BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Kawasan Wisata Potensi Sumberdaya Alam Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Barat No.2 Tahun 1989 kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan salah satu dari 15 lokasi yang memiliki potensi pengembangan wisata alam dan menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Nusa Tenggara Barat. TNGR memiliki enam lokasi wisata yang menjadi tujuan rekreasi bagi masyarakat. Ke enam lokasi tersebut yaitu pertama Puncak Gunung Rinjani yang merupakan obyek wisata pendakian. Kegiatan pendakian secara besar-besaran dilakukan pada bulan Juli sampai dengan pertengahan Agustus dimana pendakian didominasi oleh kalangan mahasiswa dan pelajar dari seluruh Indonesia. Kedua, Danau Segara Anak yang merupakan obyek pemandangan alam danau yang berbentuk seperti bulan sabit dengan luasan sekitar Ha. Ketiga, Senaru yang merupakan obyek wisata air terjun dengan ketinggian ± 25 m dan Desa Adat (perkampungan) dari rumah adat tradisional suku sasak bayan yang tetap dijaga keasliannya. Keempat, Air Terjun Jeruk Manis merupakan obyek wisata air terjun dengan ketinggian ± 30 m yang berada di Desa Kembang Kuning bagian selatan kawasan TNGR. Kelima, Sebau yang merupakan lokasi pemandian air panas yang didukung dengan panorama pemandangana lam sekitar lokasi dan panorama sepanjang jalur trail menuju lokasi pemandian. Sembalun, Timbenuh (merupakan jalur-jalur pendakian). Dan yang terakhir adalah Otak Kokok Gading yang merupakan obyek wisata air terjun dengan pemandangan alam yang indah dan sejuk. Otak Kokok Gading berada di Resort Joben, seksi pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani wilayah II Lombok Timur. Alasan pengambilan lokasi wisata ini adalah karena lokasi wisata ini merupakan lokasi dengan jumlah pengunjung paling banyak jika dibandingkan dengan lima lokasi wisata dari TNGR lainnya.

2 Tabel 4 Rekapitulasi pengunjung TNGR tahun 2010 Senaru (org) Sembalun (org) Sebau (org) Kembang Kuning (org) Timbenuh (org) Otak Kokok Gading (org) Sumber: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perbedaan jumlah pengunjung dari ke enam lokasi. Jumlah pengunjung di Otak Kokok Gading merupakan yang terbanyak dan jauh melebihi lokasi yang lainnya. Dari wawancara dengan responden wisata Otak Kokok sebanyak 16,67% pengunjung datang ke lokasi khusus untuk menikmati wisata air terjun ini saja. Jumlah ini tidak terlalu besar karena memang sebagian besar kedatangan pengunjung bukan hanya terpusat pada wisata pemandian air terjun saja namun sekalian dengan yang obyek wisata yang lainnya. Gambar 2 Air Terjun di obyek wisata Otak Kokok Gading. Sumberdaya Wisata Buatan Obyek dan tujuan wisata di Otak Kokok bukan hanya air terjun saja tetapi juga di lokasi tersebut juga dibangun fasilitas wisata seperti kolam renang dan tempat-tempat berkumpul dan istirahat, selain itu terdapat pula musholla, aula pertemuan, kamar mandi serta warung-warung tenda yang menyediakan beragam jenis makanan ringan dan beberapa makanan khas Pulau lombok. Kolam renang yang ada menjadi tambahan daya tarik bagi kawasan wisata ini. Terdapat dua buah kolam renang dengan ukuran yang berbeda, satu untuk dewasa dan satu lagi khusus untuk anak-anak. Mandi di kolam renang ini menjadi kegiatan utama bagi pengunjung dewasa dan anak-anak, sementara untuk orang

3 tua atau lanjut usia lebih banyak beraktivitas di air terjun dengan tujuan penyembuhan penyakit sesuai dengan mitos yang ada di masyarakat. Dari wawancara dengan responden wisata sebanyak 13,33% pengunjung datang ke obyek wisata ini khusus untuk menikmati obyek wisata kolam renang. Gambar 3 Kolam Renang di obyek wisata Otak Kokok Gading. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang menjadi bagian penting dari lokasi wisata ini yaitu tempat-tempat berkumpul dan istirahat yang biasa disebut gazebo, aula, musholla, kamar mandi, parkiran serta warung-warung makanan. Sarana dan prasarana ini diharapkan dapat menunjang kebutuhan pengunjung dalam melakukan aktivitas rekreasinya. Gazebo merupakan tempat yang digunakan pengunjung untuk istirahat, makan dan berkumpul dengan keluarga, kerabat dan teman. Terdapat 11 gazebo dan 1 buah aula yang bisa digunakan dengan lokasi yang tersebar di sekitar lokasi wisata. Ukuran gazebo yang ada bervariasi sesuai dengan lokasinya dan bisa digunakan oleh lebih dari satu keluarga. Jika dilihat dari jumlah pengunjung yang datang, jumlah gazebo yang tersedia masih kurang apalagi untuk hari-hari libur, satu buah gazebo bisa ditempati dua sampai 3 keluarga. Namun jika dilihat dari lamanya para pengunjung di lokasi wisata yaitu sekitar 1-3 jam, jumlah gazebo masih bisa memenuhi kebutuhan tempat bagi para pengunjung. Sementara untuk aula biasanya digunakan oleh pengunjung yang datang dengan rombongan besar dan mengadakan sebuah kegiatan khusus di lokasi wisata, misalnya acara reuni, perpisahan dan lain-lain.

4 Gambar 4 Gazebo dan aula sebagai tempat istirahat pengunjung di Otak Kokok Gading. Pada lokasi wisata ini juga terdapat dua buah musholla yang bisa digunakan untuk beribadah bagi pengunjung muslim. Ukuran untuk musholla ini tergolong kecil dan kurang bersih, dilihat dari kondisi alat-alat solat yang berserakan dan tidak teratur serta kotor. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran pengunjung untuk merapikan kembali dan meletakkan alat-alat solat pada tempatnya sehingga tetap rapi dan bersih. Gambar 5 Dua buah Musholla di obyek wisata Otak Kokok Gading. Pada setiap lokasi wisata pasti terdapat warung-warung penjualan makanan. Dan di lokasi wisata ini terdapat banyak warung makan yang menyediakan beragam jenis makanan ringan ataupun makanan khas daerah tersebut contohnya Sate Bulayak. Penjual dari warung-warung yang ada di lokasi wisata adalah masyarakat sekitar yang memang oleh pengelola diutamakan dibandingkan dengan masyarakat di luar lokasi atau jauh dari lokasi walaupun banyak yang berminat membuka usaha disana. Untuk setiap harinya tidak semua warung berjualan, hanya ada beberapa warung saja, hal ini setelah ditanyakan memang disesuaikan dengan kapan jadwal ramainya pengunjung dan pada hari libur bisa dipastikan semua warung berjualan.

5 Gambar 6 Warung-warung makan dan sate bulayak khas Otak Kokok Gading. Keberadaan kamar mandi tidak akan bisa dilepaskan dari sebuah lokasi wisata, apalagi jika lokasi wisatanya marupakan lokasi pemandian seperti Otak Kokok ini. Jumlah kamar mandi di lokasi wisata ini yaitu 16 buah yang tersebar di dua lokasi yaitu 6 kamar mandi di dekat musholla dan 10 kamar mandi di dekat kolam renang. Selain kamar mandi tertutup, terdapat juga ruang bilas untuk pengunjung di areal terbuka dekat dengan lokasi air terjun. Penggunaan kamar mandi dikenakan biaya Rp per orang setiap satu kali masuk dan setiap kamar mandi dijaga oleh satu orang petugas yang merupakan bagian dari masyarakat sekitar lokasi. Kondisi kamar mandinya sendiri cukup bersih karena memang kebanyakan hanya digunakan untuk mengganti pakaian setelah mandi baik di lokasi air terjun maupun di kolam renang. Jumlah kamar mandi untuk saat ini memang masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung yang datang terutama ketika hari-hari libur. Gambar 7 Kamar mandi dan tempat bilas di obyek wisata Otak Kokok Gading.

6 Tempat parkir penting keberadaannya bagi sebuah lokasi wisata. Pada loksai wisata Otak Kokok ini terdapat tempat parkir yang luas yang sampai sejauh ini cukup untuk menampung banyaknya jumlah kendaraan pengunjung yang datang. Untuk hari-hari biasa tempat parkir ini sangat cukup untuk menampung kendaraan pengunjung baik roda dua, roda empat atau lebih. Namun pada hari libur perlu penataan yang lebih baik dan rapi sehingga daya tampung tempat parkir bisa maksimal. Tempat parkir ini dijaga dan dikelola oleh beberapa petugas yang berasal dari masyarakat sekitar lokasi wisata, dimana mengatur tempat parkir ini menjadi salah satu mata pencahariannya. Gambar 8 Tempat parkir di obyek wisata Otak Kokok Gading. Persepsi dan Motivasi Motivasi pengunjung untuk datang ke objek wisata Otak Kokok Gading belum bisa dikatakan bervariasi. Sebagian besar datang untuk menikmati fasilitas pemandian dan yang lain hanya menikmati keindahan alam. Menurut hasil wawancara ada mitos yang mendukung pengunjung untuk mandi di pemandian Otak Kokok Gading, dipercaya sumber air disana bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tabel 5 Karakteristik pengunjung berdasarkan penilaian terhadap daya tarik objek wisata Otak Kokok Gading Objek Wisata yang menarik Jumlah (org) % a. Pemandangan alam 4 13,33 b. Air terjun 5 16,67 c. Kolam Berenang 4 13,33 b dan c 11 36,67 a dan c 6 20

7 Objek wisata Otak Kokok Gading sangat menarik untuk dikunjungi. Hal ini terbukti dengan kedatangan pengunjung yang selalu ada di objek wisata ini dari pagi ketika baru dibuka sampai sore menjelang tutup. Dari hasil wawancara diperoleh jumlah pengunjung wisata terbanyak adalah yang memilih objek wisata ini karena air terjun dan kolam renangnya sebesar 36,67%. Bisa dilihat bahwa motivasi pengunjung datang ke objek wisata Otak Kokok Gading bukan hanya untuk satu tujuan saja karena disana terdapat beberapa objek wisata yang bisa dinikmati. Untuk frekuensi kedatangan, jika seseorang semakin tinggi frekuensinya datang ke suatu objek wisata, maka orang tersebut sangat memahami dan mengenal objek wisata tersebut. Dari wawancara yang dilakukan sebanyak 63,33% pengunjung sudah datang ke Otak Kokok Gading lebih dari tiga kali, dan hanya 3,33% saja yang baru pertama kali datang. Biasanya mereka berkunjung pada hari libur dan untuk beberapa responden berkunjung juga dilakukan pada hari-hari kerja karena lokasi objek wisata yang mudah dijangkau dan bisa dikatakan objek wisata ini merupakan tujuan utama untuk setiap rekreasi yang mereka lakukan. Persepsi responden wisata Objek Wisata Otak Kokok Gading, meliputi: persepsi tentang keindahan alam, kondisi lingkungan, aksesibilitas, fasilitas,dan kondisi keamanan. Keindahan kawasan Otak Kokok Gading merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini. Pengunjung yang menjadi responden pada umumnya mengganggap keindahan alamnya menarik sebanyak 60%, cukup menarik sebanyak 33,33%, dan kurang menarik sebanyak 6,67%. Kondisi lingkungan kawasan wisata sangat mempengaruhi orang untuk berkunjung. Hal ini disebabkan pengunjung menginginkan sesuatu yang indah dipandang dan nyaman di tempat objek wisata. Pengunjung harus setidaknya merasakan ada sesuatu yang indah di dalamnya. Walaupun demikian, seseorang akan menilai baik dan buruk suatu lingkungan tergantung dari sudut pandang masing-masing. Berdasarkan persepsi responden, sebagian besar menyatakan kondisi lingkungan objek wisata Otak Kokok Gading baik sebanyak 90% dan sebagian kecil menyatakan cukup baik sebanyak 6,67% dan menyatakan kurang baik sebanyak 3,33%. Lokasi wawancara dengan responden akan mempengaruhi

8 persepsi responden terhadap kondisi lingkungan karena mereka akan cenderung melihat kesekeliling saat ditanyakan. Dan responden yang sudah sering berkunjung akan lebih mengetahui kondisi lingkungan di Otak Kokok Gading ini. Untuk mencapai suatu lokasi objek wisata, aksesibilitas menuju kawasan sangat penting sebagai pertimbangan seseorang untuk mengunjungi lokasi tersebut atau tidak. Aksesibilitas ini terkait kondisi jalan dan kemudahan transportasi untuk mencapai lokasi wisata. Sebagian responden menyatakan aksesibilitas mudah sebanyak 80% karena jalan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua sampai enam seperti bus. Sebagian lagi 20% menyatakan cukup mudah karena memang tidak tersedia angkutan umum yang melalui akses ke lokasi hanya saja kondisi jalannya yang baik dan tidak rusak. Tabel 6 Penilaian pengunjung terhadap fasilitas di lokasi obyek wisata Otak Kokok Gading Fasilitas Jumlah (org) % a. Sangat lengkap 6 20 b. Lengkap 17 56,67 c. Kurang lengkap 7 23,33 Berdasarkan tabel di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa 76,67% responden menyatakan fasilitas objek wisata Otak Kokok Gading tergolong lengkap. Mereka merasa sudah cukup dengan fasilitas yang ada saat ini. Dan sebagian lagi sebanyak 23,33% menyatakan kurang lengkap dan beranggapan masih perlu fasilitas penunjang lainnya, supaya pengunjung bisa menikmati lebih banyak jenis wisata di tempat ini, seperti sarana hiburan dan sarana bermain anakanak. Publikasi Wisata TNGR Publikasi dalam rangka mempromosikan lokasi-lokasi wisata di TNGR oleh pengelola dilakukan dalam beberapa bentuk publikasi, baik yang sudah terlaksana maupun rencana-rencana publikasi untuk ke depannya. Kegiatan publikasi yang sudah dilakukan yaitu pembuatan buku seri, poster, mengadakan pameran konservasi sumberdaya alam, pembuatan website dan publikasi profil wisata pada majalah. Adapun rencana-rencana untuk publikasi yang belum dilaksanakan yaitu pencetakan leaflet, brosur TNGR, buletin, pembuatan film atau slide dokumenter, dan tukar-menukar informasi dengan TN lain baik di dalam atau luar negeri.

9 Gambar 9 Buku Informasi TNGR yang diproduksi langsung oleh Balai TNGR. 5.2 Nilai Ekonomi Kawasan Manfaat kawasan taman nasional sebagai sumber daya alam dilihat dari bentuk dan wujudnya dapat dibedakan menjadi manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung merupakan manfaat yang dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung, contohnya rotan, bambu, buah-buahan, air dan lainlain. Sedangkan manfaat tidak langsung merupakan manfaat yang tidak langsung dinikmati tetapi dapat dirasakan keberadaannya seperti mengatur tata air, mencegah erosi, rekreasi dan lai-lain. Manfaat kawasan yang akan dilihat pada penelitian ini adalah dari aspek wisata oleh pengunjung dan masyarakat, dan aspek pemanfaatan air oleh masyarakat sekitar kawasan. Bagi pengunjung keberadaan kawasan wisata Otak Kokok Gading merupakan sumberdaya lingkungan yang potensial dan berharga serta memberikan manfaat yang cukup besar. Dari wawancara yang dilakukan hampir semua pengunjung datang ke lokasi wisata untuk menikmati keindahan panorama alam, melepas penat dan untuk sejenak menikmati udara segar. Pada intinya semua pengunjung datang untuk mencari hiburan setelah melakukan semua aktivitas sehari-hari. Sementara bagi masyarakat sekitar yang terlibat langsung dalam kegiatan wisata, keberadaan kawasan ini memberikan lapangan kerja baru sebagai sumber pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Bukan hanya keberadaan obyek wisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan, pada kawasan ini terdapat banyak sumber air yang juga digunakan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan air bersih seharihari. Sumber air ini bukan hanya dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar kawasan

10 tetapi juga masyarakat dari beberapa daerah lain dengan difasilitasi oleh PDAM. Jika masyarakat di sekitar kawasan memanfaatkan sumber air secara gratis maka masyarakat yang memperoleh air melalui jasa PDAM harus membayar sejumlah uang atas pemanfaatan air yang diperoleh. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi wisata dan air dari kawasan obyek wisata Otak Kokok Gading dengan menggunakan pendekatan kesediaan membayar pengunjung dan masyarakat atas manfaat wisata dan air yang diperoleh. Kesediaan membayar ini akan memperlihatkan besarnya manfaat keberadaan dari wisata dan air tersebut bagi pengunjung dan masyarakat Nilai Ekonomi Wisata Karakteristik Responden Wisata Objek Wisata Otak Kokok Karakteristik pengunjung objek wisata Otak Kokok bervariasi dengan variabel-variabel yaitu tingkat pendidikan, status menikah, asal daerah, pekerjaan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Pada umumnya, pendidikan besar pengaruhnya terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka seseorang akan semakin matang dalam memutuskan sesuatu. Tabel 7 Karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (org) % SD 4 13,33 SMP 5 16,67 SMU 11 36,67 PT 10 33,33 Dari hasil penelitian ini, responden wisata yang berkunjung ke Otak Kokok sudah berpendidikan. Jumlah responden terbanyak, yaitu pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 36,67% responden. Mereka sudah mempunyai pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan objek wisata. Kegiatan wisata yang mereka lakukan bisa dikatakan sudah menjadi suatu kebutuhan hidup. Sehingga mereka merasa perlu untuk adanya objek wisata yang dapat dinikmati seperti objek wisata Otak Kokok ini.

11 Dari hasil pengisisan kuesioner, pengunjung kebanyakan memiliki status sudah menikah sebanyak 76,67%. Pengunjung ini kebanyakan datang dengan rombongan keluarganya. Sedangkan pengunjung dengan status belum menikah sebanyak 23,33% dan pengunjung ini kebanyakan datang bersama temantemannya. Selain itu, pengunjung yang datang ke Objek Wisata Otak Kokok kebanyakan berasal dari Lombok Timur yaitu 83,33% dan sisanya 16,67% berasal dari Lombok Tengah. hal ini dipengaruhi oleh lokasi dari Objek Wisata Otak Kokok yang memang di daerah Lombok Timur. Tabel 8 Karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan tingkat pendapatan Pendapatan (Rp) Jumlah (org) % < Rp ,33 Rp Rp Rp Rp Rp Rp ,33 Rp Rp ,33 > Rp Pengunjung yang datang sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 60% dan paling sedikit yaitu 10% sebagai mahasiswa. Jenis pekerjaan tiap responden memang bervariasi tetapi mereka datang dengan tujuan yang sama yaitu untuk bermain dan menikmati Objek Wisata Otak Kokok Gading. Dari tabel diatas dapat dilihat untuk tingkat pendapatan, jumlah responden terbanyak yaitu pada tingkat pendapatan lebih besar dari Rp sebanyak 30%. Tingkat pendapatan ini menjadi karakteristik yang penting bagi pengunjung karena diduga mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung demi pelestarian kawasan Otak Kokok Gading. Tingkat pendapatan pengunjung sangat mempengaruhi dalam melakukan kegiatan wisata serta mau membayar untuk kegiatan tersebut. Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi alokasi pendapatan pengunjung untuk biaya rekreasi atau kegiatan wisata. Semakin banyak tanggungan keluarga akan semakin besar pengeluaran untuk wisata. Sebagian besar pengunjung objek wisata Otak Kokok Gading memiliki jumlah tanggungan yang kecil, yaitu sampai 3 orang.

12 Analisis Nilai Wisata Alam untuk Memperoleh Kesediaan Membayar per orang Kunjungan dan Nilai Wisata Total per tahun. Pendugaan nilai ekonomi ini merupakan besarnya tingkat kesediaan membayar responden atas kepuasan atau pengalaman wisata selama di kawasan Otak Kokok Gading yang bisa juga diartikan sebagai keinginan responden membayar sejumah uang untuk menjaga kelestarian lingkungan dan untuk menghindari penurunan kualitas lingkungan tersebut. Untuk mengetahui kesediaan membayar responden penelitian, responden pengunjung dan masyarakat diberikan kuesioner yang diisi untuk mengetahui pandangan mereka tentang keberadaan kawasan Otak Kokok Gading. 1. Pendugaan Kesediaan Membayar Rata-rata Responden pengunjung wisata yang memiliki kesediaan membayar sama dengan retribusi masuk objek wisata Otak Kokok Gading untuk pengelolaan dan pelestarian kawasan senilai Rp (sesuai dengan harga tiket yang diberlakukan pada saat penelitian) sebanyak 16 orang. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesediaan yang lain, yaitu Rp 2.000, Rp selain itu kesediaan membayar responden pengunjung wisata sebesar Rp sebanyak 4 orang, dan Rp sebanyak 2 orang. Nilai kesediaan membayar pengunjung ini dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung sendiri, seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Responden yang tergolong memiliki pendapatan tinggi dan dengan jumlah tanggungan keluarga yang rendah cenderung bersedia membayar lebih dari harga tiket masuk. Faktor pendidikan juga berpengaruh terhadap pola pikir responden dalam mengalokasikan kesediaan membayar dan dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap besarnya kesediaan membayar. Dari perhitungan hasil wawancara diperoleh rata-rata kesediaan membayar responden pengunjung wisata sebesar Rp per orang per kunjungan. Besarnya nilai kesediaan membayar ini diperoleh dengan menggunakan perhitungan rumus di atas, yaitu dengan menjumlahkan nilai kesediaan membayar semua responden wisata dibagi dengan jumlah responden wisata itu sendiri. 2. Nilai Wisata Nilai wisata untuk Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp dengan jumlah pengunjung orang. Jika dibandingkan

13 dengan besarnya pendapatan dari penerimaan tiket masuk Objek Wisata Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp Nilai tersebut lebih kecil dari nilai kesediaan membayar pengunjung pada tahun yang sama. Dengan nilai kesediaan membayar pengunjung yang lebih besar ini, maka dapat dikatakan bahwa pengunjung memiliki tingkat kepuasan wisata yang besar dan memahami pentingnya menjaga kelestarian kawasan Otak Kokok. Dari data sekunder jumlah pengunjung pada tahun sebelumnya yaitu 2007 sampai dengan 2009, dapat dilihat trend yang terjadi pada nilai wisata Objek Wisata Otak Kokok Gading dengan asumsi besarnya kesediaan membayar sama untuk setiap tahunnya. Tabel 9 Nilai wisata otak kokok gading berdasarkan jumlah pengunjung WTP Rata-rata (Rp) Jumlah pengunjung (Org) Nilai wisata (Rp) Nilai Wisata Tahun Nilai Y Linear (Nilai Y) Gambar 10 Tren nilai wisata Otak Kokok Gading tahun Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai wisata setiap tahunnya, dimana nilai kesediaan membayar sama dengan jumlah pengunjung yang datang meningkat setiap tahunnya. Model regresi linear dari nilai wisata berdasarkan hasil perhitungan yaitu ,9 X Sedangkan untuk persen peningkatan nilai wisata setiap tahunnya megalami penurunan yaitu untuk tahun 2008 sebesar 10,73%, tahun 2009 sebesar 4,70% dan tahun 2010 sebesar 2,84%.

14 5.2.2 Nilai Ekonomi Air Air merupakan produk nyata yang dihasilkan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang digunakan seluruhnya untuk hajat hidup orang banyak, kebutuhan akan air semakin lama semakin meningkat dengan semakin banyaknya jumlah penduduk. Kondisi sumber air di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani tersebar di berbagai lokasi, hal ini menyesuaikan dengan luas Taman Nasional Gunung Rinjani yang masuk ke dalam tiga daerah yaitu Lombok Barat, Lombok Utara dan Lombok Timur. Pada penelitian ini dispesifikkan untuk sumber air yang ada di Lombok Timur, khususnya lagi untuk sumber air yang sama dengan lokasi wisata tempat penelitian yaitu obyek wisata Otak Kokok ini. Di lokasi ini terdapat lebih dari satu lokasi sumber air yang bisa dimanfaatkan. Untuk saat ini pemanfaatan sumber air yang ada dilakukan oleh masyarakat sekitar dan oleh PDAM disekitar daerah tersebut. Bisa dikatakan pemanfaatan sumber air ini dilakukan secara langsung oleh masyarakat sekitar dan melalui perantara atau jasa PDAM untuk masyarakat yang cukup jauh dari lokasi sumber air. Masyarakat yang memanfaatkan air bersih dari kawasan secara langsung merupakan masyarakat yang tinggal tidak jauh dari kawasan wisata. Khususnya untuk desa asal responden masyarakat pengguna air, semua masyarakatnya menggunakan sumber air dari kawasan. Sistem yang digunakan untuk mengalirkan air ke rumah masing-masing yaitu dengan memasang pipa dari lokasi sumber air ke tempat penampungan yang sengaja dibuat bersama oleh masyarakat. Karakteristik responden masyarakat pengguna air Otak Kokok cukup bervariasi. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak dengan porsi umur terbesar yaitu Pada umur seperti ini, masyarakat disana kebanyakan sudah bekerja karena hampir semuanya sudah berumah tangga. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara keharusan laki-laki atau perempuan yang bekerja, di Desa Perian pasangan suami istri bekerja secara bersama-sama. Jumlah responden masyarakat pengguna air yang sudah menikah sebanyak 23 dari 30 orang responden. Tingkat pendidikan dari responden masyarakat pengguna air yang paling banyak, yaitu tingkat SLTP dengan pendapatan masyarakat pengguna air paling banyak berkisar antara Rp Rp per bulannya. Hampir

15 semua responden memiliki tanggungan termasuk juga responden yang belum menikah, biasanya menanggung biaya sekolah adik atau anggota keluarganya yang lain. Pemanfaatana air di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan saja tetapi juga oleh masyarakat yang jauh dari kawasan. Pemanfaatan oleh masyarakat yang jauh dari kawasan ini menggunakan jasa dari PDAM yang sumber airnya berasal dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Masyarakat yang memanfaatkan air melalui jasa PDAM harus membayar sejumlah uang setiap bulannya sesuai tarif PDAM dan sesuai dengan jumlah pemakaian. Tabel 10 Pemanfaatan air oleh PDAM berdasarkan Seksi Pengelolaan Wilayah (SKW) No Pengguna Peruntukkan Lokasi SKW I Lombok Barat 1 PDAM Bayan PDAM Sungai Lekok Puluk SKW II Lombok Timur 2 PDAM PDAM Jeruk manis 3 PDAM PDAM Otok Kokok Gading Analisis Nilai Manfaat Air bagi Masyarakat Desa Perian Kecamatan Montong Gading dengan Menduga Kesediaan Membayar Rata-rata per meter kubik dan Nilai Manfaat Total Air untuk Masyarakat. Pendugaan nilai ekonomi ini merupakan besarnya tingkat kesediaan membayar masyarakat di sekitar kawasan Otak Kokok Gading yang bisa juga diartikan sebagai keinginan masyarakat membayar sejumah uang untuk menjaga kelestarian sumber air dan untuk menghindari penurunan kualitas sumber air tersebut. Untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat, responden dari masyarakat diberikan kuesioner yang diisi untuk mengetahui pandangan mereka tentang keberadaan sumber air pada kawasan tersebut. 1. Pendugaan Kesediaan Membayar Rata-rata untuk Penggunaan Air Semua responden masyarakat bersedia membayar sejumlah uang atas pemanfaatan air bersih dari kawasan. Kesediaan membayar bervariasi antar satu masyarakat dengan masyarakat yang lain, paling rendah yaitu Rp per bulan dan tertinggi Rp per bulan.

16 Tabel 11 Distribusi masyarakat berdasarkan kesediaan membayar terhadap pemanfaatan air dari kawasan TNGR Kesediaan Membayar (Rp) Jumlah (org) Rata-rata Penggunaan Air (m 3 /bln) Persentase (%) , ,96 3, ,82 3, , ,82 3, , ,53 3, ,81 3, ,24 3, ,81 6, ,95 13,33 Total , Nilai kesediaan membayar masyarakat ini dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat itu sendiri seperti tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Responden yang tergolong memiliki pendapatan tinggi dan dengan jumlah tanggungan keluarga yang rendah cenderung bersedia membayar lebih. Faktor pendidikan juga berpengaruh terhadap pola pikir responden dalam mengalokasikan kesediaan membayar dan dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap besarnya kesediaan membayar. Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini secara keseluruhan menyadari pentingnya keberadaan sumber air bagi pemenuhan kebutuhan seharihari. Keberadaan sumber air di kawasan Otak Kokok Gading ini harus dipertahankan dan dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan dengan keberadaan sumber air tersebut. Tidak hanya pemerintah dan pengelola saja, tetapi masyarakat juga harus memiliki kontribusi yang tinggi dalam upaya penjagaan dan pelestarian sumber air di kawasan ini. Didapatkan nilai total kesediaan membayar responden masyarakat untuk pemanfaatan air per tahunnya sebesar Rp dengan rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp per kepala keluarga per bulan. 2. Nilai Air Nilai air untuk Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp per bulan dan sebesar Rp per tahun dengan jumlah rumah

17 tangga. Pendugaan nilai air ini dengan mengasumsikan bahwa semua penduduk Desa Perian memanfaatkan air dari kawasan TNGR baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung artinya disini yaitu dengan pemasangan pipa-pipa kecil ke sumber mata air kawasan sedangkan yang tidak langsung yaitu pemanfaatan air melalui sumur atau sungai. Gambar 11 Tempat penampungan air bagi masyarakat yang memanfaatkan air dari kawasan TNGR Nilai Ekonomi Air Produksi PDAM Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa sumber air pada kawasan ini dimanfaatkan juga oleh masyarakat di luar kawasan melalui jasa PDAM. Terdapat 3 PDAM yang memanfaatkan sumber air dari kawasan ini yaitu PDAM Sikur (Kembang Kuning), PDAM Terara (Otak Kokok Gading) dan PDAM Bayan. Tabel 12 Data jumlah pelanggan PDAM tahun 2010 Lokasi PDAM Jumlah produksi Jumlah Pelanggan (Desa) air (m 3 /bln) Desa Kepala keluarga Sikur (Kembang Kuning) Terara (Otak Kokok) Bayan Total Jumlah pembayaran untuk pemanfaatan air dengan jasa PDAM jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kesediaan membayar masyarakat sekitar kawasan. Semakin besar jumlah kesediaan mambayar maka semakin tinggi tingkat kebutuhan masyarakat akan keberadaan air tersebut. Khususnya untuk masyarakat yang memanfaatkan air dengan jasa PDAM, masyarakat ini tinggal di daerah yang jauh dari kawasan Otak Kokok namun dengan kesediaan membayar

18 yang lebih besar mereka bisa memanfaatkan air hampir sama dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Otak Kokok. Tabel 13 Nilai air PDAM tahun 2010 PDAM Harga air Rata-rata Jumlah produksi Nilai air PDAM (Rp/m3) (m3/bulan) (Rp/bln) PDAM Sikur PDAM Terara PDAM Bayan Total Nilai air total dari PDAM sebesar Rp per bulan dan Rp per tahun. Nilai air total PDAM ini didapatkan dengan menjumlahkan nilai air dari tiga PDAM yang sumber airnya berasal dari TNGR. Besarnya nilai air total ini merupakan nilai yang diterima oleh PDAM dengan keberadaan dan ketersediaan sumber daya air dari kawasan TNGR. Ketiga PDAM tersebut tidak membayar atau mengeluarkan biaya dalam pemanfaatan air dari kawasan TNGR, jika melihat besarnya nilai manfaat yang diperoleh PDAM maka seharusnya PDAM memberikan kontribusi dalam pengelolaan kawasan TNGR. Kontribusi yang dimaksud di sini yaitu ikut serta dalam kegiatan pengelolaan kawasan untuk menjaga dan memelihara kelestarian sumber daya alam TNGR sehingga semua pihak tetap mendapatkan manfaat dari keberadaan kawasan tersebut. 5.3 Pengelolaan TNGR Keuntungan pengelolaan kawasan TNGR dapat diduga dengan membandingkan biaya total yang digunakan untuk pengelolaan dengan manfaat total yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan tersebut. Biaya operasional TNGR diperoleh langsung dari pemerintah yang telah dianggarkan sesuai dengan besarnya pengajuan dari pengelola TNGR setiap tahunnya. Sedangkan pemasukan TNGR sendiri diperoleh dari tiket masuk wisata yang serahkan kepada pemerintah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

19 Tabel 14 Rekapitulasi penerimaan negara bukan pajak TNGR enam lokasi wisata Lokasi Tahun 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) Senaru Sembalun Sebau Kembang Kuning Timbenuh Otak Kokok Gading Total Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat besarnya PNBP dari enam lokasi wisata TNGR, PNBP ini adalah nilai manfaat tangible berupa uang yang diterima dari kegiatan pengelolaan kawasan TNGR tersebut. Pada penelitian ini pendugaan nilai ekonomi wisata dan air digunakan untuk melihat besarnya manfaat intangible yang dikonversi dalam nilai uang. Dalam menilai keuntungan pengelolaan TNGR ini total biaya yang digunakan adalah rata-rata biaya pengelolaan per tahun dari tahun 2006 sampai dengan 2009, dan nilai manfaat total yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kegiatan wisata dan air TNGR pada tahun 2010 dari hasil penelitian yang dilakukan. Tabel 15 Analisis kelayakan pengelolaan wisata TNGR Rata-rata total Biaya Pengelolaan wisata TNGR Nilai Manfaat (Wisata dan air) Keterangan : Tabel perhitungan ada pada lampiran Rp /thn Rp /thn Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai manfaat wisata dan air yang diperoleh lebih kecil daripada biaya total yang digunakan dalam pengelolaan TNGR dalam satu tahun. Nilai manfaat tersebut hanya diperoleh dari nilai wisata dan air pada satu lokasi saja, padahal TNGR memiliki 6 lokasi wisata dan nilai manfaat ini tidak hanya bisa diperolah dari wisata dan air saja. Pada perbandingan nilai di atas, kelayakan pengelolaan TNGR belum bisa dikatakan layak atau tidak layak karena penilaian kelayakan harus dilakukan dari semua aspek pengelolaan yang ada di TNGR bukan hanya dari aspek wisata dan air saja. Namun jika melihat nilai wisata dari hasil penelitian ini dan dibandingkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan pengelola TNGR untuk pengelolaan aspek wisata setiap

20 tahunnya, maka pengelolaan wisata ini dapat dikatakan menguntungkan karena nilai manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya pengelolaan setiap tahunnya.

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan 81 Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan N Besarnya Tarif Obyek Retribusi Satuan Tarif o Retribusi A 1 B 1 2 3 4 Tempat Rekreasi Kebun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN).

Lebih terperinci

Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu 55 Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu Tabel 4 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu No. Karakteristik Pengunjung* Persentase (%) 1. Tingkat pendidikan

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter.

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Objek Wisata dan merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran sendiri merupakan kabupaten yang baru terbentuk

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskirpsi Lokasi Salah satu obyek wisata yang mulai banyak diminati masyarakat Gorontalo khususnya sekitar Bone Bolango adalah objek wisata Pemandian Air Terjun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek 23 KERANGKA PEMIKIRAN Pemasaran suatu produk barang dan jasa tidak akan bisa lepas dari konteks komunikasi. Transaksi tersebut tidak saja menyangkut komunikasi satu arah tetapi menyangkut dua arah. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang menjadi andalan bagi Negara dalam meningkatkan pemasukan devisa. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Ecogreen Vol. 3 1, April 2017 Halaman 27 31 ISSN 2407-9049 ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Arniawati *, Safril Kasim, Rahmawati Anshar Jurusan Kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Logistik atau yang disebut model LOGIT untuk mengidentifikasi atribut-atribut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat dikunjungi. Salah satu objek wisata yang memiliki daya tarik dengan panorama alam yang indah

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting No. Responden : Hari/Tanggal : A. Data Pribadi Responden. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Perempuan / Lakilaki* Asal/tempat tinggal : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan pariwisata dengan daerah lainnya. Dalam hal ini, peran

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan pariwisata dengan daerah lainnya. Dalam hal ini, peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi paling penting bagi suatu negara. Disamping sebagai mesin penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang

Lebih terperinci

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016 Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (KRC) - LIPI, merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua Asia dan Autralia serta antara Samudera Pasifik dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. " Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

1.3 Manfaat Perancangan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang berguna

1.3 Manfaat Perancangan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang berguna JURNAL Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah yang berpotensi khususnya di sektor pariwisata. Salah satunya adalah kawasan wisata Guci. menurut website resmi Dinas Budaya dan pariwisata Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Restoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (989: ) bahwa penelitian survey adalah

Lebih terperinci

Lampiran. Kepada Yth: Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Di Tempat

Lampiran. Kepada Yth: Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Di Tempat Lampiran Kepada Yth: Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Di Tempat Dengan Hormat, Dalam rangka memenuhi persayaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Magister Manajemen, saya bermaksud mengadakan penelitian di

Lebih terperinci

Kecamatan Salahutu. 1. Pantai Natsepa

Kecamatan Salahutu. 1. Pantai Natsepa Kecamatan Salahutu Kecamatan Salahutu dengan ibukotanya Tulehu, yang Luas Wilayahnya 151,82 km2 terletak di bagian timur Pulau Ambon dengan 6 buah Negeri. Kecamatan ini memiliki daya tarik wisata yang

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 19 TAHUN 1997 TENTANG TEMPAT-TEMPAT REKREASI PULAU GILI KETAPANG

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek 68 Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti : Mega Haditia/E34080046 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menarik wisatawan datang ke kota ini. Selain itu Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menarik wisatawan datang ke kota ini. Selain itu Kota Bogor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bogor memiliki potensi yang baik untuk menjadi kawasan wisata yang dapat menarik wisatawan datang ke kota ini. Selain itu Kota Bogor merupakan pintu gerbang Propinsi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak geografisnya berbatasan dengan Ibu Kota Indonesia. Jawa Barat sendiri memiliki keanekaragaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang berlapis karang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Suharyono (1994:26) Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan muka bumi (gejala geosfer)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan pelanggan, diperoleh nilai

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan pelanggan, diperoleh nilai BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dibahas pada bab V, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil perhitungan indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN

6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN 6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN 6.1 Aktivitas Wisata Pantai 6.1.1 Taman wisata cagar alam Taman wisata cagar alam merupakan suatu taman konservasi yang dikelola oleh perhutani dengan luas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Banjir Kanal Barat (BKB) yang terbentang mulai dari kawasan Manggarai sampai kawasan Muara Angke menampung beberapa aliran sungai yang melintas di Jakarta,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Gili Trawangan Gili Trawangan merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di pinggir pulau Lombok. Dahulunya pulau ini merupakan pulau yang pernah dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE www.segorogunung.com B. LATAR BELAKANG MASALAH Kabupaten Karanganyar terletak di sebelah Timur wilayah Solo. Disertai

Lebih terperinci

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari. DANAU SEGARA ANAK Danau Segara Anak adalah danau kawah (crater lake) Gunung Rinjani yang berada di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian pada komponen daya tarik wisata jalur pendakian Gunung Merbabu via Dusun Suwanting yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga

Lebih terperinci

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan. 23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah 12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah http://tempatwisatadaerah.blogspot.com/2015/01/12-tempat-wisata-terindah-di-lombok.html 12 Tempat Wisata Terindah di Lombok Nusa Tenggara Barat - Lombok merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan potensi pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk meningkatkan kunjungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab 106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Pedoman dalam memberikan kesimpulan, maka data-data yang dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yoeti (1993 :109) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan komoditas yang dibutuhkan oleh hampir setiap orang. Marpaung (2001:13) mengatakan bahwa: Dengan melaksanakan kegiatan kepariwisataan seseorang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan RTH Taman Bunga,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan RTH Taman Bunga, METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan RTH Taman Bunga, Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian selama 2 bulan yang dimulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PENGEMBANGKAN FASILITAS DIJATILUHUR WATER WORLD(JWW) KAB.PURWAKARTA

2015 STRATEGI PENGEMBANGKAN FASILITAS DIJATILUHUR WATER WORLD(JWW) KAB.PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki beragam daya tarik wisata baik wisata alam dan wisata budaya yang dapat menarik wisatawan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA Pada bab ini akan dilakukan analisis yaitu mulai pengolahan data yang diperoleh di lapangan maupun

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci