang signifikan (P>0,1) dalam memanfaatkan waktu dalam bermusik.

12 50 Pengorganisasian Waktu Remaja Pengorganisasian Waktu. Untuk membentuk tingkat kecerdasan musikal yang baik perlu adanya kemampuan mengorganisasi antara kemampuan akademik dengan kegiatan lain seperti bermain dan kegiatan lainnya dengan baik oleh anak. Pengorganisasian waktu anak dapat dikatakan kurang apabila secara normatif jumlah skor kurang dari 12, sedang apabila berada pada kisaran 12 hingga 14, dan baik apabila lebih dari sama dengan 15. Rata-rata pengorganisasian waktu anak laki-laki adalah 14,67 dengan standar deviasi sebesar 1,57. Kemudian rata-rata pengorganisasian waktu anak perempuan adalah 14,86 dengan standar deviasi sebesar 1,71. Berdasarkan asal SMA pengorganisasian waktu anak SMA swasta lebih baik sedikit daripada anak SMA negeri dengan rata-rata sebesar 14,72 dan standar deviasi sebesar 1,73. Tabel 15 Sebaran remaja berdasarkan pengorganisasian waktu, jenis kelamin dan asal SMA Pengorganisasian Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta Waktu n % n % n % n % Kurang (<12) Sedang (12-14) Baik ( 15) Rata-rata±Sd (orang) 14,67±1,57 14,86±1,71 14,84±1,58 14,72±1,73 p-value t-test 0,254 0,507 Hanya terdapat (2%) sebaran anak remaja berdasarkan jenis kelamin yang berada pada tingkat kurang dalam mengorganisasi pada Tabel 15. Kemudian, sebaran berdasarkan asal SMA rata-rata nilai anak yang termasuk kurang dalam mengorganisasi waktu juga sebesar (2%). Berdasarkan hasil uji beda t-test tidak terdapat hubungan yang signifikan (P>0,1) dalam pemgorganisasian anak berdasarkan jenis kalamin dan asal SMA. Stimulasi Musikal Cara Diri Memperoleh Stimuli. Berdasarkan data pada Tabel 16 cara diri pada anak laki-laki tidak terlalu berbeda dengan cara diri anak

13 51 perempuan untuk memperoleh stimuli musik. Cara diri dalam memperoleh stimuli dikatakan kurang apabila secara normatif skor kurang dari 12, 12 hingga 14 berada pada tingkat sedang, dan lebih dari sama dengan 15 merupakan nilai yang terbaik. Hasil tersebut dilihat berdasarkan jumlah total skor pada kuesioner. Sebesar (42%) anak laki-laki termasuk dalam kategori baik dalam memperoleh stimuli musik dan anak perempuan sebesar (44%) dari anak laki-laki. Jika dilihat pada Tabel 16 menurut asal SMA anak, anak SMA negeri masih banyak yang berada pada kategori sedang dalam memperoleh stimuli musik (66%), sedangkan setengah jumnlah keseluruhan sebaran anak remaja di SMA swasta berada pada kategori baik dalam memperoleh stimuli musik tersebut (56%). Contoh dari stimuli musik yang diperoleh itu adalah meniru hobi seni orang tua, mendengarkan musik dari media elektronik, bersenandung sesuai dengan musik yang sedang didengar, dan lain sebagainya. Tabel 16 Sebaran remaja berdasarkan cara diri memperoleh stimuli, jenis kelamin dan asal SMA Cara Diri Memperoleh Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta Stimuli n % n % n % n % Kurang (<12) Sedang (12-14) Baik ( 15) Rata-rata±Sd (orang) 14,28±1,97 14,6±1,70 13,94±1,53 14,88±1,94 p-value t-test 0,760 0,019* Keterangan ** signifikan pada selang 95 % Cara Pemberian Stimuli Orang Tua. Maksud dari cara pemberian stimuli ini adalah ketika orang tua mengajari hobi seni yang dimilikinya kepada anak baik dari hobi seni yang dimiliki oleh ayah, ibu maupun keduanya. Kemudian hal tersebut dilakukan secara rutin oleh orang tua kepada anak. Ada baiknya apabila kedua orang tua mendiskusikan secara rutin segala sesuatu yang berhubungan dengan musik kepada anak dan membimbingnya saat belajar seni musik. Cara pemberian orang tua dikatakan kurang ketika berada pada total skor kurang dari 11, sedang

14 52 pada kisaran 11 hingga 13, dan tinggi lebih dari sama dengan 14 berdasarkan hasil jawaban kuesioner remaja di SMA Bogor. Cara pemberian stimuli seni musik orang tua kepada anak laki-laki masih kurang apabila dibandingkan cara pemberian stimuli seni musik yang dilakukan oleh orang tua anak perempuan pada Tabel 17. Sebesar (80%) anak laki-laki berada pada kategori kurang dalam cara pemberian stimuli seni musik orang tua kepada anak tersebut, sedangkan pada anak perempuan berada pada kategori yang lebih baik dari anak laki-laki dalam pemeberian stimuli musik dari orang tuanya yang berkategori baik (20%). Berdasarkan asal SMA, sebanyak lebih dari keseluruhan sebaran remaja SMA negeri berada pada kategori kurang dalam pemberian stimuli musik dari orang tua (76%). Kemudian untuk anak SMA swasta yang berada pada kategori baik terhadap stimuli musik yang diberikan oleh orang tua lebih besar sedikit dari anak SMA negeri (20%). Tabel 17 Sebaran remaja berdasarkan cara pemberian stimuli orang tua, jenis kelamin dan asal SMA Cara Pemberian Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta Stimuli Orang Tua n % n % n % n % Kurang (<11) Sedang (11-13) Baik ( 14) Rata-rata±Sd (orang) 9,42±2,12 10,4±2,51 9,52±2,19 10,26±2,51 p-value t-test 0,009** 0,141 Keterangan ** signifikan pada selang 95 % Aktivitas Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler yang Diikuti. Apabila ditinjau dari Tabel 16 siswa SMA negeri lebih banyak memilih kegiatan OSIS dibandingkan kegiatan ekstrakurikuler yang lain. Jumlah prosentase siswa yang mengikuti ekstrakuler tersebut adalah sebanyak (14%) dari keseluruhan siswa. Ekstrakurikuler kedua paling besar yang diikuti oleh siswa tersebut adalah kegiatan paduan suara dan kerohanian, dengan masing-masing kegiatan diikuti sebanyak lima orang dan dengan prosentase sebesar (10%). Dari keseluruhan hasil pada Tabel 18 jumlah siswa yang mengikuti ektrakurikuler di bidang seni adalah sebanyak 7 orang, tepatnya sebesar (14%) dari keseluruhan siswa. Sebanyak (28%) siswa SMA swasta memilih

15 53 kegiatan ekstrakurikuler paduan suara sebagai kegiatan ekstrakurikuler paling banyak dipilih oleh siswa tersebut pada Tabel 18. Hal ini jauh berbeda apabila dibandigkan dengan pilihan kegiatan ektrakurikuler yang dipilih oleh siswa SMA Negeri negeri. Selain itu, kegiatan ektrakurikuler seni yang diikuti oleh siswa SMA swasta jauh lebih beragam. Kegiatankegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain fotografi, gamelan, marching band, tari moderen, tari tradisional, teater, dan grup vokal. Tabel 18 Sebaran remaja berdasarkan ekstrakurikuler yang diikuti saat ini, jenis kelamin dan asal SMA Ekstrakurikuler Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) Musik Non- Musik Apabila dilihat berdasarkan data pada Lampiran 14 paduan suara menjadi ekstrakurikuler yang paling digemari oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak laki-laki yang mengikuti ekstrakurikuler paduan suara ada sebanyak (12%) dan anak perempuan yang mengikuti ekstrakurikuler paduan suara adalah sebanyak (26%) dari seluruh sebaran anak remaja. Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa anak lakilaki lebih suka mengikuti ekstrakurikuler di bidang olah raga dan teknologi dibandingkan dengan anak perempuan seperti bulu tangkis,futsal, dan IT/ITK (10%) sedangkan anak perempuan lebih banyak memilih ekstrakurikuler seni seperti fotografi dan marching band (6%) Alokasi Waktu Les dan Frekuensi Waktu Les. Jumlah terbanyak alokasi waktu yang dilakukan anak untuk mengikuti ekstrakurikuler musik adalah dua jam dalam setiap pertemuan les. Hal ini dapat dilihat berdasarkan asal SMA anak dan jenis kelamin anak pada Tabel 19. Jumlah anak SMA negeri (22%) yang mengikuti ekstrakurikuler seni musik adalah sebanyak 11 orang dari keseluruhan siswa, sedangkan dari SMA swasta (34%) sebanyak 17 orang dari keseluruhan siswa. Untuk anak laki-laki, hanya terdapat tujuh orang saja yang mengalokasikan waktunya apabila dibandingkan dengan anak perempuan (40%) yang rata-rata sebanyak 20 orang mengalokasikan waktunya untuk seni musik dengan lebih mendalam.

16 54 Tabel 19 Sebaran remaja berdasarkan alokasi waktu les, jenis kelamin, dan asal SMA Alokasi Waktu Les Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta (Jam) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) Tidak Ada < > Rata-rata±Sd 0,56±0,95 1,08±1,07 0,5 ± 0,84 1,14 ± 1,12 p-value t-test 0,014** 0,000** Keterangan ** signifikan pada selang 95 % Menurut Tabel 20 terdapat nilai uji beda yang signifikan (P<0,05) antara anak SMA negeri dengan anak SMA swasta. Kemudian, terdapat nilai uji beda yang signifikan (P<0,05) antara anak laki-laki dengan anak perempuan yang menghabiskan waktunya dalam bermusik. Berdasarkan rata-rata sebaran anak SMA swasta (1,14) lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata sebaran anak SMA negeri (0,5). Anak SMA swasta (44%) yang tidak memanfaatkan waktunya untuk bermusik lebih sedikit apabila dibandingkan dengan anak SMA negeri (72%). Rata-rata sebaran anak perempuan (1,08) lebih banyak apabila dibandingkan dengan rata-rata sebaaran anak laki-laki (0,56). Apabila dibandingkan berdasarkan prosesntase jumlah anak perempuan (46%) yang tidak mengalokasikan waktunya untuk bersmusik lebih sedikit apabila dibandingkan dengan anak laki-laki (70%). Berdasarkan data pada Tabel 19 Terjadi hasil yang signifikan (P<0,05) pada uji beda antara anak SMA negeri dengan anak SMA swasta, di mana anak SMA swasta lebih banyak yang mengalokasikan waktunya untuk bermusik dibandingkan dengan anak SMA negeri. Hal tersebut dapat ditinjau berdasarkan rata-rata sebaran remaja SMA swasta (0,92) yang lebih besar daripada rata-rata sebaran remaja SMA negeri (0,39). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0,1) antara frekuensi waktu les anak laki-laki dengan anak perempuan. Frekuensi waktu les anak SMA swasta lebih banyak apabila dibandingkan dengan ferkuensi waktu les anak SMA negeri. Anak SMA swasta yang les hingga satu jam sebesar

17 55 (26%), kemudian yang les hingga dua jam sebesar (24%) dan yang menghabiskan waktu hingga lebih dari dari dua jam sebesar (6%). Tabel 20 Sebaran remaja berdasarkan frekuensi waktu les, jenis kelamin dan asal SMA Frekuensi Waktu Les Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta (Hari/Pekan) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) Tidak Ada > Rata-rata±Sd 0,48±0,81 0,84±0,91 0,39 ± 0,67 0,92 ± 0,98 p-value t-test 0,276 0,002** Keterangan ** signifikan pada selang 95 % Banyaknya Instrumen yang Dipelajari. Instrumen musik yang dipelajari oleh anak antara lain alat musik tiup seperti terompet, alat musik pukul seperti drum, alat musik petik seperti gitar, alat musik gesek seperti biola, dan olah vokal. Berdasarkan data pada Tabel 21 rata-rata terbanyak dari remaja yang berasal dari SMA negeri (22%) maupun SMA swasta (44%) serta yang berjenis kelamin perempuan (46%) maupun laki-laki (28%) hanya menguasai satu instrumen saja. Hanya anak SMA negeri (2%) dan anak perempuan (2%) yang mempelajari instrumen musik lebih dari dua instrumen. Tabel 21 Sebaran remaja berdasarkan banyaknya instrumen yang dipelajari, jenis kelamin, dan asal SMA Banyaknya Instrumen Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta n % n % n % n % Tidak Ada instrumen instrumen > 2 instrumen Jenis Musik yang Dipelajari. Dalam hal ini musik yang dipelajari adalah musik klasik, populer atau keduanya. Menurut Safrina (2002) musik klasik disebut juga sebagai musik sastra karena biasanya bersifat lirih dan megah, sedangkan musik populer adalah musik yang terbentuk sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak terikat oleh aturan-aturan seperti musik klasik. Contoh musik klasik adalah seriosa sedangkan musik populer adalah pop, jazz, blouse,dan jenis musik yang lain. Apabila dilihat menurut

18 56 asal SMA anak pada Tabel 21 (12%) anak SMA negeri memilih jenis musik populer dan hanya (6%) saja yang memilih jenis musik klasik untuk dipelajari. Anak SMA swasta lebih bervariasi dalam mempelajari seni musik, terlihat dari jumlah anak yang mendalami jenis musik kalsik dan populer sebanyak (32%). Kemudian, terdapat jumlah yang hampir sama dari anak SMA swasta yang mempelajari anatara jenis musik klasik saja (10%) dan jenis musik populer saja (14%). Menurut Tabel 22 terjadi keseimbangan pada anak laki-laki dalam pemilihan jenis musik yang dipelajari ketika mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni musik. Sebanyak (10%) anak laki-laki memilih jenis musik klasik, (16%) memilih jenis musik populer dan (18%) memilih kedua jenis musik tersebut. Meskipun demikian, jumlah anak perempuan yang memilih jenis musik populer (26%) dan yang memilih kedua jenis musik tersebut (22%) lebih banyak daripada anak laki-laki. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan berdasarkan asal SMA dan jenis kelamin anak bahwa masih sedikit anak-anak yang serius dalam mendalami musik klasik saja jika dibandingkan dengan jenis musik yang lain. Biasanya adank yang mempelajari kedua jenis musik baik klasik maupun populer adalah anak yang mengikuti ekstrakurikuler paduan suara. Tabel 22 Sebaran remaja berdasarkan jenis musik yang dipelajari, jenis kelamin dan asal SMA Jenis Musik SMA Negeri Laki-Laki n % Perempuan n % SMA Swasta n % n % Tidak Ada Klasik Populer Klasik dan Populer Waktu Memulai Ekstrakurikuler Seni Musik. Menurut Tabel 23 sebanyak (8%) anak baru mengikuti ekstrakurikuler seni musik pada saat tingkat SD. Jumlah terbanyak anak yang mengikuti ekstrakurikuler seni musik adalah saat mereka berada pada tingkat SMP, meskipun hanya sebanyak (12%) saja. Terdapat perbedaan antara waktu mulai anak SMA swasta terhadap SMA negeri dalam bermusik. Ada satu orang anak (2%) SMA swasta yang sudah mengikuti ekstrakurikuler seni musik sebelum

19 57 mereka memasuki tingkat SD. Selanjutnya, rata-rata anak SMA tersebut mendalami seni musik di waktu luang saat mereka berada pada tingkat SD. Berdasarkan jenis kelamin anak, jumlah anak perempuan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni musik sejak dini lebih banyak apabila dibandingkan dengan anak laki-laki. Tidak ada anak laki-laki yang mendalami seni musik sebelum memasuki tingkat SD. Kebanyakan dari mereka mulai berminat lebih mendalam terhadap seni musik saat SMA (14%). Anak perempuan yang mengikuti ekstrakurikuler seni musik sebelum memasuki tingkat SD adalah sebanyak (2%). Dengan jumlah yang sama banyak, anak perempuan mulai banyak mendalami seni musik saat berada pada tingkat SD (20%) hingga usia remaja awal (20%). Tabel 23 Sebaran remaja berdasarkan waktu mulai mengikuti ekstrakurikuler/ les seni musik, jenis kelamin, dan asal SMA Waktu Mulai Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) Tidak Ada Pra-SD SD SMP SMA Stimuli dalam Kegiatan Ekstrakurikuler. Stimuli ini ditinjau berdasarkan aktivitas aktivitas yang dilakukan oleh anak selama belajar dalam kegiatan di luar jam pelajaran di sekolahnya. Kegiatan tersebut antara lain adalah saat anak berhubungan langsung dengan pelatih musik di tempat lesnya. Dalam melaksanakan kegiatan les apakah pelatih membimbing anak secara rutin, kemudian proses pengajaran dilakukan dengan jelas dan tidak pasif serta bagaimana tingkat kedisiplinan pelatih dalam mengajarkan seni musik kepada anak. Skor total stimuli tersebut dikatakan kurang ketika berada kurang dari 12 secara normatif, sedang ketika berada pada kisaran 12 hingga 14, dan baik saat lebih dari sama dengan 15 berdasarkan hasil dari kuesioner penelitian. Menurut Tabel 24 stimuli yang diperoleh anak laki-laki dari tempat ekstrakurikuler terbanyak berada pada kategori kurang (68%). Bagi anak perempuan yang memperoleh stimuli musik dari tempat ekstrakurikulernya yang berkategorri baik adalah sebesa (24%). Dengan demikian proses

20 58 penerimaan stimuli dari kegiatan ekstrakurikuler musik tersebut pada anak perempuan lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki. Selanjutnya, proses penerimaan stimuli dari kegiatan ekstrakurikuler pada anak SMA swasta juga lebih baik daripada anak SMA negeri karena (28%) anak SMA swasta berada pada kategori baik, sedangkan lebih dari setengah sebaran anak SMA negeri berada pada kategori kurang (72%). Tabel 24 Sebaran remaja berdasarkan stimuli dalam kegiatan ekstrakurikuler, jenis kelamin, dan asal SMA Stimuli dari Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta Ekstrakurikuler n % n % n % n % Kurang (<12) Sedang (12-14) Baik ( 15) Rata-rata±Sd (orang) 11,44±2,21 12,32±2,46 11,18±1,97 12,58±2,55 p-value t-test 0,043* 0,000** Keterangan * signifikan pada selang 95 % ** signifikan pada selang 95 % Karakteristik Peer-Group Karakteristik peer-group terdiri dari frekuensi pertemuan dengan teman, loyalitas terhadap teman, dan jenis aktivitas di lingkungan sekolah. Frekuensi pertemuan dengan teman adalah jumlah seringnya anak bekumpul bersama teman yang lain dan dilihat berdasarkan banyaknya masalah anak yang didiskusikan kepada anak yang lain serta berapa banyak waktu yang digunakan oleh anak untuk bermain bersama peergroup saat berada di luar lingkungan keluarga. Loyalitas terhadap teman diukur berdasarkan kepercayaan temanteman anak remaja untuk dipercaya oleh teman-temannya dalam menyelesaikan suatu masalah. Kemudian selalu mendiskusikan masalah bersama teman-teman yang sama dan merasa nyaman antara yang satu dengan yang lain saat bekomunikasi bersama. Aktivitas yang diikuti oleh anak di sekolah sangat beragam baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aktivitas itu dapat berupa suatu organisasi maupun suatu kegiatan seperti latihan band atau paduan suara.

21 59 Karakteristik peer-group secara keseluruhan dikatakan berada pada kategori kurang apabila berada pada total skor kurang dari 16, dan dikatakan sedang apabila berada pada kisaran 16 hingga 20, dan baik apabila berada pada jumlah skor yang lebih dari 20 Tabel 25 Sebaran remaja berdasarkan karakteristik peer-group, jenis kelamin dan asal SMA Karaktristik Peer- Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta Group n % n % n % n % Kurang (<16) Sedang (16-20) Baik (>20) Rata-rata±Sd (orang) 20,36±2,01 20,18±1,76 20,10±1,90 20,44±1,86 p-value t-test 0,191 0,962 Jika dilihat berdasarkan asal SMA pada Tabel 25, karakteristik peer-group anak laki-laki (50%) lebih baik apabila dibandingkan dengan anak perempuan (44%) meskipun tidak memiliki perbedaan yang jauh. Hal tersebut tidak jauh berbeda apabila dilihat berdasarkan asal SMA remaja di mana (48%) karakteristik peer-group siswa SMA swasta lebih baik apabila dibandingkan siswa SMA negeri yang sebesar (46%). Secara keseluruhan karakteristik peer-group siswa SMA di Kota Bogor berada pada kategori baik. Tidak terdapt hasil uji beda yang signifikan terhadap karakteristik peer-group antara anak laki-laki dengan perempuan (P>0,1) dan pada anak SMA negeri dan SMA swasta (P>0,1). Kecerdasan Musikal Kecerdasan Musikal. Kecerdasan musikal dihitung berdasarkan jumlah skor dari kemampuan anak dalam menguasai instrumen musik yang dipelajari, serta seberapa besar pengetahuan anak terhadap seni musik. Menurut data pada Tabel 26 baik berdasarkan jenis kelamin dan asal SMA, jumlah sebaran remaja yang berada pada kategori baik hampir mencapai setegah dari jumlah keseluruhan anak. Kecerdasan musikal anak dikatakan rendah apabila total skor kurang dari 12, sedang saat berada pada kisaran 12 hingga 16%, dan tinggi saat berada lebih dari sama dengan 17 berdasarkan jumlah total skor jawaban kuesioner anak SMA di Kota Bogor.

22 60 Tingkat kecerdasan musikal anak laki laki yang berkategori sedang (52%) hampir sama dengan jumlah anak perempuan yang juga berkategori sedang (48%). Begitu juga jumlah tingkat kecerdasan musikal pada anak SMA negeri (54%) memiliki jumlah yang hampir sama dengan anak SMA swasta (46%) yang berada pada kategori sedang. Selain itu, jumlah anak yang berada dalam kategori baik hampir sama banyaknya dengan anak jika diamati berdasarkan asal SMA maupun jenis kelamin anak. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin (P>0,1) dan asal SMA (P>0,1). Tabel 26 Sebaran remaja berdasarkan kecerdasan musikal, jenis kelamin, dan asal SMA Kecerdasan Musikal Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta n % n % n % n % Kurang (<12) Sedang (12-16) Baik ( 17) Rata-rata±Sd (orang) 14,88±3,22 14,92±3,65 14,44±3,45 15,36±3,37 p-value t-test 0,451 0,706 Prestasi Musik. Anak dapat dikatakan memiliki prestasi musik yang baik apabila pernah mengikuti kompetisi atau festival musik meskipun tidak menjadi pemenang dalam kegiatan tersebut. Selanjutnya, prestasi dari anak yang mengikuti lomba serta kemampuan anak dalam bersmusik juga diakui oleh orang tua. Dalam penelitian ini terdapat (26%) anak laki-laki dan (28%) anak perempuan yang memiliki prestasi musik yang baik. Jika dilihat berdasarkan asal SMA baik SMA negeri maupun SMA swasta di kota Bogor, sebanyak (26%) anak memiliki prestasi musik yang baik. Beberapa contoh anak yang memiliki prestasi musik tersebut antara lain adalah anak dengan nomor responden 021, adalah anak laki-laki dari SMA negeri Kota Bogor yang pernah mengikuti Festival Band SMA se-kota Bogor dan diakui prestasinya oleh orang tua. Kemudian anak dengan nomor responden 022, adalah anak perempuan dari SMA negeri Kota Bogor yang pernah memperoleh juara kedua vokal grup di SMA-nya dan prestasi yang diperoleh diakui oleh orang tua anak tersebut. Selanjutnya,

23 61 anak dengan nomor responden 069, merupakan anak laki-laki dari SMA swasta yang pernah mengadakan konser recital terompet jazz di Yamaha Music Studio dan juara satu kompetisi terompet tingkat junior yang diadakan oleh sekolah musiknya, serta prestasi yang telah dicapai diakui oleh orang tua. Prestasi Akademik Nilai Rata-Rata Rapor Terakhir. Penghitungan nilai rata-rata rapor anak adalah dengan cara mencari nilai rata-rata rapor anak dari semester pertama hingga semester dua. Dari penghitungan tersebut, peneliti tidak menemukan nilai anak yang berada di bawah sama dengan 69 atau bernilai kurang dari rata-rata pada Tabel 27. Rata-rata sebaran dari nilai rata-rata rapor anak remaja terbanyak adalah pada tingkat baik yang berkisar antara 76 hingga 85, baik berdasarkan asal SMA (48%) maupun jenis kelamin anak (47%). Tidak terdapat hubungan uji beda yang signifikan antara nilai rata-rata rapot anak laki-laki dan perempuan (P>0,1) serta anak SMA negeri dan anak SMA swasta (P>0,1). Tabel 27 Sebaran remaja berdasarkan nilai rata-rata rapor, jenis kelamin dan asal SMA Nilai Rata-Rata Rapor Laki-Laki Perempuan SMA Negeri SMA Swasta n % n % n % n % Sedang (70-75) Baik (76-85) Sangat Baik ( 86) Rata-rata±Sd (orang) 79,7±5,47 79±5,51 78,92±5,02 79,86±5,85 p-value t-test 0,996 0,123 Hubungan Antar Variabel Menurut hasil pada Tabel 29 menunjukan bahwa semakin sedikit jumlah anggota keluarga dalam rumah maka semakin tinggi kecerdasan musikal remaja meskipun tidak signifikan (P>0,1). Kemudian semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi kecerdasan musikal anak SMA swasta (P<0,01). Pada anak laki-laki, apabila tunjangan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak tinggi maka kecerdasan musikal anak juga akan semakin tinggi (P<0,05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

24 62 karakteristik peer-group terhadap kecerdasan musikal pada remaja SMA di Kota bogor (P>0,1). Dari data tersebut juga dapat disimpulkan aktivitas ekstrakurikuler yang baik dari siswa SMA di kota Bogor akan menyebabkan kecerdasan musikalnya juga semakin baik (P<0,05). Aktivitas ekstrakurikuler yang memiliki keeratan hubungan yang baik terhadap kecerdasan musikal antara lain adalah pemanfaatan alokasi waktu yang baik dalam bermusik, waktu memulai kegiatan musik pada tahapan usia perkembangan yang lebih awal, semakin banyaknya mempelajari instrumen musik dan jenis musik, dan stimuli anak dalam kegiatan ekstrakurikulernya yang dilakukan dengan baik oleh pelatih musik maupun anak remaja tersebut. Yang terakhir adalah dengan semakin baik kecerdasan musikal pada siswa SMA maka nilai rata-rata rapornya juga akan semakin meningkat, meskipun dalam penelitian ini tidak signifikan (P>0,1). Tabel 28 Hasil uji korelasi spearman antara variabel yang diteliti terhadap kecerdasan musikal siswa SMA di Kota Bogor Variabel Kecerdasan Musikal Lki-Lki Prpuan SMAN SMAS Total Penghasilan Orang Tua 0,265 0,016 0,107 0,097 0,139 Besar Keluarga 0,003-0,012 0,113-0,131-0,004 Pendidikan Ibu 0,195-0,024-0,162 0,304* 0,080 Umur -0,149-0,126-0,199-0,108-0,129 Tunjangan Orang Tua 0,287* -0,042 0,083 0,048 0,136 Karakteristik Peer-Group -0,177 0,256 0,155-0,129 0,025 Pengorganisasian Waktu 0,116 0,257 0,305* 0,098 0,190 Cara Diri Memperoleh Stimuli 0,511** 0,470** 0,350* 0,572** 0,496** Cara Pemberian Stimuli Orang Tua 0,247 0,186 0,243 0,090 0,192 Alokasi Waktu 0,515** 0,210 0,358* 0,290* 0,347** Waktu Mulai Les 0,503** 0,230 0,349* 0,337* 0,362** Banyaknya instrumen yang 0,514** 0,308* 0,394** 0,305* 0,383** dipelajari Jenis Musik yang Dipelajari 0,501** 0,279* 0,349* 0,343* 0,366** Stimuli Musikal dalam Ekstrakurikuler 0,480** 0,107 0,328* 0,165 0,270** Hubungan Kecerdasan Musikal terhadap Prestasi Akademik pada Siswa SMA di Kota Bogor. Prestasi akademik siswa SMA di Kota Bogor terdiri dari nilai rata-rata rapor terakhir yang dihitung berdasarkan jumlah rata-rata nilai yang dimulai dari semester satu hingga semester dua. Berdasarkan hasil korelasi spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan musikal terhadap nilai rata-rata rapor terakhir yang menjadi acuan prestasi akademik remaja SMA tersebut (P>0,1).

25 63 Pembahasan Menurut AR (2009) dengan pendidikan orang tua yang baik akan menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan selanjutnya akan memberikan dampak yang positif terhadap proses pembelajaran anak. Kurangnya perhatian atau dengan adanya sikap permissive dari orang tua dapat mengganggu proses pembelajaran pada anak sehingga tidak dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dalam proses perkembangan anak tersebut (Biradar 2006). Menurut O Bryan, dkk dalam Siregar (2009) peran ibu sangat dominan terhadap perkembangan anak, dengan kata lain dengan adanya figur dominan ibu dalam keluarga akan mengakibatkan hubungan yang baik antara anak dengan orang tua. Hal tersebut dibuktikan oleh Shahzada et al (2011) bahwa pendidikan orang tua berhubungan signifikan terhadap kecerdasan anak termasuk kecerdasan musikal anak tersebut (P<0,01). Menurut Suharsono (2002) dalam Tientje (2010) aspek kecerdasan, yaitu dimensi-dimensi minat dan rasa intelektual orang tua terutama ibu yang sangat menentukan bagi perkembangan kecerdasan anak. Selain itu, pendidikan ibu yang semakin lama pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi akademik remaja menajdi lebih baik (Suksmadi et al 2009). Namun, lingkungan keluarga tidak selamanya berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar (Bushtomi 2007). Dapat dikatakan demikian karena adanya kemajuan dari berbagai aspek kehidupan seperti banyaknya informasi dan proses komunikasi yang semakin kompleks, dan persaingan ekonomi yang semakin tinggi mengakibatkan mobilitas keluarga terutama orang tua menjadi semakin meningkat untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Hal tersebut perlu dilakukan dengan adanya kerjasama antara ayah maupun ibu. Ketika ayah dan ibu memiliki seorang anak, maka keprofesionalan sebagai sepasang orang tua harus dilakukan. Dari hal tersebut ayah dan ibu menjadi tempat pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir hingga berguna bagi keluarga, bangsa dan agama suatu hari. Agar proses kemandirian dan tanggung jawab anak remaja semakin terbentuk, maka sejak dini orang tua perlu menggali, mengasah, dan mengembangkan potensi multipel intelegensi anak termasuk kecerdasan musikal (Tientje 2010).

26 64 Menurut Mahoney et al (2000) pengawasan orang tua berhubungan terbalik terhadap kegiatan tidak tersruktur dari seorang anak seperti kegiatan hobi seni musik anak. Salah satu hal yang menyebabkan tidak ada hubungan tersebut adalah orang tua yang tidak mengembangkan kemampuan bahasa dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dengan baik (Redding, 1986). Dengan tingkat mobilitas orang tua yang tinggi, salah satu aspek penting bagi anak tersebut tidak dikembangkan dengan baik sehingga mempengaruhi kemampuan afektif anak. Semakin banyak stimuli yang diberikaan oleh orang tua akan mempengaruhi pemikiran anak dalam hal keyakinan untuk mendalami seni musik pada tingkat SMA. Hal tersebut dapat dilakukan orang tua dengan cara membimbing anak dalam belajar seni musik serta memberikan pengalaman orang tua dalam meningkatkan hobi seni serta memberikan penghargaan apabila berhasil dalam bidang musik yang dipelajari. Pernyataan tersebut juga dikemukakan oleh Tennant (2006) yaitu dalam pandangan behaviorist pengasuhan adalah upaya penjualan terhadap perilaku positif yang dilakukan anak melalui pemberian dukungan, pujian baik bersifat verbal maupun non-verbal. Hal ini justru akan berkebalikan apabila orang tua secara permisif mengasuh anak, bukan kecerdasan musikal yang baik diraih oleh anak remaja, tetapi justru permasalahan-permasalahan negatif yang muncul dalam diri remaja tersebut, seperti dengan gaya pengasuhan orang tua yang permisif maka 38,4% anak remaja bermasalah dalam hal merokok, pergaulan bebas (seks bebas), minuman keras, dan sebagainya ( Apabila tidak ada cara pengasuhan yang baik dari orang tua terhadap anak maka konflik di dalam keluarga akan terjadi dan resistensi keluarga semakin terancam. Hal tersebut dapat berkisar mulai dari perbedaan pendapat yang kecil hingga menjadi pertengkaran yang serius (Gordon 1975). Agar permasalahan konflik hubungan antara anak dan orang tua tidak menjadi lebih parah maka musik adalah salah satu cara untuk mengatasinya. Dengan musik yang diajarkan sejak dini seperti bernyanyi atau mendengarkan musik, maka perasaan anak akan menjadi nyaman dan gembira. Kemudian dalam bernyanyi anak dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan suasana hati. Selain itu, dengan

Karakteristik Laki-Laki Perempuan Rata-rata SD Rata-rata SD. Pendidikan Ayah (tahun) 3,94 1,43 3,82 1,30. Pendidikan Ibu (tahun) 3,64 1,70 3,40 1,56

Karakteristik Laki-Laki Perempuan Rata-rata SD Rata-rata SD. Pendidikan Ayah (tahun) 3,94 1,43 3,82 1,30. Pendidikan Ibu (tahun) 3,64 1,70 3,40 1,56 LAMPIRAN 80 Lampiran 1 Nilai rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, karakteristik peer-group, pengorganisasian waktu, stimulasi musikal, aktivitas ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan dan Jumlah Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan dan Jumlah Contoh 27 METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dalam lingkungan SMA, yaitu dari SMA Negeri 10 sebagai SMA negeri dan SMA Kesatuan sebagai SMA swasta yang ada di Kota Bogor, Jawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK Negeri contoh terletak di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor. Sekolah ini berdiri dan diresmikan pada tanggal 12 Juni 1980 dengan

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi diri dalam berbagai disiplin ilmu. Lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi diri dalam berbagai disiplin ilmu. Lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri dalam berbagai disiplin ilmu. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi dan terarah dengan siswa diharapkan dapat mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi dan terarah dengan siswa diharapkan dapat mencapai prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang menampung peserta didik dan membina agar mereka memiliki kemampuan kecerdasan dan keterampilan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik sebagai makhluk individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Salah satu sekolah yang menjadi tempat PPL UNY Yogyakarta adalah SMA PIRI 1 Yogyakarta yang terletak di Jalan Kemuning 14 Yogyakarta. Secara garis besar SMA PIRI 1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di 6 sekolah yang terdiri dari SMA dan SMK negeri dan swasta di Kota Bogor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN 1 Martapura Sejak berdiri tahun 1958-1969 bernama Yayasan Pendidikan Sinar Harapan, kemudian berubah

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI PROSES PEMBELAJARAN MUSIK BAGI KELOMPOK BAND JUST 4_U DI SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : 21 SLB Widya Bhakti Semarang didirikan sejak tahun 1981 di atas lahan seluas 1548 meter persegi dengan luas bangunan 546 meter persegi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu usaha meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pengembangan potensi yang mereka miliki. Pendidikan bukanlah kegiatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri Gorontalo SMA Negeri Gorontalo adalah Sekolah Menengah Atas yang pertama berdiri di Grorontalo.

Lebih terperinci

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sebelum tim KKN-PPL UNY 2014 diterjunkan ke lapangan dalam hal ini SMA N 2 Wates, Tim PPL terlebih dahulu melakukan observasi ke sekolah, hal ini dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Yang dimaksud dengan gambaran umum obyek penelitian adalah gambaran yang menerangkan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan dari obyek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Bongomeme beralamat di Desa Dungaliyo Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. pembangunan negara yang Baldarun Toibatun Warrobbun Ghofur suatu

IV. GAMBARAN UMUM. pembangunan negara yang Baldarun Toibatun Warrobbun Ghofur suatu IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya SMA Al-Kautsar Berdasarkan tuntutan umat islam untuk berperan serta mendidik generasi muda islam yang siap untuk berkiprah dalam pembangunan dunia menuju pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. yang dimiliki SMAN 2 Tanjung adalah sebagai berikut: a. Nama Sekolah : SMAN 2 Tanjung

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. yang dimiliki SMAN 2 Tanjung adalah sebagai berikut: a. Nama Sekolah : SMAN 2 Tanjung BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Profil Sekolah Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Tanjung Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Secara umum keadaan sekolah, sarana dan prasarana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Obyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Pagerharjo 02 terletak di Desa Pagerharjo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati yang dipimpin oleh seorang Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan menjadi kompetensi bekal untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan menjadi kompetensi bekal untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana dalam membentuk perkembangan manusia. Melalui pendidikan, kepribadian manusia bisa dibentuk dengan suatu pembelajaran yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia sekolah belakangan ini menjadi sorotan masyarakat, seperti yang baru beberapa bulan ini terjadi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 231 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kualitas remaja mencakup kecerdasan intelektual (IQ), status gizi (IMT/U), dan kecerdasan emosi. a) Analisis deskriptif terhadap kecerdasan intelektual menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37 HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua sekolah berbeda di Kota Bogor dan melibatkan tiga kelas yaitu kelas akselerasi, SBI dan reguler Kelas akselerasi dan

Lebih terperinci

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi BAB I PENDAHULUAN Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa direncanakan sebaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk memberikan wawasan tentang ilmu pengetahuan melalui proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini. menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini. menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia tidaklah lepas dari peran guru sebagai pendidik. Guru menjadi ujung tombak pendidikan, tidak hanya dalam pendidikan

Lebih terperinci

Tujuan PCMS adalah untuk menciptakan musisi yang lengkap, musisi yang dapat mengekspresikan diri mereka secara terampil, kreatif dan artistik.

Tujuan PCMS adalah untuk menciptakan musisi yang lengkap, musisi yang dapat mengekspresikan diri mereka secara terampil, kreatif dan artistik. BAB II TINJAUAN UMUM PURWA CARAKA MUSIC STUDIO 2.1 Sejarah Perusahaan Purwa Caraka Music Studio berdiri pada tahun 1988, bermula dari sebuah rumah kecil di Jl. Mangga no. 12 Bandung. Kemudian pada tahun

Lebih terperinci

1) Identitas Sekolah

1) Identitas Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo. 2. Mulai tahun pelajaran SMA Hang Tuah 2 dipimpin oleh Drs.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo. 2. Mulai tahun pelajaran SMA Hang Tuah 2 dipimpin oleh Drs. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah SMA Hang Tuah 2 Sidoarjo 1. SMA Hang Tuah 2 didirikan oleh Yayasan Hang Tuah Jalasenastri Cabang Surabaya pada tanggal 18 Juli 1988, yang berlokasi di Jl. Kutilang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Telaga Gorontalo adalah sekolah yang menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang terletak di Jl. Raya Limboto

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh informasi tentang situasi di SMP Negeri 2 Wates. Hal ini penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai acuan untuk

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 107 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa indikator yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar matematika kelas IX siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV

BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV BAB V PROFIL KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS DI TRANS TV 5.1 Profil Khalayak Langsung Acara Musik Derings Khalayak langsung acara musik Derings adalah khalayak yang berada dilokasi penayangan acara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI 2.1. Sejarah Umum Sekolah SMP Negeri 7 Medan pada awal mulanya merupakan sekolah dasar cina yang secara historis tidak jelas keberadaan tahun pendiriannya. Pada tahun 1964

Lebih terperinci

METODE Desain, Lokasi dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

METODE Desain, Lokasi dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 29 METODE Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Bogor, terdiri dari tiga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah SMA Muhammadiyah 1 Taman Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Taman adalah Sekolah Menengah Atas Swasta yang bertempat di Jalan Raya Ketegan No 35 Sepanjang

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta 44 KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu ciri yang paling sering muncul pada remaja untuk menjalani penanganan psikologisnya adalah stres. Stres pada remaja yang duduk dibangku sekolah dapat dilanda ketika mereka

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PURWANTORO TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI UMUM PROGRAM DAN SMA NEGERI 1 DRAMAGA

BAB IV DESKRIPSI UMUM PROGRAM DAN SMA NEGERI 1 DRAMAGA 52 BAB IV DESKRIPSI UMUM PROGRAM DAN SMA NEGERI 1 DRAMAGA 4.1 Profil Tayangan Jika Aku Menjadi Jika Aku Menjadi adalah salah satu program Trans TV yang menayangkan informasi tentang lika-liku kehidupan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa dampak kehidupan dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. perorangan, akan tetapi lembaga pendidikan ini adalah milik masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN. perorangan, akan tetapi lembaga pendidikan ini adalah milik masyarakat. 62 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengarah terhadap pembentukan generasi bangsa yang berakhalaqul

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN A. Profil SD Muhammadiyah 8 Banjarmasin SD Muhammadiyah 8 Banjarmasin adalah salah satu sekolah swasta dengan akreditasi A. Sekolah ini memiliki NSS 104156002086. Sekolah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 90 JAKARTA Sejarah berdirinya SMA Negeri 90 Jakarta

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 90 JAKARTA Sejarah berdirinya SMA Negeri 90 Jakarta BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI 90 JAKARTA 2.1. Sejarah berdirinya SMA Negeri 90 Jakarta SMA 90 Jakarta berdiri sejak 1986 dengan sebutan SMA Pesanggrahan. Sekolah ini berlokasi di Jl. Sabar Petukangan Selatan,

Lebih terperinci

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual 1 Hubungan antara minat belajar dan keaktifan siswa dalam organisasi dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh: Wahyu Wijayanti NIM K1402534 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Rancah merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di kabupaten Ciamis yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum, sekolah adalah sebagai tempat mengajar dan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. umum, sekolah adalah sebagai tempat mengajar dan belajar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri dalam berbagai disiplin ilmu. Lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 14 Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 14 Yogyakarta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum SMP Negeri 14 Yogyakarta SMP Negeri 14 Yogyakarta berlokasi di Jalan Tentara Pelajar No. 7, Jetis, Kota Yogyakarta, DIY. Secara

Lebih terperinci

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Lampiran 1 Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Lampiran 2 Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau acuan cara lain yang dikenal dan diakui oleh

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI PONOROGO 2015 (STUDI KASUS SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 PONOROGO) A. Bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Semarang dan sekitarnya seiring dengan perkembangan media audio (radio dan televisi) yang dapat diterima

Lebih terperinci

BAB II SMA NEGERI 2 MEDAN

BAB II SMA NEGERI 2 MEDAN BAB II SMA NEGERI 2 MEDAN A. Sejarah Ringkas SMA Negeri 2 Medan SMA Negeri 2 Medan telah melalui banyak hal hingga menjadi salah satu sekolah yang membanggakan saat ini. Awalnya pada tahun 1950 berdirilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya SMK Negeri 11 Medan yang sebelumnya disebut Sekolah Menengah Musik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Lokasi Penellitian 1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Banjarmasin Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Banjarmasin adalah sekolah tingkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum dilakukannya penelitian, peneliti terlebih dahulu menyusun proposal penelitian dan mencari alat ukur yang sesuai yang dapat digunakan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usia contoh berkisar antara 14 sampai 18 tahun dan dikategorikan ke dalam kelompok remaja awal (14 sampai 16 tahun) dan remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Dari jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mencakup tingkat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mencakup tingkat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbudaya. Kegiatan belajar dilaksanakan hari Senin sampai dengan Sabtu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbudaya. Kegiatan belajar dilaksanakan hari Senin sampai dengan Sabtu. 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Brajan yang terletak di Desa Brajan salah satu wilayah Kelurahan Tamantirto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan pendidikan. 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan pembangunan. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan. Agar

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk menggunakan otak mereka dan menyerap ilmu pengetahuan. Karena setiap orang memiliki daya serap yang berbeda maka ada banyak

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para 42 BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian Desakan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan dan utuh mulai dari jenjang KB, TK, dan SD, membuat LPF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Umum SMA Negeri 14 Surabaya SMA Negeri 14 Surabaya berdiri pada tanggal 8 Oktober 1981. Pada saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN) SATUAN PELAJARAN: SMP KELAS : KOMPETENSI INTI : KI 1 : Menanggapi, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

2014 PELATIHAN DRUM PADA ANAK USIA 7 SAMPAI 12 TAHUN DI SEKOLAH MUSIK CIMAHI DRUM LAB

2014 PELATIHAN DRUM PADA ANAK USIA 7 SAMPAI 12 TAHUN DI SEKOLAH MUSIK CIMAHI DRUM LAB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN METODE CART DAN CHAID UNTUK MENELUSURI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STAKPN TARUTUNG

KUISIONER PENELITIAN METODE CART DAN CHAID UNTUK MENELUSURI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STAKPN TARUTUNG Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN METODE CART DAN CHAID UNTUK MENELUSURI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STAKPN TARUTUNG A. DATA DIRI RESPONDEN A.1. Nama :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya adalah untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan, suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia menggunakan bahasa. Seiring dengan perkembangan dan perubahan jaman, bahasa menjadi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENDIDIKAN PAUD AISYIYAH KASIHAN. kecamatan Kasihan Ibu Dra. Hj. Suhartati, bahwa hal yang mendasari didirikannya

BAB III SISTEM PENDIDIKAN PAUD AISYIYAH KASIHAN. kecamatan Kasihan Ibu Dra. Hj. Suhartati, bahwa hal yang mendasari didirikannya 40 BAB III SISTEM PENDIDIKAN PAUD AISYIYAH KASIHAN A. Sejarah Berdiri PAUD Aisyiyah Kasihan Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus pimpinan cabang Aisyiyah kecamatan Kasihan Ibu Dra. Hj. Suhartati,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kelas X di SMAN 3 Malang adalah tinggi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat determinasi diri pada

BAB V PENUTUP. kelas X di SMAN 3 Malang adalah tinggi. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat determinasi diri pada BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini, yakni: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat peran ayah pada remaja kelas X di SMAN 3 Malang adalah tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci