BAB II. SEJARAH PERKEMBANGAN ODA (Official Development Assistance) JEPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. SEJARAH PERKEMBANGAN ODA (Official Development Assistance) JEPANG"

Transkripsi

1 BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN ODA (Official Development Assistance) JEPANG Pada bab ini, penulis berusaha menjabarkan bagaimana perkembangan dan mekanisme bantuan ODA. ODA sebagai alat kebijakan luar negeri Jepang yang sangat berperan dalam kepentingan Jepang, baik kepentingan nasional maupun internasional mengalami beberapa perkembangan pasca dimulainya pengimplementasiian nya. Selama beberapa periode, Jepang sebagai negara yang pada awalnya penerima bantuan ODA ini, berevolusi menjadi salah satu negara donor terbesar. Evolusi tersebut akan digambarkan pada bab ini dengan menjelaskan perubahan ODA yang menyesuaikan dengan kepentingan Jepang dan perkembangan dunia internasional yang sangat dinamis. Demi meraih kepentingannya ODA harus bisa menyesuaikan keadaaan dengan dunia internasional. Selain itu, pada bab ini juga penulis berusaha memaparkan tentang mekanisme pemberian bantuan ODA di dalam negeri Jepang sendiri karena sebagai alat kebijakan luar negeri Jepang, ODA memiliki mekanisme sendiri dalam menyalurkan bantuan mereka ke banyak negara berkembang. A. Sejarah Perkembangan Bantuan Luar Negeri Jepang melalui ODA dan Mekanisme Pemberian Bantuan ODA Perkembangan ODA sendiri dapat dibagi dalam beberapa fase sejak mulai digulirkan nya program ini oleh OECD pada tahun 1950-an dan bergabung nya 23

2 Jepang pada program ini. Sebagai alat kebijakan luar negeri Jepang, ODA harus dapat merespon dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebutuuhan politik luar negeri Jepang sehingga perkembangan ODA sangat dinamis tergantung dengan keadaan politik internasional itu sendiri. ODA yang banyak berfokus pada pemberian bantuan berupa pinjaman yang tidak terlalu terikat dan pemberian bantuan tenaga tenaga ahli kepada negara berkembang, khususnya di Asia. Di sini penulis berusaha menjabarkan beberapa fase perkembangan ODA Jepang dalam merespon komunitas internasional dan kepentingan luar negeri Jepang itu sendiri : an : Pasca Perang Dunia ke 2 dan Usaha Perbaikan Ekonomi Pasca kekalahan pada perang dunia ke-2, membuat Jepang harus nenerima segala konsekuensi sebagai pihak yang dipersalahkan untuk kerugian yang ditumbulkan akibat perang. Oleh karena itu, Jepang menjadi salah satu negara yang harus ikut menanggung beban biaya kerusakan akibat perang di berbagai Negara, khususnya Asia yang merupakan menjadi medan perang dan banyak mendapatkan pengalaman pahit akibat kolonialisme Jepang. Beban biaya yang sangat banyak yang ditimpakan kepada Jepang inilah yang mebjadi awal dari lahirnya Jepang yang baru. Pasca penanda tanganan perjanjian San Francisco pada tahun 1951 dan dilajutkan dengan Colombo Plan pada tahun 1954 membuat jalan Jepang untuk kembali diterima di komunitas internasional kembali terbuka. Biaya yang sangat besar yang ditanggungkan kepada Jepang untuk mengganti biaya kerusakan perang mengahruskan Jepang untuk kembali bergabung dan diterima di komutias 24

3 internasional agar perusahaan perusahaan industri Jepang dapat memberikan pemasukan kepada pemerintah untuk membayar biaya perang tersebut. Namun, untuk mempermudah tumbuhnya perekonomian Jepang, pemerintah Jepang juga membarengi biaya ganti rugi akibat perang tersebut dengan syarat mempermudah masuknya perusahaan Jepang kepada negara penerima, khususnya negara negara di Asia Tenggara yang pertama mendapatkan biaya ganti rugi ini. Perusahaan perusahaan Jepang yang pada awalnya banyak berfokus pada bidang jasa membuat barang barang industri Jepang mendapatkan pasar di Asia Tenggara pasca perjanjian ganti rugi perang tersebut. Myanmar, Indonesia, Filipina, dan Republik Vietnam ( Vietnam Selatan ) menjadi negara negara pertama yang menandatangani perjanjian perbaikan pasca perang tersebut 1. Pembayaran ganti rugi akibat perang tersebut berlangsung dari tahun dengan total biaya pembayaran sebesar $1.5 Miliar 2. Selain menandatangani perjanjian biaya kerusakan perang, Jepang juga memulai perjanjian yang lain pada masa ini. Dengan adanya dukungan penuh dari Amerika Serikat pasca penandatangan Colombo Plan, Jepang mulai berusaha merekontruksi perekonomiannya dengan cara memberikan bantuan pinjaman luar negeri yang dapat mempermudah Jepang untuk mengekspor barang industri mereka. India menjadi negara pertama yang mendapatkan pinjaman luar negeri dari Jepang pada tahun Dengan adanya perjanjian tentang banutan pinjaman luar 1 Chapter 1 : The Track Record of Japan ODA diakses pada 26 November 2016 jam Kato, Page, Shimomura, Japan Development Assistance : Foreign Aid and the post 2015 Agenda, Palgrave Macmillan,

4 negeri tersebut, membuat barang barang industri Jepang mendapatkan pasar yang lebih luas yang juga dapat menstimulus perekonomian Jepang sehingga pada masa tersebut perjanjian perjanjian bantuan luar negeri baik yang bersifat biaya kerugian akibat perang maupun bantuan luar negeri berupa pinjaman memiliki peranan yang sangat penting pada masa awal dalam proses rekontruksi ekonomi pasca perang bagi Jepang an : Berkembangnya ODA sebagai Imbas Perkembangan Ekonomi Dengan semakin banyaknya pemasukan untuk perekonomian Jepang sebgai imbas dari keberhasilan kebijakan ODA membuat perekonomian Jepang terus membaik dan meningkat. Pada periode ini, Jepang menunjukkan bagaimana keefektifan kebijakan progran bantuan luar negeri ODA dapat menunjang perekonomian dan proses industrialisasi yang terjadi di Jepang sehingga kebijakan ini disebut dengan income doubling policy. Pada era ini juga, Amerika Serikat sebagai pihak yang mendukung secara penuh bentuk kebiajakan bantuan luar negeri ODA ini di negara negara berkembang, khususnya di Asia Tenggara bertujuan untuk membangun negara negara yang tidak terpengaruh komuisme pada masa tersebut. Sebagai masa masa perang dingin antara blok timur dan barat membuat Amerika Serikat harus dapat memainkan peran strategi di negara negara dunia ketiga untuk membedung perkembangan komunisme sehingga peran ODA Jepang sangat memainkan posisi penting pada masa perang dingin tersebut. Dengan berkembangnya negara negara dunia ketiga melalui mekanisme bantuan luar 3 ibid 26

5 negeri ODA membuat posisi Amerika Serikat memlaui Jepang semkain kuat untuk membendung komunisme 4. Pada periode ini pula organisasi organisasi penunjang proses pembuatan kebijakan luar negeri ODA mulai terbentuk, seperti Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) yang mengurus perihal pembangunan di negara berkembang dibentuk pada tahun Kemudian Jepang juga membentuk Development Assistance Committee (DAC) pada tahun yang sama. Selain itu, Jepang juga membentuk organisasi Overseas Technical Cooperation Agency (OTCA) dan Japan Emigration Service (JEMIS) yang pada periode selanjutnya digabung menjadi Japan International Cooperation Agency (JICA) yang memiliki peranan penting dalam mekanisme ODA. 5 Pembantukan organisasi organisasi itu sangat penting dalam proses mekanisme bantuan luar negeri ODA sehingga melalui organisasi tersebut Jepang lebih dapat secara efektif untuk membentuk kebijakan bantuan luar negeri yang memiliki keuntungan di kedua belah pihak. Namun pada era ini juga menunjukkan bagaimana mekanisme ODA sangat bergantung pada kepentingan luar negeri di Amerika Serikat dalam usaha membendung pengaruh dari komunisme yang pada masa tersebut mulai masuk di negara negara dunia ketiga. 4 Ibid 5 Chapter 1 : The Track Record of Japan ODA diakses pada 16 November 2016 jam

6 an : Berubahnya Orientasi ODA Pada periode ini, Jepang banyak mengalami perubahan akibat banyaknya kejadian kejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya yang membuat Jepang harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai ketidakstabilan yang terjadi di dunia internasional. Kejadian kejadian tersebut juga mulai membentuk mekanisme dan pengaruh ODA yang lebih baru, yang lebih bisa beradaptasi dengan pemerintahan dan masyarakat internasional yang memiliki kebudayaan maupun interaksi sosial yang berbeda dengan Jepang maupun sekutunya. Kejadian pertama yang mulai merubah orientasi ODA pada periode ini adalah pada saat Amerika Serikat melakukan embargo kacang kedelai ke Jepang pada tahun 1973 demi menyelematkan perekonomian Amerika Serikat pada waktu itu 6. Hal tersebut sangat memberikan dampak bagi Jepang karena terancamnya food security Jepang karena 93% dari peredaran kacang kedelai di Jepang berasal dari Amerika Serikat sehingga Jepang perlu mencari cara untuk mengamankan hak tersebut. Selain itu, terjadinya oil shock juga mulai mengubah orientasi Jepang untuk membentuk kebijakan yang lebih dapat mengamankan pasokan baik negeri maupun makanan bagi proses industrialiasi di Jepang. Terjadinya oil shock tersebut juga membuka mata Jepang untuk tidak hanya berfokus kepada perkembangan di negara di Asia Tenggara saja, namun juga timur tengah sebagai basis dari melimpahnya minyak yang ada di kawasan tersebut. 6 diakses pada 26 November

7 Kejadian kedua yang juga mulai mempengaruhi proses mekanisme kebijakan ODA adalah pada saat berkunjungnya perdana menteri Jepang pada saat itu, Tanaka Kakuei yang mengunjungi Bangkok dan Jakarta pada tahun Perdana menteri Tanaka Kakuei memprotes negara negara yang sedang berkembang karena sedikitnya perusahaan Jepang yang ikut terlibat dalam proses industrialisasi di negara berkembang, khususya Jakarta dan Bangkok. Karena kejadian tersebut, banyak terjadi kerusuhan Anti Jepang di negara berkembang, seperti di Jakarta yang pasca kedatangan perdana menteri Tanaka Kakuei tersebut terjadi kerusuhan yang disebut sebagai kerusahan Malari 7. Kejadian tersebut membuat pemerinta Jepang mulai melakukan evaluasi terjadap mekanisme kebijakan ODA di negara Asia Tenggara, yang kemudian dibarengi dengan kadatangan perdana menteri Jepang yang baru pada waktu itu, Yasuo Fukuda. Yasuo Fukuda melakukan kunjungan ke berbagai negara di Asia Tenggara pada tahun 1977 dan bercermin dari kejadian yang menimpa perdana menteri sebelumnya, Yasuo Fukuda membentuk mekanisme ODA yang baru yang mengedepankan perdamaian, komitmen untuk tidak menjadi kekuatan militer dan membangun rasa saling percaya di negara negara Asia Tenggara. Hal tersebut juga dibarengi dengan mekanisme ODA yang lebih memperluas kerjasama baik jumlah maupun bidang yang termasuk dalam mekanisme ODA. Kemudian kebijakan perdana menteri Yasuo Fukuda ini dikenal dengan Fukuda doctrine diakses pada 26 November 2016 jam Lam Peng Er, ed. Japan's Relations with Southeast Asia: The Fukuda Doctrine and Beyond. Routledge,

8 Namun, masih sangat berpengaruhnya kepentingan Amerika Serikat pada periode ini juga membentuk mekanisme ODA untuk lebih dapat menuyesuaikan dengan kepentingan Amerika dan berbagai kejadian di dunia internasional yang bersifat dinamis. Adanya tekanan dari Amerika Serikat untuk melakukan burden sharing dengan Jepang membuat pemerintah Amerika Serikat menginginkan pemerintah Jepang untuk lebih banyak melakukan kerjasama yang bersifat ekonomi daripada hanya terfokus pada kerjasama keamanan atau militer saja yang dimana hal ini membuat pemerintah Jepang harus menggandakan alokasi anggarannya untuk pemberian bantuan luar negeri ODA pada tahun Selain itu, penting nya posisi Jepang dalam strategi geo-politic pemerintah Amerika Serikat juga membuat pemerintah Amerika Serikat menganjurkan Jepang mulai membuka hubungan dengan beberapa negara yang memiliki posisi penting dalam perang dinginnya dengan Uni Soviet pada waktu itu, seperti China. Pada periode ini pula Jepang mulai melakukan normalisasi hubungan dengan China pada tahun 1972 yang dibarengi dengan kunjungan presiden Amerika Serikat pada waktu itu, Richard Nixon yang menunjukkan bagaimana kebijakan luar negeri yang diambil Jepang sangat tergantung pada kepentingan Amerika Serikat sendiri 9. Untuk semakin mempermudah kepentingan baik Jepang maupun Amerika Serikat sendiri di China. Membuat pemerintah Jepang mulai menawarkan bantuan luar negeri ODA ke pemerintah China pada tahun 1979 yang dimulai dengan kedatangan perdana menteri Jepang pada waktu itu, Mayosi Ohira yang 9 diakses pada 26 November 2016 jam

9 memberikan pidato di China. Pidato tersebut mencakup beberapa poin penting dalam hubungan Jepang dan China, antara lain 10 : a. Menstabilkan hubungan kedua negara untuk memenuhi kepentingan kedua belah pihak b. Jepang ikut berkontribusi dalam proses moderenisasi di China, c. membangun rasa saling pengertian antara kedua belah pihak d. hubungan antara Jepang dan China tidak bersifat ekslusif untuk pihak ketiga e. komitmen kedua negara untuk membentuk kawasan Asia yang damai dan stabil Pasca kedatangan perdana menteri Jepang tersebut, Jepang mulai memberikan bantuan luar negeri ODA kepada China yang pada periode periode selanjutnya menjadi salah satu negara penerima bantuan terbesar program ODA ini an : Memperluas Pengaruh ODA Mulai berkembang secara luasnya mekanisme bantuan luar negeri ODA karena dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat bagi pemerintah Jepang membuat pemerintah mulai memperluas cakupan bantuan luar negeri ODA, baik dari penerima maupun jumlah bantuan. Hal tersebut juga dibarengi dengan terjadinya plaza accord pada tahun 1985 yang dimana nilai tukar mata uang yen Jepang bersaing ketat dengan nilai mata uang dollar Amerika Serikat yang membuat negara anggota G5 (Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Inggris dan Jepang) 10 diakses pada 26 November 31

10 membuat perjanjian yang bertujuan menyeimbangkan nilai mata uang yen dengan nilai mata uang dollar Amerika Serikat dan Deutsche Jerman 11. Plaza Accord juga kemudian dibarengi dengan perjanjian Louvre yang ditandatangani pada tahun 1987 dan mengakibatkan mulai mengecilnya ketergantungan pemerintah Jepang dengan Amerika Serikat akibat mulai meningkatnya proses ekonomi dan perdagangan Jepang di kawasan Asia Timur, termasuk China. Karena terjadinya peningkatan ekonomi yang sangat cepat inipula membuat pemerintah Jepang melewati Amerika Serikat sebagai negara donor terbesar program ODA pada tahun Pada periode ini pula karena peningkatan ekonomi membuat pemerintah Jepang memperluas cakupan kerjasama bantuan luar negeri Oda dengan mendirikan pusat pengembangan human resource di negara ASEAN dan membantu pengembangannya. China yang sudah termasuk sebagai penerima dana bantuan luar negeri ODA juga secara bertahap mulai mendapatkan pengaruh yang besar dari program ODA ini dengan mulai dibangunnya beberapa sektor yang menjadi prioritas bagi pemerintah Jepang an : Tanggung Jawab sebagai Negara Donor Terbesar Sebagai negara donor terbesar program ODA, pemerintah Jepang mendapat banyak kritikan dari dunia internasional untuk tidak hanya terfokus pada pembangunan yang bersifat soft power, namun juga harus berkontribusi secaara 11 diakses pada 27 November 2016 jam Kato, Page, Shimomura, Japan Development Assistance : Foreign Aid and the post 2015 Agenda, Palgrave Macmillan,

11 nyata untuk pembangunan itu sendiri. Hal itu tidak terlepas dari banyaknya kejadian internasional yang terjadi pada periode ini yang menyebabkan Jepang mengharuskan diri untuk terjun secara langsung dalam proses pembangunan tersebut. Mulai masuknya dunia pada era globalisasi dan berakhirnya perang dingin membuat banyak negara mulai melihat isu isu baru sebagai suatu hal yang penting untuk dikembangkan, seperti masalah lingkungan dan hak asasi manusia. Para periode ini, mekanisme bantuan luar negeri ODA yang dilakukan pemerintah Jepang mulai menimbulkan perkembangan ke arah arah yang bersifat soft diplomatic. Hal ini tidak terlepas dari tekanan internasional maupun perkembangan isu yang terjadi. Mulai diangkatnya isu isu seperti, global warming, lingkungan, hak asasi manusia, dan demokrasi membuat arah perkembangan ODA seakan mendapatkan arah yang baru. Hal ini membuat pemerintah Jepang merumuskan ODA charter yang berisi tentang prinsip prinsip bantuan ODA. Pada dasarnya, ODA charter yang dibentuk pada periode ini memiliki nilai nilai dasar berupa 13 : a. Nilai nilai kemanusiaan b. Pengakuan rasa saling ketergantungan antar bangsa bangsa c. Konservasi lingkungan d. Dukungan untuk negara berkembang agar dapat mandiri, terutama dalam hal ekonomi Chapter 1 : The Track Record of Japan ODA 33

12 Nilai nilai dasar ODA charter tersebut membuat pemerintah Jepang memiliki kualifikasi baru terhadap penerima program ODA. Besarnya perhatian yang diberikan pemerintah Jepang pada periode ini dengan berusaha untuk ikut berkontribusi secara nyata terhadap isu isu global yang sedang berkembang, terutama masalah lingkungan yang mulai dikemukakan pda periode ini. Jepang menjadi negara tuan rumah dalam menginisiasi lahirnya protokol Kyoto yang merupakan framework dalam menghadapi isu lingkungan pada periode ini dan masa depan an : Pembentukan Orientasi Kembali Sifat dunia internasional yang dinamis membuat pemerintah Jepang juga harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan internasional yang terjadi, ODA sebagai alat kebiajakn luar negeri Jepang pun mengalami perubahan sesuai dengan keadaan yang terjadi. Pasca kejadian 9-11 dan mulai berkembangnya isu terorisme, Pemerintah Jepang melalui ODA tidak bisa secara langsung untuk bermain dalam isu ini karena keterbatasan yang mereka miliki sehingga ODA lebih mengedepankan masalah masalah keamanan, seperti food security dan kemiskinan sebagai masalah yang perlu diatasi dalam menghadapi isu terorisme. Sebagai negara pacifis yang tidak memiliki kekuatan penuh di bidang militer, pemerintah Jepang berusaha menghadapi isu isu global yang dianggap tidak berbehaya bagi mereka sehingga pemerintah Jepang lebih mengedepankan ODA sebagai alat kebijakan lar negeri yang dapat menunjang kepentingan nasional 34

13 mereka, tanpa secara langsung menunjukkan hal tersebut 14. Perkembangan China dan ancaman senjata nuklir dari Korea Utara juga telah mempengaruhi kebijakan ODA sehingga mekanisme bantuan ODA secara tidak langsung menekankan akan pentingnya keamanan kedua belah, baik negara donor maupun negara penerima sendiri. Pada periode ini pula sebagai usaha dalam menghadapi isu human security, pemerintah Jepang memutuskan untuk menjadikan JICA ( Japan International Coopertation Agency ) menjadi institusi admnistrasi independent sehingga menjadikan JICA sebagai salah satu pengelola ODA dapat masuk ke wilayah isu yang dianggap sensitif. Selain itu, digabungkannya JBIC ( Japan Bank for International Cooperation ) dalam satu atap dengan JICA pada tahun 2008 membuat organisasi ini dapat mengatur secara lebih luas terhadap ODA, baik yang bersifat grant aid, loan aid, maupun technical support menjadikan JICA sebagai billateral development agency terbesar dan dapat memainkan peran penting dalam politik luar negeri pemerintah Jepang an : Abenomic Periode ini menunjukkan bagaimana ODA memegang peranan penting dalam politik luar negeri Jepang, yang dimana hal ini ODA dijadikan alat penunjang dalam kepentingan Jepang, terutama ekonomi. Pada periode ini ODA kembali mengalami reinvention pada tahun 2015 demi menunjang program ekonomi 14 Kato, Page, Shimomura, Japan Development Assistance : Foreign Aid and the post 2015 Agenda, Palgrave Macmillan, diakses pada 27 November 35

14 perdana menteri Shinzo Abe yang telah memasuki masa jabaran periode kedua. Program ODA yang bertujuan sebagai penunjang program ekonomi Jepang ini yang biasa disebut dengan abenomic memiliki beberapa prioritas di negara berkembang, tertuama masalah lingkungan dan human security 16. Pada periode ini ODA charter memiliki tema Development Cooperation Charter yang menunjukkan bagaimana pemerintah Jepang melalui ODA bertujuan memberi secara nyata pembangunan dan keuntungan di kedua belah pihak. Dari penjelasan di atas kita dapat melihat beberapa fase dalam perkembangan ODA sebagai alat kebijakan luar negeri Jepang guna meriah kepetingan nasional Jepang di luar negeri. Hal tersebut juga diperlihatkan dengan besaran anggaran ODA yang dikeluarkan pemerintah Jepang dalam beberapa dekade belakangan. Bagan 1 Grafik Pengeluaran ODA pemerintah Jepang 16 Japan Blue Diplomatic Book 2015, Chapter 3 : Japan s foreign policy to Promote National and Worldwide Interest 36

15 B. Pembuatan Kebijakan ODA ODA atau Official Development Assistance merupakan salah satu dari alat kebijakan politik luar negeri yang dimiliki Jepang sehingga perannya sangat mempengaruhi kepentingan politik luar negeri Jepang sendiri. Dalam mekanisme pemberian bantuan ODA, banyak badan yang ikut terlibat dalam mekanisme atau cara pemberian bantuan tersebut. Hal tersebut membuat ODA sebagai alat kebijakan luar negeri Jepang tidak hanya ditangani oleh satu badan atau kementrian saja. 1. Kementrian Luar Negeri Jepang (MOFA) Dalam perjalanan dan perkembangan ODA, Jepang memiliki mekanisme ODA yang sangat komplek karena mekanisme pemberian bantuan tersebut banyak 37

16 bergantung pada kementrian dan organisasi yang tiap tiap badan tersebut memiliki wewenang yang berbeda beda dalam mekanisme pemberian bantuan. Kementrian luar negeri : (MOFA) memiliki peran yang paling besar dalam menentukan negara mana yang menjadi penerima bantuan ODA. Kementrian luar negeri Jepang memiliki peran sebagai korrdinator badan badan yang ikut terlibat dalam mekanisme ODA dan juga sebagai badan yang bertanggung jawab secara penuh terhadap agenda Jepang di dunia internasional. Peran yang sangat besar kepada kementrian ini menunjukkan posisi Kementrian luar negeri Jepang sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan ODA. Economic Cooperation Bureau (ECB) merupakan badan yang berada di bawah kementrian luar negeri Jepang yang bertanggung jawab dalam kebijakan ODA dan respon dunia internasional terhadap pelaksanaan ODA. Oleh karena itu, sebagai ujung tombok dalam pelaksanaan ODA, kementrian luar negeri Jepang harus memiliki sensitifitas yang sangat mumpuni dalam merespon kejadian kejadian di dunia internasional yang akan menunjang kepentingan dan agenda pemerintah Jepang sendiri Kementrian Keuangan Kementrian keuangan atau MOF (minister of finance) mempunyai peran yang sangat menentukan dalam mekanisme bantuan ODA karena kementrian ini akan mengawasi serta mengatur pengeluaran dan budgeting yang dimiliki pemerintah Jepang dalam penyaluran ODA. Sebagai kementrian yang secara penuh dalam mengatur perekonomian pemerintah Jepang, MOF berperan dalam 17 Micheline Beaudry-Somcynsky and Chris M. Cook, Japan's System of Official Development Assistance : Profil for Partnership #1, International Development Research Center,

17 pebgawasan penggunaan anggaran ODA dan program program yang dijalankan dan peningkatan staff ODA. MOF juga berpengaruh dalam usaha untuk meningkatkan posisi perekonomian Jepang di dunia internasional melalui program ODA dan untuk memberikan pengaruh kepada institusi perekonomian internasional itu sendiri. Sebagai kementrian yang memiliki pengawasan terhadap program ODA, kementrian ini berusaha setiap bantuan ODA dapat tersalurkan dan dapat memberikan arti bagi perekonomian Jepang sendiri. 3. Kementrian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Kementrian ekonomi, perdagangan dan industri Jepang atau METI ( minister of economy, trade and industry) merupakan kementrian yang memiliki peran yang memiliki kepentingan dalam ODA sebagai badan yang berusaha mempromosi dan menyalurkan kepentingan ekonomi Jepang sendiri. Kementrian ini menjadi wakil dari private sector dalam kepentinga ODA di negara penerima. METI sebagai kementrian yang menawarkan kerjasama kerjasama melalui ODA melalui perpektif dari kalangan bisnis sehingga ODA dalam perjalanannya juga seringkali dibarengi dengan kerjasama kerjasama ekonomi dan foreign direct invesment (FDI) karena dalam mekanisme bantuan tersebut, private sector yang ada di Jepang juga menjadi donatur dana bantuan. Hal tersebut menunjukkan bagaimana ODA tidak murni sebagai bantuan cuma cuma di negara penerima, namun juga ada kepentingan politik, terutuama untuk menunjang perekonomian dan bisnis yang dimiliki Jepang sendiri. 39

18 Selain ketiga kementrian yang sangat berpengaruh dalam mekanisme ODA tadi, ada beberapa kementrian yang juga memiliki perannya sendiri dalam pengimplementasian dana ODA, seperti kementrian pendidikan, budaya, olahraga, sains dan tekonologi yang mengimplementasikan dana ODA yang berdasar pada program beasiswa Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan International Bank for International Cooperation (JBIC) Tidak hanya kementrian kementrian yang ikut terlibat dalam mekanisme bantuan ODA, sejak 2008 ada dua badan yang sangat berpengaruh dalam pengimplementasiian dan kerjasama ODA, yaitu JICA ( japan international cooperation agency) dan JBIC (japan international bank for international cooperation) yang dimana kedua badan ini secara bersama sama menjadikan bantuan ODA, baik beruapa grant aid, loan aid, maupun technical support menjadi satu kepengurusan. Melalui badan badan ini pula, mekanisme ODA yang banyak dan berpengaruh bagi pemerintah Jepang sendiri dalam penyaluran nya akan lebih rasional. JICA pada 1 dekade terakhir telah berubah jadi abdan utama yang mengatur prorgram progam yang dijalankan melalui mekanisme ODA di negara negara berkembang sehingga badan ini telah menjadi ujung tombak dalam alat kebijakan luar negeri Jepang yang berada di luar kementrian, namun tetap berada di bawah pemerintah Jepang. 18 Kato, Page, Shimomura, Japan Development Assistance : Foreign Aid and the post 2015 Agenda, Palgrave Macmillan,

19 JICA sendiri merupakan badan yang berdiri pada tahun 1974 sebagai badan yang pada awalnya instansi publik spesial yang berada di bawah dan oengawasanpemerintah Jepang sebagai penyalur dari dana dan kerjamasa ODA di luar negeri, namun pada tahun 2003 berubah menjadi institusi administratif publik yang independen. JICA sendiri juga menjadi badan yang mengadakan open volunteer bagi masyarakat Jepang yang ingin ikut serta dalam program program ODA yang tersebar di luar negeri. Melalui JICA, baik masyarakt Jepang sendiri dan masyarakat yang menerima bantuan ODA akan lebih mengenal satu sama lain dan terjadi pertukaran kultur yang memiliki posisi bagus dalam memperkenalkan Jepang yang lebih ramah di mata dunia 19. JBIC merupakan badan yang terbentuk pada tahun 1999 setelah meggabungkan JEXIM dan Overseas Economic Cooperation Fund. JBIC berusaha untuk mempromosikan pembangunan secara lebih luas dengan mengedepankan sumber sumber yang penting bagi pembangunan Jepang sendiri. Selain itu, JBIC juga berusaha untuk mempertahankan sekaligus meningkatkan daya saing dari produk produk industri Jepang sendiri sehingga dapat berkontribusi secara lebih nyata dalam perekonomian Jepang 20. C. Karakteristik ODA Pada bagian ini penulis berusaha memberikan gambaran secara luas terhadap ODA sebagai alat kebijakan luar negeri Jepang, khususnya di China yang menjadi negara penerima bantuan terbesar sejak mulai digulirkan di negara ini sejak JBIC Profile : Role and Function 41

20 1979. Asia yang menjadi prioritas pemberian ODA menjadi salah satu instrument penting dalam meraih kepentingan Jepang di China. Japan official development assistance (ODA) telah memberikan kontribusi penting dalam usaha pembangunan di negara negara berkembang, terutama di negara Asia. Sejak kembali nya Jepang ke komunitas internasional pasca perang dunia ke-2 melalui colombo plan membuat Jepang menyadari perlunya mengembalikan kepercayaan internasional guna meraih kepentingan mereka sehingga melalui program ODA usaha untuk mendapatkan posisinya kembali di dunia internasional mulai dilakukan Jepang. Sejak bergabung dengan colombo plan tersebut, Jepang secara nyata telah memberikan bantuan bantuan ke dunia berkembang yang dirasa dapat memberikan kontribusi terhadap posisi Jepang, terutama di negara negara berkembang yang berada di Asia. Posisi Jepang yang kurang menguntungkan akibat trauma perang dunia ke-2, terutama di negara asia yang pernah merasakan bagaimana perlakuan Jepang pada masa perang tersebut sehingga dana penyaluran ODA banyak disalurkan di negra negara asia. Sebagai negara yang telah menjalan program ODA lebih dari 50 tahun, ODA berusaha ikut secara nyata dalam usaha pembangunan komunitas internasional yang lebih baik. Melalui ODA, Jepang berusaha untuk berkontribusi dalam usaha pembangunan sosial ekonomi di negara berkembang dengan mengedepankan transfer ilmu yang berdasarkan pengalaman serta sejarah yang dimiliki Jepang. Pemerintah Jepang juga berusaha mendorong pembentukan pemerintahan yang lebih stabil dengan mengedepankan demokrasi demi menunjang 42

21 atmosfir pasar yang lebih bagus 21. Selain itu, ada beberapa karakteristik yang diterapkan program bantuan ODA yang dijalankan Jepang, antara lain : 1. Lebih mengedepankan pinjaman Jepang telah menjadikan bantuan ODA yang berorientasi pinjaman, hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya angka loan aid yang diberikan Jepang jika dibandingkan dengan negara DAC lainnya. Angka pemberian bantuan langsung (grant aid) yang diberikan Jepang kurang dari 50% penganggaran dari total bantuan luar negeri yang mereka salurkan. Hal tersebut tentu jauh berbeda dengan negara anggota DAC lainnya yang setidaknya melakukan penganggaran untuk bantuan luar negeri lebih dari 50%, seperti Jerman yang menyalurkan dana bantuan luar negeri mereka sebesar 70% dan Prancis sebesar 80% dari total bantuan luar negeri yang mereka salurkan 22. Jepang sendiri menjelaskan mekanisme bantuan ODA yang mereka salurkan yang lebih berorientasi pada pinjaman tersebut disebabkan alasan selfhelp principle yang dimana Jepang memandang negara penerima atau peminjam akan lebih berkembang dan tumbuh apabila diberikan bantuan berupa pinjaman, tidak berdasarkan pemberian secara langsung yang menurut Jepang tidak menumbuhkan rasa tersebut. Tapi hal tersebut juga tidak terlepas dari pengalaman Jepang sebagai negara yang pada awalya menjadi penerima pinjaman pada masa setelah perang dunia ke-2 dan hal tersebut juga dapat digunakan sebagai dana saat 21 diakses pada 29 November Kato, Page, Shimomura, Japan Development Assistance : Foreign Aid and the post 2015 Agenda, Palgrave Macmillan,

22 keadaan ekonomi yang mendesak sehingga mekanisme pinjaman yang lebih dominan pada program bantuan luar negeri Jepang tersebut untuk pengamanan mereka sendiri untuk masa yang akan datang Prinsip permintaan penerima Penerima bantuan ODA merupakan pihak yang paling mengerti kebutuhan pembangunan di negara mereka sehingga Jepang memegang prinsip program mereka berdasarkan permintaan negara penerima sendiri. Prinsip ini tidak terlepas dari pengalaman Jepang sendiri sebagai usaha untuk meingkatkan kapasitas negara penerima karena sektor mana yang menjadi prioritas dalam pembangunan ke depannya, pihak yang paling mengerti adalah negara penerima itu sendiri. Karena prinsip ini, Jepang menganggap program bantuan mereka harus berdasarkan kebutuhan negara penerima dan menunggu negara penerima sendiri untuk mengajukan bantuan. Hal tersebut juga merupakan usaha dalam meningkatkan kesadaran atas pentingnya prinsip development yang dipandang Jepang sebagai self help principle tadi. Hal ini juga sesuai dengan usaha yang dijalankan oleh Organisation for Economic Co-operation dan Development-Development Assistance Committee s (OECD-DAC) dalam Development Partnership Strategy Shaping the 21 st Century: The Contribution of Development Partnership (1996) Asia Center 23 Akiyama, Takamasha and Takehiko,Nakao, Japanese ODA : Adapting to the issue and chalanges of the new aid environment, Tokyo : Foundation for Advanced Studies on International Development diakses pada 29 November

23 Sebagai slah astu negara yang berada di kawasan Asia, tentu saja Jepang lebih baanyak menyalurkann dana bantuan program ODA ke negara negara yang berada di kawasan Asia sendiri. Hal tersebut juga tidak terlepas dari kepetingan yang ingin dicapai oleh pemerintah Jepang, namun juga negar negara di Asia memiliki potensi yang besar, namun tidak berkembang secara optimal jika dibandingkan dengan Jepang sendiri. Hal ini ditunjukka semenjadk Jepang mulai memberikan dana bantuan luar negeri, negara negara di Asia merupakan wilayah yang paling banyak menerima program bantuan ODA. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan laporan yang dikeluarkan oleh JICA sendiri pada tahun 2014 yang terap memprirotaskan bantuan ODA di kawasan Asia, yang walaupun beberapa tahun kebelakang wilayah Afrika menjadi penerima grant aid yang cukup besar JICA Annual Report

24 Bagan 2 Pengalokasian ODA oleh pemerintah Jepang 4. Human Resource Development Sebagai negara yang memberikan bantuan luar negeri, Jepang melalui ODA seperti negara penyalur bantuan lainnya berusaha untuk menumbuhkan kemandirian dan pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik di negara penerima. Melalui program - program yang mereka jalankan, pemerintah Jepang berusaha selalu memasukkan tenaga tenaga lokal agar pertukaran ilmu dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat Jepang dapat tersalurkan ke negara penerima. Hal terserbut membuat pemerintah Jepang berusaha mengembangkan sumber daya manusia di negara penerima dengan memberikan pelatihan dan mendirikan sekolah sekolah, tidak hanya sekolah formal, namun juga sekolah 46

25 sekolah yang dapat berguna bagi perkembangan masyarakat di negara penerima sendiri. Namun, yang membedakan Jepang dengan negara lainnya adalah tidak hanya sebatas pengembangan manusia di bidang pendidikan saja, namun juga meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang dapat mengatasi permasalan permasalahan yang terjadi, yang dimana di dalamnya termasuk skill skill untuk kedisiplinan waktu, bekerjasama, identifikasi maslaah serta penyelesainya dengan sumber yang ada, hingga skill untuk melatih sikap dalam menyesuaikan dengan permasalahan yang terjadi. Hal tersebut yang menjadikan Jepang sebagai enagra pemberi bantuan menjadikan program bantuan yang mereka berikan kepada negara negara berkembang berbeda dengan negara lainnya yang tergabung dalam OECD. 5. Mendukung demokratisasi Sebagai instrument alat politik luar negeri Jepang, ODA tentu saja tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Jepang sendiri di negara berkembang. Hal tersebut membuat ODA menjadi salah satu intrument penting dalam mekanisme pembuatan kebijakan luar negeri di negara berkembang karena pengaruh yang diberikannya. Jepang melalui ODA mendukung proses demokratisasi di negara negara agar dapat mengubah orientasi negara mereka menjadi negara yang berorientasi pasar. Hal tersebut tidak terlepas dari pandangan dan pengalaman Jepang sendiri yang berubah menjadi negara industri maju setelah merubah orientasi politik dan ekonomi mereka pasca kekalahan mereka di perang dunia ke

26 By strengthening the capacity of the governments of developing countries, Japan has provided support for their processes of democratization and their transitions to market economies 26 Melalui program program yang dijalan oleh para profesional dan para sukarelawan, Jepang melalui ODA membuat program - program yang bersinggungan dalam usaha memperbaiki dan meningkatkan kapasitas pemerintahan yang dapat mendukung ekonomi yang berorientasi dengan pasar. Demi mendukung proses demokrtasasi yang berorientasi pada pasar, Jepang telah membuat program program seperti pelatihan anti korupsi dan pelatihan legalisasi pelaku ekonomi diakses pada 29 November

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH BANTUAN LUAR NEGERI JEPANG PASCA PERANG DUNIA KE-2

BAB II SEJARAH BANTUAN LUAR NEGERI JEPANG PASCA PERANG DUNIA KE-2 BAB II SEJARAH BANTUAN LUAR NEGERI JEPANG PASCA PERANG DUNIA KE-2 Dalam bab ini akan membahas bantuan luar negeri Jepang pasca perang dunia ke-2, dimana posisi Jepang pada saat itu sebagai negara yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan

Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan Mickael B. Hoelman choki.nainggolan@gmail.com Twitter: @ChokiHoelman Naskah disampaikan pada Konferensi PRAKARSA 2014 Akselerasi Transformasi

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara Indonesia dengan Jepang telah dimulai sejak kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara Indonesia dengan Jepang telah dimulai sejak kehadiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara Indonesia dengan Jepang telah dimulai sejak kehadiran Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Pada saat itu, Jepang digadang-gadang oleh rakyat

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tersedianya infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan infrastruktur fisik lainnya menjadi pendorong bagi kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

CHAPTER 14. Asrofi Rama Saputra 11/316615/EK/18639

CHAPTER 14. Asrofi Rama Saputra 11/316615/EK/18639 CHAPTER 14 Asrofi Rama Saputra 11/316615/EK/18639 The International Flow of Financial Resources Pada chapter ini, kita akan membahas tentang The International Flow of Financial Resources, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 PERKEMBANGAN ODA JEPANG DI INDONESIA

BAB 2 PERKEMBANGAN ODA JEPANG DI INDONESIA 28 BAB 2 PERKEMBANGAN ODA JEPANG DI INDONESIA Bab ini secara khusus akan membahas mengenai perkembangan ODA Jepang di Indonesia, dengan membaginya menjadi tiga bagian, yakni perkembangan ODA Jepang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN JEPANG DAN OFFICIAL DEVELOPMENT ASSISTANCE ( ODA ) PASCA PERANG DUNIA II

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN JEPANG DAN OFFICIAL DEVELOPMENT ASSISTANCE ( ODA ) PASCA PERANG DUNIA II BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN JEPANG DAN OFFICIAL DEVELOPMENT ASSISTANCE ( ODA ) PASCA PERANG DUNIA II Dalam bab II ini akan membahas tentang sejarah perkembangan Jepang pasca Perang Dunia II dan perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB II ASIA SEBAGAI WILAYAH PRIORITAS DISTRIBUSI ODA JEPANG. kemunculannya hingga menjadi top donor bahkan ketika mengalami kelelahan

BAB II ASIA SEBAGAI WILAYAH PRIORITAS DISTRIBUSI ODA JEPANG. kemunculannya hingga menjadi top donor bahkan ketika mengalami kelelahan BAB II ASIA SEBAGAI WILAYAH PRIORITAS DISTRIBUSI ODA JEPANG Dalam bab ini akan diulas mengenai sejarah ODA Jepang mulai dari awal kemunculannya hingga menjadi top donor bahkan ketika mengalami kelelahan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : XII/2 Standar : 3. Menganalisis Perkembangan Sejarah Dunia sejak sampai dengan Perkembangan

Lebih terperinci

Sejarah AusAID di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini penulis menyajikan kesimpulan berdasakan hasil penelitian yang penulis peroleh. Kesimpulan ini memaparkan beberapa pikiran pokok yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar kelompok manusia atau antar negara yang berbeda benua

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar kelompok manusia atau antar negara yang berbeda benua BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Globalisasi 2 sebagai efek dari kemajuan teknologi dan informasi tidak dapat dihindari oleh manusia. Globalisasi umumnya diidentikkan dengan segala bentuk kemudahan

Lebih terperinci

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Pendahuluan Bakground Paper ini disusun sebagai informasi awal untuk memberikan gambaran mengenai posisi diskursus pembiayaan pembangunan saat ini. Diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.010/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 157 /PMK.010/2015 TENTANG PELAKSANMN

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

Dukungan bagi Terwujudnya Rasa Memiliki Afrika dalam Pembangunan

Dukungan bagi Terwujudnya Rasa Memiliki Afrika dalam Pembangunan Inisiatif Wilayah / Timur Tengah dan Eropa Inisiatif Wilayah / Afrika Dukungan bagi Stabilitas, Perdamaian, dan Kesejahteraan Wilayah Timur Tengah dan Eropa adalah dua wilayah yang memiliki gambaran berbeda

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON TRADE IN GOODS OF THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC CO-OPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

SISTEM MONETER INTERNASIONAL SISTEM MONETER INTERNASIONAL 1 PENDAHULUAN Sistem Keuangan Internasional Pra perang dunia Antar Perang Dunia Pasca Perang Dunia Standar Emas Sistem pengawasan/ kontrol devisa 1. Sistem Bretton Woods 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

Japan International Cooperation Agency

Japan International Cooperation Agency Japan International Cooperation Agency KATA PENGANTAR Daftar isi Sistem penyediaan air bersih bantuan Jepang memberikan kebahagiaan dan peningkatan kesehatan bagi anak-anak Kamboja Globalisasi yang cepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1.1. Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN Masyarakat Ekonomi ASEAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB II. Penerapan Program Official Development Assistance (ODA) di Indonesia

BAB II. Penerapan Program Official Development Assistance (ODA) di Indonesia BAB II Penerapan Program Official Development Assistance (ODA) di Indonesia Pada bab ini berisi penjelasan mengenai sejarah beserta latar belakang diadakannya Program ODA Jepang secara umum danjuga khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era kontemporer, pendekatan yang diambil Jepang dalam melakukan politik luar negeri dengan Myanmar kerap disebut sebagai critical engagement policy. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. Dalam kajian pustaka, peneliti akan memaparkan penelitian-penelitian

BAB II. Tinjauan Pustaka. Dalam kajian pustaka, peneliti akan memaparkan penelitian-penelitian BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka, peneliti akan memaparkan penelitian-penelitian sebelumnya yang memberikan kontribusi terhadap tema kepentingan suatu negara dalam usaha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION BETWEEN THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia telah memiliki hubungan bilateral dengan Amerika Serikat untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun 1949. Pada tahun tersebut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN LETTER OF UNDERSTANDING FOR THE AMENDMENT OF THE PRODUCT SPECIFIC RULES SET OUT IN APPENDIX 2 OF ANNEX 3 OF THE AGREEMENT ON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tanggal 12 Oktober 2002, Bali diguncang serangan bom di kawasan Legian, Badung dan Renon, Denpasar. Peristiwa ledakan pertama kali terjadi di kawasan padat wisata,

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan suatu negara sangat bergantung pada kestabilan mata uang negara tersebut. Kehidupan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya

Lebih terperinci

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan

Lebih terperinci

Nama:bayu prasetyo pambudi Nim: Analisis negara maju negara berkembang

Nama:bayu prasetyo pambudi Nim: Analisis negara maju negara berkembang Nama:bayu prasetyo pambudi Nim:1106341 Analisis negara maju negara berkembang Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan negara berkembang

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal baik dipandang dari segi ekonomi maupun tarap hidup masyarakatnya. Untuk itu Indonesia selalu

Lebih terperinci